TRIGONOMETRI
1. Perkembangan Trigonometri
Trigonometri adalah slah satu unit dari Matematika yang membicarakan hubungan
antara besaran sudut dan besaran sisi dalam segitiga. Juga membicarakan hubung-
an (relasi) antara fungsi trigonometri dari sudut-sudutnya.
Ilmu ini muncul kira-kira 2000 tahun sebelum masehi, ketika Bangsa Greeks me-
ngembangkan metode penelitian untuk mengukur sudut-sudut dan sisi-sisi segi
tiga. Kira-kra 1500 tahun sebelum masehi, Ptolemeus telah membuat daftar tali
busur lingkaran.
Kira-kira 600 tahun sebelum masehi, Tales telah menemukan cara untuk
menghitung tinggi piramid hanya dengan menghitung panjang bayang-ba-yang.
Kira-kira 180 tahun sebelum masehi, hypsicles dapat menghitung tinggi piramid
dengan fungsi busur lingkaran. Kira-kira 100 tahun sebelum masehi,
Menelaos telah menulis tentang trigonometri speris (Ilmu ukur segitiga bola).
Pada abad sekarang, ilmu ini sangat membantu dalam penyelidikan ruang angkasa.
2. Sudut Rotasi
Apabila suatu garis lurus di rotasi terhadap satu titik, garis tersebut akan menyapu
suatu sudut yang dapat di ukur dalam derajat atau radiun. Menurut konvensi suatu
garis lurus yang berotasi satu sudut penuh dan kembali keposisi awalnya dikatakan
telah dirotasi melalui 360 derajat – 3600 – dimana setiap derajatnya dibagi menjadi
60 menit – 60’ – dan setiap menitnya dibagi lagi menjadi 60 detik – 60’’. Sudut
lurus adalah separuhnya, yakni 1800 dan sudut siku separuhnya lagi, yakni 900.
Sebarang sudut yang lebih kecil dari pada 900 disebut sudut lancip dan lebih besar
dari pada 900 disebut sudut tumpul.
Suatu sudut yang di ukur dalam derajat, menit dan detik dapat di konversi ke
derajat decimal sebagai berikut:
o o
36 18
0 0
45 36’18’’ = 45 + +
60 60x60
π 0
180
π /3 rad = x = 600
3 π
0
5π 180
5 π /6 rad = x = 1500
6 π
7π 180 0
7 π //4 rad = x = 3150
4π
Segitiga
Semua segitiga memiliki bangun dan ukuran. Bangun segitiga ditentukan oleh
ketiga
sudutnya dan ukuran oleh panjang ketiga sisinya. Dua segitiga dapat memiliki
bangun yang sama memiliki sudut yang sama – tetapi dengan ukuran yang
berbeda.
Kita katakan bahwa kedua segitiga itu sebangun. Kesebangunan gambar dari
ukuran yang berbeda inilah yang memungkinkan seorang seniman dapat melukis
gambar pemandangan yang tampak menyerupai aslinya – panjang garisgaris yang
bersesuai-an dalam gambar tersebut dan pemandangannya jelas berbeda tetapi
sudut-sudut
yang bersesuaian dalam gambar dan pemandangannya tetap sama.
Sifat penting pada gambar-gambar yang sebangun ialah panjang sisi-sisi yang
bersesuaian semuanya dalam rasio yang sama, sehingga. Misalnya, dalam segitiga
sebangun ABC dan A’B’C’ dalam gambar ini:
AB AC BC
= =
A’B’ A’C B’C’
Dengan sudut ⱷ pada titik sudut B dimana sisi AC berhadapan dengan ⱷ , sisi BC
bersebelahan dengan ⱷ dan sisi AB disebut hipotenusa, kita mendefinisikan rasio
trigonometrik sebagai :
berhadapan
sinus sudut sebagai = AC, rasio ini dinyatakan dengan sin ⱷ
hipotenusa AB
bersebelahan
cosinus sudut sebagai = BC , rasio ini dinyatakan dengan cos ⱷ
hipotenusa AB
berhadapan
tangen sudut sebagai = AC, rasio ini dinyatakan dengan tan ⱷ
bersebelahan AB
Setiap sudut memiliki pasangan nilai masing-masing untuk rasio trigonometrik ini
dan nilainilai ini paling mudah dicari dengan menggunakan kalkulator. Misalnya,
dengan kalkulator dalam mode derajat, masukanlah 58 dan tekan tombol sin untuk
memperagakan 0,84804..yang merupakannilai sin 58o (yaitu rasio sisi berhadapan
terhadap hipotenusa semua sigitiga siku-siku dengan sudut 58o).
Sekarang kita dapat menggunakan rasio untuk mencari yang takdiketahui. Sebagai
contoh lihat gambar di bawah ini, tangga yang panjangnya 3 m bersandar pada
din-
dinding dengan sudut 56o terhadap bidang mendatar (horizontal).
Tinggi tangga ini sekarang dapat dicari sebagai berikut. Dengan membagi
tingginya v (berhadapan) dengan panjang tangga (hipotenusa) akan dihasilkan sin
sudut kemiringa 56o. Dengan kata lain :
tinggi
= sin 56o. Dengan kata lain v = 0,82903yang menghasilkan tinggi
panjang tangga
v sebagai, 3 x 0,82903...= 2,49 m (hingga 3 angka signifikan)
Jadi ika sebatang tangga yang panjangnya L bersandar pada dinding dengan sudut
60o terhadap bidang mendatar dengan ujung atas tangga 4,5 m di atas tanah,
panjang
Tinggi 4,5
tangga tersebut ialah: = = sin 60o = ,8660...
L L
4,5
Sehingga L = = 5,20 m (hingga 2 tempat desimal)
0,8660
Teorema Pythagoras
Semua segitiga siku-siku memiliki sifat-sifat yang sama yang
dinyatakan dalam teorema Pythagoras:
Kuadrat hipotenusa suatu segitiga siku-siku sama dengan
penjumlahan dari kuadrat kedua sisi lainnya
Penyangga berbentuk segitiga sama-kaki yang terbuat dari kayu ditempatkan pada
dinding tegak.
Jika panjang sisi di sepanjang permukaan datar ialah 3,4 m, panjang hipotenusanya
hingga 2 tempat desimal ialah sebagai berikut :
panjang datar 3,4 1
o
= = cos 45 =
hipotenusa hipotenusa √2
Sehingga hipotenusa = √2 x 3,4 = 4,81 m.
Contoh 2. Kerangka sepeda berbentuk segitiga sama-kaki dengan batang mendatar
sebagai hipotenusa. Jika batang ini panjangnya 53 cm, maka panjang masing-
masing dari kedua sisi lainnya hingga ke mm terdekat adalah :
Soal Latihan
1. Sebuah tangga disandarkan pada dinding dengan panjang bayangan tangga 3cm,
dengan sudut yang terbentuk 550 . Berapakah tinggi tangga tersebut?
2. Diketahui sisi dari segitiga siku siku berturut turut 2cm dan 4cm. Berapakah pan
jang sisi yang lainnya?
3. Sebuah pohon tingginya 3m dan ditarik garis miring dari ujung pohon tersebut
dan membentuk sudut 3/4 π . Berapa panjang bayangan dari pohon tersebut ?