Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Kewenangan Klinis (Clinical

Privilege)
Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)
Pengertian
Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan akibatnya
menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh karenanya rumah
sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan
sedemikian rupa agar aman bagi pasien.

Dengan demikian, bila seorang perawat telah diizinkan melakukan pelayanan kesehatan dan
prosedur klinis lainnya di sebuah rumah sakit berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan
diberikan hak khusus (privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat tersebut disebut sebagai
kewenangan klinis (clinical privilege).

Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan yang diberikan
oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan
klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada tenaga
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit
tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.

Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar tidak menimbulkan konflik di
antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lain dapat merasa bahwa lahan pekerjaan yang
dimilikinya dicampuri atau diambil alih oleh pihak lain. Konflik yang timbul tentunya akan
mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan rumah sakit yang bersangkutan.

Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka setiap perawat akan mempunyai batas yang
jelas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis juga
bertujuan untuk melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan
yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan
klinis yang jelas (Permenkes, 2011).

Kredensial
Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang perawat dilakukan dengan
melakukan suatu proses yang disebut kredensial. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap
tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses
kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.

Proses kredensial dilakukan oleh sub komite kredensial di komite keperawatan rumah sakit.
Komite keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi sehingga
pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada pasien diberikan secara benar
(ilmiah) sesuai standar yang baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga
keperawatan yang kompeten dengan kewenangan yang jelas (Permenkes, 2011).

Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur
fungsional berada di bawah kepala/direktur rumah sakit dan bertanggungjawab langsung kepada
kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang disepakati
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Permenkes, 2011).

Komite Keperawatan hendaknya dapat memberikan jaminan kepada kepala/direktur rumah sakit,
bahwa tenaga keperawatan memiliki kompetensi kerja yang tinggi sesuai standar pelayanan dan
berperilaku baik sesuai etika profesinya. Komite Keperawatan bertugas membantu
kepala/direktur rumah sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi
tenaga keperawatan serta pengembangan profesional berkelanjutan (Permenkes, 2011).

Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungi lisensi, sertifikasi, akreditasi dan
pendaftaran/registrasi yaitu :

a. Sertifikasi
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang tenaga
kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1).

Untuk memperoleh sertifikat kompetensi, sebelumnya dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi
adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan
sesuai dengan standar profesi (PMK 1796, pasal 1).

Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi).
Setelah dinyatakan lulus, yang bersangkutan akan memperoleh Sertifikat Kompetensi yang
ditetapkan oleh ketua MTKP.

b. Registrasi
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi dan telah memenuhi kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal 1).

Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga
kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi. Penjelasan tersebut tertuang
dalam Permenkes RI No. 1796 tahun 2011, pasal 9.

c. Akreditasi
Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah yang dikeluarkan oleh institusi
pendidikan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan untuk memperoleh STR dimana salah satu
syaratnya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan atau dikeluarkan oleh institusi
pendidikan yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-
PT).

Tahapan Pemberian Kewenangan Klinis


Secara garis besar tahapan pemberian kewenangan klinis yang harus diatur lebih lanjut oleh
rumah sakit adalah sebagai berikut :

 Tenaga keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada kepala atau


direktur rumah sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah
disediakan rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
 Berkas permohonan tenaga perawat yang telah lengkap disampaikan oleh kepala atau
direktur rumah sakit kepada komite keperawatan.
 Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh
pemohon.
 Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia ad-
hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis
yang diminta berdasarkan buku putih (white paper).
 Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin dan
kompetensi yang bersangkutan.
 Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :

1) Kompetensi
a) berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh lembaga pemerintah
yang berwenang untuk itu
b) kognitif
c) afektif
d) psikomotor
2) Kompetensi fisik
3) Kompetensi mental/perilaku
4) Perilaku etis (ethical standing)
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik.
h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan cara :
1) menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari setiap
Kelompok Staf Medis.
2) mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rincian kewenangan
klinis (delineation of clinical privilege).
3) mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi tenaga perawat dilakukan secara
periodik.
i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite keperawatan berdasarkan
masukan dari subkomite kredensial.
j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap perawat yang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis (clinical appointment),
dengan rekomendasi berupa :
1) kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan
2) kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah
3) kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi
4) kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu
5) kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi
6) kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
k. Bagi perawat yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau menambah
kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada komite keperawatan
melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite keperawatan menyelenggarakan
pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme pendampingan (proctoring).
l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan klinis :

1) Pendidikan

 lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi atau dari sekolah keperawatan luar
negeri dan sudah diregistrasi
 menyelesaikan program pendidikan konsultan.

