Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Menurut Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. World Tourim Organizationi (WTO)

mendefinisikan Pariwisata merupakan suatu kegiatan manusia yang melakukan

perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya.

Menurut Wahab (1989) pariwisata merupakan suatu aktivitas manusia

yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara bergantian diantara

orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri ataupun diluar negeri, meliputi

pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari

dan memperoleh kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang

dialaminya (dimana ia tinggal).

Beberapa definisi lain disebutkan bahwa pariwisata adalah fenomena

kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi,

kebudayaan, dan sebagainya, yang merupakan objek kajian sosiologi. Namun

demikian kajian sosiologi belum begitu lama dilakukan terhadap pariwisata.

Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pariwisata pada awalnya lebih

15
16

dipandang sebagai kegiatan ekonomi, dan tujuan utama pengembangan

pariwisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi

masyarakat maupun daerah (Negara) (Pitana & Gayatri 2005).

Dalam Kodyat (1996), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke

tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai

usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari

sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari

perubahan suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru. Melalui beberapa

definisi dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata

merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di luar tempat tinggal seseorang,

baik untuk mencari hiburan, melihat hal-hal berbeda, atau pun bekerja dalam

kurun waktu lebih dari 24 jam.

2. Ciri Pokok Pariwisata

Pariwisata mengandung beberapa ciri pokok, yaitu:

a. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari

satu tempat ke tempat lainnya;

b. Adanya unsur ‘tinggal sementara’ di tempat yang bukan merupakan

tempat tinggal yang biasanya; dan


17

c. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk

mencari penghidupan atau pekerjaan di tempat yang dituju

(Richardson dan Fluker, 2004: 5)

Di dalam Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan pada pasal 4 dijelaskan bahwa kepariwisataan bertujuan

untuk:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. Memajukan kebudayaan

g. Mengangkat citra bangsa;

h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. Mempererat persahabatan antar bangsa.

Pada pasal 5 Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan dijelaskan bahwa kepariwisataan diselenggarakan dengan

prinsip:

a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai

pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan

antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara
18

manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan

lingkungan;

b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan

lokal;

c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan,

dan proporsionalitas;

d. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e. Memberdayakan masyarakat setempat;

f. Menjamin keterpaduan antarsektor, antar daerah, antara pusat dan

daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka

otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan;

g. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan

internasional dalam bidang pariwisata; dan

h. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Komponen Pariwisata

Jackson (1989 dalam Pitana dan Gayatri, 2005) menyebutkan bahwa ada

empat elemen utama untuk mencapai tujuan umum dan khusus wisatawan,

yaitu fasilitas (facilities), akomodasi (accomodation), transportasi

(transportation), dan atraksi (attraction)

Komponen pariwisata menurut Endar Sugianto dan Sri Sulastiningrum

dalam bukunya Pengantar Akomodasi dan Restoran, meliputi :


19

a. Objek dan daya tarik wisata Objek dan daya tarik wisata dapat berupa

alam, budaya atau tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik

untuk dikunjungi atau yang menjadi sasaran bagi wisatawan.

Selanjutnya objek wisata akan dijelaskan lebih detail pada halaman

selanjutnya.

b. Sarana dan fasilitas yang meliputi :

1) Akomodasi

Akomodasi adalah tempat bagi seseorang untuk tinggal sementara.

Akomodasi ini bisa berupa hotel, losmen, guest house, pondok,

cottage, inn, perkemahan dan sebagainya.

2) Restoran

Restoran adalah industri jasa yang bergerak di bidang penyediaan

makan dan minum, yang dikelola secara komersil, baik secara

mandiri ataupun terkait dengan usaha lain.

3) Biro perjalanan

Biro perjalanan adalah suatu badan usaha dimana operasionalnya

meliputi pelayanan semua proses perjalanan dari seseorang sejak

berangkat hingga kembali.

4) Transportasi atau Jasa angkutan

Transportasi adalah bidang usaha jasa angkutan. yang dapat

dilakukan melalui darat, laut dan udara.


20

5) Tempat penukaran uang (Money Changer) Suatu tempat/usaha yang

bergerak dalam bidang penukaran mata uang asing.

