Anda di halaman 1dari 270

Abdul Latief Sulam

TEKNIK PEMBUATAN
BENANG DAN
PEMBUATAN KAIN
JILID 2

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

TEKNIK PEMBUATAN
BENANG DAN
PEMBUATAN KAIN
JILID 2
Untuk SMK
Penulis Utama : Abdul Latief Sulam
Perancang Kulit : Tim

Ukuran Buku : 18,2 x 25,7 cm

SLM SULAM, Abdul Latief


t Teknik Pembuatan Benang dan Pembuatan Kain Jilid 2
untuk SMK /oleh Abdul Latief Sulam ---- Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
xxix. 217 hlm
Daftar Pustaka : B1-B2
ISBN : 978-979-060-108-6
978-979-060-110-9

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk
disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa
SMK.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam
proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 12 tahun 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada


seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta
karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di
seluruh Indonesia.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada


Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh
(download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi
oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat
komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini
akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya
sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan
sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.


Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat
belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya.
Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK

i
PENGANTAR PENULIS

Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada


Allah SWT bahwa penulis telah dapat menyelesaikan penulisan
buku ini tanpa ada halangan yang berarti.

Buku merupakan bagian integral dari suatu sistem pendidikan


bahkan merupakan salah satu kunci untuk melepaskan diri dari
ketinggalan pengetahuan dan teknologi yang terus tumbuh dan
berkembang.

Penyediaan buku ini untuk Sekolah Menengah Kejuruan


dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan proses belajar di
sekolah, baik digunakan oleh siswa maupun sebagai pedoman bagi
guru dalam mengajar, khususnya pada Program Keahlian
Teknologi Pembuatan Benang dan Teknologi Pembuatan Kain
Tenun.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan


buku ini kami sampaikan banyak terima kasih dan kepada para
pembaca, segala saran yang bersifat konstruktif kami
menyampaikan penghargaan dan terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA SAMBUTAN .................................................................. i


PENGANTAR PENULIS .......................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................ iii
DAFTAR ISTILAH/GLOSARI .................................................. xv
SINOPSIS ............................................................................... xvi
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN........................................ xvii
PETA KOMPETENSI .............................................................. xviii
JILID 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Ruang Lingkup Teknologi Tekstile .......................... 1
1.1.1 Pengertian Tekstil..................................................... 1
1.1.2 Pengertian Berdasarkan Etimologi ........................... 1
1.1.3 Pengertian Berdasarkan Substansi Bahan............... 1
1.1.4 Pengertian Berdasarkan Modifikasi Bahan dan
Fungsi....................................................................... 1
1.1.5 Pengertian Berdasarkan Teknologi Proses .............. 1
1.2 Prinsip Pembuatan Benang ..................................... 2
1.3 Prinsip Pembuatan Kain Tenun ............................... 3

BAB II BAHAN BAKU


2.1. Pengertian Serat ...................................................... 4
2.2. Sejarah Perkembangan Serat .................................. 4
2.2.1 Produksi Serat.......................................................... 4
2.3. Jenis Kapas ............................................................. 6
2.4. Penerimaan Bal Kapas............................................. 6
2.5. Penyimpanan Bal Kapas .......................................... 6
2.6. Pengambilan Bal Kapas ........................................... 6
2.7. Persyaratan Serat untuk dipintal ............................. 6
2.7.1 Panjang Serat........................................................... 6
2.7.1.1 Penentuan Panjang Serat dengan Tangan .............. 7
2.7.1.2 Penentuan Panjang Serat dengan Alat ................... 7
2.7.2 Kekuatan Serat......................................................... 8
2.7.2.1 Kekuatan Serat per Helai ......................................... 8
2.7.2.2 Kekuatan Serat per Bundel (Berkas)........................ 8
2.7.3 Kehalusan Serat ....................................................... 9
2.7.4 Gesekan Permukaan Serat ...................................... 11
2.7.5 Kekenyalan Serat (Elastisitas).................................. 11

BAB III BENANG


3.1 Benang menurut Panjang Seratnya ......................... 13

iii
3.2 Benang menurut Konstruksinya ............................... 13
3.3 Benang menurut Pemakaiannya .............................. 13
3.4 Persyaratan Benang................................................. 17
3.4.1 Kekuatan Benang ..................................................... 17
3.4.2 Mulur Benang ........................................................... 18
3.4.3 Kerataan Benang ..................................................... 18
3.5 Penomoran Benang ................................................. 19
3.5.1 Satuan-satuan yang dipergunakan .......................... 19
3.5.2 Penomoran Benang secara tidak langsung ............. 19
3.5.2.1 Penomoran Cara Kapas (Ne1) ................................. 20
3.5.2.2 Penomoran Cara Worsted (Ne3) ............................. 21
3.5.2.3 Penomoran Cara Wol Ne2 atau Nc ........................ 21
3.5.2.4 Penomoran Cara Metrik (Nm) ................................. 22
3.5.2.5 Penomoran Cara Perancis (Nf) ............................... 22
3.5.2.6 Penomoran Cara Wol Garu (Ne4) ........................... 23
3.5.3 Penomoran Benang Secara Langsung .................... 23
3.5.3.1 Penomoran Cara Denier (D atau Td) ....................... 24
3.5.3.2 Penomoran Cara Tex (Tex)...................................... 24
3.5.3.3 Penomoran Cara Jute (Ts) ....................................... 25

BAB IV PENCAMPURAN SERAT


4.1 Pembukaan Bungkus Bal Kapas .............................. 27
4.2 Penyimpanan Bal Kapas di Ruang Mixing ............... 28
4.3 Blending ................................................................... 29
4.4 Mixing ....................................................................... 31

BAB V PROSES PEMBUATAN BENANG


5.1 Sistem Pintal dengan Flyer....................................... 33
5.2 Sistem Pintal Mule.................................................... 34
5.3 Sistem Pintal Cap ..................................................... 34
5.4 Sistem Pintal Ring ................................................... 35
5.5 Sistem Pintal Open End ........................................... 36
5.6 Pembuatan Benang Kapas....................................... 37
5.6.1 Cara Memintal dengan regangan biasa (ordinary
draft spinning system) .............................................. 37
5.6.2 Cara memintal dengan regangan tinggi (High draft
spinning system)....................................................... 37
5.6.3 Cara memintal dengan regangan yang sangat
tinggi (Super high draft spinning system) ................. 38
5.6.4 Pembuatan Benang Sisir (Combed Yarn) ................ 39
5.7 Pembuatan Benang Wol........................................... 42
5.7.1 Sistem Pembuatan Benang Wol Garu (Woolen
Spinning) .................................................................. 42
5.7.2 Pembuatan Benang Wol Sisir................................... 44
5.8 Pembuatan Benang Rami ........................................ 48

iv
5.8.1 Bahan Baku .............................................................. 48
5.8.2 Proses Pengolahan Bahan Baku menjadi Benang... 48
5.8.3 Sifat Rami dibanding dengan serat Kapas .............. 49
5.8.4 Kegunaan Serat Rami .............................................. 50
5.8.5 Pencampuran dengan serat-serat lain ..................... 50
5.8.6 Skema Proses Pemintalan Rami.............................. 50
5.9 Pengolahan Benang Sutera ..................................... 53
5.9.1 Bahan Baku .............................................................. 53
5.9.2 Pengolahan Kokon ................................................... 53
5.9.3 Proses Pemilihan Kokon ......................................... 53
5.9.4 Pembuatan Benang dengan Mesin Reeling ............. 54
5.9.5 Limbah Sutera .......................................................... 56
5.10 Pembuatan Benang Sintetik ..................................... 56
5.10.1 Pengolahan Serat Buatan ........................................ 56
5.10.2 Pembuatan Benang dari Serat Buatan..................... 57
5.10.3 Benang Pintal (Spun Yarn) ...................................... 59
5.11 Pembuatan Benang Campuran ................................ 60
5.12 Proses di Mesin Blowing .......................................... 62
5.12.1 Mesin Loftex Charger ............................................... 63
5.12.1.1 Proses di mesin Loftex Charger ............................... 63
5.12.2 Mesin Hopper Feeder .............................................. 64
5.12.2.1 Proses di mesin Hopper Feeder Cleaner ................. 64
5.12.2.2 Mesin Hopper Feeder Cleaner ................................ 64
5.12.2.3 Proses di mesin Hopper Feeder Cleaner ................ 64
5.12.2.4 Gerakan antara permukaan berpaku........................ 65
5.12.2.5 Proses di mesin Pre Opener ................................... 67
5.12.2.6 Pemisahan Kotoran di mesin Pre Opener Cleaner .. 68
5.12.2.7 Gerakan Pemukul..................................................... 68
5.12.3. Mesin Condensor at Cleaner.................................... 69
5.12.3.1 Proses di Mesin Condensor at Cleaner.................... 69
5.12.3.2 Pemisahan Kotoran di Mesin Condensor at Cleaner 69
5.12.4 Mesin Opener Cleaner ............................................. 70
5.12.4.1 Proses di mesin opener Cleane ............................... 70
5.12.4.2 Pemisahan kotoran di mesin opener cleaner .......... 71
5.12.5 Mesin Condensor at Picker ..................................... 71
5.12.5.1 Proses di Mesin Condensor at Picker ...................... 71
5.12.5.2 Pemisahan kotoran di Mesin Condensor at Picker... 71
5.12.6. Mesin Micro Even Feeder......................................... 72
5.12.6.1 Proses di Mesin Micro Even Feeder......................... 73
5.12.7 Mesin Scutcher......................................................... 73
5.12.7.1 Proses di Mesin Scutcher......................................... 74
5.12.7.2 Gerakan Pengaturan Penyuapan ............................. 74
5.12.8.3 Proses Pembukaan dan Pemukulan serat di Mesin
Scutcher ................................................................... 78
5.12.8.4 Pemisahan Kotoran di Mesin Scutcher .................... 80
5.12.8.5 Tekanan Rol Penggilas…… ..................................... 82

v
5.12.8.6 Tekanan Batang Penggulung Lap............................ 84
5.12.9 Pengujian Mutu Hasil................................................ 87
5.12.9.1 Penimbangan Berat Lap........................................... 87
5.12.9.2 Pengujian Nomor Lap............................................... 87
5.12.9.3 Pengujian Kerataan Lap ........................................... 87
5.12.9.4 Pengujian persen limbah .......................................... 88
5.12.10 Perhitungan Regangan............................................. 88
5.12.10.1 Susunan Roda Gigi Mesin Scutcher......................... 88
5.12.10.2 Sistim Hidroulik pada Mesin Blowing ...................... 91
5.12.10.3 Perhitungan Regangan............................................. 91
5.12.11 Perhitungan Produksi ............................................... 96
5.12.11.1 Produksi Teoritis....................................................... 96
5.12.11.2 Produksi Nyata ......................................................... 96
5.12.11.3 Efisiensi .................................................................... 97
5.12.11.4 Pemeliharaan Mesin Blowing .................................. 97
5.13 Proses di Mesin Carding ......................................... 98
5.13.1 Bagian Penyuapan ................................................... 101
5.13.1.1 Pelat Penyuap .......................................................... 102
5.13.1.2 Rol Penyuap (Feeder Roller).................................... 102
5.13.1.3 Rol Pengambil (Taker-in/Licher-in)........................... 103
5.13.1.4 Pisau Pembersih (mote knife) dan saringan bawah (under
grid) .......................................................................... 104
5.13.1.5 Tekanan pada Rol Penyuap ..................................... 106
5.13.1.6 Mekanisme pemisahan kotoran dari serat pada
Taker-in ................................................................... 107
5.13.2 Bagian Penguraian ................................................... 109
5.13.2.1 Silinder Utama .......................................................... 109
5.13.2.2 Pelat Depan dan Pelat Belakang.............................. 111
5.13.2.3 Top Flat .................................................................... 111
5.13.2.4 Saringan Silinder (Cylinder Screen) ........................ 112
5.13.2.5 Gerakan Pengelupasan (Stripping Action) ............... 113
5.13.2.6 Gerakan Penguraian (Carding Action) .................... 113
5.13.2.7 Pemisahan Serat Pendek dan serat Panjang........... 114
5.13.3 Bagian Pembentukan dan Penampungan Sliver...... 114
5.13.3.1 Doffer........................................................................ 115
5.13.3.2 Sisir Doffer (Doffer Comb) ........................................ 117
5.13.3.3 Rol Penggilas ........................................................... 119
5.13.3.4 Coiler ........................................................................ 120
5.13.4 Pengujian Mutu Hasil................................................ 123
5.13.4.1 Pengujian Nomor Sliver Carding .............................. 123
5.13.4.2 Pengujian Kerataan Sliver Carding .......................... 123
5.13.4.3 Pengujian Persentase waste .................................... 124
5.13.5 Setting pada Mesin Carding ..................................... 124
5.13.6 Pemeliharaan Mesin Carding .................................. 126
5.13.7 Perhitungan Regangan............................................. 126
5.13.7.1 Putaran Lap Roll....................................................... 126

vi
5.13.7.2 Putaran Rol Penggilas pada Coiler .......................... 129
5.13.7.3 Tetapan Regangan (TR) atau Draft Constant (DC).. 130
5.13.7.4 Regangan Mekanik (RM).......................................... 131
5.13.7.5 Regangan Nyata (RN) .............................................. 131
5.13.8 Perhitungan Produksi ............................................... 132
5.13.8.1 Produksi Teoritis....................................................... 132
5.13.8.2 Produksi Nyata ......................................................... 133
5.13.8.3 Efisiensi .................................................................... 133
5.13.9 Pergantian Roda Gigi ............................................... 134
5.13.9.1 Roda gigi pengganti regangan ................................ 134
5.13.9.2 Roda gigi pengganti produksi ................................... 134
5.14 Proses di Mesin Drawing.......................................... 135
5.14.1 Bagian Penyuapan ................................................... 138
5.14.1.1 Can Penyuapan........................................................ 138
5.14.1.2 Pengantar Sliver ....................................................... 138
5.14.1.3 Rol Penyuap ............................................................. 138
5.14.1.4 Traverse Guide......................................................... 138
5.14.2 Bagian Peregangan.................................................. 139
5.14.2.1 Pasangan rol-rol penarik .......................................... 139
5.14.2.2 Rol Bawah ................................................................ 139
5.14.2.3 Rol Atas .................................................................... 140
5.14.2.4 Pembebanan pada Rol Atas..................................... 141
5.14.2.4.1 Pembebanan Sendiri (Self Weighting) ..................... 141
5.14.2.4.2 Pembebanan Mati/Bandul (Dead Weighting) ........... 142
5.14.2.4.3 Pembebanan Pelana (Saddle Weighting) ................ 142
5.14.2.4.4 Pembebanan dengan Tuas (Lever Weighting)......... 142
5.14.2.4.5 Pembebanan dengan Per (Spring Weighting).......... 142
5.14.2.5 Peralatan Pembersih ................................................ 143
5.14.2.6 Proses Peregangan.................................................. 144
5.14.2.7 Penyetelan Jarak Antar Pasangan Rol Peregang ... 147
5.14.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyetelan jarak
antar Rol Peregang .................................................. 149
5.14.3 Bagian Penampungan .............................................. 151
5.14.3.1 Pelat Panampung ..................................................... 151
5.14.3.2 Terompet ................................................................. 151
5.14.3.3 Rol Penggilas ........................................................... 152
5.14.3.4 Coiler ....................................................................... 152
5.14.3.5 Can Penampung Sliver............................................. 152
5.14.3.6 Pemeliharaan Mesin Drawing................................... 153
5.14.4 Pengujian Mutu Hasil................................................ 153
5.14.4.1 Pengujian Nomor Sliver Drawing.............................. 153
5.14.4.2 Pengujian Kerataan Sliver Drawing.......................... 153
5.14.5 Perhitungan Regangan............................................. 154
5.14.5.1 Putaran Rol Penyuap ............................................... 154
5.14.5.2 Putaran Rol-rol Peregang......................................... 156
5.14.5.3 Putaran Rol Penggilas.............................................. 157

vii
5.14.5.4 Tetapan Regangan................................................... 157
5.14.5.5 Regangan Mekanik................................................... 157
5.14.5.6 Regangan Nyata....................................................... 159
5.14.6 Perhitungan Produksi .............................................. 159
5.14.6.1. Produksi Teoritis....................................................... 159
5.14.6.2 Produksi Nyata ........................................................ 160
5.14.6.3 Efisiensi ................................................................... 160
5.14.7 Penggantian Roda Gigi ............................................ 160
5.14.7.1 Roda Gigi Pengganti Regangan............................... 161
5.14.7.2 Roda Gigi Pengganti Produksi (RPR) ...................... 161
5.15 Persiapan Combing .................................................. 161
5.15.1 Proses di Mesin Pre Drawing ................................... 165
5.15.1.1 Bagian Penyuapan ................................................... 166
5.15.1.2 Bagian Peregangan.................................................. 166
5.15.1.3 Bagian Penampungan .............................................. 166
5.15.1.4 Prinsip Bekerjanya mesin Pre Drawing .................... 167
5.15.1.5 Pemeliharaan Mesin Pre Drawing ........................... 167
5.16 Proses di Mesin Lap Former .................................... 167
5.16.1 Bagian Penyuap ....................................................... 168
5.16.2 Bagian Peregangan.................................................. 169
5.16.3 Bagian Penggulungan .............................................. 169
5.16.4 Prinsip Bekerjanya Mesin Lap Former (Super Lap) . 169
5.16.5 Pemeliharaan Mesin Lap Former (Super Lap) ........ 169
5.16.6 Perhitungan Produksi Mesin Lap Former (Super
Lap) .......................................................................... 170
5.17 Proses di Mesin Combing......................................... 174
5.17.1 Bagian Penyuapan ................................................... 176
5.17.2 Bagian Penyisiran..................................................... 178
5.17.3 Bagian Penampungan Serat Panjang (Web) ........... 184
5.17.4 Bagian Perangkapan, Peregangan dan
Penampungan Sliver ................................................ 186
5.17.5 Penyetelan Jarak dan Pengaturan Waktu ............... 189
5.17.6 Pemeliharaan Mesin Combing ................................. 193
5.17.7 Menentukan Doffing ................................................. 193
5.17.8 Pengendalian Mutu................................................... 193
5.17.9 Perhitungan Penyisiran ........................................... 195
5.17.10 Perhitungan Penyuapan ........................................... 195
5.17.11 Perhitungan Produksi ............................................... 195
5.18 Proses di Mesin Flyer ............................................... 196
5.18.1 Bagian Penyuapan ................................................... 201
5.18.1.1 Can ........................................................................... 201
5.18.1.2 Rol Pengantar........................................................... 201
5.18.1.3 Terompet Pengantar Sliver....................................... 202
5.18.1.4 Penyekat................................................................... 202
5.18.2 Bagian Peregangan.................................................. 202
5.18.2.1 Rol Peregang............................................................ 203

viii
5.18.2.2 Penampung (Colektor) ............................................. 203
5.18.2.3 Pembersih ................................................................ 203
5.18.2.4 Cradle ....................................................................... 203
5.18.2.5 Penyetelan Jarak antara titik jepit rol........................ 204
5.18.2.6 Pemeliharaan Mesin Flyer ....................................... 204
5.18.2.6 Pembebanan pada Rol Atas..................................... 204
5.18.3 Bagian Penggulungan .............................................. 205
5.18.3.1 Flyer.......................................................................... 206
5.18.3.2 Bobin ........................................................................ 206
5.18.3.3 Penggulungan Roving pada Bobin ........................... 206
5.18.3.4 Trick Box................................................................... 209
5.18.3.5 Kesalahan bentuk gulungan Roving......................... 212
5.18.3.6 Mendoffing................................................................ 213
5.18.4 Pengendalian Mutu................................................... 214
5.18.5 Perhitungan Peregangan.......................................... 215
5.18.6 Perhitungan Antihan (Twist) ..................................... 222
5.18.7 Perhitungan Produksi ............................................... 226
5.19 Proses Mesin Ring Spinning. ................................... 228
5.19.1 Bagian Penyuapan ................................................... 232
5.19.1.1 Rak ........................................................................... 234
5.19.1.2 Penggantung Bobin .................................................. 234
5.19.1.3 Pengantar ................................................................. 234
5.19.1.4 Terompet Pengantar................................................. 234
5.19.2 Bagian Peregangan.................................................. 234
5.19.2.1 Rol Peregang............................................................ 235
5.19.2.2 Cradle ....................................................................... 236
5.19.2.3 Penghisap (Pneumafil) ............................................. 236
5.19.2.4 Penyetelan Jarak antara Rol Peregang.................... 236
5.19.2.5 Pembebanan pada Rol Atas..................................... 238
5.19.3 Bagian penggulungan............................................... 239
5.19.3.1 Ekor Babi (Lappet).................................................... 240
5.19.3.2 Traveller.................................................................... 240
5.19.3.3 Ring .......................................................................... 241
5.19.3.4 Spindel ..................................................................... 241
5.19.3.5 Pengontrol Baloning (Antinode Ring) ....................... 241
5.19.3.6 Penyekat (Separator) ............................................... 241
5.19.3.7 Tin Roll ..................................................................... 242
5.19.3.8 Proses Pengantihan (Twisting)................................. 242
5.19.3.9 Peroses Penggulungan Benang pada Bobin............ 244
5.19.3.10 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin ..................... 250
5.19.3.11 Proses Doffing .......................................................... 251
5.19.4 Pengendalian Mutu................................................... 251
5.19.4.1 Nomor Benang ......................................................... 251
5.19.4.2 Kekuatan Benang ..................................................... 251
5.19.4.3 Twist Per Inch (TPI)… .............................................. 252
5.19.4.4 Ketidakrataan Benang .............................................. 252

ix
5.19.4.5 Putus Benang ........................................................... 252
5.19.4.6 Grade Benang .......................................................... 252
5.19.5 Susunan Roda Gigi Mesin Ring Spinning ................ 253
5.19.6 Pemeliharaan Mesin Ring Spinning ......................... 255
5.19.7 Perhitungan Regangan............................................. 255
5.19.8 Perhitungan Antihan (Twist) ..................................... 258
5.19.9 Perhitungan Produksi ............................................... 261
5.20 Proses di Mesin Ring Twister ................................... 265
5.20.1 Bagian Penyuapan ................................................... 270
5.20.1.1 Rak Kelos (Creel) ..................................................... 271
5.20.1.2 Pengantar Benang.................................................... 271
5.20.1.3 Rol Penarik ............................................................... 271
5.20.2 Bagian Penggulungan .............................................. 272
5.20.2.1 Ekor Babi (Lappet).................................................... 272
5.20.2.2 Pengontrol Baloning (Antinode Ring) ....................... 270
5.20.2.3 Penyekat (separator) ................................................ 273
5.20.2.4 Spindel ..................................................................... 273
5.20.2.5 Ring .......................................................................... 273
5.20.2.6 Traveller.................................................................... 273
5.20.2.7 Tin Roll ..................................................................... 273
5.20.2.8 Proses Pengantihan (Twisting)................................. 274
5.20.2.9 Proses Penggulungan Benang pada Bobin.............. 276
5.20.2.10 Proses Doffing .......................................................... 281
5.20.2.11 Proses Steaming ..................................................... 282
5.20.2.12 Pemeliharaan Mesin Ring Twister ........................... 282
5.20.2.13 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin ..................... 283
5.20.3 Pengendalian Mutu................................................... 284
5.20.4 Perhitungan Antihan (Twist) ..................................... 285
5.20.5. Perhitungan Produksi ............................................... 286
JILID 2
BAB VI DESAIN ANYAMAN
6.1. Pengertian Desain Anyaman.................................... 288
6.2. Cara Menggambar Desain Anyaman ....................... 288
6.3. Desain dan Motif Kain. ............................................. 292
6.4. Cara Pembuatan Desain Anyaman .......................... 294
6.5. Anyaman Dasar........................................................ 294
6.5.1. Anyaman Polos (Plain, Platt, Taffeta)....................... 294
6.5.2. Anyaman Keper (Twill, Drill) ..................................... 294
6.5.3. Anyaman Satin ......................................................... 295
6.6. Anyaman Turunan .................................................... 295
6.6.1. Turunan Anyaman Polos Langsung ......................... 295
6.6.2. Turunan Anyaman Polos Tidak Langsung ............... 292
6.6.3. Turunan Anyaman Keper ......................................... 292
6.6.4. Turunan Anyaman Satin........................................... 301
6.7. Anyaman Campuran................................................. 302
6.8. Anyaman untuk tenunan rangkap............................. 303

x
6.9. Anyaman Kain Khusus ............................................. 304
6.9.1. Anyaman Dua Muka ................................................. 304
6.9.2. Anyaman Leno ......................................................... 304

BAB VII PROSES PERSIAPAN PERTENUNAN


7.1. Tujuan Proses Persiapan Pertenunan...................... 306
7.1.1 Standar Konstruksi Kain Tenun................................ 306
7.1.1.1 Pengaruh Konstruksi Kain terhadap Proses
Persiapan Pertenunan.............................................. 306
7.1.1.2 Urutan Proses Persiapan Pertenuan........................ 307
7.1.1.2.1 Macam-macam Proses Persiapan ........................... 307
7.1.1.2.2 Macam-macam Proses Pertenunan ......................... 307
7.2. Proses Pengelosan .................................................. 310
7.2.1 Tujuan Proses Pengelosan. ..................................... 310
7.2.2 Bentuk Bobin Kelos .................................................. 310
7.2.3 Mekanisme Gerakan Mesin Kelos............................ 311
7.2.4 Pemeliharaan Mesin Winding .................................. 325
7.2.5 Perhitungan Produksi ............................................... 326
7.3. Proses Pemaletan .................................................... 327
7.3.1 Tujuan Proses Pemaletan ........................................ 328
7.3.2 Bentuk Bobin Palet ................................................... 328
7.3.3 Mesin Palet (Print Winder)........................................ 332
7.3.3.1 Mesin Palet Otomatis ............................................... 331
7.3.3.2 Pemeliharaan Mesin Palet ....................................... 346
7.4. Proses Penghanian .................................................. 346
7.4.1 Tujuan Proses Penghanian ...................................... 346
7.4.2 Cara Penghanian...................................................... 346
7.4.3 Pemilihan Gulungan Benang pada Bobin................. 347
7.4.4 Cara Penarikan Benang ........................................... 348
7.4.4.1 Penarikan Benang Tegak Lurus dengan Poros
Bobin ........................................................................ 348
7.4.4.2 Penarikan Benang Sejajar (segaris) dengan poros
Bobbin ...................................................................... 349
7.4.5 Mesin Hani Seksi Silinder (Cylinder Sectional
Warping Machine) .................................................... 349
7.4.5.1 Bagian-bagian peralatan Mesin Hani Seksi Silinder. 349
7.4.5.2 Proses Penghanian .................................................. 350
7.4.6 Mesin Hani Seksi Kerucut (Cone Sectional Warping
345Machine)............................................................. 350
7.4.6.1 Bagian-bagian Mesin Hani Seksi Kerucut ................ 351
7.4.6.2 Proses Penghanian .................................................. 363
7.4.6.3 Pemeliharaan Mesin Hani ........................................ 388
7.5. Proses Penganjian Benang lusi................................ 389
7.5.1 Faktor-faktor Teknis yang mempengaruhi Benang
Lusi pada Proses Pertenunan .................................. 389
7.5.2 Tujuan Proses Penganjian Benang .......................... 389

xi
7.5.3 Kriteria Proses Penganjian yang Baik ...................... 390
7.5.4 Bahan Kanji .............................................................. 391
7.5.5 Resep Penganjian Benang....................................... 394
7.5.6 Cara Penganjian....................................................... 395
7.6 Pencucukan (Drawing in, Reaching in) .................... 418
7.6.1 Mencucuk dengan Tangan ....................................... 419
7.6.2 Mencucuk dengan Mesin.......................................... 420
7.6.2.1 Bagian Peralatan Mesin Cucuk ................................ 421
7.6.2.2 Alat Perlengkapan Proses Pencucukan ................... 422
7.6.2.3 Persiapan Sebelum Proses pencucukan.................. 427
7.6.2.4 Proses Pencucukan.................................................. 429

BAB VIII PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN


8.1 Perkembangan Alat Tenun....................................... 431
8.1.1 Alat Tenun Tangan ................................................... 431
8.1.2 Mesin Tenun............................................................. 432
8.1.3 Mesin Tenun Teropong Otomatis ............................. 433
8.1.4 Mesin Tenun Tanpa Teropong ................................. 433
8.1.5 Mesin Tenun Multifase ............................................. 433
8.1.6 Kombinasi Tenun dan Rajut ..................................... 434
8.1.7 Peralatan Pembentuk Corak .................................... 434
8.2. Pemilihan Mesin Tenun ............................................ 434
8.2.1 Berdasarkan Jenis Barang ....................................... 434
8.2.2 Berdasarkan Corak Anyaman .................................. 435
8.2.3 Berdasarkan Tingkat Efisiensi yang diinginkan ........ 435
8.2.4 Berdasarkan Corak Warna Pakan............................ 437
8.3. Pembentukan Kain Tenun ........................................ 437
8.3.1 Gerakan Pakan Mesin Tenun................................... 438
8.3.2 Diagram Engkol ........................................................ 440
8.4. Mesin Tenun............................................................. 442
8.4.1 Klasifikasi Mesin Tenun............................................ 442
8.4.2 Fungsi Bagian-bagian Mesin .................................... 444
8.4.3 Rangka Mesin........................................................... 445
8.5 Gerakan Kopling dan Pengereman .......................... 446
8.5.1 Tipe-tipe Penggerak ................................................. 446
8.5.1.1 Penggerak Langsung ............................................... 446
8.5.1.2 Penggerak dengan Kopling ...................................... 447
8.5.2 Kopling...................................................................... 447
8.5.3 Rem .......................................................................... 448
8.5.4 Pengontrol Penggerakan.......................................... 450
8.5.5 Rancangan Penggerak Kopling Pelat Tunggal
Sulzer ....................................................................... 451
8.5.6 Gerakan putaran balik .............................................. 453
8.6. Penggulungan Lusi................................................... 454
8.6.1 Rem Beam Lusi ........................................................ 454
8.6.2 Penguluran Lusi dengan Gandar Belakang.............. 455

xii
8.6.2.1 Penguluran Lusi dengan kendali Pengungkit ........... 456
8.6.3 Penguluran Dua Beam ............................................. 458
8.7 Beam Lusi................................................................. 459
8.8 Gandar Belakang...................................................... 459
8.8.1 Macam-macam Gandar Belakang............................ 459
8.8.2 Penyetelan Gandar Belakang................................... 461
8.9 Penyetekan Tegangan Benang Lusi ........................ 461
8.10 Penggulung kain....................................................... 463
8.10.1 Pengontrol kain dan Benang Lusi............................. 463
8.10.1.1 Batang Silangan (Lease Rod) .................................. 464
8.10.1.2 Pengontrol Lusi Putus .............................................. 465
8.10.1.3 Temple...................................................................... 466
8.10.2 Gerakan Penggulung Kain ....................................... 468
8.10.2.1 Penggulungan Pasif ................................................. 468
8.11 Pembukaan Mulut Lusi dengan Cam ....................... 471
8.11.1 Macam-macam cam ................................................. 471
8.11.2 Gerakan Pembalik .................................................... 472
8.11.3 Positif Cam ............................................................... 473
8.11.4 SIstem Cam dan Kontra Cam................................... 473
8.12 Pembentukan Mulut Lusi dengan Dobby.................. 473
8.12.1 Macam-macam Dobby ............................................. 474
8.12.2 Mekanisme Dobby.................................................... 474
8.13 Mesin Jacquard ........................................................ 475
8.13.1 Mekanisme Mesin Jacquard..................................... 475
8.13.2 Klasifikasi Mesin Jacquard ....................................... 481
8.14 Mekanisme Pengetekan ........................................... 492
8.14.1 Mekanisme Mata Rantai (link) .................................. 492
8.14.2 Mekanisme Cam....................................................... 494
8.14.3 Mekanisme Roda Gigi .............................................. 495
8.14.4 Mekanisme Khusus .................................................. 496
8.15 Penyisipan Pakan..................................................... 496
8.15.1 Penyisipan Pakan dengan Teropong ....................... 496
8.15.1.1 Teropong (Shuttle).................................................... 498
8.15.1.2 Mekanisme Penyisipan Pakan dengan Cam............ 498
8.15.2 Penyisipan Pakan pada Mesin Tenun Tanpa
Teropong .................................................................. 499
8.15.2.1 Penyisipan Pakan Sistem Jet ................................... 500
8.15.2.2 Penyisipan Benang Pakan dengan Rapier............... 501
8.16 Pemeliharaan Mesin Tenun ..................................... 502
8.16.1 Pemeliharaan Mesin Tenun Teropong dengan
Menggunakan Cam/Exentrik .................................... 502
8.16.2 Pemeliharaan Mesin Tenun Teropong dengan
Menggunakan Dobby ............................................... 502
8.16.3 Pemeliharaan Mesin Tenun Teropong dengan
Menggunakan Jacquard ........................................... 503

xiii
8.16.4 Pemeliharaan Mesin Tenun Rapier dengan
Menggunakan Cam/Exentrik ................................... 503
8.16.5 Pemeliharaan Mesin Tenun Projektil dengan
Menggunakan Cam/Exentrik ................................... 503
8.16.6 Pemeliharaan Mesin Tenun Jet dengan
Menggunakan Cam/Exentrik ................................... 504
8.17 Proses Pemeriksaan Kain Tenun.............................. 504

PENUTUP ................................................................................ A1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. B1
DAFTAR GAMBAR ................................................................. C1
DAFTAR TABEL ....................................................................... C14

xiv
DAFTAR ISTILAH / GLOSARI
1. Serat : adalah benda yang perbandingan
panjang dan diameternya sangat besar.
2. Stapel : adalah serat yang mempunyai panjang
terbatas.
3. Filament : adalah serat yang panjangnya berlanjut.
4. Benang : Susunan serat-serat yang teratur ke
arah memanjang dengan diberi antihan.
5. Peregangan : adalah proses penarikan / penggeseran
kedudukan serat-serat dalam sliver
maupun roving
6. Antihan : adalah pilinan atau twist yang diberikan
pada serat atau benang dengan tujuan
untuk memberikan kekuatan.
7. Cam/eksektrik/tapet : adalah peralatan yang dapat merubah
gerak berputar menjadi gerak lurus.
8. Beam : adalah tempat menggulung benang lusi
dengan posisi benang lusi sejajar antara
satu dengan yang lainnya.
9. Shuttle/teropong : adalah alat yang bergerak bolak balik ke
arah lebar kain untuk membawa benang
pakan.
10. Coupling/Cluth : adalah peralatan yang bisa meneruskan
atau memutus gerak putar.
11. Shedding : adalah pembukaan mulut lusi.
12. Taking up : adalah penggulungan kain.
13. Beating Up : adalah gerakan pengetekan.
14. Letting Off : adalah gerakan penguluran lusi.
15. Inserting/Tiking Up : adalah gerakan peluncuran benang
pakan / teropong.

xv
SINOPSIS

Pembuatan benang menggunakan bahan baku yang berasal


dari serat-serat alam atau serat-serat buatan baik yang berupa
stapel atau filamen.

Pembuatan benang ada bermacam-macam cara, tergantung


pada bahan baku yang diolah, namun pada prinsipnya sama, yaitu
membuat untaian serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan
antihan tertentu. Pembuatan benang melalui tahapan : pembukaan
gumpalan serat, penarikan serat-serat, pemberian antihan dan
penggulungan.

Kain tenun dibentuk dengan cara menganyamkan atau


menyilangkan dua kelompok benang yang saling tegak lurus
sehingga membentuk kain tenun dengan konstruksi tertentu.

Prinsip pembentukan kain tenun melalui gerakan : pembukaan


mulut lusi, penyisipan/pakan, pengetekan, penggulungan kain dan
penguluran lusi.

xvi
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN
− Buku ini dikerjakan sebagai sumber informasi untuk siswa SMK
Bidang Keahlian Teknologi Pembuatan Benang dan Pembuatan
Kain Tenun, yang diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih
dalam dan lebih luas sehingga mampu menggambarkan bahan
ajar yang sesuai standar kurikulum.
− Dengan buku ini diharapkan guru bisa atau mampu
mengembangkan bahan ajar dalam bentuk modul yang siap
dipakai oleh guru dan siswa di kelas dan di bengkel-bengkel.
− Tidak semua teknologi yang ada dituangkan dalam buku ini
mengingat luasnya ruang lingkup teknologi dan teknologi yang
sudah diterapkan di industri Pembuatan Benang dan
Pembuatan Kain Tenun di Indonesia.
− Penyajian buku ini belum bisa mencapai tingkat kesempurnaan
yang memadai mengingat keterbatasan sumber informasi dan
waktu penulisan yang sangat terbatas, walaupun demikian
penulis mengharapkan kesempatan untuk bisa
menyempurnakan sehingga dapat mencapai kriteria standar.

xvii
PETA KOMPETENSI
Level
Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Operator Yunior Mengidentifikasi • Menyiapkan
serat tekstil proses
identifikasi serat
• Identifikasi serat
berdasarkan
bentuk fisiknya
• Identifikasi serat
dengan uji bakar
• Identifikasi jenis
serat dengan uji
pelarutan
• Membuat
laporan kerja
• Melaksanakan
aturan
kesehatan dan
keselamatan
kerja
Mengidentifikasi • Menyiapkan
benang tekstil proses
identifikasi
benang
• Identifikasi
benang
berdasarkan
bentuk fisiknya
• Menguji nomor
benang
• Menguji antihan
(twist benang)
• Membuat
laporan kerja
• Melaksanakan
aturan
kesehatan dan
keselamatan
kerja

xviii
Level
Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Membaca dan • Membaca dan
memahami gambar memahami
teknik gambar teknik
Membuka bal serat • Menyiapkan
kapas pembukaan bal
serat
• Membuka bal
serat
• Melaksanakan
aturan dan
keselamatan
kerja
• Membuat
laporan
Melakukan • Menyiapkan
pencampuran serat pencampuran
kapas serat kapas
• Mengambil
gumpalan serat
• Melaksanakan
aturan dan
keselamatan
kerja
• Membuat
laporan
Melakukan • Memeriksa
penyuapan serat kesiapan bahan
secara manual di baku
mesin feeding pada • Mengoperasikan
unit mesin blowing unit blowing
• Melakukan
penyuapan
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
aturan dan
kesehatan kerja
• Membuat
laporan

xix
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Melakukan • Memeriksa kesiapan
penyuapan serat proses
dengan alat • Mengoperasikan unit
otomatis di mesin blowing
feeding unit • Melakukan
blowing penyuapan
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan aturan
dan kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin scutcher mesin scutcher
• Mengoperasikan unit
blowing
• Melakukan doffing lap
• Mengendaliakan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin flat card mesin flat carding
• Mengoperasikan unit
flat carding
• Melakukan doffing
sliver
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan

xx
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin roller card mesin roller carding
• Mengoperasikan unit
roller carding
• Melakukan doffing
sliver
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin drawing mesin drawing
• Mengoperasikan unit
drawing
• Melakukan doffing
sliver
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin lap former mesin lap former
• Mengoperasikan unit
lap former
• Melakukan doffing
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan

xxi
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin ribbon lap mesin ribbon lap
• Mengoperasikan unit
ribbon lap
• Melakukan doffing
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin super lap mesin super lap
• Mengoperasikan unit
super lap
• Melakukan doffing
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin combing mesin combing
• Mengoperasikan unit
combing
• Melakukan doffing
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan

xxii
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin simplex mesin simplex
• Mengoperasikan unit
simplex
• Melakukan doffing
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Mengoperasikan • Memeriksa kesiapan
mesin ring mesin ring spinning
spinning • Mengoperasikan unit
ring spinning
• Melakukan doffing
• Mengendalikan
proses
• Melaksanakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
• Membuat laporan
Operator Mengelos Benang 1. Menyiapkan proses
pengelosan (winding).
2. Mengoperasikan
mesin kelos (mesin
winding)
3. Mengendalikan
proses
4. Melakukan perawatan
sederhana
5. Menangani gulungan
benang hasil kelosan
6. Melaksanakan aturan
kesehatan dan
keselamatan kerja
7. Membuat laporan
pekerjaan

xxiii
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Memberi antihan 1. Menyiapkan proses
pada benang twisting
(proses twisting) 2. Mengoperasikan
dengan mesin mesin twisting (mesin
throwing throwing)
3. Mengendalikan
proses
4. Melakukan perawatan
sederhana
5. Menangani gulungan
benang hasil twisting
6. Melaksanakan aturan
kesehatan dan
keselamatan kerja
7. Membuat laporan
pekerjaan
Menggulung 1. Menyiapkan proses
benang dalam pemaletan
bentuk paletan 2. Mengoperasikan
mesin palet
3. Mengendalikan
proses
4. Melakukan
perawatan sederhana
5. Menangani
gangguan benang
hasil paletan
6. Melaksanakan
aturan kesehatan dan
keselamatan kerja
7. Membuat laporan
pekerjaan

xxiv
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Melaksankan 1. Menyiapkan proses
proses warping
penghaniang 2. Mengoperasikan
(Warping) mesin warping
3. Mengendalikan
proses
4. Melakukan
perawatan sederhana
5. Memotong ujung
benang pada beam
6. Menangani gulungan
benang hasil warping
7. Melaksanakan
aturan kesehatan dan
keselamatan kerja
8. Membuat laporan
pekerjaan
Proses menganji 1. Menyiapkan proses
benang lusi penganjian (Sizing)
2. Mengiperasikan
mesin kanji (mesin
Sizing)
3. Mengendalikan
proses
4. Melakukanperawatan
sederhana
5. Menangani beam
tenun
6. Melaksanakan
aturan kesehatan dan
keselamatan kerja
7. Membuat laporan
pekerjaan

xxv
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Mencucuk benang 1. Menyiapkan
lusi dari beam lusi peralatan
ke Dropper Gun pencucukan
(Heald) dan sisir (reaching)
2. Melakukan persiapan
pencucukan
3. Melakukan
pencucukan benang
lusi
4. Menangani hasil
pencucukan
5. Melakukan
perawatan
sederhana
6. Melaksanakan aturan
kesehatan dan
keselamatan kerja
7. Membuat laporan
kerja
Memasang beam 1. Menyiapkan beam
lusi yang telah lusi yang sudah
dicucuk, dropper dicucuk
rod, kamran dan 2. Memasang beam
sisir pada mesin lusi, kamran, sisir
tenun dan dropper
3. Melakukan
perawatan
sederhana
4. Melaksanakan aturan
kesehatan dan
keselamatn kerja
5. Membuat laporan
kerja

xxvi
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Merawat mekanis 1. Merawat mesin tenun
mesin tenun teropong dengan
teropong yang tapet
menggunakan 2. Perbaikan kerusakan
tappet mekanis mesin tenun
(cam/eksentrik) teropong dengan
dobby
3. Pengoperasian
mesin tenun
teropong dengan
tapet
4. Melaksanakan aturan
kesehatan dan
keselamatan kerja
5. Membuat laporan
kerja
Merawat mekanis 1. Merawat mesin tenun
mesin tenun teropong dengan
teropong yang Dobby
menggunakan 2. Perbaikan kerusakan
Dobby mekanis mesin tenun
teropong dengan
dobby
3. Pengoperasian mesin
tenun teropong
dengan dobby
4. Melaksanakan aturan
dan keselamatan
kerja
5. Membuat laporan
kerja

xxvii
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Merawat mekanis 1. Merawat mesin tenun
mesin tenun teropong dengan
teropong yang Jacquard
menggunakan 2. Perbaikan kerusakan
Jacquard mekanis mesin tenun
teropong dengan
Jacquard
3. Pengoperasian mesin
tenun teropong
dengan Jacquard
4. Melaksanakan aturan
dan keselamatan
kerja
5. Membuat laporan
kerja
Merawat mekanis 1. Merawat mesin tenun
mesin tenun rapier dengan tapet
Rapler yang 2. Perbaikan kerusakan
menggunakan mekanis mesin tenun
tapet rapier dengan tapet
(Cam/Eksentrik) 3. Pengoperasian mesin
tenun rapier dengan
tapet
4. Melaksanakan aturan
dan keselamatan
kerja
5. Membuat laporan
kerja

xxviii
Level Kompetensi Sub Kompetensi
Kualifikasi
Merawat mekanis 1. Merawat mesin tenun
mesin tenun projectile dengan
Projectile yang tapet
menggunakan 2. Perbaikan kerusakan
tapet mekanis mesin tenun
(Cam/Eksentrik) projectile dengan
tapet
3. Pengoperasian mesin
tenun projectile
dengan tapet
4. Melaksanakan aturan
dan keselamatan
kerja
5. Membuat laporan
kerja
Merawat mekanis 1. Merawat mesin tenun
mesin tenun Jet Jet dengan tapet
yang 2. Perbaikan kerusakan
menggunakan mekanis mesin tenun
tapet Jet dengan tapet
(Cam/Eksentrik) 3. Pengoperasian mesin
tenun Jet dengan
tapet
4. Melaksanakan aturan
dan keselamatan
kerja
5. Membuat laporan
kerja

xxix
288

BAB VI Langkah-langkah untuk


mencapai kondisi tersebut
DESAIN ANYAMAN antara lain :
- memilih kawat gun yang
6.1 Pengertian Desain sesuai
Anyaman - menentukan jumlah kawat
gun dalam satu kamran
Selain kehalusan benang, - menentukan jumlah kamran
kerapatan benang dan lebar yang akan dipakai
kain, spesifikasi kain tenun - membuat skema
ditentukan antara lain oleh pencucukan pada droper,
anyaman kain tenun. gun dan sisir
Seperti telah dijelaskan pada - memasang, menyetel
pendahuluan kain tenun peralatan pembukaan mulut
terbentuk oleh silangan antara lusi agar mekanisme
dua kelompok benang yang gerakannya sesuai dengan
membentuk sudut 90º. Struktur rencana tenun atau rencana
silangan-silangan tersebut anyaman
membentuk suatu anyaman
yang disebut kain tenun. Untuk memahami makna suatu
Seorang teknisi pertenunan desain anyaman perlu diketahui
perlu memahami beermacam- batasan-batasan, simbol-simbol
macam anyaman untuk bisa yang lazim tercantum dalam
melaksanakan suatu intruksi suatu gambar anyaman, yang
kerja yang berkaitan dengan merupakan salah satu cara
anyaman. Dalam teknologi untuk membuat suatu desain
pertenunan, anyaman struktur pada kain tenun.
berhubungan dengan sistem
pembukaan mulut lusi, apakah 6.2 Cara Menggambar
menggunakan sistem Desain Anyaman
pembukaan mulut lusi dengan :
- crank Sebelum pembuatan desain
- eksentrik/cam/tappet pada kain tenun, perlu
- dobby dipersiapkan/direncanakan
- jacquard terlebih dahulu rencana tenun
yang biasanya dituangkan
Selain itu pada proses persi didalam bentuk gambar-gambar
apan pertenunan harus sudah anyaman.
mempersiapkan kondisi benang
lusi yang sesuai dengan proses x Tanda-tanda Gambar
selanjutnya dimesin tenun.
- Benang Lusi
289

Dalam anyaman kain tenun, Garis a // b bidang yang terletak


benang lusi digambarkan dalam diantara garis a dan b
bentuk bidang sempit yang menggambarkan 1 helai benang
panjang dan vertikal (tegak). pakan.
Bidang sempit ini dibatasi oleh 2 Cara memberi angka benang-
garis vertikal yang sejajar satu benang pakan selalu dilakukan
terhadap lainnya. dari bawah menuju ke atas.

