Anda di halaman 1dari 276

Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - i

DAFTAR ISI

BAB I
PENJELASAN UMUM

1.1. URAIAN UMUM .............................................................................................................. 1


1.1.1. PEKERJAAN ..................................................................................................... 1
1.1.2. BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................. 1
1.1.3. DOKUMEN KONTRAK ..................................................................................... 2
1.2. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................................ 3
1.2.1. KETERANGAN UMUM ..................................................................................... 3
1.2.2. SARANA DAN CARA KERJA .......................................................................... 4
1.2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN .................................... 5
1.2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN ............................................. 5
1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN ................................................................... 6
1.3.1. SITUASI/LOKASI .............................................................................................. 6
1.3.2. AIR DAN DAYA ................................................................................................. 7
1.3.3. SALURAN PEMBUANGAN .............................................................................. 7
1.3.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA ............................. 7
1.3.5. KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET) ........................................................ 7
1.3.6. PAGAR SEMENTARA ...................................................................................... 8
1.3.7. PAPAN NAMA PROYEK .................................................................................. 8
1.3.8. PEMBERSIHAN HALAMAN ............................................................................. 8
1.3.9. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL) ............................................................... 9
1.3.10. PAPAN BOUWPLANK ..................................................................................... 9
1.3.11. PENGAWASAN DAN JAM KERJA ................................................................. 9
1.3.12. KEAMANAN DAN KESELAMATAN ................................................................ 9
1.3.13. KETENTUAN-KETENTUAN DARI PEMBERI TUGAS. ................................ 10
1.3.14. KEWAJIBAN KONTRAKTOR ........................................................................ 11
1.3.15. TUGAS KONTRAKTOR DALAM PELAKSANAAN ...................................... 12
1.3.16. TUGAS SUBKONTRAKTOR DALAM PELAKSANAAN ............................. 13
1.3.17. KOORDINASI PELAKSANAAN DILAPANGAN............................................ 13
1.3.18. INSTRUKSI KONSULTAN MANAJEMEN KONTRUKSI .............................. 14
1.3.19. LAPORAN-LAPORAN .................................................................................... 15
1.3.20. PERUBAHAN RENCANA ............................................................................... 15
1.3.21. PENYERAHAN PEKERJAAN ........................................................................ 16
1.3.22. PENYELESAIAN DAN MASA PEMELIHARAAN .......................................... 16

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 1

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I

PERSYARATAN UMUM

1.1. URAIAN UMUM

1.1.1. PEKERJAAN

a. Pekerjaan ini adalah Pembangunan Lanjutan Kantor/Mall Pelayanan Publik


Tahap II.

b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli,


tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.

c. Dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Air Kerja,
Listrik Kerja, Gudang, Papan nama proyek dan seluruh perijinan, untuk itu
kontraktor pelaksana dalam penawaran biaya totalnya sudah harus
memperhitungkan pekerjaan tersebut.

d. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud dalam


RKS, Gambar-gambar Rencana, Bill of Quantity (BoQ), Berita Acara Rapat
Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.1.2. BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :


a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang / Jasa Pemerintah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 22/PRT/2018 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 28/PRT/2016 tentang Pedoman
Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang PU.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 07/PRT/M/2019 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
i. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 2

j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis


Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
k. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk
Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
l. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
11/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
m. Instruksi Menteri (Inmen) No 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi
n. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
o. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
p. Peraturan Umum Bahan Indonesia(PUBI 982)
q. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
r. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
s. SKSNI T-15-1991-03
t. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
u. Algemenee Voorwarden (AV)
v. PUIL 2011

1.1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
 Surat Perjanjian Pekerjaan
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
 Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
 Bill of Quantity (BoQ)
 Addendum yang disampaikan oleh Pengawas / Konsultan MK selama masa
pelaksanaan

b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak


lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara
RKS, gambar-gambar pelaksanaan dan BoQ, atau antara gambar satu dengan
lainnya, Kontraktor wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada
Pengawas / Konsultan MK / Konsultan Manajemen Konstruksi .
Pada prinsipnya antara dokumen yang satu dengan yang lainnya adalah saling
melengkapi.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan
angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut
yang jelas akan menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian
konstruksi, harus mendapatkan keputusan Pengawas / Konsultan MK lebih
dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti
kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Pengawas / Konsultan MK.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 3

4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan


lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga
sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar
setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara
penjelasan pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur
bangunan, maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran
terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan
memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan
Pengawas / Konsultan MK tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


1.2.1. KETERANGAN UMUM
Pekerjaan Pembangunan Lanjutan Kantor/Mall Pelayanan Publik Tahap II,
tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar yang terdiri
dari:
a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
 Penyediaan air dan daya kerja
 Pembersihan lokasi kerja
 Direksi Keet
 Pagar Proyek
 Dll.

b. Pekerjaan Sipil dan Struktur, meliputi :


 Pekerjaan Tanah
 Pekerjaan Pondasi
 Beton Kolom,
 Balok,
 Plat Lantai dan Plat Atap
 Pekerjaan Water Profing
 Dll.

c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :


 Pekerjaan dinding
 Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
 Pekerjaan lantai
 Pekerjaan pengecatan
 Dll

d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi :


 Pekerjaan instalasi air bersih
 Pekerjaan instalasi air kotor
 Pekerjaan instalasi air hujan
 Pekerjaan instalasi hydrant
 Dll

e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi :


 Pekerjaan instalasi listrik

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 4

 Pekerjaan penangkal petir


 dll

f. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS

1.2.2. SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat
pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari
proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan
memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan
mempekerjakan orang-orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin
dan aturan yang baik diantara pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton
molen, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam
kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh
dan menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh
atas seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta
pengaturan semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu
komponen konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Pengawas / Konsultan MK
dan Konsultan Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan
dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
 Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
 Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-
gambar perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Pengawas / Konsultan MK setelah dilakukan pemeriksaan secara
teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan
kesatu, kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak
dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa
pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan
pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar
pekerjaan pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan
konstruksi (misalnya jalan, halaman, dan lain sebagaunya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-
sisa pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 5

masa kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap


selanjutnya.

1.2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana harus membuat jadual waktu pelaksanaan, jadual
tenaga kerja, jadual pengadaan peralatan dan net-work planing yang terinci untuk
setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada Direksi Teknis Proyek atau
Konsultan MK untuk mendapatkan persetujuannya. Schedule dan net-work
planing harus diserahkan dalam waktu ± 15 (lima belas) hari kalender
sesudah Kontraktor memperoleh Kontrak dan SPMK / Surat Perintah Mulai
Pekerjaan.
b. Bila selama 15 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana
belum menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk
2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
c. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor
Pelaksana harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada
rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai
pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Pengawas
/ Konsultan MK.
d. Selain Jadual Waktu Pelaksanaan, Jadual Material/Bahan, Jadual Pekerja,
Jadual Peralatan Kontraktor Juga Harus Membuat Jadual Materil Indent Seperti
Lift.

1.2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan
kualitas yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang
tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka
bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus
memenuhi syarat-syarat yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus
mengajukan contoh bahan yang akan digunakan kepada Pengawas / Konsultan
MK yang akan diajukan User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan
atau yang dinyatakan ditolak oleh Pengawas / Konsultan MK tidak boleh
digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas / Konsultan MK ternyata masih
dipergunakan oleh Kontraktor, maka Pengawas / Konsultan MK memerintahkan
untuk membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan
tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan
Pgawas berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke
Laboraentorium Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor.
Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak
diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan
tersebut.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 6

e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa


sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya
bahan-bahan dari kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini,
sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan
diisyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan
komponen konstruksi di belakang.

 Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton
dan penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung
minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi
syarat, sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium
tidak lagi diperlukan rekomendasi laboratorium.

 Semen Portland (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum
mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan
dengan cara dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk
menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.

 Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut
pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian
terbesar adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim
dipasarkan disebut pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.

 Batu Pecah (Split)


Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih
dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN


1.3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek adalah kawasan yang dilewati sepanjang Jalan Aruman,
Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.
b. Halaman proyek akan diserahkan kepada Kontraktor. Kontraktor hendaknya
mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah halaman
proyek tersebut.
c. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan
untuk mengajukan klaim/tuntutan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 7

1.3.2. AIR DAN DAYA


a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi
persyaratan sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam
kotoran dan zat-zat seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat
merusak atau mengurangi kekuatan konstruksi.
 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan
tersebut harus cukup terjamin.

b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri


sementara yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan
lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara
ini harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan
menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di
lapangan. Kontraktor harus pula menyediakan penangkal petir sementara untuk
keselamatan.

1.3.3. SALURAN PEMBUANGAN


Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar
daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau
air buangan. Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut
petunjuk Pengawas.

1.3.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN


FASILITAS LAIN
Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan
halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk
pekerja/buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai
untuk mandi dan buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi
fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap
bersih dan terhindar dari kerusakan.
Dengan seijin Kuasa Pengguna Anggaran, Kontraktor dapat menggunakan kembali
kantor, los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.

1.3.5. KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)


Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor
sementara beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari.
Kualitas dan peralatan yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : ukuran 50 m2
b. Konstruksi : rangka kayu ex borneo, lantai plesteran, dinding double
plywood
tidak usah dicat, atap asbes gelombang

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 8

c. Fasilitas : air dan penerangan listrik


d. Furnitur : 10 meja kerja 1/2 biro dan 10 kursi
1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm,
dan 10 kursi
2 unit komputer dan printer
2 whiteboard ukuran 120 x 80 cm
2 rak arsip gambar plywood 12 mm ukr. 120 x 240 x 30 cm

Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut


beserta peralatannya.

Dengan seijin Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen, Kontraktor


dapat menggunakan Direksi Keet yang sudah ada dengan diadakan penyempurnaan
dan perlengkapan peralatan jika dianggap perlu.

1.3.6. PAGAR SEMENTARA


Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi
lokasi yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut :
a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara.
b. Tinggi pagar minimum 2,1 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa
untuk lancarnya pekerjaan.
d. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/memasang pengaman
secukupnya disekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan-
bahan bangunan dari atas yang membahayakan baik pekerja maupun aktivitas
lain disekitar bangunan.
Kontraktor bisa menggunakan kembali pagar yang sudah ada dengan melakukan
perbaikan-perbaikan terlebih dahulu bila diperlukan.

1.3.7. PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan
halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama
tersebut 90 x 150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan
petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau
memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin
dari Pemberi Tugas.

1.3.8. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan
seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus
dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali
barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut
keluar dari halaman proyek.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 9

1.3.9. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)


a. Peil  0,00 Bangunan diambil + 60 cm dari jalan utama
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, dak beton, dan lain-lain
harus mengambil patokan dari peil  0,00 tersebut.

1.3.10. PAPAN BOUWPLANK


a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20
cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu
sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus
lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus. Pengukuran
harus memakai alat ukur yang disetujui Pengawas / Konsultan MK .
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as kolom/dinding. Letak
dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak
berubah selama pekerjaan berlangsung.

1.3.11. PENGAWASAN DAN JAM KERJA


a. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh konsultan
manajemen konstruksi.
b. Konsultan manajemen konstruksi berhak pada setiap waktu yang dianggap perlu
tanpa memberitahukan sebelumnya, untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan :
- Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan didalam atau diluar site.
- Terhadap gudang penyimpanan bahan- bahan.
- Terhadap pengolahan material maupun sumber - sumbernya.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan
konsultan manajemen konstruksi tetap menjadi tanggungjawab kontraktor. Jika
diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
pemeriksaan.
d. Jam kerja normal yang berlaku diproyek ini adalah pukul 07.00 sampai pukul
18.00. Dalam hal kontraktor memerlukan waktu lebih dari yang ditetapkan diatas,
maka harus dimintakan izin tertulis dari konsultan manajemen konstruksi, biaya
pengawasan akibat lembur diluar jam kerja diatas menjadi tanggung-jawab
kontraktor.

1.3.12. KEAMANAN DAN KESELAMATAN


Keamanan dan keselamatan kerja :
a. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib mengadakan segala yang
diperlukan untuk menjamin keamanan, keselamatan kerja.
b. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib menjalankan protocol convid-19
sesuai dengan Instruksi Menteri (Inmen) No 02/IN/M/2020 tentang Protokol
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
c. Kontraktor juga wajib memenuhi segala peraturan tata-tertib, ordonansi
pemerintah ataupun pemerintah setempat.
d. Kontraktor bertanggung-jawab atas biaya, kerugian atau tuntutan ganti rugi yang
diakibatkan adanya kecelakaan selama pelaksanaan pekerjaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 10

e. Kontraktor harus mengkoordinir keamanan dan keselamatan kerja proyek sampai


dengan serah terima kedua pekerjaan. Kontraktor harus membuat laporan tentang
keamanan, keselamatan kerja dan tidak adanya bahaya lain yang mungkin timbul.
Laporan harus diserahkan kepada konsultan manajemen konstruksi setiap hari
pada akhir kegiatan proyek.
f. Semua pekerja yang bekerja didaerah berbahaya harus memakai perlengkapan
pengamanan kerja seperti safety belt, helm.
g. Semua orang yang berada didalam areal proyek dilarang merokok.

1.3.13. KETENTUAN-KETENTUAN DARI PEMBERI TUGAS.


Ketentuan-ketentuan dari pemberi tugas :
a. Kelalaian-kelalaian yang dibuat oleh kontraktor seperti :
- Tanpa ada alasan ternyata meninggalkan pekerjaan sebelum pekerjaan
seluruhnya selesai atau apabila tidak mengindahkan segala instruksi yang
diberikan oleh konsultan manajemen konstruksi atau pemberi tugas.
- Apabila tidak dapat melanjutkan pekerjaannya secara teratur dan baik,
- Atau dalam hal telah menyerahkan bagian yang menjadi tanggung-jawabnya
kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari konsultan manajemen
konstruksi.
- Tidak menghadiri rapat-rapat teknis.
b. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah menerima instruksi tertulis dari
konsultan manajemen konstruksi atau pemberi tugas masih belum ada tanda
adanya perubahan yang berarti atau belum dilaksanakan instruksi termaksud,
maka konsultan manajemen konstruksi akan mengeluarkan peringatan tertulis.
Apabila dalam 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya peringatan tertulis, masih
belum ada perubahan yang berarti maka konsultan manajemen konstruksi dapat
mengambil tindakan dengan tidak mempertimbangkan alasan- alasan apapun
yang terjadi sebelumnya. Tindakan tersebut dapat berupa dialihkan nya tugas
termaksud kepada pihak lain dengan biaya dibebankan kepada kontraktor.
c. Apabila ternyata kontraktor tersebut mengalami kebangkrutan (bankrupt) atau
telah terjadi pengambil-alihan oleh pihak lain atas perusahaannya secara hukum
atau tindakan-tindakan lain yang senada dengan tindakan tersebut diatas, maka
pekerjaan kontraktor dibawah kontrak ini akan diadakan tindakan lebih lanjut.
Pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan sesuai dengan kontrak tersendiri, hanya
apabila telah terdapat persetujuan antara pemberi tugas dengan pihak lain yang
telah mengambil-alih semua kegiatan kontraktor tersebut.
d. Apabila dengan tindakan seperti tercantum diatas ternyata pekerjaan tidak dapat
berjalan dengan baik dan lancar, maka :
1) Pemberi tugas akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan
memberikan kepada pihak lain, dengan menggunakan semua fasiltas dan
peralatan yang telah berada di lapangan seperti bangunan-bangunan
darurat, gudang, peralatan-peralatan kerja, barang- barang, material,
termasuk barang- barang yang telah dibeli (tetapi belum sampai ditempat)
yang akan digunakan untuk mnyelesaikan pekerjaan dilapangan.
2) Bila dipandang perlu oleh pemberi tugas / konsultan manajemen
konstruksi maka dalam waktu 10 (sepuluh) hari sesudah dikenakannya
suatu tindakan, kontraktor harus tetap menyerahkan barang-barang dan
material yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dilapangan
sesuai dengan isi kontrak ini, melalui supplier atau sub-kontraktor yang
menyerahkan barang-barang dan material sesuai dengan kontrak ini,
yang mana ternyata sebegitu jauh belum dibayar oleh kontraktor yaitu

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 11

dengan memotong bagian yang harus dibayarkan kepada kontraktor


sesuai penilaian prestasi.
3) Apabila dianggap perlu oleh pemberi tugas maka semua barang yang
masih tinggal di lapangan seperti peralatan- peralatan kerja,
barangbarang material dan barang-barang yang disewanya, harus segera
dikeluarkan dari lapangan dan semua biaya untuk hal tersebut menjadi
beban kontraktor. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari ternyata hal tersebut
diatas tidak dilaksanakan, maka akan diselesaikan menurut
kebijaksanaan pemberi tugas, dengan tidak bertanggung-jawab atas
kerusakan atau hilangnya barang-barang tersebut. Ketentuan tersebut
juga berlaku bagi kontraktor yang karena satu dan lain hal ternyata
dihentikan kontrak kerjanya oleh pemberi tugas.

1.3.14. KEWAJIBAN KONTRAKTOR


a. Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan secara lengkap seluruhnya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan didalam kontrak.
b. Selekas mungkin sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK) atau selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa belaku Jaminan Penawaran,
kontraktor harus menyediakan Jaminan Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank
atau Badan Keuangan lain yang disetujui oleh pemberi tugas. Apabila Jaminan
Pelaksanaan belum diserahkan kepada Pemberi Tugas didalam jangka waktu
tersebut, maka hal ini berarti kontraktor mengundurkan diri dari pelaksanaan
pekerjaan kontrak ini. Demikian pula, apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK), kontraktor belum mulai melaksanakan
pekerjaan di lapangan dan / atau belum membayar dan / atau belum menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan, maka hal ini berarti kontraktor menolak melaksanakan
pekerjaan dan mengundurkan diri dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
c. Apabila ternyata dalam gambar-gambar kontrak terdapat perbedaan-perbedaan
atau penyimpangan-penyimpangan dengan apa yang telah tercantum didalam
kontrak sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam pekerjaan, maka kontraktor
harus segera memberitahukan hal ini kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
untuk diadakan penyelesaian.
d. Apabila terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan
ketentuan-ketentuan dalam uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan
(RKS), maka ketentuan yang paling lengkaplah yang mengikat.
e. Yang dimaksud dengan “gambar” adalah gambar pelaksanaan, gambar kerja,
gambar-gambar detail dan gambar-gambar lainnya yang dibuat untuk pekerjaan
ini sebelum atau pada saat pelaksanaan pekerjaan.
f. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar tersebut, maka gambar yang
berskala lebih besarlah yang mengikat. Apabila pada waktu pelaksanaan, oleh
konsultan perencana diadakan perubahan-perubahan dalam penggunaan bahan
danukuran-ukuran maka pada saat penyerahanpertama kontraktor diwajibkan
menyerahkantiga set gambar perubahan yang dikerjakandiatas gambar cetakan
asli dengan tinta berwarna.
g. Atas perintah konsultan manajemen konstruksi kepada kontraktor dapat
dimintakan gambar-gambar penjelasan dan rincian atas bagian-bagian pekerjaan
khusus. Gambar-gambar tersebut yang telah dibubuhi tanda persetujuan dari
konsultan manajemen konstruksi selanjutnya dianggap sebagai gambar
pelengkap dari perencana. Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan tiga set
cetakannya kepada konsultan manajemen konstruksi.
h. Biaya pembuatan semua keperluan gambar-gambar yang dibutuhkan selama
masa kontrak, baik gambar asli dan atau gambarperubahan yang diperlukan dalam

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 12

pelaksanaan untuk kepentingan kontraktor maupun gambar-gambar yang


memerlukan persetujuan dari konsultan manajemen konstruksi / konsultan
perencana yang harus dibuat diatas kertas kalkir, dan biaya pencetakan gambar-
gambar tersebut menjadi tanggungjawab kontraktor.
i. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikeluarkannya Surat Perintah Kerja
(SPK), kontraktor harus telah mulai dengan pekerjaan pembangunan fisik dalam
arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya
pekerjaan harus dipenuhi terlebih dahulu.
j. Kontraktor wajib mempelajari dan mema-hami semua Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Persyaratan Umum maupun supplementnya, Persyaratan Standard
Internasional dan Persyaratan yang dikeluarkan produsen serta tidak menyimpang
dari ketentuan didalam dokumen pelelangan serta segala petunjuk-petunjuk
tertulis yang telah dikeluarkan.
k. Kontraktor diharuskan menyediakan sedikitnya satu set gambar-gambar
pelaksanaan dan RKS ditempat pekerjaan dalam keadaan yang tetap rapih dan
bersih yang dapat dilihat setiap saat oleh pemberi tugas, konsultan manajemen
konstruksi ataupun petugas-petugas lainnya.Kontraktor berhak meminta
penjelasan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana atau
pihak lain yang ditunjuk pemberi tugas bilamana menurut pendapatnya ada
bagian-bagian dari dokumen kontrak, gambar atau hal-hal lainnya yang kurang
jelas.

1.3.15. TUGAS KONTRAKTOR DALAM PELAKSANAAN


Tugas kontraktor dalam pelaksanaan:
a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK)
kontraktor telah mulai dengan pekerjaan pembangunan fisik dalam arti kata yang
nyata. Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan,
harus segera dipenuhi.
b. Kontraktor harus mempunyai dan menyediakan atas biayanya sendiri semua
tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan sesuai
dengan kontrak.
c. Kontraktor harus menyerahkan
 Daftar / susunan Staf Pelaksana yang ditempatkan dilapangan.
 Daftar dan schedule peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan.
 Detail rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time schedule).
 Schedule pengadaan material.
 Dan lain-lain yang diperlukan.
d. Kontraktor harus mematuhi segala peraturan dan ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku, serta instruksi-instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Pemerintah /
Penguasa setempat sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
e. Kontraktor wajib berkoordinasi dengan pihak lainnya dalam kelancaran
pelaksanaan pekerjaan proyek terutama berkoordinasi dengan pihak Sub-
kontraktor langsung dari kontraktor.
f. Sub-kontraktor harus melaksanakan pekerjaannya diselaraskan dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan kontraktor, yang telah disetujui konsultan manajemen
konstruksi dan pemberi tugas. Dalam hal sub-kontraktor tidak mengindahkan
teguran tertulis dari kontraktor dalam hal penyelarasan jadwal dengan
pelaksanaan pekerjaan sub-kontraktor dapat dikenakan sanksi denda/teguran.
g. Kontraktor harus mematuhi segala peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku serta instruksi-instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah /
penguasa setempat sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan
h. Didalam melaksanakan pekerjaan ini, kontraktor harus :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 13

Memperhatikan, melaksanakan dan mengikuti semua ketentuan yang dikeluarkan


oleh kontraktor utama sehubungan dengan fungsinya sebagai koordinator
pelaksanaan pekerjaan sepanjang ketentuan tersebut berhubungan dengan
pelaksanaan kontrak ini.
 Bekerjasama dan saling tidak mengganggu dengan pihak lainnya (kontraktor
utama, sub-kontraktor lainnya dan pihak-pihak lain yang disetujui oleh pemberi
tugas untuk melaksanakan pekerjaan tertentu) didalam melaksanakan
pekerjaan yang merupakan bagian dari pembangunan proyek ini
 Menjamin pihak-pihak lainnya sebagai mana tersebut diatas dari segala
macam kerugian yang diderita oleh pihak lain tersebut didalam melaksanakan
pekerjaannya yang disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan sub-kontraktor.

1.3.16. TUGAS SUBKONTRAKTOR DALAM PELAKSANAAN


Sub-kontraktor :
a. Penunjukkan Sub-kontraktor oleh kontraktor hanyalah dapat dilakukan dengan
sepengetahuan dan seizin tertulis dari pemberi tugas dan konsultan manajemen
konstruksi.
b. Apabila hasil kerja sub-konraktor tidak memenuhi semua persyaratan Rencana
Kerja dan syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini ataupun tidak memenuhi target
prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka kontraktor tidak
dibenarkan untuk meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini sebagian atau
seluruhnya yang menjadi kewajibannya kepada yang ahli (sub-kontraktor) tanpa
terlebih dahulu memberitahukan kepada pemberi tugas.
c. Apabila tidak disebutkan didalam kontrak, maka kontraktor tidak dibenarkan untuk
mensubkan sebagian dari pekerjaan yang menjadi kewajibannya tanpa
persetujuan pemberi tugas / konsultan manajemen konstruksi. Dalam hal sudah
mendapat persetujuan pemberi tugas / konsultan manajemen konstruksi, maka
kontraktor utama tetap bertanggung jawab penuh atas hasil pekerjaan dan segala
kelalaian serta kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh subnya.
d. Sub - kontraktor adalah pihak yang mempunyai kontrak langsung dengan
kontraktor, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan
khusus sesuai keahliannya.

Khusus untuk pekerjaan dewatering, pekerjaan harus dilaksanakan oleh sub kontraktor
spesialis dewatering yang berpengalaman. Didalam penawaran, kontraktor harus
melampirkan surat pernyataan kerja sama dengan sub-kontrak tor spesialis dewatering,
brosur alat pengukur settlemen.

1.3.17. KOORDINASI PELAKSANAAN DILAPANGAN

a. Kontraktor wajib melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait dalam
pelaksanaan pekerjaan yang tercakup dalam proyek ini.
Tugas koordinasi tersebut meliputi :

1) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada Sub-kontraktor mengenai saat


dimulai dan diselesaikannya suatu bagian / keseluruhan pekerjaan
dengan berpedoman kepada Master Schedule dan keadaan kondisi
lapangan.
2) Mengatur dan memberi keleluasaan kerja kepada para Sub-kontraktor
dan memperhatikan urutan-urutan pekerjaan suatu kontraktor dengan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 14

yang lainnya yang saling berkaitan agar keseluruhan pekerjaan dapat


dilaksanakan sebaik- baiknya.
3) Memberi data-data tentang suatu bagian pekerjaan dimana Sub-kontraktor
akan melakukan kegiatan mengenai pengukuran, Gambar detail dsb, sehingga
Sub-kontraktor dapat mempersiapkan serta membuat rencana kerja terperinci
yang tepat.
4) Mengadakan rapat koordinasi antara semua kontraktor yang terlibat
didalam proyek ini guna mencapai kesepakatan dan konsensus dalam
rencana kerja dan / atau dalam membahas suatu masalah yang timbul
sebelum diajukan kedalam rapat lapangan.
b. Sub-kontraktor bertanggung-jawab untuk mengganti kerugian yang diderita oleh
kontraktor dan / atau sub-kontraktor lainnya tersebut mengalami gangguan dan
/ atau kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian sub-kontraktor.

1.3.18. INSTRUKSI KONSULTAN MANAJEMEN KONTRUKSI


Instruksi konsultan manajemen konstruksi :
a. Kontraktor harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi tertulis yang
dikeluarkan oleh konsultan manajemen konstruksi. Apabila dalam waktu 2 (dua)
hari sesudah menerima instruksi tersebut, ternyata masih belum ada realisasinya
maka kontraktor akan diberi peringatan tertulis dari konsultan manajemen
konstruksi. Apabila dalam waktu 2 (dua) hari setelah peringatan tertulis
dikeluarkan ternyata masih belum ada realisasi dari pelaksana instruksi tertulis
tersebut, maka kontraktor dapat dikenakan tindakan administrasi seperti yang
disebut dalam dokumen kontrak.
b. Semua instruksi dari konsultan manajemen konstruksi harus dikeluarkan secara
tertulis (Instruksi tertulis). Suatu instruksi lisan bukan mutlak merupakan pekerjaan
yang harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu apabila dalam waktu 2 (dua) hari
tidak dikeluarkan instruksi tertulis, hal tersebut tidak perlu ditanggapi kontraktor.
Tetapi sebaliknya kontraktor bertanggung-jawab penuh atas biayanya sendiri
untuk segala pekerjaan yang telah dilaksanakannya tanpa adanya instruksi
tertulis dari konsultan manajemen konstruksi.
c. Instruksi tertulis dari konsultan manajemen konstruksi tersebut dapat berupa :
 Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi keteguhan konstruksi, atau pekerjaan finishing yang
kurang baik atau hal- hal lain yang menyimpang dari persyaratan-
peryaratan teknis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pelaksanaan (RKS) dan gambar pelaksanaan.

 Instruksi untuk menyingkirkan material / bahan yang tidak memenuhi syarat


dan harus diangkut keluar areal proyek.
 Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari kontraktor yang
dianggap kurang mampu (un-skilled).
 Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (pengurangan dan
penambahan pekerjaan) yang sudah waktunya dilaksanakan dengan
segera.
 Instruksi untuk mengganti sub-kontraktor yang dianggap kurang mampu,
baik dari segi mutu kerja maupun kecepatan kerja.
 Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan.
 Dan instruksi-instruksi lainnya yang Termasuk dalam lingkup tugas
kontraktor.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 15

d. Bilamana ada instruksi lisan, kontraktor berhak untuk melaksanakan pekerjaan


tersebut, atau mengadakan konfirmasi kepada konsultan manajemen
konstruksi. Tetapi sebaliknya kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
pekerjaan yang telah dilaksanakan tanpa adanya instruksi tertulis dari konsultan
manajemen konstruksi.

1.3.19. LAPORAN-LAPORAN
Kontraktor diwajibkan membuat :
a. Laporan Harian yang berisi :
 Tahap berlangsungnya pekerjaan.
 Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub-kontraktor (jika diizinkan).
 Catatan dan instruksi konsultan manajemen konstruksi yang disampaikan tertulis
maupun lisan.
 Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk dan yang ditolak).
 Keadaan cuaca.
 Jumlah tenaga kerja dan alat.
 Masalah yang terjadi.

Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui oleh
konsultan manajemen konstruksi.

b. Laporan Mingguan.
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian dan disampaikan langsung
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Penugasan-penugasan dan instruksi dari
konsultan manajemen konstruksi baru dianggap berlaku dan mengikat apabila telah
dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa dan disetujui oleh konsultan
manajemen konstruksi.

c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan yang dibuat berdasarkan laporan mingguan.

d. Foto-Foto Kegiatan Proyek


Foto - foto dalam bagian atau tahapan kegiatan penting sebanyak 3 (tiga) set berikut
album yang diserahkan kepada konsultan manajemen konstruksi untuk setiap tahapan
pelaksanaan.

e. Laporan Lain-lain
Laporan lain-lain ini berisikan laporan perhitungan back up data kuantitas dan laporan
back up data kualitas hasil pengujian labor atau test dilapangan.
Gambar Shop drawing dan Gambar Asbuildrawing juga harus dibuat dan diperiksa
konsultan MK.

1.3.20. PERUBAHAN RENCANA


Penyerahan pekerjaan :
a. Atas instruksi dan persetujuan konsultan manajemen konsruksi, Konsultan Perencana
berhak mengadakan suatu perubahan atas rencana yang telah ada dengan memberi
instruksi tertulis kepada kontraktor untuk dilaksanakan. Dalam hal ini kontraktor harus
bertanggung-jawab atas pekerjaan yang tidak sesuai dengan instruksi tersebut.
b. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif atau
modifikasi) dari pada design, kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan seperti yang

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 16

tercantum idalam gambar-gambar kerja (kontrak). Perubahan tersebut


termasuk penambahan, pembatalan atau penggan tian dari suatu pekerjaan,
perubahan dari jenis atau standard dari suatu bahan, peralatan atau mesin yang
dipergunakan didalam pekerjaan.
c. Kuantitas dan nilai dari semua perubahan akan dihitung oleh konsultan
manajemen konstruksi menurut ketentuan yang berlaku didalam kontrak ini dan
apabila diperlukan, kontraktor diberi kesempatan untuk mengikuti perhitungan yang
dibuat. Untuk perhitungan nilai dan perubahan, metode atau cara berikut ini harus
dipakai :
1. Harga-harga yang tertera didalam koNtrak dipakai untuk menghitung nilai dari item
pekerjaan yang bersifat sama.
2. Untuk item pekerjaan dimana sifatnya berbeda maka harga-harga yang tertera
didalam Penawaran merupakan dasar perhitungan dari nilai suatu perubahan,
sepanjang nilai yang didapat adalah wajar dan hanya untuk sifat yang berbeda
saja yang dinilai perubahannya.

1.3.21. PENYERAHAN PEKERJAAN


Penyerahan pekerjaan :
a. Penyerahan pertama dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal yang
telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan, sesuai dengan penjelasan
tentang waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam aanwijzing.
b. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasan
tersebut sesuai dengan alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS).
c. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada konsultan
mana- jemen konstruksi, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum tanggal yang
dimaksud, dimana konsultan manajemen konstruksi akan mengadakan pemeriksaan
seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan disampaikan kepada
kontraktor. Sebelum penyerahan pertama, pemeriksaan dapat diadakan lebih dari satu
kali. Pada saat-saat pemeriksaan maupun penyerahan dibuatkan Berita Acara.
d. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyelesaian atau pengunduran waktu penyerahan
adalah keadaan-keadaan force majeure.

1.3.22. PENYELESAIAN DAN MASA PEMELIHARAAN

a. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100%, maka pihak pemberi tugas (tim PHO),
pengelola teknis, konsultan manajemen konstruksi dan kontraktor bersama-sama
menandatangani suatu Berita Acara Penyerahan-I. Bertepatan dengan ini
berlangsunglah penyerahan pekerjaan pertama.
b. Masa pemeliharaan adalah 180 hari kalender, terhitung sejak tanggal dilakukannnya
penyerahan pertama pekerjaan dari kontraktor kepada pemberi tugas.
c. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengganti atau memperbaiki cacat-cacat
maupun kekurangan-kekurangan yang timbul dalam masa pemeliharaan yang
disebabkan oleh pemakaian bahan-bahan maupun kwalitas pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan didalam kontrak. Penggantian ataupun perbaikan
harus dilaksanakan secepat setelah ditemukannya cacat-cacat atau kekurangan-
kekurangan tersebut. Apabila hal ini tidak segera dilakukan konsultan manajemen
konstruksi berhak untuk menunjuk pihak lain untuk melaksanakan perbaikan tersebut
dan biaya untuk itu merupakan beban kontraktor.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : I - 17

d. Jika Pemberi Tugas menganggap perlu ia boleh mengeluarkan instruksi agar kontrak-
tor memperbaiki segala cacat, susut dan kesalahan lainnya yang disebabkan oleh
bahan-bahan dan cara-cara pelaksanaan yang tidak sesuai dengan kontrak.
e. Setelah semua instruksi perbaikan selesai dilaksanakan, maka dibuatkan Berita
Acara.

f. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-perbaikan


dilaksanakan dengan baik, tim pemberi kerja (panitia FHO), pengelola teknis,
konsultan manajemen konstruksi akan mengeluarkan Sertifikat Penyelesaian
Pekerjaan Perbaikan (SP3) yang berarti penyerahan kedua dari pihak kontraktor
kepada Pemilik, merupakan berakhirnya masa pemeliharaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - i

DAFTAR ISI
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR
2.1. PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN ......................................... 1
2.1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN ............................................................................. 1
2.1.2. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL) ............................................................... 1
2.1.3. PAPAN BOUWPLANK ..................................................................................... 1
2.2. PEKERJAAN TANAH ..................................................................................................... 1
2.2.1. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING).................................... 1
2.2.2. GALIAN TANAH ................................................................................................ 2
2.2.3. URUGAN TANAH .............................................................................................. 2
2.2.4. BENDA-BENDA YANG DITEMUKAN .............................................................. 2
2.2.5. URUGAN PASIR ............................................................................................... 2
2.3. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN PARTISI ......................... 3
2.3.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................... 3
2.3.2. STANDAR / RUJUKAN ..................................................................................... 3
2.3.3. PROSEDUR UMUM .......................................................................................... 3
2.3.4. BAHAN - BAHAN .............................................................................................. 3
2.3.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ........................................................................ 4
2.4. PEKERJAAN DINDING PARTISI ................................................................................... 5
2.4.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................... 5
2.4.2. STANDAR / RUJUKAN ..................................................................................... 5
2.4.3. PROSEDUR UMUM .......................................................................................... 5
2.4.4. BAHAN - BAHAN .............................................................................................. 5
2.4.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ........................................................................ 6
2.4.6. DINDING PEMISAH TOILET ............................................................................ 7
2.5. PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN .................................................................. 7
2.5.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................... 7
2.5.2. STANDAR / RUJUKAN ..................................................................................... 7
2.5.3. PROSEDUR UMUM .......................................................................................... 7
2.5.4. BAHAN - BAHAN .............................................................................................. 8
2.5.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ........................................................................ 8
2.6. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA ................................................................... 10
2.6.1. KETERANGAN ................................................................................................ 10
2.6.2. STANDAR DAN RUJUKAN ............................................................................ 10
2.6.3. DESKRIPSI SISTEM ....................................................................................... 11
2.6.4. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 11
2.6.5. BAHAN - BAHAN ............................................................................................ 13
2.6.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 14
2.6.7. PINTU BESI EMERGENCY ............................................................................ 15
2.6.8. PINTU KAYU ENGINEERING ........................................................................ 15
2.7. PEKERJAAN KACA ..................................................................................................... 17
2.7.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 17
2.7.2. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 17
2.7.3. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 17
2.7.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 18
2.8. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI ........................................... 19
2.8.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 19
2.8.2. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 19
2.8.3. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 19

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - ii

2.8.4. BAHAN - BAHAN ............................................................................................ 20


2.8.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 21
2.9. PENUTUP DAN PENGISI CELAH ............................................................................... 22
2.9.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 22
2.9.2. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 22
2.9.3. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 22
2.9.4. BAHAN - BAHAN ............................................................................................ 23
2.9.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 23
2.10. PEKERJAAN RAILING BESI DAN STAINLESS STEEL ............................................ 24
2.10.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 24
2.10.2. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 24
2.10.3. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 24
2.10.4. BAHAN - BAHAN ............................................................................................ 25
2.10.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 25
2.11. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT .................................................................................... 26
2.11.1. KETERANGAN ................................................................................................ 26
2.11.2. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 26
2.11.3. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 26
2.11.4. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 26
2.11.5. BAHAN - BAHAN ............................................................................................ 27
2.11.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 27
2.11.7. LANGIT-LANGIT AKUSTIK / GYP TILE ........................................................ 28
2.11.8. LANGIT-LANGIT KASIUM SILIKAT .............................................................. 29
2.12. PEKERJAAN PELAPISAN DINDING .......................................................................... 32
2.12.1. KETERANGAN ................................................................................................ 32
2.12.2. PELAPIS DINDING KERAMIK ....................................................................... 32
2.12.3. PEKERJAAN PELAPIS DINDING BATU ALAM ........................................... 35
2.12.4. PELAPIS DINDING ALUMUNIUM COMPOSITE PANEL (ACP) .................. 36
2.13. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI ................................................................................. 37
2.13.1. KETERANGAN ................................................................................................ 37
2.13.2. PEKEJAAN LANTAI UBIN KERAMIK ........................................................... 37
2.13.3. FLOOR HARDENER ....................................................................................... 39
2.14. PEKERJAAN PENGECATAN ....................................................................................... 41
2.14.1. KETERANGAN ................................................................................................ 41
2.14.2. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 41
2.14.3. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 41
2.14.4. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 41
2.14.5. BAHAN – BAHAN ........................................................................................... 42
2.14.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 43
2.14.7. PEKERJAAN LAPISAN TRANSPARAN (MELAMIC) ................................... 46
2.15. PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR DAN ASESORISNYA .................................... 48
2.15.1. KETERANGAN ................................................................................................ 48
2.15.2. PEKERJAAN SANITAIR ................................................................................. 48
2.16. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT ........................................................................... 49
2.16.1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................. 49
2.16.2. STANDAR / RUJUKAN ................................................................................... 50
2.16.3. PROSEDUR UMUM ........................................................................................ 50
2.16.4. BAHAN – BAHAN ........................................................................................... 50
2.16.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 51

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 1

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II

PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

2.1. PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN

2.1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan
seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus
dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali
barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut
keluar dari halaman proyek.

2.1.2. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)


a. Peil  0,00 Bangunan diambil + 0.60 m lebih tinggi dari badan jalan lingkungan
perencanaan, sedangkan basement direncanakan - 3.50 m dari badan jalan
lingkungan, seperti yang ditunjukan dalam potongan bangunan)
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain
harus mengambil patokan dari peil  0,00 tersebut.

2.1.3. PAPAN BOUWPLANK


a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20
cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu
sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus
lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran
harus memakai alat ukur yang disetujui Pengawas Lapangan.
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as kolom/dinding. Letak
dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak
berubah selama pekerjaan berlangsung.

2.2. PEKERJAAN TANAH

2.2.1. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)


a. Tanah halaman Perencanaan Gedung Kantor Pelayanan Publik Kota Cimahi
dibentuk sesuai rencana tapak antara lain jalan, parkir, terrace pintu masuk,
sehingga diperoleh ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan
dalam gambar pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan
pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus dilakukan dengan peralatan-peralatan
yang memadai dan dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan teknis yang
berlaku.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 2

b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil galian atau
didatangkan dari luar proyek, dengan syarat harus bebas dari kotoran, batu-batu
besar, dan tumbuh-tumbuhan. Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis,
tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, dan dipadatkan dengan menggunakan stamper
dan timbris.
c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-tumbuhan diatasnya
harus dibuang dahulu permukaan bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm,
khususnya pada daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.
d. Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari lingkungan tapak.

2.2.2. GALIAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk pondasi batu kali, pembentukan muka
tanah, saluran-saluran air dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam
gambar baik kedalaman, kemiringan maupun panjang dan lebarnya.

b. Lubang pondasi dan lubang galian lainnya harus diusahakan selalu dalam
keadaan kering (bebas air), untuk itu harus disediakan pompa-pompa air yang
siap pakai dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.

2.2.3. URUGAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk pasangan pondasi
dan peninggian halaman. Urugan harus dilakukan selapis demi selapis dengan
ketebalan tidak lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat.

b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi, instalasi/pipa-


pipa dan lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh Pengawas Lapangan.

2.2.4. BENDA-BENDA YANG DITEMUKAN


Semua benda-benda yang ditemukan selama pekerjaan tanah berlangsung, terutama
pada saat pembongkaran dan penggalian tanah, menjadi milik proyek.

2.2.5. URUGAN PASIR


a. Urugan pasir dilaksanakan untuk di bawah paving block atau bahan perkerasan
jalan, saluran-saluran, bak-bak kontrol dan dibawah pasangan lantai bangunan.

b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air.
Ukuran dari ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran
jadi (sesudah dalam keadaan padat).

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 3

2.3. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN PARTISI

2.3.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu yang
dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
 Pasangan batu bata
 Adukan
 Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom bangunan,
dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan peralatan.

Sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

2.3.2. STANDAR / RUJUKAN


1. American Society for Testing and Materials (ASTM)
2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
3. Standar Nasional Indonesia (SNI)

2.3.3. PROSEDUR UMUM


1. Keterangan.
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata
dan bata ringan disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.

2. Pengiriman dan Penyimpanan.


Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan.
Bata harus disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimal 150 cm.
Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera
nama pabrik serta merek dagangnya.
Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

2.3.4. BAHAN - BAHAN


1. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi Jaya Celcon ukuran tebal 10 cm,
8,8 buah per m2.

Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas


Lapangan. Konsultan Pengawas berhak menolak bata ringan yang tidak
memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari
tempat pekerjaan.

2. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan dinding
batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Fabrikan.

Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk Mortar Utama.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 4

3. Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom
praktis dan ringbalk.

Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk)
adalah 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil.

Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek
untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur dan
zat-zat organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran 1 -
2 cm, bebas dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI 1971.

4. Bahan Penutup dan Pengisi Celah.


Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan Spesifikasi
Teknis.

2.3.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan
menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.

1. Sloof, kolom praktis dan ringbalk.


Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : sloof 15 x 20 cm, kolom
praktis 12 x 12 cm dan 10 x 10 untuk dinding bata ringan, ringbalk dan balok latai
12 x 12 cm dan 10 x 10 untuk dinding bata ringan Kolom praktis dan ringbalk
diplester sekaligus dengan dinding bata sehingga mencapai tebal 15 cm dan 10
cm untuk dinding bata ringan. Bekisting terbuat dari kayu terentang/kayu hutan
lainnya dengan tebal minimum 2 cm yang rata dan berkualitas papan baik.

Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan harus
rapat sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru boleh dibongkar
setelah beton mengalami proses pengerasan.

2. Pasangan Bata Ringan


Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu
sampai jenuh.

Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan:


1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai  12 m2 harus dipasang
beton praktis (kolom, dan ring balk)
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya
dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan
benar-benar dipasang tegak lurus.

Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak
40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas
kusen harus dibuat balok latei 10/10. Pemasangan harus dijaga kerapihannya,
baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen
harus diisi dengan aduk

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 5

3. Perawatan dan Perlindungan.


Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 hari
setelah didirikan.
Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu – waktu hujan
lebat harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan
dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi
celah.

4. Plesteran dan Pengacian.


Plesteran dan pengacian harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis.

2.4. PEKERJAAN DINDING PARTISI

2.4.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup pngangkutan, pengadaan bahan, tenaga kerja dan alat kerja
serta pemasangan partisi dan perlengkapannya, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.

2.4.2. STANDAR / RUJUKAN


o Standar Nasional Indonesia (SNI)

2.4.3. PROSEDUR UMUM


1. Contoh Bahan dan Data Teknis.
Sebelum pengadaan bahan, Kontrktor harus menyerahkan contoh dan data
teknis/brosur bahan yang akan digunakan, untuk disetujui Konsultan
Pengawas.

2. Gambar Detail Pelaksanaan.


Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan Gambar
Detail Pelaksanaan kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan
disetujui.
Gambar Detail Pelaksanaan harus memperlihatkan dimensi, tata letak, detail-
etail pertemuan, cara pengencangan dan penyelesaian, dan detail
penyelesaian lainnya.

3. Pengiriman dan Penyimpanan


3.3.1 Semua bahan yang didatangkan harus disimpan ditempat yang
terlindung sehingga terhindar dari kerusakan, baik sebelum dan
selama pemasangan.
3.3.2 Bahan yang didatangkan harus dilengkapi dengan label, dat teknis dari
pabrik pembuat untuk menjamin bahwa bahan yang didatangkan
tersebut sesuai dengan yang telah disetujui.

2.4.4. BAHAN - BAHAN


1. Umum

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 6

Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan partisi harus berasal dari
produk Jayaboard, seperti disebutkan dalam Spesifikasi ini.
2. Rangka Metal.
Rangka metal untuk pemasangan dan penumpu panel partisi harus terbuat
dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium seperti Zincalume atau
Galvalum, dalam bentuk dan ukuran rangka C Stud 100/39/0,6 dan U Chanel
100/40/0,6, sebagai rangka partisi, buatan Jayabord,
3. Papan Gipsum.
Papan gipsum untuk panel partisi harus dari tipe standar yang memiliki
ketebalan minimal sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

2.4.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Umum.
Pabrikasi partisi harus dilaksanakan sesuai dengan pentunjuk Gambar Detail
Pelaksanaan yang telah disetujui, serta sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Setiap kesalahan yang disebabkan karena kesalahan pengukuran dimensi
harus menjadi tanggung jawab Kontraktor, tanpa biaya tambahan dari Pemilik
Proyek.
Partisi pertama yang dibuat harus disetujui Konsultan Pengawas sebelum
memulai produksi masal.

2. Pemasangan.
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja, semua panel partisi dari papan
gipsum dan kaca akan terdiri dari :
- Rangka Metal :
- Batang tegak,
- Batang tepi atas, bawah dan tengah/pembagi.
Dengan bentuk, dimensi dan ketebalan sesuai standar rangka C
Stud 100/39/0,6 dan U Chanel 100/40/0,6.

- Alat pengencang.
- Panel dari papan gipsum dan kaca.

Panel partisi harus dipasang dengan cara sedemikian rupa untuk mengurangi
jumlah sambungan sebanyak mungkin.
Setiap pertemuan papan gipsum harus dikerjakan sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
Panel partisi kemudian dipasangkan ke rangka metal dan dikencagkan
dengan sekrup khusus standar yang direkomendasikan pabrik gypsum dan
rangka stutnya.
Metode pemasangan dan pengencangan harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik pembuat papan untuk panel partisi dan sesuai dengan Gambar
Detail Pelaksanaan yang telah disetujui.
Pertemuan dengan atap, lantai dan dinding atau kolom bangunan harus
diselesaikan dengan hati-hati dan rapi sesuai petunjuk pelaksanaan dari
pabrik pembuat.
Bahan pengisi celah harus diaplikasikan dengan cara yang rapi pada setiap
pertemuan.

3. Perlindungan dan Pembersihan.


Panel partisi, bingkai atau rangka partisi dan bagian yang bersebelahan harus
dilindungi dari kerusakan setiap saat. Setelah selesai pekerjaan, semua

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 7

daerah kerja harus dibersihkan dan ditinggalkan dalam keadaan bersih tanpa
bekas.
4. Penyelesaian.
Panel Partisi.
Panel partisi dari papan gipsum harus diselesaikan dengan cara-cara yang
direkomendasikan pabrik pembuat papan gipsum, seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan panel partisi berbahan papan
gipsum harus diberi lapisan cat dalam warna yang sesuai ketentuan Skema
Warna yang diterbitkan kemudian, atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
Bahan cat dan cara pelaksanaannya harus sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis.

2.4.6. DINDING PEMISAH TOILET


Bahan yang digunakan adalah panel solid phendic berkualitas tinggi yang
diperuntukan untuk daerah basah / tingkat kelembaban tinggi produk Matrix atau cubix
phenolic
Karakteristik bahan sebagai berikut :
a. Permukaan panel dengan finishing melamine (malt/dof) yang tahan terhadap
bahan kimia, disifectant, dan bahan pembersih lainnya termasuk bara / api rokok.
b. Kaki panel terbuat dari nylon atau baja ringan anti korosi.
c. Tinggi panel terpasang 2100 mm, termasuk 150 mm peninggian dari atas lantai
KM/WC
d. Ketebalan panel minimum 13 mm
e. Hardware yang digunakan adalah yang disyaratkan oleh pembuat panel
kompartemen toilet

2.5. PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN

2.5.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan halus),
seperti dinyatakan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

2.5.2. STANDAR / RUJUKAN


American Society for Testing and Materials (ASTM)
American Concrete Institute (ACI)
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
Standar Nasional Indonesia (SNI)
American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)

2.5.3. PROSEDUR UMUM


1. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas
lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.

2. Pengiriam dan Penyimpanan.


Pengiriman dan penyimpanan bahan semen dan bahan lainnya harus sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 8

Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan kata
lain daerah sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang memadai,
dan bebas dari benda – benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm
agar tidak berhamburan.

2.5.4. BAHAN - BAHAN


1. Adukan dan Plesteran Dibuat di Tempat.
Semen.
Semen tipe I harus memenuhi standar SNI 15-2049-1994 atau ASTM C 150-1995,
seperti Tiga Roda.
Semen yang digunakan harus berasal dari satu merek dagang.

Pasir.
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau
kotoran lain yang merusak.
Perbandingan butir – butir harus seragam mulai dari yang kasar sampai pada yang
halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.

Bahan Tambahan.
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedpan terhadap air dan menambah
daya lekat harus berasal dari merek yang dikenal luas, seperti Super Cement,
Febond SBR, Cemecryl, Barra Emulsion 57 atau yang setara.

2. Adukan dan Plesteran Siap Pakai .


Adukan dan Plesteran Khusus Pasangan Batu Bata Ringan.
Adukan khusus untuk pemasangan bata merah harus terdiri dari bahan semen,
pasir silika dengan besar butir maksimal 3 mm, bahan pengisi untuk meningkatkan
kepadatan, dan bahan tambahan yang larut air, yang dicampur rata dalam
keadaan kering sehingga adukan siap pakai dengan hanya menambahkan air
dalam jumlah tertentu, seperti MU-300 buatan PT Cipta Mortar Utama.

Acian Khusus.
Acian khusus untuk permukaan pasangan batu bata harus terdiri dari bahan
semen, tepung batu kapur dan bahan tambahan lainnya yang telah dicampur rata
dalam keadaan kering sehingga adukan siap pakai dengan hanya menambahkan
air dalam jumlah tertentu, seperti MU-200 buatan PT Cipta Mortar Utama.

3. Air.
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat – zat organik yang
bersifat merusak.
Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada
dasarnya semua air, kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji sesuai
ketentuan AASHTO T26 dan / atau disetujui Konsultan Pengawas.

2.5.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Perbandingan Campuran Adukan dan / atau Plesteran.
Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan kedap
air 150 mm di bawah permukaan tanah sampai 500 mm di atas lantai, tergambar
atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan beton yang
terlihat dan tempat – tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 9

Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan plesteran
selain tersebut di atas.
Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan
terhadap air harus digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk
penggunaan dari pabrik pembuat.

2. Pencampuran.
Umum.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1
sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran
tidak diijinkan digunakan.

Adukan Khusus.
Adukan khusus untuk pasangan batu bata ringan harus dicamput sesuai petunjuk
dan rekomendasi dari pabrik pembuatnya.

3. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.


Semua permukaan yang akan menerima adukan dan / atau plesteran harus
bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan
instalasi listrik dan air dan seluruh bagian yang akan menerima plesteran telah
terlindung di bawah atap. Permukaan yang akan diplester harus telah berusia
tidak kurang dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut harus disira
m air terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok sedalam 10
mm dan dibersihkan.

4. Pemasangan.
Plesteran Batu Bata.
 Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan
pembersihan selesai.
 Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna, bidang plesteran
dibagi – bagi dengan kepala plesteran yang dipasangi kelos – kelos
sementara dari bambu.
 Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang tegak dengan
menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm untuk patokan kerataan
bidang.
 Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan kerataannya, permukaan
dinding baru dapat ditutup dengan plesteran sampai rata dan tidak kepingan
– kepingan kayu yang tertinggal dalam plesteran.
 Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali bila pasangan akan
dilapis dengan bahan lain.
 Sisa – sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.
 Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian pertemuan
dengan bukaan dinding atau bagian lain yang ditentukan dalam Gambar
Kerja, dibuat dengan menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah
diserut rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air dengan
menggunakan baja tulangan.

Plesteran Permukaan Beton.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 10

 Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus dikasarkan, dibersihkan


dari bagian – bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian diplester.
 Permukaan beton harus bersih dari bahan – bahan cat, minyak, lemak, lumur
dan sebagainya sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
 Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah
plesteran selesai dan mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan
penyiraman air.
 Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak – retak, tidak
tegak lurus dan sebagainya harus diperbaiki.

5. Ketebalan Adukan dan Plesteran.


Tebal adukan dan / atau plesteran 10 – 25 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

6. Pengacian.
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga
plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bag yang bergelombang, tidak ada bag
yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering
betul.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus selalu
menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh, sekurang –
kurangnya dua kali setiap harinya.

7. Pemeriksaan dan Pengujian.


Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa dan diuji. Kontraktor
setiap waktu harus memberi kemudahan kepada Pengawas Lapangan untuk
dapat mengambil contoh pada bag yang telah diselesaikan.

Bagian yang ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan dengan
cara yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek.

2.6. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA

2.6.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, daun
pintu dan jendela dengan bahan-bahan dari Aluminium, termasuk menyediakan
bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini,.

2.6.2. STANDAR DAN RUJUKAN


2.6.2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.

2.6.2.2. British Standard (BS)


- BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
- BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
- BS 5368 (Part 3) – Structural Performance

2.6.2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM).


- ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods,
Wire Shapes and Tubes.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 11

- ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan Curtain
Wall
- ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain Wall
- ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan Curtain
Wall

2.6.2.4. American Architectural Manufactures Association (AAMA).


- AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium

2.6.2.5. Japanese Industrial Standard (JIS)


- JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
- JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium

2.6.3. DESKRIPSI SISTEM


2.6.3.1. Kriteria Perencanaan
- Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian – bagian alumunium termasuk ketahanan kaca,
memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin
yang disyaratkan.

- Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan,
kekuatan atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria
perencanaan.

2.6.3.2. Pergerakan Karena Temperatur


Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang
tidak merekat dan hal – hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung
pergerakan ini.

2.6.3.3. Persyaratan Struktur


Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 cm.
Beban Hidup : Pada bagian – bagian yang menerima hidup terutama pada waktu
perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan
angkur dengan kemampuan menahan beban terpusat sebesar 62 kg tanpa terjadi
kerusakan.

2.6.3.4. Kebocoran Udara


ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap m’ unit
panjang penampang bidang bukaan pada tekanan 75 Pa.

2.6.3.5. Kebocoran Air


ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior bangunan
sampai tekanan 137 Pa dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum
3,4 L/m2/minimal.

2.6.4. PROSEDUR UMUM


2.6.4.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe alumunium
ekstrusi, pelapisan, warna dan penyelesaian, harus diserahkan kepada

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 12

Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum pengadaan bahan kelokasi


pekerjaan.
Contoh bahan produk alumunium harus diuji di laburatorium yang ditunjuk
Konsultan Pengawas atau harus dilengkapi dengan data-data pengujian dan
sertifikat dari pabrik pembuatnya.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk :
- Ketebalan lapisan,
- Keseragaman warna,
- Berat,
- Karat,
- Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m2 untuk masing-masing
tipe.
- Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam,
- Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m 2.

2.6.4.2. Spesifikasi Teknis


Dimensi : 3” x 1 ¾” / 4” x 1 ¾“ (untuk kusen pintu
dan jendela bukan curtain wall)
Tebal profil alumunium : 1.35 mm (minimal)
Ultimate strength : 28.000 pci
Yield strength : 22.000 pci
Shear strength : 17.000 pci
Anodizing ketebalan lapisan di seluruh permukaan alumunium adalah 18
mikron dengan warna akan ditentukan kemudian (Alexindo).

2.6.4.3. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.6.4.4. Gambar Detail Pelaksanaan.


Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan rangka
dan bingkai, pengencangan dan sistem pengukuran seluruh pekerjaan, harus
disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk
disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan.
Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam Gambar
Detail Pelaksanaan.
Kontraktor bertanggung jawab atas setiap perbedaan dimensi dan akhir
penyetelan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyempurnakan
pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga sesuai dengan
ketentuan Gambar Kerja.

2.6.4.5. Pengiriman dan Penyimpanan

Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan Gambar


Kerja, bebas dari bentuk puntiran, lekukan dan cacat.
Segera seteklah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus
ditumpuk dengan baik ditempat yang bersih dan kering dan dilindungi terhadap
kerusakan dan gesekan, sebelum dan setelah pemasangan.

Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan,
plesteran, cat dan lainnya.

2.6.4.6. Garansi

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 13

Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang meliputi
kesempurnaan pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua pintu, jendela dan
lainnya seperti ditunjukkan dalam spesifikasi ini untuk periode selama 1 tahun
setelah pekerjaan yang rusak dengan biaya Kontraktor.

2.6.5. BAHAN - BAHAN


2.6.5.1. Alumunium
Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari
jenis alumunium alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM
B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan lapisan clear
anodized minimal 16 mikron yang diberi lapisan warna akhir polish snolok di
pabrik dalam warna sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian.
Tebal profil minimal 1,3 mm, seperti merek Alexindo dengan ukuran 3” x 1 ¾”
dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi profil dapat berubah tergantung jenis
profil yang nanti disetujui.
Kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
perlengkapan standar dari pabrik pembuatan.

2.6.5.2. Alat Pengencang dan Aksesori.


Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan
pemasangan kepala tertanam untuyk mencegah reaaksi elektronik antara alat
pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
Peanahan udara dari bahan vinyl.
Bahan penutupp sekrup agar tidak terlihat yang memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.

2.6.5.3. Kaca dan Neoprene/Gasket.


Kaca untuk pintu dan jendela alumunium harus memenuhi ketentuan.
Neoprene/Gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan kaca pekerjaan
alumunium harus memenuhi ketentuan.
Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219
Bahan : EPDM
Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca

2.6.5.4. Perlengkapan pintu dan jendela


Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel dan lainnya sesuai ketentuan.

2.6.5.5. Sealant Dinding (Tembok)


Bahan : Single komponen
Type : Silicone Sealant

2.6.5.6. Screw
Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain – lain
Bahan : Stainless Steel (SUS)

2.6.5.7. Joint Sealer

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 14

Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat
guna menutup celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran
udara, air dan suara.
Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
Bahan : Butyl Rubber

2.6.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.6.6.1. Fabrikasi
Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum
Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor disetujui Pengawas
Lapangan.
Semua komponen harus difebrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk dan
ukuran aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.

2.6.6.2. Pemasangan
Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Pengawas Lapangan sebagai
acuan dan contoh untuk pemasangan berikutnya.
Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen.
Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam Gambar Kerja, swambungan-
sambungan tersebut harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga
sambungan-sambungan tersebut dappat meneruskan beban dan menahan
tekanan yang harus diterimanya.
Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus
dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap 500mm.
Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan harus
dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik.
Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja harus dilapisi
dengan cat khusus yang direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah
kerusakan komposisi alumunium.
Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian
alumunium harus trdiri dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi elektronik,
seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya.
Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan
sebelum pelaksanaan anokdisasi.
Pemasangan kaca pada profil alumunium harus dilengkapi dengan Gasket atau
sealant.
Kunci dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja dan
memenuhi ketentuan.
Penutup celah harus digunakan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat dan
memenuhi ketentuan.
Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa
kelapangan/ halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar
mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela.
Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus
dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.
Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 15

Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur


serta persyaratan teknis yang benar.
Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan
sifatnya harus diberi “sealant”.
Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air.
Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus
tetap dilindungi dengan “Lacquer Film”.
Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen; alumunium telah
terpasang maka kosen tersebut harus tetap terlindungi oleh Lacquer Film atau plastic tape
agar kosen tetap terjamin kebersihannya.

2.6.7. PINTU BESI EMERGENCY


a. Daun pintu besi yang akan digunakan dengan ketentuan :
 Tebal plat untuk frame adalah 2,3 mm
 Tebal plat untuk daun pintu adalah 1,5 mm
 Pengunci dan handle dengan engsel Dekson atau setara.

b. Daun pintu tahan apai (fire doors) minimal 120 menit produk BOSTINCO, dengan
teknik pemasangan yang sesuai brosur dan gambar rancangan pelaksanaan.
Untuk pemasangan fire doors tersebut dilengkapi :
 Hinge (engsel) tipe K05-F/13
 Handle nd back plate tipe 7570.01
 Kunci Cylinder tipe 3333 N

2.6.8. PINTU KAYU ENGINEERING


2.6.8.1. Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna. Semua jenis kayu harus kering oven.
2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu double plywood lapisan laminated
PVC Sheet seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
3. Merk yang direkomendasikan yaitu HI GARD DOOR

2.6.8.2. Persyaratan Bahan


A. Bahan Kayu
1. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam NI-5 (PPKI
tahun 1961) dan persyaratan lain yang tertulis dalam bab material kayu.
2. Kayu yang dipakai harus cukup tua , lurus, kering dengan permukaan rata,
bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya.
3. Kelembaban bahan rangka daun pintu disyaratkan 12%-14%.
4. Untuk kayu yang dipakai adalah kayu meranti batu dengan mutu baik dan
atau setara, keawetan kelas I dan kelas kuat I – II dan sudah di vacuum
antirayap. Ukuran daun pintu yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi.
5. Daun pintu dengan konstruksi kayu LVL meranti dan lapisan PVC sheet di
kedua sisi pintu dan sudah waterproof. Ukuran disesuaikan dengan gambar-
gambar detail (kecuali ditentukan lain dalam gambar).

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 16

B. Bahan Perekat
Untuk perekat digunakan lem kayu (waterbase) yang bermutu baik
menggunakan merk henkel dengan kandungan minimum formalin di angka
0.3%.

C. Bahan Panel Daun Pintu


1. Plywood ketebalan 3 mm produk dalam negeri.
2. Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus rata, lurus dan siku.
3. Pada sekeliling tepi daun pintu diberi Edging PVC 0.30 mm, hanya pada sisi
lock case diberi edging 2mm.
4. Frame menggunakan FJL (Finger Joint Laminated) dengan bahan hard
rubber wood.
5. Architrave menggunakan bahan plywood kualitas eksport dengan potongan
V cut.

D. Bahan Finishing
Finishing untuk permukaan plywood menggunakan lapisan PVC laminated Sheet
ketebalan minimal 0,15 mm, mutu terbaik.

2.6.8.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang),
termasuk mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan di tempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena
cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
3. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak tidak
boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
4. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama
lain sisi-sisinya, dan di lapangan sudah dalam keadaan siap untuk
penyetelan/pemasangan.
5. Untuk bahan door stopper harus ditambahkan rubber satu sisi untuk menghindari
benturan pintu dan door stopper sehingga pintu tidak mudah rusak.
6. Lapisan yang dilaminasi pada Arcitrave tidak boleh ada patahan pada sudut 90
derajat yang dimana dapat menimbulkan lapisan mudah terkelupas pada saat
pemakaian.
7. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi. Pemotongan
dan pembuatan profil kayu dilakukan dengan mesin diluar tempat
pekerjaan/pemasangan.
Daun Pintu

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 17

 Laminated PVC Sheet yang dipasang pada permukaan plywood, adalah


dengan cara di-press di workshop, tanpa pemakuan. Jika diperlukan, harus
menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan Pengawas atau MK tanpa
meninggalkan bekas cacat permukaan yang tampak.
 Lembaran plywood harus dipasang rata, tidak bergelombang dan merekat
dengan sempurna.
 Permukaan plywood boleh di dempul.

2.7. PEKERJAAN KACA

2.7.1. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penyediaan tenaga kerja, alat-alat dan
bahan-bahan serta pemasangan kaca dan cermin beserta aksesorinya, pada tempat-
tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2.7.2. STANDAR / RUJUKAN


Standar Nasional Indonesia (SNI).

2.7.3. PROSEDUR UMUM


2.7.3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis.
Contoh bahan berikut data teknis bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan dalam ukuran dan detail yang dianggap memadai,
untuk dapat diuji kebenarannya terhadap standar atau ketentuan yang disyaratkan.

2.7.3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan kaca yang didatangkan harus dilengkapi dengan merek pabrik dan
data teknisnya.
Bahan kaca tersebut harus disimpan di tempat yang aman dan terlindung sehingga
terhindar dari keretakan, pecah, cacat atau kerusakan lainnya yang tidak diinginkan.

2.7.3.3. BAHAN - BAHAN


Kaca Polos.
Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang
datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang
memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987, seperti tipe
Indoflot buatan Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Kaca Berwarna/Tinted Glass.
Kaca berwarna harus merupakan lembaran kaca polos yang diberi warna dengan
menambahkan sedikit logam pewarna pada bahan baku kaca, seperti tipe
Panasap buatan Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja sedang warna
kaca harus sesuai ketentuan dalam Skema Warna.
Kaca Tahan Panas/Tempered Glass.
Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara
dipanaskan sampai temperatur sekitar 700oC dan kemudian didinginkan secara
mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya,
seperti tipe Temperlite dari Asahimas atau yang setara.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 18

Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.


Kaca Es/Sandblasted Glass.
Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi
ketentuan SII, seperti buatan Asahimas.
Ukuran dan ketbalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Cermin.
Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan merata, tanpa cacat
dan dari kualitas baik seperti Miralux dari adari Asahimas .
Ukuran dan ketebalan cermin sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Lamisafe Glass.
Khusus untuk atap
Kaca Reflective.
Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan
sinar matahari, seperti stopsol supersilver glass produk Asahimas.
Neoprene/Gasket.
Neoprene/Gasket atau bahan sintetis lainnya yang setara untuk perlengkapan
pemasangan kaca pada rangka alumunium.
Dimennsi Neoprene/Gasket yang dibutuhkan disesuaikan dengan ketebalan kaca
dan jenis profil alumunium yang digunakan.

2.7.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.7.4.1. Umum.

Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja adalah ukuran
yang mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang sebenarnya dan besarnya
toleransi harus diukur ditempat oleh Kontraktor berdasarkan ukuran di tempat
kaca atau cermin tersebut akan dipasang, atau menurut petunjuk dari Pengawas
Lapangan, bila dikehendaki lain.
Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca,
ketebalan kaca dan kualitas kaca.
Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan dari
Pengawas Lapangan.
Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.
Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang
pekerjaannya.

2.7.4.2. Pemasangan Kaca.

Sela dan Toleransi Pemotongan.


Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut :
- Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm.
- Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm.
- Kedalaman celah minimal 16mm.
- Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm atau -
1,5mm.
- Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket yang
digunakan.

Persiapan Permukaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 19

- Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi dan
bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka
dapat bergerak dengan baik.
- Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan terkunci
atau tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai.
- Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai
petunjuk pabrik.
- Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lembab dan
lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.

Neoprene/Gasket dan Seal.


Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
Neoprene/Gasket yang sesuai.
Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu dan
jendela, yang berfungsi sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
Pemasangan Cermin.
Cermin harus dipasang lengkap dengan sekrup-sekrup kaca yang memiliki dop
penutup stainless steel.
Penempatan sekrup-sekrup harus sedemikian rupa sehingga cermin terpasang
rata dan kokoh pada tempatnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Penggantian dan Pembersihan.


Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam keadaan
bersih, tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun.

Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh Kontraktor tanpa
tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

2.8. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

2.8.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua alat penggantung
dan pengunci pada semua daun pintu dan jendela sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja dan atau Spesifikasi Teknis.

2.8.2. STANDAR / RUJUKAN


Standar dari Pabrik Pembuat.

2.8.3. PROSEDUR UMUM


2.8.3.1. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci yang
akan dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui, sebelum
dibawa kelokasi proyek.

2.8.3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Alat penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam kemasan
asli dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan masing-masing
dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan nama pabrik dan mereknya.
Semua alat harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari kerusakan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 20

2.8.3.3. Ketidaksesuaian.
Pengawas Lapangan berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai.
Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.8.4. BAHAN - BAHAN


2.8.4.1. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas baik,
buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembapan
lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang didatangkan
harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.

2.8.4.2. Alat Penggantung dan Pengunci.


Rangka Bagian Dalam.
a. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam (kecuali pintu kaca dan pintu KM/WC)
harus sama atau setara dengan merek Dekson dengan sistem Master Key
model U handle.
Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan nikel stainless steel atau
kuningan dengan 2 kali putar, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Hendel/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang terbuat dari
bahan nikel stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis
seng dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun
pintu (besi, kayu atau alumunium), yang dilengkapi dengan lidah siang
(latch bolt), lidah malam (dead bolt), lubang silinder, face plate, lubang
untuk pegangan pintu dan dilengkapi strike plate.

b. Kunci dan Pegangan Pintu KM/WC.


