Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sand Control


Sand Cotrol merupakan salah satu Well Completion. Sand Control merupakan
Pemasangan peralatan atau penerapan teknik untuk mencegah perpindahan pasir
reservoir ke sumur bor sehingga pasir tidak terproduksi atau menyebabkan
plugging /penyumbatan pada tubing,lubang bor,dan perforasi. Masalah produksi
pasir banyak dijumpai pada lapangan-lapangan minyak bumi dari lapisan batu pasir
produktif dikedalaman dangkal sampai yang dalam. Masing-masing kondisi ini
membutuhkan perawatan yang berbeda, produksi pasir mulai terjadi jika stress
yang dialami formasi telah melebihi kekuatan formasi batuan, stress yang dialami
oleh butiran-butiran batuan pasir antara lain, dapat berupa gaya tektonik, tekanan
over burden, tekanan dari perubahan stress akibat pemboran, serta adanya gaya
dorong oleh fluida produksi.
Seandainya pasir tersebut tidak di kontrol,dapat menyebabkan pengikisan dan
plugging maupun penyumbatan pada peralatan produksi, lubang bor dan perforasi.
Produksi pasir, pada umumnya sensitive terhadap laju produksi. Apabila laju
alirannya rendah, pasir yang ikut terproduksi sedikit dan sebaliknya. Dalam formasi
lemah, kontrol pasir diperlukan untuk mempertahankan struktur reservoir di sekitar
sumur bor.

B. Penyebab Sand Control


Sand Control dilakukan karena adanya problem kepasiran. Problem kepasiran
pada umumnya terjadi akibat rusaknya kestabilan ikatan dari butir-butir pasir yang
disebabkan oleh adanya gaya gesekan serta tumbukan yang ditimbulkan oleh suatu
aliran dari fluida, dimana laju aliran yang terjadi melampaui batas maksimum dari
laju aliran kritis yang diperbolehkan, sehingga butiran-butiran pasir akan ikut
terproduksi bersama-sama dengan minyak kepermukaan.
Penyebab lain dari terproduksinya pasir berhubungan dengan:
1. Tenaga pengerukan (drag force)
yaitu tenaga yang terjadi oleh aliran fluida, dimana laju aliran dan
viskositasnya meningkat menjadi lebih tinggi.
2. Pengurangan strength formasi
Hal ini sering dihubungkan dengan produksi air karena akan melarutkan
material penyemen atau pengurangan gaya kapilerdengan meningkatnya
saturasi air.
3. Penurunan tekanan reservoir
Dengan penurunan ini akan mengganggu sifat penyemenan antar batuan.

C. Faktor-Faktor Penyebab Kestabilan Formasi


Kestabilan formasi terjadi karena Metode Sand Control berhasil, yang mana
jika Sand Control tersebut berhasil, akan menyebabkan problem kepasiran menjadi
teratasi. Terdapat dua metode untuk menstabilkan formasi yang dilanda problem
kepasiran, yaitu:
1. Metode Screen Liner
Screen liner yaitu casing dipasang sampai ujung dari lapisan atau zona
produktif. Kemudian liner dipasang pada formasi produktif sehingga pasir
yang ikut aliran produksi tertahan oleh screen tersebut.
2. Metode Gravel Pack
Metode ini dilakukan bila screen liner masih tidak mampu menahan
terproduksinya pasir. Caranya adalah dengan menginjeksikan sejumlah
gravel dan formasi produktif disekililing casingnya hingga fluida akan
tertahan oleh pasir yang akan membentuk barrier di belakang gravel dan
gravel ditahan oleh screen. Dari keadaan lubang sumur, ketika gravel pack
ini dipasangkan, pemasangannya dibagi menjadi eksternal dan internal.
a. External gravel pack adalah jenis gravel pack yang diterapkan
pada kondisi open hole. Open hole ( external) gravel pack akan
sesuai untuk diterapkan pada sumur yang indeks
produktivitasnya tidak mengalami penurunan yang besar selama
produksi.
b. Internal gravel pack adalah jenis gravel pack yang diterapkan
pada kondisi lubang bor dalam keadaan tercasing dan
terperforasi. Factor utama yang harus diperhatikan dalam cased
hole gravel pack ini adalah dilakukan pembersihan lubang
menggunakan fluida komplesi sebelum gravel dimasukan ke
dalam lubang sumur atau formasi, hal ini dapat mencegah
terjadinya sumbatan pada alur maupun lubang perforasi. Metode
cased hole (internal) gravel pack dapat diterapkan pada dua
situasi :
 Formasi dengan internal produksi yang panjang,
dimana penempatan pasir (sand) consolidation
tidak dapat diterapkan.
 Formasi yang berlapis – lapis, dimana produksi
diharapkan dapat dilakukan melalui satu
rangkaian pipa produksi
D. Tingkat Keseragaman Butiran oleh Schwartz berserta Contoh Soal dan
Cara Pengerjaan
Metode Schwartz adalah metode yang digunakan untuk menentukan
keseragaman butiran dari cutting yang melewati shale shaker. Selain itu, metode
ini digunakan untuk menentukan ukuran lebar screen liner yang dibutuhkan untuk
menanggulangi masalah kepasiran. Ukuran ini ditinjau dari ukuran cutting yang di
sieveing pada shale shaker. Menurut Schwartz, terdapat 3 tingkat keseragaman
butiran, yaitu:
1. C < 3, merupakan pemilahan baik
2. C > 5, merupakan pemilahan tidak baik
3. 3 < C< 5, merupakan pemilahan sedang

Berikut adalah contoh soal penentuan tingkat keseragaman butiran dan


penentuan ukuran lebar screen liner menurut Metode Schwartz. Contoh
soalnya, yaitu:

Diketahui data opening diameter sieve pada suatu shale shaker:


Opening Diameter
Sieve No. (mm)

¾ 19
3/8 9,5
4 4,75
8 2,36
16 1,18
30 0,600
50 0,300
100 0,150
200 0,075
Pada sumur ini, terjadi pemboran dengan konsep cased hole, yang mana dapat
menghasilkan problem kepasiran jika tidak dipasang screen liner. Berapakah lebar
screen liner yang dibutuhkan untuk menanggulangi problem ini, jika ditinjau
menggunakan metode Schwartz?
JAWAB:
𝑂𝐷 𝑙𝑜𝑤−𝑂𝐷 𝐻𝑖𝑔ℎ
𝑋= 𝑁𝑜 𝑠𝑖𝑒𝑣𝑒 𝐻𝑖𝑔ℎ−𝑛𝑜.𝑠𝑖𝑒𝑣𝑒 𝑙𝑜𝑤
2

𝑁𝑜 𝑠𝑖𝑒𝑣𝑒 𝑥−𝑁𝑂 𝑆𝐼𝐸𝑉𝐸 𝐿𝑂𝑊


𝐷𝑋 = 𝑂𝐷 𝐿𝑂𝑊 – ( X)
2

0,6 𝑚𝑚−0,3 𝑚𝑚
1. X = 50−30
2

= 0,03 mm → digunakan untuk mencari D40

D40
40−30
= 0,6 mm – ( 0,03)
2

= 0,6 mm - 0,15 mm
= 0,45 mm

𝐷50−𝐷100
2. X = 100−50
2

0,30 𝑚𝑚−0,15
= 100−50
2

= 0, 006 mm → digunakan untuk mencari D90 .

D90
90−50
= 0,3 mm ( x 0,006)
2

=0,3mm – 0,12mm
= 0,18 mm
D100

= 0,15 mm → didapat dari table opening diameter

3. Koefisien Keseragaman
𝐷 40
C=
𝐷 90
0,45 𝑚𝑚
=
0,18 𝑚𝑚

= 2,5 mm
(berarti keseragaman butir dari penyaringan cutting yang melewati shale shaker
adalah seragam)

4. Metode yang digunakan


Metode Schwartz : W = D 100
= 0.15 mm
Berdasarkan metode ini, maka ditetapkanlah bahwa untuk menanggulangi
problem kepasiran tersebut menggunakan scree liner berukuran 0,15 mm.

E. Contoh Soal beserta Pengerjaan Ukuran Gravel oleh Coberly


1. Menentukan ukuran gravel yang akan digunakan:
a. Contoh batuan pasir dicuci dan dipisahkan butiran - butirannya serta
dibersihkan dari minyak.
b. Contoh pasir dikeringkan dalam oven kemudian digerus dengan mortar
untuk melepaskan butir pasir yang belum terpisah.
c. Butiran pasir disaring pada beberapa ukuran saringan (sieve) untuk dianalisa
menurut persen berat.
d. Timbang pasir yang terkumpul disaringan dan catat hasilnya secara
berurutan mulai dari pasir terbesar beserta ukuran saringannya.
e. Hitung persentasi berat kumulatif pasir.
f. Plot persentasi berat kumulatif terhadap ukuran saringan (D) dengan salah
satu cara di bawah ini :
• Plot pada kertas semi log dengan ukuran saringan pada skala log. Tarik
kurva lengkung terbaik.
• Plot pada kertas peluang (probability paper) dengan Phi unit (F) pada
skala peluang di mana

g. Dari grafik langkah (f) tentukan diamater rata-rata gravel yaitu ukuran
saringan pada persen berat kumulatif 50 (D50).
h. Tentukan besar ukuran gravel yang akan digunakan. Dalam praktek dikenal
batas atas dan batas bawah sekitar 6×D50 tersebut adalah :

*Bila tidak ada ukuran gravel pada selang BA-BB tersebut pilih ukuran
gravel yang lebih kecil.
Contoh soal :
Maka ukuran gravel yang sesuai dengan BA = 50 mesh, BB = 30 mesh adalah 0.008
in.

Anda mungkin juga menyukai