- Silangan Benang

Lusi dan pakan membentuk


sudut 90º didalam tenunan.
a b Tenunan terjadi karena adanya
silangan-silangan antara
benang lusi dan benang pakan.
Gambar 6.1 Yang dimaksud dengan
Benang Lusi silangan disini ialah
perpindahan dari efek
Garis a // b Bidang yang terletak lusi/pakan atas ke efek lusi
diantara garis a dan b pakan bawah.
menggambarkan 1 helai benang Benang lusi yang terletak diatas
lusi. benang pakan disebut “efek lusi
Cara memberi angka benang- atas”. Tempat persilangan
benang lusi selalu dilakukang antara benang lusi dan benang
dari kiri menuju ke kanan. pakan disebut “titik silang”.
Apabila benang lusi berada
- Benang Pakan diatas benang pakan, titik
silangnya disebut “titik silang
Dalam anyaman kain tenun, lusi”.
benang pakan digambarkan
dalam bentuk bidang sempit Benang lusi
horisontal (mendatar). Bidang Benang pakan
sempit ini dibatasi oleh 2 garis
horisontal yang sejajar satu Titik silang lusi
terhadap lainnya.

a
b Benang lusi

Benang pakan

Gambar 6.2 Gambar 6.3


Benang Pakan Lusi diatas Pakan
290

Benang pakan yang terletak


diatas benang lusi disebut “efek
pakan atas” atau efek pakan.
Apabila benang pakan berada
diatas benang lusi, titik lusi
silangnya disebut titik silang
pakan. pakan

Benang lusi

Benang pakan
silangan
Titik silang pakan
Gambar 6.5
Efek Lusi dan Efek Pakan
Benang pakan
- Angka Loncat

Benang lusi Efek lusi pada benang-benang


lusi sesudah lusi nomor 1
Gambar 6.4 secara berturut-turut selalu
Lusi dibawah Pakan dimulai dengan meloncat
(pindah) keatas sebanyak 1
x Efek (Float) Lusi dan Efek helai (atau lebih) benang
(Float) Pakan terhadap efek benang lusi
sebelumnya.
Yang dimaksud dengan efek
lusi ialah benang lusi yang Banyaknya loncatan atau
berada diatas benang pakan perpindahan efek lusi tersebut
dan terletak diantara 2 silangan dinyatakan dengan sebuah
benang lusi. angka yang disebut angka
Yang dimaksud dengan efek loncat (“V”).
pakan ialah benang pakan yang Contoh :
berada diatas benang lusi dan
terletak diantara 2 silangan 2
benang pakan. Keper
3

- Rapot Anyaman
lusi
Rapot Anyaman disebut juga
silangan pola anyaman.
Yang dimaksud dengan rapot
pakan anyaman ialah satuan terkecil
291

dari lusi dan pakan didalam Yang dimaksud dengan rencana


suatu jenis anyaman, satuan tenun adalah suatu bagan yang
terkecil ini diulangi dengan cara memberi petunjuk tentang
yang sama didalam tenunan, hubungan antara anyaman
baik ke arah vertikal (arah lusi) tekstil, cucukan gun ikatan gun
maupun ke arah horisontal dan cara pengangkatan gun.
(arah pakan). Dengan demikian maka rencana
tenun terdiri dari :
Contoh : - Gambar anyaman
- Cucukan sisir (bagan ini
Anyaman polos, Keper, Satin tidak digambarkan)
dan sebagainya. - Cucukan gun
- Ikatan gun/rencana pena
- Rencana Tenun - Injakan

Gambar 6.6
Contoh Rencana Tenun untuk Rol Kerek dan Dobby

Desain struktur kain tenun Sering digunakan dalam


dibentuk pada saat kain ditenun anyaman polos atau
dengan jalan mengolah faktor- anyaman keper, benang
faktor konstruksi kain. Desain diatur sedemikian rupa
struktur kain tenun dapat untuk membentuk pola
dilakukan dengan cara sebagai seperti strip, kotak-kotak,
berikut : plaid dan sebagainya.
1. Menggunakan beberapa 2. Menggunakan benang yang
macam warna benang : berbeda jenis seratnya.
292

Setiap jenis serat


mempunyai sifat
kenampakan yang berbeda,
dengan menggunakan
benang yang berbeda jenis
seratnya, maka akan
memberikan efek tertentu
pada permukaan kain. Gambar 6.7
3. Menggunakan benang Desain Strip Horisontal
dengan proses pengerjaan
tertentu. 2. Desain Strip Vertikal (arah
ƒ Benang yang diberi twist lusi)
tinggi (benang crepe)
ƒ Benang novelty Desain strip ini banyak terdapat
ƒ Benang teksture dan pada kain lurik, bahan piyama
lain-lain atau kain cele, bentuk strip
terjadi karena perbedaan warna
6.3 Desain dan Motif Kain pada benang-benang lusi.

Pada dasarnya kain tenun


tersusun dari anyaman benang
lusi dan benang pakan yang
letaknya membuat sudut 90º
satu sama lain, sehingga desain
struktur yang dapat dibuat akan
bertitik tolak dari susunan ini.
Desain struktur pada umumnya Gambar 6.8
dapat digolongkan sebagai Desain Strip Vertikal
berikut :
a. Desain polos (over-all) 3. Desain Strip Miring
b. Desain strip, yang terbagi
dalam 5 golongan antara lain : Desain strip terbentuk karena
anyaman, terdapat pada kain
1. Desain Strip Horisontal keper.
(Arah Pakan )

Desain strip ini misalnya


terdapat pada kain ribs. Pada
kain ribs bentuk strip terjadi
karena perbedaan tetal antara
benang lusi dan pakan.
Gambar 6.9
Desain Strip Miring
293

4. Desain Strip teratur Plaid Desain

5. Desain Strip tidak teratur Yang dimaksud plaid desain


adalah kombinasi antara desain
Pembuatan motif strip dapat strip dengan desain kotak.
dilakukan dengan bermacam-
macam cara, yaitu dengan :
ƒ Menggunakan jenis benang
yang berbeda
ƒ Menggunakan jenis
anyaman yang berbeda
ƒ Menggunakan warna
benang yang berbeda
ƒ Menggunakan tetal lusi yang Gambar 6.12
berbeda dan cara lain- Plaid Desain
lainnya
Kedua zigzag dan desain
Desain kotak-kotak (check bayangan
design)
Desain kotak dibagi menjadi 2 Kedua jenis desain ini terbentuk
golongan, yaitu : oleh salah satu jenis anyaman.
- Desain kotak teratur (tiap
kotak berukuran sama)

Gambar 6.10
Desain Kotak Teratur

- Desain kotak tidak teratur


(tidak semua kotak
berukuran sama)

Gambar 6.13
Gambar 6.11 Desain Zigzag dan Desain
Desain Kotak Tidak Teratur Bayangan
294

6.4 Cara Pembuatan Desain


Anyaman

Satu-satunya cara untuk


membuat desain anyaman pada
kain adalah dengan metode
pembuatan gambar anyaman
pada kertas desain.

Desain anyaman tekstil dapat


dibagi ke dalam 5 golongan,
yaitu : Gambar 6.14
Anyaman Polos
6.5 Anyaman Dasar
6.5.2 Anyaman Keper (Twill,
Anyaman dasar merupakan Drill)
anyaman yang dijadikan dasar
atau dalam pengembangannya Anyaman keper memiliki ciri
sehingga diperoleh suatu khusus yang nampak jelas,
struktur anyaman yang lebih yaitu efek garis miring kekiri
rumit atau lebih komplek. atau kekanan, baik efek lusi
Suatu anyaman dasar memiliki maupun efek pakan.
jumlah benang lusi dan benang Dalam satu rapot anyaman
pakan yang paling kecil minimal terdiri dari 3 helai lusi
dibandingkan dengan hasil dan 3 helai pakan.
pengembangannya. Sudut kemiringan garis keper
Anyaman dasar terbagi dalam 3 ditentukan oleh angka loncat.
jenis anyaman, yaitu : Dibawah ini contoh gambar
anyaman keper 5 gun yang
6.5.1 Anyaman Polos (Plain, 4
Platt, Taffeta) ditulis dengan rumus / 1.
1
Anyaman polos merupakan
Arti rumus tersebut adalah :
anyaman dasar yang paling
4
sederhana. Dalam satu rapat ƒ menunjukkan jalan lusi
anyaman polos terdiri dari 2 1
helai lusi dan 2 helai pakan. Ciri dalam 1 rapot, 4 naik – 1
khusus anyaman ini ialah turun.
jumlah titik silang pada kain ƒ / 1 menunjukkan arah
paling banyak, karena kemiringan dan
perbandingan antara lusi naik penggeseran tanda silang
dan lusi turun sama. pada helai lusi berikutnya.
295

6.6 Anyaman Turunan

Anyaman turunan terbagi


menjadi 3 jenis anyaman, yaitu :

6.6.1 Turunan Anyaman


Polos Langsung

Perpanjangan efek lusi (Rib


Lusi/Cannele Lusi)
Gambar 6.15
4
Anyaman Keper /1
1

6.5.3 Anyaman Satin

Ciri khusus anyaman satin ialah


memiliki daya pantul sinar yang
Rib Lusi 2/2
lebih kesan karena
perbandingan antara lusi naik
Rib Lusi 3/3
dan lusi turun relatif lebih besar
atau dengan kata lain jumlah
Gambar 6.17
titik silang dalam satu rapot
Anyaman Rib Lusi
relatif lebih kecil.
Jumlah benang lusi dan benang
Perpanjangan efek pakan pakan
pakan dalam satu rapot minimal
(Rib Pakan/Cannele Pakan)
5 helai.
Dibawah ini salah satu contoh
anyaman satin yang terdiri dari
5 helai lusi dan 5 helai pakan.

Gambar 6.18
Anyaman Rib Pakan
Gambar 6.16
Perpanjangan efek lusi dan efek
Anyaman Satin 5 Gun
pakan (Panama).
296

2
Panama
2

Gambar 6.21
Anyaman Berlubang
(Perforated Fabrics)

6.6.3 Turunan Anyaman


Keper

x Keper Rangkap (Croise


atau Cashmere)
3
Panama
3 Angka diatas dan dibawah garis
Gambar 6.19 pada rumus keper jumlahnya
Anyaman Panama sama.

6.6.2 Turunan Anyaman


Polos Tidak Langsung

2
Keper /1
2

Gambar 6.20
Anyaman Huckback
297

3
Keper /1, yang biasa disebut
2
keper diperkuat hanya dengan
satu buah keper.

211
Keper /1
121

Gambar 6.22
Anyaman Keper Rangkap

x Keper Diperkuat Gambar 6.24


Anyaman Keper Diperkuat
Kalau angka diatas garis pada
rumus lebih besar dari dibawah Keper diperkuat lusi dengan 4
garis, biasa disebut keper buah keper :
diperkuat lusi dan sebaliknya, 3121
angka 1 baik diatas ataupun /1
1 2 11
dibawah garis tidak lagi dipakai.

Gambar 6.23
Anyaman Keper Diperkuat
298

x Herringbone Twill (Keper Tulang Ikan)

3
Dengan dasar anyaman keper rangkap /1
3

Cucukan Gun

Anyaman Rencana Pasak

Gambar 6.25
Rencana Tenun Anyaman Keper Tulang Ikan

- Keper Curam

Keper curam adalah keper yang


mempunyai sudut :

Vt = 2 (63º) l = p/v untuk


lusi genap, l=p untuk lusi ganjil
Vt = 3 (7º) l = p/v bila l
habis dibagi 3, l=p jika
sebaliknya
Vt = 4 (75º) l = p/v bila l Gambar 6.26
habis dibagi 2 dan 4, l=p jika 51
sebaliknya Keper / 2 (63º)
22
299

Gambar 6.27 Gambar 6.28


53 612
Keper / 3 (70º) Keper / 4 (75º)
22 322

Dengan cara yang sama, bisa


dibuat Anyaman Keper landai
dengan sudut :

Vh = 2 (27º)
Vh = 3 (20º) angka loncat arah horisontal
Vh = 4 (15º)

- Anyaman Krepe

Anyaman krepe adalah


merupakan tiruan dari kain
krepe, yaitu kain yang
permukaannya berbutir atau
berpasir, biasanya disebut kain
krepe imitasi.
Ada beberapa metode
pembuatan anyaman krepe,
diantaranya adalah :
Gambar 6.29
Anyaman Gabardine Dengan penambahan efek lusi
3 pada anyaman satin.
Keper / 2 (63º)
2
300

Gambar 6.30
Basis Satin Pakan Teratur 8V3

Gambar 6.32
Gambar 6.31 Anyaman Crepe
Basis Satin Pakan Tidak Teratur dengan Metode Pembalikan
8 gun Anyaman

Dengan penggabungan dua jenis anyaman keper (Zand Crepe).

Gambar 6.33
Anyaman Zand Crepe
301

- Anyaman Armures

Istilah armures biasa digunakan


untuk jenis anyaman yang
permukaan kainnya mempunyai
efek yang lebih menonjol jika
dibandingkan dengan anyaman
crepe. Gambar 6.36
Satin 8V3 Bucksin
Penambahan efek lusi
horisontal, vertikal atau kedua-
keduanya.
Untuk penambahan efek lusi ini
rapot anyaman berubah 2 kali
rapot dasar sesuai dengan arah
penambahan efek lusinya.

Gambar 6.34
Anyaman Armures

6.6.4 Turunan Anyaman


Satin

Turunan anyaman satin yang


terkenal adalah Venetian dan
Bucksin yang merupakan
anyaman satin diperkuat 5 dan
8 gun dengan penambahan 1
efek lusi arah horisontal.

Gambar 6.35
Satin 5V8 Venetian
Gambar 6.37
Anyaman Satin 5V3
Penambahan Efek Lusi
302

Anyaman dasar diatas adalah


Satin 5V3, dengan penambahan
efek lusi secara horisontal,
vertikal dan kedua-duanya
kemudian ditambahkan lagi efek
lusi sesuai dengan motif yang
dikehendaki.

Corckscrew
Gambar 6.39
Istilah anyaman ini basa Satin 8V3
digunakan untuk jenis anyaman
yang merupakan kombinasi Turunan satin ganjil > 7 gun,
antara yang merupakan untuk satin 9,11 dan 13 gun
kombinasi antara anyaman rib P 1
lusi dengan anyaman keper Va = dengan meloncat
2
(Twilled ribs) dengan dasar
satu helai lusi, dengan efek lusi,
pembuatan menggunakan
anyaman satin, anyaman ini 32 43
9 gun , 11 gun dan 13
biasa dikenal sebagai anyaman 22 22
rib miring lusi dengan jumlah
54
lusi ganjil atau genap. gun
22

Gambar 6.38
Satin 7V3
Gambar 6.40
Satin 8V3 (jumlah lusi genap), Turunan Satin Ganjil > 7 Gun
dengan menggunakan dua
angka loncat secara bergantian. 6.7 Anyaman Campuran
Val = 4 (loncat atas ke-1)
Va2 = 5 (loncat atas ke-2) Anyaman campuran merupakan
Vh = 2 (loncat samping) kominasi dari berbagai
Penambahan efek lusi = 8/2 = 4 anyaman, baik antar anyaman
Jumlah lusi dalam 1 rapot = 8 x dasar atau antar kelompok
2 = 16, jumlah pakan tetap anyaman lainnya. Pencampuran
jenis-jenis anaman berorientasi
303

pada keindahan / kenampakan


dan teknologi.
6.8 Anyaman untuk Tenunan
Rangkap

x Kain Rangkap dengan


Ikatan Lusi Atas dan Lusi
Bawah (Self Stitched
Double Cloth)

Kain rangkap atau doble cloth Gambar 6.41


atau biasa disebut kain lapis Anyaman Atas
adalah kain tenun yang dibuat
dari dua buah benang lusi dan
dua buah benang pakan
sekaligus, sehingga menyerupai
dengan pembuatan 2 buah kain
atau lebih sekaligus. Biasanya
kedua lapis kain ini diikat atau
disatukan baik dengan cara
pengikatan lusi, pengikatan
pakan atau kedua-duanya. Jika Gambar 6.42
pembuatan kain rangkap Anyaman Bawah
dilakukan pengikatan hanya
pada satu sisi kain, maka akan
terbentuk kain dua kali lebar,
apabila pengikatannya
dilakukan pada kedua sisi kain
maka akan terbentuk kain
silindris biasanya kain karung
dibuat dengan cara seperti ini.
Tujuan utama pembuatan kain
dua muka dan kain rangkap
adalah untuk membuat kain
yang relatif lebih tebal tapi
masih mempunyai pegangan Gambar 6.43
kain yang lembut. Ikatan Lusi

Lusi bawah mengikat


pakan atas

Lusi atas mengikat


pakan bawah
304

Gambar 6.44
Anyaman Rangkap

6.9 Anyaman Kain Khusus


(Pique, Handuk, Tapestry
dan lain-lain) 6.9.2 Anyaman Leno

6.9.1 Anyaman Dua Muka Anyaman leno adalah anyaman


yang posisi benang lusinya tidak
Kain dua muka atau backed tetap, misalnya :
cloth dibuat dengan - Pada peluncuran pakan ke
menggunakan dua buah benang 1, lusi ganjil dan lusi genap
lusi (kain dobel lusi), atau yang menyilang pakan secara
terbuat dari dua buah benang normal.
pakan (kain dobel pakan). - Pada peluncuran pakan ke
2, lusi ganjil posisinya
Kain handuk adalah termasuk bergeser ke tempat lusi
dari jenis kain dobel lusi, genap, sedangan lusi genap
sedangkan kain dobel pakan akan bergeser ke posisi lusi
yang populer biasanya adalah ganjil.
kain selimut.
Untuk peluncuran pakan ganjil
kejadiannya seperti pakan 1 dan
pakan genap seperti pakan 2.
305

Anyaman leno memiliki struktur


yang lebih kuat daripada
anyaman polos, karena setiap
helai benang pakan seolah-olah
dijepit oleh dua helai benang
lusi.
Anyaman leno biasanya
digunakan untuk kain kelambu
dan untuk membuat pinggirkan
pada mesin tenun tanpa
Gambar 6.45 teropong, agar struktur benang
Silangan Anyaman Leno lusi yang lebih dalam (badan
kain) tidak mudah lepas.
306

BAB VII hal penulisan kadang-kadang


tidak sama unsur-unsur yang
PROSES PERSIAPAN ada pada standar konstruksi
PERTENUNAN kain meliputi :
- Nomor dan jenis benang lusi
Proses persiapan pertenunan - Nomor dan jenis benang
adalah proses menyiapkan pakan
benang lusi dan benang pakan - Tetal benang lusi per satuan
sessuai dengan konstruksi kain panjang
yang akan dibuat yang meliputi - Tetal benang pakan per
nomor benang lusi, nomor satuan panjang
benang pakan, tetal lusi, tetal - Lebar kain
pakan anyaman, lebar kain
sehingga dapat meningkatkan Contoh penulisan
produktifitas dan mutu kain
pada proses pertenunan yang 40' s ct x 30' s ct
setinggi-tingginya. 1. x 45
86 hl /" x 70 hl /"
7.1 Tujuan Proses Persia 2. 40’s ct . 30’s ct , 86 h/” . 70
pan Pertenunan hl/” . 45”
Keterangan :
- Membuat gulungan benang 40’s ct - No. benang lusi Ne 1
dalam bentuk dan volume 40’s, jenis benang
gulungan sesuai dengan cotton
setiap tahap proses 30’s ct - No. benang pakan
persiapan pertenunan Ne 1 30’s, jenis benang
cotton
- Memperbaiki mutu dalam 86 hl/” - Tetal benang lusi 86
sifat fisik maupun psikis helai per inch
benang sehingga dapat 70 hl/” - Tetal benang pakan 70
meningkatkan efesiensi helai per inch
maupun mutu produksi 45” - lebar kain 45 inch
pada proses
pertenunan 7.1.1.1 Pengaruh Konstruksi
Kain terhadap Proses
7.1.1 Standar Konstruksi Kain Persiapan Pertenunan
Tenun
Konstruksi kain tenun sangat
Dalam menentukan standar menentukan dalam proses
konstruksi kain dalam hal persiapan pertenunan karena
penulisan belum ada standar setiap konstruksi kain yang
penulisan yang baku bahkan berbeda perlu mendapatkan
setiap perusahaan tekstil dalam perlakuan yang berbeda pula
307

agar dapat menghasilkan x Proses Perangkapan


produksi kain tenun yang sesuai Benang (Doubling)
dengan standar mutu dan x Proses Pemantap Benang
efesiensi yang (Steaming)
ditentukan/diharapkan. x Proses Penghanian
(Warping)
7.1.1.2 Urutan Proses Persi x Proses Penganjian Benang
apan Pertenunan (Sizning)
x Proses Pencucukan
Urutan persiapan pertenunan (Reaching in)
tergantung konstruksi kain yang x Proses Penyambungan
akan dibuat dan jenis mesin- Benang ( Tying in)
mesin, persiapan dan x Proses Pemaletan Benang
pertenunan yang digunakan dan
bentuk gulungan benang yang 7.1.1.2.2 Macam-macam
akan diproses. Proses Pertenunan
7.1.1.2.1 Macam-macam 1. Proses Pertenunan untuk
Proses mesin tenun Convensional
Persiapan (Shuttle loom)
2. Proses pertenunan untuk
x Proses Pengelosan mesin tenun tanpa teropong
(Winding) (Shuttles loom)
x Proses Penyetrengan (Houk
Reeling)
x Proses Penggintiran Benang
(Twisting)
308

1. Skema proses persiapan pertenunan untuk mesin tenun


Convensional (Shuttle loom)

Benang Single
Bentuk Cone’s

Proses persiapan Proses persiapan


benang lusi benang pakan

Pengelosan Pemaletan

Penghanian

Penganjian

Penyambungan

Pertenunan
Pencucukan Mesin Tenun
Convensional

Gambar 7.1
Skema Proses Persiapan Pertenunan (Shuttle Loom)
309

2. Skema proses persiapan pertenunan untuk mesin tenun tanpa


teropong (Shuttleless loom)

Benang Single
Bentuk Cone’s

Proses persiapan Proses persiapan


benang lusi benang pakan

Pengelosan Pemaletan

Penghanian

Penganjian
Penyambungan
Pertenunan
Pencucukan Shuttless Loom

Gambar 7.2
Skema Proses Pertenunan (Shuttleless Loom)
310

7.2 Proses Pengelosan volume sesuai dengan


kebutuhan proses
Proses pengelosan adalah selanjutnya.
proses membuat gulungan - Meningkatkan mutu dan
benang dalam bentuk dan efesiensi pada proses
volume gulungan sesuai dengan selanjutnya.
kebutuhan proses berikutnya.
7.2.2 Bentuk Bobin Kelos
7.2.1 Tujuan Proses
Pengelosan Bentuk dan ukuran bobin kelos
disesuaikan menurut kebutuhan
- Meningkatkan mutu benang proses selanjutnya dan jenis
yang meliputi kekuatan, benang yang akan diproses.
kerataan, kebersihan Adapun bahan yang digunakan
benang dan sambungan- bobin kelos pada saat ini berupa
sambungan yang kurang kayu, plastik keras dan dapat
baik. berupa karton.
- Meningkatkan mutu
gulungan benang yang x Bobin Kerucut
meliputi kerataan
permukaan, kekerasan, Bobin kerucut ini digunakan
bentuk gulungan benang. untuk menggulung benang yang
- Membuat gulungan benang mempunyai permukaan kasar
sesuai dengan bentuk dan misal benang cotton, campuran.

Gambar 7.3
Bobin Kerucut

x Bobin Cakra

Bobin craka ini digunakan untuk


menggulung benang yang
mempunyai permukaan benang
yang licin misal benang sutra,
filamen.

Gambar 7.4
Bobin Cakra
311

x Bobin Silinder
- Sistem Penggulungan
Bobin silinder digunakan untuk Pasif
menggulung benang yang
mempunyai permukaan benang Pengulungan benang dilakukan
yang kasar. berdasarkan gesekan antara
poros penggulung dengan bobin
kelos. Pada sistem
penggulungan ini kecepatan
penggulungan benang dari awal
sampai gulungan penuh akan
tetap sama, karena kecepatan
penggulungan benang pada
bobin selalu sama dengan
kecepatan putar poros
Gambar 7.5 penggulungan.
Bobin Silinder Kekurangan sistem ini adalah
benang selalu mendapatkan
7.2.3 Mekanisme Gerakan gesekan dengan alat
Mesin Kelos penggulung, sehingga gulungan
sedikit benyak dapat merusak
x Penggulung Benang mutu benang. Oleh karenaitu
sistem penggulungan ini tidak
Berdasarkan cara digunakan untuk benang-
penggulungan benang pada benang yang bermutu tinggi
bobin kelos ada 2 sistem. (benang halus).

Gambar 7.6
Penggulung Pasif
312

Keterangan : Untuk mengatur antara


1. Poros eksentrik kecepatan spindel bobin dengan
2. Eksentrik kecepatan pengantar benang
3. Peluncur pengantar benang dilakukan dengan 2 cara :
4. Poros peluncur - Kecepatan spindel tetap
5. Poros penggulung pada diameter gulungan
6. Poros bobin benang kecil maupun pada
diameter gulungan besar
x Sistem Penggulungan sedangkan kecepatan
Aktif pengantar benang yang
berubah-ubah.
Penggulungan benang
dilakukan pada bobin yang - Kecepatan spindel berubah-
langsung diputarkan oleh ubah, sedangkan kecepatan
spindel bobin. pengantar benang tetap.
Sistem penggulungan ini Sistem pengulungan ini hasil
kecepatan spindel bobin dengan penggulungan pada bobin
kecepatan gerak pengantar terlihat rapi, sehingga pda
benang dibuat sedemikian rupa penarikan benang kembali
sehingga jumlah spiral gulungan tidak mengalami kesulitan.
benang yang diperoleh diatas Tegangan benang teratur
bobin persatuan waktu selalu karena pada waktu proses
konstan, walaupun terjadi pada penggulungan tidak ada
diameter gulungan yang friksi dengan drum maka
berbeda. Dengan demikian benang tidak mengalami
sudut gulungan yang diperoleh gesekan, sehingga
akan berubah pada setiap memperkecil keluarnya bulu
lapisan gulungan. benang.

Gambar 7.7
Penggulung Aktif
313

Keterangan : panjang dari pangkal ke


M. Motor ujung bobin.
1. Puli motor
2. Puli bergerak - Pengantar Bersayap
3. Roda gigi perantara Kunstruk pengantar
4. Roda gigi poros spindel bersayap sama dengan
5. Spindel (gulungan benang) pengantar eksentrik. Roda
6. Roda gigi ganti eksentrik berbentuk
7. Roda gigi poros eksentrik sepasang piring yang
pengantar benang berhadapan, antara kedua
8. Eksentrik pengantar benang piring membentuk celah
9. Pengantar benang sebagai tempat lewatnya
10. Benang Penyuap benang (lihat gambar 7.7).

x Pengantar Benang

Pengantar benang adalah alat


untuk mengantarkan dan
mengatur letak benang
terggulung pada bobin kelos.

Macam-macam Pengantar
Benang
- Pengantar Eksentrik Gambar 7.8
Peletakan benang pada Pengantar Bersayap
bobin kelos dilakukan oleh
peluncur pengantar benang Keterangan :
yang berada pada alur 1. Poros penggulung
eksentrik. Bentuk eksentrik 2. Poros sayap
menentukan bentuk 3. Sayap
peletakan benang pada 4. Bobin
bobin kelos (lihat gambar
7.6) - Pengantar Silinder Beralur
Putaran poros eksentrik Eksentrik
berasal dari poros Bentuk pengantar ini berupa
penggulung dengan drum dengan diameter r 10
perantaraan roda-roda gigi. inch, pada drum terdapat
Berputarnya poros eksentrik, alur yang berfungsi sebagai
peluncur pengantar benang eksentrik pengantar benang
akan bergerak bergeser dan drum ini juga berfungsi
kekanan dan kekiri pada sebagai penggerak atau
porosnya sejauh kurva roda pemutar bobin penggulung
eksentrik dan merupakan benang (lihat gambar 7.8)
314

C = Pandangan silinder
beralur eksentrik
D = Gambaran jalannya
benang dalam gulungan
/ bobin tidak pada satu
tempat

- Pengantar Silinder Beralur


Spiral
Pengantar ini berbentuk
drum berdiameter r 2,5 inch
Gambar 7.9 yang alurnya membentuk
Pengantar Silinder Beralur spiral atau ulir. Drum selain
Eksentrik berfungsi sebagai pengantar
Keterangan : benang juga berfungsi
A = Penampang membujur sebagai penggerak atau
silinder beralur eksentrik pemutar bobin penggulung
B = Penampang melintang benang.

Gambar 7.10
Pengantar Silinder Beralur Spiral

Keterangan : x Pengatur Tegangan dan


Gambar memperlihatkan Pembersih Benang (Tension
silinder beralur dengan masing- Washer)
masing bentuk gulungannya. Fungsi alat ini adalah :
Yang atas bentuk gulungan - Mengatur tegangan benang
coner, yang bawah bentuk pada saat digulung pada
gulungan cheese. bobin agar gulungan benang
mempunyai kekerasan yang
315

cukup sehingga gulungan


benang tidak mudah rusak
dan dapat mencapai volume Gambar 7.11
gulungan yang optimal Pengatur Tegangan dengan Per
sesuai dengan kebutuhan.
- Menghilangkan bagian yang Keterangan :
lemah yaitu bagian benang a. Cakra pengerem
yang mempunyai kekuatan b. Per spiral
dibawah standar yang c. Mur penyetel
ditetapkan, benang akan
putus pada saat diproses. x Pengatur tegangan dengan
- Membersihkan benang dari Cincin
kotoran yang menempel
pada benang.

Sebagai standar besarnya


tegangan berkisar antara 1 – 2
gram. Sebagai alat untuk
mengukur tegangan benang
pada proses pengelosan
disebut Tension Meter. Gambar 7.12
Pengatur Tegangan dengan
x Pengatur tegangan dengan Cincin
Per
Keterangan :
a. Cakra pengerem
b. Cincin pengatur tegangan

Tabel 7.1
Tegangan Benang Proses Pengelosan

No. Benang Besar Tegangan (gram)


Ne 1 Tex
20 29.5 29.5 – 59

30 19.6 19.6 – 39.2

40 14.75 14.75 – 29.5


316

Apabila tidak ada alat pengukur Pada mesin kelos cincin-cincin


tegangan, dapat menghitung sudah diberi warna sesuai
dengan menggunakan berat dengan beratnya. Besarnya
cincin-cincin yang akan tegangan dapat diatur dengan
mempengaruhi tegangan pemberian cincin pemberat
benang. (lihat tabel)

Tabel 7.2
Beban Cincin dalam Pengelosan

Nomor Benang Ne 1 Berat Cincin (gram)


Dibawah 10’s 29.5 – 45.0

10 – 20 23.05 – 29.35

20 – 30 16.75 – 23.05

30 – 40 10.35 – 16.75

40 – 50 7.15 – 10.35

50 – 60 5.0 – 5.7

60 – 80 2.7 – 3.0

80 – 100 1.7 – 2.0

Diatas 100 1.7 – 1.9

Adakalanya bagian benang maupun bagian diameter besar


yang diameternya kecil tapi yang tidak sesuai dengan
kuat, dengan pengaturan standar diameter yang
tegangan ini seperti tersebut ditetapkan maka benang
diatas benang tidak akan putus, tersebut akan diputuskan oleh
akhirnya ikut tergulung. alat ini.
Untuk membuang bagian ini
biasanya pada mesin kelos x Slub Catcher
menggunakan “Electrical Yarn
Cleaner”. Fungsi alat ini adalah untuk
Prinsip kerja dari alat ini memutuskan bagian benang
mengontrol diameter-diameter yang menebal dan sambungan
benang. Bagian diameter kecil benang yang terlalu besar.
317

Jarak celah Slub Catcher dapat


diatur sesuai dengan nomor dan
jenis benang dan kerataan
diameter benang yang
diharapkan.

Macam-macam Slub Catcher Gambar 7.13


Slub Catcher Type Blade
1. Single Blade berbentuk
pisau untuk nomor benang
rendah atau kasar

2. Double Comb berbentuk


sisir atau gergaji untuk
nomor benang sedang
Gambar 7.14
3. Gabungan Blade dan Comb Catcher Type Comb (Sisir)
digunakan untuk benang
halus Sebagai standar jarak Slub
Catcher dapat dilihat pada tabel
dibawah.

Tabel 7.3
Jarak Celah Slub Catcher

Nomor Benang Gauge ( 1100 mm)


Ne 1 Tipe Pisau Tipe Gergaji
Carded 10 70 – 85 80 – 90
Carded 20 55 – 65 65 – 75
Carded 30 45 – 55 55 – 65
Carded 32 40 – 50 50 – 60
Carded 36 40 – 50 50 – 60
Carded 40 36 – 45 45 – 50
Carded 45 33 – 40 40 – 45
Combed 50 30 – 36 35 – 40
Combed 60 25 – 30 20 – 25
318

Alat pengukur jarak Slub Alat untuk mengukur jarak celah


Catcher. Slub Catcher dapat digunakan
“Leaf Gauge”.

Gambar 7.15
Leaf Gauge

Untuk menentukan jarak celah benang, diameter benang dan


Slub Catcher, selain jenis Slub Catcher yang
menggunakan tabel tersebut digunakan dengan
diatas dapat juga menggunakan menggunakan tabel 7.4 jarak
perhitungan berdasarkan jenis celah Slub Catcher.

Tabel 7.4
Jarak Celah Slub Catcher

Jenis Slub Catcher


Jenis Benang
Blade Comb
Carded 1.75 D – 2.25 D 3.0 D

Combed 1.50 D – 1.75 D 3.0 D

Keterangan D :
Diameter benang
319

Diameter benang dapat dihitung a. Berapakah diameter benang


dengan rumus Ashenhurst.
100 % poliester Ne 1 36
Diameter benang kapas :
diameter benang kapas Ne 1
1 0.0356
Ne1 atau
28 Ne1 0,0356
36 = inch
(satuan/seribu inch) 36
= 0,0059 inch
Untuk jenis benang lainnya
perlu diadakan penyelesaian bj kapas = 1.55
karena berat jenis serat kapas
bj poliester = 1.38
berbeda dengan berat jenis
serat lainnya. diameter benang poliester

bj. Kapas 1.55


Ne 1 36 = 0,0059 x
Diameter (ds) = dk 1.38
bj. Sintetis
(100 % Sintetis) = 0,0062 inch
b. Berapakah diameter benang
Diameter Campuran (dc) :
(dk x % Kapas )  (ds x Sintetis ) Campuran Poliester 65 %,
100 Kapas 35 % Ne 1 36 ‘s.

Contoh perhitungan diameter diameter Campuran =


(0,0062 x 65)  (0,0059 x 35)
benang.
100
= 0,0061 inch

Tabel 7.5
Berat Jenis Serat

Jenis Serat bj Serat


Kapas 1.55
Linen 1.50
Wool 1.32
Sutera 1.36
Poliester 1.38
Viscose rayon 1.32
Nylon (polyamid) 1.14
Vinylon (polyvinylon alkohol) 1.30
Polyprophylene 0.9
320

x Tempat benang yang akan Benang yang berbentuk


dikerjakan untaian (steng) dipasangkan
pada Haspel (kincir) lihat
Benang yang akan diproses gambar 7.16.
pada mesin kelos dapat Pemasangan benang pada
berbentuk bobin atau untaian haspel terlebih dahulu
(streng). benang harus dikebut untuk
meluruskan kembali dan
- Haspel (kincir) menghindarkan kusutnya
membelitnya benang satu
sama lain.

Gambar 7.16

Gambar 7.16
Haspel

- Spindel (pasak) Keterangan :


Benang yang berbentuk 1. Pemegang pasak
bobin atau pepercone 2. Spindel pasak
dipasangkan pada pasak 3. Benang Cone’s
(spindel) lihat gambar 7.17.
x Spindel Bobin (Pemegang
Bobin)
Bobin penggulung yang akan
digunakan untuk menggulung
benang dipasang pada spindel
bobin (pemegang bobin) dan
diatur posisinya agar bobin
dapat berputar dengan tenang,
tidak bergetar dan tidak
Gambar 7.17 bergeser atau goyang lihat
Spindel (pasak) (gambar 7.18)
321

Gambar 7.18
Spindel Bobin (Pemegang Bobin)

x Peralatan Otomatis Penjaga Konstruksi peralatan ini


Benang Putus bermacam-macam tergantung
merek dan type mesin kelosnya.
Peralatan otomatis penjaga Dalam hal ini akan disajikan
benang putus ini fungsinya salah satu perlatan penjaga
adalah untuk menghentikan benang putus yang digunakan
penggulungan benang bila pada mesin Kelos Murata Type
terjadi benang putus. 60.

(a)
322

(b)

Gambar 7.19
Otomatis Penjaga Benang Putus

ujung Hammer (7) sehingga


Prinsip cara kerja peralatan : pada waktu Hammer (7)
- Gerakan Hammer berayun keatas akan
Gerakan Hammer ini berasal mendorong Pena (9) yang
dari Pulley (1 dan 2) yang kemudian akan mengangkat
kemudian akan menggerkan Pemegang Bobin sehingga
roda gigi cacing (3 dan 4). gulungan benang akan
Berputarnya roda gigi cacing menjauhi dari Drum dan
tersebut akan menggerakan Handel 910) akan turun
Rod (6) naik turun dengan sehingga proses
perentaraan Engkol (5). penggulungan benang akan
Gerakan Rod akan berhenti.
mengakibatkan Hammer (7)
bergerak berayun. x Peralatan Pengatur
Gulungan Benang Penuh
- Gerakan Peraba (Doffing)
Bila terjadi benang putus, Peralatan ini berfungsi untuk
peraba benang (8) akan menghentikan penggulungan
bergerak turun dan Pena (9) benang bila tebal gulungan atau
ujungnya akan mendekati isi gulungan benang pada bobin
323

telah memenuhi syarat


kebutuhannya. Keterangan :
Untuk mengatur tebal gulungan 1. Drum
atau isi gulungan benang ada 2. Gulungan Benang
beberapa cara : 3. Cincin
- Cincin Penggantung
Cara ini digunakan apabila - Dengan alat ukur
pada mesin Kelos tidak Peralatan ini juga digunakan
dilengkapi dengan perlalatan pada mesin Kelos yang tidak
pengatur gulungan penuh dilengkapi dengan peralatan
atau tebal gulungan yang pengatur gulungan penuh
bekerja secara otomatis. yang bekerja secara
Peralatan cincin dipasang otomatis. Dalam hal ini
tergantung di atas gulungan operator harus selalu
benang, bila permukaan mengontrol tebal gulungan
gulungan benang telah pada setiap gulungan
menyinggung cincin maka benang dengan alat
operator segera meng ukurnya. Bila tebal gulungan
hentikan penggulungan. sudah memenuhi syarat
maka gulungan benang
dihentikan dan diganti
dengan bobin yang kosong.

Gambar 7.21
Pengatur Gulungan Penuh
Gambar 7.20 dengan Alat Ukur
Pengatur Gulungan Penuh
dengan Cincin Penggantung
324

Gambar 7.22
Peralatan Penjaga Benang Kusut

x Peralatan Pembakar Bulu Sebelum benang dimasukkan


Benang pada pengantar benang
dilakukang dahulu kedalam
Peralatan pembakar bulu sebuah peralatan pembakar
benang ini pada umumnya bulu. Bahan bakar yang
dipasang pada mesin Kelos digunakan disini adalah gas
untuk mengerjakan benang- atau listrik, gas ini dibakar
benang yang halus dan didalam sebuah ruangan dan
mempunyai permukaan yang dalam ruangkan ini benang
licin. Benang-benang biasanya dilewatkan.
digunakan untuk pengerjaan Dalam hal ini yang harus
yang prosesnya cepat, misalnya mendapat perhatian adalah
utnik benang rajut lusi (Warp kecepatan jalannya benang
Knitting). Benang-benang ini dengan panas pembakaran
harus melalui gerakan yang harus diatur dengan baik
cepat untuk mendapatkan sehingga benang tidak terbakar
jeratan-jeratan. seluruhnya.
Prinsip pembakaran bulu dapat
diterangkan dengan skema
pada gambar.
325

Gambar 7.23
Peralatan Pembakar Bulu Benang

Keterangan : bobin kerucut biasanya


a. Tabung gas sudutnya adalah 5 - 7º.
b. Ruang gas
c. Ruang nyala api
d. Benang
e. Rol pengantar

x Pengatur Bentuk Gulungan


Benang

Peralatan ini fungsinya adalah :


- Untuk mengatur bentuk
gulungan sehingga sesuai
dengan bentuk gulungan
benang yang diinginkan,
yaitu bentuk silinder maupun
bentuk Cone.
- Untuk mengatur sudut
pangkal gulungan benang
sehingga benang tidak
dapat tergelincir pada
pangkal gulungan benang. Gambar 7.24
Pengatur Bentuk Gulungan
Bentuk gulungan benang ini Benang
diatur oleh pemegang bobinnya
yang telah disesuaikan dengan 7.2.4 Pemeliharaan mesin
besar antara 0 - 10º, untuk Winding.
326

Pemeliharaan pada mesin Perhitungan produksi pada


Winding meliputi : mesin kelos sistem
1. Pembersihan gear end seti penggulungan dengan poros
ap 1 hari. friksi pada dasarnya ditentukan
2. Pembersihan blower setiap oleh kecepatan keliling dari
1 minggu. poros friksi. Namun banyak
3. Pembersihan stop motion, faktor lain yang dapat
creadle, drum shaft setiap 1 mempengaruhi besarnya
bulan. produksi. Salah satunya adalah
4. Pelumasan stoping shaft, faktor slip benang waktu
creadle, swing arm setiap 1 digulung. Berapa besarnya
bulan sekali. faktor slip benang ini tergantung
5. Pembersihan umum setiap 3 dari keadaan bobin, poros
bulan. spindel, pelumasan, tekanan
6. Pelumasan bearing arm bobin terhadap poros friksi dan
setiap 6 bulan. benangnya itu sendiri.
7. Centering peg dan tension Untuk mengetahui rendemem
setiap 9 bulan. atau efesiensi mesin kelos yaitu
dengan menghitung besarnya
produksi teoritis dan besarnya
7.2.5 Perhitungan Produksi produksi sesungguhnya
(produksi nyata) yang dapat
dicapai pada waktu yang sama.

Gambar 7.25
Diagram Poros Friksi

x Produksi Teoritis - Untuk N putaran, maka


panjang benang yang
- Tiap satu putaran silinder digulung
poros friksi, panjang benang
yang digulung L = N (S d ) 2  S 2 (satuan
L = (S d ) 2 + S 2 panjang/menit)

Keterangan :
327

L = Panjang benang yang = 324 meter/menit


digulung
S d = keliling poros friksi Produksi Teoritis satu jam :
S = jarak alur poros friksi 324 x 60 x 20 spindel
N = RPM poros friksi
1,693 x 20' s
Produksi Sesungguhnya = 11482 gram
(Produksi Nyata) = 11,482 kg
Produksi nyata dihitung
berdasarkan penimbangan hasil b. Produksi nyata
pengelosan. 90
= x 11,482 kg
100
- Efesiensi produksi = 10,333 kg
Produksi nyata
= x 100 %
Prouduksi Teroritis 7.3 Proses Pemaletan

Proses pemaletan adalan


Contoh perhitungan :
proses membuat gulungan dari
bentuk hank, cone, silinder atau
Satu unit mesin kelos kapasitas
bentuk yang lainnya menjadi
20 spindel mengerjakan benang
bentuk gulungan palet yang
Ne 1 20’s Cotton dengan data- akan digunakan sebagai benan
data teknis sebagai berikut : pakan pada proses pertenunan.
- diameter poros friksi (d) = (lihat gambar) Bentuk gulungan
10 cm pakan.
- jarak alur (S) = 8 cm Pada proses menenun,
- RPM poros friksi (N) = 1000 gulungan benang pada bobin
palet dipasangkan pada tero
putaran/menit pong (shuttle) yang selanjutnya
benang dari bobin palet ber
Hitunglah : fungsi sebagai benang pakan.
a. Produksi Teoritis 1 (satu) Gulungan benang pada bobin
jam palet harus padat sehingga
b. Produksi Nyata jika efesiensi lapisan-lapisan benang pada
produksinya 90 % bobin palet tidak akan
a. Produksi Teoritis satu menit tergelincir/terlepas pada saat
/ spindel proses menenun yang
L =N (S d ) 2  S 2 kecepatannya tinggi, tetapi
lapisan-lapisan benang tersebut
= 1000 (3.14.10) 2  8 2 hanya terurai lapis demi lapis,
cm/menit sesuai dengan kecepatan
= 32400 cm/menit jalannya teropong (shuttle).
328

Gulungan benang pada proses mudah putus, dengan demikian


pemaletan pada umumnya cacat kain karena benang
menrupakan gulungan sejajar pakan dapat dicegah.
dan bersilang yang bentuk
gulungannya merupakan 1) Tujuan Proses Pemaletan
kerucut pada kedua pangkalnya
atau hanya pada pangkal Tujuan proses pemaletan
bagian akhir saja, yang mana adalah membuat gulungan
tergantung dari type mesin benang pakan dengan volume
palet, macam teropong dan type yang seoptimal mungkin sesuai
mesin tenun yang digunakan. dengan standar ukuran yang
Pada proses pemaletan juga ditetapkan sehingga dapat
terjadi proses penyempurnaan meningkatkan mutu dan
mutu benang, agar pada proses efesiensi produksi pada proses
pertenunan, benang pakan tidak pertenunan.

Gambar 7.26
Bentuk gulungan benang pakan

2) Bentuk Bobin Palet x Bobin Palet Biasa


Bobin palet ini biasanya
Bobin palet yang akan digunakan pada mesin
digunakan pada proses tenun biasa (ordinary) yaitu
pemaletan bermacam-macam mesin tenun yang
tergantung dari jenis dan type pergantian pakan dilakukan
mesin tenun yang digunakan. secara manual.
Bobin palet pada umumnya
dibuat dari kayu atau plastik
yang keras.

\
329

Gambar 7.27
Bobin Palet Biasa

- Bobin Palet Peraba Elektrik logam. Bobin palet ini


Bobin palet pada kepala digunakan pada mesin
bobin terdapat cincin-cincin tenun otomatis pergantian
dan pada bagian palet dengan peraba pakan
pangkalnya dilapisi dengan elektrik.

Gambar 7.28
Bobin Palet Peraba Elektrik

x Bobin Palet Peraba Mekanik pada mesin tenun


- Bobin palet yang pada otomatis pergantian
kepala bobin terdapat palet dengan peraba
cincin-cincin. Bobin ini pakan mekanik.
biasanya digunakan

Gambar 7.29
Bobin Palet Peraba Mekanik
330

- Bobin palet yang pada digunakan pada mesin


bagian pangkal terdapat tenun otomatis
lubang peraba pakan. pergantian teropong
Bobin ini biasanya dengan peraba mekanik.