6) Atraksi Wisata

Atraksi wisata adalah suatu kegiatan yang dapat menghibur

seseorang ketika menyaksikan kegiatan tersebut. Atraksi wisata ini

berupa pertunjukan tari-tarian, musik dan upacara adat yang sesuai

dengan kebudayaan setempat. Pertunjukan ini dapat secara

tradisional maupun modern.

7) Cinderamata

Cinderamata adalah oleh-oleh atau kenangkenangan yang dapat

dibawa oleh para wisatawan pada saat kembali ke tempat asalnya.

Cinderamata harus memberikan suatu keindahan seni dan sifatnya

khas untuk setiap daerah.

8) Prasarana Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah suatu prasarana yang diperlukan dalam

suatu objek wisata, diantaranya adalah:

a) Jalan raya

b) Listrik

c) Air minum

d) Telekomunikasi

e) Pelabuhan udara/laut
21

4. Tipologi Pariwisata

a. Berdasarkan jarak ditempuh

1) Wisata Mancanegara (asing, internasional), yaitu wisata yang melibatkan

perjalanan ke daerah yang bukan negara asal wisatawan.

2) Wisata Domestik, yaitu wisata yang melibatkan hanya dalam batas-batas

negaranya sendiri.

b. Berdasarkan secara ekonomis

1) Wisata Pasif, yaitu wisata mancanegara atau kedatangan wisatawan dari

luar negeri itu akan menghasilkan pemasukan devisa atau PAD

(Pendapatan Asli daerah) untuk negara maupun daerah tempat wisata

yang dikunjungi.

2) Wisata Aktif, yaitu perjalanan warga negara ke luar negeri. Kalau orang

berbicara tentang pariwisata pada umumnya atau dalam rangka

pembangunan pariwisata, yang dimaksud adalah wisata reseptif.

c. Berdasarkan lamanya orang mengadakan perjalanan

1) Wisata Kecil, yaitu wisata jangka pendek, yang memerlukan waktu satu

hari tanpa menginap disebut ekskursi.

2) Wisata Besar, yaitu wisata yang memerlukan waktu lebih dari satu hari.

d. Berdasarkan organisasi perjalanannya

1) Wisata Individual, yaitu aktivitas pengaturan wisatanya dilakukan sendiri

tanpa diserahkan pada perusahaan perjalanan.


22

2) Wisata terorganisasi, yaitu aktivitas wisata kelompok wisatawan yang

pengaturan aktivitas wisatanya dilakukan oleh perusahaan perjalanan.

e. Berdasarkan letak geografis

1) Pariwisata lokal (local tourism) adalah pariwisata setempat dengan ruang

lingkup yang terbatas pada tempat-tempat tertentu saja. Contoh :

kepariwisataan di Bandung, Denpasar, Padang dan sebagainya.

2) Pariwisata regional (regional tourism) yaitu ariwisata yang meliputi

beberapa pariwisata lokal di suatu wilayah. Contoh : Bali, Maluku,

Sumatra Barat, Jawa Barat dan sebagainya.

3) Pariwisata nasional (national tourism), adalah lingkup pariwisata yang

berkembang dalam satu negara.

4) Pariwisata regional internasional (regional international tourism), adalah

pariwisata yang berkembang di suatu wilayah yang merupakan gabungan

dari beberapa negara yang berdekatan. Contoh : ASEAN.

5) Pariwisata internasional (international tourism), adalah pariwisata yang

berkembang meliputi seluruh negara di dunia.

f. Berdasarkan tujuan perjalanan

1) Pariwisata Bisnis (Bussines tourism), adalah jenis pariwisata dengan

orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang

yang bertujuan untuk dagang atau yang berhubungan dengan

pekerjaannya. Contoh : kongres, simposium, seminar dan sebagainya.


23

2) Pariwisata liburan (Vacational tourism), adalah pariwisata dengan tujuan

untuk berlibur atau memanfaatkan waktu libur.

3) Pariwisata Pendidikan (Educational tourism), adalah pariwisata dengan

tujuan untuk belajar.

g. Berdasarkan waktu berkunjung

Pariwisata berdasarkan musim (Seasonal tourism), adalah pariwisata

yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu, misalnya :

summer tourism dan winter tourism.

1) Pariwisata berdasarkan event (Occasional tourism), adalah pariwisata

yang diselenggarakan terkait dengan event tertentu, seperti upacara

galungan dan kuningan di Bali, upacara sekaten di Yogyakarta dan

Surakarta.

h. Berdasarkan objek

1) Pariwisata Budaya (Cultural tourism), adalah jenis pariwisata yang

disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya disuatu daerah atau tempat,

seperti peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.

2) Pariwisata Penyembuhan (Recuperational tourism), adalah jenis

pariwisata yang disebabkan adanya suatu fasiltas untuk penyembuhan

penyakit.

3) Pariwisata Perdagangan (Commercial tourism), adalah perjalanan yang

dikaitkan dengan kegiatan perdagangan seperti penyelenggaraan expo,

exhibition dan sebagainya.


24

4) Pariwisata Politik (Political tourism), adalah suatu perjalanan yang

dilakukan dengan tujuan untuk melihat atau menyaksikan peristiwa atau

kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.

5) Pariwisata Olahraga (Sport tourism), adalah jenis kegiatan pariwisata

dengan tujuan untuk menyaksikan suatu pesta olah raga yang di

selenggarakan di suatu tempat.

6) Pariwisata Sosial (Social tourism), adalah pariwisata yang berdiri sendiri.

Pengertian ini adalah bahwa kegiatan pariwisata yang di selenggarakan

tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.

7) Pariwisata Agama (Religion tourism), adalah jenis pariwisata dimana

tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan

upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Lourdes bagi orang

beragama katolik, atau ke Muntilan pusat pengembangan agama kristen di

Jawa Tengah, juga pergi Umroh bagi orang Islam atau juga upacara

agama Hindu Bali di Sakenan, Bali.

i. Berdasarkan jumlah orang yang melakukan perjalanan

1) Pariwisata Perseorangan (Individual tourism), adalah perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekeluarga yang menyelenggarakan

perjalanan bersama.

2) Pariwisata Kelompok (Group tourism), adalah jenis pariwisata yang

dilakukan oleh sekelompok orang yang bergabung dalam satu

rombongan (group) dengan tujuan yang sama


25

j. Berdasarkan akses yang digunakan

1) Pariwisata Darat (Land tourism), adalah jenis pariwisata yang di dalam

melaksanakan kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus,

kereta api, mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.

2) Pariwisata laut dan Sungai (Sea or river tourism), adalah kegiatan

pariwisata yang menggunakan sarana transportasi air seperti kapal laut,

fery dan sebagainya.

3) Pariwisata Udara (Air tourism), adalah kegiatan pariwisata yang

menggunakan sarana transportasi udara seperti pesawat terbang,

helikopter dan sebagainya.

k. Berdasarkan usia yang melakukan perjalanan

1) Wisata remaja (Youth tourism), adalah jenis kegiatan pariwisata yang

dikembangkan bagi para remaja dan pada umumnya dengan harga

yang relatif murah dan menggunakan sarana akomodasi youth hostel.

2) Wisata Dewasa (Adult tourism), adalah kegiatan pariwisata yang

diikuti oleh orang-orang berusia lanjut. Pada umumnya orang-orang

yang melakukan perjalanan ini adalah mereka yang menjalani masa

pensiun.

l. Berdasarkan harga dan tingkat sosial

1) Pariwisata Mewah (Deluxe tourism), adalah perjalanan wisata yang

menggunakan fasilitas standar lux, baik alat pengangkutan, hotel

maupun atraksi yang hendak disaksikannya.


26

2) Pariwisata Menengah (Middle class tourism), adalah perjalanan wisata

yang diperuntukan bagi mereka yang menginginkan fasilitas dengan

harga dan fasilitas tidak terlalu mahal, tetapi juga tidak terlalu jelek

pelayanannya.

3) Pariwisata Murah (Social tourism), yaitu sejenis pariwisata yang

penyelenggaraannya dilakukan secara bersama dengan biaya yang

diperhitungkan semurah mungkin dengan fasilitas yang cukup memadai

selama dalam perjalanan.

