Anda di halaman 1dari 14

Tari Piring, Seni Budaya Khas Sumatera Barat

Kategori: Seni Budaya | Area: Sumatera Barat

Selain limpahan objek wisata alam, Sumatera Barat juga memiliki banyak corak seni yang akan
membuat Anda terkesima. Salah satunya adalah seni tari daerah yang diberi nama Tari Piring.
Beberapa tahun terakhir, pemerintah Sumatera Barat menobatkan Tari Piring menjadi salah satu
aset untuk menarik perhatian wisatawan.

Tari Piring berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari piring dilakukan
oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan kepada para dewa sebagai wujud
rasa syukur atas masa panen yang memberikan hasil sangat memuaskan. Mereka menari dengan
sangat lincah sembari memegang piring-piring di telapak tangannya. Terdapat tiga jenis variasi
gerakan dalam seni Tari Piring, yaitu tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang
(bergelombang), dan aka malilik (akal melilit).

Namun, seiring masuknya agama Islam maka tarian ini mengalami


pergeseran sehingga tidak lagi untuk menyembah dewa melainkan untuk ditampilkan dalam
acara hajatan ataupun juga acara pernikahan. Para penari pun beralih dari yang awalnya
campuran, kini hanya dilakukan oleh perempuan-perempuan yang berdandan cantik. Barangkali
Anda tidak akan percaya tanpa melihat secara langsung para penari bergerak cepat, atraktif,
penuh semangat dan sangat indah dengan piring-piring yang sama sekali tidak bergoyang apalagi
terjatuh. Tarian ini diawali dengan para penari yang mulai bergerak sesuai koreografi tarian
dengan meletakkan piring di masing-masing tangannya tanpa terlepas atau bergeser sedikitpun.
Suasana semakin semarak dengan alat musik yang digunakan untuk mengiringi rentak tarian,
yaitu talempong dan saluang. Kostum penari biasanya berwarna cerah sehingga mendukung
kemeriahan acara. Anda juga akan mendengar irama khas yang dihasilkan dari suara dentingan
antara piring yang dipegang dengan cincin yang memang sengaja dikenakan di jari penari.
Kemudian, bersiaplah untuk menahan napas sejenak di bagian pertengahan pertunjukkan, sebab
akan ada atraksi lempar piring. Ya, piring-piring yang dipegang oleh para penari sengaja
dilemparkan sangat tinggi ke udara kemudian pecahannya diinjak dengan gerakan tari yang terus
dilanjutkan. Hal ini menggambarkan perasaan gembira atas hasil panen yang melimpah.
Ajaibnya, tidak akan akan satu luka pun di kaki para penari sekalipun mereka menginjaknya
dengan kaki telanjang. Secara umum, penari dalam tarian tradisional ini berjumlah ganjil, antara
tiga, lima, atau tujuh penari.

Tari Piring sangat terkenal keistimewaannya ke seluruh penjuru


dunia. Tarian ini sudah pernah dipentaskan di luar Sumatera Barat, yakni di kota-kota besar
seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan lainnya. Lebih membanggakannya lagi, Tari Piring juga
turut dipentaskan dalam rangka tour festival kebudayaan Nusantara. Tidak hanya di dalam
negeri, Tari Piring juga telah merambah ke dunia internasional dan pernah dipentaskan dalam
festival budaya Nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta beberapa negara di Eropa.

Apabila Anda ingin menampilkan Tari Piring dalam acara atau hajatan yang Anda
selenggarakan, Anda dapat menyewa grup tarian ini sehingga para penari hadir di kota Anda dan
menyuguhkan tarian tradisional Sumatera Barat secara langsung untuk tamu undangan Anda.
Tentunya, akan membuat seluruh yang menonton menjadi terkagum-kagum atas keunikan
koreografi yang dimiliki serta kelincahan gerakan para penari dengan piring-piring di tangannya.

(Written by Ika Wahyuni)


Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu jenis
Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut dengan tari
piring karena para penari saat menari membawa piring.

Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa
ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring
tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang
dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian
lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya
bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring
juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya.
Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong
tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-
orang sri wijaya saat itu.