Gambar 7.30
Bobin Palet Shuttle Change Peraba Mekanik

x Bobin Palet Foto Elektrik pada mesin tenun otomatis


Bobin palet pada kepala pergantian palet atau
bobin terdapat cincin-cincin pergantian teropong dengan
dan pada pangkal bobin peraba foto elektrik.
terdapat lubang-lubang.
Bobin palet ini digunakan

Gambar 7.31
Bobin Palet Peraba Foto Elektrik

3) Mesin Palet (Pirn Winder) - Mesin Palet bak minyak


dengan poros berdiri
Ditinjau dari konstruksi atau - Mesin Palet bak minyak
bekerjanya, mesin palet dapat dengan poros datar/rebah
digolongkan menjadi : - Mesin Palet bak minyak
- Mesin Palet berbentuk tanpa poros
corong - Mesin Palet otomatis
- Mesin Palet dengan rol
kerucut Dalam hal ini akan dijelaskan
- Mesin Palet dengan bak dari salah satu jenis mesin palet
minyak yaitu Mesin Palet Otomatis Merk
MURATA buatan Jepang.
331

7.3.3.1 Mesin Palet Otomatis 115 spindel, sedang spindelnya


selama penggulungan benang
Otomatisasi pada mesin-mesin sampai penuh, bergerak
dikembangkan karena untuk mengelilingi mesin satu kali dan
mengejar produksi yang tinggi diganti dengan palet kosong
dengan menjalankan mesin pada satu tempat tertentu type
pada efisiensi yang tinggi dan mesin tersebut terkenal dengan
membutuhkan pelayanan dari sebutan “Long Quiler” yang
tenan manusia yang sedikit dilengkapi dengan alat
mungkin. penyambung benang putus
Mesin palet otomatis ditandai secara otomatis pada setiap
dengan penggantian bobin palet spindelnya.
penuh dengan bobin palet Mesin palet otomatis dengan 4
kosong secara otomatis, tanpa spindel dikembangkan oleh
mesin berhenti, sehingga Murata dengan type 100’s dan
operator melayani mesin 110’s Fully Automatic Weft Pirn
tersebut hanya pada waktu ada Winder, seperti yang tertera
benang putus, pemasangan pada gambar.
palet-palet kosong dan Pada mesin ini pemasangan
pengambilan palet-palet penuh bobin pada spindelnya dengan
saja. sistem tekan pada kedua ujung
Dengan perkembangan pangkalnya. Sistem
teknologi, otomatisasi semakin penggulungannya yaitu bobin
dikembangkan dan banyak diputar tetap dengan pengantar
sekali macamnya dengan benang bergerak maju mundur
keistimewaan sendiri-sendiri. sambil sedikit demi sedikit
Bahkan kemudian dibuat mesin digeser dari pangkal sampai
palet yang unitnya terdiri dari keujungnya.
332

Gambar 7.32
Full Automatic Weft Pirn Winder Type 110’s Murata

Mekanisme penggeraknya eksentrik, ang terlihat pada


terletak didalam bak minyak, gambar.
terdiri dari roda-roda gigi dan
333

Gambar 7.33
Mekanisme Penggerak Mesin Palet Otomatis
“MURATA” Type 100’s

1. Mekanisme Gerakan Mesin - Gerakan Pengatur Tebal


Palet Otomatis “MURATA” Gulungan (Diameter
Type 100’s. Gulungan)
Pada mesin palet ini terdiri - Gerakan Penggulungan
dari beberapa gerakan Benang Cadangan
yaitu : (Bunching)
- Gerakan Penjalan dan - Gerakan Pengatur
Pemberhenti (Starting And Tegangan
Stopping) - Gerakan Otomatis Benang
- Gerakan Penggulungan dan Putus
Pengantar Benang a. Gerakan Starting And
- Gerakan Otomatis Gulungan Stopping (Penjalan dan
Penuh/Pergantian Palet Pemberhenti)
334

Bila Switch pada “ON” maka Driving Pulley (3595-2). Bila


Elektromotor akan berputar Handel pada posisi mesin
dan jika Handel pada posisi jalan maka Belt akan
mesin ber-Belt akan terletak berpindah dari Loose Pulley
pada Loose Pulley (507), (507) ke Driving Pulley
sehingga Elektromotor akan (3595-2) dan kulit rem akan
tetap berputar dan kulit membuka sehingga mesin
rem(3579) akan mengerem akan jalan.

Gambar 7.34
Starting and Stopping

b. Gerakan Penggulungan dan terpasang pada Spindel


Pengantar Benang akan berputar menggulung
Driving Shaft (505-2) akan benang.
berputar jika Handel pada Spindel (521 dan 515)
posisi mesin jalan, pada mempunyai pengantar
Driving Shaft (505-2) benang yang terpasang
mempunyai Roda Gigi (511) pada poros (613), demikia
yang akan memutarkan pula Spindel (522 dan 515)
Poros Spindel (521,522,515) mempunyai satu pengantar
dengan perantaraan Roda yang terpasang pada poros
Gigi (524,520), bobin yang (613-1).
335

Gambar 7.35
Diagram Mekanisme Gerakan

Kedua poros pengantar sambil bergerak bolak-balik


(613,613-1) digerakkan diputar sedikit demi sedikit
bolak-balik oleh eksestrik oleh gigi (1036) setiap satu
(1044-X) dengan gerakan gerakan bolak-balik.
yang berlawanan arah. Poros pengantar (613) diluar
Eksentrik tersebut kotak diperpanjang oleh spil
diputarkan oleh Driving yang membawa pengantar
Shaft (505-2) dengan benang. Spil-spil
perantaraan Gigi Cacing (Traversebar 614) ini
(512) dan Roda Gigi (1043). mempunyai ulir sepanjang
Untuk penggeseran batangnya.
pengantar benang sedikit Dengan berputarnya
demi sedikit dari pangkal Traverse bar (614)
sampai keujung palet pada pengantar benang akan
poros pengantar (613) bergearak maju sedikit demi
mempunyai gigi panjang sedikit bergeser dari pangkal
yang berhubungan dengan sampai keujung Traverse
gigi (1036), jadi poros (613) bar (614).
336

pengantar benang akan


c. Gerakan Otomatis Gulungan dapat kembali dengan cepat
Penuh kepangkalnya, setelah
Pada bagian depan terjadi pergantian palet yang
Traverse Guide Bracket penuh dengan palet yang
(620), ditekan oleh per (619) kosong maka penggulungan
sehingga apabila gulungan dan pengantar akan mulai
benang sudah penuh maka bekerja lagi.
ujung Traverse Bar Bracket Di bawah pangkal bobin
(620) akan menumbuk pisau yang akan memotong
Shaft Head (58) sehingga benang dari bobin yang
Stop Lever (67) akan telah penuh, yang sudah
mengungkit Traverse Guide dijatuhkan kebawah, yang
(621) keatas terbebas ujungya sebelumnya dijepit
hubungannya dengan ulir diantara spidel dan pengkal
pada Traverse Bar (620) bobin.
dan dari kekuatan Per tadi
337

Gambar 7.36
Otomatis Gulungan Penuh
338

Gambar 7.37
Gerakan Pergantian Palet

d. Gerakan Pengatur Tebal akan menghasilkan diameter


Gulungan yang lebih besar dari pada
Seperti diketahui bahwa benang halus.
benang pakan harus Untuk mempercepat dan
digulung dalam palet memperlambat pergeseran
dengan diameter yang pada mesin diperlengkapi
besarnya tertentu, yaitu dengan Adjusting Hand
sesuai dengan teropong Wheel (571) yang
yang digunakan dan nomor mempunyai angka skala.
benangnya. Makin besar angka skala
Apabila nomor benang yang yang distel pada adjustment
dipalet diganti atau dirubah, wheel (571), berarti makin
maka untuk mencapai cepat pergeseran pengantar
diameter gulungan yang benang tersebut.
sama, perlu diadakan Pada Spidle (521)
perubahan kecepatan mempunyai Gigi Cacing
geseran dari pengantar (525) yang akan
benang. memutarkan Feed Worm
Untuk benang-benang yang Wheel (553) dan pada gigi
lebih kasar memerlukan tersebut mempunyai pena
pergeseran yang lebih cepat yang dapat membawa
dari pada benang-benang Ratchet Feed Lever (549)
yang lebih halus. Sebab dan memutarkan Feed
apabila pergeserannya Ratchet Wheel (532).
sama, benang-benang kasar Jumlah gigi Ratchet yang
339

diputarkan tergantung skala tinggi, maka


kedudukan Ratchet Feed kedudukan Ratchet Feed
Lever (549). Kedudukan Lever (532) akan dapat
Ratchet Feed Lever dapat memutarkan jumlah gigi
diatur dengan menyetel Ratchet lebih banyak,
Adjust Handle Wheel (571), sehingga pergeseran
bila Adjust Handle Wheel benang lebih besar.
(571) distel pada angka

Gambar 7.38
Pengatur Tebal Gulungan

e. Gerakan Penggulung diperlegkapi dengan


Benang Cadangan peralatan otomatis
Gulungan cadangan benang pergantian palet (Cop
ini diperlukan apabila mesin Change) atau pergantian
tenun yang digunakan teropong (Shuttle Change).
340

Gulungan benang cadangan balik (Traverse


ini disebut “Bunch”, Ada 2 Bunching), dimana
macam bentuk Bunch yaitu : benang digulung diatas
1. Penggulungan setempat palet dengan pengantar
(Traverseless Bunching), benang bergerak bolak-
dimana benang balik.
digulungan diatas palet Panjang benang cadangan ini
dengan pengantar tergantung lebar sisir mesin
benang tidak bergerak tenunnya (ukuran mesin) yaitu 3
bolak-balik. kali lebar sisir ditambah 70 cm.
2. Penggulungan dengan
gerak pengantar bolak-

Gambar 7.39
Gulungan Benang Cadangan “Bunch”

(A)
341

(B)

(C)
342

(D)

Gambar 7.40
A, B, C, D, E. Peralatan Gerakan Gulungan Benang Cadangan
(Bunch)

Gerakan pengatur panjang Holder (621) akan berhubungan


gulungan cadangan ini pusat dengan ulir Traverse Bar (611)
gerakannya adalah dari Poros sehingga pengantar benang
Eksentrik Pengantar benang akan bekerja menggeser
(1044-X), dengan perantaraan benang.
Layer Locking Gear (1045-1),
Layer Locking Cam (526) Bunch f. Pengatur Tegangan
Motion Gear (546), Connecting Benang yang akan digulung
Lever (603) yang akan pada mesin palet berbentuk
memutarkan Ratchet Wheel coner dipasangkan pada
(592). pegangan. ujung benang
Pada saat mulai penggulungan ditarik dilewatkan pada
benang cadangan, setiap satu pengatur tegangan dan
kali putaran dari Bunch Motion peraba otomatis benang
Gear (546) akan menggerakkan putus (compensator).
gigi ratchet satu gigi, pada Fungsi pengatur tegangan
ratchet mempunyai nock yang adalah :
makin lama nock tersebut 1. Mengatur tegangan benang
mendekati Pawl Bracket (585) agar benang mendapat
dan akan megangkat Pawl tegangan dan kekerasan
Bracket sehingga Half Nut Piece gulungan yang cukup atau
343

sesuai dengan standar efesiensi pada proses


tegangan atau kekerasan pertenunan.
gulungan yang ditetapkan
sehingga gulungan benang Standar tegang pada proses
tidak mudah rusak pada pemaletan berkisar antara 1 – 2
proses pertenunan. Selain gram/tex.
itu juga untuk menghasilkan Untuk mengatur tegangan
volume atau panjang benang pada proses pemaletan
benang yang optimal. dapat dilakukan dengan
2. Meningkatkan mutu benang mengatur kekerasan per spiral
dalam hal kebersihan dan yang menjepit piringan atau
menghilangkan bagian ring/cincin pemberat pengatur
benang yang lemah tegangan.
sehingga dapat Alat pengatur tegangan dapat
meningkatkan mutu dan dilihat pada gambar 7.41.A, B,
C, D, E.

Gambar 7.41 A
Pengatur Tegangan Tension Washer
344

Gambar 7.41 B
Pengatur Tegangan

Gambar 7.41 C
Pengatur Tegangan Pegas
(Per Spiral)
345

Gambar 7.41 D
Pengatur Tegangan
(Per Spiral)

Gambar 741 E
Arah Jalan Benang pada Pengatur Tegangan
346

7.3.3.2 Pemeliharaan Mesin silinder, cakra, yang


Palet. ditempatkan pada rak hani
Pemeliharaan pada mesin Palet (creel).
meliputi : Kalau jumlah benang yang akan
1. Pembersihan spindle setiap ditenun sedikit misalnya untuk
hari. membuat kain pita atau
2. Pembersihan tension device permadani, maka benang lusi
setiap hari. tidak perlu dihani tetapi dapat
3. Pembersihan sensor benang langsung ditarik dari rak hani
putus setiap hari. (creel) dan terus ditenun asal
4. Pembersihan motor dengan jumlahnya lusi lebih dari kecil
V beltnya setiap hari. atau paling banyak sama
5. Pembersihan bagian penyua dengan kapasitas rak hani.
pan setiap hari.
6. Pelumasan return catch, 7.4.2 Cara Penghanian
tension reeleace crank cam
roll,turn crank,bronze roll Benang lusi ditinjau dari
and chain, tension device kekuatannya untuk ditenun ada
setiap 20 hari. yang sudah memenuhi syarat,
7. Pelumasan tension pulley misalnya benang double
lever setiap 1 bulan. (benang gintir) atau benang
8. Pelumasan bunch builder yang sudah dikanji, dan ada
case,tension pulley lever juga yang belum memenuhi
bolt,gear box,threader head, syarat, misalnya benang single.
conter tip holder setiap 5 Oleh karena itu benang single
bulan. harus diperkuat dulu dengan
dikanji sebelum ditenun.
7.4 Proses Penghanian Maka berdasarkan tersebut di
(Warping) atas, maka cara penghanian
dapat digolongkan sebagai
7.4.1 Tujuan Proses berikut :
Penghanian x Penghanian langsung dari
bobin yang ditempatkan
Tujuan proses penghanian pada rak hani ke bum tenun
adalah untuk menggulung tanpa melalui larutan kanji.
benang lusi dengan arah x Penghanian sementara :
gulungan sejajar pada bum hani - Menghani langsung dari
(bum lusi) atau (bum tenun). bobin-bobin yang
Benang yang akan digulung ditempatkan pada rak hani
dapat berasal dari gulungan ke bum lusi atau bum hani,
benang bentuk kerucut (cone), kemudian dari beberapa
347

bum hani setelah melewati  Panjang benang harus lebih


larutan kanji. panjang dari panjang kain
- Menghani langsung dari yang akan dibuat.
bobin-bobin yang  Permukaan gulungan
ditempatkan pada rak hani benang pada bum tenun
ke bum hani setelah harus rata.
melewati larutan kanji.  Piringan bum tenun tegak
Kemudian dari beberapa lurus dengan pika bum.
bum hani ( warp beam)  Kedua piringan bum tenun
dilakukan terpasang simetris pada
penggulungan/penyatuan pipa bum tenun atau sisa
kebum tenun. ujung pipa bum tenun di luar
Pada proses penghanian piringan kanan dan kiri sama
dilakukan proses penggulungan panjang.
dengan : panjang tertentu, lebar
tertentu, jumlah lusi tertentu dan 7.4.3 Pemilihan Gulungan
tegangan yang sama. Yang Benang pada
kesemuanya hal tersebut Bobin
disesuaikan dengan rapot
hanian atau harus sesuai Pada proses penghanian,
dengan persyaratan kain yang gulungan benang yang akan
akan dibuat. dihani dapat langsung berasal
Persyaratan gulungan benang dari pabrik pemintalan.
pada bum tenun yang iap/baik Gulungan benang dari
untuk digunakan : pemintalan dapat langsung
 benang-benang yang digunakan pada proses
digulung harus sama penghanian dan ada yang di
panjang rewinding terlebih dahulu
 letak benang-benang yang sebelum digunakan.
digulung harus sejajar Gulungan benang yang berasal
 benang yang digulung pada dari pabrik pemintalan dan
bum tenun harus seoptimal langsung digunakan pada
mungkin proses penghanian mempunyai
 gulungan benang pada bum kelemahan-kelemahan sebagai
hani/tenun mempunyaii berikut :
kekerasan yang cukup atau x Besar gulungan benang
setiap lapis gulungan kadang-kadang tidak sama,
benang mempunyai sehingga penggantian
tegangan yang sama gulungan benang sering
 Lebar benang pada bum dilakukan dengan waktu
tenun harus lebih lebar dari habis yang tidak sama,
pada lebar cucukan pada dengan demikian maka
sisir tenun. stppage (berhentinya mesin)
348

akan meningkat dan berbentuk silinder dan


efisiensi akan turun. penerikan seperti ini mempunyai
x Gulungan benang yang tidak kelemahan sebagai berikut :
sama besar akan x Kecepatan penarikan
mengakibatkan tegangan benang tidak dapat tinggi,
tidak sama selama karena bobin ikut berputar,
penghanian. sehingga kalau
x Penggantian gulungan kecepatannya tinggi bobin
benang yang sering akan bergelar dan akan
dilakukan akan mengganggu kerataan
mengakibatkan benang.
memperbanyak sambungan x Tegangan benang selama
benang dan akan proses tidak sama.
mempengaruhi mutu Tegangan yang terjadi pada
(kwalitas) kain. Sambungan waktu diameter gulungan,
yang banyak akan berbeda dengan pada waktu
memperbesar kemungkinan diameter gulungan
benang putus lagi karena mengecil.
sambungan yang kurang x Karena massa gulungan
baik. benang, maka diperlukan
x Kesalahan yang terjadi di gaya tarikan yang besar.
pemintalan akan terbawa ke Jika gaya tarikan yang
bum tenun, sehingga akan diperlukan ini melampaui
mengganggu proses kekuatan benangnya, maka
penenunan dan akan benang akan putus.
menurunkan mutu kain. x Jika penarikan benang
berhenti, gulungan benang
7.4.4 Cara Penarikan Benang akan terus berputar karena
adanya gaya centrifugal.
Ada dua cara penarikan benang Keadaan ini akan
dari bobin yang ditempatkan menimbulkan kesulitan pada
pada rak hani (creel) : proses penghanian.
x Volume gulungan benang
biasanya kecil, sehingga
harus sering mengganti
bobin, yang mengakibatkan
7.4.4.1 Penarikan Benang stppage besar dan efisiensi
Tegak Lurus dengan turun.
Poros Bobin
Walaupun cara penerikan
Cara penarikan seperti ini tersebut di atas mempunyai
biasanya digunakan pada kelemahan, kadang-kadang
gulungan benang yang masih dilakukan pada keadaan
349

tertentu misalnya untuk


membuat kain yang 7.4.5 Mesin Hani Seksi
menggunakan benang-benang Silinder (Cylinder
filamen atau benang-benang Sectional Warping
mempunyai permukaan licin Machine)
sehingga gulungan benang
dibuat dalam bentuk bobin Mesin hani ini proses
cakra di samping itu bila jumlah penghaniannya dilakukan
pesanan kain kecil atau dengan membagi benang lusi
perusahaan-perusahaan kecil. menjadi seksi-seksi. Misalnya
benang lusi yang harus dihani
7.4.4.2 Penarikan Benang 6000 helai dengan lebar 180
Sejajar (Segaris) cm, maka proses
dengan Poros Bobin penghaniannya dilakukan
dengan membagi benang-
Cara penarikan seperti ini benang lusi tersebut menjadi
biasanya digunakan pada 10 seksi setiap seksi terdiri dari
gulungan benang yang 600 helai dengan lebar 18 cm.
berbentuk kerucut (cone), cara Kemudian dari 10 bum hani
penarikan ini lebih baik dari disatukan ke dalam bum tenun
pada cara penarikan yang tegak dengan lebar bum 180 cm
lurus dengan poros bobin, menggunakan ”Beaming
karena beberapa kelemahan- Machine”.
kelemahan tersebut di atas
dapat diatasi/dihilangkan.

7.4.5.1 Bagian-bagian Peralatan Mesin Hani Seksi Silinder

(a) Gambar perspektif


350

(b) Pandangan samping dan atas mesin

Gambar 7.42
Cylinder Sectional Warping Machine

Keterangan : oleh penggeraknya, sehingga


1. Creel untuk menjaga agar tegangan
2. Sisir silang benang pada bum hani selalu
3. Sisir Ekspansi tetap sama, baik pada waktu
4. Bum hani diameter gulungan benang pada
bum hani kecil maupun besar,
7.4.5.2 Proses Menghani pada mesin tersebut
diperlengkapi peralatan
Gulungan benang yang telah pengatur kecepatan putar bum
siap dikerjakan dipasang pada hani. Apabila diameter gulungan
rak hani (creel) (1) sesuai benang bertambah besar,
dengan corak lusi yang telah kecepatan putaran bum hani
direncanakan. semakin lambat.
Ujung-ujung benang dari creel Gulungan-gulungan pada bum
ditarik kemudian dilewatkan sisir hani kemudian disatukan dan
silang (2) yang berfungsi untuk digulung pada bum tenun
mensejajarkan setiap helai menggunakan mesin Beaming.
benang. Selanjutnya benang
dilewatkan pada sisir ekspansi
(3) kemudian digulung pada
bum hani (4). Bum hani
diputarkan secara langsung
351

7.4.6 Mesin Hani Seksi Kelemahan dari mesin ini


Kerucut (Cone adalah :
Sectional Warping  Panjang dan tegangan
Machine) benang pada bum kadang-
kadang tidak sama besar.
Proses penghanian dilakukan  Kurang tepat untuk masa
dengan menggulung benang- produksi (produksi besar-
benang lusi dalam bentuk band- besaran).
band (tapes) pada tambur
(tromel). Band-band benang lusi
tersebut digulung berjajaran 7.4.6.1 Bagian-bagian mesin
satu dengan lainnya, sehingga hani seksi kerucut
selebar bum tenun. Banyaknya
benang lusi yang digulung x Rak Hani (Creel)
dalam seluruh band-band x Sisir Silang (Leasing Reed)
tersebut, sama dengan jumlah x Mesin Hani (Warping
benang lusi yang diperlukan. Machine)
Banyaknya benang-benang lusi x Mesin Penggulung Bum
pada tiap-tiap band dapat sama (Beaming Machine)
dan juga dapat tidak sama.

Gambar 7.43
Skema Mesin Hani Seksi Kerucut

Keterangan : 2. Rol Pengantar


1. Creel (Rak Hani) 3. Sisir Silang
352

4. Rol Pengantar Kapasitas Creel 200 sampai


5. Sisir Hani 500 bobin dan tidak
6. Rol Pengantar diperlengkapi dengan alat
7. Rol Pengantar penjaga benang putus dan alat
8. Drum (Tambur) pengatur tegangan benang
9. Rol Pengantar sehingga tidak digunakan pada
(Penegang) mesin hani yang mempunyai
10. Bum Tenun kecepatan yang tinggi.
Dengan demikian Creel bentuk
V ini hanya digunakan untuk
1) Creel (Rak Hani, Rak jumlah produksi yang kecil.
Kelosan)
b) Creel berjajar ke belakang
Creel ini fungsinya adalah untuk
menempatkan gulungan benang Creel ini pada umumnya
(kelosan) yang akan dihani. digunakan untuk massa
Macam-macam bentuk rak hani produksi (produksi yang lebih
(Creel) : besar dan dapat digunakan
a) Creel bentuk V untuk mesin hani yang
mempunyai kecepatan yang
Creel bentuk V ini gulungan tinggi. Pada Creel diperlengkapi
benang yang akan dihani pada dengan alat pengatur
umumnya bentuk silinder atau tengangan/pembersih benang
Cakra dengan penarikan tegak dan juga diperlengkapi dengan
lurus dengan sumbu bobin. alat penjaga benang putus.

Gambar 7.44
Creel tanpa Spindel Cadangan
353

Gambar 7.45
Creel dengan Spindel Cadangan

Gambar 7.46
Creel dengan kereta dorong
354

Gambar 7.47
Creel bentuk V

Bagian-bagian peralatan yang dan tidak terganggu oleh


penting pada Creel : gulungan benang pada
 Spindel Bobin cones, dengan kata lain
Spindel Bobin dipasang penarikan benang berjalan
pada pemegangnya dalam dengan lancar.
kedudukan yang kuat Dalam hal ini juga
sehingga kedudukan ditentukan jarak antara
gulungan benang pada ujung gulungan benang
waktu mesin jalan tidak dengan pengantar benang
goyang. (pengatur tegangan)
Jarak Spindel bobin yang sebagai standar ditetapkan
satu dengan lainnya diatur dengan jarak 30 cm.
bila gulungan dipasang pada Dalam menetapkan jarak
spindel bobin permukaan tersebut, poros cone benang
gulungan benang tidak atau ujung spindel harus
saling bersinggungan dan lurus dengan lubang dari
balooning yang terjadi dari pengatur tegangan.
penarikan benang akan baik
355

Gambar 7.48
Cara Penempatan Spindel dan Pengantar Benang
(Pengatur Tegangan)

 Peralatan Pengatur Macam-macam alat


Tegangan pengatur tegangan :
Pengatur tegangan adalah Bentuk dari alat pengatur
pengantar benang yang tegangan tergantung dari
pertama yang dilalui benang bahan benang yang
dari bobin (gulungan dikerjakan.
benang). x Pengatur tegangan type
Sesuai dengan namanya universal
alat ini berfungsi untuk Pada type ini benang
mengatur tegangan benang dilewatkan pada beberapa
sehingga seluruh benang pena sehingga jalannya
mempunyai tegangan yang tidak lurus, beberapa pena
sama. Seperti halnya dalam sehingga jalannya tidak
mengatur tegangan benang lurus, beberapa pena diberi
dalam mesin kelos, dalam cincin pemberat. Untuk
mesin hani juga benang- mengatur tegangan dapat
benang diatur tegangannya dilakukan dengan cara :
dengan alat pengatur - Mengatur berat cincin
tegangan yang - Mengaur kedudukan pena
mempergunakan cincin atau
pemberat.
356

Gambar 7.49
Pengatur Tegangan type Universal

x Pengatur tegangan type cincin pemberat sehingga


kapas untuk mengatur tegangan
Type ini dimaksudkan yang benang dapat diatur dengan
umum dipergunakan untuk menambahkan atau mengu
benang kapas. Namun rangi berat cincin sehingga
demikian dapat juga diper mendapatkan tegangan
gunakan untuk benang-be benang yang diinginkan.
nang dari serat buatan.
Pada prinsipnya alat penga
tur tegangan adalah sama
hanya beda konstruksinya.
Yang membedakan bentuk
adalah karena benang-
benang mempunyai sifat
yang berbeda dari masing-
masing macam bahannya
sehingga sesuai dengan
sifat itu maka diperlukan
peralatan yang khusus.
Pengatur tegangan type ini Gambar 7.50
juga diperlengkapi dengan Pengatur Tegangan Type
Kapas
357

Sisir silang ini pada


Untuk mendapatkan penarikan umumnya digunakan untuk
benang yang baik pada waktu pengahanian dengan
terjadi proses penghanian, ketetalan lusi rendah dan
sehingga balooning yang terjadi tidak memerlukan pengajian
tidak terganggu oleh gulungan setelah penghanian.
benang yang lain maka
pemasangan pengantar benang
(pengatur tegangan) diatur
sebagai berikut :
x Poros spindel harus lurus
dengan lubang pengantar
benang.
x Ujung spindel dengan
pengantar benang berjarak
+ 30 cm.

2) Sisir Silang

Pada mesin hani seksi kerucut


sisir silang berfungsi untuk Gambar 7.51
memisahkan antar benang yang Sisir Silang dengan 2 Silangan
satu dengan lainnya, sehingga
letak benang dalam band-band  Sisir silang ganda
selalu tetap seperti yang telah Sisir silang ini digunakan
ditentukan dalam raport hanian untuk membantu pemisahan
dan benang supaya terletak benang-benang pada mesin
sejajar tidak menyilangkan pada penganjian atau pada mesin
waktu di mesin tenun. tenun yang menggunakan
a) Macam-macam sisir silang benang-benang lusi dengan
ketetalan yang tinggi.
Sisir silang ada beberapa Pemisahan benang dengan
macam, tergantung pada sisir silang ganda ini bisa
pemisahan benang yang terdiri dari 3, 4, 5 atau 6
diinginkan. silangan tergantung dari
 Sisir silang dengan 2 jenis sisir silang ganda yang
silangan benang digunakan.
358

Gambar 7.52
Sisir Silang Ganda

b) Bagian-bagian peralatan sisir silang

Gambar 7.53
Peralatan Sisir Silang
359

Untuk membuat silangan sisir silang dengan perantaraan


benang dengan menaikturunkan lever (13)

Gambar 7.54
Jalan Benang pada Sisir Silang

c) Penarikan benang-benang mempunyai nomor urut yang


dari creel betul dan tidak akan tertukar,
penarikan benang-benang dari
Seluruh gulungan benang creel sampai pada sisir silang
dalam creel ujung benangnya ada 2 macam cara penarikan
ditarik ke depan creel dan yaitu :
gulungan benang disusun  Penarikan datar (horizontal)
berderet dalam satu bidang Benang nomor 1 paling kiri
dengan dilewatkan pada depan berasal dari gulungan
peralatan pengatur benang paling belakang
tegangan/pembersih benang, tingkat A nomor 20 adalah
pengantar benang yang benang terakhir paling depat
dilengkapi dengan penjaga dari deret tingkat a.
benang ptus kemudian Selanjutnya pindah creel ke
dilakukan pada sisir silang. dua sebelah kanan dimulai
Agar tidak sulit untuk dari benang no. 201 paling
menyambung benang bila kiri depan dari tingkat j dan
terjadi benang putus dan no. 220 adalah benang
mencari gulungan benang mana terakhir paling belakang.
yang terganggu kelancarannya,
maka penempatan gulungan
benang diberi nomor urut
menurut cara penarikannya,
sehingga deret benang di depan
360

berakhir pada baris paling


 Penarikan tegak (vertikal) depan (191 – 200). Untuk
Dalam penarikan tegak, rak sebelah kanan, urutan
benang ditarik baris demi dimulai dari baris depan ke
baris sebagai berikut : belakang dari atas ke bawah
Untuk rak sebelah kiri urutan (201 – 210). Selanjutnya
dimulai dari kelos paling bergeser satu baris ke
belakang atas ke bawah ( 1- belakang dan seterusnya
10 ) selanjutnya bergeser sehingga berakhir pada
datu baris ke depan baris paling belakang (301 –
seterusnya sehingga 400)

Gambar 7.55
Penarikan Datar

Gambar 7.56
Penarikan Tegak

3) Mesin Hani (Warping Proses penghanian pada mesin


Machine) hani seksi kerucut ini, benang-
benang yang ditarik dari creel
361

mula-mula melalui sisir silang Nomor sisir yang digunakan


kemudian melalui bagian-bagian pada mesin hani biasanya
mesin hani dengan urutan rendah yaitu no. 30
sebagai berikut : sehingga untuk pencucukan
benang pada sisir hani akan
 Sisir hani lebih banyak bila
Sisir hani berfungsi untuk dibandingkan pencucukan
mengatur lebar lusi, pada sisir tenun.
sehingga sesuai dengan Untuk menyesuaikan jumlah
lebar band lusi yang benang dalam persatuan
dikehendaki. panjang yang sama dengan
x Macam-macam sisir hani rencana dalam tenunan
1. Sisir hani lurus maka dalam sisir hani
2. Sisir hani bentuk V biasanya dimiringkan
3. Sisir hani bentuk kipas sisirnya atau distel sudutnya
untuk sisir bentuk V dan
dikebawahkan atau
kebawahkan untuk sisir
berntuk kipas.

Contoh perhitungan

- Jumlah benang dalam 1


band 600 helai
- Lebar lusi dalam 1 band
10 inch
Gambar 7.57 - Nomor sisir yang digunakan
Sisir Hani No. 30
Penyelsaian :
x Penomoran sisir hani
Penomoran sisir hani sama - Jumlah lubang sisir dalam
dengan sisir tenun yaitu 10 inch
nomor sisir menyatakan 30
u 10 150 lubang
jumlah lubang (celah) sisir 2
dalam 2 inch. Misal, sisir - Jumlah benang dalam 1
hani no. 30 artinya setiap 2 lubang
inch jumlah lubang sisirnya 600
ada 30 lubang. 4 helai
150
x Cara pencucukan benang
pada sisir hani
362

Pada waktu band lusi pertama fungsinya untuk menentukan


akan digulung pada drum yang panjang lusi pada
terlebih dahulu sudah dipasang penghanian band pertama
silangan setelah menempuh sedang band yang kedua
pada kayu drum maka lebar dan seterusnya panjang
band akan lebih dari 10 inch, hanian digunakan
dengan demikian untuk penghitung putaran drum
mengatur supaya lebar band (revolution counter).
tersebut tepat 10 inch maka  Drum (tambur, tromel)
harus mengatur kedudukan sisir Setelah melalui rol pengukur
hani sesuai dengan bentuk sisir panjang hanian darol
hani yang digunakan. pengantar, kemudian ujung
 Rol pengukur panjang benang disatukan dan
hanian (lenght counter) dibuat simpul, yang
Benang lusi dalam bentuk selanjutnya dikaitkan pada
band ini dilewatkan pada rol pen yang terletak pada
pengukur panjang hanian drum.
yang dilapisi vilt. Pada rol Drum dihubungkan dengan
pengukur panjang hanian alat pengukur putaran drum
diperlengkapi dengan rol yang berfungsi untuk
pengantar yang berfungsi mengukur jumlah putaran
untuk menekan benang drum yang dibutuhkan untuk
(band) sehingga benang- panjang hanian setiap band
benang dapat benang.
bersinggungan/bergesekan Pada drum terdapat bagian
dengan rol pengukur untuk membentuk kerucut
panjang hanian. Pada poros pada band lusi.
rol pengukur panjang hanian a) Bagian-bagian peralatan
ini dihubungkan dengan alat penting pada mesin hani
penghitung panjang hanian seksi kerucut
(length counter) yang
363

Gambar 7.58
Mesin Hani Seksi Kerucut Type K-50-III

Keterangan : 7.13 Push Button Switch


7.5 Motor (Switch Motor)
7.6 Connecting Gera Handle 7.14 Traversing Gear Handle
(Handel Penghubung (Handel Gigi Penghantar)
Roda Gigi) 7.15 Drive Pedal (Pedal
7.7 Elevation Wing Penjalan)
(Pembentuk Sudut 7.16 Stop Pedal (Pedal
Kerucut Gulungan Pemberhenti)
Benang) 7.17 Traveling Handle (Handel
7.8 Length (Pengukur Penggeser Sisir Hani)
Panjang)
7.9 Front Reed (Sisir Hani, 7.4.6.2 Proses menghani
Sisir Ekspansi)
7.10 Warping Drum (Tambur, 1. Menyetel penggeseran band
Tromel) lusi dan sudut kerucut
7.11 Brake Handle (Handel
Pengerem) Pada penghanian pertama, sisir
7.12 Revolution Counter hani bergeser ke kiri ke arah
(Pengukur Putaran Drum) kerucut sehingga benang yang
terletak pada sisi luar dari band
364

lusi terletak tepat pada sudut benang dan tetal benang


yang dibentuk oleh kerucut dan lusi
drum. Pada waktu drum  Atau dengan menyetel
berputar, benang-benang penggeseran band lusi yang
berangsur-angsur naik melalui disesuaikan dengan panjang
sisi miring kerucut, yaitu karena lusi.
gerakan-gerakan dari bagian- Untuk penghanian yang
bagian mesin yang menggeser panjangnya lebih besar
sisir hani ke arah luar ( ke kiri). penggeseran band lusi tidak
Untuk band benang yang dapat dilakukan lebih cepat,
tetalnya tinggi dan tidak mudah mengingat panjang sisi kerucut
menggeser atau tergelincir, yang terbatas / tidak
sudut kerucut distel curam. mengijinkan. Oleh karena itu
Untuk band benang yang makin panjang lusi yang dihani
tetalnya rendah, sudut kerucut penggeseran band lusi harus
distel lebih datar. Sudut kerucut lebih sedikit/pendek, begitu pula
yang tidak tepat dapat sudut kerucutnya harus lebih
mengakibatkan penggulungan curam, dengan maksud agar
dan tegangan benang yang lusi dapat digulung semuanya
tidak rata, sehingga akan pada sisi kerucut. Untuk
mengakibatkan cacat pada menghitung penggeseran band
kainnya. Untuk menghindari hal lusi dan sudut kerucut pada
ini dapat dilakukan dengan cara mesin hani seksi kerucut type
: K-50-III memberikan rumus
 Menyetel sudut kerucut yang sebagai berikut :
disesuaikan dengan nomer

- Penggeseran band lusi (X) :

lebar kerja sudut kerucut maksimal ( mm )


putaran drum yang diperlukan

- Putaran drum yang diperlukan :

Panjang hanian ( meter )


putaran
Keliling Drum ( meter )

Untuk menentukan besarnya untuk melihat besarnya sudut


sudut kerucut terlebih dahulu kerucut yang tertera pada tabel.
harus menghitung bilangan
konstantanya yang kemudian
365

- Bilangan konstanta sudut kerucut (Y) :

Penggesera n band lusi ( X ) Nomor benang


Tetal benang lusi per inch

Contoh perhitungan : 380 mm


Diketahui : 1,27 mm
300 putaran
Benang Wool Ne1 48/2 ( = 24/1)
Panjang hanian : 750 meter
Tetal lusi : 60 helai/inch - Bilangan konstanta (Y) :
Keliling Drum : 2,5 meter,
lebar kerja 38 cm = 380 mm 1,27 u 24
0,51
60
Hitunglah : Setelah bilangan konstanta
- Pergeseran band lusi diketahui 0,51 kemudian lihat
- Besarnya sudut kerucut pada tabel, maka akan
didapatkan besarnya sudut
Perhitungan : kerucut adalah 10 derajat.
Langkah selanjutnya kemudian
- Putaran drum yang sudut kercutut (elevation wing)
diperlukan : distel pada kedudukan 10
derajat, dan penggerak sisir
750 meter hani distel 1,27 mm dengan
300 putaran menyetel kedudukan stang
2,5 meter
(lever) 3,4 dan 5 dengan melihat
tabel.
- Pergesaran band lusi :

Tabel 7.6
Tabel Konstanta Sudut Kerucut

Konstanta Y Y
Sudut Cotton Wool Sudut Cotton Wool
5 derajat 0,6 1,03 13” 0,23 0,38
6 derajat 0,5 0,86 14” 0,21 0,36
7 derajat 0,43 0,76 15” 0,19 0,33
8 derajat 0,38 0,64 16” 0,18 0,31
9 derajat 0,33 0,57 17” 0,17 0,29
10 derajat 0,29 0,51 18” 0,16 0,27
11 derajat 0,27 0,46 19” 0,15 0,26
12 derajat 0,25 0,42 20” 0,14 0,25
366

Tabel 7.7
Traveling Distance Table

Lever
(5)
Lever 1 2 3 4 5
(3),
(4)
B , C 0,17 0,20 0,24 0,27 0,31
B , D 0,36 0,44 0,51 0,59 0,67
A , C 0,77 0,94 1,11 1,28 1,45
A , D 1,69 2,05 2,42 2,79 3,15

 Penyetelan sudut kerucut cut yang diinginkan (diperlukan)


(elevation wing eagle) dengan cara memutar roda
Elevation wing distel sehingga penyetel sutut (Angle Adjusting
mendapatkan besar sudut keru Handle) (1)

Gambar 7.59
Elevation Wing Angle

 Penyetelan penggeser sisir Untuk menentukan letak


hani (kedudukan) stang (lever) : (3),
Setelah pergeseran sisir hani (4), (5).
dihitung, kemudian lihat 7.7
367

Berdasarkan contoh perhitu dilihat pada tabel 7.7 kedudukan


ngan diketahui pergesaran band levernya adalah :
lusi 1,27 dengan bilangan - Lever (5) pada no. 4
konstan 0,51 maka setelah - Lever (3) pada A
- Lever (4) pada C

Gambar 7.60
Stang Penyetel Pergesaran Sisir Hani

2. Penyetelan pengantar 3. Menyetel pengukur panjang


benang dan membuat benang (yarn length
silangan benang counter)

Benang dari creel dilewatkan Counter penunjuk panjang


pada pengantar benang seperti benang distel pada angka “0”,
terliaht pada gambar 7.55. counter panjang benang ini
Tegangan benang diatur digunakan hanya untuk band
dengan menyetel kedudukan benang yang pertama dan untuk
tension bar (10) dengan sudut band benang ke-2, 3 dan
yang diperlukan sehingga seterusnya counter ini tidak
mendapatkan tegangan benang digunakan.
yang merata.
Untuk membuat silangan 4. Menyetel putaran drum
benang lever (13) dinaikkan
atau diturunkan. Pembuatan Tekan ke bawah locking lever
silangan ini dilakukan setelah (15) dan stel dudukan jarum
ujung benang dibuat simpul dan penunjuk putaran (indicating
dikaitkan pada pena yang needle 16) pada angka ‘0”.
terpasang pada kayu drum.
368

Gambar 7.61
Drum Revolution Counter

Gambar 7.62
Traveling Fron Reed dan Counter Length
369

5. Menentukan posisi sisir hani


(front reed)

Kendorkan lock handle (19)


putar traveling handle (18)
sehingga benang paling pinggir
kiri tepat pada titik (A).
Kemudian keraskan kembali
lock handle (19).

