Petumjuk Teknis Penggunaan SNI 1729 - 2015 PDF
Petumjuk Teknis Penggunaan SNI 1729 - 2015 PDF
REPUBLIK INDONESIA
Kepada Yth.:
Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
SURAT EDARAN
NOMOR : 50/SE/M/2015
TENTANG
A. Umum
B. Dasar Pembentukan
D. Ruang Lingkup
E. Penutup
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 01 Juni 2015
PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
ii
Prakata
Petunjuk teknis ini memberikan ketentuan tentang aplikasi SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural. Informasi yang disajikan dalam petunjuk teknis ini telah
disiapkan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik yang diakui dan hanya merupakan informasi
umum saja. Meskipun diyakini cukup akurat, informasi ini tidak boleh digunakan atau
diandalkan untuk aplikasi tertentu tanpa pemeriksaan secara profesional, kompeten dan
verifikasi keakuratan, kesesuaian, dan penerapannya oleh seorang insinyur berlisensi
profesional, desainer, atau arsitek. Publikasi material yang terkandung di sini tidak
dimaksudkan sebagai representasi atau garansi pada bagian dari SNI 1729 atau dari orang
lain yang tercantum disini, bahwa informasi ini cocok sebagai informasi umum atau khusus
atau bebas dari pelanggaran paten atau hak paten. Siapapun yang memanfaatkan informasi
ini dianggap memenuhi semua kewajiban yang timbul dari penggunaan tersebut. Perhatian
harus dilakukan bila mengandalkan spesifikasi lain dan peraturan yang dikembangkan oleh
badan-badan lain dan disusun sebagai referensi karena material tersebut dapat dimodifikasi
atau diubah dari waktu ke waktu setelah pencetakan edisi ini. Penerbit tidak bertanggung
jawab atas material tersebut selain untuk merujuk dan menggabungkan sebagai referensi
pada saat publikasi awal edisi ini.
Petunjuk Teknis ini mengikuti prosedur dari Design Examples Version 14.1, American
Institute of Steel Construction dan merupakan adopsi modifikasi sehubungan digunakannya
data profil baja Indonesia.
Petunjuk teknis ini telah dibahas dan disetujui oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi
Bangunan dan Rekayasa Sipil, Sub Panitia Teknis Bahan, Sains, Struktur dan Konstruksi
Bangunan pada tanggal 10 Desember 2013 di Bandung dan telah disesuaikan dengan
format penulisan PSN 08.
iii
Bab A Ketentuan umum
Petunjuk teknis ini berisi contoh-contoh desain ini dimaksudkan untuk menggambarkan
aplikasi SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural dalam aplikasi seismik
rendah. Untuk informasi pada aplikasi desain yang membutuhkan pendetailan seismik, lihat
AISC Seismic Design Manual.
Pasal A2 mencakup daftar spesifikasi, tata cara dan standar terdetail yang diacu di seluruh
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
A3. Material
Pasal A3 meliputi daftar material baja yang disetujui untuk digunakan dalam SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural. Standar ASTM lengkap untuk material
baja yang paling umum digunakan dapat ditemukan di Selected ASTM Standards for
Structural Steel Fabrication (ASTM, 2011).
Pasal A4 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural mensyaratkan bahwa
gambar desain struktural dan spesifikasi memenuhi persyaratan AISC Code of Standard
Practice for Steel Buildings and Bridges (AISC, 2010b).
Referensi Bab A
1 dari 283
Bab B Persyaratan desain
Dengan tidak adanya peraturan bangunan gedung yang berlaku, kombinasi standar beban
yang akan digunakan dengan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
ini adalah yang berasal dari SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain.
Bab B SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural menjelaskan dasar dari
desain, baik untuk Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DFBK) maupun Desain Kekuatan
Izin (DKI).
Pasal ini membahas tiga tipe dasar dari sambungan: sambungan sederhana, sambungan
momen Tertahan Penuh (TP), dan sambungan momen Tertahan Sebagian (TS).
Informasi pada aplikasi dari ketentuan kemampuan layan dan genangan air dapat ditemukan
masing-masing dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Lampiran 2, dan penjelasan yang terkait. Contoh-contoh desain dan informasi lain yang
berguna mengenai topik ini diberikan dalam AISC Design Guide 3, Serviceability Design
Considerations for Steel Buildings, Edisi ke dua (West et al., 2003).
Informasi pada aplikasi dari ketentuan desain kebakaran dapat ditemukan pada SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Lampiran 4 dan penjelasan yang terkait.
Contoh-contoh desain dan informasi lain yang berguna mengenai topik ini diberikan dalam
AISC Design Guide 19, Fire Resistance of Structural Steel Framing (Ruddy et al., 2003).
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a dan B4.1b
memberikan daftar lengkap pembatasan rasio lebar-terhadap-tebal untuk semua komponen
struktur tekan dan lentur.
Referensi Bab B
SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.
West, M., Fisher, J. and Griffis, L.G. (2003), Serviceability Design Considerations for Steel
Buildings, Design Guide 3, 2nd Ed., AISC, Chicago, IL.
Ruddy, J.L., Marlo, J.P., Ioannides, S.A. and Alfawakhiri, F. (2003), Fire Resistance of
Structural Steel Framing, Design Guide 19, AISC, Chicago, IL.
2 dari 283
Bab C Desain untuk stabilitas
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural mensyaratkan bahwa
perancang untuk menghitung stabilitas dari sistem struktural secara keseluruhan, dan
stabilitas elemen-elemen individu. Dengan demikian, analisis lateral yang digunakan untuk
menilai stabilitas harus mencakup pertimbangan dari efek kombinasi beban gravitasi dan
lateral, serta inelastisitas komponen struktur, keluar-dari-ketegak lurusan, keluar-dari-
kelurusan dan efek orde kedua yang dihasilkan P dan P . Efek dari "kolom yang tidak
menjamin stabilitas struktur" juga harus diperhatikan, seperti digambarkan dalam contoh
dalam bab ini.
Efek P dan P dijelaskan dalam penjelasan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Gambar C-C2.1. Metode untuk menangani stabilitas, mencakup efek
P dan P , tersedia dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal C2 dan Lampiran 7.
3 dari 283
CONTOH C.1A Desain rangka penahan momen dengan metode analisis langsung
Tentukan kekuatan perlu dan faktor panjang efektif kolom-kolom pada rangka kaku seperti
gambar di bawah ini untuk kombinasi pembebanan gravitasi maksimum, menggunakan
DFBK. Gunakan metode analisis langsung. Seluruh komponen struktur terbuat dari material
baja Fy = 250 MPa.
Kolom-kolom tidak terbreis antara tumpuan dan atap pada sumbu x dan y serta diasumsikan
memiliki tumpuan sendi.
Solusi:
wD = 4 kN/m wL = 12 kN/m
Lspan = 8 m
Fy = 250 MPa
Balok-balok pada bentang A-B, C-D, dan D-E memiliki ujung sendi dan tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral portal. Pengaruh P pada balok-balok tersebut tidak
diperhitungkan dan direncanakan memiliki K = 1,0.
Rangka penahan momen antara grid B dan C adalah komponen pendukung stabilitas lateral
sehingga harus direncanakan berdasarkan Pasal C SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural. Walaupun kolom-kolom pada grid A, D, dan E tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral, gaya-gaya stabilitas kolom-kolom tersebut harus diperhitungkan
dalam analisis. Untuk analisis, seluruh rangka dapat dimodelkan seperti gambar di bawah
ini. Beban-beban stabilitas kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi (leaning
columns) digabung pada satu kolom.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kombinasi pembebanan gravitasi maksimum:
kN
Metode DFBK: wu = 1,2wD + 1,6wL = 24
m
kN
Metode DKI: wa = wD + wL = 16
m
4 dari 283
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal C2.1,
untuk DFBK analisis orde kedua dan pemeriksaan kekuatan dilakukan dengan kombinasi
pembebanan DFBK.
Beban gravitasi seragam untuk analisis orde kedua pada balok B-C adalah:
kN
Metode DFBK: wu = 24
m
kN
Metode DKI: wa’ = 1,6wa = 25,6
m
Beban-beban gravitasi terpusat untuk analisis orde kedua kolom di grid B dan C yang
diperoleh dari balok-balok di sebelahnya adalah:
Lspan
Metode DFBK: Pu = wu = 96 kN
2
Lspan
Metode DKI: Pa = wa’ = 102,4 kN
2
Beban-beban gravitasi terpusat pada kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi palsu
Pembebanan pada kolom tersebut memperhitungkan seluruh beban gravitasi yang juga
ditahan oleh Rangka penahan momen namun secara tidak langsung pada rangka adalah:
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal C2.2,
ketidakvertikalan kolom harus diperhitungkan secara eksplisit pada pemodelan atau dengan
mengaplikasikan beban notional. Pada contoh ini dipergunakan beban notional.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan C2.1,
besar beban notional tersebut adalah:
Ni = 0,002 Yi
dengan
Yi = beban gravitasi yang digunakan pada level i dari kombinasi beban DFBK atau kombinasi
beban DKI, yang sesuai kN
5 dari 283
Metode DFBK: LRFD 1,0
Yi.LRFD = 4Lspan wu = 768 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal C2.3,
analisis dilakukan dengan mereduksi kekakuan nominal menjadi sebesar 80% untuk
memperhitungkan pengaruh inelastisitas. Asumsikan (dengan verifikasi) Pr/Py tidak lebih
dari pada 0,5, sehingga kekakuan tidak perlu direduksi lebih besar.
6 dari 283
50% beban gravitasi dipikul oleh kolom-kolom pada rangka penahan momen. Karena beban
gravitasi yang ditahan oleh rangka penahan momen melebihi sepertiga beban gravitasi total
yang ditahan struktur, berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal C2.1, pengaruh P pada P harus diperhitungkan dalam analisis
struktur. Jika program yang digunakan tidak menghitung pengaruh P , perlu dilakukan
penambahan titik pada kolom di antara tumpuan dan balok.
Metode DFBK:
1st = 2,79 mm
2nd = 3,62 mm
2nd
= 1,297
1st
dengan
Pr = kekuatan tekan aksial perlu menggunakan kombinasi beban DFBK atau DKI, kN
Pr = 72,6 kN
LRFD Pr
= 0,024 < 0,5
Py
Metode DKI:
1st 2,975 mm
2nd 3,943 mm
2nd
1,325
1st
Py = Fy Ag = 2,995 × 103 kN
Pr = 72,6 kN
8 dari 283
ASDPr
0,039 < 0,5
Py
Walaupun faktor perbesaran goyangan orde kedua sekitar 1.3, perubahan momen lentur
relatif kecil karena momen bergoyang hanya diakibatkan oleh beban notional yang bernilai
kecil. Untuk kombinasi-kombinasi beban dengan pembebanan gravitasi dan lateral yang
signifikan, peningkatan momen lentur akan lebih besar.
Verifikasi kekuatan kolom menggunakan gaya-gaya dalam orde kedua, dengan panjang
efektif sebagai berikut (perhitungan tidak ditampilkan)
Kolom:
9 dari 283
CONTOH C.1B Desain rangka penahan momen dengan metode panjang efektif
Tentukan kekuatan perlu dan faktor panjang efektif kolom-kolom pada rangka kaku seperti
gambar di bawah ini untuk kombinasi pembebanan gravitasi maksimum, menggunakan
DFBK. Gunakan metode panjang efektif. Seluruh komponen struktur terbuat dari baja Fy =
250 MPa .
Kolom-kolom tidak terbreis antara tumpuan dan atap pada sumbu x dan y serta diasumsikan
memiliki tumpuan sendi.
Solusi:
kN kN
wD = 4 wL = 12
m m
Lspan = 8 m Lcol = 6 m
Balok-balok pada bentang A-B, C-D, dan D-E memiliki ujung sendi dan tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral portal. Pengaruh P pada balok-balok tersebut tidak
diperhitungkan dan direncanakan memiliki K = 1,0.
Rangka penahan momen antara grid B dan C adalah komponen pendukung stabilitas lateral
sehingga harus direncanakan berdasarkan Pasal C SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural. Walaupun kolom-kolom pada grid A, D, dan E tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral, gaya-gaya stabilitas kolom-kolom tersebut harus diperhitungkan
dalam analisis. Untuk analisis, seluruh rangka dapat dimodelkan seperti gambar di bawah
ini. beban-beban stabilitas kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi (leaning column)
digabung pada satu kolom.
10 dari 283
Periksa batasan-batasan penggunaan metode panjang efektif berdasarkan Lampiran 7,
Pasal 7.2.1:
(2) Rasio simpangan maksimum orde kedua terhadap simpangan maksimum orde pertama
diasumsikan tidak lebih dari pada 1,5, dan perlu dilakukan verifikasi.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kombinasi pembebanan gravitasi maksimum:
kN
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 24
m
kN
Metode DKI: wa = wD + wL = 16
m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Lampiran 7,
Pasal 7.2.1, analisis sesuai dengan SNI 1729 Pasal C2.1, dengan pengecualian faktor
reduksi kekuatan yang disyaratkan pada Pasal C2.3.
Beban gravitasi seragam untuk analisis orde kedua pada balok B-C adalah:
kN
Metode DFBK: wu = 24
m
kN
Metode DKI: wa' =1,6 wa = 25,6
m
Beban-beban gravitasi terpusat untuk analisis orde kedua kolom di grid B dan C yang
diperoleh dari balok-balok di sebelahnya adalah:
Lspan
Metode DFBK: Pu = wu = 96 kN
2
Lspan
Metode DKI: Pa = wa' = 102,4 kN
2
Beban-beban gravitasi terpusat pada kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi palsu.
Pembebanan pada kolom tersebut memperhitungkan seluruh beban gravitasi yang juga
ditahan oleh rangka penahan momen namun secara tidak langsung pada rangka adalah:
11 dari 283
Pembebanan Notional untuk Analisis Struktur Rangka
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Lampiran 7 Pasal 7.2.2,
ketidakvertikalan kolom harus diperhitungkan secara eksplisit pada pemodelan atau dengan
mengaplikasikan beban notional sesuai Pasal C2.2b.
Metode DFBK:
LRFD = 1,0
Metode DKI:
ASD = 1,6
12 dari 283
Ringkasan beban-beban untuk analisis rangka
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Lampiran 7 Pasal 7.2.2,
analisis dilakukan dengan kekakuan nominal penuh.
50% beban gravitasi dipikul oleh kolom-kolom pada rangka penahan momen. Karena beban
gravitasi yang ditahan oleh rangka penahan momen melebihi sepertiga beban gravitasi total
yang ditahan struktur, berdasarkan SNI 1729 Pasal C2.1, pengaruh P pada P harus
diperhitungkan dalam analisis struktur. Jika program yang digunakan tidak menghitung
pengaruh P , perlu dilakukan penambahan titik pada kolom di antara tumpuan dan balok.
Metode DFBK:
Δ1st.LRFD = 2,24 mm
Δ2nd.LRFD = 2,76 mm
13 dari 283
2nd.LRFD
=1,232
1st.LRFD
Metode DKI:
Δ1st.ASD = 2,39 mm
Δ2nd.ASD = 2,99 mm
2nd.ASD
=1,251
1st.ASD
14 dari 283
203,6 kN
Untuk rangka penahan momen: Pr1.ASD = =127,25 = 127,25 kN
1,6
206,0 kN
Pr2.ASD = =128,75 = 128.75 kN
1,6
Rasio simpangan maksimum orde kedua terhadap simpangan maksimum orde pertama
tidak lebih dari pada 1,5; sehingga metode panjang efektif dapat diterapkan.
Walaupun faktor perbesaran goyangan orde kedua sekitar 1,25, perubahan momen lentur
relatif kecil karena momen bergoyang hanya diakibatkan oleh beban notional yang bernilai
kecil. Untuk kombinasi-kombinasi beban dengan pembebanan gravitasi dan lateral yang
signifikan, peningkatan momen lentur akan lebih besar.
Hitunglah faktor panjang efektif pada bidang, Kx, menggunakan “story stiffness method” dan
Persamaan C-A-7-5 yang terdapat pada Penjelasan Lampiran 7, Pasal 7.2.
Gunakan Kx = K2
P r 2 E I H
2 E I H
0,85 + 0,15RL Pr L2 H L
K x = K2 =
L2 1,7 H L
Hitunglah rasio beban pada kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi terhadap beban
total, RL
15 dari 283
RL.LRFD
P r.LRFD Pr.moment_frame.LRFD
= 0,5
P r.LRFD
RL.ASD
P r.ASD Pr.moment_frame.ASD
= 0,5
P r.ASD
2EI x
11185,552 kN
L2col
Hitunglah rasio simpangan menggunakan hasil analisis orde pertama dengan beban
notional.
1st.LRFD mm
Metode DFBK: 0,000373
Lcol mm
1st.ASD mm
Metode DKI: 0,000398
Lcol mm
Metode DFBK:
K x.LRFD =
P r.LRFD 2 E I x 1st.LRFD
2 3,418
0,85 + 0,15RL.LRFD PrC.LRFD Lcol Ni.LRFDLcol
2 E Ix 1st.LRFD
> 2 0,416
Lcol 1,7HC.LRFDLcol
Metode DKI:
Verifikasi kekuatan kolom menggunakan gaya-gaya dalam orde kedua, dengan panjang
efektif sebagai berikut (perhitungan tidak ditampilkan).
16 dari 283
Kolom-kolom:
17 dari 283
CONTOH C.1C Desain rangka penahan momen dengan metode orde pertama
Tentukan kuat perlu dan faktor panjang efektif kolom-kolom pada rangka kaku seperti
gambar di bawah ini untuk kombinasi pembebanan gravitasi maksimum, menggunakan
DFBK. Gunakan metode analisis orde pertama. Seluruh komponen struktur terbuat dari baja
dengan Fy = 250 MPa.
Kolom-kolom tidak terbreis antara tumpuan dan atap pada sumbu x dan y serta diasumsikan
memiliki tumpuan sendi.
Solusi:
kN kN
wD = 4 wL = 12
m m
Lspan = 8 m Lcol = 6 m
Balok-balok pada bentang A-B, C-D, dan D-E memiliki ujung sendi dan tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral portal. Pengaruh P pada balok-balok tersebut tidak
diperhitungkan dan direncanakan memiliki K = 1,0.
Rangka penahan momen antara grid B dan C adalah komponen pendukung stabilitas lateral
sehingga harus direncanakan berdasarkan Lampiran 7 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural. Walaupun kolom-kolom pada grid A, D, dan E tidak
berkontribusi terhadap stabilitas lateral, gaya-gaya stabilitas kolom-kolom tersebut harus
diperhitungkan dalam analisis. Untuk analisis, seluruh rangka dapat dimodelkan seperti
gambar di bawah ini. Beban-beban stabilitas 'leaning column' digabung pada satu kolom.
(2) Rasio simpangan maksimum orde kedua terhadap simpangan maksimum orde pertama
diasumsikan tidak lebih dari pada 1,5, dan perlu dilakukan verifikasi.
(3) Kekuatan aksial perlu komponen-komponen rangka penahan momen diasumsikan tidak
melebihi 50% kekuatan leleh aksial, dan perlu dilakukan verifikasi.
18 dari 283
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kombinasi pembebanan gravitasi maksimum:
kN
Metode DFBK: wu = 1,2wD + 1,6wL = 24
m
kN
Metode DKI: wa = wD + wL = 16
m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Lampiran 7,
Pasal 7.3.2, kekuatan perlu ditentukan dari analisis struktur orde pertama dengan beban-
beban notional serta memperhitungkan faktor perbesaran B1 sebagaimana dijelaskan dalam
Lampiran 8.
Beban gravitasi seragam untuk analisis orde pertama pada balok B-C adalah:
kN
Metode DFBK: wu = 24
m
kN
Metode DKI: wa = 16
m
Beban-beban gravitasi terpusat untuk analisis orde kedua kolom di grid B dan C yang
diperoleh dari balok-balok di sebelahnya adalah:
Lspan
Metode DFBK: Pu = wu = 96 kN
2
Lspan
Metode DKI: Pa = wa = 64 kN
2
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Lampiran 7 Pasal
7.3.2, ketidakvertikalan kolom harus diperhitungkan secara eksplisit pada pemodelan atau
dengan mengaplikasikan beban notional sesuai Pasal C2.2b.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan A-7-
2, beban notional tersebut adalah:
Metode DFBK:
LRFD = 1,0
Pembebanan Notional untuk Analisis Struktur Rangka Penahan Momen
Yi.LRFD = 4Lspan wu = 768 kN
Δ = 0,0 mm (tidak ada simpangan akibat kombinasi beban gravitasi)
Lcol = 6 m
19 dari 283
Δ
N i.LRFD = 0,021α LRFD Y i.LRFD = 0 kN > 0,0042Y i.LRFD = 3,226 kN
Lcol
Metode DKI:
ASD = 1,6
Yi.ASD = 4Lspan wa = 512 kN
Lcol = 6 m
Δ
N i.ASD = 0,021α ASD Y i.ASD = 0 > 0,042Y i.ASD = 2,15 kN
Lcol
Berdasarkan SNI 1729 Lampiran 7, Pasal 7.2.2, analisis dilakukan dengan kekakuan
nominal penuh (tidak direduksi).
Menggunakan program analisis struktur orde pertama, diperoleh hasil sebagai berikut:
Metode DFBK:
Δ1st.LRFD = 4,71 mm
Metode DKI:
Δ1st.ASD = 3,14 mm
Periksa asumsi rasio simpangan orde kedua terhadap simpangan orde pertama tidak
melebihi 1,5. Faktor B2 dapat digunakan sebagai kondisi batas. Hitung faktor B2 sesuai
Pasal 8.2.2 Lampiran 8 menggunakan hasil analisis orde pertama.
Metode DFBK:
P
R M.LRFD =1-0,15 mf.LRFD = 0,925 (SNI 1729 Persamaan A-8-8)
P
story.LRFD
20 dari 283
HLRFD = Ni.LRFD = 3,226 kN
L = Lcol = 6 m
H L
Pe.story.LRFD = R M.LRFD LRFD = 3800,866 kN (SNI 1729 Persamaan A-8-7)
H.LRFD
LRFD = 1
1
B2.LRFD = =1,253 (SNI 1729 Persamaan A-8-6)
LRFD Pstory.LRFD
1-
Pe.story.LRFD
21 dari 283
Bab D Desain dari komponen struktur untuk tarik
Pasal D1 tidak menetapkan batas kelangsingan untuk komponen struktur tarik, tetapi
menyarankan pembatasan L/r untuk maksimum dari 300. Ini bukan suatu persyaratan
mutlak. Batang dan gantungan secara khusus dikecualikan dari rekomendasi ini.
Kekuatan leleh tarik dan kekuatan runtuh tarik harus dipertimbangkan untuk desain dari
komponen struktur tarik. Hal ini tidak biasa untuk kekuatan runtuh tarik untuk menentukan
desain dari suatu komponen struktur tarik, terutama untuk komponen struktur kecil dengan
lubang-lubang atau profil berat dengan beberapa baris dari lubang.
Pada perhitungan luas neto, An, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal B4.3 mensyaratkan bahwa tambahan 1/16 in. akan ditambahkan pada
diameter lubang baut.
Perhitungan luas efektif untuk deretan lubang-lubang disajikan dalam Contoh D.9.
Nilai-nilai yang sesuai U dapat diperoleh dari Tabel D3.1 SNI 1729 Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural.
D6. Eyebar
Contoh eyebar diberikan dalam Contoh D.8. Kekuatan eyebar memenuhi persyaratan
dimensional SNI 1729 Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D6 diatur
oleh leleh tarik dari body.
22 dari 283
CONTOH D.1 Batang tarik dengan profil WF
Profil WF 200x100x5,5x8 digunakan untuk menahan gaya tarik sebesar 135 kN akibat beban
mati dan 400 kN akibat beban hidup. Panjang batang tarik 6,5 m. Periksa kekuatan batang
tarik tersebut berdasarkan DFBK, jika pada ujung batang terdapat sambungan baut seperti
tergambar.
Periksa apakah profil tersebut memenuhi persyaratan kelangsingan batang tarik. Kekuatan
sambungan dianggap tidak menentukan.
Solusi:
PD = 90 kN PL = 270 kN L = 6,5 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, gaya tarik desain minimum:
Ag = 2716 mm2
bf = 100 mm
tf = 8 mm
d = 200 mm
ry = 22,2 mm
23 dari 283
Leleh tarik
Pn.y = Ag Fy = 679 kN
Metode DFBK:
Pu
= 0,884
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67 = 406,587 kN . > . Pa = 360 kN
ty
ty Pa
= 0,885
Pn.y
Putus tarik
Hitung faktor shear lag, U, sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2 dan kasus 7.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
2 bf tf
U1 = = 0,589
Ag
xbar
U2 = 1 - = 0,882
Kasus 7:
2
bf = 100 mm < d = 133,333 mm
3
U3 = 0,85
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
B4.3.
dh = 16 mm + 1,6 mm = 17,6 mm
24 dari 283
An = Ag − 4 (dh + 1,6 mm) tf = 2101,6 mm2
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 1853,786 mm2
Ae
= 0,683
Ag
Pn.r = Fu Ae = 760,052 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,947
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
tr = 2 = 380,026 kN > Pa = 360 kN
tr
tr Pa
= 0,947
Pn.r
L
= 292,793 < 300 berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
ry
baja struktural Pasal D1 (o.k.)
Kekuatan tarik profil tersebut ditentukan oleh kekuatan putus tarik di bagian sambungan.
25 dari 283
CONTOH D.2 Batang tarik profil siku
Profil siku 100x100x13 dengan material baja Fy = 250 MPa digunakan untuk menahan gaya
tarik sebesar 90 kN akibat beban mati dan 270 kN akibat beban hidup. Periksa kekuatan
batang tarik tersebut berdasarkan DFBK, jika pada ujung batang terdapat sambungan baut
berdiameter 20 mm seperti tergambar.
Hitung juga panjang profil maksimum agar memenuhi persyaratan kelangsingan batang tarik.
kekuatan sambungan dianggap tidak menentukan.
Solusi:
PD = 90 kN PL = 270 kN
Ag = 2431 mm2 t = 13 mm
rz = 19,4 mm
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan tarik leleh:
Pn.y = Ag Fy = 607,75 kN
Metode DFBK:
26 dari 283
ty = 0,9 ty Pn.y = 546,975 kN > Pu = 540 kN
Pu
= 0,987
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67 = 363,922 kN > Pa = 360 kN
ty
ty Pa
= 0,989
Pn.y
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2 dan kasus 8.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
U1 = 0,500
Kasus 2:
Kasus 8, dengan 4 atau lebih alat penyambung per garis dalam arah pembebanan:
U3 = 0,800
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal B4.3.
13
dh = mm
16
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal D3.
Ae = An U = 2105,682 mm2
Pn.r = Fu Ae = 863,33 kN
27 dari 283
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,834
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
tr = 2 = 431,665 kN > Pa = 360 kN
tr
tr Pa
= 0,834
Pn.r
Menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D1:
28 dari 283
CONTOH D.3 Batang tarik profil T
Profil T 200x100x8x12 dengan material baja Fy = 250 MPa digunakan untuk menahan gaya
tarik sebesar 180 kN akibat beban mati dan 540 kN akibat beban hidup. Panjang batang tarik
9 m. Periksa kekuatan batang tarik tersebut berdasarkan DFBK, jika pada ujung batang
terdapat sambungan las sepanjang 300 mm seperti tergambar.
Periksa apakah profil tersebut memenuhi persyaratan kelangsingan batang tarik. Kekuatan
sambungan dianggap tidak menentukan.
Solusi:
Ag = 3177 mm2
bf = 200 mm
tf = 12 mm
rx = 24,1 mm
ybar = 17,3 mm
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
Pn.y = Ag Fy = 794,25 kN
29 dari 283
Metode DFBK:
Pu
= 0,923
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67 = 475,599 kN > Pa = 440 kN
ty
ty Pa
= 0,925
Pn.y
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
bf tf
U1 = = 0,755
Ag
Kasus 2:
xbar
U2 = 1 - = 0,942
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
B4.3.