Urutan Seni Tari Piring


Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua tergantung
dimana tempat atau kampung dimana Tarian Piring itu dilakukan. Namun tidak begitu banyak
perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya,
khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Secara keseluruhannya, untuk
memahami bagaimana sebuah Tari Piring disajikan, di bawah ini merupakan urutan atau susunan
sebuah persembahannya.

1. Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan
persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan
kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak
kacau sewaktu membuat persembahan.
Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar piring-
piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing
harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang
menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.

Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring
akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah
yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari
Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari
tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang
tidak retak atau sumbing.

2. Mengawali tarian
Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik. Penari
akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat
kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan
di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan
3. Saat Menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan tariannya
dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke
kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula
bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil
menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan
memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai
dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang
telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin.

Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri sambil
menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarung
cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang diletakkan piring akan
dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memusing-musingkannya di
atas kepala

4. Mengakhiri Tarian
Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua piring telah
dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin
sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut;
sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin
tangan sebelah hadapan

Makna dari Prosesi Tari Piring


Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta berjalan
dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring berisi makanan
yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan
menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa
piring yang berisi makanan tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada
kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa,
tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan persembahannya
dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam
hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja
yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.

Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan masyarakat
Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan
adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih
dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai
peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin kepada tuan rumah kepada orang
ramai kepada penari sendiri.

Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah tarian.
Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju
juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang
seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring kerana ia lebih mudah
di lihat oleh penonton.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Piring, cukup dengan pukulan Rebana dan
Gong saja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada penari
untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada umumnya, kumpulan Rebana yang
mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi
persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh
alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.

Itulah artikel yang membahas mengenai Seni tari piring dari Sumatra barat atau Tanang
minangkabau. Semoga Budaya Seni tari asli dari tanah minangkabau ini bisa dijaga oleh para
generasi muda sehingga bisa tetap lestari dan tidak punah.
referensi sriandalas.multiply.com

Menyimak Perjalanan Sejarah Tari Piring

Tarian unik yang satu ini sudah terkenal hampir di seluruh penjuru nusantara bahkan mungkin di
mancanegara juga. Tari Piring atau yang dalam Bahasa Minangkabau dieja dengan sebutan Tari Piriang
merupakan tarian tradisional yang berasal dari Solok, Sumatera Barat. Tarian apik ini menggunakan
piring sebagai atraksi utama. Gerakan yang mengayun piring secara teratur akan memunculkan harmoni
yang indah. Kelenturan penari yang membawa piring tanpa terjatuh tersebut merupakan keunikan
sendiri yang ditawarkan tarian cantik ini. Banyak di antara peminat yang bertanya-tanya mengapa piring.
Jawabannya tentu harus dimulai dengan membedah sejarah Tari Piring itu sendiri.

Awal Mula Tari Piring

Konon kabarnya Tari Piring ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan ia berkembang pesat
saat Kerajaan Sriwijaya berkuasa di Sumatera. Setelah Sriwijaya lengser, Tarian Piring kemudian ikut
dibawa hijrah rakyat Sriwijaya yang pindah ke tempat lain. Oleh karena itu, jangan heran jika di Malaysia
maupun Brunei Darussalam, terdapat juga tarian piring meski dalam gerakan yang sedikit berbeda.

Jika dikaji, sejarah Tari Piring tak bisa lepas dari tabiat orang-orang jaman dahulu yang gemar
mengadakan persembahan kepada roh-roh atas keberhasilan panen yang mereka dapatkan. Sesaji yang
hendak dipersembahkan ditaruh di atas piring yang melambangkan kemakmuran. Namun setelah
kerajaan Islam berkuasa di Minangkabau, tarian persembahan ini kemudian dirubah menjadi tarian
untuk menghibur majelis termasuk pernikahan.

Dahulu tari ini menggunakan piring yang berisi makanan sebagai sesaji. Namun seiring
perkembangannya, kini tari piring lebih sering dipentaskan dengan menggunakan piring yang kosong.
Namun ada pula berbagai variasi untuk mempercantik tarian dengan menambahkan lilin yang sedang
menyala pada piring yang diayunkan dalam gerakan tari.

