Anda di halaman 1dari 10

Biografi Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia Ketujuh

Profil dan Biografi Joko Widodo. Dimulai sebagai pengusaha mebel, ia terjun ke dunia politik. Konsep
“blusukan” dengan turun ke lapangan, mengantarkannya menjadi wali kota, gubernur, hingga
presiden. Jokowi dilantik menjadi Presiden ke-7 RI pada usia 53 tahun. Tidak ada yang menyangka
sosok sederhana seperti Jokowi ini bakal menduduki pucuk kepemimpinan tertinggi di Indonesia
sebagai presiden Indonesia ketujuh.

lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961, dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi
Notomiharjo. Jokowi adalah anak pertama dari empat bersaudara. Jokowi dibesarkan dari keluarga sederhana bahkan dia
mengalami beberapa kali pindah rumah karena tempat tinggalnya digusur.

Masa Kecil Jokowi

Berasal dari keluarga yang sangat sederhana membuat Jokowi merasakan hidup yang sulit dan keras pada masa
kecilnya. Pada saat ia duduk di Sekolah Dasar Negeri 111 Tirtoyoso, Surakarta, Jokowi telah menjadi seorang kuli panggul,
ojek payung dan pedagang. Hal tersebut ia lakukan hanya untuk membiayai kebutuhan sekolahnya hingga makan sehari-hari.

Pada usia 12 tahun, Jokowi memutuskan untuk bekerja di perusahaan kayu sebagai tukang gergaji. Keahlian
tersebut didapatnya dari ayahnya yaitu Noto Mihardjo yang juga berprofesi sebagai tukang kayu.

Di masa kecilnya Jokowi juga telah merasakan pahitnya penggusuran, ketika rumahnya tiga kali terkena penggusuran. Setelah
lulus Sekolah Dasar, ia masuk di SMP Negeri 1 Surakarta kemudian melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 6 Surakarta. Pada
masa kuliah, Jokowi akhirnya diterima di jurusan Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Disana ia belajar sangat giat
mengenai kayu, teknologi pengolahannya serta pemanfaatnnya.

Memulai Usaha Sebagai Juragan Mebel

Setelah menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1985 Jokowi akhrinya menikahi pujaannya, Iriana pada tanggal 24 Desember
1986 di Kota Solo yang kemudian memberinya tiga orang anak bernama Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep dan Kahiyang
Ayu. Di tahun yang sama, Jokowi pun merantau ke Aceh untuk mencari pekerjaan. Di sana ia bekerja di salah satu BUMN, PT
Kertas Kraft Aceh. Namun karena merasa tidak betah, akhirnya ia memilih mengundurkan diri dan mencoba untuk berbisnis
kayu di Solo sembari menunggu kelahiran anak pertamanya.

Sebelum memulai usahanya sendiri, Jokowi bekerja di perusahaan milik pamannya, di CV Roda Jati, Solo. Setelah banyak
pengalaman yang ia dapat dari sana, Jokowi memberanikan diri untuk membuka usaha mebel kayu sendiri pada tahun 1988
dengan membuat badan usaha yang bernama CV. Rakabu yang terinspirasi dari nama anak pertamanya, yaitu Gibran
Rakabuming.

Bisnis kayu Jokowi dibawah naungan CV. Rakabu mengalami pasang surut bahkan hampir bangkrut. Namun pada tahun 1990
berkat pinjaman dana sebesar 30 juta rupiah dari ibunya, Jokowi kemudian mencoba bangkit kembali.

Setelah bisnisnya mulai bangkit, Jokowi memulai perjalanannya untuk keliling Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Alhasil,
Jokowi sukses menjadi pengusaha ekspor mebel.

Terjun di Dunia Politik

Pada saat Jokowi berkeliling Eropa untuk melakukan perjalanan bisnis mabelnya, ia pun mendapat Inspirasi mengenai tata kota
yang bersih serta rapi. Yang akhirnya membuat Jokowi ingin menerapkannya di Negara asalnya, Indonesia :

Walikota Solo

Di tahun 2005, Jokowi mencalonkan diri menjadi calon Walikota Solo yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa dan PDI
Perjuangan. Meskipun ia tidak memiliki pengalaman politik yang cukup, Jokowi akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang dan
menjadi Walikota Solo.

Kemenangan Jokowi sebagai Walikota Solo menjadi pijakan awal Jokowi menuju kursi Presiden Indonesia. Kepemimpinannya
sebagai Walikota Solo banyak mengubah wajah Kota Solo menjadi kota yang nyaman serta relokasi pedagang tanpa
menimbulkan kerusuhan. Jokowi juga dikenal sebagai pemimpin ‘blusukan’ yaitu sering berkeliling melihat langsung keadaan
kotanya.

Hasil kerja yang memuaskan membuat Jokowi berhasil menjadi Walikota Solo untuk kedua kalinya pada pilkada selanjutnya di
tahun 2010. Dari situlah Jokowi kemudian mulai dikenal rakyat karena karakter yang sederhana serta prestasinya pada masa
jabatannya menjadi Walikota Solo.
Gubernur DKI Jakarta

Keberhasilannya memimpin Kota Solo kemudian membuat mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Jokowi untuk maju ke
Kursi Gubernur.