An = Ag = 3177 mm2
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 2993,793 mm2
30 dari 283
Pn.r = Fu Ae = 1227,455 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,717
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
tr = 2 613,728 kN > Pa = 440 kN
tr
tr Pa
0,717
Pn.r
L
= 248,963 < 300 berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
rx
baja struktural Pasal D1 (o.k.)
31 dari 283
CONTOH D.4 Batang tarik profil tabung persegi panjang
Profil tabung persegi panjang 180x100x10 dengan material baja Fy = 250 MPa digunakan
untuk menahan gaya tarik sebesar 150 kN akibat beban mati dan 450 kN akibat beban
hidup. Panjang batang tarik 7,5 m. Periksa kekuatan batang tarik tersebut berdasarkan
DFBK, jika pada ujung batang terdapat sambungan las sepanjang 300 mm pada pelat buhul
dengan tebal 10 mm.
Periksa apakah profil tersebut memenuhi persyaratan kelangsingan batang tarik. Kekuatan
sambungan dan pelat buhul dianggap tidak menentukan.
Solusi:
Ag = 4857mm2
B = 100 mm
H = 180 mm
t = 10 mm
rx = 38,9 mm
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
Pn.y = Ag Fy = 1214,25 kN
32 dari 283
Metode DFBK:
Pu
= 0,824
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67 727,096 kN > Pa = 600 kN
ty
ty Pa
0,825
Pn.y
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 6.
B 2 + 2BH
xbar = = 41,071 mm
4 B + H
= 300 mm
xbar
U=1- = 0,863
Dengan adanya celah sebesar 1,6 mm antara profil tabung persegi dan pelat buhul:
tp = 10 mm
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 3991,815 mm2
Pn.r = Fu Ae = 1636,644 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
33 dari 283
Pu
= 0,733
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
tr = 2 818,322 kN > Pa = 600 kN
tr
tr Pa
0,733
Pn.r
Kekuatan tarik profil tabung persegi ditentukan oleh kekuatan putus tarik.
L
= 192,802 < 300 berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
rx
baja struktural Pasal D1 (o.k.)
34 dari 283
CONTOH D.5 Batang tarik pipa
Profil pipa 150x12 dengan material baja Fy = 250 MPa digunakan untuk menahan gaya tarik
sebesar 160 kN akibat beban mati dan 480 kN akibat beban hidup. Panjang batang tarik 9
m. Periksa kekuatan batang tarik tersebut berdasarkan DFBK, jika pada ujung batang
terdapat sambungan las sepanjang 300 mm pada pelat buhul dengan tebal 12 mm.
Periksa apakah profil tersebut memenuhi persyaratan kelangsingan batang tarik. Kekuatan
sambungan dan pelat buhul dianggap tidak menentukan.
Solusi:
Ag = 5 202 mm2
D = 150 mm
t = 12 mm
r = 48,97 mm
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
Pn.y = Ag Fy = 1300,5 kN
35 dari 283
Metode DFBK:
Pu
= 0,820
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67 778,743 kN > Pa = 640 kN
ty
ty Pa
0,822
Pn.y
Putus tarik
Tentukan U berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel
D3.1 Kasus 5.
D = 150 mm
= 300 mm
=2 > 1,3 oleh karena itu U = 1,00
D
Dengan adanya celah sebesar 1,6 mm antara profil pipa dan pelat buhul:
tp = 12 mm
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 4875,6 mm2
Ae
0,937 (o.k., tetapi konservatif)
Ag
Pn.r = Fu Ae = 1998,996 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
36 dari 283
Metode DFBK:
Pu
= 0,640
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
tr = 2 999,498 kN > Pa = 640 kN
tr
tr Pa
0,640
Pn.r
Kekuatan tarik profil pipa lingkaran ditentukan oleh kekuatan putus tarik.
L
= 183,786 < 300 berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
r
baja struktural Pasal D1 (o.k.)
37 dari 283
CONTOH D.6 Batang tarik profil siku ganda
Profil siku ganda 2L100x100x13 (lebar pemisah 10 mm) dengan material baja Fy = 250 MPa
digunakan untuk menahan gaya tarik sebesar 180 kN akibat beban mati dan 540 kN akibat
beban hidup. Panjang batang tarik 7,5 m. Periksa kekuatan batang tarik tersebut
berdasarkan DFBK, jika pada ujung batang terdapat sambungan baut berdiameter 20 mm
seperti tergambar.
Hitung juga panjang profil maksimum agar memenuhi persyaratan kelangsingan batang tarik.
Kekuatan pelat buhul dan sambungan dianggap tidak menentukan.
Solusi:
Ag = 2 431 mm2
t = 13 mm
xbar = 29,4 mm
2L100×100×13 (s = 10 mm)
ry = 30,4 mm
rx = 46,2 mm
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
38 dari 283
Pn.y = 2 Ag Fy = 1215,5 kN
Metode DFBK:
Pu
= 0,987
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67 = 727,844 kN > Pa = 720 kN
ty
ty Pa
= 0,989
Pn.y
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2 dan kasus 8.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
U1 = 0,500
Kasus 2:
xbar
U2 = 1 - = 0,916
Kasus 8, dengan 4 atau lebih alat penyambung per garis dalam arah pembebanan:
U3 = 0,800
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal B4.3.
dh = 20 mm + 1,6 mm = 21,6 mm
Ae = An U = 3 901,061 mm2
39 dari 283
Kekuatan putus tarik adalah,
Pn.r = Fu Ae = 1599,435 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,900
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
tr = 2 = 799,717 kN > Pa = 720 kN
tr
tr Pa
= 0,9
Pn.r
L
= 162,338 < 300 berdasarkan SNI 1729, Pasal D1 (o.k.)
rx
CATATAN Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D4,
jarak longitudinal antara alat penyambung pada batang dengan penampang tersusun dipasang
sedemikian sehingga rasio kelangsingan setiap komponen penyusunnya tidak melebihi 300.
40 dari 283
CONTOH D.7 Batang tarik terhubung-sendi
Suatu batang tarik terhubung-sendi dengan material baja Fy = 250 MPa digunakan untuk
menahan gaya tarik sebesar 18 kN akibat beban mati dan 54 kN akibat beban hidup.
Diameter pin (sendi) 25 mm dengan diameter lubang lebih besar 1,6 mm. Asumsikan
kekuatan pin mencukupi. Periksa kekuatan tarik batang tersebut.
Solusi:
PD = 12 kN PL = 36 kN
Dimensi-dimensi penampang:
w = 140 mm
t = 10 mm
d = 25 mm
a = 56,7 mm
c = 61,6 mm
dh = d + 1,6 mm = 26,6 mm
Periksa persyaratan dimensi berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D5.2.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Metode DKI: Pa = PD + PL = 48 kN
Putus tarik
Pntr = Fu 2t be = 295,2 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal D5.1, kekuatan putus
tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,325
tr Pntr
Metode DKI:
Pntr
tr = 2 = 147,6 kN > Pa = 48 kN
tr
trPa
= 0,325
Pntr
Putus geser:
d 2
Asf = 2 t a+ = 1384 mm
2
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D5.1,
kekuatan putus geser desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,282
sf Pnsf
42 dari 283
Metode DKI:
Pnsf
sf = 2 = 170,232 kN > Pa = 48 kN
sf
sf Pa
= 0,282
Pnsf
Kekuatan tumpu
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal J7,
kekuatan tumpu desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,853
pb R npb
Metode DKI:
R npb
pb = 2 = 56,25 kN > Pa = 48 kN
pb
pbPa
= 0,853
R npb
Leleh tarik
Pnty = Fy Ag = 350 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
= 0,229
t Pnty
43 dari 283
Metode DKI:
Pnty
t = 1,67 = 209,581 kN > Pa = 48 kN
t
t Pa
= 0,229
Pnty
Pu
= 0,853
Pn
Lihat Contoh J.6 untuk kekuatan pin pada pelat dengan lubang bor
44 dari 283
CONTOH D.8 Batang tarik eyebar
Sebuah eyebar dengan tebal 16 mm direncanakan menahan gaya tarik 120 kN akibat beban
mati dan 60 kN akibat beban hidup. Material eyebar adalah baja dengan Fy = 250 MPa.
Diameter pin 75 mm. Periksa kekuatan tarik batang tersebut.
b = 56 mm
dh = 75,781 mm
R = 200 mm
t = 16 mm
Solusi:
PD = 120 kN PL = 60 kN
Besaran-besaran penampang:
w = 75 mm
b = 56 mm
t = 16 mm
dhead = 200 mm
d = 75 mm
dh = d + 0,781 mm = 75,781 mm
R = 200 mm
Periksa persyaratan dimensi berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D6.1 and D6.2.
1. t = 16 mm > 13 mm
45 dari 283
2. w = 75 mm < 8t = 128 mm o.k.
7
3. d = 75 mm > w = 65,625 mm o.k.
8
2 3
6. w = 50 mm ≤ b = 56 mm ≤ w = 56,25 mm o.k
3 4
.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Leleh tarik
Ag = w t = 1 200 mm2
Pnty = Fy Ag = 300 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik desain:
Metode DFBK:
Pu
0,889
ty Pnty
Metode DKI:
Pnty
ty = 1,67 = 179,641 kN < Pa = 180 kN
ty
ty Pa
1,002 (dapat dianggap sama dengan 1,0)
Pnty
CATATAN Persyaratan detailing eyebar perlu diperhatikan untuk menjamin kegagalan ditentukan
oleh kondisi leleh tarik. Alat penyambung pin juga perlu diperiksa terhadap kondisi leleh geser, dan
kondisi tumpu jika mutu material pin lebih rendah daripada material eyebar.
Lihat Contoh J.6 untuk kekuatan pin pada pelat dengan lubang bor
46 dari 283
CONTOH D.9 Pelat dengan baut berseling
Hitunglah An dan Ae untuk pelat dengan lebar 360 mm dan tebal 12 mm yang mengalam
gaya tarik dengan lubang-lubang baut berseling di bawah ini.
Solusi:
Hitunglah diameter lubang baut berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal B4.3.
Hitunglah lebar bersih untuk seluruh pola potongan melintang. Karena konfigurasi simetri,
beberapa pola memiliki lebar efektif yang identik dan tidak perlu dihitung.
b = 360 mm s = 65 mm g1 = 75 mm g2 = 100 mm tp = 12 mm
S2
w=b− d net + berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
4g
struktural Pasal B4.3.
S2
Pola A-B-C-D-E-F: w2 = b − 4 dnet + 2 = 295,367 mm
4g1
S2
Pola A-B-C-D-G : w3 = b − 3 dnet + = 304,483 mm
4 g1
S2 S2
Pola A-B-D-E-F : w4 = b − 3 dnet + + = 310,519 mm
4g1 4 g1 + g 2
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel D3.1 kasus
1, karena beban tarik disalurkan pada seluruh elemen melalui baut,
U = 1,0
Ae = U An = 3544,4 mm2
48 dari 283
Bab E Desain komponen struktur untuk tekan
Bab E ini meliputi desain komponen struktur tekan, yang paling umum di antaranya adalah
kolom.
Dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, DKI dan DFBK akan
memberikan desain yang identik bila beban hidup adalah kira-kira tiga kali beban mati.
Desain profil tersusun dengan elemen langsing dapat menjadi tidak efisien, dianjurkan
menggunakan profil canai panas.
Kekuatan tekan desain, c Pn , dan kekuatan tekan izin, Pn / c , ditentukan sebagai berikut:
Dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural tidak ada batasan pada
kelangsingan, KL/r. Dalam SNI 1729 direkomendasikan bahwa KL/r tidak melebihi 200,
sebagai batas praktis berdasarkan pertimbangan profesional dan ekonomis.
Penampang nonlangsing, termasuk kolom profil I tersusun nonlangsing dan kolom PSB
nonlangsing, ditentukan oleh ketentuan-ketentuan ini. Kurva desain umum untuk tegangan
kritis versus KL/r ditunjukkan dalam Gambar E-1.
Tekuk
Tegangan kritis, MPa
inelastis E3-2
Tekuk elastis
E3-3
49 dari 283
Notasi L yang digunakan dalam bab ini adalah panjang antara titik-titik yang terbreis
terhadap perpindahan lateral dan/atau perpindahan rotasi
E4. Tekuk torsi dan tekuk torsi lentur komponen struktur tanpa elemen langsing
Pasal ini adalah yang paling umum berlaku untuk siku ganda dan profil T, yang memiliki satu
sumbu simetri mengalami tekuk torsi dan tekuk torsi lentur.
Kekuatan komponen struktur tekan siku tunggal yang tersedia tidak diberikan dalam contoh
disini.
Desain komponen struktur ini serupa dengan komponen-komponen struktur tanpa elemen-
elemen langsing kecuali bahwa formula dimodifikasi dengan suatu faktor reduksi untuk
elemen langsing, Q. Perhatikan kesamaan Persamaan E7-2 dengan Persamaan E3-2 SNI
1729, dan kesamaan Persamaan E7-3 Persamaan dengan Persamaan E3-3 SNI 1729.
Contoh-contoh desain telah dimasukkan dalam Bab E ini untuk komponen struktur profil I
tersusun dengan badan langsing dan sayap langsing. Contoh juga telah disertakan untuk
siku ganda, WT, dan profil PSB dengan elemen langsing.
50 dari 283
CONTOH E.1. Perhitungan kuat tekan profil WF
Hitung kekuatan tekan yang tersedia dari suatu profil WF 350x175x7x11 dengan panjang tak
terbreis terhadap sumbu kuat 9 m dan panjang tak terbreis terhadap sumbu lemah dan
torsional sebesar 4,5 m. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa. PD = 200 kN dan PL= 275 kN.
Ag = 6 314 mm2
rx = 147 mm
ry = 39,5 mm
Fy = 250 MPa
Solusi:
Kontrol kelangsingan
KLx
= 61,224
rx
KLy
= 113,924 yang menentukan
ry
Tegangan kritis
51 dari 283
2E
Fe = 2
= 152,089 MPa
KLy
ry
E KLy
4,71 = 133,219 karena = 113,924 < 133,219
Fy ry
Fy
maka Fcr = 0,658 0,658 Fe Fy = 125,645 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah :
DFBK
Pu
= 0,9524
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 475,043 kN Pc = 200 kN + 275 kN = 475 kN
c
Pc
= 0,9999
Pn
c
52 dari 283
CONTOH E.2. Kolom tersusun dengan badan langsing
Verifikasi suatu kolom tersusun, dengan ukuran sayap PL1 25 mm x 200 mm dan ukuran
badan PL2 6 mm x 380 mm. Kontrol apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial
akibat beban mati PD = 500 kN dan akibat beban hidup PL= 600 kN.
Panjang kolom = 4,5 m dan kedua ujungnya berupa sendi terhadap kedua sumbu. Fy = 250
MPa. E = 200 000 MPa.
Solusi:
E
E = 200 000 MPa Fy = 250 MPa = 0,3 G=
2 1+
Properti geometri
Kolom tersusun:
d = 430 mm
bf = 200 mm tf = 25 mm
h = d - 2tf = 380 mm
tw = 6 mm
1 1 tf
d -
2
12 12 2
53 dari 283
Tegangan tekuk lentur elastik
Untuk kondisi pin-pin, K = 1,0 Karena panjang tak terbreis sama untuk kedua sumbu
lentur, maka sumbu y-y adalah sumbu yang
menentukan
Kontrol kelangsingan
KLy
= 86,363
ry
Tegangan kritis
2E
Fey 2
= 264,651 MPa
KLy
ry
CATATAN Tekuk torsional umumnya tidak menentukan jika KLy > KLz. Meskipun demikian disini
dilakukan pengecekkan sebagai ilustrasi perhitungan.
ho = d - tf
Iy h02
cw = 1,367 X 1012 mm6
4
J
b t 3
J
2 bf tf3 + h tw3
= 2,111 x 106 mm4
3 3
E C 1
Fet = w
+G J = 434,448 MPa > 264,651 MPa
K Lz Ix +Iy
2
Kelangsingan
Cek kelangsingan sayap dengan menggunakan Tabel B4.1a SNI, kemudian menghitung Qs,
faktor reduksi elemen sayap tanpa pengaku dengan menggunakan Pasal E7.1 SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
54 dari 283
4
kc = 0,503 berada diantara 0,35 dan 0,76
h
tw
untuk sayap,
bf b
b t tf b =4
2 t
Hitung rasio kelangsingan batas untuk sayap, r , dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 2
kc E
r 0,64 = 12,834
Fy
Cek kelangsingan pada badan profil, kemudian hitung Qa, faktor reduksi elemen (badan)
yang diperkaku, menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal E7.2
h
= 63,333
tw
Hitung batas kelangsingan untuk badan sesuai SNI 1729 Tabel B4.1a kasus 5
E
r 1,49 = 42,144
Fy
E KLy
4,71 = 133,219 karena = 86,363 < 133,219
Fy ry
Fy
maka Fcr = 0,658 Fe F y = 168,356 MPa f = Fcr
55 dari 283
E 0,34 E
be = min h,1,92 tw 1- = 323,589 mm
f h f
tw
A
Ae = be tw + 2 bf tf = 1,194 x 104 mm2 Q a = e = 0,972 Qs = 1
A
Q = Qs Qa = 0,972
E KLy
4,71 = 135,094 karena = 86,363 < 133,219
Q Fy ry
Q Fy
Fcr = 0,658 Fe F y = 170,201 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
Pu
= 0,8293
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 1,252 x 103 kN Pc = 500 kN + 600 kN = 1,1 x 103 kN
c
c Pc
= 0,8789
Pn
56 dari 283
CONTOH E.3. Kolom tersusun dengan sayap langsing
Hitunglah suatu kolom tersusun, dengan ukuran sayap PL1 10 mm x 350 mm dan ukuran
badan PL2 6 mm x 180 mm. Kontrol apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial
akibat beban mati PD = 400 kN dan akibat beban hidup PL= 500 kN.
Panjang kolom = 4,5 m dan kedua ujungnya berupa sendi terhadap kedua sumbu. Fy = 250
MPa. E = 200 000 MPa.
Solusi:
E
E = 200 000 MPa Fy = 250 MPa = 0,3 G
2 1
Properti geometri
Kolom tersusun
d = 200 mm
bf = 350 mm tf = 10 mm
h = d - 2tf = 180 mm
tw = 6 mm
57 dari 283
Kelangsingan
Cek kelangsingan sayap dengan menggunakan Tabel B4.1a SNI 1729, kemudian hitung Qs,
faktor reduksi elemen sayap tanpa pengaku dengan menggunakan Pasal E7.1 SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
4
kc = 0,73 berada diantara 0,35 dan 0,76
h
tw
untuk sayap,
bf b
b t = tf = 17,5
2 t
Hitung rasio kelangsingan batas untuk sayap, r , dari SNI 1729 Tabel B4.1a kasus 2
kc E
r 0,64 = 15,469
Fy
r , maka sayap tidak langsing dan Qs harus dihitung dan < 1,0
Tentukan persamaan yang sesuai untuk menghitung Qs, berdasarkan batas yang terdapat
dalam Persamaan E7-7 sampai E7-9
kc E
0,64 = 15,469
Fy
kc E
1,17 = 28,28
Fy
Karena 15,469 < 17,5 < 28.28, maka dipergunakan Persamaan E7-8 SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural.
Fy
Qs =1,415 -0,65 = 0,944 Persamaan E7-8
Ekc
Cek kelangsingan pada badan profil, kemudian hitung Qa, faktor reduksi elemen (badan)
yang diperkaku, menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal E7.2
h
= 30
tw
58 dari 283
Hitung batas kelangsingan untuk badan sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 5.
E
r =1,49 = 42,144
Fy
Q = Qs Qa = 0,944
Untuk batang tekan dengan elemen penampang yang langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural Pasal E7 berlaku. Kuat tekan nominal, Pn, harus dihitung
berdasarkan kondisi batas lentur, torsional dan tekuk torsional lentur. Tergantung
kelangsingan kolom, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan E7-2 atau E7-3 dapat digunakan. Fe digunakan di kedua persamaan dan
dihitung sebagai terkecil antara Persamaan E3-4 dan E4-4 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural.
Untuk kondisi pin-pin, K =1,0 Karena panjang tak terbreis sama untuk kedua sumbu
lentur, maka sumbu y-y adalah sumbu yang menentukan
Kontrol kelangsingan
KLy
= 47,85
ry
2E
Fey = 2
= 862,116 MPa Persamaan E3-4 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
KLy
ry
gedung baja struktural.
ho = d – tf
Iy ho2
CW = = 6,449 x 1011 mm6
4
J =
b t 3
J =
2 bf tf3 + h tw3
= 2,463 x 105 mm4
3 3
59 dari 283
E C 1
Fet = w
+G J = 283,095 MPa Persamaan E4-4 SNI 1729, Spesifikasi
K Lz Ix +Iy
2
E KLy
4,71 = 137,085 karena = 47,85 < 137,085
Q Fy ry
Q Fy
Fcr = 0,658 Fe F y = 176,336 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
Pu
= 0,9982
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 853,172 kN Pc = 400 kN + 500 kN = 900 kN
c
c Pc
= 1,0549
Pn
60 dari 283
CONTOH E.4. Batang tekan siku ganda dengan elemen tidak langsing
Verifikasi kekuatan batang tekan dari profil tersusun siku ganda 2L100x100x10 (dengan
celah 10 mm). Kontrol apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial akibat beban
mati PD = 400 kN dan akibat beban hidup PL= 500 kN. Panjang kolom = 2,5 m dan kedua
ujungnya berupa sendi terhadap kedua sumbu lentur. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa
Solusi:
E
E = 200 000 MPa = 0,3 G Fy = 250 MPa
2 1
Properti geometri
Profil tunggal
b = 100 mm t = 10 mm Cy = 28,2 mm
1 t
J = b - 2 t 3 = 6,333 x 104 mm4
3 2
Profil tersusun
celah dc = 10 mm xo = 0 mm yo = Cy – 0,5 t
Terhadap sumbu x
61 dari 283
Ix
Ix = 2 Ix1 rx = = 30,349 mm KLx = 1,0 (2,5 m) = 2,5 m
Ag
KLx
= 82,375
rx
Terhadap sumbu y
Ix KLy
rx = = 44,981 mm KLy = 1,0 (2,5 m) = 2,5 m = 55,579
Ag ry
Ix +Iy
ro = x o2 + y o2 + = 59,013 mm
Ag
x2 +y2
H = 1- o 2 o = 0,845
ro
Menurut Pasal E6.2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, rasio
kelangsingan efektif dari komponen individu pembentuk penampang tersusun berdasarkan
jarak antara pelat penghubung, a, tidak boleh melampaui 3/4 kelangsingan maksimum profil
tersusun.
K Lx
max = K = 1,0
rx
3 max rz
maka amax = = 1,205 m
4 K
KLx
Jika jumlah medan yang digunakan n=3 maka a= = 0,833 m
n
Kontrol kelangsingan
b
= = 10
t
Menghitung rasio kelangsingan batas, r , SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Tabel B4.1a Kasus 3.
E
r = 0,45 = 12,728 karena lebih besar dari , jadi tidak ada elemen langsing untuk
Fy
batang tekan tanpa elemen langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal E3 dan E4 dapat digunakan.
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus ditentukan berdasarkan kondisi batas tekuk lentur, tekuk
torsional dan tekuk torsional lentur.
62 dari 283
Tekuk lentur terhadap sumbu x-x
2E
F ex = 2
= 290,894 MPa
KLx
rx
E KLx
4,71 = 133,219 karena = 82,375 < 133,219
Fy rx
Fy
Fex
Fcrx = 0,658 F y = 174,47 MPa
Untuk komponen siku ganda tidak langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Persamaan E4-2 dapat digunakan.
Fcry diambil sebagai Fcr, untuk tekuk lentur terhadap sumbu y-y dari SNI 1729 untuk
Persamaan E3-2 dan E3-3 sesuai yang diperlukan.
Dengan menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
E6, hitung kelangsingan modifikasi KL/ry untuk batang tersusun dengan alat penyambung las
atau baut pratarik. Anggap paling sedikit digunakan dua konektor.
a
= 42,735 > dari 40 untuk siku saling berpunggungan Ki = 0,5
rz
2
KL Ki a
2
2 E
Fe = = 556,725 MPa
m2
Fy
Fcry = 0,658 Fe F y = 207,164 MPa
2G J
Fcrz = = 0,736 MPa angka dua karena ada dua siku
Ag ro2
F + Fcrz 4 Fcry Fcrz H = 0,736 MPa
Fcr = cry 1- 1- menentukan
2H Fcry + Fcrz
2
63 dari 283
atau Fcr = min Fcr ,Fcrx
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
Pu
= 0,5086
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 1,674 x 103 kN Pc = 400 kN + 500 kN = 900 kN
c
c Pc
= 0,5375
Pn
64 dari 283
CONTOH E.5. Batang tekan siku ganda dengan elemen langsing
Verifikasi kekuatan batang tekan dari profil tersusun siku ganda 2L 75x100x7 (dengan celah
8 mm). Kontrol apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial akibat beban mati PD =
100 kN dan akibat beban hidup PL= 120 kN. Panjang kolom = 2,5 m dan kedua ujungnya
berupa sendi terhadap kedua sumbu lentur. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
E
Solusi: E = 200 000 MPa = 0,3 G Fy = 250 MPa
2 1
Properti geometri
Profil tunggal
b1 = 100 mm b2 = 75 mm t = 7 mm
Cy = 18,3 mm Cx = 30,6 mm
Ix1 = 118 cm4 = 1,18 x 106 mm4 Iy1 = 56,9 cm4 = 5,69 x 105 mm4
1 t t
J = b1 - + b2 - t 3 = 1,921 x 104 mm4
3 2 2
Profil tersusun
65 dari 283
Terhadap sumbu x
Ix
Ix = 2 Ix1 rx = = 31,49 mm KLx = 1,0 (2,5 m) = 2,5 m
Ag
K Lx
= 79,391
rx
Terhadap sumbu y
Iy KLy
ry = = 31,232 mm KLy = 1,0 (2,5 m) = 2,5 m = 80,046
Ag ry
Ix +Iy x o2 + y o2
ro = x + y +
2
o
2
o
= 51,975 mm H =1- = 0,728
Ag ro
2
Menurut Pasal E6.2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, rasio
kelangsingan efektif dari komponen individu pembentuk penampang tersusun berdasarkan
jarak antara pelat penghubung, a, tidak boleh melampaui 3/4 kelangsingan maksimum profil
tersusun.
KLx
max = K = 1,0
rx
3 max rz
maka amax = = 0,953 m
4 K
K Lx
Jika jumlah medan yang digunakan n=3 maka a= = 0,833 m
n
Kontrol kelangsingan
b
b = max b1,b2 = = 14,286
t
Menghitung rasio kelangsingan batas, r , SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Tabel B4.1a Kasus 3
E
r = 0,45 = 12,728 karena lebih kecil dari , elemen langsing
Fy
Untuk batang tekan siku ganda dengan elemen langsing, SNI 1729 Pasal E7 dapat
digunakan.
66 dari 283
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus ditentukan berdasarkan kondisi batas tekuk lentur, tekuk
torsional dan tekuk torsional lentur. Fcr ditentukan dengan SNI 1729 Persamaan E7-2 atau
Persamaan E7-3.
Menghitung faktor reduksi kelangsingan, Qs, untuk siku individu dengan menggunakan SNI
1729, Persamaan E7-11 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal E7.1c.
E
0,45 = 12,728
Fy
E
0,91 = 25,739
Fy
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan E7-
11:
b F
Qs =1,34 -0,76 y
t E
Qs = 0,956 Qa = 1,0 Q = Qs Qa
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan E7-2 dan E7-3
memerlukan perhitungan Fe, untuk komponen simetri tunggal dapat menggunakan
Persamaan E3-4 dan E4-5.