Gambar 7.63
Posisi band lusi dan drum

6. Pengatur kecepatan putaran drum

Gambar 7.64
Pengatur Kecepatan Putaran Drum

Kecepatan putaran drum dapat 7. Menjalankan dan menghen


diatur dengan kedudukan tikan mesin
change lever (22) pada posisi 1,  Tekan switch pada ”ON”
2, 3 atau 4 sesuai dengan sehingga elektro motor akan
kecepatan yang diinginkan. bekerja
370

 Tekan driving pedal (21) angka jumlah putaran drum


dengan kaki sehingga drum dalam satu band.
akan berputar Counter putaran drum diatur
 Jika terjadi benang putus sehingga fixed indicating
atau panjang benang yang needle (16) tepat pada
digulung sudah memenuhi angka ”0”.
panjang yang diperlukan
maka mesin dihentikan b) Penggulungan band kedua
dengan menekan stop pedal Untuk penggulungan
(20) benang band yang kedua
ikuti petunjuk tersebut di
8. Pekerjaan terakhir pada atas dari no. 5 s.d. 8, begitu
band pertama pula untuk band ke-3 dan
seterusnya.
Setelah penggulungan band 4) Mesin Penggulung
pertama selesai, potong band (Beaming)
benang tepat di atas drum dan
ujung band diselipkan lapisan a) Bagian-bagian penting
benang di bawahnya. mesin penggulung
Keterangan :
9. Penggulungan band benang 7.18 Cone Clutch
pada band ke-2 7.19 Motor
7.20 Push Button Switch
a) Persiapan band kedua 7.21 Driving Bar
7.22 Winch
- Mengatur pengukur putaran 7.23 Switch Lever
drum 7.24 Driving Plate
Setelah penggulungan band 7.25 Beaming Cap
pertama selesai lihat angka 7.26 Carrier
jumlah putaran drum, 7.27 Beaming Bracket
kemudian tepatkan jarum 7.28 Beaming Setting Handle
penunjuk atas (free 7.29 Speed Change Gear
indicating needle) (24) pada 7.30 Change Lever
371

Gambar 7.65
Mesin Penggulung

b) Proses penggulungan Karena lapisan benang pada


Apabila proses penghanian drum letaknya miring
selesai, maka dilakukan bergeser kekiri, maka pada
proses beaming, yaitu waktu beaming drum harus
penggulungan benang- membuat gerakan/geseran
benang lusi dari drum ke kekanan dengan jarak yang
bum tenun atau ke bum sama, sehingga tepi benang
hani. kanan kiri akan tergulung di
Beaming dilakukan pada antara piringan bum.
bum tenun, jika benang-
benang sudah tidak perlu b. Perencanaan Penghanian
dikanji. Sedangkan beaming Dalam merencanakan peng
pada bum hani dilakukan hanian meliputi pekerjaan-
bila benang-benang perlu pekerjaan sebagai berikut :
dikanji. - Merencanakan corak warna
Proses beaming benang- - Merencanakan kebutuhan
benang yang tergulung pada benang
drum ditarik dilewatkan rol - Merencanakan proses
pengantar yang kemudian penghanian
ujung benang dibuat
beberapa kelompok dan 1) Merencanakan corak warna
dibuat simpul dikaitkan pada
lubang-lubang yang terdapat Dalam merencanakan corak
pada pipa pum. Kemudian warna biasanya dilakukan
mesin dijalankan, sebelum dengan mengatur susunan
mesin dijalankan drum harus warna dari benang yang
diberikan pengereman dililitkan pada karton sehingga
supaya benang-benang dapat sebagai pedoman untuk
mendapatkan tegangan membuat rencana kebutuhan
yang tepat. benang dan sebagai order
372

proses penghanian. Adapun Kain bercorak, kotak warna biru


teknik susunan warna sehingga putih.
mendapatkan corak warna yang Panjang kain yang dibuat 1.200
baik dalam hal ini tidak kita meter tanpa cacat.
pelajari tetapi ini memerlukan Defectif cloth : 2,5%
ilmu tersendiri yang disebut Ilmu Lebar Kain : 58,2 inch
Disain Tekstil. Lusi:
- Benang TR 40/2
2) Merencanakan kebutuhan - Tetal : 60 hl/inch
benang - Mengkeret 4%
- Afval (limbah) 3%
Kebutuhan benang ini meliputi : - Benang pinggir : 48 helai
a) Kebutuhan benang lusi Pakan :
b) Kebutuhan benang pakan - Benang TR 40’s
c) Kebutuhan benang lusi/ - Tetal pakan : 72 hl/inch
pakan tiap warna - Mengkeret pakan : 7%
- Afval (limbah) : 3%
3) Merencanakan proses
penghanian Buatlah :
a) Rencana corak lusi dan
Perencanaan proses pengha pakan
nian ini meliputi : b) Kebutuhan benang lusi dan
a) Penyusunan/pemasangan pakan
kelosan pada creel c) Rencana proses penghanian
b) Penarikan band lusi
c) Lebar cucukan pada sisir Perencanaan :
tenun a) Rencana corak lusi dan
d) Lebar bum tenun pakan
e) Lebar hanian pada drum
f) Lebar lusi tiap band Rencana corak lusi
g) Lebar cucukan pada sisir - Jumlah benang lusi :
hani Tetal lusi/inch x lebar kain (inch)
h) Jumlah lusi tiap lubang sisir + lusi P
hani (60 x 52,8) + 48 hl = 3216 hl
i) Panjang hanian
j) Besar sudut kerucut - Corak lusi :
k) Penyetelan pergeseran sisir Lusi pinggir : putih : 22 hl
hani Lusi dasar kembang :
Putih : 52 hl 30 x
Contoh Perhitungan Biru : 52 hl
Putih : 52 hl
Diketahui : Lusi Pinggir putih : 22 hl
Jumlah : 3216 hl
373

- Jumlah benang lusi tiap - Corak pakan :


warna : Putih : 62 hl
Putih : 1656 helai Biru : 62 hl
Biru : 1560 helai Jumlah : 124 hl

Rencana corak pakan b) Kebutuhan benang lusi dan


Untuk membuat corak lusi dan pakan
pakan membentuk kotak yang - Kebutuhan benang lusi
sama sisi (bujur sangkar) maka x Jumlah benang lusi :
jumlah benang pakan setiap
warna dihitung dengan Tetal lusi/” x lebar kain (inch) +
perbandingan tetal lusi dan tetal lusi.P
pakannya. ( 60 x 52,8”) + 48 hl = 3216 hl
- Jumlah pakan putih :
Tetal Pakan /" x Panjang benang lusi
xJumlah Lusi seluruhnya :
Tetal Lusi /"
100 100
= u x
72 hl /" 100  D.C 100  M .L
: x 52 = 62 hl Panjang Kain x Jumlah Lusi
60 hl /"
100 100
72 hl /" = u x 200 m
Biru : x 52 = 62 hl 100  2,5 100  4
60 hl /" x 3216 hl = 4123077 m
x Berat lusi :

Panjang Lusi seluruhnya ( meter )


Nomor benang Lusi ( Nm )

100 100
u u 1200 u 3216 gram
100  2 .5 100  4
1,693 u 40
2

Kebutuhan benang lusi :


100
u Berat Lusi
100  afval
374

100 100
u u 1200 u 3216
100 97 ,5 96
u
100  3 1,693 u 20
100 u 100 u 100 u 1200 u 3216
97 u 97 ,5 u 96 u 1, 693 u 20
= 125534,39 gram
= 125,53 kg

Kebutuhan benang pakan :


- Jumlah benang pakan :

Tetal pakan / ” x Panjang kain (inch)


120000 cm
72 u 3401574,7 hl
2,54 cm
= 3401575 hl

Berat pakan :
100 100 100
u u u Lebar Kain (m) u Juml.Pk
100  L 100  DC 100  ML
Nomor Pakan ( Nm)
Kebutuhan benang pakan :

100 100 100 52,8 u 2,54


u u u u 3401575 meter
97 97,5 93 100
1,693 u 40
= 76589,88 gram
= 76,6 kg

c) Kebutuhan benang lusi dan pakan tiap warna


375

Juml .Lusi / warna


Keb. L = u Keb .Lusi
Juml . Lusi Seluruhnya

1656
- Kebutuhan Lusi Putih : u 125,53 kg = 64,64 kg
3216
1560
- Kebutuhan Lusi Biru : u 125,53 kg = 60,89 kg
3216

Jml Pakan / Warna / Raport


Kebutuhan pakan/warna : u Keb.Pakan
Jml Pakan / Raport
62
- Warna Putih : u 76,6 kg = 38,3 kg
124
62
- Warna Biru : u 76,6 kg = 38,3 kg
124

d) Perencanaan Hanian
- Pemasangan Cones pada Creel dengan cara penarikan

Cara I :
Tabel 7.8a
376

Pemasangan Cones pada Creel dengan Cara Penarikan

Corak Pemasangan Penarikan Band Jml. Lusi


Lusi Cones Pada Band Ke Corak (helai)
Creel (Kap: Lusi
600)
P.22 P.22 I P.22
P.52 P.52 P.52
B.52 B.52 B.52
P.52 P.52 P.52
B.52 B.52 B.52
P.52 P.52 P.52 1 x 542 =
B.52 x6 B.52 B.52 542
P.52 P.52 P.52
B.52 B.52 B.52
P.52 P.52 P.52
B.52 B.52 B.52
P.52
P.22 II s/d VI P.52
B.52
P.52
B.52
P.52 5 x 520 =
B.52 2600
P.52
B.52
P.52
B.52
VII (Sisir P.52 1 x 74 =
Balik) P.22 74
Jumlah 542 cones 7 Band 3216 helai

Cara II :
Tabel 7.8b
377

Pemasangan Cones pada Creel dengan Cara Penarikan


Corak Lusi Pemasangan Penarikan Band Jml. Lusi
Cones pada Creel Band Ke Corak (helai)
(Kap: 600) Lusi
P.22 P.22 I P.22
P.52 P.26 P.26
B.52 P.26 P.26
P.52 B.52 B.52
B.52 P.52 P.52
P.52 B.52 B.52 1 x 568 =
B.52 x6 P.52 P.52 568
P.52 B.52 B.52
B.52 P.52 P.52
P.52 B.52 B.52
B.52 P.52 P.52
B.52 B.52
P.26 II s/d V P.26
P.26
B.52
P.52
B.52 4 x 520 =
P.52 2080
B.52
P.52
B.52
P.52
B.52
P.26
VI (Sisir P.26
Balik) B.52
P.52
B.52 1 x 568 =
P.52 568
B.52
P.52
B.52
P.52
B.52
P.52
P.22
Jumlah 568 cones 6 Band 3216 helai
- Tetal Lusi dalam Sisir Tenun
378

100  M .Pakan 568


: x Tetal Lusi x Band ke I : u 61,1
100 3216
100  7 inch = 10,88 inch
: x 60 = 55,8 x Band ke II s/d V :
100
2080 4
= 56 u 61,1" = 9,96 inch
Kalau cucukan sisir 2 helai per 3216
lubang, maka nomor sisir tenun x Band ke V I = Band ke I =
yang digunakan adalah 10,38 inch
56hl /"
x 2 = 56 - Pencucukan pada sisir hani
2
- Lebar cucukan pada sisir No. Sisir 30
tenun : Untuk penarikan cara I :
x Band I 542 helai, lebar band
Jumlah Lusi Tanpa Pinggir 10,38 inch
No.Sisir ¾ Jumlah lubang sisir hani :
3172 30
= 56,6 inch x 10,38 = 155,7 lubang.
56 2
= 143,7 cm = 156 lubang
¾ Jumlah benang/lubang :
- Lebar Bum Tenun : Lebar 542
3 hl. Sisa 74 hl.
Cucukan + 2 inch 156
: 56,6 + 2 inch = 58,6 inch Sisa 74hl, dibagi rata pada
156 lubang dengan
- Lebar hanian pada drum perincian sebagai berikut :
= Lebar bum tenun + 2,5inch
= 61,1 inch 1 lubang diisi 4 hl
1 lubang diisi 3 hl
- Lebar lusi tiap band :
Untuk penarikan cara I : Untuk penarikan cara II.
542 x Band I 568 helai, lebar band
x Band ke I: u 61.1 inch 10,88 inch
3216
= 10,38 inch ¾ Jumlah lubang sisir hani :
x Band ke II s/d VI : 30
x 10,88 = 163 lub.
2600 5 2
u 61,1" = 9,88 inch ¾ Jumlah benang/lubang :
3216
74 568
x Band ke VII : 61,1" 3 hl. Sisa 79 hl.
3216 163
= 1,42 inch
Untuk penarikan cara II : Sisa 79 hl. Dibagi rata pada
163 lubang dengan
379

perincian sebagai berikut :


- Stang 3 pada B
1 lubang diisi 4 hl - Stang 4 pada C
1 lubang diisi 3 hl - Stang 5 pada 4

Panjang hanian : c. Perhitungan Produksi


100 100 Untuk menghitung produksi
u u Panjang pada proses penghanian
100  DC 100  ML
dengan mesin hani seksi
Kain tanpa cacat
kerucut dapat digunakan
100 100
u u 1200 meter dengan rumus perhitungan
100  2,5 100  4 sebagai berikut :
= 1282 meter SuL
1) T1 = Jam
Ds1 u 60
Sudut kerucut dan pergeseran
sisir hani. L
2) T2 = Jam
Bila diketahui : Ds2 u 60
- Benang TR 40/2 3) T = T1 + T2 Jam
- Tetal lusi pada sisir hani =
55hl/” Keterangan :
- Panjang hanian 1282 meter T1 = Lama proses
- Keliling drum = 2,5 meter penghanian pada drum
- Lebar kerja sudut kerucut : yang dinyatakan dalam
380 mm jam
- Putaran drum yang T2 = Lama proses
diperlukan : penggulungan lusi
1282 meter pada bum tenun yang
= 512,8 putaran dinyatakan dalam jam.
2,5 meter S = Jumlah band
L = Panjang hanian
- Pergesaran band lusi : 60 = 1 jam = 60 menit
380 mm Ds1 = Kecepatan
penggulungan benang
512,8 dalam drum
= 0,74 mm Ds1 = RPM .
- Bilangan konstan (Y) : Drum X Keliling rata-
0,74 u 20 rata gulungan benang
0,27 pada drum.
55
- Sudut kerucut pada tabel Ds2 = Kecepatan
diatas : 11º penggulungan benang
- Kedudukan stang pada bum tenun
pergesaran sisir hani pada
tabel diatas adalah :
380

D2 = RPM . Bum x L 1282


Keliling rata-rata 0,47
Ds2 u 60 31 u 1,43 u 60
gulungan pada bum
4) Efisiensi : jam

T (lama penghanian secara


Produksi Kenyataan perhitungan)
u 100 % = T1 + T2 = 0,54 + 0,47
Prod . Scr Perhitunga n
= 1,01 jam
Contoh perhitungan :
2) Efisiensi produksi
Diketahui : Panjang benang - Produksi penghanian secara
(hanian) 1282 kenyataan dalam 7 jam = 1
meter. bum
Jumlah band 7 - Produksi penghanian secara
band perhitungan dalam 7 jam
RPM. Drum 107 7
put./menit = u 1 bum = 6,9 bum
Keliling gulungan 1,01
benang pada drum
rata-rata 2,6 meter. Efisiensi Produksi :
RPM. Bum tenun Pr od .Kenyataan
31 put./menit u 100%
Pr od . sec ara perht.
Keliling gulungan
benang pada bum :
tenun rata-rata 143 1
u 100% 14,49%
cm 6,9
Hitunglah :
1) Lama penghanian secara d. Usaha-usaha untuk
perhitungan menghindari putusnya
2) Efisiensi Produksi jika benang pada proses
diketahui Lama penghanian penghanian :
kenyataan dalam satu bum : 1) Tegangan benang ketika
7 jam penghanian harus diatur
tegangan benang dapat
Perhitungan : diatur dengan kombinasi
1) T1 = yang sesuai antara beban
SuL 7 u1282 penegang, pembelitan
0,54 jam
Ds1 u 60 107u 2,6 u 60 benang pada penegang dan
kecepatan penghanian.
T2 = Tegangan benang ketika
penghanian umumnya tidak
lebih dari 14 gram untuk
381

benang dengan nomer Ne1 Di samping tegangan tidak


60 atau lebih. rata, menjelang cones habis
2) Kedudukan gulungan mesin akan sering berhenti
benang pada creel terhadap untuk mengganti cones yang
pengantar benang pertama habis dalam waktu yang
harus merupakan garis tidak bersamaan. Produksi
lurus, sehingga balonning hanian rendah disamping
yang terjadi dapat simeteris. banyaknya kwalitas benang
Jika balonning yang terjadi akan menurun karena
tidak simetris akan banyaknya sambungan.
menyebabkan benang Sebaiknya penggantian
menggaruk pada permukaan cone pada creel dilakukan
gulungan benang sehingga serempak atau sekaligus.
akan timbul bulu-bulu 6) Pengereman mesin harus
benang dan benang makin baik penghentiannya supaya
sering putus. kalau ada benang putus
3) Pegangan antara spindle jangan sampai terlanjur
dan cone pada creel harus tergulung.
kuat (tidak goyang) sebab
kalau tidak jalannya Dari uraian di atas jelas
pengguluran tidak rata dan bagaimana besarnya pengaruh
menyentak-nyentak, hasil pengelosan terhadap hasil
akhirnya benang bisa putus pengahanian.
atau tegangan benang tidak
dapat rata. e. Petunjuk-petunjuk pada
4) Tegangan benang yang proses penghanian :
tidak rata antar benang akan 1) Periksa mekanisme
menyebabkan kepadatan tegangan benang apakah
gulungan benang juta tidak sudah sesuai dengan
rata. Variasi tegangan ini ketentuan
biasanya karena variasi 2) Periksa tegangan benang
benang penegang atau apakah sudah sesuai
karena tertumpuknya serat- dengan petunjuk yang ada
serat (fluff) pada alat dan apakah sudah sama
penegang benang. Karena semua tegangan benang di
itu penegang harus sering depan sisir.
diperiksa dan harus 3) Periksa apakah kedudukan
dibersihkan dari kotoran. gulungan benang pada creel
5) Cone yang dipasang pada sudah tegak lurus terhadap
creel harus sama besar dan pengantar benang.
cukup untuk satu kali 4) Periksa apakah kedudukan
proses, kalau tidak tegangan cones pada spindlenya
penguluran tidak akan rata. kikoh atau tidak.
382

5) Periksa apakah semua pada bum hani lebih besar,


cones pada creel sehingga benang dapat
ditempatkan pada bagian digulung panjang sekali, dan
pangkalnya. banyaknya benang yang dapat
6) Apakah semua benang telah digulung maksimal sama
melewati penghantar dan dengan kapasitas creel ( + 600
pengatur tegangan benang. helai).
Cincin pengatur tegangan Karena banyaknya benang lusi
harus berputar pada saat pada bum tenun lebih besar dari
proses berjalan. kapasitas creel, sampai ribuan
7) Periksa apakah semua helai yang sesuai dengan
benang melewati pengantar konstruksi kain, maka untuk
benang dengan halus. menghasilkan bum tenun
8) Periksa apakah lebar beam dengan jumlah benang lusi
tnun telah sesuai dengan seperti yang ditentukan,
lebar benang pada drum. diperlukan beberapa buah bum
9) Periksa tegangan benang hani, yang selanjutnya benang
waktu penggulungan pada lusi dari bum-bum hani tersebut
bum tenun apakah tegangan disatukan dan digulung ke bum
pada kedua samping kiri tenun.
kanan sama. Diameter cakra bum hani lebih
10) Periksa apakah piringan besar dibandingkan dengan
bum sudah sempurna dan diameter cakra bum tenun,
tegak lurus pada poros sehingga bum hani dapat
(pipa) bum. menampung benang yang lebih
11) Periksa apakah panjang dibandingkan dengan
pemberhentian otomatis benang yang ditampung oleh
sudah bekerja dengan bum tenun dengan lebar yang
sempurna. sama.
12) Periksa apakah creel selalu Panjang benang yang digulung
bersih dari debu, kotoran, pada bum tenun + 1/10 sampai
serat-serat pendek yang 1/8 dari panjang benang yang
menumpuk. dapat digulung pada bum hani.
Berarti panjang lusi yang di bum
Speed Warping Machine) tenun hanya sebagian dari
Mesin Hani Lebar (High panjang lusi yang ada pada
bumhani. Pada umumnya mesin
Pada proses penghanian hani lebar digunakan untuk
dengan mesin hani lebar, memproduksi kain polos dengan
benang ditarik dari bobin yang kecepatan penghanian yang
ditempatkan pada cree, tinggi, untuk kain yang
kemudian benang digulung memerlukan massa produksi.
pada bum hani, diameter cakra Benang yang digulung pada
383

bum hani kadang-kadang tenun, biasanya diperlukan


mencapai 10.000 sampai untuk proses pengajian benang
25.000 meter. Pada proses yang menggunakan mesin kanji
penyatuan benang dari bentuk beam (Slasher Sizing
beberapa bum hani ke bum Machine).

Gambar 7.66
High Speed Warping Machine

Gambar 7.67
Skema Penggulung Benang
Keterangan : b. Sisir hani belakang
a. Handel pemutar
384

c. Knop untuk counter ini distel pada angka


membelitkan/mengikat yang sesuai dengan panjang
benang yang tidak penghanian yang
diperlukan dikehendaki umpama
d. Rol pengantar 15.000 meter. Mesin hani
e. Rol pengatur akan berhenti secara
tegangan/pengerem otomatis apabila telah
f. Baut pengatur rem pada rol mencapai panjang hanian
g. Rol penjatuh (pemberat) yang dikehendaki.
h. Kelosan cadangan - Rol penjatuh (g), rol ini
i. Rol pengantar mengapung pada rentangan
j. Bum lusi benang dan dapat bergerak
k. Balok beralur tempat droper naik turun sesuai dengan
l. Tuil pengungkit rem keadaan penyuapan
m. Rem tromel benang. Pada rol ini kadang-
n. Pedal kadang diberi pemberat dan
o. Tromer fungsi rol ini adalah untuk
p. Stang Penekan menjaga agar benang selalu
dalam keadaan tegang.
a. Proses Penghanian - Rol pengantar (i), warp stop
Proses penghanian pada mesin motion, sisir ekspansi, rol
hani lebar dapat diterangkan pengantar (l) dan kemudian
sebagai berikut : benang digulung pada bum
Benang-benang ditarik dari hani.
creel yang terletak dibelakang Kecepatan penghanian pada
mesin hani dengan jarak + 1 mesin hani type lama dapat
meter, dilakukan pada : mencapai 140 – 400 meter per
- Sisir hani belakang menit, sedangkan pada mesin-
- Rol pengantar (d) mesin hani yang baru
- Rol pengerem/penyuap (e), kecepatan penghanian dapat
dengan mengatur putaran mencapai + 900 meter/menit.
dari rol (e) ini, maka Selama proses penghanian
jalannya benang dapat kecepatan penghanian selalu
diatur/direm, rol ini juga tetap meskipun diameter
berfungsi untuk mengatur gulungan benang pada bum
tegangan benang. hani bertambah besar, hal ini
- Rol pengukur panjang, rol ini disebabkan karena perputaran
dilapisi dengan kain vilt atau dari bum hani dilakukan dengan
kain flanel dan dihubungkan sistem friksi pada permukaan
counter yang terletak di benang yang digulung pada
antara rol (e) dan rol (g). bum hani.
Pada proses penghanian
385

Gambar 7.68
Sisir Ekspansi Model Zig-Zag

b. Bagian-bagian pada mesin benang-benang dapat


hani lebar tergulung dengan baik pada
Bagian-bagian pokok dari pada bum hani. Sisir hani
mesin hani lebar adalah terdiri berbentuk zig-zag dengan
dari : bagian atas terbuka, dapat
- Mesin Hani distel lebih lebar atau lebih
- Creel sempit dan juga dapat
digeser atau lebih sempit
1) Mesin Hani dan juga dapat digeser ke
Bagian-bagian yang penting kanan atau ke kiri dengan
pada mesin hani yaitu : lebar yang sama. Sisir
a) Sisir hani ekspansi ini terletak di
Pada mesin hani type yang depan droper, yaitu alat
sama mempunyai 2 macam penghenti mesin bila terjadi
sisir, yaitu sisir hani benang putus.
biasa/belakang dan sisir hani Pada mesin hani type yang
ekspansi. baru sisir hani yang
- Sisir hani biasa/belakang digunakan hanya satu yaitu
Sisir hani biasa/belakang sisir ekspansi.
berfungsi untuk mengatur
ketetalan/kerapatan benang b) Peralatan otomatis benang
lusi pada bum, pengaturan putus
benang agar sejajar/tidak Peralatan otomatis benang
bersilangan. Bentuk sisir putus ini berfungsi untuk
hani seperti bentuk sisir hani menghentikan mesin bila
pada umumnya. terjadi benang putus.
- Sisir ekspansi Peralatan otomatis benang
Sisir ekspansi berfunsi untuk putus ini ada dua macam,
menyetel lebar hanian agar yaitu :
386

dengan proper yang


- Peralatan otomatis benang terpasang di belakang sisir
putus sistem mekanik hani ekspansi.
Peralatan otomatis sistem ini - Peralatan otomatis benang
pada umumnya digunakan putus sistem elektrik
pada mesin hani type yang
lama menggunakan peraba

Gambar 7.69
Alat Penjaga Benang Putus Sistem Eletrik

Keterangan :
Gambar atas menunjukkan saat Pada mesin hani lebar,
benang tidak putus. penggulungan pada bum hani
Gambar bawah menunjukkan dilakukan dengan sistem friksi
saat benang putus. (gesekan) antara gulungan
1. Kawat peraba benang benang dengan tromel sehingga
2. Benang kecepatan penghanian selama
Peralatan otomatis sistem ini proses akan selalu tetap.
biasanya digunakan pada mesin Bum hani selalu berhubungan
hani type yang baru dan dengan tromel (t) karena
menggunakan peraba dengan beratnya sendiri, sedangkan
listrik yang terpasang pada stang (v) membantu menekan
pengantar benang yang paling bum hani pada tromel dan akan
depan pada creel. terangkat ke atas sesuai
dengan bertambah besarnya
diameter gulungan benang pada
c) Peralatan penggulung bum hani, sehingga kecepatan
387

penghanian tidak terpengaruh Merah (M) 20 hl


oleh diameter dari gulungan Putih (P) 10 hl
benang. Biru (B) 4 hl
Kuning (K) 10 hl
2) Creel Hijau (H) 4 hl
Pada proses penghanian Biru (B) 4 hl
dengan mesin hani lebar, Hijau (H) 4 hl
bentuk gulungan yang Kuning (K) 10 hl
digunakan biasanya adalah Biru (B) 4 hl
bentuk kerucut dengan Putih (P) 10 hl
penarikan benang sejajar Merah (M) 20 hl
dengan sumbu bobin. 100 hl
Kapasitas creel yang digunakan - Jumlah benang lusi
pada umumnya 200, 400, 600, seluruhnya 4000 hl
kadang-kadang sampa 1000 - Kapasitas creel 600 bobin
bobin dengan jarak antar
spindel + 200 – 260. Perhitungan :
Jenis creel yang digunakan Raport hanian tersebut di atas
pada mesin hani lebar yang dapat dihani dengan 4,5 atau
tepat adalah creel yang sepuluh bum hani, karena
mempunyai spindel cadangan, angka-angka tersebut dapat
karena mesin hani ini biasanya sebagai pembagi angka 100
digunakan pada perusahaan- tanpa sisa.
perusahaan yang memproduksi Jumlah bum hani mana yang
kain secara besar-besaran. dipilih, tergantung pada jumlah
Pada creel diperlengkapi lusi dan jumlah bobin yang
dengan peralatan : dipasang pada creel (kapasitas
- Peraba benang putus sistem creel).
elektrik Bila bum hani yang digunakan 5
- Pengatur tegangan dan bum, maka masing-masing bum
pembersih benang hani menggulung benang
- Kipas angin sejumlah 4000 : 5 = 800 helai,
sedang kapasitas creel yang
c. Perhitungan dan digunakan hanya 600 bobin, jadi
perencanaan penghanian terpaksa harus dihani dengan
benang lusi bercorak warna 10 bum hani masing-masing
Cara penyusunan warna pada 400 helai.
creel dan bum hani : Urutan warna pada tiap bum
Dkiketahui : hani adalah sebagai berikut :
- Raport corak hanian :

Bum No. 1 :MMPBKBKPMM 40x


388

Bum No. 2 :MMPBKBKPMM


Bum No. 3 :MMPBKHKPMM 40x
Bum No. 4 :MMPBKHKPMM
Bum No. 5 :MMPKHHKPMM 40x
Bum No. 6 :MMPKHHKPMM
Bum No. 7 :MMPKHKBPMM 40x
Bum No. 8 :MMPKHKBPMM
Bum No. 9 :MMPKBKBPMM 40x
Bum No. 10 :MMPKBKBPMM

Untuk tiap bum hani dapat dibaca raport haniannya yaitu :

Tabel 7.9
Raport Hanian

Bum Hani Bum Hani Bum Hani Bum Hani Bum Hani
1&2 3&4 5&6 7&8 9 & 10
2M 2M 2M 2M 2M
1P 1P 1P 1P 1P
1B 1B 1K 1K 1K
1K 1K 2H 1H 1B
1B 1H 1K 1K 1B
1K 1K 1P 1B 1K
1P 1P 2M 1P 1P
2M 2M - 2M 2M
10 X 40 = 10 X 40 = 10 X 40 = 10 X 40 = 10 X 40 =
400 400 400 400 400

7.4.6.3 Pemeliharaan Mesin 6. Pembersihan disk break


Hani setiap 5 jam.
Pemeliharaan pada mesin Hani 7. Pelumasan rantai pada head
meliputi : section setiap 1 minggu.
1. Pembersihan sisir hani 8. Pelumasan silinder bearing
setiap 5 jam (setiap doffing). setiap 1 bulan.
2. Pembersihan drop wire 9. Pelumasan rol dan drive
setiap 5 jam. bearing setiap 3 bulan
3. Pembersihan rantai rail dan 10. Pelumasan hydraulic setiap
creelnya setiap 5 jam. 1 bulan.
4. Pembersihan rantai down up
setiap 5 jam.
5. Pembersihan drum/tambur
setiap 5 jam. 7.5 Proses Penganjian
Benang Lusi
389

karena adanya tarikan gun


Penganjian benang adalah keatas dan kebawah sehingga
proses memberikan lapisan benang mengalami tegangan.
larutan kanji pada permukaan Jika benang tidak cukup kuat
sampai pada massa benang maka benang akan putus.
sehingga memenuhi syarat Selain kekuatan, benang juga
sebagai benang lusi yang akan memerlukan sifat mulur benang
diproses pada mesin tenun. yang cukup untuk mengatasi
tegangan tersebut.
7.5.1 Faktor-faktor Teknis
yang mempengaruhi x Hentakan
Benang Lusi pada Poses
Pertenunan Selama proses pertenunan
akan terjadi gerakan
x Gesekan pengetekan benang pakan
sehingga benang lusi akan
Pada proses pertenunan akan mengalami hentakan oleh lade
terjadi gesekan benang lusi (Slay Sword).
dengan bagian-bagian mesin
tenun diantara lain peralatan x Tekukan
back rest, droper, gun, breast
beam secara terus menerus Selama proses pertenunan
sepanjang benang, selain itu benang lusi akan sering
juga terjadi gesekan antar mengalami tekukan yaitu pada
benang lusi itu sendiri, saat terjadi pembentukan mulut
kemudian juga terjadi gesekan lusi oleh gun sehingga benang
dengan teropong. lusi tahan terhadap tekukan dan
Dengan adanya gesekan mempunyai kelemasan yang
tersebut diatas bulu-bulu cukup.
benang akan keluar sehingga
menyebabkan hubungan serat 7.5.2 Tujuan Proses
benang satu sama yang lain Penganjian Benang
akan lepas, yang
mengakibatkan benang menjadi x Menambah kekuatan
lemah dan benang akan putus benang
pada titik lemahnya karena Karena adanya bahan-bahan
adanya tegangan dan tarikan perekat dari kanji serat-serat
benang. pada benang akan saling
merekat sehingga benang akan
x Tegangan lebih kuat. Benang setelah
mengalami proses penganjian
Selama proses pertenunan akan meningkat antara 10% -
terjadi pembentukan mulut lusi 25 %. Untuk mengetahui
390

peningkatan kekuatan dapat


dilakukan pemeriksaan Untuk hasil proses penganjian
kekuatan benang sebelum dan yang baik dan memenuhi
sesudah proses penganjian persyaratan benang lusi untuk
dengan menggunakan Single ditenun, maka kriteria proses
Yarn Tester atau Lea Trength penganjian yang baik adalah :
Tester. x Viscositas dari larutan kanji
harus tepat.
x Menambah tahan gesek Kekuatan larutan kanji yang
benang terlalu encer, penetrasi kanji
Bahan kanji selain meresap kedalam benang akan
kedalam benang dan sebagian sempurna tetapi tidak dapat
melapisi permukaan benang melapisi permukaan benang
dan bulu-bulu benang akan dengan baik.
tertutup oleh lapisan larutan x Larutan kanji harus
kanji sehingga dapat melindungi terpenetrasi kedalam
benang terhadap gesekan. benang agar serat dapat
merekat satu sama lain
x Memberikan sifat-sifat didalam benang sehingga
khusus pada benang antara bulu-bulu benang tidak
lain, anti elektrostatik, anti keluar selama proses
bakteri (anti jamur), rabaan pertenunan.
yang lembut dan untuk x Bahan kanji harus
keperluan pasar diberikan mempunyai daya rekat yang
bahan pemberat. cukup.
x Pengeringan benang setelah
Untuk keperluan tersebut di atas dikanji yang baik.
pada larutan kanji diberikan x Pengeringan yang terlalu
bahan-bahan pembantu. cepat atau berlebihan.
Benang setelah dikanji mulur Lapisan film kanji akan
benang akan turun, karena getas dan daya rekatnya
adanya bahan perekat. Mulur akan turun, lapisan kanji
benang sangat diperlukan pada akan lepas selama proses
saat proses pertenunan oleh pertenunan, sebaliknya
karena itu pada proses pengeringan yang terlalu
penganjian mulur benang harus lambat, bulu-bulu benang
dipertahankan minimal 4 %. akan keluar lagi.
Untuk mempertahankan mulur x Mulur benang harus
benang pada proses penganjian dipertahankan minimal 4%.
diberikan bahan pelemas pada Karena adanya bahan
larutan kanji. perekat, regangan benang
7.5.3 Kriteria Proses pada saat proses
Penganjian yang baik penganjian mulur benang
391

akan turun. Sedangkan x Take up % of size yang


tegangan dan regangan kurang menyebabkan hasil
benang pada saat proses penganjian tidak sempurna
penganjian diperlukan untuk dan kalau take up % of size
memisahkan benang satu terlalu tinggi benang getas
sama yang lain. Oleh karena dan kanji akan mudah lepas
itu tegangan dan regangan lagi dari benang.
benang harus dikendalikan
agar benang masih 7.5.4 Bahan Kanji
mempunyai mulur yang
cukup. Pada proses x Sifat bahan kanji
penganjian regangan Bahan-bahan kanji yang akan
benang yang diberikan tidak digunakan pada proses
boleh lebih dari 1 %. penganjian mempunyai sifat-
x Benang setelah mengalami sifat yang baik antara lain :
proses penganjian  Sifat adhesive
mempunyai kelembutan  Kestabilan viscositas
yang cukup.  Daya penetrasi
x Benang selama proses  Memiliki daya absorbsi
pertenunan akan mengalami  moisture
tekukan-tekukan dan kalau  Mudah dihilangkan kembali
benangnya kaku benang  Ekonomis (harga wajar)
akan patah/putus.
x Klasifikasi bahan kanji
Sebaliknya kalau benang
(a) Bahan Perekat
terlalu lembut, pada waktu
Bahan perekat merupakan
pembentukan mulut lusi bulu
bahan yang utama untuk
benang akan timbul dan
penganjian terdiri dari :
benang akan putus. Agar
 Bahan perekat alam antara
benang mempunyai
lain : tepung jagung,
kelembutan, pada saat
gandum, sagu, tapioka,
pembuatan larutan kanji
kentang, ubi jalar dan lain
ditambah oiling agent.
sebagainya.
x Benang setelah dikanji
 Bahan perekat sintetis :Poly
harus mempunyai
vinyl alkohol (PVA), Poli
kelemasan yang baik, agar
Acrilic Acid Ester (pase)
benang pada saat melewati
peralatan pada mesin tenun  Bahan perekat semi sintesis
antara lain back rest, : Carboxyl Methyl Cellulose
dropper, gun dan sisir (CMC).
dengan baik.
(b) Bahan lemak
x Kanji yang terambil oleh
benang (take up % of sie) x Efek fungsi lemak
harus tepat.
392

 memberikan efek lemas - Menstabilkan viskositas


pada benang. larutan kanji
 Memberikan sifat licin pada - Mengurangi buih yang
permukaan benang timbul pada larutan kanji
 Membantu penetrasi larutan - Tidak mengganggu proses
kanji-kanji kedalam benang pasta dari tepung kanji.
 Memberikan daya tahan - Menyebabkan pegangan
static electricity pada pada kain enak.
benang terkanji. - Tidak merusak alat-alat
x Untuk mencapai maksud pemasak kanji, mesin kanji
tersebut diatas bahan lemak dan mesin tenun.
harus memenuhi beberapa - Harganya wajar
sifat sebagai berikut :
- harus memiliki stabilitas x Efek mekanisme dari lemak
emulsi dan dispersi yang Penampang melintang
tinggi. benang terkanji secara
microskopis dapat dilihat
seperti gambar 7.70.

Gambar 7.70
Penampang Benang Terkanji

Pada gambar terlihat lemak mempertahankan regain,


terbagi merata pada permukaan sedang yang berada dalam film
benang maupun didalam film mengakibatkan komposisi kanji
dan kanji. Partikel lemak pada seperti sponse, dimana
permukaan film berfungsi untuk dibutuhkan untuk membuat
melicinkan benang, bahan benang lemas dan elastis.
tahan gosok dan
393

x Klasifikasi Lemak secara komperatif adalah


a) Berdasarkan dispersi lemak merata, tetapi sifat licinnya lebih
dalam larutan kanji, lemak rendah daripada tipe unsoluble
diklasifikasikan beberapa dan terdispersi. Bahan ini baik
tipe : bila digunakan untuk benang-
benang spun maupun filamen.
- Tipe Unsoluble
Pada larutan kanji lemak betul- - Tipe Larut Sempurna
betul terpisah dan tidak Hampir semua tipe ini secara
terdispersi, seperti parafin, sempurna teremulsi dan
minyak Rape, minyak kelapa terdispersi oleh bahan
dan sebagainya. Kondisi permukaan aktip. Bahan ini sifat
rekatnya pada benang tidak licinnya kurang baik dan
rata, tetapi sifat licinnya tinggi. biasanya digunakan pada
Sehingga akan menyebabkan benang-benang filamen.
berbagai kesulitan diantaranya b) Berdasarkan jenis benang,
hasil celup tidak rata, oleh lemak diklasifikasikan
karena itu sekarang tidak beberapa jenis :
digunakan lagi.
- Lemak untuk benang kapas
- TipeTerdispersi dan Rayon.
Pada saat larutan kanji diaduk Sejak dulu lemak binatang-
lemak ini akan terdispersi, tetapi binatang dan lemak iakan dan
jika didiamkan bahan ini akan yang sejenisnya digunakan
tetap terpisahkan, merekatnya langsung. Sekarang setelah ada
pada benang merata dan sifat lemak unsoluble seperti minyal
menjadi baik. pengeras, wax kayu, parafin,
Partikel dan lemak adalah minyak-minyak binatan dan
terbesar, dengan demikian sifat tumbuh-tumbuhan, ditambahkan
larut pada larutan kanjii rendah dengan beberapa bahan aktip
tetapi sifat-sifat licinnya baik, permukaan dan dijual dengan
walaupun memiliki kekuatan merek dagang.
tarik yang rendah oleh karena - Lemak untuk benang sintetis
itu, type lemak ini tidak Untuk benang-benang spun
digunakan untuk benang sintetis, campurannya kapas
filamen, tetapi untuk benang dan rayon, bahan aktif
spun, bahan ini banyak permukaan perlu ditambahkan
digunakan. pada lemak dan minyak, untuk
memberikan daya anti
- Tipe Emulsi electricity.
Sebagai terdispersi secara Untuk benang filamen, bahan
homogen dalam larutan kanji, sintetis Poly Vinyl Alkohol (PVA)
kondisi rekatnya dalam benang dan Poly Acrilic Acid Ester
394

(Pase) banyak digunakan misalnya tapioka dicampur


dimana viskositas larutan kanji dengan PVA.
sangat rendah, sehingga  Cara pemasakan bahan-
kelarutan bahan minyak bahan kanji disesuaikan
dilarutan kanji adalah rendah dengan sifat bahan kanji.
dan juga dengan temperatur  Pelajari sifat-sifat bahan
larutan kanji alam untuk kanji yang akan digunakan
benang-benang spun, kelarutan dari katalog masing-masing
tersebut lebih rendah lagi. bahan untuk mengetahui
Oleh karena itu dimana titik apa yang harus dikerjakan
leleh lemak dan minyak adalah pada proses.
tinggi sebagai bahan aktip  Memperkirakan Pick Up %
permukaan tidak layak of size yang diharapkan
digunakan. besarnya Pick Up % of size
tergantung dari nomor
c) Bahan bahan pembantu benang, mutu benang, tetal
 Bahan pelunak air lusi dan pakan, kecepatan
 Bahan pemberat mesin tenun dan lebar kain
 Bahan anti septic yang akan dibuat.
 Pick up % of size yang
d) Air terbaik adalah ditetapkan
Air merupakan pelarut bahan- berdasarkan pengalaman.
bahan kanji, agar menghasilkan  Konsentrasi larutan kanji
penganjian yang baik air harus harus seimbang dengan
mempunyai kesadahan yang prosentase pick up % of size
tepat sedang Ph yang ideal yang diharapkan dan tidak
adalah 6,8. boleh kurang.
 Yang mula-mula ditetapkan
7.5.5 Resep Penganjian adalah jumlah air sesuai
Benang dengan kapasitas tempat
masak kanji, misalnya
x Hal-hal yang harus tempat masak = 1000 liter,
diperhatikan sebelum pick up % yang diharapkan
menyusun resep 13 %.
penganjian.
 memilih bahan-bahan kanji x Contoh resep Pengujian
yang baik sesuai dengan Benang
sifat-sifat yang dimiliki.
 Berdasarkan pertimbangan a. untuk benang kapas
ekonomis dan teknis, Konstruksi kain :
penggunaan bahan perekat - 20’s x 20‘s x 38 inch
dapat dipakai campuran 65 x 60
- Air = 1000 liter
395

- Terigu = 130 kg dan jumlah mesin tenunnya


(13% terhadap air) tidak begitu banyak.
- Teepol = 0,1 kg Berdasarkan cara
(0,08 % terhadap terigu) penggunaan bahan-bahan
- Velustrol = 0,8 kg kanjinya, methoda ini ada
- (0,62 % terhadap terigu) dua macam yaitu :
b. Untuk benang campuran  Methoda Kanji Mentah
poliester 65%, kapas 35 % Sesuai dengan nama
Konstruksi kain : methoda tersebut, bahan
- 45’s x 45‘s x 42 inch kanji yang dipergunakan
95 x 90 adalah kanji mentah (masih
- Air = 1000 liter berupa tepung) dicampur
- Terigu = 100 kg dengan zat-zat lain
(10% terhadap air) kemudian didispersikan
- Poval117 (PVA) = 40 kg dalam air.
(30,76 % terhadap terigu) Maksud penggunaan kanji
- Teepol = 0,5 kg mentah adalah untuk
(0,38 % terhadap terigu) menjaga agar benang-
- Velustrol = 0,7 kg benang yang telah dikanji
(0,54 % terhadap terigu) tidak terlalu melekat satu
dengan yang lain, sehingga
7.5.6 Cara Penganjian mudah diproses pada
pengelosan.
Berdasarkan susunan/bentuk
benang dan alat yang x Prinsip kerjanya
digunakan proses penganjian Benang dalam bentuk hank
benang terdiri dari beberapa diremas-remas dalam
metoda yaitu : campuran dispersi kanji dan
x Hank Sizing Method obat-obat pembantu lainnya
(penganjian dalam bentuk kemudian benang diperas
hank) agar kanjinya merata pada
Penganjian dalam bentuk benang, selanjutnya benang
hank banyak dipergunakan dikukus (diuap) agar kanji
pada industri pertenunan yang ada pada benang
yang memproduksi kain-kain menjadi matang.
bermotif warna yang Cara penguapan dapat
menggunakan benang celup dilakukan seperti terlihat
pada gambar 7.81.
396

Gambar 7.71
Pembangkit Uap dan Tempat Penguapan

Uap yang terjadi karena air karena umumnya suhu tidak


mendidih dari Drum cukup tinggi, sehingga daya
pembuat uap, dialirkan rekat kanji kurang.
kebawah gantungan dan  Penetrasi kanji sukar masuk
terus mengalir keatas kedalam benang karena
melalui benang sehingga hanya diremas-remas dan
dapat mematangkan kanji. diperas, tidak ada gaya
Setelah kanji matang menekankan kanji-kanji
benang dikebut dengan kedalam benang akibatnya
maksud supaya benang- bagian dalam kurang
benang terpisah satu sama terkanji.
yang lain. Setelah dikebut  Kapasitas penganjian kecil.
kemudian dijemur sampai  Pengeringan sangat
kering. tergantung terhadap sinar
matahari, sehingga
Kelamahan-kelemahan kemungkinan pengeringan
penganjian sistem ini : tidak merata.
 Kanji yang masuk kedalam  Pengebutan dimaksudkan
benang kurang merata untuk memisahkan benang
karena benang dalam yang satu dengan lainnya.
bentuk gulungan. Kanji yang Pada waktu dikebut benang
masuk dibagian luar diregangkan, kalau
gulungan kadang-kadang peregangan terlalu tinggi,
berbeda dengan pada mulur benang akan
bagian dalam gulungan. berkurang dan dipertenunan
 Perekat tidak pecah betul- benang akan mudah putus.
betul menjadi gelatine Peregangan benang dengan
397

cara pengebutan dengan telah dimasak, kemudian


tangan sukar diukur ditambah air untuk mengatur
besarnya, padahal regangan viskositasnya. Selanjutnya
benang tidak boleh lebih dari benang dalam bentuk hank
1 %. Mulur benang setelah diremas-remas dalam
dikanji tidak boleh kurang larutan kanji tersebut,
dari 4 %, sebab kalau diperas serata mungkin,
mulurnya kurang dari dari 4 dikebut, dikeringkan
%, benang akan sering setengah kering, kemudian
putus pada waktu ditenun. dikebut lagi dikeringkan
sampai kering betul.
Hal-hal yang harus  Kesukaran-kesukaran pada
diperhatikan : penganjian sistem ini.
 Supaya penetrasi kanji - Larutan susah masuk
dapat mudah masuk dalam kedalam benang
benang, maka selama - benang-benang
benang dimasukkan biasanya melekat
kedalam larutan kanji satu sama lain
mentah sering diperas. - kapasitas penganjian
 Pengebutan jangan terlalu kecil
keras dan dilakukan dalam - pengeringan tergantung
keadaan basah. Jumlah kepada panas matahari
pengebutan untuk masing- - Draft pada pengebutan
masing streng benang harus tidak dapat diukur.
sama agar penarikan  Hal-hal yang harus
benang untuk tiap-tiap diperhatikan
gulungan/streng dapat - Larutan kanji yang
sama. dimasak harus
betul-betul sudah
x Metoda Kanji matang mempunyai viskositas
Metoda ini banyak digunakan larutan yang stabil.
untuk industri-industri yang - Dipakai obat pelemas
mempunyai jumlah mesin agak yang cukup supaya
banyak. Metoda kanji matang ini benang dapat terpisah
ada 2 macam sistem peralatan satu sama lain.
yang digunakan yaitu : - Jumlah pengebutan
 Penganjian dengan kanji untuk tiap untaian
matang menggunakan bak supaya sama, agar draft
biasa. benang dapat sama.

 Pada penganjian sistem ini  Penganjian dengan kanji


larutan kanji yang digunakan matang menggunakan
adalah larutan kanji yang
398

mesin kanji (Hank Sizing yang telah ditentukan dalam


Machine) resep perlu dimasak dahulu.
Pada mesin kanji ini mempunyai  Setelah pemasakan kanji
2 unit proses yaitu : selesai yaitu larutan kanji
 Unit proses pemasakan yang memenuhi syarat
kanji dalam viskositas maupun
Untuk mempersiapkan temperaturnya, kemudian
larutan kanji yang siap untuk larutan kanji dialirkan pada
dipergunakan dalam proses bak kanji pada unit proses
penganjian, obat-obatan penganjian sesuai dengan
kebutuhannya.

Gambar 7.72
Mesin Kanji Hank (Hank Sizing Machine)

Keterangan : 6. Pipa pengembalian larutan


1. Pengukur isi larutan (Tank kanji.
Gauge) 7. Handel penyetel pemasukan
2. Bak pemasak kanji (Tank) kanji (Adjusting Valbe)
3. Poros pengaduk (Stirring 8. Ukuran jumlah larutan (Size
shaft) Quantity Gauge)
4. Tutup Pipa Buangan 9. Rol pemeras (Basket Roller)
(Ground Plug) 10. Roda Gigi Pompa (Gear
5. Pipa pemasukan larutan Pump)
kanji pada mesin kanji
399

11. Pipa pembagi larutan (Size - Rol pemeras


Dividing Elbow) - Pompa pemasukan
12. Silinder Prisma (Triangular larutan kanji
Cylinder) - Pemutar benang
13. Rol Pemeras (Taper Roller) Cara penganjian :
14. Handel Rol Pemeras - Mesin Kanji dijalankan
(Dehydrating Reinforcement dengan menekan Switch
Handel) - Buka Adjusting Valbe(7)
15. Poros Pengaduk (Stirring sehingga larutan kanji
Shaft) masuk pada bak kanji,
16. Bak Penganjian (Sizing sesuai dengan
Tank) banyaknya larutan kanji
17. Rol Karet (Dehydrating Gum yang dibutuhkan untuk
Roller) setiapsatu proses.
18. Motor Unit Pemasakan (3 - Pasangkan benang pada
Phases ¼ HP (0,2 KW) Triangular Cylinder (12)
19. Motor unit proses dan Dehydrating Gum
penganjian (3 phases 1 HP Roller (17), banyaknya
(0,75 KW) benang setiap proses
adalah 1,6 – 2,0 lbs (700
- Unit proses penganjian – 900 gram)
Pada unit proses penganjian - Setelah proses
ini diperlengkapi dengan penganjian selesai
peralatan : benang dikeluarkan
- Bak penganjian kemudian diperas
- Pengaduk larutan kembali dan dijemur.

Gambar 7.73
Unit Proses Penganjian
400

x Cones Sizing Method dilewatkan bak larutan kanji,


(Metode Penganjian Bentuk dilewatkan pada alat pengering
Cones) udara panas dan akhirnya
langsung dihani.
Sistem penganjian ini Methoda ini lebih baik daripada
merupakan gabungan antara Methoda Hank Sizing, karena
proses penganjian dan proses benang bersejajar satu-satu
penghanian yang dijadikan dilewatkan pada larutan kanji,
dalam satu proses. sehingga kemungkinan untuk
Pada proses penganjian ada 2 melekat satu dengan yang lain
macam mesin yaitu : kecil sekali.
- Penganjian dengan mesin Dalam penganjian benang lusi
hani seksi kerucut dengan methoda ini,
- Penganjian dengan mesin kesulitannya yaitu apabila ada
hani seksi kerucut benang yang putus pada waktu
Prinsip Kerjanya mesin. benang dikeringkan sehingga
Benang dalam bentuk Cones menyulitkan pada waktu
diatur pada rak hani (creel) penghaniannya. Maka
dengan susunan tertentu sesuai pengawasan putusnya benang
dengan corak lusi yang telah perlu mendapat perhatian yang
direncanakan. Kemudian khusus.
benang-benang ditarik,

Gambar 7.74
Penganjian dengan Mesin Hani Seksi Kerucut
401

Gambar 7.75
Penganjian dengan Mesin Hani Lebar

x Metode penganjian bentuk ditentukan dalam resep


Bum (Slasher Method) perlu dimasak terlebih
dahulu. Macam serat dan
Sistem penganjian ini benang yang akan dikanji
merupakan kelanjutan dari sangat mempengaruhi
penghanian dengan mesin hani terhadap pemilihan macam
lebar, sehingga benang-benang kanji yang digunakan, lama
yang akan dikanji terlebih pemasakan dan temperatur
dahulu digulung pada bum hani yang digunakan dalam
menggunakan mesin hanii proses penganjian.
lebar. Untuk proses
penganjiannya pada mesin ini Sampai saat ini dikenal
diperlengkapi dengan peralatan beberapa macam alat/mesin
pemasakan kanji. Dengan pemasak bahan kanji.
demikian mesin yang digunakan - Alat pemasak kanji terbuka
terdiri dari 2 (dua) unit proses :
- unit proses pemasakan kanji Pada alat pemasak kanji
- unit proses penganjian terbuka proses pemasakan dan
1.) Unit Proses Pemasakan pencampuran dilakukan pada
kanji alat yang sama. Unit ini terdiri
Untuk mempersiapkan Clay Pan dan Mixing Cistern,
larutan kanji yang siap untuk Clay Pan digunakan untuk
dipergunakan dalam proses memasak kanji yang sukar larut
penganjian, obat-obatan dan pada air, sedang mixing cistern
bahan kanji yang telah digunakan untuk memasak
402

bahan yang mudah larut dalam baru setelah larut dan


air. Setelah semua bahan kanji dipanaskan, bahan kanji yang
larut, dimasukkan pada mixing mudah larut pada suhu tinggi
cistern. dimasukkan. Setelah bahan-
Ada jenis pemasak lain yang bahan kanji tersebut larut
terdiri dari High Pressure semua dan sudah masak baru
Cooker dan Storage. Seluruh dipindahkan ke storage.
bahan kanji dimasak pada High Dari tangkai penyimpan
Pressure Cooker dengan urutan (storage) larutan kanji alirkan ke
bahan kanji yang mudah larut bak kanji (size box) menurut
pada suhu rendah didahulukan, kebutuhan

Gambar 7.76
Alat Pemasak Kanjii Terbuka

Keterangan : Pada alat pemasak terdiri dari


1. Clay Pan clay pan, mixing cistern dan
2. Mixing Cistern High Pressure Cooker
3. Motor Larutan kanji dari clay pan dan
4. Size Box mixing cistern yang sudah
tercampur dengan baik
- High Pressure Cooker/Jet kemudian dimasukkan pada
Cooker high pressure cooker untuk
dimasak pada tekanan dan
temperatur yang tinggi.
403

Gambar 7.77
High Pressure Cooker

Keterangan : dimasukkan kedalam air


1. Mixing Cistern sebelum perekat, maka
2. Clay Pan akan tertekan kebawah
3. High Pressure Cooker larutan oleh perekat dan
tidak akan campur dengan
- Hal-hal yang harus baik walaupun dikocok
diperhatikan dalam (diaduk).
pembuatan larutan Kanji. Cara melarutkan oiling
- Cara mencampur agent.
Sebelum memasukkan Karena oiling agent susah
perekat kedalam air, harus tercampur, sebaiknya
dimasukkan dahulu sebelum dicampurkan
pembasah yang berfungsi kelarutan kanji, oiling agent
untuk membantu dilarutkan tersendiri,
pendispersian perkat pada dicampur dulu dengan
air. Kalau Perekat starch dan sedikit air
dimasukkan secara kemudian dimasukkan dan
langsung pada air akan diaduk. Karena Viskositas
terjadi penggumpalan. larutan tinggi, oiling agent
Selanjutnya, untuk tidak mengapung ke
meratakan larutan perlu permukaan. Sesudah itu
diaduk. baru dimasukkan kelarutan
- Oiling Agent harus kanji.
dimasukkan sesudah - Temperatur pemasakan
perekat. Kalau oiling Agent harus cukup, sehingga butir-
404

butir kanji telah betul-betul - Visko Cup


pecah menjadi gelatine Visko Cup ada 2 macam
(pasta). Masing-masing Ø : 6 mm untuk kapas
perekat mempunyai suhu Ø : 4 mm untuk filament
yang berbeda-beda.
- Lamanya pemasakan harus
tepat.
- Lamanya pemasakan
sangat mempengaruhi
viscositas larutan, walaupun
perekat telah pecah menjadi
gelatin, biasanya viscositas
turun dan lama-lama stabil.
Tepat viscositas mulai stabil,
pemasakan dihentikan,
karena kalau dimasak terus
viscositas stabil tetapi daya
rekatnya turun. Gambar 7.79
Visko Cup

Cara mengukur viscositas


dengan visko cup.
- Periksa kondisi Visko cup
harus bersih, kalau perlu
dibersihkan terlebih dahulu
- Masukkan visko cup
seluruhnya kedalam larutan
kanji, pegang gantungannya
dengan tangan kanan dan
biarkan 10 – 20 detik agar
Gambar 7.78 didapat panas yang sama
Grafik Viscositas dan Waktu antara visko cup dengan
larutan
Lamanya masak, masing- - Angkat visko cup penuh
masing perekat mempunyai dengan larutan.
grafik yang berbeda. - Tekan knop dari stop watch
- Selama pemasakan, supaya mulai bekerja
viscositas larutan harus dengan tangan kiri,
selalu diperiksa dengan waktunya bersamaan
Visko Cup. Kalau Viscup dengan pengangkat visko
sudah menunjukkan hasil cup
yang sama pemasakan - Pegang visko cup dengan
dihentikan. baik, tahan diatas larutan
405

setinggi 10 cm, perhatikan - Setelah selesai, bersihkan


keluarnya larutan dari visko visko cup bagian dalam
cup. maupun luarnya terutama
- Tekan knop dari stop watch dibagian lubang pipa kecil.
untuk dihentikan, Satuan dari viscositas terutama
bersamaan dengan waktu dilaboratorium adalah Cps.
larutan habis dari visko cup, Walaupun dilakukan dalam
hitung berapa detik satuan detik kita dapat
- Ulangi 2-7 kali (cukup 2 kali) mengetahui Cpsnya dengan
- Catat pembacaan detik mempergunakan diagram
dibawah ini.

Gambar 7.80
Grafik Kecepatan Habisnya Larutan terhadap Cps,
untuk Viskocup Ø 6 mm

Kalau kita mempergunakan - Keadaan Larutan kanji


resep dengan 2 macam perekat waktu dilewati benang
misalnya Tapioka dan PVA, Penganjian benang sebenarnya
maka pelarutannya harus dilakukan di size box, peralatan
terpisah karena masing-masing yang ada pada size box adalah
perekat daya larutan berbeda. Imersion Roller, squezing roller
Setelah keduanya larut, dan cavity box. Oleh karena itu
kemudian dicampur dan harus kita perhatikan hal-hal
dipanaskan sampai terbentuk sebagai berikut :
pasta dimana viskositasnya - Suhu larutan yang ada pada
tetap. size box harus selalu tetap
(stabil), dimaksudkan untuk
406

mendapatkan viskositas - Lemak binatang 8 kg


yang stabil pula. (10,7% terhadap
- Untuk mempertahankan tapioka)
viskositas larutan kanji yang - Teepol 2 kg (liter) (2,7 %
baik, larutan harus selalu terahadap tapioka)
berputar dari bak - Cu SO4 (trusi) 0,02 kg
penampung dan bak kanji, (0,03 % terhadap
yang dilakukan oleh pompa. tapioka)
- Untuk mendapatkan Proses memasak :
viskositas yang baik : Pada Clay Pan
 Resep harus baik/tepat  150 liter air dimasukkan,
 Pencampuran harus diaduk.
sesuai dengan  25 kg tapioka dimasukkan
aturannya dan diaduk terus selama 15
 Cara pemasakan harus menit.
benar  Dipanaskan hingga
 Sirkulasi larutan pada mencapai temperatur
size box harus baik mendidih selama 10 menit.
 Suhu larutan harus tetap  Pengadukan diteruskan
selama 5 menit dan lemak
- Cara mendapatkan Pick up binatang dimasukkan.
% yang dikehendaki :  Aduk terus selama 10 menit,
Jika kenyataan Pick Up % lebih turunkan temperatur menjadi
rendah dari yang dikehendaki, 80ºC.
kita bisa melakukan hal-hal  Campurkan dengan kanji
sebagai berikut : pada bak pemasak.
- Turunkan tekanan rol - Pada bak pemasak
- Kalau belum didapat Pick  Air 300 liter dimasukkan,
Up yang dikehendaki diaduk dan tapioka
- Kurangi kecepatan benang dimasukkan sedikit demi
- Kalau masih juga belum sedikit
didapat.  Teepol dimasukkan dan
- Turunkan suhu larutan kanji diaduk terus selama 10 mm
 Pemanasan dimulai hingga
- Resep-resep kanji dan cara mendidih selama 15 menit
pemasakan dan penganjian. kemudian turunkan
- Resep penganjian temperatur 80ºC
dengan mesin  Larutan yang ada pada Clay
Untuk benang kapas Pan dicampurkan.
- Air 450 liter  Semuanya diaduk dan
- Tapioka 75 kg (16,7 % panaskan sampai mendidih
terhadap air) dan sampai diperoleh
407

viskositas larutan yang  Stel tinggi kedalaman


stabil. Imersion Roller.
 Proses penganjian  Panaskan ruang pengering
 Larutan kanji dimasukkan (silinder pengering) sesuai
pada bak kanji dan dengan standar
penampung secukupnya. pengeringan.
 Panaskan kedua bak hingga  Kecepatan benang agar
dicapai temperatur 85ºC – selalu kontinu
94 ºC  Kontrol persentase kanji
 Stel tekanan Squeezing Rol setiap bum diturunkan
sesuai dengan persentase (14 -17 %)
kanji yang diharapkan.
Tabel 7.10
Resep Benang Polyester 65%,kapas 35%

Bahan Jumlah Keterangan


Air 400 liter -
Terigu 12,0 kg 3% terhadap air
PVA 217 16,0 kg 4% terhadap air
Velustrol 1,0 kg 3,5% terhadap perekat
Elenon 1,0 kg 3,5% terhadap perekat
Teepol 2 liter 7% terhadap perekat
Temperatur proses kanji 85º C
Keterangan : Terigu dan PVA 217 adalah zat perekat kanji.

Tabel 7.11
Resep Benang Polyester 65%, Rayon 35%

Bahan Jumlah Keterangan


Air 400 liter -
Typose (CMC) 8 kg 2% terhadap air
PVA – 217 6 kg 1,5% terhadap air
Velustrol 1,0 kg 7,2% terhadap perekat
Elenon 1,0 kg 7,2% terhadap perekat
Teepol 2 kg (lt) 14,3% terhadap perekat
Temperatur dalam proses 65–70º C -

2.) Unit proses penganjian x penganjian (sizing section)


Mekanisme mesin kanji secara x pengeringan (drying section)
umum terdiri dari beberapa x penggulungan (beaming
bagian section)
x tempat bum hani (beam stand,
beam creel)
408

Gambar 7.81
Skema Proses Mesin Kanji Slasher

Keterangan : 20. differential gear


1. rak boom hani 21. delivery roll
2. boom hani 22. delivery roll
3. bak penampung 23. delivery roll
4. rol-rol peregang 24. boom tenun
5. rol perendam 25. pipa-pipa udara panas
6. rol pemeras bawah A. Beam Creel (tempat Bum)
7. rol pemeras atas B. Sizing Section (Bagian
8. bak kanji Penganjian)
9. rol pemisah basah C. Diying Section (Bagian
10. drum-drum pemanas Pengeringan)
11. rol penegang D. Beaming Section (Bagian
12. pengeluaran udara Penggulungan)
13. kipas penghisap
14. penyaring udara a) Bagian bum hani (beam
15. rol penegang creel, beam stand)
16. drum-drum pengering x susunan penempatan bum
17. pipa penyalur udara hani dan arah penarikan
panas benang dapat dilihat seperti
18. rol penegang pada gambar 7.84 A, B dan C.
19. rol pemisah kering
409

Gambar 7.82
Penempatan Bum dan Arah Penarikan Benang

x penguluran benang bum hani Keterangan :


pada tempar bum ada 2 1. Bum hani
sistem. 2. Sabuk pengerem
Penguluran Pasif yaitu 3. Pemberat
terjadinya penguluran karena 4. Stang pengerem
adanya penarikan benang
dengan keadaan bum ditahan Pada saat benang ditarik
oleh pengereman Lihat gambar tegangan benang harus selalu
7.85. konstan dari gulungan besar
sampai gulungan benang itu
habis. Oleh karena itu perlu
adanya pengaturan-pengaturan
pengereman bum
x Pengaturan pengereman
sistem pemberat (bandul).
Pada sistem ini pengaturan
pengereman dilakukan secara
manual yaitu dengan
menggeser pemberat.
x Pengaturan pengereman
Gambar 7.83 sistem servo motor dan
Penguluran Pasif dengan elektro magnet yang
Pemberat (bandul) bekerjanya secara otomatis
410

dengan penyetelannya
dilakukan hanya sekali pada
awal penarikan untuk seluruh
bum yang dipasang (lihat
gambar 7.86 dan gambar
7.87).

Gambar 7.85
Pengereman Sistem
Elektromagnet

a) Bagian penganjian (sizing


Gambar 7.84 section)
Pengereman Sistem Bagian ini merupakan terjadinya
Servo Motor proses penganjian benang
dimana benang–benang
dilewatkan pada rol perendam,
larutan kanji dan rol-rol
pemeras.

Gambar 7.86
Bagian Penganjian (Sizing Section)

Keterangan : 5. Rol pemeras


1. Bak penampang 6. Pompa
2. Bak Kanji
3. Pipa uap Macam-macam bagian
4. Rol perendam penganjian : macam-macam
411

bagian penganjian dibedakan 3. Perendam tunggal (one


menurut jumlah rol perendam, sizevet) gambar 7.87 a, b, d.
rol pemeras dan bak kanji yang 4. Dua perendam (Two size
digunakan . vet) gambar 7.87 c.
1. Pemeras tunggal (single 5. Dua bak kanji (Two size
squeezing roller) gambar Box) gambar 7.87 d.
7.87 a.
2. pemeras ganda (double
squeezing roller) gambar
7.87 b, c, d.

Gambar 7.87a
Pemeras Tunggal

Gambar 7.87b
Pemeras Ganda dan Perendam Tunggal
412

Gambar 7.87c
Pemeras Ganda dan Dua Perendam

Gambar 7.87d
Pemeras Ganda, Perendam Tunggal dan Dua Bak Kanji

- Bak Kanji (Size Box) dan yang berbeda dengan larutan


Bak Penampung (Cavity kanji yang baru dimasukkan,
Box) sehingga apabila keduanya
Kedua bak ini mempunyai arti tidak dapat bercampur dengan
yang penting bagi continuitas sempurna akan sangat
kwalitas kanji. Selama proses mempengaruhi terhadap
berjalan larutan kanji yang kwalitas hasil penganjian.
berada dalam bak kanji Oleh karena itu larutan kanji
berkurang jumlahnya, sehingga yang baru adalah salah apabila
perlu selalu ditambah larutan dimasukkan langsung kedalam
kanji yang baru. bak kanji, melainkan harus
Larutan kanji lama (dalam bak dimasukkan kedalam bak
kanji) mempunyai konsentrasi penampung terlebih dahulu,
413

sehingga dapat bercampur box, terus kembali ke cavity


dengan larutan kanji lama yang box.
keluar dari bak kanji.
Sirkulasi ini harus selalu - Rol Pemisah Benang Basah
dijalankan dengan perantaraan Rol ini sangat penting artinya
pompa sehingga temperatur untuk membantu memisahkan
larutan kanji pada bak kanji benang lusi satu sama lain
selalu sama dengan larutan dalam keadaan basah sebab
kanji yang ada pada bak apabila sudah kering,
penampung. Dengan demikian pemisahan tersebut dapat
hasil penganjian lusi akan selalu berakibat kanji banyak terlepas.
berkwalitas sama. Dengan pemisahan ini jelas
Adapun temperatur larutan kanji akan berakibat timbulnya bulu-
berkisar antara 70 - 95ºC. bulu benang kembali, oleh
Pada gambar 7.88dapat dilihat karena itu pada alat ini
bahwa larutan dimasukkan dilengkapi dengan dua buah rol
kedalam bak penampung (cavity kecil (Rod) untuk membantu
box) dengan perantaraan menidurkan bulu kembali. Rol
pompa, larutan dimasukkan pemisah basah biasanya
kedalam bak penganjian (size berputar dengan kecepatan
box). sangat rendah untuk
Setelah size box mencapai isi menghindari adanya
dengan permukaan tertentu, kesusahan, sedang dua rol (rod)
larutan mengalir melalui lubang tersebut secara pasip dapat
yang menuju ke bak berputar karena gerakan lusi.
panampung. Dengan demikian Posisi rol pemisah basah dapat
larutan mengalir secara dilihat pada gambar 7.90.
berputar dari cavity box ke size

Gambar 7.88
Posisi Peralatan Rol Pemisah Basah

b) Bagian Pengeringan (Drying Benang ini setelah dikanji


Section) keadaannya basah, oleh karena
itu perlu dikeringkan. Sampai
414

pada saat sekarang ini, pada temperaturnya diatur lebih


mesin kanji ada beberapa tinggi, sehingga secara visual
macam sistem pengeringan benang telah cukup kering dan
yaitu : masih mengandung air
- Pengering Silinder secukupnya.
Pada alat pengering sistem ini Pada mesin kanji dengan
terdiri dari 2, 3, 5 atau lebih silinder pengering lebih dari tiga
silinde-silinder yang buah, pengaturan temperatur
memperoleh pemanasan dari dibagi dalam tiga grup dimana
uap yang dimasukkan pertama dengan temperatur 80 -
kedalamnya. 90 ºC, grup kedua dengan
Pengaturan temperatur temperatur 100ºC lebih besar
dilakukan pada setiap silinder, dan grup ketiga dengan
sehingga perbedaan temperatur temperatur 70ºC - 80ºC. hal ini
antara silinder satu dengan sangat penting artinya untuk
silinder lainnya dapat diatur. menghindari pengeringan dan
Pengaturan ini penting untuk pendinginan yang mendadak
menghindari hasil penganjian yang dapat menyebabkan kanji
yang getas (brittle) karena pada menjadi rapuh. Untuk
terlalu kering. menghindari kerusakan benang
Pada gambar 7.108 karena benang menempel
menunjukkan pengeringan langsung dengan silinder
dengan pengering silinder. Jika sehingga kadang-kadang
pengeringan menggunakan 2 benang menjadi lengket dan
silinder pengering, maka pada gepeng juga timbul bulu lagi,
silinder pertama temperaturnya maka pada permukaan silinder
diatur agar tidak berbeda jauh dilapisi Teeflon Sheet semacam
dari temperatur larutan kanji, karet sintetis yang tahan panas.
baru pada silinder ke 2

Gambar 7.89
Pengering dengan 5 Silinder
415

- Pengering dengan ruang ruang pengering akibat hisapan


pengering (Dry Chamber) kipas.
Dengan sistem ini pengeringan Dari sistem ini dapat diketahui
benang dapat berjalan lebih bahwa mula-mula benang yang
merata ke semua permukaan tebal kanjinya dilalukan pada
benang tanpa benang yang daerah yang terpanas kemudian
diproses harus bersinggungan baru pada daerah yang lebih
langsung dengan alat-alat yang dingin. Keadaan ini
temperaturnya tinggi. menyebabkan temperatur ruang
Pada gambar 7.90 terlihat tidak terlalu tinggi, sehingga
bahwa pengeringan terjadi proses penganjian sistem ini
karena aliran udara panas dari tidak dapat diperoleh produksi
pipa-pipa udara ke seluruh yang tinggi.

Gambar 7.90
Pengering Ruang Pengering dan Silinder

Keterangan : cerobong (a) yang disedot oleh


1. Drum pemanas hisapan kipas (b1 dan b2).
2. Rol penegang Udara dialirkan keseluruh
3. Kipas penghisap ruangan sehingga didalam
4. Pipa-pipa udara panas ruangan tersbut terjadi sirkulasi
udara secara merata. Suhu
Perbaikan dari sistem ini ruangan ini dapat mencapai
diperoleh sistem ruang 170ºC sedangkan suhu benang
pengeringan kecepatan tinggi yang dipanaskan tidak lebih dari
(High Speed Dry Chamber). 100ºC karena benang tersbut
Sistem pengeringan ini masih mengandung air. Akan
menggunakan udara panas dari tetapi pengeringan dapat
416

diperoleh dengan baik karena standar maka secara otomatis


adanya aliran udara panas pada pintu pemasukan udara akan
permukaan benang tersebut. menutup dan pintu pengeluaran
Kerusakan benang terbakar udara akan terbuka membuang
dapat dihindari karena sama udara panas yang kelebihan
sekali tidak menyentuh tadi. Demikian pula pada saat
peralatan yang panas. Tekanan berhenti akibat kerusakan atau
udara dalam ruangan pengering penggantian bum tenun setelah
6 – 8 atmosfir, apabila tekanan penuh, kedua pintu tersebut
dalam ruangan melebiha akan bekerja secara otomatis.

Gambar 7.91
Pengeringan dengan Udara Panas

c) Bagian penggulungan dengan jumlah bum hani yang


(Beaming Section) dipasang dikurangi dengan satu
(n – 1).
- Proses pemisahan benang Adanya peralatan ini
lusi yang telah dikanji menyebabkan
dilakukan oleh peralatan- - Adanya kanji yang lepas dari
peralatan rol pemisah benang benang
kering dan sisir kanji. - Jumlah bulu-bulu dari benang
Alat pemisah ini penting artinya akan meningkat
untuk dapat memisahkan - Meningkatnya lusi yang putus
benang lusi yang satu dengan selama proses.
lainnya untuk menghindari Ketiga hal tersebut diatas
kesukaran dipertenunan akibat haruslah selalu diperhatikan dan
lusi lengket satu sama lain. diusahakan agar rol pemisah
Jumlah rol pemisah ini sama
417

mempunyai diameter yang tidak saat penyebaran lusi pada saat


terlalu besar. pertama operasi. Dengan
- Sisir Ekspansi demikian selama proses
Sisir Ekspansi berfungsi untuk berlangsung tidak dibenarkan
menyebarkan benang lusi untuk dipindah-pindahkan.
dengan merata selebar bum Apabila pemindahan dilakukan,
tenun yang dikehendaki. maka akan terjadi banyak
Pencucukan benang pada sisir benang lusi yang saling
ini tidak teratur sebagaimana menyilang pada bum yang
pada sisir tenun, kecuali dihasilkan, selain itu tegangan
benang-benang lusi bercorak. benang akan berbeda-beda.
Oleha karena itu urutan jajaran
lusi sangat tergantung pada

Gambar 7.92
Rol Pemisah Benang Lusi Kering

- Penggulungan benang diperlengkapi dengan peralatan


Benang yang telah dikanji gerakan pengatur kecepatan
langsung digulung pada bum penggulungan benang, untuk
tenun yang lebarnya sesuai mendapatkan tegangan dan
dengan yang direncanakan. kekerasan gulungan yang selalu
Gerakan penggulungan ini pada sama sepanjang benang yang
dasarnya ialah panjang benang digulung dalam bum tenun.
yang digulung setip menit Adapun konstruksi mekanik
adalah sama atau konstan, jadi peralatan penggulungan benang
pada saat diameter gulungan pada mesin kanji tidak selalu
masih kecil putaran bum tenun sama pada setiap mesin,
cepat dan pada saat diameter tergantung dari merk dan type
gulungan benang lusi besar mesinnya.
putaran lambat. Sebagai contohnya peralatan
Sehingga pada peralatan penggulungan benang dapat
penggulungan benang ini, harus dilihat pada gambar 7.93.
418

Gambar 7.93
Peralatan Penggulungan Benang

Keterangan : Pada proses pencucukan


M . Motor dipengaruhi oleh anyaman kain
1&2 . Puli yang akan dibuat, alat
3.4 . Roda gigi bebas pembentuk mulut lusi pada
5.6 . Roda gigi biasa mesin tenun dan macam mesin
7.8 . Roda gigi bebas tenun yang akan digunakan.
9 . Rol Penggulung Proses pencucukan meliputi :
(delivery roller) - memasukan (mencucuk)
10-13 . Roda gigi bebas benang lusi pada Dropper
14-15 . Cakra puli - memasukan (mencucuk)
16-17 . Puli benang lusi pada Dropper
18-19 . Roda gigi bebas - memasukan (mencucuk)
20 . Lalatan lusi benang lusi pada Dropper
M1 . Motor pengatur Bila mesin tenun yang
putaran lalatan lusi digunakan tidak diperlengkapi
21-22 . Puli peralatan otomatis benang lusi
23-24 . Roda gigi bebas putus, maka pencucukan hanya
dilakukan proses pendudukan
7.6 Pencucukan (Drawing In, pada mata gun dan pada sisir
Reaching In) tenun. Tetapi bila mesin tenun
yang digunakan diperlengkapi
Sebelum benang lusi pada bum dengan peralatan otomatis
tenun dapat ditenun, maka benang lusi putus maka proses
diperlukan proses pencucukan. pencucukan yang dilakukan
adalah pencucukan pada
419

Dropper, mata gun gan sisir 7.6.1 Mencucuk dengan


tenun. tangan
Pada perusahaan pertenunan
yang memproduksi hanya Mencucuk dengan tangan
satu/beberapa macam kain merupakan cara pencucukan
tertentu saja, proses yang terbaik untuk
pencucukan kadang-kadang mempertahankan kwalitas kain
tidak dilakukan. Hal ini yang dihasilkan.
dilakukan untuk dapat Pencucukan dilakukan oleh 2
menghemat tenaga kerja serta orang operator dimana seorang
mempercepat proses bertindak sebagai tukang
pemasangan lusi pada mesin menyuapkan benang sedang
tenun. Proses yang dilakukan yang seorang sebagai
ialah dengan menyambung pencucuk/penerima benang.
benang lusi baru dengan Pencucukan pada sisir
benang lusi yang masih berada dilakukan sesudah mencucuk
pada mesin tenun. pada dropper dan gun selesai.
Kelemahan dari cara ini ialah
dapat menyebabkan makin Peralatan yang diperlukan
bertambahnya lusi-lusi yang dalam pencucukan cara ini
akan saling menyilang dibagian adalah :
belakang mesin tenun. Oleh - Kerangka tempat bum tenun
karena itu sampai sekarang dan penggantung (tempat)
proses pencucukan masih gun dan dropper.
merupakan proses yang perlu - Kawat pencucuk Dropper
dilakukan agar memperoleh dan gun
mutu kain yang baik. Kawat pencucuk ini ada 2
Berdasarkan cara mencucuk, macam yaitu kawat cucuk
maka proses mencucuk dapat ganda dan kawat cucuk
dilakukan dengan : tunggal.
- Pisau pencucuk Sisir

Untuk lebih jelasnya jalan


benang pada proses
pencucukan adalah sebagai
berikut :
420

Gambar 7.94
Skema Urutan Proses Pencucukan

Keterangan gambar : 7.6.2 Mencucuk dengan


1. Beam Tenun Mesin
2. Benang lusi
3. Frame Proses mencucuk dengan
4. Penjepit mesin dilakukan dengan tujuan
5. Dropper untuk mengurangi tenaga
6. Gun operator. Hal ini dilakukan
7. Sisir biasanya karena upah buruh
8. Kawat cucuk yang tinggi. Proses pencucukan
9. Pisau cucuk dengan mesin dilayani oleh satu
operator, sedang mesinnya itu
sendiri hanya sebagai pengganti
operator penyuap benang,
bahkan pada saat pencucukan
pada sisir, mesin tersebut tidak
berfungsi.
421

7.6.2.1 Bagian peralatan Mesin Cucuk

Gambar 7.95
Peralatan Pencucukan

Keterangan : 13. Batang T (T bar)


1. Rangka (Frame) 14. Kain penggaruk (carding
2. Handle penegang cloth)
3. Dudukan klem (clamp 15. Squill vice
bracket) 16. Baut kupu (Butterfly bolt)
4. Pemegang Bum (Beam 17. Pemegang penggantung
Holder) (hanger holder)
5. Rel (Rail) 18. Poros penggantung (hanger
6. Pipa Penggantung (hanger shaft)
pipe) 19. Pipa pengantar (guide pipe)
7. Poros Pengantar (Guide 20. Pipa penyilang (leasing pipe
shaft) A)
8. Kem bawah A (Lower clamp 21. Pipa penyilang (leasing pipe
A) B)
9. Klem bawah B (Loner clamp 22. Pemegang pipa penyilang
B) (leasing pipe holder)
10. Repository racket 23. Tipping holder
11. Dudukan penggantung 24. Penggantung Dropper
(hanger bracket) (dropper hanger)
12. Klem atas (upper clamp) 25. Headle hanger
422

dicucuk dan bekerja secara


otomatis, dilakukan oleh
Carriage (penyuap benang) peralatan Selector (1) dan worm
Peralatan ini berfungsi untuk magazine (2), lihat gambar 7.97.
menyuapkan benang yang akan

Gambar 7.96
Carriage

Keterangan :
1. Selector 7.6.2.2 Alat Perlengkapan
2. Worm magazine Proses Pencucukan
3. Conduction stop feeler
4. Running stop feeler 1. Kawat cucuk (Drafing hook)
5. Set screw (for No.8)
6. Chain cover Kawat cucuk berfungsi untuk
7. Running Stop feeler cover mengait dan menarik benang-
8. Cover benang lusi untuk ilewatkan ke
9. Roller lubang droper dan gun.
10. Location roller Ada 2 macam kawat cucuk :
11. Pinion for feeding - kawat cucuk tunggal (lihat
12. Ratchet for feeding gambar 7.98)
13. Lever for feeding - kawat cucuk ganda (lihat
14. Metal fluq gambar 7.99)
15. Push Butten Snitch
16. Handle
423

Gambar 7.97
Kawat Cucuk Tunggal

Gambar 7.98 :
Kawat Cucuk Ganda

2. Pisau cucuk (Denting Hook)


Tabel 7.12
Pisau cucuk berfungsi untuk Penggunaan Pisau Cucuk
mengait dan menarik benang-
benang lusi ke lubang sisir No Nomor Untuk
setelah dilewatkan droper dan Pisau benang
gun. cucuk Nomor

Penggunaan pisau cucuk 1. 40 Ne140


tergantung dari kehalusan
benang yang dicucuk (lihat 2. 30 Ne130
table7.12).
3. 30 Ne120

3. Sisir Tenun (Reed)

Pada sisir tenun 2 macam


Gambar 7.99 pernyataan yaitu :
Pisau Cucuk a.) Nomor sisir (Reed count : R)

Nomor sisir menyatakan jumlah


kawat sisir yang disusun dalam
panjang setiap 2 inch atau
424

jumlah lubang sisir setiap Kalau celah sisir ini cukup


panjang 2 inch. besar, benang lusi longgar dan
b.) Nomor Kawat Sisir (Reed bebas bergeser didalamnya
Wire Count : W) sehingga kemungkinan putus
kurang. Tetapi untuk
Nomor kawat sisir menyatakan memperoleh celah yang besar
jumlah kawat sisir yang mungkin harus dipergunakan kawat yang
disusun berderet dalam jarak tipis. Kawat sisir yang terlalu
0,5 inch. tipis berarti kekuatannya kurang
Bila tebal kawat sisir dinyatakan atau mudah rusak akibat
t inch, maka nomor kawat sisir tegangan lusi untuk menggosok
adalah : pada kawat sisir. Untuk
mengetahui hubungan nomor
1 sisir dan nomor kawat sisir yang
W= paling baik dalam
2t
penggunaannya agar tidak
Ketebalan kawat sisir (Reed terjadi hal-hal seperti dijelaskan
wire Thickness) adalah penting, diatas, disarankan
karena mempunyai pengaruh menggunakan rumus hubungan
dalam proses tenun dengan sebagai berikut :
kemungkinan putus benang. R
W=  2 , untuk cucukan
c.) Hubungan Nomor Sisir (R) 2
dengan Nomor kawat sisir 2 helai tiap celah
(W) R
W =  2 (15 – 20) untuk
2
Telah kita ketahui bahwa cucukan 4 helai setiap
benang-benang lusi dalam celah sisir
proses tenunnya bergeser naik
dan turun dalam celah sisir.

d.) Macam-macam sisir tenun

Gambar 7.100
425

Sisir Mesin Tenun Konvensional

H E1 E2 F1 – F2 W
111.5 - 122 m m 12 - 16 m m 18 m m 8 mm 4.0 m m

Gambar 7.101
Sisir Mesin Tenun Airjet Loom

H E1 E2 F1 – F2 W
125 - 128 m m 12 - 20 m m 20 m m 5.5 -8 m m 2.8 4.0 m
m

Gambar 7.102
Sisir Mesin Tenun Rapier, Water Jet, Projectile

4. Gun (Wire Heald) Pemakaian nomor gun


Gun terbuat dari kawat dari disesuaikan dengan
bahan carbon Hard Steel 60 kehalusan (nomor) benang
dan cara penomoran gun dan kerapatan (tetal
diperkenalkan oleh Imperial benang) lusi yang akan
Standard Wire Gauge. digunakan.
Nomor gun berkisar No. 18
s.d. No. 36.
426
- -
Gun No. 24 (D=0,559 mm) Gun No. 30 (D=0,3150
digunakan untuk benang mm) digunakan untuk
Ne18S - Ne112S benang Ne140S - Ne160S
-
Gun No. 27 (D=0,4166
mm) digunakan untuk
benang Ne120S - Ne140S

Gambar 7.103
Gun (Wire Heald)

5. Droper - Droper tebal digunakan untuk


Pemakain Droper disesuaikan benang lusi kasar dengan
dengan kehalusan benang lusi tetal benang lusi rendah.
dan kerapan (tetal) benang lusi - Droper tipis digunakan untuk
yang digunakan. benang lusi halus dengan tetal
Droper diklasifikasikan benang lusi tinggi.

Gambar 7.104
Droper
427

7.6.2.3 Persiapan sebelum 5. pindahkan pipa


proses pencucukan penyilang A, B (20,21)
6. Tempatkan kereta
I. Persiapan sebelum (carriage) disebelah kiri
pemasangan benang lusi. rel (5).
1. Pindahkan T. Bar (13)
pada klem atas (12). II. Persiapan sebelum
2. Buka klem bawah A, B pemasangan benang lusi.
(8,9) 1. Rekatkan pita perekat
3. Pisahkan poros yang lebarnya 2 – 3 cm
penggantung (18) ke pada benang-benang
bagian pingir mesin lusi di seluruh lebar kain.
4. Setel klem bawah A, B 2. rekatkan pita perekat
(8,9) pada posisi vertical kedua dengan jarak 9,5
cm dari pita pertama.

Gambar 7.105
Gulungan Benang Lusi Bum Tenun

Pemasangan benang lusi 7. Sikat setiap seksi benang


1. Letakkan Bum pada secara merata dengan sikat
pemegang bum (4) khusus untuk memisahkan
2. Jepitkan ujung lusi pada benang-benang dan
bagian pita perekat dengan tempatkan benang-benang
penjepit benang secara merata pada kain
3. lewatkan benang lusi diatas (14)
klem atas (2) 8. Lepaskan bar pemisah
4. dan turunkan diantara klem kedalam dudukan pada
bawah A, B (8,9) dan tarik bagian bawah pipa pemisah
kebawah ± 83,5 cm B.
5. Letakkan Bar T (13) diatas 9. Tutup klem bawah A,B (8,9)
klem atas (12) dan jepit dan mantapkan pada
dengan kunci pas. posisinya.
6. Tempatkan kembali tali
silangan dengan pipa
silangan A,B (20,21)
428

10. atur tegangan lusi dengan


mengontrol handel peregang
(2)
11. Kemudian potong ujung
benang pada lembaran lusi
pada bagian atas kain garuk
(14).
Apabila menggunakan
benang spun, filament,
potong ujung benang pada
bagian bawah kain garuk
(14) untuk mencegah lusi
kendor. Waktu memotong
lusi sebaiknya memotong
secara terpisah sesudah
pekerjaan mencucuk
dilaksanakan agar dapat
menyetel tegangan lusi.
Gambar 7.106
pemasangan benang lusi
429

Gambar 7.107
Bagian-bagian Peralatan Kerangka Mesin Cucuk

7.6.2.4 Proses pencucukan Jumlah benang lusi yang


dicucukkan setiap celah lubang
1. Pencucukan pada benang sisir secara umum adalah 2
Gun helai benang. Sebelum
mencucuk benang pada sisir
Urutan pencucukan pada gun terlebih dahulu menentukan
disesuaikan dengan anyaman lebar cucukan pada sisir tenun
kain yang dibuat dan system yaitu dengan perhitungan :
pembukaan mulut lusi pada
mesin tenun yang digunakan. Lebar cucukan =
Urutan pencucukan pada gun jmllusi jmllusi pinggir
dibedakan : inch
no. sisir
a. cucukan lurus misalnya 1-2- x jmllusitiaplubang
3-4, 1-2-3-4, dan seterusya 2
berulang-ulang.
b. cucukan loncat misalnya 1- Contoh :
3-2-4, 1-3-2-4, dan - jumlah lusi 3648 helai
seterusya. - jumlah lusi pinggir 48 helai
c. cucukan runcing misalnya 1- - no. sisir = 60
2-3-4-5-6-7-6-5-4-3-2-1 dan - jumlah benang tiap lubang = 2
seterusya. helai
- lebar cucukan
2. Pencucukan benang lusi = 3648 – 48 = 60 inch
pada sisir tenun 60 x 2
2
430

Gambar 7.108
Lebar Cucuk pada Sisir Tenun

Keterangan
A. sisa lebar sisir tidak tercucuk
B. lebar cucukan
431

BAB VIII diperkenalkan di Cina dan


disebarluaskan ke benua Eropa.
PROSES PEMBUATAN Benang lusi secara individu
KAIN TENUN dimasukkan ke lubang mata gun
yang tersusun pada suatu
8.1 Perkembangan Alat bingkai atau rangka gun.
Tenun Kemudian rangka gun ini diikat
dengan tali yang dililitkan pada
8.1.1 Alat Tenun Tangan rol. Naik turun “rangka gun” atau
“kamran” dikendalikan oleh
Suatu kain tenun dibentuk injakan yang ada dibawah
dengan cara menyilangkan dua rangka gun dan dioperasikan
kelompok benang dengan sudut oleh operator tenun dengan
900. Alat tenun yang pertama kakinya.
diketahui 4000 tahun sebelum semacam sisir berayun atau
masehi. “sisir tenun” digunakan untuk
Benang pakan yang searah merapatkan benang pakan ke
dengan lebar kain disilangkan ujung kain (anyaman awal)
dengan kelompok benang lusi Pembentukan mulut lusi dan
yang membentuk panjang kain. pengetekan benang pakan ke
Pada alat tenun ini benang lusi arah lebar kain sangat
dalam posisi vertikal dan selalu menentukan kualitas kain tenun.
tegang karena ada pemberat Penyisipan benang pakan, yang
atau beban, sedangkan benang merupakan bagian penting
pakan disisipkan dengan suatu proses pembuatan kain tenun.
alat yang disebut “shuttle” atau Membutuhkan tenaga dan
“teropong” untuk membentuk keterampilan yang tinggi, masih
“mulut lusi” benang lusi dilakukan secara manual.
dipisahkan menjadi dua Lebar kain yang dapat
kelompok sehingga teropong dihasilkan sangat terbatas
bisa dilewatkan melalui mulut tergantung pada rentang tangan
tersebut. Pemisahan ini penenun sehingga untuk
dilakukan dengan menghasilkan kain yang lebih
menggunakan tongkat atau lebar diperlukan untuk
tangki pemisah. menyisihkan benang pakan
Di Asia Timur alat tenun kuno (teropong) dari satu sisi ke sisi
dirancang dengan posisi yang lain.
benang lusi horisontal, namun
kapan alat itu mulai digunakan Teropong Melayang
masih belum diketahui kurang
lebih abad ke 3 Masehi, suatu Pengembangan alat tenun
mekanisme “shedding” atau tangan selanjutnya baru di mulai
“pembukaan mulut lusi” telah pada abad ke 18. Pada tahun
432

1733 orang Inggris, J.Kay, Alat-alat penggerak tersebut


memperkenalkan suatu alat menghasilkan gerakan berputar
peluncur pakan atau shuttle yang kemudian diubah menjadi
yang disebut “flying shuttle” atau gerak lurus seperti gerak naik
“teropong terbang” yang turun, gerak maju mundur atau
dirancang dengan mekanisme gerak putar yang lain.
sederhana untuk mengurangi Tiga gerakan pokok pada alat
gesekan dengan lade, teropong tenun seperti gerakan
dilengkapi dengan roda. pembukaan mulut lusi, gerakan
Dengan cara ini peluncuran penyisipan pakan dan gerakan
pakan dapat dilakukan dengan pengetekan masih tetap ada
sebuah tangan. Perlengkapan pada mesin tenun. Sekitar tahun
utama peralatan ini antara lain : 1500 Leonardo da Vinci
tropong, gun dan sisir merancang tenaga air untuk
dioperasikan secara mekanis, menggerakkan mesin tenun.
tetapi tenaga penggerak seperti Pada tahun 1678 gennes
pengatur saat peluncuran dan seorang perwira angkatan laut
pengerakan alat masih Perancis dan pada tahun 1745
dilakukan secara manual. Vancanson seorang insinyur
Prancis memajukan rancangan
8.1.2 Mesin Tenun yang lebih rinci dari rancangan
Leonardo Da Vinci namun tidak
Mesin tenun merupakan ada satupun dari ketiganya
pengembangan lebih lanjut dari yang benar-benar terwujud.
alat tenun tangan (handloom). Mesin tenun yang pertama kali
Perubahan yang berarti adalah diproduksi secara komersial
pada jenis “sumbu tenaga”. dirancang oleh R. Miller,
Pada handloom menggunakan seorang Inggris pada tahun
tenaga manusia sedangkan 1796. mesin tenun secara
pada mesin tenun atau otomatis akan berhenti bila ada
“powerloom” menggunakan teropong berhenti di tengah
sumber tenaga non manusia, celah mulut lusi. Peralatan ini
seperti : disebut “Shuttle Stop Motion”
- Tenaga angin melalui kincir atau “Pengaman teropong”.
angin Kemudian ditemukan peralatan
- Tenaga uap melalui mesin penjaga pakan putus (Weft Stop
uap Motion) apabila ada pakan
- Bahan bakar melalui motor putus atau teropong meloncat.
bakar Berlatar belakang pengetahuan
- Tenaga listrik melalui motor mekanisme-mekanisme diatas,
listrik R. Robets, seorang insinyur
inggris yang terkemuka pada
tahun 1822 berhasil
433

mengembangkan mesin tenun Gabler tahun 1925 dan sistem


dan memproduksinya dalam Dewasa tahun 1930.
jumlah yang besar. Solusi altenatif lainnya adalah
ditemukannya cara peluncuran
8.1.3 Mesin Tenun Teropong dengan griper proyektil yang
Otomatis meluncurkan pakan dari satu
sisi ke sisi yang lain, yang
Penemuan peralatan kemudian proyektilnya akan
penggantian otomatis palet jatuh ke bawah pada ban
pada saat penenunan oleh J. H. pengangkut (conveyor) untuk
Northtrop di Amerika Serikat diluncurkan kembali pada
pada tahun 1889 merupakan kesempatan berikutnya.
kemajuan yang sangat berarti Altenatif ketiga adalah
sampai saat ini. peluncuran pakan dengan
Kemudian peralatan lusi putus semburan air (waterjet) atau
yang akan menghentikan mesin dengan semburan udara (airjet).
bila ada benang lusi yang putus. Sistem peralatan ini telah
Jadi secara perlahan-lahan dikembangkan untuk mencapai
mesin tenun telah mengambil tujuan komersial yang tinggi.
alih tugas-tugas operator lebih
banyak lagi. 8.1.5 Mesin Tenun Multiphase

8.1.4 Mesin Tenun Tanpa Hasil mesin tenun satu phase


Teropong batasi oleh gerakan pembukaan
mulut lusi, peluncuran pakan
Teropong yang digunakan untuk dan pengetekan peluncuran
mesin tenun pergantian palet pakan hanya terjadi satu interval
memiliki bobot 100 g – 150 g pada pembukaan mulut lusi
lebih tinggi dari pada teropong yang terjadi serentak. Pada
biasa, bahannya harus kuat, multifase terjadi beberapa kali
presisi yang akurat, sehingga pembukaan secara berurutan
posisi bobin lebih kokoh di dan benang pakan disisipkan
dalam teropong. oleh beberapa pembawanya
Teropong yang lebih berat akan (Carrier).
membatasi kecepatan mesin, Penyisihan benang pakan pada
sehingga para teknisi mencoba mesin tenun bundar telah
metode penyisipan pakan yang dirancang pada akhir abad ke
lain yang dapat mengatasi 19 dan sebelum perang dunia I
keterbatasan kecepatan mesin. mesin tenun budar dengan
Salah satu alternatif adalah diameter kecil telah diproduksi
“mesin tenun rapier” yang secara komersial. Setelah
dipatenkan pertama kali tahun perang dunia II kaliling mesin
1898 dan berikutnya sistem tenun bundar mencapai 3,60 m.
434

