102016103
D2
Email: Johua.2016fk103@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Penularan virus hepatitis B biasanya terjadi akibat selaput lendir atau kulit
yang terluka terpajan dengan darah, semen, cairan otak, saliva, dan urine yang
terinfeksi. Dengan demikian, petugas kesehatan yangs sering kontak dengan darah
pasien, misalnya petugas yang bertugas di laboratorium klinis, kamar bedah, unit
gawat darurat, unit dialasis, unit karsinoma, bank darah, dan petugas yang sering
kontak dengan cairan tubuh lainnya.1 Oleh karena itu, dibutuhkan keamanan dan
keselamatan kerja pada instansi medis yang terkait. Kesehatan/kedokteran kerja
adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal
dimungkinkan; bila tidak, cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, kuratif,
mental, emosional, maupun social, dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
pekerjaan dan/atau lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya.2 Berikut
akan dibahas mengenai pajanan biologis yaitu hepatitis B virus terhadap pekerjaan
seorang perawat senior di rumah sakit.
1
Pembahasan
I. Penyakit Kerja Akibat Pajanan Biologis
Bila pekerja terpajan bahan biologis karena bekerja langsung dengan bahan
biologis tersebut ataupun merupakan hasil langsung dari proses kerja yang
dilakukan pekerja.
Lingkungan kerja
Bila pekerja terpajan lingkungan yang tercemar pajanan biologis yang berasal
langsung dari proses kerja di tempat kerja. Ini termasuk penyakit akibat kerja.
Sebagai contoh, penyakit hepatitis pada petugas laboratorium kesehatan dan
perawat di rumah sakit.
Bila pekerja terpajan bahan biologis akibat tercemarnya lingkungan kerja oleh
suatu bahan biologis yang tidak langsung akibat proses kerja seperti hygene
dan pemeliharantempat kerja yang tidak baik bukan merupakan PAK.
Contohnya penyakit hepatitis pada pekerja pabrik sepatu
2
Tabel 1. Pekerja yang Beresiko terkena PAK akibat Pajanan Biologis.4
Sektor Pekerjaan
Pajanan biologis yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja terdiri dari:
(1) golongan mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, jamur; (2) vertebrata
seperti ternak dan binatang liar; (3) invertebra (serangga); (4) binatang dalam air.3
o Identitas pasien
Nama : Ny. A (disamarkan)
Usia : 28 tahun
Pekerjaan : Penata laboratorium swasta
Selain itu perlu juga ditanyakan alamat,dan status perkawinan.
o Keluhan utama
Merasa lemas dan sering merasa demam
Berikut adalah pertanyaan untuk menggali keluhan utama :1
Lemasnya terus-menerus atau hilang timbul?
Lemasnya sampai tidak bisa berjalan atau seperti apa?
Semakin lemas saat melakukan apa?
Lemas menghilang saat melakukan apa?
Adakah gejala lain seperti lemas? Seperti pusing atau demam?
4
Apakah gejala yang timbul membaik pada saat istirahat atau liburan?
o Riwayat pekerjaan1
Apakah terdapat pekerja lain yang menderita gejala yang sama di
lingkungan kerja?
Apakah terjadi pajanan debu, uap, atau partikel-partikel zat kimia yang
beracun di lingkungan kerja?
Kronologis pekerjaan : kronologis tentang pekerjaan terdahulu sampai
sekarang, mengenai: deskripsi lingkungan tempat kerja, infromasi
tentang bahan yg dipakai, proses kerja, produk yang dihasilkan serta
tata cara penanganan limbah industri, lama bekerja di masing-masing
tempat kerja, deskripsi tugas dan jadwal waktu kerja/shift, jumlah hari
absen dan alasannya, penggunaan APD, prosedur pemeriksaan fisik
sebelum masuk kerja, adanya pekerjaan lain disamping pekerjaan
utama (misalnya kerja malam hari).
o Riwayat penyakit dahulu
Apakah dahulu pernah mengalami hal serupa?
Apakah memiliki riwayat alergi?
Apakah memiliki riwayat diabetes?
Apakah memiliki riwayat hipertensi?
o Riwayat pengobatan
Apakah sudah pernah berobat sebelumnya?
Apakah sudah mengkonsumsi obat – obatan?
o Riwayat penyakit keluarga
Apakah dikeluarga ada yang mengalami hal serupa?
o Riwayat kebiasaan
Apakah suka merokok?