- Kunci pintu KM/WC harus sesuai dengan merek Dekson dan terdiri dari :
- Selot pengunci diatas pelat dibagian sisi dalam pintu, dengan indikator
merah/biru di bagian sisi luar pintu.
- Hendel bentuk gagang di atas pelat.
- Bahan kunci yang dilengkapi lidah pengunci (latch bolt), lubang untuk selot
pengunci dan hendel, face plate dan strike plate.

Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan alumunium tipe ayun
dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu dengan Ball Bearing
berukuran 102mm x 76mm x 3mm, seperti tipe SELL 0007 buatan Dekson.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk
semua daun jendela harus dari tipe friction stay dari ukuran yang sesuai
dengan ukuran dan berat jendela. Engsel tipe kupu-kupu dengan Ball
Bearing untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm, produk
Dekson.
Hak Angin.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 21

Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu produk
Dekson.

Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction stay harus dari jenis
spring knip produk Dekson.

Grendel Tanam / Flush Bolt.


Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam produk Dekson.

Gembok.
Gembok produk Dekson dalam warna solid brass untuk pintu-pintu [pelayanan
atau sesuai petunjuk dalan Gambar Kerja.

Penahan Pintu (Door Stop).


Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding harus dari
tipe pemasangan dilantai produk Dekson.

Pull Handle
Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame less menggunakan
handle buka setara produk Dekson

Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna matt chrome/stainless
steel hair line finish, kecuali bila ditentukan lain.

Perlengkapan Lain.
Door closer : Dekson
Gasket
Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai berikut :
 Airtight - PEMKO S2/S3
 Fireproof - PEMKO S88
 Smokeproof - PEMKO S88
 Soundproof - PEMKO 320 AN
 Weatherproof - PEMKO S2/S3

Dust Strike
Tipe Dust Strike yang digunakan adalah :
 Type lantai/threshold - Glynn Johnson DP2
 Untuk lantai marmer - Modrtz 7053

2.8.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.8.5.1. Umum.
Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan
persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih pada
tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua)
buah engsel dan setiap daun jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-
kupu harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah hak angin, sedangkan daun

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 22

jendela dengan friction stay harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah alat
pengunci yang memiliki pagangan.
Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah
engsel.
Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder,
hendel/pelat, kecuali untuk pintu KM/WC yang tanpa kunci silinder.
Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu dengan
bingkai bawah pemegang pintu kaca.

2.8.5.2. Pemasangan Pintu.


Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai.
Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas daun pintu
dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah daun pintu,
sedang engsel tengah dipasang diantar kedua engsel tersebut.
Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (hendel), pelat
penutup muka dan pelat kunci.
Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus dipasang slot
tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar
Kerja.

2.8.5.3. Pemasangan Jendela.


Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara pemasangan
sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar Kerja.
Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan menggunakan
friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan cara pemasangan
sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang diinginkan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela harus dilengkapi
dengan sebuah pengunci.

2.9. PENUTUP DAN PENGISI CELAH

2.9.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan bahan penutup dan pengisi celah
termasuk diantaranya, tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
Celah antara kusen pintu / jendela dengan dinding.
Celah antara dinding dengan kolom bangunan.
Celah antara peralatan dengan dinding, lantai atau langit – langit.
Celah antara langit – langit dan dinding.
Dan celah – celah lainnya yang memerlukannya, seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis terkait.

2.9.2. STANDAR / RUJUKAN


American Society for Testing and Materials (ASTM)

2.9.3. PROSEDUR UMUM


2.9.3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 23

Contoh dan data teknis / brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan sebelum
pengadaan bahan ke lokasi proyek.

2.9.3.2. Pengiriman dan Penyimpanan.


Semua bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baru, utuh / masih disegel,
bermerek jelas dan harus disimpan di tempat yang kering, bersih dan aman, dan
dilindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh kondisi udara.

2.9.4. BAHAN - BAHAN


2.9.4.1. Tipe Umum.
Bahan penutup dan pengisi celah untuk bagian – bagian bangunan yang sifatnya
non – struktural harus merupakan produk yang dibuat dari bahan silikon, yang
sesuai untuk daerah tropis dengan kelembaban tinggi dan dapat diaplikasikan
pada berbagai jenis bahan, seperti produk GE Silglaze N 10.

2.9.4.2. Tipe Struktural.


Bahan penutup dan pengisi celah untuk bagian – bagian bangunan yang sifatnya
struktural harus merupakan produk yang dibuat dari bahan silikon dengan formula
khusus sehingga mampu menahan beban struktural seperti angin, dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis bahan, seperti GE Ulgraglaze 4400.

2.9.4.3. Tipe Akrilik.


Bahan penutup dan pengisi celah untuk bagian – bagian bangunan yang akan
dicat harus dari tipe akrilik yang dapat dicat setelah 2 jam pengeringan, tahan
terhadap air, jamur dan lumur, memiliki daya rekat yang baik pada segala jenis
bahan.

2.9.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.9.5.1. Persiapan.
Semua permukaan yang akan menerima bahan penutup dan pengisi celah harus
bebas dari debu, air, minyak dan segala kotoran.
Bahan metal atau kaca yang berhubungan dengan dinding harus dibersihkan
dengan bahan pembersih yang tidak mengandung minyak seperti methyl.

2.9.5.2. Desain Pertemuan.


Desain pertemuan pada lokasi bahan penutup celah akan ditempatkan tidak lebih
lebar dari 12,7 mm dan tidak lebih sempit dari 4 mm, dengan kedalaman tidak lebih
besar dari 6,4 mm dan tidak lebih kecil dari 4 mm.

2.9.5.3. Cara Pengaplikasian.


Batang penyangga dari bahan polyethylene closed cell foam dipasang pada
dasar celah / tempat yang akan diberi bahan penutup atau pengisi celah untuk
mendapatkan kedalaman celah yang tepat.
Daerah di sekitar tempat yang akan diberi bahan penutup celah harus
dilindungi dengan lembaran pelindung. Lembaran pelindung ini tidak boleh

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 24

menyentuh bagian permukaan yang akan diberi bahan penutup celah.


Lembaran pelindung harus segera dibuka setelah bahan penutup celah selesai
diaplikasikan.
Pelapis dasar harus diaplikasikan terlebih dahulu pada permukaan yang
berpori, agar bahan penutup dan pengisi celah dapat melekat dengan baik.
Bahan penutup celah harus diaplikasikan secara menerus (tidak terputus –
putus)
Lembaran pelindung harus segera dibuka setelah bahan penutup celah selesai
diaplikasikan.
Bahan penutup celah yang baru saja terpasang tidak boleh diganggu paling
sedikit selama 48 (empat puluh delapan) jam.

2.9.5.4. Lapisan Pelindung.


Penumpu talang datar yang dibuat dari bahan baja harus diberi lapisan cat dasar
anti karat dan cat akhir dalam warna sesuai ketentuan Skema Warna.
Bahan cat dan cara pengecatan harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.

2.9.5.5. Lapisan Kedap Air.


Talang datar dari beton harus diberi lapisan kedap air. Cara pemasangannya
lapisan kedap air harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja dan petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuat lapisan kedap air. Bahan lapisan kedap air harus
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

2.10. PEKERJAAN RAILING BESI DAN STAINLESS STEEL

2.10.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan pipa besi dan baja,
seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi pengadaan bahan, tenaga
kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Pekerjaan ini mencakup antara lain :
Railing : koridor, upstand balcon, fasilitas penyandang cacat dan tangga darurat.

2.10.2. STANDAR / RUJUKAN


American Society for Testing and Materials (ASTM)
American Welding Society (AWS)
American Institute of Steel Construction (AISC)
American National Standard Institute (ANSI)
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1729-2002 – Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung

2.10.3. PROSEDUR UMUM


2.10.3.1. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik.

Contoh bahan – bahan beserta Sertifikat Pabrik yang mencakup sifat mekanik, data
teknis / brosur bahan metal bersangkutan, harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum pengadaan bahan ke lokasi proyek.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 25

2.10.3.2. Gambar Detail Pelaksanaan.

Sebulan sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan


Gambar Detail Pelaksanaan dan daftar bahan untuk disetujui Konsultan Pengawas.
Daftar berikut harus tercakup dalam Gambar Detail Pelaksanaan :
 Spesifikasi teknis bahan
 Dimensi bahan
 Detail fabrikasi
 Detail penyambungan dan pengelasan
 Detail pemasangan
 Data jumlah setiap bahan

2.10.3.3. Pengiriman dan Penyimpanan.

Semua bahan yang didatangkan harus dilengkapi dengan sertifikat pabrik yang
menyatakan bahwa bahan tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Semua bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan aman sehingga terhindar
dari segala jenis kerusakan, baik sebelum dan selama pelaksanaan.

2.10.3.4. Ketidaksesuaian.

Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan


kesalahan / ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi, jumlah maupun pemasangan
dan lainnya.
Konsultan Pengawas berhak menolak bahan maupun pekerjaan fabrikasi yang
tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis maupun Gambar Kerja.
Kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai dan beban yang diakibatkan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor, tanpa adanya tambahan biaya
dan waktu.

2.10.4. BAHAN - BAHAN


2.10.4.1. Umum.
Pipa railing untuk tangga darurat menggunakan pipa BSP  2” di cat duco.
Mutu pipa yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan ASTM
A-36 Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang
dipasangkan dan yang paling cocok untuk maksud yang bersangkutan.
Railing tangga utama menggunakan pipa stainles steel  2” tebal 0.75 mm produk
lokal.
Pipa railing tangga utama memakai Stainless Stell.

Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus diadakan,


walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini.

2.10.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.10.5.1. Umum.
Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas
untuk disetujui. Contoh itu harus memperlihatkan kualitas pengelasan dan
penghalusan untuk standar dalam pekerjaan ini.
Pengerjaan harus yang sebaik-baiknya. Semua pengerjaan harus diselesaikan
bebas dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 26

Pengerjaan di bengkel ataupun di lapangan harus mendapat persetujuan


Pengawas. Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik.
Tenaga kerja yang melakukan hal ini harus benar-benar ahli dan berpengalaman.
Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan
permukaan sekitarnya. Bila memakai pengikat-pengikat lain seperti clip keling dan
lain-lain yang tampak harus sama dalam finish dan warna dengan bahan yang
diikatnya.
Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai
dengan maksudnya termasuk perlengkapannya. Lubang-lubang untuk baut harus
dibor dan di-punch.
Pemasangan (penyambungan dan pemasangan accesorise) harus dilakukan oleh
tukang yang ahli dan berpengalaman. Semua railling tangga utama harus
terbungkus crome/stainles steel kecuali disebutkan lain.
Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar rencana, kecuali
ditentukan lain.
Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki segala kesalahan dalam
penggambaran, tata letak dan fabrikasi atas biaya Kontraktor.

2.11. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

2.11.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai
bahan penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat,
bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.

2.11.2. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan
pemasangan papan gipsum dan aksesori pada tempat-tempat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.11.3. STANDAR / RUJUKAN


Australian Standard (AS)
American Standard for Testing and Materials (ASTM).

2.11.4. PROSEDUR UMUM


2.11.4.1. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan diguanakan harus diserahkan
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum dikirimkan ke
lokasi proyek.

2.11.4.2. Gambar Detail Pelaksanaan.


Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan seabelum pekerjaan
dimulai, untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai jenis/data
bahan, dimensi bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan, cara
febrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan.

2.11.4.3. Pengiriman dan Penyimpanan.


Papan gipsum dan aksesori harus didatangkan kelokasi sesaat sebelum
pemasangan untukmengurangi resiko kerusakan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 27

Papan gipsum harus ditumpuk dengan rapi dan kuat diatas penumpu yang
ditempatkan pada setiap jarak 450mm, dengan penumpu bagian ujung berjarak
tidak lebih dari 150mm terhadap ujung tumpukan.
Papan gipsum dan aksesori harus disimpan ditempat terlindung, lepas dari muka
tanah, diatas permukaan yang rata dan dihindarkan dari pengaruh cuaca.

2.11.4.4. Ketidaksesuaian.
Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi jumlah maupun pemasangan
dan lainnya.
Bila bahan-bahn yang didatangkan atau difabrikasi ternyata menyimpang atau
tidak sesuai yang telah disetujui, maka akan ditolak dan Kontraktor wajib
menggantinya dengan yang sesuai.
Biaya yang ditimbulkan karena hal diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

2.11.5. BAHAN - BAHAN


2.11.5.1. Pemasangan Gipsum.
Papan Gypsum.
- Papan gipsum harus dari produk yang memiliki teknologi yang sesuai untuk
daerah tropis dan memliki ketebalan minimal 9 mm untuk plafond dan 12 mm
untuk dinding dan ukuran modul sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dari
produk Jaya Board.
- Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS 2588, BS
1230 atau ASTM C 36.

Semen Penyambung.
Semen penyambung papan gipsum harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat papan gipsum.

Rangka.
Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan gipsum harus dibuat dari bahan
baja ringan lapis seng dan alumunium dalam bentuk dan ukuran yang dibuat
khusus untuk pemasangan papan gipsum, seperti buatan Jayabord.

Alat Pengencang.
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan gipsum yang memenuhi ketentuan
AS 2589.
Perlengkapan Lainnya.
Perlengkapan lainnya untuk pemasangan papan gipsum, antara lain seperti
tersebut berikut, harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan gipsum :
- Perekat
- Pita kertas berperforasi,
- Cat dasar khusus untuk permukaan papan gipsum.
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar papan gipsum terpasang
dengan baik.

2.11.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.11.6.1. Umum.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 28

Sebelum papan gipsum dipasang, Kontraktor harus memeriksa kesesuaian


tinggi/kerataan permukaan, pembagian bidang, ukuran dan konstruksi
pemasangan terhadap ketentuan Gambar Kerja, serta lurus dan waterpas pada
tempat yang sama.
Pemasangan papan gipsum dan kelengkapannya harus sesuai dengan petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuatnya.
Jenis/bentuk tepi papan gipsum harus dipilih berdasarkan jenis pemasangan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2.11.6.2. Pemasangan.
Rangka papan gipsum untuk pemasangan di langit-langit, partis atau tempat-
tempat lainnya, yang terdiri dari bahan baja yang sesuai dari standar pabrik
pembuatnya yang dibuat khusus untuk pemasangan papan gipsum seperti
disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Papan gipsum dipasang kerangkanya dengan sekrup atau dengan alat
pengencangan yang direkomendasikan, dengan diameter dan panjang yang
sesuai.
Sambungan antara papan gipsum harus menggunakan pita penyambung dan
perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat papan
gipsum.

2.11.6.3. Pengecatan.
Permukaan papan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan
permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
Kemudian permukaan papan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar
khusus untuk papan gipsum untuk menutupi permukaan yang berpori.

Setelah cat dasar papan gipsum kering kemudian dilanjutkan dengan pengaplikasian cat
dasar dan atau cat akhir sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis dalam warna akhir sesuai
ketentuan Skema yang akan diterbitkan kemudian.

2.11.7. LANGIT-LANGIT AKUSTIK / GYP TILE


2.11.7.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan
pemasangan papan gipsum dan aksesori pada tempat-tempat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.11.7.2. STANDAR / RUJUKAN


Australian Standard (AS)
American Standard for Testing and Materials (ASTM).

2.11.7.3. PROSEDUR UMUM


Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan diguanakan harus diserahkan
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum dikirimkan
ke lokasi proyek.

Gambar Detail Pelaksanaan.


Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan seabelum pekerjaan
dimulai, untuk disetujui oleh Pengawas Lapangan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 29

Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai jenis/data


bahan, dimensi bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan, cara
febrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan.

Pengiriman dan Penyimpanan.


Gyp - Tile dan aksesori harus didatangkan kelokasi sesaat sebelum pemasangan
untukmengurangi resiko kerusakan.
Gyp - Tile harus ditumpuk dengan rapi dan kuat diatas penumpu yang ditempatkan
pada setiap jarak 450mm, dengan penumpu bagian ujung berjarak tidak lebih dari
150mm terhadap ujung tumpukan.
Gyp - Tile dan aksesori harus disimpan ditempat terlindung, lepas dari muka tanah,
diatas permukaan yang rata dan dihindarkan dari pengaruh cuaca.

Ketidaksesuaian.
Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi jumlah maupun pemasangan
dan lainnya.
Bila bahan-bahan yang didatangkan atau difabrikasi ternyata menyimpang atau
tidak sesuai yang telah disetujui, maka akan ditolak dan Kontraktor wajib
menggantinya dengan yang sesuai.
Biaya yang ditimbulkan karena hal diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

2.11.7.4. BAHAN - BAHAN


Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah Gyp-Tile dengan ukuran 600 x 600
sesuai pada gambar perencanaan, produk Jaya Board.
Rangka plafond menggunakan sistem metal furing dan cross tee main tee terbuat
dari bahan galvalume tebal 0,55 mm sesuai gambar rancangan pelaksanaan
produk Knauf atau setara.

2.11.7.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Rangka penggantung dipasang berjarak maksimum 120 cm sedangkan untuk
rangka pembagi berjarak maksimum 60 cm atau sesuai prosedur pabrik dan
gambar rancangan pelaksanaan
Sambungan pada pemasangan penutup langit-langit antara satu dengan lainnya
adalah serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan zig zag.
Pemasangan penutup langit-langit harus ditimbang rata air agar mendapatkan
permukaan yang benar rata.
List langit-langit dipasang pada setiap permukaan antara dinding dan plafond dengan
cara pemasangan menggunakan paku atau sekrup sedemikian rupa sehingga pangkal
paku atau sekrup dapat masuk ke dalam bahan penutup langit-langit. Lubang bekas
paku atau sekrup harus ditutup dengan plamir/compound dari bahan gypsum sampai
tak terlihat bekas lubang.

2.11.8. LANGIT-LANGIT KASIUM SILIKAT


2.11.8.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan panel kalsium silikat untuk
pekerjaan, seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.11.8.2. STANDAR / RUJUKAN


American Society for Testing and Materials (ASTM)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 30

2.11.8.3. PROSEDUR UMUM


Contoh Bahan dan Data Teknis.
Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor harus menyerahkan contoh
bahan, data teknis dan detail pemasangan pekerjaan ini kepada Pengawas
Lapangan untuk disetujui.
Bahan – bahan di sini diidentifikasikan dengan nama suatu produk / merek. Bahan
– bahan dengan merek lain yang dikenal dan setara dapat digunakan selama
bahan pengganti tersebut memiliki karakteristik dan kemampuan yang sama
dengan produk yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini dan disetujui oleh
Pengawas Lapangan.

Pengiriman dan Penyimpanan.

Semua panel kalsium silikat harus disimpan di atas lantai kering yang rata, dan
harus ditutup dengan papan pelindung yang bertulis yang berasal dari pabrik
pembuat panel.
Tumpukan panel harus ditutup dengan terpal yang longgar agar udara dapat
bersirkulasi dengan bebas di sekitar tumpukan.

Ketidaksesuaian.
Pengawas Lapangan berhak menolak setiap pekerjaan yang dilaksanakan tidak
sesuai ketentuan yang disyaratkan atau tidak sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Teknis ini.
Semua biaya yang ditimbulkan karena perbaikan atau penolakan pekerjaan ini
menjadi beban Kontraktor.
Penolakan dapat disebabkan antara lain kesalahan Kontraktor dalam pemasangan
bahan yang tidak sesuai, atau pengaplikasian yang tidak sesuai dengan ketentuan
Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis ini.

2.11.8.4. BAHAN - BAHAN


Panel Kalsium Silikat.
Panel kalsium silikat harus dibuat dari bahan baku semen dan tepung pasir alam
yang diperkuat dengan serat sekaligus sebagai penulangan, dan dengan proses
pengeringan autoclave, dan memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut :
 Tidak mengandung asbes
 Stabil dan tidak mudah mengalami muai – susut
 Tahan air
 Tidak mudah terbakar dan tidak menyebarkan nyala api
 Tidak mudah lapuk dan membusuk
 Mudah dipotong, dipaku atau disekrup
 Tahan rayap dan binatang kecil lainnya
 Memiliki permukaan yang rata sehingga tidak memerlukan dempul atau meni
buatan Knauf
Ketebalan dan ukuran harus sesuai dengan petunjuk dalam Gambar Kerja.

Perlengkapan Pemasangan.
Rangka.
 Rangka metal berupa produk jadi (prefabrikasi) untuk pemasangan panel pada
langit – langit, eksterior dan tempat – tempat lainnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Harus dibuat dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium
seperti Zincalume atau Galvalum, dengan bentuk dan ukuran yang sesuai

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 31

untuk pemasangan panel kalsium silikat, seperti buatan Knauf atau yang
setara, sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel.

Alat Pengencang.
 Alat pengencang panel pada rangka metal harus berupa sekrup jenis self-
embeded-head dan self-tapping yang memiliki lapisan anti karat jenis electro-
plating.
 Alat pengencang pada rangka kayu harus berupa paku yang memiliki kepala
lebar dan berbadan langsing dan diberi lapisan seng agar tidak berkarat.

Pita Penyambung Berperekat (Self Adhesive Join Tape)


Pita penyambung harus dibuat dari bahan serat gelas (fibreglass) yang kuat dan
memiliki perekat, sesuai atau setara dengan Join Tape Kalsiboard.

Kompon.
Kompon untuk pemasangan panel kalsium silikat harus didesain khusus sehingga
dapat digunakan untuk sistem sambungan tertutup (flush joint system), penutup
kepala sekrup atau paku.

Bahan Penutup dan Pengisi Celah.


Bahan penutup dan pengisi celah untuk setiap sambungan dan celah antara panel
semen berserat harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

Pengecatan.
Pengecatan untuk penyelesaian permukaan panel harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat panel dan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

2.11.8.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Umum.
Panel kalsium silikat digunakan untuk pemasangan interior maupun eksterior pada
tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Panel kalsium silikat harus diolah dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuatnya.

Persiapan.
Panel kalsium silikat memiliki permukaan yang halus yang membutuhkan
persiapan minimal sebelum penyelesaian.
Panel kalsium silikat harus dipotong dengan alat pemotong yang
direkomendasikan pabrik pembuat panel sehingga akan dihasilkan potongan yang
rata dan licin.
Pengebor elektris dapat digunakan untuk melubangi panel untuk penempatan
peralatan, seperti armatur lampu, kisi – kisi udara dan lainnya seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.

Pengencangan.
Ukuran dan jenis alat pengencang yang akan digunakan harus sesuai
rekomendasi dari pabrik pembuat panel kalsium silikat.
Penempatan paku atau sekrup harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat
panel. Paku atau sekrup harus terbenam sampai rata dengan permukaan panel.
Kepala paku atau sekrup kemudian ditutup dengan kompon agar diperoleh
permukaan panel yang halus.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 32

Sambungan.
Setiap sambungan panel, baik sambungan terbuka / bercelah ataupun berbentuk
garis, harus diisi dengan bahan penutup dan pengisi yang bersifat lentur dan tahan
cuaca seperti direkomendasikan pabrik pembuat panel, atau sesuai ketentuan.
Bahan pengisi sambungan harus diaplikasikan di atas batang penumpu yang
memiliki ukuran yang sesuai, seperti direkomendasikan oleh pabrik pembuatan
bahan pengisi.
Agar diperoleh permukaan yang halus dan menerus tanpa sambungan,
sambungan harus ditutup dengan sistem sambungan tertutup yang
direkomendasikan pabrik pembuat panel.

Aplikasi.
Untuk aplikasi langit – langit dan lainnya, pemasangan antara lain harus sebagai
berikut :
 Panel harus dipotong dalam ukuran sesuai Gambar Kerja dan ukuran di
lokasi pekerjaan.
 Panel dipasang pada rangka metal atau rangka kayu yang sudah diberi
bahan pengawet, dengan alat pengencang dalam ukuran yang sesuai
rekomendasi pabrik pembuatnya.
 Sambungan antara panel harus ditutup / diisi dengan pita penyambung
dan kompon penutup sesuai rekomendasi pabrik pembuat panel.

Penyelesaian.
Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik, permukaan harus diamplas ringan
dengan amplas halus dan setiap debu harus disingkirkan dari permukaan dengan
kain kasar yang bersih. Butir – butir lepas yang menempel pada permukaan harus
dihilangkan dengan pengikis besi.
Panel kemudian dilapisi dengan 2 (dua) lapis cat emulsi.

Warna – warna cat harus sesuai Skema Warna yang akan ditentukan kemudian.

2.12. PEKERJAAN PELAPISAN DINDING

2.12.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pemasangan pelapis dinding ruangan-ruangan dalam
maupun luar bangunan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan RKS ini, meliputi
penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. Ruangan yang
dilapisi keramik sesuai dengan gambar dan schedule finishing.

2.12.2. PELAPIS DINDING KERAMIK


2.12.2.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin keramik pada
tempat-tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

2.12.2.2. STANDAR / RUJUKAN

Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)


Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 03-4062-1996 – Ubin Lantai Keramik Berglaris

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 33

Australian Standard (AS)


British Standard (BS)
American National Standard Institute (ANSI).

2.12.2.3. PROSEDUR UMUM

Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.


Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Konsultan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Contoh bahan ubin harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) set masing-masing dengan
4 (empat) gradasi warna untuk setiap set.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengiriman dan Penyimpanan.
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang
belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.
Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan
terpasang untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

2.12.2.4. BAHAN - BAHAN

Umum.
Ubin harus dari kualitas yang baik / KW 1 dan dari merek yang dikenal yang
memenuhi ketentuan SNI.
Ubin yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya
tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh dipasang.

Ubin Keramik Berglasur.


Ubin keramik berglasur merek Asia Tile, terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut
berikut :
- Ubin berglasur ukuran 330 mm x 200 mm untuk dinding KM/WC.
- Ubin berglasur ukuran 100mm x 200 mm dan atau 100 mm x 300 mm
digunakan untuk plin pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
- Step nosing dari keramik berglaris degan ukuran sesuai standar dari pabrik
pembuat.

Tipe dan warna masing-masing ubin keramik harus sesuai Skema Warna yang
sudah ditentukan pada pembangunan tahap sebelumnya.

Adukan.
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan
penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabri pembuat.
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.

Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, harus memenuhi ketentuan AS
2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385, seperti Lemkra FK 101 dan Lemkra FK 103
(khusus daerah basah), AM 30 Mortarflex, ASA Fixall atau yang setara.

Adukan Pengisian Celah.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 34

Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen siap pakai, yang
diberi warna dari pabrik pembuat, seperti AM 50 Coloured Ceramic Grout.

2.12.2.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persiapan.
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya
benar-benar selesai.
Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan pemipaan air
bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak dibelakang atau dibawah
pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.
Pemasangan.
Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimu;lai, plesteran harus dalam keadaan
kering, padat, rat dan bersih.
Adukan untuk pasangan ubin dinding luar dan bagian lain yang harus kedap air
harus terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan sejumlah bahan tambahan,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya menggunakan
campuran 1 semen dan 5 pasir.
Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada dinding harus diberikan pada permukaan
plesteran dan permukaan belakang ubin, kemudian diletakkan pada tempat yang
sesuai dengan yang direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.

Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus
dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yamg terpasang tetap
lurus dan rata.
Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti.

Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.

Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan seragam, saling tegak
lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.

Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan hanya pada
satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan
bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempuna mungkin.

Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan
warna keramiknya dan disetujui Konsultan .
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar.
Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera
dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah mulai yang terdiri
dari penutup celah yang ditumpu dengan batang penyangga berupa polystyrene

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 35

atau polyethylene. Lebar celah mulai harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja
atau sesuai pengarahan dari Pengawas Lapangan.
Bahan berikut cara pemasangan penutup celah dan penyangganya harus sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.

Pembersihan dan Perlindungan.


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak ada
yang cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi perlindungan
misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa
merusak permukaan ubin.

2.12.3. PEKERJAAN PELAPIS DINDING BATU ALAM


2.12.3.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan dinding luar dan dalam,
atau pada tempat-tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

2.12.3.2. STANDAR / RUJUKAN

Specifications for Architectural Granite and Recommedation of The National


Building Granite Quarries Association, Inc. (NBGQA)
Semua standard perturan bahan nasional yang berlaku

2.12.3.3. PROSEDUR UMUM

Mock- Ups dan Contoh Bahan.


Sebelum pengadaan bahan, Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan
lengkap kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.
Kontraktor harus membuat mock – up beserta bahan – bahan lain yang berkaitan
untuk diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
Biaya pengadaan contoh menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
Gambar Detail Pelaksanaan.
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan kepada
Pengawas Lapangan, untuk diperiksa dan disetujui. Gambar Detail Pelaksanaan
harus mencakup dimensi, tata letak, tipe, cara pemasangan dan detail lain yang
diperlukan.

Pengiriman dan Penyimpanan.


Batu harus dijaga terhadap cuaca, suhu, kelembaban dan kerusakan fisik serta
disimpan dalam gudang.
Bahan-bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, bebas dari segala
cacat, dan dilengkapi dengan label dan data teknis.

2.12.3.4. BAHAN - BAHAN

Batu Goa / Andhesit


Batu goa ex Cisangkan sesuai standar nasional yang berlaku dengan ukuran 20 x
20 warna natural atau ditentukan didalam gambar.

Semen, Pasir dan Grouting.


Portland Cement :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 36

Sesuai dengan standar ASTM C150. Serta standar nasional yang berlaku, produk
Semen Cibinong, Semen Gresik, atau setara.
Pasir :
Sesuai dengan standar ASTM C144 atau standar nasional yang berlaku.
Mortar dan Grouting :
Non staining sesuai dengan standar ASTM C270 atau Spesifikasi Teknis.

2.12.3.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persiapan.
Batu harus benar – benar bersih sebelum dipasang dengan dicuci menggunakan
sikat plastik serta air bersih.
Pekerjaan atau instalasi lain yang terkait dalam pekerjaan pemasangan batu ini
harus dipelajari terlebih dahulu serta di-marking sesuai dengan gambar
pelaksanaan

Pemasangan.
Batu harus dipasang oleh tukang yang ahli serta apabila diperlukan batu dapat
dipotong di lapangan dengan menggunakan mesin pemotong.
Toleransi pemasangan antar batu pada dinding tidak lebih dari 9 mm untuk setiap
6 m tinggi pasangan.

2.12.4. PELAPIS DINDING EKSTERNAL ALUMUNIUM COMPOSITE PANEL (ACP)

2.12.4.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan seluruh penutup facade serta
canopy entrance, Alumunium Composite Panel yang sesuai gambar rencana dan
spesifikasi teknis ini.

2.12.4.2. STANDAR / RUJUKAN


Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 07 – 0603 – 1989 Produk Alumunium untuk Arsitektur

American Society for Testing Materials (ASTM)


- ASTM E. 330 Metode Pengujian Struktural untuk Curtain Wall

Japanese Industrial Standard (JIS)


- JIS H. 8602 Spesifikasi Pelapisan Anodize untuk Alumunium

2.12.4.3. BAHAN – BAHAN


Alumunium Composite Panel (ACP) sebagai berikut :
 ACP Tebal 5 mm, dengan alumunium skin 0.50mm atas dan 0.50 mm
bawah.
 Coating PVDF (beckers/PPG).
 Ketebalan coating PVDF di atas 30 µm berdasarkan ASTM D7091-12.
 Alloy series 3003
 lebar panel standar 1.220 mm x 4.880 mm.
 produk : Seven
Steel Pipe Bracket 1,0 mm x 1,0 mm x 2”, atau mengikuti standar pabrikan
yang dipakai

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 37

Joint Sealer menggunakan minimal silicone sealant netral produk :


Dowcorning, wackers, GE dan Back Up Rod.

2.12.4.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sesuai dengan standar pelaksanaan fabrikan alumunium composite panel yang


dipilih.

2.13. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI

2.13.1. KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-
teras termasuk plin dan tangga, seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS,
meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.

2.13.2. PEKEJAAN LANTAI UBIN KERAMIK


2.13.2.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin keramik pada
tempat-tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

2.13.2.2. STANDAR / RUJUKAN


Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03-4062-1996 – Ubin Lantai Keramik Berglaris
Australian Standard (AS)
British Standard (BS)
American National Standard Institute (ANSI).

2.13.2.3. PROSEDUR UMUM


Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke
lokasi proyek.
Contoh bahan ubin harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) set masing-masing dengan
4 (empat) gradasi warna untuk setiap set.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pengiriman dan Penyimpanan.


Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang
belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.

2.13.2.4. BAHAN - BAHAN


Umum.
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal yang memenuhi
ketentuan SNI.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 38

Ubin yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya
tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh dipasang.

Ubin Keramik Berglasur.


Ubin keramik berglasur merek Asia Tile, terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut
berikut :
- Ubin keramik berglasur tipe non-slip ukuran 200mm x 200mm untuk lantai
KM/WC.
- Ubin keramik berglasur ukuran 300mm x 300mm untuk tempat-tempat lain
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Ubin keramik berglasur ukuran 100mm x 200mm dan atau 100mm x
300mm digunakan untuk plin pada tempat-tempat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.

Homogeneus Tile
- Homogeneus Tile yang dipakai ukuran 600 X 600 mm, produk Granito Tiles,
dan digunakan untuk ruangan yang telah ditentukan dalam schedule
finishing.

Tipe dan warna masing-masing ubin keramik harus sesuai Skema Warna yang
sudah ditentukan pada pembangunan tahap sebelumnya.

Adukan.
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan
penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabri pembuat.
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.

Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, harus memenuhi ketentuan AS
2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385, seperti Lemkra FK 101 dan Lemkra FK 103
(khusus daerah basah), AM 30 Mortarflex, ASA Fixall atau yang setara.

Adukan Pengisian Celah.


Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen siap pakai, yang
diberi warna dari pabrik pembuat, seperti Lekra FS Nat Flexible, AM 50 Coloured
Ceramic Grout, ASA Coloured Grout atau yang setara yang disetujui.

2.13.2.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persiapan.
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya
benar-benar selesai.

Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan pemipaan air


bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak dibelakang atau dibawah
pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.

Pemasangan.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dan bagian lain yang harus kedap air
harus terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan sejumlah bahan tambahan,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 39

Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan diatas lapisan pasir
dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja.

Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus
dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yamg terpasang tetap
lurus dan rat.
Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti.

Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.

Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan seragam, saling tegak
lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.

Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan hanya pada
satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan
bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempuna mungkin.

Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan
warna keramiknya dan disetujui Konsultan.

Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar.


Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera
dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah mulai yang terdiri
dari penutup celah yang ditumpu dengan batang penyangga berupa polystyrene
atau polyethylene. Lebar celah mulai harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja
atau sesuai pengarahan dari Konsultan.

Bahan berikut cara pemasangan penutup celah dan penyangganya harus sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.

Pembersihan dan Perlindungan.


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak ada
yang cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi perlindungan
misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa
merusak permukaan ubin.

2.13.3. FLOOR HARDENER


2.13.3.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan kerja,
pemasangan adukan cair pada pekerjaan – pekerjaan seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja dan / atau petunjuk Konsultan Pengawas.

2.13.3.2. STANDAR / RUJUKAN


American Society for Testing and Materials (ASTM)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 40

British Standard (BS)


Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)

2.13.3.3. PROSEDUR UMUM


Contoh Bahan dan Data Teknis.
Contoh, brosur dan / atau data teknis bahan yang akan digunakan harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum
didatangkan ke lokasi.

Pengiriman dan Penyimpanan.


Kantong kemasan asli dari pabrik harus dalam keadaan tertutup rapat dan harus
disimpan dalam gudang yang vukup ventilasinya, tidak terkena air, tidak berubah
warna dan tidak berbongkah serta diletakkan pada tempat yang tingginya 300 mm
dari lantai.

2.13.3.4. BAHAN - BAHAN


Adukan Encer.
Adukan encer harus dibuat dari bahan dasar semen, dan harus memiliki
karakteristik minimal sebagai berikut :
 Merupakan campuran siap pakai.
 Tahan terhadap pukulan dan getaran
 Jenis non-shrinkage, non-metallic, dan tidak beracun
 Memenuhi standar ASTM C-1107
 Memiliki kuat tekan minimal 610 kg/cm 2 pada umur 7 hari, sesuai ASTM
C-109 atau 650 kg/cm2 sesuai BS 1881 part 116.

Seperti Sika Grout 214-11, atau yang setara yang disetujui Konsultan MK.

Air .
Air sebagai bahan pencampur / pengencer harus air yang bersih seperti
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis.

Cetakan / Acuan.
Bahan cetakan / acuan dibuat dari bahan besi pelat atau kayu lapis dengan
ketebalan yang sesuai, yang dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Cetakan / acuan harus sama pada semua tempat yang menghendaki ukuran dan
bentuk yang sama.

2.13.3.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persiapan.
Cetakan / acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga adukan encer dapat
dialirkan seluruhnya selama pelaksanaan. Jalan masuk yang baik harus
disediakan.
Cetakan / acuan harus duah disiapkan dan bagian yang akan menerima adukan
encer harus dibersihkan dari minyak, gemuk dan segala kotoran lainnya yang akan
mengurangi daya lekat. Debu harus ditiup keluar dari cetakan.
Angkur – angkur, baut pengencang dan pelat landasan harus sudah tepat
elevasinya sebelum penuangan adukan encer.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 41

Cuaca.
Cuaca pada saat akan melaksanakan pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan dari pabrik pembuat adukan encer bersangkutan.

Campuran Adukan Encer.


Perbandingan campuran antara bahan adukan encer dengan air sesuai petunjuk
dari pabrik pembuat.
Pencampuran harus dilakukan dengan cara mekanis, dengan alat pencampur
bertenaga atau tangkai pengaduk yang sesuai yang dipasang pada mesin bor
kecepatan rendah.

Pelaksanaan.
Adukan encer dapat dituangkan atau dipompakan ke dalam cetakan / acuan atau
sesuai petunjuk pabrik pembuat. Penggetaran halus akan memperlancar aliran.
Penggunaan tali atau rantai akan memperlancar aliran pada bagian yang berjarak
lebih dari 100 cm (gerakan menggergaji dari tali atau rantai melancarkan aliran
adukan encer – cara ini harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak terbentuk
ruang kosong).
Aliran adukan encer harus tetap terjaga sampai adukan encer mengisi rongga
cetakan dan telah memenuhi seluruh panjang cetakan pada sisi lainnya.
Penempatan adukan encer harus dilakukan dari salah satu sisi saja.

2.14. PEKERJAAN PENGECATAN


2.14.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pengecatan memakai bahan-bahan emulsi, enamel, politur/teak oil, cat
dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan,
ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan baja/besi, kayu,
plesteran tembok dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam
gambar dan RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang
diperlukan untuk pekerjaan ini.

2.14.2. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan,
tenaga kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan
selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior harus dicat dengan
standar pengecatan minimal 1 (satu) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir.

2.14.3. STANDAR / RUJUKAN


Steel Structures Painting Council (SSPC).
Swedish Standard Institution (SIS).
British Standard (BS).
Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat.

2.14.4. PROSEDUR UMUM


2.14.4.1. Data Teknis dan Kartu Warna.
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat yang
akan digunakan, untuk disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 42

Semua warna ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan akan diterbitkan secara
terpisah dalam suatu Skema Warna.

2.14.4.2. Contoh dan Pengujian.


Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek dalam
kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencanbtumkan identitas cat yang
ada didalamnya, serta harus disetrahkan tidak kurang 2 (dua) bulan sebelum
pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan waktu pengujian
selama 30 (tiga puluh) hari.

Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas Lapangan mengambil
1 liter contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secar acak dari
kaleng/kemasan yang masih tertutup. Isi dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk
dengan sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar dapat mewakili.
Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut di
atas 2 (dua) potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 300mm x
300mm untuk masing-masing warna. 1 (satu) contoh disimpan Kontraktor dan 1
(satu) contoh lagi disimpan Pengawas Lapangan guna memberikan kemungkinan
untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut ternyata tidak memenuhi
syarat setelah dikerjakan.

Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

2.14.5. BAHAN – BAHAN


2.14.5.1. Umum.
Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas
menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor
takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama
pabrik pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya.
Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.

Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek
dagang dengan cat akhir yang akan digunakan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang
dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Jotun.

Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar rencana dan
skedule finishing dengan ketebalan 600 mikron untuk dinding dan 1000 mikron
untuk lantai. Bahan yang digunakan adalah setara produk Jotun.

2.14.5.2. Cat Dasar.


Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
- Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gipsum
dan panel kalsium silikat.
- Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat
akhir berbahan dasar minyak.
- Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
- Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.

2.14.5.3. Undercoat.
Undercoat digunakan untuk permukaan besi/baja.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 43

2.14.5.4. Cat Akhir.


Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara :
- Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan
panel kalsium silikat.
- Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan
gipsum dan panel kalsium silikat.
- High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior
pelesteran dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja..

2.14.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.14.6.1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
Umum.
- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya,
permukaan polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda
sejenisnya yang berhubungan langsung dengan permukaan yang akan
dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan
dan pengecatan dimulai.
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam
bidang tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus
dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas 38 oC.
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan
tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru dan basah.

Permukaan Pelesteran dan Beton.


Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya.
Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak,
minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal ini
dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.

Permukaan Gipsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan
yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus
untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang berpori, seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai ketentuan
Spesifikasi ini.

Permukaan Barang Besi /Baja.


a. Besi/Baja Baru.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 44

Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing lainnya
harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat atau penyemprtan
pasir/sand blasting sesuai standar Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan
dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dialp dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelpisan cat dasar pada semua permukaan
barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai ketebalan yang
disyaratkan.
b. Besi/Baja Dilapis Dasar di Pbrik/Bengkel.
Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang sama
dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek dan memenuhi
ketentuan dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini.
Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengkel harus dilindungi
terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara segera
merawat permukaan karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan debu,
kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat
kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan kemudian dicat kembali
(touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui, sampai
mencapai ketebalan yang disyaratkan.

c. Besi/Baja Lapis Seng/Galvani.


Permukaan besi/baja berlapis seng/galvani yang akan dilapisi cat warna harus
dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus yang diproduksi untuk
maksud tersebut, atau disikat dengan sikat kawat. Bersikan permukaan dari
kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa pengasaran, sebelum pengaplikasian cat
dasar.

2.14.6.2. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus
mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat
mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa
hal ini harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah
disiapkan di atas.

2.14.6.3. Pelaksanaan Pengecatan.


Umum.
- Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat,
tetesan cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna
dan tekstur.
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna
dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan
ketebalan yang sama.
- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, terma
- suk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan
lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di sekitarnya.
- Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan
permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus telah
diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.

Proses Pengecatan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 45

- Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk
memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan
kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud.
Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat
kering), sesuai ketentuan berikut.
1) Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gipsum.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
2) Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton, Panel Kalsium Silikat.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior.

3) Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir Berbahan


Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.

4) Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc
chromate primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.

- Ketebalan setiap lapisan cat (dalam keadaan kering) harus sesuai dengan
ketentuan dan/atau standar pabrik pembuat cat yang telah disetujui untuk
digunakan.

Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.


- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda
mengeras, membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda
kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan
pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan
tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab
kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup
warna lapis di bawahnya).

Metode Pengecatan.
- Cat dasar untuk permuakaan beton, pelesteran, panel kalsium silikat
diberikan dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan.
- Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 46

Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.


Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas
harus dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

2.14.7. PEKERJAAN LAPISAN TRANSPARAN (MELAMIC)


2.14.7.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga kerja, alat-alat, bahan-
bahan dan pelaksanaan pekerjaan lapisan transparan pada seluruh permukaan
kayu halus sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.14.7.2. STANDAR / RUJUKAN


Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
Standar dan /atau Petunjuk Plaksanaan dari Pabrik Pembuat.

2.14.7.3. PROSEDUR UMUM


Contoh Bahan dan Data Teknis.
- Contoh bahan lapisan transparan yang dilengkapi dengan data
teknis/brosur harus diserahkan pada Pengawas Lapangan untuk disetujui
terlebih dahulu sebelum digunakan.
- Sebelum pekerjaan lapisan transparan dilaksanakan, Kontraktor harus
menyerahkan contoh pengerjaan sesuai prosedur pengecatan dari pabrik
pembuat, kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.
- Biaya pengadaan contoh dan pembuatan contoh pengerjaan menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

Penyimpanan.
Bahan lapisan transparan harus disimpan dalam ruang yang kering dengan
ventilasi yang cukup, terlindung dari cuaca, air dan api. Penyimpanan tidak boleh
langsung di atas tanah.

2.14.7.4. BAHAN – BAHAN


Umum.
Bahan-bahan untuk pekerjaan lapisan transparan harus dalam kaleng/kemasan
yang masih tertutup (disegel) dan jelas menunjukkan merek dagang, nomor
formula atau spesifikasi nomor pabrik, warna, petunjuk dari pabrik dan nama pabrik
yang seluruhnya masih absah pada saat pemakaian.
Cat-cat yang digunakan harus berasal dari satu merek dagang, seperti buatan PT
Propan Raya atau yang disetujui.

Lapisan Transparan Tipe NC (Nitrocellulose Base).


- Dempul.
Dempul tipe Impra SH-113, digunakan untuk mengisi dan menutup pori-
pori permukaan kayu.

- Bubuk Pewarna (Wood Stain).


Dempul tipe Impra SH-113, digunakan untuk mengisi dan menutup pori-
pori permukaan kayu.

- PenutupPori-pori.
Penutup pori-pori Impra SS-121, digunakan sebagai cat dasar.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 47

- Cat Akhir (Top Coat).


Cat akhir Impra Meuble Lack NC-141, digunakan sebagai cat akhir, dengan
penyelesaian semi kilap/satin.
Amplas.
Jenis amplas sesuai dengan ketentuan dalam butir 5.2. dari Spesifikasi Teknis ini
dan disetujui Pengawas Lapangan.

2.14.7.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Umum.
- Pekerjaan lapisan transparan dilaksanakan pada seluruh permukaan kayu
halus seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, kecuali bila ditentukan lain.

- Pekerjaan lapisan transparan dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan kayu


halus dipasang sesuai Gambar Kerja.
- Pelaksanaan pekerjaan lapisan transparan harus mengikuti petunjuk dari
pabrik pembuatnya.

Persiapan Permukaan.
Permukaan kayu yang akan diberi lapisan transparan harus diamplas dengan
kertas amplas no. 180 dengan gerakan searah urat kayu.

Pengerjaan Lapisan Transparan Tipe NC (Nitrocellulose Base).


- Lapisan I.
1 lapisan dempul untuk mengiai dan menutup semua pori-pori kayu dan
menggosok semua permukaan kayu dengan menggunakan amplas no.
240, dilakukan setelah dempul kering.
Aplikasi dempul harus dengan kuas atau gulungan kapas seperti
direkomendaikan oleh pabrik pembuat.

- Lapisan II.
1 bubuk pewarna dalam warna sesuai ketentuan Skema Warna yang
diterbitkan terpisah. Ketika masih basah, sapu bubuk pewarna dengan boal
kapas atau semprotan untuk menyebarkannya sehingga diperoleh warna
yang merata.
Sebelum mengaplikasikan lapisan berikutnya, lapisan sebelumnya, yang
akan mengering dalam waktu minimal 3 jam, harus diamplas dengan kertas
amplas halus dan setelah bubuk pewarna kering, permukaan kayu
dibersihkan dengan kain kering untuk menyingkirkan bubuk yau yang
berlebih.
Aplikasi bubuk warna harus dengan allat penyemprot sesuai rekomendasi
pabrik pembuat.

- Lapisan III.
1 atau 2 lapis sealer sebagai cat dasar. Biarkan lapisan mengering dalam
waktu minimal 3 jam, dan kemudian amplas dengan kertas amplas no. 400.
ulangi proses ii sekali lagi untuk memperoleh permukaan yang rata dan
halus.
Aplikasi sealer harus dengan alat yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat.

- Lapisan IV.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 48

1 atau 2 lapis lapisan cat (top coat) dalam tipe/jenis penyelesaian sesuai
ketentuan Skema Warna yang diterbitkan kemudian atau sesuai petunjuk
Pengawas Lapangan.
Aplikasi cat akhir harus dengan alat penyemprot sesuai rekomendasi
pabrik pembuat.
Metode Pengaplikasian.
Pengerjaan lapisan transparan dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat yang
sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat.

2.15. PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR DAN ASESORISNYA


2.15.1. KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan asesoris yang berhubungan
seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat yang
diperlukan.

2.15.2. PEKERJAAN SANITAIR


2.15.2.1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan seperti
ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat yang
diperlukan

2.15.2.2. BAHAN - BAHAN


Water Closet dan Wastafel.
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :
 Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri ( TOTO type CW 702J/SW784JP),
lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
 Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri ( TOTO type CE 9/TV 150 NWV12),
lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
 Wastafel
 Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri (TOTO tipe
L 521 V1A, L 830 V3), lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya (warna standard).
 Wastafel Gantung Bahan porselen, produk dalam negeri (setara
TOTO tipe L 237 V1B), lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya (warna standard).
 Khusus untuk hand basin yang terletak di ruang medis R. Dokter
digunakan type pedestal produk TOTO tipe LW 242 J/LW 239 FJ
(panas dingin)
 Wastafel pedestal Toto type LW 236J/ LW 239FJ.
 Sink dapur ( TOTO)
 Urinoir TOTO Type Moeslem U57M
 Sekat Urinoir , Toto type A 100
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran,
siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
Keran, Floor Drain, Dll
 Keran air (TOTO type T-23B13V7N dan T30ARQ13N untuk Pantry)
 Floor Drain (TOTO type square flange TX 1B)
 Towel Ring (TOTO Tipe TX 702AES )

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 49

 Paper Holder (TOTO type A850)


 Shower Spray (TOTO type TB 19 CS V9N5)
 Saop Holder (TOTO type TS 125R)
Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan tidak cacat
sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk disetujui oleh
Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana.

2.15.2.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh ahli
pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan
dengan hati-hati dan sangat rapi.
Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak
diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang
pertemuan sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji.
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan sedemikian
rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus dilaksanakan
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak
bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai, kecuali bila ditunjukkan
lain dalam Gambar Kerja.
Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada ketinggian sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja.
Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa pada
meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian depan alat
ini berada 530mm diatas lantai untuk orang dewasa dan 330mm untuk anak-anak,
atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawasan Lapangan.
Pemanas air dengan tenaga listrik harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan
dari pabrik pembuatnya, pada tempat-empat seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja, dan pekerjaan elektrikal harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis 16400.
Pemasangan alat-alat sanitair lain
Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel harus dipasang sipat datar dan
diskrupkan pada dinding. Barang-barang yang akan dipakai harus tidak bercacat
sedikitpun. Floor drain harus dipasang dengan saringannya, dan dipasang rapih.
Semua sela-sela antara floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc:
2 Ps. Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata dan
sebidang dengan bidang lantai. Paper holder hanya dipasang pada toilet yang
closetnya duduk. Tempat sabun hanya dipasang pada toilet yang ada bak airnya
saja. Tinggi pemasangan pada dinding  100 cm di atas lantai.

2.16. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT


2.16.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan – bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini guna mendapatkan hasil

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 50

yang baik. Pekerjaan lansekap yang dilaksanakan meliputi semua pekerjaan yang
tertera dalam Gambar Kerja dan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, tetapi tidak
terbatas pada pekerjaan berikut :
 Pekerjaan persiapan pembentukan tanah.
 Pekerjaan penanaman pohon peneduh / pelindung, tanaman penutup dan rumput.
 Pekerjaan perawatan / pemeliharaan tanaman.

2.16.2. STANDAR / RUJUKAN


 Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih setempat.

2.16.3. PROSEDUR UMUM


2.16.3.1. Gambar dan Data Lain yang Dibutuhkan.
Kontraktor harus menyiapkan gambar sketsa pekerjaan lansekap yang
menunjukkan garis / batas penanaman rumput, patok, garis ketinggian, baris
penanaman dan detail pemberian pupuk. Daerah penanaman harus diberi tanda
dan ukuran yang lengkap.

2.16.3.2. Persyaratan Lainnya.


 Semua pekerjaan lansekap harus dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk
Gambar Kerja, standar atau petunjuk dan syarat pekerjaan lansekap yang berlaku,
standar spesifikasi bahan yang dipergunakan dan sesuai petunjuk yang diberikan
Pengawas Lapangan.
 Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor diminta untuk
memperhatikan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut
pekerjaan bidang lainnya, terutama dalam melakukan pekerjaan pembentukan
tanah dan penyelesaian tanah, agar tidak terjadi kesalahan pembongkaran,
pengurugan yang tidak diinginkan terhadap pekerjaan yang lain yang telah selesai
dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan.
 Jika ditemukan perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan lapangan,
Kontraktor harus melaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk diambil
keputusan pemecahannya.
 Semua letak tanaman di lapangan yang menyimpang dari ketentuan Gambar Kerja
yang disebabkan karena keadaan lapangan, harus mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan.

2.16.3.3. Tenaga Ahli.


Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli lansekap yang berpengalaman yang
akan melaksanakan persyaratan Spesifikasi Teknis ini, dan harus disetujui
Pengawas Lapangan.
2.16.4. BAHAN – BAHAN
2.16.4.1. Tanaman.
 Semua jenis tanaman, baik tanaman hias, pohon peneduh, tanaman penutup,
maupun rumput yang akan ditanam harus disetujui Pengawas Lapangan dan
sesuai petunjuk Gambar Kerja serta mengikuti semua persyaratan dalm
Spesifikasi Teknis ini. Daftar tanaman dan jarak penanaman dapat dilihat dalam
Gambar Kerja.
 Tanaman rumput yang dipilih untuk ditanam harus sesuai dengan petunjuk
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Penanaman dalam
bentuk rumpun.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 51

2.16.4.2. Pupuk.
 Pupuk kandang yang berasal dari sapi atau kuda yang telah kering dan matang
digunakan untuk meningkatkan unsur mikro dan makro. Pupuk kandang harus
bersih dari gumpalan akar rumput dan tanaman liar serta dalam keadaan sudah
hancur (tak terdapat bongkahan).
 Pupuk buatan yang mengandung unsur – unsur NPK seperti Rustica Yellow (15 :
15 : 15) digunakan untuk mendorong pembentukan akar, bunga dan buah.
 Pupuk buatan ZA atau Urea digunakan untuk pemupukan rumput.

2.16.4.3. Tanah Urug.


Tanah urug yang dipakai harus dari jenis tanah subur yang bersih dari bekas bahan
bangunan, batu – batuan, rumput maupun tanaman.
Tanah subur ini terdiri dari campuran tanah baik dan pupuk kandang yang telah
kering dan matang, dengan perbandingan jumlah 1 : 1.

2.16.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.16.5.1. Umum.
 Pelaksanaan pekerjaan persiapan, pembentukan dan pembersihan tanah harus
sudah dilaksanakan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan ketentuan Spesifikasi
Teknis ini.
 Pemasangan patok – patok berikut keterangan koordinat posisi perlu dilaksanakan
terutama untuk patokan penanaman awal setiap jenis tanaman.
 Setelah pembentukan dan penyelesaian tanah dengan bentuk / kemiringan / garis
ketinggian sesuai Gambar Kerja, pekerjaan lubang galian dapat dilaksanakan
untuk persiapan penanaman.
 Semua penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau setelah pukul 15.30
agar tidak banyak terjadi penguapan dan kekeringan yang terlampau cepat bagi
tumbuh – tumbuhan tersebut kecuali penanaman yang dilakukan di tempat yang
terlindung dari matahari langsung dapat dilakukan setiap saat.
 Semua tanaman yang disuplai harus dalam keadaan sehat dan utuh dalam arti :
 Tanaman tidak terkena hama penyakit, serangga atau jamur.
 Cabang, akar dan daun tidak dalam keadaan patah atau sobek.
 Kondisi tanaman (tinggi dan diameter tajuk) harus sesuai permintaan.
 Pemindahan tanaman harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
 Tanaman pohon yang akan dipindahkan, harus dipersiapkan dalam keadaan
digali minimal 1 minggu sebelum dipindahkan, dan daun dan percabangan
dipangkas secukupnya untuk kemudian dilanjutkan dengan pembungkusan
akar.
 Tanaman pohon yang telah berada dalam wadah dapat langsung dibawa ke
lokasi penampungan tanaman pada masing – masing lokasi, dan disimpan
disana sampai saat penanaman tiba.
 Tanaman semak / perdu dan penutup tanah (ground cover) disiapkan dalam
keadaan akar terbungkus.

2.16.5.2. Persiapan Lahan.


 Pematokan.
Pematokan harus dilakukan untuk menentukan titik – titik penanaman. Kegiatan
dapat dilanjutkan setelah lokasi titik / patok disetujui oleh Pengawas Lapangan.
 Penggalian Tanah.
 Persiapan lahan dengan cara penggalian harus dilakukan untuk mengangkat
dan memisahkan tanah dari puing – puing sisa bahan bangunan berupa paku
– paku, batu bata, kayu dan sisa bahan kimia bila ada.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 52

 Penggalian harus dilakukan minimal sedalam 400 mm untuk tanaman perdu


dan minimal 600 mm untuk tanaman pohon, untuk memastikan bahwa lapisan
tanah yang mengandung puing telah terangkat semua.
 Pemupukan.
Untuk meningkatkan unsur mikro dan makro yang dikandung tanah, pupuk
kandang yang telah matang harus dicampur dengan tanah yang telah dibuka dan
dibalik, dengan perbandingan 1 : 1 seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

2.16.5.3. Penanaman.
Tanaman harus didatangkan sesuai dengan jadual kerja penanaman, untuk
menghindarkan tanaman berada terlalu lama dalam penampungan, dan harus
dilaksanakan sebagai berikut :
 Tanaman yang akan ditanam harus berupa tanaman yang berasal dari tempat
penampungan atau yang telah mengalami masa persiapan dalam galian tempat
semula, dengan tinggi minimal yang telah ditetapkan.
 Pertama gali lubang yang besar, lebih besar dari ukuran wadah tanaman, dan
sisihkan di sekitar lubang galian.
 Ke dalam lubang tersebut dimasukkan tanah subur dan tinggalkan sejumlah
tertentu untuk dicampurkan dengan tanah galian tadi yang akan dikembalikan lagi
ke dalam lubang galian semula.
 Dengan berhati – hati, keluarkan tanaman dari wadahnya dan tempatkan dalam
lubang galian.
 Kemudian kembalikan tanah galian ke sekitar akar, padatkan dengan hati – hati
agar tidak terdapat kantong udara.
 Ketika lubang telah terisi tanah 2/3 bag, padatkan perlahan dengan kaki dan siram
dengan baik.
 Tanah di sekitar dasar tanaman harus diberi cekungan agar air dapat mengalir
dengan sendirinya ke arah batang tanaman.
 Tanaman harus ditahan dengan kayu air / stegger untuk menahan tanaman yang
belum seimbang.

2.16.5.4. Penanaman Rumput dan Tanaman Penutup.


 Elevasi permukaan rumput dan tanaman penutup harus sesuai dengan Gambar
Kerja.
 Tanah yang akan ditanami rumput dan tanaman penutup harus digali / dikupas
sedalam 200 – 300 mm, dan kemudian diisi dengan tanah urug.
 Setiap kali selesai pelaksanaan penanaman rumput dan tanaman penutup, harus
segera dilakukan penyiraman dengan air yang bebas dari bahan / zat yang dapat
mematikan tanaman.
 Galian lubang-lubang tanaman sesuai dengan petunjuk-petunjuk di gambar yaitu
:
 Untuk pohon 60 x 60 cm sedalam 60 cm
 Untuk semak sedalam 40 cm.
 Tanaman perdu yang ditanam adalah dari jenis Soka dan Penitian.

2.16.5.5. Pemeliharaan Tanaman.


 Pekerjaan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, penggantian tanaman
dan rumput yang rusak, pemangkasan, pemupukan, pemberantasan hama.
Pekerjaan pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 53

 Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk Gambar Kerja,


ketentuan Spesifikasi Teknis dan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan..
 Pemeliharaan harus dilaksanakan Kontraktor segera setelah pekerjaan
penanaman selesai. Masa pemeliharaan sesuai ketentuan dalam Kontrak.
 Selama itu, Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara semua tanaman
dan mengganti setiap tanaman yang rusak atau mati.
 Semua penggantian tanaman dengan yang baru menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
 Pemeliharaan tanaman harus disesuaikan dengan sifat dan jenis tanaman
yang ditanam.
 Bahan dan peralatan yang dipergunakan daalm setiap jenis pekerjaan
pemeliharaan harus benar – benar baik, memenuhi standar pengerjaan yang
dibutuhkan dan tidak merusak tanaman.
 Pupuk dan obat anti hama yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis ini.
 Penggantian tanaman harus sesuai dengan jenis / bentuk / warna tanaman
yang ditanam dan disetujui Pengawas Lapangan.

 Penyiraman.
 Penyiraman harus dengan air bersih yang bebas dari segala bahan organik /
zat kimia / bahan lain yang dapat merusak pertumbuhan tanaman. Penyiraman
dilakukan dengan cara :
 Memakai alat khusus untuk menyiram tanaman seperti emrat yang memiliki
lubang banyak pada ujung keluarnya air sehingga dapat menyebar air
secara merata ke seluruh permukaan tanah yang disiram.
 Memakai slang air terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan kran /
sumber air yang terdekat. Penyiraman dilakukan dengan cara
memancarkan air menggunakan nozzle atau sprinkler.
 Penyiraman dilakukan secara teratur terutama di musim kemarau bagi
tanaman dan rumput yang baru ditanam dan juga bagi tanaman dalam
tempat penampungan.
 Jadual penyiraman adalah sebagai berikut :
 Dua kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman dan rumput yang
baru ditanam dan semua tanaman dalam penampungan sementara,
sebelum pukul 10.00 pada pagi hari dan sesudah pukul 15.30 pada sore
hari sampai tanaman tersebut tumbuh sehat dan kuat.
 Semua jenis tanaman dan rumput yang sudah terlihat tumbuh baik dan kuat
harus disiram satu kali sehari pada sore hari setelah pukul 15.30.
 Penyiraman dilakukan sampai cukup membasahi bawah permukaan tanah.
 Tanaman yang masih terlihat cukup basah tanahnya pada sore hari, tak
perlu disiram lagi.
 Penyiraman yang berlebihan tidak diijinkan. Air harus dapat terserap baik
oleh tanah di sekitar tanaman.
 Penyiangan.
 Penyiangan ini harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali bagi
tanaman pohon dan rumput.
 Penyiangan bagi tanaman rumput dilakukan untuk mencabut segala tanaman
liar dan jenis rumput yang berbeda dengan jenis rumput yang ditanam. Alat
yang dipakai adalah alat pancong atau cangkul garpu kecil.
 Penggantian Tanaman.
 Kontraktor wajib melakukan penggantian setiap pohoh, tanaman penutup atau
rumput yang ditemukan rusak atau mati.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 54

 Semua penggantian dengan tanaman baru menjadi tanggung jawab Kontraktor


sampai masa pemeliharaan yang ditentukan berakhir.
 Penggantian tanaman harus sesuai dengan jenis / bentuk / warna tanaman
yang ditanam dan disetujui Pengawas Lapangan.
 Penggantian tanaman harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak tanaman lain di sekitarnya pada saat mencabut dan menanam yang
baru.
 Penggantian tanaman dilaksanakan pada sore hari antara pukul 15.30 – 18.00
dan dilanjutkan dengan penyiraman.
 Pemangkasan.
 Pemangkasan dilaksanakan untuk membuang cabang / ranting liar atau untuk
menjaga atau memperbaiki bentuk pertumbuhan yang diinginkan.
 Cabang / ranting yang mati atau layu harus dibuang dengan memotong.
 Semua pekerjaan pemangkasan harus dilakukan dengan gunting pangkas
untuk memotong cabang dan ranting dari arah bawah membuat potongan
miring menjauh (300 – 400) dari tunas yang berada pada cabang / ranting yang
tersisa jika memungkinkan sehingga pertumbuhan baru dapat muncul dari
tunas tersebut.
 Tidak dibenarkan melakukan pemangkasan cabang / ranting tanpa
menggunakan alat yang pemotong yang cukup tajam.
 Bekas pemotongan cabang / ranting harus ditutup dengan cat penutup luka
untuk mencegah infeksi yang disebabkan jamur pembusuk kayu atau serangga
yang dapat membunuh tanaman.
 Pemangkasan dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali.

 Pemupukan.
 Pupuk kandang yang matang digunakan untuk membuat tanah sehat / subur
yang terdiri dari campuran pupuk kandang dan tanah baik dengan
perbandingan 1 : 1 yang akan digunakan untuk pekerjaan penimbunan.
 Pupuk buatan NPK diberikan kepada tanaman pohon peneduh setelah
tanaman tersebut melampaui masa tanah 3 (tiga) bulan.
 Pupuk buatan NPK diberikan sebanyak 25 gram setiap tanaman untuk
mendorong pembentukan akar dan pembuahan.
 Pemupukan dilakukan dengan menanamkannya di dalam tanah sedalam
minimal 100 mm di sekeliling tajuk pohon, pada setiap jarak 600 mm.
 Pemupukan harus diulang 3 (tiga) bulan kemudian.
 Pupuk buatan ZA atau Urea untuk rumput harus diberikan sebanyak 12
gram/m2. Pemupukan dilakukan sebulan sekali. Pupuk harus dilarutkan
dengan air kemudian disemprotkan dengan sprayer ke permukaan rumput.
 Pemberantasan Hama Penyakit.
 Pemberantasan hama penyakit dilakukan sebelum tanaman terserang
penyakit.
 Pemberantasan untuk hama (serangga dan ulat) dilakukan dengan cara
penyemprotan keselurh permukaan daun, batang dan cabang.
 Bahan yang dipakai adalah pestisida yang memenuhi ketentuan Pemerintah
Republik Indonesia.
 Untuk pemberantasan jamur dan sejenisnya digunakan fungisida Dithane M-
45 yang dicampur air (2 gr/liter air). Pemberantasan dilakukan dengan
penyemprotan ke seluruh permukaan daun, batang dan cabang.
 Untuk memberantas penggerek batang, digunakan BHC dan untuk
memberantas siput darat digunakan Metdex yang disebarkan di sekitar pohon.
 Penyemprotan hama dan jamur :
 Untuk rumput dilakukan 2 (dua) bulan sekali.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : II - 55

 Untuk tanaman dilakukan 1 (satu) bulan sekali.


 Penyemprotan hama dan jamur dilakukan secara bergantian. Untuk
penyemprotan dari jenis obat yang berbeda jangan dilakukan sekaligus
tetapi beda waktu selang 2 (dua) minggu.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 1

DAFTAR ISI

BAB III
PERSYARATAN TEKNIS STRUKTUR

3.1. PEKERJAAN TANAH (EARTH WORK) ....................................................................... 1


3.1.1. UMUM ................................................................................................................ 1
3.1.2. STRUKTUR ....................................................................................................... 3
3.2. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH BETON .................................................. 4
3.2.1. UMUM ................................................................................................................ 4
3.2.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK ............................................................................... 6
3.2.3. PELAKSANAAN ............................................................................................... 9
3.3. PONDASI TIANG PANCANG PRECAST ................................................................... 17
3.3.1. PENGUJIAN PEMBEBANAN (LOADING TEST) DENGAN METODA
GROUND ANCHOR (TIANG JANGKAR). ( REFERENSI : SNI 03-6475-
2000) ................................................................................................................ 19
3.4. PEKERJAAN PEMBESIAN ......................................................................................... 28
3.4.1. UMUM .............................................................................................................. 28
3.4.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK ............................................................................. 30
3.4.3. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKKAN DAN
PEMOTONGAN ............................................................................................... 32
3.5. PEKERJAAN BETON .................................................................................................. 35
3.5.1. UMUM .............................................................................................................. 35
3.5.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK ............................................................................. 42
3.5.3. BETON READY-MIXED .................................................................................. 48
3.5.4. PELAKSANAAN BETON................................................................................ 49

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 1

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II

PERSYARATAN TEKNIS STRUKTUR

3.1. PEKERJAAN TANAH (EARTH WORK)

3.1.1. UMUM
Pekerjaan tanah yang spesifikasinya tercantum dalam bab ini berlaku untuk seluruh
pekerjaan tanah.

a. Pekerjaan Tanah sampai ke Batas dan Ketinggian yang ditentukan.


Seluruh pekerjaan tanah untuk berbagai bagian dari pekerjaan ini harus
dilaksanakan menurut ukuran dan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar-
gambar atau dalam ukuran dan ketinggian lain yang mungkin diminta oleh Direksi.

b. Batas/Lingkup Pekerjaan Tanah

1. Tenaga kerja dan peralatan.


2. Bagian ini mencakup pembersihan akhir setelah semua pekerjaan konstruksi
selesai.
3. Kontraktor diharuskan menyerahkan metode kerja untuk pekerjaan cut and fill.
4. Kontraktor diwajibkan meverifikasi kondisi lahan yang sudah ada, dengan
melakukan pemeriksaan terhadap bangunan existing di sekitar lahan yang
akan berpengaruh terhadap pekerjaan konstruksi, dmana kontraktor
diharuskan membuat laporan tertulis kepada pengawas yang ditunjuk
mengenai hasil verifikasi lahan tersebut terhadap semua pekerjaan konstruksi
yang akan dilakukan.
5. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua ijin pembangunan yang di
lapangan.
6. Saluran aktif yang melintas di lapangan harus dilindungi tidak boleh tersumbat,
tidak boleh membuang sampah atau lumpur dan di jaga kelancaran alirannya.
Fasilitas yang sudah ada harus dilindungi dan dijaga, apabila terkena dampak
dari pekerjaan yang ditimbulkan oleh kontraktor, hal itu menjadi tanggung
jawab kontraktor sepenuhnya.
7. Kemungkinan gangguan pelaksanaan pekerjaan terhadap lingkungan, jalan
kerja dan fasilitas lain yang berdekatan harus diminimalisir.

c. Pengurugan untuk Struktur

Pengurugan akan diperlukan untuk struktur-struktur berikut ini :


1. Sub-grade untuk perkerasan jalan dan daerah bangunan.
2. Pengurugan kembali (backfill) untuk struktur bangunan.
3. Pengurugan untuk area taman landscape disekeliling bangunan

Fill material untuk pekerjaan ini diperoleh dari sisa tanah galian (excess material)
dan bebas dari bahan perusak atau pengganggu seperti bahan organik, bahan
yang tidak tahan lama dan material yang tidak dapat diperoleh dari excess
material, apabila masih terdapat kekurangan kebutuhan tanah, tanah harus

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 2

didatangkan dari luar proyek dimana tanah tidak mengandung bahan perusak
seperti lempung, sampah, organik, bahan yang tidak tahan lama dan bahan yang
tidak dapat dipadatkan.
Setelah pekerjaan penggalian selesai dilakukan, Kontraktor harus memotong,
meratakan dan meninggalkan bekas galian dalam kondisi rapi dan memuaskan,
dan jika diminta, harus melaksanakan perintah dari pengawas yang ditunjuk tanpa
biaya tambahan.

