Anda di halaman 1dari 79

Fungsi trigonometri

Fungsi sudut

Dalam matematika, fungsi trigonometri


merupakan fungsi real yang mengaitkan
sudut dari segitiga bersiku dengan
perbandingan antara dua sisi segitiga.
Fungsi ini memiliki penerapan yang
sangat luas dalam bidang sains terkait
dengan geometri (misalnya navigasi,
geodesi, mekanika benda langit,
mekanika zat padat, dan cabang lainnya).
Fungsi ini merupakan contoh fungsi
periodik paling sederhana, dan juga
memiliki penerapan yang sangat luas
dalam mempelajari fenomena periodik
melalui analisis Fourier.

Dasar trigonometri mengatakan bahwa jika dua


segitiga siku-siku mempunyai sudut lancip yang
sama, maka segitiga dikatakan sebangun sehingga
panjang sisinya sebanding.

Fungsi trigonometri seperti sinus,


kosinus, dan tangen merupakan fungsi
yang paling sering dipakai dalam
matematika modern; sedangkan fungsi
inversnya seperti kosekan, sekan, dan
kotangen jarang dipakai. Masing-masing
keenam fungsi tersebut mempunyai
fungsi invers yang sama dan sejalan di
antara fungsi hiperbolik.

Definisi fungsi trigonometri terlama, yang


berkaitan dengan segitiga bersudutkan
siku-siku, hanya mendefinisikannya untuk
sudut lancip. Secara geometris, fungsi
sinus dan kosinus seringkali dapat
diperluas menjadi fungsi yang
mempunyai domain yang mengandung
seluruh garis bilangan real, maka domain
fungsi lainnya adalah garis bilangan real
dengan setiap titik terpencilnya hilang.
Definisi modern yang mengekspresikan
fungsi trigonometri sebagai deret
takhingga atau sebagai penyelesai dari
persamaan diferensial, memungkinkan
perluasan domain dari fungsi sinus dan
kosinus menjadi domain yang
mengandung seluruh bidang kompleks,
dan domain dari fungsi trigonometri lain
menjadi domain mengandung bidang
kompleks dengan setiap titik terpencilnya
hilang.

Notasi
Fungsi trigonometri biasanya
menyingkatkan namanya menggunakan
tiga huruf, contohnya: sinus disingkat
"sin", kosinus "cos", tangen disingkat "tan",
sekan disingkat "sec", kosekan disingkat
"csc",[a] dan kotangen disingkat "cot".
Terlebih lagi, fungsi trigonometri juga
menggunakan notasi fungsional,
misalnya sin(x). Tanda kurung wajib
digunakan karena dapat menimbulkan
kebingungan. Sebagai contohnya seperti
fungsi dapat dipandang
sebagai atau juga dapat
dipandang sebagai .

Tidak seperti notasi fungsi lainnya,


bilangan bulat positif yang muncul
sebagai superskrip setelah simbol fungsi,
bukan dinyatakan sebagai perpangkatan
terhadap komposisi fungsi, melainkan
dinyatakan sebagai perkalian teriterasi.
Sebagai contoh, dan
berarti , bukan .
Eksponen biasanya dipakai untuk
menyatakan fungsi invers, bukan invers
perkalian. Sebagai contoh, dan
menyatakan fungsi invers
trigonometri, dan notasi tersebut dapat
ditulis pula sebagai .
Persamaan menyiratkan
, bukan . Pada
kasus tersebut, superskrip dapat
dipandang untuk menyatakan fungsi yang
berulang, tetapi superskrip yang bernilai
negatif selain jarang dipakai.
Definisi segitiga bersiku

Dalam segitiga siku-siku BAC, ketiga


fungsi trigonometri dari sudut A
a
dinyatakan sebagai: sin A = c ,
cos A = bc , dan tan A = ab .

Plot dari enam fungsi trigonometri,


lingkaran satuan, dan sebuah garis
yang membentuk sudut dengan
sumbu-x sebesar θ = 0,7 rad.Pada
plot tersebut, terdapat titik-titik yang
dilabeli 1, Sec(θ), Csc(θ) mewakili
panjang ruas garis yang ditarik dari
titik asal ke titik tersebut. Titik-titik
seperti Sin(θ), Tan(θ), dan 1
merupakan panjang garis yang ditarik
dari sumbu-x, sedangkan titik seperti
Cos(θ), 1, dan Cot(θ) merupakan
panjang di sekitar sumbu-x yang
ditarik dari titik asal.
Jika sudut lancip dinyatakan sebagai θ,
maka setiap sudut siku-siku yang
mempunyai sudut θ dikatakan sebangun
terhadap satu sama lain; dalam artian,
perbandingan dari setiap dua panjang
sisinya hanya bergantung pada θ. Jadi,
keenam perbandingan tersebut
mendefinisikan enam fungsi trigonometri
dari θ. Definisi berikut mengatakan
bahwa hipotenusa (sisi miring)
merupakan panjang dari sisi yang
berhadapan dengan sudut siku-siku, sisi
depan merupakan panjang sisi yang
berhadap dari sudut θ, dan sisi samping
merupakan panjang sisi yang berhadapan
dengan sudut θ dan sudut siku-siku.[1][2]
sinus kosekan

kosinus sekan

tangen kotangen

Dalam segitiga siku-siku, jumlah dari dua


sudut lancip sama dengan sudut siku-
π
siku, yaitu 90° atau 2 radian. Karena itu,
dan mewakili
perbandingan yang sama sehingga
menjadi sama. Identitas dan kaitan
antara fungsi trigonometri lainnya yang
sejalan diringkas dalam tabel berikut.

Gambar at as: Fungsi trigonometri


sin θ untuk sudut θ, π − θ, π + θ, dan
2π − θ dalam empat kuadran.

Gambar bawah: Perbandingan grafik


fungsi dengan sudut sinus. Sudut-
sudut dari panel di atas diidentifikasi
Ringkasan mengenai kaitan antara fungsi trigonometri[3]
Kaitan
Fungsi Penjelasan
dalam bentuk radian dalam bentuk derajat

depan
sinus miring

samping
kosinus miring

depan
tangen samping

samping
kotangen miring

miring
sekan samping

miring
kosekan depan

Perbandingan radian
dengan derajat
Dalam penerapan geometri, argumen
fungsi trigonometri umumnya merupakan
ukuran sudut. Setiap sudut biasanya
diukur dan satuan konvensional berupa
derajat. Sebagai contoh, sudut siku-siku
ditulis 90° dan putaran penuh ditulis
360°.[b]
Namun dalam kalkulus dan analisis
matematika, fungsi trigonometri
umumnya dipandang lebih abstrak
sebagai fungsi real ataupun kompleks,
bukan sudut. Bahkan fungsi sepeti sin
dan cos dapat didefinisikan untuk semua
bilangan kompleks dalam bentuk fungsi
eksponensial melalui deret pangkat,[4]
atau dapat didefinisikan sebagai
penyelesaian nilai awal khusus terhadap
persamaan diferensial (lihat dibawah).[5]
Definisi tersebut tidak mengacu pada
gagasan dalam geometri. Adapun empat
fungsi lainnya seperti tan, cot, sec, dan
csc dapat didefinisikan sebagia hasil-
bagi dan timbal balik dari sin dan cos,
kecuali ketika nol muncul di penyebut.
Untuk argumen real, hal ini dapat
dibuktikan bahwa definisi tersebut sesuai
dengan definisi geometri elementer jika
argumennya dipandang sebagai sudut
yang dinyatakan dalam bentuk radian.[4]
Lebih lanjut, definisi tersebut memberikan
hasil dalam bentuk yang sederhana untuk
turunan dan integral taktentu dari fungsi
trigonometri.[6] Jadi dalam cabang selain
geometri elementer, radian dipandang
sebagai satuan alami dalam matematika
untuk menjelaskan ukuran setiap sudut.

Ketika satuan yang dipakai adalah radian,


maka sudut dinyatakan sebagai panjang
busur dari lingkaran satuan yang
berhadapan dengannya. Sebagai contoh,
sudut yang berhadapan dengan busur
dengan panjang 1 di lingkaran satuan
adalah 1 rad (≈ 57,3°), dan putaran penuh
(360°) sama dengan 2π (≈ 6,28) rad.
Untuk bilangan real x, notasi sin x, cos x,
dst. mengacu pada nilai dari fungsi
trigonometri yang dihitung pada sudut x
rad. Jika satuan yang dimaksud adalah
derajat, maka tanda derajat harus
diperlihatkan secara eksplisit (sebagai
contoh, sin x°, cos x°, dsb.). Dengan
menggunakan notasi yang standar,
argumen dari x untuk fungsi trigonometri
memenuhi kaitan dari rumus
sehingga, sebagai contoh,
sin π = sin 180° ketika x = π. Dalam cara
ini, simbol derajat dapat dipandang
sebagai sebuah konstanta matematika,
π
sehingga 1° = 180 ≈ 0,0175.

Definisi fungsi trigonometri


melalui lingkaran satuan

Pada gambar, ada enam fungsi trigonometri


bersudutkan sembarang θ yang diwakili sebagai
koordinat Cartesius dari titik yang dikaitkan dengan
lingkaran satuan. Masing-masing ordinat A, B dan D
merupakan nilai dari sin θ, tan θ dan csc θ,
sedangkan masing-masing absis dari A, C dan E
merupakan nilai cos θ, cot θ dan sec θ.
Enam fungsi trigonometri dapat
didefinisikan sebagai nilai dari titik
koordinat di bidang Euklides yang
berkaitan dengan sebuah lingkaran
berjari-jari satu yang berpusat di titik asal
O dari koordinat sistem, yaitu lingkaran
satuan. Sedangkan definisi segitiga
bersiku yang memungkinkan definisi
fungsi trigonometri untuk sudut di antara
0 dan radian (90°), maka definisi
lingkaran satuan memungkinkan bahwa
domain dari fungsi trigonometri diperluas
untuk semua bilangan real positif dan
negatif.