Sempat menolak, Jokowi kemudian akhirnya menerima dan bergabung dengan Partai PDI Perjuangan pimpinan Megawati
Soekarno Putri bersama Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto.

Jokowi akhirnya resmi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau yang
lebih dikenal sebagai Ahok. Akhirnya pilkada putaran kedua berhasil membuat Jokowi-Ahok memenangkan kursi Gubernur DKI
Jakarta 2012.

Menjadi Presiden Republik Indonesia

Di tengah masa pemerintahannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi kembali memberanikan diri maju sebagai Calon
Presiden bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden pada tahun 2014. Yang akhirnya pada bulan juli 2014, hasil perhitungan
suara oleh KPU Indonesia menyatakan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai pemenang pada Pemilihan Presiden tahun 2014 dengan
perolehan suara sebesar 53,15% atau 70.997.833.

Setelah mengeluarkan banyak kebijakan baru pasca mejadi Presiden RI, banyak timbulnya pro dan kontra dari masyarakat.
Namun terlepas dari banyaknya kontroversi mengenai kebijakan Presiden Joko Widodo, Jokowi merupakan sosok yang patut
menjadi perhatian, bagaimana tidak hanya dalam waktu kurang dari sepuluh tahun saja ia berhasil mencapai puncak sebagai
orang nomor satu di Indonesia.

Terpilih Kembali Menjadi Presiden 2019

Pada Pemilu bulan 17 April 2019, Jokowi kembali terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia periode tahun 2019-
2024. Jokowi berpasangan dengan seorang ulama yakni KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden Indonesia.

Penghargaan Yang Diterima Joko Widodo


Berikut sederet penghargaan yang diterima oleh jokowi, diantaranya:

 Satya Bhakti Kadin Jawa Tengah (2007)


 Solo Pos Award Solo Pos 2007 (2008)
 IKAPI Awards IKAPI (2008)
 Leadership Awards Menteri Aparatur Negara & Leadership Park (2008)
 Perhumas Award Perhimpunan Hubungan Masyarakat (2008)
 Tokoh Pilihan Tempo 2008 Majalah Tempo (2008)
 Kepala Daerah Tingkat II Terbaik Pengembangan MICE Majalah Venue (2009)
 Pelopor Inovasi Pelayanan Prima Presiden RI (2010)
 Kepala Pemerintah Daerah berjiwa Enterpreneur Berhasil Property and Bank (2010)
 Innovative Government Award Kementerian Dalam Negeri (2010)
 Bung Hatta Anti Corruption Award (2010)
 Marketer Award Markplus Inc. (2010)
 Alumnus Berprestasi Kategori Penggerak Sosial UGM (2010)
 Visit Indonesia mengembangkan destinasi wisata Kementerian Pariwisata (2010)
 IAI Award IAI Jawa Tengah (2011)
 Inovasi Manajemen Perkotaan Awards Kementerian Dalam Negeri (2011)
 UNS Awards – Tanda Jasa Dharma Budaya Bhakti Praja Rektor UNS (2011)
 Realestat Indonesia-Penataan Lingkungan, Relokasi PKL dan Penataan Pasar Tradisional serta Peremajaan
 Kawasan Kumuh DPP REI (2011)
 Tokoh Perubahan 2010 Republika (2011)
 MIPI Awards Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (2011)
 Satya Lancana Pembangunan Bidang Koperasi Presiden RI (2011)
 Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama Presiden RI (2011)
 GATRA Award Walikota Terbaik GATRA (2011)
 Charta Politika Award III Tokoh Kepala Daerah (2012)
 Soegeng Sarjadi Award on Good Governance untuk Kategori Tokoh Inspirasi Pemberdayaan Masyarakat (2012)
 Pembina Bank Daerah Terbaik 1 (2012)
 Anugerah Integritas Nasional (2013)
 Jak Award
 Tokoh News Maker (2012)
 Best of The Best “The Right Man On The Right Place 2013”
 Pembina BUMD Terbaik (2013)
 Tokoh Yang Memiliki Sikap dan Kebijakan Politik Yang Berpihak Pada Rakyat
Anak Bangsa Yang Layak Memimpin Bangsa
 RMOL Democracy Award
 PenghargaanTerbaik II “Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2013 Tingkat Provinsi Kelompok A (DKI Jakarta) 2013”
Biografi dan Profil Lengkap Abdurrahman Wahid

Kehidupan Awal Dan Pendidikan Gus Dur


Abdurrahman Wahid merupakan anak pertama dari 6 bersaudara dari pasangan K.H. Wahid Hasyim dan Solichah yang lahir
dengan nama Abdurrahman Addakhil.

Abdurrahman Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat di komunitas muslim Jawa Timur. Kakeknya dari sang ayah
yaitu K.H. Hasyim Asyari merupakan tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, kakeknya dari sang ibu yaitu K.H. Bisri Syansuri merupakan
pengajar di pesantren pertama yang mengajar kelas pada perempuan. Sang ayah yaitu K.H. Wahid Hasyim merupakan Menteri
Agama pada tahun 1949 dan sang ibu merupakan putri dari pendiri pondok pesantren Denanyar Jombang.