Pekerjaan tanah ini termasuk pengupasan lapisan atas tanah atau benda-benda
di permukaan tanah yang tidak berguna (contoh: akar-akar pohon, bekas pondasi
bangunan eksisting yang akan dibongkar), penggalian, memuat dan
pengangkutan ke lokasi yang telah ditentukan termasuk juga membentuk dan
merapikan urugan sampai ke ukuran yang ditunjukkan dalam gambar-gambar

Pekerjaan ini juga termasuk untuk membereskan borrow pit dan meninggalkannya
dalam kondisi yang rapi dan disetujui oleh pengawas yang ditunjuk.

Untuk pekerjaan pengurugan area taman landscape disekeliling bangunan tidak


perlu dilakukan pemadatan, jenis tanah yang digunakan harus dikonsultasikan
dengan perencana landscape dan pengawas yang ditunjuk.

d. Pemadatan Tanah Urug.


Pengurugan dengan tanah kering harus dilakukan lapis demi lapis yang sama
ketebalannya untuk tiap-tiap lapis dan tidak tebal dari 150 mm setiap lapisannya
sebelum dipadatkan.

Setiap lapis dari pengurugan tanah kering ini harus dipadatkan sampai sekurang-
kurangnya menjadi 90% dari kepadatan kering maksimum menurut Modified
Proctor Test (ASTM D 1557). Bahan urug yang tidak dapat dipadatkan harus
disingkirkan dan diganti dengan material yang baru.

e. Test untuk Pemadatan.


Test untuk menguji hasil pemadatan akan dilaksanakan oleh kontraktor yang
ditunjuk sesuai dengan spesifikasi berikut ini:
1. Untuk pemadatan tanah kering kepadatan maksimum pada kandungan
kelembaban harus ditentukan berdasarkan standard ASTM D-1557
2. Untuk pemadatan tanah kering ditempat, kepadatannya harus ditentukan
berdasarkan ASTM D-1556.

f. Metoda Pemadatan Kering.


Pemadatan kering harus dilakukan sesuai dengan ketentuan berikut ini :
1. Tanah urug dihamparkan secara merata lapis demi lapis, dengan ketebalan
masing-masing lapis sebelum dipadatkan tidak melebihi 150 mm.
2. Semua bongkahan harus dihancurkan dan dicampur dengan cara dipotong,
dibajak, atau dengan cara lain yang serupa sehingga terdapat lapisan tanah
yang seragam baik ketebalan masing-masing lapisannya maupun
kepadatannya.
Setiap lapisan tanah urug harus sama jenis bahannya, kepadatannya dan
kandungan kelembabannya sebelum mulai dipadatkan.
3. Sebelum pemadatan, kelembaban tanah urug harus dijaga dalam batas ± 2%
dari kelembaban optimum seperti yang ditetapkan dalam ASTM D-1557.
Kelembaban ini lebih disukai yang cenderung mengarah ke keadaan yang
lebih basah untuk jenis tanah yang mudah berkembang.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 3

4. Tanah urug yang kelembabannya melebihi standard yang ditentukan, harus


dikeringkan dengan cara mengaduk, membajak, mencampur atau dengan cara
lain yang sama dan apabila ada tanah urug yang kelembabannya tidak
mencukupi harus disiram dengan air sehingga kelembabannya mencapai
batas standard yang ditentukan.
5. Selama pemadatan, keseragaman jenis tanah permukaan harus dijaga agar
dapat diperoleh hasil pemadatan yang merata.
6. Setiap lapisan harus dipadatkan sesuai dengan kepadatan yang ditentukan
dan diperiksa dengan alat test yang sesuai di lapangan sebelum dilakukan
pemadatan berikutnya. Jika tanah urug tersebut tidak mencapai kepadatan
yang ditentukan, maka pemadatan tanah urug ini harus diulang kembali atau
tanah urugnya diganti dan metoda pemadatannya diganti dengan cara lain
yang sesuai untuk mencapai standard kepadatan yang diinginkan.
Pengujian test CBR sebesar 6% dilakukan setiap per 3 lapis layer(per layer
150 mm) dengan luasan 500m2, dimana hasil test menunjukkan adanya
metoda pelaksanaan yang benar dan mencapai kepadatan pengurugan yang
secara konsisten dapat diterima dan dapat dipakai terus.
Lapisan berikutnya harus diperiksa pada tempat-tempat tertentu untuk melihat
apakah pengurugan yang dilakukan selalu memenuhi kriteria yang ditentukan.
Apabila hasil test menunjukkan adanya pelaksanaan pengurugan yang tidak
benar, test secara terus menerus, sebagai tambahan dari test untuk
memperbaiki keadaan, harus dilakukan. Pengujian secara terus menerus
untuk setiap lapisan harus dilaksanakan jika terjadi perubahan pada metoda
kerja atau jenis tanah urug.
7. Tanah hasil sisa pengurugan harus dibuang ketempat yang telah ditentukan
dan dipadatkan sehingga permukaan tanah menjadi sama dengan permukaan
tanah yang ada sebelumnya.

3.1.2. STRUKTUR
a. Penggalian untuk Pekerjaan Struktur Beton.
Jika tidak ditentukan lain, Kontraktor harus menjaga agar galian selalu kering dan
tidak digenangi air selama pelaksanaan pembangunan berlangsung termasuk
untuk waktu-waktu selanjutnya yang memang diperlukan untuk menghindarkan
agar struktur bangunan tidak terendam air.

Metoda untuk menjaga agar galian tidak digenangi air dalam proyek ini adalah
menggunakan surface dewatering dan pembuangan airnya harus mendapat
persetujuan dari pengawas yang ditunjuk.

Kontraktor harus menyediakan peralatan yang selalu siap sedia dan dalam jumlah
yang mencukupi dilapangan untuk selalu berjaga-jaga dan menjamin agar
pelaksanaan dewatering jika sedang berlangsung tidak terganggu.

Hasil galian pada akhirnya harus dirapikan dengan tangan, atau dengan cara lain
yang disetujui atau diarahkan oleh pengawas yang ditunjuk, sebelum pelaksanaan
konstruksi beton dimulai. Pada akhir pelaksanaan permukaan tanahnya harus
digali atau diurug sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
b. Pengerjaan pada Permukaan Tanah.
Ditempat-tempat dimana permukaan tanah bekas galian akan menerima
konstruksi beton atau pengurugan yang dipadatkan, batas 0.15meter dari tempat
yang digali harus dirapikan dengan tangan atau dengan cara lain yang disetujui
atau diarahkan oleh pengawas yang ditunjuk.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 4

Permukaan tanah akhir harus diratakan dengan hati-hati atau dibentuk seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.

c. Laporan
Kontraktor harus membuat laporan kepada pengawas yang ditunjuk jika galian
sudah selesai dibuat dan siap menerima pondasi beton, struktur-struktur lain dan
tidak boleh melanjutkan dengan pekerjaan beton lainnya sebelum diluluskan atau
ada persetujuan dari pengawas yang ditunjuk. Pekerjaan beton atau pekerjaan lain
yang dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari pengawas yang ditunjuk harus
dibongkar kembali dengan biaya yang ditanggung sendiri oleh kontraktor.

d. Pemilihan dan Pemadatan Pengurugan Kembali


Apabila diperlukan pengurugan kembali di bawah permukaan tanah yang
berdekatan dengan struktur bangunan, maka tanah urug yang dipakai harus dipilih
dengan hati-hati dan dipadatkan seperti yang ditentukan dalam pasal “Metoda
Pemadatan” yang tercantum dalam spesifikasi ini.

Pengurugan kembali tidak dapat dilaksanakan sebelum mendapat persetujuan


pengawas yang ditunjuk. Jika pengurugan kembali harus dilakukan di kedua sisi
atau lebih dari struktur bangunan, maka harus dilaksanakan serentak pada sisi-
sisi yang berlawanan, sehingga perbedaan ketinggiannya tidak akan melebihi 30
cm. Pada dasarnya pelaksanaan pengurugan kembali untuk daerah struktur harus
dilakukan secepatnya, walaupun ada perkecualian untuk struktur-struktur
pendukung dimana pengurugan harus dilakukan setelah beton menjadi cukup
keras.

e. Perataan Kawasan.
Kawasan dii sekitar atau struktur harus diratakan sesuai dengan gambar.
Kontraktor harus mengatur pengurugan kembali sedemikian rupa agar
pelaksanaannya tidak membahayakan struktur. Perataan kawasan disekitar
struktur harus dilaksanakan dengan metoda yang telah disetujui oleh Pengawas
yang ditunjuk. Jika terjadi kerusakan harus diganti atau diperbaiki dengan biaya
yang ditanggung oleh kontraktor dan hasilnya memuaskan.

3.2. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH BETON


3.2.1. UMUM
a. Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, cetakan dan
perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI-2847-
2013, ACI 347, ACI 301, ACI 318.

b. Tanggung Jawab
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan gambar-
gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan
“pengawas yang ditunjuk” sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan,
sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan
dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman. Asuransi keselamatan
dan peralatan haruslah menjadi tanggung jawab dari kontraktor.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 5

3.2.1.1. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua
cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan
diperinci berikut dalam bab ini.

b. Pekerjaan yang berhubungan.


1. Pekerjaan Pembesian, Bab 3.3
2. Pekerjaan Beton, Bab 4.4

3.2.1.2. Referensi-referensi
Pekerjaan yang terdapat dalam bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau
diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau
spesifikasi terakhir sebagai berikut:
1. SNI-2847-2013 : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
2. S.I.I. : Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 : Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 : Building Code Requirement for Reinforced Concrete Building
5. ACI-347 : Recommended Practice for Concrete Formwork

3.2.1.3. Penyerahan (Submittals)


Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan dengan segera oleh “Kontraktor”
sesuai dengan jadwal yang telah disetujui, untuk menghindari keterlambatan dalam
pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.

A. Kualifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)

“Kontraktor” harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang


berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kualifikasi dari mandor harus
diserahkan kepada “pengawas yang ditunjuk” untuk ditinjau.

B. Data Pabrik

Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh “Kontraktor” kepada


“pengawas yang ditunjuk” dalam waktu 30 hari kerja setelah “Kontraktor”
menerima Surat Perintah Kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan
untuk kepentingan bahan-bahan dan lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan
assesoris serta sistim cetakan dari pabrik bila dipakai.

C. Gambar Kerja

Perhatikan sistim cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang,


metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi
cetakan.

Gambar kerja harus diserahkan kepada “pengawas yang ditunjuk” sekurang-


kurangnya empat minggu sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa. Hanya gambar
kerja untuk cetakan beton expose yang perlu persetujuan dari arsitek.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 6

D. Contoh

Lengkapi cetakan dengan “cone” untuk mengencangkan cetakan.

3.2.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK
Bahan-bahan dan perlengkapan-perlengkapan tambahan (accessories) harus
disediakan seperti disyaratkan untuk mencetak / membentuk dan mendukung/
menyokong pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan
beton seperti disyaratkan.

3.2.2.1. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian rupa agar praktis


penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di atas tanah
sedemikian agar memberi kesempatan untuk pengeringan udara secara alamiah.

3.2.2.2. Perancangan dari Cetakan dan Perancah

A. Definisi Perancah

Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dari beton yang belum
mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar
perancah tersebut untuk disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”. Segala biaya
yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya
harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.

B. Perancangan/Desain

1. Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga


ahli resmi yang bertanggung jawab penuh kepada kontraktor.
2. Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada
ketentuan ACI-347.
3. Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu
masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat
penggetar. Apabila dipakai penggetar dari luar, perkuatan/penyokong
harus memadai dan diperhitungkan baik-baik serta menjamin bahwa
distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.

C. Acuan

1. Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk,


garis dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
2. Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah
kebocoran adukan.
3. Acuan harus diberi pengkaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat
menyatu dan mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 7

4. Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak


merusak struktur yang sudah selesai dikerjakan.

D. Galian Tanah Sebagai Cetakan Langsung

Jangan memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan


tegak dari beton dan juga terutama untuk pekerjaan sub structure (Raft,
Pilecap, Tie beam, dll). Untuk pekerjaan sub structure digunakan pasangan
batako/bata sebagai cetakannya.

3.2.2.3. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan dan Plywood

A. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang kering
dioven dengan lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua papan harus
bebas dari mata kayu yang besar, takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan
perlemahan-perlemahan lain yang serupa.
B. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar.
Cetakan dari papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan
permukaan-permukaan pada bidang yang sama tanpa sambungan mendatar
dengan sambungan ujung yang terjadi hanya pada sudut-sudut dan perubahan
bidang.
C. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas
dan untuk mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus
dikencangkan pada penunjang plywood dengan kondisi akhir dari paku yang
ditanam tidak terlihat. Pola dari paku harus seragam dan tetap (consistent)
seperti disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”.

D. Untuk cetakan plywood, Ketebalan dan jenis plywood yang digunakan adalah
sebagai berikut:
- Untuk Struktur vertikal (kolom, wall, dinding) : Jenis Plywood (Penil Film-
Hitam) dengan ketebalan min 18 mm.
- Untuk Struktur Balok-Pelat: Jenis Plywood (Polly Expoxy) dengan
ketebalan min. 15 mm.

3.2.2.4. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (unexposed concrete)

A. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau
bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang
besar. Kayu harus dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.

B. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan


dimana beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran.

3.2.2.5. Perancah, penunjang dan penyokong (studs, wales and supports)

Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong


adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban pada waktu
pelaksanaan termasuk perancah yang menumpu pada tanah.

3.2.2.6. Jalur kayu

Jalur kayu diperlukan untuk membentuk garis/alur sambungan dan chamfer.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 8

3.2.2.7. Melapis cetakan

a. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, haruslah


dari jenis yang tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisa-
sisa/bekas pada permukaan beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari
cat, plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk
permukaan beton

b. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan minyak/gemuk (bahan
agar beton tidak menempel pada cetakan) dari pabrik khusus untuk cetakan
dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi pabrik sebelum tulangan
dipasang atau sebelum cetakan dipasang.

3.2.2.8. Pengikat Cetakan


a. Pengikat cetakan haruslah batang-batang besi yang dibuat di pabrik atau jenis
pelat memanjang (flat band type), atau model yang dapat dilepas dengan ulir,
dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga
menahan semua beban hidup dari pengecoran beton basah dan mempunyai
penahan bagian luar dengan luasan perletakan yang memadai.

b. Untuk beton-beton yang umum, penempatan pengikat cetakan sesuai


pendapat kontraktor.

c. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus
dari jenis dengan kerucut (cone snap off type). Ukuran kerucut haruslah 2.5 cm
maximum diameter pada sisi permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya
ke pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus kedua arah baik
mendatar maupun tegak di dalam cetakan atau seperti disetujui oleh
“pengawas yang ditunjuk”.

3.2.2.9. Penyisipan Besi


Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti disyaratkan pada pekerjaan ini.

A. Penanaman/penyisipan benda-benda berulir.

Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh “pengawas yang
ditunjuk”.

B. Pemasangan langit-langit (Ceiling)

Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung yang menahan


penggantung langit-langit, konstruksi penggantung haruslah di-galbani, atau
type yang diijinkan oleh “pengawas yang ditunjuk”.

C. Pengunci model ekor burung.

Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galbani yang lebih
baik/tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti
dispesifikasikan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 9

Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dibongkar untuk
mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.

3.2.2.10. Pemasangan Benda-benda yang akan ditanam di dalam Beton.

Pemasangan Pipa Saluran Listrik dan lain-lain yang akan Tertanam di dalam
Beton.

a. Penempatan saluran/pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak


mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di dalam
SNI-2847-2013.

b. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-


bagian struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail di dalam gambar.
Di dalam beton perlu dipasang selosong pada tempat-tempat yang telah
disetujui untuk dilewati pipa.

c. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.

d. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang


tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang
terpasang, maka kontraktor harus segera menkonsultasikan hal ini dengan
“pengawas yang ditunjuk”.

e. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser/memindahkan


baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan
pipa-pipa saluran tersebut tanpa izin tertulis dari “pengawas yang ditunjuk”.

f. Semua bagian-bagian/peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-


angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan
beton, harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

g. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada


posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton
dilakukan.

h. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan


kepada pihak lain untuk memasang bagian-bagian/peralatan tersebut
sebelum pelaksanaan pengecoran beton.

i. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada


benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut
diharuskan tidak terisi beton harus ditutup dengan bahan lain yang mudah
lepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.

3.2.3. PELAKSANAAN
3.2.3.1. Umum

a. Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar
dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri
harus juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 10

gaya-gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada. Kontraktor


harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu
sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya-gaya yang bekerja
padanya sedemikian rupa hingga akhir pekerjaan beton, lendutan dari
permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan
bentuk seharusnya. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu bermutu baik
dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bamboo untuk hal ini tidak diperbolehkan.
Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran berlangsung
menunjukkan tanda-tanda penurunan yang berlebihan sehingga menurut
pendapat “pengawas yang ditunjuk” hal itu akan menyebabkan kedudukan
(peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau
dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka “pengawas yang ditunjuk”
dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah
tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor. Gambar rancangan perancah
dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail (termasuk
perhitungannya) harus diserahkan kepada “pengawas yang ditunjuk” untuk
disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambar rancangan tersebut disetujui.

b. Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton


berlangsung untuk melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan
ataupun ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang
berkembang dan pekerjaan perancah memperlihatkan penurunan atau
perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan, dilakukan pembongkaran bila
kerusakan permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi
penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh.

c. Rencanakan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan


pembongkaran guna mengeleminasi kerusakan pada beton apabila cetakan &
perancah dibongkar.

d. Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang


utama dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.

3.2.3.2. Pemasangan

a. Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, bentuk, kelurusan dan
kemiringan dari beton seperti ditunjukkan pada gambar, dilengkapi untuk
lubang-lubang (openings), celah-celah, pengunduran (recesses), chamfers
dan proyeksi-proyeksi seperti yang diperlukan.

b. Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap


air dan dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan
posisi dan kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-
penunjang cetakan.

c. Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor


bertanggung jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk
menentukan lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga
memudahkan untuk pemeriksaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 11

d. Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik


pada arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan
konstruksi kecuali seperti diperlihatkan lain pada gambar.

e. Toleransi untuk beton secara umum – sesuai PBI-2013 atau ACI 347-3.3.1,
ACI 301 “Tolerances for Reinforced Building” yang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Variasi dan plumb/kelurusan vertikal
- Pada garis dan permukaan kolom, tiang, dinding, dan bagian-bagian
dalam yang muncul/menonjol :
Setiap 3 meter 6 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan 25 mm
- Untuk kolom sudut yang diekspos, alur control joint grooves, dan garis-
garis lainnya yang ditonjolkan :
Setiap 6 meter 6 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan 12 mm

2. Variasi dari tingkat atau dari tingkat yang disebutkan dalam dokumen kontrak:
- Pada sisi bawah pelat, atap, sisi bawah balok diukur sebelum
penyangga dilepas :
Setiap 3 meter 6 mm
Setiap bentang atau setiap 6 meter 10 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan 19 mm
- Pada kolom/balok praktis, sills, parapet, alur yang diekspos horisontal,
dan garis lainnya yang diekspos :
Disetiap bentang atau setiap 6 meter 6 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan 12 mm

3. Variasi pada garis lurus gedung terhadap posisinya yang ditetapkan pada
denah dan posisi yang berkaitan dari kolom, dinding, dan partisi :
Setiap bentang 12 mm
Setiap 6 meter lari 12 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan 12 mm

4. Variasi pada ukuran dan lokasi sleeve, bukaan lantai, bukaan dinding 6 mm

5. Variasi pada ukuran penampang kolom, balok, tebal pelat, dan dinding :
Minus 6 mm
Plus 12 mm

6. Variasi dalam injakan tangga :


- Pada injakan tangga :
Tanjakan 3 mm
Injakan 6 mm
- Pada anak tangga yang berurutan :
Tanjakan 1.5 mm
Injakan 3 mm

7. Toleransi dalam struktur beton massal :


- Variasi dari garis lurus konstruksi dari posisi yang telah ada dalam rencana
:
Setiap panjang 6 meter 12 mm
Setiap panjang 12 meter 19 mm

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 12

- Variasi dari dimensi pada tampilan struktur secara tersendiri dari posisi
yang ada :
Pada Panjang24 meter 32 mm
Pada konstruksi yang tertatnam (2X dari angka
diatas 64 mm)

f. Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada


permukaan beton yang diekspose.

g. Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu


pembongkaran tidak mengalami kesulitan dan tidak menyebabkan terjadinya
kerusakan pada permukaan.

h. Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi
bawah dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai
mencapai kekuatannya sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok
yang dicetak atau dicor sebelum balok lantai di bawahnya bekerja penuh.

i. Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, kontraktor harus


benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
“plumbness”/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm.

3.2.3.3. Pengikat Cetakan

Pengikat cetakan harus dipasang sedemikian pada jarak tertentu untuk


ketepatannya memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk
menahan berat serta tekanan dari beton basah.

3.2.3.4. Jalur Kayu, “blocking” dan pencetakan bentuk-bentuk khusus (moulding)

Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan


sebagainya seperti diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang berbentuk
khusus/berprofil dan permukaan seperti diperlihatkan pada gambar dan untuk
melengkapi pemasangan paku untuk batang-batang kayu dari ciri-ciri lain yang
dibutuhkan untuk ditempelkan pada permukaan beton dengan suatu cara tertentu.
Lapislah jalur kayu, blocking dan pencetakan bentuk khusus dengan bahan untuk
memudahkan melepsakan cetakan setelah selesai.

3.2.3.5. Chamfers

Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar


arsitek saja.

3.2.3.6. Bahan untuk pelepas beton (Release agent)

Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan
dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat
permukaan dari cetakan sekedar berminyak bila disentuh. Pastikan bahwa bahan
pelepas tidak mencapai tulangan beton maupun pada pertemuan beton yang
diperkeras dimana beton basah akan dicor/dituangkan.
Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk
menerima penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan.

3.2.3.7. Pekerjaan sambungan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 13

Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan


beton eksposed, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints.
Cetakan sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar
kerja. Dimana memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang tersembunyi.
Laksanakan perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.

3.2.3.8. Pembersihan

a. Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung


dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan
secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-cetakan kolom dan cetakan-
cetakan dinding serta pada titik-titik lain dimana diperlukan untuk fasilitas
pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama untuk
pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan-bukaan pembersihan
berdasar kepada persetujuan “pengawas yang ditunjuk”.

b. Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa
pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton
ekspose untuk permukaan ekspose tanpa persetujuan “pengawas yang
ditunjuk”.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose
dengan permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang
bagian-bagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh
“pengawas yang ditunjuk”.

c. Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton


ekspose diperlukan untuk memasang beton ekspose, lokasi harus disetujui
oleh “pengawas yang ditunjuk”.

d. Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai


sesuai dengan metode perancah. Pemeriksaan perancah secara sering
harus dilakukan selama operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran.
Naikkan bila penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat
nyata. Pasanglah penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal
tersebut diatas. Hentikan pekerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan
cetakan memperlihatkan pergerakkan terus menerus melampaui yang
dimungkinkan oleh peraturan.

e. Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari


tulangan-tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan
lapisi secara seragam/merata dengan “release agent” untuk cetakan yang
spesifik sesuai dengan instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan
dan jangan ijinkan pelapisan pada tempat dimana beton ekspose akan dicor.

f. Pemeriksaan cetakan; beritahukan kepada “pengawas yang ditunjuk”


setidaknya dua puluh empat jam sebelumnya dalam pengajuan jadwal
pengecoran beton.

3.2.3.9. Penyisipan dan Perlengkapan

a. Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau


perlengkapan-perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan
sisipan di dalam beton.
b. Buatlah pola atau instruksi untuk pemasangan dari macam-macam benda.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 14

c. Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.

3.2.3.10. Dinding-dinding

Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti


diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara
pada bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan
dan pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera
sebelum pengecoran beton kedalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi
dengan keperluan pengunci didalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-
lantai beton.

3.2.3.11. Waterstops

Lengkapi dengan waterstops yang menerus pada semua sambungan-sambungan


yang langsung berhubungan dengan tanah atau air di bawah lapisan tanah dan
dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, letak/posisi waterstop harus akurat
dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang sambungan kedap air sesuai
dengan rekomendasi dari perusahaan produk waterstop yang dipakai, dimana
kontraktor diwajibkan menyerahkan type dan bahan waterstop kepada pengawas
yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan. Apabila kontraktor tidak
menyampaikan type dan bahan maka spefikasi minimal yang dipakai adalah type
blended polymer hydrophilic.

3.2.3.12. Cetakan untuk kolom

Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti terlihat
pada gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian bawah
dari semua cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum pengecoran beton.

3.2.3.13. Cetakan untuk pelat dan balok-balok

a. Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan


untuk lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya.

b. Puncak dari camber harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan dongkrak-
dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak
dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun
pada waktu pengecoran dari beton.

3.2.3.14. Pembongkaran cetakan dan pengencangan kembali perancah (reshoring)

A. Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-2013

Untuk melepas cetakan dan perancah, kuat tekan beton diambil dari contoh
benda uji silinder yang dibuat mengikuti ketentuan yang berlaku, selanjutnya
diletakkan dan dirawat sama dengan struktur beton pada tempat yang
bersangkutan.

Sebagai perbandingan mengenai pombongkaran sistem wall-slab dilampirkan


tabel pembongkaran cetakan :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 15

Jenis Form Work Periode Minimum Form Work


dapat dibongkar
1. Form Work Struktur Vertikal 24 jam
(Kolom – Shearwall)
2. Form Work Balok – Pelat 1 minggu
(Flat Slab, Cantilver)

Kontraktor diminta untuk menyampaikan laporan tertulis perhitungan form work


kepada perencana dan pengawas yang ditunjuk sebelum melakukan
pembongkaran.

B. Pembongkan form work atau bekisting dilakukan per 3 lantai kerja dengan
uraian sebagai berikut:
- Lantai 1: Form work di bongkar tetapi tetap di stud (shoring) per titik pada
lokasi-lokasi tertentu (area lapangan balok dan pelat per jarak 1.5 – 2m
atau area lain yang dianggap perlu)
- Lantai 2: Bekisting utuh tetap terpasang
- Lantai 3: Bekisting utuh untuk persiapan pengecoran.
Pola tersebut dilakukan untuk lantai-lantai berikutnya.

C. Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar harus dilepas secara
berhati-hati tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, off
sets ataupun bukaan-bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat.
Pengikatan terhadap segi arsitek atau permukaan beton ekspose dengan
menggunakan peralatan ataupun description apapun tidak diijinkan.
Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum
pertahankan keutuhan dari desain.

D. Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran


untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak.

E. Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan harus


ditopang/ditunjang kembali sepenuhnya pada semua pelat dan balok sampai
dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan perancah kembali
harus tetap ditempatnya sampai beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan
28 hari. Periksa dengan teliti kekuatan beton dengan test silinder atas biaya
kontraktor.

F. Penunjang-penunjang sementara; sebelum pengecoran beton, tulangan


menerus balok-balok dengan bentang panjang (>=10 m) haruslah ditunjang
dengan penopang-penopang sementara sedemikian untuk me”minimum”kan
lendutan akibat beban dari beton basah.
Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran
beton dan selama diperlukan untuk mencegah penurunan dari penunjang-
penunjang tersebut. Perancah tidak boleh dipindahkan sampai beton
mencapai kekuatan yang mencukupi.

G. Untuk Toleransi ukuran pekerjaan pengecoran beton yang dihasilkan dan


lendutan yang terjadi, diambil patokan sebagai berikut:

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 16

- Toleransi pekerjaan beton yang dihasilkan (kolom, shearwall, balok, pelat)


adalah 1 : 1000, dalam arti setiap 1 m di ijinkan toleransi hasilnya sebesar
1 mm.
- Untuk Lendutan yang diijinkan adalah : L/360 (untuk struktur jepit-jepit) dan
L/250 (untuk kantilever struktur), dimana : L adalah bentang struktur.

3.2.3.15. Pemakaian ulang cetakan beton

A. Pemakaian ulang dari cetakan; cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila
betul-betul masih baik dan dalam kondisi yang memuaskan bagi “pengawas
yang ditunjuk”. Cetakan-cetakan yang tidak dapat benar-benar dikencangkan
dan dibuat kedap air, tidak boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari
cetakan disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”, bagian pembersihan cetakan,
harus memperbaiki kerusakan permukaan dengan memindahkan lembaran-
lembaran yang rusak.

B. Plywood, sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara


menyeluruh, dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah
memakai ulang plywood yang mempunyai tambalan, ujung yang usang,
cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada permukaan atau kerusakan lain
yang akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian permukaan.

C. Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan


membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk
cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan dan bongkar/buanglah papan-
papan yang lepas atau rusak.

D. Agar cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang diakibatkan
oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang
terlihat boleh dipakai ulang hanya pada potongan-potongan yang identik.
Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil
pada bagian permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan
ada bekas jalur akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya.

E. Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus


didukung oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus
melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan rancangan pembongkaran
perancah.

3.2.3.16. Hal lain-lain.

A. Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam
hubungan dengan kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian
diperlihatkan secara terperinci atau dialihkan ke “Referred to” ataupun tidak.

B. Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa


tersebut diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja
beton yang telah mendapat persetujuan dari “pengawas yang ditunjuk”.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 17

3.3. PONDASI TIANG PANCANG PRECAST (DITUNDA)


Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi Tiang Pancang Precast dengan
poer beton. Ukuran tiang pancang, dengan penempatan ditunjukkan dalam kerja.

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari perencana/ Konsultan
MK/Pengawas dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.

2. Keahlian dan pertukangan


Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pemancangan
beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, temasuk kekuatan,
toleransi dan penyelesaiannya.

Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang


berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.

Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan
standar yang umum berlaku.

Apabila Konsultan MK/MK Konstruksi memandang perlu, kontraktor dapat


meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk/dapat disetujui Konsultan
Manajemen Konstruksi atas beban kontraktor.

3. Kualitas tiang
Tiang pancang menggunakan type SPUN PILE dia. 25 x 25 cm, panjang 8 m
(termasuk panjang salur) dengan kedalaman seperti ditentukan dalam Gambar
Kerja atau mencapai tanah keras dan atau final set.

4. Spesifikasi teknis pemancangan


a. Bahan
 Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus mempunyai
mutu beton minimal K-450.
 Penulangan tiang menggunakan besi beton D 16 mm sebagai tulangan
utama dengan mutu minimal U-42 dan Ø 8 - 15 cm (minimal) untuk
penulangan sengkang dengan mutu baja U-24. (atau sesuai dengan
spesifikasi A2)
 Ukuran Tiang Pancang SPUN PILE dia. 25 x 25 cm
b. Alat Pancang
 Berat beban tiang pancang disesuaikan dengan daya dukung yang
diinginkan.
 Untuk mencegah rusaknya kepala tiang harus digunakan bantalan
(cushion) minimal tebal 5 cm. Bantalan tersebut harus diperiksa dan
diganti secara periodik seperlunya atau atas saran dan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Daya Pikul Tiang
 Pemancangan tiang dihentikan setelah kriteria set sesuai daya pikul yang
diinginkan tercapai. Dapat diperkirakan dengan tekanan manometer pada
alat jacking.
 Set atau kelendering pemancangan tiang beton cetak dihitung
menggunakan Hiley Formula, yang disesuaikan dengan kebutuhan, berat
hammer dan data2 yg lain harus valid.
Kapasitas Tiang Bor :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 18

Kapasitas Tekan izin Tiang pancang dia 250 mm = 60 ton


Kapasitas lateral izin Tiang pancang dia 250 mm = 15 ton
Sesuai hasi analisis fondasi

d. Toleransi Posisional dan Kemiringan Tiang


 Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari letak titik
pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah tiang pancang tidak
bertambah/berkurang lebih dari 15,00 cm dari yang seharusnya.
 Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal adalah tidak
lebih miring dari 1 : 75.
 Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang baru dibuat
tidak mengganggu atau merusak tiang-tiang yang dibuat sebelumnya.
 Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton cetak yang diluar
kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, maka kontraktor dapat
menambah satu atau lebih tiang beton cetak, dan sebelum pelaksanaan
harus minta persetujuan dari perencana/ Konsultan MK.
 Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah semua tiang
pancang terpasang baik dan setelah disetujui oleh Konsultan MK.

e. Penyambungan Tiang
Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada kedua tiang
yang akan disambung dengan full buttweld.

Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung distel


hingga satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam tanah. Setelah
pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan tersebut diberi lapisan aspal
dan pemancangan tiang dilanjutkan.

f. Pemancangan
 Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus disanggah
dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi yang telah ditentukan
serta tidak terjadi kemungkinan tekuk. Penyanggahan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tiang
tekan.
 Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai kapasitas dan
efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan MK sebelum
digunakan. Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat kalibrasi
yang masih berlaku dari pihak yang berwenang.
 Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan MK, sesuai dengan keadaan tanah setempat.
 Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai penetrasi
atau kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali Konsultan MK
menyetujui bahwa penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang
diluar kekuasaan pemborong.
 Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap pemasukan 500
mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca tiap 250 mm ) atau sesuai
dengan petunjuk Konsultan MK.
 Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan karakteristik
yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan tanah maupun
penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong harus segera
memberitahukan Konsultan MK untuk meminta petunjuknya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 19

Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga


pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping dapat
dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus
dikonsultasikan dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan MK.
 Bila terjadi “heave”, Pemborong harus melakukan penekanan ulang pada
semua tiang yang terjadi heave.
 Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak boleh
melebihi 75 mm dalam segala arah.
 Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi kemiringan
1:75
g. Pemotongan Kepala Tiang Tekan
 Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman yang
disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus dikupas sampai dengan level
yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.
 Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang yang
disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
 Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan tiang tekan
ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan tersebut.
 Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan diper-baiki
dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu beton yang
disyaratkan untuk tiang tekan.

h. Penolakan Tiang
 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi
spesifikasi ini akan ditolak. Pemborong wajib membuat tiang pengganti
tanpa biaya tambahan.
 Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus membuat “As built
drawing” dari letak dan kedalaman tiang pancang mini pile.
 Pengujian Tiang dengan metode Angker .

3.3.1. PENGUJIAN PEMBEBANAN (LOADING TEST) DENGAN METODA GROUND


ANCHOR (TIANG JANGKAR). ( REFERENSI : SNI 03-6475-2000) (DITUNDA)

a. UMUM
1. Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan Pile load test pada 3 titik Tiang
Pancang dia 25 cm yang meliputi 2 titik untuk test Initial load test pada awal
pengeboran untuk test tekan dengan sistim Ground Anchors (Tiang Jangkar ) dan
1 titik test lateral, lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) dan Perencana dari hasil pengamatan pelaksanaan dan data
tanah
2. Pengujian pembebanan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam spesifikasi ini. Kontraktor harus mempersiapkan segala
perlengkapan yang dibutuhkan untuk dapat melakukan pengujian pembebanan,
termasuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
ini, seperti izin, mengamankan lokasi di sekitar titik pengujian dll.
3. Pengujian harus dilakukan di bawah Direksi Pekerjaanan tenaga ahli yang
berpengalaman di dalam pekerjaan ini. Semua personal yang terlibat harus sudah
betul-betul berpengalaman dan harus sudah terlatih, agar pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik.
4. Pengujian tersebut menggunakan Tiang Jangkar (Ground Anchors) , dan
Kontraktor harus mempersiapkan pondasi untuk Tiang Jangkar tersebut,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 20

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perbedaan penurunan di antara pondasi


tersebut.
5. Ground anchor ataupun tiang tarik, maka harus dipastikan bahwa semua beban
benar-benar tersalurkan dengan baik melalui angkur ataupun alat penyambung
lain.

b. ALAT PENGUJI
1. Kontraktor harus memastikan bahwa semua alat pengukur beban harus benar-
benar duduk dengan posisi yang baik , sehingga pada saat beban bekerja tetap
dalam kondisi stabil. Semua alat penguji yang digunakan harus dilengkapi dengan
sertifikat kalibrasi yang menyatakan bahwa alat tersebut masih memenuhi syarat
untuk digunakan. Alat yang digunakan harus sesuai dengan besarnya beban yang
akan digunakan sehingga akurasi pengujian dapat dipertanggungjawabkan.

2. Peralatan untuk pengadaan dan penerapan beban tekan yang diketahui besarnya
terhadap tiang pancang, harus dibuat sedemikian rupa hingga beban dapat
bekerja aksial menurut sumbu tiang guna menghindari pembebanan eksentris.
Suatu test plate baja dengan tebal minimum 2,5 cm sesuai beban yang
bersangkutan, harus dipasang diatas pile cap/poer guna mendapatkan dukungan
penuh. Ukuran test plate tidak boleh lebih kecil dari pada ukuran kepala tiang
pancang dan juga tidak boleh lebih kecil dari pada dasar Jackram hidrolis.
Test plate tersebut diatas harus dipasang diatas pile cap dengan grout
berkekuatan tinggi yang cepat mengeras. Test plate harus dipasang secara
centris terhadap tiang pancang dan tegak lurus pada sumbu memanjang tiang.
Ram jack hidrolis harus diletakkan sentris pada test plate dengan suatu bearing
plate baja diantara bidang atas jack ram dan bidang dasar test beam. Bearing
plate harus mempunyai ukuran cukup untuk menampung ram jack serta
mendukung bidang dasar test beam sebaik-baiknya.

3. Dengan dipergunakan jack hidrolis untuk beban percobaan, maka jacking


systemnya yang terdiri dari ram hidrolis, coupling, pompa hidrolis dan pressure
gauge harus dikalibrasi terlebih dahulu, sehingga pembebanan dapat dikontrol
dalam batas 5 % dari pada beban total.
Semua alat ukur seperti dial gauges dan pressure gauges harus dikalibrasi oleh
badan/instansi pemerintah yang berwenang.
Sertifikat kalibrasi hanya berlaku untuk satu proyek dan untuk waktu satu bulan.
Kapasitas dial gauges yang digunakan minimum 50 mm dengan ketelitian 0,01
mm.
Pompa Jack hidrolis harus mempunyai pengatur otomatis untuk menjaga tetapnya
besar beban pada waktu terjadi penurunan tiang.
4. Reference Beam
Semua reference beam harus ditunjang secara mandiri dengan dukungan yang
kokoh didalam tanah. Jarak bebas antara kaki Reference Beam dengan tiang
percobaan harus lebih besar atau sama dengan 2,5 meter. Salah satu kaki dari
tiap reference beam harus fixed (dilas), dan yang lainnya harus bebas memuai
dan menyusut. Reference beam harus cukup kaku untuk mencegah lendutan
yang berlebihan dan harus ada hubungan melintang untuk menambah kekakuan.

5. Dial Gauge
 Untuk mengukur penurunan aksial tiang percobaan, dipergunakan alat
pengukur berupa dial gauge.

 Dua buah reference beam, masing-masing pada setiap sisi tiang percobaan,
harus ditempatkan sedemikian rupa hingga searah dengan test beam.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 21

 Harus ditempatkan atau dipasang 4 buah dial gauge yang ditempatkan pada
tiang percobaan secara diametral. Masih dibutuhkan 2 buah dial gauge untuk
mengukur gerakan horizontal, yang ditempatkan tegak lurus satu dari yang lain.

c. PENGUJIAN PEMBUKTIAN AKSIAL ATAU AXIAL PROVING TEST


Pengujian ini harus dilakukan pada tiang pancang yang diragukan
kesempurnaannya baik dari kapasitas daya dukungnya, maupun dari segi kualitas
tiang pancang sendiri. Tiang Pancang yang akan diuji akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan jika jumlah tiang yang terpancang dianggap cukup. Jumlah tiang pancang
yang diuji ditentukan dalam BQ, dan jika tidak ditentukan secara khusus, berarti
jumlah yang diuji adalah 1/100 dari jumlah keseluruhan tiang pancang. Beban
maksimum yang bekerja adalah 200 % dari Daya Dukung Izin.

d. PENGUJIAN PEMBUKTIAN LATERAL ATAU LATERAL LOADING TEST.


Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran asumsi mengeni respons
tiang pancang dan tanah di sekitar tiang pancang terhadap suatu pembebanan
lateral. Persyaratan mengenai hal ini harus sesuai dengan ASTM D 3966-81. Jumlah
Pengujian Lateral ini ditentukan di dalam BQ, dan jika tidak disebutukan secara
khusus, maka Kontraktor di dalam penawarannya harus menawarkan jumlah
pengujian lateral sebesar 0.5 % dari jumlah total tiang pancang. Tiang Pancang yang
akan diuji ditentukan setelah pemancangan mencapai jumlah tertentu, kecuali
diinginkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian Lateral harus dilakukan pada
elevasi Cut Off Level (COL), agar hasil yang diperoleh mendekati kondisi
sesungguhnya dari tiang yang diuji.
Pada pengujian pembebanan statik, kecuali sudah lebih dulu terjadi keruntuhan,
pengujian tiang harus dilakukan untuk beban maksimum 200% dari beban desain
berdasarkan pada standard prosedur pembebanan pada ASTM D3966.

e. PENCATATAN HASIL PENGUJIAN


Hasil pengujian tiang pancang harus disampaikan kepada Direksi Pekerjaan dalam
waktu 24 jam setelah pengujian selesai, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
Hasil-hasil tersebut harus mengikuti sertakan data-data sebagai berikut :
 Nomor Referensi Tiang Pancang.

 Kedalaman ujung tiang pancang.

 Nomor referensi lubang bor Penyelidikan Tanah terdekat.

 Tanggal pemancangan tiang.

 Kedudukan akhir dari tiang terpancang.

 Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan.

 Grafik beban/settlement.

 Grafik beban/waktu.

 Grafik settlement/waktu.

 Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang pancang.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 22

 Settlement total pada ujung tiang pancang akibat beban kerja (dari data
pengujian).

 Settlement sisa pada ujung tiang pancang akibat beban kerja (dari data
pengujian).

 Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum (dari data pengujian).

 Faktor keamanan terhadap settlement sisa tertentu (dari data pengujian).

f. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Prosedur pengujian harus sesuai dengan ASTM D 1143-81.
Untuk pengujian ini disyaratkan mempergunakan set-up system Tiang Jangkar
(Ground Anchors), dengan urut-urutan beban seperti tercantum di bawah.
Syarat-syarat pelaksanaan pengujian mencakup hal-hal sbb :

 Prosedur pembebanan

 Peralatan untuk pengadaan beban

 Prosedur pengukuran penurunan tiang

 Peralatan untuk mengukur penurunan

 Laporan hasil testing

g. PROSEDUR PEMBEBANAN
Resultant beban-beban percobaan harus segaris dengan sumbu memanjang tiang
pancang. Jika hal tersebut belum terpenuhi maka pembebanan tidak boleh
dilakukan, karena akan menimbulkan eksentrisitas pada tiang pancang yang diuji.

h. AXIAL PROVING TEST (USED PILE)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 23

( 200 % X Daya Dukung Izin)

SIKLUS BEBAN WAKTU


BEBAN (% X ADL) (MENIT )

25 A

I 50 60

25 20

0 60

50 20

75 A

II 100 60

75 20

50 20

0 60

50 20

100 20

III 125 A

150 B

100 60

50 60

0 720

Dst...

Keterangan :

 A = Minimum 1 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan
0,25 mm/jam; dan maximum 2 jam.

 B = Minimum 12 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan
0,25 mm/jam terakhir atau 24 jam kecuali kalau sudah longsor.

i. LATERAL LOADING TEST ( ASTM D 3966-81 )


SIKLUS BEBAN WAKTU
BEBAN (% X ADL) (MENIT )

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 24

25 10

I 50 10

25 10

0 10

50 10

75 15

II 100 20

50 10

0 10

50 10

100 10

125 20

III 150 20

III 75 10

0 10

50 10

100 10

150 10

170 20

180 20

190 20

IV 200 60

150 10

100 10

50 10

0 60

Catatan : Pembacaan harus dilakukan dengan maksimum interval waktu 5 menit.

Keterangan :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 25

 A = Minimum 1 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan
0,25 mm/jam; dan maximum 2 jam.

 B = Minimum 12 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan
0,25 mm/jam terakhir atau 24 jam kecuali kalau sudah longsor.

j. EVALUASI HASIL PERCOBAAN PEMBEBANAN


1. Umum
Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan semua data yang dibutuhkan
untuk melakukan evaluasi terhadap pengujian yang sudah dilakukannya. Data
yang dibutuhkan sudah dijelaskan dalam pasal di atas.

2. Axial Loading Test.


Untuk pengujian ini, evaluasi dilakukan dengan beberapa metode yang umum
digunakan antara lain metode De Beer, Davisson, Fuhler dll. Tentang metode
yang digunakan akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor tidak berhak
untuk mengajukan klaim atas metode yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.

Berbagai Metode Interpretasi Uji Statik

Daya dukung ultimit Qu dapat ditentukan dengan menginterpretasikan data uji


yang ada. Ada beberapa metode interpretasi yang dapat digunakan seperti
metode Davisson, metode P-S, metode Mazurkiewick dan metode Chin. Tiap
metode dapat memberikan hasil yang berbeda, namun hal yang terpenting adalah
kita dapat menggambarkan mekanisme yang terjadi berdasarkan bentuk kurva,
sehingga besarnya deformasi plastis atau kemungkinan terjadinya kegagalan
dapat diprediksi.

2.1. Metode Davisson


- Plot grafik kurva beban vs penurunan
L
- Hitung penurunan elastis (immediate) Si = P dimana A = luas
AE
dasar tiang, E = modulus tiang, L = panjang tiang dan P = beban uji.
- Buat persamaan di atas menjadi persamaan garis sehingga didapat
garis OA.
- Tarik garis BC sejajar garis OA dengan jarak X dimana
D
X = 0.15 + inci.
120
- Titik perpotongan grafik kurva dengan garis BC adalah Qu.
P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

10 Qu
Settlement (mm)

20 X A
B
30

40
C
50

Gambar 1. Interpretasi Qu menggunakan metode Davisson

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 26

2.2. Metode Mazurkiewick


- Plotkan grafik kurva penurunan vs beban.
- Tarik garis vertikal dari tiap interval penurunan tertentu sampai
memotong kurva.
- Dari titik perpotongan tarik garis horizontal hingga memotong sumbu
beban.
- Dari tiap titik perpotongan tarik garis dengan kemiringan 45 hingga
memotong garis horizontal di atasnya.
- Tarik sebuah garis lurus melalui tiap titik perpotongan. Jika garis
tersebut diperpanjang akan memotong sumbu vertikal dimana Qu
adalah titik perpotongan tersebut.
Qu

P (ton)
0 100

10 20 30 40 50
Settlement (mm)

Gambar 2. Interpretasi Qu menggunakan metode Mazurkiewick

2.3 Metode P-S


Tarik dua garis lurus dari lengkung kurva sehingga berpotongan. Titik
perpotongan diperkirakan sebagai Qu.

P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Qu
10
Settlement (mm)

20

30

40

50

Gambar 3. Interpretasi Qu menggunakan metode P-S

2.4. Metode Chin


- Plot kurva rasio penurunan dan beban (Si / P) dengan penurunan (Si).
- Tarik sebuah garis regresi linier yang menghubungkan titik-titik tersebut.
- Persamaan garis tersebut adalah Si / P = c1 Si + c2.
- Hitung c1 dari persamaan garis atau dari gradien kemiringan.
- Qu adalah 1 / c1.
- Metode ini menghasilkan Qu yang terlalu tinggi hingga harus dibagi
dengan 1.2 sampai 1.4 untuk koreksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 27

P (ton)
c1

Qu = 1 / c1

0
10 20 30 40 50
Settlement (mm)

Gambar 4. Interpretasi Qu menggunakan metode Chin

Jika dalam pelaksanaan percobaan tidak dijumpai tanda-tanda


kegagalan dari tiang percobaan, maka untuk menentukan daya dukung
izin tiang ditentukan berdasarkan penurunan total sebesar 25 mm, pada
beban sebesar 200 % dari Daya dukung izin.

3. Pengujian Lateral
Seperti yang dilakukan untuk evaluasi atas pengujian aksial, maka untuk
pengujian lateral juga akan digunakan metode yang berlaku umum. Dan jika tidak
dijumpai penyimpangan, maka secara umum dapat ditentukan bahwa daya
dukung lateral izin ditentukan berdasarkan pergeseran lateral sebesar 6,25 mm
pada beban 200 % dari gaya horisontal izin.

k. KETIDAK SESUAIAN DENGAN PERSYARATAN


Bila tiang pancang kerja (used pile) gagal dalam pembuktian maka Kontraktor harus
segera melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan,
dan dengan segera melakukan pengujian-pengujian pembuktian pada tiang
pancang kerja yang bersebelahan, kemudian menyerahkan kedua laporan
pengujian tersebut pada Direksi Pekerjaan. Laporan tersebut akan dievaluasi oleh
Direksi Pekerjaan untuk memastikan sebab-sebab kegagalan dan selanjutnya
menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk melanjutkan pekerjaan
selanjutnya. Biaya yang timbul akibat hal di atas seperti penambahan tiang pancang
ataupun pemecahan lainnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

l. LAPORAN TEKNIS
Laporan mengenai hasil loading test harus mencakup hal-hal sebagai berikut

 Nomor Referensi Tiang Pancang.

 Kedalaman ujung Tiang Pancang.

 Nomor referensi lubang pemboran penyelidikan tanah terdrkat.

 Tanggal pengecoran tiang pancang.

 Kedudukan akhir dari tiang pancang.

 Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan.

 Grafik beban/lendutan pampat (settlement).

 Grafik beban waktu.

 Grafik lendutan pampat (settlement)/waktu.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 28

 Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang pancang.

 Lendutan pampat (settlement) total pada ujung tiang pancang akibat beban kerja
(dari data pengujian).

 Lendutan pampat (settlement) sisa pada ujung tiang pancang akibat beban kerja
(dari data pengujian).

 Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum (dari data pengujian).

 Faktor keamanan terhadap lendutan pampat (settlement) sisa tertentu (dari data
pengujian).

Laporan teknis percobaan beban tiang hanya dapat diterima apabila ditandatangani
oleh seorang Ahli Geoteknik yang bersertifikat.

3.4. PEKERJAAN PEMBESIAN


3.4.1. UMUM
3.4.1.1. Persyaratan Umum

Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini, seperti terlihat atau
terperinci harus seusai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari dokumen
kontrak.

3.4.1.2. Lingkup Kerja

A. Pekerjaan yang termasuk

Penyerahan laporan-laporan gambar-gambar kerja dari pekerjaan pembesian,


penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton
yang langsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-
batang “dowel” ditanamkan di dalam beton seperti terlihat dan disyaratkan di
dalam gambar atau seperti petunjuk “pengawas yang ditunjuk” dan bila
disyaratkan, penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.

B. Catatan-catatan

Catatan-catatan pada gambar-gambar struktur adalah bagian dari bab ini.

C. Pekerjaan yang berhubungan

1. Pekerjaan beton, Bab 3.4


2. Cetakan Beton, Bab 3.2
3. Pekerjaan Beton Prestress (kalau ada)

3.4.1.3. Referensi-referensi

Pekerjaan yang tercantum pada bab ini, kecuali ditentukan lain seperti catatan
pada gambar-gambar atau seperti diperinci disini, harus disesuaikan dengan edisi
terakhir dari peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi-spesifikasi
berikut:

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 29

A. SNI-2847-2013 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk


Bangunan Gedung
B. S.I.I.-0136 (UDC.669.14) : Standard Industri Indonesia, Baja Tulangan
Beton
C. SNI-2052-2014 : Baja Tulangan Beton
D. ACI-301 : Specification for Structural Concrete of
Building
E. ACI-315 : Manual of Standard Practice for Reinforced
Concrete
F. ACI-318 : Building Code Requirements for Reinforced
Concrete
G. ASTM-A185 : Standard Specification for Welded Steel Wire
Fabric for Concrete Reinforcement
H. ASTM-A165 : Standard Specification for Deformed and Plain
Billet Steel Bars for Concrete Reinforcement,
grade 40, deformed, for reinforcing bars, grade
40, for stirrups and ties
I. AWS-121 : Reinforcing Steel Welding Code
J. ASTM – A706 : Chemical requitment

3.4.1.4. Percobaan-percobaan dan pemeriksaan (Test and Inspections)

A. Setiap pengiriman harus berasal dari sumber yang telah disetujui dan harus
disertai surat keterangan percobaan dari pabrik (manufacturer’s test
certificate).

B. Selain seperti yang disyaratkan pada SII-0136 setiap jumlah pengiriman 20ton
baja tulangan harus diadakan pengujian periodic minimal 5 contoh yang terdiri
dari 3 benda uji untuk uji tarik, 1 benda uji untuk uji lengkung, dan 1 benda uji
mill test untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh “pengawas yang ditunjuk”.

C. Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik, lengkung, dan mill test
harus dilakukan di laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT)
Serpong atau Laboratorium lainnya yang direkomendasikan oleh “pengawas
yang ditunjuk” dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji
yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Pengujian harus dilakukan pada saat
awal, pertengahan dan akhir proyek, dimana semua biaya pengujian tersebut
ditanggung oleh kontraktor.

D. Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang
merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.

E. Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan
kawat dari baja lunak.

F. Sambungan mekanik harus diuji dengan percobaan tarik

G. Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan pekerjaan pembesian,


termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut beton, lokasi dari sambungan kait dan
panjang penjangkaran dari penulangan baja untuk mendapatkan persetujuan
dari “pengawas yang ditunjuk”

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 30

H. Dan apabila dirasakan atau dianggap membahayakan “pengawas yang


ditunjuk” berhak untuk menambahkan tulangan ektra tanpa ada tambahan
biaya.

3.4.1.5. Penyerahan-penyerahan

Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh “Kontraktor” kepada


“pengawas yang ditunjuk” dengan segera sesuai dengan jadwal yang telah
disetujui untuk menyerahkan sehingga tidak menyebabkan kelambatan pada
pekerjaannya sendiri maupun daripada kontraktor lain.

A. Gambar-gambar pelaksanaan

Gambar-gambar pelaksanaan yang memperlihatkan semua ukuran


pembesian dan lokasi untuk pemasangan tulangan serta tambahan-
tambahan (accessories) harus diserahkan untuk disetujui oleh “pengawas
yang ditunjuk”. Penyerahan harus setidak-tidaknya empat minggu hari kerja
sebelum pelaksanaan. Pemberian persetujuan/ijin harus dilakukan sebelum
perakitan.

B. Sertifikat

Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan,


Kontraktor harus memberikan copy dari laporan-laporan percobaan yang
mewakili pengiriman baja tulangan untuk proyek ini dan sertifikat kalibrasi
terakhir atas alat-alat yang dipergunakan.

C. Hasil percobaan

Hasil percobaan harus diserahkan kepada “pengawas yang ditunjuk”


sedikitnya 5 hari kerja sebelum pengiriman ke lapangan.

3.4.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK
3.4.2.1. Bahan-Bahan

A. Tulangan

Sediakan tulangan berulir mutu U-40, sesuai dengan SNI-2052-2014 dan


tulangan polos mutu U-24, sesuai dengan SNI-2052-2014 seperti dinyatakan
pada gambar-gambar struktur.

Tulangan dengan diameter < 10 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh
2400 kg/cm2
Tulangan dengan diameter ≥ 10 mm harus baja tegangan tarik tinggi, batang
berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2

B. Tulangan anyaman (Wire mesh)

Pemakaian tulangan anyaman, mutu U-50, harus mengikuti SNI-2052-2014


dan mendapat persetujuan dari konsultan perencana.
C. Penunjang/dudukan tulangan (Bar support)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 31

Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat
yang ditanamkan, atau Individual High Chairs.

D. Bolstern, Chairs, Spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk


mengatur jarak

1. Pakailah besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI (Concrete


Reinforcing Steel Institute), kecuali diperlihatkan lain pada gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasikan.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau
“horizontal runners” dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang
batang kursi (chair legs) atau pakai lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis “hot-
dip-galvanized” atau penunjang yang dilindungi plastic.

E. Kawat pengikat

Dibuat dari baja lunak

3.4.2.2. Jaminan Mutu

A. Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh
“pengawas yang ditunjuk”.

B. Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) untuk semua tulangan
yang dipakai harus diperlihatkan. Percobaan-percobaan ini harus
memperlihatkan hasil-hasil dari semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.

3.4.2.3. Persiapan pekerjaan/Perakitan tulangan

A. Pembengkokan dan pembentukan

Pemasangan dan pembengkokan tulangan harus sedemikian rupa sehingga


posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan
bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

B. Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan SNI-2847-2013

C. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan


persyaratan SNI 2847-2013 atau ACI-315

3.4.2.4. Pengiriman, penyimpanan dan penanganannya

A. Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan


etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.

B. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindari kerusakan. Gudang


harus kering, bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran,
karat dsb.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 32

3.4.3. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKKAN DAN


PEMOTONGAN

3.4.3.1. Persiapan

A. Pembersihan

Sebelum pengecoran beton, tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit
gilling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi
daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan
konstruksi untuk menjamin kerekatannya.
B. Pemilihan/seleksi

Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan

3.4.3.2. Pemasangan Tulangan

A. Umum

Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI-2013 koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan
untuk menghindari keterlambatan.
Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-lubang (openings)/bukaan.

B. Pemasangan

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penjaga
jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk
memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga
jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat
(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang
hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan mutu
beton yang akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang
terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton
yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4
buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus
tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang
langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang
tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari
tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan
balok yang berbatasan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 33

C. Toleransi pada pemasangan tulangan

1. Terhadap selimut beton : ± 6 mm


2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- Balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm
- Balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 12
mm
- Balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- Panjang batang : ± 50 mm
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI 2013
D. Pembengkokan tulangan, sesuai dengan PBI 2013

1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara


yang merusak tulangan itu seperti misalkan dipanaskan.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan
kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan
sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam
gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
di profilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850ºC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 100ºC yang
bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai
kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami
pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila
diijinkan oleh perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak
8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian ari
bengkokan.

E. Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan

1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang


ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi
yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana,
pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-
toleransi seperti tercantum dalam ayat ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 34

menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25


mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk
jarak lebih dari 60 cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm.

F. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran

1. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran harus mengikuti SNI-2847-


2013 atau ACI 318 edisi terakhir atau mengikuti standard drawing yang
disampaikan.
2. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan
terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton
harus diadakan ditengah bentang dan tulangan bawah pada tumpuan.
Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.
3. Ketidaklurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui
perbandingan 1 terhadap 10.
4. Standard pembengkokan harus sesuai dengan PBI-2013 (tata cara
penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung), kecuali ditentukan
lain pada gambar struktur.

3.4.3.3. Pemasangan Wire Mesh

A. Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan dilakukan.

B. Jangan melakukan penghentian/pengakhiran lembar wire mesh antara


tumpuan balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus.

C. Sambungan-sambungan dalam arah lebar tidak boleh pada satu garis


menerus.

D. Wire mesh harus tetap posisi yang benar selama pengecoran.

3.4.3.4. Las

Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
“reinforcing steel welding code (AWS D 12.1)”. Pengelasan tidak boleh dilakukan
pada bengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) tidak
diijinkan kecuali seperti dianjurkan atau disahkan oleh “pengawas yang ditunjuk”.
ASTM spesefication harus disertakan dengan persyaratan jaminan kahandalan
kemampuan las dengan cara ini.

3.4.3.5. Sambungan mekanik

Apabila dalam gambar desain jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari
luas penampang kolom, maka harus dipakai sambungan mekanik yang mana
pelaksanaannya harus dilakukan secara berselang-seling. Jenis sambungan
yang dipergunakan haruslah yang disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”.
3.4.3.6. Penutup/selimut beton minimum (kecuali ditentukan lain)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 35

Penutup/ selimut beton minimum, diukur dari permukaan beton sampai tepi terluar
besi tulangan terluar yang dibungkus penutup beton tersebut.

Pelat, dinding

Tidak berhubungan dengan tanah atau cuaca


Untuk < D-22 : 20 mm
Untuk ≥ D-22 : 40 mm
Yang berhubungan dengan cuaca
Untuk D ≤ 16 : 40 mm
Untuk D ≥ 19 : 50 mm

Balok dan gelegar

Yang tidak berhubungan dengan tanah atau cuaca : 40 mm


Yang berhubungan dengan cuaca
Untuk ≤ D-16 : 40 mm
Untuk ≥ D-19 : 50 mm

Kolom

Tidak berhubungan dengan tanah atau cuaca : 40 mm


Yang berhubungan dengan cuaca :
Untuk ≤ D-16 : 40 mm
Untuk ≥ D-19 : 50 mm

Beton yang berhubungan dengan tanah tetapi dicor dengan menggunakan


cetakan, penutup beton untuk tulangan manapun : 50 mm, kecuali untuk retaining
wall : 30 mm

Beton yang berhubungan langsung dengan tanah, penutup untuk tulangan


manapun : 70 mm

3.5. PEKERJAAN BETON


3.5.1. Umum
3.5.1.1. Persyaratan Umum

A. Semua pekerjaan beton harus memenuhi peraturan Beton Indonesia, kecuali


telah ditetapkan pada bagian lain.

B. Kontraktor harus memperhatikan semua pekerjaan mechanical, sanitary dan


pekerjaan listrik serta lubang-lubang untuk pipa atau pekerjaan ducting yang
harus ditanam di dalam beton, berdasarkan persyaratan dari gambar-gambar
M & E.

C. Beton harus terbuat dari semen, agregat dan air. Bahan tambahan lain yang
akan dipergunakan harus mendapat persetujuan dari ''pengawas yang
ditunjuk''.

3.5.1.2. Lingkup Pekerjaan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 36

A. Pekerjaan yang termasuk meliputi :

1. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-


bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan
untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja
tulangan, bersama dengan semua pekerjaan
pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu,
lengkap sebagaimana diperlihatkan, disyaratkan atau
sebagaimana diperlukan-nya.

2. Tanggung jawab ''Kontraktor'' atas instalasi semua alat-alat yang


terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam
beton. Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan
Beton Indonesia 2013 (PBI 2013).

3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak


termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah
ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula
besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi
beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam
gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Perencana atau ''pengawas yang ditunjuk'' guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya yang disetujui oleh Perencana.

4. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna


kelangsungan pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh
berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat
didalam PBI 2013. Dalam hal ini ''pengawas yang ditunjuk'' harus segera
diberitahukan untuk persetujuannya.

5. ''Kontraktor'' harus bertanggung jawab untuk membuat dan membiayai


semua desain campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan
dari bahan dan proporsi dari bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan
kekuatan beton, dari perincian slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh
untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan yang
diijinkan oleh ''pengawas yang ditunjuk''. Kontraktor berkewajiban
mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.

6. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :

a. Semua pekerjaan beton yang tidak terperinci diluar ini


b. Pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
c. Mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan
beton
d. Koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
e. Landasan beton untuk peralatan M/E
f. Grouting di bawah base plate
g. Memasang vapor barrier di bawah slab beton yang langsung di atas
tanah, termasuk lantai beton, pelat dasar, tangga dan lain sebagainya
yang terletak di atas tanah.
h. Menambal, membersihkan dan memperbaiki semua beton yang
disyaratkan
i. Menyerahkan laporan-laporan, contoh-contoh, data produk, sertifikat
mill dan gambar-gambar kerja konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 37

B. Catatan-catatan pada gambar-gambar struktur adalah merupakan bagian dari


bab ini.

C. Pekerjaan yang berhubungan :

1. Pekerjaan cetakan, acuan dan perancah, Bab 3.2

2. Pekerjaan pembesian, Bab 3.3

3.5.1.3. Referensi dan standard-standard.

Semua pekerjaan yang tecantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar
atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan
spesifikasi berikut:

A. PBI - 2013 Peraturan Beton Bertulang Indonesia – 2013

B. SNI – 2847 - 2013 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan


Gedung.

C. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.

D. ACI – 304 ACI 304.IR-79 Preplaced Aggregate Concrete for


Structural and Mass Concrete, Part 2.

ACI 304.2R-71, Placing Concrete by Pumping Methods,


Part 2.

ACI 304, 304-71, High Density Concrete : Measuring,


Mixing, Tranporting and Placing, Part 2.

E. ASTM – C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete.

F. ASTM – C33 Standard Specification for Concrete Aggregates.

G. ACI – 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete.

H. ACI – 301 Specification for Sructural Concrete of Building.

I. ACI – 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part-1

ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete,


Part 1.

J. ASTM – C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement


Concrete.

K. ASTM – C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed
Concrete by the Pressure Method.

L. ASTM – C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing


Concrete.

ACI – 308 Guide for Concrete Curing

M. ASTM – C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 38

N. ASTM – C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test


Specimens in the Field.

O. ASTM – C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores


and Sawed Beams of Concrete.

P. ASTM – C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming


Compounds for Curing Concrete.

Q. ASTM – D1752 Standard Specification for Performed Spange


Rubberand Cork Expansion Joint Fillers for Concrete
Paving and Structural Construction.

R. ASTM – D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint


Fillers for Concrete Paving and Structural Construction
(Non-extruding and Resilient Bituminous Types).

S. ACI – 232 Fly ash in Concrete ASTM C618

T. ACI – 207 Mass Concrete

U. ASTM – C494 Additive in Concrete

3.5.1.4. Penyerahan-penyerahan.

Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada


''pengawas yang ditunjuk'' sesuai dengan jadwal yang telah disetujui dan dengan
segera sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri
maupun pada pekerjaan kontraktor lain.

A. Gambar kerja dan Metode Pengecoran

Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh


Kontraktor kepada ''pengawas yang ditunjuk'' untuk mendapat persetujuan ijin.

Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja


sebelum jadwal pelaksanaan pekerjaan beton untuk diperiksa.

B. Data dari pabrik/sertifikat.

Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum


pengiriman; Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada ''pengawas yang
ditunjuk'' sedikitnya 15 hari kerja sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan
laboratorium, baik hasil percobaan bahan maupun hasil percobaan campuran
yang diperuntukkan proyek ini dan menyerahkan sertifikat kalibrasi terkahir
meliputi alat ukur volume, berat, alat uji tekan beton.

C. Hasil dari Trial Mix

Semua data untuk trial mix yang disyaratkan pada 2.10.C. (Trial Mix) dari bab
ini, harus diserahkan kepada Engineer.

D. Contoh-contoh untuk beton ekspose

1. Perlu perhatian untuk bahan-bahan dan metoda konstruksi. Keputusan


penting untuk bahan-bahan atau metode-metode konstruksi, ataupun

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 39

keduanya, untuk mendapatkan penyelesaian yang disyaratkan, harus


menjadi tanggung jawab Kontraktor tanpa biaya tambah pada Owner.

2. Untuk Integrally colored concrete with exposed aggregate harus cocok


(dengan pendapat arsitek) mengenai warna dan texture dari exposed
aggregate dari thinshell precast concrete panels pada dinding bangunan.

a) Sedikitnya 6 minggu sebelum pengecoran integrally colored concrete


with exposed agregat, di lapangan dicor. Contoh dari exposed
aggregate colored concrete sebesar 40 m² dengan tebal 7.5 cm untuk
persetujuan Arsitek.

b) Contoh harus dicuring selama 28 hari.

c) Dibuat persetujuan Arsitek tentang warna dan texture sebelum


mengecor integrallycolored concrete manapun. Panel-panel tambahan
harus dibuat, dicor dan dicuring apabila panel-panel pertama tidak
disetujui Engineer.

3. Semua beton pada waktu selesainya pekerjaan harus cocok dengan


pendapat Arsitek, contoh panel yang telah dicor dan disetujui. Contoh panel
di lapangan yang telah disetujui harus disimpan dan dilindungi untuk
dipakai sebagai pembanding oleh Arsitek terhadap hasil beton yang jadi,
sampai persetujuan akhir pekerjaan secara keseluruhan oleh pihak Owner.
Kemudian menyingkirkannya dari site setelah selesai.

4. Sebelum pengecoran beton manapun seperti contoh yang disetujui, harus


didapatkan persetujuan Arsitek atas contoh-contoh yang disetujui. Apabila
contoh-contoh yang pertama tidak disetujui oleh ''pengawas yang ditunjuk'',
maka harus disediakan contoh-contoh tambahan sampai mendapat
persetujuan untuk hal tersebut.

E. Contoh-contoh lain

- aggregat halus (0.5 kg)


- kerikil (0.5 kg)
- admixture (0.51, each)
- curing material (0.51)
- water stop (300 mm)
- joint filler
- water proofing sheet (0.3 m²)
- floor hardener (0.1 kg)
- reinforcement supports

F. Laporan-laporan

Laporan percobaan laboratorium harus diserahkan kepada Engineer termasuk


kurva percobaan campuran (trial mix curves), pada semua percobaan dan
design mixes, untuk mendapat persetujuan dalam waktu 45 hari setelah
mendapat perintah kerja, atau sedikitnya 30 hari sebelum pengecoran awal
beton, tanggal manapun yang lebih awal.

G. Pengecoran beton

Tahapan pengecoran harus diserahkan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 40

3.5.1.5. Percobaan dan Pemeriksaan

A. Umum

Test bahan : sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan


untuk test berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke
standard referensi untuk menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk
membuat campuran yang diperlukan.

B. Semen :

Berat jenis semen.

C. Aggregat

Agregat halus maupun kasar : analisa tapis, berat jenis, persentasi dari void
(kekosongan), penyerapan, dan kelembaban dari agregat kasar dan halus.
Berat kering dari agregat kasar. Modulus terhalus dari agregat halus.

D. Air

Test kimia.

E. Percobaan Beton

1. Gudang/tempat penyimpanan contoh benda uji.

Gudang penyimpanan yang terjamin atau ruangan harus disediakan oleh


''Kontraktor'' untuk menyimpan benda-benda uji kubus beton, selama
pemeliharaan. Gudang harus mempunyai ruang yang cukup untuk
menampung semua fasilitas yang diperlukan dan semua benda uji kubus
yang dimaksudkan. ''Kontraktor'' harus menyerahkan detail dari gudang
kepada ''pengawas yang ditunjuk'' untuk persetujuan. Gudang harus
dilengkapi dengan pintu yang kuat dan kunci yang bermutu baik.
''Pengawas yang ditunjuk'' berhak untuk langsung meninjau ruang/gudang
penyimpanan contoh benda uji kubus tersebut.