2E
Fex = 2
= 313,173 MPa
KLx
rx
a
= 52,083 > dari 40 untuk siku saling berpunggungan Ki = 0,5
rz
2
KL Ki a
2
2E
Fey = = 278,585 MPa
m2
2G J
Fez = = 459,616 MPa angka dua karena ada dua siku
Ag ro2
67 dari 283
4Fey Fez H
F + Fez
Fe = ey 1- 1- = 222,114 MPa menentukan
2H Fey + Fez
2
Gunakan batas menggunakan Fe untuk menentukan pemakaian Persamaan E7-2 atau E7-3
Q Fy
= 1,076 < 2,25 , maka digunakan Persamaan E7-2 SNI 1729, Spesifikasi
Fe
untuk bangunan gedung baja struktural
QF y
Fcr =Q 0,658 Fe Fy Fcr = 152,349 MPa Persamaan E7-2
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
Pu
= 0,9561
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 217,12 kN Pc = 100 kN + 120 kN = 220 kN
c
c Pc
= 1,0133
Pn
68 dari 283
CONTOH E.6. Batang tekan profil wt tanpa elemen langsing
Hitung kekuatan batang tekan dari penampang profil WT 200x400x13x21, Kontrol apakah
kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial akibat beban mati PD= 200 kN dan akibat
beban hidup PL= 220 kN. Panjang kolom = 6 m dan kedua ujungnya berupa sendi terhadap
kedua sumbu lentur. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
E
Solusi: E = 200 000 MPa = 0,3 G Fy = 250 MPa
2 1
bf = 400 mm tf = 21 mm
d = 200 mm tw = 13 mm
y = 167,9 mm
69 dari 283
Besaran yang perlu dihitung
1 t
J = tf3bf +tw3 d -f = 1,374 x 106 mm4
3 2
1 bf3tf3 tf 3
3
Ix +Iy
ro = x o2 + y o2 + 113,904 mm
Ag
x2 +y2
H =1- o 2 o = 0,964
ro
d
= = 15,385
tw
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian badan profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a Kasus 4:
E
r 0,75 = 21,213
Fy
bf
= = 9,524
2tf
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian sayap profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a Kasus 4.
E
r 0,56 = 15,839
Fy
Untuk batang tekan tanpa elemen langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal E3 dan E4 harus digunakan. Kekuatan tekan nominal, Pn harus
ditentukan berdasarkan kondisi batas lentur, tekuk torsional dan tekuk torsional-lentur.
70 dari 283
Tekuk lentur terhadap sumbu x-x
2E
Fex = 2
= 123,713 MPa 0,44 Fy = 110 MPa
KLx
rx
Fy
Fex
Fcrx = 0,658 F y = 107,302 MPa
Karena penampang WT200x400 tidak memiliki elemen langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural Pasal E4 akan dipakai untuk tekuk torsional-lentur dan
tekuk torsional.
Fcr akan dihitung menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Persamaan E4-2.
Menghitung Fcry
Fcry diambil sebagai Fcr dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
KL KLy
Pasal E3, dengan =
r ry
KLy
= 59,289
ry
2E
Fey = 2
= 561,55 MPa > 0,44 Fy = 110 MPa
KLy
ry
Fy
Fey
Fcr = 0,658 F y = 207,498 MPa
Fcry = Fcr
GJ
Fcrz = = 744,755 MPa
Ag ro2
DFBK
Pu
= 0,5606
c Pn
DKI
Pn
c =1,67 = 702,605 kN Pc = 200 kN + 220 kN = 420 kN
c
c Pc
= 0,5978
Pn
72 dari 283
CONTOH E.7. Batang tekan profil WT dengan elemen langsing
Hitung kekuatan batang tekan dari penampang WT 200x200x8x13. Kontrol apakah kolom ini
mampu menahan gaya tekan aksial akibat beban mati PD= 200 kN dan akibat beban hidup
PL= 220 kN. Panjang kolom = 6 m dan kedua ujungnya berupa sendi terhadap kedua sumbu
lentur. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
E
Solusi: E = 200 000 MPa = 0,3 G Fy = 250 MPa
2 1
bf = 200 mm tf = 13 mm
d = 200 mm tw = 8 mm
y = 157,7 mm
1 t
J = tf3bf +tw3 d -f = 1,795 x 105 mm4
3 2
1 bf3 tf3 tf 3
3
x2 +y2
H =1- o 2 o = 0,808
ro
d
= = 25
tw
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian badan profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a:
Kasus 4
E
r 0,75 = 21,213
Fy
Menentukan Qs
E
1,03 = 29,133
Fy
Berlaku Persamaan E7-14 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
1,22d Fy
Qs =1,908 - = 0,83
tw E
Q = Qs
bf
= = 7,692
2tf
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian sayap profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a Kasus 4
E
r 0,56 = 15,839
Fy
74 dari 283
Karena profil WT ini memiliki elemen langsing, pasal E7 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural harus digunakan.
Kekuatan tekan nominal, Pn harus ditentukan berdasarkan kondisi batas lentur, tekuk
torsional dan tekuk torsional-lentur.
2E
Fex = 2
= 181,917 MPa
KLx
rx
KLy
= 132,159
ry
2E
Fey = 2
= 113,016 MPa
KLy
ry
GJ
Fez = = 492,744 MPa
Ag ro2
F + Fez 4Fey Fez H = 107,273 MPa
Fey = ey 1- 1- menentukan
2H Fey +Fez
2
Q Fy
= 1,934 < 2,25
Fe
Tegangan kritis
Q Fy
Fcr = Q 0,658 Fe F y = 92,337MPa Persamaan E7-2 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural
DFBK
75 dari 283
Pu
= 0,8926
c Pn
DKI
Pn
c =1,67 = 232,556 kN Pc = 100 kN + 120 kN = 220 kN
c
c Pc
= 0,946
Pn
76 dari 283
CONTOH E.8. Perhitungan kuat tekan profil psb
Hitung kekuatan tekan yang tersedia dari suatu profil PSB 200x200x10 dengan panjang 6 m,
yang menahan gaya tekan akibat beban mati PD = 300 KN dan PL = 475 kN. Ujung bawah
dalam keadaan terjepit sedang ujung atas pin/sendi. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
Solusi:
CATATAN Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal B4.1b,
jika jari jari sudut tidak diketahui, maka b dan h harus diambil dimensi terluar penampang minus tiga
kali tebal dinding profil. Ini merupakan asumsi yang konservatif.
h b - 3t
= 17
t t
Hitung rasio kelangsingan batas, r , dari SNI 1729 Tabel B4. 1a Kasus 6
E
r 1,4 = 39,598
Fy
77 dari 283
Tegangan kritis
2E
Fe 2
= 517,237 MPa
K Ly
ry
E KLy
4,71 = 133,219 karena = 61,776 < 133,219
Fy ry
Fy
maka Fcr = 0,658 Fe F y = 204,212 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
Pu
= 0,8018
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 929,349 kN Pc = 300 kN + 475 kN = 775 kN
c
c Pc
= 0,8339
Pn
78 dari 283
CONTOH E.9. Perhitungan kuat tekan profil PSB dengan elemen langsing
Hitung kekuatan tekan yang tersedia dari suatu profil PSB 260x260x6.3 dengan panjang 6
m, yang menahan gaya tekan akibat beban mati PD= 300 KN dan PL= 475 kN. Ujung bawah
dalam keadaan terjepit sedang ujung atas pin/sendi. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
rx = 145,3 mm ry = 85,3 mm
Solusi:
CATATAN Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal B4.1b,
jika jari jari sudut tidak diketahui, maka b dan h harus diambil dimensi terluar penampang minus tiga
kali tebal dinding profil. Ini merupakan asumsi yang konservatif.
H -t3 B -t3
1 = 60,492 2 = 28,746
t t
Hitung rasio kelangsingan batas, r , dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Tabel B4. 1a Kasus 6
E
r 1,4 = 39,598
Fy
79 dari 283
1 r ; penampang memiliki elemen yang langsing
SNI 1729 Pasal E7 digunakan untuk PSB dengan elemen langsing. Kekuatan tekan nominal,
Pn, dihitung berdasarkan kondisi batas tekuk lentur. Tekuk torsional tidak berpengaruh untuk
PSB kecuali panjang tak terbreis torsional jauh melampaui panjang tak terbreis lentur yang
menentukan.
Luas efektif, Ae
dengan Ae = jumlah luas efektif dari penampang yang dihitung berdasarkan lebar efektif
yang tereduksi, be
Untuk sayap elemen langsing dari penampang pesegi dan pesegi panjang dengan tebal
merata,
E 0,38 E
be =1,92t 1- < b SNI 1729 Persamaan E7-18
f b f
t
dengan f = Pn/Ae, tetapi dapat diambil konservatif sebagai Fy sesuai catatan untuk pemakai
dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E7.2
E 0,38 E
be =1,92t 1- be = 281,339 mm
F y H -t3 Fy
t
Q = Qa (Qs = 1).
Ae
Q= = 0,827 SNI 1729 Persamaan E7-16
Ag
Tegangan kritis
2E
Fe 2
= 623,369 MPa
K Ly
ry
80 dari 283
Menghitung tegangan tekuk lentur, Fcr
E K Ly
4,71 = 146,513 karena = 56,272 < 146,513
Q Fy ry
Q Fy
maka Fcr = Q 0,658 Fe F y = 179,908 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia:
DFBK
Pu
= 0,9533
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 781,685 kN Pc = 300 kN + 475 kN = 775 kN
c
c Pc
= 0,9914
Pn
81 dari 283
CONTOH E.10. Perhitungan kuat tekan profil pipa
Hitung kekuatan tekan yang tersedia dari suatu profil PIPA ASTM A53 Grade B produksi PT
Gunung Garuda D 10" dengan panjang tak terbreis terhadap sumbu kuat x-x = 6 m dan
panjang tak terbreis terhadap sumbu lemah y-y = 3 m. Kedua ujung kolom adalah sendi. Fy =
241,317 MPa (= 35 ksi ), Fu = 413,685 MPa (= 60 ksi). E = 200 000 MPa. PD = 200 kN dan
PL= 275 kN.
Solusi:
D
= 28,753
t
E
r 0,11 = 91,167 dari SNI 1729 Tabel B4. 1a kasus 9
Fy
Kontrol kelangsingan
82 dari 283
K Lx K Ly
= 65,709 menentukan = 32,855
r r
Tegangan kritis
2E
Fe 2 = 457,1685 MPa
KLx
r
E K Lx
4,71 = 135,595 karena = 65,709 < 133,219
Fy r
Fy
maka Fcr = 0,658 Fe F y = 193,481 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
Pu
= 0,5179
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 873,6588 kN Pc = 200 kN + 275 kN = 475 kN
c
c Pc
= 0,5437
Pn
83 dari 283
CONTOH E.11. Kolom i tersusun dengan ukuran sayap berbeda
Hitunglah kekuatan tekan suatu kolom tersusun, dengan ukuran sayap luar PL 20 mm x 125
mm, sayap dalam PL 20 mm x 200 mm dan ukuran badan PL 10 mm x 280 mm. Kontrol
apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial akibat beban mati PD = 400 kN dan
akibat beban hidup PL = 500 kN. Panjang kolom = 4,0 m dan kedua ujungnya berupa sendi
terhadap kedua sumbu lentur. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
E
Solusi: E = 200 000 MPa Fy = 250 MPa = 0,3 G
2 1
Properti geometri
Kolom tersusun
h = 280 mm tw = 10 mm
Lokasi pusat berat penampang dari sisi bawah sayap luar (bawah)
h
Af 1 d -0,5tf 1 +Af 2 0,5tf 2 +Aw +tf 2
y= 2 = 184,194 mm
Ag
1 1 1
Ixo = bf 1tf31 + bf 2tf32 + tw h 3
12 12 12
84 dari 283
2 2
t t h
2
Ix = Ixo + Af 1 d -y -f 1 + Af 2 y -f 2 + Aw +tf 2 -y = 1,593 x 108 mm4
2 2 2
Ix
rx = = 130,885 mm
Ag
1 1 1 Iy
Iy = tf 1 bf31 + tf 2 bf32 + h tw3 = 1,661 x 107 mm4 ry = = 42,264 mm
12 12 12 Ag
Kelangsingan
4
kc = = 0,756 berada diantara 0,35 dan 0,76
h
tw
bf 2 b
b= t = tf2 = = 3,125
2 t
Hitung rasio kelangsingan batas untuk sayap, r , dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 2
kc E
r 0,64 = 15,739
Fy
bf 1 b
b= t = tf1 = =5
2 t
Cek kelangsingan pada badan profil, kemudian hitung Qa, faktor reduksi elemen (badan)
yang diperkaku, menggunakan SNI 1729 Pasal E7.2.
h
= = 28
tw
85 dari 283
Hitung batas kelangsingan untuk badan sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 5
E
r 1,49 = 42,144
Fy
K Lx
= 30,561
rx
2E
Fex 2
= 2 113,4279 MPa
KLx
rx
1 1 1
J = bf 1tf31 + bf 2tf32 + h tw3
3 3 3
t t
ho = d -f 1 -f 2 = 300 mm
2 2
Konstanta pilin
12 bf31 +bf32
Akibat simetri, pusat berat dan pusat geser terletak pada sumbu y. Oleh karena itu xo = 0.
Jarak dari pusat sayap bawah ke pusat geser adalah:
b3
e = ho 3 f 1 3 = 241,13 mm
bf 1 + bf 2
86 dari 283
Jadi pusat geser diukur dari sisi bawah sayap bawah
tf
e+ = 251,13 mm
2
t
y o = e + f y = 66,937 mm xo = 0 mm
2
Ix +Iy
ro = x o2 + y o2 + = 152,963 mm SNI 1729 Persamaan E4-11
Ag
x 2 +y 2
H =1- o 2 o = 0,809 SNI 1729 Persamaan E4-10
ro
KLy
= 94,644
ry
2E
Fey 2
= 220,366 MPa Persamaan E3-4
KLy
ry
EC 1
Fez w
+GJ = 381,868 MPa Persamaan E4-9
KLz Ag ro
2 2
4Fey Fez
F +Fez
Fe ey 1- 1- = 272,561 MPa Persamaan E4-5
2H Fey +Fez
2
Fy
= 0,917 < 2,25
Fe
87 dari 283
Fy
Fe
Fcr = 0,658 F y = 170,299 MPa
Kekuatan tekan nominal Pn = Fcr Ag = 1583,7798 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia:
DFBK
Pu
= 0,898
c Pn
DKI
Pn
c = 1,67 = 948,371 kN Pc = 400 kN + 500 kN = 900 kN
c
c Pc
= 0,949
Pn
88 dari 283
Bab F Desain komponen-komponen struktur untuk lentur
Pendahuluan
Bab F SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural berisi ketentuan untuk
menghitung kekuatan lentur komponen-komponen struktur yang memikul lentur sederhana di
sekitar sumbu utama. Termasuk ketentuan spesifik untuk komponen struktur profil I, Kanal,
PSB, T, siku ganda, siku tunggal, batang tulangan persegi dan bundar serta penampang
tidak simetris. Juga termasuk penampang dengan memproporsikan persyaratan untuk balok
dan gelagar.
Tabel-tabel properti penampang untuk profil I, kanal dan PSB memberikan informasi yang
dapat digunakan untuk mempermudah identifikasi penampang elemen nonkompak dan
langsing. Informasi DFBK dan DKI disajikan berurutan.
Sebagian besar formula dari bab ini diilustrasikan dengan contoh-contoh berikut. Teknik-
teknik desain dan pemilihan diilustrasikan dalam contoh-contoh untuk DFBK dan DKI akan
menghasilkan rasio desain yang hampir sama.
Pemilihan dan evaluasi semua komponen struktur yang berdasarkan pada persyaratan
defleksi dan kekuatan, ditentukan sebagai kekuatan lentur desain, bMn , atau kekuatan
lentur izin, Mn / b ,
dengan
Mn = kekuatan lentur nominal terendah berdasarkan kondisi batas leleh, tekuk torsi lateral,
dan tekuk lokal, di mana berlaku
Istilah Lb yang digunakan dalam bab ini untuk menggambarkan panjang antara titik-titik yang
terbreis mencegah perpindahan lateral dari sayap yang mengalami tekan atau untuk
mencegah puntir penampang. Persyaratan untuk sistem breising dan kekuatan serta
kekakuan yang diperlukan pada titik-titik terbreis diberikan dalam Lampiran 6 SNI 1729,
Spesifikasi untuk gedung baja struktural.
F2. Komponen struktur kompak simetris ganda profil I dan kanal melentur di sumbu
major
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2 berlaku untuk desain
balok kompak dan kanal. Sebagaimana ditunjukkan dalam Catatan dalam Pasal F2 SNI
1729, sebagian besar balok profil I gilas dan kanal termasuk dalam kategori ini. Kurva yang
disajikan sebagai garis solid pada Gambar F-1 adalah hubungan umum kekuatan lentur
nominal, Mn, sebagai fungsi dari panjang tidak terbreis, Lb. Segmen horizontal dari kurva di
89 dari 283
ujung kiri, antara Lb = 0 ft (m) dan Lp, adalah rentang di mana kekuatan dibatasi oleh leleh
lentur. Di wilayah ini, kekuatan nominal diambil sebagai kekuatan momen plastik penuh
penampang yang diberikan oleh Persamaan F2-1 SNI 1729. Dalam rentang kurva di ujung
kanan, mulai pada Lr, kekuatan dibatasi oleh tekuk elastis. Kekuatan di daerah ini diberikan
oleh Persamaan F2-3 SNI 1729. Antara daerah ini, di dalam daerah linier dari kurva antara
Mn = Mp pada Lp di sebelah kiri, dan Mn = 0,7My = 0,7FySx pada Lr di sebelah kanan,
kekuatan dibatasi oleh tekuk inelastis. Kekuatan di daerah ini diberikan dalam Persamaan
F2-2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
Kurva diplot sebagai garis solid tebal merupakan kasus di mana Cb = 1,0, sedangkan garis
putus-putus yang tebal merupakan kasus di mana Cb melebihi 1,0. Kekuatan nominal
dihitung dalam Persamaan F2-2 dan F2-3 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural berbanding lurus terhadap Cb, tetapi dibatasi oleh Mp seperti yang ditunjukkan
pada gambar ini
Persamaan F2-1
Persamaan F2-2
Mp
Mn Mn dengan Cb = 1,0
Mn dengan Cb = 1,0
Lp Lr
Lb
L - L
Mn = Cb M p M p 0,7Fy Sx b p M p (SNI 1729 Persamaan F2-1)
L - L
r p
dengan
2
Cb 2E Jc Lb
Fcr = 1+10,078
Lb Sx ho rts
rts
Ketentuan pasal ini diillustrasikan dalam Contoh F.1 (balok profil I) dan Contoh F.2 (kanal).
Ketentuan desain plastis diberikan dalam Lampiran 1 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural. Lpd, panjang tidak terbreis maksimum untuk segmen komponen
struktur prismatis mengandung sendi plastis yang kurang dari Lp.
90 dari 283
F3. Komponen struktur profil I simetris ganda dengan badan kompak dan nonkompak
atau sayap langsing melengkung di sumbu major
Kekuatan profil yang dirancang sesuai dengan pasal ini dibatasi oleh tekuk lokal sayap
tertekan. Hanya beberapa profil sayap lebar standar yang memiliki sayap nonkompak.
Kurva kekuatan untuk keadaan batas tekuk lokal sayap, ditunjukkan dalam Gambar F-2,
menyerupai kurva tekuk lateral-torsional. Parameter sumbu horizontal adalah λ=bf/2tf.
Bagian datar dari kurva di sebelah kiri λpf adalah kekuatan leleh plastis, Mp. Bagian
melengkung di sebelah kanan λrf adalah kekuatan yang dibatasi oleh tekuk sayap elastis.
Transisi linear antara dua daerah ini adalah kekuatan yang dibatasi oleh tekuk sayap
inelastis.
Persamaan F2-1
Persamaan F3-1
Mp
pf rf
bf
2tf
Tidak ada komponen struktur profil I standar dengan sayap langsing. Ketentuan sayap
nonkompak pasal ini diilustrasikan dalam Contoh F.3.
F4. Komponen struktur profil I lain dengan badan kompak atau nonkompak melentur
di sumbu major
Pasal F4 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural berlaku untuk
komponen struktur profil I simetris ganda dengan badan nonkompak dan komponen struktur
profil I simetris tunggal (dengan sayap yang berbeda) dengan badan kompak atau
nonkompak.
F5. Komponen struktur profil I simetris ganda dan simetris tunggal dengan badan
langsing melentur di sumbu major
Pasal ini berlaku untuk komponen struktur profil I dengan badan langsing, sebelumnya
ditetapkan sebagai "balok induk pelat".
Komponen struktur profil I dan C melentur di sumbu minor tidak mengalami tekuk torsi
lateral. Profil gilas atau tersusun dengan sayap nonkompak atau langsing, sebagaimana
ditentukan oleh Tabel B4.1a dan B4.1b SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural harus diperiksa untuk kekuatan berdasarkan kondisi batas tekuk lokal sayap
menggunakan Persamaan F6-2 atau F6-3 yang sesuai.
91 dari 283
Pada umumnya profil I dan Kanal memiliki sayap kompak, sehingga dapat mengembangkan
momen plastis penuh, Mp, terhadap sumbu minor. Ketentuan-ketentuan pasal ini
diilustrasikan dalam Contoh F.5.
F7. Komponen struktur PSB persegi dan persegi panjang serta komponen struktur
berbentuk boks
PSB persegi dan persegi panjang hanya perlu diperiksa untuk kondisi batas leleh dan tekuk
lokal. Meskipun tekuk torsi lateral secara teoritis dapat terjadi pada PSB persegi panjang
yang melentur terhadap sumbu kuat dalam jangka waktu lama, secara praktis defleksi akan
menentukan desain.
Pemilihan PSB persegi atau persegi panjang dengan sayap kompak digambarkan dalam
Contoh F.6. Ketentuan untuk PSB persegi atau persegi panjang dengan sayap nonkompak
diilustrasikan dalam Contoh F.7. Ketentuan untuk PSB dengan sayap langsing diilustrasikan
dalam Contoh F.8.
Definisi PSB meliputi produk tabung dan pipa. Kondisi batas tekuk torsi lateral tidak berlaku,
tetapi PSB bundar mengalami reduksi kekuatan akibat tekuk lokal. Desain pipa diilustrasikan
dalam Contoh F.9.
F9. Profil T dan siku ganda yang dibebani dalam bidang simetri
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural menyediakan pemeriksaan
tekuk lokal sayap, yang hanya berlaku bila sayap mengalami tekan akibat lentur. Kondisi
batas ini jarang terjadi. Pemeriksaan tekuk lokal badan telah ditambahkan dalam SNI 1729.
Perhatian harus diberikan pada kondisi ujung profil T untuk mencegah momen ujung terjepit
tak terduga yang menginduksi tekan pada badan kecuali kondisi batas ini telah diperiksa.
Desain profil T yang mengalami lentur digambarkan dalam Contoh F.10.
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F10 memperkenankan
desain lentur siku tunggal dengan menggunakan sumbu utama atau sumbu geometris
(sumbu x-x dan sumbu y-y). Dalam merancang siku tunggal tanpa breising menerus dengan
menggunakan ketentuan desain sumbu geometris, My harus dikalikan dengan 0,80 pada
saat menggunakan Persamaan F10-1, F10-2 dan F10-3. Desain siku tunggal yang
mengalami lentur digambarkan dalam Contoh F.11.
Keadaan batas tekuk lokal tidak berlaku untuk setiap batang tulangan. Kecuali jika batang
tulangan persegi panjang melentur terhadap sumbu kuat, persegi pejal, batang tulangan
persegi panjang dan bundar tidak mengalami tekuk torsi lateral dan ditentukan oleh kondisi
batas leleh saja. Batang tulangan persegi panjang yang melentur terhadap sumbu kuat
mengalami tekuk torsi lateral dan diperiksa untuk kondisi batas ini sesuai dengan
Persamaan F11-2 dan F11-3.
Ketentuan-ketentuan ini dapat digunakan untuk memeriksa pelat dan badan profil T pada
sambungan. Contoh desain batang tulangan persegi panjang yang mengalami lentur
digambarkan dalam Contoh F.12. Contoh desain batang tulangan bundar yang mengalami
lentur digambarkan dalam Contoh F.13.
92 dari 283
F12. Profil-profil tidak simetris
Karena banyaknya jenis profil tidak simetris, ketentuan tekuk torsi lateral dan tekuk lokal
tidak tersedia secara spesifik pada pasal SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural. Contoh umum disediakan, tetapi kajian literatur dan pertimbangan teknis yang
sesuai diperlukan untuk penerapan pasal ini.
Pasal F13 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural meliputi
pemeriksaan kondisi batas untuk keruntuhan tarik akibat lubang-lubang pada sayap balok
yang mengalami tarik, batas proporsi untuk komponen struktur profil I, persyaratan detail
untuk pelat penutup dan persyaratan sambungan untuk balok tersusun yang tersambung
bersebelahan. Juga termasuk persyaratan panjang tidak terbreis untuk balok yang dirancang
menggunakan ketentuan redistribusi momen Pasal B3.7 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural.
93 dari 283
94 dari 283
95 dari 283
Catatan: Lp dan Lr nilainya tergantung Fy
96 dari 283
CONTOH F.1-1 Perencanaan komponen struktur lentur profil WF terhadap sumbu kuat
(tersokong penuh dalam arah lateral)
Rencanakan profil WF yang digunakan sebagai balok tertumpu sederhana dengan panjang
12 m. Material baja Fy = 250 MPa. Batasan lendutan akibat beban hidup sebesar L/360.
Beban nominal balok adalah beban mati terbagi rata sebesar 1 kN/m dan beban hidup
terbagi rata sebesar 3 kN/m. Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 1 wL= 3
m m
Panjang bentang: L = 12 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 6 Mu = wu L2 = 108 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 4 Ma = wa L2 = 72 kN m
m 8
Momen inersia penampang minimum berdasarkan batasan lendutan akibat beban hidup
L/360
L
Δmax = = 33,333 mm
360
4
5 WL .L
I x_reqd = = 1,215 × 108 mm4
384 E. max
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
Metode DFBK:
Mu
0,553
b M px
Metode DKI:
M px
b = 1,67 129,925 kN m > Ma = 72 kN m (o.k.)
b
bM a
0,554
M px
98 dari 283
CONTOH F.1-2 Perencanaan komponen struktur lentur profil WF terhadap sumbu kuat
(tersokong lateral di titik sepertiga bentang)
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 1 wL = 3
m m
Panjang bentang: L = 12 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 6 Mu = wu L2 = 108 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 4 Ma = wa L2 = 72 kN m
m 8
L
Lb = =4m
3
d = 400 mm bf = 200 mm tw = 8 mm tf = 13 mm
99 dari 283
Kekuatan lentur nominal, Mn
Menghitung Cb.
Untuk perhitungan tekuk torsi lateral, faktor modifikasi momen tak seragam dapat dihitung
berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan F1-1.
Karena distribusi beban hidup dan beban mati sama, nilai Cb akan sama baik untuk metode
DFBK maupun metode DKI.
Lb
x = Lb + =5m Mu.A = Mu (x) = 105 kN m Ma.A = Ma (x) = 70 kN m
4
Lb
x = Lb + =6m Mu.B = Mu (x) = 108 kN m Ma.B = Ma (x) = 72 kN m
2
3Lb
x = Lb + =7m Mu.C = Mu (x) = 105 kN m Ma.C = Ma (x) = 70 kN m
4
12,5Mu.max
Cb.mid = 1,014
2,5Mu.max + 3Mu.A + 4Mu.B + 3Mu.C
Lp = 1,966 m Lr = 5,787m
E
Lp 1,76ry
Fy
2 2
E J c J c 0,7 Fy
Lr 1,9rts 6,76
0,7Fy S x h0 S x h0 E
dengan
I y cw
rts2 dan c =1
Sx
Untuk balok dengan penampang kompak dan panjang bentang tak tertumpu lateral, Lp < Lb ≤
Lr, kekuatan lentur nominal ditentukan oleh nilai terkecil kondisi batas leleh lentur atau tekuk
torsi lateral inelastis.
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal F1,
kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
M u.mid
0,682
bM n.mid
Metode DKI
M a.mid M a 6m = 72 kN m
M n.mid
b = 1,67 105,388 kN m > Ma.mid = 72 kN m
b
bM a.mid
0,683
M n.mid
Lb
x= =1m Mu.A = Mu (x) = 33 kN m Ma.A = Ma (x) = 22 kN m
4
Lb
x= =2m Mu.B = Mu (x) = 60 kN m Ma.B = Ma (x) = 40 kN m
2
3Lb
x= =3m Mu.C = Mu (x) = 81 kN m Ma.C = Ma (x) = 54 kN m
4
Mu.max = Mu (4m) = 96 kN m
12,5 Mu.max
Cb.end = = 1,46
2,5 Mu.max + 3 Mu.A + 4 Mu.B + 3 Mu.C
L -L
M n.end c b.end M px M px -0,7F y S x b p = 253,507 kN m
L -L
r p
Metode DFBK:
Mu.end = Mu (4m) = 96 kN m
M u.end
0,421
bM n.end
Metode DKI:
Ma.end = Ma (4m) = 64 kN m
M n.end
b = 1,67 151,8 kN m > Ma.end = 64 kN m
b
bM a.end
0,422
M n.end
Periksa kekuatan profil WF 350 x 175 x 7 x 11 yang digunakan sebagai balok tertumpu
sederhana dengan panjang 12 m. Material baja Fy = 250 MPa. Beban nominal balok adalah
beban mati terbagi rata sebesar 1 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 3 kN/m. Balok
tersokong arah lateral di titik-titik ujung dan setengah bentang.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 1 wL= 3
m m
Panjang bentang: L = 12 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 6 Mu = wu L2 = 108 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 4 Ma = wa L2 = 72 kN m
m 8
L
Lb = =6m
2
Besaran penampang profil WF 350 x 175 x 7 x 11: (Lihat Tabel Profil WF)
d = 350 mm bf = 175 mm tw = 7 mm tf = 11 mm
Menghitung Cb.
Untuk perhitungan tekuk torsi lateral, faktor modifikasi momen tak seragam dapat dihitung
berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan F1-1.
Lb
x= = 1,5 m Mu.A = Mu (x) = 47,25 kN m Ma.A = Ma (x) = 31,5 kN m
4
Lb
x= =3m Mu.B = Mu (x) = 81 kN m Ma.B = Ma (x) = 54 kN m
2
3 Lb
x= = 4,5 m Mu.C = Mu (x) = 101,25 kN m Ma.C = Ma (x) = 67,5 kN m
4
12,5Mu.max
Cb = = 1,299
2,5Mu.max + 3Mu.A + 4Mu.B + 3Mu.C
Lp = 1,966 m Lr = 5,787 m
Untuk balok dengan penampang kompak dan panjang bentang tak tertumpu lateral, Lb > Lr,
kekuatan lentur nominal ditentukan oleh nilai terkecil kondisi batas leleh lentur atau tekuk
torsi lateral elastis.
h0 = d − tf = 339 mm
rts = 46,408 mm
2
cb 2E Jc Lb
Fcr = 2
1+ 0,0078 = 160,578 MPa
Lb Sx h0 rts
rts
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
Metode DFBK:
Mu = Mu (6m) = 108 kN m
Mu
0,965 < 1,00 (o.k.)
bM n
Metode DKI:
Ma = Ma (6m) = 72 kN m
Mn
b = 1,67 74,501 > Ma = 72 kN m
b
bM a
0,966 < 1,00 (o.k.)
Mn
Tentukan profil kanal yang digunakan sebagai balok tepi atap yang tertumpu sederhana
sepanjang 7,5 m. Lendutan akibat beban hidup dibatasi L/360. Material baja Fy = 250 MPa.
Beban nominal balok adalah beban mati terbagi rata sebesar 3,2 kN/m dan beban hidup
terbagi rata sebesar 10 kN/m. Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 3,2 wL = 10
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 19,84 Mu = wu L2 = 139,5 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 13,2 Ma = wa L2 = 92,813 kN m
m 8
Seluruh profil kanal material baja Fy = 250 MPa termasuk penampang kompak. Karena
penampang kompak dan balok tersokong penuh, kondisi batas leleh menentukan, sehingga
Mn = Mp.
Besaran penampang profil C 380 x 100 x 10,5 x 16: (pengaruh kelengkungan antara sayap
dan badan diabaikan)
106 dari 283
d = 380 mm bf = 100 mm t = 10,5 mm tf = 16 mm
1 tf 1
d -
2
d -t
3
Ix 2 bf tf 3 bf tf 2f tw 1,429 × 108 mm4
12 2 12
Mp = Fy Zx = 225,075 kN m
Mn = Mp = 225,075 kN m
Metode DFBK:
L
Batasan lendutan maksimum: Δlimit = = 20,833 mm
360
5 w L L4
Δmax = = 14,411 mm < Δlimit = 20,833 mm (o.k.)
384 E I x
CONTOH F.2-2 Balok kanal penampang kompak tersokong dalam arah lateral di setiap
seperlima bentang
Solusi:
1 d -tf 1
2
d -t
3
Ix 2 bf tf bf tf
3
2f tw 1,429 x 108 mm4
12 2 12
2I x
Sx 7,523 x 105 mm3
d
Seluruh profil kanal dari material Fy = 250 MPa termasuk penampang kompak. Pada segmen
tengah, yaitu lokasi momen maksimum, bidang momen mendekati distribusi seragam.
Cb = 1,00
E
Lp = 1,76 ry
Fy
2 2
E Jc Jc 0,7Fy
L r 1,9rts 6,76
0,7Fy Sx ho Sx ho E
dengan
I y cw h0 Iy
rts2 dan c
Sx 2 cw
L
Panjang bentang tak tersokong arah lateral: Lb = = 1,5 m
5
Untuk profil kanal kompak dengan Lp < Lb < Lr, kekuatan lentur ditentukan oleh nilai terkecil
antara kondisi batas leleh atau tekuk torsi lateral inelastis.
Mp = Fy Zx = 225,075 kN m
L -L
Mn = min cb M p M p 0,7Fy Sx b p ,M p 225,075 kN m
L -L
r p
Metode DFBK:
Mu
0,689
bM n
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 134,775 kN m > Ma = 92,813 kN m (o.k.)
b
bM a
0,689
Mn
Periksa kekuatan profil kanal yang digunakan dalam Contoh F.2-1. Balok diasumsikan
tersokong dalam arah lateral di setiap seperlima bentang.
Solusi:
1 tf 1
d -
2
d -t
3
Ix 2 bf tf bf tf
3
2f tw 1,429 × 108 mm4
12 2 12
2I x
Sx 7,523 x 105 mm3
d
1
Zx = bf tf (d − tf ) + tw (d − 2tf )2 = 9,003 × 105 mm3
4
Seluruh profil kanal dari material baja Fy = 250 MPa termasuk penampang kompak. Pada
segmen tengah, yaitu lokasi momen maksimum, bidang momen mendekati distribusi
seragam.
Cb = 1,00
Lp = 1487,1 m Lr = 5322,8 m
E
Lp 1,76ry
Fy
2 2
E Jc Jc 0,7Fy
L r 1,9rts 6,76
0,7Fy Sx ho Sx ho E
dengan
I y cw h0 Iy
rts2 dan c
Sx 2 cw
L
Panjang bentang tak tersokong arah lateral: Lb = = 15 m
5
Untuk profil kanal kompak dengan Lp < Lb < Lr, kuat lentur ditentukan oleh nilai terkecil antara
kondisi batas leleh atau tekuk torsi lateral inelastis.
Mp = Fy Zx = 225,075 kN m
L -L
Mn = min cb M p M p 0,7Fy Sx b p ,M p 225,075 kN m
L -L
r p
Metode DFBK:
Mu
0,689
bM n
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 134,775 kN m > Ma = 92,813 kN m (o.k.)
b
bM a
0,689
Mn
Solusi:
kN
Beban terbagi rata: wD = 0,75 PL = 80 kN
m
Panjang bentang: L = 12 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural,
kekuatan lentur desain minimum:
kN
Metode DFBK: wu = 1,2 wD = 0,9 Pu = 1,6 PL = 128 kN
m
1 L
Mu = wu L2 + Pu = 528,2 kN m
8 3
kN
Metode DKI: wa = wD = 0,75 Pa = PL = 80 kN
m
1 L
Ma = wa L2 + Pa = 333,5 kN m
8 3
d = 394 mm bf = 398 mm tw = 11 mm tf = 18 mm
E
pf = 0,38 = 10,748
Fy
E
rf = 1,0 = 28,284
Fy
Karena balok tersokong penuh arah lateral sehingga tekuk torsi lateral tidak menentukan,
kekuatan lentur ditentukan oleh kondisi Tekuk Lokal Sayap Tertekan. (SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F3.2)
Mpx = Fy Zx = 780 kN m
-
Mn = M px M px 0,7Fy Sx f pf = 775,068 kN m
-
rf pf
Metode DFBK:
Mu
0,757
bM n
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 464,112 kN m > Ma = 333,5 kN m (o.k.)
b
bM a
0,719
Mn
Rencanakan profil WF yang digunakan sebagai balok tertumpu sederhana dengan panjang 9
m. Material baja Fy = 250 MPa. Batasan lendutan akibat beban hidup sebesar 25 mm. Beban
nominal balok adalah beban mati terbagi rata sebesar 10 kN/m dan beban hidup terbagi rata
sebesar 20 kN/m. Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 10 wL = 20
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 44 Mu = wu L2 = 445,5 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 30 Ma = wa L2 = 303,75 kN m
m 8
5 w LL4
I x_reqd = = 3,417 × 108 mm4
384 E max
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2, profil
tersebut termasuk penampang kompak. Karena balok tersokong penuh arah lateral dan
penampang kompak, kekuatan lentur ditentukan oleh kondisi batas leleh.
Mn = Mpx = 543,75 kN m
Metode DFBK:
Mu
0,91
bM n
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 325,599 kN m > Ma = 303,75 kN m (o.k.)
b
bM a
0,933
Mn
Rencanakan profil WF yang digunakan sebagai balok tertumpu sederhana yang dibebani
terhadap sumbu lemah dengan panjang 4 m. Material baja Fy = 250 MPa.
Batasan lendutan akibat beban hidup sebesar L/240. Beban nominal balok adalah beban
mati terbagi rata sebesar 5 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 15 kN/m. Balok
diasumsikan tersokong dalam arah lateral di kedua ujung.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 5 wL = 15
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 30 Mu = wu L2 = 60 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 20 Ma = wa L2 = 40 kN m
m 8
L
Δmax = = 16,667 mm
240
5 w LL4
I y_reqd = = 1,5 × 107 mm4
384 E max
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2, profil
tersebut termasuk penampang kompak. Karena balok mangalami lentur terhadap sumbu
lemah dan penampang kompak, kekuatan lentur ditentukan oleh kondisi batas leleh.
Metode DFBK:
Mu
0,997
bM n
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 40,06 kN m > Ma = 40 kN m (o.k.)
b
bM a
0,999
Mn
Tentukan profil PSB untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang 4,8 m yang
menahan beban mati terbagi rata sebesar 4 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 12
kN/m. Lendutan akibat beban hidup dibatasi L/240. Material baja dengan Fy = 250 MPa.
Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 4 wL = 12
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur rencana minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 24 Mu = wu L2 = 69,12 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 16 Ma = wa L2 = 46,08 kN m
m 8
L
Batasan lendutan maksimum akibat beban hidup: Δlimit = = 20 mm
240
5 wL L4
Ix.req = = 2,074 × 107 mm4
384 E Δlimit
H = 180 mm B = 180 mm t = 8 mm
B E
= 22,5 < λp = 1,12 = 31,678 (penampang kompak)
t Fy
Mp = Zx Fy = 88,825 kN m
Mn = Mp = 88,825 kN m
Metode DFBK:
Mu
= 0,865
b M n
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 53,189 kN m > Ma = 46,08 kN m (o.k.)
b
bM a
= 0,866
Mn
Tentukan profil PSB untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang 7,5 m yang
menahan beban mati terbagi rata sebesar 2 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 6
kN/m. Lendutan akibat beban hidup dibatasi L/240. Material baja dengan Fy = 250 MPa.
Balok diasumsikan tersokong dalam arah lateral hanya di kedua ujung. Profil yang dipilih
dalam contoh ini adalah profil nonkompak sebagai ilustrasi penerapan Pasal F7.2 dan Pasal
F7.3.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 2 wL = 6
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 12 Mu = wu L2 = 84,375 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL= 8 Ma = wa L2 = 56,25 kN m
m 8
L
Batasan lendutan maksimum akibat beban hidup: Δlimit = = 31,25 mm
240
5 wL L4
Ix.req = = 3,955 × 107 mm4
384 E Δlimit
B E
= 34,921 > λp= 1,12 = 31,678
t Fy
E
< λr = 1,4 = 39,598 (sayap nonkompak)
Fy
H E
= 34,921 < λp = 2,42 = 68,448 (badan kompak)
t Fy
Mp = Zx Fy = 107,925 kN m
Mn1 = Mp = 107,925 kN m
F
p -F yS x 3,57 Bt Ey 4,0 101,933 kN m
M n 2 M p -M
Kekuatan lentur desain:
Kekuatan lentur nominal diambil dari nilai terkecil untuk kedua kondisi batas di atas:
Metode DFBK:
Mu
0,920
bM n
122 dari 283
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 61,038 kN m > Ma = 56,25 kN m (o.k.)
b
bM a
0,922
Mn
Periksa kekuatan lentur balok profil PSB 250x250x6.3 untuk digunakan sebagai balok
dengan panjang bentang 6,5 m yang menahan beban mati terbagi rata sebesar 2 kN/m dan
beban hidup terbagi rata sebesar 6 kN/m. Material baja dengan Fy = 250 MPa.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 2 wL= 6
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 12 Mu = wu L2 = 63,375 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 8 Ma = wa L2 = 42,25 kN m
m 8
B E
= 39,683 > r = 1,4 = 39,598 (sayap langsing)
t Fy
H E
= 39,683 > p= 2,42 = 68,448 (badan kompak)
t Fy
Untuk profil PSB dengan sayap langsing dan badan kompak, gunakan Pasal F7.2(c):
Mn = Fy Se
Dengan Se adalah modulus penampang efektif dengan lebar sayap tertekan efektif, be:
E 0,38 E
be = 1,92 t 1 = 249,462 mm < B = 250 mm
Fy B Fy
t
bineff = B − be = 0,538 mm
Momen inersia efektif dihitung dengan memperhitungkan lebar sayap tertekan efektif dan
memperhatikan pergeseran garis netral. Cara alternatif yang lebih mudah dan konservatif
adalah dengan memperhitungkan pengurangan lebar sayap secara simetris untuk sayap
atas dan sayap bawah.
1 H t
2
12 2 2
I x.eff
Sx.eff = = 3,274 × 105 mm3
H
2
Mn = Fy Sx.eff = 81,838 kN m
Metode DFBK:
Mu
= 0,860
b M n
Mn
b = 1,67 = 49,005 kN m > Ma = 42,25 kN m (o.k.)
b
bM a
= 0,862
Mn
Periksa kekuatan lentur balok profil Pipa 220x12 untuk digunakan sebagai balok dengan
panjang bentang 5 m yang menahan beban mati terbagi rata sebesar 6 kN/m dan beban
hidup terbagi rata sebesar 18 kN/m. Material baja dengan Fy = 250 MPa.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 6 wL = 18
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kuat lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 36 Mu = wu L2 = 112,5 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 24 Ma = wa L2 = 75 kN m
m 8
D = 220 mm t = 12 mm
1 3
D D 2t = 5,197 ×105 mm3
3
Zx =
6
D E
= 18,333 < p = 0,07 = 56 (penampang kompak)
t Fy
Mn = Fy Zx = 129,936 kN m
Metode DFBK:
Mu
= 0,962
b M n
Metode DKI:
Mn
b = 1, 67 = 77,806 kN m > Ma = 75 kN m (o.k.)
b
bM a
= 0,964
Mn
Tentukan profil T untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang 2,4 m yang
menahan beban mati terbagi rata sebesar 2 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 6
kN/m. Material baja dengan Fy = 250 MPa. Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah
lateral.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 2 wL = 6
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 12 Mu = wu L2 = 8,64 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 8 Ma = wa L2 = 5,76 kN m
m 8
d = 125 mm bf = 125 mm tw = 6 mm tf = 9 mm
Besaran lain:
tw d -
tf bf tf
yp = = 7,284 mm < tf = 9 mm (PNA di sayap)
2bf
t y d -y p
tw tf y p f y ptw p d -y p tw
z x = bf - = 4,471 × 104 mm3
2
2 2
12 2 12 2
Ix
Sx = 2,554 × 104 mm3
d -y
Ix
Sx = 8,693 × 104 mm3
y
Leleh lentur
Mp = Fy Zx = 11,178 kN m
Tekuk torsi lateral (SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F9.2)
Karena balok tersokong secara penuh, tekuk torsi lateral tidak perlu diperiksa.
Tekuk lokal sayap (SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F9.3)
bf E
= 6,944 < λpf = 0,38 = 10,748 (sayap kompak)
2t f Fy
Mn = Mp = 10,217 kN m
Metode DFBK:
Mu
= 0,940
b M n
Metode DKI:
bM a
= 0,942
Mn
Tentukan profil siku tunggal untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang 1,8 m
yang menahan beban mati terbagi rata sebesar 0,8 kN/m dan beban hidup terbagi rata
sebesar 2,4 kN/m. Kaki vertikal dipasang di bagian atas sehingga ujung kaki mengalami
tekan. Tidak ada beban dalam arah horizontal. Material baja dengan Fy = 250 MPa. Balok
diasumsikan tersokong dalam arah lateral di kedua ujung.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 0,8 wL = 2,4
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 4,8 Mu = wu L2 = 1,944 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 3,2 Ma = wa L2 = 1,296 kN m
m 8
b = 100 mm t = 7 mm
t b
b -t t bt
cx = 2 2 = 27,593 mm
A
Berdasarkan Pasal F10.1, kekuatan lentur nominal berdasarkan kondisi leleh lentur:
Berdasarkan Pasal F10.2, untuk profil siku tunggal yang melentur terhadap sumbu geometris
dan tidak tersokong dalam arah lateral, My diambil sebesar 0,80 momen leleh menggunakan
modulus penampang geometris
My = 0,8 Fy Sx = 3,633 kN m
Untuk momen lentur terhadap salah satu sumbu geometris siku tunggal sama kaki tanpa
gaya tekan, tanpa sokongan torsi lateral, dan gaya tekan maksimum pada ujung kaki,
gunakan persamaan 10-6a.
Cb = 1,14 (untuk balok dengan beban terbagi rata dan sokongan lateral di kedua ujung)
Lb = L = 1,8 m
0,66 E b 4 t cb Lb t
2
sehingga SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan F10-3
dapat digunakan
My
M n 2 min 1,92 -1,17 My , My = 3,633 kN m
Me
b E
= = 14,286 < p = 0,54 = 15,274
t Fy
Kekuatan lentur nominal berdasarkan nilai terkecil kondisi leleh lentur dan tekuk torsi
133 dari 283
lateral:
Metode DFBK:
Mu
= 0,595
b Mn
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 2,176 kN m > Ma = 1,296 kN m (o.k.)
b
bM a
= 0,596
Mn
Tentukan profil siku tunggal untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang 1,8 m
yang menahan beban mati terbagi rata sebesar 0,8 kN/m dan beban hidup terbagi rata
sebesar 2,4 kN/m. Kaki vertikal dipasang di bagian atas sehingga ujung kaki mengalami
tekan. Tidak ada beban dalam arah horizontal. Material baja dengan Fy = 250 MPa. Balok
diasumsikan tersokong dalam arah lateral di kedua ujung dan di titik
tengah bentang.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 0,8 wL = 2,4
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 4,8 Mu = wu L2 = 1,944 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 3,2 Ma = wa L2 = 1,296 kN m
m 8
b = 100 mm t = 7 mm
t b
b -t t bt
cx 2 2 = 27,593 mm
A
2 2
1 3 b 1 t
Ix b t +b t c x b -
t t 3 b -
t t c x = 1,315 × 106 mm4
12 2 12 2
Berdasarkan Pasal F10.1, kekuatan lentur nominal berdasarkan kondisi leleh lentur:
Berdasarkan Pasal F10.2(b)(iii)(b), untuk profil siku tunggal yang tersokong dalam arah
lateral di titik momen maksimum, My diambil sebesar momen leleh menggunakan modulus
penampang geometris.
My = Fy Sx = 4,541 kN m
Untuk momen lentur terhadap salah satu sumbu geometris siku tunggal sama kaki tanpa
gaya tekan, tanpa sokongan torsi lateral, dan gaya tekan maksimum pada ujung kaki,
gunakan persamaan 10-6a.
Cb = 1,30 (untuk balok dengan beban terbagi rata dan sokongan lateral di kedua ujung
dan titik tengah bentang)
Lb = L = 1,8 m
0,66 E b 4 t cb Lb t
2
sehingga SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan F10-3
dapat digunakan
My
M n 2 min 1,92 -1,17 My , My = 4,541 kN m
Me
b E
= = 14,286 < p = 0,54 = 15,274
t Fy
Kekuatan lentur nominal berdasarkan nilai terkecil kondisi leleh lentur dan tekuk torsi lateral:
Mn = min(Mn1, Mn2) = 4,541 kN m
Metode DFBK:
Mu
= 0,476
b Mn
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 2,719 kN m > Ma = 1,296 kN m (o.k)
b
bM a
= 0,477
Mn
Tentukan profil siku tunggal untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang 1,8 m
yang menahan beban vertikal berupa beban mati terbagi rata sebesar 0,8 kN/m dan beban
hidup terbagi rata sebesar 2,4 kN/m. Beban horizontal adalah beban angin terbagi rata
sebesar 1,8 kN/m. Material baja dengan Fy = 250 MPa. Balok diasumsikan tersokong dalam
arah lateral di kedua ujung. Gunakan kombinasi 4 untuk DFBK dan kombinasi 6a untuk DKI.
Solusi:
kN kN kN
Beban terbagi rata: wD = 0,8 wL = 2,4 wW = 1,8
m m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wux = 1,2 wD + wL = 3,36 Mux = wux L2 = 1,361 kN m
m 8
kN 1
wuy = 1,0 wW = 1,8 Muy = wuy L2 = 0,729 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wax = wD + 0,75 wL = 2,6 Max = wax L2 = 1,053 kN m
m 8
kN 1
way = 0,75 wW = 1,35 May = way L2 = 0,547 kN m
m 8
t b
b -t t bt
cx 2 2 = 27,593 mm
A
2 2
1 3 b 1 t
Ix b t +b t c x b -
t t 3 b -
t t c x = 1,315 × 106 mm4
12 2 12 2
Ix
Sx = 1,817 × 104 mm3
x
b -c
t b t b- t
Ixy = b t c x - c y - + b -
t t c x - c y -t
+
5
= −7,842 × 10 mm
4
2 2 2 2
= 45o
zc = b cos( ) = 70,711 mm
wB = cx sec( ) = 39,023 mm
wC = b sin( ) − wB = 31,688 mm
2
Ix +Iy I -I
Iz - x y +Ixy
2
= 5,311 × 105 mm4
2 2
2
Ix +Iy I -I
Iw - x y +Ixy
2
= 2,1 x 106 mm4
2 2
Iz
SzB = 1,361 × 104 mm3
wB
Iz
SzC = 1,676 × 104 mm3
wC
Iw
SwC = 2,969 × 104 mm3
zc
Leleh lentur
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F10.1,
kekuatan lentur nominal berdasarkan kondisi leleh lentur:
Berdasarkan Pasal F10, kondisi batas tekuk torsi lateral tidak terjadi pada saat jika momen
terhadap sumbu minor.
b E
= 14,286 < p 0,54 = 15,274
t Fy
Mnz = 5,104 kN m
Metode DFBK:
Metode DKI:
M nz
b = 1,67 = 3,056 kN m > Maz = 1,131 kN m (o.k.)
b
Leleh lentur
Menghitung Me
Untuk lentur terhadap sumbu kuat profil siku sama kaki yang tidak tersokong secara lateral
dalam arah menerus, gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan F10-4.
Cb = 1,14
0,46 E b 2 t 2 c b
Me = = 28,551 kN m > My = Fy SwC = 7,423 kN m
Lb
My
M nw 2 = min 1,92 -1,17 M y ,M y = 7,423 kN m
M e
Kekuatan lentur nominal berdasarkan nilai terkecil antara kondisi leleh lentur dan tekuk torsi
lateral:
Metode DFBK:
Metode DKI:
M nw
b = 1,67 = 4,445 kN m
b
Resultan momen memiliki komponen terhadap setiap sumbu utama, sehingga rasio
tegangan harus diperiksa sesuai Pasal H2.
fra f f
+ rbw + rbz 1,0
Fca Fcbw Fcbz
CATATAN Agar perhitungan lebih mudah, persamaan interaksi dapat digunakan dalam bentuk
momen daripada tegangan. Tanda positif dan negatif momen agar diperhatikan pada saat memeriksa
kondisi di titik-titik kontrol.
di titik B
di titik C
Muw Muz
Metode DFBK: - = 0,255 < 1,0
bMnw bM nz
M M
Metode DKI: - b aw b az = 0,29 < 1,0
Mnw M nz
142 dari 283
di titik A
Muw Muz
Metode DFBK: = 0,389 < 1,0
bMnw bM nz
b Maw b Maz
Metode DKI: = 0,451 < 1,0
Mnw M nz
Karena seluruh interaksi tegangan bernilai < 1.0, profil tersebut kuat memikul beban desain.
Walaupun pemeriksaan telah dilakukan di ketiga titik, titik A merupakan titik kontrol karena
pada titik tersebut kedua momen menghasilkan tegangan tekan.
Tentukan batang tulangan persegi panjang untuk digunakan sebagai balok dengan panjang
bentang 3,6 m yang menahan beban mati terbagi rata sebesar 6 kN/m dan beban hidup
terbagi rata sebesar 18 kN/m. Material baja dengan Fy = 250 MPa. Balok tersokong penuh
dalam arah lateral di kedua ujung dan titik tengah bentang. Secara konservatif, gunakan Cb =
1,0.
Solusi:
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 6 wL = 18
m m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
kN 1
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 36 Mu = wu L2 = 58,32 kN m
m 8
kN 1
Metode DKI: wa = wD + wL = 24 Ma = wa L2 = 38,88 kN m
m 8
d = 120 mm b = 80 mm
bd 2
Sx = 1,92 × 105 mm3
6
bd 2
Zx = 2,88 × 105 mm3
4
Leleh lentur:
L bd 0,08E
= 33,75 < = 64
b2 Fy
sehingga kondisi batas leleh menentukan dan tekuk torsi lateral tidak terjadi
Mp = Fy Zx = 72 kN m
My = Fy Sx = 48 kN m
Metode DFBK:
Mu
= 0,9 < 1,00 (o.k.)
bMn
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 43,114 kN m > Ma = 38,88 kN m (o.k)
b
bM a
= 0,902 < 1,00 (o.k.)
Mn
Tentukan batang tulangan bundar untuk digunakan sebagai balok dengan panjang bentang
0,8 m yang menahan beban mati terpusat sebesar 0,5 kN dan beban hidup terpusat sebesar
1,25 kN/m. Material baja dengan Fy = 250 MPa. Berat sendiri balok dapat diabaikan. Balok
tersokong penuh dalam arah lateral hanya di kedua ujung.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
1
Metode DFBK: Pu = 1,2 PD + 1,6 PL = 2,4 kN Mu= Pu L = 0,48 kN m
4
1
Metode DKI: Pa = PD + PL = 1,6 kN Ma= Pa L = 0,32 kN m
4
d = 25 mm
d 3
Sx = = 1,534 × 103 mm3
32
d3
Zx = = 2,604 × 103 mm3
6
Leleh lentur:
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F11.1,
kekuatan lentur nominal ditentukan oleh kondisi leleh lentur
Mp = Fy Zx = 0,651 kN m
My = Fy Sx = 0,383 kN m
Metode DFBK:
Mu
0,869
bMn
Metode DKI:
Mn
b = 1,67 = 0,367 kN m > Ma = 0,32 kN m (o.k.)
b
bM a
= 0,871
Mn
Pendahuluan
Bab G SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural meliputi badan
komponen struktur simetris tunggal atau ganda memikul geser pada pelat badan, siku
tunggal, penampang PSB, dan geser dalam arah sumbu lemah profil simetris tunggal atau
ganda.
DFBK dan DKI akan menghasilkan desain yang sama untuk kasus di mana efek beban
hidup kira-kira tiga kali efek beban mati.
Kekuatan geser desain, v Vn, dan kekuatan geser ijin, Vn / v , ditentukan sebagai berikut:
Vn = 0,6 Fy AwCv (SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan G2-1)
Pengecualian:
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2 tidak menggunakan
aksi medan tarik. SNI 1729 Pasal G3 secara khusus membahas penggunaan aksi medan
tarik.
G2. Komponen struktur dengan badan tidak diperkaku atau badan diperkaku
Sebagaimana ditunjukkan dalam Catatan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural pasal G2 ini, hampir semua profil I tidak mengalami tekuk geser dan juga
memenuhi syarat untuk faktor keamanan dan ketahanan yang lebih besar, v = 1,00 (DFBK)
dan Ωv = 1,50 (DKI)
Perhitungan desain kekuatan geser Profil I disajikan dalam Contoh G.1. Desain kekuatan
geser kanal disajikan dalam Contoh G.2.
Sebuah gelagar tersusun dengan badan tipis dan pengaku transversal disajikan dalam
Contoh G.8.
Contoh desain kekuatan geser siku tunggal diilustrasikan dalam Contoh G.3.
Ketinggian geser, h, diambil sebagai jarak bersih antara sayap dikurangi radius sudut dalam
pada setiap sisi. Jika jari-jari kelengkungan tidak diketahui, h harus diambil sebagai dimensi
luar dalam arah geser dikurangi 3 kali ketebalan. Desain kekuatan geser PSB persegi
disajikan dalam Contoh G.4.
G7. Geser sumbu lemah pada profil simetris ganda dan tunggal
Desain kekuatan geser sumbu lemah, lihat Contoh G.6 dan Contoh G.7.
Untuk balok dan gelagar dengan contoh bukaan badan, lihat AISC Design Guide 2, Steel
and Composite Beams with Web Openings (Darwin, 1990).
Periksa kekuatan geser balok profil WF 400x200x8x13 yang menahan gaya geser sebesar
120 kN akibat beban mati dan 180 kN akibat beban hidup.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
d = 400 mm bf = 200 mm tw = 8 mm tf = 13 mm r = 16 mm
h = d − 2 (tf + r) = 342 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(a),
koefisien geser badan:
h E
= 42,75 < 2,24 = 63,357
tw Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 480 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural G2.1(a),
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
Vu
= 0,9
Vn
Vn
v = 1,50 = 320 kN > Va = 300 kN (o.k.)
v
Va
= 0,938
Vn
v
Periksa kekuatan geser balok profil C 380x100x10.5x16 yang menahan gaya geser sebesar
80kN akibat beban mati dan 220 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
h = d − 2 tf = 348 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(b),
koefisien tekuk geser pelat badan:
h
= 33,143 < 260
tw
sehingga kv = 5
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural G2.1(b),
koefisien geser badan:
h kv E
= 33,143 < 1,10 = 69,57
tw Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 598,5 kN
Metode DFBK:
Vu
= 0,832
Vn
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 358,383 kN > Va = 300 kN (o.k.)
v
Va
= 0,837
Vn
v
Periksa kekuatan geser balok profil L120x120x8 yang menahan gaya geser sebesar 15 kN
akibat beban mati dan 50 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Gaya geser: VD = 15 kN VL = 50 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DKI: Va = VD + VL = 65 kN
b = 120 mm t = 8 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.4,
koefisien tekuk geser pelat badan: kv = 1,2
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(b),
koefisien geser badan:
b kv E
= 15 < 1,10 = 34,082
t Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = b t = 960 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 144 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
Vn
v = 1,67 = 86,228 kN > Va = 65 kN (o.k.)
v
Va
= 0,754
Vn
v
Periksa kekuatan geser balok profil PSB persegi panjang 180x100x8 yang menahan gaya
geser sebesar 50 kN akibat beban mati dan 150 kN akibat beban hidup. Material baja Fy =
250 MPa. Orientasi profil balok agar gaya geser sejajar sisi yang lebih panjang.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
H = 180 mm B = 100 mm tw = 8 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G5,
koefisien tekuk geser pelat badan: kv = 5
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G5, jika
radius tidak diketahui, h diambil sebesar tinggi total profil dikurangi tiga kali tebal profil.
h = H − 3 tw = 156 mm
h kv E
= 19,5 < 1,10 = 69,57
tw Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = 2 h tw = 2496 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 374,4 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Vu
= 0,89
Vn
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 224,192 kN > Va = 200 kN (o.k.)
v
Va
= 0,892
Vn
v
Periksa kekuatan geser balok profil pipa dengan diameter luar 355,6 mm. Panjang balok
tersebut 10 meter dan direncanakan menahan gaya geser sebesar 130 kN akibat beban mati
dan 400 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
D = 355,6 mm t = 8 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G6, Fcr
adalah nilai terbesar dari Fcr1 dan Fcr2 di bawah ini:
1,60E
Fcr1 = 5
= 743,543 MPa
Lv D 4
D t
0,78E
Fcr2 = 3
= 526,401 MPa
D 2
t
Menghitung Ag
2
D -D -2t = 8736,141 mm2
2
Ag =
4
F cr Ag
Vn = = 655,211 kN
2
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
Vu
= 0,923
Vn
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 392,342 kN > Va = 370 kN (o.k.)
v
Va
= 0,943
Vn
v
Periksa kekuatan geser balok profil WF 400x200x8x13 yang menahan gaya geser sebesar
80kN akibat beban mati dan 240 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
d = 400 mm bf = 200 mm tw = 8 mm tf = 13 mm r = 16 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G7, untuk
geser terhadap sumbu lemah, gunakan Persamaan G2-1 dan ketentuan di SNI 1729 Pasal
G2.1(b) dengan Aw = bf tf untuk masing-masing sayap.
bf
Lebar tiap sisi sayap: b= = 100 mm
2
b kv E
= 7,692 < 1,10 = 34,082
tf Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = 2 bf tf = 5 200 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 780 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 467,066 kN > Va = 320 kN (o.k.)
v
Va
= 0,685
Vn
v
Periksa kekuatan geser balok profil C380x100x10.5x16 yang menahan gaya geser sebesar
60kN akibat beban mati dan 180 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G7, untuk
geser terhadap sumbu lemah, gunakan SNI 1729 Persamaan G2-1 dan ketentuan SNI 1729
Pasal G2.1(b) dengan Aw = bf tf untuk masing-masing sayap.
bf kv E
= 6,25 < 1,10 = 34,082
tf Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = 2 bf tf = 3 200 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 480 kN
Metode DFBK:
Vu
= 0,833
Vn
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 287,425 kN > Va = 240 kN (o.k.)
v
Va
= 0,835
Vn
v
Balok profil I tersusun dari material baja Fy = 250 MPa dengan panjang bentang 15 meter
dibebani secara terdistribusi sebesar 12 kN/m (beban mati) dan 36 kN/m (beban hidup).
Tinggi penampang balok 900 mm dengan lebar sayap 300 mm. Tebal badan 8 mm dan tebal
sayap 36 mm. Periksa apakah balok tersebut cukup kuat terhadap gaya geser di ujung
balok, dengan dan tanpa aksi medan tarik. Gunakan pengaku transversal jika diperlukan.
Solusi:
h = d − 2 tf = 828 mm
kN kN
Beban terbagi rata: wD = 12 wL = 36
m m
Panjang bentang: L = 16 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK: Vu =
1,2wD +1,6wL L = 576 kN
2
Metode DKI: Va =
wD +wL L = 384 kN
2
Aw = d tw = 7 200 mm2
h
= 103,5 < 260 sehingga kv = 5 untuk badan tanpa pengaku transversal
tw
sehingga Cv dihitung berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Persamaan G2-5:
1,51kv E
Cv = 2
= 0,564
h
Fy
tw
menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 608,948 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
Vu
= 1,051
Vn
(perlu pengaku transversal)
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 364,639 kN < Va = 384 kN
v
Va
= 1,053
Vn
v
(perlu pengaku transversal)
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G3.1, aksi
medan tarik tidak boleh diperhitungkan jika terdapat minimal salah satu kondisi di bawah ini:
(b) elemen dengan a/h lebih besar dari 3,0 atau [260/(h/tw)]2
Syarat (c):
2A w
= 0,667 < 2,5
A fc + A ft
Syarat (d):
h h
= 2,76 < 6,0 = 2,76 < 6,0
b fc b ft
Persyaratan (b), (c) dan (d) terpenuhi, aksi medan tarik dapat diperhitungkan kecuali untuk
panel ujung.
Tentukan kv berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal G2.1(b) dan periksa batasan a/h
a
= 1,932 < 3,0
h
2
260
< = 6,311
h
tw
sehingga
5
kv = 5 + = 6,339
a
2
h
Aksi medan tarik tidak boleh diperhitungkan pada panel ujung karena
h kv E
= 103,5 > 1,37 = 97,561
tw Fy
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 772,028 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
Vu
= 0,829 < 1,00 (o.k.)
Vn
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 462,292 kN > Va = 384 kN (o.k.)
v
Va
= 0,831 < 1,00 (o.k.)
Vn
v
Metode DFBK: Vu =
1,2wD +1,6wL L − (1,2 wD + 1,6 wL) a = 460,8 kN
2
Metode DKI: Va =
wD +wL L − (wD + wL) a = 307,2 kN
2
Tentukan kv berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
a
Pasal G2.1(b) dan periksa batasan
h
a
= 1,932 < 3,0
h
2
260
< = 6,311
h
tw
5
kv = 5 + = 6,339
a
2
h
h kv E
karena = 103,5 > 1,37 = 97,561
tw Fy
1,51kv E
Cv = 2
= 0,715
h
Fy
tw
Periksa batasan tambahan dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal G3.1 untuk aksi medan tarik
2A w
= 0,667 ≤ 2,5
A fc + A ft
h h
= 2,76 ≤ 6,0 = 2,76 ≤ 6,0
b ft b fc
Panel tersebut bukan panel ujung dan semua kondisi memenuhi syarat untuk perhitungan
aksi medan tarik.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G3.2
kv E
1,10 = 78,334
Fy
h
karena = 103,5 > 76 gunakan persamaan G3-2
tw
1 Cv
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 895,111 kN
2
a
1,15 1-
h
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DKI:
Vn
v = 1,67 = 535,994 kN < Va = 307,2 kN
v
Va
= 0,573
Vn
v
Untuk semua persamaan interaksi dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Bab H, gaya dan momen yang diperlukan harus mencakup efek orde kedua,
seperti yang disyaratkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Bab
C. Pengguna DKI, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural 1989
terbiasa menggunakan persamaan interaksi yang mencakup amplifikasi orde kedua parsial.
Efek orde kedua yang sekarang dihitung dalam analisis dan tidak termasuk dalam
persamaan interaksi.
Periksa kekuatan suatu balok-kolom profil WF 350x175x7x11 yang menerima beban aksial
tarik PD = 30 kN dan PL = 40 kN. Panjang tak terbreis adalah 9 m dan kedua ujung adalah
sendi, dengan sambungan tanpa lubang. Batang ini juga memiliki momen akibat beban
terdistribusi merata.
MxD = 34 kN m PD = 30 kN PL = 40 kN
MxL = 20 kN m Lb = 6 m
MyD = 5 kN m
MyL = 8 kN m
Pasal 2 kekuatan perlu dari SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain sebagai berikut:
DFBK DKI
E
E = 200 000 MPa G= = 7,692 x 104 MPa Fy = 250 MPa
2,6
d = 350 mm tw = 7 mm bf = 175 mm tf = 11 mm r = 14 mm
Iy ho2
CW = = 2,827 x 1011 mm6 h = d - 2 tf - 2 r = 300 mm
4
Ix I
Sx = = 7,771 x 105 mm3 Sy = y = 1,125 x 105 mm3
0,5 d 0,5 bf
1
Z x = bf tf d -tf + tw d -2tf = 8,408 x 105 mm3
2
2 1
Z y = tf bf2 + d -2tf tw2 = 1,725 x 105 mm3
4 4
2bf tf3 + d -
tf tw3
J = = 1,94 x 105 mm4
3
I y CW E
rts = Lp =1,76ry = 1,965 m
Sx Fy
0,78 F y S x ho
2
E J
Lr =1,95 rts 1+ 1+6,76 = 5,999 m
0,7 F y S x ho E J
Solusi:
Dari SNI 1729 Pasal D2(a), kekuatan tarik nominal akibat kelelehan tarik pada penampang
bruto adalah:
Catat bahwa untuk batang dengan lubang, kuat rupture dari batang juga harus dihitung
dengan menggunakan SNI 1729 Persamaan D2-2
Kelelehan
Mpx = Fy Zx = 210,212 kN m
Tekuk Torsional-Lateral
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2.2, kuat lentur
nominal akibat tekuk torsional-lentur dihitung sebagai berikut:
Walaupun demikian, menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal H1.2, Cb dapat diperbesar karena kolom mengalami gaya tarik
2EIy Pu
Pey = = 539,538 kN DFBK = 1,0 1+ = 1,089
L2
b Pey
Pa
DKI = 1,6 1+ = 1,099
Pey
L -L
px -0,7F yS x Lb -Lp
M nx 2 =C b M px -M = 176,516 kN m Persamaan F2-2
r p
Tekuk Lokal
Sayap
bf b E
b= t = tf = 7,955 p = 0,38 = 10,748
2 t Fy
Badan
h E
= 42,857 p = 3,76 = 106,349
tw Fy
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2 dan F1:
DFBK
b = 0,9 t = 0,9
Pc = t Pn M cx = bM nx M cy = bM ny
Pu
= 0,07 < dari 0,2, maka digunakan SNI 1729 Persamaan H1-1b
Pc
DKI
t = 1,67 b = 1,67
Pn M nx M ny
Pc M cx M cy
t b b
Pa
= 0,074 < 0,2, harus menggunaan SNI 1729 Persamaan H1-1b
Pc
Pa M ax M ay
rasio = + = 1,051 > 1 (tidak memenuhi)
2Pc M cx M cy
Periksa kekuatan suatu balok-kolom profil WF 350x175x7x11 yang menerima beban aksial
PD = 23 kN dan PL= 70 kN. Panjang tak terbreis adalah 4 m dan kedua ujung adalah sendi.
Batang ini juga memiliki momen akibat beban terdistribusi merata, belum memperhitungkan
efek P-δ:
E
E = 200 000 MPa G= = 7,692 x 104 MPa Fy = 250 MPa
2,6
d = 350 mm tw = 7 mm bf = 175 mm tf = 11 mm r = 14 mm
Iy ho2
CW = = 2,827 x 1011 mm6 h = d - 2 tf - 2 r = 300 mm
4
Ix
Sx = = 7,771 x 105 mm3
0,5d
Iy
Sy = = 1,125 x 105 mm3
0,5bf
1
Z x = bf tf d -
tf + tw d -2tf
2
= 8,408 x 105 mm3
4
2 1
Z y = tf bf2 + d -t
2 f tw2 = 1,725 x 105 mm3
4 4
2bf tf3 + d -
tf tw3
J = = 1,94 x 105 mm4
3
Ix Iy
rx = = 146,763 mm ry = = 39,477 mm
Ag Ag
I y CW E
rts = Lp =1,76ry = 1,965 m
Sx Fy
Momen plastis
Solusi:
Gunakan metode pendekatan prosedur analisis orde kedua dari SNI 1729 Apendik 8. Karena
batang tidak bergoyang, amplifikasi yang diperlukan hanya P-δ
Cm = 1 K1 = 1,0
2EIx
Pe 1x = = 16778,3275 kN = 1,0 karena DFBK
K 1Lx
2
C
B1x = max m
,1.0 = 1,008
1- Pr
P
e 1x
2EIy
Pe 1y = = 1213,9613 kN = 1,0 karena DFBK
K L
2
1 y
Cm
B1y = max ,1.0 = 1,13
1- Pr
P
e 1y
Momen orde kedua
Kelelehan
Mnx1 = Mpx = 210,212 kN m Persamaan F2-1 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural
Tekuk Torsional-Lateral
Karena Lp < Lb < Lr , maka berlaku SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Persamaan F2-2
L -L
px -0,7F yS x Lb -Lp
M nx 2 =C b M px -M = 196,966 kN m Persamaan F2-2 SNI 1729,
r p
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Tekuk Lokal
Sayap
bf b E
b= t = tf = 7,955 p = 0,38 = 10,748
2 t Fy
badan
h E
= 42,857 p = 3,76 = 106,349
tw Fy
Tekuk lokal
b E
= 7,955 r = 0,56 = 15,839 Qs = 1,0
t Fy
Badan
h E
= 42,857 r =1,49 = 42,144
tw Fy
Perlu menghitung Qa
K 1 Ly K 1 Lx
= 101,325 = 27,255
ry rx
2E
Fe = 2
= 192,265 MPa
K 1Ly
ry
Anggap
iterasi ke-1
Q1 F y
f = 0,658 Fe F y Q1 = 145,071 MPa
E 0,34 E
be = min h, 1,92 tw 1- = 268,165 mm
Fy h f
tw
Ae
Qa1 = = 0,965
Ag
iterasi ke-2
Ae
Qa 2 = = 0,964
Ag
iterasi ke-3
Q3 F y
f = 0,658 Fe F yQ 3 = 142,592 MPa
E 0,34 E
be = min h, 1,92 tw 1- = 267,196 mm
Fy h f
tw
Ae
Qa 3 = = 0,964 sudah konvergen
Ag
Q Fy
Fcr 1 = 0,658 Fe F yQ = 142,59 MPa
Tegangan Tekuk Torsi
2 E Cw 1
Fe 2 = +G J
k Lz Ix +Iy
2
Q Fy
Fcr 2 = 0,658 Fe 2 F yQ = 179,316 MPa
Kontrol dengan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan
H1-1a dan H1-1b: b = 0,9
DFBK
Kapasitas
Pr
= 0,172 < dari 0,2, maka digunakan SNI 1729 Persamaan H1-1b
Pc
Pr M rx M ry
rasio = + + = 0,922
2Pc M cx M cy
DKI
Pr = PD + PL = 93 kN c = 1,5 b = 1,67
= 1,6
C
Cm
B1x = max m
,1.0 = 1,009 B1y = min ,1.0 = 1
1- Pr 1- Pr
P P
e 1x e 1y
Kapasitas
Pn M nx M ny
Pc = M cx = M cy =
c b b
Pr
= 0,155 < 0,2, harus menggunaan SNI 1729 Persamaan H1-1b
Pc
Pr M rx M ry
rasio = + + = 0,828
2Pc M cx M cy
180 dari 283
CONTOH H.3 a. Kekuatan torsional penampang PSB
Hitunglah kekuatan torsional yang tersedia dari penampang PSB 200 x 200 x 12
Solusi
h = 200 mm b = 200 mm t = 12 mm
h E
= 16,667 < 2,45 = 69,296
t Fy
maka digunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural persamaan
H3-3
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal H3.1, kekuatan
torsional yang tersedia:
DFBK DKI
t = 0,9 t = 1,67
Tn
t Tn = 113,613 kN m = 75,591 kN m
t
CATATAN Untuk memperoleh petunjuk lebih lengkap tentang desain terhadap torsi, lihat AISC
Design Guide 9, Torsional Analysis of Structural Steel Members (Seaburg and Carter, 1997)
Hitunglah kekuatan torsional yang tersedia dari penampang PIPA D10 ASTM A500 Grade B
dengan panjang 6 m
Solusi
D -t t
2
Maka digunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan
H3-2a dan H3-2b
0,6E
Fcr = 3
= 778,33 MPa
D 2
t
dan
1,23E
Fcr = 5
= 779,996 MPa
L D 4
Dt
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal H3.1, kekuatan
torsional yang tersedia adalah
DFBK DKI
t = 0,9 t = 1,67
Tn
t Tn = 152,395 kN m = 101,394 kN m
t
CATATAN Untuk memperoleh petunjuk lebih lengkap tentang desain terhadap torsi, lihat AISC
Design Guide 9, Torsional Analysis of Structural Steel Members (Seaburg and Carter, 1997)
Periksa kekuatan penampang PSB ASTM A500 Grade B yang dibebani seperti tergambar.
Balok diatas dua tumpuan sederhana dan kedua ujungnya bersifat jepit terhadap torsi.
Lentur terhadap sumbu kuatnya.
kN kN
WD = 40 WL = 50 kerja kedua beban ofset 150 mm terhadap sumbu balok
m m
Solusi
PSB 250x250x9
DFBK DKI
wu = 1,2 x wD + 1,6 x wL wa = wD + wL
kN kN
wu = 128 wa = 90
m m
wu L wa L
Vr = Vra =
2 2
wu L e wa L e
Tr = Tra =
2 2
Tr = 40 kN m Tra = 28,125 kN m
Menghitung kekuatan geser yang tersedia berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural Pasal G5
h = h - 3 t = 223 mm
kv = 5
Koefisien geser badan profil dihitung dari SNI 1729 Pasal G2.1(b)
h kv E
= 24,778 < 1,18 = 69,292 maka Cv = 1 (Persamaan G2-3 SNI 1729)
t Fy
Kekuatan geser nominal SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
G2.1:
Dari SNI 1729 Pasal G1, kekuatan geser yang tersedia adalah
DFBK DKI
v = 0,9 t = 1,67
Vn
Vc = v Vn = 628,592 kN Vca = = 418,225 kN
v
Kekuatan lentur yang tersedia dihitung dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal F7 untuk PSB.
Mn = Fy Zx = 227,505 kN m
b
f = 27,778
t
Hitung batas kelangsingan kompak sayap dari SNI 1729 Tabel B4.1b Kasus 17
E
p =1,12 = 29,413
Fy
Hitung batas kelangsingan kompak badan dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1b Kasus 19
E
p = 2,42 = 63,552
Fy
Mn = 227,505 kN m
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F1, Kekuatan lentur
yang tersedia
DFBK DKI
b = 0,9 b = 1,67
Mn
M c = bM n M ca =
b
h E
= 24,778 < 2,45 = 64,34
t Fy
maka digunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan
H3-3
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal H3.1, kekuatan
torsional yang tersedia:
T = 0,9 T = 1,67
Tn
Tc = TTn Tca =
T
Tc = 144,936 kN m Tca = 96,431 kN m
Dengan menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
H3.2, Kontrol Kekuatan kombinasi pada beberapa lokasi dengan Tu > 0,2 Tc
DFBK
Tr
= 0,276 > 0,2 di tumpuan Mr = 0 kN m
Tc
Oleh karena itu, gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan H3-6
2 2
P M V T V T
rasio = r + r + r + r rasio = (0 + 0) + r + r = 0,281 < 1,0
Pc Mc Vc Tc Vc Tc
DKI
Tra
= 0,292 > 0,2 di tumpuan Mr = 0 kN m
Tca
Oleh karena itu, gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan H3-6
2
P M V T
rasio = ra + ra + ra + ra
Pca Mca Vca Tca
2
V T
rasio = (0 + 0) + ra + ra = 0,314 < 1,0
Vca Tca
Kontrol di lokasi dengan Tr = 0,2 Tc. Ini adalah lokasi dengan momen lentur terbesar yang
harus dipertimbangkan dalam masalah interaksi.
DFBK
Tr -0,2Tc
x= = 0,344 m
wu e
Tr = 0,2 Tc
186 dari 283
Vr = Vr – x wu = 115,949 kN
-
Wu x 2
Mr = +Vr x = 32,324 kN m
2
2
M Vr Tr
rasio = 0 + r + + = 0,306 < 1,0 (o.k.)
Mc Vc Tc
DKI
Tra -0,2Tca
x= = 0,393 m
wa e
-
Wa x 2
M ra = +Vra x = 23,361 kN m
2
2
M V T
rasio = 0 + ra + ra + ra = 0,319 < 1,0 (o.k.)
Mca Vca Tca
CATATAN Di lokasi lain di balok, dengan Tr < Tc, juga harus di cek untuk menentukan apakah
kekuatan tanpa torsi lebih menentukan dibandingkan dengan interaksi puntir.
Desain, pendetailan, dan properti material yang terkait dengan beton dan tulangan baja
bagian-bagian dari komponen struktur komposit diatur oleh ACI 318 seperti dimodifikasi
dengan ketentuan khusus komposit oleh SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural.
Kekuatan yang tersedia dari penampang komposit dapat dihitung dengan salah satu dari dua
metode; metode distribusi tegangan plastis, atau metode regangan-kompatibilitas.
Penampang komposit terisi beton diklasifikasikan untuk tekuk lokal yang sesuai dengan
kelangsingan elemen baja yang mengalami tekan seperti digambarkan dalam Tabel I1.1 SNI
1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural dan Contoh I.2, I.4 dan I.5. Efek
tekuk lokal tidak perlu dipertimbangkan untuk komponen struktur komposit terbungkus beton.
Kekuatan tekan yang tersedia dari komponen struktur komposit didasarkan pada
penjumlahan kekuatan-kekuatan dari semua komponen kolom dengan reduksi yang
diterapkan untuk kelangsingan komponen struktur dan efek tekuk lokal di mana berlaku.
Untuk komponen struktur yang mengalami tarik, kekuatan tarik beton diabaikan dan hanya
kekuatan komponen struktur baja dan tulangan yang tersambung dengan benar yang
diperbolehkan untuk digunakan dalam perhitungan kekuatan tarik yang tersedia.
Desain dari komponen struktur tekan komposit terisi beton dan komponen struktur tarik
disajikan dalam Contoh I.2 dan I.3.
Desain dari komponen struktur tekan komposit terbungkus beton dan komponen struktur
tarik disajikan dalam Contoh I.6 dan I.7.
Perhatikan bahwa SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural menyatakan
bahwa kekuatan tekan yang tersedia tidak perlu kurang dari yang ditetapkan untuk
komponen struktur baja tanpa beton.
I3. Lentur
Desain balok komposit tipikal dengan angkur baja digambarkan dalam Contoh I.1. Tabel 3-
20 menyediakan momen inersia batas terendah (lower-bound) untuk penampang komposit
plastis, dan Tabel 3-21 memberikan kekuatan geser angkur stud baja yang digunakan untuk
aksi komposit pada balok komposit.
Desain komponen struktur komposit terisi beton untuk lentur digambarkan dalam Contoh I.9
dan I.5, dan desain komponen struktur komposit terbungkus beton untuk lentur digambarkan
dalam Contoh I.8.
Untuk balok komposit dengan dek baja terbentuk, kekuatan geser yang tersedia didasarkan
pada properti penampang baja saja sesuai dengan Bab G SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural seperti yang digambarkan dalam Contoh I.1.
Untuk komponen struktur komposit terisi beton dan terbungkus beton, baik kekuatan geser
dari penampang baja saja, penampang baja ditambah baja tulangan, atau beton bertulang
saja diizinkan untuk digunakan dalam perhitungan kekuatan geser yang tersedia.
Perhitungan kekuatan geser untuk komponen struktur komposit terisi beton digambarkan
dalam Contoh I.4 dan I.5 dan untuk komponen struktur komposit terbungkus beton dalam
Contoh I.8.
Desain untuk kombinasi gaya aksial dan lentur dapat dicapai dengan menggunakan metode
kompatibilitas regangan atau metode distribusi plastis. Prosedur yang berbeda untuk
menggunakan metode distribusi plastis diuraikan dalam Penjelasan, dan masing-masing
prosedur ditunjukkan untuk komponen struktur terisi beton dalam Contoh I.2 dan untuk
komponen struktur terbungkus beton dalam Contoh I.8. Perhitungan interaksi untuk
komponen struktur terisi beton non-kompak dan langsing diilustrasikan dalam Contoh I.5.
Untuk membantu dalam mengembangkan kurva interaksi yang diilustrasikan dalam contoh
desain, rangkaian persamaan-persamaan disediakan dalam Gambar I-1. Persamaan-
persamaan ini mendefinisikan poin-poin terpilih pada kurva interaksi, tanpa
mempertimbangkan efek-efek kelangsingan. Gambar I-1a sampai I-1d menjelaskan kasus-
kasus tertentu, dan penerapan persamaan-persaman untuk penampang yang berbeda harus
dipertimbangkan dengan hati-hati. Sebagai sebuah contoh, persamaan-persamaan dalam
Gambar I-1a yang sesuai untuk kasus batang tulangan sisi yang terletak di tengah, tetapi
tidak untuk lokasi batang tulangan sisi lainnya. Sebaliknya, persamaan yang sesuai untuk
jumlah tulangan sembarang di lokasi batang tulangan ekstrem. Pada Gambar I-1b,
persamaan hanya cocok untuk kasus 4 batang tulangan di sudut-sudut penampang yang
terbungkus beton.
Bila kasus-kasus desain menyimpang dari yang disajikan persamaan interaksi yang tepat
dapat diturunkan dari prinsip-prinsip pertama. Ketika kasus desain menyimpang dari yang
disajikan persamaan interaksi yang tepat dapat diturunkan dari prinsip-prinsip pertama.
Ketika kasus desain menyimpang dari yang disajikan persamaan interaksi yang tepat dapat
diturunkan dari prinsip-prinsip pertama. Ketika kasus desain menyimpang dari yang disajikan
persamaan interaksi yang tepat dapat diturunkan dari prinsip-prinsip pertama. Ketika kasus
desain menyimpang dari yang disajikan persamaan interaksi yang tepat dapat diturunkan
dari prinsip-prinsip pertama.
Penjelasan ini memberikan panduan tentang metodologi desain untuk kedua diafragma
komposit dan balok kolektor komposit.
189 dari 283
I8. Angkur baja
Pasal I8 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural membahas kekuatan
angkur baja pada balok komposit dan pada komponen komposit. Contoh I.1
menggambarkan desain balok komposit dengan angkur stud berkepala baja.
Penerapan angkur baja dalam ketentuan komponen komposit memiliki batasan yang ketat
seperti yang dirangkum dalam catatan diberikan pada awal Pasal I8.3 SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural. Ketentuan ini tidak berlaku untuk desain balok
komposit tipikal, juga tidak berlaku untuk konstruksi hibrida dimana baja dan beton tidak
menahan beban bersama-sama melalui aksi komposit seperti di pelat yang tertanam.
Penerapan ketentuan-ketentuan ini untuk angkur terisolasi dalam suatu sistem komposit
yang berlaku yang digambarkan dalam contoh I.9.
C
PC = 0,85fc' Ac
MC = MB
0,85fc' Ac
PD =
2
Zc
M D = Z s F y + Z r F yr +
2
0,85fc'
Zs = modulus penampang plastis sumbu x penuh dari profil baja
D Asrs = luas batang tulangan menerus pada centerline
h
Z r = Asr -Asrs 2 -c
2
hh 2
ZC = 1 2 -Z s -Z r
4
PB = 0
1
M B = M D -Z snF y - Z cn 0,85fc'
2
Z cn = h1hn -Z sn
2
d
Untuk hn di bawah sayap hn - tf
2
0,85fc Ac + Asrs -F
'
2 yr Asrs
hn
2 0,85fc' h1 -
tw +2F y tw
Z cn = tw hn2
d d
Untuk hn di sayap - tf < hn ≤
B 2 2
0,85fc Ac + As -
'
dbf + Asrs -F
2 y As dbf -F
2 yr Asrs
hn =
2 0,85fc' h1 -bf +2F y bf
d d
Z sn = z s -bf -hn +hn
2 2
d
Untuk hn di bawah sayap hn >
2
0,85fc Ac + As + Asrs -F
'
2 y As -F
2 yr Asrs
hn =
2 0,85fc' h1
Zsn = Zsr = modulus penampang plastis sumbu x penuh dari
profil baja
E
ZsE = Zsy = modulus penampang plastis sumbu y penuh dari
profil baja
h1bf2
Z cE = -Z sE
4
C
PC = 0,85fc' Ac
MC = MB
0,85fc' Ac
PD =
2
Zc
M D = Z s F y + Z r Fsy +
2
0,85fc'
D Zs = modulus penampang plastis sumbu y full dari profil baja
h
Z r = Asr 2 -c
2
hh 2
ZC = 1 2 -Z s -Z r
4
PB = 0
1
M B = M D -Z snF y - Z cn 0,85fc'
2
Z cn = h1hn -Z sn
2
tw bf
Untuk hn di bawah sayap < hn ≤
2 2
0,85fc Ac +As -t
'
2 f bf -F
2 y As -t
2 f bf
hn
2 4tf F y + h1 -t
2 f 0,85f
c
'
B
b b
Z sn = z s -t
2 f f + hn f -hn
2 2
b
Untuk hn di bawah sayap hn > f
2
0,85fc Ac + As -F
'
2 y As
hn = '
2 0,85fc h1
Zsn = Zsy = modulus penampang plastis sumbu y full dari profil
baja
192 dari 283
KAPASITAS PLASTIS UNTUK
KOMPOSIT, PSB TERISI BETON
MELENTUR DI SUMBU X-X
PA = F y As +0,85 fc' Ac
MA =0
As = luas profil baja
A Ac bi hi -0,85 ri 2
bi B -2 t
hi H -2 t
ri t
PE =1/2 0,85 fc' Ac +0,85 fc' bi hE +4 F y t hE
ME = MD -F y Z sE -1/2 0,85fc' Z cE
Z cE bi h 2
E
E
Z sE 2 t h E
2
hn H
hE +
2 4
hn = lihat titik B
PC =0,85 fc' Ac
MC = M D
0,85fc' Ac
PD =
2
M D = F y Z s +1/2 0,85fc' Z c
D Z s = modulus penampang plastis sumbu x penuh dari
PSB
bi hi2
Zc = -0,192 ri 3
4
PB = 0
1
M B = M D -F y Z sn
2
0,85 fc' Z cn
B
Z sn = 2 t h22
Z cn = bi hn2
0,85 fc' Ac h
hn = '
≤i
2 0,85 fc bi +4 t F y 2
PA = As F y +0,95fc' Ac
MA = 0
A
As dt -t2
Ac h 2 /4
PE = PA 1/4 F y d -h +1/2 0,95f h
2 2 '
c
2
θ2 - sinθ2
+1/2 0,95f Z
'
M E = F y Z sE c cE
h θ2
3
Z cE sin3
6 2
E
Z sE
d 3
-h
3
sin θ2
3
6 2
hE hn /2 + h /4
2h
2 2 arcsin E
h
C PC = 0,95fc' Ac
MC = MD
0,95fc' Ac
PD =
2
D M D = F y Z s +1/2 0,95fc' Z c
Zs = Modulus penampang plastis dari profil baja d 3 /6 -Z c
Z c = h 3 /6
PB = 0
M B = F y Z sB 1/2 Z cn 0,95fc' Z cB
Z sB d 3 -h 3 /6 sin θ /2
Z cB h sin θ /2 /6
3 3
0,0260K c +2K s
2
0,0260K c -2K s +0,857K c K s
rad
B 0,0848K c 0,0848K c
K c = fc' h 2
d -t
K s = Fy t (diasumsikan dinding PSB “tipis”)
2
h -θ h
hn = sin ≤
2 2 2
Diketahui:
Dua bentang tipikal dari suatu sistim lantai komposit diperlihatkan dalam gambar di bawah
ini. Tentukan profil WF dan hitung jumlah angkur stud baja yang diperlukan.
wr
Potongan A-A
Agar mampu menahan kebakaran selama dua jam tanpa perlu penyemprotan bahan anti
kebakaran, dipasang pelat beton normal di atas dek baja BONDEK II. Mutu beton fc' = 30
MPa.
Beban mati:
kN
c = 25 hr = 54 mm hc = 100 mm wr = 32 mm
m3
kN
Sr = 200 mm berat deck: wd = 0,136 tebal 1 mm
m2
Pra-komposit:
Pelat
w h kN
ws = c r r + hc +wd ws = 2,852
Sr m2
kN
wp1 = 0,213 WF200.100.5.5.8
m
kN
wp2 = 0,496 WF350.175.7.11
m
Setelah komposit
kN
Beban mati tambahan wSDL = 1,5
m2
Beban hidup:
Pra-komposit:
kN
Konstruksi wconstr = 1,25 beban sementara selama
m2
pengecoran beton
Setelah komposit
kN
wLL = 5 tidak boleh direduksi
m2
Menurut AISC Design Guide 3, untuk pelat yang dipasang di elevasi tetap,
direkomendasikan penambahan beban 10% dari berat sendiri pelat untuk memperhitungkan
ponding akibat lendutan dari berat beton basah selama pengecoran.
Walaupun demikian, dalam desain ini karena pelat dipasang dengan tebal yang tetap jadi
tidak diperlukan penambahan berat tersebut.
Solusi:
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I1.3, I3.2c dan
I8
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I8.1,
batas ini hanya dapat diterapkan jika angkur tidak di las langsung di atas badan profil.
Angkur D19 akan ditempelkan in suatu pola bergiliran, maka batas ini harus dipenuhi.
Pilih balok induk dengan tebal sayap minimum 7,6 mm.
19 mm
tf > dsa/25 tf = = 7,6 mm
2,5
(6) Angkur stud, setelah diinstal, harus diperpanjang tidak kurang 37.5 mm di atas sisi atas
deck baja
Panjang angkur 75 mm plus 37,5 mm diperlukan untuk memenuhi tinggi deck 75 mm.
Berdasarkan data dari pabrik, panjang stok standar yang dipilih adalah 125 mm.
Dengan menggunakan reduksi 5 mm untuk memperhitungkan pembakaran selama
instalasi angkur secara langsung ke sayap balok menghasilkan panjang final angkur
menjadi 120 mm.
(8) Paling sedikit ada selimut beton setebal 13 mm dari bagian atas dari angkur stud
hc = 100 mm > 50 mm
Balok induk akan dibebani di tiap 1/3 bentang. Menghitung beban terpusat berdasarkan luas
tributary
L1 = 6 m L2 = 6 m
L
PD = L2 1 ws +L2w p1 PD = 35,502 kN
3
DFBK
kN
wu = 1,2 wp2 = 0,595
m
L1 wu L12
M u = Pu + = 135,883 kN m
3 8
L1
Lp = 1 965,7 mm Lr = 5 786,9 mm Lb = = 2 x 103 mm
3
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
L -L
px -0,7F yS x Lb -Lp
M nx =C b M px -M = 216,244 kN m
r p
Mu
rasio = = 0,698 o.k.
M nx
Lendutan pra-komposit
AISC Design Guide 3 merekomendasikan lendutan akibat beton dan berat sendiri tidak
melampaui L/360
PD L13 5w p 2 L14 L
Δnc = + = 10,407 mm < 1 = 16,667 mm OK
28 E Ix 384 E Ix 360
CATATAN Dapat juga dilakukan lawan lendut (camber) waktu pelaksanaan untuk mereduksi
lendutan.
Dengan menggunakan perhitungan luas tributary, beban total terpusat dihitung sebagai
berikut
L
PD = L2 1 ws +wSDL + L2w p1 PD = 53,502 kN
3
L
PL = L2 1 wLL PL = 60 kN
3
L1
Pr = 1,2 PD + 1,6 PL = 160,202 kN a= =2m
3
kN
wu = 1,2 wp2 = 0,595
m
wu a
M r 1 = Pr a + L1 -a = 322,786 kN m Mr3 = Mr1
2
wu L12
M r 2 = Pr a + = 323,083 kN m
8
Menghitung b
Lebar efektif pelat beton adalah jumlah lebar efektif tiap sisi dari sumbu balok yang dihitung
berdasarkan nilai minimum dari 3 kondisi SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal I3.1a
L1
(2) = 1,5 m dua sisi
8
L2
(2) = 6 m dua sisi
2
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I3. 2a,
kekuatan lentur nominal harus dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis penampang
komposit jika h/tw < 3,76.(E/Fy)0,5
WF 350.175.7.11
d = 350 mm bf = 175 mm tf = 11 mm tw = 7 mm
h E
= 42,857 < 3,76 = 106,349 Ixs = 1,356 108 mm4
tw Fy
Jadi harus digunakan distribusi tegangan plastis untuk menghitung kekuatan lentur nominal.
Ac = luas pelat beton selebar lebar efektif. Anggap profil deck 50% kosong dan 50%
terisi beton
beff
Ac = beff hc + hr Ac = 1,905 x 105 mm2
2
Cs = As Fy = 1,579 x 103 kN
F
n
diatas SNP = Fdibawah SNP
n
C + x bf Fy = (As - bf x) Fy
maka x diperoleh:
As F y -
C
x= = 5,4121714 mm < tf = 11 mm SNP di sayap profil sesuai asumsi
2 bf F y
C
a= = 28,888 mm < hc = 100 mm di atas bagian atas deck
0,85 fc' beff
a
d1 = hc - = 85,556 mm
2
x
d2 = = 2,706 mm
2
d
d3 = = 175 mm
2
Py = As Fy = 1,579 x 103 kN
Mr 2
rasio = = 0,972
b M n
Kekuatan angkur stud headead baja dapat dihitung sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk
gedung baja struktural pasal I8.2a sebagai berikut:
0,5
Qn = 0,5 Asa fc' E c ≤R g R p Asa Fu
1 fc'
Asa = d sa2 = 283,529 mm2 E c = 4 700 MPa = 25 742,9602 MPa
4 MPa
Qn = min 0,5 Asa fc' E c , R g R p Asa Fu Qn = 95,691 kN
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal I8.2c, jumlah
angkur yang diperlukan antara setiap beban terpusat dan titik terdekat dengan lokasi momen
nol harus cukup untuk mengembangkan momen maksimum yang diperlukan di titik beban
terpusat.
Dari gambar di atas, momen di lokasi beban terpusat, Mr1 dan Mr3, hampir sama besar
dengan momen balok maksimum, Mr2. Jumlah angkur antara ujung balok dan beban titik
harus sedemikian rupa mengembangkan gaya tekan perlu sehubungan momen maksimum,
C, yang sebelumnya sudah dihitung.
Q
i
n
C
Nangkur = Nangkur = = 11,547
Qn Qn
Sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal I8.2d, angkur
antara beban terpusat harus ditempatkan untuk jarak maksimum:
Untuk balok dengan rusuk dek yang sejajar balok, jarak angkur tidak tergantung dari jarak
galur/alur dari deck. Angkur tunggal dapat dipasang sebagaimana diperlukan sepanjang
balok dengan jarak minimum 6dds sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal I8.2d. Angkur juga dapat ditempatkan sebagai pasangan sebaris atau
berselang seling dengan jarak minimum antara 4 diameter stud = 75 mm. Untuk desain ini,
dipilih menggunakan pasangan angkur sampai dengan ujung balok sesuai persyaratan
kekuatan dan angkur tunggal sepanjang sumbu penampang yang memenuhi persyaratan
jarak maksimum seperti diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.
mininum 3”
Balok induk Dek tidak
diperlihat-
kan
WF WF
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I8.2d mensyaratkan
bahwa jarak dari pusat suatu angkur ke tepi bebas dalam arah gaya geser adalah minimum
180 mm untuk pelat beton normal. Untuk balok komposit dengan tumpuan sederhana,
persyaratan ini dapat diterapkan ke jarak antara tepi pelat dan angkur pertama disetiap ujung
balok. Dengan menganggap tepi pelat sepusat dengan sumbu dari tumpuan, pada gambar
jarak ini adalah 180 mm, dalam kasus ini sayap kolom akan mencegah perlunya kontrol ini.
Tepi pelat sering ditumpu secara merata oleh sayap kolom atau penghentian pengecoran
dalam konstruksi komposit, yang akan mencegah terjadinya kegagalan beton yang jebol dan
menghapus persyaratan jarak tepi.
Pada contoh ini, jumlah minimum angkur diperlukan untuk memenuhi batas jarak maksimum
yang telah dihitung digunakan di tengah pertigaan dari bentang balok. Harap dicatat juga
bahwa SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I3.2c(1)(4)
mensyaratkan deck baja yang diangkur ke semua elemen penumpu berjarak maksimum 450
mm. Tambahan, ANSI/SDI C1.0-2006, Standard for Composite Steel Floor Deck (SDI,2006),
meminta deck untuk dipasang pada rata-rata sejarak 300 mm tapi tidak lebih dari 450 mm.
Lendutan akibat beban hidup diterapkan setelah aksi komposit terjadi akan dibatasi ke L/360
dengan besar beban hidup sesuai SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain, atau 25 mm dengan menggunakan reduksi 50% dalam beban
hidup desain sebagaimana direkomendasikan oleh AISC Design Guide 3.
Lendutan untuk komponen komposit dapat dihitung dengan menggunakan momen inersia
batas bawah dalam Penjelasan AISC Persamaan C-I3-1 dan ditabulasi dalam AISC Manual
Tabel 3-20. Penjelasan AISC juga memberikan metode alternatif untuk menghitung lendutan
melalui perhitungan momen inersia efektif. Kedua metode dapat diterima dan akan
diilustrasikan dalam contoh berikut untuk maksud perbandingan.
Q n
ILB =Ixs + As Y ENA -d 3 + i 2 d +d -
Y ENA
2 2
F 3 1
y
Variabel d1, d2 dan d3 dihitung dengan prosedur yang telah dilakukan di atas waktu
menghitung kapasitas momen nominal. Walaupun demikian, untuk perhitungan ILB, kuat
nominal angkur baja dihitung diantara titik lokasi momen maksiumum positif dan titil lokasi
max C ,13 Q n
a= = 32,522 mm
0,85 fc' beff
a
d1 =hc - = 83,739 mm
2
As F y -13 Q n
x= = 3,824 mm < tf = 11 mm SNP di sayap profil
2 bf F y
x
d2 = = 1,912 mm
2
d
d3 = = 175 mm
2
Jarak dari sisi atas profil baja ke sumbu netral elastik, YENA, untuk digunakan dalam
Persamaan C-I3-1 dihitung dengan prosedur yang diberikan dalam AISC Specification
Commentary Section I3.2 sebagai berikut
13 Q n
F 3
As d 3 + 2 d +d 1
Y ENA = y = 289,035 mm
13 Q n
As +
F
y
Dengan mensubstitusikan nilai nilai ini kedalam AISC Specification Commentary Section
Equation C-I3-1, diperoleh inersia batas bawah:
13 Q n
ILB = Ixs + As Y ENA d 3 + 2 d 3 +d1 -
Y ENA
2 2
F
y
Lebar efektif dari beton di bawah sisi atas deck dapat didekati dengan profil deck yang
memiliki 50% lebar efektif.
E beff
n= = 7,769 btr 1 = = 193,072 mm
Ec n
0,5beff
btr 2 = = 96.536 mm
n
beff
0,5 beff
Hitung sumbu netral elastik dari penampang yang telah ditransform dengan menganggap
aksi komposit penuh dan hitung momen inersia transform.
Untuk soal ini, lokasi sumbu elastik (ENA) coba-coba dianggap terletak di deck komposit.
Dilakukan di mathcad:
given x = 0,1 mm
hc x d
btr 1 hc
+ x + btr 2 x + As x -h
r + = 0
2 2 2
x = find(x) = 18,138 mm < hr = 54 mm sumbu netral elastik ada dalam dek komposit
1 1 h
2
x
2
d
2
Itr = Ixs + btr 1hc3 + btr 2 x 3 + btr 1hc c + x + btr 2 x + As x - hr + 2
12 12 2 2
Cf
PLL13
ΔLL = = 7,189 mm < 25 mm, o.k. menurut batas AISC Design Guide 3
28EILB
(reduksi 50% dalam beban hidup desain menurut AISC Design Guide 3 tidak perlu dilakukan
dalam batas ini)
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I4.1, balok
induk harus dianggap sebagai balok baja saja pada waktu menahan gaya geser.
wu L1
Vu = Pr + = 161,988 kN v = 1,0 Vn = 0,6 Fy d tw 1
2
Kinerja
Tergantung maksud penggunaan dari bentang ini, vibrasi mungkin perlu dipertimbangkan.
Lihat AISC Design Guide 11 untuk informasi tambahan.
Perlu diperhatikan terjadinya retak pada pelat di garis sejajar balok induk, jadi perlu dipasang
tulangan yang melintang dibagian atas pelat beton.
Kontrol apakah batang tekan komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan akibat beban mati dan beban hidup.
Data Profil
As = 7 527 mm2
H = 250 mm
B = 150 mm
t = 10 mm
h
h = H - 2 t = 230 mm = 23
t
b
b = B - 2 t = 130 mm = 13
t
Data beton
Isr = 0 mm4
Untuk menghitung kekuatan penampang komposit, batang harus diklasifikasi terlebih dahulu
sebagi kompak, nonkompak atau langsing sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel I1.1a. Walaupun demikian, hasil dari kontrol ini tidak
mempengaruhi perhitungan alokasi gaya karena SNI 1729 Pasal I6.2 meminta penggunaan
Persamaan I2-9a dengan mengabaikan klasifikasi tekuk lokal, maka perhitungan ini
diabaikan pada contoh ini. Kekuatan Tekan Aksial nominal dihitung tanpa memperhitungkan
efek panjang, Pno, digunakan untuk perhitungan alokasi gaya yang dihitung sebagai berikut:
E
Pno = F y As +C 2 fc' Ac + Asr 3
= 2,515 x 10 kN
Ec
Menghitung momen inersia beton dengan menggunakan geometri yang kompatibel dengan
yang digunakan dalam perhitungan luas baja, yang memperhitungkan tebal dinding dan
radius sudut dari 2 kali tebal dinding. Persamaan berikut dapat digunakan:
Icx =
B -4 t h 3 t H -4 t
+
3
+
9 2
-64 t 4 H -4 t 4 t
+t
2
+
2
12 6 36 2 3
Icy =
H -4 t h 3 + t B -4 t
3
+
9 2
-64 t 4 B -4 t 4 t
+t 2 +
2
12 6 36 2 3
(2) Tegangan Leleh minim dari baja struktur: Fy < 517 MPa
Untuk menghitung kekuatan penampang komposit terhadap gaya aksial, batang harus
diklasifikasi apakah kompak, nonkompak atau langsing sesuai SNI 1729 Tabel I1. 1A.
E
p = 2,26 = 63,922
Fy
h b
controlling = max , = 23 < p penampang kompak
t t
Kekuatan tekan nominal untuk penampang kompak, dihitung dengan SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I2.2b:
Pno = 2 515,3009 kN
Karena panjang takterbreis sama untuk kedua sumbu x-x dan y-y, kolom akan tertekuk
terhadap sumbu y-y ( sumbu dengan momen inersia lebih rendah).
Icy dan Isy akan digunakan untuk memperhitungkan efek kelangsingan sesuai dengan SNI
1729 Pasal I2.2b dan I2.1b sebagai berikut:
As
C 3 = 0,6 +2 = 1,003 harus ≤ 0,9 C3 = 0,9
Ac + As
KL = 1,0 (4 m) = 4 m
Pno
= 0,414 > 2,25
Pe
Pa = PD + PL = 2000 kN
DFBK
Pr
rasio = = 0,721
c Pn
DKI
Pn
c = 2 = 2662,15 kN
c
Pa
rasio = = 0,751
Pn
c
Karena perbedaan dalam kapasitas dan faktor keamanan antara kolom komposit dan kolom
nonkomposit, adalah mungkin untuk menghitung kuat tekan yang tersedia yang terendah
untuk suatu kolom komposit dari pada menghitung penampang baja.
Walaupun demikian, sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal I2.1b, kekuatan tekan yang tersedia tidak boleh kurang daripada kekuatan baja sesuai
Bab E.
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan akibat beban mati dan gaya tarik akibat angin.
Mutu beton fc' = 25 MPa sedang Profil PSB Fy= 250 MPa
fc'
E c = 4 700 MPa = 23 500 MPa L=4m
MPa
Data Profil
As = 7 527 mm2
H = 250 mm
B = 150 mm
t = 10 mm
h
h = H - 2 t = 230 mm = 23
t
b
b = B - 2 t = 130 mm = 13
t
Asr = 0 mm2
DFBK DKI
Dihitung sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I2.2c
DFBK DKI
Pr Pa
rasio = = 0,502 rasio = = 0,426
tPn Pn
t
Perhitungan transfer beban tidak disyaratkan untuk batang tarik yang terisi beton yang tidak
berisi tulangan memanjang, seperti contoh ini, hanya penampang baja yang menahan tarik.
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan, geser dan momen hasil Analisis Langsung dari SNI
1729 Pasal C untuk kombinasi pembebanan yang kritis sesuai SNI 1727 Pembebanan.
fc'
E c = 4 700 MPa = 23 500 MPa L=4m
MPa
Pr
Mr
Vr
MMr r
Vr
Mr
Pr
Penampang Tampak samping
Pr = 450 kN Pa = 275 kN
Mr = 135,9 kN m Ma = 75 kN m
Vr = 80 kN Va = 46 kN
Data Profil
As = 7 527 mm2
H = 250 mm
B = 150 mm tg = 10 mm
t = 0,93 tg
h
h = H - 2 t = 231,4 mm = 24,882
t
b
b = B - 2 t = 131,4 mm = 14,129
t
H h
Z sx = B -2 t t H -
t +2 t = 5,631 x 10 mm
5 3
2 t
Data beton
Tidak ada persyaratan minimum untuk tulangan memanjang dalam SNI 1729, oleh karena itu
adalah umum dalam praktek pada batang komposit ini tidak dipasang tulangan.
Icx =
B -4 t h 3 + t H -4 t
3
+
9 2
-64 t 4 H -4 t 4 t
+t 2 +
2
12 6 36 2 3
Icy =
H -4 t h 3 t B -4 t
+
3
+
9 2
-64 t 4 2 B -4 t 4 t
+t +
2
12 6 36 2 3
Fy = 250 MPa
Batang komposit ini telah dibuktikan kompak pada contoh I.4 berdasarkan SNI 1729 Tabel
I1.1a. Penampang harus dikontrol terhadap persyaratan tekuk lokal untuk lentur sesuai SNI
1729 Tabel I1. 1b; tapi karena batas untuk lentur sama atau kurang ketat dibandingkan
batang yang mengalami tekan, maka batang juga kompak untuk aksi lentur.
Interaksi antara gaya aksial dan lentur pada batang komposit diatur oleh SNI 1729 Pasal I5,
yang untuk batang kompak, mengijinkan digunakannya metode kompatibilitas regangan atau
metode distribusi tegangan plastis, dengan opsi menggunakan persamaan Pasal H1. 1.