Misalkan adalah sinar yang didapatkan


dengan memutarnya setengah sudut
positif θ dari sumbu-x (putarannya
berlawanan arah jarum jam untuk
dan searah jarum jam untuk ).
Sinar ini memotong lingkaran satuan di
titik Sinar jika perlu
diperpanjang garisnya, memotong garis
persamaan di titik
dan garis persamaan di titik
Garis yang menyinggung
lingkaran satuan di titik A dikatakan
tegaklurus terhadap serta memotong
sumbu-y di titik dan
sumbu-x di titik Koordinat
dari titik tersebut yang memberikan nilai
dari semua fungsi trigonometri untuk
setiap nilai real sebarang θ, dapat dicari
sebagai berikut.
Fungsi trigonometri cos didefinisikan
sebagai nilai koordinat-x dari titik A,
sedangkan fungsi trigonometri sin
didefinisikan sebagai nilai koordinat-y
dari titik A.

and [7]

Dengan kisaran (bahasa Inggris: range)


, maka definisi ini
bertepatan dengan definisi segitiga sudut
siku-siku dengan mengambil segitiga
siku-siku agar mempunyai jari-jari
lingkaran satuan OA sebagai hipotenusa.
Karena persamaan berlaku
untuk semua titik pada
lingkran satuan, maka definisi kosinus
dan sinus ini juga memenuhi identitas
Pythagoras.

Selain kedua fungsi trigonometri di atas,


fungsi lainnya dapat ditemukan di
sepanjang lingkaran satuan

dan
dan

Dengan menerapkan identitas


Pythagoras dan metode bukti geometri,
maka dapat diperlihatkan bahwa definisi
ini bertepatan dengan definisi fungsi
tangen, kotangen, sekan dan kosekan
dalam bentuk fungsi sinus dan kosinus.
Dengan kata lain,
Pada gambar, terdapat fungsi: Sine, Cosine,
Tangent, Cosecant (bergaris titik), Secant (bergaris
titik), Cotangent (bergaris titik) – Untuk animasinya,
dapat dilihat di sini (https://upload.wikimedia.org/w
ikipedia/commons/2/27/Trigonometric_functions_
derivation_animation.svg)

Karena putaran sudut dari tidak


mengubah posisi atau ukuran bentuk,
titik-titik A, B, C, D, dan E adalah sama
untuk dua sudut yang mempunyai
selisihnya yang berupakan kelipatan
bilangan bulat dari . Jadi, fungsi
trigonometri merupakan fungsi berkala
dengan periode . Artinya, persamaan
dan

berlaku untuk setiap sudut θ dan setiap


bilangan bulat k. Hal ini berlaku benar
untuk keempat fungsi trigonometri
lainnya. Dengan mengamati tanda dan
kemonotonan dari fungsi sinus, kosekan,
kotangen, dan sekan dalam yang ada di
dalam keempat kuadran, maka untuk
fungsi-fungsi yang dikatakan periodik
dapat diperlihatkan bahwa
merupakan nilai yang paling terkecil
(dengan kata lain, merupakan periode
dasar dari fungsi tersebut). Namun, saat
putaran sudut , titik B dan C telah
kembali ke posisi awal sehingga fungsi
tangen dan fungsi kotangen mempunyai
periode dasar dari . Dengan kata lain,
persamaan

dan

berlaku untuk setiap sudut θ dan setiap


bilangan bulat k.

Nilai aljabar

Gambar menunjukkan titik-titik dilabeli dengan nilai


dari fungsi sinus dan kosinus (sesuai urutannya) di
sepanjang lingkaran satuan, dan sudut yang sama
dalam radian dan derajat.
Bentuk aljabar yang berupakan sudut
yang sangat penting dinyatakan sebagai
berikut:

(sudut

nol)

(sudut

siku-siku)
Dengan menulis pembilang sebagai akar
kuadrat dari bilangan bulat taknegatif
berurutan serta penyebutnya adalah 2,
maka cara ini dengan mudah mengingat
nilai-nilai fungsi trigonometri.[8]

Namun, bentuk aljabar yang sederhana


biasanya tidak ada untuk sudut lainnya
yang merupakan kelipatan rasional sudut
siku-siku.

Untuk sudut yang diukur dalam satuan


derajat merupakan kelipatan dari tiga,
nilai trigonometri eksak dari fungsi
sinus dan kosinus dapat dinyatakan
dalam bentuk akar kuadrat. Jadi, nilai
tersebut dapat dikonstruksi dengan
menggunakan penggaris dan jangka.
Untuk sudut berupa bilangan bulat
dalam satuan derajat, nilai dari fungsi
sinus dan kosinus dapat dinyatakan
dalam bentuk akar kuadrat dan akar
kubik dari bilangan kompleks takreal.
Teori Galois membuktikan bahwa jika
sudut bukan kelipatan dari 3°, maka
akar kubik dari bilangan takreal tidak
dapat dihindari.
Untuk sudut yang dinyatakan dalam
satuan derajat adalah bilangan
rasional, nilai fungsi sinus dan kosinus
merupakan bilangan aljabar yang
dapat dinyatakan dalam bentuk akar
ke-n. Hasil ini berasal dari suatu
pernyataan yang mengatakan bahwa
grup Galois dari polinomial siklotomik
dikatakan siklik.
Untuk sudut yang dinyatakan dalam
satuan derajat bukanlah bilangan
rasional, maka nilai sudut dari fungsi
sinus maupun kosinus merupakan
bilangan transendental. Pernyataan ini
merupakan korolari dari teorema Baker
yang dibuktikan pada tahun 1966.