5. Motivasi Wisatawan

Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang

wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses

perjalanan wisata, walaupun motivasi ini sering tidak disadari oleh wisatawan

itu sendiri. Motivasi juga merupakan faktor penting bagi calon wisatawan yang

di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan

dikunjungi. Calon wisata akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang

memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual,

pengalaman sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya. Motivasi

perjalanan wisata mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan

pariwisata itu sendiri (Pertiwi, 2011 dalam Wahab, 1997).

Ahli sosiologi pariwisata merumuskan motivasi wisatawan McIntosh (1977)

dan murphy (1985) cf.Sharpley (1994) dalam empat kelompok besar antara lain:
27

a. Physicalor physio logical motivation ( motivasi yang bersifat fisik atau

fisiologis), antara lain untuk berelaksasi, kesehatan, kenyamanan,

berpartisipasi dalam kegiatan berolahraga, bersantai, dan sebagainya.

b. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui

budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan

akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah)

c. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat

sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja,

melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise),

melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan

seterusnya.

d. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di

daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang

menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan

psikologis.

6. Dampak Sektor Pariwisata

Dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum dan setelah ada

kegiatan pariwisata. Identifikasi tersebut diartikan sebagai suatu proses

penetapan mengenai pengaruh dari perubahan sosial ekonomi, budaya, tradisi

dan perilaku untuk meningkatkan kualitas hidup (Ardi, 2003).


28

Menurut Faizun (2009), pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara

langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga dapat memberikan

berbagai dampak terhadap masyarakat. Selain untuk meningkatkan penghasilan

masyarakat pariwisata juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lainnya seperti meningkatkan

kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi meningkatkan

kualitas hidup masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih

baik, serta kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azzahra dan Khadiyanto

(2013) mengatakan bahwa pengembangan pariwisata sangat berpengaruh pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Banyak masyarakat yang berpendapat

bahwa setelah adanya pengembangan pariwisata sumber pendapatan semakin

meningkat sehingga kepala keluarga dapat meningkatkan pendidikan

keluarganya mencapai wajib belajar 9 tahun hingga perguruan tinggi. Tidak

hanya itu, sektor pariwisata juga mampu meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dalam memperoleh sarana dan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Ketika pariwisata dijadikan sebagai salah satu sektor andalan suatu daerah, tidak

hanya masalah ekonomi yang diperkirakan akan meningkat. Namun juga akan

berdampak terhadap lingkungan sosial masyarakat sekitar seperti budaya, tradisi ,

perubahan gaya hidup dan aspek agama.

Menurut Surwiyanta (2003) perkembangan pariwisata yang terlalu cepat

dapat meningkatkan angka kejahatan dan sekaligus memperkenalkan perjudian,


29

pencurian dan sikap materialisme.Jika tingkat kriminalitas yang terjadi di

kalangan masyarakat kawasan wisata semakin tinggi , maka akan memberi

dampak ketidaknyamanan terhadap kehidupan masyarakat dan akan berpengaruh

terhadap kesejahteraan mereka.

Sektor pariwisata merupakan multisektor yang mencakup berbagai

kegiatan ekonomi. Keterkaitan sektor pariwisata dengan berbagai sektor ekonomi

dapat mendorong laju pertumbuhan sektor-sektor lainnya. pengeluaran

wisatawan yang dikeluarkan di tempat mereka berwisata, seperti penggunaan

jasa transportasi, hiburan, jasa rekreasi, pedagang, makanan dan minuman serta

penggunaan jasa akomodasi akan membawa dampak pada perekonomian baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung dari pariwisata dapat

dilihat dari pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha yang diperoleh dari

pengeluaran pengunjung. Sedangkan Dampak tidak langsung yaitu pendapatan

yang diterima oleh pelaku usaha yang memenuhi kebutuhan usaha atau pihak

yang menjadi pemasok bagi pelaku usaha yang terlibat langsung dalam sektor

pariwisata (Ardahaey, 2011). Kegiatan pariwisata akan menimbulkan permintaan

(demand) akan barang dan jasa sehingga merangsang pertumbuhan

industri,meningkatkan kegiatan produksi, penyediaan lapangan pekerjaan, dan

dapat menjadi salah satu sumber penerimaan daerah berupa pajak. Semakin

banyak permintaan wisatawan maupun industri pariwisata, maka dapat semakin

meningkatkan produktifitas sektor-sektor ekonomi. Ini menunjukkan bahwa


30

pariwisata memiliki efek multiplier yang kuat terhadap sektor-sektor lainnya

(Utama, 2006).

7. Dampak Sosial Ekonomi Pariwisata

Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal

dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar (Cohen, 1984) dalam

Pitana dan Gayatri (2005) yaitu:

a. Dampak terhadap penerimaan devisa

b. Dampak terhadap pendapatan masyarakat

c. Dampak terhadap kesempatan kerja

d. Dampak terhadap harga-harga

e. Dampak terhadap distribusi manfaat / keuntungan

f. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol

g. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya

h. Dampak terhadap pendapatan pemerintah

8. Objek Wisata

Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek

wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata

mereka lebih banyak menggunakan istilah ‘tourist attractions’, yaitu segala

sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah

tertentu.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung kesuatu daerah tujuan wisata

tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik
31

wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata

wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan

menurut Sammeng yaitu: “Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan

sementara secara sukarela kesuatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya

sehari-hari untuk maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di

tempat yang dikunjunginya”. Pacific Area Travel Association memberi batasan

bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan

dalam jangka waktu 24 jam.

Menurut Mursid (2003), obyek wisata merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Dalam

kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus dirancang

dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik

wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus dirancang

sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata

tersebut.

Obyek wisata umumnya berdasarkan pada :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,

nyaman dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langkah.


32

B. Konsep Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Menurut Gilarso (2002), pendapatan atau sering disebut dengann

penghasilan didefinisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai

imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi.

Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : (a) usaha sendiri

(wiraswasta, misalnya berdagang, mengerjakan sawah); (b) bekerja pada

orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau

karyawan (baik swasta ataupun pemerintah); (c) hasil dari milik, misalnya

mempunyai sawah yang disewakan, punya rumah disewakan, punya uang

dipinjamkan dengan bunga tertentu.

Pendapatan adalah jumlah keseluruhan penghasilan dari pekerjaan

utama dan sampingan yang diterima oleh seseorang dalam satu bulan atau satu

tahun yang dapat diukur dengan nilai ekonomis, berdasarkan pengukuran ini

seorang karyawan dapat digolongkan berdasarkan pendapatan golongan

tinggi, sedang dan rendah (Salah :2003).

Reksoprayitno (2004), mendefenisikan “Pendapatan (revenue) dapat

diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada period tertentu”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagian

jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka

waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah

disumbangkan.
33

Menurut Reksoprayitno (2004) Pendapatan masyarakat adalah

penerimaan dari gaji atau balas jasa dari hasil usaha yang diperoleh individu

atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pendapatan dari usaha sampingan adalah

pendapatan tambahan yang merupakan penerimaan lain dari luar aktifitas pokok

atau pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan yang diperoleh secara langsung

dapat digunakan untuk menjunjang atau menambah pendapatan pokok.

Tingkat pendapatan merupakan suatu salah satu kriteria maju tidaknya

suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan

bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Demikian pula

hanya pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat

kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula (Danil, 2006)

Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan

keluraga dalam mengelola penerimaa atau pendapatannya. Selain itu

pengalaman berusaha juga mempengaruhi pendapatan. semakin baiknya

pengalaman berusha seseorang maka Semakin berpeluang dalam

meningkatkan pedapatan. Usaha untuk meningkatkan pendapat masyarakat

dapat dilakukan dengan pemberantasan kemiskinan yaitu dengan membina

kelompok masyarakat dapat dikembangkan dengan pemenuhan modal kerja,

ketetapan dalam penggunaan modal kerja diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap pengembangan usaha sesuai dengan yang diharapkan


34

sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat dapat terwujud dengan

optimal.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Toweulu (2001) bahwa “Untuk

memperbesar pendapatan, seseorang anggota keluarga dapat mencari

pendapatan dari sumber lain atau membantu pekerjaan kepala keluarga

sehingga pendapatan bertambah. Distribusi Pendapatan Dalam Konteks Rumah

tangga.

2. Prinsip Pendapatan

Pendapatan atau upah dapat didefinisikan dengan sejumlah uang yang

dibayar oleh orang yang memberi pekerjaan kepada pekerja atas jasanya sesuai

perjanjian.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat (pelaku usaha)

1. Pendidikan

Sekolah merupakan bagian dari konsumsi untuk banyak orang dan dipandang

juga sebagai investasi di masa mendatang. jumlah waktu seseorang yang

dihabiskanuntuk pendidikan dipengaruhi baik oleh permintaan untuk sumber

daya manusia dan penyediaan dana untuk in:estasi. Permintaan untuk modal

manusia dipengaruhi oleh tingkat pengembalian seseorang dapat memperoleh

dari dolar tambahan dihabiskan diatasnya.

2. Pelatihan

Pelatihan umum on the job meningkatkan produktivitas pekerja tidak

hanya di perusahaan yang menyediakan, tapi juga di perusahaan-perusahaan


35

lain dalam pasar tenaga kerja. Untuk alasan ini, pekerja harus menanggung

biaya pelatihan dalam bentuk upah yang lebih rendah selama periode

pelatihan. Pelatihan On the job meningkatkan produktivitas pekerja hanya di

perusahaan menyediakan itu. Karena kemampuan tidak dapat dipindah

tangankan, perusahaan harus menanggung biaya pelatihan. Perbedaan dalam

pelatihan on the job diduga oleh ekonom menjadi penjelasan utama untuk

Fakta bahwa pendapatan perempuan meningkat lebih cepat sejalan dengan

para pria dengan pengalaman tambahan. Sementara faktor ini dapat

menjelaskan sebagian dari perbedaan pendapatan antara laki-laki dan

perempuan, proporsinya secara signifikan kurang dari setengah.

3. Usia

Dijelaskan bahwa usia akan mempengaruhi pendapatan seseorang.

Pada usia produktif, kenaikan usia berpengaruh positi/ terhadap pendapatan.

Usia pekerja juga berpengaruh terhadap upaya peningkatan pendapatan

masyarakat. Menurut Amron (2009), usia tenaga kerja cukup menentukan

keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun

non fisik. Pada umumnya, tenaga kerja yang berumur tua mempunyai tenaga

fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur muda

mempunyai kemampuan fisik yang kuat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

Ahmad & Budiana (2012), yang menyatakan faktor usia seseorang ikut

menentukan tingkat produktivitas seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

Semakin bertambah usia seseorang maka semakin meningkat pula


36

produktivitas seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, tetapi akan

menurun pula pada usia tertentu sejalan dengan faktor kekuatan fisik yang

semakin menurun pula. Faktor usia sangat berpengaruh pada pekerjaan yang

sangat mengandalkan kekuatan dan kemampuan fisik tenaga kerja.

4. Gender

Analisis mengenai tingkat partisipasi tenaga kerja dapat dlilihat dari

gender, pria dan wanita. kedua gender memiliki tingkat partisipasi kerja yang

berbeda. Perbedaan ini berdasar dari banyak faktor. Pria cenderung memiliki

tingkat partisipasi kerja yang lebih tinggi, karena anggapan bahwa pria adalah

tulang punggung keluarga masih dipegang oleh masyarakat. Namun tren sejak

tahun 1950 terus mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan karena

peningkatan partisipasi kerja wanita.

Berbeda dengan pria, tingkat partisipasi kerja wanita bergantung pada

lebih banyak hal. faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja

dari wanita yang belum menikah dan wanita yang sudah menikah tentu

terdapat perbedaan. Untuk Wanita yang belum menikah, partisipasi kerja tentu

lebih tinggi dari partisipasi kerja Wanita yang sudah menikah.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Mahendra (2014), yang

menyatakan jenis kelamin tenaga kerja merupakan hal yang tak kalah penting

dalam peningkatan kerja para pekerja. Jenis kelamin dapat menunjukkan

tingkat produktivitas seseorang. Tingginya tingkat produktivitas laki-laki


37

daripada perempuan, menyebabkan laki-laki memiliki peluang lebih tinggi

dalam memperoleh pendapatan dibandingkan perempuan.

