Disusun oleh
ISBN :978-6029498-46-2
Dimensi : 21 cm x 13,5 cm
Orientasi
Buku ini dibuat mengingat peran dan ketenaran Jokowi yang dikenal
sebagai tokoh yang anti-korupsi dan sangat pro-rakyat, sehingga masyarakat dapat
mengetahui sosok Jokowi lebih dekat. Mengingat tujuannya tersebut, dapat
dikatakan bahwa buku ini relevan dengan informasi yang ingin diketahui oleh
masyarakat tentang pribadi fenomenal yang kiprahnya sedang berkobar di DKI
Jakarta ini. Melalui goresan tangan Yon Thayrun yang kini juga bekerja sebagai
Media Officer di Oxfam Aceh, kisah perjalanan hidup Jokowi dibawakan dalam
bahasa yang renyah tanpa kesan menggurui. Penulis secara tepat membawakan
informasi yang dinantikan oleh masyarakat, baik dengan wawancara langsung
dengan Jokowi, maupun dengan keluarga beliau untuk menghasilkan karya yang
sarat akan hikmah dari sosok Jokowi.
Apabila ditilik dari substansi isinya, buku karya Yon Tharyun ini
mengangkat kisah yang jarang dibahas dalam buku-buku yang menceritakan
tentang Jokowi. Hal yang berbeda ini adalah dibawakannya kisah masa kecil
Jokowi secara singkat namun tepat sasaran. Domu D. Ambarita, jurnalis di
Tribunnews yang juga menulis biografi tentang Jokowi juga menyertakan
keterangan tentang masa kecil Jokowi. Letak perbedaannya adalah karya Yon
Tharyun lebih banyak menceritakan pribadi asli Jokowi, sedangkan buku Domu
D. Ambarita banyak menceritakan kisah politik Jokowi meskipun dalam bab-bab
awal, kedua buku ini membahas tentang kisah masa kecil hingga remaja dari Joko
Widodo.
Sinopsis
Jokowi lahir di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Solo pada tanggal 21 Juni
1961. Kemudian, kedua orang tua Jokowi membawanya berpindah tempat tinggal
beberapa kali, mulai dari Srambatan, kemudian ke Dawung Kidul di bantaran kali
Premulung, lalu ke Munggung di bantaran kali Pepe, dan karena keterbatasan
biaya Jokowi kecil dan keluarganya terpaksa menjadi penghuni liar di Pasar
Bambu Gilingan di sebelah selatan bantaran Kali Anyar, dan digusur paksa oleh
Pemkot Solo saat ia berada di tingkat kelas 4 SD.
Sejak kecil, Jokowi dikenal sebagai pribadi yang ‘apa anane lan ora neko-
neko’ atau apa adanya dan tidak macam-macam. Jokowi kecil selalu menerima
apapun yang ada dalam kehidupannya dan membawanya menjadi pribadinya kini.
Jokowi kecil juga diceritakan suka bermain dan sering menangis jika tidak ada
teman seumuran yang bisa diajak bermain, sehingga ia lebih sering bermain di
rumah Pakdenya. Banyak pengalaman lucu semasa kecil Jokowi, diantaranya
adalah alisnya pernah hilang karena terkena percikan ledakan dari meriam bambu
dan lain sebagainya.
Sejak SD Jokowi dikenal sebagai anak yang cerdas dan selalu menjadi
juara kelas. Hal ini berlanjut hingga SMA, dan karena itu saat kelulusan SMA
Jokowi mampu menjadi juara umum dan melanjutkan studinya di Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta. Meskipun sewaktu SD Jokowi malas belajar karena
tidak nyaman dengan temaram lampu ublik, Jokowi kecil sangat rajin dalam
bersekolah dan selalu berprestasi. Berbeda halnya sewaktu SMP, Jokowi lebih
rajin belajar di rumah dan selalu menjadi juara kelas. Hal ini terus berlanjut
hingga SMA, walaupun pada semester awal Jokowi sering tidak masuk karena
merasa kecewa setelah gagal memasuki sekolah yang diinginkannya yaitu di
SMAN 1 Surakarta, ia tetap menjadi siswa yang berprestasi. Di masa SMA inilah,
Jokowi mulai mengenal aliran musik rock yang hingga kini digandrunginya itu.
