Anda di halaman 1dari 3

Keracunan Alkohol

Alkohol banyak terdapat dalam berbagai minuman dan sering menimbulkan keracunan.
Keracunan alkohol menyebabkan penurunan daya reaksi atau kecepatan, kemampuan untuk
menduga jarak dan ketrampilan mengemudi sehingga cenderung menimbulkan kecelakaan lalu-
lintas di jalan, pabrik dan sebagainya. Penurunan kemampuan untuk mengontrol diri dan hilangnya
kapasitas untuk berfikir kritis mungkin menimbulkan tindakan yang melanggar hukum seperti
perkosaan, penganiayaan, dan kejahatan lain ataupun tindakan bunuh diri.

Pemeriksaan Kedokteran Forensik Keracunan Alkohol


A. Pemeriksaan Luar Keracunan Alkohol
Pada orang hidup, bau alkohol yang keluar dari udara pernapasan merupakan petunjuk
awal. Petunjuk ini harus dibuktikan dengan pemeriksaan kadar alkohol darah, baik melalui
pemeriksaan udara pernapasan atau urin, maupun langsung dari darah vena. Kelainan yang
ditemukan pada korban mati tidak khas, mungkin ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan
asfiksia.
B. Pemeriksaan Dalam Keracunan Alkohol
Seluruh organ menunjukkan tanda bendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap.
Mukosa lambung menunjukkan tanda bendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi kadang-
kadang tidak ditemukan kelainan. Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan histopatologik dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah
otak dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh pada bagian parenkim organ dan inflamasi
mukosa saluran cerna.-Pada kasus keracunan kronik yang, meninggal, jantung dapat
memperlihatkan fibrosis interstisial, hipertrofi serabut otot jantung, sel-sel radang kronik pada
beberapa tempat, gambaran serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi, edema dan
vakuolisasi serabut otot jantung. Schneider melaporkan miopati alhokolik akut dengan
miohemoglobinuri yang disebabkan oleh nekrosis tubuli ginjal dan kerusakan miokardium.

D. Pengambilan Sampel
Memastikan dimana racun itu berada, didasarkan dari anamnesa dan tanda klinis yang
dijumpai pada pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pada korban yang meninggal, diperlukan
informasi sisa racun dan dicocokkan dengan kelainan yang dijumpai pada jenazah. Selanjutnya
menentukan sampel yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi, disesuaikan dengan jenis
racun yang masuk kedalam tubuh.
Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada waktu autopsi
daripada kemudian harus mengadakan penggalian kubur untuk mengambil bahan-bahan yang
diperlukan dan melakukan analisis toksikologi atas jaringan yang sudah busuk atau sudah
diawetkan.
Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-banyaknya
setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologik. Secara umum sampel
yang harus diambil adalah:
a. Lambung dan isinya.
b. Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada pada usus
setiap jarak sekitar 60 cm.
c. Darah, Pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari sebelah kanan
dan sebelah kiri masing-masing sebnayak 50 ml. Darah tepi sebanyak 30-50 ml,
diambil dari vena iliaka komunis bukan darah dari vena porta. Pada korban yang masih
hidup, darah adalah bahan yang terpenting, diambil 2 contoh darah masing-masing 5
ml, yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain tanpa pengawet.
d. Hati, sebagai tempat detoksifikasi, diambil sebanyak 500 gram.
e. Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat khususnya atau bila
urine tidak tersedia.
f. Otak, diambil 500 gram. Khusus untuk keracunan chloroform dan sianida,
dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan
untuk meretensi racun walaupun telah mengalami pembusukan.
g. Urine, diambil seluruhnya. Karena pada umunya racun akan diekskresikan melalui
urin, khususnya pada tes penyaring untuk keracunan narkotika, alkohol dan stimulan.
h. Empedu, diambil karena tempat ekskresi berbagai racun.
i. Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar suntikan, jaringan otot, lemak di
bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak.
Pada pemeriksaan intoksikasi, digunakan alkohol dan larutan garam jenuh pada
sampel padat atau organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na sitrat digunakan untuk sampel
cair. Sedangkan natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate khusus untuk pengawet
urine.
Selain pengambilan sampel melalui autopsi secara diseksi, terdapat teknik lain
dalam melihat kelainan tanpa melakukan diseksi. Alat-alat untuk diagnosa seperti
endoskopi dan MRI dapat digunakan untuk melihat kelainan internal tanpa melakukan
diseksi pada tubuh korban. Akan tetapi, diseksi tetap menjadi pilihan utama dalam
tindakan.
Daftar Pustaka
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Ilmu

Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai