Anda di halaman 1dari 11

BAB II.

KOLOM PENDEK

DAFTAR ISI

II.1 PENDAHULUAN................................................................................II-1

II.2 PENENTUAN TIPE KOLOM .............................................................II-2

II.3 ANALISA PENAMPANG AKIBAT BEBAN TEKAN DAN LENTUR.II-4

II.4. KESEIMBANGAN PADA PENAMPANG KOLOM...........................II-6

II.5 TIPE KERUNTUHAN.........................................................................II-7

II.6 PEMBAHASAN KASUS....................................................................II-8


II-2

BAB II. KOLOM PENDEK

II.1 PENDAHULUAN

Kolom memikul beban aksial dan momen lentur. Pada kenyataannya, tidak ada
kolom yang menerima beban aksial secara sempurna, hal ini disebabkan banyak
faktor seperti penyaluran beban ke kolom yang tidak pada titik pusat kolom,
penampang kolom yang tidak simetris, masalah pada saat konstruksi dan lain-
lain.

Kondisi pembebanan pada kolom akibat aksial dan lentur, secara garis besar
dapat dikelompokan pada tiga kondisi umum, antara lain,

• Kondisi aksial Pn yang besar, kosentrik, momen tidak ada, atau momen
sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
• Kondisi dimana aksial Pn mempunyai jarak eksentrisitas tertentu yang
menyebabkan beton sisi tekan hancur dan tulangan baja sisi tarik leleh.
• Kondisi momen besar Mn, aksial Pn kecil, atau aksial Pn diabaikan.

Akibat aksial Pn dan momen lentur, kolom mengalami tekan dan melentur. Pada
saat terbebani momen lentur, kolom cenderung mengalami daerah tertekan pada
satu sisi dan tertarik pada sisi lainnya.

Keruntuhan kolom dianggap terjadi apabila regangan beton telah mencapai


0.003 atau tegangan tarik baja telah mencapai tegangan leleh fy.

Kondisi beban aksial P yang bekerja pada kolom dapat terjadi dengan
eksenstrisitas yang bermacam-macam seperti diterangkan gamber berikut ini.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-3

Gbr. 2.1 Kolom menerima beban P dengan eksentrisitas berbeda.

II.2 PENENTUAN TIPE KOLOM PENDEK

Apabila kolom menerima momen utama, maka kolom akan berdefleksi secara
lateral, akibatnya akan ada momen tambahan yang besarnya adalah beban
aksial kolom P dikalikan dengan defleksi lateral ∆, momen ini disebut momen
sekunder atau momen P∆.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-4

Gambar 2.2 Momen sekunder

Kolom dengan momen sekunder yang besar disebut kolom langsing, dan perlu
analisa lebih lanjut mengenai momen utama dan momen sekunder, hal ini akan
dibahas lebih lanjut pada pembahasan kolong langsing.

ACI mengizinkan untuk mendesain kolom sebagai kolom pendek apabila


pengaruh momen sekunder atau momen P∆ tidak mengurangi kekuatan kolom
lebih dari 5%. Penentuan kolom pendek dan langsing juga ditentukan dengan
faktor kelangsingan efektif yang bergantung dari jenis kolom apakah tipe kolom
berpengaku atau tidak (braced/unbraced frame) atau kolom bergoyang atau tidak
bergoyang, dimana penentuan ini akan lebih jauh dibahas pada materi kolom
langsing.
Pada umumnya, desain kolom pendek adalah termasuk kategori jenis kolom
pada portal berpengaku, sehingga penentuan jenis kolom pendek seperti
menentukan efek kelangsingan pada portal berpengaku (braced frame).
Sehingga kolom pendek harus memenuhi persamaan dibawah ini dimana efek
kelangsingan dapat diabaikan yaitu,

kl u M 
≤ 34 − 12  1  (2.1)
r  M2 

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-5

dimana
k adalah faktor panjang efektif, untuk portal terkekang nilainya kurang dari 1
l u = panjang kolom efektif tanpa sokongan
r = radius girasi, 0.3 h untuk kolom persegi dan 0.25 d untuk kolom spiral
M1
= momen ratio pada kedua ujung kolom
M2
Pada pembahasan kolom pendek saat ini, kita batasi asumsi parameter yang
terdapat pada rumus kelangsingan portal berpengaku diatas yaitu dengan
memberi nila k =1 dan M1/M2 = +0.5.

II.3 ANALISA PENAMPANG AKIBAT BEBAN TEKAN DAN LENTUR.

Pada dasarnya konsep perencanaan kolom hampir sama dengan perencanaan


balok, hanya saja ada penambahan beban aksial. Kondisi penampang kolom bila
dibebani tekan dan lentur maka kondisi dari tegangan dan regangan pada kolom
digambarkan oleh diagram tegangan dan regangan dibawah ini,

Gambar 2.3 diagram tegangan dan regangan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-6

Akibat beban aksial dan lentur yang bekerja pada kolom, seperti hal nya pada
balok, maka penampang kolom akan mengalami tekan pada satu sisi (atas) dan
tarik pada sisi lainnya (bawah).
Dari gambar regangan dan tegangan diatas, maka gaya yang timbul pada beton
adalah sebagai berikut

1. Gaya tulangan tekan pada beton adalah


C s = As' f sc (2.2)

f sc =∈sc E s (2.3)
Cs adalah gaya tulangan baja tekan, fsc adalah tegangan tekan tulangan
baja dan Es, modulus elastisitas baja yang nilainya berkisar Es = 210,000
Mpa
Apabila letak garis netral lebih tinggi dibanding jarak tulangan tekan nya
ke sisi atas kolom, maka fsc menjadi,
C s = ( f sc − 0.85 f c' )As' (2.4)

2. Gaya tekan beton adalah


C c = 0.85 f c' ab (2.5)

f’c, kuat tekan beton yang diizinkan, a luas ekivalen persegi tegangan
beton
3. Gaya tulangan tarik pada beton adalah
Ts = As f s (2.6)
f s =∈su E s (2.7)

As, luas tulangan tarik, fs, teganang tarik baja, ∈su, regangan tarik
tulangan baja, dan Es, modulus elastisitas baja, 210,000 Mpa

Tinggi a luas ekivalen segiempat tegangan beton tekan adalah


a = β 1c (2.8)
dimana

 f c' 
βi = 1.05 − 0.05   , 0.65 ≤ β1 ≤ 0.85, untuk beton 4000-8000psi (2.9)
 1000 
βi = 1.09 − 0.008 f c' dalam satuan SI, untuk beton >30 Mpa,
(2.9a)
dibawah 30 Mpa β1 = 0.85

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-7

Total luas tulangan beton adalah penjumlahan tulanga tekan dan tarik.
Ast = As' + As (2.10)

Total luas tulangan beton juga dapat dihitung dengan menggunakan rasio
tulangan sebagai berikut
Ast = ρ st bh (2.11)

ρst, rasio total tulangan baja pada kolom

Dari diagram regangan, dengan menggunakan perbandingan segitiga didapat,


maka dihasilkan persamaan sebagai berikut,

1. Tinggi garis netral pada diagram regangan


 ∈cu 
c =   xd (2.12)
 ∈cu + ∈su 

d, jarak tulangan tarik ke tepi serat atas, ∈su, regangan tarik

tulangan baja, ∈cu, regangan tekan beton


2. Regangan tulangan tarik
d −c
∈su =   ∈cu (2.13)
 c 
3. Regangan tulangan tekan
 c − d'
∈sc =   ∈cu (2.14)
 c 

II.4 KESEIMBANGAN PADA PENAMPANG KOLOM

Gaya-gaya yang bekerja pada penampang kolom menghasilkan persamaan


keseimbangan yaitu

Resultante gaya,

Pn = C s + C c − Ts (2.15)