Hasil mesin tenun bundar Dobi pertama dioperasikan


mutunya kurang baik dan hanya dengan sistem kartu berlubang
cocok untuk menenun kain hasil karya B. Bouchome pada
pembungkus atau karung- tahun 1725. Suatu mesin
karung dengan alasan diatas pengontrol tenun naik
mesin tenun multifase kelompok-kelompok tali harnas
berbentuk empat persegi yang dimuati kawat gun telah
panjang telah dikembangkan dirancang oleh J.M. Jacquard
dan telah diuji hasilnya tahun 1805 dan sampai
diberbagai tempat yang sekarang dikenal dengan mesin
berbeda. Pemakaian mesin Jacquard. Mesin yang dapat
tenun multifase secara menggunakan beberapa
komersial telah berlangsung teropong secara bergantian
sejak tahun 1982. untuk mendapatkan corak
warna diciptakan oleh J.P. Reid
8.1.6 Kombinasi Tenun dan dan T. Johnson pada tahun
Rajut 1835 ; pada tahun 1868 mesin
yang lebih sempurna yang
Kecenderungan pengembangan dikendalikan melalui gerakan
yang lain dalam produksi tapet (cam) diciptakan oleh
pembuatan kain tenun adalah perusahaan hacking dan
dengan menjeratkan kain dipasarkan tahun 1868.
bahan kain rajut dengan benang
seperti kain tenun. Sistem ini 8.2 Pemilihan Mesin Tenun
diperoleh dengan menyilangkan
benang lusi atau benang pakan Mesi tenun yang akan dipilih
yang disisipkan pada kain rajut untuk meproduksi kain harus
lusi atau kain rajut pakan. dipertimbangkan dengan cermat
Sistem lain adalah benang sehingga dapat menghasilkan
pakan disisipkan dengan cara kain dengan spesifikasi tertentu
rajut pada mesin tenun. mungkin tidak cocok untuk
membuat kain yang diinginkan
8.1.7 Peralatan Pembentuk atau dengan kata lain tidak ada
Corak mesin tenun yang memiliki fitur
atau kemampuan yang serba
Kebutuhan untuk membuat kain lengkap.
bercorak telah disarankan pada Pemilihan mesin Tenun
ere alat tenun tangan (hanloom) dipertimbangkan berdasarkan
ilustrasi tertua yang dikenal hal-hal sebagai berikut ;
tentang peralatan pembentuk
corak tercantum pada buku 8.2.1 Berdasarkan Jenis
gambar Cina yang berasal dari Barang
abad 12.
435

a. Mesin tenun harus Peralatan ini kemampuannya


dirancang dengan kontruksi terbatas dan akan bekerja
tertentu bila akan digunakan efektif apabila jumlah kamran
untuk benang serat alam /heald shaft yang
terutama untuk benang lusi. dikendalikannya maksimal 8
buah
b. Untuk mengolah benang Peralatan dobi bisa mengontrol
kapas atau wol, mesin tenun kamran lebih banyak antara 12
harus dirancang dengan sd 32 kamran
tenaga penggerak yang Peralatan Jacquard dapat
memadai untuk mengatasi mengontrol benang lusi secara
geakan pembukaan mulut individu, helai demi helai dan
lusi, terutama benang lusi kapasitasnya antara 100 sd
yang kerapatannya tinggi. 4000 helai. Untuk membuat kain
tenun dengan anyaman khusus,
c. Untuk menenun benang mesin tenun dirancang sesuai
sutra, mesin tenun harus dengan tujuannya, misalnya :
dibuat lebih panjang untuk - Mesin handuk memiliki 2
memudahkan penanganan buah beam lusi dan sistem
benang lusi sehingga pengetekan sendiri
menghasilkan kain yang - Untuk menghasilkan
kenampakannya lebih baik. anyaman leno, peralatan
kawat gun bentuk, ukuran
d. Untuk menenun benang dan sistem kerjanya sendiri.
kapas / wol, yang
menghasilkan gulungan 8.2.3 Berdasarkan Tingkat
panjang pada rol Efisiensi yang di
penggulung dan lebih tebal, inginkan
harus diperlengkapi
beberapa peralatan untuk Tingkat efisiensi yang
mengatasi volume gulungan diharapkan tergantung pada
yang lebih besar. beberapa faktor antara lain
faktor-faktor yang diuraikan
8.2.2 Berdasarkan Corak pada bagian 8.2.1 da 8.2.2
Anyaman Hal lain yang sangat
menentukan yaitu :
Corak anyaman ditentukan oleh a. Rpm poros engkol optimal
peralatan pembukaan mulut Suatu mesin tenun biasanya
lusi. Sebuah mesin tenun sudah dirancang untuk rpm
biasanya dilengkapi dengan poros engkol tertentu
peralatan pembukaan mulut lusi sehingga tingkat produksi
yang sederhana yaitu eksentrik yang diinginkan dapat
atau cam (kem) atau tappet.
436

disesuaikan dengan rpm- Ukuran pembawa pakan


nya. bentuk dan luas
penampangnya dapat
b. Perlengkapan otomatis mempengaruhi ukuran sudut
Perlengkapan otomatis mulut lusi yang dilewatinya.
dapat menggantikan tugas- Makin kecil luasnya sudut
tugas operator, sehingga mulut lusinya makin kecil,
jumlah mesin berhenti dapat sehingga tarikan/tekukan
diminimalkan. Perlengkapan benang lusi semakin kecil
yang otomatis yang dapat dan kemungkinan putus juga
dilengkapkan pada mesin kecil.
tenun baik sebagian atau
seluruhnya adalah ; 8.2.4 Berdasarkan Corak
- otomatis pakan putus Warna Pakan
dapat menghentikan mesin
bila bila ada benang pakan Pada mesin tenun teropong
putus jumlah corak warna pakan yang
- otomatis lusi putus dapat difungsikan ditandai
dapat menghentikan mesin degan jumlah kotak teropong di
bila ada lusi putus sisi mesin tenun. Mesin tenun
- otomatis teropong terjepit ini biasa dikenal dengan nama
dapat menghentikan mesin mesin tenun weselbak atau
tenun bila teropong tejepit multibox, misalnya mesin tenun
ditengah mulut lusi pada :
saat peluncuran pakan - 1 x 2, dikiri 1 kotak teropong,
- otomatis pakan habis dikanan 2 kotak
- otomatis pergantian corak - 1 x 4, dikiri 1 kotak teropong,
pakan dikanan 4 kotak teropong
- 2 x 4 , dikiri 2 kotak, dikanan
c. Lebar kerja sisir maksimal 4 kotak teropong
Makin lebar sisir tenun lebar
kain yang dapat dihasilkan 8.3. Pembentukan Kain
akan lebih besar, yang Tenun
berarti produktifitasnya
tinggi. Secara umum dikenal Kain tenun terbentuk melalui
mesin tenun 1x lebar dan 2x penyilang dua kelompok benang
lebar, akan tetapi saat ini yang membentuk sudut
leba mesin tenun ada yang tertentu ;
melebihi lebar standar yaitu - kelompok benang lusi dalam
170 cm, 200 cm atau lebih. jumlah tertentu dan
kerapatan tertentu (misalnya
d. Peralatan Pembawa pakan 60 helai per cm), disusun
dengan posisi sejajar antara
437

helai benang yang satu gun (N4 atau N5). Kawat gun
dengan benang lainnya tersusun dalam suatu bingkai
- Benang pakan disisipkan dan secara keseluruhan disebut
diantara dua kelompok lusi kamran (Healdshaft), (4) dan
(lusi atas dan lusi bawah), (5). semua lusi ganjil 2L dicucuk
atau mulut lusi. Penyisipan pada gun N4 dan lusi genap 2s
pakan terjadi satu kali setiap dicucuk pada gun N5. anyaman
satu gerakan pengetekan, polos biasanya dihasilkan
atau satu kali pecepatan dengan menggunakan 4 kamran
pakan keujung kain. yang bergerak berpasangan.
Pembentukan kain tenun terdiri Untuk anyaman polos paling
atas empat langkah penting banyak terdiri dari 4 sampai 8
yaitu ; (Lihat gambar 8.1) kamran. Pada saat dua
kelompok benang lusi bergerak
Langkah I : Pembukaan Mulut maksimal keatas dan maksimal
Lusi (Shed Opening) kebawah akan terbentuk suatu
lorong atau celah, yang disebut
Setiap helai benang lusi di mulut lusi (Shed Opening)
cucukkan kedalam lubang mata

Gambar 8.1
Pembentukan kain tenun

Langkah II : Penyisipan Pakan Pakan (7) disisipkan pada


(Welf Insertion) lorong atau mulut lusi dengan
menggunakan pambawa pakan
438

(carrier) seperti teropong 2. Pembawa pakan (carrier),


(shuttle), projektil gripper, repier misalnya teropong, projektil
atau penyembur (air/udara), gripper, semburan air/udara.
melintasi lembar mulut lusi 3. Sisir (6) yang merapatkan
sepanjang lebar kain. benang pakan yang
disisipkan pada anyaman
Langkah III : Pembukaan terdahulu / ujung kain.
Mulut Lusi (Shef Closing)
8.3.1 Gerakan Pokok Mesin
Ketikan pakan selesai Tenun
disisipkan, kamran bergerak ke
arah yang berlawanan menuju Sejumlah helai benang lusi yang
posisi dasar, yaitu tidak membentuk lembaran (2)
membentuk celah atau mulut digulung pada beam lusi (2),
lusi. Posisi ini biasa juga disebut kemudian dibentangkan melalui
mulut tertutup (III). Pada posisi rol gandar belakang (3), mata
ini benang pakan dirapatkan gun (4-5), sisir (6). Pembawa
kearah ujung kain. pakan (11) disisipkan sambil
merentangkan pakan (7) yang
Langkah IV : Pengetekan ditarik dari gulungan kelos (8)
Pakan (Weft beat up) diantara ujung kain (9) dan sisir.
Pada mesin tenun teropong
Benang pakan terakhir yang atau multifase, pakan dilepaska
disisipkan didorong (beaten up) dari gulungan yang terdapat
oleh sisir (6) pada ujung kain A didalam teropong itu sendiri.
Langkah berikutnya : Setiap pengetekan oleh sisir, rol
Kamran (5), yang posisinya penarik atau gandar parut (12)
maksimal diatas diturunkan ke akan menari kain yang sudah
posisi terendah, sedangkan terbentuk dan juga benang lusi
kamran (4) yang posisinya yang ada pada beam (1) dan
maksimal dibawah akan kemudian digulung pada rol
terangkat. penggulung kain (tidak
Kemudian langkah II2, III2, dan diperlihatkan )
IV2 pada putaran engkol Bagian-bagian utama mesin
berikutnya akan membentuk tenun seperti kawat gun (4-5),
silangan yang ke 2 pembawa pakan (11), sisir
Untuk membentuk suatu kain tenun (6) disetel menjadi suatu
tenun dibutuhkan tiga unsur, gerakan yang terpadu dan
yaitu : selaras oleh suatu sistem
1. Kawat gun / kamran (N4 dan mekanik. Gerakan kamran
N5) untuk membentuk mulut selaras dengan gerakan
lusi pembukaan mulut lusi. Suatu
pengendali sistem (cam)
439

digunakan untuk membuat Untuk anyaman yang lebih


anyaman sederhana, seperti rumit, corak anyaman dikontrol
anyaman polos, memalui suatu oleh peralatan dobi atau
peralatan pengungkit atau Jacquard.
injakan.

Gambar 8.2
Bagian-bagian Utama
Mesin Tenun

Pembawa pakan dapat pakan, yang akan


digerakkan dengan cam, per/ menghentikan mesin bila ada
pegas atau udara yang lusi / pakan putus.
bertekanan tinggi atau dengan Sumber gerakan lusi berasal
cara lain. Pada mesin tenun jet dari motor listrik yang
(semburan), pakan disisipkan putarannya diteruskan kemesin
dengan semburan udara (airjet) melalui kupling penggerak.
atau semburan air (waterjet) Perkembangan lebih lanjut
mesin dilengkapi dengan
x Mekanisme Pelengkap bermacam alat pengaman, yang
akan menghentikan mesin bila
Benang lusi yang diulur ada peralatan mekanik yang
dikendalikan oleh “peralatan gagal berfungsi. Agar peralatan
penguluran lusi” dan kain yang bekerja dengan sempurna,
dibentuk dikendalikan oleh sistem pengaman yang efisien
peralatan penggulung kain. diterapkan secara optimal.
Benang lusi dan pakan dikontrol
oleh otomatis lusi dan otomatis
440

8.3.2 Diagram Engkol - sisir mengetek


- Gun bergerak naik turun
Engkol adalah suatu bagian dari - Pembukaan mulut lusi
poros engkol yang akan - Pembawa pakan disisipkan /
merubah putaran porosnya diluncurkan
yang juga memutarkan bagian
lengan engkol. Melalui lengan Untuk menunjukkan posisi
engkol ini, gerakan berputar putaran engkol dan
poros diubah menjadi gerak hubungannya dengan keempat
berayun lade. kejadian diatas dibuat suatu
Dalam satu siklus putaran sistem penggambaran yang
engkol terjadi satu kali disebut “diagram engkol”
peluncuran pakan yang berarti (gambar 8.3).
terjadi satu kali.

Gambar 8.3
Diagram Engkol Anyaman Polos

Pada diagram ini poros engkol - pada titik 1800, engkol


berputar tidak searah denang berada pada titik mati
gerak jarum jam belakang
- pada titik 00 , engkol berada - pada titik 2700, engkol
pada titik mati depan berada pada titik mati atas.
- pada titik 900 , engkol pada
titik mati bawah Hubungan posisi poros engkol
dengan gerakan, pengetekan,
gerakan naik turun gun, gerakan
441

peluncuran pembukaan mulut silangan. Gerakan ini terjadi


lusi dan gerakan peluncuran pada posisi engkol antara 270 0
pakan adalah sbb : s.d 360 0.

I. Langkah Ayunan Sisir III. Ruang untuk Pembawa


Pakan
langkah ayunan sisir &
ditentukan oleh rancangan Besarnya sudut mulut lusi atau
mekanisme pengetekan dan ruang untuk dapat dilewati
tidak dapat diubah dengan cara pakan ditentukan oleh ukuran
pengetekan. Oleh karena itu pembawa pakan, misalnya
semua variabel (ubahan) yang shuttle (teropong). Mekanisme
berhubungan dengan pengetekan terdiri atas engkol
pengetekan, dimulai pada sudut (crank – 14), lengan engkol
engkol = t = 00, yaitu posisi (rod-15) dan kaki lade (sley
engkol pada titik mati depan, sword-6) diperlihatkan pada
atau sisir pada posisi maksimal gambar 8.3. teropong (11)
terdepan. bergerak pada datar luncur
(Shuttle race-6B), yang juga
II. Gerakan Gun berfungsi sebagai tempat sisir
(6). Titik ayunan kaki lade (06)
gerakan gun naik/turun persisi di bawah kain A,
ditentukan oleh bentuk sehingga dalam daerah
permukaan luar cam (kem). peluncuran pakan, posisi datar
Pada gerakan ini diperlukan luncur ada dibawah ujung
saat gun tidak naik dan tidak benang lusi (ZL). Sudut yang
turun atau posisi gun diam, ditempuh engkol pada saat
untuk memberi kesempatan peluncuran pakan, saat gun
pembawa pakan dilewatkan diam antara 60 0 s.d 270 0
melalui mulut lusi. Untuk saat
gun diam ini, engkol menjalani IV. Gerakan Pembawa Pakan
putaran dengan sudut tertentu.
Sudut mulut lusi yang terbentuk Lebar lembar benang lusi (6)
tergantung pada ketinggian digambarkan pada diagram
pambawa pakan tidak boleh pembawa pakan meluncur dari
terlalu kecil atau terlalu besar, titik C untuk mencapai D. Garis
yang penting pembawa pakan C D menunjukkan lintasan
dapat melewati celah mulut lusi pembawa pakan dalam
dengan sempurna. Setelah hubungannya dengan putaran
penyisipan pakan, gun akan poros engkol (poros utama)
turun/ naik lagi untuk membuat
442

Gambar 8.4
Diagram Lintasan Pembawa Pakan

8.4 Mesin Tenun dengan tangan. Mesin ini


tidak banyak beredar kalau
8.4.1 Klasifikasi Mesin Tenun pun masih ada hanya sisa
sisa lama.
Klasifikasi mesin tenun 2. Mesin Tenun Otomatis
ditentukan berdasarkan : Pada saat ini banyak
digunakan otomatis
I. Sistem peluncuran pakan, pergantian bobin palet,
mesin tenun ini terbagi kalau pakan habis
atas dua golongan : sedangkan sistem
pergantian teropong (Shuttle
A. Mesin tenun teropong change) sejak 1960 sudah
(Shuttle loom) yang terbagi jarang diproduksi.
menjadi :
1. Mesin tenun ordinari (power B. Mesin tenun tanpa teropong
loom) (Shuttle less loom)
pergantian teropong apabila Seperti mesin tenun gripper
pakan habis dilakukan projektil rapier, air jet dan
443

water jet. Pada mesin ini teropong. Mesin tenun segi


sistem muatan benang empat rapier memproduksi
pakan lebih canggih / dua macam lembar kain
sempurna. yaitu tipe segi empat dan
Beberapa metode tipe selubung (sarung)
penyisipan benang pakan
dikombinasikan antara : III. Sistem pemasok pakan

a) Mesin tenun tanpa bobin 1) Pakan ditempatkan dalam


palet dengan pembawa jumlah besar diluar mulut
pakan yang tidak dimuati lusi. Pada mesin tenun
gulungan benang pakan gripper projektil dan jet
ditarik dari suatu bobin benang pakan ditarik
kelos, yang posisinya tetap sepanjang yang dibutuhkan
lebar kain kecepatan
b) Mesin tenun rapier penarikan benang dari
pneumatis, terdiri dari dua gulungan sama dengan
tangkai pembawa benang kecepatan penyisipan dalam
dan penarik benang. mulut lusi. Setiap ujung
Tangkai pembawa benang yang sudah
mengantar ujung pakan tersilang digunting dan
ketengah-tengah dari salah pinggir kain dikedua sisi
sisi mesin, sedang tangkai diperkuat dengan anyaman
penarik secara bersamaan leno.
akan bergerak ketengah 2) Pada mesin tenun teropong
bertemu dengan tangkai pakan ditempatkan dalam
pembawa untuk mengambil teropong berbentuk
ujung benang sehingga gulungan benang pada
benang pakan terbentuk bobin palet. Teropong, bobin
didalam celah mulut lusi. palet/pakan merupakan
suatu satu kesatuan yang
II. Jumlah fase pembukaan ukurannya relatif lebih besar
mulut lusi, yang terbagi dan berat dan bahannya
lagi atas terbuat dari kayu, plastik
atau fibrelass yang umur
1) Mesin Tenun Satu Fase. pemakaiannya relatif
Kebanyakan mesin tenun pendek. Mesin tenun
menggunakan sistem satu teropong kontruksinya
fase sederhana agak kasar dan
2) Mesin Tenun Multi Fase keakuratannya rendah.
Kebanyakan didapati pada Disisi lain dengan bahan
mesin tenun bundar yang metal ukuran kecil namun
menggunakan beberapa presisinya tinggi, gripper
444

projektil bekerja lebih efektif pengangkut pakan dan


dan efisien. mekanisme pengereman
sistem pakan untuk
8.4.2 Fungsi Bagian-bagian teropong dan gripper
Mesin projektil termasuk
penyisipan peralatan
Rancangan suatu mesin tenun pemeriksa pembawa pada
berdasarkan satuan-satuan keluar, seperti gerakan
fungsi secara individu untuk pelindung lusi pada mesin
memberikan suatu penampilan tenun tanpa teropong,
proses penenunan yang lancar. termasuk sistem penyuapan
Satuan-satuan tersebut benang pada pengangkut
kebanyakan merupakan pakan, transport pembawa
seperangkat komponen yang pakan dan gerakan baliknya.
menjalankan fungsi-fungsi 7. Mekanisme pengetekan,
tertentu. termasuk sisir.
Satuan-satuan tersebut adalah : 8. Gerakan otomatis lusi putus
1. Rangka mesin, poros utama dan pakan putus, termasuk
dan lager (bearing) rambu-rambu lampu
2. Peralatan penggerak, (cahaya)
kopling dan rem dan 9. Peralatan penggantian
mungkin juga peralatan warna pakan, walaupun
pembalik putaran (reverse). merupakan bagian dari
3. Peralatan pengontrol gerak sistem penguapan pakan,
maju lusi dan kain seperti : tetapi dipisahkan karena
penguluran lusi (termasuk bukan standar setiap mesin
gandar belakang) dan tenun
peralatan penggulung kain 10. Sistem pengutan pinggir
(termasuk ring temple / kain
cincin candi) 11. Perlengkapan tambahan
4. Mekanisme pengontrol dan asesoris, seperti sistem
penyilangan benang lusi, pengembunan air pada
misalnya gerakan mesin tenun waterjet
pembukaan mulut lusi 12. Perlengkapan umum untuk
dengan eksentrik, dobi dan melayani sejumlah besar
Jacquard mesin, tetapi membuat
5. Penyuapan benang-benang mesin-mesin bekerja secara
awal, peralatan pemegang terpadu, sepertis sistem
benang, meteran dan alat- pelumasan terpusat untuk
alat ukur lainnya. instalasi mesin “air jet”.
6. Mekanisme pengontrol
pergerakan pakan seperti :
sistem pukulan, pemandu
445

8.4.3 Rangka Mesin 3. Apabila mesin tenun dalam


keadaan terpasang penuh
Rangka mesin harus memnuhi dan memiliki lebar kerja
kebutuhan berikut : yang besar, harus bisa
1. Harus kaku dan dapat mengatasi masalah
mengatasi getaran yang pengangkutan.
disebabkan oleh getaran Rangka mesin terdiri dari
karena mekanisme bolak- dua rangka samping yang
balik. dihubungkan dengan satu
2. Rangka samping harus atau dua sampai empat
cukup kuat dimuati beban batang rangka yang
pada mesin tenun tanpa melintang.
teropong, diperlengkapi
dengan rem yang efisien, Pada saat ini banyak
karena daerah samping digunakan dua tipe rangka
lager poros utama akan mesin yang terbuat dari besi
menderita tekan lebih besar. tuang, yaitu :

Gambar 8.5
Macam-macam Rangka Mesin
446

1. Tipe samping datar (lihat 8.5.1 Tipe-tipe Penggerak


gambar 8. 5. ) tipe ini cocok
untuk kebanyakan mesin 8.5.1.1 Penggerak Langsung
teropong dan tanpa
teropong. Rangka mesin Arus listrik dialirkan lewat motor
memiliki kekerasan yang listrik 1 melalui transmisi 3 oleh
cukup serta murah dan belt datar atau belt V, rantai
mudah dalam atau roda gigi ke puli (4) yang
pembuatannya. terpasang pada poros atas K
2. Tipe kotak samping Drum pengerem (5)
Pada ini ditempatkan dihubungkan puli besar (4) yang
mekanisme alat kontrol bekerja dengan pengerem B.
individual Pada poros utama juga
3. Tipe rangka baja terpasang roda gigi (7) yang
Penggunaannya mencakup lebih kecil yang berhubungan
sepertiga dari jumlah mesin dengan poros bawah S.
tenun di industri. Misalnya Perbandingan roda gigi (7) dan
SACM rapier memiliki tebak roda gigi (8) adalah 1 : 2.
baja 15 mm dan tingkat (gambr 8.6A)
kerusakan yang lebih Beberapa tipe mesin tenun
rendah dari pada besi tuang, dilengkapi dengan kopling
sehingga mampu gesek yang walaupun terjadi
mengurangi kebisingan. slip tidak meneruskan putaran
ke poros utama, bila
8.5 Gerakan Kopling dan pengereman berjalan cepat dan
Pengereman tiba-tiba.
Pengereman langsung
Penggerakan mesin tenun tediri kabanyakan dilengkapi mekanik
dari satu unit penggerak yaitu pengerem lainnya yang
motor listrik, mekanisme roda terpasang pada poros utama.
gigi, sebuah kopling dan Pada mesin tenun moderen
pengereman. Fungsi-fungsi peralatan pengereman dipasang
penggerakan terbagi menjadi pada poros lain atau langsung
empat langkah : Posisi mesin pada motor listrik. Pengereman
istirahat, mulai jalan, berputar langsung memerlukan saat
normal dan berhenti. kontak yang lebih tinggi untuk
menghasilkan putaran poros
utama yang memadai.
447

Gambar 8.6
Tipe Penggerak Sederhana

8.5.1.2 Penggerak dengan sedangkan yang terletak pada


Kopling poros lain dapat dilihat pada
gambar 8.6 C.
Agar menjalankan dan
mengerem mesin tenun lebih 8.5.2 Kopling
mudah, suatu kopling gesek
ditempatkan antara motor listrik Kopling yang digunakan pada
dan poros utama. Kopling dan mesin tenun dibagi dalam
pengerem merupakan suatu unit beberapa kelompok
gabungan tersendiri yang dapat berdasarkan susunannya dan
dipasang pada poros utama gesekan permukaannya.
atau poros pukulan, atau 1. kopling Frontal
langsung poros motor listrik. a) Cakram kopling hanya
Penggerak dengan kopling memiliki satu permukaan
gesek pada poros utama dapat gesek antara penggerak
dilihat pada gambar 8.6B dengan bagian-bagian
448

kopling penggerak (lihat 8.7 sudut kerucut konis Į


gambar 8.12 A) antara 450 sampai 600.
b) Kopling datar dapat memiliki 3. Kopling silinder
baik satu cakram berputar Kopling konis rancangan
atau beberapa piring yang texima diperlihatkan pada
dapat bergerak dan gambar 2. kontruksi kopling
terpasang pada suatu alur ini agak komplek terutama
dibagian dalam. pada waktu transfer gerakan
2. Kopling Konis kontak kopling.
Suatu tipe kopling konis
diperlihatkan pada gambar

Gambar 8.7
Kopling Konis

8.5.3 Rem poros akan bengkok karena


tekanan. Beberapa tipe mesin
x Rem Drum dilangkapi dengan rem dua
rahang dalam yang hampir
Mesin tenun biasanya sama dengan rem mobil
dilengkapi dengan rem drum konvensional. Bagaimana pun
luar / dalam, rem cakram atau efisiensi pengereman ini lebih
rem konis. Rahang tunggal rem ringan dari pada rem rahang
luar tidak banyak dipakai lagi tunggal. Pada gambar 8.8 A, pin
pada mesin tenun karena efek (1) pada rahang (2) dan (3)
remnya rendah dan karena tidak terpasang mati pada
yang dibebani hanya satu sisi, rangka mesin. Pada mesin air
449

jet plat melintang (4), membuka oleh bar (5) dengan tenaga
rahang yang dihubungkan magnit listrik.
dengan tuas (4a) apabila ditarik

Gambar 8.8
Rem Mesin Tenun

x Rem Ban ban dalam posisi bebas dari


drum (gambar 8.8B)
Rem ban memberi efek
pengereman yang jauh lebih x Rem konis
besar sehingga banyak
digunakan pada mesin tenun. Suatu contoh rem konis dapat
Untuk menjamin pemisahan dilihat pada gambar 8.8, yang
yang sempurna ban rem (2) dari biasanya melengkapi mesin
keliling drum (1) pada waktu mesin gripper projektil. Suatu
rem dilepas, rem dilengkapi kekurangan rem cakram satu
dengan penutup (3) dan sisi dan rem konis adalah daya
beberapa skrup (4), sehingga rem terhadap poros. Dipihak
lain pelat rem biasanya
450

dirancang agar tekanan rem pada mesin tenun otomatis


terjadi pada pelat tetap dan UTAS (gambar 8.9) pelat tetap
tidak ada dorongan pada poros 16 dipasang pada alur drum
pada saat berputar. Hal ini yang dipasang pada kurung siku
dapat diatasi dengan rem (breaket) 19.
magnit listrik yang digunakan

Gambar 8.9
Kopling Magnit Listrik dan Pengereman

8.5.4 Pengontrol Penggerakan liku-likunya dan karena jarak


yang jauh antara tuas
Pada mesin tenun tipe lama penggerak dengan poros
penggerak dengan kupling kupling, hal ini akan
biasanya dikontrol secara menimbulkan masalah
mekanis sedangkan pada tipe kompleks, biasanya
baru digunakan sistem kontrol komponennya dirancang yang
magnit listrik. memiliki ruang khusus. Selain
itu tenaga yang diperlukan juga
x Kontrol Penggerak lebih besar.
Mekanis kontrol penggerak magnit listrik
mengacu pada keruwetan dan
Oleh karena secara komparatif ongkos yang tinggi pada sistem
sistem ini lebih ruwet dan banya mekanis, kontrol penggerak
451

magnit listrik banyak dipakai kabel-kabel listrik pengontrol


pada mesin-mesin baru. untuk menghentikan mesin,
Keuntungan yang diperlihatkan peralatan pemeriksan dan
dari sistem magnit listik tersebut keselamatan mesin tenun
adalah : mudah dihubungkan.
- Tidak diperlukan tenaga fisik - Penampilan mesin, sepeti
untuk menangani mesin menghentikan mesin pada
tenun. saat bekerja, pengembalian
- Pemindahan tenaga listrik sisir pada posisi titik mati,
sangat sederhana dan alat inching atau gerakan
kontrol dapat ditempatkan membalik dapat dikontrol
dimana saja pada mesin secara terprogam.

8.5.5 Rancangan Penggerak Kopling Pelat Tunggal Sulzer

Gambar 8.10
Kopling Pelat Tunggal

Puli kopling terdiri dari dua friksi (17). ketika tuas penjalan
bagian (16) dan (18) yang (14) diputar seperti arah sudut Į
berputar pada poros (19) dan garpu (13) bergerak menekan
duhubungkan dengan pelat pin (12) ke kiri. Putaran poros
452

dipindahkan melalui piring (11), dan kupling terhubung. Selama


mendorong leger (10), pin (8) mesin berjalan. Selama mesin
dari ring (15) ke bagian luar puli berjalan secara penuh bagian-
(16), yang seporos dengan bagian kopling berputar
penyangga (shoulder) (3), pelat mendorong lager (10). pada
terjepit, tepat mendorong poros, gambar 17 : 7 menunjukkan rem
antara kedua bagian puli kupling cakram, 6 – ban rem

x Kopling Novostav dan Rem

Gambar 8.11
Kopling dengan Pengontrol Rem oleh Magnit Listrik Tunggal

Puli kopling (10) dengan berjalan dengan dorongan lager


permukaan gesek (9) dapat (3), menekan cakram rem (5)
berputar dan terpasang pada dan menekan bagian (6). mesin
poros tetap (15). bagian kopling tenun berhenti.
penggerak (8) disekrup pada
cakram rem (9) x Menjalankan mesin

x Pada saat diam Waktu magnit listrik berjalan,


jangkar pelindung (13) dan
Magnit listrik (12) pada posisi sekrup (14) denga penyisip (11)
“off”, jangkar pelindung (13) beputar dengan arah S.
terlepas dan kopling tidak Hasilnya puli kopling (10)
terhubung. Takanan pegas (2) terlepas, permukaan gesek (9)
453

bebas dari putaran penggerak 1) Putaran balik mesin tenun


kopling (8) dan bersama-sama bersumber pada motor
pinion (7) dan cakram rem (5) penggerak balik. Suatu
mendorong pegas (2). rem tombol pengontrol mesin
lepas dan kopling terhubung. tenun yang akan
Kopling dan rem terpasang mempengaruhi gerak poros
pada poros pukulan sehingga utama, yaitu merubah
efek pada poros engkol (18) tombol “ on ” menjadi “ off ”
sesuai dengan perbandingan apabila sisir berada pada
roda gigi (7) dan roda gigi (17). titik mati belakang.
2) Putaran balik mesin tenun
8.5.6 Gerakan Putaran Balik bersumber dari motor listrik
khusus, yang pada saat
kebanyakan mesin tenun tanpa jalan terkunci oleh tuas
teropong tidak dapat penjalan mesin. Pada mesin
dioperasikan dangna arah dobby dan mesin-mesin
putaran terbalik, karena tenun yang mahal dilengkapi
dilengkapi dengan cam yang dengan sistem inching yang
harus berputar satu arah. dihubungkan dengan motor
Mesin tenun gripper projektil penggerak setiap
sulzer tidak dapat disetel sama peluncuran pakan.
sekali, karena makanisme 3) Putaran balik mesin tenun
penyisipan pakan dirancang dihasilkan secara mekanik.
hanya untuk satu arah putaran. Gerakan biasanya berasal
Untuk menghindari kerusakan dari bagian berputar dari
mesin roda pemutar poros kopling lepas dan diteruskan
utama dilengkapi dengan ketika bergesekan dengan
rahang kopling A seperti terlihat poros utama mesin tenun.
pada gambar 8.7, sehingga gigi Salah satu sistem ini
B didepannya terhubung digunakan pada mesin
dengan dan dapat diputar tenun seperti gambar 24 A.
kedalam hanya satu arah Pada puli kopling (1)
dengan putaran waktu mesin terdapat gigi (2) Roda (4)
jalan selanjutnya pada rangka yang terpasang bersama
mesin terpasang rol kupling R cakram gesek (7) pada
yang rol-rolnya tertekan pegas poros lain digerakkan oleh
sehingga terhubung, sehingga rantai (3). ketika poros S
poros utama (1) dapat bergerak ke atas gesek (6)
diputarkan sesuai dengan arah dan 7 menyebabkan poros
S penggerak (5) berputar
Ada 3 macam cara pembalikan kearah yang berlawanan.
pada mesin tenun :
454

8.6 Penguluran Lusi bekerja pada setiap


peluncuran pakan, tanpa
Penguluran lusi ada dua memandang apakah
macam, yaitu : penyisipan pakannya
a) Penguluran lusi negatif, berhasil atau tidak. Pada
yang menggunakan rem pengukuran semi positif.
beam lusi. Apabila tegangan penguluran lusi terjadi
lusi meningkat beam lusi karena tegangan benang.
berputar mengulur benang Apabila benang cukup
yang sesuai dengan panjang tegang terjadi penguluran.
lusi yang ditarik, sehingga Gerakan penguluran positif
mencapai tegangan benang terjadi lebih teratur dan tidak
normal lagi. terpengaruh oleh tegangan
b) Penguluran lusi positif, yang benang. Sistem ini hanya
merupakan pengukuran cocok untuk membuat kain
yang sebenarnya dan tertentu.

8.6.1 Rem Beam Lusi

Gambar 8.12
Ban Rem pada Beam Lusi

Untuk menghasilkan tegangan - pada saat diameter


yang tetap pada setiap gulungan mengecil, jarak
perubahan diameter gulungan antara titik tumpu tuas G
benang, posisi bandul G harus dengan titik putar tuas G
diubah dengan cara : relatif lebih besar.
- pada saat gulungan besar,
jarak antara titik tumpu tuas
G relatif lebih kecil
455

Rem Beam Lusi Otomatis

Gambar 8.13
Rem Beam Lusi Otomatis

Benang lasi tergulung pada lengan pendek tuas ini


barrel (laras) yang terbuat dari diteruskan ke ban rem. Ujung
baja. Cakram rem (3) terpasang pegas yang kain dipasang pada
dibagian ujung beam, dan braeket (kurungan) (10) pada
bagian rendahnya berputar rangka mesin.
pada suatu bearing (lager), Pengontrolan gaya pengereman
yang berhubungan dengan dipengaruhi oleh perubahan
dengan rangka mesin. diameter gulungan berkurang
Cakram rem selanjutnya dililit akan ditarik oleh bar tarik
ban rem (5) dari atas dengan penghubung (9) yang
salah satu ujung pada rangka dipindahkan oleh tuas kontak.
mesin, sementara ujung ban Jarak pada tuas lengkung (6)
rem lain dikendalikan oleh akan berubah.
lengan pendek (6).
Gaya rem B oleh lilitan ban rem 8.6.2 Penguluran Lusi dengan
dihasilkan oleh gaya pegas (8), Gandar Belakang
yang ditempatkan pada lengan
panjang tuas lengkung (6). Penguluran lusi otomatis
tegangan pegas diteruskan oleh merupakan salah satu faktor
hubungan bar penarik (9) penting dalam mekanisasi yan
ketuas lengkung (6) dan oleh dapat membantu operator untuk
456

menjaga tegangan normal saat penguluran akan lebih


benang lusi. Suatu rancangan lama. Tipe penguluran lusi
yang baik dan akurat pada ini dapat dilihat pada
gerakan pengukur, lusi harus gambar 8.14A. Benang lusi
dapat menjaga keseragaman dari beam lusi (1) ke rol
tegangan lusi mulai dari awal back rest (2). lengan back
menenun, pada saat diameter rest rol 3 ditahan oleh pegas
gulungan besar sampai benang daun atau pegas spiral,
lusi pada beam habis. yang menghasilkan gaya
Sepanjang sejarah mesin tenun momen menurut arah M.
telah dirancang sejumlah Tarikan bar (4) dihubungkan
gerakan penguluran lusi yang dengan pengungkit (tuas)
beraneka dan telah mengalami lengan gandar (5). pada
pengembangan- saat benang kendor, rol G
pengembangan. mendekati cam (7) dan jarak
Pada dasarnya ada dua berkurang karena posisi
kelompok yaitu : cam (7) tetap, langkah bar
1. penguluran lusi dengan penarik (8) semakin
putaran beam yang berkurang dan lusi diulur
terputus-putus lebih cepat. Gerakan
2. penguluran lusi dengan penguluran diperoleh
putaran beam yang konstan perputaran gigi cacing (10)
yang digerakan oleh sebuah
8.6.2.1 Penguluran Lusi cakar (pawl) pada gigi
dengan Kendali rachet oleh kopling rol (9).
Pengungkit cara kerja sistem ini akan
dijelaskan lebih rinci.
Penguluran lusi otomatis masih Gerakan penguluran
tetap manggunakan sestem diteruskan oleh gigi cacing
Roper dan Barlet yang telah (10), (11) dan roda (12) dan
berjalan puluhan tahun. Sistem (13) ke beam lusi (1). poros
ini terbagi menjadi dua gigi cacing tertahan oleh
kelompok : sebuah rem untuk
1. penguluran yang bar mencegah putaran balik.
penariknya dikendalikan Ketika kuku kopling ( claw
oleh pawl (cakar) pada cluth) telah lepas, beam lusi
setiap pergantian langkah x dapat diputarkan kedepan
dari bagian penggerak dan kebelakang dengan
penguluran lusi. Langkah x roda putar tangan.
akan berkurang ketika 2. gerakan penguluran lusi
gandar belakang (back rest), yang gerakan bar
ketika benang lusi kendor penariknya oleh pawl (cakar)
akan turun. Hasilnya adalah
457

diawali oleh gerakan tuas bar (6) akan berkurang.


(gambar 8.14B). Dipihak lain bar (6)
Tegangan benang lusi dihubungkan ke tuas (7)
diraba oleh back rest (2), (3) oleh pawl (8). gerakan
yang mengimbangi pegas Z. kemudian diteruskan oleh
Pada saat benang kendor, rachet (9) dan gigi cacing
back rest akan turun, dan (10),(11),(12),(13) kedalam
perubahan posisinya akan beam lusi (1).
diteruskan oleh tenaga
pengungkit (3) ke (5) untuk x Mekansime Penguluran
menarik bar (6). Pin A yang
terangkat dalam bidang Untuk memindahkan gerakan
gerak lengan y dari tuas (14) bar penarik ke gerak putar
A dihubungkan dengan beam lusi digunakan
sword (14). karena sword mekanisme penyuapan lusi
(pedang) (14) berayun yang berbeda-beda, antara lain
konstan, langkah penarikan

- Sistem Rachet dan Pawl

Gambar 8.15
Mekanisme Penguluran Lusi

Minimal satu pawl (2), dipasang gigi rachet yang kecil waktu
pada tuas (1), yang berayun penyuapan, dua sampai (4)
pada poros (4) dari gigi rachet pawl yang panjangnya berbeda
(3). untuk mendapatkan langkah dipasang pada tuas. Untuk
458

mendapatkan langkah yang 8.6.3 Penguluran Dua Beam


sangat halus, pada keliling
rachet dipasang 8 sampai 21 Pada mesin tenun dengan lebar
pal rachet ring (5). pawl ditekan diatas 3 m, persiapan untuk
rachet 5 dengan pegas 8. beam lusi agak lebih sulit,
karena itu penggunaan beam
lusi terdiri dari dua beam.

Gambar 8.16
Penguluran Lusi untuk Dua beam

Kedua beam lusi (8a) dan (9a) terbentang melintang selebar


dapat berputar dan posisinya mesin tenun yang menopang
berdampingan, satu garis kedua beam tersebut. Setiap
sumbu poros. Jarak kedua beam dikendalikan oleh sistem
beam harus sekecil-kecilnya penguluran sendiri tapi hanya
dan biasanya antara 60-80 mm. menggunakan satu back rest.
Karena kekerasan gulungan Sistem ini menuntut penyetelan
dan diameter gulungan tidak yang sempurna untuk kedua
pernah sama, kedua beam tidak beam untuk menjaga hasil
dapat dipersatukan sistemnya tegangan yang sama pada
dan harus dipisahkan sendiri- kedua bagian lembar lusi.
sendiri. Satu back rest bersama
459

8.7 Beam Lusi pertenunan keseluruhan lebar


kerja lusi harus dibagi menjadi
Selama tiga dekade beam lusi dua kelompok beam lusi. Untuk
secara perlahan-lahan telah memproduksi kain dai serat
bertambah dari 500 mm sampai buatan, tipe beam lusi sutra
800 mm dan pada mesin-mesin dengan garis-garis tebal yang
mutakhir sampai 1000 mm. terbuat dari laras baja dan dapat
Sekarang sudah banyak mesin dimasukkan ke lubang piringan
tenun yang lebar kerjanya (rlange), digunakan untuk
3,3 m, 4 atau 5,4 m. Untuk mengatasi tekanan radial dan
mengatasi kesulitan pada saat aksial yang ditimbulkan.

Gambar 8.17
Macam-macam Beam Lusi

8.8. Gandar Belakang 1) Mengontrol tegangan


benang, baik dengan
8.8.1. Macam-macam Gandar posisinya dan ayunannya
Belakang waktu bergerak.
2) Meraba tegangan benang
Gandar belakang atau back rust lusi waktu gerakan
dirancang untuk menjalankan penguluran, bila
dua fungsi waktu menenun : menggunakan peralatan.
460

Bermacam-macam back rest Selanjutnya gandar belakang


dibuat sesuai dengan dapat dilbuat lebih sederhana,
perbedaan tipe peralatan terdiri dari satu rol atau dua
pengontrol tegangan, benang mesin tenun yang menjalankan
lusi dan anyaman kain yang tugas berat biasanya dilengkapi
diinginkan. dengan multi rol gandar
belakang, tetapi mesin ringan
Apabila digunakan peralatan dan berat kebanyakan
penguluran, salah satu rol dilengkapi dengan back rest
gandar layang harus dimuati ganda. Rol back rest biasanya
tenaga pegas, karena posisinya merupakan rol berputar yang
ditentukan oleh kecepatan kecepatan kelilingnya sesuai
beam berputar. dengan penyuapan. Pada mesin
tenun berat satu dari dua rol
Apabila digunakan rem lusi, penuh tegangan benang lusi
penampilan gandar belakang dari mesin tenun ke peralatan
tidak dipengaruhi oleh putaran penguluran.
beam lusi dan rol gandar
belakang dapat dimuati pegas, Gambar di bawah ini
atau digerakkan secara positif menunjukkan bermacam-
atau dapat diubat posisinya macam lokasi-lokasi back rest.
tetap.
461

Gambar 8.18
Lokasi Back Rest pada Mesin Tenun

8.8.2. Penyetelan Gandar sampai 100 mm. Pada


Belakang beberapa mesin tenun sutra
gerakan penguluran benang lusi
Back rest harus disetel dan back rest ditempatkan pada
ketinggiannya untuk menjamin suatu dudukan khusus yang
penganyaman benang lusi yang dapat dipindahkan beberapa
sempurna, ketinggian biasanya puluh cm jauhnya dari mesin.
antara 70 sampai 100 mm di
atas garis lusi atau antara 60 8.9. Penyetelan Tegangan
sampai 80 mm dibawah garis Benang Lusi
lusi.
a. Pengereman lusi
Pada beberapa benang Pengoperasian rem lusi
dimungkinkan untuk menyetel dilakukan oleh tangan operator
ulang ketinggian antara 150 sendiri. Penyetelannya
462

tegantung pada jari-jari belakang, oleh karena itu


gulungan lusi. apabila gulungan gerakan penguluran lusi dan
penuh, bandul G yang dipasang ayunan gandar belakang (back
pada lengan tuas b pada jarak rest) bekerja secara serentak,
tertentu sampai tegangan demikian pula dengan
benang lusi normal. Agar dapat penyetelannya.
menjamin penempatan bandul
yang tepat, disarankan untuk c. Penguluran lusi dan
memberi tanda dengan warna penyuapan yang terputus-
atau gambar pada cakra beam putus
dan tuas bandul. Pada gambar Gandar belakang tidak
roda pemutar digunakan untuk behubungan dengan gerakan
mengencangkan rem lusi yang penguluran dan mesin tenun
dilengkapi dengan piring (dial) berputar melalui suatu posisi
yang sudah disetel, tetapi yang sistem penyuapannya
tanda-tanda itu tidak sesuai pada posisi naik maksimal siap
dengan pengurangan diameter untuk menyatu. Hal itu biasanya
gulungan pada beam. Dengan terjadi pada posisi mengetek.
rem lusi otomatis jarak Lusi dan kain menjadi kendor
maksimal y disetel untuk beam dan seutas tali di belakang
penuh. Rol peraba 12 harus digunakan untuk menyetel
menekan lusi pada beam. mekanisme penyuapan.
Tegangan lusi yang diinginkan Penguluran lusi dihubungkan
disetel pada pegas 8. dengan gandar belakang.
Pertama lusi dan kemudian kain
Penguluran benang lusi ditegangkan kembali. Untuk
dioperasikan dengan rem lusi menghindari terjadinya bar kain
jika sisir pada posisi mengetek pada saat awal gerakan. Harus
dan tegangan benang mencapai dilakukan lebih hati-hati
maksimal. Pada umumnya rem sehingga ujung kain tidak
lusi seperti pada gambar menjauhi sisir. Mesin tenun
tersebut akan mengulur lusi sisap dijalankan dan pakan
ketika dilepas oleh gaya S. dipersiapkan dengan baik
dengan cara memutar roda
Rem lusi pada gandar layang pemutar pada peralatan
suatu mekanisme yang dinamis penggulung kain. Sesudah
yang penampilannya tergantung beberapa pada disisipkan
pada kecepatan sudut beam lusi dengan baik-baik peralatan
selanjutnya. penguluran disetel dengan baik
dengan menghubungkan ujung
b. Gerakan penguluran lusi kain ke gandar belakang,
Penampilan setiap penguluran sementara mesin dijalankan
lusi tegantung pada gandar gerakan penguluran dengan
463

penarikan yang terus menerus antara gandar belakang 1 dan


disetel dengan cara yang breast beam 9 disebut weaving
sama. Sebelum gerakan plane (daerah anyam).
penguluran dihubungkan
dengan gandar belakang x Catatan :
bermacam-mcam pengontrolan Pada mesin tenun buatan
kecepatan disetel untuk (Zechoslovakia) mesin tenun
penyuapan minimal. water jet daerah anyamannya
Rol gandar belakang harus membentuk sudut 360C untuk
dipasang horisontal dan vertikal memudahkan mengalirnya air
sejajar dengan poros. Untuk dan penyuapan air ke ruang
menghindari lusi yang antar kamran.
menggelincir salah satu sisi
pegas pada kedua sisi mesin Hal ini juga dapat menghasilkan
harus kencangkan dengan sudut mulut lusi yang lebih kecil
cermat. dan pelayanan yang lebih
mudah. Daerah anyam
8.10. Penggulungan Kain (weaving plane) yang miring
juga digunakan pada mesin
8.10. 1. Pengontrol Kain dan tenun jet. Daerah anyam yang
Benang Lusi miring memiliki dua kerugian :
1. Tidak dapat menggunakan
Pada kebanyakan mesin tenun, dobby dan jaquard yang
benang lusi terbentang, biasa.
horizontal dari rol back rest 1, 2. Untuk mesin-mesin lebar
melewati silangan 2 (lease rod) kamran cenderung,
dan silangan-silangan serta menyimpang ke sisi mesin
peralatan otomatis lusi putus. dan karena itu pada bagian
Kemudian benang lusi secara tengah harus diberi
individu dicucuk ke gun (heald) pemandu agar seimbang
pada kamran (heald shaft) 4,5, pada kedua sisi.
dan lubang sisir 6. Daerah
tempat benang lusi terbentang
464

Gambar 8.19
Pengontrol Kain dan Lusi pada Mesin Tenun

8.10. 1. 1. Batang Silangan gerakan lusi, batang pemisah


(Lease Rod) harus diikat dengan tali.
Kadang-kadang batang silangan
Untuk membantu pemisahan ini dengan sengaja dibuat untuk
benang lusi dimungkinkan bisa bergerak untuk tegangan
pemisahan berdarakan hasil secara bergantian padalusi
penganjian. Batang pemisah (2) genap dan lusi ganjil. Beberapa
dan (3) ditempatkan di antara bentuk batang pemisah yang
gandar balakang (1) dan biasa disebut cradle (ayunan)
kamran (4) dan (5). digunakan untuk mengatasi
jumlah lusi yang lebih banyak
Batang silangan (2) (lebih rapat). Waktu menenun
penampangnya lebih besar anyaman polos salah satu “air
untuk memisahkan lusi dengan jet” untuk menambah tegangan
sudut yang lebih besar, pada salah satu bagian benang
lusi pada waktu pembukaan,
Batang pemisah (3) bentuknya selama pengetekan.
datar (flat) untuk mencegah
kemungkinan benang putus Ayunan berasal dari rangka
pada saat pembukaan mesin (1) yang dipasangi
batang (3) dan tuas (4).
Pembagian batang pemisah Peralatan tersebut disetel untuk
benang lusi tidak sama dengan menghasilkan ayunan berasal
kamran untuk menghindarai dari cam O, sehingga batang (7)
batang pemisah terbawa juga berayun.
465