2) Perizinan (lisensi)

 memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi


 memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.

3) Kegiatan penjagaan mutu profesi

 menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya


 berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.

4) Kualifikasi personal

 riwayat disiplin dan etik profesi


 keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui
 keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat terlarang dan
alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien d) riwayat
keterlibatan dalam tindakan kekerasan
 memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance).

5) Pengalaman dibidang keprofesian

 riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi


 riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.

Berakhirnya kewenangan klinis


Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment) habis masa
berlakunya atau dicabut oleh kepala atau direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis untuk
setiap tenaga perawat memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua tahun. Pada
akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan rekredensial
terhadap tenaga perawat yang bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana
dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena rumah sakit
telah memiliki informasi setiap staf medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit
tersebut.

Pencabutan, perubahan/modifikasi dan pemberian kembali kewenangan klinis.


Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh kepala atau direktur rumah sakit
didasarkan pada kinerja profesi di lapangan, misalnya perawat yang bersangkutan terganggu
kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat
dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan
disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut
dapat diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam
hal kewenangan klinis tertentu seorang perawat diakhiri, komite medik akan meminta subkomite
mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan
pulih kembali. Komite keperawatan dapat merekomendasikan kepada kepala/direktur rumah
sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.

Perawat
Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis,
sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan, ketidakmauan
dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun
potensial.

Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan.
Tanggung jawab perawat yang sangat mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan dan mengurangi penderitaan. Tanggung jawab ini bersifat universal.

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan
diberi kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja secara otonom dan
berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi
keperawatan, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji
kompetensi yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut
Registered Nurse (RN). Menurut PPNI perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang
berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan (ahli madya, ners, ners spesialis, ners
konsultan).

Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik
dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh perawat
profesional dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN). Menurut PPNI perawat
vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan
yang diakui pemerintah dan diberi tugas penuh oleh pejabat yang berwenang.

Standar Kompetensi Perawat Indonesia


Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja
(performance) yang ditetapkan.

Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi,
standar tersebut harus ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri
kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional. Standar kompetensi disusun
dengan tujuan :

a. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan

1. Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan kurikulum pendidikan


keperawatan
2. Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan kurikulum pelatihan
keperawatan

b. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, sebagai acuan dalam

1. Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan.


2. Rekruitmen tenaga perawat.
3. Penilaian unjuk kerja
4. Pengembangan program pelatihan yang spesifik

c. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat

1. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan


kualifikasi dan jenis.

Struktur Organisasi Perawat di Ruangan


Berdasarkan model praktek keperawatan profesional (MPKP), pengorganisasian di ruangan
menggunakan pendekatan sistem atau metode penugasan tim. Tenaga perawat diorganisasikan
dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang
dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien di ruangan. Jumlah pasien
untuk tiap tim 8-10 orang dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur
organisasi daftar dinas dan daftar pasien.

Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan tim-primer keperawatan.


Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim
berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien.
Uraian tugas masing-masing perawat di ruangan menurut MPKP antara lain :

a. Kepala ruangan

1. Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.


2. Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
3. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
4. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
5. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.
6. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak
lanjutinya.
7. Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.

b. Wakil Kepala Ruangan

1. Sebagai pembantu utama di ruangan dalam melaksanakan tugas ketatausahaan,


mengawasi serta mengendalikan keperawatan diruangan yang menjadi tanggung
jawabnya
2. Mewakili Kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan

c. Perawat Primer (Primary Nurse)

1. Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.


2. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan
bersama-sama anggota timnya.
4. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
6. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya.
7. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

d. Perawat Asosiet (Associate Nurse)

1. Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya.


2. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan
keluarganya.
3. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

Anda mungkin juga menyukai