Abdurahman Wahid menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh
(Yenni Wahid), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

Pada tahun 1944, Abdurrahman Wahid pindah ke Jakarta, karena ayahnya terpilih sebagai ketua pertama Partai Masyumi.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia, Gus Dur kembali ke Jombang. Pada tahun 1949, Gusdur kembali lagi ke Jakarta
karena ayahnya terpilih menjadi Menteri Agama. Gus Dur menempuh pendidikan dasarnya di SD KRIS sebelum pindah ke SD
Matraman Perwari. Untuk menambah pengetahuan, oleh ayahnya Gus Dur di ajarkan ayahnya membaca buku nono–muslim,
mjalah, dan juga koran. Pada tahun 1953, sang ayah meninggal dunia karena kecelakaan mobil.

Pada tahun 1954, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di SMP, namun pada tahun itu, Gus Dur tidak naik kelas dan sang ibu
mengirimnya ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan SMPnya sekaligus mengaji kepada KH. Ali MAksum di Pondok
Pesantren Krapyak. Setelah lulus SMP pada tahun 1957, Gus Dur pindah ke Magelang dan memulai pendidikan muslimnya di
Pesantren Tegalrejo, Ia termasuk murid berbakat dan Ia mampu menyelesaikan pendidikan pesantrennya hanya dalam waktu 2
tahun yang seharusnya adalah 4 tahun. Lalu pada tahun 1959, Ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang, sembari
melanjutkan pendidikannya, ia juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya menjadi seorang kepala seklah
Madrasah.

Pada tahun 1963, Gus Dur mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama untuk belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar
Kairo Mesir. Kemudian pada November 1963, Ia berangkat ke Mesir. Walaupun fasih berbahasa Arab, Ia harus terpaksa
mengikuti kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab, karena Ia tidak mampu membuktikan bahwa Ia fasih
berbahasa Arab.

Pada akhir tahun 1964, Gus Dur berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Dan pada tahun 1965 iamulai belajar tentang Studi Islam
dan bahasa Arabnya. Di Mesir, Ia bekerja di Kedutaan Besar Indonesia. Saat ia bekerja terjadi peristiwa G30S, Kedutaan Besar
Indonesia di Mesir diperintah untuk melakukan invesrigasi pada pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik
mereka dan Gusdur diberi perintah tersebut, Ia ditugaskan untuk menulis laporan.

Gus Dur yang tidak setuju dengan metode pendidikan dan pekerjaannya pasca peristiwa G30S yang mengganggu dirinya, pada
tahun 1966, Ia diberitahu bahwa Ia harus mengulang kembali belajarnya. Pendidikan prasarjana Wahid selamat karena
beasiswa yang di terimanya di Universitas Baghdad, Irak. Pada tahun 1970, Gus Dur menyelesaikan pendidikannya di
Universitas Baghdad dan Ia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Leiden, namun Ia harus menelan
kekecewaan karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang di akui. Sebelum pulang ke Indonesia pada tahun 1971, Gus
Dur pergi ke Jerman dan Perancis.

Awal Karier Gus Dur


Setelah kembali ke Jakarta, Gus Dur bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES) yaitu sebuah organisasi yang terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan
majalah Prisma dan Wahid menjadi salah satu kontributornya, sebagai kontributor ia berkeliling pesantren dan majalah di
seluruh Jawa. Gusdur merasa prihatin dengan kemiskinan yang dialami pesantren.

Abdurrahman Wahid terus mengembangkan kariernya sebagai seorang jurnalis, artikel yang ditulisnya diterima baik dan
kemudian Ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Karena hal tersebut, Gus Dur mendapat banyak
undangan untuk membeikan seminar dan kuliah namun hal tersebut membuatnya harus bolak-balik Jakarta-Jombang.
Walaupun saat itu Ia telah memiliki karier yang sukses, Gus Dur masih merasa hidupnya sulit jika hanya menumpukan pada
satu pekerjaan saja, lalu untuk menambah pendapatan Ia menjual kacang dan juga mengantar es.

Pada tahun 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan sebagai Guru di Pesantren Tambakberas Jombang, satu tahun
kemudian Ia mendapatkan pekerjaan tambahannya yaitu menjadi guru kitab Al-Hikmah. Pada tahun 1977, Gus Dur bergabung
dengan Universitas Hasyim Asyari dan Ia sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan.
Bergabung Dengan Nahdlatul Ulama Dan Menjadi Ketua NU
Awalnya Gus Dur menolak untuk bergabung dengan Dewan Penasehat Agama NU sebanyak 2 kali, namun setelah kali ketiga
kakaeknya Bisri Syansuri menawarinya, akhirnya Gus Dur mau bergabung. Bergabung dengan NU, Gus Dur mendapatkan
pengalaman politik pertamanya yaitu Ia ikut berkampaye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yaitu sebuah partai islam
yang merupakan gabungan dari 4 partai islam termasuk NU dalam Pemilu Legilatif 1982.

Banyak orang yang menganggap NU sebagai organisasi dalam keadaan terhenti. Setelah melalui diskusi, Dewan Penasehat
Agama membentuk Tim tujuh yang diantaranya adalah Gus Dur, tim tersebut ditujukan untuk mengerjakan isu reformasi dan
membantu mengaktifkan kembali NU.

