Anda di halaman 1dari 24

MATEMATIKA 3

Turunan Parsial
-Irma Wulandari-
Pengertian Turunan Parsial
y
Rata-rata perubahan suhu
x
pelat ∆T per satuan panjang
T = f(x,y) dalam arah sumbu –x, sejauh
∆x, untuk koordinat y tetap ;
f f ( x  x, y )  f ( x, y )

Rata-rata perubahan suhu pelat x x
∆T per satuan panjang dalam
arah sumbu –y, sejauh ∆y, untuk
koordinat x tetap ;
f f ( x, y  y )  f ( x, y )

y y
Pengertian Turunan Parsial

Lazimnya perhitungan perubahan suhu per satuan panjang


dilakukan di setiap titik (x,y), ∆x →0 dan ∆y → 0 , jika
limitnya ada, maka
f f ( x  x, y )  f ( x, y )
 lim (1a)
x ∆x →0 x

f f ( x, y  y )  f ( x, y ) (1b)
 lim
y ∆y → 0 y
f f Menyatakan perubahan suhu per satuan panjang di
dan
x y setiap titik dalam arah x , dan y
Pengertian Turunan Parsial
f adalah turunan fungsi f(x,y) terhadap x dengan
x memperlakukan y sebagai suatu tetapan, yang disebut
turunan parsial fungsi f(x,y) terhadap x

f adalah turunan fungsi f(x,y) terhadap x dengan


memperlakukan y sebagai suatu tetapan, yang disebut
y
turunan parsial fungsi f(x,y) terhadap y

Lambang lain

f f
= fx (x,y) = fy (x,y)
x y
Pengertian Turunan Parsial

Turunan parsial (1a) dan (1b) umumnya juga merupakan


fungsi dari x dan y, maka jika diturunkan lebih lanjut,
disebut turunan parsial kedua.

  f   2 f
   2  f xx
x  x  x
  f   2 f
    f yx
  f   2 f x  y  xy
   2  f yy
y  y  y
Contoh 1

• Misalkan f(x,y)=xy2 – sin (xy). Maka ..,


f 2 f   f  
y
 2 xy  x cos( xy)
x 2
   
x  x  x
y 2
y cos( xy)  y 2

sin xy

  f  
f    2 xy  x cos( xy)   2 y  cos xy  xy sin( xy)
 y 2  y cos( xy) x  y  x
x
  f   2
 
y  x  y
 
y  y cos( xy)  2 y  cos xy  xy sin( xy)

2 f   f  
 
 
  ( 2 xy  x cos( xy))  2 x  x 2
sin xy
y 2
y  y  y

  f    f 
    
x  y  y  x 
Contoh 2
Tinjau pers. Gas ideal PV = nRT, dengan P,V, dan T berturut-turut adalah
tekanan, volume dan suhu gas ideal; sedangkan n adalah jumlah mol gas, dan R
suatu tetapan fisika, yaitu tetapan gas semesta (universal). Berikut kita akan
menganggap n tetap.
Jika kita pecahkan bagi P, diperoleh:
nRT P nR P nRT
P  dan  2
V T V V V

Jika kita pecahkan bagi V, diperoleh:


nRT V nR V nRT
V   
P T P P P2

Sehingga P T V  nR  P  nRT  nRT


        1
T V P  V  nR  P2  PV
Diferensial Total
Yang lalu : perubahan fungsi f(x,y) terhadap pertambahan salah satu
variabelnya, x atau y.
Permasalahan : bagaimanakah perubahan fungsi f(x,y) bila x dan y
keduanya bertambah secara bebas ??
Misalkan fungsi f(x,y) mempunyai turunan parsial di (x,y). Pertambahan
fungsi f(x,y) jika x bertambah menjadi x + ∆x, dan y menjadi y + ∆y,
adalah
∆f = f(x + ∆x, y + ∆y) – f(x,y)
Jika ditambahkan dan dikurangkan f(x, y + ∆y) di ruas kanan, diperoleh :
∆f = [ f(x + ∆x, y+ ∆y) – f(x, y+ ∆y)] + [f(x, y+ ∆y) – f(x,y)] (*)