5. Diferensiasi pekerjaan

Merupakan perbedaan pada upah yang muncul sebagai konsekuensi dari

karakteristik nonmoneter pekerjaan yang berbeda tersebut. Hal ini berkaitan

dengan tingkat bahaya, jam kerja, dan kemampuan yang digunakan dalam

melaksanakan pekerjaan terebut.

6. Kemampuan, usaha, dan kesempatan

Kemampuan berkaitan dengan kemampuan bawaan yang dimiliki

seseorang. Semakin tinggi atau semakin unik kemampuan tenaga kerja, maka

kesempatannya untuk memiliki upah yang lebih tinggi semakin besar. Usaha

berkaitan dengan bagaimana usaha seseorang dalam mengapai pendapatan

tertentu yang tenaga kerja tersebut inginkan. kesempatan berkaitan dengan

keberuntungan dan kesempatan yang tenaga kerja miliki. Orang yang

memiliki keberuntungan lebih cenderung akan memiliki pendapatan yang

lebih tinggi.

7. Jam Kerja

Sugeng (2009) menyatakan bahwa jam kerja merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan dalam perekonomian rumah

tangga. Semakin lama curahan jam kerja, maka semakin banyak hasil yang

diterima sehingga pendapatan yang diperoleh semakin meningkat dan

kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.


38

Hal ini sesuai dengan penelitian Priyandikha (2015) yang menyatakan

bahwa jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

pedagang kaki lima di Kota Semarang. Selain itu Firdausa (2012) menyatakan

bahwa suatu usaha agar dapat berjalan lancar dan berkembang membutuhkan

pengelolaan waktu yang baik melalui pengaturan jam kerja. Jam kerja adalah

banyaknya lama waktu kerja dalam sehari. Jika ingin memperoleh pendapatan

yang tinggi maka diperlukan jam kerja yang lebih lama. Semakin lama jam

kerja maka akan semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh

pendapatan yang tinggi. Ini berarti jam kerja berpengaruh terhadap

pendapatan.

8. Modal

Modal juga merupakan faktor yang tidak kalah penting yang

berpengaruh terhadap tingkat pendapatan. Modal kerja mempengaruhi

peningkatan jumlah barang atau produk yang dihasilkan, sehingga akan

meningkatkan pendapatan (Agyapong, 2010). Pendapatan yang diterima oleh

masing-masing individu atau kelompok masyarakat sangat tergantung dari

kepemilikan faktor produksi. Semakin besar modal atau faktor produksi yang

dimiliki, maka probabilitas pendapatan yang diterima akan semakin tinggi

(Artaman, 2015).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wicaksono (2011), yang

menyatakan bahwa faktor modal memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap suatu usaha. Ketersediaan modal dapat berdampak pada timbulnya


39

permasalahan lain seperti modal yang dimiliki seadanya, maka seseorang

hanya mampu membuka usaha tanpa bisa memaksimalkan skala usahanya.

Hasil penelitain Wirawan (2015), menyatakan bahwa modal berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pendapatan. Amarjit (2010), menyatakan

modal yang dimiliki pengusaha sektor informal relatif sedikit sehingga itu

akan sulit untuk dapat meningkatkan produktivitasnya. Perusahaan mikro dan

kecil yang bergerak di sektor informal sering kekurangan akses terhadap

pembiayaan eksternal (Parinduri, 2016).