Untuk contoh desain, masing-masing penerapan prosedur distribusi plastis akan ditinjau dan
dibandingkan
Metode paling langsung dan konservatif dari menaksir efek interaksi melalui penggunaan
persamaan interaksi dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
H1. Sesuai dengan penggunaan Metode Analisis Langsung, Faktor K = 1 digunakan. Karena
panjang tak terbreis sama untuk kedua sumbu lentur x-x dan y-y, dan Ix lebih besar dari Iy,
tekuk disumbu y-y akan menentukan kekuatan tekan. Kekuatan lentur dihitung terhadap
sumbu x-x untuk menahan momen lentur yang terjadi di sumbu ini.
c Pn = 3 327,75 kN
Menghitung M n
b h2
Zc = -0,192 t 3 = 1,759 x 106 mm3
4
1
M D = F y Z sx + 0,85 fc' Z c = 159,473 kN m
2
0,85 fc' Ac h
hn = min '
, = 53,303 mm
0,85 fc b +4 t F y 2
216 dari 283
Z sn = 2 t hn2 = 5,285 x 104 mm3
0,85 fc' Z cn
M n = M D -F y Z sn - = 142,295 kN m
2
bM n = 128,066 kN m
DFBK
Pr
= 0,135 < 0,2
Pc
Pr M
rasioLRFD = + r = 1,129
2 Pc M c
DKI
Pn
c = 1,67 Pa = 445,4 kN Pc = = 2,657 x 103 kN
c
Mn
b = 1,67 Ma = 75 kN m Mc = = 85,207 kN m
b
Pa
= 0,168 < 0,2
Pc
Pa M
rasioASD = + a = 0,964
Pn M c
2
c
Dengan menggunakan DFBK, Metode 1 menunjukan bahwa penampang tidak kuat terhadap
beban terfaktor. Perencana dapat memilih penampang baru yang memenuhi kontrol interaksi
atau melakukan analisis ulang dengan menggunakan metode desain kurang konservatif
seperti Metode 2. Metode ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Prosedur untuk membuat kurva interaksi dengan menggunakan model distribusi tegangan
plastis diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.
Desain ,
= Reduksi kelangsingan
Kekuatan tekan
= A’/A
Kekuatan Lentur
Berdasarkan gambar di atas, permukaan interaksi kekuatan nominal A,B,C,D,E mula mula
dihitung dengan menggunakan persamaan dari Gambar I-1c yang tercantum dalam
introduksi Bab I Contoh Desain. Kurva ini mewakili kekuatan batang kolom pendek tanpa
memperhitungkan efek panjang batang. Suatu faktor reduksi kelangsingan, , dihitung dan
dipasang kesetiap titik untuk membuat permukaan A', B', C', D', E'. Kemudian ketahanan
yang sesuai atau faktor keamanan diterapkan untuk membuat permukaan desain A'', B'', C'',
D'', E''. Akhirnya, gaya dan momen terfaktor hasil kombinasi pembebanan di plot dalam
permukaan desain, dan batang dapat diterima jika semua hasil plot terletak didalam kurva
desain. Langkah perhitungan akan dijelaskan detail dengan perhitungan sebagai berikut:
Dengan menggunakan persamaan persamaan yang tersedia dalam Gambar I-1c untuk
lentur terhadap sumbu x-x :
M1 = 0 kN m
0,85 fc' Ac
P4 = 322,274 kN
2
0,85 fc' Z c
M 4 Fy Zsx = 159,473 kN m
2
P5 = 0 kN
0,85 fc' Ac h
hn = min '
, = 53,303 mm
0,85 fc b +4 t F y 2
0,85 fc' Z cn
M 5 MD - Fy Zsn = 142,295 kN m
2
M3 = M4 = 159,473 kN m
Titik E (tambahan)
Titik E adalah titik tambahan untuk membantu membuat kurva interaksi menjadi lebih baik.
hn H
hE = + = 89,151 mm
2 4
0,85 fc' Ac
P2 0,85 fc' b hE +4 F y t hE = 1,4 x 103 kN
2
0,85 fc' Z cE
M 2 M 4 -F y Z sE = 111,419 kN m
2
Titik yang dihitung di plot untuk membentuk permukaan interaksi kekuatan nominal kolom
pendek.
Faktor reduksi kelangsingan, , dihitung untuk titik A dengan menggunakan SNI 1729 Pasal
I2.2 sesuai dengan AISC Specification Commentary Section I5
As
C 3 = min 0.9,0.6 +2 = 0,9
Ac + As
2 E Ieff
Pe = = 6,158 x 103 kN
1.L
2
Pno
= 0,41 < 2,25
Pe
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe = 2127,73367 kN SNI 1729 Persamaan I2-2
Pn
= 0,842
Pno
PR1 = P1
PR2 = P2
PR3 = P3
PR4 = P4
PR5 = P5
Langkah 3 Buat permukaan interaksi desain dan cek kekuatan batang komposit
Langkah terakhir dalam prosedur metode 2 adalah mereduksi semua titik dengan faktor
reduksi kapasitas atau faktor keamanan yang sesuai.
DFBK
c = 0,75
b = 0,9
M1 = b M1 M2 = b M2 M3 = b M3 M4 = b M4 M5 = b M5
221 dari 283
Dengan mengeplot besar Pr dan Mr ke dalam kurva interaksi desain yang diperoleh dari
kombinasi pembebanan yang kritis, dapat dilihat bahwa (Mr,Pr) ada di dalam kurva, berarti
batang komposit mampu menahan pembebanan yang ada Metode 2 yang disederhanakan
Versi sederhana dari Metode 2 adalah dengan menghapus titik D dan E dari permukaan
interaksi, sehingga tinggal titik A", B",dan C''.
Jadi
P1 = P1 P2 = P3 P3 = P5 M1 = M1 M2 = M3 M3 = M5
Dengan mereduksi jumlah titik interaksi, harus dilakukan kontrol interaksi bilinier yang
didefinisikan AISC Specification Commentary Equations C-I5-1a dan C-I5-1b.
Pr -P
2 Mr
rasio = + = 1,256 rasioLRFD = 1,129
P1 -P
2 M2
Menurut Metode 1 yang menggunakan persamaan interaksi Bab H SNI 1729, batang
komposit tidak kuat, tetapi kuat menurut Metode 2 dan Metode 2 penyederhanaan.
Perbandingan antara metode dengan mudah dilihat jika kurva desain masing masing metode
diperlihatkan dalam satu grafik seperti gambar di bawah ini.
Metode 2
Kekuatan Tekan (MPa)
Metode 2 - Disederhanakan
Dari gambar dapat dilihat, kondisi konservatif dari penggunaan Bab H SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural. Metode 2 memberikan nilai kekuatan yang tertinggi,
walaupun demikian, Metode 2-yang disederhanakan representasi yang baik dari kurva
desain lengkap.
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I4.1 memberikan 3
metode untuk menghitung kuat geser tersedia dari batang komposit ini: kuat geser yang
tersedia dari penampang baja sendiri sesuai Pasal G SNI 1729, kekuatan geser tersedia dari
beton bertulang sendiri sesuai SNI 2847 atau kuat geser tersedia dari penampang baja plus
tulangan dengan mengabaikan kontribusi dari beton.
Dari SNI 1729 Pasal G5, kekuatan geser nominal Vn, dari batang PSB komposit, dihitung
dengan menggunakan Pasal G2.1(b) dengan kv = 5.
h E
= 23,882 < 1,1 kv = 69,57
t F
y
Gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan G2-3
Cv = 1 Persamaan G2-3
DFBK
Vr
v = 0,9 rasio = = 0,143 o.k.
vVn
DKI
Va
v = 1,67 rasio = = 0,124 o.k.
Vn
v
Batang komposit tidak memiliki tulangan, oleh karena itu perhitungan geser untuk beton
bertulang tidak tepat untuk kasus ini, kekuatan geser desain untuk beton tanpa tulangan
dengan menggunakan Pasal 22 SNI 2847 dihitung sebagai berikut
= 0,6 untuk beton tanpa tulangan dari SNI 2847 Pasal 9.3.5
bw = b
4 fc'
Vn = bw h MPa SNI 2847 Persamaan 22-9
3 MPa
Vn = 116,736 kN
Vr
rasio = = 0,685 o.k.
Vn
Perhitungan transfer beban akibat gaya aksial harus dilakukan sesuai SNI 1729 Pasal I6.
Aplikasi spesifik dari provisi transfer beban tergantung konfigurasi dan detailing dari elemen
yang bersambungan.
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan, geser dan momen hasil Analisis Langsung dari SNI
1729 Pasal C untuk kombinasi pembebanan yang kritis sesuai SNI 1727, Beban minimum
untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.
fc'
E c = 4 700 MPa = 27 805,575 MPa L=6m
MPa
Pr = 6 000 kN Pa = 4 500 kN
Mr = 760 kN m Ma = 500 kN m
Vr = 167 kN Va = 96 kN
Untuk mempermudah perhitungan, kontribusi dari pelat yang menonjol kekuatan batang
diabaikan, sebagaimana diperlihatkan pada penampang analitis.
Harap dicatat, reduksi tebal dinding desain SNI 1729 Pasal B4.2 berlaku hanya untuk PSB
yang dilas listrik dan tidak berlaku untuk penampang tersusun seperti dalam kasus ini.
226 dari 283
H = 750 mm hi = H - 2 t = 730 mm
B = 750 mm bi = B - 2 t = 730 mm
B H3 bi hi3
Igx = = 2,637 x 1010 mm4 Icx = = 2,367 x 1010 mm4
12 12
Fy = 250 MPa
Klasifikasi penampang terhadap persyaratan tekuk lokal dilakukan sesuai SNI 1729 Tabel
I1.1A untuk tekan dan Tabel I1.1B untuk lentur. Sebagaimana dicatat dalam SNI 1729 Pasal
I1.4, definisi lebar, tinggi dan tebal yang digunakan dalam evaluasi kelangsingan tercantum
dalam Tabel B4.1a dan B4.1b.
Untuk kolom bentuk boks, lebar dari elemen tekan yang diperkaku yang digunakan untuk
kontrol kelangsingan, b dan h adalah sama dengan jarak bersih antara dinding kolom, bi, hi.
rasio kelangsingan dihitung sebagai berikut
b h
max i , i = 73
t t
Klasifikasi penampang untuk tekuk lokal di elemen baja yang mengalami gaya aksial tekan
dari SNI 1729 Tabel I1.1A:
E E E
p = 2,26 = 63,922 r = 3 = 84,853 max = 5 = 141,421
Fy Fy Fy
Kekuatan tekan untuk batang komposit terisi beton nonkompak dihitung sesuai SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I2.2b(b).
E
Pp = F y As +C 2 fc' Ac + Asr 4
= 2,325 x 10 kN (SNI 1729 Persamaan I2-9b)
Ec
E
Py = F y As +0,7 fc' Ac + Asr 4
= 2,046 x 10 kN (SNI 1729 Persamaan I2-9d)
Ec
P -P
Pno = Pp - p y 2 -p = 2,273 x 104 kN
2
(SNI Persamaan I2-9c)
r -p
Pno = 22727,52924 kN
As
C 3 = min 0,6 +2 ,0.9 = 0,705
Ac + As
2 EIeff
Pe = = 2,754 x 105 kN (SNI 1729 Persamaan I2- 5)
1,0 L
2
Pno
= 0,083 < 2,25
Pe
Oleh karena itu, menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan I2-2
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe = 21 955,84355 kN (SNI 1729 Persamaan I2-2)
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I2.2b, kekuatan
tekan tidak lebih kecil dari pada kekuatan tekan untuk penampang baja saja sebagaimana
ditentukan di SNI 1729 pasal E, di kasus ini kekuatan tekan baja lebih kecil.
Pn
c = 2 = 1,098 x 104 kN
c
Kekuatan lentur dari batang komposit terisi beton nonkompak ditentukan sesuai SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I3.4b(b):
-
p -M y
M n =M p -M
p
-
(SNI 1729 Persamaan I3-3b)
r p
Untuk menggunakan Persamaan tersebut di atas, Momen plastis dan momen leleh
penampang harus dihitung terlebih dahulu.
Momen plastis
Langkah pertama untuk menghitung kekuatan lentur tersedia dari suatu penampang
nonkompak adalah dengan menghitung momen terhadap distribusi tegangan plastis yang
bekerja di penampang komposit. Konsep ini diperlihatkan secara grafis pada gambar di
bawah ini sesuai AISC Specification Commentary Figure C-I3.7(a) dan mengikuiti distribusi
gaya pada gambar di bawah ini.
Tegangan Tegangan Resultante
baja beton gaya
2F y H tw +0,85 fc' tf bi
ap = = 125,078 mm
4 tw F y +0,85 fc' bi
t
C1 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN y c 1 = a p -f = 120,078 mm
2
a p -tf
C 2 =0,85 fc' ap -
tf bi = 2,499 x 103 kN yc 2 = = 57,539 mm
2
ap
C3 = ap 2 tw Fy = 625,392 kN yc 3 = = 62,539 mm
2
H -a p
T1 = (H – ap) 2 tw Fy = 3,125 x 103 kN yt1 = = 312,461 mm
2
t
T2 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN yt 2 = H -a p -f = 619,922 mm
2
3 2
M p = C i yci + Ti yti = 2509,73187 kN m
i =1 i =1
Langkah berikutnya dalam menentukan kekuatan lentur tersedia dari batang komposit terisi
beton nonkompak adalah menghitung kekuatan momen leleh. Momen leleh sebagaimana
didefinisikan dalam SNI 1729 Pasal I3.4b(b) adalah momen dengan kelelehan pertama
terjadi pada sayap tekan dihitung dengan menggunakan distribusi tegangan elastik linier
dengan tegangan tekan beton maksimum adalah 0,7 fc' . Konsep ini diperlihatkan secara
diagram dalam AISC Specification Commentary Figure C-I3.7(b) dan diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.
Tegangan Tegangan Resultante
Baja Beton Gaya
Sumbu netral
iinelastis
2 F y H tw +0,35 fc' bi tf
ay = = 202,688 mm
4 tw F y +0,35 fc' bi
t
C1 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN y c 1 = a y - f = 197,688 mm
2
-
p -M y
M n =M p -M
p
-
= 2459,17724 kN m (SNI 1729 Persamaan I3-3b)
r p
Mn
b = 1,67 = 1472,56122 kN m
b
DFBK
Pr = 6000 kN
Mr = 760 kN m
Pc = c Pn = 1,647 x 104 kN
Mc = Mn = 2,213 x 103 kN m
Pr
= 0,364 > 0,2
Pc
Pr 8 M r
rasio LRFD = = 0,67
Pc 9 M c
DKI
Pa = 4500 kN
Ma = 500 kN m
Pn
Pc = = 1,098 x 104 kN
c
Mn
Mc = = 1,473 x 103 kN m
b
Pa
= 0,41 > 0,2
Pc
Pa 8 M a
rasioASD = = 0,712
Pc 9 M c
Sumbu netral
elastis
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan PD dan PL dari kombinasi pembebanan yang kritis
sesuai SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.
fc'
fc' = 35 MPa E c = 4 700 MPa = 27 805,575 MPa L=6m
MPa
1
Asri = d b2 = 490,874 mm2 Asr = 8 Asri = 3 926,9908 mm2
4
h1 h23
Ag = h1 h2 = 3,6 x 105 mm2 Ig = = 1,08 x 1010 mm4
12
As = 6314,2 mm2 Isy = 9,845 x 106 mm4 Zsx = 8,679 x 105 mm3 J = 1,94 x 105 mm4
Data tulangan
db h
cs = cover + dbs + = 62,5 mm e= -c s = 87,5 mm
2 2
234 dari 283
d b4
Isri = = 1,917 x 104 mm4
64
Menurut SNI 1729 Pasal I1.2, efek tekuk lokal tidak perlu dipertimbangkan pada kasus
batang komposit tipe ini, jadi diperlakukan sebagai penampang kompak.
Berdasarkan Catatan Pengguna pada akhir SNI 1729 Pasal I1.1, maksud dari spesifikasi
adalah untuk mengimplementasi persyaratan pendetailan nonkomposit dari SNI 2847
sehubungan dengan persyaratan spesifik komposit dari SNI 1729 Pasal I. Persyaratan
pendetailan dapat di grupkan ke batas bahan yang sesuai, tulangan transversal, tulangan
memanjang dan persyaratan tulangan baja struktur seperti digambarkan melalui diskusi
berikut.
Batasan bahan yang tersedia dalam SNI 1729 pasal I1.1(2) dan I1.3 sebagai berikut:
Batasan tulangan transversal yang tercantum dalam SNI 1729 Pasal I1.1(3), I2.1a(2) dan
SNI 2847 sebagai berikut:
SNI meminta baik tulangan ikat atau spiral yang digunakan sebagai tulangan
tranversal. Ketika digunakan sengkang ikat lateral, diameter minimum adalah 10 mm
yang berjarak maksimum 300 mm pusat ke pusat atau diameter 13 mm dengan
berjarak maksimum 400 mm.
Harap dicatat bahwa SNI 1729 Pasal I1.1(1) secara spesifik mengabaikan persyaratan
kolom komposit dari SNI 2847 Pasal 10.13, maka tidak perlu memenuhi persyaratan
SNI 2847 Pasal 10.13.8 ketika mendesain kolom komposit dengan menggunakan SNI
1729 Pasal I.
Sengkang ikat dengan diameter 13 mm atau lebih besar diperlukan bila digunakan
tulangan memanjang diameter 29 mm atau lebih besar sesuai SNI 2847 Pasal 10.5.1
(3) Jarak antara sengkang ikat seharusnya tidak melampaui 0,5 kali ukuran penampang
kolom terkecil
SNI 2847 Pasal 7.7 berisi persyaratan selimut beton. Untuk beton yang tidak
berhubungan langsung dengan cuaca atau dengan tanah, selimut beton untuk
sengkang ikat adalah 40 mm.
cover = 40 mm o.k.
(5) Pasang sengkang ikat sebagai tumpuan lateral tulangan memanjang AISC
Specification Commentary Section I2.1a merujuk Pasal 7 SNI 2847 untuk persyaratan
sengkang ikat tranversal. Berdasarkan SNI 2847 Pasal 7.10.5.3 dan gambar R7.10.5,
sengkang ikat diperlukan untuk menumpu tulangan memanjang yang ditempatkan lebih
dari 150 mm jarak bersih pada masing masing sisi dari tulangan yang ditumpu
lateral.Untuk tulangan sudut, tumpuan secara tipikal diberikan oleh sengkang ikat
keliling yang utama. Untuk tulangan di tengah, dapat digunakan sengkang ikat bentuk
miring.
Batas Tulangan memanjang dan baja struktural tercantum di SNI 1729 Pasal I1.1(4), I2.1
dan SNI 2847 sebagai berikut:
As
= 0,018 o.k.
Ag
Rasio maksimum secara eksplisit untuk profil baja komposit tidak tersedia di SNI;
walaupun demikian, telah dicatat di literatur sekirat 8 % - 12% agar diperoleh batang
komposit yang ekonomis terhadap beban gravitasi (Leon and Hajjar, 2008).
Asr
= 0,0109 o.k.
Ag
Asr
= 0,0109 o.k.
Ag
Batas tulangan memanjang ini tercantum dalam SNI 2847 Pasal 10.9.1.
Direkomendasikan bahwa semua tulangan memanjang, termasuk tulangan tidak
menerus tidak digunakan dalam perhitungan kekuatan, jika rasio ini dimasukan karena
rasio tersebut dipertimbangkan sebagai suatu batas praktis untuk mengurangi kongesti
tulangan. Jika digunakan panjang lewatan, batas ini tereduksi menjadi 4% di luar
daerah lokasi pemutusan tulangan.
SNI 2847 Pasal 1.9.2 mensyaratkan jumlah minimum 4 tulangan untuk komponen
pesegi atau bundar dengan sengkang ikat dan 6 tulangan untuk kolom berspiral.
Tujuan untuk penampang pesegi untuk memberikan minimum satu tulangan di tiap
sudut, maka untuk geometris tidak teratur dengan banyak sudut perlu tulangan
memanjang tambahan.
SNI 2847 Pasal 7.6.3 mensyaratkan jarak bersih antara tulangan adalah 1,5 db atau
37,5 mm
db
dc = cover + dbs + = 62,5 mm
2
h1 -d c
hs = = 268,75 mm
2
Tulangan terdekat dengan profil baja adalah tulangan tengah dengan masing masing
sayap.
h2 d d b
s= - - -62,5 mm = 50 mm > smin = 37,5 mm, o.k.
2 2 2
SNI 2847 Pasal 7.7 memberikan persyaratan selimut beton minimum untuk tulangan.
Persyaratan selimut beton untuk sengkang ikat kolom dan tulangan utama adalah
PD = 1 000 kN PL = 3 000 kN
Kekuatan Tekan Aksial nominal tanpa mempertimbangkan efek kelangsingan, Pno dihitung
dari SNI 1729 Pasal I2.1b:
Karena panjang tak terbreis terhadap sumbu x-x dan y-y adalah sama, kolom akan tertekuk
terhadap sumbu yang memiliki kekakuan komposit terkecil, EIeff. Telah tercatat bahwa nilai
momen inersia yang dihitung sebelumnya untuk beton dan tulangan adalah sama untuk
kedua sumbu lentur, kolom akan tertekuk terhadap sumbu lemah dari profil baja. Icy, Isy dan
Isry akan digunakan untuk perhitungan efek kelangsingan menurut SNI 1729 Pasal I2.1b
sebagai berikut:
As
C 1 = min 0,1+2 ,0.3 = 0,135
Ac + As
2E Ieff
Pe = = 1,228 x 104 kN
1,0 L
2
Pno
= 1,104 < 2,25
Pe
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe = 8,54 x 103 kN (SNI 1729 Persamaan I2- 2)
DFBK DKI
Pn
c = 0,75 c Pn = 6,405 x 103 kN c = 2 = 4,27 x 103 kN
c
Pr Pa
rasioLRFD = = 0,937 rasioASD = = 0,937
c Pn Pn
c
Perencana dianjurkan untuk membaca AISC Design Guide 6 (Griffis, 1992) untuk diskusi
tambahan dan detail tipikal dari kolom komposit jenis ini yang secara eksplisit tidak
dijelaskan di contoh ini.
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tarik akibat PD dan PW dari kombinasi pembebanan yang
kritis sesuai SNI Pembebanan.
fc'
fc' = 35 MPa E c = 4 700 MPa = 27 805,575 MPa
MPa
1
Asri = d b2 = 490,874 mm2 Asr = 8 Asri = 3 926,9908 mm2
4
h1 h23
Ag = h1 h2 = 3,6 x 105 mm2 Ig = = 1,08 x 1010 mm4
12
As = 6314,2 mm2 Isy = 9,845 x 106 mm4 Zsx = 8,679 x 105 mm3 J = 1,94 x 105 mm4
db h
cs = cover + dbs + = 62,5 mm e= -c s = 87,5 mm
2 2
d b4
Isri = = 1,917 x 104 mm4
64
Untuk pembatasan ini, dapat lihat pada Contoh I.9 untuk kasus batang komposit yang sama.
Gaya Tekan yang bekerja
DFBK DKI
Pn
t = 0,90 t Pn = 2834,4117 kN t = 1,67 = 1885,8361 kN
t
Pr Pa
rasioLRFD = = 0,741 rasioASD= = 0,636
t Pn Pn
t
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 6 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan, geser dan momen dari hasil Analisis Langsung
meurut SNI 1729 Pasal C untuk kombinasi pembebanan yang kritis sesuai SNI 1727
Pembebanan.
fc'
fc' = 35 MPa E c = 4700 MPa = 27 805,575 MPa L=6m
MPa
Pr = 5 507 kN Pa = 4 387 kN
Mr = 135,9 kN m Ma = 103 kN m
Vr = 326 kN Va = 250 kN
1
Asri = d b2 = 490,874 mm2 Asr = 8 Asri = 3 926,9908 mm2
4
h1 h23
Ag = h1 h2 = 3,6 x 105 mm2 Ig = = 1,08 x 1010 mm4
12
As = 6 314,2 mm2 Isy = 9,845 x 106 mm4 Zsx = 8,679 x 105 mm3
Ssx = 7,748 x 105 mm3 Ssy = 1,125 x 105 mm3 J = 1,94 x 105 mm4
Data tulangan
db h
cs = cover + dbs + = 62,5 mm e= -c s = 87,5 mm
2 2
d b4
Isri = = 1,917 x 104 mm4
64
Luas dari tulangan yang terletak di garis sumbu penampang komposit, Asrs, dihitung sebagai
berikut:
Untuk penampang ini, Asrs adalah sama terhadap sumbu x-x atau y-y.
Sesuai dengan SNI 1729 Pasal I1.2, efek tekuk lokal tidak perlu dipertimbangkan untuk
batang komposit terbungkus beton, maka semua penampang komposit yang terbungkus
beton diperlakukan sebagai penampang kompak untuk perhitungan kekuatan.
Dapat dilihat pada Contoh I.9 tentang kontrol pembatasan pendetailan dan bahan.
Interaksi antara gaya aksial dan lentur pada batang komposit diatur oleh SNI 1729 Pasal I5,
yang untuk batang kompak, mengijinkan digunakannya metode kompatibilitas regangan atau
metode distribusi tegangan plastis.
Untuk contoh desain, masing-masing penerapan prosedur distribusi plastis akan ditinjau dan
dibandingkan. Metode 3 tidak diperlihatkan karena tidak dapat diterapkan terhadap
penampang yang sedang dipertimbangkan karena luas profil baja relatif lebih kecil dari pada
batas minimum 4% luas kotor penampang komposit yang tersedia dalam SNI lama yang
berdasarkan Design Guide 6.
Metode paling langsung dan konservatif dari menaksir efek interaksi melalui penggunaan
persamaan interaksi dari SNI 1729 Pasal H1. Perhitungan dilakukan secara eksplisit sesuai
SNI 1729 Pasal I.
Kekuatan tekan aksial nominal tanpa mempertimbangkan efek kelangsingan, Pno dihitung
dari SNI 1729 Pasal I2.1b:
Karena panjang tak terbreis terhadap sumbu x-x dan y-y adalah sama, kolom akan tertekuk
terhadap sumbu yang memiliki kekakuan komposit terkecil, EIeff. Telah tercatat bahwa nilai
momen inersia yang dihitung sebelumnya untuk beton dan tulangan adalah sama untuk
kedua sumbu lentur, kolom akan tertekuk terhadap sumbu lemah dari profil baja. Icy, Isy dan
Isry akan digunakan untuk perhitungan efek kelangsingan menurut SNI 1729 Pasal I2.1b
sebagai berikut:
As
C 1 = min 0,1+2 ,0.3 = 0,135
Ac + As
2E Ieff
Pe = = 1,228 x 104 kN
1,0 L
2
Pno
= 1,104 < 2,25
Pe
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe = 8,54 x 103 kN (SNI 1729 Persamaan I2- 2)
Menghitung Mn
Momen yang berkerja ditahan oleh kuat lentur dari penampang komposit terhadap sumbu
kuat (x-x). Kekuatan penampang lentur murni dihitung menggunakan persamaan dari
Gambar I-1a yang dibagian depan Pasal Contoh Desain untuk titik B. Harap dicatat bahwa
perhitungan kuat lentur pada titik B memerlukan terlebih dahulu perhitungan kuat lentur pada
titik D sebagai berikut:
h
Z r = Asr -Asrs 2 -c s = 6,995 x 105 mm3
2
h1 h22
Zc = - Zsx - Zr = 5,243 x 107 mm3
4
Zc
MD = Zsx Fy + Zr fy + 0,85 fc' = 1,277 x 103 kN m
2
d
hn = 177,159 mm > = 175 mm
2
maka :
0,85 fc' Z cn
M n = M D -F y Z sn - = 760,172 kN m
2
DFBK
c = 0,75 b = 0,9
Pr
= 0,86 > 0,2
Pc
Pr 8 M r
rasioLRFD = = 1,036
Pc 9 M c
DKI
Pn
c = 1,67 Pa = 4,387 x 103 kN Pc = = 5,114 x 103 kN
c
Mn
b =1,67 Ma = 103 kN m Mc = = 455,193 kN m
b
Pa
= 0,858 > 0,2
Pc
Pa 8 M a
rasioASD = + = 1,059
Pn 9 M c
c
Dengan menggunakan DFBK, Metode 1 menunjukan bahwa penampang tidak kuat terhadap
beban terfaktor. Perencana dapat memilih penampang baru yang memenuhi kontrol interaksi
atau melakukan analisis ulang dengan menggunakan metode desain kurang konservatif
seperti Metode 2. Metode ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Prosedur untuk membuat kurva interaksi dengan menggunakan model distribusi tegangan
plastis diperlihatkan dalam gambar di bawah ini (AISC Specification Commentary C-I5.2).
