Anda di halaman 1dari 2

Analisis kasus permohonan poligami yang didahului nikah sirri

Judul
berdasarkaan hukum perkawinan di Indonesia

Jurnal Private law

Volume dan Halaman Vol VI/ No. 2

Tahun /Desember/2018

Penulis Allysa Arum Savitry dan Pranoto

Riza Choirul Umam (E0018350)

Ryan Priyambodo (E0018354)

Reviewer Sendari Waskita Putri ( E0018368)

Sheva Triswidho Afsoro (E0018371)

Seva Yusuf Mahendra (E0018372)

Tanggal 26 Maret 2019

Menganalisis putusan poligami yang didahului pernikahan sirri, karena


Tujuan Penelitian pernikahan poligami yang dilakukan secara sirri masih marak di
masyarakat.

Subjek penelitian Kasus permohonan poligami yang didahului nikah sirri.

Metode penelitian bersifat yuridis normatif, yaitu dengan menggunakan


bahan-bahan hukum. Bahan hukum primer antara lain Al-Qur’an,
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (UU
Metode penelitian
Perkawinan), Kompilasi Hukum Islam, peraturan pemerintah nomor 9
tahun 1975 tentang pelaksanaan UU Perkawinan. Bahan hukum
sekunder antara lain literatur-literatur dan hasil penelitian sebelumnya.

Keabsahan perkawinan diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) UU


Pembahasan Perkawinan. Undang-undang tersebut memberlakukan asas monogami
dimana satu suami untuk satu istri kecuali beberapa alasan yang terdapat
di peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU
perkawinan pasal 40 – 43 serta pasal 4 dan 5 UU perkawinan. Semua
syarat beristri lebih dari satu memang telah dipenuhi pemohon, seperti
termohon memang cacat tuna netra sulit disembuhkan, tidak dapat
menjalankan kewajiban istri, adanya persetujuan tertulis dan lisan
termohon, serta jaminan perlakuan adil dari pemohon. Namun pemohon
telah melangsungkan pernikahan sirri sebelum mengajukan poligami ke
pengadilan. Bahkan dari pernikahan sirri itu telah dihasilkan 2 orang
anak. Dikarenakan pemohon telah menikah sirri sebelum mengajukan
permohonan tertulis ke pengadilan, maka pemohon melanggar pasal 40
Peraturan pemerintah no 9 tahun 1974 yang selanjutnya dalam pasal 45
ayat (1) dalam peraturan yang sama diatur hukuman pelanggaran
tersebut berupa denda sebesar 7500 rupiah. Namun hukuman tersebut
tidak berjalan efektif. Walaupun pencatatan nikah yang ada di pasal 2
UU perkawinan telah disosialisasikan, masyarakat tetap saja
beranggapan bahwa pernikahan secara agama tanpa akta nikah sudah
termasuk sah. Sehingga menurut penulis perlu adanya amandemen oleh
DPR terkait Undang-undang perkawinan dan aturan pelaksanaanya serta
adanya penolakan secara tegas oleh hakim atas permohonan poligami
yang didahului oleh nikah sirri.

-Abstrak jelas dan telah mencakup seluruh isi jurnal. Sehingga dengan
membaca abstraknya saja pembaca dapat mengetahui inti dari jurnal

Kelebihan -Permasalahan serta analisis dipaparkan secara jelas, sistematis dan


mudah dipahami.

-Tata bahasa sesuai dengan EYD

-Kurangnya penyertaan data dalam bentuk angka/presentase tentang


Kekurangan
maraknya nikah sirri di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai