Anda di halaman 1dari 3

Joko Widodo

Di suatu bantaran sungai di kota terpencil Surakarta Jawa Tengah, tinggalah sebuah keluarga
yang berkerja sebagai tukang kayu. Anak laki-lakinya yang bernama Joko Widodo,
kehidupannya terlihat sangatlah sederhana, karena tergolong sebagai orang miskin yang amat
memprihatinkan. Ketiga adiknya hanya berkerja membantu kakak dan ayahnya untuk berjualan
kayu dipinggir jalan, sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang hanya
mengurusi keluarganya.
Jokowi lahir dan besar di Kota Solo, Jawa Tengah. Ia merupakan sulung dari empat bersaudara.
Ketiga adiknya seluruhnya perempuan. Keluarga Jokowi seperti keluarga pada umumnya.
Orangtua bekerja keras supaya sekeluarga dapat hidup sejahtera. Namun, orangtua Jokowi
bukanlah berasal dari kalangan ningrat. Bukan pula dari kalangan borjuis.

"Bapak berjuang untuk keluarga dengan berdagang kayu dan bambu di pasar. Ibu sangat gigih
membantu Bapak. Setelah selesai masak dan membereskan rumah, ia membantu ke lapak dagang
Bapak," ujar Jokowi.
Pendapatan yang tidak menentu membuat Jokowi sekeluarga seringkali berpindah dari rumah
kontrakan satu ke rumah kontrakan lain yang mampu dibayar oleh sang ayahanda. Strategi itu
digunakan demi mendapatkan selisih keuntungan sehingga anak-anak tetap bisa bersekolah.
Jokowi sering diyakinkan bahwa sekolah mampu mengubah kehidupan.

"Perjuangan dan kerja keras Bapak sangat menginspirasi saya," ujar Jokowi.
Namanya anak kecil, Jokowi pernah berbuat nakal. Ia sering iseng memanggil pedagang
makanan yang lewat di depan rumah. Tukang siomay, bakso atau jajanan pasar ia panggil dan
memakan seenaknya. Sang ibunda hanya pasrah serta terpaksa membayar jajanan apa saja yang
Jokowi sudah makan. Suatu ketika, Jokowi salah memanggil. Ia pikir, pedagang yang ia panggil
adalah pedagang jajanan pasar. Tidak tahunya pedagang arang.

"Ibu muncul sebelum saya sempat berlari. Ibu membeli dan langsung menyodorkan bungkusan
berisi arang untuk saya makan sambil berkata, 'ayo makan, habisin ya. Kamu kan yang kepingin
jajan'," kenang Jokowi.
Kebahagiaan Jokowi sekeluarga sempat terusik saat pemerintah daerah setempat memutuskan
menggusur warga di bantaran kali. Mereka terusir begitu saja tanpa ada perhatian bagaimana
kehidupan selanjutnya. Terpaksa, Jokowi sekeluarga menumpang tinggal di rumah sang paman.
"Keadaan sulit ini memaksa kami berjuang lebih keras. Bapak jadi sopir angkutan umum.
Setelah sekolah, saya membantu Ibu berjualan di pasar, meneruskan usaha Bapak," ujar Jokowi.
"Kami tidak mengeluh dan saling mengalirkan energi positif. Kami berjuang agar tidak lagi
menumpang," lanjut dia.

Kerja keras itu membuahkan hasil. Uang hasil tabungan sopir angkutan umum dan berjualan
kayu membuat sang ayahanda mendirikan bengkel kayu. Sejak saat itu, pundi-pundi lama
kelamaan bertambah hingga akhirnya dapat dibelikan sebuah rumah sederhana. Tahun 1980,
Jokowi memutuskan berkuliah di jurusan teknologi kayu kehutanan Universitas Gajah Mada.
Jokowi sengaja memilih jurusan itu agar bisa mendalami tentang perkayuan. Jokowi ingin
mengikuti jejak sang ayahanda, membangun bisnis kayu hingga besar.
"Saya gondrong waktu kuliah dan saya suka banget mendengarkan musik cadas ya. Dari
Nazareth, Queen, Metallica, Guns and Rosses. Saya juga hobi naik gunung. Gunung Lawu,
Merapi, Merbabu, Kerinci, sudah saya daki," ujar Jokowi.