Kekuatan material
(persamaan kekuatan)
Kelangsingan
(kurva kolom)
Desain , - Metode 2
= Reduksi kelangsingan
= A’/A
Dengan menggunakan persamaan persamaan yang tersedia dalam Gambar I-1a untuk
lentur terhadap sumbu x-x :
M1 = 0 kN m
0,85 fc' Ac
P3 = = 5 202,662 kN
2
Zc
M3 = Zsx Fy + Zr fy + 0,85 fc' = 1 276,708 kN m
2
P4 = 0 kN
0,85 fc' Z cn
M4 = MD - Fy Zsn - = 760,172 kN m
2
M2 = M4 = 760,172 kN m
Titik yang dihitung di plot untuk membentuk permukaan interaksi kuat nominal kolom
pendek.
Faktor reduksi kelangsingan, , dihitung untuk titik A dengan menggunakan SNI 1729 Pasal
I2.1 sesuai dengan AISC Specification Commentary Section I5
As
C 1 = min 0.3, 0.1+2 = 0,135
Ac + As
2E Ieff
Pe = = 1,29 x 104 kN
1,0 L
2
Pno
= 0,929 < 2,25
Pe
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe = 8 124,22385 kN SNI 1729 Persamaan I2-2
Pn
= 0,678
Pno
PR1 = P1 MR1 = M1
PR2 = P2 MR2 = M2
PR3 = P3 MR3 = M3
PR4 = P4 MR4 = M4
Nilai kekuatan aksial yang telah dimodifikasi, diplot dengan kekuatan lentur yang telah
dihitung sebelumnya untuk membentuk permukaan interaksi nominal yang menperhitungkan
efek kelangsingan.
Pertimbangan efek kelangsingan menghasilkan suatu reduksi dari kurva kekuatan nominal.
Pergerakan vertikal ini membentuk suatu zona tidak aman, dengan kurva kapasitas lentur
kuat nominal dengan efek kelangsingan melampaui kapasitas penampang. Aplikasi
ketahanan atau faktor keamanan mereduksi zona tidak aman ini sebagaimana dijelaskan di
step berikutnya. walaupun demikian, perencana harus menyadari kemungkinan terjadinya
ketidak amanan dalam desain dengan beban yang mendekati kapasitas lentur dari
penampang. Alternatif lain, gunakan Metode 2 yang disederhanakan, yang mengeleminasi
kemungkinan ini bersama sama.
Langkah 3: Buat permukaan interaksi desain dan check kekuatan batang komposit Langkah
terakhir dalam Prosedur Metode 2 adalah mereduksi semua titik dengan faktor reduksi
kapasitas atau faktor keamanan yang sesuai.
DFBK
c = 0,75
b = 0,9
Dengan mengeplot besar Pr dan Mr ke dalam kurva interaksi desain yang diperoleh dari
kombinasi pembebanan yang kritis, dapat dilihat bahwa (Mr , Pr ) ada di dalam kurva, berarti
batang komposit mampu menahan pembebanan yang ada.
Versi sederhana dari Metode 2 adalah dengan menghapus titik D dari permukaan interaksi,
sehingga tinggal titik A", B",dan C''
Jadi
Pr = 5507 kN Mr = 135,9 kN m
Dengan mereduksi jumlah titik interaksi, harus dilakukan kontrol interaksi bilinier yang
didefinisikan AISC Specification Commentary Equations C-I5-1a dan C-I5-1b.
DFBK
Pr -Pu2 M
rasioLRFD = + r = 0,468 rasioLRFD = 0,468
Pu1 -Pu2 Mu2
Dari gambar di atas, terlihat konservatif bila persamaan interaksi Bab H, batang komposit
tidak kuat, Metode 2 memberikan kekuatan yang tertinggi; walaupun demikian, Metode 2
penyederhanaan juga menghasilkan penampilan kurva desain yang baik. Perbandingan
antara metode dengan mudah dilihat jika kurva desain masing masing metode diperlihatkan
dalam satu grafik seperti gambar di bawah ini.
Kekuatan Tekan (MPa)
Mu , P u
Metode 2-Disederhanakan
Dari gambar dapat dilihat, kondisi konservatif dari penggunaan Bab H SNI 1729. Metode 2
memberikan nilai kekuatan yang tertinggi, walaupun demikian, Metode 2-yang
disederhanakan representasi yang baik dari kurva desain lengkap.
SNI 1729 Pasal I4.1 memberikan 3 metode untuk menghitung kekuatan geser tersedia dari
batang komposit ini: kekuatan geser yang tersedia dari penampang baja sendiri sesuai Pasal
G SNI 1729, kekuatan geser yang tersedia dari beton bertulang sendiri sesuai SNI 2847 atau
kekuatan geser yang tersedia dari penampang baja plus tulangan dengan mengabaikan
kontribusi dari beton.
Profil ini memenuhi kriteria SNI 1729 Pasal G2.1(a) sesuai dengan Catatan Pengguna pada
akhir pasal. Sebagaimana diperlihatkan dalam Contoh I.9, digunakan sengkang ikat D10-300
untuk memenuhi persyaratan pendetailan dari SNI 1729. Kekuatan geser nominal Vn, dari
batang komposit, dihitung sebagai berikut:
Cv = 1 Persamaan G2-3
DFBK
Vr
v = 1,0 rasio = = 0,887 o.k.
vVn_ steel
DKI
Va
v = 1,5 rasio = = 1,02 o.k.
Vn_ steel
v
Batang komposit tidak memiliki tulangan, oleh karena itu perhitungan geser untuk beton
bertulang tidak tepat untuk kasus ini, kuat geser desain untuk beton tanpa tulangan dengan
menggunakan Pasal 22 SNI 2847 dihitung sebagai berikut:
v = 0,75 untuk beton tanpa tulangan dari SNI 2847 Pasal 9.3.5
bw = h1 d = h2 - cs = 537,5 mm
1 fc'
Vc = bw d MPa = 317,989 kN SNI 2847 Persamaan 22-9
6 MPa
v Vc = 238,492 kN Vr = 326 kN
DFBK
V - V
Av = r v c = 0,543 mm
v f y d
A d
s = min vs , = 268,75 mm digunakan 2@D10-250
Av 2
DKI
V
Va - c
Va = 250 kN v = 2 Av = v = 0,847 mm
fyd
v
1
digunakan 2@D10 Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
A d
s = min vs , = 185,55 mm digunakan 2@D10-180
Av 2
Avs f y d
Vs = = 182,011 kN
s
1 fc'
Vs_ max = MPa bw d = 635,979 kN > Vs
3 MPa
Opsi 3 - Menghitung Kekuatan Geser yang tersedia dari profil baja dan tulangan
Prosedur ketiga mengkombinasikan kuat geser dari tulangan dan profil baja dengan
mengabaikan kontribusi beton. SNI 1729 Pasal I4.1(c) memberikan suatu kombinasi
ketahanan dan faktor keamanan untuk prosedur ini. Harap dicatat bahwa kombinasi tahanan
dan faktor keamanan lebih diutamakan dibandingkan faktor faktor dalam Pasal G SNI 1729
yang digunakan untuk penampang baja yang dibungkus beton saja dalam opsi 1. Jumlah
tulangan trasversal yang diperlukan untuk ketahanan geser dihitung sebagai berikut:
Vn_steel = 367,5 kN
Persyaratan sengkang pengikat untuk ketahanan geser dihitung sesuai SNI 2847 Pasal 11
dan SNI 1729 Pasal I4.1(c), sebagai berikut:
Vr = 326 kN
V -V
Av = r v n_ steel = 0,312 mm
v f y d
1
digunakan 2@D10 Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
A d
s = min vs , = 268,75 mm digunakan 2@D10-250
Av 2
DKI
V
Va - n_ steel
Va = 250 kN v = 2 Av = v = 0,616 mm
fy d
v
1
digunakan 2@D10 Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
A d
s = min vs , = 254,884 mm digunakan 2@D10-250
Av 2
Penggunaan penampang baja saja adalah merupakan cara yang sangat berguna untuk
menghitung kekuatan geser yang tersedia dan memperbolehkan penggunaan jarak
sengkang ikat yang mungkin lebih besar dari pada tahanan geser dari SNI 2847. Ketika
kekuatan penampang baja saja tidak kuat, Opsi 3 umumnya menghasilkan reduksi
persyaratan tulangan geser dibandingkan Opsi 2.
Diketahui angkur kepala paku baja Tipe B yng menahan gaya akibat beban mati dan beban
hidup seperti diperlihatkan pada gambar di bawah. Angkur merupakan bagian dari suatu
sistim komposit yang di desain dengan mengunakan angkur baja dalam komponen komposit
sesuai SNI 1729 Pasal I8.3.
Angkur kepala paku baja dibungkus dengan beton bertulang normal dengan fc' = 30 MPa
Sesuai AWS D1.1, Angkur kepala paku baja harus dibuat dari bahan yang memenuhi
persyaratan ASTM A108, tegangan tarik minimum Fu = 450 MPa.
Angkur ditempatkan jauh dari tepi sehingga pecahnya beton akibat geser bukan merupakan
kondisi batas, dan angkur terdekat berjarak 600 mm. Beton dianggap tidak retak.
fc'
fc' = 30 MPa E c = 4 700 MPa = 2,574 x 104 MPa
MPa
Fu = 450 MPa db = 19 mm
PD = 10 kN PL = 24 kN
VD = 7 kN VL = 18 kN
Solusi:
SNI 1729 Pasal I8.3 memberikan rasio panjang minimum terhadap diameter untuk angkur
yang mengalami geser, tarik, dan interaksi geser dan tarik untuk beton normal dan beton
ringan. Rasio ini di ringkas di Catatan Pengguna pada Pasal I8.3. Untuk beton normal:
h
≥8 h = 8 db = 152 mm
db
Panjang ini diukur dari dasar angkur kepala paku baja sampai dengan bagian atas kepala
setelah pemasangan. Berdasarkan data dari pabrik, panjang standar adalah
3
hs = 6 in.+ in. = 157,162 mm untuk mengantisipasi hilangnya sebagian dari
16
panjang akibat terbakar waktu dipasang
255 dari 283
Kekuatan Tarik dan Kekuatan Geser yang terjadi
DFBK DKI
Sesuai dengan soal diatas bahwa tidak ada beton yang pecah, karena itu digunakan SNI
1729 persamaan I8-3:
1
Asa = d b2 = 283,529 mm2 v = 0,65
4
Q nv
v Qnv = 82,932 kN v = 2,31 = 55,233 kN
v
Kekuatan Tarik nominal dari angkur kepala paku dihitung dengan menggunakan SNI 1729
Persamaan I8-4 dengan pembatasan jarak dan tepi dalam SNI 1729 Pasal I8.3b dipenuhi
sebagai berikut:
1,5 h = 228 mm karena tidak ada tepi bebas, ketentuan ini tidak dipakai
DFBK DKI
t = 0,75 t = 2
Q nt
t Qnt = 95,691 kN = 63,794 kN
t
Batas pendetailan pada jarak tepi dan jarak antara angkur dalam SNI 1729 Pasal I8.3c untuk
interaksi tarik dan geser adalah sama seperti pembahasan sebelumnya yang dijelaskan
terpisah untuk masing masing geser atau tarik sendiri.
DFBK
5 5
Qut Quv
3 3
rasioLRFD = + = 0,504
t Q nt v Q nv
DKI
5 5
3
3
Q Q
rasioASD = at + av = 0,617
Q nt Q nv
t v
Jadi angkur kepala paku baja D19 kuat menerima gaya yang terjadi
Batas penerapan
Aplikasi angkur baja dalam komponen komposit memiliki batasan yang ketat sebagaimana
tertulis pada Catatan Pengguna pada awal SNI 1729 Pasal I8.3.
Persyaratan-persyaratan ini tidak berlaku untuk desain balok komposit tipikal juga tidak
berlaku untuk konstruksi hibrid dengan baja dan beton tidak menahan beban bersama-sama
seperti pada pelat yang terbenam. Contoh ini dimaksudkan hanya untuk sekedar ilustrasi
perhitungan sehubungan dengan suatu angkur terisolasi dengan bagian dari sistim komposit
yang sesuai.
Bab J SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural membahas desain dan
review sambungan. Fokus utama bab ini adalah desain sambungan dilas dan berbaut.
Persyaratan desain untuk pengisi, splices, dasar kolom, gaya terpusat, batang angkur dan
bagian-bagian berulir lainnya juga dibahas. Persyaratan khusus untuk sambungan yang
memikul fatik tidak tercakup dalam bab ini.
Sebuah pelat dengan lebar 400 mm dan tebal 6 mm disambung ke pelat dengan tebal 10
mm menggunakan las sudut. Material baja Fy = 250 MPa. Elektroda las E70xx.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kuat lentur rencana minimum:
Karena tebal pelat yang overlap adalah 6 mm, maka ukuran las maksimum yang dapat
digunakan tanpa ketentuan khusus dalam Pasal J2.2b, adalah 4 mm yang dapat dipasang
dalam posisi horizontal.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel J2.4,
ukuran minimum las sudut berdasarkan ketebalan pelat 6 mm adalah 3 mm.
Kekuatan las nominal per mm panjang ditentukan dari Pasal J2.4(a) adalah:
w kN
R n =Fnw = 0,818 mm
2
Metode DFBK:
Pu
= 0,75 Lreq = = 1173,621 mm atau diambil sebesar 600 mm per sisi
R n
Metode DKI:
Pa
= 2,00 Lreq = = 1173,621 mm atau diambil sebesar 600 mm per sisi
Rn
Gunakan Lw = 600 mm
Berdasarkan pasal J2.2b, untuk las sudut yang hanya dipasang dalam arah longitudinal
pada pelat yang mengalami tarik, panjang masing-masing las sudut tidak boleh lebih kecil
daripada jarak tegak lurus antara kedua sisi las tersebut.
Berdasarkan pasal J2.2b, periksa rasio panjang terhadap ukuran las, karena merupakan las
sudut yang dibebani bagian ujungnya.
Lw
= 150 > 100
w
Sehingga Persamaan J2-1 harus diaplikasikan, dan panjang las meningkat, karena nilai
akan mereduksi kekuatan yang tersedia.
Lw
1,2 -0,002 = 0,85 < 1,0
w
Rnw = Rn 2 Lw = 973,398 kN
Pu
= 0,986 < 1,00 (o.k.)
R nw
Metode DKI:
R nw
= 2,00 = 486,699 kN > Pa = 480 kN
Pa
= 0,986 < 1,00 (o.k.)
R nw
Desain sambungan las sudut pada sisi pelat buhul dengan tebal 20 mm yang menahan gaya
200 kN akibat beban mati dan 600 kN akibat beban hidup yang berarah 60o terhadap sumbu
las. Asumsikan tebal dan panjang balok dan pelat buhul mencukupi.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Tabel J2.4, ukuran
minimum las sudut berdasarkan ketebalan pelat 20 mm adalah 8 mm.
w
Awe = = 5,657 mm
2
Fnw = 0,60FEXX 1+0,5sin θ = 405,737 MPa
1,5
kN
Rn = Fnw Awe = 2,295
mm
262 dari 283
Panjang las yang dibutuhkan
Metode DFBK:
Pu
= 0,75 Lreq = = 697,108 mm atau diambil sebesar 350 mm per sisi
R n
Metode DKI:
Pa Ω
= 2,00 Lreq = = 697,108 mm atau diambil sebesar 350 mm per sisi
Rn
Baut A325-N berdiameter 20 mm menahan gaya tarik sebesar 14 kN akibat beban mati dan
42 kN akibat beban hidup, serta gaya geser sebesar 6 kN akibat beban mati dan 18 kN
akibat beban hidup. Periksa kekuatan baut terhadap kombinasi tegangan-tegangan yang
terjadi berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan J3-3a dan J3-3b.
Solusi:
Berdasarkan pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Vu = 1,2 VD + 1,6 VL = 36 kN
Metode DKI: Ta = TD + TL = 56 kN
Va = VD + VL = 24 kN
Baut yang mengalami kombinasi tarik dan geser, kekuatan tarik baut ditentukan berdasarkan
kondisi batas tarik dan geser, berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja
struktural J3.7 sebagai berikut.
Luas penampang baut nominal: Ab = d b2 = 314,159 mm2
4
Tegangan geser yang tersedia ditentukan sebagai berikut dan harus sama atau lebih besar
daripada tegangan geser perlu.
Metode DFBK:
Vu
= 0,75 Fnv = 279 MPa > frv.LRFD = = 114,592 MPa
Ab
Metode DKI:
Fnv Va
= 2,00 = 186 MPa > frv.ASD = = 76,394 MPa
Ω Ab
Metode DFBK
' F
Fnt.LRFD = 1,3Fnt - nt frv.LRFD = 551,352 MPa < Fnt = 620 MPa
Fnv
= 0,75 dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
J3.7
Tu
= 0,647
R n.LRFD
Metode DKI
' ΩF
Fnt.ASD =1,3Fnt - nt frv.ASD = 551,352 MPa < Fnt = 620 MPa
Fnv
= 2,00 dari SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal J3.7
R n.ASD
= 86,606 kN > Ta = 56 kN
Ta
= 0,647 < 1,00 (o.k.)
R n.ASD
Tentukan jumlah baut ASTM A325 berdiamater 20 mm dengan permukaan Kelas A yang
dibutuhkan untuk memikul beban-beban seperti gambar di bawah. Pelat penyambung
memiliki lubang slot pendek melintang arah beban dan tidak ada pengisi. Tentukan jumlah
baut berdasarkan ketahanan slip saja.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Berdasarkan SNI 1729 J3.8(a), ketahanan slip yang tersedia berdasarkan kondisi batas slip
untuk lubang standar dan slot pendek yang tegak lurus arah beban, sebagai berikut:
Dn = 1,13
Rn = Dn hf Tb ns = 96,276 kN
Tu
Metode DFBK: nb = = 5,609 gunakan 6 baut
R n
Ta
Metode ASD: nb = = 5,609 gunakan 6 baut
Rn
CATATAN Dalam perencanaan sambungan, kondisi batas geser baut, tumpu baut, leleh tarik,
putus tarik, dan geser blok harus diperhitungkan.
Ulangi perhitungan Contoh J.4A tetapi pelat penyambung memiliki lubang slot panjang
searah beban.
Baut Db = 20 mm
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Berdasarkan SNI 1729 J3.8(c), ketahanan slip yang tersedia berdasarkan kondisi batas slip
untuk lubang slot panjang, sebagai berikut:
Dn = 1,13
Tb = 142 kN berdasarkan Tabel J3.1 SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural
Rn = Du hf Tb ns = 96,276 kN
dengan:
Du = pada sambungan selip-kritis, pengali yang mencerminkan rasio baut pratarik rata-rata
yang terpasang terhadap baut pratarik minimum yang disyaratkan
Tb = gaya tarik minimum sarana penyambung yang diberikan Tabel J3.1, kips, atau J3.1M,
kN
Metode DFBK:
Tu
nb = = 7,568 gunakan 8 baut
R n
Metode DKI:
Ta
nb = = 7,557 gunakan 8 baut
Rn
CATATAN Dalam perencanaan sambungan, kondisi batas geser baut, tumpu baut, leleh tarik,
putus tarik, dan geser blok harus diperhitungkan.
Kelompok baut pada gambar di bawah ini memikul gaya tarik dan geser. Gunakan baut
ASTM A325 berdiameter 20 mm dengan permukaan Kelas A dan lubang standar. Pada
contoh ini baut hanya didesain terhadap ketahanan slip dan diasumsikan kekuatan balok dan
pelat mencukupi. Periksa apakah baut-baut tersebut cukup kuat.
Baut Db = 20 mm
Solusi:
3
Arah beban: a tan
4
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Tu = Pu sin( ) = 216 kN
Vu = Pu cos( ) = 288 kN
Ta = Pa sin( ) = 144 kN
Va = Pa cos(θ) = 192 kN
Berdasarkan SNI 1729 J3.8(c), ketahanan slip yang tersedia berdasarkan kondisi batas slip
untuk lubang slot panjang, sebagai berikut:
Db = 20 mm
Ab = Db2 = 314,159 mm2
4
dengan:
Ab = luas tubuh baut tak-berulir nominal atau bagian berulir, mm2 (in.2)
Metode DFBK:
Tu
t = 0,75 t Rnt = 146,084 kN > = 27 kN
nb
Tu
= 0,185 < 1,00
nbt R nt
Metode DKI:
R nt Ta
t = 2,00 = 97,389 kN > = 18 kN
t nb
Ta t
= 0,185 < 1,00
nb R nt
Ketahanan slip satu baut berdasarkan Persamaan J3-4 dan Pasal J3.8
Rn = Du hf Tb ns = 48,138 kN
dengan:
Tb = gaya tarik minimum sarana penyambung (Tabel J3.1M, kN atau Tabel J3.1, kips)
ns = jumlah bidang slip yang diperlukan untuk mengizinkan sambungan tersebut dengan
slip
Metode DFBK:
s = 1,00
T
ksc =1- u = 0,832 (Persamaan J3-5a, SNI 1729, Spesifikasi untuk
DuTb nb
bangunan gedung baja struktural)
dengan:
Vu
= 0,899 < 1,00
sR n ksc nb
Metode DKI:
s = 1,50
1,5Ta
ksc =1- = 0,832 (Persamaan J3-5b, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
DuTb nb
gedung baja struktural)
dengan:
R n ksc nb
= 213,536 kN > Va = 192 kN
s
sVa
= 0,899 < 1,00
R n ksc nb
Sebuah pin berdiameter 24 mm dipasang pada pelat dengan tebal 36 mm. Mutu baja pelat
dengan Fy = 250 MPa. Tentukan kekuatan tumpu sambungan tersebut dengan
mengasumsikan pin lebih kuat dari pada pelat.
Solusi:
Tebal pelat: tp = 36 mm
Diameter pin: d = 24 mm
Kekuatan tumpu ditentukan dari Pasal J7, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural sebagai berikut:
Kekuatan tumpu nominal: (Persamaan J7-1 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural)
dengan:
Metode DFBK:
= 0,75 Rn = 291,6 kN
Metode DKI:
Rn
= 2,00 = 194,4 kN
Sebuah kolom WF 300x300x10x15 menumpu pada pedestal beton berukuran 600 mm x 600
mm dengan fc' = 27,5 MPa. Desain pelat dasar dengan mutu Fy = 50 MPa untuk memikul
beban aksial tekan, PD = 500 kN dan PL = 1500 kN.
Solusi:
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Desain dimensi pelat dasar berdasarkan Pasal J8 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural mengasumsikan seluruh bagian menumpu pada beton.
Pu
Metode DFBK: c = 0,65 A1.req = '
= 197 449,609 mm2
c 0,85fc
Periksa dimensi pelat dasar terhadap dimensi kolom dan ruang untuk angkur:
Gunakan Persamaan J8-2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
karena pelat dasar menutupi kurang dari luas tumpuan beton.
Karena pedestal berbentuk pesedi dan posisi pelat dasar konsentris, pedestal memiliki luas
yang sama secara geometris
Kekuatan tumpu:
A2
Pp = min 0,85 fc' A 1 ,1.7 fc' A 1 = 7 012,5 kN
A 1
dengan
A1 = Luas dari tumpuan baja konsentris pada suatu penumpu beton, mm2 (in.2)
A2 = Luas maksimum dari bagian permukaan yang menumpu secara geometris serupa
dengan dan konsentris dengan luas yang dibebani, mm2 (in.2)
Metode DFBK:
Pu
= 0,658
c Pp
Pp
c = 2,31 = 3035,714 kN > Pa = 2000 kN
c
c Pa
= 0,659
Pp
A2
Karena = 1,44 < 4,0 batas atas Persamaan J8-2 tidak menentukan
A1
A2
= 1,2 mendekati 1,0, hasil perhitungan Persamaan J8-2 mendekati hasil
A1
Persamaan J8-1
N -0,95 d
m = 107,5 mm
2
B -0,8 bf
n = 130 mm
2
d bf
n' = 75 mm
4
Metode DFBK:
4d b P
X f
u = 0,658
d +bf c Pp
2
2 X
= 1,024 > 1,0 Gunakan = 1,0
1+ 1-X
. n' = 75 mm
Pu
f pu = = 12 MPa
BN
2 f pu
tmin = = 42,458 mm
0,9 F y
4d b Ω P
X = f
c a = 0,659
d +bf Pp
2
2 X
= 1,025 > 1,0 Gunakan = 1,0
1+ 1-X
n' = 75 mm
Pa
f pa = = 8 MPa
BN
3,33 f pa
tmin = = 42,437 mm
Fy
Perhitungan untuk gaya transversal dan longitudinal diterapkan untuk PSB diilustrasikan
dalam Contoh K.1 dan K.2.
Periksa kekuatan lokal kolom PSB persegi yang dibebani dalam arah tegak lurus melalui
pelat dengan lebar 140 mm dan tebal 12 mm. Kolom menggunakan profil PSB 200x200x12
mengalami gaya tekan nominal PD.kolom = 240 kN dan PL.kolom = 720 kN.
Kekuatan lentur profil PSB tidak perlu ditinjau. Material baja dengan Fy = 250 MPa.
Solusi:
H = 200 mm B = 200 mm t = 12 mm
Data Pelat:
Bp = 140 mm tp = 12 mm
Batasan penggunaan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
K1.3
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel K1.2A memberikan
batasan untuk penggunaan sambungan pelat-PSB persegi.
B
= 16,667 < 35 (o.k.)
t
Rasio lebar:
Bp
0,25 < = 0,7 < 1,0 (o.k.)
B
Kekuatan material:
Daktilitas:
Fy
= 0,61 < 0,8 (o.k.)
Fu
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
10
Rn = F y t B p = 252 kN < Fy tp Bp = 420 kN (o.k.)
B
t
Metode DFBK:
Pu
= 0,877 < 1,00 (o.k.)
R n
Metode DKI:
Rn
= 1,58 = 159,494 kN > Pa = 140 kN (o.k.)
Kondisi ini tidak perlu diperiksa jika Bp > B -2t atau Bp < 0,85B.
Kondisi batas lain yang dijelaskan dalam Tabel K1.2 diperhitungkan hanya jika = 1,0.
Karena B/Bp < 1,0, kondisi batas tersebut tidak perlu diperhitungkan.
Periksa kekuatan lokal kolom PSB bundar yang dibebani dalam arah tegak lurus melalui
pelat dengan ukuran 100 mm x 100 mm dan tebal 20 mm. Kolom menggunakan profil PSB
Bundar 150x10. Kekuatan lentur profil PSB tidak perlu ditinjau. Material baja dengan Fy =
250 MPa.
Solusi:
D = 150 mm t = 10 mm
Data Pelat:
Bp = 100 mm tp = 20 mm
Beban transversal: PD = 18 kN PL = 54 kN
Batasan penggunaan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
K1.2
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel K1.1A memberikan
batasan untuk penggunaan sambungan pelat-PSB bundar.
D
= 15 < 50 (o.k.)
t
Kekuatan material:
Fy
= 0,61 < 0,8 (o.k.)
Fy
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DKI: Pa = PD + PL = 72 kN
R n = 5,5F y t 2 1+0,25 b Qf = 160,417 kN
D
Metode DFBK:
Pu
= 0,709 < 1,00 (o.k.)
R n
Metode DKI:
Rn
= 1,58 = 101,53 kN > Pa = 72 kN (o.k.)
Pa
= 0,709 < 1,00 (o.k.)
Rn
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 01 Juni 2015