Nilai aljabar sederhana

Berikut ada sebuah tabel yang memuat


kumpulan-kumpulan nilai fungsi sinus,
kosinus, dan tangen yang merupakan
kelipatan dari 15 derajat, dimulai dari 0
derajat sampai dengan 90 derajat.
θ dalam satuan radian θ dalam satuan derajat

t akt erdefinisikan

Dalam kalkulus

Grafik fungsi sinus, kosinus, dan


tangen.

Grafik fungsi sinus (yang berwarna


biru) sangat dihampiri oleh grafik
polinomial Taylor berderajat 7 (yang
berwarna merah muda) untuk putaran
siklus penuh pada titik asal.
Animasi terkait hampiran kosinus
melalui polinomial Taylor.

Grafik dari dengan polinomial

Taylor

Fungsi trigonometri dikatakan


terdiferensialkan dan analitik di setiap
titik yang didefinisikannya. Artinya, titik-
titik tersebut ada dimana-mana untuk
fungsi trigonometri seperti sinus,
kosinus. Titik-titik tersebut ada dimana-
mana di fungsi tangen, kecuali di π/2 + kπ
untuk setiap bilangan bulat k.
Fungsi trignometri merupakan fungsi
berkala, dan periode primitifnya bernilai
2π untuk fungsi sinus dan kosinus, dan π
untuk fungsi tangen, yang naik di masing-
masing selang terbuka
(π/2 + kπ, π/2 + (k + 1)π). Pada masing-
masing titik akhir selang tersebut, fungsi
tangen mempunyai asimtot yang
mengarah vertikal.

Dalam kalkulus, fungsi trigonometri


dapat didefinisikan dengan menggunakan
deret kuasa ataupun persamaan
diferensial. Namun, menggunakan
persamaan diferensial terasa lebih alami
saat mendefinisikan fungsi trigonometri,
karena, sebagai contoh, pemilihan
koefisien dari deret kuasa dapat muncul
sebagai bilangan yang cukup sebarang,
dan persamaan diferensial juga cukup
mudah menyimpulkan identitas
Pythagoras.

Definisi dengan menggunakan


persamaan diferensial

Fungsi sinus dan kosinus dapat


didefinisikan sebagai penyelesaian
tunggal untuk masalah nilai awal:

Dengan menurunkannya lagi, maka


diperoleh
dan

.
Jadi, fungsi sinus dan kosinus
merupakan penyelesaian untuk
persamaan diferensial biasa

Fungsi tangen
dapat diturunkan dengan menerapkan
aturan hasil bagi dari, maka
Perluasan deret pangkat

Dengan menerapkan persamaan


diferensial untuk deret pangkat dengan
koefisien yang belum ditentukan, maka
fungsi sinus dan kosinus dapat
disimpulkan sebagai relasi rekurensi
mengenai koefisien deret Taylor dari
kedua fungsi tersebut. Relasi
rekurensinya dapat diselesaikan dengan
mudah serta memberikan perluasan
deret[9]
Ruji kekonvergenan dari deret tersebut
adalah takhingga. Jadi, fungsi sinus dan
kosinus dapat diperluas menjadi fungsi
menyeluruh, atau fungsi ini disebut "sinus"
dan "kosinus"), karena (berdasarkan
definisi) fungsi tersebut merupakan
fungsi bernilai kompleks yang terdefinisi
dan holomorfik di seluruh bidang
kompleks.

Ketika kedua fungsi tersebut didefinisikan


sebagai pecahan dari fungsi menyeluruh,
fungsi trigonometri lainnya dapat
diperluas menjadi fungsi meromorfik. Hal
ini mengartikan bahwa fungsi adalah
holomorfik di seluruh bidang kompleks,
kecuali ada setiap titik terpencil yang
disebut kutub. Disini, kutubnya
merupakan bilangan-bilangan dari bentuk
untuk fungsi tangen dan
fungsi sekan, atau untuk fungsi
kotangen dan fungsi kosekan, dengan k
adalah bilangan bulat sebarang.
Relasi rekurensi juga dapat dihitung untuk
koefisien deret Taylor dari fungsi
trigonometri lain. Deret-deret ini
mempunyai ruji kekonvergenan terhingga.
Koefisiennya mempunyai pandangan
kombinatorial, yang mengatakan bahwa
koefisiennya menghitung permutasi
selang-seling dari himpunan hingga.[10]
Lebih tepatnya, dengan mendefinisikan
Un adalah bilangan atas/bawah ke-n, Bn
adalah bilangan Bernoulli ke-n, dan En
adalah bilangan Euler ke-n, maka ada
empat perluasan deret berikut
didapatkan.[11]
Perluasan pecahan berlanjut

Perluasan pecahan berlanjut berikut valid


di seluruh bidang kompleks:
Pecahan yang terakhir dipakai pertama
kali menurut sejarah dalam bukti bahwa
π irasional.[12]
Perluasan darab takhingga

Darab takhingga untuk fungsi sinus


sangat penting dalam analisis kompleks,
yang dinyatakan sebagai:

Bukti perluasan darab ini dapat dilihat


disini. Melalui rumus ini, dapat
disimpulkan bahwa
Kaitan dengan rumus Euler

and are the real and


imaginary part of respectively.