Pada tanggal 2 mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan ketua NU yaitu Idham Chalid, dan memintanya untuk
mengundurkan diri sebagai ketua. Awalnya Idham menolak mundur dari jabatannya namun akibat tekanan akhirnya Idham
mundur.
Pada tahun 1983, Soeharto kembali terpilih menjadi presiden untuk ke empat kalinya dan memulai mengambil langkah untuk
membuat pancasila sebagai Ideologi Negara. Wahid menjadi anggota kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU
terhadap isu tersebut dan Ia kemudian berkonsultasi dengan bacaa seperti sunnah dan Quran sebagai pembenaran dan pada
Oktober 1983, Gusdur menyimpulkan agar NU menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Setelah itu untuk mengaktifkan
kembali NU, Gus Dur mundur dari PPP dan partai politik.

Pada Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang menyuarakan agar Gus Dur menjadi nominasi ketua NU yang baru, Gus
Dur mau menerima nominasi tersebut asalakan Ia mendapatkan wewenang penuh dalam memilih pengurus yang akan bekerja
padanya. Akhirnya, Gus Dur terpilih menjadi ketua umum PBNU, namun permintaannya untuk memilih sendiri pengurus dibawah
kepemimpinannya tidak dipenuhi.

Pada tahun 1985, Gus Dur ditunjuk Soeharto untuk menjadi Indoktrinator Pancasila. Pada tahun 1987, Gusdur lebih menunjukan
dukungannya terhadap rezim orde baru dengan mengkritik PPP dalam pemilu legislatif 1987 dan Ia memperkuat partai Golkar,
kemudianIa menjadi anggota MPR mewakili Golkar.

Selama masa jabatan pertama sebagai Ketua Umum PBNU, Gus Dur tetap fokus dalam mereformasi sistem pendidikan
pesantren dan Ia berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren hingga dapat menandingi sekolah sekuler. Pada
tahun 1987, Gus Dur mendirikan kelompok belajar di Probolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian
dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim.

Pada Musyawarah Nasional 1989, Gus Dur terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU. Pada Desember 1990, berdiri Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia yang diketuai oleh B.J. Habibie. Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI mengajak Gus Dur
bergabung namun Gus Dur menolak karena Ia menganggap ICMI mendukung sektarianisme yang akan membuat Soeharto
menjadi tetap kuat. Gus Dur melakukan perlawanan terhadap ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi.

Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang
pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi
untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Selama masa jabatan kedua sebagai ketua NU, ide
liberal Gus Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan
bahkan menerima undangan mengunjungi Israel pada Oktober 1994.

Pada Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur kembali terpilih menjadi Ketua NU dan Ia mulai melakukan aliansi politik dengan
Megawati Soekarno Putri. Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus
Dur sebagai ketua NU. Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim,
dipanggil ke kediaman Soeharto untuk memberikan konsep Komite Reformasi namun mereka semua menolaknya.

Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur


Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden, setelah itu mulai muncul partai politik baru seperti PAN
dan PDI-P. Pada Juni 1998, banyak orang komunitas NU mengusulkan agar Gus Dur mendirikan partai politik dan permintaan
tersebut mulai ditanggapi pada bulan Juli, Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasihat dengan
Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai.

Pada November 1998, Di Ciganjur Gus Dur bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan Hamengkubuwono X kembali
menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai
kandidat pemilihan presiden.

Terpilih Menjadi Presiden RI


Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam pemilu legislatif, PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33%
suara. Namun, karena PDI-P tidak memiliki kursi mayoritas penuh, lalu membentuk aliansi dengan PKB. Pada bulan Juli, Amien
Rais membentuk Poros tengah yaitu koalisi partai-partai Muslim.

Pada 7 Oktober 1999, Amien dan Poros Tengah secara resmi mengumumkan bahwa Abdurrahman Wahid yang akan
dicalonkan sebagai presiden. Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie. Pada 20 Oktober
1999, MPR kembali berkumpul untuk mulai memilih presiden baru, kemudian Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden
Indonesia ke-4 dengan perolehan 373 suara.
Pada masa pemerintahannya, Ia membentuk Kabinet Persatuan Nasional yaitu kabinet koalisi yang anggotanya berasal dari
berbagai partai politik, seperti : PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK) termasuk juga Non-partisan dan TNI.
Kemudian Gus Dur melakukan dua reformasi pemerintahan, reformasi pertama yaitu membubarkan Departemen Penerangan,
senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media dan reformasi kedua yaitu membubarkan Departemen Sosial yang
korup.

Gus Dur berencana memberikan referendum kepada Aceh. Namun referendum tersebut bukan untuk menentukan kemerdekaan
melainkan untuk menentukan otonomi.

Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, dimana rakyat memilih secara langsung, PKB memilih Gus Dur
sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis dan KPU menolaknya sebagai kandidat Capres.

Wafatnya Gus Dur


Pada hari Rabu, 30 Desember 2009, Gus dur meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45
akibat komplikasi penyakit yang dideritanya sejak lama. Menurut sang adik, Salahuddin Wahid, Gus Dur meninggal akibat
sumbatan pada arterinya.