Apakah suka meminum minuman alkohol?
o Riwayat social dan ekonomi1
5
Riwayat kesehatan lingkungan: industri lain di sekeliling tempat kerja
(tingkat polusi lingkungan, pajanan limbah indsutri/percikan zat
beracun dari tempat lain).
6
KU : sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : 120/80mmHg, N : 70/min, RR : 22/min, Suhu : -
Inspeksi : Sklera icterus +/+
Palpasi : Hepar 1 jari bawah arcus costae
Konjungtiva : Normal
IV. Pemeriksaan Penunjang
Bertujuan untuk memastikan ada infeksi pada tubuh pasien sekaligus
menyingkirkan diagnosis banding Hepatitis tipe lainnya. Pemeriksaan yang bisa
dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, faal hati dan serologi hepatitis virus.3
Tes SGOT dan SGPT sangat berguna sebagai indeks nekrosis sel hati. Biasanya
nilai tes-tes tersebut akan meningkat sampai 10 kali nilai normal atau lebih pada
nekrosis sel hati.2
7
Pada hepatitis viral akut, sebelum ikterus (2-3hari) kadar SGOT sangat tinggi.
Lambat laun menurun dan bilirubinnya naik. Sedangkan pada malaria kadar SGOT
(AST) hanya meninggi sedang kurang lebih sekitar 100-400 U/L.7
Pada umumnya nilai tes SGPT lebih tinggi daripada SGOT pada kerusakan
parenkim hati akut sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. Di samping
meninggi pada kerusakan parenkin hati (seperti hepatitis viral) SGPT juga meninggi
pada : inflitrasi lemak (steatore hati) dan hepatitis reaktif nonspesifik.2
GGT merupakan yang paling peka pada hepatitis, tetapi GGT tidak spesifik. Pada
hepatitis tanpa komplikasi, GGT hanya meninggi sedikit atau sedang. GGT meninggi
pada kerusakan hati karena alcohol dan hepatoma serta pada kolestasis.
Tes SGOT dan SGPT umumnya sudah meninggi pada awal hepatitis akut sebelum
ikterus menjadi manifest. Pada hepatitis viral tanpa penyulit (antara lain kolestatis) tes
transaminase umumnya menurun pada minggu ke 2 atau ke 3 setelah mulainya
ikterus.8
Serologi
8
serangan akut, maka hal ini merupakan tanda adanya hepatitis B kronik.3-5
Anti-HBc : IgM Anti HBc muncul setelah HBsAg terdeteksi. Merupakan sutau
tanda adanya hepatitis B akut. Anti-HBc ini bisa terus muncul selama 3-6 bulan
atau lebih lama. Namun IgG Anti-HBc juga muncul selama hepatitis B akut atau
pada hepatitis B kronik yang berkembang (dibarengi dengan kehadiran HBsAg)
HBeAg : Merupakan secret dari bentuk HBcAg yang muncul selama fase
inkubasi setelah terdeteksinya HBsAg. HBeAg merupakan indikasi adanya
replikasi virus dan infeksi. Keunculan HBeAg selama 3 bulan menunjukkan
adanya hepatitis B kronik.
HBV DNA : lebih sensitive untuk marker dari replikasi virus dan
kemampuan infeksi virus. HBV DNA yang rendah hanya bisa dideteksi
melalui PCR, mungkin saja terdeteksi di serum dan hati setelah pasien sembuh
dari hepatitis B akut, tetapi HBV DNA yang terdapat di dalam serum terikat
dengan IgG jarang sekali memiliki kemampuan infeksi (menular). Pada
hepatitis B kronik maka HBV DNA akan mencapai level tertinggi.3-5
V. Differential Diagnosis
Hepatitis A : memiliki gejala klinik seperti demam, lemah, letih, dan lesu,
pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus
sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas, penyakit kuning (kulit dan
mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat, tetapi gejala
kuning tidak selalu ditemukan.4-6
Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti
demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll. Waktu
9
terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu.