Varian lainnya adalah penari yang melakukan gerakan tarian di atas bagian piring-piring yang telah
pecah. Ajaib sebab penari tersebut menari dengan luwesnya tanpa terluka oleh goresan pecahan piring.
Atraksi ini kemudian menjadi salah satu daya tarik si Tari Piring ini.
Musik Pengiring

Masih merunut pada sejarah tari piring, kita tak bisa juga lepas dari perkembangan alat musik yang
mengiringi tarian tersebut. Musik pengiring ini bukan sekedar penambah nilai estetika tarian tetapi juga
sebagai penentu atau panduan bagi para penari dalam menentukan gerak juga langkah tari piring yang
ia bawakan. Dahulu, alat musik pengiring Tari Piring hanyalah rebana ataupun gong. Namun semakin
berkembangnya waktu, kini Tari piring juga lazim diiringi dengan talempong, gendang, saluang dan
masih banyak lagi lainnya.

Kategori : Tarian Tradisional

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama wisata di Indonesia tidak
hanya menyediakan keindahan alam saja namun juga keindahan budaya seperti tari-tarian.
Seiring perkembangan zaman, seni budaya tari perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Masuknya
budaya-budaya baru ke-era globalisasi ini membuat seni tari menjadi sesuatu yang kurang
diminati.
Untuk melestarikan kembali kebudayaan tari di Indonesia, kita perlu mempelajari
kembali jenis-jenis tari. Salah satunya yang akan kita bahas di makalah ini yaitu Tari Pirirng.
Asal-usul Tari Piring berasal dari Sumatera Barat.

Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang masih
banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat Minangkabau pada zaman
dulu merupakan suatu hal yang menarik. Rasa keingintahuan masyarakat terhadap suatu benda
yang baru muncul menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan properti lain di luar
alat makan.

Tari Piring merupakan salah satu warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Jadi
agar seni Tari Piring tetap lestari, kita harus mengetahui semua hal tentang seni Tari Piring itu
sendiri. Semoga tulisan ini mampu memberikan kita pengetahuan yang lebih luas tentang Tari
pendet, sehingga kita mampu melestarikan warisan budaya ini.
II. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kita penulis akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan
dengan Seni Tari Piring yaitu :
a) Bagaimana sejarah Tari Pendet?
b) Apa fungsi Tari Pendet?
c) Apa saja unsur gerak dasar Tari Piring serta busana dasar Penari Piring?
1
III. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a) Memberikan pengetahuan kepada generasi penurus tentang Tari Piring
b) Agar warisan budaya terutama tari-tarian tetap lestari
c) Memberi pengetahuan tentang fungsi Tari Piring dan
d) Memberi pengetahuan tentang sejarah Tari Piring.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Sejarah Tari Piring


Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang masih
banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat Minangkabau pada zaman
dulu merupakan suatu hal yang menarik. Rasa keingintahuan masyarakat terhadap suatu benda
yang baru muncul menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan properti lain di luar
alat makan.

Kehadiran piring porselen dari China dipilih sebagai properti vital tari Piring karena
desainnya yang bagus dan memiliki nilai estetis. Gerak-gerak tari dalam
desain gerak spiral menimbulkan kesan estetis pada keseluruhan gerak yang dihasilkannya.
Selain gerak spiral, terdapat juga gerak-gerak akrobatik dapat
memberikan kesan estetis dalam gerak tari piring, misalnya gerak mainjak baro.

II. Fungsi Tari Piring


Tari Piring sendiri cukup beragam. Akan tetapi, pada umumnya tari Piring
di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat seperti pengangkatan penghulu, upacara
perkawinan, khitanan, dan juga upacara setelah panen, yaitu upacara yang dilakukan bagi orang
yang mampu karena panennya berhasil dengan baik. Tujuan upacara ini dilakukan untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan rezeki dan bagi
yang mempercayai mitos mereka akan mengucapkan syukur kepada dewi padi yang disebut
dengan “Saning Sri”.
Dalam perkembangannya, pertunjukan tari Piring tidak hanya ditampilkan pada upacara
adat saja melainkan ditampilkan juga untuk memeriahkan hari-hari besar lainnya, seperti
peringatan hari kemerdekaan, pameran, festival, dan penyambutan tamu-tamu kenegeraan.