2. Percobaan laboratorium

Jumlah silinder percobaan untuk struktur beton kecuali tiang bor adalah
sebagai berikut :

a. Untuk ready mix :

Untuk pengiriman harian, pada pengiriman setiap hari harus dilakukan


percobaan sebagai berikut :

Contoh dari satu batch yang dipilih secara acak harus diambil sebagai berikut :

Truk mixer Jumlah contoh


1 truk mixer 1 x 4 contoh
2 – 5 truk mixer 2 x 4 contoh
6 – 10 truk mixer 3 x 4 contoh
setiap tambahan 10 truk mixer tambahan 1 x 4 contoh

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 41

Pengambilan sample digunakan untuk test 7 hari, 14 hari dan 28 hari, sisannya
disimpan untuk cadangan.

Contoh-contoh tersebut di atas harus diambil pada tempat penuangan dari truk dan
pada rentang waktu antara kira-kira 15% sampai 85% dari beban muatan truk.

Pada setiap pengambilan contoh dari satu batch, harus diambil beton segar sebanyak
kira-kira 30 kg, dengan memakai ember atau alat yang tidak menyerap.

Contoh tersebut diaduk ulang lagi dengan baik pada suatu alas yang datar kemudian
dibagi menjadi dua bagian dan prosedur membuat contoh harus mengikuti SK SNI M-
62-1990-03; Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di Laboratorium.

Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dinyatakan mencapai memenuhi kekuatan
beton yang disyaratkan fc’ bila memenuhi ketentuan berikut :

1. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari empat
hasil uji kuat tekan tidak kurang dari fc’ + 0.82 S, dimana S adalah standard deviasi
dari kelompok nilai hail uji yang ditinjau.
2. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari dua silender) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc’
3. Dua dari hasil percobaan kekuatan tekan tidak boleh mempunyai deviasi lebih dari
20% dari nilai tertinggi.

Dimana :

Jumlah maksimum penolakan beton di lapangan dari keputusan apapun adalah sebagai
berikut :

Untuk Contoh m3

Elemen-elemen struktur Kolom, Shearwall, balok- 30


dengan tegangan tinggi balok utama, pilecap

Pekerjaan struktur yang Balok anak, pelat lantai 60


biasa

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 42

3. Penyelidikan pada hasil-hasil percobaan dengan kekuatan rendah :

Apabila mutu beton uji berdasarkan hasil percobaan kekuatan silinder ternyata lebih
rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan-percobaan dengan
tahapan sebagai berikut :

a. “Hammer Test”, percobaan palu beton, harus sesuai dengan ASTM C-805-79.
Apabila hasil dari percobaan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka
harus dilakukan percobaan tahap berikut.
b. “Drilled Core Test”, harUS sesuai dengan ASTM C42-77 apabila hasil dari
percobaan “drilled core” ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus
dilakukan percobaan tahap berikut.
c. Loading test/Percobaan pembebanan harus sesuai dengan PBI-71 dan ACI-318-
89. Apabila hasil dari percobaan pembebanan ini masih lebih rendah dari yang
disyaratkan, maka beton dinyatakan tidak layak pakai.
F. Pengujian Slump

1. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai


slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalm PBI 1971, ASTM
C143 dan ASTM C231, pada saat yang sama percobaan cylinder dibuat
kecuali ditentukan lain oleh pengawas yang ditunjuk.
2. Kontraktor harus menjamin bawah ia mampu dengan slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan yang akan menghasilkan
hasil akhir yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan
dari persetujuan kontrak adalah bahwa kontraktor bertanggung jawab penuh
untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian
yang memenuhi syarat batas slump.
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di
pelepasan pipa, bukan di truk mixer. Maksimum slump harus 130 mm untuk
balok dan pelat lantai dan 160 mm untuk kolom dan shearwall.

3.5.2. Bahan-bahan/Produk
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan
peraturan-peraturan Indonesia dan dilakukan test content pada saat awal,
pertengahan dan akhir proyek.

Semen

A. Mutu semen

1. Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau


spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82,
Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal, kekalan bentuk, kekuatan tekan
adukan dan susunan kimia serta dipasok oleh pabrik yang disetujui oleh pengawas
yang ditunjuk. Semen yang cepat mengeras hanya diperbolehkan jika ada ijin
tertulis dari pihak pengawas yang ditunjuk.
2. Kontraktor harus hanya memakai satu merk semen untuk seluruh pekerjaan,
seperti yang disetujui oleh pengawas yang ditunjuk.
3. Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan dengan kandungan maksimal 15%) maka semen tersebut harus
memenuhi ketentuan SII 0132 “Mutu dan cara uji Semen portland pozoland” atau
spesifikasi untuk semen hidraulis campuran.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 43

4. Cement content minimum yang disyaratkan adalah sesuai dengan PBI, yaitu :
untuk beton umum minimal 275 kg, sedangkan untuk beton yang menggunakan
integral water proofing minimum adalah 350 kg

B. Penyimpanan Semen

1. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga


agar semen tidak lembab dengan dasar/alas terangkat bebas dari tanah dam
kemasan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan
pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam kemasan yang utuh dan
terlindungi baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan
dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih
dari 60 hari tidak boleh digunakan untuk pekerjaan.
2. Curah semen harus disimpan didalam konstruksi silo secara tepat untuk melindungi
terhadap penggumpalan semen selama penyimpanan.
3. Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.

Agregat

A. Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0051-82
“Agregat Untuk Adukan Beton, Cara Penentuan Besar Butir” dan SII 0052-80 “ Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton” dan bila tidak tercakup dalam SII 0052080, maka harus
memenuhi spesifikasi agrergat untuk beton dan disetuji oleh pengawas yang ditunjuk.
B. Semua agregat harus bersih, keras, dan mempunyai sifat kekekalan (tahan lama)
seperti disyaratkan. Mencuci, memproses, memisahkan, mencampur dan sebagainya
harus dilaksanakan seperlunya untuk mendapat gradasi dan syarat-syarat mekanik
yang disyaratkan.

1. Agregat halus (Pasir)

Agregat halus terdiri dari pasir

a. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan


terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%,
maka agregat halus dicuci. Sesuai PBI-2013 atau SII 0051-82

b. Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan dari PBI-2013 dan SII 0051-82 dan SII 0052-80

c. Ukuran butir-butir agregat halus, sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2%


berat; sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat; sisa di atas ayakan
0.25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.

d. Sifat kekal, diuji dengan larutan jenuh garam sulfat, sebagai berikut :
1. jika dipakai natrium-sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%
2. jika dipakai magnesium-sulfat, bagian yang hancur maksimu 15%

e. Sifat organik tidak boleh melampuai persyaratan-persyaratan di SII – 0077

2. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 44

Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil disintegrasi alami dari batu-batuan
atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan butir lebih kecil 30 mm,
keras, kuat dan bebas lumpur, tanah liat dan bahan-bahan organik.

a. Gradasi dari agregat kasar harus sesuai dengan PBI-2013, SII 0051-82 dan
SII 0052-80

b. Butir-butir harus terdiri dari berbagai ukuran seperti yang dinyatakan di PBI-
2013. Sisa diatas ayakan 31.5 mm harus 0% berat; Sisa di atas ayakan 4 mm
harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif
diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10%
berat.

c. Mutu koral, butir-butir keras, bersih dan tidka berpori, batu pecah jumlah butir-
butir pipoh maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali,
bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

d. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
1. jika dipakai natrium-sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%
2. jika dipakai magnesium-sulfat, bagian yang hancur maksimu 18%

e. Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari


Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 – 19 mm lebih dari 24% berat
2. tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% atau dengan
mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi berat lebih dari 50% sesuai SII
0087-75 atau PBI-2013

f. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat kering), yang
diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila
kadar lumpur melalui 1% maka agregat kasar harus dicuci.

g. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.

3. Tabel gradasi standard dari agregat normal

Ukura Ukuran tapis (mm)


n max
dari 50 40 30 25 20 15 10 5 2.5 1. 0. 0. 0.1
agrega 2 6 3 5
t (mm)
Presentase berat dari bahan yang melalui tapis (%)

Agrega 40 10 95- - - 35- - 10- 0-5 - - - - -


t kasar 0 10 70 30
atau 0
batu
pecah 30 - 10 95- - 40- - 10- 0- 0-5 - - - -
0 10 75 35 10
0

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 45

25 - - 10 95- 60- - 20- 0- 0-5 - - - -


0 10 90 50 10
0

20 - - - 10 90- (55 20- 0- 0-5 - - - -


0 10 - 55 10
0 80)

Agrega - - - - - - - 10 90- 80- 50 25 10 2-


t halus 0 10 10 - - - 10
0 0 90 65 35

Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian
kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang
disetujui oleh pengawas yang ditunjuk.

Bahan campuran tambahan (Admixture)

Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container.
Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212.2R-64. Segala macam
admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh pengawas yang
ditunjuk. Admixture yang mengandung chlorode atau nitrat tidak boleh dipakai.

Bahan-bahan untuk curing beton

Pemakaian bahan-bahan untuk curing dengan persetujuan engineer dan harus sesuai
persyaratan berikut :

- karung goni
- liquid membrane forming compounds mengikuti ASTM C-309

Waterstops

A. Waterstops, dipasang pada semua sambungan-sambungan konstruksi yang


berhubungan langsung dengan tanah atau air tanah dan ditempat yang ditunjukan
pada gambar. Waterstop harus menerus dan harus dipasang secara akurat dan
dikencang dengan baik dan ditunjang untuk mencegah perubahan bentuk.
B. Jumlah pertemuan sambungan di lapangan haruslah seminimum mungkin.

Joint Filler

A. Kontraktor harus memasok dan memasang premoulded joint filler pada semua
expansion joints dan dimana ditunjukan pada gambar. Kecuali disyaratkan lain, joint
filler haruslah yang resin atau bitumen bonded cork. Bahannya harus dari pabrik yang
disetujui oleh engineer dan harus sesuai dengan :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 46

- ASTM D-1752, type II for Resin Bonded Cork


- ASTM D-1751, for Bitumen Bonded Cork

B. Kontraktor harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik untuk setiap pengiriman dari
setiap joint filler yang dikirim ke lapangan.

Water Proofing

Type dan jenis waterproofing :

- Untuk dinding basement, STP dan pelat lantai basement & podium (GF) menggunakan
additive (integral waterproofing) harus dipakai admixture kimiawi yang berbentuk
kering (dry powder).
- Untuk lantai atap dipakai membrane sheet dengan sistem self adhesive berupa
Rubberized Asphalt.
- Untuk GWT menggunakan additive non toxic (integral waterproofing) harus dipakai
admixture kimiawi yang berbentuk kering (dry powder).
- Untuk Kolam renang atau balkon menggunakan type coating atau membrane system.
- Untuk area basah (KM/WC) menggunakan type coating

Untuk pekerjaan Waterproofing perlu diperhatikan :


a. Slab pada area basah harus didrop dan ada tanggulan (+/-100 mm) yang dicor
bersamaan dengan pengecoran lantai.
b. Drop area basah tersebut (KM/WC) harus dislooping ke area Floor Drain (FD)
c. Semua pengerjaan water proofing tersebut harus dikerjakan oleh orang yang
berpengalaman dan ada garansi minimum 10 tahun.
d. Flashing waterproofing harus overlap 30 cm dengan dinding.

Test dan Pengujian Water Proofing yang perlu dilakukan :


- Test keropos sebelum dilakukan water proofing
- Test genang setelah dilakukan water proofing selama 2x24 jam
- Test genang setelah dilakukan pemasangan keramik dan plumbing selama 2x24 jam
- Test genang saat akan dilakukan serah terima pertama setelah 2x24 jam.

Floor Hardener

Sebagai lapisan anti aus yang bekerja pada permukaan beton, dimana dipergunakan
untuk lantai beton yang diekspos dan untuk keperluan beban berat, harus diberikan floor
hardener dengan kepadatan sebagai berikut :

- Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 0.45 kg/m2 (4.5 kg/m3)
- Ruang ME, kepadatan normal 0.3 kg/m2 (3 kg/m3)
- Loading dock/sirkulasi lalu lintas padat, kepadatan tinggi 0.6 kg/m2 (6 kg/m3)

Mutu dan Konsistensi dari beton

A. Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm x 300 mm umur 28 hari , kecuali
ditentukan lain, harus sperti berikut :
1. Beton struktur untuk pelat dan balok adalah fc’ – 350 kg/cm2, sedangkan
kolom dan shearwall fc’ – 550 kg/cm2 s/d fc’ – 450 kg/cm2
2. Semua beton non struktural seperti lantai kerja dan sebagainya fc’ = 100
kg/cm2

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 47

B. Semua beton yang akan terkena penyinaran (exposure) sebagaimana diberikan di


dalam tabel berikut, harus memenuhi persyaratan rasio air – bahan semenan
maximum (maximum water – cementitious material ratios) yang berkaitan dan
persyaratan kekuatan tekan beton minimum yang ditentukan di dalam tabel.

Persyaratan Kondisi Exposure Khusus

Kondisi Exposure Ratio air bahan semenan fc’ minimum, beton normal
maximum, dalam berat, dan beton agregat ringan
beton dengan agregat (psi)
normal.

Beton yang dimaksudkan 0.5 4000


mempunyai permeabilitas
rendah bila terkena air
(struktur atas)
Untuk perlindungan korosi 0.4 5000
tulangan di dalam beton
yang terkena klorida dari
bahan kimia pencegah
terbentuknya kristalisasi,
(basement dan podium)

C. Trial Mixes.

1. Umum
Setiap design mix harus menunjukan cement content, water cement ratio, water
content, agregat gradation, slump, air content, dan kekuatan (strength), fly ash
content dan addimixture content

2. Percobaan laboratorium
Apabila design mixes sudah disetujui, percobaan-percobaan pada setiap
campuran harus dilaksanakan di lapangan untuk membuktikan cukup tidaknya
mixes dan menunjukan :

a. Cement content
b. Water cement ratio
c. Workability/slump
d. Drying shrinkage
e. Kekuatan beton pada umut 7,14,dan 28 hari
f. Kepadatan
g. Fly ash content

Kekuatan beton dari trial mixer harus 25% lebih dari kekuatan yang disyaratkan.
Dari setiap trial mix, dibuat sedikitnya 6 (enam) silinder untuk memutuskan.
Dimana : 2 buah untuk test kekuatan beton umur 7 hari, 2 buah untuk test kekuatan
beton umur 14 hari, 2 buah untuk test kekuatan beton umur 28 hari

3. Pengujian di lapangan
Begitu pengujian laboratorium telah lengkap dengan memuaskan, pengujian
dengan skala penuh memakai tempat dan peralatan yang akan dipakai untuk
pekerjaan permanen harus dilaksanakan. Tempat dan peralatan harus dipelajari

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 48

an dicoba untuk pemenuhan persyaratan-persyaratan sebelum percobaan-


percobaan lapangan tersebut diadakan.

Pengujian seperti di atas harus dilakukan dan campuran dimodifikasi sampai


hasilnya memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan. Untuk setiap trial
mix, harus dibuat sedikitnya 6 (enam) silinder untuk penilaian.

D. Bahan Tambahan

Kontraktor boleh memakai plasticizers, retarder dan additives dengan persetujuan


pengawas yang ditunjuk. Pemakaian bahan haru sesuai dengan instruksi pabrik
dan persetujuan pendahuluan harus diperoleh dari pengawas yang ditunjuk dalam
setiap kasus.

Kontraktor harus memastikan bahwa pemakaian dari setiap bahan tambahan yang
disetujui tidak akan mempengaruhi kekuatan, ketahanan atau penampilan dari
penyelesaian akhir pekerjaan beton. Admixture yang mengandung chloride atau
nitrat tidak diperbolehkan.

E. Slump untuk beton

1. Konsistensi dari beton harus diperiksa dengan pemeriksaan slump


2. Kontraktor harus meyakinkan dirinya bahwa ia mampu memproduksi beton
dengan slump seperti pada tabel berikut, beton yang memenuhi mutu
maupun kekuatan, yang akan menghasilkan penyelesaian seperti yang
disyaratkan, bebas dari keropos atau gelembung udara yang berlebihan.
Pelaksaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa kontraktor menerima
tanggung jawab penuh produksi beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan
penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump.
3. Rekomendasi slump untuk variasi beton kontruksi pada keadaan atau kondisi
normal :

Slump pada

Konstruksi Beton Maksimum (cm) Minimum (cm)

1. Pelat basement, 14 12
pilecap-raft
2. Pelat lantai, balok,
kolom, shearwall, 16 14
Dinding basement
3. Pembetonan 12.5 7.5
massal

Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, nilai slump dapat dinaikkan sampai
maksimum 1.5 cm di atas harga maksimum.

3.5.3. Beton ready-mixed


A. Beton ready-mixed haruslah berasal dari perusahaan ready-mixed yang disetujui,
pengukuran, pencampuran dan pengiriman sesuai dengan ACI 301-74, ACI
committee 304 dan ASTM C 94-92a

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 49

B. Pemeriksaan bagi pengawas yang ditunjuk diadakan jalan masuk ke proyek dan
ke tempat pengantaran contoh atau pemeriksaan pekerjaan yang dapat dilalui
setiap waktu. Denah dan semua peralatan untuk pengukuran, adukan, dan
pengantaran beton harus diperiksa oleh pengawas yang ditunjukan sebelum
pengadukan beton

C. Adukan beton harus sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai dengan
yang telah diuji di laboratorium dan disetujui, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan
di laboratorium.

D. Temperatur beton yang diijinkan dari campuran beton tidak boleh melampaui 35
derajat celcius. (350C)

E. Menambahkan bahan tambahan pada plant harus sesuai dengan instruksi yang
diberikan pabrik. Bila dipakai dua atau lebih bahan tambahan, maka bahan
tambahan harus ditambahkan secara terpisah untuk bahan yang lain dan
mengikuti instruksi pabrik. Bahan tambahan harus sesuai dengan ACI 212.2R-71
dan ACI 212.1R-64

F. Tidak di perbolehkan menambahkan air pada batch plant dan atau pada lapangan
proyek dan selama pengankutan beton. Penambahan air untuk menaikan slump
atau alasan apa pun tidak diperkenankan.

G. Truk-truk harus dilengkapi dengan alat untuk mengukur air yang akurat dan alat
untuk menghitung putaran.

H. Beton harus dituangkan seluruhnya dilapangan proyek dalam waktu satu setengah
jam atau sebelum truk minxer mecapai 300 putaran (mana yang terlebih dahulu).

I. Penggetaran ulang beton (yang sudah mulai pengikatan awal) tidak diijinkan

J. Apabila temperatur atau kondisi lain menyebabkan suatu perbedaan (deviasi)


pada slump atau sifat pengecoran harus diberikan ukuran yang disetujui oleh
pengawas yang ditunjuk untuk menjaga kondisi normal. Penggumpalan beton
karena agregat yang panas, air, semen atau kondisi lainnya tidak diijinkan, dan
beton harus di tolak.

K. Menggetarkan beton harus mengikuti ACI 309-71 (Recommended Pratice for


Consolodation of Concrete)

L. Untuk pemakaian fly ash pada beton ready mixed, hanya diperbolehkan dengan
kandungan maksimum 15%.

3.5.4. Pelaksanaan Beton


Umum

Kecuali disetujui oleh pengawas yang ditunjuk semua beton haruslah beton ready-
mixed yang didapat dari sumber yang disetujui, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman atau pengangkutan harus memenuhi persyaratan di dalam ASTM C94-
78a, ACI 304-73, ACI Committee 304 serta mengikuti pasal 2.11 dari bab ini.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 50

Pengadukan beton pada batching plant

Beton dari bahan-bahan dan disain mixes disini harus mengikuti pengukuran,
pencampuran dan pengadukan dengan pelat sesuai PBI-2013

A. Batching

1. Proposi dari campuran diukuran berdasarkan berat dan memakaian tempat


yang cocok, harus disediakan alat timbang. Apabila dipakai semen masa,
tempat yang terpisah dan kedap air serta alat timbang harus disediakan. Satu
set lengkap dari pemberat untuk percobaan mekanisme penimbangan harus
disediakan pada batching plant.

2. Mekanisme timbangan harus akurat sampai setengah dari satu persen dalam
kondisi operasi dan timbangan harus disediakan agar mudah dilihat oleh
operator

3. Air harus ditambahkan kedalam mixer dari suatu reservoir yang terpisah dan
harus diperiksa dengan penyetelan untuk kelembaban di dalam agregat.
Apabila diperlukan bahan tambahan, maka harus dipakai suatu dispenser yang
terpisah, seperti yang direkomendasikan atau disediakan oleh pabrik bahan
tambahan dan disetujui oleh '' Pengawas yang ditunjuk''.

B. Pencampuran
1. Mixing plant harus mempunyai sebuah drum yang mampu untuk menampung
bahan-bahan dan air dan mencampurnya menjadi suatu konsistensi yang
homogen dalam waktu yang masuk akal. Waktu ini harus ditentukan di
lapangan dengan percobaan yang berdasarkan pada rekomendasi pabrik
mixing plant.

2. Drum dari campuran harus dari konstruksi sedemikian sehingga dapat


menuangkan seluruh campuran secepatnya dan tanpa tumpah.

3.5.4.1. Pengangkutan dan Pengiriman Beton

A. Pengangkutan dan pengiriman beton harus sesuai dengan PBI – 2013, ACI 304 –
73, ACI Committee 304 dan ASTM C94-92a.

B. Pengangkutan dan pengiriman beton juga harus mengikuti hal-hal berikut :

1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran


harus dilakukan dengan cara-cara sedemikian agar dapat dicegah pemisahan
dan kehilangan bahan-bahan.

2. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh ''Pengawas yang ditunjuk''. Dalam hal ini, ''Pengawas
yang ditunjuk'' mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 51

setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi, kemiringan dan


panjang talang itu.

3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinu secara
mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu
yang ditentukan dalam PBI 2013.

4. Beton harus diangkut dari tempat mengaduk ke tempat pengecoran sesegera


dan sepraktis mungkin dan memakai metoda penanganan untuk menghindari
pemisahan bahan (segregations).

5. Dalam pengecoran kolom atau dinding tipis untuk ketinggian yang besar,
bukaan pada cetakan, talang untuk mengecor beton yang flexible, tremmie
atau perlengkapan lain yang disetujui harus dipakai untuk memperoleh
pengecoran beton yang baik seperti yang diijinkan.

6. Tinggi jatuh dari pengecoran beton tidak boleh melampaui 1.5 m.

3.5.4.2. Pengecoran dan Pemadatan Beton

A. Persiapan :

1. Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahkan kepada


''Pengawas yang ditunjuk'' untuk disetujui sebelum mulai kegiatan
pembetonan.

2. Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot


dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan, tulangan
beton, dan benda-benda yang ditanamkan atau dicor harus telah diperiksa dan
disetujui oleh ''Pengawas yang ditunjuk''.

Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada ''Pengawas yang


ditunjuk'' setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton dicor. Kelebihan air, beton
yang mengeras, puing-puing, butir-butir yang terlepas dan benda-benda asing
lain harus dsingkirkan dari bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam
dari pengaduk serta perlengkapan pengangkutan.

3. Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di sekeliling


struktur dapat dikeringkan secara efektif dan menerus. Seluruh galian harus
dijaga bebas dari rembesan, luapan dan genangan air sepanjang waktu, baik
dititik sumur, pompa, drainasi ataupun ditempat segala perlengkapan
kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk keperluan pekerjaan.

Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun, kecuali bila
galian tertentu telah bebas air dan/atau lumpur.

4. Penulangan harus sudah terjamin menurut bab 2 dan diperiksa serta disetujui.
Logam-logam yang ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi
dan pengerakan lain ataupun lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta
pengangkut adukan beton yang beroda tidak boleh dijalankan melalui tulangan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 52

ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi dimana beton baru


ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton lama,
masukkan ''steel dowels'', dan sisa kepanjangan dowel dibungkus rapat
dengan adukan non-shrink grout.

5. Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak,


basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan
menjaga pelaksanaan beton.

6. Penutup beton

Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan
persyaratan SNI-2847-2013 atau ACI 318-89.

7. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,


untuk itu tulangan harus dipasang dengan panahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.

Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-
blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8
buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut
harus tersebar merata.

B. Benda-benda yang ditanam dalam beton

1. Termasuk instalasi dari pekerjaan yang ditanamkan ke dalam beton seperti


angker-angker baut, paku-paku kayu, rangka dan selongsong untuk pipa, dan
benda-benda yang perlu ditanam dalam beton seperti disyaratkan oleh divisi
Mechanical & Electrical. Harus disediakan fasilitas dan supervisi seperti
disyaratkan untuk pemasangan dan penyisipan benda-benda seperti disyaratkan
di bawah bab lain dan dilakukan pemotongan dan perkuatan cetakan seperti
disyaratkan untuk mengakomodasi hal tersebut di atas. Jangan mengecor beton
sebelum semua benda-benda yang harus ditanam terpasang pada tempatnya
yang tepat, teliti terhadap penurunan, bersih, diperiksa dan disetujui. Lengkapi
dengan pengikat-pengikat dan penunjang yang diperlukan untuk menahan benda-
benda yang ditanam agar tetap berada ditempatnya selama pengecoran
berlangsung.

2. Benda-benda yang ditanam atau pipa-pipa harus ditempatkan sedemikian agar


tidak mengurangi kekuatan beton, juga dalam segala hal benda-benda yang
ditanam dan pipa-pipa tidak boleh dipasang pada pelat dengan ketebalan sama
dengan atau lebih kecil dari 12 cm.

3. Selongsong pipa boleh menembus pelat atau dinding, asalkan disiapkan untuk
tidak diekspos terhadap karat atau gangguan lain dan dicat atau dilapis galbani.
Jarak dari selongsong tidak boleh kurang dari 3 kali diameter selongsong pusat ke
pusat.

4. Benda-benda yang ditanam boleh ditanamkan dalam dinding selama diameternya


lebih kecil dari tebal dinding, tidak ditempatkan lebih dekat dari empat kali diameter
atai 10 cm minimum dari pusat, dan tidak mengurangi kekuatan dari struktur.

5. Selongsong, pipa-pipa atau benda-benda yang ditanam dalam beton tidak boleh
dari alumunium.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 53

6. Pemasangan dari pipa dan/ atau benda yang ditanam dalam pelat dan atau balok
harus sedemikian sehingga tulangan utama tidak melendut oleh benda-benda
manapun yang ditanam dalam beton.

7. Pipa dan atau benda yang ditanam dalam pelat beton tidak boleh mempunyai
diameter luar lebih besar dari ketebalan pelat dan tidak tidak boleh ditempatkan
dibawah tulangan bawah ataupun diatas tulangan atas dan harus berada di daerah
pusat dari ketebalan pelat. Jarak bersih antara dua pipa dan/atau benda yang
ditanam yang bersebelahan harus sebesar maungkin, tapi tidak kurang dari 10 cm
minimum atau 4 (empat) kali diameter pipa dan/atau benda yang ditanam yang
dipakai.

C. Pengecoran beton

1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 2013 ataupun ACI-304-73, ACI
Committee 304, ASTM C 94-92a.

2. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.

3. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 2 m bila tidak disebutkan lain
atau disetujui Engineer.

4. Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1,5 m.
Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor ataupun
benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga
pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm
dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi
segregasi/pemisahan bahan-bahan.

Pengangkutan dan pengecoran, setiap lapis dari beton struktur harus sesuai
dengan ACI-304-73, ACI Committee 304, ASTM C 94-78a, PBI-2013.

5. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur.

6. Tuangkan adukan beton secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk,


tempatkan sedemikian sehingga permukaannya senantiasa tetap mendatar, sama
sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi keposisi lain.

7. Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda diluar
ketentuan yang tercantum di dalam PBI 2013 termasuk pekerjaan yang tertunda
ataupun penyambungan pengecoran, maka ''Kontraktor'' harus membuat usulan
termasuk hasil pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari
''pengawas yang ditunjuk'' paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan dimulai.

D. Pemadatan beton

1. Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat


penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan
beton yang keropos.

2. Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type ''immersion'',
beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil dari diameter 180
mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua dengan
amplitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang memadai.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 54

3. Alat penggetar cadangan harus disiapkan untuk keadaan darurat di lapangan dan
lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati tempat pelaksanaan yang
masih memungkinkan.

4. Hal-hal dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :


a. Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan kira-
kira vertical, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45°.
b. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan dalam arah horizontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
c. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getarannya tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
d. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 ~ 50 cm. Berhubung dengan itu,
maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.

e. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum
ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi
penuh lagi dengan adukan.
f. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemkian rupa hingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

3.5.4.3. Penghentian/kemacetan pekerjaan.

A. Penghentian pengecoran hanya bilamana dan pada mana diijinkan oleh


“pengawas yang ditunjuk”.

B. Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton


basah bila pengecoran dihentikan, dilakukan dengan mengadakan tanggulan
untuk pekerjaan ini.

3.5.4.4. Sambungan-sambungan

A. Kontrol join

Kontrol join lokasi dan konstruksinya seperti didetailkan pada gambar. Kecuali
ditentukan lain pada gambar, semua baris tulangan diteruskan melewati kontrol join.
Apabila control join tidak ditunjukkan pada gambar-gambar kontrak, serahkan lokasi
yang diusulkan untuk mendapat persetujuan perencana.

B. Siar pelaksanaan (Construction Joints)

1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa hingga tidak
banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus
direncanakan sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya
lainnya. Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan dalam gambar-
gambar rencana, tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh “pengawas

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 55

yang ditunjukkan” Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan dari pada yang


ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh “Pengawas yang tunjuk”.

2. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada
waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom
untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom
harus dianggap sebagai bagian dari sistim lantai dan harus dicor secara monolit
dengan itu.

3. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira ditengah-
tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak berkurang.
Apabila pada balok di tengah-tengah bentangnya terdapat pertemuan atau
persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 kali
lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu.

4. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus diberikan dari kotoran-kotoran dan
serpihan beton yang penuh.

5.
Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus
cukup lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan.
C. Sambungan ekspansi (Expansion Joints)
1. Beton tidak boleh dituang pada kedua sisi dari sambungan ekspansi pada waktu
yang bersamaan.

2. Tulangan tidak boleh diteruskan melalui sambungan ekspansi.

3. Pengisi sambungan ekspansi harus dari jenis yang telah dibentuk (“Premoulded”)
sesuai ASTM D-1751 dan disediakan dalam potongan yang panjang yang
memungkinkan.

4. Lebar kerja dari sambungan ekspansi harus dijaga agar bebas dari segala bahan
yang tidak diperlukan dan kotoran sehingga dapat menjaga sambungan berfunsi
dengan tepat.

D. Sambungan yang dicor kemudian (Late Pour Strip)

Lokasi dari sambungan yang dicor kemudian dan waktu mengecor akan ditentukan oleh
“Engineer”. Kontraktor harus menyerahkan usulan kepada “Engineer” disain secara
detail dari sambungan yang dicor kemudian untuk mendapat persetujuan.

E. Join sealants

Join-join sealants harus disediakan pada sambungan-sambungan pelaksanaan beton


(construction joints/siar pelaksanaan) seperti yang dinyatakan. Persiapan sambungan,
pemberian sesuai dengan pencampuran serta pemasangan dari bahan-bahan sealant
harus sesuai dengan instruksi pelapisan dari pabrik dan seperti disyaratkan disini.

3.5.4.5. Perawatan dan Perlindungan Beton

A. Perawatan (Curing)

1. Secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI 2013 dan ACI 301-
72/75, ACI 301, ACI-308

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 56

2. Segera setelah pengecoran beton harus di curing.

3. Beton setelah di cor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk
proses hydrasi semen serta pengerasan beton.

B. Masa perawatan dan cara perawatan

1. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan


dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit dua minggu jika tidak
ditentukan lain.
Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 35ºC.

2. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa
perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap
dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
oleh “pengawas yang ditunjuk”.

3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan
atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai
tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh “pengawas yang ditunjuk”.

C. Bahan campuran perawatan

1. Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-75

2. Pekerjaan beton yang mendatar


Segera setelah pekerjaan penyelesaian selesai, diikuti dengan pemasangan
bahan campuran perawatan seperti di syaratkan, kepermukaan beton sesuai
dengan instruksi pabrik seperti tercantum, kecuali :
a. Pada cuaca panas
b. Pada permukaan yang akan berhubungan langsung dengan beton atau bahan
cementitious.
c. Pada permukaan yang diindikasikan menerima membrane waterproofing atau
roofing.

Pada cuaca panas, waktu temperature udara 32ºC atau lebih, pada 24 jam
pertama dilakukan perawatan dengan air, kemudian dipasang bahan campuran
perawatan (curing compound). Permukaan-permukaan beton yang akan
behubungan dengan beton lain atau bahan cementitious, atau yang diindikasikan
akan menerima bahan perkerasan (hardener) dan dust proofer treatment, atau
diindikasikan menerima membrane waterproofing atau atap, harus dirawat dengan
air dan dilindungi dengan kertas perawatan seperti yang disyaratkan, atau bahan
lain yang disetujui, dijaga selalu pada tempatnya selama masa perawtan. Bahan
campuran perawatan yang akan menjaga perlekatan dari lantai pegas (resilient
flooring) terhadap beton tidak boleh dipakai, dan Kontraktor harus menyerahkan
bahan perawatan atau metoda lain untuk mendapat persetujuan Engineer. Jangan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 57

memakai bahan campuran perawatan pada permukaan yang akan menerima


bahan perkerasan dan dustproofer treatment, atau membrane waterproofing.
D. Perlindungan dari kerusakan akibat cuaca (weather injury)

1. Selama pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton didinginkan (memakai es sampai air
dingin) sebelum dicampur, agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam
batasan yang disyaratkan. Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah
campuran air.

2. Selama pengecoran dan pemeliharaan

a. Umum
Harus disediakan penutup selama pengecoran dan perawatan dari beton untuk
melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari.

b. Dalam cuaca panas


Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun membasahi
permukaan dari warna terang/muda, selama pengecoran dan pemeliharaan
beton untuk melindungi beton dari kerugian/kehilangan bahan terhadap panas,
matahari atau angin yang berkelebihan.

c. Kelebihan perubahan suhu


Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu yang seragam
didalam beton, tidak lebih dari 3ºC dalam setiap jamnya.

d. Perlindungan bahan-bahan
Peliharalah dan jagalah bahan-bahan dan peralatan di lapangan agar siap
untuk digunakan.

e. Perlindungan terhadap kerusakan dan mekanik pada masa pelaksanaan


(protection from mechanical and construction injury)
Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan akibat
mekanik, tegangan-tegangan akibat beban utama, kejutan besar (heavy
shock) dan getaran yang berkelebihan.

3.5.4.6. Toleransi Pelaksanaan

A. Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada cetakan beton
Bab1 : PBI-2013, ACI-301 dan ACI-347.

B. Untuk Toleransi ukuran pekerjaan pengecoran beton yang dihasilkan dan lendutan
yang terjadi, diambil patokan sebagai berikut :
- Toleransi pekerjaan beton yang dihasilkan (kolom, shearwall, balok, pelat)
adalah 1 : 1000, dalam arti setiap 1 m di ijinkan toleransi hasilnya sebesar 1
mm.
- Untuk Lendutan yang diijinkan adalah : L/360 (untuk struktur jepit-jepit) dan
L/250 (untuk kantilever struktur), dimana : L adalah bentang struktur.

C. Penyimpangan maksimum dari pekerjaan struktur yang diijinkan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 58

1. Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301 (specification
for structural concrete for building)

2. Apabila didapati beberapa toleransi yang dapat dipakai bersamaan, maka yang
harus diambil/dipakai adalah yang terhebat/terkeras.

3.5.4.7. Toleransi Kedataran Pelat Lantai

A. Pelat – (pekerjaan yang datar) – interior dan exterior

1. Penyelesaian akhir permukaan pelat yang monolit. Keseragaman kemiringan pelat


lantai untuk mengadakan pengaliran positif dari daerah yang ditunjuk. Perawatan
khusus harus dilakukan agar halus, meskipun sambungan diadakan diantara
pengecoran yang dilakukan terus menerus, jangan memakai semen kering, pasir
atau campuran dari semen dan pasir untuk beton kering.

2. Toleransi untuk pelat beton yang akan di ekspose dan pelat yang akan diberi
karpet harus 3.0 mm dari 3 m.

3. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 3.0 mm dalam 3
m.

4. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar mengatur
kerramik, batu, bata, ubin lain dan “pavers” (mesin lapis jalan beton), harus 5 mm
dalam 1 m.

3.5.4.8. Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)

Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruh pembetonan seperti terlihat pada
gambar dan seperti perincian disini.

A. Penyelesaian dari pelat (Finished Slab)


Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak dapat memenuhi standard seperti
yang dicantumkan dalam spesifikasi ini. Kemiringan lantai/pelat beton harus seperti
ditunjukkan pada gambar agar dapat berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang.
Apabila pelat tidak dapat berfungsi mengalirkan air genangan, maka bagian pelat yang
gagal tersebut harus disingkirkan dan selesaikan ulang sedemikian sehingga sesuai
dengan gambar.

Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus tidak


mengecualikan kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat ini.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistim lantai, pelat atau balok untuk mengalirkan
air yang tergenang.

B. Penyelesaian dari beton pelat (concrete slab finished)

1. Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang benar
sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran.

2. Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai merek
lain, harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya ketidaklekatan pada penyelesaian.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 59

3. Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah


selesai pengerjaan.
a. Penyelesaian yang menyatu (monolithic finish)

1. Penyelesaian yang monomit harus diadakan untuk lantai beton ekspose,


kecuali dimana penyelesaian khusus diperlukan untuk pelengkap,
keterlambatan penyelesaian topping, atau dimana permukaan agregat
yang diekspose ditunjukkan.

2. Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan


kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan dengan screed dan power
floating yang dilakukan secara merata.

Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan


menghilang dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang
dimaksudkan untuk mencapai permukaan yang halus harus dihaluskan
dengan trowel besi.

3. Apabila permukaan telah mengeras, harus dilakukan penyelesaian dengan


trowel besi untuk kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan
tapi tidak berlapis, padat, bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan
kerusakan-kerusakan lain.

b. Perkerasan beton (concrete floor hardener)


Perkerasan beton untuk pelat lantai harus mengikuti pada 2.9 dari bab ini.

4. Penyelesaian pelat (slab finishes), dapat memakai :

a. Steel trowel : untuk pelat yang diekspose permukaannya, lantai yang


berpegas, penyelesaian untuk karpet dan sejenisnya, dan pada dek (deks)
yang menerima lapisan untuk lalu lintas (traffic)

b. Wood float : di bawah waterproofing dan alas/dasar campuran mortar

C. Penyelesaian beton eksposed (finish of exposed concrete)

1. Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete


surfaces) yang tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat ataupun tidak dicat,
kecuali untuk permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan yang
disemprot pasir dengan tekanan, harus mempunyai penyelesaian yang halus.

Buatlah permukaan yang halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan, sirip-
sirip, tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat pemasangan paku,
tepian dari tanda (edge grain marks), bersihkan cekungan-cekungan dan daerah
permukaan celah dari semua ukuran “(clean out pockets and areas of surface
voids of any size)”.

2. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari “spreaders”, harus


dipotong kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan bila disyaratkan
(pengisian dari cetakan yang diikat dengan tekanan) harus diselesaikan
sedemikian untuk dapat melengkapi dalam perbedaan pada penyelesaian beton.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 60

Tambalan pada suatu pekerjaan beton “(textured concrete work)” harus


diselesaikan dengan tangan untuk mencapai kehalusan permukaan yang
diperlukan.

D. Penyelesaian beton yang tersembunyi (finish of concealed concrete)

1. Permukaan beton tersembunyi termasuk semua beton yang mutunya tidak


tercapai dan semua beton yang diindikasikan untuk diberi lapisan termasuk lapisan
arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang flexible dan terlindung dari tampak
pada penyelesaian struktur.

2. Beton tersembunyi dan beton uneksposed perlu ditambal dan diperbaiki dari
keropos dan kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana semestinya sebelum
ditutup permukaannya.

E. Penambalan beton

Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1 (satu)
bagian semen (diatur dengan semen putih atau tambahan bahan pewarna bila
diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 ½ (dua setengah)
bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan.

Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang sebenarnya.
Siapkan panel-panel contoh (30 cm2) dan biarkan sampai berumur 14 hari sebelum
keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.

Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi yang
diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambal dengan bahan perekat
yang terdiri dari pasta campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila
bahan perekat masih basah.

Hentikan penambalan sedikit lebih luas disekeliling bagian yang ditambal, biarkan
untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk member kesempatan terhadap penyusutan
dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.

3.5.4.9. Cacat Pada Beton (Defective Work)

A. Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, “pengawas yang ditunjuk”


mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

1. Konstruksi beton yang keropos.

2. Konstrusi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak sesuai dengan gambar

3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.

4. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain

5. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang tercantum
dalam dokumen kontrak.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 61

6. Atau yang menurut pendapat “pengawas yang ditunjuk” pada suatu pekerjaan
akhir, atau mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian manapun dari
suatu pekerjaan, tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi.

B. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti dengan yang baru, kecuali “pengawas yang ditunjuk” atau Konsultan
menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan
tersebut. Untuk itu “Kontraktor” harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang
kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap
memungkinkan.

C. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang akan dipakai dalam
pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari “pengawas yang ditunjuk”.
Dalam segala hal, pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan
dengan memuaskan.

D. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dri pekerjaan cacat pada beton dan
semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau penggantian harus
ditanggung sebagai pengeluaran “Kontraktor”.

E. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi “pengawas
yang ditunjuk”.

F. Dalam hal terjadi keropos atau retak yang bukan struktur (karena penyusutan dan
sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada pembongkaran cetakan,
“pengawas yang ditunjuk” harus diberi tahu secepatnya, dan tidak boleh diplester atau
ditambal kecuali diperintahkan oleh “pengawas yang ditunjuk”. Pengisian/injeksi
dengan air semen harus diadakan dengan perincian atau metoda yang paling
memadai/cocok.

3.5.4.10. Pekerjaan Penyambungan Beton

A. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan semprotan udara
bertekanan (compressed air) atau sejenisnya.

B. Sesegera mungkin sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton lama yang sudah
dibersihkan, harus dilapisi dengan campuran air dan semen murni dalam
perbandingan 1:1 (dalam volume) yang disikatkan pada beton lama.

C. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama sebelum beton baru
dicor harus dilapisi dengan bahan perekat beton “polyvinyl acrylic” (polyvinyl acrylic
concrete bonding agent) seperti disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”.

D. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus dilapisi dengan
bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen (epoxy cement base concrete
bonding agent) seperti disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”.

E. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen murni
atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama mongering.

3.5.4.11. Lapisan penutup lantai yang dikerjakan kemudian (separate floor toppings)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 62

A. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan benda-
benda asing, semprot dan bersihkan.

B. Letakkan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan


ditanam/dicor.

C. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk pabrik.
Gunakan lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor
lapisan penutup (topping).

D. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.

E. Pada lantai parker, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti diperinci pada
: 3.13.C.2

3.5.4.12. Lain-lain

A. Grouting dan Drypacking

1. Grout/penyuntikan air semen

Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat mengalir
sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan untuk kemudahan pekerjaan
beton boleh diberikan sesuai dengan pertimbangan “Kontraktor” melalui
persetujuan “pengawas yang ditunjuk”.

2. Drypack/campuran semen kering

Satu bagian semen, 2 bagian air dengan air sekadarnya untuk mengikat bahan-
bahan menjadi satu.

3. Installation/pengerjaan

Basahkan permukaan sebelum digrout dan ditaburi (slush) dengan semen murni.
Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-celah dan
membentuk lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan penyelesaian pada
permukaan beton ekspose dan adakan perawatan dengan
pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.

B. Non-Shrink Grout

Campurkan dan tempatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat lain dimana
non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan rekomendasi yang tercantum
dari pabrik. Technical service harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.

Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan percobaan hasil


yang memperlihatkan bahwa grout non-shrink tidak ada penyusutan sejak awal
pengecoran atau sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80 (susut),
mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28
hari sesuai ASTM C109, mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45 menit

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : III - 63

sesuai ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective Bearing
Area) sebesar 90 sampai 100 persen.

Grout yang terdiri dari accelerator inorganic, pengurangan air, atau “fluidifiers” harus
tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar dari persamaan semen pasir
dan campuran air seperti percobaan dibawah ASTM C 596. Semua grout harus
menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flowcone).

C. Pekerjaan Dinding Precast

Sub Kontraktor yang ditunjuk diharuskan menyampaikan perhitungan sambungan joint


antara precast dengan pelat lantai dan joint antara dinding precast. Juga metoda kerja
pemasangan precast yang dipakai untuk disetujui oleh pihak konsultan perencana.
Adapun untuk pemasangan dinding precast perlu diperhatikan :
- Sambungan dinding precast di sisi luar dan sisi dalam diberi sealant dan back
rod-nya harus lebih besar dari celahnya.
- Sealant harus menggunakan type PU dan expired-nya harus lebih dari 7 bulan
lagi.
- Untuk sambungan dinding precast pada bagian sudut harus dihindari.
- Harus diberi perkuatan pada dudukan embedded pelat sehingga lendutan
berkurang, yang mana perlu dikonsultasikan dengan konsultan perencana.

D. Toleransi Beton yang mengalami crack

Kontraktor diwajibkan mengkontrol hasil pengecoran beton berupa toleransi retak


setelah lepas bekisting atau form work.
Toleransi retak beton yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Retak rambut pada area tumpuan balok/pelat hanya boleh terjadi pada bagian
atas.
2. Retak rambut pada area lapangan balok/pelat hanya boleh terjadi pada bagian
bawah.
3. Untuk daerah lain selain poin 1 & 2 tidak boleh terjadi retak.
Untuk perbaikan retak rambut tersebut digunakan epoxy grout.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik Tahap II


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 1

DAFTAR ISI

BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS MEKANIKAL,
ELEKTRIKAL & PLUMBING

01.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN AIR BERSIH, AIR KOTOR


01.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 3
01.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING ............................... IV - 5
01.03.0. PERSYARATAN PEMASANGAN PIPA ............................................... IV - 8
01.04.0. PENGECATAN ..................................................................................... IV - 13
01.05.0. LABEL KATUP (VALVE TAG) .............................................................. IV - 13
01.06.0. KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LISTRIK ...................... IV - 13
01.07.0. KETENTUAN PENGUJIAN PEKERJAAN ........................................... IV - 13
01.08.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN............................. IV - 14

02.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN .........


02.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 22
02.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN ........ IV - 23
02.03.0. PERSYARATAN PEMASANGAN ........................................................ IV - 28
02.04.0. PENGECATAN ..................................................................................... IV - 31
02.05.0. LABEL KATUP (VALVE TAG) .............................................................. IV - 32
02.06.0. KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LISTRIK ...................... IV - 32
02.07.0. KETENTUAN PENGUJIAN PEKERJAAN ........................................... IV - 32
02.08.0. SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN........................................... IV - 33

03.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TATA UDARA


03.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 38
03.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TATA UDARA ......................... IV - 39
03.03.0. DUCTING.............................................................................................. IV - 42
03.04.0. PEMIPAAN ........................................................................................... IV - 46
03.05.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK .................................... IV - 50
03.06.0. KETENTUAN TEKNIS PENGECATAN................................................ IV - 56
03.07.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN (TESTING) ADJUSTING DAN
BALANCING (TAB) HASIL PELAKSANAN ......................................... IV - 56
03.08.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN............................. IV - 57

04.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEVATOR (LIFT)


04.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 59
04.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK .................................... IV - 61
04.03.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK .................................... IV - 68
04.04.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................... IV - 68
04.05.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN ............................. IV - 69

05.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK


05.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 74

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 2

05.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK .................................... IV - 75


05.03.0. KETENTUAN TEKNIS SISTEM VENTILASI RUANG ......................... IV - 89
05.04.0. KETENTUAN TEKNIS PIPA BAHAN BAKAR ..................................... IV - 89
05.05.0. KETENTUAN TEKNIS PEREDAM SUARA ......................................... IV - 90
05.06.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................... IV - 90
05.07.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN ............................. IV - 94
05.08.0. SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN........................................... IV - 95

06.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN BAHAYA KEBAKARAN


(FIRE ALARM)
06.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 101
06.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN BAHAYA KEBAKARAN ............ IV - 102
06.03.0. KETENTUAN TEKNIS KABEL ............................................................. IV - 105
06.04.0. KETENTUAN TEKNIS PIPA PELINDUNG KABEL ............................. IV - 105
06.05.0. KETENTUAN TEKNIS PERALATAN BANTU PENGKABELAN ......... IV - 106
06.06.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN TANDA BAHAYA
KEBAKARAN ........................................................................................ IV - 107
06.07.0. KETENTUAN PENGUIJIAN PEKERJAAN BAHAYA KEBAKARAN ... IV - 108
06.08.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN............................. IV - 108

07.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TELEKOMUNIKASI DATA & INTERNET


07.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 109
07.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TELEKOMUNIKASI .................. IV - 110
07.03.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................... IV - 115
07.04.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN ............................. IV - 116
07.05.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN............................. IV - 116

08.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TATA SUARA


08.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 117
08.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN ................................................... IV - 118
08.03.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................... IV - 122
08.04.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN ............................. IV - 123
08.05.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN............................. IV - 123

09.00.0. PERSYARATAN TEKNIS CCTV


09.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 124
09.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN CCTV ........................................ IV - 125
09.03.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................... IV - 129
09.04.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN ............................. IV - 130
09.05.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN PERALATAN ..................................... IV - 131

10.00.0. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MATV


10.01.0. LINGKUP PEKERJAAN ....................................................................... IV - 131
10.02.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN MATV ........................................ IV - 132
10.03.0. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................... IV - 135
10.04.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN ............................. IV - 136
10.05.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN............................. IV – 136

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 3

PERSYARATAN TEKNIS
BAB IV
MEKANIKAL, ELEKTRIKAL & PLUMBING

01.00.00. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN AIR BERSIH, AIR KOTOR

01.01.00. LINGKUP PEKERJAAN


01.01.01. Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melaksanakan pemasangan bahan-bahan dan


peralatan yang diperlukan di dalam sistem instalasi ini secara baik dan melakukan
penyetelan pada bagian bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik
untuk setiap bagian dari sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna
mendapatkan suatu operasi dari sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong diwajibkan melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan yang diuraikan


dalam pasal ini untuk setiap jenis pekerjaan sebagai berikut :
a. Sistem pengadaan air bersih
b. Sistem distribusi air bersih
c. Sistem pembuangan air bekas, air kotor dan venting
d. Sistem pembuangan air hujan
e. Sistem kelistrikan untuk peralatan air bersih dan air kotor

03. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara
keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

04. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ke tidak jelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan, pada saat rapat penjelasan
pelelangan.

05. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

01.01.02. Lingkup Pekerjaan Plumbing

01. Sistem Pengadaan Air Bersih yang merupakan lingkup pekerjaan secara garis besar
adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan penyambungan sumber air dari PDAM dan ijin pembuatan Sumur
Dalam (Deep Well).
b. Pembuatan Sumur Deep Well termasuk pompanya, pengaturan operasi dan
pemipaannya sampai ke Tangki Air Bawah Tanah (Ground Water Tank, GWT).
c. Pengadaan dan pemasangan semua peralatan pada Tangki Air Bawah Tanah.
d. Pengadaan dan pemasangan sistem instalasi raw water lengkap dengan
. filtrasinya, Carbon Filter & Sand Filter.
e. Pengadaan dan pemasangan sistem instalasi booster pump lengkap.
02. Sistem Distribusi Air Bersih
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem penyaluran air berasal dari
tangki air bawah tanah (GWT) ke tangki atap (roof tank) dengan bantuan pompa

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 4

beserta semua kelengkapannya dan selanjutnya didistribusikan ke titik-titik


pemakaian baik dengan pompa booster atau secara gravitasi seperti terlihat dalam
gambar rencana.

03. Sistem Pembuangan Air Kotor


Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem penyaluran air kotor yang
berasal dari closet dan urinal ke tempat penampungan air kotor (Sewage Treatment
Plant,STP) dan selanjutnya dipompakan ke saluran Air Kotor existing diluar bangunan.

04. Sistem Pembuangan Air Bekas


Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem penyaluran air bekas yang
berasal dari peralatan-peralatan sanitasi kecuali closet dan urinal ke Sewage
Treatment Plant dan selanjutnya dipompakan ke saluran air kotor existing di luar
bangunan.

05. Sistem Pembuangan Udara Dalam Pipa (Venting)


Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu penyaluran udara dan atau gas
yang berasal dari dalam pipa pembuangan air bekas, air kotor dan tempat
penampungan air kotor ke udara bebas.

06. Sistem Pembuangan Air Hujan


Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem penyaluran air hujan yang
berasal dari atap bangunan dan teras ke saluran pembuangan air hujan existing.

07. Sistem Kelistrikan Untuk Peralatan


Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem penyaluran daya listrik
dari panel pompa di ruang pompa kesemua peralatan dalam lingkup pekerjaan ini
termasuk semua alat pengatur operasinya seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
Dalam hal ini, pentanahan panel dan sistem daya bagi peralatan dimasukkan dalam
lingkup pekerjaan ini.

01.01.03. Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Sipil adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan tangki air bawah tanah (GWT), tempat penampungan air kotor,
saluran air kotor dan air bekas disekeliling bangunan.
b. Pembuatan pondasi semua pompa
c. Pembuatan shaft pipa
d. Pembuatan lubang sleeve di tangki air bawah tanah (GWT)
d. Pembuatan sump pit termasuk lubang sleeve nya
e. Perapihan kembali dinding dan bagian lainnya dari pekerjaan sipil yang terkena
pekerjaan ini.
f. Pembuatan lubang didinding ruang pompa untuk sistem ventilasi yang
dibutuhkan.

02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Listrik adalah pengadaan catu daya sampai panel pompa,
serta pengadaan penerangan dan kotak kontak daya didalam ruang pompa.

03. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini yang dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Tata Udara adalah pengadaan exhaust fan untuk sistem
ventilasi ruang pompa.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 5

01.02.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING


01.02.01. Ketentuan Teknis Pekerjaan Sumur Dalam (Deep Well)

01. Sumur Dalam (Deepwell) yang diinginkan berkapasitas minimal 200-300 liter/menit
dengan head minimum 80 m, daya pompa sekitar 7 KW, dimana mutu air yang
dihasilkan tidak berwarna dan tidak berbau. Jenis Pompa : Submersible Pump.

Spesifikasi Teknis Pompa Deepwell :


Kapasitas/Debit : 200-300 ltr/ menit
Head Total : 100 m
Daya Motor : +/- 7 KW
Pipa Hisap : 4 inc
Pipa Tekan : 4 inc

02. Konstruksi Sumur menggunakan casing pipa pvc 4 - 6 inc sampai dengan kedalaman
80-100 meter.

03. LAIN-LAIN
1. Penawaran yang diusulkan oleh Kontraktor untuk pembuatan sumur dalam
ini,meliputi :
Pengeboran, Penyediaan Submersible Pump, Pipa-pipa sampai dengan GWT,
pengkabelan, sambungan listrik, box panel dan hal-hal lain agar sumur dapat
berfungsi dengan baik.
2. Hal lain yang belum termasuk dalam ketentuan ini akan dibicarakan pada saat
rapat penjelasan.
3. Bila ada pekerjaan-pekerjaan yang tidak tertuang atau tidak disebutkan dalam
pasal spesifikasi ini maka pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilaksanakan
/dikerjakan sesuai gambar.
4. Seluruh pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar.
5. As built drawing, gambar asli, copynya dibuat rangkap 3 (tiga) di jilid rapih, sesuai
atas persetujuan Pimpinan Pelaksana.
6. Foto dan dokumentasi mulai dari pekerjaan 0%, 25%, 50%, 75% & 100% dibuat
masing-masing 4 (empat) rangkap.

01.02.02. Ketentuan Teknis Pekerjaan Pipa


01. Pipa penyalur air bersih yang dipergunakan adalah pipa PPR (Poly Propylene)
Medium Class yang diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam Standard Industri
Indonesia No. 06-0084-2002 lengkap dengan peralatan bantu pemipaannya.
Spesifikasi pipa PPR
Pengunaan : Air Bersih
Tekanan standard 10 bar (air bersih)

Uraian Keterangan

Pipa Poly Propylene (PPR)


Sambungan / fitting :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 6

 Elbow, socket, Tee, Poly Propylene, Injection Moulded Pressure fitting,


Reducer Solvent joint type

 Valves Dia. 50 mm kebawah, bronze atau A-metal body class


125 lb (10 bar) dengan sambungan ulir, BS 21 atau
ANSI B 2.1
Dia. 65 mm keatas, bronze class 125 lb (10 bar)
dengan sambungan flanges.

02. Pipa yang dipergunakan untuk penyaluran air kotor, air bekas dan air hujan harus
terbuat dari bahan PVC Klas AW untuk kelas operasi pada tekanan kerja sebesar 10
Kg/cm² sesuai dengan ketentuan JIS K. 6741.

01.02.03. Ketentuan Teknis Peralatan Bantu Pemipaan

01. Katup operasi yang berdiameter lebih besar dari 2,5" harus terbuat dari bahan besi
cor dengan sambungan jenis Flange standard JIS, sedangkan untuk diameter 2,5"
atau lebih kecil harus terbuat dari bahan bronze dengan sambungan ulir, kelas 10 K
tekanan kerja minimum 10 Kg/cm².

02. Alat ukur tekanan aliran air yang dipergunakan harus mempunyai batas pengukur
sampai dengan 1,5 kali tekanan kerja normal dan berdiameter tidak kurang dari 10 cm
dalam pemasangannya, alat ini harus dilengkapi dengan cock valve dan pipa
penyambungan ¾".

03. Foot Valve yang dipergunakan hendaknya bersifat sebagai penyaring dan penahan
lajur air diatasnya. Ukuran Foot Valve harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar rencana, alat ini hendaknya dilengkapi dengan tali baja penggerak bagian
pemberatnya untuk membersihkan kotoran yang terdapat disekitar lubang air masuk
tanpa harus membuka bagian tersebut.

04. Check Valve yang dipergunakan harus merupakan tipe Non Water Hammer dan
selama operasinya tidak menimbulkan bunyi yang berarti. Diameter alat ini
ditunjukkan dalam gambar rencana sesuai dengan ukuran pipanya.

05. Setiap hubungan pipa dengan pompa harus dilengkapi dengan pipa fleksibel yang
terbuat dari bahan karet dimana penyambungannya dengan sistem Flange. Diameter
alat ini harus sesuai dengan ukuran pipa yang terhubung.

06. Air Release Valve dan Air Vent Valve yang dipergunakan harus mempunyai tekanan
kerja tidak kurang dari 10 Kg/Cm², terbuat dari bahan besi cor dengan Trim Valve yang
terbuat dari Bronze.

07. Pressure Reducing Valve yang dipergunakan harus terbuat dari bahan besi cor,
dengan lembaran katup terbuat dari Bronze. Alat ini harus dipilih yang dapat menahan
tekanan kerja dari 10 Kg/cm² ke tekanan kerja 0,5 - 5 Kg/cm².

08. Penyambungan pipa yang berdiameter lebih kecil atau sama dengan 2½" adalah tipe
ulir bagi pipa yang diameternya lebih besar penyambungan dengan Flange.
Dikecualikan pada ketentuan ini adalah penyambungan pipa kesemua peralatan
seperti pompa, katup operasi, meter air dan lain-lain peralatan sejenis, harus
mempergunakan jenis sambungan Flange standard JIS (pipa sama atau lebih besar
dari 3") dan sambungan union (pipa lebih kecil dari 3").

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 7

09. Kelas operasi semua peralatan bantu seperti Long Bouw Elbouw, Socket, Reducer,
Valves dan lain peralatan bantu yang sejenis khusus untuk pipa baja harus dari kelas
10 K.

10. Peralatan bantu pemipaan untuk pipa jenis PPR, harus terbuat dari bahan yang sama
dengan bahan pipa dan diproduksi dengan proses injeksi untuk penyambungan lem.

11. Lem yang dipergunakan dalam melaksanakan penyambungan pipa PPR, harus
sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuat pipa dan alat bantunya.

01.02.03. Ketentuan Teknis STP

01. Pemborong diminta untuk menawarkan Sistem Sewage Treatment Plant (STP) jenis
Package Bio Filtration dengan ketentuan sebagai berikut ;
01. Kapasitas = 50 m³/day
02. Influent BOD = 300 mg/l
Influent SS = 300 mg/l
03. Effluent BOD = 20 mg/l
Effluent SS = 30 mg/l
04. Sistem yang dipergunakan adalah sistem extended aeration activated sludge.

02. Secara garis besar urutan proses sistem Sewage Treatment Plant jenis Package Bio
Filtration adalah sebagai berikut ;
01. Proses penyaringan (bar screen) dan penghancuran (comminutor) terhadap
kotoran kasar.
02. Bak Penampungan (Equalizing Tank) yang dilengkapi sistem aerasi dengan
mempergunakan Aerator.
03. Equalizing Pump.
04. Bak aerasi.
05. Bak pengendapan.
06. Chlorination system.
07. Clear tank lengkap dengan pompa effluent.
08. Sludge tank.

03. Pemborong diminta untuk melengkapi semua peralatan pembantu yang dibutuhkan
agar sistem dapat bekerja dengan sempurna.

04. Pemborong diminta untuk melengkapi penawaran dengan melampirkan perhitungan


(engineering calculation) untuk sistem Sewage Treatment Plant tersebut.

01.02.04. Ketentuan Teknis Alat Kontrol Operasi

01. Alat kontrol tekanan kerja atau pressure switch yang dipergunakan harus mempunyai
batas operasi minimum sesuai dengan kebutuhan seperti yang diberikan dalam
gambar rencana. Alat ini hendaknya mempunyai kontak bantu operasi dua macam
Normally Open dan Normally Close. Kontak bantu tersebut harus terpisah satu
dengan yang lain.

02. Alat kontrol ketinggian air atau level switch yang dipergunakan adalah tipe elektroda
dan mempunyai dua kontak bantu operasi, yaitu Normally open dan Normally Close
yang terpisah satu dengan lainnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 8

03. Alat kontrol ketinggian air lainnya yaitu float switch dengan ketentuan sama seperti
level switch dan float valve dengan kelambatan waktu operasi.

04. Alat penunjuk ketinggian air atau Level Indicator yang dipergunakan adalah tipe
pelampung, konstruksi alat ini harus sedemikian rupa sehingga tidak terpengaruh oleh
aliran dalam tangki. Penunjukkan ketinggian air didalam ruang pompa hendaknya
didasarkan pada ketinggian pelampung yang menggerakkan tongkat baja anti
karat/stainless steel yang diberikan warna. Pemborong harus menyediakan papan
skala dibelakang tongkat tersebut.

01.03.00. PERSYARATAN PEMASANGAN PIPA


01.03.01. Umum

01. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.

02. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm
diantara pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.

03. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang,
membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta penghalang lainnya.

04. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan
antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan
fungsi sistem dan yang diperlihatkan dalam gambar.

05. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan
union atau Flanges.

06. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang


pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.

07. Reducers dan expanders yang terletak dijalur pipa-pipa uap pada posisi horisontal
dasarnya harus datar untuk memungkinkan drainase. Perpipaan untuk uap harus
menurun searah dengan aliran uap.

08. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut, kecuali
seperti diperlihatkan dalam gambar.
a. Dibagian dalam bangunan :
 Garis tengah 150 mm atau lebih kecil 2,52%
b. Dibagian luar bangunan :
 Garis tengah 150 mm atau lebih kecil 1,5%
 Garis tengah 200 mm atau lebih besar 1%

09. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan.
Drain dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun
pengurangan.

10. Setiap belokan pipa harus diberi penguat agar sambungan tidak mudah lepas apabila
didalam tanah harus diberi blok-blok beton.

11. Katup (Valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katub (Valve handled) tidak boleh menukik.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 9

12. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa
secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang
dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.

13. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa
dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan
fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.

14. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur- angkur pipa dan pengarah-pengarah
pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta peregangan terjadi pada alat-
alat tersebut, sesuai dengan permintaan dan persyaratan pabrik.

15. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipa sleeves harus disediakan dimana
pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit. Dimana
pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang kososng diantara sleeves dan pipa-
pipa harus dipakai dengan bahan rock wool.

16. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan
menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.

17. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.

18. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

19. Pipa dalam tanah harus bebas dari bahan-bahan keras dan harus diurug pasir setebal
10 cm sekeliling pipa.

20. Pemasangan peralatan kontrol pada pipa harus pada pipa horisontal dan
diperhitungkan agar pada tempat aliran air yang laminer

01.03.02. Penggantung dan Penunjang Pipa

01. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel
dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau
regangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel
berikut ini:

Batas Maximum Ruang


Jenis Pipa Ukuran Pipa Interval Mendatar (m) Interval Tegak
(m)

Sampai 20 1,8 2
25 s/d 40 2,0 3
Pipa Besi 50 s/d 80 3,0 4
100 s/d 150 4,0 4
200 atau lebih 5,0 4

Pipa PVC 50 0,6 0,9


80 0,9 1,2
100 1,2 1,5
150 1,8 2,1

02. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 10

a. Perubahan-perubahan arah
b. Titik percabangan
c. Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.

03. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar sebagai berikut :
a. Diameter Batang

Ukuran Pipa Batang

Sampai 20 mm 6 mm
25mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanam 5
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas dihitung
dng
Penunjang pipa lebih dari 2 faktor keamanan 5 terhadap kekuatan puncak.

b. Bentuk gantungan
 Untuk yang lain-lain Split Ring type atau Clevis type.

04. Pengapit pipa baja yang galvanis harus disediakan untuk pipa tegak.

05. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum
dipasang.

01.03.03. Cara Pemasangan Pipa Air Limbah Dalam Tanah

01. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.


02. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.
03. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan
adukan semen.
04. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan.
05. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.
06. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
07. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar.
08. Setiap belokan diberi penunjang dengan blok- blok beton.

01.03.04. Pemasangan Katup-katup

Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk
bagian- bagian berikut ini :
01. Sambungan masuk dan keluar peralatan.
02. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Di ruang mesin

Ukuran Pipa Ukuran Katup

Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 11

03 Ventilasi udara otomatis.


04. Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.
05. Katup pengurang tekanan (Pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan
kebawah.
06. Katup by-pass.

01.03.05. Pemasangan Strainer

Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini :
01. Katup-katup Pengontrol
02. Katup-katup Pengurang tekanan.
03. Steam traps

01.03.07. Pemasangan Katup-katup Pelepasan Tekanan

Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan ditempat-tempat yang mungkin timbul


kelebihan tekanan.

01.03.08. Pemasangan Katup-katup Pengaman

Katup-katup Pengaman harus disediakan di tempat- tempat yang dekat dengan sumber
tekanan.

01.03.09. Pemasangan Ven Udara Otomatis

Ven udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan kantong udara.

01.03.11. Pemasangan Katup-katup Pengurangan Tekanan

Katup-katup Pengurangan Tekanan harus disediakan ditempat-tempat dimana tekanan


pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

01.03.12. Pemasangan Sambungan Fleksibel

Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dari sumber getaran.

01.03.14. Pemasangan Pengukur Tekanan

Pengukur tekanan harus disediakan tempat yang perlu untuk mengukur, antara lain :
01. Steam outlets and inlets of steam header
02. Katup-katup pengurang tekanan.
03. Katup-katup pengontrol.
04. Setiap pompa.
05. Setiap bejana tekan.

01.03.15. Penyambungan Pipa-pipa

01. Sambungan ulir


a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku
untuk ukuran sampai dengan 50 mm (2")
b. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 12

c. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan Zinkwite


dengan campuran minyak.
d. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan
reamer.
e. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

02. Sambungan Las


a. Sistem sambungan las berlaku untuk sistem pemadam kebakaran.
b. Sambungan las ini berlaku antara pipa BS dan fitting las.
Kawat las atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
c. Sebelum pekerjaan las dimulai Pemborong harus mengajukan kepada Direksi
contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
d. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Direksi/Pengawas.
e. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
f. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik
menurut penilaian Direksi/Pengawas.

03. Sambungan Lem


a. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
b. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus dipergunakan
alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat
pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang
pipa.
c. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari
pabrik pipa.

04. Sambungan yang mudah dibuka.


Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat seniter sebagai berikut :
a. Antara Lavatory Faucet dab Supply Valve.
b. Pada waste fitting dan shipon.
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh oleh adanya paking dan bukan seal
threat.

05. Sleeves
a. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus kontruksi beton.
b. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran
diluar pipa ataupun isolasi.
c. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus kontruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air ( Water proofing ) harus dari jenis “Flushing Sleeves”.
e. Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat ke- dap air dengan rubber sealed
atau “Caulk”.

06. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan
di setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/
metode-metode yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 13

01.04.00. PENGECATAN

01. Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :

Pipa servis
Support pipa dan peralatan Kontruksi besi
Flens

Peralatan yang belum dicat dari pabrik


Peralatan yang catnya harus diperbarui

02. Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

Lokasi Pengecatan Pengecatan


Pipa dan peralatan dalam plafond Zinchromate primer 2 lapis.

Pipa dan peralatan expose Zinchromate primer 2 lapis dan cat akhir 2 lapis.

Pipa dalam tanah Bitumen 2 lapis.

01.05.00. LABEL KATUP (VALVE TAG)

01. Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan.

02. Fungsi-fungsi seperti "Normally Open" atau "Normally Close" harus ditunjukkan ditags
katup.

03. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

01.06.00. KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LISTRIK

Ketentuan mengenai pemasangan bahan/peralatan listrik untuk pekerjaan ini, harus


mengikuti ketentuan yang tertera didalam ketentuan Pekerjaan Listrik.

01.07.00. KETENTUAN PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen Konstruksi


dan Pemberi Tugas. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Mamajemen Konstruksi dan
wakil Pemberi Tugas dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian atas kebocoran pemakaian pipa air bersih dilaksanakan untuk setiap
bagian dari pekerjaan dengan memberikan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja
normal tapi tidak kurang dari 15 Kg/cm² selama jangka waktu tidak kurang dari 2 jam.
Selama pengujian ini tidak diijinkan adanya penurunan tekanan kerja.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 14

04. Pengujian atas kebocoran pemakain harus dilaksanakan untuk keseluruhan bagian
dari pekerjaan dengan memberikan tekanan kerja normal selama jangka waktu tidak
kurang dari 12 jam dimana selama pengujian tidak diperkenankan adanya penurunan
tekanan kerja.

05. Setelah pengujian kebocoran dilakukan dan berhasil dengan baik, maka Pemborong
diwajibkan melaksanakan pembilasan jaringan dengan mengeluarkan air disetiap titik
pemakaian pada tekanan 2 Kg/cm² selama jangka waktu tidak kurang dari 5 menit.

06. Pengujian atas kebocoran pemakaian harus dilaksanakan untuk yang terakhir kalinya
dengan pemakaian jaringan selama 6 x 24 jam dimana lama pemakaian tidak kurang
dari 6 jam setiap hari tanpa adanya gangguan dan atau kerusakan.

07. Setelah seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik maka Pemborong wajib
melaksanakan cuci hama pada seluruh jaringan dengan mempergunakan larutan
chlorine, sehingga setelah 2 jam terdapat kadar Chlorine diujung pipa sebanyak 5
PPM.

08. Pengujian khusus untuk instalasi pipa air bekas, air kotor, venting dan air hujan
dilakukan secara gravitasi dengan mengisikan air ke semua pipa dan penurunan
permukaan air tidak diijinkan.

09. Pengujian pekerjaan listrik khusus untuk pekerjaan ini ditujukan untuk memeriksa hal-
hal sebagai berikut :
a. Tahanan isolasi gulungan motor,
b. Tahanan isolasi semua kabel daya dan kabel control,
c. Tahanan pentanahan,
d. Tahanan kerja peralatan dalam satu kesatuan sistem.

10. Pengujian hasil pelaksanaan lainnya, ditujukan untuk memeriksa kondisi kerja setiap
sistem pekerjaan termasuk seluruh alat kontrolnya.

11. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan yang terjadi selama
pengujian dan seluruh biaya perbaikan tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong.

12. Pengawas berhak menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas,
apabila ditemukan adanya gangguan dan atau kerusakan selama dilakukannya
pengujian.

13. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
diadakannya pemeriksaan oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang dan hasil
pelaksanaan dapat diterima oleh Lembaga Pemerintah tersebut.

01.08.00. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. Motor penggerak pompa yang dipergunakan adalah produk Siemens.

02. Pompa type centrifugal end suction yang dipergunakan adalah produk Grundfoss,

03. Packaged Booster pump yang dipergunakan adalah produk Grundfos,

04. Pipa Baja yang dipergunakan adalah produksi dari Spindo.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 15

05. Pipa PVC yang dipergunakan adalah hasil produksi dari Rucika.

06 Pipa PPR yang dipergunakan adalah hasil produksi dari TORO type CT.

07. Gate/globe Valve Screw type, yang dipergunakan adalah produk KITZ.

08. Gate/Globe Valve Flange type, yang dipergunakan adalah produk KITZ.

09. Ball Valve yang dipergunakan KITZ.

10. Butterfly Valve yang dipergunakan adalah produk Kitz.

11. Balancing Valve yang dipergunakan adalah Keystone.

12. Check Valve Spring type yang dipergunakan adalah produk Okumura, Duo Check
atau Super Check.

13. Safety Valve, Pressure Reducing Valve, Y Strainer yang dipergunakan adalah produk
Armstrong.

14. Check Valve Swing type yang dipergunakan adalah Kitz.

15. Foot Valve yang dipergunakan adalah produk Socla.

16. Level Switch Pressure Switch, yang dipergunakan Nagano.

17. Pressure gauge, yang dipergunakan Nagano.

18. Isolasi Air Panas ynag dipergunakan adalah produk Thermaflex.

19. Alat kontrol operasi yang dipergunakan adalah produk PENN atau yang disetujui.

20. Fexible Joint yang dipergunakan adalah produk Muraflex.

21. Bahan dan peralatan untuk pekerjaan listrik dalam pekerjaan ini adalah sama seperti
yang tertera didalam Ketentuan Teknis Pekerjaan Listrik.

22. Lain lain bahan dan peralatan yang tidak diuraikan dalam ketentuan ini, harus
diusulkan oleh Pemborong dan dijelaskan dalam penawaran.

23. Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap bahan dan
peralatan.

24. Apabila ternyata selama periode pelaksanaan, Pemborong mengalami kesulitan


dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan penawaran dan hasil
klarifikasi, maka Pemborong diijinkan mengajukan usulan perubahannya. Tetapi bila
usul tersebut ditolak, maka semua resiko akan menjadi tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya.

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SYSTEM
PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET NO 1
DEEP WELL PUMP

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 16

 Code in the drawing : Deep Well


 Medium : Cold Water
 Pumping Temperature : 40 °C
 Type : Submersible Deep Well
 Number : 1 Unit
 Operation : Continuous
 Location : Site Plan
 Manufacturer recommended : Grundfoss

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 200 l/min


 Total Head : 100 mwc
 Efficiency min. : 60 %
 Pump rotation : 2900 rpm
 NPSH : -- mwc
 Shaft Seal : Mechanical
Seal
 Electric Motor rated : 5.5/7.5 KW/HP
 Power Source : 3/380/50 ph/V/Hz
 Using : Well
 Type of motor : Flame Roof
 Insulation : Class E

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SYSTEM
PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET NO 2
RAW WATER PUMP

 Code in the drawing : Raw Water Pump


 Medium : Cold Water
 Type : Centrifugal End Suction
 Number : 2 Unit
 Operation : Single Alternate
 Location : Pump Room
 Manufacturer recommended : Grundfoss
 Flow Rate Capacity : 300 liter/menit
 Total Head : 40 mwc
 Pump rotation : 2900 rpm
 Electric Motor rated : +/- 3.5 KW
 Power Source : 3/380/50 ph/V/Hz
 Type of motor : Totally enclosed fan cooled
 Insulation : Class E

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SYSTEM

PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 3

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 17

SAND FILTER

 Code in the drawing : Sand Filter


 Medium : Cold Water
 Type : Polyester Pressure Filter
 Number : 1 Unit
 Operation : Continuous
 Location : Pump Room
 Manufacturer recommended : Yuki or equal approved

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 300 liter/menit


 Working Pressure : 6 Bar
 Bach Wash : Manual
 Valve Type : Butterfly

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SYSTEM

PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 4


CARBON FILTER

 Code in the drawing : Carbon Filter


 Medium : Cold Water
 Type : Polyester Pressure Filter
 Number : 1 Unit
 Operation : Continuous
 Location : Pump Room
 Manufacturer recommended : Prominent or equal approved

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 300 liter/menit


 Working Pressure : 6 Bar
 Bach Wash : Manual
 Valve Type : Butterfly

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SYSTEM

PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 5


CHEMICAL FEEDER

 Code in the drawing


 Medium : Cold Water
 Operation : Continuous

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 18

 Number : 1 Set (1 on 1 standby)


 Location : Pump Room

The Chemical feed system as a packaged unit and included the following :

1. Dosing Pump
 Brand : CFG Prominent or equal approved
 System : Electronic operated
 Flow Rate : 60 liter/jam
 Type : Single Pumping Heads

2. Polyethylene Tank
 Tank Volume : 500 Liters

3. Electric Strainer
 Brand : Prominent or equal approved
 Shaft and coupling : Stainless Steel
 Propeller : Polyproylene
 Power Supply : 220-240 volt /Iph/50Hz

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SUPPLY

PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 6


TRANSFER PUMP

 Code in the drawing


 Medium : Cold Water
 Pumping Temperature : 30 °C
 Type : Centrifugal End Suction
 Number : 2 Unit
 Operation : Single Alternate
 Location : Pump Room
 Manufacturer recommended : Grundfoss

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 300 liter/menit


 Total Head : 60 Mwc
 Efficiency min. : 50 %
 Pump rotation : 2900 rpm
 NPSH : -- mwc
 Shaft Seal : Mechanical Seal
 Electric Motor rated : +/- 5 KW
 Power Source : 3/380/50 Ph/V/Hz
 Using : Indoor
 Type of motor : Totally enclosed fan cooled
 Insulation : Class E

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 19

TECHNICAL SPECIFICATION

 According to pump technical specification, except for :

ADDITIONAL SUPPLEMENT SHALL BE PROVIDED

This equipment completely with : - Control panel


- Base plate and mounting
- Coupling base
- Vibration isolator

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 20

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER
PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 7
BOOSTER PUMP

 Code in the drawing : Package Booster Pump


 Medium : Cold Water
 Pumping Temperature : 30 °C
 Type : Package Booster Pump Constant Discharge
Pressure
 Number : 1 Set (1 on 1 standby)
 Operation : Two pumping single / paralel alternate in three
pumps
system, one unit pump stand by
 Location : Roof Floor
 Manufacturer recommended : Grundfoss,

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 100 Liter/menit/unit


 Total Head : 30 mwc
 Efficiency min. : 50 %
 Pump rotation : 1450/2900 rpm
 NPSH : -- mwc
 Shaft Seal : Mechanical Seal
 Electric Motor rated : +/- 1 KW/unit
 Power Source : 3/380/50 ph/V/Hz
 Using : Outdoor
 Type of motor : Totally enclosed fan cooled
 Insulation : Class E

TECHNICAL SPECIFICATION

 The pump package unit shall be package recommended manufacturer

ADDITIONAL SUPPLEMENT SHALL BE PROVIDED

This equipment completely with - Control panel


- Base plate and mounting
- Coupling base
- Vibration isolator
- Pressure tank, type membran
- Valves and flexible joint
- Pressure switch
- Pressure gauge

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 21

EQUIPMENT SCHEDULE PLUMBING


APPLICATION : DOMESTIC COLD WATER SYSTEM

PROJECT : KANTOR PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 9


ROOF WATER TANK

 Code in the drawing


 Medium : Cold Water
 Type : Panel Tanks (Size of Panel Modul 1m x 1m)
 Number : 1 Unit
 Capacity : 1 unit 10 m³
 Location : Roof Floor
 Manufacture recommended : Induro, or equal approved
 Material : Fibre Glass Reinforced Plastic Injection Moulding
 This Tank Completely with : - Manhole
- Outlet, Inlet
- Drainage
- Sight Glass
- Over Flow
- Ladder
- Base Plate and reinforced steel etc.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 22

02.00.00 : PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN

02.01.00 : LINGKUP PEKERJAAN

02.01.01 : Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melaksanakan pemasangan bahan-bahan dan


peralatan yang diperlukan dalam sistem instalasi ini secara baik dan melakukan
penyetelan pada bagian bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik
untuk setiap bagian dari sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan
suatu operasi dari sistem secara sempurna dan memuaskan

02. Pemborong diwajibkan melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan yang diuraikan dalam
pasal ini untuk setiap jenis pekerjaan sebagai berikut :
a. Sistem Pompa Elektrik, Pompa Diesel dan Pompa Jokey
b. Sistem Hydrant Box, Hydrant Pillar dan Siamese
c. Sistem Sprinkler
d. Sistem pemipaan
e. Sistem Pemadam Api Ringan (APAR)
f. Sitim kelistrikan untuk peralatan

03. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara keseluruhan
merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

04. Pemborong wajib memberitahu apabila terdapat kekurangan dan atau ke tidak jelasan
dan atau kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan, pada saat Rapat
Penjelasan Pelelangan.

05. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

02.01.02 : Lingkup Pekerjaan Pemadam Kebakaran

01. Sistem pemadam kebakaran yang merupakan lingkup pekerjaan adalah suatu sistem
penyaluran air yang berasal dari Tangki Air Bawah Tanah (GWT) dengan bantuan
pompa beserta semua kelengkapannya ke setiap titik pemakaian seperti ditunjukkan
dalam gambar rencana.
Dimasukkan didalam lingkup pekerjaan ini pengadaan dan pemasangan peralatan
pemadam api dengan bahan pemadam kimia.

02. Secara garis besar yang termasuk dalam lingkup pekerjaan pemadam kebakaran ini
adalah :
a. Pompa Pemacu (Jockey Pump)
b. Pompa Pemadam Kebakaran Listrik (Electric Fire Pump)
c. Pompa Pemadam Kebakaran Diesel (Diesel Fire Pump)
d. Pemipaan mulai dari Ground Water Tank, Ruang Pompa sampai dengan ke titik-
titik pemakaian, antara lain Sprinkler Head, Hydrant Box, Hydrant Pillar, Fire
Siamese dan peralatan lainnya yang sejenis seperti ditunjukkan dalam gambar
rencana.
e. Peralatan bantu pemipaan termasuk katup-katup operasi yang dibutuhkan.
f. Panel pompa kebakaran dan pengkabelan sampai kesetiap pompa dan peralatan
kontrolnya.
g. Semua peralatan kontrol yang dibutuhkan untuk operasi sistem secara sempurna.
h. Pressure Tank dan peralatannya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 23

i. Peralatan pemadam kebakaran antara lain Hydrant Box, Hydrant Pillar, Fire
Siamese, Sprinkler Head, Pemadam Api Ringan dan peralatan lainnya.
j. Sistem pentanahan semua peralatan yang memerlukan.
k. Peralatan sistem instalasi bahan bakar untuk Diesel Fire Pump yang meliputi
antara lain :
 Interkoneksi pipa bahan bakar dari pipa induk bahan bakar ke fuel day tank.
 Fuel Day Tank
 Pemipaan dari Fuel Day Tank ke Diesel Fire Pump.

03. Sistem Kelistrikan Untuk Peralatan


Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem penyaluran daya listrik dari
panel pompa di ruang pompa kesemua peralatan dalam lingkup pekerjaan ini termasuk
semua alat pengatur operasinya seperti ditunjukkan dalam gambar rencana. Dalam hal
ini, pentanahan panel dan sistem daya bagi peralatan dimasukkan dalam lingkup
pekerjaan ini.

02.01.03 : Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Sipil adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan Tangki Air Bawah Tanah (GWT)
b. Pembuatan Pondasi Semua Pompa
c. Pembuatan Shaft Pipa
d. Pembuatan Lubang Sleeve di Tangki Air Bawah Tanah
e. Pembuatan Sump Pit termasuk lubang sleevenya
f. Perapihan kembali dinding dan bagian lain dari pekerjaan sipil yang terkena
pekerjaan ini
g. Pembuatan lubang di dinding ruang pompa untuk sistem ventilasi yang dibutuhkan.

02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Listrik adalah pengadaan catu daya sampai panel pompa.

03. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Telekomunikasi adalah :
a. Pengadaan terminal hubungan operasi dengan sistem panggilan ke Dinas
Pemadam Kebakaran dan Kepolisian.
b. Pengadaan dan pemasangan titik interkom di dalam Kotak Hydrant.

02.02.00 : KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN

02.02.01 : Ketentuan Teknis Pompa

01. Pompa Pemacu atau Jockey Pump yang dipergunakan adalah tipe Centrifugal
Multistages yang digerakkan motor listrik pada putaran sinkron 3.000 RPM dan
berkapasitas tidak kurang dari 10 GPM pada Total Head tidak kurang dari 110 meter
dengan efisiensi tidak kurang dari 70 %.

02. Pompa Pemadam Kebakaran atau Electric Fire Pump yang dipergunakan adalah tipe
Centrifugal End Suction yang digerakkan motor listrik pada putaran sinkron sebesar
3.000 RPM dan berkapasitas tidak kurang dari 750 GPM pada Total Head tidak kurang
dari 100 meter dengan efisiesni tidak kurang dari 70 %.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 24

03. Pompa pemadam kebakaran khusus yang dipergunakan digerakkan diesel


berkapasitas 750 GPM pada putaran 1500 RPM dan Total Head sebesar 100 meter.

04. Semua pompa harus dilengkapi dengan alat pencegah kebocoran aliran air dengan
mempergunakan Mechanical Seal.

05. Mesin Diesel Khusus untuk pompa yang dipergunakan harus mampu menghasilkan
suatu daya poros tidak kurang dari yang dibutuhkan pada tipe pemakaian secara terus
menerus pada kondisi kerja setempat, dimana temperatur keliling tidak melebihi 45 oC
dan rata-rata temperatur keliling adalah 40oC.

06. Mesin diesel yang dipergunakan harus mempergunakan sistem TURBOCHARGE,


pengaturan silinder dalam berbentuk V atau Inline dan bekerja pada putaran nominal
1.500 RPM.

07. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan dudukan yang terbuat dari bahan baja, dimana
antara mesin dengan dudukan dan antara dudukan dengan pondasi mesin harus
disediakan bahan peredam getaran, sedemikian rupa sehingga getaran selama operasi
mesin tidak mengganggu kondisi operasi bangunan

08. Mesin Diesel yang dipergunakan harus merupakan peralatan yang selalu siap
dipergunakan. Untuk itu mesin ini harus mempunyai perlengkapan berupa pompa
sirkulasi minyak pelumas otomatis dan manual, peredam suara pada saluran gas
buang sesuai untuk pemakaian didaerah perumahan (noise maksimum 50 dB), alat
pengisi muatan batere dengan catu daya berasal dari generator khusus dan dari
jaringan distribusi daya bangunan.

09. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur putaran mesin
secara otomatis sehingga mesin akan selalui bekerja pada outaran nominalnya dengan
toleransi tidak lebih dari 2%.

10. Mesin Diesel harus dilengkapi saringan bahan bakar dan saringan udara pembakaran
serta 2 set batere yang dipakai secara bergantian.

11. Mesin Diesel harus dilengkapi alat pengaman guna menghentikan operasi mesin dan
memberikan indikasi gangguan untuk setiap gangguan sebagai berikut :
a. Putaran kerja melebihi nilai 110% putaran nominal,
b. Tekanan kerja minyak pelumas lebih kecil dari batas nilai nominalnya (tidak kurang
dari 3 kg/cm²).
c. Temperatur kerja air pendingin melebihi nilai nominalnya (tidak kurang dari 75 oC)
d. Dan lain-lain pengaman yang dinilai perlu.

12. Mesin Diesel secara keseluruhan harus dapat dioperasikan dari Panel Pompa
Kebakaran.

13. Panel Kontrol Pompa Diesel harus mempunyai bagian yang dapat mengoperasikan
mesin secara otomatis pada saat terjadi tekanan kerja aliran air menurun sampai batas
yang ditentukan dalam Gambar Rencana.

14. Alat operasi otomatis yang dipergunakan hendaknya mampu memberikan indikasi
mengenai keadaan berikut :
a. Kegagalan Start.
b. Gangguan pada rangkaian pengisis batere,
c. Kapasitas batere lemah dan gangguan lainnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 25

15 Alat operasi otomatis harus dilengkapi dengan peralatan -peralatan seperti berikut :
a. Saklar pemilih operasi manual/otomatis.
b. Tombol penghenti bunyi bel.
c. Tombol reset.
d. Tombol penghenti operasi mesin,
e. Ampere meter dan volt meter pengisian betere,
f. Alat penunjuk kondisi muatan betere,
g. Sirene dan lampu -lampu indicator operasi dan gangguan,
h. Pemilihan sistem pengisian batere Auto- Manual,
i. Dan lain-lain peralatan yang dibutuhkan.

16. Pipa pembuangan gas buang adalah jenis pipa baja hitam berdiameter yang cukup
untuk tidak mengakibatkan terjadinya pengurangan kapasitas mesin pada
pemasangan seperti ditunjukan dalam Gambar Rencana.

17. Pipa pembuangan gas buang harus diberikan isolasi guna menahan radiasi panas
yang mungkin timbul dengan tali asbes berdiameter tidak kurang dari 0.5 Inchi sampai
setebal 2.5 CM atau lebih dan kemudian dilapis lagi dengan lembaran asbes. Isolasi
tersebut harus dipasang mulai dari pipa fleksibel penghubung mesin dengan peredam
suara sampai keluar bangunan.

18. Pemborong wajib menyediakan cerobong saluran udara bekas pendingin mesin
dengan bahan plat baja galvanised kelas BJLS 100 berbentuk seperti yang ditunjukan
dalam gambar Rencana lengkap denga penghubung fleksibel dan pengarah aliran
udaranya serta diisolasi sesuai dengan ketentuan ini.

02.02.02 : Ketentuan Teknis Pipa

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa untuk penyaluran air pemadam yang terbuat
dari bahan Black Steel Pipe (BSP) kelas Schedule 40 ASTM A120, yang diproduksi
sesuai dengan ketentuan didalam standard Industri Indonesia dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam BRITISH STANDARD dimana peralatan bantunya yang
dipakai dari kelas dengan tekanan kerja tidak kurang dari 16 kg/cm²..

02. Pemipaan air pemadam harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mengijinkan
adanya pengujian peralatan dengan tidak menyebabkan terbuangnya air dan
mengembalikan air yang dipergunakan untuk pengujian tersebut kedalam tangki air
bawah tanah.

03. Penyambungan pipa yang berdiameter lebih kecil atau sama dengan 2,5" adalah tipe
ulir. Bagi pipa yang berdiameternya lebih besar, penyambungan dengan cara las.

02.02.03 : Ketentuan Teknis Alat Pemadam

01. Alat pemadam api kimia adalah tipe BCF yang sesuai bagi kebakaran tipe ABC dan
berkapasitas tidak kurang dari 5 kg.

02. Khusus diruang Diesel , Ruang Kontrol dan Dapur Restaurant, Pemborong wajib
menyediakan alat pemadam api dengan bahan CO 2 berkapasitas 25 kg tipe Mobile.

03. Kotak Hidrant yang akan ditempatkan didalam bangunan harus sesuai dengan
penempatannya, dimana didalam kotak hidrant tersebut harus terdapat peralatan -
peralatan sebagai berikut :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 26

a. Rak penggantung selang kebakaran yang terbuat dari bahan baja anti karat.
b. Selang kebakaran terbuat dari bahan linen, panjang 30m berdiameter 1,5" dengan
Nozzle nya 1,5".
c. Landing Valve diameter 2,5".
d. Katup operasi tipe Angle Valve diameter 1,5"
e. Dan lain -lain peralatan yang diisyaratkan oleh Lembaga Pemerintah yang
berwenang.
f. Ukuran kotak hidran adalah 80 x 18 x 120 cm.

04. Kotak Hydrant hendaknya dibuat dari bahan plat baja setebal 2 mm diproses anti karat
dan dicat akhir dengan cat bakar warna merah dengan tulisan HYDRANT berwarna
putih dan disediakan tempat khusus bagi peralatan komunikasi yang akan dipasang
oleh Pemborong lain.

05. Kotak Hydrant yang akan ditempatkan diluar bangunan hendaknya dilengkapi dengan
kunci dan penutup bagian muka terbuat dari bahan kaca. Di dalam kotak Hidrant ini
hendaknya ditempatkan kunci pembuka katub operasi Tonggak Hidran. Ketentuan
lainnya adalah sama dengan ketentuan kotak hidran yang ditempatkan didalam
bangunan, hanya ukuran diameter 1,5" diganti menjadi 2,5" dan panjang selang
kebakaran adalah 2 x 30 m.

06. Tonggak Hydrant (Hydrant Pillar) yang dipergunakan harus terdiri atas 2 kepala yang
masing-masing berukuran diameter 65 mm dimana salah satu kepalanya dilengkapi
dengan koneksi pipa/selang tipe VAN DER HEIDE.

07. SIAMESE yang dipergunakan harus terdiri 2 kepala yang berukuran diameter 65 mm
dan dilengkapi dengan koneksi pipa/selang tipe VAN DER HEIDE.

08. Sprinkler Head yang dipergunakan harus dapat beroperasi dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Temperatur rating : 135 °F - 170 °F dan 175 °F - 225 °F (khusus untuk Dapur)
 Thread type : 1/2"
 Nominal orificea : 3/8"
 K- factor : 2,6 - 2,9
 Type : Pendant/Horizontal Side Wall

02.02.04 : Ketentuan Teknis Peralatan Bantu Pemipaan

01. Katup operasi yang berdiameter lebih besar dari 2,5" harus terbuat dari bahan besi cor
dengan sambungan jenis FLANGE standard JIS, sedangkan untuk diameter 2,5" atau
lebih dari bahan bronze dengan sambungan ulir. Tekanan kerja tidak kurang dari 12
kg/cm² dan sesuai dengan standard pemipaan.

02. Alat ukur tekanan aliran air yang dipergunakan harus mempunyai batas pengukuran
sampai dengan 12 kg/cm² dan berdiameter tidak kurang dari 10 cm. Dalam
pemasangannya, alat ini harus dilengkapi dengan COCK VALVE.

03. FOOT VALVE yang dipergunakan hendaknya bersifat sebagai penyaring dan penahan
lajur air diatasnya. Ukuran Foot Valve harus sesuai dengan yang ditunjukan dalam
Gambar Rencana. Alat ini hendaknya dilengkapi dengan tali baja penggerak bagian
pemberatnya untuk membersihkan kotoran yang terdapat disekitar lubang air masuk
tanpa harus membuka bagian tersebut.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 27

04. CHECK VALVE yang dipergunakan harus merupakan tipe NON WATER HAMMER
dan selama operasinya tidak menimbulkan bunyi yang berarti. Diameter alat ini
ditunjukan dalam Gambar Rencana.

05. Setiap hubungan pipa dengan pompa harus dilengkapi dengan pipa fleksible yang
terbuat dari bahan karet dimana penyambungannya dengan sistem Flange. Diameter
alat ini harus sesuai dengan ukuran pipa yang terhubung.

06. AIR RELEASE VALVE dan AIR VENT VALVE yang dipergunakan harus mempunyai
tekanan kerja tidak kurang dari 12 kg/cm², terbuat dari bahan besi cor dengan trim
valve yang terbuat dari bronze.

07. PRESSURE REDUCING VALVE yang dipergunakan harus terbuat dari bahan besi cor
dengan main valve terbuat dari bronze. First side pressure 16 kg/cm² daan second side
pressure 0,5 - 5 kg/cm².

08. ALARM CONTROL VALVE harus dilengkapi dengan :


 Katup pengatur, yang dapat menunjukan dengan jelas posisi terbuka maupun
tertutup dan dapat disegel/di kunci pada posisi terbuka.
 Katup tanda Bahaya
 Katup uji.
 Gong tanda bahaya
 Pengukur tekanan dan lain-lain.

09. Tangki tekan (Pressure tank) yang dipergunakan harus berkapasitas tidak kurang dari
1000 liter, terbuat dari bahan plat baja yang diproses anti karat. Alat ini hendaknya
mempunyai perlengkapan berupa Outlet, Inlet, Safety valve, Air Inlet, Sight Glass, Man
Hole, Pressure Gauge dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan.

02.02.05 : Ketentuan Teknis Alat Kontrol Operasi

01. Alat kontrol aliran air atau Flow Switch yang dipergunakan harus mempunyai diameter
yang sama seperti diameter pipa yang terhubung. Alat ini hendaknya mempunyai
karakteristik operasi dengan kelambatan waktu (Delay Action) dan mempunyai dua
kontak bantu operasi dua macam, yaitu Normally Open dan Normally Close yang
terpisah satu dengan lainnya.

02. Alat kontrol tekanan kerja atau Pressure Switch yang dipergunakan harus mempunyai
batas operasi minimum sesuai dengan kebutuhan seperti yang diberikan dalam
Gambar Rencana. Alat ini hendaknya mempunyai kontak bantu operasi dua macam,
Normally Open dan Normally Close yang terpisah satu dengan lainnya.

03. Alat kontrol ketinggian air atau Level Switch yang dipergunakan adalah tipe Elektroda
dan mempunyai dua kontak Close yang terpisah satu dengan lainnya.

04. Priming Tank yang dipergunakan hendaknya terbuat dari bahan plat baja setebal 3 mm
atau lebih yang diproses anti karat berkapasitas tidak kurang dari 150 liter. Konstruksi
dan bahan dudukaaan tangki ini ditunjukan pada Gambar Rencana. Secara
keseluruhan, alat ini harus dilapis dengan Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis
dan pada bagian luarnya dicat dan warnanya akan ditentukan kemudian.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 28

02.03.00 : PERSYARATAN PEMASANGAN

01. Umum
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50
mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta
penghalang lainnya.
d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang
diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya,
sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan digambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan UNION atau FLANGES.
f. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan
cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
g. Setiap belokan pipa harus diberi penguat agar sambungan tidak mudah lepas
apabila didalam ta nah harus diberi blok-blok beton.
h. Katup (Valve) dan saringan (strainer) harus mu dah dicapai untuk pemeliharaan
dan penggantian pegangan katub (Valve Handled) tidak boleh menukik.
i. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur
pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-
alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.
j. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa
dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan.
Katup-katup dan fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
k. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipa sleeves harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-
langit.
Dimana pipa-pipa melalui dinging tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves
dan pipa- pipa harus dipakal dengan bahan rock wool.
l. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup
dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda
lain.
m. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.
n. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
o. Pipa dalam tanah harus bebas dari bahan-bahan keras dan harus diurug pasir
setebal 10 cm sekeliling pipa
p. Pemasangan peralatan kontrol pada pipa harus pada pipa horisontal dan
diperhitungkan agar pada tempat aliran air yang laminer.

02. Penggantung dan Penunjang Pipa


a. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel
dengan tepat dan sem purna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian
atau regangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam
tabel berikut ini:

Batas Maximum Ruang


Jenis Pipa Ukuran Pipa Interval Mendatar Interval Tegak
(m) (m)
Sampai 20 1.8 2
25 s/d 40 2.0 3

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 29

Pipa Besi 50 s/d 80 3.0 4


100 s/d 150 4.0 4
200 atau lebih 5.0 4
50 0.6 0.9
Pipa PVC 80 0.9 1.2
100 1.2 1.5
150 1.8 2.1

b. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini
 Perubahan-perubahan arah
 Titik percabangan
 Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.
c. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar sebagai berikut :
 Diameter Batang

Ukuran Pipa Batang


Sampai 20 mm 6 mm
25mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15mm
300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanam 5
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas
Penunjang pipa lebih dari 2 dihitung dengan faktor keamanan 5
terhadap kekuatan puncak.

 Bentuk gantungan
Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.

d. Pengapit pipa baja yang galvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
e. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat
sebelum dipasang.

03. Cara pemasangan pipa dalam tanah.


a. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
b. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.
c. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan
adukan semen.
d. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan.
e. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.
f. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
g. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar.
h. Setiap belokan diberi penunjang dengan blok- blok beton.

04. Pemasangan Katup-katup.


a. Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan
untuk bagian- bagian berikut ini :
 Sambungan masuk dan keluar peralatan.
 Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Di ruang Mesin

Ukuran Pipa Ukuran Katup

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 30

Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm

 Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.


 Katup pengurang tekanan (Pressure Reducing Valve, PRV) untuk aliran
keatas dan kebawah.
 Katup by-pass.

05. Pemasangan Strainer.


Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini :
a. Katup-katup Pengontrol
b. Katup-katup Pengurang tekanan

06. Pemasangan Katup-katup Pelepasan Tekanan.


Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan ditempat-tempat yang mungkin
timbul kelebihan tekanan.

07. Pemasangan Katup-katup Pengaman.


Katup-katup Pengaman harus disediakan di tempat- tempat yang dekat dengan
sumber tekanan.

08. Pemasangan Ven Udara Otomatis.


Ven udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan kantong udara.

09. Pemasangan Katup-katup Pengurangan Tekanan.


Katup-katup Pengurangan Tekanan harus disediakan ditempat-tempat dimana
tekanan pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

10. Pemasangan sambungan fleksibel.


Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dari sumber
getaran.

11. Pemasangan Pengukur Tekanan.


Pengukur tekanan harus disediakan ditempatkan yang perlu untuk mengukur, antara
lain :
a. Katup-katup pengurang tekanan.
b. Katup-katup pengontrol.
c. Setiap pompa.
d. Setiap bejana tekan.

12. Penyambungan pipa-pipa


a. Sambungan ulir
 Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir
berlaku untuk ukuran sampai dengan 50 mm. (2")
 Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada
pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
 Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan Zinkwite
dengan campuran minyak.
 Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan
reamer.
 Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 31

b. Sambungan Las
 Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
 Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.
Kawat las atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang
dilas.
 Sebelum pekerjaan las dimulai Pemborong harus mengajukan kepada Direksi
contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
 Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Direksi/Pengawas.
 Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
 Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik
menurut penilaian Direksi/Pengawas.
c. Sleeves
 Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus kontruksi beton.
 Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran diluar pipa ataupun isolasi.
 Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
 Untuk pipa-pipa yang akan menembus kontruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (Water proofing ) harus dari jenis "Flushing Sleeves".
 Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat ke- dap air dengan rubber
sealed atau "Caulk"

13. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di
setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/ metode-
metode yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.

02.04.00 : PENGECATAN

01. Umum

Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :


 Pipa servis
 Support pipa dan peralatan Kontruksi besi
 Flens
 Peralatan yang belum dicat dari pabrik
 Peralatan yang catnya harus diperbarui

02. Pengecatan

Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

Lokasi Pengecatan Pengecatan

Pipa dan peralatan dalam plafond Zinchromate primer 2 lapis.

Pipa dan peralatan expose Zinchromate primer 2 lapis


dan cat akhir 2 lapis.

Pipa dalam tanah Bitumen 2 lapis.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 32

02.05.00 : LABEL KATUP (VALVE TAG)

1. Tags untuk katup harus disediakan ditempat- tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan.
2. Fungsi-fungsi seperti "Normally Open" atau "Normally Close" harus ditunjukkan ditags
katup.
3. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

02.06.00 : KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LISTRIK

Ketentuan mengenai pemasangan bahan/peralatan listrik untuk pekerjaan ini, harus


mengikuti ketentuan yang tertera didalam ketentuan Pekerjaan Listrik.

02.07.00 : KETENTUAN PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen Kpnstruksi


dan Pemberi Tugas. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan
wakil Pemberi Tugas dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian atas kebocoran pemakaian pipa Pemadam Kebakaran dilaksanakan untuk
setiap bagian dari pekerjaan dengan memberikan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan
kerja normal tapi tidak kurang dari 16 Kg/cm² selama jangka waktu tidak kurang dari 2
jam.
Selama pengujian ini tidak diijinkan adanya penurunan tekanan kerja.

04. Pengujian atas kebocoran pemakaian pipa Pemadam Kebakaran harus dilaksanakan
untuk keseluruhan bagian dari pekerjaan dengan memberikan tekanan sebesar 1,5 kali
tekanan kerja normal tapi tidak kurang dari 16 Kg/cm² selama jangka waktu tidak
kurang dari 6 jam. Selama pengujian ini tidak diperkenankan adanya penurunan
tekanan kerja.

05. Pengujian atas kebocoran pemakain harus dilaksanakan untuk keseluruhan bagian
dari pekerjaan dengan memberikan tekanan kerja normal selama jangka waktu tidak
kurang dari 12 jam dimana selama pengujian tidak diperkenankan adanya penurunan
tekanan kerja.

06. Setelah pengujian kebocoran dilakukan dan berhasil dengan baik, maka Pemborong
diwajibkan melaksanakan pembilasan jaringan dengan mengeluarkan air disetiap titik
pemakaian pada tekanan 2 Kg/cm² selama jangka waktu tidak kurang dari 5 menit.

07. Pengujian atas kebocoran pemakaian harus dilaksanakan untuk yang terakhir kalinya
dengan pemakaian jaringan selama 6 x 24 jam dimana lama pemakaian tidak kurang
dari 6 jam setiap hari tanpa adanya gangguan dan atau kerusakan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 33

08. Setelah seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik maka Pemborong wajib
melaksanakan cuci hama pada seluruh jaringan dengan mempergunakan larutan
chlorine, sehingga setelah 2 jam terdapat kadar Chlorine diujung pipa sebanyak 5 PPM.

09. Pengujian pekerjaan listrik khusus untuk pekerjaan ini ditujukan untuk memeriksa hal-
hal sebagai berikut :
a. Tahanan isolasi gulungan motor,
b. Tahanan isolasi semua kabel daya dan kabel control,
c. Tahanan kerja peralatan dalam satu kesatuan sistem.

10. Pengujian hasil pelaksanaan lainnya, ditujukan untuk memeriksa kondisi kerja setiap
sistem pekerjaan termasuk seluruh alat kontrolnya.

11. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan yang terjadi selama
pengujian dan seluruh biaya perbaikan tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong.

12. Manajemen Kosntruksi berhak menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada


Pemberi Tugas, apabila ditemukan adanya gangguan dan atau kerusakan selama
dilakukannya pengujian.

13. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah dia

14. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan yang terjadi selama
pengujian dan seluruh biaya perbaikan tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong

15. Manajemen Konstruksi berhak menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada


Pemberi Tugas, apabila ditemukan adanya gangguan dan atau kerusakan selama
dilakukannya pengujian.

16. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
diadakannya pemeriksaan oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang dan hasil
pelaksanaan dapat diterima oleh Lembaga Pemerintah tersebut.

02.08.00 : SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN

01. Motor penggerak pompa yang dipergunakan adalah produk Leroy Sommer, Elektrim,
Siemens.

02. Pompa type centrifugal end suction yang dipergunakan adalah produk Kelly & Lewis,
Grundfoss, Ebara, GAE Torishima, Arthur, Teral atau Regent.

03. Packaged Booster pump yang dipergunakan adalah produk Grundfos, Ebara, GAE
Torishima, Teral.

04. Pipa Baja yang dipergunakan adalah produksi dari PPI, Bakrie Brothers atau Spindo.

05. Pipa PVC yang dipergunakan adalah hasil produksi dari Vinilon, Pralon dan Rucika.

06 Pipa tembaga yang dipergunakan adalah hasil produksi Kembla, Wolferin.

07. Gate/globe Valve Screw type, yang dipergunakan adalah produk KITZ, Hatterslay,
Oventrop, atau Grinnel.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 34

08. Gate/Globe Valve Flange type, yang dipergunakan adalah produk KITZ, Hatterslay,
Oventrop, atau Grinnel.

09. Ball Valve yang dipergunakan Legris, Borsalindo, Sfer atau Pati.

10. Butterfly Valve yang dipergunakan adalah produk Keystone, Amri, Kitz.

11. Balancing Valve yang dipergunakan adalah Keystone, MNG, Controlli.

12. Check Valve Spring type yang dipergunakan adalah produk Okumura, Duo Check
atau Super Check.

13. Safety Valve, Pressure Reducing Valve, Y Strainer yang dipergunakan adalah produk
Fushiman, Armstrong, Yarway, Yoshitake atau Muesco.

14. Check Valve Swing type yang dipergunakan adalah Kitz, Pati, Oventrop atau Grinnel.

15. Foot Valve yang dipergunakan adalah produk Ebara, Socla atau Mizu.

16. Level Switch Pressure Switch, yang dipergunakan Fanal, Sika, Nagano, Saginomiya.

17. Pressure gauge, yang dipergunakan Nagano.

18. Isolasi Air Panas ynag dipergunakan adalah produk Thermaflex.

19. Alat kontrol operasi yang dipergunakan adalah produk Controlli, PENN, Fanal,
Honeywell, atau setaraf yang disetujui.

20. Fexible Joint yang dipergunakan adalah produk Tosen, Muraflex atau Proco.

21. Bahan dan peralatan untuk pekerjaan listrik dalam pekerjaan ini adalah sama seperti
yang tertera didalam Ketentuan Teknis Pekerjaan Listrik.

22. Lain lain bahan dan peralatan yang tidak diuraikan dalam ketentuan ini, harus
diusulkan oleh Pemborong dan dijelaskan dalam penawaran.

23. Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap bahan dan
peralatan.

24. Apabila ternyata selama periode pelaksanaan, Pemborong mengalami kesulitan


dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan penawaran dan hasil
klarifikasi, maka Pemborong diijinkan mengajukan usulan perubahannya. Tetapi bila
usul tersebut ditolak, maka semua resiko akan menjadi tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 35

EQUIPMENT SCHEDULE
APPLICATION : FIRE FIGHTING SYSTEM

PROYEK : KANTOR / MALL PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 1


MAIN ELECTRIC FIRE PUMP

 Code in the drawing : Fire Pump


 Medium : Cold Water
 Pumping Temperature : 30°C
 Type : Centrifugal end Suction (NFPA Standard)
 Number : 2 unit (1 electric 1 diesel)
 Operation : Automatic and Manual
 Location : Pump Room
 Manufacturer recommended : Teral, Kelly and Lewis or equal approved.

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 750 US GPM


 Total Head : 100 mwc
 Efficiency min. : 70 %
 Pump rotation : 2900 rpm
 NPSH : -- mwc
 Shaft Seal : Gland Packing
 Electric Motor rated : +/- 70 KW
 Power Source : 3/380/50 Ph/V/Hz
 Using : Indoor
 Type of motor : Totally enclosed fan cooled
 Insulation : Class E

TECHNICAL SPECIFICATION

 According to pump technical specification, except for ;

ADDITIONAL SUPPLEMENT SHALL BE PROVIDED

this equipment completely with : - Control Panel


- Base Plate & Mounting
- Coupling base
- Vibration isolator

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 36

EQUIPMENT SCHEDULE
APPLICATION : FIRE FIGHTING SYSTEM

PROYEK : KANTOR / MALL PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 2


JOCKEY FIRE PUMP

 Code in the drawing : Jockey Pump


 Medium : Cold Water
 Pumping Temperature : 30°C
 Type : Centrifugal Multi Stages
 Number : 1 unit
 Operation : On/Off Automatic by pressure switches
 Location : Pump Room
 Manufacturer recommended : Grundfoss, or equal approved.

PERFORMANCE

 Totally Capacity : 10 US Gpm


 Total Head : 110 mwc
 Efficiency min. : 60 %
 Pump rotation : 1450 – 2900 rpm
 NPSH : -- mwc
 Shaft Seal : Mechanical Seal
 Electric Motor rated : +/- 1 KW
 Power Source : 3/380/50 Ph/V/Hz
 Using : Indoor
 Type of motor : Totally enclosed fan cooled
 Insulation : Class E

TECHNICAL SPECIFICATION

 According to pump technical specification, except for ;

ADDITIONAL SUPPLEMENT SHALL BE PROVIDED

this equipment completely with : - Control Panel


- Base Plate & Mounting
- Coupling base
- Vibration isolator

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 37

EQUIPMENT SCHEDULE
APPLICATION : FIRE FIGHTING SYSTEM

PROYEK : KANTOR / MALL PELAYANAN PUBLIK CIMAHI DATA SHEET No. 3


PRESSURE TANK

 Code in the drawing


 Medium Cold Water
 Pumping Temperature 30°C
 Type Cylinder Vertical
 Number 1 unit
 Operation Continuous
 Location Mechanical Room
 Manufacturer recommended Roda Nurmala or equal approved.

PERFORMANCE

 Totally Capacity 1.000 liters


 Working Pressure 90 mwc
 Testing Pressure 20 Kg/cm²

TECHNICAL SPECIFICATION

 Certificate from DEPNAKER

ADDITIONAL SUPPLEMENT SHALL BE PROVIDED

this equipment completely with : - Pressure Switch


- Pressure Gauge
- Safety valve
- Peilglass
- Air ejector
- Drain Valve, etc.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 38

03.00.00. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TATA UDARA

03.01.00. LINGKUP PEKERJAAN

03.01.01. Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap bagian dari
sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan suatu operasi dari
sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara
keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidakjelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat Penjelasan
Pelelangan.

04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

03.01.02. Lingkup Pekerjaan Tata Udara (Air Conditioning, AC)

01. Sistem tata udara terdiri atas tiga bagian besar jenis pekerjaan, yaitu :
a. Pekerjaan pendinginan ruangan,
b. Pekerjaan ventilasi ruangan.

02. Secara garis besar pekerjaan pendinginan ruangan dapat dibedakan atas beberapa
bagian sebagai berikut :
a. Sistem pendingin ruangan sistem VRV/VRF dan AC Split (Individual), dimana
peralatan utama sistem pendinginan, antara lain berupa Condensing Unit (Out
door unit) dan Fan Coil Unit (In door unit) dalam berbagai model/type, dan lain-
lain seperti ditunjukkan pada gambar rencana, dan schedule peralatan,
b. Peralatan ventilasi ruangan, antara lain berupa Air Intake Fan, Air Exhaust
Fan, dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar rencana, dan schedule
peralatan,
c. Cerobong aliran udara (ducting) jika ada, lengkap dengan bahan isolasinya,
hubungan fleksibel, penguat dan perlengkapan lainnya,
d. Pekerjaan Intake Fresh Air, dari Fan Coil Unit, Intake Fan, cerobong udara
(ducting) dan perlengkapannya, jika diperlukan.
e. Pemipaan Air kondensasi dimulai dari setiap mesin pendingin beserta Drain
Pannya kesaluran pembuangan termasuk semua peralatan bantunya,
f. Pekerjaan listrik untuk catu daya semua peralatan termasuk pengkabelannya
dan semua rangkaian kontrol operasinya,
g. Pekerjaan sipil sehubungan dengan pekerjaan ini, antara lain marking, pondasi,
lubang di dinding untuk ventilasi dan AC, dan lain-lain,
h. Perapian kembali dinding dan bagian lainnya dari pekerjaan sipil yang terkena
pekerjaan ini,
i. Peralatan bantu,
j. Pekerjaan-pekerjaan lainnya sesuai yang disebutkan dalam spesifikasi dan
gambar perencanaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 39

03.01.03. Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Sipil adalah pembuatan shaft pipa.
02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Listrik adalah pengadaan catu daya sampai panel AC.

03.02.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TATA UDARA

03.02.01 Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai harus dapat dioperasikan
secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 45 oC dan kelembaban relatif
tidak kurang dari 80 %.

02. Pemborong wajib mengadakan seleksi peralatan pendingin ruang sesuai dengan
kapasitas pada kondisi lapangan, dimana batasan lainnya ditunjukan dalam Gambar
Rencana.

03. Kondisi udara diluar bangunan 35C dB/28C WB


Kondisi udara didalam bangunan 23°C ± 2°C dan 24°C ± 2°C
Temperatur dan relatif Humindity 55% ± 10%

Ruangan Temp Relative Humandity (RH)


(°F)

Guest room 73,4 ± 4°F 55 ± 10%


Corridor 77 ± 4°F 55 ± 10%
Office 75± 4°F 55 ± 10%
Main Lobby 75 ± 4°F 55 ± 10%
Laboratorium 73,4 ± 4°F 55 ± 10%
Coffee shop, Bar, Lounge 75 ± 4°F 55 ± 10%
Restaurant/Canteen 75 ± 4°F 55 ± 10%
Meeting Room 75 ± 4°F 55 ± 10%

03.02.02. Ketentuan Teknis Out-Door AC VRV/VRF dan AC Split

01. Out door Unit adalah unit yang secara utuh berasal dari pabrik termasuk semua
komponen-komponen, pengabelan listrik dan kontrol, piping/pemipaan refrigerant,
leakage tested, termasuk Compressor, evaporator, sistem lubricating, capacity
control, control panel, stater panel motor dan lengkap dengan Refrigerant R 134a atau
R-32.

02. Compressor dari jenis Reciprocating/Screw serviceable hermetic, dilengkapi dengan


unloader untuk reciprocating dan jumlah Compressor minimal 2 unit, dengan jumlah
refrigerant circuit minimal 2.

03. Setiap Compressor harus dilengkapi dengan automatic reversible oil pump, operating
oil charge, crankcase heater, suction dan discharge shut off valves dan spring
vibration isolator.

04. Motor haruslah mempunyai 3 lokasi sensor RTD pada motor winding (1 per phase)
sebagai proteksi terhadap high motor temperature pada waktu start up.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 40

05. Expansion valve yang digunakan harus henis electronic expansion valve (EXV) dan
Fixed Orifice.

06. Cooler/Evaporator dari type shell dan tube dengan removalbe head untuk service dan
Cooler harus sudah ditest sesuai dengan ASME. Tube dari bahan copper dari type
seamless copper tube.

07. Evaporator box dan economizer line harus diisolasi dari bahan Thermaflex/Armaflex
dengan tebal minimum 1" dengan coeficient conductivity 0,28 BTU/FL².h.°F dan
merupakan factory insulation.

08. Condenser harus mempunyai fin dari allumunium dan diikat secara mekanis ke pipa
copper seamless dan ditest kebocorannya.

09. Fin condenser harus dianti karat khusus untuk allumunium seperti Heresita Coating.

10. Condenser Fan dari type allumunium yang anti karat, ditest statis dan dibalans
dinamis, dan Condenser motor fan adalah totaly enclosed weather proof, tanpa
menggunakan pelumasan untuk bearing.

11. Casing harus dari bahan galvanized steel, diberi Zinc Phosphat dan dicoating serta
difinished dengan baked enamel.

12. Setiap motor/mesin memiliki inverter, sedangkan untuk kompresor harus memiliki
slide valve untuk pengontrolan kapasitas secara halus (smooth) dan peralatan
sensosr elektronik.

13. Kontrol haruslah DDC (Dirrect Digital Control System) termasuk microprocessor harus
dipasang dari pabrik beserta pengkabelannya dan system controller tersebut harus
dapat mengontrol kapasitas refrigerant. VRV harus tetap dapat bekerja dalam kondisi
beban minimum sebesar 20%.
Semua unit terdiri dari:
a. High dan low pressure cut out untuk evaporator dan condenser refrigerant,
b. Low oil pressure protection untuk masing-masing refrigerant circuit,
c. Ground current protection untuk masing- masing compressor dan current
overload,
d. Control fuse,
e. Position (on,off, pump down)
f. Selector switch,
g. Loss of refrigerant,
h. Current overload,
i. Phase loss, phase imbalance,
j. Compressor dan fan motor circuit breaker,
k. On-off switch,
l. Solid stage yang mudah diatur,
m. Relay board yang dapat diganti,
n. Leaving chilled water set point board,
o. Modul diagnostic digital display,
p. Microprocessor board,
q. Temperature reset board.

16. Panel kontrol haruslah mampu menyajikan data-data berikut dalam bentuk Clear
Language Display sebagai standar dan terletak ditempat terlindung dari cuaca luar.
a. Entering & Leaving Evaporator Temperature,
b. Entering & Leaving Condenser Temperature,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 41

c. Electrical 3 phase current limit and % RLA set point,


d. Electrical 3 phase amp draw,
e. Operating mode,
f. Condenser refrigerant temperature,
g. Elapsed time and number of starts counter,
h. Compressosr run status delay,
i. Diagnostic with time and date stamp,
j. Last 20 diagnostic with time and date stamp.

17. Starter haruslah tipe Wye Delta Starter, dilengkapi 3 phase current transformer untuk
proteksi terhadap motor overload.

18. Unit haruslah ditest scara menyeluruh oleh pabrik (complete factory run tested) sesuai
kondisi yang dituliskan dalam penawaran untuk verifikasi performans dari unit dan
juga safety control system.

03.02.03. Ketentuan Teknis Indoor Unit

01. Peralatan ini hendaknya terdiri atas beberapa bagian utama, yaitu fan, motor
penggerak, coil dan filter. Tipe pemasangan dan arah aliran udara peralatan ini harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ruang tersedia.

02. Bagian penyaring udara adalah jenis yang dapat dicuci (washable) dan mempunyai
efisiensi penahan debu tidak kurang dari 65% average arrestance dan memberikan
tahanan pada aliran udara tidak lebih dari 2,5 mm tekanan air pada kecepatan udara
1,5 mps lengkap dengan Box filter.

03. Alat pengatur operasi mesin harus dilengkapi dengan pengatur temperatur kerja. Alat
ini harus memiliki pilihan operasi ventilasi atau pendinginan ruang.

04. Coil hendaknya terbuat dari bahan tembaga yang dilengkapi dengan sirip sirip yang
terbuat dari bahan alumunium yang direkatkan secara mekanis.

05. Coil harus telah diuji terhadap kebocoran dan telah diproses dehidrated di pabrik
pembuatnya.

06. Motor penggerak fan harus merupakan motor TEFC 1 phase jenis Permanent Split
Capacitor memakai bantalan peluru yang dapat dilumasi secara tetap. Lilitan motor
hedaknya dipilih dari isolasi klas F dan beroperasi pada putaran sinkron tidak lebih
dari 1.500 RPM.

07. Motor Fan hendaknya dapat dioperasikan pada 3 macam kecepatan sesuai dengan
kebutuhan pemakai.

08. Fan adalah tipe Forward Curve dari bahan baja galvanis. Fan ini harus jenis
Centrifugal Double Width Double Inlet yang digerakkan oleh motor secara langsung.

09. Fan harus dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan suatu beban mekanis yang
balance baik secara statis ataupun secara dinamis terhadap motor penggeraknya.

10. Setiap bagian yang bergerak dari alat ini hendaknya dilengkapi dengan bantalan yang
dilumasi secara permanen di pabrik pembuatnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 42

11. Setiap bagian dinding yang merupakan bagian persambungan hendaknya diberikan
bahan pencegah kebocoran udara dan dapat dibuka dengan mudah dan cepat.

12. Dibagian bawah dari alat ini hendaknya mempunyai kemampuan untuk menampung
air kondensasi dan diisolasi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kondensasi
dibagian luarnya.

13. Bagian Fan dan Coil peralatan ini harus dilapisi oleh bahan isolasi dengan ketebalan
tidak kurang dari 1" untuk kepadatan bahan 3 LBS/CU.FT.

14. Drain Pan tambahan hendaknya terbuat dari bahan baja tipe BJLS 100 dengan
penguatan seperlunya dengan isolasi Thermaflet setebal 1" dan kepadatan bahan 40
kg/m3.

03.02.04. Ketentuan Teknis Fan

01. Alat sirkulasi udara yang dipakai harus mampu memindahkan jumlah udara sesuai
yang tertera dalam Gambar Rencana pada tahanan aliran udara yang sesuai.

02. Untuk semua peralatan yang berhubungan dengan udara bebas, harus diberikan
pelindung dari kawat loket dan kawat nyamuk lengkap dengan rangka penguatnya.

03. Khusus untuk alat sirkulasi udara yang ditempatkan diatap bangunan, Pemborong
wajib mengadakan seleksi pemilihan mesin yang tidak akan menimbulkan kebisingan
melebihi batas 54 dB diukur pada jarak 1 meter. Apabila didalam pemilihan mesin,
ternyata tingkat kebisingan melebihi batas tersebut diatas, maka Pemborong wajib
memberikan bahan peredam suara.

04. Khusus untuk alat sirkulasi udara yang ditempatkan diatap/diluar bangunan,
konstruksi fan harus sesuai untuk pemasangan outdoor dengan motor penggerak tipe
TEFC.

03.03.00. DUCTING

03.03.01. Ketentuan Teknis Cerobong Saluran Udara (Jika diperlukan)

01. Semua cerobong aliran udara catu dan aliran balik harus terbuat dari baja lapis seng
sesuai dengan SII, dimana ketebalan bahan yang dipergunakan harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut :

Ukuran Cerobong Ketebalan Bahan Sambung Melintang


Terbesar

s/d 12" 0,50 mm Drive Slip setiap 8 Feet


12" s/d 18" 0,60 mm Drive Slip setiap 3 Feet
18" s/d 30" 0,60 mm Siku 40x4 setiap 4 Feet
30" s/d 42" 0,80 mm Siku 40x4 setiap 4 Feet
42" s/d 54" 0,80 mm Siku 50x4 setiap 4 Feet
54" s/d 60" 1,00 mm Siku 50x6 setiap 4 Feet
60" s/d 84" 1,00 mm Siku 50x6 setiap 4 Feet
84" s/d 96" 1,20 mm Siku 50x8 setiap 4 Feet
Lebih dari 96" 1,20 mm Siku 50x8 setiap 4 Feet

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 43

02. Bahan baja lapis seng yang dipergunakan adalah tipe bahan yang lapisannya tidak
dapat terkelupas dan pecah pada waktu diadakan pembentukan cerobong.

03. Cerobong aliran udara harus dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menahan
kecepatan aliran udara sampai dengan 2.500 feet per menit dengan tekanan statis
minimum 125 mm tekanan air.

04. Penyambungan cerobong harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak


memungkinkan terjadinya kebocoran dengan memberikan bahan penyekat seal dan
ukuran persambungan harus sama dikedua sisinya.

05. Perubahan arah pada cerobong aliran udara harus dibuat dengan tipe Long Radius
Elbow dan dilengkapi sudu sudu pengarah aliran.

06. Setiap percabangan cerobong harus dilengkapi dengan Adjustable Splitter Volume
Damper yang sesuai dengan kebutuhannya. Panjang Damper ini harus 1,5 kali lebar
cerobong tapi tidak lebih dari 24". Damper ini harus dilengkapi dengan tangkai
pengaturnya yang dapat dikunci. Lubang tangkai pengaturan harus dibuat rapat
kecerobong tapi tidak menghalangi pergerakannya.

07. Setiap Supply Air Diffusser, Fresh Air Grille, Louver, Linier Bar Grille, Exhaust Air
Grille, Return Air Grille harus dilengkapi dengan Multi Blade Volume Damper yang
dapat diatur dan dikunci, jenis Opposed Blade dengan bahan minimum BJLS 80
sedangkan untuk SAR untuk FCU Guest Room harus dilengkapi dengan blade
pengarah dengan bahan BJLS 100.

08. Semua Supply Air Diffusser, Grille, Louver, Linier Bar Grille, Linier Slot diffuser, SAR
harus terbuat dari bahan Anodized Alumunium Profil dan dilengkapi dengan bahan
peredam getaran sehingga tidak menimbulkan kebisingan lebih dari NC 35 dan dicat
finish powder coating.

09. Persambungan cerobong udara dengan mesin harus mempergunakan


persambungan fleksibel dengan kain kanvas rangkap dua yang diisolasi sepanjang
100 mm atau lebih.

10. Cerobong aliran udara yang berukuran lebih dari 24" pada sisi terbesarnya, harus
diberikan Cross kecuali pada cerobong yang diberikan isolasi dalam.

11. Cerobong aliran udara yang ukurannya lebih besar dari 30" pada sisi terbesarnya,
harus diberikan penguat pada sisi tersebut dengan baja siku 30x30x3mm pada setiap
jarak 4 Feet, kecuali untuk cerobong yang lebih besar dari 42" pada sisi terbesarnya,
ukuran penguat adalah 40x40x4mm setiap jarak 3 Feet dan untuk cerobong yang lebih
besar dari 84" pada sisi terbesarnya ukuran penguat adalah 50x50x5 mm pada setiap
jarak 3 Feet.

12. Penguat cerobong juga harus disediakan pada cerobong aliran udara yang berukuran
lebih kecil dari ketentuan diatas, tetapi setelah dipasang ternyata cerobong mengalami
perubahan bentuk.

13. Pemborong wajib membuat penggantung dan penyanggah cerobong dari bahan baja
siku didekat setiap belokan dan percabangan serta pada setiap jarak berikut :

Ukuran Cerobong Besi Siku Diameter Jarak

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 44

Terbesar Penggantung
s/d 18" 30x30x3 6 mm 200 cm
19" s/d 30" 40x40x4 6 mm 150 cm
31" s/d 42" 40x40x4 9 mm 150 cm
43" s/d 60" 50x50x6 9 mm 150 cm
61" s/d 84" 50x50x6 12 mm 150 cm
85" s/d 96" 50x50x8 12 mm 150 cm
lebih dari 96" 50x50x8 12 mm 150 cm

14. Khusus untuk cerobong yang berada didekat Fan Coil Unit sampai jarak batas 6 meter,
pada plenum supply/return pada bagian dalamnya juga harus dilapis dengan bahan
isolasi sesuai dengan ketentuan isolasi dalam.

15. Semua sambungan dan ujung cerobong harus dibuat tanpa adanya kebocoran
dengan mempergunakan Mastic/Plastic Compound.

16. Seluruh ducting harus dilengkapi pintu kontrol/acces door pada setiap jarak 3 m,
dengan ukuran acces 18"x28" dan setiap ada belokan dan harus air tight dengan
sealant tahan api.

17. Fire Dampers dipasang sesuai dengan gambar dan dari type horizontal/vertical multi
blade yang dilengkapi dengan fusible link bar dan fusiblelink frame dan blade dari
bahan 1,6 mm BJLS dan Fuse yang digunakan mempunyai titik cair 70°C, dan
konstruksi blade sedemikian rupa sehingga dalam keadaan horizontal titik berat blade
akan secara otomatis jatuh dan menutup bila fuse link putus. Frame dan blade lengkap
dengan angle stop, spring catch dan lain-lain.

18. Untuk ducting yang berhubungan dengan control fire, smoke (smoke duct, ducting
yang melewati Firewall, ducting Exhaust dan Fresh Air Parkir, Ducting kitchen,
exhaust & Fresh Air) harus tahan terhadap api selama 2 jam dimana bahan dari duct
yang diginkaan harus BJLS dengan tebal minimum 1,375 mm dengan sambungan las
menerus untuk sambungan memanjang dan sambungan melintang dengan memakai
asbestors sebagai gasket dan dibungkus dengan promatec’s board (Duct insulation
fire rated) 9,5 mm thick lengkap dengan steel channel & hangers steel angles,
sedangkan sambungan duct ke fan tidak dibenarkan memakai canvas joint tetapi
memakai flexible joint yang tahan api.

19. Allumunium Flexible round duct dari jenis 2 lapis allumunium laminate dan capsulating
dengan steel spring helix dan wire spacing 25 mm dan fire resistance. Tekanan kerja
max 10 inch H2O, sedangkan pemasangan keperalatan memakai klem khusus (quick
klem) dari bahan plastik.

20. Seluruh ducting harus ditest kebocoran dengan asap atau dry ice dengan tekanan
pengujian sesuai tekanan kerja fan selama 30 menit.

21. Untuk Kitchen Exhaust Duct harus :


a. Material duct harus BJLS 140,
b. Semua sambungan memanjang harus sambungan las luar yang terus menerus
dan rapat air (liquid tight),
c. Sambungan melintang memakai flens dari besi siku 50x50x5 mm dengan sealant
(tahan api) dengan tebal minimum 2 mm. Sambungan Duct pada flens harus juga
dilas,
d. Pintu kontrol (access door) harus dilengkapi pada jaluar ducting setiap jarak max
2,5 mm dan pada setiap adanya belokan, ukuran access door 18"x28", material
dari bahan yang sama dengan duct dan konstruksi memakai rangka penguat

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 45

sedemikian rupa sehingga Grease Tight dengan memakai sealant (tahan api)
dan mudah dibuka / dipasang.
e. Duct horizontal dipasang dengan kemiringan tidak kurang dari 0,5 %,
f. Suatu Greae Trap dipasang pada titik terendah dari ducting vertikal dan
horizontal serta dilengkapi dengan plug drain untuk pembuangan dan access
door untuk pembersihan.

03.03.02. Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Ducting

01. Pemborong wajib menyesuaikan ukuran cerobong udara bila ternyata keadaan
lapangan tidak memungkinkan pelaksanaan sesuai dengan gambar rencana.
Penyesuaian tersebut harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi sebelum
dilaksanakan.

02. Pemborong harus mempergunakan lem sebagai perekat bahan isolasi Glasswool
dengan cerobong aliran udara dan isolasi dengan Alumunium Foil. Pemakaian lem
sebagai perekat Glasswool dengan Alumunium Foil harus dibatasi supaya tidak
merusak bahan.

03. Untuk cerobong aliran udara dengan sisi terbesarnya lebih besar dari 30 cm,
Pemborong wajib melilit isolasi dengan tali sebelum pemasangan Alumunium Foil.

04. Penggantung/penyangga cerobong aliran udara dipasangkan ke plat lantai


diatasnya dengan mempergunakan Insert, Dynabolt atau yang sejenis, dimana
ukuran peralatan bantu ini harus sesuai dengan bebannya dan harus disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib menyediakan beberapa lubang lengkap dengan penutupnya pada
cerobong aliran udara untuk keperluan pemeliharaan dan pengukuran, yaitu pada
tempat didekat saringan udara, Volume Damper dan tempat lainnya sesuai dengan
petunjuk Manajemen Konstruksi.

06. Pemborong wajib memberikan lapisan antikarat pada bahan yang terbuat dari baja
lapis seng dengan mempergunakan Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis.

07. Khusus untuk penyambungan pipa dengan Flange, Pemborong hendaknya


menyediakan gasket, mur, baut lengkap dengan Lockwashernya.

08. Khusus untuk pemasangan isolasi dalam, Pemborong harus mempergunakan Self
Adhesive Pin.

09. Pemborong wajib menyediakan rangka kayu untuk alat sirkulasi udara lengkap
dengan Grille yang terbuat dari bahan Anodized Alumunium Profile bersirip ganda
sesuai dengan petunjuk dari Manajemen Konstruksi.

10. Ketentuan lain mengenai pemasangan apabila ada akan diberikan oleh Manajemen
Konstruksi selama periode pelaksanaan.

03.03.03. Ketentuan Teknis Bahan Isolasi Ducting

01. Semua cerobong aliran catu udara dingin harus dilapis dengan isolasi dari bahan
Glasswool tebal 1" dengan kepadatan tidak kurang dari 24 kg/m³, dimana koefisien

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 46

konduksi panas tidak kurang dari 0,23 BTU.CM/ft².H.F pada temperatur 23,9°C.
Bahan isolasi ini harus bersifat Fire Retardant.

02. Khusus untuk bahan isolasi cerobong yang terletak dilantai teratas (dibawah lantai
atap), ketebalan minimum adalah 2" dengan kepadatan bahan sama seperti pada butir
01 diatas, demikian juga untuk lantai atap dipakai isolasi atap dengan ketebalan 2"
dengan kepadatan sama seperti pada butir 01 diatas.

03. Pemborong wajib memberikan isolasi dalam bagi semua cerobong aliran udara yang
dekat dengan mesin sepanjang 6 m atau lebih dan atau plenum supply dan return,
box diffuser/ grille/linier bar grill supply dan ducting expose. Pemborong wajib
menyesuaikan ukuran cerobong yang mempergunakan isolasi dalam ini (ukuran
ducting yang tertera dalam gambar adalah ukuran bersih belum termasuk isolasi luar
dan dalam).

04. Alumunium Foil sebagai Vapour Barrier wajib dipakai sebagai lapisan yang
ditempatkan dibagian luar bahan isolasi. Bahan ini harus mempunyai dua lapisan
muka dengan penguatan serat Fibre. Koefisien pantulan radiasi tidak kurang dari 95%
dan harus bersifat tahan api (Fire Retardant) serta beratnya tidak kurang dari 200
Gram/m². Tensile strength ASTM 828  11,2 kN/m.

05. Pemborong wajib mempergunakan alat penyambung Alumunium Foil yang bersifat
sama dengan alumunium foil itu sendiri dan mempunyai sifat perekat yang keras
(bahan acrilic) serta bersifat tahan api dan tahan karat. Bahan ini harus selebar 4"
atau lebih tebal minimum 0,13 mm.

06. Khusus untuk isolasi dalam, Pemborong wajib mempergunakan bahan isolasi dengan
ketebalan tidak kurang dari 2" dan ke padatan bahan 48 kg/m³. Setelah lapisan isolasi,
harus ditempatkan lapisan Black Neoprene Compound dan Perforated Alumunium
Foil yang mempunyai berat 300 Gram/m² yang bersifat Fire Retardant diluarnya, atau
dilapisi dengan glass cloth fire retardant. Pemegang lapisan ini harus cukup kuat dan
disetujui Direksi Pengawas.

07. Isolasi Flexible Round Duct sama dengan isolasi ducting.

08. Seluruh atap yang ruang dibawahnya di AC, harus diisolasi atap dengan urutan
sebagai berikut, Aluminium Foil double sided, Glasswool 2", aluminium foil double
sided dan kawat ayam.

03.04.00. PEMIPAAN

03.04.01. Ketentuan Teknis Pemipaan

01. Pipa pembuangan air kondensasi adalah pipa PVC class AW beserta semua
peralatan bantu pemipaan yang mampu menahan tekanan kerja sebesar 10 kg/cm²,
dan untuk pipa yang menembus lantai, dinding harus diberi sleeve pipa dengan
diameter 1,5 kali diameter pipa lalu disealant sebagai anti bocor dan pipa kondensasi
dipasang kurang lebih 5cm dari dinding atau lantai serta kemiringannya 1mm.

02. Pipa Refrigerant yang dipergunakan untuk VRV/VRF dan Split Unit adalah pipa
tembaga jenis K/L yang telah diproses Dehydrated dan Sealed, khusus untuk
kapasitas sampai dengan 46.000 BTUH dipakai pipa Copper Tube yang pair coil
lengkap dengan isolasi. Diameter pipa harus ditentukan sesuai standard pabrik
pembuat mesin AC dengan memperhatikan perbedaan ketinggian dan jarak antara

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 47

evaporator dan condenser sehingga kapasitas pendingin yang dihasilkan tidak kurang
dari kapasitas yang diminta (schedule).

03.04.02. Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Pemipaan

01. Setiap bahan dan peralatan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana atau
gambar revisi serta harus mendapat persetujuan oleh Manajemen Konstruksi sebelum
dilakukan pemasangan.

02. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.

03. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm
diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.

04. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang,
membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta penghalang lainnya.

05. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan
antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan
fungsi sistem dan yang diperlihatkan digambar

06. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan
flanges.

07. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang


pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.

08. Setiap belokan pipa harus diberi penguat agar sambungan tidak mudah lepas apabila
didalam tanah harus diberi blok-blok beton.

09. Katup (valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.

10. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa
secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang
dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.

11. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-pengarah


pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta peregangan terjadi pada alat-
alat tersebut, sesuai dengan permintaan dan persyaratan pabrik

12. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan
menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.

13. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.

14. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

15. Pemasangan peralatan kontrol pada pipa harus pada pipa horisontal dan
diperhitungkan agar pada tempat aliran air yang laminer

16. Pemasang semua pipa baik didalam ruangan ataupun diluar ruangan/bangunan harus
dilengkapi dengan suatu dudukan yang terbuat dari baja kanal UNP 100. Penempatan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 48

peralatan harus sedemikian rupa sehingga memudahkan pemeliharaan dan


perbaikan bila diperlukan.

17. Pemotongan pipa baik pada pipa baja maupun pipa PVC, harus dilakukan dengan
memakai alat pemotong khusus pipa, dimana pada bagian bekas dilakukan
pemotongan harus dibersihkan dengan menggunakan reamer.

18. Pipa baja yang berdiameter lebih kecil dari 2½" harus disambungkan dengan tipe
persambungan ulir. Ulir pada pipa sedemikian rupa sehingga alat bantu
persambungan dapat dipasangkan dengan memutarnya sebanyak 3 kali tanpa
mempergunakan alat. Pada persambungan ini, rongga antara ulir pada pipa dan ulir
pada alat bantu persambungan harus diisi dengan suatu bahan pencegah kebocoran
dengan Seal Tape dari bahan Teflon.

19. Persambungan pada pipa PVC adalah tipe persambungan lem. Bagian
persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan pembersih sesuai
dengan yang dianjurkan pabrik pembuat pipa sebelum diadakan penyambungan.
Bagian persambungan harus sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik
pembautnya.

20. Pipa baja yang berdiameter 2½" atau lebih besar harus disambung dengan cara las
dan flange. Bidang persambungan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga
merupakan bidang yang tegak lurus terhadap batang pipa. Khusus pada
persambungan las antara pipa baja galvanis dan alat bantunya, seluruh bagian las
harus diberikan lapisan anti karat dengan Zinchromate sebanyak 2 lapis.