Pn = 0.85 f c' ab + A ' f sc − As f s (2.16)

Momen,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-8

1  1 1  1 
M n = Cs  h − d '  + Cc  h − a  + Ts  h − d  (2.17)
2  2 2  2 

Kapasitas maksimal aksial ultimit/nominal (kosentrik) dari kolom adalah


Pn max = 0.85 f c' ( Ag − Ast ) + fy. Ast (2.18)

II.5 TIPE KERUNTUHAN

Dari diagram tegangan regangan, juga dapat disimpulkan kondisi keruntuhan


sebagai berikut,

Keruntuhan Seimbang
Keruntuhan seimbang terjadi apabila regangan tekan beton mecapai 0.003 dan

regangan tarik baja ∈s, mencapai regangan leleh baja ∈y.

∈c = ∈cu = 0.003
∈s = ∈b
Pn = Pnb
Mn = Mnb

Keruntuhan Tekan
Regangan tekan beton mecapai 0.003 dan regangan tarik baja belum mecapai
titik leleh

∈c = ∈cu = 0.003
∈s < ∈b
Pn > Pnb

Keruntuhan Tarik
Regangan tekan beton mecapai 0.003 dan regangan tarik baja belum mecapai
titik leleh

∈s > ∈b
Pn < Pnb

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-9

II.6 PEMBAHASAN KASUS 1

Diketahui kolom dengan panampang seperti pada gambar


mempunyai data, εcu ,εct , d', h, As, As', f'c dan fy
Nilai data seperti pada tabel dibawah

Hitung Pn dan Mn

1 MATERIAL PROPERTIES

f'c = 30 Mpa = 300 kg/cm2


fy = 400 Mpa = 4,000 kg/cm2
Es = 210,000 Mpa = 2,100,000 kg/cm2
Ec =
εcu = 0.0030 Regangan beton tekan
εct = 0.0020 Regangan beton tarik
εy = 0.00190 fy/Es---> dihitung
b = 30 cm
h = 50 cm
d' = 5 cm
d = 45 cm (h-d')
As1 = 8.5 cm2
As2 = 8.5 cm2
Ast = 17 cm2
Agr = 1500 cm2

II. PERHITUNGAN

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-10

1 Menentukan nilai c

εcu
c = xh
εcu +εct

c = [(0.003) / (0.003+0.002 )]x50


c = 30.00 cm
2 Menentukan regangan tekan baja
c-d'
εs' = xεcu
c
[(30-5) / (30]x0.003
0.00250
3 Menentukan regangan tarik baja
d-c
εs = xεcu
c
[(45-30) / 30]x0.003
(0.00150) Negatif menunjukan kondisi tarik

4 Menentukan a
a = β1xc
β1 = 0.85→ untuk f'c≤30Mpa
β1 = 1.09-0.008f'c → untuk f'c>30 Mpa
diambi
l
β1 = 0.85
a = β1xc
= 0.85 x 30
= 25.500 cm

5 Menentukan tegangan baja

fs = es x Es
Negatif menunjukan kondisi
-3150 kg/cm2 (tension) tarik

fs' = es'>ey-->fs'=fy
4000kg/cm2

6 Menghitung gaya beton dan baja


Cc = 0.85f'c.a.b
195,075.00 kg

T = fs x As (tension)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
II-11

Negatif menunjukan kondisi


(26,775.00) kg tarik

Cs = (fs'-0.85f'c)As'

31,832.50 kg

7 Menghitung Pn

Pn = Cc - T+ Cs

= 200,132.50 kg
= 200.13 ton
8 Menghitung Mn, panjang lengan gaya dari titik pusat penampang
Mn = Cc (h/2-a/2)+T(1/2h-d)+Cs(h/2-d')
= 195075(0.5*50-0.5*25.5)+-26775*(0.5*50-45)+31832.5*(0.5*50-5)
= 3561818.75kg cm
= 35.62 t m

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II

Anda mungkin juga menyukai