Buku Karya K.H Abdurrahman Wahid


Berikut adalah beberapa buku karya Gus Dur :

 Islam dalam Cinta dan Fakta


 Sebuah Dialog Mencari Kejelasan; Gus Dur Diadili Kiai-Kiai
 Tabayun Gus Dur, Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, Reformasi Kultural
 Islam, Negara, dan Demokrasi
 PRISMA PEMIKIRAN GUS DUR
 Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan
 Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser
 Mengatasi Krisis Ekonomi: Membangun Ekonomi Kelautan, Tinjauan Sejarah dan Perspektif Ekonomi
 Gus Dur Bertutur
 90 Menit Bersama Gus Dur
 Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat
 Khazanah Kiai Bisri Syansuri; Pecinta Fiqh Sepanjang Hayat
 Sekedar Mendahului, Bunga Rampai Kata Pengantar
 Umat Bertanya Gus Dur Menjawab
 Tuhan Tidak Perlu Dibela
 Islamku Islam Anda Islam Kita
Biografi Lengkap B.J.Habibie
Presiden Ketiga RI, Bapak Teknologi dan Demokrasi Indonesia
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan B.J Habibie merupakan Presiden ketiga
Republik Indonesia. Beliau menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998
dan beliau digantikan oleh K.H Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang terpilih pada 20 Oktober 1999 Oleh MPR melalui
pemilu. B.J. Habibie ini merupakan Wapres dan Presiden yang memiliki masa jabatan singkat yaitu 2 bulan 7 hari untuk wapres
dan 1 tahun 5 bulan untuk presiden. Berikut ini merupakan biografi dan profil lengkap B.J. Habibie

Biografi Singkat B.J.Habibie

Nama : Bacharuddin Jusuf Habibie


Lahir : Pare-Pare , Sulawesi Selatan , 25 Juni 1936
Nama Orang tua

 Ayah : Alwi Abdul Jalil Habibie


 Ibu: RA. Tuti Marini Puspowardojo

Nama Isteri: Hasri Ainun Habibie


Nama anak: Ilham Akbar, Thareq Kemal

Pendidikan :

 S1 Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung


 S2 Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule, Jerman
 S3 Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean, Jerman

Jabatan:

 Presiden Republik Indonesia (1998-1999)


 Wakil Presiden (1998)
 Vice President dan Direktur Tekmnologi Di MBB
 Kepala penelitian Dan Pengembangan pada Analisis struktur Pesawat Terbang MBB
 Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
 Direktur PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (1976-1998)
 Menteri Riset Dan Teknologi RI(1978-1998)
 Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
 Direktur Utama PT. PAL Indonesia, Persero (1978-1998)
 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industrei Pulau Batam (1978-1998)
 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (1980-1998)
 Direktur Utama PT. Pindad Persero (1983-1998)
 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis (1988-1998)
 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (1989-1998)
 Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (1990-1998)
 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar (1993)

Biografi dan Profil Lengkap B.J.Habibie


Laki-laki kelahiran Pare-Pare , Sulawesi Selatan tepatnya pada tanggal 25 Juni 1936 ini merupakan anak keempat dari 8
bersaudara pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Ayah beliau berprofesi sebagai ahli pertanian
yang berasal dari etnis Gorontalo dan berketutrunn Bugis Sedangkan ibunya beretnis Jawa. Pada tanggal 12 Mei 1962, laki-laki
yang hobi berkuda dan membaca ini menikah dengan Hasri Ainun Besari dan dikaruniai 2 orang putra yang bernama Ilham
Akbar Habibie dan Thareq kemal Habibie.

Pendidikan Dan Karier B.J Habibie


Sejak kecil Habibie telah memiliki sifat tegas dan berpegang pada prinsip, selain itu beliau dikenal sangat cerdas saat masih
duduk di bangku sekolah dasar. Namun sayang, pada 3 september 1950 B.J Habibie harus kehilangan sosok ayahnya yang
meninggal saat sedang sholat isya karena serangan jantung. Tak berselang lama, rumah dan kendaraan yang dimiliki oleh
keluarga dijual oleh ibu beliau lalu mereka pindah Ke kota Bandung. Sejak ayahnya meninggal untuk membiayai keluarga, ibu
beliaulah yang bekerja membanting tulang.

Habibie memiliki kemauan yang tinggi dalam belajar, lalu beliau melanjutkan pendidikannya di SMAK Dago. Pada saat
menempuh pendidikan SMA habibie mulai menampakan prestasinya terutama pada pelajaran eksakta. Pada tahun 1954,
Habibie lulus dari SMAK. Karena kecerdasan beliau, beliau masuk ke perguruan tinggi Universitas Indonesia bandung(Sekarang
ITB), Namun belum sampai selesai beliau mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Jerman dari Menteri Pendidikan dan
Kebudidayaan. Beliau memiliki jurusan Teknik Penerbangan spesialisasi Kontruksi Pesawat Terbang di Rhein Westfalen Aachen
Technische Hochschule, Habibie memiliki jurusan tersebut karena mengingat pesan Ir.Soekarno tentang pentingnya Dirgantara
dan Penerbangan bagi Indonesia. Mengingat jerih payah sang ibu membuat beliau memiliki tekat untuk bersungguh-sungguh
diperantauan dan harus sukses. Pada saat liburan kuliah, beliau justru mengisi liburan tersebut dengan ujian dan juga mencari
uang untuk membeli buku.
Pada tahun 1960, B.J Habibie mendapat gelar Diploma Ing dari Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule, Jerman
dengan predikat cumlaude dengan nilai rata-rata 9,5. Berbekal dengan gelar Insinyur yang dimiliki, beliau mendaftar kerja si
Firma Talbot yaitu sebuah Indusri Kereta Api di Jerman dan beliau berhasil mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat
pesawat terbang pada wagon yang pada saat itu dibutuhkan Firma Talbot untuk mengangkut barang yang ringan namun
bervolume besar. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar doktornya di Technische Hochschule Die
Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Pada tahun 1962, B.J Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari, setelah menikah beliau memboyong istrinya ikut ke Jerman.
Perjuangan hidup di Jerman semakin keras, untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga beliau harus berjalan kaki untuk
sampai di tempat kerjanya dan akan pulang pada malam hari untuk belajar sementara istrinya harus mengantri mencuci baju di
tempat pencucian umum.