21. Sebelum diadakan penyambungan tipe las, Pemborong wajib menyampaikan contoh
hasil pengelasan untuk mendapatkan persetujuan dari Manajemen Konstruksi.

22. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang diperkenan adalah yang sejajar
dengan dinding bangunan baik untuk pemasangan yang mendatar maupun yang
tegak terhadap bidang mendatar. Sudut belokan yang diperkenankan adalah tegak
lurus atau 45 derajat.

23. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat dilaksanakan sekaligus, maka bagian
ujung pipa harus ditutup sementara sesuai dengan petunjuk Manajemen Konstruksi.

24. Pada pemasangan pipa yang sangat panjang dan atau didekat katup operasi, maka
Pemborong wajib mepergunakan alat bantu berupa sambungan union bagi pipa
berukuran diameter 2,5" atau kurang dan sambungan flange bagi pipa berukuran
diameter 3" atau lebih. Sambungan seperti disebutkan dalam butir ini harus
dipergunakan dalam pemasangan pipa yang lebih panjang dari 12 meter, sedangkan
untuk pipa tegak disetiap lantai dipakai sambungan flange.

25. Pada setiap bagian dari pipa yang akan dipasangkan menembus lantai, kolom, balok
atau bagian kontruksi lainnya, Pemborong wajib meminta persetujuan tertulis dari
Manajemen Konstruksi terlebih dahulu. Pada Bagian tersebut harus diberikan
pelindung berupa Sleeve yang terbuat dari bahan pipa baja galvanis dan dipasang
sebelum pengecoran bagian yang bersangkutan.

26. Pada pemasangan pipa yang melintas jalan, pada bagian atas jalur pipa harus
ditempatkan pelindung dari pipa beton yang kuat menahan beban mekanis yang
mungkin timbul.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 49

27. Penyangga dan pengantung pipa harus dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengaturan ketinggian. Pemborong wajib membentuk bagian
penggantungan atau penyangga tersebut sedemikian rupa sehingga bagian tersebut
cukup kuat untuk menjalan getaran pompa pada waktu akan berhenti.

28. Jarak pengantung dan atau penyangga pipa harus ditemapat pada jarak yang tidak
lebih dari 2 meter untuk yang berukuran sampai dengan diameter 2,5 dan untuk pipa
yang berdiameter 3" atau lebih jarak penggantung / penyangga adalah 3 meter.

29. Pemborong wajib mempergunakan alat peredam getaran pada setiap pipa,
pengantung dan atau penyangga, dimana alat peredam getaran tersebut harus
disetujui oleh Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.

30. Dalam hal pemasangan bahan dan peralatan listrik khusus dalam pekerjaan ini,
Pemborong wajib mengikuti semua ketentuan yang berlaku dalam pekerjaan listrik.

31. Pemborong wajib melapis semua pemipaan memakai cat buatan ICI sebanyak 2 lapis,
dimana warnanya akan ditentukan kemudian, termasuk pemberian arah dan jalur
alirannya.

32. Semua ujung pemipaan harus ditutup dengan bahan yang disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

33. Seluruh pemipaan yang tidak terletak didalam dinding harus ditempatkan pada
penyangga yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi dan diklem serta diberikan
penutup yang cukup kuat untuk menahan semua gangguan mekanis yang mungkin
timbul.

34. Pemborong wajib memberikan lapisan antikarat pada bahan yang terbuat dari baja
dengan mempergunakan Zinchromate buatan ICI sebayak 2 lapis.

35. Ketentuan lain mengenai pemasangan apabila ada akan diberikan oleh Manajemen
Konstruksi selama periode pelaksanaan.

36. Penyambungan pipa tembaga secara las harus memakai bahan perak, dengan diisi
gas Nitrogen kering untuk menghilangkan kerak oksida didalam pipa, solder tin
antimonyatau tin lead 95 - 5" boleh dipergunakan, kecuali pada discharge gas panas.
Penyambungan pipa tembaga tanpa las yang diijinkan adalah dengan perantara
Wrought Copper Fitting atau Non Porous Brass Fitting.

37. Setelah penyambungan dan pemasangan mesin, Pemborong wajib membersihkan


seluruh instalasi dengan gas Nitrogen sebelum seluruh pemipaan dihampakan.

38. Pipa refrigerant harus disangga atau digantung dengan baik untuk mencegah lenturan
dan meneruskan getaran kompressor ke bangunan.

39. Alat pengering refrigerant (filter drier) dengan kapasitas yang sesuai serta sight glass
moisture indicator harus dipasang untuk seluruh Air Cooled Split Unit.

40 Perbedaan ketinggian dan jarak antara condensing unit dengan evaporator blower
. harus diperhitungkan dalam penentuan diameter pipa tembaga untuk Air Cooled Split
tersebut dan memenuhi persyaratan pabrik, kapasitas mesin dan pemasangan dari
pabrik.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 50

41. Setelah pekerjaan instalasi pipa selesai, maka seluruh rangkaian harus diuji terhadap
kebocoran atau per bagian.

42. Sebelum pengisian refrigerant, sistem harus dihampakan terlebih dahulu dengan
memakai vacum pump yang baik, penghampaan sampai pada tekanan 300 mikron
dan tekanan sistem setelah diisi tidak lebih dari 500 mikron, dan pengisian refrigent
tidak diijinkan memakai kompressor.

03.04.03. Ketentuan Teknis Pengujian Pekerjaan Pemipaan

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk sistem secara keseluruhan.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen Konstruksi


dan Pemberi Tugas. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan
wakil Pemberi Tugas dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian atas kebocoran pemakain harus dilaksanakan untuk keseluruhan bagian
dari pekerjaan dengan memberikan tekanan kerja normal selama jangka waktu tidak
kurang dari 12 jam dimana selama pengujian tidak diperkenankan adanya penurunan
tekanan kerja.

04. Setelah pengujian kebocoran dilakukan dan berhasil dengan baik, maka Pemborong
diwajibkan melaksanakan pembilasan jaringan dengan mengeluarkan air disetiap titik
pemakaian pada tekanan 2 kg/cm² selama jangka waktu tidak kurang dari 5 menit.

05. Pengujian hasil pelaksanaan lainnya, ditujukan untuk memeriksa kondisi kerja setiap
sistem pekerjaan termasuk seluruh alat kontrolnya.

06. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan yang terjadi selama
pengujian dan seluruh biaya perbaikan tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong.

07. Pengawas berhak menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas,
apabila ditemukan adanya gangguan dan atau kerusakan selama dilakukannya
pengujian.

08. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan yang terjadi selama
pengujian dan seluruh biaya perbaikan tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong

03.05.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK

03.05.01. Ketentuan Teknis Pekerjaan Inverter (Variabel Speed Drive) VRV

01. Dilengkapi dengan display yang cukup luas guna keperluan status/fault, fungsi
proteksi dan parameter operasi. Display ditampilkan dalam full word, frequency, output
Amps, motor HP, motor KW, output voltage, warning, temperature, dll.

02. Dapat dikontrol dari PLC atau BMS.

03. Dilengkapi dengan DC link reactor untuk meminimalkan gangguan harmonis.

04. Dilengkapi PID interface, dimana dapat menerima 2 sinyal feed back/2 set point

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 51

05. Menggunakan teknologi VVC (Voltage Vector Control) untuk menghasilkan full power
motor tanpa adanya derating.

06. Total distorsi tegangan harmonis tidak boleh melebihi 5%.

07. Input frekuensi 50 sampai dengan 60 Hz, output frekuensi.

08. Power factor 0.9/1.0 at rated load.

09. Voltage toleransi ± 10%.

Ketentuan teknis pekerjaan listrik lainnya diuraikan tersendiri dalam spesifikasi pekerjaan
listrik.

03.05.02. Ketentuan Teknis Panel Tegangan Rendah

01. Panel listrik yang akan dipergunakan baik dalam distribusi daya maupun untuk
melayani beban listrik, untuk tipe pemasangan baik didalam maupun diluar bangunan
dan akan ditempatkan baik diatas lantai dengan dudukan baja maupun ditempatkan
didinding harus terbuat dari bahan plat baja setebal 1,8 mm atau lebih yang diproses
anti karat. Secara keseluruhan kotak panel harus dicat warna abu abu dengan cat
bakar.

02. Pemborong wajib menyediakan panel listrik yang berdimensi sesuai dengan ruang
yang tersedia dan memperhatikan jarak antar komponen dalam panel untuk keperluan
pemeliharaan dan perbaikan. Semua pintu panel harus dapat dibuka dengan
mempergunakan satu kunci tetapi Pemborong wajib menyediakan anak kunci
sebanyak 2 buah untuk setiap panel.

03. Pengaturan komponen dalam panel harus sedemikian rupa sehingga temperatur kerja
dalam kotak panel tidak lebih dari 45 derajat celcius dan dapat menahan beban
mekanis selama terjadi gangguan operasi hubung singkat 3 phasa pada daya dasar
sebesar 500 MVA, tegangan kerja 20 KV dimana reaktansi hubung singkat
Transformator tidak lebih dari 6%.

04. Alat pengaman rangkaian distribusi daya harus berjumlah kutub dan berkapasitas
tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana serta mampu menahan
semua arus gangguan yang mungkin timbul sebelum bagian pengamannya
memberikan reaksi.
05. Alat pengaman rangkaian distribusi daya harus mempunyai bagian pengaman untuk
gangguan arus lebih, gangguan hubung singkat, gangguan tegangan kerja dibawah
batas kerja normal, serta dilengkapi dengan motor penggerak seperti ditunjukkan
dalam gambar rencana.

06. Alat pengaman rangkaian distribusi daya yang lebih besar dari 1250 Ampere adalah
tipe Air Circuit Breaker dan untuk arus beban dibawah nilai tersebut adalah tipe
Moulded Case Circuit Breaker.

07. Alat pengaman rangkaian beban harus sesuai dengan tipe beban yang terpasang dan
mempunyai alat pembatas arus lebih dan arus hubung singkat. Khusus untuk beban
listrik dinamis, pengaman ini harus dilengkapi dengan pembatas tegangan kerja
normal tiga phasa.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 52

08. Saklar pemutus beban harus selalu dilengkapi dengan pengaman arus lebih tipe lebur
dengan kapasitas yang tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana
serta mampu menahan arus gangguan yang mungkin timbul sebelum alat pengaman
lebur putus.

09. Alat pengaman lebur yang dipakai adalah tipe HRC/HHC yang konstruksinya dapat
menahan arus gangguan hubung singkat sampai dengan 100 KA, dilengkapi dengan
dudukan dan alat pemegang untuk melepaskan hubungan.

10. Kontaktor maknetis yang dipergunakan harus mempunyai kapasitas tidak kurang dari
yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan kapasitas tersebut didasarkan pada
jenis beban yang sesuai untuk jangka waktu pemakaian paling lama (tabel long life).

11. Setiap bagian dari kontaktor maknetis harus mampu menahan arus gangguan yang
mungkin timbul sebelum alat pengaman arus lebih dan arus hubung singkat yang
dihubungkan ke alat ini bekerja.

12. Alat pengaman arus lebih yang merupakan suatu kesatuan pada kontaktor maknetis
harus mempunyai kurva operasi yang dapat melindungi beban dari gangguan
hilangnya catu daya satu phasa. Alat pengaman ini harus memiliki 3 buah element
Bimetal, serta diperlengkapi dengan 2 buah kontak bantu operasi.

13. Semua kontaktor maknetis yang akan melayani beban tiga phasa harus dilengkapi
dengan suatu alat pengamanbaik untuk gangguan hilangnya catu daya satu phasa
maupun gangguan arus beban tiga phasa tidak seimbang lebih dari 10%.

14. Alat ukur yang dipergunakan berdimensi tidak kurang dari 90x90 mm sesuai untuk
pemasangan di pintu panel dan mempunyai ketelitian yang tidak kurang dari kelas 1,5.
Setiap alat ukur harus diberikan alat pengaman gangguan arus lebih dan arus hubung
singkat.

15. Pendistribusi daya listrik didalam panel (BUSBAR) harus mempunyai dimensi yang
dapat melalukan arus beban maksimum yang mungkin terjadi tanpa memperhatikan
penempatan komponen serta harus mampu menahan besarnya arus gangguan yang
mungkin terjadi sesuai ketentuan DIN 43-671.

16. Khusus untuk keperluan pencegahan operasi bersama antara sumber daya dari PLN
dan sumber daya dari Diesel Generator Set, diperlukan alat pengaman tipe 4 kutub.

17. Kontraktor harus menambahkan peralatan listrik yang berhubungan dengan kontrol-
kontrol AC seperti Trafo, MCB, relay, kontaktor, kabel, dll sesuai dengan kebutuhan
pada tiap-tiap panel AC (P AHU, P Chiller, dll).

03.05.03. Ketentuan Teknis Kabel Listrik

01. Kabel khusus tahan api yang dipergunakan adalah kabel baik yang berinti tunggal
maupun yang berinti banyak dengan luas penampang yang tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana intinya terbuat dari bahan tembaga yang
diberikan isolasi dari bahan PVC dan dibungkus dengan lapisan PVC.

02. Kabel tahan api ini hendaknya dapat dipergunakan pada kondisi temperatur keliling
tidak kurang dari 700 derajat Celcius selama 3 jam sesuai IEC Pub 331,1970.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 53

03. Peralatan bantu persambungan kabel tahan api harus sesuai dengan yang dianjurkan
oleh pabrik pembuatnya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

04. Kabel akan yang dipergunakan untuk menyalurkan daya listrik dan akan ditanam
adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan luas penampang tidak kurang
dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dimana setiap intinya diisolasi dengan
bahan PVC dan diisolasi secara keseluruhan dengan PVC. Pada lapisan luarnya
harus terdapat bagian pelindung dari beban mekanis dan dilapis dengan bahan PVC.

05. Kabel yang akan dipergunakan untuk menyalurkan daya listrik pada jaringan primer
dan atau pada beban dinamis adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan
luas penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan didalam gambar rencana,
dimana setiap intinya diisolasi dengan bahan PVC dan secara keseluruhan diisolasi
dengan bahan PVC sebanyak 2 lapis.

06. Kabel yang dipergunakan untuk melayani beban listrik dalam penerangan dan kotak
kontak yang tidak ditanam adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan
luas penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukan dalam Gambar rencana,
dimana setiap intinya diisolasi dengan bahan PVC dan secara keseluruhan diisolasi
dengan bahan PVC.

07. Kabel yang dipergunakan untuk melayani beban listrik penerangan dan kotak kontak
serta beban listrik lainnya dan ditanam harus sesuai dengan ketentuan pada butir 04
tersebut diatas.

08. Kabel yang dipergunakan sebagai kabel kontrol operasi adalah kabel berinti banyak
dari bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan
dalam gambar rencana, dimana setiap inti nya diisolasi dengan bahan PVC dan
secara keseluruhan diisolasi dengan bahan PVC sebanyak 2 lapis dan mempunyai
nomor inti. Apabila ternyata kabel ini harus ditanam, maka kabel ini harus diberikan
pipa pelindung khusus kabel tipe sambungan ulir.

09. Kabel listrik yang akan dipergunakan untuk melayani beban tiga phasa harus
diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam SPLN dan VDE untuk tegangan kerja
sebesar 600/1000 Volt.

10. Kabel listrik yang akan dipergunakan untuk melayani beban satu phasa harus
diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam SPLN dan VDE untuk tegangan kerja
sebesar 500 V.

11. Kabel kontrol khusus untuk tegangan kerja tidak lebih dari 110 Volt adalah kabel
berinti tembaga berbentuk serabut dengan luas penampang inti seperti yang
ditunjukkan dalam gambar rencana dan masih dapat melayani operasi secara normal
dimana setiap intinya terbuat dari bahan tembaga berisolasi bahan PVC dan secara
keseluruhan diisolasi dengan bahan PVC.

12. Ketentuan lain mengenai kabel akan diberikan Manajemen Konstruksi selama periode
pelaksanaan.

03.05.04. Ketentuan Teknis Pipa Pelindung Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel yang
berukuran lebih kecil dari 6 mm² dimana diameter dalam dari pipa pelindung kabel
tidak kurang dari 150% diameter luar kabel yang dipergunakan dengan

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 54

memperhitungkan besarnya radius pipa pelindung yang diperlukan pada belokan arah
jalur kabel.

02. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal maka luas penampang dalam pipa
pelindung harus tidak kurang dari 250% jumlah luas penampang kabel yang akan
dipasang dengan memperhitungkan besar radius pipa pelindung yang diperlukan
pada belokan arah jalur kabel.

03. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa pelindung kabel
yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGH IMPACT HEAVY GAUGE khusus
untuk pemakaian dalam bangunan sesuai dengan Standar BSI.

04. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus tidak mempunyai sifat sebagai berikut
:
a. Tidak mudah terbakar,
b. Tidak merambatkan api,
c. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
d. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
e. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

05. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan


kebutuhan dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelinding jenis fleksibel yang terbuat dari
bahan yang sama dengan pipa pelindung lainnya, khusus untuk penyambungan pipa
pelindung kesetiap beban listrik.

07. Pemborong wajib mempergunakan semua alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

08. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut :


a. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,

b. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan yang dimaksud,
dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan tempat kedudukannya,
c. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat
pipa dan bersifat FIRE RETARDANT.
d. Pada setiap 4 belokan arah jalur pemipaan, hendaknya diberikan kotak
percabangan.

09. Khusus untuk kabel yang berdiameter 6mm² atau lebih maka kabel harus ditempatkan
dirak kabel dalam cable duct atau C-Channel atau di atas cable tray.

03.05.05. Ketentuan Teknis Rak dan Tangga Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk kabel yang ditempatkan dalam
pipa pelindung kabel ataupun tidak bila dipasangkan secara mendatar dan atau tegak
dengan jalur kabel lebih dari enam jalur.

02. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Dip Galvanized.
Ukuran dari bahan besi harus sedemikan rupa sehingga dapat menampung beban
dari kabel yang ditempatkan pada rak kabel yang bersangkutan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 55

03. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

04. Rak kabel harus dilengkapi penggantung yang terbuat dari bahan besi siku 40x40x4
mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton berukuran diameter 10
mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Pada tiap persambungan
penggantung ini harus diperlengkapi dengan mur disetiap sisinya.

05. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari 150
cm.

06. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan
jarak pemasangan kabel sehingga tidak mempengaruhi besarnya faktor koreksi yang
telah ditentukan selama perencanaan.

07. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75 cm, maka Manajemen
Konstruksi akan menentukan konstruksi rak kabel.

08. Pemborong wajib membuat dan mempergunakan tangga kabel bagi semua kabel baik
yang ditempatkan dalam pipa pelindung maupun yang tidak, bila dipasang secara
tegak dengan jalur kabel yang lebih dari 6 jalur.
09. Tangga kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Dip
Galvanized. Ukuran dari bahan besi harus sedemikian rupa sehingga dapat
menampung beban dari kabel yang ditempatkan pada tangga kabel yang
bersangkutan.

10. Tangga kabel harus dipasangkan pada dudukan yang terbuat dari bahan kanal baja
UNP 10 pada setiap jarak tidak lebih dari 150 cm. Pemasangan tangga kabel
kedudukannya tersebut dengan mempergunakan mur-baut berukuran sesuai dengan
bebannya.

11. Pemborong wajib membuat tangga kabel selebar kebutuhan dengan


memperhitungkan jarak pemasangan antara kabel sehingga tidak mempengaruhi
besaran faktor koreksi yang dipergunakan dalam perencanaan.

12. Apabila ternyata lebar tangga kabel yang harus dipergunakan lebih dari 150cm, maka
Manajemen Konstruksi akan menentukan konstruksi dan bahan tangga kabel.

13. Semua bagian baja pada rak kabel dan tangga kabel harus dilapisi oleh bahan
antikarat berupa Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis sebelum dipasang.

03.05.06. Ketentuan Teknis Peralatan Bantu

01. Peralatan bantu dalam terminasi kabel yang berukuran lebih besar dari 16 mm adalah
sepatu kabel yang harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. Peralatan bantu untuk pemasangan kabel kedalam Panel berupa CABLE GLAND
harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

03. Peralatan bantu berupa Fisher dan Dynabolt dan yang sejenis harus mempunyai
kekuatan yang sebanding terhadap bebannya dan harus disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 56

04. Peralatan bantu dalam penyambungan kawat tembaga telanjang harus mempunyai
permukaan yang dilapisi oleh timah dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

05. Peralatan bantu berupa FISHER dan DYNABOLT dan yang sejenis harus mempunyai
kekuatan yang sebanding terhadap bebannya dan harus disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

06. Peralatan bantu dalam penyambungan kawat tembaga telanjang harus mempunyai
permukaan yang dilapisi oleh timah dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

07. Peralatan bantu dalam penyambungan kabel penerangan dan kotak kontak biasa
adalah tipe LASDOOP produksi 3 M atau legrand.

03.06.00. KETENTUAN TEKNIS PENGECATAN

01. Semua penggantung ducting dan ducting expose harus dicat dasar dengan
zinchromate.

02. Semua pipa yang terpasang harus dicat dasar dengan zinchromate primer 2 lapis
berikut penggantungnya/ penyangga, flange.

03. Untuk ducting, pipa, flange dan penggantung/ penyangga setelah di cat dasar harus
dicat dengan cat finish/cat aluminium.

04. Semua equipment, disebabkan gangguan cuaca atau gangguan setempat atau karat
yang merusak sebagian atau seluruh cat aslinya, harus dicat lagi dengan warna yang
sesuai secara keseluruhan atau warna yang diminta Pemberi Tugas.
05. Cat dasar, dan finishing dari merk ICI atau yang setara yang dapat disetujui.

03.07.00. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN (TESTING) ADJUSTING DAN


BALANCING (TAB) HASIL PELAKSANAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen Konstruksi


dan Pemberi Tugas. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan
wakil Pemberi Tugas akan dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan terutama ditujukan untuk memeriksa hal hal sebagai
berikut :
a. Pengukuran tahanan isolasi semua kabel listrik,
b. Jumlah aliran udara di setiap Diffusser dan Grille, ducting dengan ;
 Electronic Pitot Tube lengkap dengan hood dan ketelitian yang tinggi
(Electronic Volumeter)
 Electronic Pitot Tube / Elektronik Volumenter untuk ducting dengan
ketelitian tinggi
c. Pengukuran besaran listrik pada setiap bagian dari setiap alat.
d. Pengukuran temperatur dan kelembaban relative ruangan dengan Sling
Psychrometric dan thermometer.
e. Pengukuran kapasitas peralatan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 57

f. Pengukuran kebocoran pipa maksimum 0% dari tekanan pengujian selama 6


jam pada tekanan pengujian 1,5 kali tekanan kerja.
g. Pengukuran putaran (rpm) dengan Tachmometer atau sejenisnya.
h. Pengukuran tekanan dengan Barometer/Pressure Gauge.
i. Dan lain lainnya yang ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.
j. Ducting harus di test kebocoran max. 0% dengan asap atau Dry es dengan
tekanan pengujian sesuai tekanan kerja dari fan selama 30 menit.

04. Secara detail TAB harus dilaksanakan terhadap seluruh sistem dan bagian-
bagiannya, sehingga didapat besaran-besaran pengukuran yang sesuai atau
mendekati besaran yang ditentukan dalam rencana.

05. Dalam pelaksanaan TAB, disamping pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-
besaran yang ditentukan dalam design, juga diwajibkan melaksanakan pengukuran
terhadap besaran-besaran yang tidak tercantum dalam gambar rencana, tapi besaran
ini sangat diperlukan dalam penentuan kondisi dan kemampuan peralatan dan juga
sebagai data-data yang diperlukan bagi pihak maintenance dan operation.

06. Semua pelaksanaan TAB maupun pengukuran-pengukuran terhadap besaran-


besaran lainnya yang tidak tercantum dalam gambar rencana harus dituangkan dalam
suatu laporan yang bentuknya (formnya) sudah disetujui oleh pengawas.

07. Pelaksanaan TAB dilakukan oleh tenaga engineer yang betul-betul sudah
berpengalaman dalam pelaksanaan TAB ini.

08. Dalam pelaksanaan TAB, harus selalu didampingi oleh tenaga pengawas, dimana
hasil-hasil pengukuran dan pengamatan yang dilakukan juga disaksikan oleh
pengawas tersebut dan dalam laporannya ikut menandatangani.

09. Sebelum melaksanakan TAB, kontraktor harus membuat suatu rencana kerja,
mengenai prosedure pelaksanaan TAB untuk masing-masing bagian pekerjaan, dan
prosedure ini agar dibicarakan dengan pihak Manegement Konstruksi untuk
mendapatkan persetujuannya.

03.08.00. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. AC Split unit yang dipakai adalah produksi Daikin.

02. Axial Fans yang dipakai adalah produksi Woods, Stork, atau National, Xpel Air,
Kruger.

03. Centrifugal Fans/In line centrifugal yang dipergunakan adalah produksi Woods, Stork,
Wolter, National atau Kruger.

04. Inverter yang dipakai adalah produksi Danfoss, Siemens, atau bawaan produk VRV.

05. Control Equipment yang dipakai adalah produksi Honeywell, TA, Flowcon, Danfoss,
Simens, Landis & Staefa atau bawaan produk VRV.

07. Black Steel pipe Class Medium yang dipakai adalah produksi PPI, Bakrie Brothers,
Spindo.

08. Black Steel Pipe Class Medium Fittings yang dipakai adalah produksi Butt-Weld, Tupy,
Futawa.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 58

09. Flexible Connector (pipeworks) yang dipakai adalah produksi Tozen, Toefle, atau
Proco.

10. Pressure Gauge yang dipakai adalah produksi Nagano, Johnson.

11. Thermometer yang dipakai adalah produksi Toyo, Nagano, Johnson, atau Kitazawa.

12. Expansion Joint (pipeworks) yang dipakai adalah produksi Yoshitake, Mason.

13. PVC pipe yang dipakai adalah produksi Wavin, Pralon, Rucika.

14. Copper pipe yang dipakai adalah produksi Wednesbuy Type L, Kembla, Wolfrein.

15. Galvanized Steel Sheet yang dipakai adalah produksi Lokfom.

16. Flexible Duct yag dipakai adalah produksi Modulflet.

17. Promate boards untuk Duct insulation fire rated adalah produksi Promat.

18. Polythelyne insulation yang dipakai adalah produksi Thermaflex.

19. Pair Copper Pipe c.w insulation untuk AC Split yang dipakai adalah produksi Inaba
Denko.

20. Fibreglass Insulation yang dipakai adalah produksi Parawool, atau ACI, AB Wool.

21. Rockwool insullation yang dipakai adalah produksi ACI, Isover, ABR

22. Aluminium Foil yang dipakai adalah produksi Thermofoil 731, Flame Stop 525, AB foil.

23. Adhesive tape yang dipakai adalah produksi SABA, Duct Sung, AB tape.

24. Grilles (supply, return, exhaust, fresh air) yang dipakai adalah produksi Comfort Aire,
atau Modul.

25. Glass Cloth yang dipakai adalah produksi Colan.

26. Linier S/A diffusser yang dipakai adalah produksi Comfort Aire, Modul.

27. Square S/A diffusser yang dipakai adalah produksi Comfort Aire, Modul.

28. Fire Dampers yang dipakai adalah produksi lokal.

29. Air Filters yang dipakai adalah produksi American Air Filter, Cambridge.

30. Air Filter Elektrostatic adalah produksi Honeywell.

31. Silencer yang dipakai adalah produksi Woods, IAC (Industrial Acustics Company).

32. Anti Vibration Mounting yang dipakai adalah produksi Mason.

33. Pabrik pembuat panel adalah Siemens Indonesia, Ega Tekelindo Prima, Unimakmur,
Merlin Gerin Indonesia.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 59

34. Komponen panel yang dipergunakan adalah produksi Siemens, Merlin Gerin,
Telemechanique, Mitsubishi.

35. Komponen alat ukur yang dipakai adalah produksi AEG, Mitshubishi.

36. Pipa Pelindung kabel yang dipakai adalah produksi Ega, Double-H.

37. Kabel TR yang dipakai adalah produksi Supreme, Kabelindo, Kabelmetal.

38. Kabel Tahan Api yang dipakai adalah produksi Sumitomo, Fuji .

39. Rak/tangga kabel yang dipakai adalah produksi Interach, Nobi, Metosu.

40. Flow meter yang dipakai adalah produksi Fisher dan Porter, Danfos.

41. Lain lain bahan dan peralatan yang dipergunakan dan belum ditentukan dalam
ketentuan ini, merupakan kewajiban Pemborong untuk mengusulkannya dan harus
dijelaskan didalam penawaran.

42. Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap jenis bahan dan
peralatan.

43. Apabila Pemborong mengalami kesulitan didalam mendapatkan bahan dan peralatan
yang sesuai dengan ketentuan ini dan sesuai dengan penawaran yang diajukan serta
sesuai dengan hasil negosiasi, maka Pemborong dapat mengajukan usulan
perubahan secara tertulis disertai data data yang lengkap. Apabila usulan tersebut
ditolak oleh Pemberi Tugas dan atau Manajemen Konstruksi, maka semua resiko
menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.

04.00.00 : PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEVATOR (LIFT)

04.01.00 : LINGKUP PEKERJAAN

04.01.01 : Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan pada sistem instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap bagian dari
sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan suatu operasi sistem
secara sempurna dan memuaskan.

02. Secara garis besarnya, lingkup pekerjaan ini dibedakan atas bagian-bagian berikut :
1. 2 (tiga) unit Pasanger Elevator (Lift Penumpang) dan 1 (satu) unit Service
Elevator (Lift Servis) beserta seluruh perlengkapannya
2. Pekerjaan pengkabelan daya dari panel Elevator setiap panel kontrol Elevator.
3. Pekerjaan lain-lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini yang tidak termasuk
didalam lingkup pekerjaan Pemborong lainnya.
4. Peralatan bantu elevator.

03. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian sistem sehingga secara keseluruhan
dapat merupakan suatu sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 60

04. Pemborong wajib mengurus seluruh perijinan dari Lembaga Pemerintah yang
berwenang, baik untuk pemasangan maupun untuk pemakaian peralatan.

05. Pemborong wajib melakukan pemeliharaan peralatan selama masa pemeliharaan


yang tidak kurang dari 12 (dua belas) bulan terhitung sejak diadakannya penyerahan
pekerjaan kepada Pemberi Tugas untuk pertama kalinya.

06. Pemborong wajib melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada setiap bagian dari
peralatan selama masa pemeliharaan atas biaya Pemborong, kecuali dapat dibuktikan
bahwa kerusakan terjadi karena adanya salah operasi.

07. Pemborong wajib memberikan jaminan peralatan tidak kurang dari 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak diadakannya penyerahan pekerjaan untuk pertama kalinya kepada
Pemberi Tugas.

08. Data umum peralatan diberikan dalam schedule peralatan didalam ketentuan ini.

09. Pemborong wajib mengadakan terminal kontrol di panel kontrol elevator untuk dapat
dihubungkan ke sistem monitor dan operasi remote, khususnya untuk indikasi on, off,
shutdown, failure dan sebagainya.

04.01.02 : Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan Elevator tetapi dilaksanakan oleh
Pemborong pekerjaan Sipil, adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Lift Shaft
2. Pembuatan ruang mesin Elevator.
3. Pembuatan Lift Pit lengkap dengan pondasi untuk Buffer Stop dan tangganya
termasuk pelapisan tahan air (water proofing)
4. Pembuatan lubang Pintu Elevator disetiap lantai sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan Elevator.
5. Pembuatan lubang yang sesuai untuk pelaksanaan pemasangan Hall Button,
Hall Lantern dan Hall Indicator disetiap lantai didasarkan pada informasi dari
Pemborong pekerjaan ini.
6. Pembuatan lubang pada lantai ruang mesin Elevator untuk pemasangan Hoist
Rope, pembuatan Trench Kabel dilantai ruang mesin Elevator.
7. Pembuatan lubang di dinding ruang mesin Elevator untuk sistem pengkondisian
ruang sesuai dengan yang dibutuhkan.
8. Pembuatan balok beton sekeliling Lift Shaft pada ketinggian tertentu sebagai
tempat dudukan penggantung pintu lantai dan Guide Rail Support.
9. Pembuatan dudukan Door Sill Support disetiap pintu lantai.
10. Pembuatan Separator Beam apabila diperlukan dan diberikan dalam gambar
rencana.

02. Pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan Elevator tetapi dilaksanakan oleh
Pemborong pekerjaan Listrik yaitu sebagai berikut :
1. Pengadaan catu daya sampai dengan Panel Elevator.
2. Pengadaan penerangan serta kotak kontak daya di dalam ruang mesin Elevator.
3. Pengadaan hubungan kontrol dari panel kontrol elevator ke sistem monitor dan
operasi remote.

03. Pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan Elevator tetapi dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Tanda Bahaya Kebakaran adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan sistem tanda bahaya kebakaran di dalam ruang mesin Elevator.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 61

2. Pengadaan terminal hubungan kontrol operasi antara tanda bahaya kebakaran


dan Elevator.

04. Pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan Elevator tetapi dilaksanakan oleh
Pemborong pekerjaan pemadam kebakaran, adalah pengadaan alat pemadam
kebakaran dengan bahan pemadam kimia (APAR) di dalam ruang mesin Elevator.

05. Pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan Elevator tetapi dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Pengkondisian Udara, adalah pengadaan mesin pengkondisian
udara beserta seluruh perlengkapannya, sesuai dengan kebutuhan operasi Elevator
dengan peralatan kontrolnya.

06. Pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan Elevator tetapi yang dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Tata Suara, adalah pengadaan sistem pemberitahuan kondisi
darurat ke dalam ruang mesin Elevator.

04.02.00 : KETENTUAN TEKNIS UMUM

04.02.01 : Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan digunakan harus dapat
dipergunakan secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 45 oC, dengan
kelembaban relatif tidak kurang 80 %.

02. Setiap bagian dari peralatan kontrol harus diperlengkapi dengan alat pencegah
gangguan interferensi gelombang radio dan tegangan kejut.

04.02.02 : Sangkar (Kereta)

01. Dimensi dan kapasitas Sangkar hendaknya tidak kurang dari ketentuan dalam
schedule peralatan.

02. Konstruksi Sangkar hendaknya sedemikian rupa sehingga mampu dipergunakan untuk
operasi pada kecepatan nominal tidak kurang dari ketentuan dalam Daftar Peralatan
termasuk tambahan beban berupa bahan pelapis sangkar dari Perencana Interior
seberat 300 Kg.

03. Sangkar Elevator hendaknya dapat memberikan pelayanan pada lantai-lantai yang
ditentukan dalam Daftar Peralatan dimana arah pembukaan pintu adalah sama disetiap
lantai.

04. Rangka Sangkar hendaknya terbuat dari profil baja yang diproses anti karat.
Khususnya untuk Elevator yang akan dioperasikan dengan kecepatan nominal sebesar
150 MPM atau lebih, maka dibagian atas dan bawah Rangka Sangkar, harus
disediakan Roller Guide Shoes.
Khusus untuk Elevator yang akan dioperasikan dengan kecepatan nominal lebih
lambat dari 150 MPM, maka di bagian atas dan bawah Rangka Sangkar, harus
disediakan Sliding Guide Shoes.

05. Lantai Sangkar hendaknya terbuat dari bahan pelat baja yang diproses anti karat dan
mampu menahan beban yang sesuai dengan kapasitasnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 62

06. Pada permukaan bagian atas lantai Sangkar hendaknya ditempatkan lapisan sesuai
ketentuan dalam Daftar Peralatan. Tipe, motif dan warna lapisan ini akan ditentukan di
dalam klarifikasi penawaran.

07. Dinding Sangkar hendaknya terbuat dari bahan pelat baja setebal 2 mm atau lebih dan
dilapis dengan bahan yang sesuai dengan ketentuan di dalam Daftar Peralatan yang
disusun dalam modul panel.

08. Pada bagian luar dari Dinding Sangkar, hendaknya ditempatkan suatu lapisan peredam
suara.

09. Pada bagian bawah Dinding Sangkar, hendaknya ditempatkan suatu lapisan sesuai
ketentuan dalam Daftar Peralatan setinggi 10 cm untuk menahan gesekan yang
mungkin terjadi selama pemakaian Sangkar.

10. Atap Sangkar hendaknya terbuat dari bahan plat baja setebal 2 mm atau lebih diproses
anti karat yang dibentuk sedemikan rupa sehingga mampu menahan beban yang
mungkin timbul selama operasi.

11. Pada Atap Sangkar hendaknya disedikan pintu darurat tidak kurang dari sebesar 50
cm x 50 cm untuk keperluan pengosongan Sangkar dalam keadaan darurat. Pintu
darurat ini hendaknya hanya dapat dibuka dari bagian atas sangkar dan dilengkapi
dengan alat pengaman.

12. Pada bagian atas dari Atap Sangkar, hendaknya ditempatkan lapisan peredam Suara
dan peralatan pengaman operasi seperti yang disyaratkan dalam ketentuan ini.

13. Bagian bawah dari Atap Sangkar hendaknya dilapis dengan cat bakar warna putih.

14. Lampu penerangan didalam Sangkar, hendaknya mampu memberikan kuat


penerangan rata-rata 250 lux bila diukur pada lantai Sangkar dimana semua
perlengkapan Sangkar saat itu telah terpasang, Lampu penerangan harus ditempatkan
diantara Atap Sangkar dengan langit-langit ganda.

15. Penerangan darurat didalam Sangkar, hendaknya disediakan dengan


mempergunakan sumber daya berupa batere Nikel Kadmium tipe Drycell. Kapasitas
batere hendaknya diperhitungkan untuk operasi tidak kurang dari 30 menit.
Penerangan darurat tersebut hendaknya mempergunakan salah satu lampu
penerangan normal yang telah tersedia dan akan menimbulkan kuat penerangan rata-
rata tidak kurang dari 75 lux bila diukur pada lantai Sangkar dengan semua
perlengkapan Sangkar terpasang.

16. Pemborong hendaknya melengkapi sumber daya darurat ini dengan alat pengisinya
yang dapat bekerja secara otomatis dengan waktu pengisinya tidak lebih dari 24 jam
dan harus sesuai dengan karakteristik baterenya.

17. Pada bagian atas dari Atap Sangkar, hendaknya ditempatkan suatu alat sirkulasi
udara. Alat ini hendaknya mampu mengadakan pertukaran udara didalam Sangkar
tidak kurang dari 6 kali per jam.

18. Langit-langit ganda didalam Sangkar hendaknya ditempatkan pada ketinggian tidak
kurang dari ketentuan dalam Daftar Peralatan.

19. Langit-langit ganda hendaknya terbuat dari bahan yang sesuai dengan ketentuan
dalam Daftar Peralatan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 63

20. Pintu Sangkar hendaknya terbuat dari bahan plat baja setebal 2 mm atau lebih yang
diproses anti karat. Pada bagian luarnya hendaknya ditempatkan lapisan yang sesuai
dengan ketentuan dalam Daftar Peralatan.

21. Arah gerakan Pintu Sangkar adalah sentris kearah kiri dan kanan dari Sangkar dengan
dimensi yang sesuai dengan ketentuan dalam Daftar Peralatan.

22. Pada bangunan luar dari Pintu Sangkar hendaknya ditempatkan lapisan peredam
suara dan beberapa peralatan pengaman operasi sangkar, seperti yang disyaratkan
dalam ketentuan ini.

23. Rangka Pintu Sangkar hendaknya terbuat dari bahan profil baja yang dilapis dengan
bahan yang sesuai dengan ketentuan dalam Daftar Peralatan.

24. Pada penutup bagian atas dari Pintu Sangkar hendaknya ditempatkan suatu Indikator
Posisi Sangkar tipe Digital dan arah perjalanan Sangkar. Indikator ini dapat juga
ditempatkan pada panel Operasi Sangkar.

25. Pada lantai Sangkar dan tepat di bawah Pintu Sangkar harus ditempatkan suatu bahan
Alumunium keras bermotif dengan warna natural.

26. Apabila ditentukan lebar Pintu Sangkar kurang dari 1000 mm, maka pada bagian kanan
Pintu Sangkar hendaknya ditempatkan Panel Operasi Sangkar.

27. Apabila ditentukan lebar Pintu Sangkar 1000 mm atau lebih, maka Panel Operasi
Sangkar harus disediakan pada kedua sisi pintu.

28. Panel Operasi Sangkar hendaknya mempunyai beberapa tombol operasi dengan
lampu indikator dan tempat operasi khusus.

29. Tombol operasi yang diperlukan antara lain :


1. Tombol lantai tujuan Sangkar sesuai dengan jumlah lantai bangunan.
2. Tombol pembuka dan penutup Pintu Sangkar.
3. Tombol panggilan ke pesawat induk Interkom.
4. Lampu indikator gangguan beban lebih dan lampu indikator beban penuh.
5. Speaker untuk pembicaraan Interkom.

30. Khusus untuk bangunan yang mempunyai Elevator lebih dari 2 unit, maka pada Panel
Operasi Sangkar hendaknya dilengkapi dengan tombol operasi pelayanan untuk
kondisi khusus (Attendant Operation).

31. Khusus untuk bangunan yang mempunyai jumlah lantai lebih dari 8 lantai, maka pada
Panel Operasi Sangkar hendaknya disediakan tombol pengatur program pelayanan
lantai. Hal ini akan memungkinkan Sangkar tidak memberikan pelayanan ke satu/
beberapa lantai tertentu. Pelayanan ke lantai tersebut hanya dapat dilakukan apabila
pemakai memberikan kode yang sesuai.

32. Khusus untuk Elevator Service, Panel Operasi Sangkar harus dilengkapi dengan Door
Hold Button.

33. Tempat alat operasi khusus hendaknya memiliki beberapa kegunaan, antara lain :
1. Mengoperasikan alat sirkulasi udara.
2. Menyalakan lampu penerangan dalam Sangkar
3. Menghentikan motor penggerak.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 64

4. Beberapa kegunaan khusus lainnya.

34. Tombol operasi yang dimaksud hendaknya terdiri atas kontak tipe Micro Movement
yang dilengkapi dengan lampu indikator. Lampu indikator akan menyala, apabila
perintah pada tombol telah diterima di Panel Kontrol Elevator.

35. Panel Operasi Sangkar hendaknya mempunyai plat dasar pemasangan yang terbuat
dari bahan yang sesuai dengan ketentuan dalam Daftar Peralatan.

04.02.03 : Peralatan didalam Lift Shaft

01. Pada bagian bawah dari Lift Shaft dan tepat dibawah Sangkar dan Pengimbang Berat/
Counter Weight hendaknya diberikan penahan luncuran (Buffer Stop).

02. Khusus untuk Elevator dengan pelayanan maksimum 5 lantai, maka tipe Buffer Stop
yang dipergunakan adalah pegas lengkap dengan dudukannya dan alat pengaman
seperti yang disyaratkan dalam ketentuan ini.

03. Khusus untuk Elevator dengan pelayanan maksimum lebih dari 5 lantai, maka tipe
Buffer Stop yang dipergunakan adalah Hidrolik lengkap dengan dudukannya dan alat
pengaman seperti yang disyaratkan dalam ketentuan ini.

04. Didalam Lift Shaft hendaknya disediakan alat pembatas ketinggian operasi baik
dibagian bawah dari level lantai terendah maupun pada bagian atas dari level lantai
teratas.

05. Pada setiap level lantai yang dilayani oleh Sangkar, hendaknya disediakan sepasang
alat pengatur pemberhentian Sangkar dengan tipe yang sesuai dengan ketentuan ini.

06. Pengarah perjalanan Sangkar dan Pengimbang Berat hendaknya terbuat dari profil
baja dengan ukuran yang sesuai sehingga dapat menahan semua beban yang
mungkin timbulnya dan harus disetujui oleh Perencana Struktur. Pemborong wajib
menyertakan data kekuatan bahan dan reaksi beban yang mungkin timbul didalam
Gambar Kerja.

07. Pengimbang Berat (counter weight) yang dipergunakan hendaknya dapat memberikan
perimbangan tidak kurang dari 45 % sampai dengan 50 % berat sangkar termasuk
seluruh beban yang ada didalamnya dalam keadaan beroperasi. Konstruksi dari alat
ini harus cukup kuat untuk dapat menahan semua beban yang mungkin timbul.

08. Kabel Penghantar penghubung Sangkar dengan Panel Kontrol Elevator dan peralatan
lainnya, hendaknya terdiri atas beberapa inti sesuai dengan kebutuhan yang diuraikan
dalam ketentuan ini. Kabel ini harus mempunyai bagian penguat, sehingga tidak mudah
berubah karakteristiknya.
09. Apabila ternyata dipergunakan Deflection Pulley pada sistem penggerak, maka
kedudukan alat ini hendaknya dapat diatur. Pemborong hendaknya menyertakan
kemampuan pengaturan kedudukan didalam Gambar Kerja.

04.02.04 : Peralatan disetiap Lantai Operasi

01. Pintu pada tiap lantai hendaknya terbuat dari bahan plat baja dengan ketebalan 2 mm
atau lebih yang diproses anti karat kemudian dilapis dengan bahan sesuai dengan
ketentuan dalam Daftar Peralatan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 65

02. Arah gerakan daun pintu tiap lantai adalah sentris kekiri dan kanan dari Rangka Pintu
Lantai Dimensi pintu tiap lantai diberikan dalam Daftar Peralatan.

03. Pada bagian dalam dari pintu tiap lantai hendaknya ditempatkan lapisan peredam
suara.

04. Rangka Pintu Lantai hendaknya terbuat dari bahan plat baja setebal 2 mm atau lebih
yang diproses anti karat dan dibentuk sesuai ketentuan dalam Daftar Peralatan.

05. Pada permukaan luar Rangka Pintu Lantai hendaknya ditempatkan lapisan sesuai
ketentuan dalam Daftar Peralatan.

06. Apabila ditentukan dalam Daftar Peralatan bahwa Rangka Pintu Lantai dilengkapi
Transom, maka bagian tersebut hendaknya terbuat dari bahan plat baja setebal 2 mm
atau lebih yang diproses anti karat dan dilapis dengan bahan sesuai ketentuan dalam
Daftar Peralatan.

07. Pintu lantai hendaknya dilengkapi kunci mekanis untuk mencegah pembukaan secara
manual dalam keadaan normal disertai alat pengaman seperti yang diuraikan dalam
ketentuan ini.

08. Pintu lantai hendaknya diberikan perlengkapan untuk menutup pintu secara otomatis.
Semua perlengkapan Pintu Lantai harus ditempatkan di dalam Lift Shaft dan diberikan
penutup/ pelindung.

09. Pada bagian samping dari Pintu lantai pada dinding hendaknya ditempatkan Panel
Operasi Lantai yang berisikan :
1. Tombol panggilan sangkar untuk arah ke atas.
2. Tombol panggilan sangkar untuk arah ke bawah.

10. Plat dasar Panel Operasi Lantai terbuat dari bahan sesuai ketentuan dalam Daftar
Peralatan.

11. Indikator Posisi Sangkar adalah tipe Digital 16 Element. Indikator ini bersama dengan
Indikator arah perjalanan sangkar harus ditempatkan pada suatu plat pemasangan
dari bahan yang sesuai dengan ketentuan dalam Daftar Peralatan.

12. Indikator posisi sangkar harus ditempatkan pada Transom Pintu (apabila perlu) atau
pada dinding di atas Rangka Pintu atau digabung dengan Panel Operasi Lantai.

13. Ketentuan mengenai lantai yang dilengkapi Indikator Posisi Sangkar akan diberikan
dalam Daftar Peralatan.

14. Pada setiap lantai pelayanan tepat dibawah pintu hendaknya ditempatkan suatu
bahan Alumunium bermotif warna natural.

04.02.05 : Penggerak

01. Apabila ditentukan kecepatan nominal Sangkar Elevator kurang dari 150 MPM, maka
Sangkar Elevator harus digerakkan oleh motor listrik arus bolak balik yang dioperasikan
dengan sistem Variable Voltage Variable Frequency di Panel Kontrol Elevator dengan
kemampuan operasi sebanyak 180 kali start/jam.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 66

02. Apabila ditentukan kecepatan nominal Sangkar Elevator lebih besar atau sama dengan
150 MPM, maka Sangkar Elevator harus digerakkan oleh motor listrik arus searah
tanpa mempergunakan pengubah jumlah putaran yang dioperasikan dengan peralatan
Thyristor di panel kontrol elevator dengan kemampuan operasi sebanyak 240 kali
start/jam.

03. Apabila jumlah Elevator pada setiap kelompoknya ditentukan adalah 3 unit atau lebih,
maka jenis operasi yang dikehendaki adalah Group Supervisory.

04. Apabila jumlah Elevator pada setiap kelompoknya ditentukan sebanyak 2 unit, maka
jenis operasi yang dikehendaki adalah Duplex Selective Collective.

05. Apabila jumlah Elevator pada setiap kelompoknya ditentukan hanya 1 unit, maka jenis
operasi yang dikehendaki adalah Simplex Selective Collective.

06. Sistem penggerak sangkar hendaknya dilengkapi dengan tali baja tidak kurang dari 4
jalur, dimana masing-masing tali baja berdiameter tidak kurang dari 10 MM, sedemikian
rupa sehingga perbandingan gerak sangkar terhadap gerak roda penggeraknya adalah
2:1. Jumlah dan dimensi tali baja yang dimaksud dalam ketentuan ini harus memiliki
faktor tidak kurang dari 14.

07. Pemborong hendaknya menyertakan data kekuatan tali baja tersebut didalam Gambar
kerja.

08. Panel kontrol Elevator beserta seluruh perlengkapannya harus mampu menghentikan
sangkar pada lantai tujuan dengan toleransi perbedaan tinggi lantai tidak lebih dari 4
MM.

09. Panel kontrol Elevator hendaknya merupakan komponen operasi dengan


Microprocessor, kecuali rele penggerak motor utamanya.

10. Apabila untuk penggerak motor utama dipergunakan rele, maka rele maknetis tersebut
harus tipe tertutup dan dari kelas operasi tipe AC-4.

11. Panel kontrol Elevator hendaknya merupakan panel tertutup dengan beberapa lubang
ventilasi. Pada setiap lubang ventilasi hendaknya disediakan pengaman, sehingga
tidak memungkinkan masuknya serangga ke dalam panel. Alat ventilasi buatan harus
ditempatkan dibagian atas panel apabila ternyata temperature kerja didalam panel
melebihi persyaratan.

12. Bagian bawah Panel kontrol Elevator hendaknya dilengkapi penutup, dimana semua
kabel keluar dari atau masuk ke panel tersebut harus melalui Cable Gland.

04.02.06 : Perlengkapan Pengaturan Operasi Elevator

01. Full Load Control

Operasi dari sangkar hendaknya dilengkapi dengan pembatas pengisian beban sampai
dengan 95 % kapasitas nominalnya, dimana pada saat itu Panel Kontrol Elevator harus
memberikan tanda berupa nyala lampu pada Panel Operasi Sangkar.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 67

Dengan demikian maka Sangkar tidak dapat diberikan tambahan beban dan panggilan
dari Panel Operasi lantai tidak dilayani lebih lanjut sebelum ada pengurangan beban
didalam Sangkar. Alat deteksi beban di Lantai Sangkar hendaknya tipe Elektro-
Maknetis/ Transducer.

02. Over Load Control

Operasi dari sangkar hendaknya dilengkapi dengan pengaman beban penuh, dimana
Panel Kontrol Elevator harus memberikan tanda berupa bel elektronik di Panel Operasi
Sangkar dan mencegah bergeraknya sangkar.
Alat detetksi beban di lantai Sangkar hendaknya tipe Elektro-Maknetis/ Transducer.

03. No Load Control


Operasi dari sangkar hendaknya dilengkapi dengan pengaman beban kosong, dimana
bila pada saat itu masih tercata adanya perintah dari Panel Operasi Sangkar, maka
panel kontrol Elevator harus membatalkan semua perintah tersebut.
Alat deteksi beban di Lantai Sangkar hendaknya tipe Elektro-Maknetis/ Transducer.

04. Anti Nuissance Control


Operasi dari sangkar hendaknya dilengkapi dengan pengaman terhadap banyaknya
perintah pada panel Operasi Sangkar dibandingkan terhadap jumlah penumpang
dalam sangkar. Apabila hal ini terjadi, maka Panel Kontrol Elevator harus membatalkan
semua perintah tersebut.
Alat deteksi beban di Lantai Sangkar hendaknya tipe Elektro-Maknetis/ Transducer.

05. Attendant Control


Operasi dari Elevator secara keseluruhan harus dilengkapi dengan sistem pengaturan
keadaan khusus, dimana Elevator dapat dipergunakan tanpa memberikan pelayanan
terhadap perintah Panel Operasi Lantai dan lepas dari sistem operasinya.

06. Fireman Control


Operasi dari Elevator secara keseluruhan harus dilengkapi dengan sistem pengaturan
keadaan khusus kebakaran Panel Kontrol Elevator akan membatalkan semua perintah
baik pada Panel Operasi Sangkar maupun Panel Operasi Lantai dan membawa
Sangkar kembali ke lantai terendah. Setelah itu Elevator akan berhenti dengan pintu
terbuka dan hanya dapat digerakkan kembali untuk keperluan pemadaman kebakaran
oleh petugas yang berwenang. Operasi ini hanya akan bekerja, apabila indikasi
kebakaran telah diterima di Panel Kontrol Elevator dari Panel Kontrol Tanda Bahaya
Kebakaran dan atau dari saklar khusus (Fireman Switch) di lantai terendah.

07. Automatic Resque Device


Operasi dari Elevator secara keseluruhan harus dilengkapi dengan catu daya darurat
dari Sumber Daya Arus Searah, sehingga pada saat gangguan pelayanan sumber
daya utama, Sangkar Elevator tetap dapat diberhentikan pada lantai terdekat dengan
posisi pintu terbuka secara bergantian.

04.02.07 : Sistem Pengaman Operasi Elevator

01. Operasi dari Sangkar hendaknya dilengkapi dengan pengaman kecepatan dengan
pengaman kecepatan lebih berupa Speed Governor, dimana bila terjadi kelebihan
batas 110 % dari nilai nominalnya, maka akan terjadi pengereman pada Guide Rail dan
motor penggeraknya secara otomatis. Hal ini diperlukan selain pada sangkar juga
harus dipasang pada pengimbang berat.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 68

02. Apabila ternyata di bawah pit elevator masih terdapat ruangan maka perlengkapan
speed governor juga disyaratkan dipasang pada pengimbang berat.

03. Operasi dari Pintu Sangkar dan Pintu Lantai hendaknya dilengkapi dengan pengaman
berupa Safety Shoes pada setiap sisinya. Apabila operasi pintu terhambat maka Pintu
akan terbuka kembali secara otomatis. Selain itu pengaman operasi serupa tetapi
mempergunakan sistem jalur cahaya (Photo Cell) tetap harus disediakan.

04. Operasi dari Pintu Sangkar dan Pintu Lantai hendaknya dilengkapi dengan suatu
pengaman pencegahan operasi mesin penggerak bila ternyata pintu tidak rapat dan
atau dibuka secara manual dengan kunci khusus yang telah disediakan.

05. Perjalanan Sangkar hendaknya diberikan pembatas berupa Travel Limit Switch yang
ditempatkan pada batas 10 CM dibawah level lantai terendah dan 10 CM diatas level
teratas. Apabila ternyata pengaman ini bekerja, maka pengereman poros motor
penggerak dicegah untuk bekerja.

06. Apabila beban didalam Sangkar telah melebihi dari kapasitas nominalnya, maka mesin
penggerak harus dicegah untuk bekerja.

07. Apabila ketegangan kawat baja penghubung sangkar dan Pengimbang Berat selama
operasinya tidak sama besar dan atau kurang dari yang ditentukan pabrik pembuat,
maka motor penggerak harus dicegah untuk beroperasi.

08. Khusus untuk elevator dengan dua bukaan, baik pada bukaan pintu depan belakang
maupun pada bukaan pintu depan - samping, maka untuk setiap bukaan harus
dilengkapi dengan tombol operasi sangkar untuk mengoperasikan pintu yang
bersangkutan (kedua pintu yang beroperasi secara bersamaan tidak diijinkan)
demikian pula dengan tombol operasi lantainya.

09. Instalasi Lift hendaknya dilengkapi dengan sensor gempa sehingga pada saat terjadi
gempa lift dicegah untuk beroperasi.

04.03.00 : KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK

01. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya setempat.

02. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang dapat bekerja
secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9 atau Pemborong wajib
menambahkan kapasitor, selain itu apabila rangkaian instalasi menyebabkan
harmonisa ke 3 lebih besar dari 5% maka wajib disediakan filter khusus.

03. Semua kabel daya maupun kabel kontrol hendaknya dilindungi dengan
mempergunakan saluran kabel khusus yang terbuat dari bahan alumunium atau baja.

04. Pemborong hendaknya menyediakan lampu penerangan dan kotak kontak 10 ampere
untuk keperluan pemeliharaan lampu tersebut harus ditempatkan dibagian bawah Lift
Shaft dan pada bagian atas Sangkar. Masing-masing lampu penerangan harus
dilengkapi dengan saklar dan pelindung.

04.04.00 : KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 69

01. Pemborong wajib membuat gambar kerja secara terperinci, baik untuk pembuatan
maupun untuk pemasangan. Pemesanan dan pemasangan setiap bahan dan
peralatan dalam pekerjaan ini, hanya dapat dilakukan setelah adanya persetujuan
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

02. Pemborong wajib memberikan indikasi kepada Konsultan Pengawas dan Pemborong
pekerjaan lain untuk setiap hubungan antara pekerjaan ini dan pekerjaan lainnya.

03. Ketentuan pemasangan untuk pekerjaan listrik dalam pekerjaan ini adalah seperti yang
tertera dalam PUIL.

04. Pemasangan Guide Rail untuk pekerjaan ini harus tegak terhadap bidang datar,
dimana toleransi kemiringan tidak lebih dari 3 mm untuk sepanjang Guide Rail.

05. Pemborong wajib mengurangi kebisingan yang mungkin timbul selama operasi
peralatan ini, sehingga dapat diterima oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

06. Pemborong hendaknya mengadakan penyetelan pengereman diporos motor


penggerak, sedemikian rupa sehingga rem hanya akan bekerja pada saat Sangkar
sedang berhenti. Dengan demikian maka pengereman tidak akan menimbulkan
hentakan bagi pemakai.

07. Pemborong wajib mengikuti semua pengarahan dari Konsultan Pengawas dalam
pemasangan peralatan.

04.05.00 : KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib menyampaikan rencana pengujian pekerjaan kepada Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas akan dinilai tidak sah dan harus diulang.

02. Pengujian pada pekerjaan ini dimaksudkan untuk memberikan karakteristik operasi
karakteristik operasi peralatan, antara lain :
1. Besar arus beban listrik
2. Kestabilan operasi.
3. Kebisingan yang timbul selama operasi.
4. Keandalan alat-alat pengaman.
5. Ketepatan beda tinggi lantai sangkar terhadap lantai pelayanan.
6. Dan lain-lain yang akan disampaikan oleh Konsultan Pengawas.

03. Pemberi Tugas dan Pengawas berhak menolak penyerahan pekerjaan apabila ternyata
terdapat ketidak beresan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Dengan demikian,
Pemborong dinilai masih belum menyelesaikan pekerjaan ini.

04. Kecuali ditentukan lain, penyerahan pekerjaan untuk pertama kalinya kepada Pemberi
Tugas hanya dapat dilakukan apabila Ijin Pemakaian secara prinsip.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 70

EQUIPMENT SCHEDULE ELEVATOR


PASSANGER ELEVATOR (2 UNIT)

Lift Group Group A


HEADER

Elevator designations Passenger Lift


Code EN-81 Code
Type Passenger Lift
Quantity 2
Lift Type. Minispace
Fabrication KONE Elevators Co. Ltd. , Kunshan - China
Lift Arrangement Simplex
Capacity (Persons/load-kg) (13 person/1000Kg)
Speed 60 mpm
Travel (m) 17.080 m
BASIC DATA

No.of Floor Stops/Entrance 5


Front Opening 5
Rear Opening 0
Floor numbering B-1-2-3-4
Drive System V³F (ACVVVF)
Control System KONE Microprocessor selective collective
Machinery Type KONE Permanent Magnet Gearless EcoDisc
Location of Machine Inside Shaft
Motor Output Power ( nominal ) 5.7 KW
Voltage 380 V - 3 Phase - 50 Hz
Shaft Size for one (1) lift (WxD) (mm) 2240 x 2200
Tolerance (mm) ± 25
Overhead (mm) 4640
Pit Depth (mm) 1420
LIFT SHAFT

Pit Ladder Include


Pit Stop Switch Include
Emergency exit door in shaft N/A
Shaft's Separator Beam By Owner
Shaft's Intermediate Beam By Owner
Shaft's Hoisting Hooks By Owner
Shaft's Smoke Vent/Ventilation By Owner
Shaft's Wall Material By Owner
M/C Room Size for one (1) lift (WxDxH) (mm Above Shaft
MACHINE

M/C Room Hoisting Beams & Hooks By Owner


ROOM

M/C Room Ventilation By Owner


M/C Room Access Door, Ladder. By Owner

Door Type Center Opening


LANDING MAIN

Door Size (WxH) (mm) 900x2100


Door Finish Stainless Steel Hairline Finish
Door Frame/Jamb Narrow Jamb
Landing transom N/A
Door Sill Extruded hard aluminium
Hall indicator KONE Signalization
Hall Button KONE Signalization

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 71

Door Type Center Opening


Door Size (WxH) (mm) 900x2100
LANDING

Door Finish Stainless Steel Hairline Finish


TYPICAL

Door Frame/Jamb Narrow Jamb


Landing transom N/A
Door Sill Extruded hard aluminium
Hall indicator KONE Signalization
Hall Button KONE Signalization
Lift Car size (WxDxH) (mm) 1550x1500x2400
No. of Car Doors 1 - SEC
Car Door Type Center Opening
Car Door Size (WxH) mm 900x2100
Car Door Finish Stainless Steel Hairline Finish
Door Safety Devices Curtain of Light
Car Door Sill Extruded hard aluminium
Car Front wall decoration Stainless Steel Hairline Finish
Car Side Wall decoration Stainless Steel Hairline Finish
Car Rear Wall decoration Stainless Steel Hairline Finish
Car Ceiling (CL88 direct lighting round LED Spot) w/ St.
Steel Hairline
CAR

Car Skirting Stainless Steel Hairline Finish


Car Mirror Include
Car Flooring Gray Black Granite
Car Handrail Tube D38 pos @Wall C
Car Decoration Allowance (Kg) 100
Car Ventilation KONE Standard Fan Cross Flow
Emergency Exit Provided on the ceiling
Car Position Indicator KONE Signalization
Car Operating Panel KONE Signalization
Intercom System Between lift car, its lift machine room and
control room only
Overload with Buzzer Provided
Alarm Button Provided
ARD ( Automatic Rescue Device ) Include
Accurate Levelling Include
ACCESSORIES
STANDARD

Fire alarm homing system Include


Car arrival gong / Gong on Car Top Include
Overload Protection Device Include
Automatic car light & fan switch Include
False Car Canceling Auto Include
Overspeed Governor & Safety Gear Include
Limit Switch Include
Automatic By Pass N/A
KONE Supervisory Panel / Mimic Included
ACCESSORIES

Fireman switch Included


OPTIONAL

Fire Rated Door N/A


Curtain Light Fix to Door Panel Included
Fireman operation N/A
Earthquake N/A
Access Card, Interface Only Included
Attendant Services Included
CCTV Camera in the Car, Interface Only Included

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 72

EQUIPMENT SCHEDULE ELEVATOR


SERVICE ELEVATOR (1 UNIT)

Lift Group Group A


HEADER

Elevator designations Passenger Lift


Code EN-81 Code
Type Service Lift
Quantity 1
Lift Type. Minispace
Fabrication KONE Elevators Co. Ltd. , Kunshan - China
Lift Arrangement Simplex
Capacity (Persons/load-kg) (18 person/1350Kg)
Speed 60 mpm
Travel (m) 17.080 m
BASIC DATA

No.of Floor Stops/Entrance 5


Front Opening 5
Rear Opening 0
Floor numbering B-1-2-3-4
Drive System V³F (ACVVVF)
Control System KONE Microprocessor selective collective
Machinery Type KONE Permanent Magnet Gearless EcoDisc
Location of Machine Inside Shaft
Motor Output Power ( nominal ) 5.7 KW
Voltage 380 V - 3 Phase - 50 Hz
Shaft Size for one (1) lift (WxD) (mm) 2300 x 2210
Tolerance (mm) ± 25
Overhead (mm) 4640
Pit Depth (mm) 1450
LIFT SHAFT

Pit Ladder Include


Pit Stop Switch Include
Emergency exit door in shaft N/A
Shaft's Separator Beam By Owner
Shaft's Intermediate Beam By Owner
Shaft's Hoisting Hooks By Owner
Shaft's Smoke Vent/Ventilation By Owner
Shaft's Wall Material By Owner
M/C Room Size for one (1) lift (WxDxH) (mm Above Shaft
MACHINE

M/C Room Hoisting Beams & Hooks By Owner


ROOM

M/C Room Ventilation By Owner


M/C Room Access Door, Ladder. By Owner

Door Type Center Opening


LANDING MAIN

Door Size (WxH) (mm) 1000x2100


Door Finish Stainless Steel Hairline Finish
Door Frame/Jamb Narrow Jamb
Landing transom N/A
Door Sill Extruded hard aluminium
Hall indicator KONE Signalization
Hall Button KONE Signalization

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 73

Door Type Center Opening


Door Size (WxH) (mm) 1000x2100
LANDING

Door Finish Stainless Steel Hairline Finish


TYPICAL

Door Frame/Jamb Narrow Jamb


Landing transom N/A
Door Sill Extruded hard aluminium
Hall indicator KONE Signalization
Hall Button KONE Signalization
Lift Car size (WxDxH) (mm) 1600x1850x2400
No. of Car Doors 1 - SEC
Car Door Type Center Opening
Car Door Size (WxH) mm 1000x2100
Car Door Finish Stainless Steel Hairline Finish
Door Safety Devices Curtain of Light
Car Door Sill Extruded hard aluminium
Car Front wall decoration Stainless Steel Hairline Finish
Car Side Wall decoration Stainless Steel Hairline Finish
Car Rear Wall decoration Stainless Steel Hairline Finish
Car Ceiling (CL88 direct lighting round LED Spot) w/ St.
Steel Hairline
CAR

Car Skirting Stainless Steel Hairline Finish


Car Mirror Include
Car Flooring Gray Black Granite
Car Handrail Tube D38 pos @Wall C
Car Decoration Allowance (Kg) 100
Car Ventilation KONE Standard Fan Cross Flow
Emergency Exit Provided on the ceiling
Car Position Indicator KONE Signalization
Car Operating Panel KONE Signalization
Intercom System Between lift car, its lift machine room and
control room only
Overload with Buzzer Provided
Alarm Button Provided
ARD ( Automatic Rescue Device ) Include
Accurate Levelling Include
ACCESSORIES
STANDARD

Fire alarm homing system Include


Car arrival gong / Gong on Car Top Include
Overload Protection Device Include
Automatic car light & fan switch Include
False Car Canceling Auto Include
Overspeed Governor & Safety Gear Include
Limit Switch Include
Automatic By Pass N/A
KONE Supervisory Panel / Mimic Included
ACCESSORIES

Fireman switch Included


OPTIONAL

Fire Rated Door N/A


Curtain Light Fix to Door Panel Included
Fireman operation N/A
Earthquake N/A
Access Card, Interface Only Included
Attendant Services Included
CCTV Camera in the Car, Interface Only Included

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 74

05.00.00. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK

05.01.00. LINGKUP PEKERJAAN

05.01.01. Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap bagian dari
sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan suatu operasi dari
sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara
keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidak jelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat rapat penjelasan
pelelangan.

04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

05.01.02. Lingkup Pekerjaan Listrik

Secara garis besarnya, pekerjaan ini dapat dibedakan atas bagian bagian berikut :
01. Pekerjaan Tegangan Menengah, meliputi pekerjaan sebagai berikut ;
a. Panel Tegangan Menengah (PTM),
b. Transformator daya,
c. Pekerjaan Kabel Tegangan Menengah dari gardu PLN ke PTM
d. Pekerjaan Kabel Tegangan Menengah dari PTM ke Transformator,
e. Pekerjaan kabel kontrol dari PTM ke Transformator dan ke PPU,
f. Pekerjaan Pentanahan sistem tegangan menengah,
g. Pekerjaan pentanahan semua bagian logam didalam ruang Transformator,
h. Peralatan terminasi,
i. Peralatan bantu.

02. Pekerjaan Diesel Genset, meliputi pekerjaan sebagai berikut ;


a. Diesel generator set dengan peralatan pelengkapnya,
b. Panel kontrol diesel generator set PKG,
c. Tangki penyimpanan bahan bakar,
d. Tangki pemakaian bahan bakar,
e. Tangki overflow,
f. Pompa pemindah bahan bakar,berikut instalasi listrik dan instalasi kontrol,
g. Pemipaan bahan bakar,
h. Saluran gas buang,
i. Saluran udara pendingin,
j. Sistem ventilasi ruang diesel dan ruang trafo,
k. Sistem daya dari terminal generator ke panel kontrol,
l. Panel kontrol,
m. Pentanahan netral generator, badan mesin diesel generator set, panel kontrol
serta semua bagian metal di ruang diesel generator set,
n. Dan lain-lain pekerjaan pelengkapnya.

03. Pekerjaan Panel Listrik, meliputi pekerjaan berikut :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 75

a. Semua panel listrik yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana,


b. Sistem pentanahan panel panel listrik,
c. Kabel kontrol operasi otomatis dan atau manual,
d. Peralatan bantu.

04. Pekerjaan Kabel Daya Utama, meliputi pekerjaan sebagai berikut :


a. Semua kabel daya utama seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana,
b. Gabungan sistem pentanahan panel-panel listrik,
c. Peralatan bantu.

05. Pekerjaan Penerangan dan Daya Didalam Bangunan, meliputi pekerjaan sebagai
berikut :
a. Semua jenis lampu penerangan,
b. Semua jenis saklar,
c. Semua jenis kotak kontak,
d. Kabel penerangan dan daya, kabel operasi otomatis dan atau manual serta
perlengkapan pengkabelan,
e. Kabel catu daya ke semua peralatan instalasi lainnya,
f. Sistem pentanahan semua beban listrik,
g. Peralatan bantu.