Rumus Euler mengaitkan fungsi sinus dan


kosinus dengan fungsi eksponensial:

Rumus ini biasanya dipandang untuk


bilangan real x, tetapi tetap benar untuk
semua bilangan kompleks. Rumus ini
dapat dibuktikan sebagai berikut:
Misalkan dan
. Karena
untuk j = 1, 2,
maka menurut kaidah hasil bagi,
. Jadi,
adalah fungsi konstan,
yang sama dengan 1, ketika
Hal ini
membuktikan rumus tersebut.

Selanjutnya, didapatkan persamaan


dan
. Dengan
menyelesaikan sistem linear pada fungsi
sinus dan kosinus, maka dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi
eksponensial:
Ketika x adalah bilangan real, kedua
fungsi tersebut dapat ditulis ulang
sebagai

Hampir identitas trigonometri dapat


dibuktikan dengan memnyatakan fungsi
trigonometri dalam bentuk fungsi
eksponensial kompleks melalui rumus di
atas, dan kemudian menggunakan
identitas untuk
menyederhanakan hasilnya.
Definisi yang menggunakan
persamaan fungsional

Fungsi trigonometri juga dapat


didefinisikan dengan menggunakan
berbagai persamaan fungsional. Sebagai
contoh,[13] fungsi sinus dan kosinus
membentuk pasangan tunggal dari fungsi
kontinu yang memenuhi rumus selisih.

dan ditambah dengan syarat


Dalam bidang kompleks

Fungsi sinus dan kosinus dari bilangan


kompleks dapat dinyatakan
dalam bentuk fungsi sinus, kosinus, dan
hiperbolik sebagai berikut:

Grafik fungsi trigonometri sebagai fungsi


bernilai kompleks dapat digambarkan
dengan memanfaatkan pewarnaan
domain. Berbagai tampilan fungsi yang
unik hingga fungsi kompleks dapat dilhat
dari grafik; contohnya dapat dilihat
bahwa fungsi sinus dan kosinus menjadi
tidak terbatas ketika bagian imajiner
semakin besar (dengan warna putih
menyatakan takhingga), dan fungsi yang
memuat pole sederhana rupanya
merupakan warna yang berputar di
sekitar nol atau kutub sekali. Grafik-grafik
di bawah yang dibandingkan dengan
fungsi hiperbolik yang berpadanan
memperlihatkan kaitan antara kedua
fungsi tersebut.
Fungsi trigonometri dalam bidang
kompleks
Identitas dasar
Ada banyak identitas yang saling
berhubungan dengan fungsi trigonometri.
Bagian ini memuat identitas yang paling
dasar; identitas yang lebih banyak dapat
lihat di Daftar identitas trigonometri.
Identitas berikut dapat dibuktikan secara
geometri mellaui definisi lingkaran satuan
atau definisi bersudut siku-siku
(walauapun definisi terakhir harus
mengambil sudut yang bukan berada di
dalam interval [0, π/2], lihat Bukti
identitas trigonometri). Bukti tanpa
geometri, yakni hanya dengan
menggunakan alat kalkulus, dapat
dipakai menggunakan persamaan
diferensial langsung, melalui cara yang
mirip dengan bukti sebelumnya. Selain
itu, buktinya dapat menggunakan
identitas Euler pula untuk menyatakan
semua fungsi trigonometri dalam
benetuk eksponensial kompleks beserta
menggunakan sifat-sifat fungsi
eksponensial.

Paritas

Fungsi kosinus dan sekan merupakan


fungsi genap, sedangkan fungsi
trigonometri lain merupakan fungsi ganjil.
Paritas dari fungsi-fungsi ini ditulis
sebagai berikut:
Periode

Semua fungsi trigonometri merupakan


fungsi periode. Fungsi-fungsi tersebut
mempunyai periode yang paling terkecil
2π, kecuali untuk fungsi tangen dan
kotangen yang mempunyai π sebagai
periode yang paling terkecil. Hal ini
mengartikan bahwa untuk setiap bilangan
bulat k, maka diperoleh:
Identitas Pythagoras

Identitas Pythagoras merupakan ekspresi


teorema Pythagoras yang berupa fungsi
trigonometri. Identitasnya adalah

Rumus jumlah dan selisih

Rumus jumlah dan selisih dapat


memperluas fungsi sinus, kosinus, dan
tangen dari jumlah atau selisih dari dua
sudut yang dipandang sebagai fungsi
sinus dan kosinus dan tangen dari sudut
tersendiri. Rumus-rumus ini dapat
diturunkan melalui geometri, berdasarkan
argumen Ptolemaus. Selain itu, rumus ini
juga dapat diturunkan secara aljabar
menggunakan rumus Euler.