III. Ragam Gerak tari Piring


Ragam gerak tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.

a) Gerak pasambahan
Gerak yang dibawakan oleh penari pria bermakna sembah syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari
kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.

b) Gerak singanjuo lalai


Gerak ini dilakukan oleh penari wanita yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.

c) Gerak mencangkul
Gerak ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.

d) Gerak menyiang
Gerak ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan sampah sampah yang
akan mengganggu tanah yang akan digarap.

e) Gerak membuang sampah


Gerak ini menggambarkan tentang bagaimana para petani mengangkat sisa-sisa sampah
untuk dipindahkan ke tempat lain.

f) Gerak menyemai
Gerak ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.

g) Gerak memagar
Gerak ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada pematang sawah agar
tehindar dari binatang liar.
h) Gerak mencabut benih
Gerak ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah ditanam.

i) Gerak bertanam
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih yang telah dicabut.

j) Gerak melepas lelah


Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani beristirahat melepas lelah
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.

k) Gerak mengantar juadah


Mengantar juadah ini berarti mengantar makanan kepada para petani yang
telah mengolah sawah.

l) Gerak menyabit padi


Gerak ini dibawakan oleh penari pria yang menggambarkan bagaimana para petani di sawah
pada saat menyabit padi.

m) Gerak mengambil padi


Gerak ini dibawakan oleh penari wanita saat mengambil padi yang telah dipotong oleh penari
pria.

n) Gerak manggampo padi


Gerakan yang dilakukan dalam hal mengumpul padi dan dibawa ke suatu tempat.

o) Gerak menganginkan padi


Gerak ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan untuk dianginkan dan nantinya akan
terpisah antara padi dan ampas padi.

p) Gerak mengirik padi


Gerak yang menggambarkan bagaimana para petani mengumpulkan padi dan menjemurnya.

q) Gerak membawa padi


Gerak yang dilakukan para petani saat membawa padi untuk dibawa ke tempat lain.

r) Gerak menumbuk padi


Gerak yang dilakukan untuk menumbuk padi yang telah dijemur dilakukan oleh pria,
sedangkan wanita mencurahkan padi.

s) Gotong royong
Gerak yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat kegotongroyongan.

t) Gerak menampih padi


Gerakan yang menggambarkan gerakan bagaimana para petani menampih padi yang telah
menjadi beras.

u) Gerak menginjak pecahan kaca


Penggabungan dari berbagai gerak dan diakhiri oleh penari menginjak-injak pecahan kaca
yang dilakukan dengan atraktif dan ditambah dengan beberapa gerak-gerak improvisasi penari.

IV. Pola Lantai tari Piring


Pola lantai yang dipergunakan dalam tari ini adalah lingkaran besat dan kecil, berbaris,
spiral, horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah, leve sedang serta level atas
ditambah dengan pembagian beberapa kelompok.

Berbagai macam gerak tari Piring tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yaitu gerak awal
yang terdiri atas gerak pasambahan dan singanjuo lalai. Bagian tengah terdiri atas gerak
mencangkul sampai gerak menampih padi, dan bagian akhir terdiri atas gerak menginjak
pecahan kaca.

V. Iringan Musik
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Piring adalah talempong, gandang,
seruling, dan jentikan jari penari terhadap piring yang dipegang.

VI. Busana Penari


Busana yang digunakan oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk penari pria dan
penari wanita.

a. Busana Penari pria


Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan dihiasai dengan missia (renda
emas).

Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya (pisak) warnanya sama
dengan baju.

Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa kain songket yang dililitkan di pinggang dengan
panjang sebatas lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan
yang sama dengan bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa rumbai-rumbai.

Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain songket berbentuk segitiga yang
diikatkan di kepala.

b. Busana penari wanita


Baju kurung yang terbuat dari satin dan beludru.

Kain songket.

Selendang songket yang dipasang pada bagian kiri badan.

Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau dari bahan songket
yang meyerupai tanduk kerbau.

Aksesoris berupa kalung rambai dan kalung gadang serta subang/anting

Anda mungkin juga menyukai