B.J habibie mendapat gelar Dr. Ingenieur dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean pada
tahun 1965 dengan predikat summa comlaude atau sangat sempurrna dengan rata-rata nilai 10. Setelah lulus dengan indeks
prestasi summa comloude, beliau bekerja di Messerschmitt Bolkow Blohm atau MBB yaitu sebuah perusahaan penerbangan
yang berpusat di Hamburg, Jerman. Selama bekerja di MBB tersebut B.J. Habibie menyumbangkan hasil penelitian serta
sejumlah teori sepertirumus untuk menghitung keretakan atau crack propagation on random hingga ke atom-atom pesawat
terbang yang kemudian rumus tersebut diberi nama Faktor Habibie dan karena rumus tersebut beliau mendapat julukan
Mr.Crack.

Karena kejeniusan serta prestasi yang dimiliki oleh B.J. Habibie menghantarkan beliau diakui oleh berbagai lembaga
internasional seperti Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal
Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis), The Royal
Aeronautical Society London (Inggris) serta The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Selain itu beliau juga pernah
meraih penghargaan bergensi seperti Edward Warner Award, Theodore von Karman Award, dan untuk didalam negeri beliau
mendapat penghargaan tertinggi Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari ITB.

Kembali Ke Indonesia
Pada tahun 1973, B.J.Habibie pulang ke Indonesia untuk memenuhi panggilan presiden Soeharto, lalu beliau diangkat sebagai
penasehat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga pada tahun 1978. Walaupun telah
menjabat sebagai penasehat pemerintah, beliau masih tetap pulang pergi ke Jerman karena beliau mesih menjabat sebagai
Vice Presiden dan Direktur Teknologi Messerschmitt Bolkow Blohm. Baru pada tahun 1978, beliau melepas jabatan tinggi beliau
tersebut.

Sejak itu dari tahun 1978 hingga 1997, beliau diangkat sebagai menteri riset dan tenologi sekaligus ketua badan pegkajian dan
penerapan teknologi atau BPPT. Selain itu juga beliau diangkat pula sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan masih banyak
jabatan lainnya. Setelah 20 tahun menjabat menjadi Menristek, pada 14 maret 1998- 21 mei 1998, beliau terpilih menjadi wakil
presiden ke 7 RI melalui sidang umum MPR.

Pada tahun tersebut pula banyak peristiwa yang akhirnya membuat presiden Soeharto mengundurkan diri, dengan mundurnya
soeharto maka berdasarkan pasal 8 UUD 1945 yang menyatakan “bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya” , B.J. Habibie akhirnya
menggantikan posisi sebagai presiden RI.

Namun akhirnya Habibie dipaksa untuk lengser akibat memperbolehkan referendum Timor Timur (sekarang Timor Leste) yang
memilih untuk merdeka. Pidato pertanggung jawabannya di tolak oleh MPR lalu beliau kembali menjadi warga negara biasa dan
kembali ke Jerman.

Ditinggalkan istrinya
Pada hari sabtu, 22 mei 2010 pukul 17.30 waktu setempat atau 22.30 WIB, istri tercinta B.J. Habibie yaitu Ibu Hasri Ainun Besari meninggal
dunia di rumah sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum,Muenchen, Jerman.

Kepastian meninggalnya Hasri Ainun dari kepastian Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota DPR yang ditunjuk menjadi wakil keluarga BJ
Habibie. Ini menjadi duka yang amat mendalam bagi Mantan Presiden Habibie dan Rakyat Indonesia yang merasa kehilangan.

Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam
hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi mempunyai batas. Dan hingga akhirnya kisah perjalanan cinta mereka di
bukukan.

Karya B.J.Habibie

 VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.


 Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
 Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
 Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
 CN – 235
 N-250

Dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
Helikopter BO-105.
Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
Beberapa proyek rudal dan satelit.
Biografi Marah Roesli

 Nama : Marah Rusli bin Abu Bakar


 TTL : Padang, 07 Agustus 1889
 Meninggal : 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.
 Ayah : Abu Bakar, seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran

Marah Roesli lahir di keluarga yang terpandang. Ayahnya bekerja sebagai Demang. Sedangkan ibunya berasal dari Jawa dan
keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.

Marah Rusli sekolah di Padang yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai pengantar pada saat itu. Setelah lulus dari bangku
Sekolah Dasar, ia melanjutkan ke sekolah Raja (Kweek School) di Bukit Tinggi dan lulus tahun 1910.

Kemudian, Roesli kembali melanjutkan pendidikannya ke Vee Arstsen School (sekolah dokter hewan) di Bogor dan lulus tahun
1915. Setelah tamat, ia ditempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Hingga akhirnya pada tahun 1916 ia
menjadi Kepala Peternakan.

Marah Rusli menikah dengan gadis keturunan sunda kelahiran Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1911 dan mempunyai 3 orang
anak, dua laki-laki, satu perempuan. Sebenarnya hubungan Roesli dengan istrinya tidak mendapat restu orang tua, namun
kegigihannya atas dasar cinta dapat meyakinkan keluarga bahwa pili Roesli mencintai dunia sastra sejak kecil. Ia amat suka
mendengarkan cerita-cerita sastra dari tukang kaba (Pencerita yang keliling di Sumatera Barat untuk menjual ceritanya). Dan
hobinya membaca buku sastra menjadikan Roesli semakin tertarik pada dunia sastra.

Hingga akhirnya Marah Roesli berhasil menulis roman yang berjudul ‘Siti Nurbaya’. Dalam karyanya ini, ia ingin mengutarakan
landasan pemikirannya terhadap perjuangan rakyat dan emansipasi wanita.

Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Roesli dinobatkan sebagai Bapak Roman Modern Indonesia oleh H.B Jasmin. Sebab,
sebelum roman menjadi populer, kebanyakan karya sastra pada saat itu berbentuk hikayat.

Setelah cukup banyak berkiprah di dunia sastra, Marah Roesli meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan
dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.

Karya-Karya Marah Roesli


• Siti Nurbaya (1922)
• La Hami (1924)
• Anak dan Kemenakan (1956)
• Memang Jodoh (otobiografi)
• Gadis Yang Malang terjemahan novel karya Charles Dickens (1922)

hannya adalah yang terbaik.


Biografi dan Profil Lengkap Chairil Anwar
Penyair Terkemuka Indonesia

Chairil Anwar merupakan penyair terkemuka Indonesia. Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Chairil
Anwar diperkirakan telah menulis sebanyak 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, Chairul Anwar
dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Profil Singkat Chairil Anwar


Nama: Chairil Anwar
Lahir : Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 26 Juli 1922
Wafat: Jakarta, Indonesia, 28 April 1949
Orang tua : Toeloes (ayah) dan Saleha (ibu)
Pekerjaan: Penyair
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa: Minangkabau
Periode menulis: 1942–1949
Angkatan: Angkatan ‘45
Karya terkenal:
Aku
Krawang Bekasi

Kehidupan Chairil Anwar


Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Saleha,
keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir sang ayah yaitu bupati Inderagiri, Riau.
Chairil Anwar masih memiliki ikatan keluarga dengan Soetan Sjahrir yang merupakan Perdana Menteri pertama Indonesia.

Sebagai anak tunggal, chairil anwar selalu dimanjakan oleh orang tuanya. Akan tetapi, Chairil cenderung memiliki sikap keras
kepala dan tidak ingin kehilangan apapun.

Chairil Anwar memulai pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yaitu sekolah dasar bagi orang pribumi pada masa
penjajahan Belanda. Kemudian, ia meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Pada saat usianya
mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia sudah bertekad menjadi
seniman.

Setelah perceraian orang tuanya dan saat Chairil berumur 19 tahun, ia bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta)
dimana ia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun sudah bercerai, sang ayah tetap menafkahi ia dan ibunya. Walaupun tidak
bisa menyelesaikan pendidikannya, Chairil dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Untuk
mengisi waktu luangnya, ia membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden,
Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Para penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya
dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.

Menjadi Seorang Penyair


Pada tahun 1942, saat usianya baru 20 tahun, nama Chairil anwar mulai dikenal di dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang
berjudul Nisan. Hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada kematian.

Saat pertama kali mengirim puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak karyanya yang ditolak karena dianggap
terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Saat menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati namun hingga akhir hayatnya Chairil tidak
memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi karyanya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang
di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Setelah ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6
Agustus 1946, mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, namun mereka bercerai pada akhir tahun 1948.

Wafatnya Chairil Anwar


Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, ia telah mengidap sejumlah
penyakit. Pada tanggal 28 April 1949, Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo), Jakarta setelah dirawat dari 22-28 April 1949. Penyebab kematiannya tidak diketahui dengan pasti, menurut
dugaan ia meninggal karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi. Kebanyakan karyanya tidak dipublikasikan hingga
kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang
paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi.[Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak,
dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), lalu
disusul Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949) dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul
Sani dan Rivai Apin).
Biografi Asrul Sani
Asrul Sani adalah seorang sastrawan dan sutradara film ternama asal Indonesia.
Sebagai Sastrawan ia termasuk ke dalam kelompok Sastrawan Angkatan '45. Tahun
2000 Asrul menerima penghargaan Bintang Mahaputra dari Pemerintah RI.

Asal usul

Asrul Sani lahir di Rao, Sumatera Barat, pada 10 Juni 1926. Ia merupakan anak bungsu dari tiga orang
bersaudara. Ayahnya, Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Padang Nunang Rao Mapat
Tunggul Mapat Cacang, merupakan kepala adat Minangkabau di daerahnya. Ibunya Nuraini binti Itam
Nasution, adalah seorang keturunan Mandailing.

Pendidikan
Asrul Sani memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche School (sekolah dasar bentukan
pemerintah kolonial Belanda) di Bukit Tinggi pada 1936. Lalu ia melanjutkan SMP di SMP Taman Siswa, Jakarta pada 1942. Setelah tamat, ia
melanjutkan ke Sekolah Kedokteran Hewan, Bogor. Akan tetapi, minatnya akan Sastra sempat mengalihkan perhatiannya dari kuliah
kedokteran hewan sehingga Asrul sempat pindah ke Fakultas Sastra UI dan, dengan beasiswa Lembaga Kebudayaan Indonesi- Belanda,
mengikuti pertukaran ke Akademi Seni Drama, Amsterdam pada 1952 walaupun akhirnya kembali melanjutkan kuliah kedokteran hewan
hingga memperoleh gelar dokter hewan pada 1955. Pada masa kuliah itu juga Asrul sempat mengikuti seminar kebudayaan di Harvard
University pada 1954. Setelah tamat kedokteran hewan, Asrul kembali mengejar hasratnya akan seni sastra dengan melanjutkan kuliah
dramaturgi dan sinematografi di South California University, Los Angeles, Amerika Serikat (1956) dan kemudian membantu Sticusa di
Amsterdam (1957-1958).

Karier
Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan ’45. Kariernya sebagai sastrawan mulai menanjak ketika
bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Kumpulan puisi itu sangat
banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra
dengan memproklamirkan Surat Kepercayaan Gelanggang sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar
mempopulerkan mereka.

Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen, dan drama. Cerpennya yang berjudul
Sahabat Saya Cordiaz dimasukkan oleh Teeuw ke dalam Moderne Indonesische Verhalen dan dramanya Mahkamah mendapat pujian dari
para kritikus. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis esai, bahkan penulis esai terbaik tahun ’50-an. Salah satu karya esainya yang
terkenal adalah Surat atas Kertas Merah Jambu (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda).

Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film. Ia mementaskan Pintu Tertutup karya
Jean-Paul Sartre dan Burung Camar karya Anton P, dua dari banyak karya yang lain. Skenario yang di tulisnya untuk Lewat Jam Malam
(mendapat penghargaan dari FFI, 1955), Apa yang Kau Cari Palupi? (mendapat Golden Harvest pada Festival Film Asia, 1971), dan Kemelut
Hidup (mendapat Piala Citra 1979) memasukkan namanya pada jajaran sineas hebat Indonesia. Ia juga menyutradarai film Salah Asuhan
(1972), Jembatan Merah (1973), Bulan di atas Kuburan (1973), dan sederet judul film lainnya. Salah satu film karya Asrul Sani yang kembali
populer pada tahun 2000-an adalah Nagabonar yang dibuat sekuelnya, Nagabonar Jadi 2 oleh sineas kenamaan Deddy Mizwar.

Sementara bergiat di film, pada masa-masa kalangan komunis aktif untuk menguasai bidang kebudayaan, Asrul, mendampingi Usmar Ismail,
ikut menjadi arsitek lahirnya LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) dalam tubuh partai politik NU, yang mulai berdiri
tahun 1962, untuk menghadapi aksi seluruh front kalangan "kiri". Usmar Ismail menjadi Ketua Umum, Asrul sebagai wakilnya. Pada saat itu ia
juga menjadi Ketua Redaksi penerbitan LESBUMI, Abad Muslimin.

Memasuki Orde Baru, sejak tahun 1966 Asrul menjadi angota DPR mewakili NU, terpilih lagi pada periode 1971-1976 mewakili PPP.
Sementara itu sejak tahun 1968 terpilih sebagai anggota DKJ (Dewan Kesenian Jakarta). Pada tahun 1976-79 menjadi Ketua DKJ. Sejak
tahun 1970 diangkat menjadi salah satu dari 10 anggota Akademi Jakarta. Pernah menjadi Rektor LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian
Jakarta), kini bernama IKJ. Pernah beberapa kali duduk sebagai anggota Badan Sensor Film, tahun 1979 terpilih sebagai anggota dan Ketua
Dewan Film Nasional, Sejak tahun 1995 menjadi anggota BP2N (Badan Pengembangan Perfilman Nasional). Akibat sederet karya pada
bidang seni dan pengabdian pada negara, pada tahun 2000 lalu, ia dianugerahi Bintang Mahaputra oleh pemerintah Republik Indonesia.

Karya Sastra
 Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil Anwar dan Rivai Avin, 1950)
 Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen, 1972)
 Mantera (kumpulan sajak, 1975)
 Mahkamah (drama, 1988)
 Jenderal Nagabonar (skenario film, 1988)
 Surat-Surat Kepercayaan (kumpulan esai, 1997)

Film
 Titian Serambut Dibelah Tudjuh, 1959
 Pagar Kawat Berduri (1963)
 Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1970)
 Jembatan Merah (1973)
 Salah Asuhan (1974)
 Bulan di Atas Kuburan (1976)
 Kemelut Hidup (1978)
 Di Bawah Lindungan Ka'bah (1981

Anda mungkin juga menyukai