Penjumlahan

Selisih
Ketika dua sudut adalah sama, maka
rumus penjumlahan mereduksi ke
persamaan yang lebih sederhana, yang
dikenal sebagai rumus rangkap dua.
Identitas tersebut dapat dipakai untuk
menurunkan identitas darab-ke-jumlah.

Dengan memisalkan , maka


semua fungsi trigonometri dari dapat
dinyatakan sebagai pecahan rasional dari
:

Fungsi yang terakhir merupakan


substitusi setengah sudut tangen, yang
dipakai untuk membantu perhitungan
integral dari fungsi trigonometri lain
menjadi fungsi rasional tersebut.
Turunan dan integral dari fungsi
trigonometri

Turunan dari fungsi trigonometri


dihasilkan dari fungsi sinus dan kosinus
dengan menerapkan kaidah hasil-bagi.
Pada tabel berikut, terdapat antiturunan
dari fungsi trigonometri yang dapat
dibenarkan dengan
mendiferensialkannya. Catatan bahwa C
merupakan konstanta integrasi.

Di sisi lain, turunan dari 'ko-fungsi' dapat


diperoleh dengan menggunakan identitas
trigonometri serta aturan rantai:
Fungsi invers
Himpunan
Definisi Domain
Fungsi dari nilai
fungsi fungsi
prinsip

Fungsi trigonometri merupakan fungsi


periodik, karena itu fungsi trigonometri
bukanlah injektif. Lebih tepatnya, fungdi
trigonometri tidak mempunyai
kebalikannya. Akan tetapi, karena adanya
kemonotonan pada masing-masing
interval dari fungsi trigonometri, maka
dapat didefinisikan sebagai fungsi invers,
dan ini mendefinisikan fungsi invers
trigonometri sebagai fungsi bernilai
banyak. Fungsi ini dapat didefinisikan
dengan membatasi domain ulang ke
interval saat fungsi adalah monotonik,
dan bijektif dari interval tersebut ke citra
fungsi. Interval umum yang dipilih di tabel
disebut himpunan dari nilai prinsip.

Notasi dari fungsi invers trigonometri


seringkali dilambangkan sebagai
perpangkatan dari −1, sebagai contoh:
sin−1, cos−1, dst. Namun perpangkatan
tersebut dapat mengartikan invers
perkalian. Jadi, untuk mencegah
terjadinya keambiguan, notasi tersebut
digantikan dengan prefiks "arc-", sebagai
contoh: arcsin,arccos, dst.

Mirip dengan fungsi sinus dan kosinus,


fungsi invers trigonometri juga dapat
dinyatakan dalam bentuk deret takhingga
dan logaritma kompleks.

Penerapan

Sudut dan sisi segitiga

Penerapan trigonometri ini dapat dipakai


dalam hukum-hukum berikut.
Hukum sinus, hukum yang menjelaskan
perbandingan sisi dan sudut-sudut
yang berhadapan dengan sisi pada
segitiga sembarang. Hukum sinus
dapat dibuktikan dengan membagi
segitiga menjadi dua segitiga siku-siku
dan menggunakan definisi dari fungsi
sinus. Hukum sinus berguna dalam
menghitung panjang dari sisi segitiga
yang tidak diketahui jika ada dua sudut
dan sisi yang diketahui. Hal ini muncul
dalam sebuah teknik bernama
triangulasi, teknik yang menentukan
jarak yang tidak diketahui dengan
mengukur dua sudut dan jarak yang
diperoleh.
Hukum kosinus, hukum yang
mengaitkan panjang sisi-sisi segitiga
dengan kosinus sudut pada segitiga
sembarang. Hukum ini dapat
dibuktikan dengan membagi segitiga
menjadi dua segitiga siku-siku dan
menggunakan teorema Pythagoras.
Hukum ini dipakai untuk mencari
panjang sisi ketiga dari segitiga jika
hanya diketahui panjang dua sisi dan
besar sudut yang diapit dua sisi
tersebut, dan juga untuk menentukan
besar sudut pada segitiga jika semua
panjang sisinya diketahui.
Hukum tangen, hukum yang
mengaitkan fungsi tangen dari dua
sudut segitiga dan panjang dari sudut
yang berhadapan. Mirip dengan hukum
sinus, hukum ini dapat dipakai pada
setiap kasus untuk dua sisi dan sudut
yag diketahui, atau dua sudut dan satu
sisi yang diketahui.
Hukum kotangen, hukum yang
mempunyai kaitan antara panjang sisi
segitiga dengan kotangen dari
setengah sudut. Hukum ini dipakai
untuk membuktikan rumus-rumus lain,
seperti rumus Heron, rumus pertama
Mollweide, dan rumus kedua
Mollweide.
Fungsi periodik

Sebuah animasi yang memperlihatkan besarnya jumlah


harmonik pada sintetis aditif dari gelombang persegi.