Gambar 8.20
Ayunan Batang Silangan

Ketika mulut sudah terbuka dan lusi, tetapi juga untuk


batang (7) berayun ke atas, menyeimbangkan tegangan
benang lusi (8) menjadi tegang benang lusi yang beraneka dan
dan benang lusi (9) kendor, juga ikut mempengaruhi
seperti terlihat pada gambar. pembentukan mulut lusi yang
Ketika sisir (10) mengetek, bersih. Hal ini juga
pakan (11) yang ditempatkan menyebabkan putus benang
pada bagian rendah daerah pada mesin tenun yang
anyam. dilengkapi dengan pengontrol
Pengalaman pabrik lusi putus, jumlah lusi putusnya
memperlihatkan bahwa berkurang, bila dibandingkan
penggunaan batang silangan tanpa peralatan tersebut.
berayun telah mampu Ada aturan tertentu untuk
meningkatkan kerapatan menentukan susunan Drop Wire
benang 15% sampai 20% (Kawat Penjatuh) yang dicucuki
dengan tenaga pengetekan sehelai benang lusi. Drop Wire
yang sama. tengah harus lebih jauh
jaraknya dari penyangga bar,
8.10.1.2 Pengontrol Lusi agar kawat penjatuh jatuhnya
Putus lebih mudah khususnya pada
bagian pinggir. Disatu pihak,
Pengontrol Lusi putus dipasang
sangat tidak diinginkan
didepan atan kadang-kadang
khususnya untuk mesin tenun
dibelakang batang silangan.
yang sangat lebar, bahwa saat
Peralatan ini tidak hanya
jatuhnya kawat penjatuh sesuai
memeriksa keajegan benang
466

dengan saat penyisipan pakan pembentukan kain, pinggir kain


pada kamran yang naik, karena cenderung membengkok karena
akan menyebabkan kawat mengkeret pakan.
penjatuh berayun. Ring Temple ini digunakan
Bagaimanapun ayunan kawat untuk mengontrol pinggir kain
penjatuh dapat diterima, karena agar lebar kain selalu terjaga
membantu membebaskan debu sesuai dengan konstruksi kain
dari peralatan tersebut. yang diinginkan. Temple
Pada umumnya lima baris dirancang untuk kebutuhan
kawat penjatuh (Drop Wire) yang berbeda-beda. Untuk kain-
pada mesin dengan empat kain rumah tangga yang berat
sampai enam kamran, karena dan dari sutra halus dan kain
harus memberi kelonggaran payung serta beberapa kain wol
pada distribusi benang lusi pada dan linen menggunakan temple.
kawat penjatuh dan kamran.
Prinsip ini tidak berlaku untuk Macam-macam Temple
pinggir kain, yang rol Ada bermacam-macam tipe
penjatuhnya dipasang pada Temple, yaitu :
baris pertama dan terakhir yang - Roller Temple (Rol Temple)
lebih dekat agar tidak mudah - Ring Temple (Cincin Temple)
putus. Kawat penjatuh dipasang - Clamp Temple (Klem Temple)
dengan cara berbeda-beda. a) Roller Temple
Untuk lusi sutra dan filamen, Tipe ini paling banyak
garpu kawat penjatuh terendah digunakan (lihat gambar 8.3).
dipasang pada bar pemandu Rol dapat berputar dan
dan untuk benang elastis dipasang pada poros tetap I
dipasang diantara bar pemandu. kain T lewat disekeliling rol dan
dipegang teguh oleh penutup 3.
8.10.1.3 Temple Penutup dan poros dipasang
pada suatu penyangga 4.
Peralatan ini terdiri dari susunan Bagian depan penutup disetel
cincin yang bagian luarnya pada jarak 2 mm – 4 mm darai
terdapat susunan jarum-jarum posisi sisir waktu mengetek.
yang terpasang tetap. Selama
467

Gambar 8.21
Roller Temple

Temple dipasang pada suatu memberikan efek rentangan


bar lurus atau setiap temple yang efisien, rol temple terdiri
memiliki pemegang sendiri. dari beberapa ring (5) . Sumbu
Pada mesin tenun teropong ring O5 bersudut D dengan
yang lebar, pembawa pakan sumbu rol O1, sehingga ring
dapat terjepit dimulut lusi dan dapat berputar pada poros 6.
karena itu temple harus
berpegas. Penutup temple b) Ring Temple
dapat dipasang tetap diatas Pinggir kain memasuki temple
atau dibawah. Bagian atas sepanjang titik B, yang dipasang
penutup dilengkapi dengan dengan penutup tetap 3, dan
lubang pengamatan A. Suatu dipegang oleh pin-pin horizontal
Multiringring Temple dengan ring 2. Ring 2 ditempatkan pada
penutup bawah digunakan poros 1. Pin disusun dalam satu
untuk penutup jet. atau beberapa baris. Untuk kain
Fungsi sebuah rol temple yang halus ditempatkan dua
adalah menjaga lebar kain agar horizontal pin.
selalu sama pada saat
disuapkan mengelilingi ring c) Clamp Temple
pada titik B (lihat gambar 8.21). Sebuah Clamp Temple bisa
Kain yang tidak banyak dilihat pada gambar 59.B.
mengkeret cukup menggunakan Clamp bawah 3 bergerak pada
satu atau dua pasang rol (2) . poros 4. Clamp terbuka pada
Rol terbuat dari logam, karet saat sisir mengetek, ketika
atau plastik. Rol Metal terbentuk penyangga N memukul sekrup
selubung, sedangkan rol plastik penyetel tuas 6. Ketika sisir
berbentuk lonjong beralur pada kembali ke belakang, clamp
keliling permukaannya. Kain- bertutup kembali oleh suatu
kain yang sempit membutuhkan pegas dan memegang pinggir
rol temple berpaku. Untuk kain agar terbentang.
468

Gambar 8.22
Ring Temple Mendatar

Gambar 8.23
Clamp Temple

8.10.2 Gerakan Penggulung jumlah pakan yang disisipkan


Kain atau dengan ketebalan pakan
yang sudah teranyam. Pada
Mesin tenun moderen biasanya sistem ini dapat digunakan
dilengkapi dengan sistem benang pakan yang
penggulungan positif, yang kehalusannya beraneka ragam.
dirancang untuk benang pakan
yang nomornya sama. Sistem 8.10.2.1 Penggulungan Positif
ini menghasilkan penarikan kain
secara teratur untuk setiap Penggulungan positif terdiri dari
panjang kain tertentu. dua bagian : yaitu bagian
Hasilnya adalah kerapatan penarik dan susunan roda gigi.
pakan yang seragam pada Bagian penarik dapat dilakukan
setiap jarak tertentu. oleh sebuah cakra (pawl atau
Penggulungan negatif akan oleh suatu susunan roda gigi
menarik kain sesuai dengan (gearing).
469

x Sistem Satu Pawl

Gambar 8.24
Penggulung Kain Satu Pawl

Gerakan penyuapan oleh pawl 4 Putaran gigi rachet R2


berasal dari ayunan kaki lade diteruskan ke roda gigi
melalui bar penarik 1. Karena penggulung E, melalui roda gigi
tipe ini tidak dilengkapi dengan A, X, V, B, C, D dan E.
suatu gigi penuh, maka untuk Kecepatan penarikan kain
mengatasi pembalikan arah tergantung pada jumlah gigi
putaran dipasang pal penahan roda. Roda gigi diatas dan pada
7. diameter gandar parut R.
470

b) Sistem Multi Pawl

Gambar 8.25
Penggulungan Sistem
Multi Pawl

Untuk menenun sutra atau berbeda dengan sistem satu


filamen dibutuhkan suatu pawl, hanya disini terdiri dari 1
penarikan yang halus (tidak gigi rachet, 2 gigi payung, 2 gigi
terputus-putus). Pada dasarnya ulir (worm) dan 1 roda gigi
susunan roda gigi tidak banyak biasa.

x Sistem Putaran Rol Tetap

Gambar 8.26
Penggulungan Tanpa Pawl
471

Pada mesin tenun moderen Hal ini juga akan menentukan


suatu putaran rol penarik yang efisiensi proses pertenunan.
terus menerus (kontinyu) dapat
menghasilkan kain yang lebih 8.11.1 Macam-macam Cam
rata, halus dan tidak banyak
menimbulkan cacat kain. Sesuai dengan tipe cam yang
Seperti sistem yang lain. Mesin digunakan, pembukaan mulut
ini dilengkapi dengan roda gigi lusi dibagi menjadi dua kategori
ganti (Change Gear) D, yang x Pembukaan mulut lusi
akan menentukan kerapatan dengan cam negatif
benang pakan per satuan x Peralatan ini dilengkapi
panjang. dengan pembalik putaran
Jumlah gigi roda gigi ini bisa x Pembukaan mulut lusi
dihitung dengan rumus. dengan Heald Shaft
(kamran) positip, sistem ini
8.11 Pembukaan Mulut Lusi dilengkapi dengan cam
dengan Cam beralur, yaitu sepasang cam
Pembukaan mulut lusi yang terdiri dari sebuah cam
merupakan langkah pertama dan sebuah kontra cam.
dalam siklus penenunan.
Operasi gun membuka x Negatif Cam
lembaran lusi akan membentuk Negatif Cam dioperasikan
suatu celah disebut pembukaan hanya untuk menurunkan atau
mulut lusi atau “shed” untuk menaikan kamran (heald shaft).
dilewati atau disisipi benang Kamran bisa naik atau turun ke
pakan. Teknik pembukaan posisi awalnya oleh suatu
mulut lusi merupakan faktor gerakan pembalikan yang dapat
penting dalam pembuatan kain dipasang diatas atau dibawah
tenun yang berkualitas tinggi. kamran ( pegas, rol, dan lain
lain).
472

8.11.2 Gerakan Pembalik

Gerakan Pembalik Atas.

Gambar 8.27
Gerakan Pembalikan Gun

x Gerakan Pembalik dengan x Gerakan Pembalik dengan


Rol (gambar 8.27A) Pegas
Gerakan pembukaan untuk Perusahaan Picanol
anyaman polos (anyaman 1 : 1) memperkenalkan gerakan
biasanya dilengkapi dengan rol pembalikan dengan pegas,
pembalik yang sederhana. yang ditempatkan diatas
Kamran 3 dan 4 dibagian bawah kamran, disisi mesin, supaya
dihubungkan dengan bar tidak merusak pemandangan.
penarik (injakan) atau disebut Kamran 8 diangkat oleh
juga “treadle” yang akan tegangan pegas spiral 9, yang
mengembalikan cam ke posisi salah satu ujungnya dipasang
awal. Istilah-istilah pada sistem tetap pada drum penegang 10
ini berasal dari era alat tenun dan ujung lainnya pada poros 5.
tangan ketika kamran pegas diberi tegangan awal
dioperasikan oleh kaki tukang dengan roda pemutar 5 dan gigi
tenun. cacing 6, 7. gerakan pembalikan
473

membuat kamran bekerja langsung kabel 16, dipandu oleh


secara langsung atau melalui rol 15.
pita atau kabel.
8.11.3 Positif Cam
x Gerakan pembalik bawah
Kamran 11 diangkat oleh pegas Posistif Cam dioperasikan untuk
14 melalui tuas 12, 13. menurunkan dan menaikan gun
Penurunan dilakukan oleh secara aktif, misalnya : cam
gerakan pembukaan (tidak beralur (gambar 8.28).
diperlihatkan) yang Rol (3) dipandu oleh suatu alur
mengoperasikan secara tidak yang dibentuk oleh cam dalam
(1) dan cam luar (2).

Gambar 8.28
Macam-macam Cam Positif

Penghubung (Link) (5) dipasang sistem ini (gambar 8.28C) yang


pada injakan (4), Gerakan memiliki dua cam, yaitu (1) dan
diteruskan oleh bar penarik (6) (2). setiap cam diikuti oleh satu
ke kamran (tidak diperlihatkan), rol, setiap rol (3) dan (4)
sehingga kamran naik turun dipasang pada satu lengan dari
secara aktif. tuas (5), yang berlengan (3),
jarak antar rol konstan.
8.11.4 Sistem Cam dan Kontra
Cam 8.12.Pembentukan Mulut
Lusi dengan Dobby
Pembukaan dan pengetekan
pada mesin tenun moderen Pembentukan mulut lusi dengan
biasanya diperlengkapi dengan cam hanya cocok untuk
474

menenun kain sederhana yang harus dipilih untuk peluncuran


emnggunakan paling banyak pakan berikutnya.
sepuluh kamran, atau dalam
x Dobby Pengangkatan Ganda
satu rapot anyaman paling
Dobby pengangkatan ganda
banyak ada 10 helai lusi.
membagi siklus pergantian
Untuk menenun anyaman yang
pembukaan menjadi dua
lebih rumit (1 rapot anyaman
putaran poros engkol atau satu
terdiri dari 11 s.d. 25 lusi)
putaran poros pukulan
digunakan peralatan yang lebih
(mengenai dobby ini akan
canggih yaitu dobby.
diuraikan lebih lanjut).
8.12.1 Macam-macam Dobby
8.12.2 Mekanisme Dobby
Dobby dibagi atas dua kategori,
Mekanisme Dobby terdiri dari
yaitu :
tiga prinsip dasar :
1. Mekanisme motif (corak),
x Dobby Pengangkatan Tunggal
yang selalu ada pada setiap
Dobby ini merupakan dobby
mesin. Mekanisme ini
tertua, yang hanya mempunyai
mengoperasikan gerak bolak-
satu pisau pengangkat dan satu
balik satu atau dua bar batang
baris platina pengungkit. Setiap
baja yang disebut pisau
peluncuran pakan semua
(knives). Pada gambar 94
platina pengungkit, kamran
tercantum Cam1, tuas cam2,2a
kembali ke posisi awal, maka
dan pisau 3,3a.
susunan kamran yang baru

Gambar 8.29
Dobby Pengangkatan Ganda
475

2. Mekanisme penyeleksian,
yang mengoperasikan kartu 8.13. Mesin Jacquard
dobby dan pengontrolan
transmisi gerakan dari 8.13.1. Mekanisme Mesin
mekanisme motif ke mekanisme Jacquard
pengangkatan kamran. Terlihat
pada gambar 8.29, silinder (16), A. Kait dan Jarum
rol corak (17), pasak kartu
(11),(11a), tuas engkol Alasan penggunaan jacquard
(12),(12a), bar penarik adalah untuk menggerakkan
(13),(13a) yang dihubungkan setiap helai benang lusi secara
dengan rod (14),(14a). individu dan setiap lusi pada
Pemilihan corak dilakukan oleh satu rapot anyaman biasanya
bar (15) dan (15a). dikendalikan oleh satu kait
3. Mekanisme pengontrolan (hook). Misalnya 100 helai lusi
kamran, terdiri dari hook (4) dan secara terpisah dikontrol oleh
(4a) yang menyangga pisau (3) 100 hook. Penyusunan 100
dan (3a) dari mekanisme motif. hook dalam satu baris sangat
Kedua hook dihubungkan penting
dengan pisau (3),(3a)
mekanisme motif.

Gambar 8.30
Bagian-bagian dalam Mesin Jacquard
476

sehingga mampu mengerakkan terdiri dari deret dan baris hook,


setiap helai lusi sesuai rencana dan setiap deret memiliki 4,6
anyaman. kait. gambar 8.31
Gambar 8.30 A memperlihatkan satu baris
memperlihatkan susunan baris terdiri dari 4 hook, dimana (1)
hook yang tidak mungkin mewakili hook ( kait) dan
diperlebar untuk suatu mesin mewakili needle ( jarum ).
tenun, karena akan Jarum (2) terhubung dengan
menimbulkan beberapa hook secara individu dan
kesulitan pada kontruksi mesin. apabila jarum tersentuh oleh
Untuk mengatasi hal diatas kartu ( card) pada silinder, maka
susunan hook dibagi menjadi pisau (knife) akan
beberapa baris seperti pada menyebabkan sebagian knife
gambar 8.30B. Semua hook akan mengangkat hook dan
pada mesin jacquard terbagi sebagian lagi tidak terangkat.
menjadi 1 sampai 3 bagian yang

B. Butten, silinder dan kartu

Gambar 8.31
Skema Mesin Jacquard

Butten (15) (gambar 8.31), yang bersisi 5, 6 atau 8. Setiap


berayun dari satu sisi kesisi permukaan butten (prisma
yang lain menggerakkan silinder kartu), agar bisa dimasuki oleh
(14). Silinder 14 biasanya jarum-jarum (2). Sebuah kartu
berbentuk prisma sisi empat (16) yang berupa empat
teratur, tapi ada juga yang persegi panjang dan luasnya
477

sama dengan permukaan D. Neck cord, carabiner dan tali


silinder (14), akan harness
mengoperasikan jarum sesuai
dengan gambar pada kertas Pada gambar diatas neck cord
anyaman yang diwakili oleh (6) tergantung pada kaki hook
lubang kartu. Sebuah kait dan melewati lubang pada hook
digunakan untuk setiap board (papan kait) (5).
peluncuran pakan (setiap Carabiner (7) diikat diujung
silinder berputar) sehingga kartu bawah neck cord dan
kartu dapat menyentuh jarum. memegang sebundel harness.
Jarum-jarum yang berhubungan Sesuai dengan jumlah rapot
dengan lubang kartu akan tetap anyaman, harmess (8)
posisinya. Karena itu hook (kait) bergantung pada carabiner dan
yang berhubungan dengan melalui kombeboard (9) (papan
jarum tersebut akan terangkat sisir) serta coupling,
oleh knife (pisau) (3) dan dihubungkan dengan kawat gun
selanjutnya benang lusi akan (10) atau nail, tempat yang
naik. Dipihak lain jarum yang dilewati lusi, agar harness dapat
terdorong oleh bagian kartu melewati lubang comberboard
yang tak berlubang akan dan tidak lemah, harness harus
menggeser kait sehingga kait kuat dan oleh karena itu
tak terjangkau oleh gerkan digunakan benang tali yang
pisau pisau yang sedang naik terbuat dari bahan linen. Tali
dan akibatnya benang lusi yang harness dijual dalam bentuk
dikontrol oleh hook tersebut hanks (untai) dengan ketentuan
tidak akan naik. sebagai berikut :
1 hank = 828,50 yds
C. Pisau dan Kotak Pisau 1 bundel = 10 hank
Tinggi dari carabiner bervariasi,
Pada gambar 8.32 tersebut sesuai dengan lebar kain,
kotak pisau (3) dan pisau (4) misalnya harus lebih tinggi atau
yang terbuat dari pelat metal lebih besar dari lebar kain.
terpasang tetap dalam kotak Dengan kata lain tingginya
pisau. Kotak pisau umumnya harus lebih besar dari kelipatan
bergerak naik turun pada setiap lebar kainnya. Penyetelan
peluncuran pakan dan panjang tali harness
menaikkan harness (8) yang berpedoman pada tabel
terkait pada hook bagian dibawah ini
bawah.
478

Tabel 8.1 - menenun benang kapas no


Penyetelan Panjang Tali 3 – no 4
Harness - menenun benang wol-
worsted no 5 – no 7
Lebar Jarak antara
kain Ujung Bawah Neck Kawat gun yang kuat dan baik,
(inci) Cord biasanya menggunakan
Ke mail (inci) glassmail dan coupling. Lingoes
160 107 12/13 - 113 10/32 (13) digunakan untuk
90 95 15/12 - 101 13/32 membebani harness agar dapat
80 89 15/13 - 95 15/32 turun dan tidak kendor dan juga
60 77 17/32 - 89 15/32 untuk membuat benang lusi naik
50 71 18/32 - 77 17/32 oleh hook dan kembali kegaris
40 63 7/32 - 71 18/32 lusi (warpline). Material yang
30 43 22/32 - 63 7/32 digunakan adalah kawat timah
dicampur besi. Berat lingoes
E. Coupling, Glass Mail dan tergantung pada tegangan dan
Lingoe kekuatan benang lusi dan dipilih
yang sesuai dengan kontruksi
Bagian atas coupling disebut kain yang diharapkan. Apabila
coupling atas dan bagian lingoes terlalu berat, suatu
bawahnya, dibawah glassmail kekuatan yang cukup
(11) disebut coupling bawah. dibutuhkan untuk pembukaan
Coupling panjangnya sekitar 6 mulut lusi dan karenanya
sampai 9 inci. Nomor dudukan benang lusi tidak akan putus.
glassmail, ukurannya dan Sebaiknya apabila lingoes
nomor perbesarannya sesuai terlalu ringan, lingoes akan
dengan besaran mail dan berayun tidak normal dan
sesuai denga diameter benang pembukaan mulut lusi tidak
dan kerapatan benang lusi. sempurna. Dibawah ini standar
Berikut ini adalah nomor standar berat lingoes untuk bermacam-
untuk macam kain.
- menenun benang sutera no
2 – no 3

Tabel 8.2
Standar Berat Lingoes

OZ (gr)
Tenun sutera 0.246-0.330 7.50 -9.375
Tenun rayon 0.330-0.396 9.375-11.25
Tenun kapas 0.396-0.660 11.25-18.75
Tenun wol 0.660-1.320 18.75-37.50
479

F. Comber Board inci persegi. Terdapat banyak


lubang yang teratur untuk
Pada gambar 8.31, dilewati harness dan sesuai
diperlihatkan comberboard (9) dengan kedekatannya
yang memandu harness, kelubang, diberi nomor urut
dimana benang lusi disangga untuk dipilih yang sesuai
pada posisi yang tepat. Di dengan kerapatan lusi.
Jepang bahan untuk coberboard Hubungan antara jumlah lubang
(papan sisir) dibuat dari pohon dan nomor comberboard
cherry atau Walnut, dengan diperlihatkan pada tabel
ketebalan ¼ inci dan luas 10 dibawah ini.

Tabel 8.3
Hubungan antara jumlah lubang dan nomor comberboard

Jumlah Jumlah
lubang ke 1 inchi 1 cm lubang kearah Keterangan
arah lebar dalam
No. 0 12,2 4,8 44,0 Sutra
No. 1 10,1 4,0 - Sutra
No. 2 7,9 3,1 - Rayon
No. 3 6,7 2,6 2,6 Kapas
No. 4 5,5 2,1 2,1 Wol

Memasang comberboard pada G. Pengantar Tali Harness


mesin tenun harus (Harness Guide)
memperhatikan :
1) Apabila terlalu tinggi lingoes Pada gambar 8.31 diperlihatkan
akan berayun tidak normal, pemandu sisir (guide reed)
oleh karena itu disetel pada (1,)yang terbuat dari kaca atau
ketinggian 12 sampai 18 besi, berbentuk batang silindris
inchi dari lingoes yang tersusun sejajar dengan
2) Titik pusat Jacquard dan baris/deretan hook dan
comberboard harus pada dipasang diatas harness, dekat
satu garis vertikal dengan carabiner. Digunakan
3) Apabila sisir bergerak untuk mesin tenun lebar, hal ini
kebelakang, lade jangan disebabkan tinggi mulut lusi
sampai menyentuh pada bagian tengah kain
comberboard. berbeda dengan pada pinggir
kain dan pembukaan mulut lusi
tidak mungkin sempurna dan
selanjutnya tegangan benang
lusi pun tidak merata. Akan
480

lebih jelas untuk memahami Jika :


petunjuk yang diperlihatkan MS = 40”
pada gambar 8.32. HM = 84” , kenaikan hook4
A. Mempelihatkan
HS = 40 2  84 2 93,0
pemasangan tali harness
tanpa harness guide
B. Memperlihatkan Ketika hooks dinaikan dan mulut
pemasangan tali harness lusi terbuka,
dengan harness guide. M1S1 = 40”
H1M1 = 84” + 4” = 88”
Garis terputus-putus pada A H1S1 = 40 2  88 2 96,6
menunjukkan posisi hook diam,
Maka perbedaan ketinggian A
sedangkan garis penuh
dan B : 96,6” – 93,0 = 3,6”
menunjukkan posisi hook waktu
naik.
Ketinggian mulut lusi dibagian
tengah 4” sedangkan untuk
M1 = titik pusat kain
bagian pinggir kain 3,6”
S1 = pinggir kain

Gambar 8.32
Pemasangan Tali Harness dengan atau tanpa Harness Guide
481

8.13.2. Klasifikasi Mesin digerakkan hanya oleh satu


Jacquard pisau (knife)
Apabila pisau naik, benang lusi
Mesin jacquard sejak ditemukan naik dari garis lusi dan
telah berkembang dan mesin- membentuk mulut atas sesuai
mesin baru telah dibuat untuk dengan anyaman. Apabila
untuk bermacam-macam tujuan. pakan telah disisipkan, benang
Tipe-tipe mesin Jacquard saat lusi turun ke garis lusi
ini adalah sebagai berikut :
Keuntungan sistem ini adalah :
1) Mesin Jacquard Ordinal 1) Pembukaan mulut lusi
2) Mesin Jacquard Cross sederhana
Border 2) Benang lusi tegangannya
3) Mesin Jacquard Verdol tinggi selama pembukaan,
4) Mesin Jacquard Leno/Gaoze sehingga memungkinkan
5) Mesin Jacquard Carpet untuk membuat kain yang
rapat
Berdasarkan mekanismenya,
mesin Jacquard terbagi atas : Kerugian sistem ini adalah :
1) Jacquard pengangkatan 1) Setengah putaran poros
tunggal engkol menghasilkan
2) Jacquard pengangkatan penutupan mulut lusi yang
ganda tidak halus dan beban mesin
3) Jacquard khusus tenun tidak rata selama
penggerakan
A. Mesin Jacquard Pengangkat 2) Karena pembukaan
Tunggal memerlukan waktu lama,
penggerakan tidak boleh
Mesin ini mekanismenya sangat terlalu cepat.
sederhana sekali dalam banyak 3) Selama satu putaran poros
hal satu pengulangan rapot lusi engkol perbandingan waktu
dikontrol oleh satu hook, dan pembukaan lebih besar dari
pembukaan mulut lusi yang pada waktu penyisipan
terbentuk adalah mulut atas. pakan. Karena itu mesin ini
a) Mesin Jacquard pengangkat tidak cocok untuk kain lebar.
tunggal silinder tunggal 4) Benang lusi yang
sistem mulut atas ditegangkan saat
pembukaan akan mudah
Pada tipe ini, hookboard putus.
terpasang tetap dan hook
482

Gambar 8.33
Mesin Jacquard 1300 jarum

b) Mesin Jacquard pengangkat 1) Dalam pembukaan,


tunggal silinder tunggal sistem kerusakan benang lusi
mulut tengah (lihat gambar sedikit, benang jarang putus
8.33) 2) Benang naik dan turun pada
saat yang sama, sehigga
Kotak pisau dan hook board penggunaan tenaga gerak
naik dan turun ke arah lebih kecil serta ketidak
berlawanan pada saat yang rataan beban kecil
sama. Oleh karena itu benang
lusi ada yang naik dan ada yang Kerugian sistem ini adalah :
turun dan mulut tengah 1) Ayunan lingoes bertambah
terbentuk. Jarak gerakan 2) Garis sisir sering timbul
pembentukan mulut tengah pada kain.
hanya separuh pembukaan
mulut atas.
Keuntungan dari sistem ini c) Hubungan antara tegangan
adalah lusi dengan tinggi mulut lusi
483

Tegangan benang lusi normal Dipihak lain penenunan benang


dibatasi oleh elastisitas benang. kapas yang elastisitasnya
Hasilnya adalah suatu kain yang rendah, metode diatas tidak
permukaannya halus dan cocok, karena mesin tenun
kainnya rapat. memerlukan tegangan yang
Untuk menentukan benang tinggi. Hal ini bisa diperoleh
sutra yang elastisitasnya tinggi dengan memperkecil panjang
tegangan yang rendah diperoleh mulut lusi perbandingan antara
dengan memperbesar panjang tinggi mulut lusi dengan
mulut lusi, sehingga tegangan tegangan lusi dapat dilihat pada
benang cukup untuk shedding. gambar 8.34

Gambar 8.34
Perbandingan antara Tegangan Lusi dengan Tinggi Mulut lusi

Dari gambar diatas dapat 2) Untuk menurunkan


disimpulkan : tegangan lusi tanpa
1) Mulut lusi tinggi menurunkan tinggi mulut lusi
menghasilkan tegangan dapat diperoleh dengan
benang yang tinggi. memperbesar panjang mulut
lusi.

Gambar 8.35
Panjang Mulut Lusi yang diperbesar

Gambar 8.36
Pembentukan Mulut Tengah
484

B. Mesin Jacquard Pengangkat 2) Pengangkatan ganda dua


Ganda silinder

Pada tipe ini satu lusi dikontrol a) Mesin Jacquard


oleh dua hook yang turun naik pengangkatan ganda satu
secara bergantian. silinder.
Hook dan pisau satu baris ada
diatas dan satu baris ada Ada dua macam tipe mesin ini
dibawah. Pada saat pembukaan yaitu :
pisau bawah naik dan pisau - Memiliki dua baris hook dan
atas turun dan keduanya dua baris jarum
berhenti ditengah. Tipe ini ada - Memiliki hanya dua baris
dua macam : hook dan satu baris jarum.
1) Pengangkatan ganda satu
silinder

Gambar 8.37
Kombinasi hook jarum dan benang lusi
485

Pada gambar 8.37 Pada sistem ini ada dua macam


diperlihatkan kombinasi antara pisau yaitu X dan Y. X
hook, jarum dan benang lusi mengontrol nomor hook ganjil
Hubungan antara nomor jarum, dan Y mengontrol nomor hook
nomor hook, dan nomor lusi genap. Kedua baris hook ini
adalah sebagi berikut : naik turun bergantian setiap
peluncuran pakan. Silinder M
No. No. No. seperti terlihat pada gambar
Jarum Hook Lusi bergerak menekan jarum, ketika
1 1-2 1 dua baris pisau ada diatas dan
2 3-4 2 dibawah pada waktu
3 5-6 3 pembukaan. Jadi setiap kartu
4 7-8 4 digunakan untuk satu kali
5 9-10 5 peluncuran pakan.
6 11-12 6
7 13-14 7
8 15-16 8

Gambar 8.38 :
Posisi awal Jacquard saat peluncuran Pakan pertama

Gambar 8.38 memperlihatkan Y ada diatas dan sebuah kartu


bahwa pada posisi awal pisau X pada gambar B yaitu kartu
ada di bawah, sedangkan pisau nomor satu menekan jarum.
486

Pada saat ini hook (1,2) masih dan gerakan jarum yang
pada posisi menggantung pada disebabkan oleh kartu nomor 2.
pisau yang tidak dipengearuhi
kartu, dan hook yang lain (3,4) b) Mesin Jacquard
akan didorong dari posisi pisau. pengangkatan ganda dua
Karena hook (4,8) telah silinder.
terangkat oleh naiknya pisau,
meskipun didorong jarum hook Mesin ini sama dengan Mesin
bebas dari pengaruh Jacquard dengan dua set
pisau,karena terdorong oleh gerakan jacquard yang
jarum. dipasang pada sebuah rangka
Segera setelah itu pisau X mulai Mesin Jacquard. Jadi mesin ini
bekerja dan mengangkat hook mempunyai dua set silinder,
(1),(5),(9),(15) pisau Y turun dan jarum, dan hook dan dua set
hook nomor genap (2/16) kartu yang dipasang pada dua
segera diturunkan. Pada saat ini silinder. Kartu nomor ganjil
gerakan pisau dimulai silinder M menggantung disekeliling satu
ditarik dari ujung jarum dan silinder dan kartu nomo genap
ketika pisau mencapai posisi pada silinder yang lain. Pada
tertinggi silinder bergerak ke setiap peluncuran pakan silinder
ujung jarum lagi. Pada saat bergerak bergantian. Gambar
kartu nomor satu diputarkan 8.39 memperlihatkan kartu
oleh silinder dan terpisah dari nomor 1 bekerja pada jarum (1-
ujung jarum kartu nomor satu 8), kemudian hook (1-8)
menggantikan tempat kartu dinaikkan dari posisi awalnya
nomor dua lagi merapat ke karena itu benang lusi
ujung jarum. (1),(4),(5),(8), terangkat oleh
Gambar 8.38 mempelihatkan kenaikan pisau X, dan hal ini
kenaikan hook yang disebabkan disebabkan kartu nomor satu
oleh gerakan kartu nomor satu telah dilubangi seperti pada
gambar 8.39 B.
487

Gambar 8.39
Hubungan Kartu, Jarum, dan Hook pada Sistem Pengangkatan
Ganda Dua Silinder.

Segera setelah pisau X naik, Mesin memiliki beberapa


pisau Y mulai turun ke posisi keuntungan dan kerugian jika
terendah dan selanjutnya kartu dibandingkan dengan Mesin
nomor dua akan bekerja pada Jacquard pengangkatan tunggal
jarum 1-8 untuk peluncuran dua silinder.
pakan kedua, kemudian hook 1-
8 diangkat oleh pisau Y. Jika Keuntungan :
pisau Y naik dan X turun maka 1) Hook menerima beban yang
lusi (1,8,) akan menyilang pada kecil karena hanya satu
pakan dan lusi yang turun dari silinder.
tengah mulut lusi akan 2) Pada kecepatan tinggi
membentuk mulut setengah silinder mendorong jarum
terbuka seperti telah diuraikan dengan halus lebih halus
diatas. dari mesin satu silinder.
488

Kerugian : perangkat otomatis


1) Mesin dua silinder memiliki penghenti mesin.
kemungkinan cacat kain
ketika silinder salah c) Mesin Jacquard
menekan jarum. Dalam pengangkatan ganda dua
beberapa hal dimungkinkan silinder tanpa pegas
untuk dilengkapi dengan

Gambar 8.40
Jacquard Dua Silinder tanpa Pegas

Mesin Jacquard biasa memiliki jarum. Ketika jarum mendorong


sebuah kotak pegas tetapi pada sepasang hook dua pisau X dan
mesin ini tidak memiliki satupun Y naik dan turun bergantian,
karena itu gerakan karena itu pisau pada lusi yang
pengembalian hook akan sama seperti pada
dilakukan oleh kelenturannya. pengangkatan ganda akan
Pada gambar 8.40 bagian (A), membuat pembukaan setengah
batang besi P disusun terbuka atau semi terbuka.
berdampingan diantara baris- Pada gambar 8.40A kertas
baris pasangan hook dan akan kartu nomor satu menggantung
bekerja ketika didorong oleh pada silinder M dan akan
489

mendorong jarum kemudian genap digantungkan sama


hook (1),(3),(5) dan lusi seperti kartu nomor 2.
(1),(3),(5) dinaikan oleh pisau X
setelah itu silinde M C. Mesin Jacquard Cross
meninggalkan jarum. Sebuah Border.
kertas kartu nomor 2
menggantung pada silinder N, Mesin ini digunakan untuk
yang bekerja untuk jarum-jarum membuat gambar yang memiliki
dan hook (2),(4),(6),(7) dan lusi batas-batas seperti sapu tangan
(2),(4),(6),(7) dinaikkan oleh atau kain taplak meja. Mesin ini
pisau Y. dilengkapi dengan dua silinder,
Metoda penempatan kartu pada satu untuk gambar, dan satu
silinder dapat ditentukan dalam lagi untuk batas-batas kain.
kaitannya hubungan antara dalam hal lain dua silinder
jarum dan hook dan arah digunakan untuk membuat
putaran silinder. Misalnya kartu gambar dan untuk membuat
nomor dua dilubangi sama anyaman dasar. Pada gambar
dengan kartu nomor satu 8.13 diperlihatkan tipe mesin
kemudian dipasang pada berdasarkan pangangkatan
silinder setelah perputaran ganda satu silinder dimana M
kembali dari kanan ke kiri dan N adalah kedua silinder
seperti terlihat pada gambar tersebut.
8.40B dan setiap kartu nomor

Gambar 8.41
Mesin Jacquard Cross Border
490

D. Mesin Jacquard Veldol berfungsi sebagai kartu


Mesin ini tipe Jacquard terbaru dipasang pada silinder yang
dan mempunyai kehalusan penampangnya berbentuk
jarum yang paling tinggi dimana lingkaran seperti terlihat pada
jarum disusun dengan garis gambar dibawah ini.
zigzag. Kertas rol yang

Gambar 8.42
Mesin Jacquard Veldol

Seperti terlihat pada gambar Mesin Jacquard Veldol memiliki


8.42 ada dua macam hook dan banyak keuntungan yaitu dapat
jarum H, h dan N, n. Dan kertas menghemat kartu dan waktu,
kartu yang melingkar kartu berjalan halus.
digantungkan pada sirkular Kerugiannya adalah kartu tidak
silinder C, dan kertas yang dapat diperbaiki apabila terjadi
berlubang akan lewat diantara salah potong, dan mesin susah
silinder dan pemandu bar dan dikontrol dan untuk menguasai
kertas kartu digerakkan oleh mesin jacquard menuntut
putaran silinder. Jarum n keahlian sehingga mesin ini
terletak dibagian ujung kanan kurang berkembang.
dengan kepala yang kecil.
491

Gambar 8.43
Mekanisme Gerakan Jacquard Dua Silinder

Gambar 8.43 memperlihatkan gambar 8.44 memperlihatkan


mekanisme gerakan kedua foto mesin jacquard Veldol
silinder M dan N, sedangkan

Gambar 8.44
Foto Mesin Jacquard Veldol
492

8.14. Mekanisme x Mekanisme Cam


Pengetekan x Mekanisme Roda gigi
x Mekanisme Khusus
Fungsi menganyam yang ketiga
adalah penampilan sisir waktu 8.14.1 Mekanisme Mata Rantai
penenunan. Fungsi-fungsi yang (Link)
ditampilkan sisir adalah :
1. Memandu jarak antara helai Empat Link pada gambar 8.45 A
benang lusi, sisir dirancang agar terdiri dari rangka 1, engkol 2,
bisa dilewati benang dengan rod penghubung 3, kaki lade 4,
baik. lade 4b. untuk mesin tenun
2. Pada mesin tenun teropong kecepatan tinggi dengan lebar
dan beberapa mesin gripper kain sampai dengan 1,2 m,
projektil sisir memandu jalan suatu rod penghubung 3
pembawa pakan bersama digunakan untuk mengontrol
elemen-elemen pamandu setiap jenis gerakan.
lainnya. Untuk mesin tenun yang lebih
3. Yang paling mendasar dan lebar, digunakan rod
fungsi terpenting ialah penghubung 3a yang lebih
merapatkan setiap benang pendek dan engkol
pakan yang disisipkan ke ujung dimungkinkan untuk
kain atau ke pakan yang sudah diperpanjang untuk
teranyam. mendapatkan sudut pengetekan
yang lebih besar (gambar
Gerakan sisir dikendalikan oleh 8.45A).
mekanisme pengetekan atau Mekanisme enam link
mekanisme ayunan lade yang digunakan untuk alasan berikut :
berdampak terjadinya perapatan - susunan seperti terlihat pada
benang pakan. Proses ini gambar 8.40B memberi
disebut gerakan pengetekan kemungkinan untuk
atau Weft Beat Up Mechanism. memperoleh sudut pukulan
Mekanisme pengetekan- yang lebih besar dari
pengetekan terdiri dari : mekanisme empat link.
x Mekanisme Link
493

Gambar 8.45
Mekanisme Pengetekan Link
494

- Mekanisme seperti pada mekanisme cam yang secara


gambar 8.45C digunakan tepat dapat menjamin
untuk memproduksi kain keakuratan posisi lade yang
berat, terutama kain rumah membutuhkan sudut antara
tangga. 220ºC s.d. 250ºC. Tipe cam
yang terbaru diperlihatkan pada
8.14.2 Mekanisme Cam gambar 8.46, yang mempe
ngaruhi gerak kaki lade dan
Pada beberapa tipe mesin penyangga sisir 4a. Mekanisme
tenun gripper projectil rapier, cam memberi suatu keuntungan
mekanisme peluncuran pemahaman tambahan bahwa
ditempatkan tetap pada rangka untuk berbagai lebar kain cam
mesin dan sisir dalam keadaan harus diganti.
diam saat peluncuran. Hanya

Gambar 8.46
Mekanisme Cam
495

8.14.3 Mekanisme roda gigi

Gambar 8.47
Mekanisme Roda Gigi

Mekanisme roda gigi lain (8), karena akan


diperlihatkan pada gambar memerlukan banyak ruang
8.47A, digerakkan oleh roda gigi apabila ditempatkan pada roda
(2), pada poros pukulan mesin gigi (2). Hasilnya adalah
tenun. Roda gigi 3 dibawa oleh flywheel (roda penyeimbang)
paja engkol (4) yang akan terpisah dari kaki lade (6)
berhubungan dengan roda dengan dua roda gigi. Untuk
penghubung (5). Pusat menghindarkan dampak negatif
perputaran roda gigi (3) terletak dalam mekanisme, maka
pada kaki lade (6). Roda pembuatan roda gigi harus yang
penstabil, kopling dan rem akurat.
harus ditempatkan pada poros
496

8.14.4 Mekanisme Khusus Sebelum pakan diketek


pakan harus keluar sama
Mekanisme khusus pengetekan sekali dari mulut lusi,
dibuat dengan cara sehingga sehelai pakan
menggabungkan gerak yang bebas dengan panjang
kinematik pasangan-pasangan tertentu diletakkan pada
link (mata rantai) seperti cam, mulut lusi sebelum pakan
roda gigi, atau rocker arm agar berikutnya mengganti
cocok dengan benang yang tempatnya. Pada sisi handel
digunakan. mesin tenun, pakan bebas
panjangnya aR, hampir sama
8.15 Penyisipan Pakan dengan 400 mm, dan pada
sisi mesin lain pakan bebas
8.15.1 Penyisipan Pakan yang tertinggal sekitar 150
dengan Teropong mm. Jika lebar kain
dikurangi, pakan bebas
Benang pakan disisipkan pada bertambah dan resiko
mulut lusi dengan terjadinya lengkungan
menggunakan shuttle benang akan bertambah
(teropong) (1), yang didalamnya apabila menggunakan
terdapat gulungan benang pada pakan dengan twist tinggi.
pirn (bobin palet) (2). Benang
lusi (3) terulur dari pirn dan II. Pada saat peluncuran
direntangkan selebar kain pada berikutnya, pakan harus
saat penyisipan (gambar 8.48) tergulung pada pirn, jika
tanpa menggesek benang lusi. tidak jumlah panjang pakan
I. Jika teropong tidak bebas didalam mulut lusi
memantul pada saat tiba akan ditarik kembali.
dikotak teropong, benang
pakan akan tegang sebelum
diketek pada kain dan
kualitas kain baik.
497

Gambar 8.48
Penenunan dengan Shuttle

Karena teropong bergerak kaki lade. Posisi maksimal


dengan kecepatan penuh, teropong L disisi kiri dan L
memulai peluncuran dengan disisi kanan tidak bervariasi,
pakan tidak tergulung akan sehingga ketika menenun
menimbulkan dampak pada kain yang lebih sempit
benang menjadi lebih melintasi lebar kain b,
tegang. teropong memerlukan waktu
Ketika peluncuran pakan yang lebih lama, karena
telah selesai dan benang harus menempuh jalan yang
pakan tidak memisah dari tidak produktif. Seluruh lade
kain, tetapi melipat dipinggir yang meliputi dasar luncur,
kain selama peluncuran sisir, kotak teropong dan
pakan berikutnya, maka kaki lade beratnya antara 70
pinggir kain dengan benang kg – 80 kg pada mesin
pakan yang teranyam akan tenun yang lebarnya b =1,20
diproduksi pada kedua sisi. m dan untuk b = 3 m,
Selama benang pakan tidak beratnya bertambah antara
tergulung pada sebuah pirn, 120 kg – 180 kg. Massa
tidak akan menghasilkan yang besar yang
limbah, hanya pirn telah menampilkan gerakan bolak
meluncurkan dua benang balik, dapat menimbulkan
pakan A yang membentuk ketidakrataan pada jalan
pinggir kain pada pergantian mesin dan menunjukkan
sisi mesin. Dasar luncur salah satu faktor pada
bersama sistem penambahan kecepatan
pengereman teropong mesin.
bergerak karena ayunan
498

8.15.1.1 Teropong (Shuttle)

Gambar 8.49
Shuttle

Badan teropong (1), terbuat dari 8.15.1.2 Mekanisme


kayu keras yang diuapi dan Penyisipan Pakan
dipres (ditekan) pada kedua dengan Cam
ujungnya diberi baja runcing
(tip) (9) dengan sekat fibre (10). Teropong yang banyak
Dibagian teropong terpasang digunakan adalah mesin tenun
pada bridge (jembatan) (2), yang peluncuran pakannya
penyisip (3) dan collet (4). menggunakan mekanisme cam
Dibagian belakang ditempatkan (gambar 8.50). Poros pukulan
mata penyalur benang (6), yang (7), berada diatas poros bawah
kebanyakan dilengkapi dengan (4) dengan cam pemukul (5),
penegang (7). Pin (11) dijepit gerakan percepatan diteruskan
dengan ring baja (11) didalam lewat tuas pemukul (8), bar
collet teropong untuk mencegah penarik (9) dan sabuk (10), ke
baloning pada waktu mengulur tongkat pemukul (3), dengan
pakan U didalam teropong. Sisi pemukul (picker) (2). Picker (2)
bagian dalam teropong diberi harus menampilkan pukulan
bulu-bulu atau sikat nylon (5). lurus, dan karena efek gerak ini,
Dibagian muka terdapat lubang picking stick (3) dipasang pada
A, untuk dilewati benang. Alur B empat mata rantai gerak (12),(
untuk penempatan pakan yang 13), (14) dan (15). Unit ini
akan keluar dan C untuk batas bersama picking stick dan dasar
pemotong benang. luncur dengan sisir yang
berayun pada poros (11), yang
disebut poros kaki lade atau
rocking shaft.
499

Gambar 8.50
Mekanisme Pukulan

Susunan mekanisme pukulan tergantung pada ketinggian


(gambar 8.50) memberikan bracket (12).
keuntungan, yaitu penyetelan
shuttle yang mudah. Dalam 8.15.2 Penyisipan Pakan pada
penyetelan kecepatan teropong Mesin Tenun tanpa
dilakukan dengan mengubah Teropong
jarak y dan x. Bar penarik (9)
dan (10) selalu dalam posisi Mesin tenun tanpa teropong
horizontal,perubahan sudut D atau shuttleless loom ada tiga
dan B tidak terjadi secara katagori, yaitu :
praktis. Kecepatan teropong x penyisipan pakan sistem jet,
bertambah, tetapi karakter jarak yang terbagi lagi menjadi
pukulan dalam hubungannya dua tipe, yaitu :
dengan waktu pukulan masih - Air jet loom, mesin tenun
tetap sama. sistem semburan udara
Suatu kekurangan sistem ini - Water jet loom, mesin tenun
adalah tidak mempunyai ruang sistem semburan air
untuk menambah radius utama x Penyisipan pakan sistem
cam 5. Posisi poros bawah rapier
disesuaikan dengan gerak lurus x Penyisipan pakan sistem
(12) dan (15) dan tidak gripper projectile
500

8.15.2.1 Penyisipan Pakan karena ada perbedaan


Sistem Jet kecepatan relatif antara
air/udara dengan benang
Pakan disisipkan melalui pakan. Prinsip penyisipan pakan
sebuah llubang kecil yang sistem jet dapat dilihat pada
disebut “nozzle”. Kekuatan gambar 8.51.
untuk meluncurkan pakan Sistem jet ini dilengkapi dengan
berasal dari tenaga semburan alat pengukur panjang pakan
air atau udara pakan meluncur yang akan diluncurkan.

