Selain limpahan objek wisata alam, Sumatera Barat juga memiliki banyak corak seni yang akan
membuat Anda terkesima. Salah satunya adalah seni tari daerah yang diberi nama Tari Piring.
Beberapa tahun terakhir, pemerintah Sumatera Barat menobatkan Tari Piring menjadi salah satu
aset untuk menarik perhatian wisatawan.
Tari Piring berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari piring dilakukan
oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan kepada para dewa sebagai wujud
rasa syukur atas masa panen yang memberikan hasil sangat memuaskan. Mereka menari dengan
sangat lincah sembari memegang piring-piring di telapak tangannya. Terdapat tiga jenis variasi
gerakan dalam seni Tari Piring, yaitu tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang
(bergelombang), dan aka malilik (akal melilit).
Apabila Anda ingin menampilkan Tari Piring dalam acara atau hajatan yang Anda
selenggarakan, Anda dapat menyewa grup tarian ini sehingga para penari hadir di kota Anda dan
menyuguhkan tarian tradisional Sumatera Barat secara langsung untuk tamu undangan Anda.
Tentunya, akan membuat seluruh yang menonton menjadi terkagum-kagum atas keunikan
koreografi yang dimiliki serta kelincahan gerakan para penari dengan piring-piring di tangannya.
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa
ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring
tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang
dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian
lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya
bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring
juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya.
Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong
tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-
orang sri wijaya saat itu.
1. Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan
persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan
kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak
kacau sewaktu membuat persembahan.
Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar piring-
piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing
harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang
menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.
Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring
akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah
yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari
Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari
tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang
tidak retak atau sumbing.
2. Mengawali tarian
Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik. Penari
akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat
kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan
di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan
3. Saat Menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan tariannya
dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke
kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula
bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil
menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan
memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai
dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang
telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin.
Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri sambil
menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarung
cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang diletakkan piring akan
dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memusing-musingkannya di
atas kepala
4. Mengakhiri Tarian
Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua piring telah
dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin
sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut;
sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin
tangan sebelah hadapan
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan masyarakat
Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan
adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih
dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai
peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin kepada tuan rumah kepada orang
ramai kepada penari sendiri.
Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah tarian.
Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju
juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang
seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring kerana ia lebih mudah
di lihat oleh penonton.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Piring, cukup dengan pukulan Rebana dan
Gong saja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada penari
untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada umumnya, kumpulan Rebana yang
mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi
persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh
alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.
Itulah artikel yang membahas mengenai Seni tari piring dari Sumatra barat atau Tanang
minangkabau. Semoga Budaya Seni tari asli dari tanah minangkabau ini bisa dijaga oleh para
generasi muda sehingga bisa tetap lestari dan tidak punah.
referensi sriandalas.multiply.com
Tarian unik yang satu ini sudah terkenal hampir di seluruh penjuru nusantara bahkan mungkin di
mancanegara juga. Tari Piring atau yang dalam Bahasa Minangkabau dieja dengan sebutan Tari Piriang
merupakan tarian tradisional yang berasal dari Solok, Sumatera Barat. Tarian apik ini menggunakan
piring sebagai atraksi utama. Gerakan yang mengayun piring secara teratur akan memunculkan harmoni
yang indah. Kelenturan penari yang membawa piring tanpa terjatuh tersebut merupakan keunikan
sendiri yang ditawarkan tarian cantik ini. Banyak di antara peminat yang bertanya-tanya mengapa piring.
Jawabannya tentu harus dimulai dengan membedah sejarah Tari Piring itu sendiri.
Konon kabarnya Tari Piring ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan ia berkembang pesat
saat Kerajaan Sriwijaya berkuasa di Sumatera. Setelah Sriwijaya lengser, Tarian Piring kemudian ikut
dibawa hijrah rakyat Sriwijaya yang pindah ke tempat lain. Oleh karena itu, jangan heran jika di Malaysia
maupun Brunei Darussalam, terdapat juga tarian piring meski dalam gerakan yang sedikit berbeda.
Jika dikaji, sejarah Tari Piring tak bisa lepas dari tabiat orang-orang jaman dahulu yang gemar
mengadakan persembahan kepada roh-roh atas keberhasilan panen yang mereka dapatkan. Sesaji yang
hendak dipersembahkan ditaruh di atas piring yang melambangkan kemakmuran. Namun setelah
kerajaan Islam berkuasa di Minangkabau, tarian persembahan ini kemudian dirubah menjadi tarian
untuk menghibur majelis termasuk pernikahan.
Dahulu tari ini menggunakan piring yang berisi makanan sebagai sesaji. Namun seiring
perkembangannya, kini tari piring lebih sering dipentaskan dengan menggunakan piring yang kosong.