Fungsi-fungsi trigonometri juga penting


dalam ilmu fisika. Sebagai contoh, fungsi
sinus dan kosinus digunakan untuk
menjelaskan gerak harmonis sederhana
seperti gerakan suatu benda bermassa
yang terikat pada sebuah pegas, dan
gerak pendulum sederhana pada sudut
yang kecil dan dengan benda bermassa
yang terikat pada sebuah tali, yang
keduanya merupakan pemodelan dari
banyak fenomena alam. Fungsi sinus dan
kosinus adalah proyeksi satu dimensi
dari gerak melingkar yang seragam.
Fungsi-fungsi trigonometri juga terbukti
berguna dalam kajian fungsi periodik
umum. Pola-pola bergelombang
karakteristik dari fungsi periodik berguna
dalam menggambarkan fenomena yang
berulang seperti gelombang suara atau
cahaya.[14]

Fungsi basis sinusoidal pada animasi di bawah


dapat membentuk gelombang geriji seperti
animasi di atas saat menambahkan beberapa
suku.
Fungsi periodik f (x) umumnya dapat
dinyatakan sebagai jumlah gelombang
sinus atau gelombang kosinus dalam
deret Fourier.[15] Dengan Melambangkan
fungsi basis sinus atau kosinus sebagai
φk, maka ekspansi dari fungsi periodik
f (t) membentuk:

Sebagai contoh, fungsi dari gelombang


persegi dapat ditulis sebagai deret
Fourier
Dalam animasi gelombang persegi, dapat
diperlihatkan bahwa hanya beberapa
suku sudah menghasilkan aproksimasi
yang hampir baik. Pada gambar bawah
memperlihatkan superposisi dari
beberapa suku dalam ekspansi
gelombang geriji.

Catatan dan referensi

Catatan kaki

a. Kosekan terkadang juga disingkat dengan


lima huruf, yaitu "cosec".
b. Satuan konvensional ini khususnya
dipakai dalam matematika elementer.

Catatan

1. (Protter & Morrey 1970, hlm. APP-2, APP-


1. (Protter & Morrey 1970, hlm. APP 2, APP
3)
2. "Sine, Cosine, Tangent" (https://www.math
sisfun.com/sine-cosine-tangent.html) .
www.mathsisfun.com. Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2023063013542
2/https://www.mathsisfun.com/sine-cosi
ne-tangent.html) dari versi asli tanggal
2023-06-30. Diakses tanggal 29 August
2020.
3. (Protter & Morrey 1970, hlm. APP-7)
4. Rudin, Walter, 1921–2010. Principles of
mathematical analysis (https://www.worl
dcat.org/oclc/1502474) (edisi ke-Third).
New York. ISBN 0-07-054235-X.
OCLC 1502474 (https://www.worldcat.or
g/oclc/1502474) . Diarsipkan (https://we
b.archive.org/web/20200123033536/http
s://www.worldcat.org/title/principles-of-
mathematical-analysis/oclc/1502474)
dari versi asli tanggal 2020-01-23.
Diakses tanggal 2022-08-18.
5. Diamond, Harvey (2014). "Defining
Exponential and Trigonometric Functions
Using Differential Equations" (https://ww
w.tandfonline.com/doi/full/10.4169/mat
h.mag.87.1.37) . Mathematics Magazine
(dalam bahasa Inggris). 87 (1): 37–42.
doi:10.4169/math.mag.87.1.37 (https://d
oi.org/10.4169%2Fmath.mag.87.1.37) .
ISSN 0025-570X (https://www.worldcat.o
rg/issn/0025-570X) .
6. Spivak, Michael (1967). "15". Calculus.
Addison-Wesley. hlm. 256–257. LCCN 67-
20770 (https://lccn.loc.gov/67-20770) .
7. Bityutskov, V.I. (7 February 2011).
"Trigonometric Functions" (https://web.ar
chive.org/web/20171229231821/https://
www.encyclopediaofmath.org/index.php/
Trigonometric_functions) . Encyclopedia
of Mathematics (dalam bahasa Inggris).
Diarsipkan dari versi asli (https://www.en
cyclopediaofmath.org/index.php/Trigono
metric_functions) tanggal 29 December
2017. Diakses tanggal 29 December
2017.
8. Larson, Ron (2013). Trigonometry (http
s://web.archive.org/web/2018021514484
8/https://books.google.com/books?id=zb
gWAAAAQBAJ) (edisi ke-9th). Cengage
Learning. hlm. 153. ISBN 978-1-285-
60718-4. Diarsipkan dari versi asli (http
s://books.google.com/books?id=zbgWAA
AAQBAJ) tanggal 15 February 2018.
Extract of page 153 (https://books.googl
e.com/books?id=zbgWAAAAQBAJ&pg=P
A153) Diarsipkan (https://web.archive.or
g/web/20180215144848/https://books.g
oogle.com/books?id=zbgWAAAAQBAJ&p
g=PA153) 15 February 2018 di Wayback
Machine.
9. See Ahlfors, pp. 43–44.
10. Stanley, Enumerative Combinatorics, Vol
I., p. 149
11. Abramowitz; Weisstein.
12. Lambert, Johann Heinrich (2004) [1768],
"Mémoire sur quelques propriétés
remarquables des quantités
transcendantes circulaires et
logarithmiques", dalam Berggren, Lennart;
Borwein, Jonathan M.; Borwein, Peter B.,
Pi, a source book (edisi ke-3rd), New York:
Springer-Verlag, hlm. 129–140, ISBN 0-
387-20571-3
13. Kannappan, Palaniappan (2009).
Functional Equations and Inequalities with
Applications. Springer. ISBN 978-
0387894911.
14. Farlow, Stanley J. (1993). Partial
differential equations for scientists and
engineers (https://web.archive.org/web/2
0150320011420/http://books.google.co
m/books?id=DLUYeSb49eAC&pg=PA82)
(edisi ke-Reprint of Wiley 1982). Courier
Dover Publications. hlm. 82. ISBN 978-0-
486-67620-3. Diarsipkan dari versi asli (ht
tps://books.google.com/books?id=DLUYe
Sb49eAC&pg=PA82) tanggal 20 March
2015.
15. See for example, Folland, Gerald B.
(2009). "Convergence and completeness"
(https://web.archive.org/web/201503192
30954/http://books.google.com/books?i
d=idAomhpwI8MC&pg=PA77) . Fourier
Analysis and its Applications (edisi ke-
Reprint of Wadsworth & Brooks/Cole
1992). American Mathematical Society.
hlm. 77ff. ISBN 978-0-8218-4790-9.
Diarsipkan dari versi asli (https://books.g
oogle.com/books?id=idAomhpwI8MC&pg
=PA77) tanggal 19 March 2015.