07. Pekerjaan Penangkal Petir, meliputi pekerjaan sebagai berikut :


a. Bagian penerima petir,
b. Bagian penghantar arus surja,
c. Pentanahan arus surja,
d. Menara / tiang penangkal petir,
e. Peralatan bantu.

08. Pekerjaan lain-lain meliputi semua pekerjaan pelengkap sehingga semua peralatan
secara keseluruhan dapat merupakan suatu sistem yang lengkap dan dapat
beroperasi secara baik dan sempurna.

05.01.03. Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh pemborong pekerjaan Sipil adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan pondasi semua peralatan utama,
b. Perapian kembali dinding dan bagian lainnya dari pekerjaan Sipil yang terkena
pekerjaan ini.

05.02.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK

05.02.01. Kondisi Operasi

01. Setiap bahan dan peralatan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
merupakan suatu hasil produksi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan juga
tidak bertentangan dengan ketentuan dari IEC.

02. Setiap bahan dan peralatan yang akan digunakan harus mampu beroperasi secara
baik pada temperatur keliling tidak kurang dari 40 °C dengan kelembaban relatif tidak
kurang dari 80 %.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 76

03. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya di lokasi proyek.

04. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya harus dipilih yang dapat bekerja
secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9 atau Pemborong
wajib menambahkan kapasitor.

05. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas yang
lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib menyesuaikan semua
perubahan komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas tersebut.

05.02.02. Ketentuan Teknis Pekerjaan Tegangan Menengah

01. Panel Tegangan Menengah yang dipergunakan hendaknya dibuat mengikuti standar
VDE / DIN dan tidak bertentangan dengan PUIL.

02. Konstruksi kotak panel yang dipergunakan hendaknya terbuat dari bahan plat baja
setebal 2,2 mm atau lebih dan diproses anti karat serta dicat akhir dengan cat bakar
warna abu-abu. Panel ini hendaknya dilengkapi dengan 2 buah kunci yang sama.

03. Panel Tegangan Menengah yang dipergunakan hendaknya tipe Free Standing yang
diberikan rangka penguat dari bahan baja serta dilengkapi dengan tempat
pengangkat.

04. Pengaturan komponen didalam panel hendaknya dilakukan sedemikian rupa


sehingga tidak akan menyebabkan temperatur kerja didalam panel melebihi batas 45
derajat Celcius.

05. Panel Tegangan Menengah hendaknya sesuai untuk pemakaian tegangan kerja
nominal 20 KV dengan kelas isolasi tidak kurang dari 24 KV. Kemampuan panel
secara keseluruhan untuk menahan gangguan ditentukan sebagai berikut :
a. Tegangan pengujian 55 KV selama 2 menit,
b. Kemampuan pemutusan hubung singkat 14,4 KA
c. Tegangan impuls 125 KV.

06. Alat pemutus rangkaian yang dipergunakan didalam panel hendaknya dilengkapi
dengan Spring Loaded Mechanism. Ketentuan khusus untuk alat ini , berupa sistem
interlock operasi terhadap pintu panel, gangguan pada Transformator dan putusnya
pengaman lebur.

07. Semua bagian pemutus rangkaian hendaknya terletak didalam tabung yang berisikan
gas SF6.

08. Transformator pengukuran yang dipergunakan hendaknya dari jenis Cast Resin
Insulated kelas 1.

09. Alat ukur pada pintu panel harus berukuran tidak kurang dari 90x90 mm dengan kelas
pengukuran tidak kurang dari 1,5.

10. Alat pengaman lebur yang dipakai hendaknya tipe HRC dan dapat menahan
gangguan arus hubung singkat sesuai dengan kebutuhannya.

11. Semua kabel tegangan menengah yang dipergunakan hendaknya tipe XLPE dengan
luas penampang yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 77

12. Transformator daya yang dipergunakan adalah tipe Dry type Air Cooler untuk tipe
pemasangan dalam ruangan dilengkapi dengan alat pengaman serba guna.
Konstruksi dari transformator hendaknya tipe Cast Resin dengan isolasi kelas A.

13. Transformator hendaknya dilengkapi dengan alat pengatur perbandingan kumparan


pada sisi primernya sebanyak lima tingkat untuk perubahan sebesar -5%; -2,5%; 0;
+2,5%; +5%.

14. Alat pengaman serba guna yang disyaratkan hendaknya yang sesuai untuk tipe
transformator tersebut diatas dan lain-lain yang dinilai perlu.

15. Kumparan transformator hendaknya terbuat dari bahan tembaga dan saling
dihubungkan dalam grup vektor DYn-5. Impedansi hubung singkat transformator ini
harus tidak melebihi 6%.

16. Transformator hendaknya dilengkapi dengan rangka, roda, tempat pengangkat dan
sarana penyambungan busduct pada sisi tegangan rendah dan penyambungan
secara Plug In pada sisi tegangan menengah.

17. Peralatan terminasi yang diijinkan adalah tipe Resin atau Heat Shrinked.

05.02.03. Ketentuan Teknis Pekerjaan Diesel Generator Set

01. Mesin diesel generator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan suatu daya
listrik dengan kapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana
untuk tipe pemakaian secara terus menerus pada kondisi kerja setempat, dimana
temperatur keliling tidak melebihi 45°C dan rata-rata temperatur keliling adalah 40°C.

02. Mesin diesel generator yang dipergunakan harus mempergunakan sistem


pembakaran Turbocharge, dimana pengaturan silinder dalam bentuk V atau inline dan
bekerja pada putaran nominal 1.500 rpm.

03. Mesin diesel generator harus dilengkapi dengan suatu dudukan yang terbuat dari
bahan baja, dimana antara mesin dengan dudukan dan antara dudukan dengan
pondasi mesin yang akan disediakan oleh Pemborong pekerjaan sipil harus
disediakan bahan peredam getaran tipe gabungan pegas dan karet peredam getaran.

04. Pemborong harus menghitung sistem perdam suara, ventilasi ruangan, saluran udara
buang dan saluran asap sehubungan dengan spesifikasi mesin diesel generator set
yang ditawarkan.

05. Pemborong harus menghitung kembali sistem saluran udara buang dan saluran asap
sehingga tidak akanmengurangi kapasitas mesin untuk membangkitkan daya sesusai
yang diminta.

06. Mesin diesel generator yang dipergunakan haris merupakan peraltan yang selalu siap
dipergunakan pada setiap saat. Untuk itu mesin harus mempunyai perlengkapan
berupa pompa sirkulasi minyak pelumas otomatis dan manual, peredam suara pada
saluran gas buang sesuai untuk pemakaian didaerah perumahan, alat pengisi muatan
battere dengan catu daya yang berasal dari generator dan yang berasal dari PLN.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 78

07. Mesin diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur putaran mesin
secara otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada putaran nominalnya pada
kondisi beban antara beban nol dan beban penuh dengan toleransi tidak lebih dari
2%.

08. Mesin diesel harus dilengkapi dengan filter bahan bakar dan filter udara pembakaran
tipe oilbath.

09. Mesin diesel harus dilengkapi dengan alat pengaman guna menghentikan operasi
mesin dan atau memberikan indikasi adanya gangguan untuk setiap gangguan
sebagai berikut :
a. Putaran kerja melebihi 10% putaran nominal,
b. Tekanan kerja minyak pelumas lebih kecil dari nilai nominalnya (tidak kurang dari
3 Kg/cm²),
c. Temperatur kerja air pendingin melebihi nilai nominalnya (tidak kurang dari 75°C),
d. Dan lain-lain pengaman yang dinilai perlu.

10. Generator yang dipergunakan harus dapat membagkitkan tegangan tanpa bantuan
sumber daya lain,d imana rangkaian medan magnetnya mendapatkan catu daya dari
terminal generator melalui suatu rangkaian elektronik dengan tidak mempergunakan
sikat komutator.

11. Rangkaian elektronik yang dimaksud dalam butir 10 diatas harus mampu mengatur
tegangan generator secara terus menerus pada tegangan nominal sebesar 230/400
Volt dengan toleransi tidak lebih dari 1,5%.

12. Generator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan daya listrik sesusai
dengan kondisi terpasang yang ditunjukkan didalam gambar rencana secara terus
menerus pada putaran nominal mesin diesel dan pada tegangan nominal.

13. Generator yang dipergunakan harus dibuat duntuk pemakaian dalam ruangan dengan
kelas pengaman tidak kurang dari IP 23 dan dapat menahan kelebihan beban 10%
selama 1 jam dalam selang waktu 12 jam.

14. Hubungan kumparan stator generator hendaknya hubungan bintang dimana reaktansi
hubung singkatnya tidak melebihi 15%.

15. Mesin diesel generator secara keseluruhan harus mampu diperasikan dari Panel
Kontrol Generator, untuk selanjutnya disebut PKG. Secara garis besarnya ketentuan
mengenai panel ini adalah sama seperti pada ketentuan pada panel tegangan rendah.

16. PKG harus mempunyai bagian yang dapat mengoperasikan mesin secara otomatis
pada saat terjadi gangguan pada sumber daya yang berasal dari PLN dengan sistem
interlock, dimana untuk selanjutnya akan disebut AMF.

17. AMF yang dipergunakan harus dapat memberikan indikasi mengenai keadaan-
keadaan berikut :
a. Alat penghubung beban tersambung/terputus,
b. Kegagalan start,
c. Gangguan pada rangkaian pengisi battere,
d. Kapasitas battere tidak mencukupi,
e. Gangguan operasi lainnya.

18. AMF harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut :

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 79

a. Saklar pemilih operasi manual/otomatis,


b. Tombol penghenti bunyi bel,
c. Tombol reset,
d. Tombol penghenti operasi mesin,
e. Tombol penguji lampu indikator dan bel,
f. Dan lain sebagainya.

19. AMF harus dapat menjalankan diesel genset pada waktu tegangan PLN mencapai
batas 80% dari tegangan nominalnya tanpa kelambatan waktu operasi.

20. AMF harus dapat menghentikan pelayanan diesel genset pada waktu pelayanan dari
PLN telah normal kembali dan kemudian menghentikan diesel genset masing-masing
dengan kelambatan waktu operasi tidak kurang dari 10 menit.

21. Tangki penyimpanan bahan bakar harus mempunyai kapasitas tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam gambar rencana. Tangki ini harus terbuat dari bahan Mild Steel
Plate melalui proses anti karat dengan ketebalan tidak kurang dari 7mm berbentuk
silinder dimana pada bagian luarnya diberikan lapisan aspal dan goni.

22. Tangki penyimpanan bahan bakar harus mempunyai sarana penyambungan pipa
pengisian dari mobil tangki bahan bakar, pipa pemakiaan, pipa pengembalian bahan
bakar, pipa pembuangan gas, alat pengukur isi tangki dan pengatur pompa bahan
bakar.

23. Tangki pemakaian bahan bakar harus berkapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan
dalam gambar rencana terbuat dari bahan plat baja melalui proses anti karat dengan
ketebalan tidak kurang dari 4mm berbetuk silinder dimana pada bagian luarnya dilapis
cat anti karat dengan zincromate buatan ICI sebanyak 2 lapis dan cat akhir berwarna
coklat.

24. Pondasi tangki penyimpanan bahan bakar akan disediakan oleh Pemborong
pekerjaan bangunan sedangkan dudukan bagi tangki pemakaian bahan bakar harus
disediakan oleh Pemborong pekerjaan ini, terbuat dari bahan besi siku berukuran tidak
kurang dari 70x70x7 mm yang dibentuk sedemikian rupa sehingga konstruksi secara
keseluruhan dapat menahan beban yang mungkin timbul. Pemborong wajib
menempatkan lapisan anti karat zincromate buatan ICI sebanyak 2 lapis dan cat akhir
berwarna coklat.

25. Pompa bahan bakar adalah jenis gear pump yang sesuai untuk pemakaian bahan
bakar berkapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dan
digerakkan oleh motor kontrol sesuai dengan kebutuhan serta dilengkapi dengan
kontrol operasi otomatis.

26. Pemborong wajib menyediakan pompa bahan bakar manual dengan pemipaan
secara paralel dilengkapi gate valve dan check valve.

27. Pipa pembuangan gas buang adalah jenis pipa baja hitam kelas medium berdiameter
yang cukup untuk tidak mengakibatkan adanya terjadinya pegurangan kepasitas
mesin pada pemasangan seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.

28. Pipa pembuangan gas buang harus diisolasi untuk menahan radiasi panas yang
mungkin timbul dengan rockwool berbentuk preform (setengah pipa) setebal tidak
kurang dari 2 inch dan kepadatan tidak kurang dari 100 kg/m³ dan dilapis lagi dengan
lembaran asbes.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 80

Isolasi tersebut harus dipasang mulai dari pipa fleksibel penghubung mesin dengan
peredam suara sampai keluar bangunan. Khusus untuk pelapis diluar bangunan,
harus dipergunakan bahan plat alumunium.

29. Pemborong wajibmenyediakan cerobong saluran udara bekas pendingin mesin


seusia standar ASHRAE yang terbuat dari bahan plat baja tebal 1½mm berbentuk
sama sperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana lengkap dengan penghubung
fleksibel dan pengarah aliran udaranya serta diberikan lapisan bahan peredam suara

30. Pemborong wajib menyediakan titik pentanahan bagi mesin diesel generator, titik
netral generator, PKG dan semua bagian logam didalam ruang diesel dan panel,
termasuk rak dan tangga kabel dan pintu-pintu ruangan yang terbuat dari logam
sesuai dengan ketentuan ini.

31. Apabila ditentukan adanya peralatan otomatis sinkronisasi maka perlengkapan


peralatan adalah sebagai berikut :
a. AMF hanya dilengkapi untuk satu unit mesin,
b. Sistem dilengkapi dengan peralatan monitoring beban, dan syncronizing serta
pembagi beban yang bekerja secara manual.

32. Apabila ditentukan adanya peralatan otomatis sinkronisasi, maka sistem kerja
peralatan adalah sebagai berikut :
a. Pada saat terjadi gangguan pelayanan dari PLN, maka 1 unit diesel genset harus
bekerja secara otomatis dan disinkronkan secara otomatis,
b. Pelayanan ke beban harus diatur secara bertahap,
c. Pada saat beban telah mencapai 75% - 90% dari kapasitas pembangkit maka
mesin berikutnya secara manual harus bekerja dan disinkronkan,
d. Pada saat beban telah mencapai 25% - 40% dari kapasitas pembangkit, maka
salah satu mesin harus dimatikan secara manual setelah bebannya dipindah ke
mesin yang lain,
e. Setelah 10-15 menit sejak pelayanan PLN normal kembali, secara manual semua
mesin dimatikan,
f. PKG harus dapat mengatur sistem sinkron semua mesin, termasuk dengan
generating set yang berbeda kapasitasnya, dan melakukan automatic load
balancing (ALB) sehingga tiap-tiap generating set dibebani secara proporsional
sesuai kapasitas masing-masing.
g. PKG dilengkapi lampu indikator dan sirine/buzzer.
h. Didalam PKG hendaknya disediakan terminal kontrol yang akan dihubungkan ke
sistem monitor danoperasi remote. Terminal kontrol ini meliputi :
 Mesin jalan,
 Mesin berhenti,
 Mesin berhenti karena gangguan,
 Kondisi gangguan kecepatan lebih,
 Kondisi gangguan tekanan minyak pelumas rendah,
 Kondisi gangguan temperatur air, pendingin tinggi,
 Kondisi level bahan bakar ditangki pemakaian,
 Kondisi meluapnya tangki pemakaian bahan bakar,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 81

 Kondisi level bahan bakar ditangki penyimpanan,


 Kondisi pompa bahan bakar jalan/berhenti, berhenti karena gangguan,
 Kondisi level bahan bakar ditangki luapan,
 Kondisi pompa luapan bahan bakar jalan/berhenti, berhenti karena
gangguan,
 Kondisi alat sirkulasi udara ruang diesel jalan/berhenti, berhenti karena
gangguan/adanya aliran udara.

05.02.04. Ketentuan Teknis Panel Tegangan Rendah

01. Panel listrik yang akan dipergunakan baik dalam distribusi daya maupun untuk
melayani beban listrik, untuk tipe pemassangan baik didalam maupun diluar bangunan
dan akan ditempatkan baik diatas lantai dengan dudukan baja maupun ditempatkan
di dinding harus terbuat dari bahan plat baja setebal 1,8 mm atau lebih yang diproses
anti karat. Secara keseluruhan kotak panel harus dicat warna abu-abu dengan cat
bakar.

02. Pemborong wajib menyediakan panel listrik yang berdimensi sesuai dengan ruang
yang tersedia dan memperhatikan jarak antar komponen dalam panel untuk keperluan
pemeliharaan dan perbaikan. Semua pintu panel harus dapat dibuka dengan
mempergunakan satu kunci tetapi Pemborong wajib menyediakan anak kunci
sebanyak 2 buah untuk setiap panel.

03. Pengaturan komponen dalam panel harus sedemikian rupa sehingga temperatur kerja
dalam kotak panel tidak lebih dari 45 derajat Celcius dan dapat menahan beban
mekanis selama terjadi gangguan operasi hubung singkat 3 phasa pada daya dasar
sebesar 500 MVA, tegangan kerja 20 KV dimana reaktansi hubung singkat
transformator tidak lebih dari 5 %.

04. Alat pengaman rangkaian distribusi daya harus berjumlah kutub dan berkapasitas
tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana serta mampu menahan
semua arus gangguan yang mungkin timbul sebelum bagian pengamannya
memberikan reaksi.

05. Alat pengaman rangkaian distribusi daya harus mempunyai bagian pengaman untuk
gangguan arus lebih, gangguan hubung singkat, gangguan tegangan kerja dibawah
batas kerja normal, serta dilengkapi dengan motor penggerak seperti ditunjukkan
dalam gambar rencana.

06. Alat pengaman rangkaian distribusi daya yang lebih besar dari 1.250 Ampere adalah
tipe air cirucit breaker dan untuk arus beban dibawah nilai tersebut adalah tipe
Moulded Case Circuit Breaker.

07. Alat pengaman rangkaian beban harus sesuai dengan tipe beban yang terpasang dan
mempunyai alat pembatas arus lebih dan arus hubung singkat. Khusus untuk beban
listrik dinamis, pengaman ini harus dilengkapi dengan pembatas tegangan kerja
normal tiga phasa.

08. Saklar pemutus beban harus selalu dilengkapi dengan pengaman arus lebih tipe lebur
dengan kapasitas yang tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana
serta mampu menahan arus gangguan yang mungkin timbul sebelum alat pengaman
lebur putus.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 82

09. Alat pengaman lebur yang dipakai adalah tipe HRC/HHC yang konstruksinya dapat
menahan arus gangguan hubung singkat sampai dengan 100 KA, dilengkapi dengan
dudukan dan alat pemegang untuk melepaskan hubungan.

10. Kontaktor maknetis yang dipergunakan harus mempunyai kapasitas tidak kurang dari
yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan kapasitas tersebut didasarkan pada
jenis beban yang sesuai untuk jangka waktu pemakaian paling lama (tabel long life).

11. Setiap bagian dari kontaktor maknetis harus mampu menahan arus gangguan yang
mungkin timbul sebelum alat pengaman arus lebih dan arus hubung singkat yang
dihubungkan ke alat ini bekerja.

12. Alat pengaman arus lebih yang merupakan suatu kesatuan pada kontaktor maknetis
harus mempunyai kurva operasi yang dapat melindungi beban dari gangguan
hilangnya catu daya satu phasa. Alat pengaman ini harus memiliki 3 buah element
Bimetal, serta diperlengkapi dengan 2 buah kontak bantu operasi.

13. Semua kontaktor maknetis yang akan melayani beban tiga phasa harus dilengkapi
dengan suatu alat pengaman baik untuk gangguan hilangnya catu daya satu phasa
maupun gangguan arus beban tiga phasa tidak seimbang lebih dari 10 %.

14. Alat ukur yang dipergunakan berdimensi tidak kurang dari 90x90 mm sesuai untuk
pemasangan di pintu panel dan mempunyai ketelitian yang tidak kurang dari kelas 1,5.
Setiap alat ukur harus diberikan alat pengaman gangguan arus lebih dan arus hubung
singkat.

15. Pendistribusi daya listrik didalam panel (BUSBAR) harus mempunyai dimensi yang
dapat melakukan arus beban maksimum yang mungkin terjadi tanpa memperhatikan
penempatan komponen serta harus mampu menahan besarnya arus gangguan yang
mungkin terjadi sesuai ketentuan DIN 43-671.

16. Khusus untuk keperluan pencegahan operasi bersama antara sumber daya dari PLN
dan sumber daya dari Diesel Generator Set, diperlukan alat pengaman tipe 4 kutub.

17. Pada dasarnya semua alat pengaman rangkaian yang dilengkapi dengan motor
penggerak, harus dilengkapi dengan saklar pemilih operasi manual otomatis.

05.02.05. Ketentuan Teknis Kabel Listrik

01. Kabel khusus tahan api yang dipergunakan adalah kabel baik yang berinti tunggal
maupun yang berinti banyak dengan luas penampang yang tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam gambar rencana, dimana intinya terbuat dari bahan tembaga yang
diberikan isolasi dari bahan PVC dan dibungkus dengan lapisan PVC.

02. Kabel tahan api ini hendaknya dapat dipergunakan pada kondisi temperatur keliling
tidak kurang dari 700 derajat Celcius selama 3 jam sesuai IEC Pub 331,1970.

03. Peralatan bantu persambungan kabel tahan api harus sesuai dengan yang dianjurkan
oleh pabrik pembuatnya dan dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 83

04. Kabel yang akan dipergunakan untuk menyalurkan daya listrik dan akan ditanam
adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan luas penampang tidak kurang
dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dimana setiap intinya di isolasi dengan
bahan PVC dan diisolasi secara keseluruhan dengan PVC. Pada lapisan luarnya
harus terdapat bagian pelindung dari beban mekanis dan dilapis dengan bahan PVC.

05. Kabel yang akan dipergunakan untuk menyalurkan daya listrik pada jaringan primer
dan atau pada beban dinamis adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan
luas penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
Dimana setiap intinya diisolasi dengan bahan PVC dan secara keseluruhan di isolasi
dengan bahan PVC sebanyak 2 lapis.

06. Kabel yang dipergunakan untuk melayani beban listrik penerangan dan kotak kontak
yang tidak ditanam adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan luas
penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dimana
setiap intinya di isolasi dengan bahan PVC dan secara keseluruhan di isolasi dengan
bahan PVC.

07. Kabel yang dipergunakan untuk melayani beban listrik penerangan dan kotak kontak
serta beban listrik lainnya dan ditanam harus sesuai dengan ketentuan pada butir 04
tersebut diatas.

08. Kabel yang dipergunakan sebagai kabel kontrol operasi adalah kabel berinti banyak
dari bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan
dalam gambar rencana, dimana setiap intinya di isolasi dengan bahan PVC dan
secara keseluruhan di isolasi dengan bahan PVC sebanyak 2 lapis dan mempunyai
nomor inti. Apabila ternyata kabel ini harus ditanam, maka kabel ini harus diberikan
pipa pelindung khusus kabel tipe sambungan ulir.

09. Kabel listrik yang akan dipergunakan untuk melayani beban tiga phasa harus
diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam SPLN dan VDE untuk tegangan kerja
sebesar 600/1.000 Volt.

10. Kabel listrik yang akan dipergunakan untuk melayani beban satu phasa harus di
produksi sesuai dengan ketentuan dalam SPLN dan VDE untuk tegangan kerja
sebesar 500 V.

11. Kabel kontrol khusus untuk tegangan kerja tidak lebih dari 110 Volt adalah kabel
berinti tembaga berbentuk serabut dengan luas penampang inti seperti yang
ditunjukkan dalam gambar rencana dan masih dapat melayani operasi secara normal
dimana setiap intinya terbuat dari bahan tembaga berisolasi dengan bahan PVC dan
secara keseluruhan di isolasi dengan bahan PVC.

12 Ketentuan lain mengenai kabel akan diberikan Manajemen Konstruksi selama periode
pelaksanaan.

05.02.06. Ketentuan Teknis Lampu Penerangan

01. Lighting fixtures lampu TL


a. Kotak lampu penerangan umum harus terbuat dari bahan pelat baja yang diproses
antikarat dengan ketebalan tidak kurang dari 0,7 mm dan dicat akhir dengan cat
bakar warna putih dari ICI, contoh harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
b. Lampu tabung TLD yang dapat dipakai adalah jenis Warm White / 33
c. Ballast lampu yang digunakan adalah ELECTRONIC BALLAST, harus
mempunyai kerugian tidaklebih dari 5 Watt bila diukur pada kondisi kerja normal.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 84

d. Apabila ditentukan tipe lampu seperti produksi Philips tipe TBS-300, maka
reflektor lampu harus terbuat dari bahan Mirror Polished Alumunium Sheet yang
dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan produk aslinya. Bagian
penyekat antara ujung reflektor hendaknya terbuat dari bahan Anodized
alumunium profile sebanyak 20 buah sepanjang kotak lampu.
e. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan effisiensi
penerangan yang maksimal, rapih kuat serta sedemikian rupa hingga pekerjaan-
pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan
pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan.
g. Pada semua lihgting fixtures harus dibuat mur dan baut sebagai tempat terminal
pentanahan (grounding).

02. Lampu Tabung (Down Light)


a. Reflektor yang dipergunakan harus terbuat dari Mirror Polished Alumunium Sheet.
Pada bagian bawah dari reflektor hendaknya diberikan bahan dengan bentuk
khusus warna hitam untuk menahan kesilauan.
b. Lamp Holder menggunakan standar E-27 atau sesuai dengan jenis lampu
digunakan.
c. Lampu yang dipakai dari jenis lampu Par Halogen, PL atau sesuai gambar
rencana, contoh harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

03. Lampu Emergency


a. Lampu emergency yang digunakan jenis flourescent, lengkap dengan battere dan
chargernya.
b. Pada saat listrik PLN/genset menyala charger akan mengisi battere dan lampu
harus dapat dioperasikan dari listrik PLN/Genset melalui rangkaian terpisah (satu
buah lampu) dan dapat di hidup matikan dengan switch. Bila PLN/Genset mati,
lampu tetap menyala (tanpa terputus) dan di operasikan oleh sumber daya battere
( dengan menggunakan lampu yang sama) untuk satu buah lampu saja. Bila
PLN/Genset hidup kembali maka battere harus diisi kembali dan semua operasi
tersebut diatas harus dapat bekerja secara otomatis.
c. Battere yang dipakai jenis Dry Cell Nickel Cadmium dan harus sanggup
menampung operasi selama minimal 2 jam, kapasitas battere disesuaikan dengan
jenis lampu yang dipasang.
d. Tegangan input adalah 220 V 10%, 50 Hz, 1 phase, diperlengkapi dengan
indikator LED dan saklar test.
e. Chargernya harus dapat mengisi battere pada kapasitas penuh selama 1x24 jam.
f. Inverternya harus tidak bekerja bila lampu dinyalakan dari sumber PLN/Genset.
g. Untuk lampu exit dipakai jenis flourescent 2x36 W maintain lengkap dengan
battery dan chargernya.
h. Untuk lampu exit dipakai jenis flourescent 1x10 W maintain lengkap dengan
battery dan changernya.
i. Contoh lampu exit harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

04. Lain-lain
a. Khusus untuk kotak lampu tipe Barret, bagian penutup hendaknya terbuat dari
bahan Acrylic yang bermotif kristal.
b. Setiap lampu yang bukan merupakan jenis lampu pijar harus dilengkapi dengan
kapasitor sehingga dalam kondisi kerja normal akan mempunyai faktor daya tidak
kurang dari 90 %.
c. Penempatan kabel didalam kotak lampu harus diatur secara rapi dan setiap ujung
kabel harus disediakan terminal penyambungan termasuk terminal pentanahan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 85

05.02.07. Ketentuan Teknis Pipa Pelindung Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel yang
berukuran lebih kecil dari 6 mm2 dimana diameter dalam dari pipa pelindung kabel
tidak kurang dari 150 % diameter luar kabel yang dipergunakan dengan
memperhitungkan besarnya radius pipa pelindung yang diperlukan pada belokan arah
jalur kabel.

02. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal maka luas penampang dalam pipa
pelindung harus tidak kurang dari 250 % jumlah luas penampang kebal yang akan di
pasang dengan memperhitungkan besar radius pipa pelindung yang diperlukan pada
belokan arah jalur kabel.

03. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa pelindung kabel
yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGHT HEAVY GAUGE khusus
pemakaian dalam bangunan sesuai dengan standar BSI.

04. Pipa pelindung kabel yang di pergunakan harus tidak mempunyai sifat sebagai berikut
:
a. Tidak mudah terbakar,
b. Tidak merambatkan api,
c. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
d. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
e. Dan ketentuan-ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International

05. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan


kebutuhan dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung jenis fleksibel yang terbuat dari
bahan yang sama dengan pipa pelindung lainnya, khusus untuk penyambungan pipa
pelindung ke setiap beban listrik.

07. Pemborong wajib mempergunakan semua alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

08. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut :


a. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,
b. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan yang dimaksud,
dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan tempat kedudukannya,
c. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat pipa
dan bersifat FIRE RETARDANT,
d. Pada setiap 4 belokan arah jalur pemipaan, hendaknya diberikan kotak
percabangan.

09. Khusus untuk kabel yang berdiameter 6mm² atau lebih maka kabel harus ditempatkan
dirak kabel dalam cable duct atau C-Channel atau diatas cable tray.

05.02.08. Ketentuan Teknis Rak dan Tangga Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk kabel yang ditempatkan dalam
pipa pelindung kabel ataupun tidak bila dipasangkan secara mendatar dan atau tegak
jalur kabel lebih dari enam jalur.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 86

02. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Dip Galvanized,
ukuran dari bahan besi harus sedemikian rupa sehingga dapat menampung beban
dari kabel yang ditempatkan pada rak kabel yang bersangkutan.

03. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

04. Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang di buat dari bahan besi siku
40x40x4 mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton berukuran
diameter 10mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Pada tiap
persambungan penggantung ini harus diperlengkapi dengan mur disetiap sisinya.

05. Penggantung rak kabel harus di tempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari
150cm.

06. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan
jarak pemasangan kabel sehingga tidak mempengaruhi besarnya faktor koreksi yang
telah ditentukan selama perencanaan.

07. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75cm, maka Manajemen
Konstruksi akan menentukan konstruksi rak kabel.

08. Pemborong wajib membuat dan mempergunakan tangga kabel bagi semua kabel baik
yang di tempatkan dalam pipa pelindung maupun yang tidak, bila dipasangkan secara
tegak dengan jalur kabel yang lebih dari 6 jalur.

09. Tangga kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Dip
Galvanized, ukuran dari bahan besi harus sedemikian rupa sehingga dapat
menampung beban dari kabel yang ditempatkan pada tangga kabel yang
bersangkutan.

10. Tangga kabel harus dipasangkan pada dudukan yang terbuat dari bahan kanal baja
UNP 10 pada setiap jarak tidak lebih dari 150 cm. Pemasangan tangga kabel ke
dudukannya tersebut dengan mempergunakan mur- baut berukuran sesuai dengan
bebannya.

11. Pemborong wajib membuat tangga kabel selebar kebutuhan dengan


memperhitungkan jarak pemasangan antara kabel sehingga tidak mempengaruhi
besaran faktor koreksi yang dipergunakan dalam perencanaan.

12. Apabila ternyata lebar tangga kabel yang harus dipergunakan lebih dari 150cm, maka
Manajemen Konstruksi akan menentukan konstruksi dan bahan tangga kabel.

13. Semua bagian baja pada rak kabel dan tangga kabel harus yang tidak di galvanis
harus di lapisi oleh bahan antikarat berupa Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis
sebelum dipasang.

05.02.09. Ketentuan Teknis Saklar dan Kotak Kontak

01. Saklar yang dipergunakan harus mempunyai kapasitas pemutusan, penyambungan


dan penghantar arus tidak kurang dari 10 A secara kontinue pada tegangan 240 V.

02. Kotak kontak yang dipergunakan harus mempunyai kapasitas penghantaran arus
beban tidak kurang dari 10 A secara kontinue pada tegangan kerja 240 Volt. Kotak
kontak ini harus mempunyai bagian penghantar pentanahan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 87

03. Baik saklar maupun kotak kontak harus dilengkapi dengan kotak pemasangan yang
akan di tempatkan didalam partisi atau didalam dinding ruangan. Oleh karenanya
kotak pemasangan tersebut harus sesuai untuk pemasangan didalam partisi.

04. Kotak kontak yang dipergunakan harus mempunyai perlengkapan berupa pengaman
pada kedua lubang pengantar phasa dan netral sehingga tidak mungkin dapat
dipergunakan apabila hanya salah satu lubang ditekan.

05. Bagian depan dari saklar dan kotak kontak harus terbuat dari bahan bukan metal dan
warnanya akan ditentukan kemudian.

05.02.10. Ketentuan Teknis Penangkal Petir

01. Bagian penerima petir yang dipergunakan adalah sistem penangkal petir tiang tunggal
yang memakai prinsip kerja elektrostatic.

02. Setiap bagian dari sistem penangkal petir ini tidak diperkenankan mempunyai
peralatan bantu yang dapat mengurangi keandalan dari sistem secara keseluruhan.

03. Bagian penerima petir harus dipasangkan pada puncak tiang yang ditempatkan diatas
bangunan, dimana ketinggian keandalan keseluruhan harus sesuai dengan yang akan
ditunjukkan dalam gambar rencana.

04. Pemborong wajib memeriksa kembali konstruksi pemasangan tiang penangkal petir
termasuk dudukkan untuk menjamin pemasangan yang kokoh dan dapat menahan
gangguan yang mungkin akan terjadi.

05. Bagian penghantar arus surya harus jenis coaxial sesuai dengan yang diajurkan oleh
pabrik pembuat bagian penerima petir.

06. Bagian pentanahan harus terdiri dari atas titik pentanahan yang terbuat dari pipa baja
galvanis berdiameter 1,5" atau lebih sepanjang 12 meter atau lebih dan pada tujuan
ujungnya diberikan batang tembaga runcing berdiameter tidak kurang dari 1,50”
sepanjang 50cm.

07. Bagian ujung dari titik pentanahan harus diberikan kotak kontrol yang terbuat dari
susunan batu bata yang diplester halus dan dilengkapi penutup beton yang diberikan
pegangan untuk membukanya.

08. Pada permukaan tanah dari titik pentanahan harus diberikan kotak kontrol yang
terbuat dari susunan batu bata yang diplester halus dan dilengkapi penutup beton
yang diberikan pegangan untuk membukanya.

09. Pesambungan antara penghantar arus surya dengan penghantar titik pentanahan
mempergunakan alat bantu persambungan khusus sesuai dengan petunjuk
manajemen kontruksi.

10. Persambungan antara penghantar arus surya dan bagian penerima petir, harus
dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat peralatan.

11. Pemborong wajib menyediakan suatu titik pentanahan dengan tahanan pentanahan
tidak lebih dari 1 Ohm bila diukur pada saat 2 hari tidak hujan secara berturut-turut.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 88

12. Ketentuan lain mengenai pekerjaan ini akan diberikan oleh manajemen kontruksi
selama periode pelaksanaan pekerjaan.

05.02.11. Ketentuan Teknis Pentanahan

01. Semua titik pentanahan harus terdiri atas titik pentanahan, yang terbuat dari pipa baja
galvanis 1,5" atau lebih sepanjang 12 meter atau lebih dimana pada bagian ujungnya
diberikan batang tembaga runcing berdiameter tidak kurang dari 1,50" sepanjang 50
cm.

02. Bagian ujung dari titik pentanahan harus dihubungkan ke penghantar pentanahan
dengan mempergunakan kawat baja telanjang berluas penampang seperti
ditunjukkan didalam gambar rencana.

03. Pada permukaan tanah dari titik pentanahan harus diberikan kotak kontrol yang
terbuat dari susunan batu bata yang diplester halus dan dilengkapi penutup beton
yang diberikan pegangan untuk membukanya.

04. Persambungan antara penghantar pentanahan dengan penghantar titik pentanahan


harus mempergunakan alat bantu persambungan khusus sesuai dengan petunjuk
Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib menyediakan suatu titik pentanahan dengan tahanan pentanahan
tidak lebih dari 1 Ohm bila diukur pada saat 2 hari tidak hujan secara berturut-turut.

06. Ketentuan lain mengenai pekerjaan ini akan diberikan oleh Manajemen Konstruksi
selama periode pelaksanaan pekerjaan.

05.02.12. Ketentuan Teknis Peralatan Bantu

01. Pada hubungan kabel dan peralatan, Pemborong harus mempergunakan sepatu
kabel/ klem yang sesuai ukurannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. Peralatan bantu dalam melakukan terminasi di terminal beban pada Gardu PLN harus
sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuat kabel dan dapat diterima oleh
PLN serta disetujui Manajemen Konstruksi.

03. Peralatan bantu dalam terminasi kabel yang berukuran lebih besar dari 16 mm adalah
sepatu kabel yang harus di setujui oleh Manajemen Konstruksi.

04. Peralatan bantu untuk pemasangan kabel kedalam panel berupa CABLE GLAND
harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

05. Peralatan bantu dalam pemasangan lampu penerangan harus sesuai dengan kondisi
lapangan dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Peralatan bantu berupa FISHER dan DYNABOLT dan yang sejenis harus mempunyai
kekuatan yang sebanding terhadap bebannya dan harus disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

07. Peralatan bantu dalam pemasangan saklar, kotak kontak dan yang sejenis harus
disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 89

08. Peralatan bantu dalam penyambungan kawat tembaga telanjang harus mempunyai
permukaan yang dilapisi oleh timah dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

09. Peralatan bantu dalam penyambungan kabel penerangan dan kotak kontak biasa
adalah tipe LASDOOP produksi 3 M atau Legrand.

05.03.00. KETENTUAN TEKNIS SISTEM VENTILASI RUANG

01. Sistem ventilasi ruangan (intake air dan exhaust air) harus sedemikian rupa sehingga
dalam keadaan semua mesin beroperasi maka rata-rata temperatur keliling tidak
melebihi 40°C atau batas temperatur yang akan mengganggu operasi mesin.

02. Alat ventilasi ruangan yang dipergunakan harus berkapasitas tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam gambar rencana pada tahanan aliran udara yang sesuai.

03. Alat ventilasi ruangan yang dipergunakan harus diperlengkapi dengan Automatic Non
Return Damper.

04. Pemborong wajib melengkapi rangka yang terbuat dari baja untuk pemasangan alat
ini. Selain itu, antara rangka dan alat ini harus diberikan peredam getaran. Pada
bagian luarnya harus diberikan penahan masuknya serangga kedalam ruangan.

05. Ketentuan mengenai rangka akan diberikan selama periode pemasangan oleh
Manajemen Konstruksi.

06. Cara pemasangan penahan serangga harus sedemikian rupa sehingga dapat dilepas
apabila diperlukan.

07. Apabila dalam sistem diperlukan adanya cerobong udara, maka Pemborong wajib
mengikuti ketentuan ASHRAE.

08. Alat ventilasi ruangan harus dapat dioperasikan secara normal pada kondisi kerja
seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana dan kondisi ruang setempat.

09. Pemborong wajib menyediakan catu daya untuk pemakaian peralatan ini dan
menyediakan sarana operasi yang dapat dikontrol oleh peralatan tanda bahaya
kebakaran.

05.04.00. KETENTUAN TEKNIS PIPA BAHAN BAKAR

01. Pipa bahan bakar yang dipergunakan adalah jenis pipa baja hitam kelas medium
dengan penyambungan tipe ulir kecuali pada tempat penyambungan pada tangki
penyimpanan bahan bakar, tangki pemakaian bahan bakar, pompa bahan bakar dan
peralatan-peralatan lainnya dipergunakan tipe penyambungan Flange.
Penyambungan flange juga diharuskan pada pemipaan yang lebih panjang dari 12
meter.

02. Pipa bahan bakar yang dipergunakan harus berdiameter tidak kurang dari yang di
tunjukkan dalam gambar rencana dan dilengkapi dengan katup operasi seperti yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.

03. Pipa bahan bakar secara keseluruhan harus dilapis dengan lapisan anti karat
Zinchromate dari ICI sebanyak 2 lapis dan kemudian pada bagian-bagian yang
ditanam harus dilapis dengan flinkote sebanyak 2 lapis dan di lapis goni aspal serta
pada bagian-bagian yang tidak ditanam harus di cat warna coklat.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 90

05.05.00. KETENTUAN TEKNIS PEREDAM SUARA

01. Sistem peredam suara harus sedemikian rupa sehingga dalam keadaan operasi
normal, maka sistem generator set akan menyebabkan kebisingan tidak lebih dari 65
dB pada jarak 1 meter dari dinding dan grille ruang diesel.
02. Bahan peredam suara adalah Rockwool dengen ketebalan yang tidak kurang dari 2"
dan kepadatan tidak kurang dari 100 Kg/m³.

03. Pada permukaan bahan peredam, Pemborong wajib menempatkan bahan Glass
Cloth.

04. Apabila tidak ditentukan lain oleh Manajemen Konstruksi maka Pemborong wajib
mempergunakan baja strip dengan ukuran 1"x3/8" sebagai penahan isolasi ke dinding
ruangan dimana pemasangan bagian ini harus mempergunakan FISHER S10

05. Khusus untuk pemasangan isolasi yang bukan ditempatkan pada dinding ruang, maka
Manajemen Konstruksi akan memberikan ketentuannya selama periode
pemasangan.

05.06.00. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

01. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan gambar rencana
atau gambar revisi serta harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. Pemborong wajib menempatkan diesel generator pondasi yang telah disediakan
Pemborong Sipil dengan mempergunakan angkur yang cukup kuat yang mampu
menahan reaksi beban yang mungkin timbul selama operasi mesin lengkap dengan
peredam getarannya.

03. Pembuatan dan pemasangan pemegang pipa gas buang harus sedemikian rupa
sehingga dapat diatur ketinggiannya terhadap lantai ruangan dan tidak meneruskan
getaran yang mungkin timbul selama operasi.

04. Cerobong saluran udara pendingin mesin harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak akan menghambat aliran udara tersebut dan tidak menyebabkan terjadinya
penurunan kapasitas mesin serta menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian-
bagian dari mesin. Cerobong tersebut harus diberikan dudukan dan penguat dari
bahan baja siku dan secara keseluruhan bersama cerobongnya dicat anti karat
dengan zinchromate dari ICI sebanyak 2 lapis.

05. Peredam suara pada pemasangannya harus dilengkapi dengan penguat, dimana
pada bagian penguat ini dilapisi cat anti karat seperti disebutkan dalam butir 04
tersebut diatas.

06. Penyambungan pemipaan bahan bakar ke mesin diesel harus mempergunakan


bahan pipa fleksibel khusus untuk solar.

07. Semua panel listrik yang sesuai untuk pemasangan pada lantai ruang, harus diberikan
dudukan dari bahan kanal baja UNP 10 dan diperkuat kelantai bangunan dengan
mempergunakan Dynabolt yang berukuran sesuai dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 91

08. Pemborong wajib menyediakan dudukan bagi kabel yang masuk ke dan atau keluar
dari panel listrik sedemikian rupa sehingga kabel tersebut tidak akan memberikan
beban mekanis pada terminal penyambungan kabel didalam panel.

09. Semua panel listrik yang sesuai untuk pemasangan pada dinding ruang, harus
diberikan pemegang dari bahan baja UNP 10 dan diperkuat kedinding ruang dengan
mempergunakan Dynabolt yang berukuran yang sesuai dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

10 Semua panel listrik yang akan ditempatkan didinding ruangan harus dipasangkan
pada ketinggian 120 cm dari permukaan lantai ruang yang bersangkutan dan sama
untuk semua panel.

11. Semua peralatan bantu dalam pemasangan panel yang dibuat dari bahan baja dan
atau besi harus diberikan lapisan anti karat dengan Zinchromate sebanyak 2 lapis.

12. Pemborong wajib melengkapi pemasangan kabel yang keluar dari atau masuk ke
dalam panel dengan Cable Gland yang sesuai dan disetujui oleh Manajemem
Konstruksi.

13. Kabel listrik yang akan ditanam, harus ditempatkan pada kedalaman yang tidak
kurang dari 80 cm dibawah permukaan tanah setempat kecuali bagi kabel yang akan
dipasang dibawah jalan, dibawah lantai, melintas jaringan pipa dan selokan atau
pekerjaan lainnya.

14. Pemasangan kabel tanam harus mempergunakan pasir di bagian atas maupun
dibagian bawah kabel dengan tebal lapisan tidak kurang dari 15 cm pada setiap
bagian dimana pada bagian atas dari pasir ini diberikan bahan pelindung keras seperti
yang dipergunakan oleh PLN sebelum diurug kembali.

15. Untuk kabel listrik yang akan ditanam dan jalur kabel tersebut melintas jalan dan atau
lantai, maka kabel tersebut harus ditempatkan pada kedalaman tidak kurang dari 150
cm dibawah permukaan tanah/lantai setempat dan diberikan pelindung berupa pipa
baja galvanis berdiameter tidak kurang dari 2,5 kali diameter luar kabel dan pada
bagian luar pipa tersebut harus diberikan lapisan Flinkote sebanyak 2 lapis.

16. Dibagian atas dan dibagian bawah pipa yang dimaksud dalam butir 10 tersebut diatas
harus diberikan lapisan pasir seperti yang dimaksudkan dalam butir 09 tersebut diatas.

17. Untuk kabel listrik yang akan ditanam dan jalur kabel melintas selokan dan atau
jaringan pipa atau pekerjaan lainnya, maka kabel harus ditempatkan pada kedalaman
tidak kurang dari 60 cm dibawah jaringan pekerjaan lainnya tersebut dan cara
pemasangannya adalah sama seperti diuraikan dalam butir 09 diatas.

18. Pemborong wajib memberikan tanda jalur kabel tanam diatas permukaan tanah pada
setiap tidak lebih dari 3 meter dan pada setiap belokan arah jalur.

19. Pada penanaman kabel yang sejajar dengan jalan atau jaringan pipa atau jaringan
kabel yang mempunyai beda tegangan kerja, maka kabel harus ditempatkan pada
jarak tidak kurang dari 50cm antaranya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 92

20. Kabel listrik yang akan dipasang menembus lantai, dinding, pondasi bangunan dan
yang sejenis harus mempergunakan Sleeve dari bahan pipa PVC klas D berukuran
2,5 kali diameter luar kabel. Khusus Sleeve yang dipasang pada pondasi dan
dipergunakan untuk jalur kabel dari luar ke dalam bangunan atau sebaliknya lubang
di dalam pipa diluar kabel harus di isi dengan adukan semen 1:7 dibagian dekat tanah
dan Flinkote di belakangnya.

21. Kabel listrik yang ditempatkan pada saluran kabel baik yang mendatar ataupun yang
tegak, harus ditempatkan pada rak/tangga kabel.

22. Semua kabel listrik baik yang ditempatkan didalam pipa pelindung kabel maupun yang
tidak dan dipasang secara mendatar harus ditempatkan pada rak kabel.

23. Semua kabel listrik baik yang ditempatkan didalam pipa pelindung kabel maupun yang
tidak dan dipasang secara tegak harus ditempatkan pada tangga kabel.

24 Pengaturan kabel pada rak kabel dan tangga kabel harus sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi persilangan satu dengan yang lainnya.

25. Pemborong wajib mempergunakan alat khusus dalam pemasangan sepatu kabel
pada kabel untuk setiap penyambungan. Untuk sepatu kabel yang berukuran lebih
besar atau sama dengan 50mm², Pemborong wajib memakai alat khusus dengan
sistem hidrolik.

26. Pada dasarnya Pemborong tidak diperkenankan melakukan penyambungan pada


kabel daya dan kabel distribusi tenaga listrik, kecuali ditentukan lain oleh Manajemen
Konstruksi.

27. Pemasangan kabel dan pipa pelindung kabel di rak kabel, pada tangga kabel, pada
dinding ruangan dan pada plat lantai harus mempergunakan klem kabel pada setiap
jarak tidak lebih dari 75 cm.

28. Kotak persambungan pipa pelindung kabel tidak diperkenankan di tempatkan pada
pertengahan bagian pipa yang dipasangkan secara tegak tanpa suatu dudukan.

29. Kotak persambungan pipa pelindung kabel wajib di pergunakan pada jalur pipa
pelindung yang melebihi batas 12 meter, meskipun tidak terdapat adanya
penyambungan kabel.
30. Pemborong wajib mempergunakan setiap jenis peralatan bantu pemipaan sesuai
dengan fungsinya.

31. Pemotongan pipa pelindung harus dilakukan dengan mempergunakan alat khusus
yang disyaratkan oleh pabrik. Setelah dilakukannya pemotongan, maka pada bagian
bekas pemotongan harus dibersihkan dan dihaluskan dengan alat khusus yang
dianjurkan oleh pabrik.

32. Kecuali ditentukan lain maka saklar harus ditempatkan pada ketinggian 150 cm dan
kotak kontak ditempatkan pada ketinggian 30 cm dari lantai ruangan.

33. Pemasangan saklar dan kotak kontak di dinding ruangan harus dipergunakan kotak
pemasangan yang ditempatkan didalam dinding atau partisi ruangan. Untuk itu kotak
pemasangan harus khusus untuk pemasangan dalam partisi ruang.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 93

34. Lampu penerangan harus dipasangkan sesuai dengan plafon ruangan dan sejajar
dengan as bangunan. Pemasangan lampu tersebut tidak diperkenankan
menimbulkan beban pada plafon yang bersangkutan bila rangka plafon bukan terbuat
dari kayu dan bahan plafon terbuat dari akustik. Dengan demikian untuk pemasangan
lampu pada plafon yang mempergunakan bahan tersebut, Pemborong wajib membuat
rangka dan penggantung sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan
terjadinya gangguan pada plafon.

35. Ketentuan-ketentuan lainnya mengenai pemasangan akan diberikan oleh Manajemen


Konstruksi selama periode pelaksanaan.

36. Pada persambungan ini, rongga ulir pada pipa dan ulir alat bantu persambungan
harus diisi dengan suatu bahan pencegah kebocoran dimana ketentuan mengenai
bahan tersebut akan diberikan oleh Manajemen Konstruksi.

37. Pada cara persambungan las, bidang persambungan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga merupakan bidang yang tegak lurus terhadap batang pipa. Khusus
persambungan las antara pipa baja galvanized dan alat bantunya, seluruh bagian
bekas las harus diberikan lapisan anti karat dengan zinchromate sebanyak 2 lapis.

38. Sebelum diadakan penyambungan tipe las, Pemborong wajib menyampaikan contoh
hasil pengelasan untuk mendapatkan persetujuan dari Manajemen Konstruksi.

39. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang diperkenankan adalah sejajar
dengan dinding bangunan baik untuk pemasangan yang mendatar maupun yang
tegak terhadap bidang mendatar. Sudut belokan yang diperkenankan adalah tegak
lurus 45°C.

40. Pada pemasangan pipa yang sangat panjang dan atau didekat katub operasi, maka
pemborong wajib mempergunakan diameter 2,5 inch atau kurang dan sambungan
flange bagi pipa berukuran diameter 3 inch atau lebih. Sambungan seperti di sebutkan
dalam butir ini harus dipergunakan dalam pemasangan pipa yang lebih panjang dari
24 meter.

41. Pada setiap bagian dari pipa yang akan dipasangkan menembus lantai, kolom balok
atau bagian konstruksi lainnya, Pemborong wajib meminta persetujuan tertulis dari
Management Konstruksi terlebih dahulu. Pada bagian tersebut harus diberikan
pelindung berupa sleeve yang terbuat dari bahan pipa baja galvanized.

42. Pada pemasangan pipa yang melintas jalan, bagian atas jalur pipa harus ditempatkan
pelindung dari pipa beton yan gcukup kuat untuk menahan beban mekanis yang
mungkin timbul.

43. Penyangga dan penggantung pipa harus dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengaturan ketinggian. Pemborong wajib membentuk bagian
penggantung dan atau penyangga tersebut sedemikian rupa sehingga bagian
tersebut cukup kuat untuk menahan.

44. Jarak penggantung dan atau penyangga pipa harus ditempatkan pada jarak yang
tidak lebih dari 2 meter utnuk pipa yang berukuran sampai dengan diameter 2,5 inch
dan untuk pipa yang berdiameter 3 inch atau lebih jarak penggantung / penyangga
adalah 3 meter.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 94

45. Pemborong wajib mempergunakan alat peredam getaran pad asetiap pompa,
penggantung dan atau penyangga, dimana alat peredam getaran tersebut harus
disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

46. Seluruh pemipaan yang todak terletak didalam dinding, harus ditempatkan pada
penyangga yang disetujui oleh Manjemen Konstruksi dan diklem serta diberikan
penutup yan cukup kuat untuk menahan semua gangguan mekanis yang mungkin
timbul.

47. Pemborong wajibmemberikan lapisan anti karat pada bahan yang terbuat dari baja
dengan mempergunakan zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis.

48. Ketentuan-ketentuan lainnya mengenai pemasangan akan diberikan oleh Manajemen


Konstruksi selama periode pelaksanaan.

05.07.00. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen


Konstruksi. Pengujian tanpa dihadiri Manajemen Konstruksi dan wakil dari Pemberi
Tugas dinilai tidak sah dan harus di ulangi.

03. Pengujian untuk pekerjaan tegangan menengah meliputi pengujian sebagai berikut
a. Pengujian tegangan kerja nonimal,
b. Pengujian perbandingan kumparan transformator,
c. Pengujian tegangan 55 KV,
d. Pengujian operasi alat pengaman,
e. Dan pengujian lain sesuai dengan standard PLN dan yang akan ditentukan oleh
Manajemen Konstruksi.

04. Pengujian untuk pekerjaan genset meliputi pengujian sebagai berikut :


a. Pengujian beban kosong selama 1 jam,
b. Pengujian berbeban selama 1 jam untuk setiap keadaan beban 25%, 50% dan
75%, 100% nominal.
c. Pengujian beban lebih 100% beban nominal selama 1 jam,
d. Pengujian alat-alat pengaman operasi mesin,
e. Pengujian operasi otomatis berbeban,
f. Pengujian tekanan kerja pipa bahan bakar,
g. Pengujian operasi pompa bahan bakar,
h. Pengujian kebisingan suara operasi mesin,
i. Dan pengujian lainnya yang dinilai perlu oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pengujian untuk panel tegangan rendah harus meliputi pengujian berikut :
a. Pengujian alat pengaman, kecuali pengaman lebur,
b. Pengujian koordinasi pengamanan,
c. Pengujian operasi selama 24 jam pada beban penuh,
d. Dan pengujian lain yang dinilai perlu oleh Manajemen Konstruksi.

06. Pengujian untuk kabel tegangan rendah harus meliputi pengujian sebagai berikut :
a. Pengujian tahanan isolasi antar konduktor phasa, netral dan pentanahan,
b. Pengujian susut tegangan selama pembebanan,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 95

c. Dan pengujian lain yang dinilai perlu oleh Manajemen Konstruksi.

07. Pengujian untuk pentanahan adalah pengukuran tahanan pentanahan pada saat tidak
hujan selama dua hari berturut-turut dengan nilai lebih kecil dari 1 Ohm.

08. Dan pengujian lainnya yang dinilai perlu oleh Manajemen Konstruksi termasuk
pengujian dengan infra red.

09. Pemborong wajib melaksanakan pengujian sesuai dengan prosedur yang akan
diberikan oleh Manajemen Konstruksi.

10. Apabila ditemukan adanya ketidak beresan dalam pemasangan, maka Manajemen
Konstruksi berhak untuk menolak penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas.

11. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
diadakannya pemeriksaan oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang, dimana hasil
pelaksanaan dapat disetujui oleh Lembaga Pemeriksaan yang berwenang dengan
memberikan sertifikatnya.

05.08.00. SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN

01. Transformator daya yang dipergunakan adalah produk UNINDO atau TRAFINDO.

02. Mesin diesel yang dipergunakan adalah hasil produksi DEUTZ, PERKINS,
CATTERPILLAR, YANMAR dan MITSUBISHI.

03. Generator yang dipergunakan adalah produksi STAMPFORD, .

04. Pompa bahan bakar manual yang dipergunakan adalah ex import.

05. Pompa bahan bakar elektronik yang dipergunakan adalah produk EBARA.

06. Alat ventilasi ruang yang dipergunakan adalah produk NATIONAL .

07. Pipa bahan bakar yang dipergunakan adalah produk SPINDO.

08. Peredam suara yang dipergunakan adalah produk AB WOOL, PARAWOOL atau ACI.

09. Glass Cloth yang dipergunakan adalah produk NITOBO.

10. Isolasi pipa gas buang yang dipergunakan adalah produk KAOWOOL.

11. Pipa cerobong gas buang adalah produksi SPINDO.

12. Komponen panel yang dipergunakan adalah hasil produksi SIEMENS,

13. Pabrik pembuat panel listrik adalah SIMETRI.

14. Kabel tahan api yang dipergunakan adalah tipe non halogen dan produksi
KABELMETAL, SUMITOMO atau FUJI tipe Non Halogen.

15. Kabel listrik tegangan tinggi yang dipergunakan adalah hasil produksi dari,
SUPREME.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 96

16. Kabel listrik tegangan rendah yang dipergunakan adalah hasil produksi dari
SUPREME.

17. Pabrik pembuat lampu penerangan umum adalah ARTOLITE, SPECTRA atau ONI
UTAMA MANDIRI.

18. Lampu TL, PL yang dipergunakan adalah buatan PHILLIPS sedangkan untuk Halogen
yang dipergunakan adalah buatan GENERAL ELECTRIC.

19. Dudukan lampu TL adalah buatan PHILIPS.

20. Starter dan dudukannya untuk lampu TL adalah buatan PHILIPS.

21. Kapasitor yang dipergunakan adalah buatan PHILIPS.

22. Ballast lampu TL yang dipergunakan adalah PHILIPS.

23. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan adalah CLIPSAL.

24. Rak/tangga kabel yang dipergunakan adalah buatan THREE STAR.

25. Saklar, kotak kontak adalah buatan JUNG ST-550, BERKER MODUL-2 atau CLIPSAL
Mega - 2000 dimana warnanya akan ditentukan kemudian.

26. Lampu emergency yang dipergunakan adalah buatan MANVIER atau CHLORIDE.

27. Penangkal petir yang dipergunakan adalah produksi EF.

28. Capacitor Bank dan Automatic Controllernya yang dipergunakan adalah produksi
NOKIA.

29. Lain-lain bahan dan peralatan yang dipergunakan apabila tidak ditentukan dalam
ketentuan ini merupakan kewajiban pemborong untuk mengusulkannya dan harus
dijelaskan dalam penawaran.

30. Apabila Pemborong mendapatkan kesulitan didalam mendapatkan bahan dan


peralatan yang sesuai dengan hasil konfirmasi dan negosiasi, Pemborong dapat
mengajukan alternatif secara tertulis dan apabila usulan tersebut ditolak oleh Pemberi
Tugas dan atau Manajemen Konstruksi, maka resiko yang mungkin timbul adalah
tanggung jawab Pemborong.

EQUIPMENT SCHEDULE Sheet :


DIESEL GENERATOR SET WORKS Prepared by : To be filled by
contractors
Date :

No. Description Specification Offered

A. Diesel Engine

01. Code Genset 1


02. NOS 1 Unit
03. Trade Mark Perkins

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 97

04. Manufacturer -
05. Country of Origin -
06. Type -
07. Rated Rotation 1.500 RPM
08. Cycle 4
09. Capacity (base line rating to DIN
6270A)
 Continuous Rating 750 KVA
 Prime Rating -
 Emergency Rating -
10. Cylinders
 Numbers -
 Configuration V type or Inline type
 Bore -
 Stroke -
 Compression Ratio -
11. Consumption at full load
 Fuel Liter/Hour
 Oil Liter/Hour
 Combustion Air CFM
 Cooling Air CFM
12. Speed Regulator Automatic Governor
13. Combustion System Turbocharger Direct
Injection
14. Starting System Electric
15. Cooling System Radiator Mounted
16. Radiator Fan Capacity CFM
17. Silencer Residential Type 65 dB
18. Fuel Filter Available (Oilbath)
19. Air Filter Available
20. Vibration Eliminator Available (Spring)
21. Protection Device
 High Temperature Water Available
 Low Pressure Oil Available
 Overspeed Available
22. Others Accessories
 Radiator Heater Not Required
 Prelude Oil Pump Include

: To be filled by
DIESEL GENERATOR SET WORKS Prepared by contractors
Date :
o. Description Specification Offered

B. Alternator

01. Code Alternator 1


02. NOS 1 Unit
03. Trade Mark Stamford/AVK/Marathon
04. Manufacturer -
05. Country of Origin -
06. Type -

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 98

07. Rate Speed 1.500 RPM


08. Rate Voltage 220-240/ 380-400 Volt
09. Rate Current at 380 Volts Amp
10. Capacity
 Continuous 750 KVA
 Standby 110 % 1 H within 12 H
 Short Circuit 250 % 1 second
11. Pole 4
12. Insulation class H
13. Index of Protection IP 23
14. Total Wavsform Distortion 2%
15. Transient Response 0,3 seconds
16. Voltage Regulator Automatic + 1,50 %
17. Exciting System Self Exciting Brushes

C. Panel Control Genset

01. Panel Component Siemens,


02. Material/ Finishing Mild Steel Plate 2,0 mm Thickness
03. Dimension P x L x T (mm)
04. Panel Manufacturer Simetri
05. Measuring Device Mitsubishi
Manufacturer
06. Automatic Control
Manufacturer
 Synchronizing Check SEG
Relay
 Automatic Main Failure SEG
 Automatic Load Sharing SEG
 Automatic Load Monitoring SEG
 Automatic Synchronizing SEG
Device
 Reverse Power Relay SEG
 Battery Charger SEG

EQUIPMENT SCHEDULE Sheet :


DIESEL GENERATOR SET WORKS Prepared by : To be filled by
contractors
Date :

No. Description Specification Offered

D. Fuel Tank

D1. Storage Tank


 Nos 1 Unit
 Capacity 5.000 liter

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 99

 Manufacturer Roda Nurmala, Wira Teknik,


Duta Teknik
 Material Mild Steel Plate w/ Taste
Protection 8 mm minimum
thickness
 Finishing Flinkote 2 ply and goni apply w/
aspal
 Accessories  Filing Hole
 Suction Hole
 Over Flow Hole
 Venting
 Control Hole
 Depth Stick
 Support to Foundation
 Level Switch

 Dimension Diameter 1.900 mm


Length 4.000 mm

D2. Daily Tank


 Nos 1 Unit
 Capacity 500 liter
 Manufacturer Roda Nurmala, Wira Teknik,
Duta Teknik
 Material Mild Steel Plate 4 mm minimum
thickness
 Finishing 2 Ply ACI Zinchromate and
Final Coating
 Accessories  Venting
 Clear Glass
 Level Switch
 Floating Valve

 Dimension L x W x H (mm)

EQUIPMENT SCHEDULE Sheet :


DIESEL GENERATOR SET WORKS Prepared by : To be filled by
contractors
Date :

No. Description Specification Offered

E. Pump

E1. Transfer Fuel Pump


 Nos 1 Unit

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 100

 Capacity 120 liter/minute


 Total Head 40 meter
 Power required -
 Trade Merck Ebara
 Type Gear Pump

E2. Hand Pump


 Nos 1
 Trade Merck Ex Import

E3. Fuel Pipe


 Type Black Steel Medium - class
 Manufacturer PPI, Bakrie
 Finishing 2 Ply ACI- Zinchromate and
add 2 Ply flinkote for Buried
Pipe for CN the Ground
Pipe Painted with Brown
Paint

E4. Filter and Water Separator Amatex or approved

F. Exhaust Fan 1,2

 Code EAF for Genset Room


 Nos 2 Unit
 Manufacturer National,
 Type Axial
 Capacity CFM
 Static Pressure Inch. WG
 Accessories Non Return Damper

EQUIPMENT SCHEDULE Sheet :


DIESEL GENERATOR SET WORKS Prepared by : To be filled by
contractors
Date :

No. Description Specification Offered

G. Power Cables

01. Type NYY


02. Manufacturer Supreme
03. Cable Ladder/ Tray Three Stars,
04. Conduit Clipsal

H. Others

01. Genset Dimension

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 101

 Genset (L x W x H) mm
 Weight Kg
02. Sound Absourbance Parawool, ACI or Lapinus
03. Glass Cloth Nitobo or equal approved
04. Exhaust Gas Pipe Insulation Kaowool

06.00.00. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TANDA BAHAYA KEBAKARAN (FIREALARM)

06.00.00. LINGKUP PEKERJAAN

06.01.01. Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melaksanakan pemasangan bahan bahan dan


peralatan yang diperlukan didalam sistem instalasi ini secara baik dan melakukan
penyetelan pada bagian bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik
untuk setiap sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan suatu
operasi dari sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong diwajibkan melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan yang diuraikan


dalam pasal ini untuk setiap jenis pekerjaan dengan baik.

03. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara
keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

04. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidak jelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat Penjelasan
Pelelangan.

05. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

06.01.02. Lingkup Pekerjaan Tanda Bahaya Kebakaran

01. Sistem tanda bahaya kebakaran yang merupakan lingkup pekerjaan adalah suatu
sistem pendeteksian keadaan kebakaran, baik secara otomatis maupun secara
manual. Hasil pendeteksian tersebut akan diamati dari beberapa tempat. Hasil
pendeteksian tersebut dikehendaki dapat mengatur operasi beberapa peralatan lain
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

02 Secara garis besarnya, sistem Tanda Bahaya Kebakaran terdiri atas bagian-bagian
berikut:
a. Panel Kontrol Tanda Bahaya Kebakaran (PKK) tipe addressable,
b. Panel Remote Tanda Bahaya Kebakaran (Annunciator),
c. Monitor Module,
d. Control Module,
e. Kotak Hubung Tanda Bahaya Kebakaran (KHK)

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 102

f. Detektor Panas Kombinasi (Rate of Rise combined with Fixed Heat Detector,
ROR), konventional dan addressable
g. Detektor Panas (Fixed Heat Detector), konventional dan addressable
h. Detektor Asap tipe photoelectric, Konventional dan Addressable.
i. Titik Panggil Manual (Break Glass)
j. Bel Tanda Bahaya Kebakaran (Alarm Bell)
k. Kabel Kontrol dari PKK ke Annunciator dan ke setiap alat pendeteksi dan
peralatan-peralatan yang dikaitkan operasinya dengan sistem ini,
l. Pipa pelindung kabel untuk semua jenis kabel,
m. Peralatan bantu.

06.01.03. Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Listrik adalah pengadaan catu daya sampai Panel
Kontrol Tanda Bahaya Kebakaran.

02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Elevator adalah penyambungan indikasi di Ruang Mesin
Elevator,

03. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh Pemborong Pekerjaan Tata Suara adalah pengadaan terminal hubungan
operasi dengan sistem pemberitahuan keadaan darurat.

06.02.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TANDA BAHAYA KEBAKARAN

06.02.01. Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini
harus merupakan suatu hasil produksi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan juga tidak bertentangan dengan ketentuan dari IEC, BRITISH STANDARD,
NFPA serta harus termasuk dalam daftar produksi yang diakui oleh UL.

02. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan digunakan harus mampu
beroperasi secara baik pada temperatur keliling tidak kurang dari 40 derajat Celcius
dengan kelembaban relatif tidak kurang dari 80 %.

03. Setiap bagian dalam pekerjaan ini harus dilindungi dari gangguan interferensi
gelombang radio dan setiap indikasi yang akan timbul harus selalu disertai dengan
kelambatan waktu operasi.

06.02.02. Ketentuan Teknis Panel Kontrol

01. Kapasitas panel kontrol kebakaran sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
perencanaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 103

02. Panel Kontrol Tanda Bahaya Kebakaran yang disingkat dengan PKK, yang
berkapasitas sesuai dengan ditunjukkan dalam gambar rencana, harus mampu
melaksanakan deteksi terhadap keadaan lingkungan sekitarnya secara kontinu
dalam waktu 24 jam setiap hari. Untuk itu PKK harus dilengkapi dengan suatu
sumber daya cadangan berupa batere dimana muatannya dapat diisi kembali secara
berulangkali.

03. Batere yang dipergunakan adalah batere NIKEL-CADMIUM tipe kering, dengan
kemampuan untuk mengope- rasikan keseluruhan peralatan secara satu kesatuan
selama 24 jam dan setelah itu masih mampu membunyikan semua Bel Tanda
Bahaya secara serentak dalam jangka waktu 4 jam.

04. PKK harus dilengkapi dengan alat pengisi muatan batere yang dapat bekerja secara
otomatis. Pembatasan operasi pada keadaan muatan batere yang telah berkurang
sampai batas terendah sebesar 30 % dari muatan normalnya adalah mutlak harus
diadakan. Selain itu pembatasan besaran arus pengisi muatan dan pemutusan arus
pengisian pada saat muatan batere telah kembali pada kondisi nominalnya juga
disyaratkan untuk dipenuhi.

05. PKK harus terdiri atas beberapa bagian daerah kebakaran atau zone / address
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Setiap zone / address harus
mempunyai bagian bagian penerima indikasi dan penerus indikasi.

06. Bagian penerus indikasi setiap Zone / address harus dilengkapi dengan dua buah
kontak bantu, untuk mengoperasikan dan atau menghentikan operasi suatu perala-
tan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

07. Bagian kontrol dalam PKK harus mampu memberikan indikasi berupa nyala lampu
indikator yang berbeda bagi setiap kejadian dan untuk setiap zone serta bunyi bel
elektronik yang terletak didalam PKK apabila terjadi hal hal berikut dibawah ini:
a. Sumber daya utama terputus pelayanannya,
b. Muatan batere lemah,
c. Terjadi gangguan pada rangkaian pengisi muatan batere,
d. Kabel kontrol dari PKK kesetiap peralatan yang dihubungkan ke sistem operasi
mengalami gangguan,
e. Adanya indikasi kebakaran.
f. Terjadi hubungan operasi aktif PKK dengan peralatan lainnya, antara lain
PABX, Tatasuara, Elevator, Tata Udara dan lain sebagainya.

08. Bagian kontrol dalam PKK harus mempunyai perlengkapan berupa:


a. Tombol operasi,
b. Tombol reset,
c. Tombol penghenti bunyi bel untuk sementara,
d. Tombol test lampu dan bel,
e. Tombol operasi bel secara serentak,
f. dan lain lainnya.

09. Kotak panel PKK harus dibuat dari bahan plat baja setebal 2,0 MM atau lebih dan
kemudian di cat dengan cat bakar anti gores (BAKE ENAMELLED PAINT) warna
merah. Kotak panel harus dilengkapi jendela pengamat dan kunci.

10. Bagian kontrol dari PKK harus dapat melaksanakan operasi peralatan secara
keseluruhan sesuai dengan rencana operasi yang diberikan dalam Gambar
Rencana.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 104

11. Panel Remote Indikasi atau Anunciator Panel yang disingkat dengan Annunciator
harus mempunyai beberapa kelengkapan sebagai berikut ;
a. Denah bangunan setiap lantai,
b. Lampu indikator gangguan rangkaian setiap zone / address,
c. Lampu indikator gangguan kebakaran setiap zone / address,

12. Kotak panel Annunciator harus dibuat dari bahan plat baja setebal 2,0 mm atau lebih
dan kemudian di cat dengan cat bakar anti gores (BAKE ENAMELLED PAINT) warna
merah. Kotak panel harus dilengkapi jendela pengamat dan kunci.

13. Kotak untuk penempatan kontrol modul dan monitor modul yang dipergunakan dalam
pekerjaan ini harus terbuat dari bahan plat baja setebal 1,20mm yang diproses
antikarat dan dicat dengan cat bakar. Warna kotak hubung akan ditentukan
kemudian.

06.02.03. Ketentuan Teknis Detektor

01. Detektor panas atau Fixed Heat Detector yang dipergunakan harus bekerja dengan
sistem kerja BIMETAL dan dapat dipergunakan berulang kali. Detektor panas harus
bekerja pada temperatur keliling sebesar 135°F dan mampu mendeteksi ruangan
seluas 80m² atau lebih apabila ditempatkan pada ketinggian 2,80m. Detektor ini
harus dilengkapi dengan kontak bantu yang akan menyalakan lampu indikator pada
tegangan 12 Volt sebesar 1 Watt dan akan ditempatkan diluar ruangan.

02. Detektor panas kombinasi atau Rate of Rise combined with Fixed Heat Detector yang
dipergunakan harus bekerja dengan sistem kerja bimetal dan dapat dipergunakan
berulangkali.
Detektor panas kombinasi ini bekerja pada temperatur keliling sebesar 135°F dan
atau bila terjadi perubahan temperatur keliling sebesar 5°C dalam jangka waktu satu
menit, dan mampu mendeteksi ruangan seluas 80 m² atau lebih apabila dipasang
pada ketinggian 2,80 m. Detektor ini harus dilengkapi dengan kontak bantu yang
akan menyalakan lampu indikator pada tegangan 12 Volt sebesar 1 Watt yang akan
ditempatkan diluar ruangan.

03. Detektor asap tipe Photoelectric yang dipergunakan harus dapat mendeteksi asap
dengan kepekatan tidak kurang dari 0,2 % Obscuration/Foot yang berasal dari
semua arah dan masih dapat bekerja secara normal pada kecepatan aliran udara
tidak kurang dari 150m/menit. Detektor asap harus dapat mendeteksi ruangan seluas
80 m² atau lebih apabila dipasang pada ketinggian 2,80 m. Catu daya yang dibutuh-
kan tidak lebih dari 60 Mikro Ampere pada keadaan tidak aktif dan tidak melebihi 100
Mili Ampere pada keadaan aktif. Detektor ini harus dilengkapi dengan kontak bantu
yang akan menyalakan lampu indikator pada tegangan 12 Volt sebesar 1 Watt yang
akan ditempatkan diluar ruangan.

04. Detektor Asap harus dilengkapi dengan lampu indikator yang akan berkedip pada
saat aktif.

05. Semua detektor harus mempunyai perlengkapan bagian dasar (Base Frame) dalam
pemasangannya, sehingga detektor tidak langsung berhubungan dengan langit-
langit ruangan.

06. Titik Panggil Manual atau Break Glass Manual Station yang dipergunakan harus
dapat dipakai secara berulang-kali. Titik panggil manual harus dapat diuji dengan
tidak membuka bagian pelindungnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 105

06.02.04. Ketentuan Teknis Bel Tanda Bahaya Kebakaran

01. Bel tanda bahaya yang dipergunakan harus mampu menimbulkan bunyi dengan kuat
suara tidak kurang dari 92 dB bila diukur pada jarak 1 meter dengan catu daya tidak
lebih dari 2,5 Watt. Bel tanda bahaya yang dipergunakan adalah tipe vibrasi dengan
catu daya arus searah.

02. Semua Bel Tanda Bahaya harus dilengkapi dengan bagian dasar (Base Frame)
dalam pemasangannya.

06.02.05. Ketentuan Teknis Lampu Indikator

01. Lampu indikator yang dipergunakan adalah tipe Neon dilengkapi dengan penutup
dari bahan Acrylic berwarna merah. Tegangan kerja lampu ini adalah sama seperti
tegangan kerja sistem dan kuat penerangan yang dihasilkan adalah cukup jelas
dilihat dari jarak 30m.

02. Lampu indikator ini harus dilengkapi dengan bagian dasar pemasangan (Base
Frame).

06.03.00. KETENTUAN TEKNIS KABEL

01. Kabel yang dipergunakan sebagai kabel kontrol operasi adalah kabel twisted
shielded AWG 18 dari bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang dari
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana setiap intinya diisolasi dengan
bahan PVC dan secara keseluruhan diisolasi dengan PVC. Setiap inti kabel harus
mempunyai nomor.

02. Kabel kontrol khusus untuk tegangan kerja tidak lebih dari 110 Volt adalah kabel
berinti tembaga berbentuk serabut dengan luas penampang inti seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan masih dapat melayani operasi secara
normal dimana setiap intinya terbuat dari bahan tembaga berisolasi bahan PVC dan
secara keseluruhan diisolasi dengan bahan PVC.

06.04.00. KETENTUAN TEKNIS PIPA PELINDUNG KABEL

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel yang
berukuran lebih kecil dari 6mm² dimana diameter dalam dari pipa pelindung kabel
tidak kurang dari 150% diameter luar kabel yang dipakai.

02. Pemborong wajib memakai pipa pelindung kabel yang terbuat dari bahan PVC
khusus SUPER HIGH IMPACT HEAVY GAUGE khusus untuk pemakaian dalam
bangunan sesuai dengan Standar BSI.

03. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Tidak mudah terbakar,
b. Tidak merambatkan api,
c. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
d. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 106

e. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

04. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan


kebutuhan dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib mempergunakan semua alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:


a. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,
b. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan yang
dimaksud, dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan tempat kedu-
dukannya,
c. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat
pipa dan bersifat FIRE RETARDANT.

07. Khusus untuk kabel yang berdiameter 6mm² atau lebih, kabel harus ditempatkan di
kanal baja CNP 10.

06.05.00. KETENTUAN TEKNIS PERALATAN BANTU PENGKABELAN

01. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk kabel yang ditempatkan dalam
pipa pelindung kabel ataupun tidak, bila dipasangkan secara mendatar dan atau
tegak dengan jalur kabel lebih dari enam jalur.

02. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Dip Galvanized.
Ukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat menahan beban dan
kabel yang ditempatkan pada rak tersebut.

03. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

04. Rak kabel harus dilengkapi penggantung yang terbuat dari bahan besi siku 40x40x4
mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton berukuran diameter
10mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Pada tiap persambungan
penggantung ini harus diperlengkapi dengan mur disetiap sisinya.

05. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari 300
cm.

06. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan
jarak pemasangan kabel sehingga tidak mempengaruhi besarnya faktor koreksi yang
telah ditentukan selama perencanaan.

07. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75cm, maka Managemen
Konstruksi akan menentukan konstruksi rak kabel.

08. Semua bagian baja pada rak kabel dan tangga kabel harus yang tidak digalvanis
harus dilapisi oleh bahan antikarat berupa Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis
sebelum dipasang.

09. Pada hubungan antara kabel dan peralatan, Pemborong harus mempergunakan
sepatu kabel yang sesuai ukurannya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 107

06.06.00. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN TANDA BAHAYA KEBAKARAN

01. Setiap bahan dan peralatan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana dan atau
gambar revisi serta harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. PKK harus ditempatkan secara mendatar dan dipasangkan ditembok ruangan
dengan memakai Dynabolt berukuran tidak kurang dari 3/8"x2" sebanyak 4 buah.
PKK harus dipasang secara semi reses.

03. Kotak Hubung harus ditempatkan secara mendatar dan dipasangkan ditembok
ruangan dengan memakai Dynabolt berukuran tidak kurang dari 1/2"x2" sebanyak 4
buah.

04. Apabila tidak ada ketentuan lain maka PKK, Anunciator dan Kotak Hubung harus
ditempatkan pada ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan yang
bersangkutan.

05. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian
dilapangan oleh Manajemen Konstruksi.

06. Dalam pemasangannya, detektor harus dilengkapi dengan kotak pemasangan yang
ditempatkan diatas langit langit ruangan, dimana kotak pemasangan ini merupakan
tempat berakhirnya pipa pelindung kabel.

07. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka bel tanda bahaya akan ditempatkan pada
ketinggian 250 cm dari lantai ruang setempat atau 50 cm dibawah langit- langit ruang.

08. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka titik panggil manual akan ditempatkan pada
ketinggian 150 cm diatas lantai ruang yang bersangkutan.

09. Semua kabel kontrol harus ditempatkan didalam pipa pelindung kabel.

10. Pemborong wajib mempergunakan setiap alat bantu pipa pelindung kabel sesuai
dengan fungsinya dan tidak mengadakan perubahan.

11. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan pada bagian bawah plat lantai diatas
lantai yang bersangkutan dan di klem pada setiap jarak yang tidak lebih dari 100 cm
Pemborong wajib memberikan klem pada setiap belokan, didekat kotak percabangan
dan ditempat lain yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

12. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel harus ditempatkan pada plat lantai
diatas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan harus dipasang dengan
mempergunakan Fisher ukuran S6 sebanyak 2 buah keplat lantai yang
bersangkutan. Kotak percabangan harus dipakai untuk setiap empat belokan arah
pemipaan.

13. Pemborong tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel kontrol, kecuali


pada terminal peralatan.

14. Pengawas akan menentukan penyambungan kabel pada terminal untuk menjamin
adanya persambungan yang sempurna.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 108

15. Dalam pemasangan kabel kontrol yang ditanam, Pemborong wajib mengikuti
ketentuan penanaman kabel.

16. Setiap bagian dalam pekerjaan ini yang terbuat dari bahan baja yang tidak terlindung
harus diberikan lapisan anti karat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2
lapis.

17. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang tidak dipasang dalam
tembok dan jumlahnya lebih dari 6 jalur, Pemborong wajib menempatkannya pada
rak kabel.

18. Hal hal lainnya mengenai pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Manajemen Konstruksi selama periode pelaksanaan pekerjaan.

06.07.00. KETENTUAN PENGUJIAN PEKERJAAN TANDA BAHAYA KEBAKARAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk keseluruhan sistem sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Pengawas. Pengujian


yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan wakil Pemberi Tugas akan dinilai
tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan, terutama ditujukan untuk memeriksa hal hal sebagai
berikut:
a. Pengukuran tahanan isolasi kabel kontrol,
b. Kuat suara bel tanda bahaya kebakaran,
c. Operasi setiap detektor dan titik panggil manual,
d. Hubungan kerja ke peralatan pekerjaan lainnya,
e. Sistem kerja PKK dan Anunciator,
f. Dan lain-lainya yang akan ditentukan Manajemen Konstruksi.

04. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka Direksi


Pengawas berhak untuk menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada Pemberi
Tugas.

05. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
diadakannya pemeriksaan oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang dan hasil
pelaksanaan dapat diterima oleh Lembaga Pemerintah tersebut.

06.08.00. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. Peralatan tanda bahaya kebakaran yang dipergunakan adalah produksi dari
NOTIFIER,.

02. Kabel Twisted Shielded yang digunakan adalah produksi YURI ex import.

03. Kabel kontrol yang dipergunakan adalah produksi dari SUPREME.

04. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan adalah produksi dari CLIPSAL.

05. Rak/Tangga kabel yang digunakan adalah produksi THREE STARS, .

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 109

06. Kotak Hubung yang dipergunakan adalah produksi dari salah satu pabrik pembuat
panel diatas.

07. Lain-lain bahan dan peralatan yang tidak diuraikan dalam ketentuan ini, harus
diusulkan oleh Pemborong dan dijelaskan dalam penawaran.

08. Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap bahan dan
peralatan. Apabila ternyata selama periode pelaksanaan, Pemborong mengalami
kesulitan dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan penawaran
dan hasil klarifikasi maka Pemborong diijinkan mengajukan usul perubahannya.
Tetapi bila usul tersebut ditolak, maka semua resiko akan menjadi tanggung jawab
Pemborong sepenuhnya.

07.00.00 : PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TELEKOMUNIKASI & DATA INTERNET

07.01.00 : LINGKUP PEKERJAAN

07.01.01 : Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap bagian dari
sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan suatu operasi dari sistem
secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara keseluruhan
merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidakjelasan dan atau kesalahan
yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat Penjelasan Pelelangan.

04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

07.01.02 : Linggkup Pekerjaan Telekomunikasi

Secara garis besar, pekerjaan Sistem Telekomunikasi & Data Internet dapat dibedakan atas
beberapa bagian sebagai berikut:
01. Peralatan utama terdiri dari sentral telepon tipe digital PABX dan data internet, dimana
bagian kontrol dan penyambungannya dilengkapi dengan Microproccessor lengkap
dengan 2 set Operator Console.
02. Outlet telepon & data internet.
03. Kotak Hubung Utama (KUHT) dan Kotak Hubung tiap lantai dan kotak PERUMTEL,
seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
04. Pengkabelan dari Operator Console ke Key Telepon, dari KHUT ke setiap KHT, dari
setiap KHT ke setiap Outlet Telepon dan pesawat cabang.
05. Sumber daya cadangan lengkap dengan peralatan pengisian muatan yang bekerja
secara otomatis.
06. Pekerjaan sipil sehubungan dengan pekerjaan ini.
07. Peralatan bantu.
08. Pengurusan semua jenis ijin yang diperlukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang
berlaku.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 110

09. Pembuatan program operasi peralatan dan penomoran pesawat cabang sesuaikan
dengan kebutuhan.
10. Membuat gambar kerja, gambar hasil pelaksanaan termasuk semua revisinya yang
mungkin terjadi.
11. Melakukan pemeliharaan peralatan, melatih operator dan memberikan jaminan
peralatan.

07.01.03 : Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong pekerjaan Listrik adalah sebagai berikut:
a Pengadaan catu daya sampai Sentral Telepon.
.
b Pengadaan catu daya untuk pesawat telephone kartu.
.
02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong pekerjaan Tanda Bahaya Kebakaran dan Pemadam Kebakaran adalah
penyediaan indikasi kebakaran ke Sentral Telepon.

07.02.00 : KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TELEKOMUNIKASI

07.02.01 : Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai harus dapat dioperasikan
secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 45 °C dan kelembaban relatif
tidak kurang dari 80 %.

02. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai dengan
catu daya di Indonesia.

03. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang dapat bekerja
secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9 atau Pemborong wajib
menambahkan kapasitor.

04. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas yang lebih
besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib menyesuaikan semua perubahan
komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas.

07.02.02 : Ketentuan Teknis Sentral Telepon

01. Sistem sentral telepon yang dikehendaki adalah jenis Fully Digital, dengan teknologi
Distributed Proccess with Stored Program Control CMOS Logic yang terdiri atas
beberapa bagian, antara lain:
a. Central Control System, antara lain berguna untuk melaksanakan pengumpulan
informasi baik dari Extension maupun Trunk Line, membaca program dan data
serta melaksanakan penyambungan baik berupa penyambungan antar Extension
maupun antara Extension dan Trunk.
b. Memory System, antara lain berguna untuk menyimpan program dan data.
Penyimpanan program hendaknya dilakukan pada EPROM dan penyimpanan data
hendaknya dilakukan pada RAM yang dilengkapi Batere tipe kering NICAD,
sehingga tak bergantung pada kondisi catu daya setempat.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 111

c. Switching Network, yang berguna untuk melaksanakan hubungan baik antar


Extension maupun hubungan antara Trunk Line dan Extension, serta hubungan
antar alat pengolah data dan antara Trunk Line keperalatan pengolah data (tidak
lebih dari dua alat).

02. Sentral Telepon ini hendaknya dipilih yang mampu melakukan Switching Network jenis
Time Division dengan sistem Multiplexer. Jenis Switching Network lainnya tidak akan
dipertimbangkan.

03. Sentral Telepon ini harus bersifat modular dalam arti bisa dikembangkan dengan mudah
dari kapasitas maupun fasilitas yang diinginkan seperti penambahan pesawat cabang
atau saluran PTT cukup dengan menambahkan modul-modul.

04. Sentral Telepon ini harus telah mempunyai sertifikat dari PERUMTEL.

05. Peserta Pelelangan hendaknya menyertakan daftar yang telah mempergunakan sentral
telepon jenis ini.

06. Sentral harus dilengkapi dengan perlindungan terhadap petir, hubungan singkat / short
circuit (Lightning Protection).

07. Sentral Telepon yang dikehendaki harus dapat menerima sambungan PERUMTEL
masing-masing sebanyak 6 PTT dan 16 extention.

08. Sentral Telepon yang dikehendaki harus dilengkapi dengan beberapa peralatan, antara
lain :
a. Sumber daya cadangan berupa batere NICAD yang mampu mengoperasikan
seluruh peralatan selama enam jam atau lebih,
b. Rectifier/Baterry Charger yang bekerja secara otomatis dengan pembatas arus
pengisian,
c. Station Message Detail System berupa satu set PC klas Petir IV dengan kecepatan
24 MHz dilengkapi :
- VGA adapter dengan memory 32 Mbyte
- HDD kapasitas 40 GB dengan kecapatan 7.200 RPM
- Printer Dot Matrix 9 pin 80 kolom 360 garis
d. Operator Console sebanyak 2 set.

09. Sentral Telepon yang diinginkan harus dapat dilengkapi dengan dua set RS-232 Paralel
untuk keperluan hubungan dengan alat pengolah data lainnya, baik secara Remote
maupun secara lokal dalam bangunan.

10. Station Message Detail System yang dipergunakan harus dapat mencatat nomor
Extension, nomor Trunk, waktu pembicaraan, lama pembicaraan dalam detik dan
mampu menghitung biaya pembicaraan.
Selain itu, perlengkapan ini harus dapat menghasilkan cetakan catatan tersebut atas
dasar kode panggilan dari petugas yang akan ditentukan kemudian.

11. Sentral Telepon yang dinginkan harus dapat dihubungkan pada dua jenis pesawat
cabang, seperti diuraikan dalam ketentuan ini.

07.02.03 : Kemampuan Operasi Sistem Telepon

01. Kemampuan operasi sistem telepon ini dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:
a. Kemampuan operasi sistem sentral,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 112

b. Kemampuan operasi pesawat cabang,


c. Kemampuan operasi operator console.

02. Kemampuan operasi pesawat cabang dibedakan untuk setiap jenis pesawat cabang.

03. Kemampuan operasi sistem sentral yang diinginkan untuk disediakan adalah beberapa
operasi dibawah ini:
a. Pengaturan fasilitas penyambungan pesawat cabang, baik untuk internasional,
interlokal, lokal dalam kota, lokal dalam gedung ataupun hanya sebagai penerima
saja (Toll Restriction).
b. Pemakaian sarana Back Ground Music selama Holding (Music on Hold).
c. Pengalihan fungsi operator pada saat saat yang dikehendaki termasuk pada
malam hari (Night Service).
d. Pemberian informasi pada operator, apabila terjadi penempatan Handset kurang
baik (Off Hook Alarm).
e. Pemberian informasi secara periodik pada pembicaraan pesawat cabang
sehubungan dengan lamanya waktu pembicaraan (Periodic Time Indication Tone).
f. Memberikan panggilan kepada semua pesawat cabang dengan kemampuan
prioritas operasi (Piority Call).
g. Pemakaian gabungan antara pesawat DTMF dan Rotary Dial (DTMF Pushbutton
Calling & DTMF to Decadic Conversion).
h. Dan lain lain kemampuan standard yang telah disediakan oleh pabrik pembuatnya.

04. Kemampuan operasi pesawat cabang yang diinginkan untuk disediakan adalah
beberapa operasi dibawah ini:
a. Pengadaan hubungan kembali ke pesawat yang sedang sibuk secara otomatis
(Automatic Call Back).
b. Mengalihkan panggilan pada pesawat lainnya (Transfer).
c. Pemberian informasi pada pesawat yang sedang dipakai bahwa ada suatu
panggilan dari pesawat ketiga (Call Waiting).
d. Penentuan kemampuan operasi pesawat, seperti penentuan jenis pesawat,
pembatasan operasi dan lain lainnya (Class of Service Individual).
e. Pemindahan panggilan dari suatu pesawat ke pesawat lainnya yang telah
ditentukan dalam suatu grup operasi (Grup Hunting).
f. Pemakaian bersama dengan pesawat lainnya dan atau dengan panggilan lainnya
(Conference Call).
g. Dan lain lain kemampuan standard yang telah disediakan oleh pabrik pembuatnya.

05. Kemampuan operasi Operator Console yang diinginkan untuk disediakan adalah
beberapa operasi dibawah ini:
a. Pengadaan hubungan secara otomatis dengan pesawat yang sedang dipakai,
setelah pesawat tersebut selesai dipergunakan (Attendant Camp on with tone
indication).
b. Melepaskan hubungan antara Operator Console dengan Trunk Line setelah
pesawat cabang menerima hubungan tersebut (Attendant Lockout).
c. Memasuki pembicaraan yang sedang berlangsung, baik pembicaraan antar
pesawat cabang maupun pembicaraan antara pesawat cabang dengan Trunk Line
(Attendant Override).
d. Hubungan kembali dengan Trunk Line yang tidak diterima oleh pesawat cabang
setelah jangka waktu tertentu (Automatic Recall).
e. Melayani panggilan masuk secara berurutan sesuai dengan waktu diterimanya
panggilan tersebut (Call Quering).
f. Dan lain lain kemampuan standard yang telah disediakan oleh pabrik pembuatnya.

07.02.04 : Ketentuan Teknis Pesawat Telepon

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 113

01. Pesawat Telepon yang diinginkan terdiri atas dua jenis yaitu:
a. Jenis standard kantor, sebanyak sesuai yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
b. Jenis khusus, untuk setiap ruang seperti Manager, Receptionis dan lain-lainnya.

02. Pesawat Telepon jenis standard, hendaknya merupakan tipe PUSHBUTTON DTMF
dengan 12 tombol operasi dan sebuah lampu tanda.

03. Pada pesawat telepon jenis standard, harus diberikan perlengkapan berupa Speaker
untuk keperluan Paging dan alat pengatur kuat suara bel panggilan.

04. Pesawat Telepon jenis khusus, hendaknya merupakan tipe PUSHBUTTON DTMF
dengan tombol operasi sesuai dengan kemampuan dan kegunaan pesawat tersebut.
Pada tombol tombol operasi hendaknya diberikan tanda untuk keperluan hubungan
fungsionilnya. Ketentuan mengenai tanda tersebut akan diberikan kemudian.

05. Pada pesawat telepon jenis khusus, harus diberikan perlengkapan berupa Speaker
untuk keperluan Paging, Microphone untuk keperluan operasi secara TOTAL HANDS
FREE, alat pengatur kuat suara bel panggilan dan kuat suara pembicaraan, LED Display
Screen sebanyak 16 karakter, dan lain lain perlengkapan standard pengadaan dari
pabrik pembuatnya.

07.02.05 : Ketetuan Teknis Kotak Hubung

01. Kotak Hubung yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus terbuat dari plat baja
setebal 1,20 mm atau lebih yang diproses antikarat dan dicat dengan cat bakar. Warna
kotak hubung akan ditentukan kemudian.
02. Kotak Hubung hendaknya dilengkapi dengan kunci yang sama dan jumlah kunci yang
disediakan Pemborong adalah sebanyak Kotak Hubung tersebut.
03. Peralatan terminasi yang dipasangkan didalam Kotak Hubung hendaknya sesuai
dengan yang peraturan yang berlaku, khususnya di Bandung dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.

04. Pengaturan terminal dalam Kotak Hubung harus sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

07.02.06 : Ketentuan Teknis Kabel


01. Kabel penghantar yang dipergunakan dari setiap terminal pesawat cabang ke kotak
hubung adalah kabel berinti banyak dan setiap intinya terbuat dari tembaga berbentuk
serabut berisolasikan PVC dan secara keseluruhan diisolasi dengan bahan PVC dimana
inti kabel ditempatkan secara TWISTED sesuai untuk pemakaian didalam ruang.

02. Kabel penghantar yang dipergunakan dari setiap Kotak Hubung ke Kotak Hubung
Utama adalah kabel berinti banyak dan setiap intinya terbuat dari tembaga berbentuk
serabut berisolasikan PVC dan secara keseluruhan diisolasi dengan bahan PVC dimana
inti kabel ditempatkan secara TWISTED sesuai untuk pemakaian didalam saluran.

03. Kabel penghantar yang akan ditanam tanpa perlindungan khusus hendaknya
merupakan tipe kabel khusus untuk ditanam yang dilengkapi dengan lapisan pelindung.

07.02.07 : Ketentuan Teknis Pipa Pelindung Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel dari Kotak
Hubung ke setiap terminal pesawat dan antar Kotak Hubung. Diameter dalam dari pipa
pelindung kabel hendaknya tidak kurang dari 150% diameter luar kabel.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 114

02. Apabila tidak ditentukan lain, Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel
yang terbuat dari bahan PVC khusus tipe SUPER HIGH IMPACT HEAVY GAUGE untuk
pemakaian dalam bangunan sesuai dengan Standar BSI.

03. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan hendaknya mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Tidak mudah terbakar,
b. Tidak merambatkan api,
c. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
d. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
e. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

04. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan kebutuhan
dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib mempergunakan alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:


a. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,
b. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan yang dimaksud,
dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan tempat kedudukannya,
c. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat pipa
dan bersifat FIRE RETARDANT.
d. Kotak Percabangan harus disediakan pada setiap jarak 25m dan atau pada setiap
4 belokan arah.

07.02.08 : Ketentuan Teknis Rak Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang ditempatkan
didalam pipa pelindung kabel sebanyak 6 jalur atau lebih dan untuk semua kabel yang
tidak ditempatkan didalam pipa pelindung kabel, bila dipasangkan secara mendatar dan
atau tegak.

02. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi anti karat yang diproses dengan Hot Dip
galvanised, ukuran dan tebal plat harus sedemikian rupa sehingga dapat menampung
beban kabel yang ditempatkan pada rak kabel tersebut.

03. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

04. Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang dibuat dari bahan besi siku
40x40x4 mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton berukuran
diameter 10 mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Tiap persambungan pada
bagian penggantung ini harus dilengkapi dengan mur dan kontra mur disetiap sisinya.

05. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari 200
cm.

06. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan
jarak pemasangan kabel hingga tidak mempengaruhi besarnya faktor koreksi yang telah
ditentukan selama perencanaan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 115

07. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75 cm, Manajemen
Konstruksi akan menentukan konstruksinya.

08. Semua bagian baja pada rak kabel harus dilapisi oleh bahan anti karat berupa
Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis atau lebih sebelum dipasang.

09. Pada hubungan antara kabel dan peralatan, Pemborong harus mempergunakan sepatu
kabel/klem yang sesuai ukurannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

07.03.00 : KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

01. Setiap bahan dan peralatan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana dan atau
gambar revisi nya serta harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. Kotak Hubung hendaknya ditempatkan secara tegak dilengkapi dengan dudukan dan
atau tempat pemasangan terbuat dari bahan besi siku 50x50x5 mm bila dipasang pada
dinding ruangan atau UNP 10 bila dipasang pada lantai ruangan.

03. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka Kotak Hubung harus ditempatkan pada
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan yang bersangkutan.

04. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian
dilapangan oleh Manajemen Konstruksi.

05. Semua kabel penghantar harus ditempatkan dalam pipa pelindung kabel.

06. Pemborong wajib mempergunakan peralatan bantu pipa pelindung kabel sesuai dengan
fungsinya tanpa tidak mengadakan perubahan.

07. Pipa pelindung kabel hendaknya dipasangkan pada bagian bawah plat lantai diatas
lantai yang bersangkutan dan di klem pada setiap jarak tidak lebih dari 100 cm.
Pemborong wajib memberikan klem disetiap belokan arah, di dekat kotak percabangan
dan ditempat lain yang akan ditentukan kemudian oleh Manajemen Konstruksi.

08. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus ditempatkan
pada bagian bawah plat lantai diatas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan
harus dipasang dengan mempergunakan FISHER tipe S5 sebanyak 2 buah ke plat
lantai yang bersangkutan.

09. Pemborong tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel penghantar


kecuali pada terminal peralatan.

10. Penyambungan kabel pada terminal, baik pada setiap Kotak Hubung maupun pada
setiap peralatan, hendaknya dilakukan dengan solder atau klem khusus sesuai perse-
tujuan Manajemen Konstruksi.

11. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, Pemborong wajib mengikuti
ketentuan mengenai cara penanaman kabel yang berlaku.

12. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja harus diberikan lapisan
antikarat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2 lapis.

13. Pemborong hendaknya memberikan tanda jalur kabel untuk mengetahui hubungan
kabel.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 116

14. Hal lainnya mengenai cara pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Pengawas selama periode pelaksanaan pekerjaan.

07.04.00 : KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem maupun
untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen Konstruksi.


Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan wakil dari Pemberi Tugas
dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan ditujukan untuk memeriksa hal-hal sebagai berikut:
a. Pengukuran tahanan isolasi kabel penghantar,
b. Besaran CROSSTALK antar penghantar,
c. Sistem kerja peralatan telepon untuk setiap jenis fungsinya,
d. Tahanan penghantar,
e. Dan lain lainnya yang ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

04. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka Manajemen


Konstruksi berhak untuk menolak penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas.

05. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
diadakannya pemeriksaan oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang, dimana hasil
pelaksanaan dapat disetujui oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang dengan
memberikan sertifikatnya.

07.05.00 : KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. Sentral Telepon yang dipergunakan adalah hasil produksi PANASONIC.

02. Kabel penghantar yang dipergunakan adalah produksi dari SUPREME,.

03. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan adalah produksi dari CLIPSAL.

04. Kotak hubung yang dipergunakan adalah produksi dari salah satu pabrik panel.

05 Outlet telepon yang dipergunakan adalah hasil produksi dari JUNG ST 550 atau
BERKER modul 2 dengan jenis MOBILE tipe Western.

06. Terminal telepon yang dipergunakan adalah produksi KRONE.

07. Bahan dan peralatan lainnya, yang belum ditentukan dalam ketentuan ini merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengusulkannya dan harus dijelaskan secara terperinci
dalam penawaran.

08. Apabila ternyata selama pelaksanaan, Pemborong mengalami kesulitan didalam


mendapatkan bahan dan peralatanyang sesuai dengan ketentuan ini, maka Pemborong
dapat mengajukan usul perubahannya. Tetapi apabila usul tersebut ditolak oleh
Pengawas/Pemberi Tugas maka semua resiko menjadi tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 117

08.00.00 : PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN TATA SUARA

08.01.00 : LINGKUP PEKERJAAN

08.01.01 : Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap
bagian dari sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan
suatu operasi dari sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara keseluruhan
merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidak-jelasan dan atau kesalahan
yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat Penjelasan Pelelangan.

04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

08.01.02 : Lingkup Pekerjaan Tata Suara

01. Pekerjaan Tata Suara adalah program umum untuk memberikan pelayanan keseluruh
bangunan, pada dasarnya dibedakan atas beberapa bagian sebagai berikut:
a. Rak peralatan utama beserta pengkabelan didalamnya,
b. Preamplifier,
c. Power Amplifier,
d. Junction Panel,
e. Main Switch,
f. Blower/Fan,
g. Perforated Panel,
h. Monitor Unit,
i. Ceiling Speaker,
j. Box Speaker,
k. Attenuator,
l. Hand Held Paging Mic,
m. Tuner,
n. CD Player,
o. Stereo Graphic Equalizer,
p. Cassette Deck,
q. Emergency Mic,
r. Terminal Box,
s. Sumber Daya Cadangan,
t. Zone Selector,
u. Emergency Mixer,
v. Kabel Penghantar,
w. Kotak Hubung,
x. Pipa Pelindung Kabel,
y. Unit Catu Daya Utama dan Cadangan,
z. Peralatan bantu.

08.01.03 : Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 118

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Sipil adalah pembuatan SHAFT.

02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan oleh
Pemborong Pekerjaan Listrik adalah pengadaan catu daya sampai semua peralatan
utama paket pekerjaan ini.

08.02.00 : KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TATA SUARA

08.02.01 : Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai harus dapat dioperasikan
secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 40 °C dan kelembaban relatif
tidak kurang dari 80%.

02. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai dengan
catu daya di Indonesia.

03. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang dapat bekerja
secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9 atau Pemborong wajib
menambahkan kapasitor.

04. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas yang lebih
besar dari yang direncanakan, pemborong wajib menyesuaikan semua perubahan
komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas.

05. Pemborong wajb melengkapi seluruh peralatan yang dipergunakan dalam paket
pekerjaan ini terhadap interferensi gelombang radio (RF) dan kejutan tegangan
(SURGE ARRESTER).

08.02.02 : Ketentuan Teknis Peralatan Utama

01. Semua peralatan utama pekerjaan ini harus ditempatkan pada suatu rak peralatan
yang terbuat dari bahan pelat baja diproses anti karat dan dicat dengan cat bakar.
Konstruksi dari rak peralatan ini harus kokoh tidak mudah goyah dilengkapi dengan
roda. Apabila dipergunakan lebih dari 1 rak peralatan, maka dimensi rak hendaknya
dipilih yang sama.

02. PREAMPLIFIER yang dipergunakan harus sesuai dengan tipe peralatan yang
terhubung dengan output impendence 600 Ohm balance output level 0dB.
Frekuensi kerja alat ini tidak kurang dari 30 Hz sampai dengan 20 KHz pada perbedaan
signal 1 dB, dimana cacat signal 0,3 % pada gelombang 1 KHz. Alat ini harus dileng-
kapi dengan pengatur kuat suara, penyaring signal dan lampu indikator yang akan
menyala pada saat dipakai serta dapat dioperasikan dengan sistem MUTING.

03. STEREO GRAPHIC EQUALIZER yang dipergunakan harus mempunyai frekuensi


response 20 Hz sampai dengan 20 kHz dimana frekuensi tengah equalisasi antara 30
Hz sampai dengan 17 kHz. Lebar bidang frekuensi pada High Pass Filter yang
dipergunakan harus tidak kurang dari 17 dB/oct dan pada Low Pass Filter tidak kurang
dari 11 dB/oct.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 119

04. POWER AMPLIFIER yang dipergunakan harus dapat


mengoperasikan semua SPEAKER yang terpasang, pada lebar bidang frekwensi
kerja antara 40 Hz sampai dengan 16 KHz dimana distorsi yang dihasilkan tidak
melebihi 1 % dan nilai perbandingan S/ N tidak kurang dari 80 dB serta dilengkapi
dengan operasi secara prioritas.

05. JUNCTION PANEL harus mampu menampung semua hubungan kabel yang akan
keluar dan masuk ke rak peralatan utama.

06. MAIN SWITCH PANEL harus dapat dipergunakan untuk mengoperasikan semua
peralatan secara serentak.

07. BLOWER/FAN yang dipergunakan harus mampu menjaga temperatur kerja peralatan
utama agar supaya tidak melebihi batas 40 derajat Celcius secara otomatis.

08. PERFORATED PANEL harus dipergunakan untuk mengisi bagian bagian pada rak
peralatan utama yang tidak dipergunakan oleh peralatan.

09. MONITOR PANEL yang dipergunakan harus dilengkapi dengan speaker, pengatur kuat
suara, alat ukur kuat suara dan saklar pemilih. Alat ini harus mampu memonitor saluran
keluar dari semua Amplifier.

10. ZONE SELECTOR yang dipakai harus mempunyai saluran keluar tidak kurang dari
jumlah pengelompokan SPEAKER yang direncanakan dan mempunyai sebuah
saklar operasi secara serentak untuk semua saluran dimana secara keseluruhan
mampu menyalurkan daya 1000 Watt atau lebih.

10. CEILING SPEAKER harus mempunyai kemampuan untuk menampung daya sebesar
3 Watt RMS pada lebar bidang frekuensi kerja tidak kurang dari 100 Hz sampai dengan
12 kHz dan kuat suara yang dihasilkan tidak kurang dari 90 dB pada catu daya sebesar
1 W diukur pada jarak 1 meter. SPEAKER yang dipergunakan berdiameter tidak
kurang dari 16 cm tipe CONE dan dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari bahan
Alumunium berlubang dan dengan rangka Alumunium.

11. BOX SPEAKER harus mempunyai kemampuan untuk menampung daya sebesar 3
Watt RMS dengan lebar bidang frekuensi kerja tidak kurang dari 100 Hz sampai 12
kHz dan kuat suara yang dihasilkan tidak kurang dari 90 dB pada catu daya sebesar
1 W diukur pada jarak 1 meter. SPEAKER yang dipergunakan berdiameter tidak kurang
dari 16 CM tipe CONE dan dilengkapi dengan kotak kayu berlapis bahan Vinyl.

12. ATTENUATOR yang dipergunakan hendaknya mempunyai kemampuan untuk


mengatur kuat suara dari SPEAKER yang terhubung dalam 3 tahap.

13. MICROPHONE yang dipergunakan adalah Remote Microphone tipe dinamik yang
mampu menerima suara secara UNIDIRECTIONAL yang dilengkapi dengan saklar
operasi, bagian penyaring suara, dudukan peralatan, 2 macam tone dan
PREAMPLIFIER. MICROPHONE ini harus mempunyai lebar bidang frekwensi kerja
tidak kurang dari 50 Hz sampai 15 kHz dimana kepekaannya tidak kurang dari -74 dB
dan distorsi maksimum 2%, output level 0dB, 600 Ohm balance dapat bekerja pada
tegangan 24 Volt-DC.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 120

14. RADIO TUNER yang dipergunakan hendaknya dapat menerima modulasi secara AM
dan FM stereo, yang dilengkapi dengan alat pencari gelombang otomatis, pengatur kuat
suara, dua macam antenna, pengatur kuat nada (Tone Control). Mutu suara yang
dihasilkan hendaknya mempunyai distorsi maksimum 1% dan nilai perbandingan S/N
tidak kurang dari 65 dB untuk modulasi FM.

08.02.03 : Ketentuan Teknis Kabel Penghantar

01. Kabel yang dipergunakan sebagai penghantar utama yaitu kabel berinti banyak dari
bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana setiap intinya diisolasi dengan bahan
PVC dan secara keseluruhan diisolasi dengan PVC sebanyak 2 lapis. Setiap inti kabel
harus mempunyai nomor.
02. Kabel yang dipergunakan khusus untuk satu program adalah kabel berinti banyak
dari bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana setiap intinya diisolasi dengan
bahan PVC dan secara keseluruhan diisolasi dengan PVC.

03. Khusus untuk kabel penghantar microphone, Pemborong harus mempergunakan kabel
tipe coaxial khusus untuk kebutuhan tersebut dan diameter intinya harus dipi-
lih sedemikian rupa sehingga tegangan jatuh yang terjadi masih berada didalam
kemampuan kerja peralatan.

04. Kabel khusus untuk microphone hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga
tegangan jatuh yang terjadi dan cara pemasangannya tidak mengurangi mutu yang
diinginkan.

08.02.04 : Ketentuan Teknis Pipa Pelindung Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel yang
diameternya berukuran lebih kecil dari 20 mm, dimana diameter dalam dari pipa
pelindung kabel tidak kurang dari 150% diameter luar kabel.

02. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal maka luas penampang dalam pipa
pelindung harus tidak kurang dari 250% jumlah luas penampang kabel yang akan
dipasang.

03. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa pelindung kabel
yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGH IMPACT HEAVY GAUGE khusus
untuk pemakaian dalam bangunan sesuai dengan Standar BSI.

04. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus tidak mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Tidak mudah terbakar,
b. Tidak merambatkan api,
c. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
d. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
e. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

05. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan kebutuhan
dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Pemborong wajib mempergunakan alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 121

07. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:


a. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,
b. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan yang dimaksud,
dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan tempat kedudukannya,
c. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat pipa
dan bersifat FIRE RETARDANT.
d. Pada setap 4 belokan arah jalur kabel, harus diberikan kotak percabangan.

08. Dalam pemasangan kabel keperalatan utama, Pemborong wajib mempergunakan


pelindung yang bersifat fleksibel dilengkapi dengan semua peralatan bantunya.

08.02.05 : Ketentuan Teknis Peralatan Lainnya

01. Kotak Hubung yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari bahan plat baja
setebal 1,20 mm dan diproses anti karat kemudian dicat dengan cat bakar. Warna
kotak hubung akan ditentukan kemudian. Kotak Hubung hendaknya dilengkapi dengan
kunci yang sama dan Pemborong wajib menyediakan satu kunci untuk setiap Kotak
Hubung.

02. Peralatan terminasi yang akan dipasangkan dalam Kotak Hubung harus tipe Screw
dan untuk terminasi ke peralatan harus tipe jack/soket, kecuali ditentukan lain oleh
Manajemen Konstruksi.

03. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang ditempatkan
didalam pipa pelindung kabel atau pun tidak, bila dipasangkan secara mendatar dan
atau tegak dengan jalur kabel lebih dari enam jalur.

04. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Rolled Meld Steel
Sheet yang diproses anti karat dengan sistem hot dip galvanized pada kedua sisinya
dilengkapi dengan penghubung yang terbuat dari bahan yang sama dengan tinggi 100
mm, tebal 2mm dengan jarak anak tangga minimal 300 mm.

05. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

06. Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang dibuat dari bahan besi siku
40x40x4mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton beru-
kuran diameter 10mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Tiap
persambungan pada bagian penggantung ini harus dilengkapi dengan mur disetiap
sisinya.

07. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari 200
cm.

08. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan cara
pemasangan kabel yang baik.

09. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75 cm, Management
Konstruksi akan menentukan konstruksinya.

10. Semua bagian baja pada rak kabel harus dilapisi oleh bahan antikarat berupa
Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis atau lebih sebelum dipasang.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 122

11. Pada hubungan sesama kabel kontrol, Pemborong harus memakai LASDOOP merk 3M.

12. Pada hubungan antara pipa pelindung kabel dengan rak peralatan utama dan
kotak hubung, Pemborong wajib mempergunakan Cable Gland yang sesuai dan
disetujui oleh Manajemen Konstruksi

08.03.00 : KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

01. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan gambar rencana dan
atau gambar revisi serta harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. Kotak Hubung hendaknya dipasang secara mendatar dengan dudukan dari bahan baja
siku 40x40x4 mm atau UNP 5.

03. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka Kotak Hubung harus ditempatkan pada
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan yang bersangkutan.

04. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian
dilapangan oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib mempergunakan setiap peralatan bantu pipa pelindung kabel sesuai
dengan fungsinya dengan tidak mengadakan perubahan.

06. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan dibagian bawah plat lantai diatas lantai
yang bersangkutan dan diklem pada setiap jarak yang tidak lebih dari 100 cm.
Pemborong wajib memberikan klem disetiap belokan arah, didekat kotak percabangan
dan ditempat lain yang akan ditentukan oleh Manjemen Konstruksi.

07. Pemotongan pipa baik pada pipa pelindung kabel harus dilakukan dengan memakai alat
potong khusus pipa, dimana pada bagian bekas dilakukan pemotongan harus
dibersihkan dengan mempergunakan REAMER.

08. Bagian persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan pembersih
sesuai dengan yang dianjurkan pabrik pembuat pipa sebelum diadakan penyambungan.
Bagian persambungan harus sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik
pembuatnya.

09. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang di perkenankan adalah yang sejajar
dengan dinding bangunan baik untuk pemasangan yang mendatar maupun yang tegak
terhadap bidang mendatar. Sudut belokan yang diperkenankan adalah tegak lurus atau
45 derajat.

10. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat di laksanakan secara sekaligus, maka
bagian ujung pipa harus ditutup sementara sesuai dengan petunjuk Manajemen
Konstruksi.

11. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus ditempatkan
pada plat lantai diatas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan harus dipasang
dengan mempergunakan FISHER 5 sebanyak 2 buah keplat lantai yang bersangkutan.

12. Pemborong tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel penghantar,


kecuali pada terminal peralatan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 123

13. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, maka ketentuan penanaman kabel
yang berlaku harus ditaati.

14. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja yang tidak terlindung harus
diberikan lapisan antikarat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2 lapis.

15. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang tidak dipasang pada tembok
sejumlah 6 jalur atau lebih Pemborong wajib memberikan penutup seperti yang diminta
oleh Manajemen Konstruksi.

16. Hal hal lainnya mengenai pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Pengawas selama periode pelaksanaan pekerjaan.

08.04.00 : KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem maupun
untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen Konstruksi.


Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan wakil dari Pemberi Tugas
dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan terutama ditujukan untuk memeriksa hal hal sebagai
berikut:
a. Pengukuran tahanan isolasi kabel penghantar,
b. Kuat suara setiap Speaker,
c. Operasi peralatan secara keseluruhan,
d. Dan lainnya yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

04. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka Manajemen


Konstruksi berhak untuk menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada Pemberi
Tugas.

05. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah hasil
pengujian dinyatakan dapat diterima baik oleh Manajemen Konstruksi maupun oleh
Pemberi Tugas, dimana semua kewajiban Pemborong telah diselesaikan secara
keseluruhan.

08.05.00 : KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. Peralatan tata suara yang dipergunakan adalah produksi dari TOA.

02. Kabel penghantar sistem Tatasuara adalah produksi dari SUPREME.

03. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan adalah produksi dari CLIPSAL.

04. Rak kabel yang digunakan adalah hasil produksi TRI ABADI.

05. Kotak hubung yang dipergunakan adalah produksi pabrik panel listrik.

06. Bahan dan peralatan lainnya yang belum ditentukan didalam ketentuan ini merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengusulkannya dan harus dijelaskan secara terperinci
dalam penawaran.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 124

07. Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap bahan dan
peralatan. Apabila ternyata selama periode pelaksanaan, Pemborong mengalami
kesulitan dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan penawaran dan
hasil klarifikasi maka Pemborong diijinkan mengajukan usul perubahannya. Tetapi bila
usul tersebut ditolak, maka semua resiko akan menjadi tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya.

09.00.00. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN CCTV

09.01.00. LINGKUP PEKERJAAN

09.01.01. Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap
bagian dari sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan
suatu operasi dari sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara
keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidak-jelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat Penjelasan
Pelelangan.

04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

09.01.02. Lingkup Pekerjaan CCTV

01. Pekerjaan CCTV pada dasarnya dibedakan atas beberapa bagian sebagai berikut:
a. Central Video Control Matrix
b. Sistem kontrol dokumentasi
c. Printer
d. Personal Computer
e. Key Pad
f. Monitor b/w dan monitor colour
g. Unit alarm
h. Remote control
i. Grounding sistem, terinterkoneksi dengan grounding arus lemah
j. Pipa Pelindung kabel,
k. Peralatan bantu.

09.01.03. Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh pemborong pekerjaan Sipil adalah Pembuatan SHAFT.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 125

02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh pemborong pekerjaan Listrik adalah pengadaan catu daya sampai semua
peralatan utama paket pekerjaan ini.

09.02.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN CCTV

09.02.01. Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai harus dapat
dioperasikan secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 40 °C dan
kelembaban relatif tidak kurang dari 80%.

02. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya di Indonesia.

03. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang dapat
bekerja secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9 atau
Pemborong wajib menambahkan kapasitor.

04. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas yang
lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib menyesuaikan semua per-
ubahan komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas.

09.02.02. Ketentuan Teknis Peralatan Utama

01. Pusat kontrol merupakan pusat untuk melakukan fungsi monitoring dan control baik
secara otomatis maupun secara manual,operasi otomatis dilakukan berdasarkan
suatu program yang telah ditentukan, sedangkan operasi manual berdasarkan suatu
prosedur operasi melalui unit input.

02. Initiating devices merupakan peralatan untuk pendeteksian berupa kamera yang
digunakan untuk mendeteksi kejadian-kejadian diluar/dalam bangunan.

03. Pemasangan unit Kamera, dengan jenis Kamera


a. B/W Speed Dome Camera
b. Colour Speed Dome Camera
c. Fixed B/W Camera

04. Peralatan bantu


a. Bracket Camera
b. Fixed Camera Adapter
c. Track Camera
d. Peralatan bantu lainnya agar sistem berfungsi sempurna

09.02.03. Peralatan Initiating Device

01. Ketentuan Umum


a. Initiating device yang digunakan terdiri dari central Sequential Switcher, System
Controller, Monitor Colour, Video Recorder, Lens, Camera, Housing camera
mounting Bracket.
b. Sistem mempunyai tegangan kerja yang sama,
c. Perlengkapan CCTV System harus diletakkan dalam satu rack khusus.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 126

02. Video Control Matrix


a. Mempunyai minimal 8 video output sequence dan spot monitor,
b. Pemilihan display dilakukan secara manual atau otomatis,
c. Waktu switching dapat diatur 1 sampai dengan 30 detik dan dapat juga dikontrol
(melalui VTR atau switcher yang lain).

03. System Controller


a. Dapat mengontrol jauh dan auto iris room lens
b. Mengkontrol kamera ON/OFF, Housing, zoom lens.

04. Monitor Colour


a. Ukuran diagonal 35 cm, [ 14 inch ]
b. Horizontal resolusi 850 lines,
c. Mempunyai AFC time constant untuk VTR play back,
d. Horizontal resolotion: 850 lines at centre
e. Sweep linearity :5%
f. Sweep Geometry : 2 %
g. Ovescanning : 5%
h. Under Scanning : 5%

09.02.04. Video Recorder

a. Televisi system : CCIR standard (625 lines, 50 field ) PAL colour signal atau
NTSC
b. Audio track : 1 track
c. Record Playback time :
d. Printer Colour Hight Resulution ( Photo Ret )
e. Control Central Procesing Unit
- Pentium 4
- Hight capacity hard disk
- DVD/CDRW 48 x 10 x 48
- Monitor Resulution
09.02.05. Camera

a. Power source: Line Voltage


b. Scanning system: 2 : 1 interlace
c. Scanning freq. : Horizontal 15.625 kHz, Vertical= 50.00 khz.
d. Resolution : Horizontal, 570 lines,
e. Recommended Illumination : 150 lux
f. Minimum Scone Illumination : 0,08 lux at F 1.4,
g. Lens Mount : CS-mount
h. Ambient Temperature : - 10°C - + 50°C
i. 5.3.6.11 Kelengkapan :
- Automatic Gain Control On/Off
- Automatic Light Control On/Off
- Electronic Shutter
- Electronic Zoom

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 127

09.02.06. Lens

a. Auto iris lens,


b. Focal 8,5 - 80 mm,
c. Minimum apeture ratio F = 1 : 1,8
d. 10 x motorized Zoom
e. Dilengkapi motor control untuk zoom dan iris.

09.02.07. Housing camera

a. Jenis outdoor dan indoor untuk kamera dengan variasi lensa termasuk zoom lens.
b. Mempunyai control otomatis thermostat heater dengan pendinginan fan,
c. Khusus untuk outdoor Dilengkapi dengan wiper, tahan terhadap matahari dan air.
09.02.08. Monitoring Bracket
a. Jenis outdoor dan indoor,
b. Dilengkapi dengan remote control pan/rilt head,
c. Dapat bervariasi ukuran lensa termasuk zoom dan iris lens,

09.03.00. Ketentuan Teknis Kabel Penghantar

01. Kabel penghantar yang dipergunakan hendaknya sesuai untuk pemakaian yang
dimaksud dengan Impedansi 75 Ohm tipe Coaxial.

02. Luas penampang kabel penghantar hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan dengan batasan sebagai berikut:
a. Kabel distribusi utama minimal tipe 7C-FB,
b. Kabel distribusi ke Antenna Oulet minimal tipe 5C, - FB
c. Semua penyambungan kabel selain diperalatan tidak diperkenankan,
d. Semua penyambungan kabel diperalatan harus dilengkapi dengan Jack dimana
pemasangan kabel pada jack harus dengan solder.

09.03.01. Ketentuan Teknis Pipa Pelindung Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel yang
diameternya berukuran lebih kecil dari 20 mm, dimana diameter dalam dari pipa
pelindung kabel tidak kurang dari 150% diameter luar kabel.

02. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal maka luas penampang dalam pipa
pelindung harus tidak kurang dari 250% jumlah luas penampang kabel yang akan
dipasang.

03. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa pelindung kabel
yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGH IMPACT HEAVY GAUGE khusus
untuk pemakaian dalam bangunan sesuai dengan Standar BSI.

04. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus tidak mempunyai sifat sebagai
berikut:
f. Tidak mudah terbakar,
g. Tidak merambatkan api,
h. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
i. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
j. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 128

05. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan


kebutuhan dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

06. Pemborong wajib mempergunakan alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

07. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:


e. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,
f. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian
jenis sambungan yang dimaksud, dimana pipa tidak berhubungan langsung
dengan tempat kedudukannya,
g. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat
pipa dan bersifat FIRE RETARDANT.
h. Pada setap 4 belokan arah jalur kabel, harus diberikan kotak percabangan.

08. Dalam pemasangan kabel keperalatan utama, Pemborong wajib mempergunakan


pelindung yang bersifat fleksibel dilengkapi dengan semua peralatan bantunya.

09.03.02. Ketentuan Teknis Peralatan Lainnya

01. Kotak Hubung yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari bahan plat baja
setebal 1,20 mm dan diproses anti karat kemudian dicat dengan cat bakar. Warna
kotak hubung akan ditentukan kemudian. Kotak Hubung hendaknya dilengkapi
dengan kunci yang sama dan Pemborong wajib menyediakan satu kunci untuk setiap
Kotak Hubung.

02. Peralatan terminasi yang akan dipasangkan dalam Kotak Hubung harus tipe Screw
dan untuk terminasi ke peralatan harus tipe jack/soket, kecuali ditentukan lain oleh
Manajemen Konstruksi.

03. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang ditempatkan
didalam pipa pelindung kabel atau pun tidak, bila dipasangkan secara mendatar dan
atau tegak dengan jalur kabel lebih dari enam jalur.

04. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Rolled Meld Steel
Sheet yang diproses anti karat dengan sistem hot dip galvanized pada kedua sisinya
dilengkapi dengan penghubung yang terbuat dari bahan yang sama dengan tinggi 100
mm, tebal 2mm dengan jarak anak tangga minimal 300 mm

05. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

06. Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang dibuat dari bahan besi siku
40x40x4mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton beru-
kuran diameter 10mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Tiap
persambungan pada bagian penggantung ini harus dilengkapi dengan mur disetiap
sisinya.

07. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari 200
cm.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 129

08. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan
cara pemasangan kabel yang baik.

09. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75 cm, Manajemen
Konstruksi akan menentukan konstruksinya.

10. Semua bagian baja pada rak kabel harus dilapisi oleh bahan antikarat berupa
Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis atau lebih sebelum dipasang.

11. Pada hubungan sesama kabel kontrol, Pemborong harus memakai LASDOOP merk
3M.

12. Pada hubungan antara pipa pelindung kabel dengan rak peralatan utama dan
kotak hubung, Pemborong wajib mempergunakan Cable Gland yang sesuai dan
disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

09.04.00. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

01. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan gambar rencana dan
atau gambar revisi serta harus disetujui oleh Manajemen Konstuksi,

02. Kotak Hubung hendaknya dipasang secara mendatar dengan dudukan dari bahan
baja siku 40x40x4 mm atau UNP 5.

03. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka Kotak Hubung harus ditempatkan pada
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan yang bersangkutan.

04. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian
dilapangan oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib mempergunakan setiap peralatan bantu pipa pelindung kabel
sesuai dengan fungsinya dengan tidak mengadakan perubahan.

06. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan dibagian bawah plat lantai diatas lantai
yang bersangkutan dan diklem pada setiap jarak yang tidak lebih dari 100 cm.
Pemborong wajib memberikan klem disetiap belokan arah, didekat kotak percabangan
dan ditempat lain yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

07. Pemotongan pipa baik pada pipa pelindung kabel harus dilakukan dengan memakai
alat potong khusus pipa, dimana pada bagian bekas dilakukan pemotongan harus
dibersihkan dengan mempergunakan REAMER.

08. Bagian persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan pembersih
sesuai dengan yang dianjurkan pabrik pembuat pipa sebelum diadakan
penyambungan. Bagian persambungan harus sesuai dengan yang telah disediakan
oleh pabrik pembuatnya.

09. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang di perkenankan adalah yang sejajar
dengan dinding bangunan baik untuk pemasangan yang mendatar maupun yang
tegak terhadap bidang mendatar. Sudut belokan yang diperkenankan adalah tegak
lurus atau 45 derajat.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 130

10. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat di laksanakan secara sekaligus, maka
bagian ujung pipa harus ditutup sementara sesuai dengan petunjuk Manajemen
Konstruksi.

11. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus ditempatkan
pada plat lantai diatas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan harus dipasang
dengan mempergunakan FISHER 5 sebanyak 2 buah keplat lantai yang
bersangkutan.

12. Pemborong tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel penghantar,


kecuali pada terminal peralatan.

13. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, maka ketentuan penanaman
kabel yang berlaku harus ditaati.

14. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja yang tidak terlindung
harus diberikan lapisan antikarat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2
lapis.

15. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang tidak dipasang pada tembok
sejumlah 6 jalur atau lebih Pemborong wajib memerikan penutup seperti yang diminta
oleh Manajemen Konstruksi.

16. Hal hal lainnya mengenai pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Manajemen Konstruksi selama periode pelaksanaan pekerjaan.

09.05.00. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen


Konstruksi. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan wakil dari
Pemberi Tugas dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan terutama ditujukan untuk memeriksa hal hal sebagai
berikut:
e. Kuat penerimaan pada antena dan setiap alat yang dipergunakan termasuk
pesawat televisi.
f. Operasi peralatan secara keseluruhan,
g. Dan lainnya yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

04. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka Manajemen


Konstruksi berhak untuk menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada Pemberi
Tugas.

05. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
hasil pengujian dinyatakan dapat diterima baik oleh Manajemen Konstruksi maupun
oleh Pemberi Tugas, dimana semua kewajiban Pemborong telah diselesaikan secara
keseluruhan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 131

09.06.00. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. Boaster yang dipergunakan adalah dari produksi FUBA.

02. Kabel coaxial adalah produksi dari YURI.

03. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan adalah produksi dari CLIPSAL.

04. Bahan dan peralatan lainnya yang belum ditentukan didalam ketentuan ini merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengusulkannya dan harus dijelaskan secara terperinci
dalam penawaran

10.00.00. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MATV

10.01.00. LINGKUP PEKERJAAN

10.01.01. Lingkup Pekerjaan Pemborong

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan peralatan yang
diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan pada
bagian yang memerlukan serta mengadakan pengujian, baik untuk setiap
bagian dari sistem maupun untuk keseluruhan sistem, guna mendapatkan
suatu operasi dari sistem secara sempurna dan memuaskan.

02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem sehingga secara
keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidak-jelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat Penjelasan
Pelelangan.

04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh sistem yang
dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun juga.

06 Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap bahan dan
peralatan. Apabila ternyata selama periode pelaksanaan, Pemborong mengalami
kesulitan dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan penawaran
dan hasil klarifikasi maka Pemborong diijinkan mengajukan usul perubahannya.
Tetapi bila usul tersebut ditolak, maka semua resiko akan menjadi tanggung jawab
Pemborong sepenuhnya.

10.01.02. Lingkup Pekerjaan MATV

01. Pekerjaan MATV pada dasarnya dibedakan atas beberapa bagian sebagai berikut:
l. Antena Yagi,
m. Active dan Passive Combiner,
n. Channel Processor,
o. TV Modulator,
p. Booster,
q. Directional Coupler,

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 132

r. Splitter,
s. Antena Outlet,
t. Kabel Penghantar,
u. Pipa Pelindung kabel,
v. Peralatan bantu.

10.01.03. Lingkup Pekerjaan Pemborong Lain

01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh pemborong pekerjaan Sipil adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan SHAFT,

02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan dilaksanakan
oleh pemborong pekerjaan Listrik adalah sebagai berikut:
a. Pengadaan catu daya sampai semua peralatan utama paket pekerjaan ini.

10.02.00. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN MATV

10.02.01. Kondisi Operasi

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai harus dapat dioperasikan
secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 40 °C dan kelembaban relatif
tidak kurang dari 80%.

02. Pemborong wajib mengadakan seleksi peralatan sistem antena tunggal televisi,
sedemikan rupa sehingga kuat penerimaan di setiap pesawat televisi tidak kurang
dari 62 dB, dan tidak lebih dari 75 dB, baik untuk pemakaian program TVRI, Video
maupun pemakaian antena parabola.

03. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya di Indonesia.

04. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang dapat
bekerja secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9 atau
Pemborong wajib menambahkan kapasitor.

05. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas yang
lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib menyesuaikan semua per-
ubahan komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas.

06. Pemborong wajb melengkapi seluruh peralatan yang dipergunakan dalam paket
pekerjaan ini terhadap interfensi gelombang radio (RF) dan kejutan tegangan
(SURGE ARRESTER).

10.02.02. Ketentuan Teknis Peralatan Utama

01. Pemborong hendaknya melakukan pemilihan tiap bagian dalam sistem ini, sedemikian
rupa sehingga kuat signal yang dapat diterima di Pesawat Televisi Penerima tidak
kurang dari 62 dBA, tetapi tidak melebihi 75 dBA.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 133

02. Pemborong wajib menyampaikan hasil seleksi dimaksud dalam butir 01 diatas dengan
disertai semua perhitungan atas penerimaan, penguatan dan peredaman yang
mungkin terjadi pada setiap komponen dari sistem.

03. Batasan pemilihan peralatan yang akan dilakukan Pemborong, diberikan sebagai
berikut:
a. Jenis peralatan harus sesuai dengan penempatannya,
b. Active Combiner yang dipilih harus mempunyai 16 saluran masuk dan 2 saluran
keluar,
c. Booster yang dipilih harus tipe Channelized sehingga penguatan signal dapat
dilakukan terpisah antara signal VHF dan signal UHF.
d. Antena Yagi yang dipilih harus tidak kurang dari dari 22 elemen.
e. Peralatan Utama harus ditempatkan pada rak peralatan yang dimensinya sama
seperti peralatan Tata suara.

10.02.03. Ketentuan Teknis Kabel Penghantar

01. Kabel penghantar yang dipergunakan hendaknya sesuai untuk pemakaian yang
dimaksud dengan Impedansi 75 Ohm tipe Coaxial.

02. Luas penampang kabel penghantar hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan dengan batasan sebagai berikut:
e. Kabel distribusi utama minimal tipe 7C-FB,
f. Kabel distribusi ke Antenna Oulet minimal tipe 5C, - FB
g. Semua penyambungan kabel selain diperalatan tidak diperkenankan,
h. Semua penyambungan kabel diperalatan harus dilengkapi dengan Jack dimana
pemasangan kabel pada jack harus dengan solder.

10.02.04. Ketentuan Teknis Pipa Pelindung Kabel

01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua kabel yang
diameternya berukuran lebih kecil dari 20mm, dimana diameter dalam dari pipa
pelindung kabel tidak kurang dari 150% diameter luar kabel.

02. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal maka luas penampang dalam pipa
pelindung harus tidak kurang dari 250% jumlah luas penampang kabel yang akan
dipasang.

03. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa pelindung kabel
yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGH IMPACT HEAVY GAUGE khusus
untuk pemakaian dalam bangunan sesuai dengan Standar BSI.

04. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus tidak mempunyai sifat sebagai
berikut:
k. Tidak mudah terbakar,
l. Tidak merambatkan api,
m. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
n. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
o. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

05. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai dengan


kebutuhan dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 134

06. Pemborong wajib mempergunakan alat bantu pemipaan yang sesuai dengan
kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

07. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:


i. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe EXPANSION
COUPLING,
j. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian
jenis sambungan yang dimaksud, dimana pipa tidak berhubungan langsung
dengan tempat kedudukannya,
k. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat
pipa dan bersifat FIRE RETARDANT.
l. Pada setap 4 belokan arah jalur kabel, harus diberikan kotak percabangan.

08. Dalam pemasangan kabel keperalatan utama, Pemborong wajib mempergunakan


pelindung yang bersifat fleksibel dilengkapi dengan semua peralatan bantunya.

10.02.05. Ketentuan Teknis Peralatan Lainnya

01. Kotak Hubung yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari bahan plat baja
setebal 1,20 mm dan diproses anti karat kemudian dicat dengan cat bakar. Warna
kotak hubung akan ditentukan kemudian. Kotak Hubung hendaknya dilengkapi
dengan kunci yang sama dan Pemborong wajib menyediakan satu kunci untuk setiap
Kotak Hubung.

02. Peralatan terminasi yang akan dipasangkan dalam Kotak Hubung harus tipe Screw
dan untuk terminasi ke peralatan harus tipe jack / soket, kecuali ditentukan lain oleh
Manajemen Konstruksi.

03. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang ditempatkan
didalam pipa pelindung kabel atau pun tidak, bila dipasangkan secara mendatar dan
atau tegak dengan jalur kabel lebih dari enam jalur.

04. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Rolled Meld Steel
Sheet yang diproses anti karat dengan sistem hot dip galvanized pada kedua sisinya
dilengkapi dengan penghubung yang terbuat dari bahan yang sama dengan tinggi 100
mm, tebal 2mm dengan jarak anak tangga minimal 300 mm

05. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapangan.

06. Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang dibuat dari bahan besi siku
40x40x4mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi beton beru-
kuran diameter 10mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Tiap
persambungan pada bagian penggantung ini harus dilengkapi dengan mur disetiap
sisinya.

07. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari 200
cm.

08. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan memperhitungkan
cara pemasangan kabel yang baik.

09. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75 cm, Manajemen
Konstruksi akan menentukan konstruksinya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 135

10. Semua bagian baja pada rak kabel harus dilapisi oleh bahan antikarat berupa
Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis atau lebih sebelum dipasang.

11. Pada hubungan sesama kabel kontrol, Pemborong harus memakai LASDOOP merk
3M.

12. Pada hubungan antara pipa pelindung kabel dengan rak peralatan utama dan
kotak hubung, Pemborong wajib mempergunakan Cable Gland yang sesuai dan
disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

10.03.00. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

01. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan gambar rencana dan
atau gambar revisi serta harus disetujui oleh Manajemen Konstuksi,

02. Kotak Hubung hendaknya dipasang secara mendatar dengan dudukan dari bahan
baja siku 40x40x4 mm atau UNP 5.

03. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka Kotak Hubung harus ditempatkan pada
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan yang bersangkutan.

04. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian
dilapangan oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib mempergunakan setiap peralatan bantu pipa pelindung kabel
sesuai dengan fungsinya dengan tidak mengadakan perubahan.

06. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan dibagian bawah plat lantai diatas lantai
yang bersangkutan dan diklem pada setiap jarak yang tidak lebih dari 100 cm.
Pemborong wajib memberikan klem disetiap belokan arah, didekat kotak percabangan
dan ditempat lain yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

07. Pemotongan pipa baik pada pipa pelindung kabel harus dilakukan dengan memakai
alat potong khusus pipa, dimana pada bagian bekas dilakukan pemotongan harus
dibersihkan dengan mempergunakan REAMER.
08. Bagian persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan pembersih
sesuai dengan yang dianjurkan pabrik pembuat pipa sebelum diadakan
penyambungan. Bagian persambungan harus sesuai dengan yang telah disediakan
oleh pabrik pembuatnya.

09. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang di perkenankan adalah yang sejajar
dengan dinding bangunan baik untuk pemasangan yang mendatar maupun yang
tegak terhadap bidang mendatar. Sudut belokan yang diperkenankan adalah tegak
lurus atau 45 derajat.

10. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat di laksanakan secara sekaligus, maka
bagian ujung pipa harus ditutup sementara sesuai dengan petunjuk Manajemen
Konstruksi.

11. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus ditempatkan
pada plat lantai diatas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan harus dipasang
dengan mempergunakan FISHER 5 sebanyak 2 buah keplat lantai yang
bersangkutan.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 136

12. Pemborong tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel penghantar,


kecuali pada terminal peralatan.

13. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, maka ketentuan penanaman
kabel yang berlaku harus ditaati.

14. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja yang tidak terlindung
harus diberikan lapisan antikarat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2
lapis.

15. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang tidak dipasang pada tembok
sejumlah 6 jalur atau lebih Pemborong wajib memerikan penutup seperti yang diminta
oleh Manajemen Konstruksi.

16. Hal hal lainnya mengenai pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Manajemen Konstruksi selama periode pelaksanaan pekerjaan.

10.04.00. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistem
maupun untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Manajemen
Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen


Konstruksi. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan wakil dari
Pemberi Tugas dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan terutama ditujukan untuk memeriksa hal hal sebagai
berikut:
h. Kuat penerimaan pada antena dan setiap alat yang dipergunakan termasuk
pesawat televisi.
i. Operasi peralatan secara keseluruhan,
j. Dan lainnya yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

04. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka Manajemen


Konstruksi berhak untuk menolak adanya penyerahan pekerjaan kepada Pemberi
Tugas.

05. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah
hasil pengujian dinyatakan dapat diterima baik oleh Manajemen Konstruksi maupun
oleh Pemberi Tugas, dimana semua kewajiban Pemborong telah diselesaikan secara
keseluruhan.

10.05.00. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

01. Boaster yang dipergunakan adalah dari produksi FUBA.

02. Kabel coaxial adalah produksi dari YURI, .

03. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan adalah produksi dari CLIPSAL.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : IV - 137

04. Bahan dan peralatan lainnya yang belum ditentukan didalam ketentuan ini merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengusulkannya dan harus dijelaskan secara terperinci
dalam penawaran.

06 Pemborong wajib mempergunakan satu hasil produksi untuk setiap bahan dan
peralatan. Apabila ternyata selama periode pelaksanaan, Pemborong mengalami
kesulitan dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan penawaran
dan hasil klarifikasi maka Pemborong diijinkan mengajukan usul perubahannya.
Tetapi bila usul tersebut ditolak, maka semua resiko akan menjadi tanggung jawab
Pemborong sepenuhnya.

Pembangunan Lanjutan Kantor / Mall Pelayanan Publik


Tahap II

Anda mungkin juga menyukai