Hasil seroogi : IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6
bulan sesudahnya dan Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV
mengindikasikan infeksi lampau.3,4
Hepatitis C
Hasil serologi : Anti HCV dapat dideteksi pada 60% pasien selama
fase akut dari penyakit, 35% sisanya akan terdeteksi pada beberapa minggu
atau bulan kemudian. Tetapi bisa saja Anti HCV tidak muncul pada <5%
pasien yang terinfeksi (pada pasien HIV, anti HCV tidak muncul dalam
persentase yang lebih besar).
Secara umum anti HCV akan tetap terdeteksi untuk periode yang
panjang, baik pada pasien yang mengalami kesembuhan spontan maupun yang
berlanjut menjadi kronik. Adanya HCV RNA merupakan petanda yang paling
awal muncul pada infeksi akut hepatitis C. Muncul setelah beberapa minggu
infeksi. Ditemukan pada infeksi kronik HCV.9
Hepatitis D
Hepatitis E
Kelompok orang yang menghadapi risiko infeksi termasuk pasangan seks orang
yang terinfeksi, pengguna narkoba suntik, bayi yang dilahirkan oleh wanita yang
terinfeksi, orang yang mempunyai banyak pasangan seks, pria yang berhubungan
kelamin dengan pria, pasien hemodialisis, petugas kesehatan dan anak yang
dilahirkan di negara dengan angka tinggi infeksi hepatitis B. Faktor risiko juga
12
termasuk riwayat keluarga dengan kanker hati, infeksi Hepatitis C, sirosis hati,
hemochromatosis, dan peminum alkohol kronis.5,6
IX . Pajanan
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan
yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja. Pada
umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:10
Penyakit hati dalam praktik kesehatan kerja tidak jauh berbeda dengan masalah
yang dihadapi. Secara umum, sel hati dapat dirusak (efek hepatoseluler) dan
mekanisme transpor dari dan ke sel hati dapat terhambat (efek obstruktif). Kedua
kelainan ini dapat berlanjut menjadi sakit kuning. Pajanan utama di tempat kerja
yang berhubungan dengan penyakit hati adalah bahan kimia dan agen infeksi.7
1. Agen kimia
13
hati kronis.
Jika dihubungkan dengan skenario, kemungkinan besar penyakit akibat kerja yang
diderita ibu A adalah akibat pajanan biologis yang disebabkan agen infeksi, yakni
virus hepatitis B. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa virus hepatitis B
dapat merusak sel-sel hati yang ditandai dengan meningkatnya serum ALT AST yang
diketahui pada skenario
14
IX. Hubungan Pajanan Dengan Penyakit
Saat ini kita ingin mencari tahu apakah pajanan yang dialami oleh pasien cukup
besar sehingga dapat menimbulkan penyakit yang dialaminya. Langkah ini
melibatkan pemahaman mengenai patofisiologi penyakit, epidemiologi, observasi
tempat dan lingkungan kerja, pemakaian APD, dan jumlah pajanannya.7
Bukti Epidemiologi
Penularan dari hepatitis B dapat melalui jarum suntik, transfusi darah, kulit
yang terabrasi atau tepotong, absorpsi dari permukaan mukosa, kontak langsung
dengan cairan tubuh seperti air mata, cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan
pleura, semen, urin, muntahan, dll. Transmisi dari ibu ke anak merupakan infeksi
yang paling sering terjadi pada neonatus. Anak yang terlahir dari ibu yang terinfeksi
HBV memiliki 90% kemungkinan terinfeksi dari saat jalan lahir. Hampir seluruhnya
menjadi carrier kronik dan sekitar 75% menebabkan kematian. HBV dapat ditemukan
di sekresi vagina, darah, cairan amnion, saliva, dan air susu ibu.3
Bukti Kualitatif
Bukti kualitatif meliputi beberapa hal seperti cara dan proses kerja, lama kerja
15
dan lingkungan kerjanya.
Lingkungan Kerja.
Pasien bekerja di laboratorium. Pemakaian APD.
16
XII. Faktor Diluar Pekerjaan
1. Penyakit Akibat kerja (PAK) atau Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
2. Penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja
3. Belum dapat ditegakan
4. Bukan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Hasil dari pendekatan klinis terhadap perempuan berusia 28 tahun yang didasari
dengan bukti ilmiah dapat ditarik kesimpulan bahwa perempuan berusia 28 tahun
mengalami infeksi virus hepatitis B akut akibat kerja.