C. Penelitian terdahulu

Penelitian dan Judul Variabel dan Metode Hasil


Tahun Analisis
Selly Ardianty Pengaruh Kunjungan Variabel Bebas Jumlah kunjungan tahun 2016
(2017 Wisata Terhadap Kunjungan Wisata sebanyak 3.076
Pendapatan Masyarakat Variabel Terikat pendapatan masyarakat adalah
di Desa Medewi, Pendapatan Rp.3.000.000 paling rendah
Kecamatan Pekutatan, Metode Analisis: T dan Rp.40.000.000 paling
Kabupaten Jembrana test tinggi perbulannya
Pengaruh kunjungan wisata
terhadap pendapatan
masyarakat menunjukan
bahwa kunjungan wisata tidak
berpengaruh terhadap
pendapatan masyarakat,
karena nilai t hitung pada p-
value = 0,117 > α = 0,05.
Teti Ika W. (2016) Pengaruh Pendapatan Variabel Bebas Pendapatan sector pariwisata
Sektor Pariwisata Pendapatan berpengaruh positif dan
Terhadap Pertumbuhan Variabel Terikat signifikan terhadap
Ekonomi di Kota Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi
Makassar ekonomi
Metode Analsis:
Regresi Sederhana
Dwi Astuti Dampak Variabel Bebas Kekuatan : harga tiket yang
Kartikawati (2012) Pengembangan Obyek Objek Wisata terjangkau oleh setiap
Wisata terhadap Variabel Terikat kalangan. Kelemahan :
Pendapatan Masyarakat Pendapatan keadaan usaha ekonomi
Sekitar (pedagang) Metode Analsis: pedagang obyek wisata
Pada Obyek Wisata Analisa SWOT Pikatan.
40

Pikatan Kabupaten Peluang : adanya potensi


Temanggung yang belum dioptimalkan,
Ancaman : masih kurangnya
kesadaran pengunjung untuk
menjaga dan memelihara
obyek wisata.
Pengembangan obyek wisata
berdampak negatif terhadap
pendapatan pedagang di
obyek wisata Pikatan.
Berada : kuadran I yaitu
strategi agresif.
Kesimpulan : Pengembangan
obyek wisata pikatan
berdampak negatif bagi
perbaikan dan pertumbuhan
perekonomian pedagang
khususnya terhadap
pendapatan pedagang obyek
wisata Pikatan.
Sarah Hiariey Dampak Pariwisata Variabel Bebas Faktor yang mempengaruhi
(2010) Terhadap Pendapatan Dampak pariwisata pendapatan kelompok rumah
dan Tingkat Variabel Terikat tangga yaitu, jumlah anggota
Kesejahteraan Pelaku Pendapatan keluarga, tingkat pengeluaran,
Usaha di Kawasan Tingkat dan curahan waktu kerja.
Wisata Pantai Natsepa, Kesejahteraan Berdasarkan tingkat
Pulau Ambon”. Metode Analsis: kesejahteraan sebagian besar
Analisis regresi rumah tangga yang
ganda dengan memanfaatkan jasa objek
spesifikasi-log wisata pantai Natsepa
menggunakan teknik mempunyai tingkat
Stepwise dan kesejahteraan sedang yaitu
SUSENAS-BPS. persentase sebesar 75%,
kemudian tingkat
kesejahteraan tinggi dengan
persentase sebesar 22% dan
yang terkecil yaitu tingkat
kesejahteraan rendah dengan
persentase sebesar 3%.
Riski Danar Novita Pengaruh Destinasi Variabel Bebas Ekonomi dan sosial
Sari (2016) Wisata Air Terhadap Pengaruh destinasi berpengaruh terhadap
Kesejahteraan wisata air kesejahteraan masyarakat F
Masyarakat Pelaku Variabel Terikat 0,002, ekonomi berpengaruh
Usaha Kesejahteraan positif sebesar 0,033 t 0,46
masyarakat dan sosial berpengaruh
Metode Analsis: uji negatif sebesar-091 dengan t
beda t-test 0,05.
Ada perbedaan kesejahteraan
antara masyarakat di kawasan
wisata objek air cokro dan
umbul ponggok baik secara
41

ekonomi maupun sosial.

D. Kerangka Pemikiran

Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan yang dilakukan serta untuk

memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut gambar kerangka

pemikiran yang skematis,

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

Aktifitas Ekonomi
Wisata L. B & H Tingkat Pendapatan
Faktor Penunjang

Anda mungkin juga menyukai