Namun ada pula berbagai variasi untuk mempercantik tarian dengan menambahkan lilin yang sedang
menyala pada piring yang diayunkan dalam gerakan tari.
Varian lainnya adalah penari yang melakukan gerakan tarian di atas bagian piring-piring yang telah
pecah. Ajaib sebab penari tersebut menari dengan luwesnya tanpa terluka oleh goresan pecahan piring.
Atraksi ini kemudian menjadi salah satu daya tarik si Tari Piring ini.
Musik Pengiring
Masih merunut pada sejarah tari piring, kita tak bisa juga lepas dari perkembangan alat musik yang
mengiringi tarian tersebut. Musik pengiring ini bukan sekedar penambah nilai estetika tarian tetapi juga
sebagai penentu atau panduan bagi para penari dalam menentukan gerak juga langkah tari piring yang
ia bawakan. Dahulu, alat musik pengiring Tari Piring hanyalah rebana ataupun gong. Namun semakin
berkembangnya waktu, kini Tari piring juga lazim diiringi dengan talempong, gendang, saluang dan
masih banyak lagi lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama wisata di Indonesia tidak
hanya menyediakan keindahan alam saja namun juga keindahan budaya seperti tari-tarian.
Seiring perkembangan zaman, seni budaya tari perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Masuknya
budaya-budaya baru ke-era globalisasi ini membuat seni tari menjadi sesuatu yang kurang
diminati.
Untuk melestarikan kembali kebudayaan tari di Indonesia, kita perlu mempelajari
kembali jenis-jenis tari. Salah satunya yang akan kita bahas di makalah ini yaitu Tari Pirirng.
Asal-usul Tari Piring berasal dari Sumatera Barat.
Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang masih
banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat Minangkabau pada zaman
dulu merupakan suatu hal yang menarik. Rasa keingintahuan masyarakat terhadap suatu benda
yang baru muncul menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan properti lain di luar
alat makan.
Tari Piring merupakan salah satu warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Jadi
agar seni Tari Piring tetap lestari, kita harus mengetahui semua hal tentang seni Tari Piring itu
sendiri. Semoga tulisan ini mampu memberikan kita pengetahuan yang lebih luas tentang Tari
pendet, sehingga kita mampu melestarikan warisan budaya ini.
II. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kita penulis akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan
dengan Seni Tari Piring yaitu :
a) Bagaimana sejarah Tari Pendet?
b) Apa fungsi Tari Pendet?
c) Apa saja unsur gerak dasar Tari Piring serta busana dasar Penari Piring?
1
III. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a) Memberikan pengetahuan kepada generasi penurus tentang Tari Piring
b) Agar warisan budaya terutama tari-tarian tetap lestari
c) Memberi pengetahuan tentang fungsi Tari Piring dan
d) Memberi pengetahuan tentang sejarah Tari Piring.
BAB II
PEMBAHASAN
Kehadiran piring porselen dari China dipilih sebagai properti vital tari Piring karena
desainnya yang bagus dan memiliki nilai estetis. Gerak-gerak tari dalam
desain gerak spiral menimbulkan kesan estetis pada keseluruhan gerak yang dihasilkannya.
Selain gerak spiral, terdapat juga gerak-gerak akrobatik dapat
memberikan kesan estetis dalam gerak tari piring, misalnya gerak mainjak baro.
a) Gerak pasambahan
Gerak yang dibawakan oleh penari pria bermakna sembah syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari
kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
c) Gerak mencangkul
Gerak ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.
d) Gerak menyiang
Gerak ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan sampah sampah yang
akan mengganggu tanah yang akan digarap.
f) Gerak menyemai
Gerak ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.
g) Gerak memagar
Gerak ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada pematang sawah agar
tehindar dari binatang liar.
h) Gerak mencabut benih
Gerak ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah ditanam.
i) Gerak bertanam
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih yang telah dicabut.
s) Gotong royong
Gerak yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat kegotongroyongan.
Berbagai macam gerak tari Piring tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yaitu gerak awal
yang terdiri atas gerak pasambahan dan singanjuo lalai. Bagian tengah terdiri atas gerak
mencangkul sampai gerak menampih padi, dan bagian akhir terdiri atas gerak menginjak
pecahan kaca.
V. Iringan Musik
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Piring adalah talempong, gandang,
seruling, dan jentikan jari penari terhadap piring yang dipegang.
Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya (pisak) warnanya sama
dengan baju.
Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa kain songket yang dililitkan di pinggang dengan
panjang sebatas lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan
yang sama dengan bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa rumbai-rumbai.
Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain songket berbentuk segitiga yang
diikatkan di kepala.
Kain songket.
Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau dari bahan songket
yang meyerupai tanduk kerbau.