Gambar 8.51
Sistem Penyisipan Pakan pada Jet Loom

Benang pakan (2) ditarik dari simbole dibawah ini


cone (1) dan melalui mata menyatakan tabung T. Simbol-
pemandu (guide eye) dan simbol di bawah ini
tensioner (3). Alat pengukur menyatakan :
panjang, mengukur panjang A = Sisir
pakan yang akan diluncurkan. B = Lembar lusi
Pemegang (holder) (9) C = Kain tenun
memegang teguh benang pakan D = Pemotong Pakan
setelah disisipkan. Air atau E dan F = anyaman leno
udara dipasok lewat nozzle (10) Untuk pinggir kain
melalui tabung T. Simbol-
501

Tahap-tahap peluncuran pakan kain dan pemotong D


adalah sebagai berikut : memotong pakan dekat
I. Sisir A bergerak ke nozzle. Secara serentak
belakang, meteran (7) benang pakan dipinggir kain
mempersiapkan panjang diamankan oleh anyaman
pakan yang akan leno.
diluncurkan.
II. Pemegang (9) dibuka, 8.15.2.2 Penyisipan Benang
serentak air/udara Pakan dengan Rapier
disemburkan ke nozzle (10)
untuk membawa pakan Suatu keuntungan besar pada
melintasi mulut lusi. mesin tenun rapier adalah
III. Ketika penyisipan pakan mudah dan penyisipan
selesai, pemegang (9) pakannya dapat diandalkan.
menjepit pakan, sisir A Tahap-tahap peluncuran pakan
mengetek pakan ke ujung adalah sebagai berikut :

Gambar 8.52
Transmisi Pakan pada Rapier

I. Pakan (1 ) dan (1a) ditarik nipper (4) bergerak ke


dari bobin, feeder (2) yang depan (arah b) dan
memegang benang pakan memegang benang pakan
(1) bergerak kearah (1) yang kemudian dipotong
belakang (arah a). Penjepit
502

II. Oleh cutter (5) yang pulley cone lever, setiap 1


menyatu dengan nipper. hari
III. Nipper (4) menarik pakan ke 7. Pelumasan pada change
belakang (arah c). Jari hozen, let off motion, handle
penekan depresor (3) weft, connecting lever, take
bergerak ke depan (arah d) up,cop rack, end cutter,
dan terus berputar (arah e) connecting lever setiap 1
menekan benang pakan. minggu
IV. Depresor (3) terus berputar
dan kepala rapier bergerak 8.16.2 Pemeliharaan Mesin
maju (arah k) mengait Tenun Teropong
benang pakan dengan dengan Menggunakan
slotnya. Dobby
V. Sesaat setelah kepala rapier
memegang pakan, nipper Pemeliharaan mesin tenun ini
(u) membuka dan meliputi :
membiarkan benang pakan
ditarik oleh nipper. 1. Pembersihan frame mesin
setiap 1 minggu.
8.16. Pemeliharaan Mesin 2. Pembersihan bagian sisir
Tenun setiap 1 hari.
3. Pembersihan bagian gun
8.16.1 Pemeliharaan Mesin setiap 1 hari.
Tenun Teropong 4. Pembersihan bagian
dengan Menggunakan dropper setiap 1 hari.
Cam/ Exentrik 5. Pembersihan bagian beam
tenun setiap 1 hari.
Pemeliharaan mesin tenun ini 6. Pembersihan pada
meliputi : peralatan dobby setiap 30
hari.
1. Pembersihan frame mesin 7. Pelumasan crank shaft me
setiap 1 minggu. tal, picking bowl, driving
2. Pembersihan bagian sisir pulley cone lever, setiap 1
setiap 1 hari. hari
3. Pembersihan bagian gun se 8. Pelumasan pada change
tiap 1 hari. hozen, let off motion, handle
4. Pembersihan bagian drop weft, connecting lever, take
per setiap 1 hari. up,cop rack, end cutter,
5. Pembersihan bagian beam connecting lever setiap 1
tenun setiap 1 hari. minggu
6. Pelumasan crank shaft me 9. Pelumasan pada dobby dan
tal, picking bowl, driving top lever setiap 1 minggu.
503

8.16.3 Pemeliharaan Mesin 1. Pembersihan frame mesin


Tenun Teropong setiap 1 minggu.
dengan Menggunakan 2. Pembersihan bagian sisir
Jacquard setiap 1 hari.
3. Pembersihan bagian gun
Pemeliharaan mesin tenun ini setiap 1 hari.
meliputi : 4. Pembersihan bagian
dropper setiap 1 hari.
1. Pembersihan frame mesin 5. Pembersihan bagian beam
setiap 1 minggu. tenun setiap 1 hari.
2. Pembersihan bagian sisir 6. Pelumasan cam box setiap
setiap 1 hari. 1 tahun.
3. Pembersihan bagian gun 7. Pelumasan driving gear box
setiap 1 hari. setiap 1 tahun.
4. Pembersihan bagian 8. Pelumasan let off gear box
dropper setiap 1 hari. and take up gear box setiap
5. Pembersihan bagian beam 1 tahun.
tenun setiap 1 hari. 9. Pengisian oil pump for
6. Pembersihan pada shedding setiap 1 minggu.
peralatan jacquard setiap 30 10. Pelumasan take up chain
hari. and friction roller gear setia
7. Pelumasan crank shaft me 3 bulan.
tal, picking bowl, driving 11. Pelumasan sentral setiap 1
pulley cone lever, setiap 1 minggu.
hari
8. Pelumasan pada change
8.16.5 Pemeliharaan Mesin
hozen, let off motion, handle
Tenun Projektil dengan
weft, connecting lever, take
Menggunakan Cam/
up,cop rack, end cutter,
Exentrik
connecting lever setiap 1
minggu
Pemeliharaan mesin tenun ini
9. Pelumasan engkol
meliputi :
penggerak harness setiap 1
minggu.
1. Pembersihan frame mesin
setiap 1 minggu.
8.16.4 Pemeliharaan Mesin 2. Pembersihan bagian sisir
Tenun Rapier dengan setiap 1 hari.
Menggunakan Cam/ 3. Pembersihan bagian gun
Exentrik setiap 1 hari.
4. Pembersihan bagian
Pemeliharaan mesin tenun ini dropper setiap 1 hari.
meliputi : 5. Pembersihan bagian beam
tenun setiap 1 hari.
504

6. Pelumasan cam box setiap 9. Pelumasan let off gear box


1 tahun. and take up gear box setiap
7. Pelumasan driving gear box 1 tahun.
setiap 1 tahun. 10. Pengisian oil pump for
8. Pelumasan let off gear box shedding setiap 1 minggu.
and take up gear box setiap 11. Pelumasan take up chain
1 tahun. and friction roller gear setia
9. Pengisian oil pump for 3 bulan.
shedding setiap 1 minggu. 12. Pelumasan sentral setiap 1
10. Pelumasan take up chain minggu.
and friction roller gear setia 13. Pelumasan take up/let of
3 bulan. motion gear setiap 3
11. Pelumasan sentral setiap 1 bulanPelumasan timing gear
minggu. and tension roll setiap 1
bulan
8.16.6 Pemeliharaan Mesin
Tenun Jet dengan 8.17. Proses Pemeriksaan
Menggunakan Cam/ Kain Tenun
Exentrik
Pemeriksaan kain tenun meru
Pemeliharaan mesin tenun ini pakan proses terakhir dari pro
meliputi : ses pertenunan yang bertujuan
untuk mengelompokkan dan
1. Pembersihan frame mesin menentukan kain dalam kelas-
setiap 1 minggu. kelas tertentu sesuai dengan
2. Pembersihan bagian sisir standard yang ditetapkan oleh
setiap 1 hari. perusahaan berdasarkan nilai
3. Pembersihan bagian gun se cacat yang terdapat di kain tiap
tiap 1 hari. gulungan.
4. Pembersihan bagian drop Pemeriksaan kain tenun juga
per setiap 1 hari. bertujuan untuk memperbaiki
5. Pembersihan bagian beam cacat-cacat yang terdapat pada
tenun setiap 1 hari. kain jika masih bisa diperbaiki.
6. Pembersihan bagian draw Urutan proses dalam pelaksa
ing : motor, V belt, rem, sisir naan pemeriksaan kain adalah :
dan nozzle setiap 1 minggu. 1. Pemotongan kain
7. Pelumasan cam box setiap 2. Pemeriksaan kain
1 tahun. 3. Perbaikan kain
8. Pelumasan driving gear box 4. Pelipatan kain
setiap 1 tahun. 5. Pengiriman
PENUTUP

Buku ini diharapkan dapat membantu guru dan siswa dalam


mengadakan observasi pada mesin-mesin Pembuatan Benang dan
mesin-mesin Pembuatan Kain Tenun di dunia usaha dan dunia
industri.

Selain itu masih diperlukan juga pengembangan bahan ajaran


untuk ilmu pengetahuan dan teknologi Pembuatan Benang dan
Pembuatan Kain yang sudah ada di industri namun landasan
teorinya belum tercakup pada buku ini.

Masih diperlukan pengkajian tentang isi buku ini yang meliputi


kedalamanan dan keluasannya serta materi cara penyajiannya agar
lebih dapat dipahami oleh siswa maupun guru.

A1
DAFTAR PUSTAKA

1. Baba Sangyo Kikai Co LTD. Baba High Performance Sizing


Machine. Osaka,Japan

2. Baba Sangyo Kikai Co LTD. Universal Sectional Warp Sizing


Machine. Osaka,Japan

3. Baba Sangyo Kikai Co LTD. Baba High Speed Warping


Machine. Osaka,Japan

4. Elang, S.Teks dkk. 1982. Pedoman Praktikum Persiapan


Pertenunan. Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

5. Hamamatsu.1967.Haw To Handle Sakamoto’s SO Type Cop-


Change Automatic Loom. Japan.

6. John Wiley & Sons,Inc.1976. Modern Textiles.Toronto.

7. Liek Soeparlie,S.Teks dkk.1973.Teknologi Pertenunan.


Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

8. Liek Soeparlie,S.Teks dkk.1974.Teknologi Persiapan


Pertenunan. Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

9. Nagoya International Training Center. 1976. Weaving Machine.


Japan. International Cooperation Agency.

10. Oldrich Talavasek / and Vladimir Svaty.1981.Shuttleless


Weaving Machines. New York. Elsever Scientific Publishing
Company.

11. Pawitro,S.Teks.dkk.1973. Teknologi Pemintalan Bagian


Pertama. Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

12. Pawitro,S.Teks.dkk.1975. Teknologi Pemintalan Bagian Kedua.


Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

13. R.E Dachlan,S.Teks dkk.1998.Teknologi Pertenunan Tanpa


Teropong. Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

B1
14. Soji Muramatsu. Jacquard Weaving .Kyoto Japan.
Murata Textile Machine. CO.LTD.

15. Toyoda Automatic Loom Works LTD. 1990. Intruction Manual


For Ring Spinning Frame Model RY 5 4th Edition. Tokyo Japan.

16. Toyoda Automatic Loom Works LTD. 1990. Intruction Manual


For Roving FL 16. 9th Edition. Tokyo Japan.

17. To Do Seikusho. Information and Direction For Using Reaching


Machine.Osaka Japan.

18. Wibowo Moerdoko,S.Teks.dkk.1973.Evaluasi Tekstil Bagian


Fisika. Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

B2
DAFTAR GAMBAR

Ganbar 2.1 Klasifikasi Serat Berdasarkan Asal Bahan. 5


Gambar 2.2 Hand Stapling............................................. 7
Gambar 2.3 Baer Sorter ................................................ 7
Gambar 2.4 Pinset Pencabut Serat ................................ 7
Gambar 2.5 Garpu Penekan Serat ................................ 7
Gambar 2.6 Fraksi Serat Kapas diatas Beludru ............ 7
Gambar 2.7 Skema Single Fibre Strength Tester.......... 8
Gambar 2.8 Skema Pressley Cotton Fibre Strength
Tester ........................................................ 9
Gambar 2.9 Vice (tempat mengencangkan klem) ......... 9
Gambar 2.10 Klem Serat dan Kunci Pas......................... 9
Gambar 2.11 Skema Micronaire...................................... 10
Gambar 3.1. Pemintalan secara Mekanik...................... 12
Gambar 3.2. Pemintalan secara Kimia ........................... 12
Gambar 3.3. Benang Stapel ........................................... 13
Gambar 3.4. Benang Monofilamen................................. 14
Gambar 3.5. Benang Multifilamen .................................. 14
Gambar 3.6. Filamen Low .............................................. 14
Gambar 3.7. Benang Logam .......................................... 15
Gambar 3.8. Benang Tunggal ........................................ 15
Gambar 3.9. Benang Rangkap ....................................... 15
Gambar 3.10 Benang Gintir............................................. 15
Gambar 3.11 Benang Tali ............................................... 15
Gambar 3.12 Benang Hias .............................................. .. 16
Gambar 3.13 Benang Jahit.............................................. .. 17
Gambar 4.1. Landasan Bal Kapas ................................. 27
Gambar 4.2. Bal Kapas dengan jumlah Pelat Besi 6...... 27
Gambar 4.3 Besi Pelepas Pelat Pembalut Kapas ......... 27
Gambar 4.4 Gunting Pemotong Pelat Pembalut Bal
Kapas ........................................................ 27
Gambar 5.1 Sistem Pintal dengan Flyer........................ 33
Gambar 5.2 Sistem Pintal dengan Cap ......................... 34
Gambar 5.3 Sistem Pintal Ring ..................................... 35
Gambar 5.4 Sistem Pintal Open End............................. 36
Gambar 5.5 Urutan Proses Ordinary Draft System....... 37
Gambar 5.6 Urutan Proses High Draft System ............ 38
Gambar 5.7 Urutan Proses Super High Draft System 38
Gambar 5.8 Urutan Proses Hock System ..................... 39
Gambar 5.9 Urutan Proses Gombed Yarn.................... 40

C1
Gambar 5.10 Urutan Proses Pembuatan Benang
Tunggal dan Benang Gintir....................... 41
Gambar 5.11 Urutan Proses Pemintalan Benang
Wol Garu .................................................. 42
Gambar 5.12 Pengelompokan Serat Wol Berdasarkan
3 Kelas....................................................... 45
Gambar 5.13 Pengelompokan Serat Wol Berdasarkan
4 Kelas....................................................... 45
Gambar 5.14 Skema Proses Pemintalan Rami .............. 52
Gambar 5.15 Skema Reeling Sutera............................... 55
Gambar 5.16 Filamen Keriting......................................... 59
Gambar 5.17 Filamen Helix ............................................. 59
Gambar 5.18 Unit Mesin Blowing .................................... 62
Gambar 5.19 Skema Mesin Loftex Charger .................... 63
Gambar 5.20 Skema Mesin Hopper Feeder.................... 64
Gambar 5.21 Skema Mesin Hopperv Feeder Cleaner .... 64
Gambar 5.22 Alur Gerakan antara Permukaan Berpaku. 65
Gambar 5.23 Skema Mesin Pre Opener Cleaner............ 67
Gambar 5.24 Skema rol pemukul dan batang saringan .. 68
Gambar 5.25 Skema rol pemukul mesin Pre Opener
Cleaner ...................................................... 68
Gambar 5.26 Skema Mesin Condensor at Cleaner......... 69
Gambar 5.27 Skema pemisah kotoran mesin Condensor
at Cleanser ................................................ 69
Gambar 5.28 Skema Mesin Opener Cleaner .................. 70
Gambar 5.29 Skema Rol Pemukul dan Batang saringan 71
Gambar 5.30 Skema mesin Condensor at Picker ........... 71
Gambar 5.31 Skema Pemisah kotoran Mesin
Condensor at Cleaner ............................... 71
Gambar 5.32 Skema Mesin Micro Even Feeder.............. 72
Gambar 5.33 Skema Mesin Scutcher.............................. 73
Gambar 5.34 Pengatur Penyuapan ................................. 74
Gambar 5.35 Pengatur Penyuapan (Feed Regulator)..... 75
Gambar 5.36 Pergerakan Pedal dan Perpindahan Belt .. 76
Gambar 5.37 Bagian penyuapan mesin Scutcher ........... 80
Gambar 5.38 Terpisahnya kotoran dari serat .................. 80
Gambar 5.39 Tekanan Rol Penggilas pada Kapas ......... 83
Gambar 5.40 Tekanan Batang Penggulung Lap ............. 84
Gambar 5.41 Tekanan Batang Penggulung pada Rol
Penggulung Lop ........................................ 86
Gambar 5.42 Susunan Roda Gigi Mesin Scutcher
dengan satu sumber gerakan .................... 89
Gambar 5.43 Mesin Carding ........................................... 99
Gambar 5.44 Gulungan Lap ............................................ 101

C2
Gambar 5.45 Lap Roll ..................................................... 101
Gambar 5.46 Lap Stand .................................................. . 101
Gambar 5.47 Lap Cadangan ........................................... 102
Gambar 5.48 Pelat Penyuap ........................................... 102
Gambar 5.49 Bentuk dari Gigi-gigi pada Taker-in ........... 103
Gambar 5.50 Rol Pengambil dan Silinder ....................... 104
Gambar 5.51 Rol Pengambil, Pisau Pembersih dan
Saringan .................................................... 106
Gambar 5.52 Sistem Pembebanan dengan Bandul
pada Rol Penyuap ..................................... 106
Gambar 5.53 Bagian dari Rol Pengambil ........................ 108
Gambar 5.54 Gaya-gaya yang bekerja pada kotoran
dan kapas .................................................. 109
Gambar 5.55 Penampang Melintang dan memanjang
dari Flat Carding ........................................ 111
Gambar 5.56 Saringan Silinder (Cylinder Screen) .......... 112
Gambar 5.57 Stripping Action ......................................... 113
Gambar 5.58 Carding Action ........................................... 113
Gambar 5.59 Doffer Comb .............................................. 119
Gambar 5.60 Rol Penggilas (Calender Roll) ................... 120
Gambar 5.61. Letak Sliver didalam Can........................... 121
Gambar 5.62. Penampungan Sliver dalam Can ............... 122
Gambar 5.63. Warp Block ................................................ 123
Gambar 5.64. Neraca Analitik .......................................... 123
Gambar 5.65. Daerah Setting Mesin Carding................... 125
Gambar 5.66. Leaf Gauge ................................................ 126
Gambar 5.67. Leaf Gauge khusus Top Flat ..................... 126
Gambar 5.68. Susunan Roda Gigi Mesin Carding ........... 128
Gambar 5.69. Skema Mesin Drawing............................... 137
Gambar 5.70. Can ............................................................ 138
Gambar 5.71 Pengantar Sliver ........................................ 138
Gambar 5.72 Traverse Guide .......................................... 138
Gambar 5.73 Pasangan Rol-rol Penarik.......................... 139
Gambar 5.74 Rol Atas ..................................................... 140
Gambar 5.75 Alur pada penampang Rol Atas dan
Rol Bawah dari Logam .............................. 141
Gambar 5.76 Pembebanan Sendiri ................................ 141
Gambar 5.77 Pembebanan Mati/Bandul ......................... 142
Gambar 5.78 Pembebanan Pelana ................................. 142
Gambar 5.79 Pembebanan dengan Tuas ....................... 142
Gambar 5.80 Pembebanan dengan Per.......................... 142
Gambar 5.81 Peralatan Pembersih Rol Bawah............... 143
Gambar 5.82 Peralatan Pembersih Rol Atas................... 143

C3
Gambar 5.83 Pasangan-pasangan Rol pada Proses
Peregangan ............................................... 144
Gambar 5.84 Dua Pasang Rol pada proses Peregangan 145
Gambar 5.85 Empat Daerah Peregangan ....................... 146
Gambar 5.86 Tiga Daerah Peregangan .......................... 146
Gambar 5.87 Pengaruh jarak antar Rol dengan
ketidakrataan dari sliver yang dihasilkan ... 147
Gambar 5.88 Roller Gauge ............................................. 148
Gambar 5.89 Kedudukan Serat antara dua pasangan
rol penarik .................................................. 149
Gambar 5.90 Sliver yang melalui rol dengan ukuran
yang berbeda............................................. 150
Gambar 5.91 Pelat penampung Sliver ............................ 151
Gambar 5.92 Penampang Terompet ............................... 151
Gambar 5.93 Coiler ......................................................... 152
Gambar 5.94 Letak Sliver dalam Can ............................. 153
Gambar 5.95 Susunan pada gigi mesin Drawing ............ 155
Gambar 5.96 Urutan Proses Persiapan Combing........... 162
Gambar 5.97 Arah Penyuapan pada Mesin Combing ..... 163
Gambar 5.98 Tekukan serat yang diserapkan ke Mesin
Combing .................................................... 164
Gambar 5.99 Mesin Pre Drawing .................................... 165
Gambar 5.100 Alur Proses Mesin Pre Drawing................. 166
Gambar 5.101 Skema Mesin Lap Former ........................ 168
Gambar 5.102 Alur Proses Mesin Lap Former .................. 168
Gambar 5.103 Susunan Roda Gigi Mesin Lap Former ..... 171
Gambar 5.104 Skema Mesin Combing ............................. 174
Gambar 5.105 Skema Bagian Penyuapan mesin
Combing .................................................... 176
Gambar 5.106 Gulungan Lap ............................................ 176
Gambar 5.107 Rol Pemutar Lap........................................ 176
Gambar 5.108 Pelat Penyuap ........................................... 176
Gambar 5.109 Rol Penyuap .............................................. 176
Gambar 5.110 Landasan Penjepit..................................... 177
Gambar 5.111 Pisau Penjepit............................................ 177
Gambar 5.112 Awal Penyuapan Lap................................. 177
Gambar 5.113 Penjepitan Lap........................................... 178
Gambar 5.114 Posisi Sisir Utama pada saat penjepitan
lap.............................................................. 178
Gambar 5.115 Skema Bagian Penyisisran Mesin
Combing .................................................... 178
Gambar 5.116 Sisir Utama ................................................ 179
Gambar 5.117 Rol Pencabut ............................................. 179
Gambar 5.118 Sisir Atas ................................................... 179

C4
Gambar 5.119 Penyuapan Lap ......................................... 180
Gambar 5.120 Penyisiran sedang berlangsung ................ 180
Gambar 5.121 Penyisiran telah selesai ............................. 180
Gambar 5.122 Pencabutan Serat ...................................... 181
Gambar 5.123 Skema Bagian Penampungan Limbah ...... 182
Gambar 5.124 Silinder Pengering ..................................... 182
Gambar 5.125 Kipas.......................................................... 182
Gambar 5.126 Rol Penekan .............................................. 182
Gambar 5.127 Skema Bagian Penampungan Web........... 184
Gambar 5.128 Pelat Penampung Web.............................. 184
Gambar 5.129 Terompet .................................................. 184
Gambar 5.130 Rol Penggilas ............................................ 184
Gambar 5.131 Pelat Pembelok ......................................... 185
Gambar 5.132 Pelat Penyalur Sliver ................................. 185
Gambar 5.133 Skema Bagian Perangkapan Peregangan
dan penampungan Sliver........................... 186
Gambar 5.134 Rol Peregang............................................. 187
Gambar 5.135 Terompet ................................................... 187
Gambar 5.136 Rol Penggilas ............................................ 187
Gambar 5.137 Coiler ......................................................... 188
Gambar 5.138 Can ............................................................ 188
Gambar 5.139 Susunan Roda gigi mesin Combing .......... 194
Gambar 5.140 Proses Peregangan ................................... 197
Gambar 5.141 Proses Pengantihan .................................. 198
Gambar 5.142 Proses Penggulungan ............................... 198
Gambar 5.143 Skema Mesin Flyer .................................... 199
Gambar 5.144 Skema Bagian Penyuapan Mesin Flyer..... 201
Gambar 5.145 Can ............................................................ 201
Gambar 5.146 Rol Pengantar............................................ 201
Gambar 5.147 Terompet Pengantar Sliver........................ 202
Gambar 5.148 Penyekat.................................................... 202
Gambar 5.149 Skema Bagian Peregangan mesin Flyer ... 202
Gambar 5.150 Rol Peregang............................................. 203
Gambar 5.151 Penampung ............................................... 203
Gambar 5.152 Pembersih ................................................. 203
Gambar 5.153 Cradle ........................................................ 203
Gambar 5.154 Penyetelan Jarak antara titik jepit
rol peregang .............................................. 204
Gambar 5.155 Pembebanan pada Rol Atas...................... 205
Gambar 5.156 Penyetelan dan Penunjuk beban............... 205
Gambar 5.157 Skema Bagian penampungan mesin flyer… 205
Gambar 5.158 Flyer........................................................... 207
Gambar 5.159 Bobin ......................................................... 207
Gambar 5.160 Susunan Roda Gigi mesin Flyer ................ 209

C5
Gambar 5.161 Batang Penggeser ..................................... 210
Gambar 5.162 Peralatan Trick Box ................................... 211
Gambar 5.163 Gaya Putar pada Trick Box........................ 212
Gambar 5.164 Roda Gigi Bauble ...................................... 213
Gambar 5.165 Macam Bentuk gulungan Roving pada
Bobin ......................................................... 213
Gambar 5.166 Susunan Roda Gigi Mesin Flyer ................ 216
Gambar 5.167 Susunan Roda Gigi 3 pasang rol
peregang ................................................... 217
Gambar 5.168 Susunan Roda Gigi dari 4 pasang rol
peregang ................................................... 220
Gambar 5.169 Skema Mesin Ring Spinning ..................... 231
Gambar 5.170 Skema Bagian Penyuapan Mesin Ring
Spinning..................................................... 234
Gambar 5.171 Rak ............................................................ 235
Gambar 5.172 Penggantung Bobin (Bobin Holder) ........... 235
Gambar 5.173 Pengantar .................................................. 235
Gambar 5.174 Terompet Pengantar.................................. 235
Gambar 5.175 Skema Bagian Peregangan Mesin Ring
Spinning..................................................... 237
Gambar 5.176 Rol Peregang............................................. 237
Gambar 5.177 Cradle ........................................................ 238
Gambar 5.178 Penghisap (Pneumafil) .............................. 238
Gambar 5.179 Penyetelan Jarak Antar Rol Peregang ...... 239
Gambar 5.180 Pembebanan pada Rol Atas...................... 240
Gambar 5.181 Kunci Penyetel Pembebanan pada Rol
Atas ........................................................... 241
Gambar 5.182 Skema Bagian Penggulungan Mesin Ring
Spinning..................................................... 242
Gambar 5.183 Ekor Babi (Lappet)..................................... 242
Gambar 5.184 Traveller..................................................... 242
Gambar 5.185 Ring .......................................................... 243
Gambar 5.186 Spindel....................................................... 243
Gambar 5.187 Pengontrol Baloning (Antinode Ring) ........ 243
Gambar 5.188 Penyekat (Separator) ................................ 243
Gambar 5.189 Tin Roll ...................................................... 244
Gambar 5.190 Hubungan Antara TPI dan Kekuata42
Benang ...................................................... 246
Gambar 5.191 Arah Antihan .............................................. 246
Gambar 5.192 Bentuk Gulungan Benang dan Roving
pada Bobin ................................................ 247
Gambar 5.193 Peralatan Builder Motion ........................... 247
Gambar 5.194 Ring Rail .................................................... 249

C6
Gambar 5.195 Cam Screw dan Gulungan Benang
pada Pangkal Bobin .................................. 250
Gambar 5.196 Bentuk Gulungan Benang Pada Bobin ...... 252
Gambar 5.197 Susunan Roda Gigi mesin Ring Spinning.. 255
Gambar 5.198 Skema dan cara penulisan Benang Gintir . 268
Gambar 5.199 Skema Penggintiran Turun (Down Twist) .. 269
Gambar 5.200 Skema Penggintiran Naik (Up Twister)...... 271
Gambar 5.201 Skema Bagian Penyuapan ........................ 272
Gambar 5.202 Rak Kelos .................................................. 273
Gambar 5.203 Pengantar Benang..................................... 273
Gambar 5.204 Rol Penarik ................................................ 273
Gambar 5.205 Skema Bagian Penggulungan ................... 274
Gambar 5.206 Ekor Babi (Lappet)..................................... 274
Gambar 5.207 Pengontrol Baloning (Antinode Ring) ....... 274
Gambar 5.208 Penyekat (Separator) ................................ 275
Gambar 5.209 Spindel....................................................... 275
Gambar 5.210 Ring ........................................................... 275
Gambar 5.211 Traveller..................................................... 275
Gambar 5.212 Tin Roll ...................................................... 275
Gambar 5.213 Hubungan antara TPI dan kekuatan
Benang ...................................................... 277
Gambar 5.214 Arah Antihan .............................................. 278
Gambar 5.215 Bentuk Gulungan Benang dan Roving
pada Bobin ................................................ 279
Gambar 5.216 Peralatan Builder Motion ........................... 279
Gambar 5.217 Ring Rail .................................................... 281
Gambar 5.218 Cam Screw dan Gulungan Benang pada
Pangkal Bobin ........................................... 282
Gambar 5.219 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin ...... 285
Gambar 5.220 Susunan Roda Gigi Mesin Ring Twister .... 287
Gambar 6.1 Benang Lusi............................................... 291
Gambar 6.2 Benang Pakan ........................................... 291
Gambar 6.3 Lusi di atas Pakan ..................................... 291
Gambar 6.4 Lusi di bawah Pakan ................................. 292
Gambar 6.5 Efek Lusi dan Efek Pakan ......................... 292
Gambar 6.6 Contoh Rencana Tenun untuk Rol Kerek
dan Dobi .................................................... 293
Gambar 6.7 Desain Strip Horisontal .............................. 294
Gambar 6.8 Desain Strip Vertikal .................................. 294
Gambar 6.9 Desain Strip Miring .................................... 294
Gambar 6.10 Desain Kotak Teratur ................................ 295
Gambar 6.11 Desain Kotak Tidak Teratur ...................... 295
Gambar 6.12 Plaid Desain .............................................. 295
Gambar 6.13 Desain Zigzag dan Desain Bayangan ....... 295

C7
Gambar 6.14 Anyaman Polos ......................................... 296
Gambar 6.15 Anyaman Keper ......................................... 297
Gambar 6.16 Anyaman Satin 5 gun ................................ 297
Gambar 6.17 Anyaman Rib Lusi ..................................... 297
Gambar 6.18 Anyaman Rib Pakan .................................. 297
Gambar 6.19 Anyaman Panama ..................................... 298
Gambar 6.20 Anyaman Huck back.................................. 298
Gambar 6.21 Anyaman Berlobang (Perforated Fabries) . 298
Gambar 6.22 Anyaman Keper Rangkap ......................... 299
Gambar 6.23 Anyaman Keper diperkuat ......................... 299
Gambar 6.24 Anyaman Keper diperkuat ......................... 299
Gambar 6.25 Rencana Tenun Anyaman keper Tulang .. 300
51
Gambar 6.26 Keper / 2 (63°) … .................................. 300
22
53
Gambar 6.27 / 3 (70°) …............................................. 301
22
612
Gambar 6.28 / 4 (75°) …........................................... 301
322
Gambar 6.29 Anyaman Gabardine Keper .......................
3
/ 2 (63°) ................................................. 301
2
Gambar 6.30 Basis Satin Pakan Teratur 8V3.................. 302
Gambar 6.31 Basis Satin Pakan Tidak Teratur 8 Gun ... 302
Gambar 6.32 Anyaman Crepe dengan Metoda
Pembalikan Anyaman................................ 302
Gambar 6.33 Anyaman Zand Crepe................................ 302
Gambar 6.34 Anyaman Armures ..................................... 303
Gambar 6.35 Satin 5 V 8 Venetian .................................. 303
Gambar 6.36 Satin 8 V 3 Bucksin ................................... 303
Gambar 6.37 Anyaman Satin 5 V 3 Penambahan Efek
Lusi ............................................................ 303
Gambar 6.38 Satin 7 V 3 ................................................ 304
Gambar 6.39 Satin 8 V 3 ................................................ 304
Gambar 6.40 Turunan Satin Ganjil > 7 Gun .................... 304
Gambar 6.41 Anyaman Atas ........................................... 305
Gambar 6.42 Anyaman Bawah ....................................... 305
Gambar 6.43 Ikatan Lusi ................................................. 305
Gambar 6.44 Anyaman Rangkap .................................... 306
Gambar 6.45 Silangan Anyaman Leno ........................... 307
Gambar 7.1 Skema Proses Persiapan Pertenunan
(Shuttless Loom) ....................................... 310

C8
Gambar 7.2 Skema Proses Pertenunan (Shuttleless
Loom) ........................................................ 311
Gambar 7.3 Bobin Kerucut ............................................ 312
Gambar 7.4 Bobin Cakra ............................................... 312
Gambar 7.5 Bobin Silinder ............................................ 313
Gambar 7.6 Penggulung Pasif ...................................... 313
Gambar 7.7 Penggulung Aktif ....................................... 314
Gambar 7.8 Pengantar Bersayap .................................. 315
Gambar 7.9 Pengantar Silinder Beralur Exentrik........... 316
Gambar 7.10 Pengantar Silinder Beralur Spiral .............. 316
Gambar 7.11 Pengatur Tegangan dengan Per ............... 317
Gambar 7.12 Pengatur Tegangan dengan Cincin ........... 317
Gambar 7.13 Glub Catcher Type Blade .......................... 319
Gambar 7.14 Catcher Type Comb (Sisir) ........................ 319
Gambar 7.15 Leaf Gauge ................................................ 320
Gambar 7.16 Haspel ....................................................... 322
Gambar 7.17 Spindel (Pasak) ......................................... 322
Gambar 7.18 Spindel Bobin (Pemegang Bobin).............. 323
Gambar 7.19 Otomatis Penjaga Benang Putus ............. 324
Gambar 7.20 Pengatur Gulungan Penuh dengan Cincin
Penggantung ............................................. 325
Gambar 7.21 Pengatur Gulungan Penuh dengan Alat
Ukur ........................................................... 325
Gambar 7.22 Peralatan Penjaga Benang Kusut ............. 326
Gambar 7.23 Peralatan Pembakar Bulu Benang ............ 327
Gambar 7.24 Pengatur Bentuk Gulungan Benang .......... 327
Gambar 7.25 Diagram Poros Friksi ................................. 328
Gambar 7.26 Bentuk Gulungan Benang Pakan .............. 330
Gambar 7.27 Bobin Palet Biasa ...................................... 331
Gambar 7.28 Bobin Palet Peraba Elektrik ....................... 331
Gambar 7.29 Bobin Palet Peraba Mekanik ..................... 331
Gambar 7.30 Bobin Palet Shuttle Change Peraba
Mekanik ..................................................... 332
Gambar 7.31 Bobin Palet Peraba Foto Elektrik............... 332
Gambar 7.32 Full Automatic Weft Pirn Winder Type
110’S Murata ............................................. 334
Gambar 7.33 Mekanisme Penggerak Mesin Pallet
Otomatis Murata Type 100’S .................... 335
Gambar 7.34 Starting and Stopping ................................ 336
Gambar 7.35 Diagram Mekanisme Gerakan ................... 337
Gambar 7.36 Otomatis Gulungan Penuh ........................ 339
Gambar 7.37 Gerakan Pergantian Palet ......................... 340
Gambar 7.38 Pengatur Tebal Gulungan ......................... 341
Gambar 7.39 Gulungan Benang Cadangan Bunch ......... 342

C9
Gambar 7.40 A, B, C, D, E Peralatan Gerakan
Gulungan Benang Cadangan (Bunch)....... 344
Gambar 7.41A. Pengatur Tegangan Tension Washer........ 345
Gambar 7.41B. Pengatur Tegangan ................................... 346
Gambar 7.41C. Pengatur Tegangan Pegas (Per Spiral)..... 346
Gambar 7.41D. Pengatur Tegangan (Per Spiral) ............... 347
Gambar 7.41E. Arah Jalan Benang pada Pengukur
Tegangan .................................................. 347
Gambar 7.42 Cylinder Sectional Warping Machine......... 352
Gambar 7.43 Skema Mesin Hani Seksi Kerucut ............. 353
Gambar 7.44 Creel tanpa Spindel Cadangan ................. 354
Gambar 7.45 Creel dengan Spindel Cadangan
Gambar 7.46 Creel dengan Kereta Dorong..................... 355
Gambar 7.47 Creel Bentuk V .......................................... 356
Gambar 7.48 Cara Penempatan Spindel dan Pengantar
Benang (Pengatur Tegangan) ................... 357
Gambar 7.49 Pengatur Tegangan Type Universal .......... 358
Gambar 7.50 Pengatur Tegangan Type Kapas............... 358
Gambar 7.51 Sisir Silang dengan 2 silangan .................. 359
Gambar 7.52 Sisir Silang Ganda ..................................... 360
Gambar 7.53 Peralatan Sisir Silang ................................ 360
Gambar 7.54 Jalan Benang pada Sisir Silang................. 361
Gambar 7.55 Penarikan Datar ........................................ 362
Gambar 7.56 Penarikan Tegak ....................................... 362
Gambar 7.57 Sisir Hani ................................................... 363
Gambar 7.58 Mesin Hani Seksi Kerucut Type K-50 III .... 365
Gambar 7.69 Elevation Wing Angle ................................ 368
Gambar 7.60 Stang Penyetel Pergeseran Sisir Hani ...... 369
Gambar 7.61 Drum Revolution Counter .......................... 370
Gambar 7.62 Traveling Fron Reed dan Counter Length . 370
Gambar 7.63 Posisi Band Lusi dan Drum ....................... 371
Gambar 7.64 Pengatur Kecepatan Putaran Drum........... 371
Gambar 7.65 Mesin Penggulung ..................................... 373
Gambar 7.66 High Speed Warping Machine ................... 385
Gambar 7.67 Skema Penggulung Benang ...................... 385
Gambar 7.68 Sisir Ekspansi Model Zig-zag .................... 387
Gambar 7.69 Alat Penjaga Benang Putus Sistem
Elektrik ....................................................... 388
Gambar 7.70 Penampang Benang Terkanji .................... 394
Gambar 7.71 Pembangkit Uap dan Tempat Penguapan. 398
Gambar 7.72 Mesin Kanji Hank....................................... 400
Gambar 7.73 Unit Proses Penganjian ............................. 401
Gambar 7.74 Penganjian dengan Mesin Hani Seksi
Kerucut ...................................................... 402

C10
Gambar 7.75 Penganjian dengan Mesin Hani Lebar....... 403
Gambar 7.76 Alat Pemasak Kanji Terbuka ..................... 404
Gambar 7.77 High Pressure Cooker ............................... 405
Gambar 7.78 Grafik Viscositas dan Waktu...................... 406
Gambar 7.79 Visko Cup .................................................. 406
Gambar 7.80 Grafik Kecepatan habisnya Larutan
terhadap Cps, untuk Viskocup ∅ 6 mm..... 407
Gambar 7.81 Skema Proses Mesin Kanji Slasher........... 410
Gambar 7.82 Penempatan Bum dan Arah Penarikan
Benang ...................................................... 411
Gambar 7.83 Penguluran Pasif dengan Pemberat
(Bandul) ..................................................... 411
Gambar 7.84 Pengereman Sistem Servomotor............... 412
Gambar 7.85 Pengereman Sistem Elektromagnet .......... 412
Gambar 7.86 Bagian Penganjian (Sizing Section) .......... 412
Gambar 7.87a Pemeras Tunggal ...................................... 413
Gambar 7.87b Pemeras Ganda dan Perendam tunggal ... 413
Gambar 7.87c Pemeras Ganda dan Dua perendam......... 414
Gambar 7.87d Pemeras Ganda, Perendam Tunggal, dan
dua Bak Kanji ............................................ 414
Gambar 7.88 Posisi peralatan Rol Pemisah Basah......... 415
Gambar 7.89 Pengering dengan 5 Silinder ..................... 416
Gambar 7.90 Pengering Ruang Pengering dan Silinder . 417
Gambar 7.91 Pengering dengan Udara Panas ............... 418
Gambar 7.92 Rol Pemisah Benang Lusi Kering .............. 419
Gambar 7.93 Peralatan Penggulung Benang.................. 420
Gambar 7.94 Skema Urutan Proses Pencucukan........... 422
Gambar 7.95 Peralatan Pencucukan .............................. 423
Gambar 7.96 Carriage ..................................................... 424
Gambar 7.97 Kawat Cucuk Tunggal................................ 425
Gambar 7.98 Kawat Cucuk Ganda.................................. 425
Gambar 7.99 Pisau Cucuk .............................................. 425
Gambar 7.100 Sisir Mesin Tenun Konvensional ............... 426
Gambar 7.101 Sisir Mesin Tenun Air Jet Loom................. 427
Gambar 7.102 Sisir Mesin Tenun Rapier, Water Jet,
Projectile.................................................... 427
Gambar 7.103 Gun (Wire Head) ....................................... 428
Gambar 7.104 Droper........................................................ 428
Gambar 7.105 Gulungan Benang Lusi Bum Tenun........... 429
Gambar 7.106 Pemasangan Benang Lusi......................... 430
Gambar 7.107 Bagian-bagian Peralatan Kerangka Mesin
Cucuk ........................................................ 431
Gambar 7.108 Lebar Cucuk pada Sisir Tenun .................. 432
Gambar 8.1 Pembentukan Kain Tenun ......................... 439

C11
Gambar 8.2 Bagian-bagian Utama Mesin Tenun .......... 441
Gambar 8.3 Diagram Engkol Anyaman Polos ............... 442
Gambar 8.4 Diagram Lintasan Pembawa Pakan .......... 444
Gambar 8.5 Macam-macam Rangka Mesin .................. 447
Gambar 8.6 Tipe Penggerak Sederhana....................... 449
Gambar 8.7 Kopling Konis............................................. 450
Gambar 8.8 Rem Mesin Tenun ..................................... 451
Gambar 8.9 Kopling Magnit Listrik dan Pengereman .... 452
Gambar 8.10 Kopling Pelat Tunggal................................ 453
Gambar 8.11 Kopling dengan Pengontrol Rem oleh
Magnit Listrik Tunggal................................ 454
Gambar 8.12 Ban Rem pada Beam Lusi......................... 456
Gambar 8.13 Rem Beam Lusi Otomatis.......................... 457
Gambar 8.15 Mekanisme Penyuapan Lusi...................... 459
Gambar 8.16 Penguluran Lusi untuk Dua Beam ............. 460
Gambar 8.17 Macam-macam Beam Lusi ........................ 461
Gambar 8.18 Lokasi Back Rest pada Mesin Tenun ........ 463
Gambar 8.19 Pengontrol Kain dan Lusi pada Mesin
Tenun ........................................................ 466
Gambar 8.20 Ayunan Batang Silangan ........................... 467
Gambar 8.21 Roller Temple ............................................ 469
Gambar 8.22 Ring Temple Mendatar .............................. 470
Gambar 8.23 Clamp Temple ........................................... 470
Gambar 8.24 Penggulung Kain Satu Pawl ...................... 471
Gambar 8.25 Penggulungan Sistem Multi Pawl .............. 472
Gambar 8.26 Penggulungan tanpa Pawl......................... 472
Gambar 8.27 Gerakan Pembalikan Gun ......................... 474
Gambar 8.28 Macam-macam Cam Positif....................... 475
Gambar 8.29 Dobby Pengangkatan Ganda .................... 476
Gambar 8.30 Bagian-bagian dalam Mesin Jacquard ...... 477
Gambar 8.31 Butter, Silinder dan Kartu........................... 478
Gambar 8.32 Diagram Tali Harness dengan atau Tanpa
Harness Guide........................................... 482
Gambar 8.33 Mesin Jacquard 1300 Jarum .................... 484
Gambar 8.34 Perbandingan antara Tegangan Lusi
dengan Tinggi Mulut Lusi........................... 485
Gambar 8.35 Panjang Mulut Lusi diperbesar .................. 485
Gambar 8.36 Pembentukan Mulut Tengah...................... 485
Gambar 8.37 Kombinasi Hook Jarum dan Benang Lusi.. 486
Gambar 8.38 Posisi Awal Jacquard saat Peluncuran
Pakan Pertama .......................................... 487
Gambar 8.39 Hubungan Kartu, Jarum dan Hook pada
Sistem Pengangkatan Ganda Dua Silinder 489
Gambar 8.40 Jacquard Dua Silinder tanpa Pegas .......... 490

C12
Gambar 8.41 Mesin Jacquard Cross Border ................... 491
Gambar 8.42 Mesin Jacquard Veldol .............................. 492
Gambar 8.43 Mekanisme Gerakan Jacquard Dua
Silinder....................................................... 493
Gambar 8.44 Foto Mesin Jacquard Veldol ...................... 493
Gambar 8.45 Mekanisme Pengetekan Link..................... 495
Gambar 8.46 Mekanisme Cam........................................ 496
Gambar 8.47 Mekanisme Roda Gigi ............................... 497
Gambar 8.48 Penenunan dengan Shuttle ....................... 499
Gambar 8.49 Shuttle ....................................................... 500
Gambar 8.50 Mekanisme Pukulan .................................. 501
Gambar 8.51 Sistem Penyisipan Pakan pada Jet Loom . 502
Gambar 8.52 Transmisi Pakan pada Rapila.................... 503

C13
DAFTAR TABEL
l

Tabel 2.1 Penilaian Serat Kapas terhadap Kehalusan ............ 10


Tabel 4.1 Macam-macam Perbandingan Persentase
Campuran................................................................. 30
Tabel 5.1 Macam-macam Perbandingan Persentase
Campuran................................................................. 61
Tabel 5.2 Hubungan antara Tebal Kapas dengan Putaran
Cone Drum ............................................................... 78
Tabel 5.3. Diameter Terompet yang sesuai untuk Ukuran
Sliver ....................................................................... 121
Tabel 5.4 Setting Mesin Carding ............................................. 125
Tabel 5.5 Penyetelan Jarak dan Pengaturan Waktu ............... 189
Tabel 5.6 Koefisien Antihan pada Mesin Flyer ........................ 226
Tabel 5.7 Perbedaan Ring Spinning dengan Mesin Flyer ....... 230
Tabel 5.8 Penyetelan Staple menurut Pabrik Suessen WST .. 239
Tabel 5.9 Twist Multiplier......................................................... 262
Tabel 7.1 Tegangan Benang Proses Pengelosan................... 317
Tabel 7.2 Beban Cincin dalam Pengelosan ............................ 318
Tabel 7.3 Jarak Celah Slub Catcher ....................................... 319
Tabel 7.4 Jarak Celah Slub Catcher ....................................... 320
Tabel 7.5 Berat Jenis Serat..................................................... 321
Tabel 7.6 Constanta Sudut Kerucut ........................................ 367
Tabel 7.7 Traveling Distance Table......................................... 368
Tabel 7.8a Pemasangan Cones pada Creel dengan Cara
Penarikan ................................................................ 378
Tabel 7.8b Pemasangan Cones pada Creel dengan Cara
Penarikan ................................................................ 379
Tabel 7.9 Raport Hanian ......................................................... 390
Tabel 7.10 Resep Benang Polyester 65%, Kapas 35 %........... 409
Tabel 7.11 Resep Benang Polyester 65%, Rayon 35 % ........... 409
Tabel 8.1 Penyetelan Panjang Tali Harness ........................... 480
Tabel 8.2 Standar Berat Lingoes............................................. 480
Tabel 8.3 Hubungan antara Jumlah Lubang dan Nomor
Comberboard .......................................................... 481

C14

Anda mungkin juga menyukai