XIV. Penatalaksanaan
Pada sebagian kasus terjadi pemulihan spontan dan hanya diberikan pengobatan
suportif , seperti pada hepatitis A. Keadaan karier biasanya asimptomatik namun
berhubungan dengan hepatitis kronis dan kanker hepatoseluler. Infeksi di masa kanak-
kanak lebih mungkin menjadi kronis daripada infeksi di masa dewasa. Pada karier,
pemerian interferon α disertai inhibitor reverse transcriptase (misalnya lamivudin)
akan direspons dengan menghilangkan HepBeAg dan DNA virus hepatitis B dari
serum.9
(>105)
17
+ + 2xBANN Efikasi terhadap terapi rendah
XV. Pencegahan
Pencegahan primer
Melaksanakan kewaspadaan standar. Seperti pengendalian lingkungan berupa
proses alat sesuai standar, dekontaminasi, pencucian, dan sterilisasi,
membersihkan permukaan dari barang yang terkontaminasi cairan tubuh.3
Pencegahan sekunder
Penggunaan alat pelindung diri. Seperti menggunakan sarung tangan pada
waktu melakukan tindakan yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh
atau mencuci alat yang telat terkontaminasi, menggunakan alas kaki tertutup,
menggunakan alat pelindung wajah (google mask) bila melakukan tindakan
yang memungkinkan terkena cipratan vaksinasi. Bagi yang kulitnya terpajan
harus dilakukan mencuci bersih dengan air dan sabun. Untuk mata hidung atau
mulut bilas dengan air selama 10 menit. Kalau tertusuk atau tersayat cuci
dengan air dan sabun, biarkan darah mengalir kemudian luka ditutup. Lakukan
pemeriksaan HbsAg pada sesudah terpajan dan 6 bulan berikutnya.3
Jadwal yang sering untuk vaksinasi hepatitis B adalah 0,1 dan 6 bulan. Mereka
yang telah hanya satu/dua dosis tidak perlu mengulang series, mereka hanya
18
perlu melengkapi dosis yang telah mereka terima ( seperti vaksin lain yang
memerlukan dosis tambahan).3
Pencegahan tersier
Deteksi dini atau melakukan medical check up. Pada petugas kesehatan
termasuk petugas lab dianjurkan pemeriksaan laboratorium (fungsi liver,
status vaksinasi hepatitis/HbsAg). Pada dasarnya ada 2 jenis pemeriksaan
kesehatan berkala, yaitu: (1) Pemeriksaan berkala umum yang dilakukan
terhadap seluruh pekerja sebagai bagian program pemeliharaan kesehatan
karyawan, atau bila dicurigai terjadinya suatu kemungkinan gangguan
kesehatan akibat berbagai kondisi kerja yang memadai.1,3 (2) Pemeriksaan
kesehatan yang dihubungan dengan ancaman gangguan kesehatan di
lingkungan kerja tertentu yang beresiko tinggi, dilaksanakan secara berkala
untuk memantau pekerja tertentu yang bekerja dalam kondisi spesifik.1,3
XVI. Rujukan
Rujukan kasus: diagnosis, terapi, dan rawat inap
Rujukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas
pemeriksaan HBsAg
Rujukan unurk pengendalan di perusahaan
Kesimpulan
Wanita 28 tahun dengan keluhan lemas dan mual selama 5 hari setelah di lakukan
identifikasi terpapar penyakit infeksi hepatitis B akibat pekerjaan.
Daftar Pustaka
19
Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia; 2013.p.3-15,715-7,746-86.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simahadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 5thed.Jakarta: Interna Publishing; 2014, h.644-77.
5. McPhee.SJ, Papadakis MA. Lange 2010 Current Medical Diagnosis &
Treatment. 49th ed. Mc Graw Hill: Philadelphia; 2013.p. 602-18.
6. Egi KY, Esty W, Devi Y. Buku Saku Patofisiologi. 4th ed. EGC: Jakarta;
2014.h.665-672
7. Barry S, Levy, et al. occupational and environmental helath. Ed.5.
USA;2012.h. 505-9.
8. Shanahan JF, Barahona M, Boyle PJ. Current occupational and environment
medicine. America; McGraw-Hill Companies Inc. 2013.p. 266-7.
9. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta:
Eirlangga; 2012.h.244.
10. Kementerian Kesehatan RI. Penyakit akibat kerja karena pajanan biologi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.h. 3-5,16-8.
20