Menginjak masa akhir kuliah, Jokowi mulai agak kalem. Ia merasa harus serius di dalam
mengerjakan tugas akhir karena akan memasuki dunia kerja. Namun pada saat yang bersamaan,
konsentrasinya sedikit buyar karena kehadiran sesosok wanita bernama Iriana.
"Dia teman adik saya yang sering main ke rumah. Pertama curi-curi pandang, lama -lama jatuh
cinta. Iriana orangnya sederhana dan itu yang saya suka," ujar Jokowi.
Masa pacaran bagi Jokowi merupakan masa yang cukup berat. Sebab, Jokowi berada di
Yogyakarta. Sementara, Iriana berada di Solo. Meski jaraknya tak terlalu jauh, namun tetap saja,
berat di ongkos bagi Jokowi.
"Pacaran waktu itu berat di ongkos, tapi ringan di hati. Saya naik bus penuh sesak, bolak-balik
Yogyakarta-Solo demi bertemu Iriana," ujar Jokowi.
Lulus kuliah tahun 1985, Jokowi langsung diterima di sebuah perusahaan kertas di Aceh, jauh
sekali dari kampung halaman. Jokowi langsung ditempatkan di hutan rimba. Jokowi beserta
rekan-rekannya mendapatkan tugas penyemaian bibit pinus untuk ditanam di lahan gundul.
Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke Solo untuk menempuh misi khusus, melamar Iriana.
Namun, Jokowi nekat membawa Iriana untuk hidup di hutan rimba Aceh. Di masa awal
pernikahan, Jokowi dan Iriana hidup di tengah hutan selama 2,5 tahun lamanya.
"Pada tahun kedua, Iriana sudah dalam kondisi hamil dan kita memutuskan untuk melahirkan
anak pertama kami di Solo," ujar Jokowi.
Pulang ke Solo membuat Jokowi memulai karier baru. Sebagai permulaan, ia ikut sang paman
bekerja di pabrik meubel. Semua posisi pernah ia coba. Mulai dari produksi hingga marketing.
Di sela perjuangan sebagai karyawan baru itu, anak pertama Jokowi lahir, tepatnya tahun 1987.
Sang sulung diberi nama Gibran Rakabuming Raka.
"Gibran itu singkatan dari gigih dan berani. Saya ingin putra pertama saya punya semangat
hidup seperti namanya," ujar Jokowi.
Kelahiran sang sulung membawa berkah. Tidak beberapa lama kemudian, Jokowi dengan modal
seadanya mendirikan perusahaan pertamanya yang bergerak juga di bidang bisnis meubel. CV
Rakabu namanya. Menjadi pengusaha, Jokowi juga pernah jatuh bangun. Ia pernah ditipu.
Barangnya sudah dikirim, namun uang belum kunjung diterima. Sang penipu kemudian
menghilang entah ke mana.

Jatuh bangun seperti itu tidak membuat Jokowi menyerah. Ia gigih menggunakan banyak strategi
untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satunya dengan mengikuti pameran meubel di luar
negeri hingga mengupayakan pinjaman bank. Sejak itu, kantor Jokowi tidak pernah sepi pembeli.
Bahkan tidak hanya dari dalam negeri, pembeli Jokowi juga berasal dari mancanegara. Warga
negara Perancis bernama Bernard Chene salah satunya.
"Dia yang memberi sebutan Jokowi untuk saya, untuk membedakan antara Joko Widodo dengan
Joko Joko lainnya yang dikenal. Sejak saat itu, di lingkaran usaha mebel mulai memanggil saya
dengan nama, Jokowi," ujar dia.
Pada masa setelah itu, Jokowi serta Iriana dikaruniai dua anak lagi. Kahiyang Ayu dan Kaesang
Pangarep. Kepada anak-anaknya, Jokowi ingin mereka mengenal sekolah kehidupan yang
dilandasi perjuangan untuk mandiri. Nilai prinsip ini ditanamkan demi kehidupan mereka kelak.
Pada penghujung ceritanya, Jokowi mengatakan, apa yang ia alami di masa muda dahulu sedikit
banyak juga dialami oleh kita semua saat ini. "Tidak ada Jokowi hari ini jika tidak ada sejarah
susah hidup saya. Teruslah berjuang mewujudkan mimpi kalian. Mari kita terus bangun
Indonesia yang maju,"

1. Tuliskan bagian struktur teks cerita inspiratif pada kalimat/paragraf teks tersebut!
2. Tuliskan kalimat deskriptif, kalimat ekspresif, dan majas yang terdapat pada teks cerita
inspiratif tersebut!

Anda mungkin juga menyukai