Bahkan saking terobsesinya Jokowi dengan musik rock pada saat itu, rambutnya
dibuat gondrong seperti bintang-bintang musik rock, hingga pihak sekolah
kebingungan untuk menegur sang siswa paling berprestasi ini.
Jokowi berjuang keras untuk menjadi pengusaha mebel yang sukses dari
nol. Apalagi saat itu, anak pertama Jokowi telah lahir dan Jokowi harus bekerja
keras untuk menghidupi keluarganya dengan modal yang ia pinjam dari bank
untuk membangun usahanya. Usaha kerasnya akhirnya berbuah manis. Jokowi
mampu mengembangkan pabriknya yang awalnya hanya satu menjadi delapan
buah pabrik dengan 1200 karyawan. Meskipun begitu, Jokowi baru mampu
membeli rumah pribadinya tahun 1994 ketika permintaan ekspor mebelnya untuk
pasaran Eropa melonjak drastis.
Lalu bagaimana cara Jokowi merubah tatanan Kota Solo yang semula
amburadul hingga akhirnya menjadi ‘The Spirit of Java’? Bagaimana pula kisah
perjalanan Jokowi hingga akhirnya dikenal sebagai tokoh fenomenal dan maju
sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta? Jawabannya dapat anda temukan dalam
buku ini.
Evaluasi
Berdasarkan substansi isi buku ini, ada beberapa hal yang patut
diapresiasi. Dari buku ini, kita dapat mengetahui sekelumit kisah masa kecil
Jokowi yang penuh perjuangan dan kerja keras. Kita juga dapat meneladani
berbagai hal yang menjadi sifat alami Jokowi dan mengambil hikmahnya. Mulai
dari sosok Jokowi yang sederhana, jujur, suka membantu, efektif dan suka
mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan dan mampu mengubah
image aparat pemerintah yang ekskusif dan perlente menjadi aparat yang dekat
dengan rakyat dan mengayomi seluruh warganya. Selain itu, buku ini disajikan
dengan bahasa yang populer dan mudah dipahami isinya. Dan buku ini juga
menggambarkan bagaimana Jokowi secara aslinya, tidak sekedar dalam
perjalanan politiknya saja, tapi juga semua hal yang menjadi gambaran pribadi
Jokowi secara utuh. Perwajahan yang digunakan juga cukup bagus dan menarik,
ditambah ada beberapa gambar yang menunjang teks, dan jumlah kesalahannya
minim. Selain itu, organisasi bukunya cukup baik, ditandai dengan keterpaduan
antar paragrafnya. Hanya saja, ukuran tulisannya agak terlalu besar sehingga
jumlah halamannya menjadi agak banyak dan kertas yang digunakan juga bukan
kertas berkualitas baik, tetapi kertas yang agak tipis. Selebihnya, karya ini dapat
dikatakan sebagai karya yang baik dan komunikatif.
Rangkuman
Kesimpulan
Setelah membaca buku ini, ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh.
Manfaat yang pertama adalah, kita dapat meneladani sifat-sifat baik dan kreatif,
serat tidak ‘tong kosong nyaring bunyinya’ tetapi ‘talk less do more’ dari pribadi
Jokowi, dan sikap-sikap lain yang dapat diteladani Jokowi seperti tidak pernah
menyerah, ‘ngemong’ rakyat, dan sederhana. Manfaat kedua, kita dapat menilai
seberapa besar dan bagaimana criteria seseorang dikatakan pro-rakyat dan anti-
korupsi. Manfaat ketiga adalah kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari
segala kesulitan yang kita alami dengan berkaca pada kesulitan yang dialami
orang lain, sehingga kita tak segan menolong dan menawarkan bantuan sehingga
kita tidak menjadi orang yang egois, tetapi menjadi orang-orang yang berjiwa
social tinggi.
Evaluasi