Anda di halaman 1dari 38

Ulasan Kitab Nurul Anwar, Alkhulashotul Wafiyah Dan Badi’atul Mitsal

Oleh : Muhammad Wasil


contoh perhitungan digarap BURHAN ROSYIDI
.
Al Khulashotul Wafiyah, Badi’atul Mitsal dan Nurul Anwar adalah tiga kitab falak yang
sering menjadi rujukan dalam ilmu falak, khususnya kalangan pesantren, di samping
kitab-kitab yang lain seperti
Ad-Duruusul Falakiyah, Fathu Roufil Manan, Sulamun Nayyiroin.
Tiga kitab yang penulis sebut di awal sudah lebih maju dibanding dengan dua kitab yang
disebut terakhir, datanya tidak jauh berbeda dengan data astronomi modern. Dalam
proses perhitungannya juga telah memperhitungkan lintang dan bujur pengamat.
Ketiga kitab tersebut bisa dikatakan sama dalam data yang dipakai maupun urutan
langkah perhitungan (algoritmanya), bedanya adalah dalam hal alat bantu hitung yang
digunakan.
Badi’atul Mitsal disusun berdasarkan model perhitungan memakai alat bantu rubu’
mujayyab, sementara Alkhulashotul Wafiyah disusun berdasar model perhitungan
memakai alat bantu daftar logaritma. Sedangkan Nurul Anwar yang disusun belakangan
sudah dimodernkan berdasar alat bantu kalkulator ataupun komputer.
Kalau Badi’atul Mitsal maupun Alkhulashotul Wafiyah datanya masih berformat buruj
dan derajat, maka dalam Nurul Anwar datanya disusun sudah dalam format derajat.
Walaupun Nurul Anwar sudah menggunakan alat bantu kalkulator ataupun komputer,
namun tidak berarti meninggalkan gaya rubu’ dalam perhitungannya, dengan ciri-ciri
belum menyertakan tanda bilangan (positif-negatif) dalam perhitungannya,
sebagaimana menghitung dengan rubu’ maka tanda bilangan tersebut diberikan setelah
proses perhitungan, sehingga dalam Nurul Anwar pun masih dikenal istilah ittifaq
dan ikhtilaf ( sesuai arah dan beda arah) yang dinyatakan dalam rumus masing-masing.
Dari segi isinya, Alkhulashotul wafiyah bisa dikatakan materi yang dikandung sudah
komplit meliputi, hisab waktu sholat, arah qiblat, ijt ima’ hisab hilal awal bulan, gerhana
dan materi-materi penting lainnya.
Sementara Badi’atul Mitsal adalah risalah tersendiri yang hanya memuat tentang hisab
hilal awal bulan. Sedangkan Nurul Anwar mencakup hisab awal bulan dan gerhanan baik
bulan maupun matahari.
Terdorong cinta penulis kepada kitab-kitab berikut, penulis ingin membuat sedikit
ulasan dalam hal perhitungan hilal awal bulan dari ketiga kitab tersebut.
Penulis mengajak pembaca untuk membedah dan mengulas rumus-rumus dalam proses
perhitungan, sehingga kita bisa memahami lebih dari sekedar dapat mengerjakan
hitungannya. Namun penulis tidak akan menerangkan langkah-langkah menggunakan
rubu’ mujayyab ataupun tabel logaritma sebagaimana dalam Badi’atul Mitsal maupun
Alkhulashotul Wafiyyah Penulis mengajak membahas persamaan rumus-rumusnya secara matemat

Sebelum penulis mengulas lebih jauh terlebih dahulu mari kita mengingat-ingat dahulu
tentang segitiga bola dan aturan-aturannya, karena nanti penulis dalam mengulas
kitab-kitab tersebut berhubungan dengan aturan-aturan

segitiga bola.
Gambar.1
Aturan segitiga bola sembarang
Aturan sinus
Sin a = Sin b = Sin c
Sin A Sin B Sin C
Aturan cosinus
Cos a = cos b . cos c + sin b . sin c . cos A
Cos b = cos a . cos c + sin a . sin c . cos B
Cos c = cos a . cos b + sin a . sin b . cos C
Persamaan-persamaan di atas bisa diubah, diturunkan ke dalam bentuk persamaan-
persamaan yang lain.
Intinya segitiga bola terdiri dari 6 unsur pokok, 3 buah titik sudut yaitu A, B, C dan tiga

buah busur yaitu a, b, dan c . jika diketahui 3 dari 6 unsur tersebut maka dapat dihitung
unsur-unsur yang lainnya.
2
Gambar.2
Aturan segitiga bola siku-siku
Segitiga bola siku-siku terdiri dari 5 unsur pokok, yaitu 2 buah titik sudut yang tidak siku-
siku dan 3 buah busur, dalam gambar di atas unsur-unsurnya A, C, a, b dan c. sedang
titik sudut B tidak diperhitungkan.
Untuk unsur-unsur selain kedua busur siku-siku nilainya diambil dari nilai pelengkap
sudutnya. Sehingga unsur-unsur diatas di atas adalah
1. busur c
2. busur a
3. 90 – sudut C
4. 90 – busur b
5. 90 – sudut A
Urutan berlaku berputar dan bisa diurutkan dari mana saja , asal urut dan tidak
melompat.
Gambar.3
Jika diketahui 2 unsur dari lima unsur tersebut maka bisa dihitung unsur-unsur yang lain,
dengan aturan sebagai berikut
Nilai sinus suatu unsur = hasil kali tange n 2 unsur yang mengapitnya
Nilai sinus suatu unsur = hasil kali cosinus 2 unsur yang be rhadapan dengannya

Contoh :
sin c = tan a x tan (90 – A)
sin (90 – C) = tan a x tan (90 – b). dll
sin c = cos (90 – b) x cos (90 – C)
sin (90 – C) = cos (90 – A) x cos c . dll
Persamaan-persamaan di atas bisa diturunkan ke persamaan yang lain sesuai konteks
kasus perhitungannya
Sekarang kita terapkan dalam perhitungan :
Kita ambil contoh adalah perhitungan bujur Matahari dan Bulan saat terbenam akhir
bulan Dzulqo'dah 1435 H, Rabu 24 September 2014 jam 17 : 48 WIB,
Markaz PASIRASEM INDONESIA 6° 48' 4" LS, 107° 15' 56" BT
dengan hasil pokok sebagai berikut :
Thulusy Syamsi = 181° 17’ 37.8”
Thulul Qomar = 183° 23’ 47.84”
Dalil Khomis =343° 9’ 7.23”
Uqdah = 159° 49’ 2.57”
Gambar.4
Sebaiknya halaman ini maupun halaman lain yang bergambar dicetak sehingga bisa
dilihat saat menyimak penjelasan dalam tulisan ini
4

Hasil tersebut kalau dimasukkan dalam gambar maka :

Thulus Syamsi (Bujur Matahari/Sun’s L ongitude) dihitung sepanjang lingkaran ekliptika


(falak matahari,lingkaran hijau) dari titik aries (ϒ) sampai dengan titik M.
Pada titik aries (ϒ) terbentuk sudut sebesar kemiringan ekliptika terhadap ekuator
ekuator langit sebesar 23 27’ (Alkhulashotul Wafiyah). 2 3 26’ 40” (Nurul Anwar).

Mailul Awal lisy syamsi (Deklinasi Matahari ) adalah panjang busur m-M.
) adalah panjang busur
m
Rumus perhitungannya adalah : sin δm = sin Thulusy syamsyi x sin Mailul A'dhom
Dari mana rumus tersebut ?
Dari gambar di atas kita dapatkan sebuah segitiga bola yaitu ϒ-m-M. dengan sudut siku-siku
di titik m. unsur-unsur yang sudah di ketahui adalah :
Besar sudut di titik ϒ (O) = 23 26’ 40”
Busur ϒ- M (thulusy syamsi: λm ) = 181° 17’ 37.8”
Yang dicari adalah busur m - M (Deklinasi Matahari : δm)
Jika kita sendirikan gamabrnya sebagai berikut :
Gambar.5

Sesuai aturan segitiga bola siku-siku di atas jika ada dua unsur dari lima unsur maka
unsur-unsur yang lain dapat dihitung.
Sesuai aturan segitiga bola di atas bisa kita tuliskan sebagai berikut :
Sinus suatu unsur adalah hasil kali cosinus unsur-unsur yang berhadapan dengannya
Suatu unsur yang di cari adalah = sinus δm
Unsur-unsur yang berhadapan dengannya adalah O dan λm
Sehingga :
Sin δm = cos (90 - O)x cos ( 90 - λm ) ……………………………………………(rumus.1)
= sin O x sin λm
= sin (23° 26’ 40”) x sin (181° 17’ 37.8”)
= 0.397859675076278 x -0.0225797461138528
Sin δm = -0.00898357045216232
δm = -0.514727595501125
= 0° 30’ 53.02”

ALMATHOLI’UL FALAKIYAH LISY SYAMSI


Menghitung AlMatholi’ berarti menghitung Asensiorekta /panjatan Tegak Matahari,
kemudian ditambah dengan 90 atau dalam bahasa kitab-kitab tersebut dihitung dari
Buruj Jadyu/Capricorn, bukan dari Haml/Aries. Dirumuskan sebagai berikut :

Sin R.Am = cos Thulusy Syamsi / cos Almailul Awal Lisy syamsi
Rumus ini bisa kita telusuri sebagai berikut:
Sete lah kita menghitung deklinasi Matahari, maka unsur-unsur segitiga bola siku-siku
diatas yang diketahui nilainya semakin lengkap yaitu :
O = 23 26’ 40”
λm = 181° 17’ 37.8”
δm= 0° 30’ 53.02”

Yang di cari adalah R.Am


Masih menggunakan kaidah “Sinus suatu unsur adalah hasil kali cosinus unsur-unsur
yang berhadapan dengannya”
Suatu unsur yang dimaksud disini adalah λm
Unsur yang berhadapan dengannya adalah δm dan R.Am
Sehingga :
Sin (90 - λm) = cos δm x cos R.Am , ini bisa diubah menjadi :
cos λm = cos δm x cos R.Am
karena yang dicari adalah R.Am maka diubah lagi menjadi sebagai berikut :
cos λm / cos δm = cos R.Am , dibalik kanan-kirinya menjadi :
cos R.Am = cos λm / cos δm
6

karena kitab-kitab tersebut aslinya disusun dengan bahasa rubu’ mujayyab maka akan
lebih mudah jika hasil akhir berupa nilai jaib atau sinus, maka persamaan di atas menjadi :

sin Hm = cos λm / cos δm


baru kemudian penyesuaian kuadaran sebagai berikut :
jika λm berada antara 0 – 90 maka matholi’nya = 180 – hasil perhitungan
jika λm berada antara 90 – 180 maka matholi’nya = 180 + hasil perhitungan
jika λm berada antara 180 – 270 maka matholi’nya = 360 – hasil perhitungan
jika λm berada antara 2700 – 360 maka matholi’nya = hasil perhitungan

praktik perhitungan

sin Hm = cos λm / cos δm ……………………………………………….... (rumus.2)


sin Hm = cos(181° 17’ 37.8”/ cos(0° 30’ 53.02”)
sin Hm = -0.999745045031699 / 0.99995964691678
sin Hm= -0.999785389454722
Hm = -88.8129447679197
Hm = -89° 11’ 13.399”
Karena λm berada antara 270 – 360 maka matholi’nya = hasil perhitungan, maka
Almatholi’ul Falakiyyah lisy syamsi =-89° 11’ 13.399” = -89 11’ 13.399”

Di depan penulis katakan bahwa Almatholi’ul Falakiyyah adalah asensiorekta + 90 ,


mari kita buktikan
cos R.Am = cos λm/ cos δm ……………………..……………………………. (rumu.3)
cos R.Am = -0.999785389454722, (sesuai perhitungan di atas )
R.Am = 178.81294476792
R.Am = 178° 48’ 46.601”

Almatholi’ = R.Am + 90 = 178° 48’ 46.601”+ 90 = 268 48’ 46.601”. Hasilnya sama.

Sekarang kita cek apakah hitungan kita dengan memasukkan ke dalam persamaan
yang lain, misalnya kita cek λm, O dan R.Am
Kita ambil kaidah “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali tangen 2 unsur yang
mengapitnya”
Suatu unsur yang kita cek adalah O
Unsur-unsur yang mengapitnya adalah λm dan R.Am
maka dapat kita tulis sebagai berikut :

Sin (90 – O) = tan R.Am x tan (90 - λm), dapat diubah menjadi
),
dapat diubah menjadi
m
cos O = tan R.Am / tan λm …………………………………………………………..(rumus.4)

= TAN(178° 48’ 46.601”) / tan (181° 17’ 37.8”)


= 6,0422169372854826/ 6,5859081462 1351084
cos O = 0,91744628123296603
O = 156.555555555569
O = 156° 33’ 20”

Hasilnya cocok, berarti hitungan sudah benar


Sehingga selain dengan rumus di atas, R.Am juga dapat kita rumuskan se bagai berikut
tan R.Am = tan λm x cos O………………………………………………………………..(rumus.5)

‘IRODLUL QOMAR (LATITUDE OF MOON) ALMAILUTS TSANI LILQOMAR , BU’DU


QOMAR(DEKLINASI BULAN) DAN ALMATHOLI’UL FALAKIYAH LILQOMAR
(ASENSIOREKTA BULAN).
Gambar.6

‘Irodlul qomar
Untuk menghitung ‘irodlul qomar maka perhatikanlah segitiga bola siku-siku N-B’-B yang
siku-siku di titik B’ . kelima unsurnya adalah :
N-B = Alhish shotul mua’ddalah / Dalil Khomis : F
N = 5 = kemiringan falak bulan terhadap ekliptika : i
N-B’ =
B’-B = ‘irodlul qomar/latitude of moon

B =

Dalam kasus ini perhitungannya sama dengan perhitungan deklinasi Matahari (δm),
dimana menggunakan kaidah
:
dimana menggunakan kaidah : “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali cosinus unsur-
unsur yang berhadapan dengannya”
Suatu unsur yang di cari adalah = sinus irodlul qomar (Q1)

unsur-unsur yang berhadapan dengannya adalah i dan F (Alhish shotul mua’ddalah)


sehingga :
sin Q
sin Q1 = cos(90 – i) x cos (90 – F)
sin Q1 = sin i x sin F………………………………………………………………………………..(rumu
= sin(5) x sin(343° 9’ 7.23”)
= 0.0871557427476582 x -0.289833543776898
Sin Q1 = -0.0252606577810614
Q1 = -1.44748304644247
Q1 = -2° 33’ 9.061”

Almailuts Tsani lilqomar (Q2)


Untuk menghitungnya maka perhatikanlah segitiga bola siku-siku
ϒ-B'-b’ dengan siku-siku di titik B’. unsur-unsurnya adalah :
O = 23° 26’ 40”
ϒ- B' = λb = 183° 23’ 47.84”
b’- B’ = Q2 = Almailits Tsani

b’ =
ϒ- b' =
Kaidah yang dipakai adalah
Kaidah yang dipakai adalah “Nilai sinus suatu unsur = hasil kali tangen 2 unsur yang mengap
Suatu unsur yang dicari = λb
Unsur-unsur yang mengapitnya adalah Q2 dan O
Sehingga :
Sin λb = tan Q2 x tan (90 – O) , kemudian diubah menjadi
sin λb = tan Q2/ tan O, kemudian tan O dipindah ke kiri menjadi
Sin λb x tan O = tan Q2, jika dibalik kanan kirinya menjadi
tan Q2 = sin λb x tan O…………………………………………………………(rumus.7)
= SIN(183° 23’ 47.84”) x tan (23° 26’ 40”)
= -0.0592475238973423 x 0.433659913626321

tan Q2 = -0.0256932760958949
Q2 = -1.47179247394771
Q2 = -2° 31’ 41.547”

Al’irodlul mu’addal (Q)


Al’irodlul mu’addal adalah b’ – B, berasal dari ‘irodlul qomar dan Almailuts tsani
lilqomar, panjang pendek dan arah tergantung arah keduanya. Dalam kasus contoh
perhitungan ini arahnya keduanya berbeda maka diambil selisihnya, jika arah
sama maka keduanya ditambahkan.
Q1 = -2° 33’ 9.061”
Q2 = -2° 31’ 41.547”
Al’irodlul mu’addal (Q) = Q1 + Q2 ……………………………………………..……………(rumus.
= -2° 33’ 9.061” - -2° 31’ 41.547”
Al’irodlul mu’addal (Q) = 0° 1’ 27.514”

Bu’dul qomar / deklinasi bulan (δb)


Dalam kitab-kitab tersebut dirumuskan sebagai berikut :
sin δb= sin Q x Cos O/ coc Q2

Dari manakah rumus te rsebut?


Untuk menghitung bu’dul qomar maka perhatikanlah segitiga bola siku-siku B-b-b’
yang siku-siku di titik b. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

B =
b-B = Bu’dul qomar (δb)
b-b’ =

b’ =
b’-B = Alirodlul Mu’addal (Q)
Dari kelima unsur tersebut baru satu unsur yang diketahui , yaitu Al’irodlul Mu’addal.
Sementara yang akan kita hitung adalah Bu’dul qomar (δb). Maka perlu mencari nilai
salah satu unsur supaya bisa dihitung.

Dari unsur-unsur di atas yang dapat kita cari adalah b’.


Perhatikanlah gambar , perhatikan segitiga bola siku-siku ϒ-B’- b' yang siku-siku di
titik B’. dengan unsur-unsurnya sebagi berikut:
O = Almailul A’dhom
ϒ-B’ = Thulul qomar (λb)
B’- b' = Almailuts Tsani lilqomar (Q2)

b’ =
ϒ-b’ =
10

Dari lima unsur di atas ada tigan unsur yang diketahui nilainya, sudah lebih dari cukup
untuk menghitung nilai unsu-unsur yang lain.

Di atas yang kita perlukan untuk menghitung deklinasi bulan adalah nilai b’.

Kita pakai aturan “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali cosinus unsur-unsur yang
berhadapan dengannya”
Sinus suatu unsur yang kita c ari adalah sinus (90 – O)

Unsur yang berhadapan dengannya = adalah b’ dan Almailuts Tsani lilqomar (Q2)

Maka sin (90 – O) = cos (90 – b’) x coc Q2

Cos O = sin b’ x coc Q2 , sehingga :


Cos O/ coc Q = sin b’ , dibalik kanan kirinya menjadi

sin b’ = cos O/ coc Q2

kita telah mempunyai rumusan nilai b’ , maka sekarang ke mbali ke segitiga bola
siku-siku B-b-b’ untuk meneruskan perhitungan mencari bu’dul qomar (δb).

Dengan diketahuinya b’, maka dalam segitiga ini telah dua unsur dike tahui yaitu :
B =
b-B = Bu’dul qomar (δb)
b-b’ =

sin b’ = sin O x cos λb


b’-B = Alirodlul Mu’addal (Q)
maka memungkinkan untuk menghitung unsur-unsur yang lain. Untuk menghitung
bu’dul qomar kembali kita gunakan kaidah “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali
cosinus unsur-unsur yang berhadapan dengannya”
suatu unsur yang kita cari adalah Bu’dul qomar (δb)

unsur yang berhadapan dengannya adalah b’ dan Alirodlul Mu’addal (Q)


sehingga bisa kita tulis :

sin δb = coc (90 – Q) x cos (90 - b’)

sin δb = sin Q x sin b’ kemudian nilai sin b’ diganti persamaan di atas


sin δb = sin Q x Cos O/ coc Q2
jadi rumus tersebut adalah ringkasan dari dua langkah perhitungan sebagaimana
penulis uraikan di atas.
Praktik perhitungannya
sin δb = sin Q x Cos O/ coc Q2 ………………………………………. (rumus.9)
= SIN(0° 1’ 27.514”) x cos (156° 33’ 20”) / cos(-2° 31’ 41.547”)
= 0.000424279536512037 x 0.917446281232966 / 0.999670091113384
sin δb =0.000389382143605679
δb = 0.0223099540101292
= 0° 1’ 20.316”

11

Adakah jalan lain yang lebih singkat untuk menghitung bu’dul qomar tersebut?
Sekarang kita perhatikan segitiga KEU – KLU – B . unsur-unsur segitiga ini adalah
KEU – B = 90 – ‘irodlul qomar (Q1)
KL U – B = 90 – bu’dul qomar (δb)
KL U – KEU = kemiringan eklitika/ Almailul a’dhom (O)

KEU = 90 – thulul qomar (λb)

B =

KL U =
Irodlul qomar, Almailul a’dhom dan thulul qomar sudah diketahui maka unsur-unsur
yang lain dapat kita hitung. Karena ini bukan segitiga bola siku-siku maka kita tidak
bisa menggunakan kaidah segitiga bola.
Kita memakai aturan cosinus :
Cos a = cos b x cos c + sin b x sin c x cos A
Kita misalkan
A = KEU = 90 - λb
B = B
C = KLU
a = KLU – B = 90 - δb
b = KLU – KEU = O
c = KEU - B = 90 - Q1

kita masukkan dalam persamaan di atas


Cos (90 -δb) = cos b x cos c + s in b x sin c x cos A
= cos O x cos (90 - Q1) + sin O x sin (90 - Q1) x c os (90 -λb)
Cos (90 -δb) = cos O x sin Q1 + sin O x cos Q1 x sin λb
Sin δb = cos O x sin Q1 + sin O x cos Q1 x sin λb

kita praktekkan
Sin δb = cos O x sin Q1 + sin O x cos Q1 x sin λb ……………………………..(rumus.10)
Sin δb = cos (156° 33’ 20”) x sin (-2° 33’ 9.061”)
+ sin (156° 33’ 20”) x cos (-2° 33’ 9.061”) x sin(183° 23’ 47.84”)
= 0.917446281232966 x -0.0252606577810614
+ 0.397859675076278 x 0.999680898671405 x -0.0592475238973423
sin δb = -0.0467399752290725
δb = -2.67897934728798
δb = -3° 19’ 15.674”
Hasilnya sama dengan perhitungan di atas, artinya hitungan sudah benar, jika
memakai rumus ini maka kita tidak perlu menghitung almailuts tsani maupun
al’irodlul mu’addal, lebih singkat.

Almatholi’ul falakiyah lilqomar.


Sebagaimana Almatholi’ul falakiyah lisy syamsi, almatholi’ul falakiyah lil qomar adalah
asensiorekta bulan + 90 (dihitung dari titik Jadyu/Capricorn). Maka dalam Badi’atul
mitsal dan Alkhulashotul wafiyah dirumuskan seperti rumus almatholi’ul falakiyah lisy
syamsi, yaitu :
Sin Hb = cos λb / cos δb

Sekarang kita lihat dalam gambar


R.Ab = ϒ- b'
δb = b’ – B
λb = ϒ - B'

Ketiganya tidak membentuk segitiga bola!


Artinya di sini ada masalah.
Dugaan penulis, ketika Shohibu Nuril Anwar merasa janggal maka beliau berijtihad
sesuatu, maka kitab Nurul Anwar yang datang belakangan agak berbeda dengan
pendahulunya dalam hitungan ini, walaupun menggunakan bentuk rumus yang sama
namun salah satu unsurnya diubah , dengan menciptakan Bu’dul Qomar tsani, yang
diambil dari nilai rata-rata dari Almailul awwal lilqomar ditambah bu’dul qomar (δb).
Almailul awal lilqomar dihitung persis sebagai mana menghitung Almailul awal lisy
syamsi, menggunakan rumusan :
Sin d = sin λb x sin O ………………………………………..………......…..(rumus.11)
= SIN(183° 23’ 47.84” x sin(156° 33’ 20”)
= -0.0592475238973423 x 0.397859675076278
Sin d = -0.0235722006068706
d = -1.35071271525548
d = -2° 38’ 57.434”

bu’dul qomar tsani (b2 ) = (d + δb)/2 ………………………………………(rumus.12)


= (-2° 38’ 57.434” + -3° 19’ 15.674”)/2
= (-5° 58’ 13.109”)/2
b2 = -3° 59’ 6.554”

Baru kemudian dimasukkan dalam hitungan :


Sin H = cos λb / cos b2 …………………………………………………(rumus.13)

Sin Hb = cos(183° 23’ 47.84”) / cos (-3° 59’ 6.554”)


= -0.998243322498094 / 0.999381750587294
Sin Hb = -0.99886086764289
Hb =-87.2649456586442
= -88° 44’ 6.196”

Karena Hb berada antara 270 – 360 maka matholi’nya = hasil perhitungan, maka
Almatholi’ul Falakiyyah lil qomar = -88° 44’ 6.196” = -88° 44’ 6.196”

Menurut hemat penulis, bahwa Alamailul awal lilqomar maupun bu’dul qomar tsani,
keduanya tidak bisa dimasukkan ke dalam gambar, karena falak bulan tidak
berpotongan dengan ekliptika ataupun ekuator sehingga membentuk sudut sebesar
almailul a’dhom sebagaimana ekliptika yang memang berpotongan dengan ekuator
sebesar itu. Kalau bu’dul qomar hanya merupakan sebuah nilai rata-rata.

Menurut hemat penulis, yang perlu disesuaikan bukan pada bu’dul qomarnya namun
pada thulul qomarnya.
Kita perhatikan gambar di atas lagi, supaya tebentuk sebuah segitiga yang kita
perlukan adalah sebuah busur yang menghubungkan titik ϒ dan titik B. (ϒ- B)
misalnya kita sebut saja thulul qomar tsani (L2), sehingga terbentuk sebuah segitiga
siku-siku ϒ- b – B, dengan siku-siku di titik b. lihatlah garis berwarna kuning.
Gambar.7

Unsur-unsur segitiga bola siku-siku


ϒ- b – B, dengan siku-siku di titik b. lihatlah garis berwarna kuning.- b – B, adalah sebagai beriku
(
(ϒ – B) = thulul qomar tsani, (L2)

B-ϒ- b =
(ϒ- b) = R.Ab

(b - B) = δb

b –B- ϒ =

Dari kelima unsur tersebut yang diketahui baru hanyalah bu’dul qomar(δb), kita perlu
data satu unsur lagi untuk melakukan perhitungan, maka sekarang kita cari thulul
qomar tsani, (L2).
thulul qomar tsani, (L) bisa kita hitung dari segitiga bola siku-siku baru yang lain
2
kemudian terbentuk juga yaitu segitiga (ϒ- B’ - B) dengan siku-siku di titik B’. unsur-
unsurnya adalah :

(ϒ- B’) = thulul qomar (λb) , sudah diketahui


(B’ – B) = ‘irodlul qomar (Q1), sudah diketahui

B’-B-ϒ =
(ϒ- B) = thulul qomar tsani (L2)

B-ϒ-B’ =

Sudah ada dua unsur yang diketahui nilainya maka kita dapat menghitung unsur-unsur
yang lain. Kita gunakan kaidah “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali c osinus unsur-
unsur yang berhadapan dengannya dengannya ”
Suatu unsur yang kita cari = thulul qomar tsani (L2)
Unsur-unsur yang berhadapan dengannya =
Unsur-unsur yang berhadapan dengannya = thulul qomar (λb) dan ‘irodlul qomar (Q1)
) kemudian dapat kita tulis sebagai berikut :
Sin (90 - L2) = cos (λb) x cos(Q1) ………………………………………………..(rumus.14)

Kemudian persamaan yang terakhir kita dapatkan kita masukkan untuk perhitungan
tadi yang tertunda. Kita kembali ke segitiga bola siku-siku ϒ- b – B, dengan
ditemukannya rumusan (L2) maka sudah ada dua unsur yang diketahui yaitu (L2) dan δb
kita tuliskan kembali unsur-unsurnya :

(ϒ- B) = thulul qomar tsani, (L2), sudah diketahui

B-ϒ-b =
(ϒ- b) = R.Ab
(b - B) = δb , sudah diketahui

b –B-ϒ =

Kita gunakan kaidah “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali cosinus unsur-unsur
yang berhadapan dengannya dengannya ”
Suatu unsur yang kita cari = thulul qomar tsani (L2)
Unsur-unsur yang berhadapan dengannya = R.Ab dan δb

Kemudian dapat kita tulis sebagai berikut :


Sin (90 - L2) = cos (R.Ab) x cos( δb) dapat diubah menjadi :
cos (λb) x cos(Q1) = cos (R.Ab) x cos(δb)
cos (λb) x cos(Q1) / cos(δb) = cos (R.Ab) kemudian dibalik kanan kirinya
cos (R.Ab) = cos (λb) x cos(Q1) / cos(δb) ………………………………………..(rumus.15)
cos (R.Ab) = cos(183° 23’ 47.84”) x cos(-2° 33’ 9.061”) / cos (-3° 19’ 15.674”)

= -0.998243322498094 x 0.999680898671405 / 0.998907090131803


cos (R.Ab) = -0.999016616846669
(R.Ab) = 177.458824798951
(R.Ab) = 177° 27’ 31.769”
Almatholi’ul falakiyah lilqomar = R.Ab + 90 ………………………………………..(rumus.16)
= 177° 27’ 31.769” + 90 = 267 27’ 31.769”

Sekarang kita cek apakah hitungan ini sudah tepat ataukah belum.
Kita menghitung salah satu unsur yang lain kemudian untuk menghitung balik unsur

yang sudah diketahui, misalnya kita hitung b –B- ϒ (kita sebut saja : X)
Kita masih bisa menggunakan kaidah “Nilai sinus suatu unsur = hasil kali tangen 2
unsur yang mengapitnya”
Suatu unsur yang kita cari = δb
Unsur-unsur yang berhadapan dengannya = R.Ab dan X
Kemudian dapat kita tulis sebagai berikut :
Sin δb = tan (R.Ab) x tan (90 – X) dapat diubah menjadi :
Sin δb = tan (R.Ab) / tan X dapat diubah menjadi :
Sin δb x tan X = tan (R.Ab)
tan X = tan (R.Ab) / Sin δb ……………………………………………….(rumus.17)
= tan (177° 27’ 31.769”/ sin (-3° 19’ 15.674”)
= -0.0443809783861955 / -0.0467399752290725
tan X = 13,4859183394251884
X = 43.5170218931103
X = 43° 31’ 1.279”

Sekarang kita hitung nilai L2


Di atas kita mempunyai persamaan
Sin (90 - L2) = cos (λb) x cos(Q1) ………………………………………………….(rumus.14)
cos L2 = cos (λb) x cos(Q1) ……………..…………………………………………..(rumus.18)

Cos L2 = COS(183° 23’ 47.84”) x cos(-2° 33’ 9.061”)


= -0.998243322498094 x 0.999680898671405
Cos L2 = -0.997924781727624
L2 = 176.308144835406
L2 = 176° 18’ 29.321”

Kemudian kita gunakan untuk menghitung balik , kita hitung ulang R.Ab dengan unsur
X dan (L2)

Kembali kita gunakan kaidah “Nilai sinus suatu unsur adalah hasil kali cosinus unsur-
unsur yang berhadapan dengannya dengannya ”
Suatu unsur yang kita cari = R.Ab
Unsur-unsur yang berhadapan dengannya = (L2) dan X

Kemudian dapat kita tulis sebagai berikut :


Sin (R.Ab) = cos (90 - L2) x cos (90 – X) dapat diubah menjadi :
Sin (R.Ab) = sin L2 x sin X ……………………………………………..(rumus.19)

= sin (176° 18’ 29.321”) x sin (43° 31’ 1.279”)


= 0.0643904497101392 x 0.688570045391986
Sin (R.Ab) = 0.0443373348797209
(R.Ab) = 2.54117520104919
(R.Ab) = 2° 32’ 28.231”

Sampai di sini hasil yang kita dapatkan sama R.Ab = 2° 32’ 28.231”, baik dengan
menggunakan rumus cosinus maupun rumus sinus , dengan kata lain hitungan sudah
benar dan tepat.

Kita lanjutkan.
Menurut hemat penulis, kalau ditelusuri lagi, permasalahan tidak hanya di sini namun
hal itu berawal sejak dari rumus perhitungan ‘irodlul qomar.
‘irodlul qomar dihitung dari Alhishshotul mu’addalah (dalil khomis/argument of
moon’s latitude, kadang di notasikan dengan simbul F) dan besar sudut inkinasi falak
bulan terhadap ekliptika.
Dalil Khomis tersebut didapatkan dari penjumlahan Thulul Qomar dan ‘Uqdah (node).
Berbeda dengan thulusy syams i maupun thulul qomar, ‘Uqdah dihitung dari titik Haml
ke arah barat, jadi berlawanan dengan thulul qomar maupun thulusy syamsi. Kalau
dalam gambar adalah (ϒ- N). lihat kembali gambarnya. Sehingga Dalil Khomis (F)
adalah (ϒ- B’) + (ϒ- N) = (N-B), bukan (N – B) sebagai mana kita bahas di atas.
Konsekue nsinya rumus ‘irodlul qomar juga harus disesuaikan
, kita urutkan kembali.
Untuk menghitung ‘irodlul qomar maka perhatikanlah segitiga bola siku-siku N-B’-B
yang siku-siku di titik B’ . kelima unsurnya adalah :
N-B =

N = 5° = kemiringan falak bulan terhadap ekliptika : i


N-B’ = Alhish shotul mua’ddalah / Dalil Khomis : F
B’-B = ‘irodlul qomar/latitude of moon

B =
Bandingkan dengan yang di awal pembahasan
Berbeda dengan yang awal pembahasan karena letak F berubah maka untuk
menghitungnya juga berubah, sekarang kita gunakan kaidah “Nilai sinus suatu unsur =
hasil kali tangen 2 unsur yang me ngapitnya”
Unsur yang diapit adalah F
Unsur yang mengapit adalah ‘irodlul qomar Q1 dan (i)
Maka dapat kita tulis
Sin F = tan Q1 x tan (90 – i) dapat diubah menjadi
Sin F = tan Q1 /tan i dipindah ke kiri
Sin F x tan i = tan Q1
tan Q1 = sin F x tan i

inilah persamaan untuk menghitung ‘irodlul qomar (Q1)


sekarang kita praktekkan
tan Q1 = sin F x tan i ………………………………………………………………..(rumus.20)
tan Q1 = Sin(343° 9’ 7.23”) x tan (5)
= -0.289833543776898 x 0.087488663525924
tan Q1 = -0.0253571493900232
Q1 =-1.45254637203796
Q1 = -2° 32’ 50.833”
Karena Q1 berubah maka yang lain juga harus kita hitung ulang

Menghitung Bu’dul qomar (δb)


sin δb = cos O x sin Q1 + sin O x cos Q1 x Sin λb ……………………………….(rumus .10)

sin δb = cos(156° 33’ 20”) x sin (-2° 32’ 50.833”)


+ sin (156° 33’ 20”) x cos (-2° 32’ 50.833”) x sin(183° 23’ 47.84”)
= 0.917446281232966 x -0.0253490011855232
+ 0.397859675076278 x 0.999678662440535 x -0.0592475238973423
Sin δb = -0.0468209728440847
δb = -2.68362525514638
δb = -3° 18’ 58.949”

Menghitung R.Ab
cos (R.Ab) = cos λb x cos Q1 / cos δb ………………………………………….(rumus.15)
cos (R.Ab) = cos(183° 23’ 47.84”) x cos(-2° 32’ 50.833”) / cos (-3° 18’ 58.949”)
=-0.998243322498094 x 0.999678662440535 / 0.998903296872091
cos (R.Ab) = -0.999018175783309
(R.Ab) = 177.460840163664
(R.Ab) = 177° 27’ 39.025”

Almatholi’ul falakiyah lilqomar = R.Ab + 90 ……………………………………….(rumus.16)


= 177° 27’ 39.025” + 90
= 267° 27’ 39.025”

Matholi’ul ghurub
Matholi’ul ghurub adalah sudut waktu bulan atau matahari ditambah almatholiu’
falakiyah, untuk menghitungnya maka perlu menghitung mengetahui besar sudut
waktu saat itu. Disebut matholi’ul ghurub karena yang dimaksud sudut waktu di sini
adalah sudut waktu matahari atau bulan saat terbenam.

Sudut waktu saat terbenam (nishfu qousin nahar)


Untuk menghitung sudut waktu rumus yang digunakan adalah sama seperti
menghitung waktu-waktu sholat.

Cos t = sin h -sin φ x sin δ ...............................................................(rumus.21)


cos φ x cos δ
Rumus ini diturunkan dari rumus cosinus

Cos a = cos b x cos c + sin b x sin c x cos A


Misalkan
a = 90 –h
b = 90 – φ
c = 90 – δ
A =t
Maka :
Cos (90 – h) = cos(90 – φ) x cos ( 90 – δ) + sin (90 – φ) x sin ( 90 – δ) x cos t
sin h = sin φ x sin δ + cos φ x cos δ x cos t
sin h - sin φ x sin δ = cos φ x cos δ x cos t

sin h - sin φ x sin δ = cos t


cos φ x cos δ

cos t = sin h - sin φ x sin δ


cos φ x cos δ

cos t = sin h - sin φ x sin δ


cos φ x cos δ cos φ x cos δ

cos t = sin h x 1 x 1 - sin φ x sin δ


cos φ cos δ cos φ x cos δ

sehingga bisa juga di tulis


cos t = sin h x sec φ x sec δ – tg φ x tg δ
Gambar.8

Gambar.9
t = sudut yang terbentuk di Kutub = sudut waktu
A = Azimut adalah sudut yang terbentuk di Zenit (Z)
h = ketinggian
δ = deklinasi

φ = lintang tempat

Karena t yang dihitung adalah t saat terbenam maka h adalah ketinggian matahari
atau bulan saat terbenam. Dalam Nurul Anwar, h = -1 13’.
Praktek perhitungan
Untuk sudut waktu matahari (tm)
h = -1° 13’.
φ = -6° 48' 4"
δm = 0° 30’ 53.02”

cos tm = sin h x sec φ x sec δm – tg φ x tg δm ...........................................(rumus.22)


Cos tm = sin (-1° 13’) x sec(-6° 48' 4")x sec(0° 30’ 53.02”) - tg(-6° 48' 4") x tg(0° 30’ 53.02”)
Cos tm = -0.0212332434052988 x 1.00708665552897 x 1.00004035471166
- (-0.119262449012821) x -0.00898393298155757
cos t = -0.0224560248699195
tm = 91.2867436101641
tm = 91° 17’ 12.277”

untuk sudut waktu bulan (tbg)


h = -1° 13’.
φ = -6° 48' 4"
δb = -3° 18’ 58.949”

cos tbg = sin hb x sec φ xsec δb - tg φ x tg δb ...........................................(rumus.23)


cos tbg = sin (-1 13’) x sec (-6° 48' 4") x sec -3° 18’ 58.949”)
– tg (-6° 48' 4") x tg (-3° 18’ 58.949”)
cos tbg = -0.0212332434052988 x 1.00708665552897 x 1.00109790720618
- (-0.119262449012821) x -0.0468723779275704
= -0.0269973080057584
tbg = 91.5470197711904
tbg = 91° 32’ 49.271”

matholi’ul ghurub lisy syamsi = alamtholi’ul falakiyah lisy syamsi + tm ……(rumus.24)


= 268 48’ 46.601” + 91° 17’ 12.277”
= 360° 5’ 58.878”
matholi’ul ghurub lilqomar = alamtholi’ul falakiyah lilqomar + tbg …………(rumus.25)
= 267° 27’ 39.025” + 91° 32’ 49.271”
= 359 0’ 28.296”

Qousul Muktsi
Qousul muktsi adalah selisih matholi’ul ghurub lilqomar dan matholi’ul ghurub
lilqomar. Merupakan indikasi lama hilal di atas ufuq atau indikasi tenggang antara
terbenamnya matahri dan bulan.

Qousul muktsi = matholi’ul ghurub lilqomar - matholi’ul ghurub lisy syamsi(rumus.26)


Qousul muktsi = 359 0’ 28.296” - 360° 5’ 58.878”
Qousul muktsi = -1° 5’ 30.582”

Jika hasilnya positif maka hilal di atas ufuq j ika negatif hilal di bawah ufuq

Karena hasil perhitungan di atas negatif maka hilal masih di bawah ufuq

Fadluld dair lil qomar


Fadlud dair secara mudah bisa dipahami sebagai sudut waktu bulan saat terbenamnya
matahri (tb). sementara tb yang di atas adalah sudut waktu bulan saat bulan itu
terbenam.
Fadluld dair lil qomar (tb) = tbg - qousul muktsi ……………………………………(rumus.27)
= 91° 32’ 49.271” - (-1° 5’ 30.582”)
= 91° 32’ 49.271” + (1° 5’ 30.582”)
tb = 92° 38’ 19.854”

dalam astronomi modern langkah-langkah di atas ditempuh dengan langkah yang


lebih pendek dengan sebuah kaidah :
“waktu bintang adalah asensiorekta sebuah benda langit ditambah sudut waktunya”
Sehingga :
Waktu bintang = R.Am + tm ………………………………….……………………………(rumus.28

Waktu bintang = R.Ab + tb ………………………………….……………………………(rumus.29)

Sehingga
R.Am + tb = R.Am + tm ……………………………………...…………………………(rumus.30)
tb = R.Am + tm - R.Ab
= 178° 48’ 46.601” - 177° 27’ 39.025” + 91° 17’ 12.277”
tb = 92° 38’ 19.854”

irtifa’ul hilal (ketinggian hilal)


untuk menghitung ketinggian maka kita kembalikan ke rumus asal aturan cosinus
seperti di atas:
sin h = sin φ x sin δ + cos φ x cos δ x cos t

karena yang dihitung adalah ketinggian bulan maka δ dan t adalah δb dan tb

sin hb = sin φ x sin δb + cos φ x cos δb x cos tb ………………………………………(rumus.31)


= sin (-6° 48' 4") x sin (-3° 18’ 58.949”)
+ cos (-6° 48' 4") x cos (-3° 18’ 58.949”) x cos (92° 38’ 19.854”
= -0.118423224414764 x -0.0468209728440847
+ 0.992963211765275 x 0.998903296872091 x -0.0460403089164996
sin hb = -0.040121505192549
hb = -2.29941010373351
hb = -2° 17’ 57.876”

sa’atul maghrib lisy syamsi (Am)

secara mudah ini bisa dipahami sebagi azimuth matahari saat terbenam
dirumuskan dengan persamaan :
sin Am = sin δm / cos φ

logikanya rumus ini menganggap bahwa saat matahari terbenam ketinggiannya


adalah 0°, yang dihitung adalah titik pusat matahari, bukan piringan atas dan tanpa
koreksi kerendahan ufuq, paralaks dan lainnya yang semua itu belum diperhitungkan
pada zaman Badi’atul Mitsal maupun Alkhulashotul Wafiyyah tersebut disusun dan
baru diperkenalkan oleh generasi-generasi berikutnya.
Rumus tersebut bisa kita telusuri sebagi berikut :
Kita ambil aturan cosinus

Cos a = cos b x cos c + sin b x sin c x cos A


Misalkan :

a = 90 – δm
b = 90 – hm
c = 90 – φ
A = Am
Sehingga :
Cos a = cos b x cos c + sin b x sin c x cos A
Cos (90 – δm) = cos (90 – hm ) x cos (90 – φ) + sin (90 – hm ) x sin (90 – φ) x cos A
kemudian hm diisi dengan 0

Cos (90 – δm) = cos (90 – 0 ) x cos (90 – φ) + sin (90 – 0 ) x sin (90 – φ) x cos Am
Cos (90 – δm) = cos (90) x cos (90 – φ) + sin (90) x sin (90 – φ) x cos Am
Sin 90 = 1
Cos 90 = 0

Maka
Cos (90 – δm) = 0 x cos φ + 1 x cos φ x cos Am
Cos (90 – δm) = cos φ x cos Am
Sin δm = cos φ x cos Am
Sin δm / cos φ = cos Am
cos Am = Sin δm / cos φ ………………………………(rumus.32)

Karena kitab-kitab te rsebut menghitung azimut dari titik Barat maka persamaan
tersebut diubah menjadi
Sin Am = Sin δm / cos φ ………………………………(rumus.33)

Perbedaannya adalah jika memakai sinus maka azimut tersebut dihitung dari titik
Barat ke Utara atau selatan sesuai dengan Deklinasinya , jika memakai cosinus maka
dihitung dari titik Utara ke Barat karena sore hari.

Mengapa Nurul Anwar memakai rumus ini padahal di sana menggunakan hm -1° 13’?
tamkin, beberapa jumlah menit antara ketinggian 0° sampai piringan matahari benar-
benar tenggelam beserta koreksi-koreksi yang diperlukan . Bukan dimasukkan sebagai
komponen yang harus dihitung.

Praktek perhitungan
cos Am = Sin δm / cos φ ………………………………(rumus.32)
Cos Am = Sin (0° 30’ 53.02”) /cos (-6° 48' 4")
Cos Am = -0.00898357045216232 / 0.992963211765275
Cos Am = -0.00904723392137707
Am = 90.5183753918418

Am = 90° 31’ 6.151” dihitung dari titik Utara ke Barat, atau


Am = -0° 31’ 6.151” dihitung dari titik Barat ke Utara
Jika ingin menghitung dengan memasukkan hm -1 13 ’ dalam proses perhitungan
maka rumus di atas dikembalikan ke asalnya :
Cos (90 – δm) = cos (90 – hm ) x cos (90 – φ) + sin (90 – hm ) x sin (90 – φ) x cos Am
Sin δm = Sin hm x Sin φ + cos hm x cos φ x cos Am
Sin δm - Sin hm x Sin φ = cos hm x cos φ x cos Am

Sin δm - sin hm x sin φ = cos Am


cos hm x cos φ

cos Am = Sin δm - sin hm x sin φ


cos hm x cos φ

bisa ditulis menjadi

Cos Am = sin δm x sec hm x sec φ - tg hm x tg φ …………………………….………(rumus.34)

Cos Am = sin (0° 30’ 53.02”) x sec (-1° 13') x sec (-6° 48' 4") - tg (-1° 13') x tg (-6° 48' 4")
= -0.00898357045216232 x 1.00022550156626 x 1.00708665552897
- ( -0.0212380315349435) x ( -0.119262449012821)
= -0.0115821737398656
Am = 90.6636245106239
Am = 90° 39’ 49.048” dihitung dari titik Utara ke Barat, atau
-0° 39’ 49.048” dihitung dari titik Barat ke Utara.

Atau bisa juga dihitung dengan aturan sinus sebagai berikut :

Sin a = Sin b
Sin A Sin B
Misalkan :
A = Am
B = tm
a = 90 – δm
b = 90 – hm
maka

Sin (90 – δm) = Sin (90 – hm)


Sin Am Sin tm

Sehingga
Sin (90 – δm) x Sin tm = Sin (90 – hm ) x Sin Am
Sin (90 – δm) x Sin tm / Sin (90 – hm ) = Sin Am
Sin Am = Sin (90 – δm) x Sin tm / Sin (90 – hm )

Sin Am = cos δm x Sin tm / cos hm ………………………………….………………(rumus.35)

Sin Am = cos (0° 30’ 53.02” x Sin (91° 17’ 12.277”) / cos (-1° 13’)
= 0.99995964691678 x 0.99974783167909 / 0.999774549273231
= 0.99993292437616
Am = 89.336375489376
Am = 89° 20’ 10.952” dihitung dari titik Utara ke Barat, atau
0° 39’ 49.048” dihitung dari titik Barat ke Utara.

Simtul irtifa’ lilqomar


Secara mudah ini juga mununjukkan azimut, azimut bulan pada saat matahari terbenam.
Di rumuskan sebagai berikut:
cos Ab = sin tb x cos δb / cos hb

Rumus ini sama dengan rumus terakhir yang kita praktekkan, be rasal dari aturan
sinus, Cuma azimut ini dihitung dari titik Barat sehingga memakai cosinus
Praktek perhitungannya
cos Ab = sin tb x cos δb / cos hb ………………………………….…………………………(rumus.36)

cos Ab = Sin (92° 38’ 19.854”) x cos (-3° 18’ 58.949”) / cos (-2° 17’ 57.876”)

= 0.998939582735049 x 0.998903296872091 / 0.99919480824366


= 0.998648145824574
Ab = 2.97955557941312
= 2° 58’ 46.4” dihitung dari titik Barat ke Utara (mengikuti arah deklinasi)
Dari langkah panjang di atas kita dapatkan hasil sebagai berikut :
Data Matahari dan Bulan pada hari

Rabu, 24 September 2014 M. / 29 Dzulqo'dah 1435 H,


jam 17 : 48 WIB, Markaz PASIRASEM INDONESIA 6° 48' 4" LS, 107° 15' 56" BT
dengan hasil pokok sebagai berikut :

λm = 181° 17’ 37.8”


δm = 0° 30’ 53.02”
R.Am = 178° 48’ 46.601”
hm = -1° 13'
Am = 0° 39’ 49.048” dihitung dari titik Barat ke Utara.
Am = 89° 20’ 10.952” dihitung dari titik Utara ke Barat

λb = 183° 23’ 47.84”


Q1 = -2° 32’ 50.833”
δb = -3° 18’ 58.949”
R.Ab = 177° 27’ 39.025”
hb = -2° 17’ 57.876”
Ab = 2° 58’ 46.4” dihitung dari titik Barat ke Utara
Ab = 87° 1’ 13.6” dihitung dari titik Utara ke Barat

Alhamdulillah sampai di sini rumus-rumus pokok dalam perhitungan hilal awal bulan
telah kita bahas, semoga bermanfaat, menambah pemahaman dan kecintaan kita
terhadap ilmu ini.
Akhirnya pepatah bilang tak ada gading yang tak retak, jika ada benarnya semata-
mata bersumber dari yang Maha Benar, ada salahnya karena kelemahan penulis.
Tegur sapa dari pembaca akan sangat berguna bagi penulis.
Selanjutnya penulis mohon doa dari para pembaca semoga para penyusun kitab-kitab
yang kita bahas tadi maupun penulis sendiri semoga senantiasa diberikan kebaikan
baik dunia dan akherat. Semoga kemanfaatan ilmu-ilmu beliau diluberkan kepada
penulis maupun para pembaca yang budiman. Semoga kelak kita dijumpakan beliau-
beliau di surgaNYA kelak. Alfatihah…

contoh perhitungan lain dapat digarap dengan menggunakan HAMSILIA 3.1, silahkan
dapat didownload di :
https://www.facebook.com/download/829047690440946/Hamsilia%203.1.xls
Yogyakarta, 29 Maret 2012 M

/ 6 Jumadil Ula 1433 H


Muhammad Wasil
Penyuka Ilmu Falak
Tinggal di
Mlangi Rt 04/33 Nogotirto
Gamping Sleman
Yogyakarta 55292

DIGARAP OLEH BURHAN ROSYIDI


Cianjur, 04 Agustus 2014 M
/ 08 Syawal 1435 H
Pencinta Ilmu Falak
Tinggal di
Pasirasem Rt 05/02 Sindangjaya
Ciranjang, Cianjur 43282

Anda mungkin juga menyukai