Pertambahan x dalam fungsi f(x, y+ ∆y) dengan


mempertahankan y+ ∆y tetap
Diferensial Total
Teorema nilai rata-rata kalkulus
Jika f(x) memiliki turunan f’(x) pada setiap titik dalam selang [x - ∆x, x+ ∆x],
maka
[f(x+ ∆x)-f(x)]= f’(ξ) ∆x
Dengan ξ = x +  ∆x ( 0 <  < 1 ) sebuah titik dalam selang [x - ∆x, x+ ∆x].
Dengan demikian,
[ f(x + ∆x, y+ ∆y) – f(x, y+ ∆y)] = fx( x + 1∆x, y + ∆y) ∆x

dengan 0 < 1 < 1

Dengan cara yang sama, untuk suku kedua pers.(*), menghasilkan


[f(x, y+ ∆y) – f(x,y)] = fy(x, y+2∆y) ∆y

dengan 0 < 2 < 1


Diferensial Total
Jika turunan parsial fx(x,y) dan fy(x,y) kontinu di (x,y), maka
fx(x + 1∆x, y + ∆y) = fx(x,y) + ε1
fy(x, y+2∆y) = fy(x,y) + ε2
dengan lim ε1= 0 dan lim ε2 = 0 , bila ∆x dan ∆y menuju nol.
Pers.(*) teralihkan menjadi :
∆f = fx(x,y)∆x + fy(x,y)∆y + ε1∆x + ε2 ∆y
Dengan mengambil limit ∆x 0 dan ∆y0, diperoleh turunan
total fungsi f(x,y) : df  f dx  f dy
x y
f f f
Untuk f(x,y,z,... ) , turunan totalnya df  dx  dy  dz  ...
x y z
Contoh 3
Hitunglah diferensial total fungsi pada contoh 1
f(x,y)=xy2 – sin (xy).

Jawab.
fx = y2 – y cos (xy) dan fy = 2xy - x cos (xy)
Sehingga turunan totalnya :
df = (y2 – y cos (xy) )dx + (2xy - x cos (xy)dy
Contoh 4 (1)

Percepatan gravitasi g dapat ditentukan dari panjang l dan


periode T bandul matematis ; rumusnya adalah g = 4π2l/T2.
Tentukanlah kesalahan relatif terbesar dalam perhitungan g jika
kesalahan relatif dalam pengukuran l adalah 5 % dan T, 2 %.
Solusi :
Kesalahan relatif dalam pengukuran l adalah kesalahan
sebenarnya dalam pengukuran l dibagi dengan panjang terukur l.
Karena kita dapat mengukur l lebih besar atau kecil daripada l
sesungguhnya, maka kesalahan relatif terbesar dl/l mungkin -0,05
atau 0,05. Begitupula │dT/T│ terbesar adalah 0,02. Bagaimana
dengan │dg/g│ ???
Contoh 4 (2)

g = 4π2l/T2
ln g = ln(4π2) + ln l – ln T2
atau dg dl dT
 2
g l T
Menurut ketidaksamaan segitiga :
dg dl dT
 2
g l T

maka, kesalahan relatif terbesar │dg/g│ adalah


│dg/g│= 0,05 + 2 (0,02) = 0,09
Aturan Berantai (1)
z = f (x,y ) : persamaan permukaan S dalam ruang. Jika variabel x dan y
berubah sepanjang kurva C sebarang, dengan persamaan
parameternya :
x = x (s), dan y = y(s) s sebagai parameter
maka z = f(x(s), y(s)) = z (s)
Sehingga sepanjang kurva C
dx
dx  ds,
ds dz f dx f dy
dy  
dy  ds, ds x ds y ds
ds
dz
dz  ds
ds
Aturan Berantai (2)
Kasus khusus :
z = f(x, y) ; y = f(x) ; x bebas
dz f f dy
 
ds x y ds
Secara umum untuk n > 2 variabel, f = f(x, y, z, . . . )
dengan x = x ( u, v, w, . . . )
y = y ( u, v, w, . . . )
z = z ( u, v, w, . . . )
f f f
df  dx  dy  dz  ...
x y z
Aturan Berantai (3)

Karena masing-masing variabel x, y, z, . . . adalah juga fungsi


dari u, v, w, . . . , maka :
x x x
dx  du  dv  dw  ...
u v w
y y y
dy  du  dv  dw  ...
u v w
z z z
dz  du  dv  dw  ...
u v w
Sehingga, turunan total fungsi f(x,y,z,...) adalah
 f x f y f z   f x f y f z 
df      ... du      ... dv  ...
 x u y u z u   x v y v z v 
Contoh 5
Jika f = x2 + 2xy – y ln z, dengan x = u + v2, y = u – v2, dan
z = 2u, tentukanlah f , dan f
u v
Solusi : f  f x  f y  f z
u x u y u z u
=(2x + 2y)(1) + (2x –ln z)(1) + (-y/z)(2)
= 4x + 2y – ln z – 2y/z
f f x f y f z
  
v x v y v z v
= (2x + 2y)(2v) + (2x – ln z)(-2v) + (-y/z)(0)
= 4vy + 2v ln z
Fungsi Implisit
Bentuk eksplisit , y = f(x)
Bentuk implisit , φ(x, y) = 0, dy/dx = ???

( / x) asalkan 


  dy
 0
d  dx  dy dx ( / y ) x
x y

Secara geometris, fungsi implisit φ(x, y) = 0 menyatakan


sebuah kurva pada bidang xy, dan dy/dx menyatakan
kemiringan garis singgungnya di titik dimana   0
y
Contoh 6
Tentukanlah kemiringan garis singgung pada kurva
x2 + 2y2 – 4xy + 7x =3 di titik (1, -1)
Solusi : φ(x, y) = ( x2 + 2y2 – 4xy + 7x -3 ) = 0
Turunan parsial φ(x, y) terhadap x dan y :

 ( 2 x  4 y  7)
x

 (4 y  4 x)
y
Kemiringan kurva di titik (1 , -1 ) adalah :
dy ( / x) ( 2 x  4 y  7) 
    13 / 8
dx ( / y ) (4 y  4 x)  (1, 1)
Fungsi Implisit (>2 variabel)

Untuk fungsi implisit dalam tiga atau lebih variabel x, y, z, ...,


yaitu φ(x, y, z, . . . ) = 0,
  
d  dx  dy  dz  ...  0
x y z

Jika 0 , pemecahan bagi dz :
z
   
dz   dx  dy  ... /(  / z )
 x y 
dz ( / x) dz ( / y )
 
dx ( / z ) dy ( / z )
Contoh 7

Tentukan dz / dx dan dz / dy dari persamaan x2 + y2 + z2 - 1 =0

Solusi :
φ(x, y, z) = x2 + y2 + z2 - 1 =0
  
 2y  2z
 2x y z
x
Dengan demikian :
dz x dz y Jika z = 0, sepanjang lingkaran
  x2 + y2 = 1, kedua turunan
dx z dy z
parsial ini takterdifinisikan.
PENERAPAN DALAM
TERMODINAMIKA (1)
Hukum Pertama Termodinamika
“Jika pada sebuah sistem yang berinteraksi secara termal dengan
lingkungan melakukan usaha terhadap lingkungan sebesar δW,
maka sistem tersebut akan mengalami pertambahan energi dalam
dU, dan menerima atau melepas kalor sebanyak δQ, menurut
hubungan δQ = dU + δW”
δQ dan δW untuk membedakan bahwa pertambahan kalor, dan
usaha bergantung pada jenis proses, sedangkan dU menyatakan
diferensial total energi dalam sistem.
Untuk sistem gas, keadaan sistem ditentukan P,V, dan T melalui pers.
Keadaan F(P, V, T) = 0
Gas ideal : PV = nRT dan umumnya U (T, V), sedangkan δW = P dV
PENERAPAN DALAM
TERMODINAMIKA (2)
Hukum Termodinamika Kedua
“Bagi proses irreversibel (terbalikkan ), kalor δQ = TdS, dengan S adalah
entropi “
Hukum pertama termodinamika :
T dS = dU + P dV, atau dU = - TdS + P dV
  U  T
Tampak bahwa U = U(S, V)    
 U  V  S  V
   T
 U   U   S 
dU   dS   dV   U  P
       U 
S V  P  
 V  S  V  S
  U    U  T P Relasi Maxwell besaran-
     
V  S  S  V  V S besaran termodinamika
PENERAPAN DALAM
TERMODINAMIKA (3)
Dengan cara yang sama, tunjukkan relasi Maxwell berikut:

T V S P S V
 ;  ; 
P S V T P T

Anda mungkin juga menyukai