Referensi

Templat:AS ref
Lars Ahlfors, Complex Analysis: an
introduction to the theory of analytic
functions of one complex variable, second
edition, McGraw-Hill Book Company, New
York, 1966.
Boyer, Carl B., A History of Mathematics,
John Wiley & Sons, Inc., 2nd edition. (1991).
ISBN 0-471-54397-7.
Gal, Shmuel and Bachelis, Boris. An
accurate elementary mathematical library
for the IEEE floating point standard, ACM
Transactions on Mathematical Software
(1991).
Joseph, George G., The Crest of the
Peacock: Non-European Roots of
Mathematics, 2nd ed. Penguin Books,
London. (2000). ISBN 0-691-00659-8.
Kantabutra, Vitit, "On hardware for
computing exponential and trigonometric
functions," IEEE Trans. Computers 45 (3),
328–339 (1996).
Maor, Eli, Trigonometric Delights (https://we
b.archive.org/web/20040404234808/http://
www.pupress.princeton.edu/books/maor/) ,
Princeton Univ. Press. (1998). Reprint
edition (2002): ISBN 0-691-09541-8.
Needham, Tristan, "Preface" (https://web.ar
chive.org/web/20040602145226/http://ww
w.usfca.edu/vca/PDF/vca-preface.pdf) " to
Visual Complex Analysis (http://www.usfca.e
du/vca/) . Oxford University Press, (1999).
ISBN 0-19-853446-9.
Nielsen, Kaj L. (1966), Logarithmic and
Trigonometric Tables to Five Places (edisi
ke-2nd), New York: Barnes & Noble,
LCCN 61-9103 (https://lccn.loc.gov/61-910
3)
O'Connor, J. J., and E. F. Robertson,
"Trigonometric functions" (https://web.archi
ve.org/web/20130120084848/http://www-g
ap.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Tri
gonometric_functions.html) , MacTutor
History of Mathematics archive. (1996).
O'Connor, J. J., and E. F. Robertson,
"Madhava of Sangamagramma" (http://ww
w-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/Mathe
maticians/Madhava.html) Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/20060226001644/
http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~histo
ry/Mathematicians/Madhava.html) 2006-
02-26 di Wayback Machine., MacTutor
History of Mathematics archive. (2000).
Pearce, Ian G., "Madhava of
Sangamagramma" (http://www-history.mcs.
st-andrews.ac.uk/history/Projects/Pearce/
Chapters/Ch9_3.html) Diarsipkan (https://
web.archive.org/web/20060505201342/htt
p://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/hist
ory/Projects/Pearce/Chapters/Ch9_3.html)
2006-05-05 di Wayback Machine., MacTutor
History of Mathematics archive. (2002).
Protter, Murray H.; Morrey, Charles B., Jr.
(1970), College Calculus with Analytic
Geometry (edisi ke-2nd), Reading: Addison-
Wesley, LCCN 76087042 (https://lccn.loc.go
v/76087042)
Weisstein, Eric W., "Tangent" (http://mathwo
rld.wolfram.com/Tangent.html) Diarsipkan
(https://web.archive.org/web/20060719202
529/http://mathworld.wolfram.com/Tangen
t.html) 2006-07-19 di Wayback Machine.
from MathWorld, diakses pada tanggal 21
Januari 2006.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Fungsi_trigonometri&oldid=23907710"
Halaman ini terakhir diubah pada 26 Juli 2023,
pukul 14.01. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai