Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ON THE JOB LEARNING (OJL)

Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job Learning

pada Pendidikan dan Pelatihan Penguatan Kompetensi Kepala Sekolah

Provinsi Sulawesi Selatan

Periode: 06 Juni s/d 20 Juli 2017

Nama : HASDAR, S. Pd.,M. Pd.

Unit Kerja : SMK NEGERI 3 ENREKANG

NIP : 197309092000031007

PROGRAM PENGUATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH


DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN ON THE JOB LEARNING (OJL)

Disusun sebagai Laporan Akhir Kegiatan On The Job Learning (OJL)

Pada Pendidikan dan Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah

Tingkat SMA-SMK Prov. Sulawesi Selatan

Periode : 06 Juni s/d 20 Juli 2017

Mengetahui Enrekang, 12 Juli 2017


Kepala UPT Pend.Wil. Enrekang Kepala SMK Negeri 3 Enrekang

TIEN SUHARTI, S. Pd. M. Si. HASDAR, S. Pd. M. P.d.


NIP. 197204162002122006 NIP. 197309092000031007

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas

selesainya penyusunan laporan on the job learning. Laporan ini berisi tentang

hasil pelaksanaan tindakan kepemimpinan (Best Practice). Kedua adalah kajian

menejerial yang meliputi, kajian kurikulum, kajian RKJM RKAS, kajian PKG-

PKBG, dan proposal mini PTS. Terakhir tentang penyusunan laporan dan analisis

hasil supervisi akademik SMK Negeri 3 Enrekang tahun pelajaran 2016/2017.

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih terdapat berbagai

kekurangan baik isinya maupun teknis penulisan. Olehnya itu kritik dan saran dari

pembaca sangat kami harapkan dalam rangka melakukan perbaikan atas

kekurangan yang ada.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam penyusunan laporan OJL ini. Semoga hasil kajian ini dapat

bermanfaat dalam usaha mulia kita bersama untuk meningkatkan kualitas layanan

pendidikan, Amin.

Enrekang, Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... I

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II

DAFTAR ISI ........................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
B. TUJUAN ..................................................................................................... 6
C. HASIL YANG DIHARAPKAN ...................................................................... 7

BAB II PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING .............................................. 8


A. KAJIAN BEST PRACTICE .......................................................................... 8
B. KAJIAN MANEJERIAL .............................................................................. 14
1. KAJIAN KURIKULUM .......................................................................... 14
2. KAJIAN RKJM RKAS ........................................................................... 17
3. PROPOSAL MINI PTS ......................................................................... 20
C. LAPORAN DAN ANALISIS HASIL SUPERVISI AKADEMIK ..................... 24
1. PENYUSUNAN .................................................................................... 24
2. HASIL ANALISIS ................................................................................. 25

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 27


A. SIMPULAN ............................................................................................... 27
B. SARAN ..................................................................................................... 27

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 29
A. JADWAL RTL ........................................................................................... 29
B. JURNAL KEGIATAN................................................................................. 29
C. MATRIKS TK ............................................................................................ 29
D. LAPORAN BEST PRACTICE ................................................................... 29
E. MATRIK KAJIAN MENEJERIAL ............................................................... 29
F. LAPORAN SUPERVISI ............................................................................ 29
G. DOKUMENTASI KEGIATAN .................................................................... 29

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2017 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru pada pasal 54 disebutkan

bahwa beban kerja kepala satuan pendidikan sepenuhnya untuk melaksanakan

tugas manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan

tenaga kependidikan. Peran kepala sekolah sebagai manajer, pengembang

kewirausahaan, dan supervisor tentu harus menjadi perhatian utama kepala

sekolah karena tugas tersebut adalah merupakan tugas pokok selaku kepala

sekolah di mana dalam peraturan pemerintah tersebut tugas kepala sekolah bukan

lagi sekedar tugas tambahan tetapi merupakan tugas pokok dan tidak lagi

diwajibkan untuk melaksanakan tugas mengajar seperti pada peraturan pemerintah

nomor 74 tahun 2008.

Peraturan pemerintah tersebut sejalan dengan dimensi kompetensi yang harus

dimiliki oleh kepala sekolah pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI

nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/ madrasah. Standar

kompetensi kepala sekolah adalah kepribadian, manajerial, kewirausahaan,

supervisi, dan sosial.

Dua jenis kompetensi kepala sekolah yakni kepribadian dan sosial merupakan

bingkai dari kompetensi manajerial, kewirausahaan, dan supervisi. Kedua dimensi

kompetensi tersebut memiliki peran penting dalam memberikan rambu-rambu,

etika, norma agama dan hukum, integritas dan karakter kepala sekolah dalam

1
menjalankan fungsinya sebagai manajer, pengembang kewirausahaan, dan

supervisor. Hal ini sejalan dengan pebguatan pendidikan karakter yang kini

kembali digalakan penerapannya di lingkungan persekolahan kita.

Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam

menyusun perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi program. Kepala

sekolah juga harus memiliki kemampuan dalam hal pengorganisasian pekerjaan

dengan memberdayakan SDM yang ada di sekolah. Dalam Permendiknas 13

tahun 2007 disebutkan bahwa kemampuan manajerial meliputi 16 aspek yaitu:

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan

perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan

kebutuhan.

3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber

daya sekolah/ madrasah secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajar yang efektif.

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan

inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal.

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal.

2
8. Mengelola hubungan sekolah/ madrasah dan masyarakat dalam rangka

pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/

madrasah.

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,

dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11. Mengelola keuangan sekolah/ madrasah sesuai dengan prinsip

pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung

pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.

14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung

penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta

merencanakan tindak lanjutnya.

Peran kepala sekolah sebagai pengembang kewirausahaan mengindikasikan

sifat-sifat yang melekat pada seorang wirausahawan harus pula dimiliki oleh

3
seorang kepala sekolah. Adapun kompetensi kewirausahaan tersebut meliputi

kemampuan:

1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

sekolah/madrasah

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah

5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik

Peran penting kepala sekolah selanjutnya adalah sebagai supervisor

pendidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam Permendiknas 13

tahun 2007 menyebutkan tiga aspek kompetensi yang harus dimiliki kepala

sekolah pada dimensi kompetensi supervisi, yaitu:

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru.

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

4
Melihat peran, tugas pokok dan fungsi kepala sekolah seperti diuraikan di

atas, kita menyadari betapa besarnya pengaruh kepala sekolah untuk keberhasilan

suatu sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen penting dalam

mengantarkan sekolah menjadi lebih berkualitas baik output, outcome maupun

proses yang ada didalamnya. Hal ini karena terdapat hubungan yang erat antara

keberhasilan peningkatan mutu pendidikan dengan mutu kepala sekolah. Sekolah

yang berkualitas bisa dipastikan adalah sekolah yang dipimpin oleh kepala

sekolah yang berkualitas walaupun kepala sekolah yang berkualitas belum tentu

berhasil menjadikan suatu sekolah serta merta menjadi sekolah berkualitas karena

kepala sekolah bukanlah satu-satunya komponen yang mempengaruhi berhasil

tidaknya suatu sekolah. Dalam mengemban tugasnya kepala sekolah haruslah

memiliki perencanaan dan strategi manajemen pendidikan secara utuh dan

berorientasi kepada kualitas.

Dalam usaha peningkatan kompetensi kepala sekolah sesuai permendiknas 13

tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/ madrasah, pemerintah provinsi

Sulawesi Selatan melalui Dinas Pendidikan bekerja sama dengan BPPK Sulsel

dan LPPKS Solo melaksanakan diklat penguatan kepala sekolah yang

berlangsung dari tanggal 06 Juni sampai dengan 19 Juli 2017 atau setara dengan

155 jam yang terdiri dari kegiatan in service learning 1 selama 60 jam, on job

learning selama 75 jam, dan in service learning 2 selama 20 jam. Kegiatan

tersebut difokuskan pada aspek kompetensi kepemimpinan, manajemen, dan

Supervisi Akademik.

5
Pelaksanaan diklat tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala.

Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa salah satu persyaratan untuk

menjadi kepala sekolah adalah memiliki sertifikat kepala yang diterbitkan oleh

lembaga yang ditetapkan Pemerintah sesuai dengan jenjang sekolah yang

dipimpinnya. Diharapkan dengan diklat tersebut, kepala sekolah dapat

meningkatkan kompetensi manajerial, kewirausahaan, serta supervisi dan di akhir

kegiatan dapat memperoleh sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh

lembaga yang ditetapkan Pemerintah dalam hal ini Lembaga Pengembangan dan

Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) sesuai dengan jenjang sekolah yang

dipimpinnya.

B. TUJUAN

Secara umum tujuan dari pelaksanaan diklat ini adalah adalah untuk

memperkuat kompetensi kepala sekolah yang difokuskan pada aspek

kepemimpinan, manajemen, dan supervisi akademik. Secara khusus tujuan

pelaksanaan diklat ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Memperkuat kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam

menyusun perencanaan, melaksanakan program, dan mengevaluasi

program kegiatan sekolah.

2. Meningkatkan kemampuan manejerial kepala sekolah khususnya dalam

mengelola kurikulum, RKJM dan RKAS, PKG dan PKB, dan PTS.

3. Meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah khususnya

pelaksanaan supervisi akademik bagi guru.

6
C. HASIL YANG DIHARAPKAN

Sesuai dengan tujuannya, maka kegiatan diklat penguatan kepala sekolah

diharapkan dapat meningkatkan kompetensi kepala sekolah dalam hal

kepemimpinan, manajerial, dan supervisi akademik. Seacara khusus hasil yang

diharapkan adalah:

1. Adanya penguatan kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam

menyusun perencanaan, melaksanakan program, dan mengevaluasi

program kegiatan sekolah.

2. Adanya peningkatan kemampuan manejerial kepala sekolah khususnya

dalam mengelola kurikulum, RKJM dan RKAS, PKG dan PKB, dan PTS.

3. Adanya peningkatan kemampuan supervisi kepala sekolah khususnya

pelaksanaan supervisi akademik bagi guru.

Peningkatan kompetensi kepala sekolah dalam mengelola sekolah selanjutnya

diharapkan berimplikasi pada peningkatan kualitas sekolah yang dipimpinnya. Hal

ini dikarenakan peran kepala sekolah adalah sebagai posisi sentral dalam

menentukan keberhasilan suatu sekolah, namun tentu harus mendapat dukungan

dari semua pemangku kepentingan (stake holder) di sekolah yang dipimpinnya.

7
BAB II PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING

A. KAJIAN BEST PRACTICE

1. Perencanaan

Dalam proses penyusunan kajian best praktice, penulis terlebih dahulu harus

memahami dengan seksama makna dari kajian best practice ini. Best practice

sebenarnya istilah dalam Bahasa Inggris yang kalau diartikan secara harfiah dalam

Bahasa Indonrsia adalah “praktik terbaik”, namun dari segi etimologi biasa

diartikan “pengalaman terbaik” oleh seseorang dalam keberhasilannya

mengemban tugas dan tanggung jawab termasuk dalam mengatasi suatu

permasalahan secara tepat yang bersifat inovatif. Keberhasilan tersebut baik

merupakan hasil kajian ilmiah yang telah dilakukan maupun murni merupakan

inovasi dari seseorang tersebut. Dengan demikian best praktice memiliki syarat

sebagai berikut:

a. Mampu mengembangkan cara baru dan inovatif dalam mengatasi suatu

masalah dalam pendidikan khususnya pembelajaran;

b. Mampu memberikan sebuah perubahan atau perbedaan sehingga sering

dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result);

c. Mampu mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan

lestari atau berlangsung lama) atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan

(tidak sesaat);

8
d. Mampu menjadi model dan memberi inspirasi dalam membuat kebijakan

(pejabat) serta inspiratif perorangan, termasuk murid;

e. Cara dan metode yang digunakan bersifat ekonomis dan efisien.

(http://www.bangsaku.web.id/2016/09/pedoman-lomba-penulisan-best-

practice.html, diakses tanggal 01 Juli 2017).

Penulis selama memimpin SMK Negeri Enrekang telah melaksanakan

beberapa langkah inovatif dalam usaha mengatasi masalah secara tepat efektif dan

efisien, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Kebiasaan siswa menyalurkan bakat minat dalam hal mengekspresikan

jiwa seni atau aspirasinya terkadang kita menemukan siswa mencoret-

coret dinding, bangku atau fasilitas lainnya di sekolah yang tentu akan

berdampak negatif. Masalah tersebut teratasi dengan tepat melalui

kegiatan painting wall pada pagar tembok sekolah bagian dalam. Hasilnya

cat dinding pagar tembok menjadi lebih memiliki nilai seni dan coretan-

coretan di dinding menjadi berkurang bahkan nyaris tidak ada lagi.

2) Halaman sekolah SMK Negeri 3 Enrekang sudah rindang dengan

pepohonan yang dilakukan dengan cara siswa tahun 2012 secara

berkelompok diberi tugas masing-masing untuk menanam sebatang pohon

yang disiapkan oleh sekolah dan mereka mempertanggungjawabkannya

sampai mereka tamat. Jika pohon tersebut mati maka kelompok yang

punya pohon tersebut harus menggantinya. Kemudian pohon tersebut

9
diberi nama sesuai dengan nama kelompoknya hasilnya sekolah yang

tadinya gersang menjadi rindang.

3) Pada pelaksanaan proses pembelajaran di SMK Negeri 3 Enrekang yang

diantaranya membina program keahlian Agribisnis Ternak Unggas dan

Agribisnis Perikanan seringkali menghadapi kendala dalam hal kehadiran

siswa pada kelas-kelas di mana terdapat pelajaran produktif sebelumnya.

Misalnya jadualnya seperti ini pada jam I s/d II siswa belajar Matematika,

jam III dan IV Produktif, jam V dan VI Bahasa Inggris, jam VII dan VIII

Bahasa Indonesia. Masalah terjadi adalah pada jam V siswa malas masuk

ke kelas setelah pada jam sebelumnya mereka belajar atau praktik di

kandang atau kolam dengan alasan pakaian atau badan mereka kotor atau

basah dari kolam. Masalah ini dapat diatasi dengan cara memberikan

pembelajaran sistem blok waktu khusus untuk pelajaran produktif, jadi

dalam sepekan itu dialokasikan waktu satu full mereka belajar produktif

dari jam pertama sampai pulang. Hasilnya mata pelajaran lain selain

produktif tidak lagi mengalami kendala dan pelajaran produktif menjadi

lebih intensif karena waktu pembelajarannya tidak lagi partial tapi

terpadu.

Dari hasil analisa penulis dalam tulisan ini menguraikan kegiatan yang ketiga

di atas sebagai best practice karena kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan

pelaksanaan proses pembelajaran siswa sementara kita ketahui bahwa pelaksanaan

pembelajaran bagi siswa adalah merupakan ruh dari sistem persekolahan yang kita

10
anut. Tanpa pembelajaran yang berkualitas baik maka mustahil kita

mengharapkan sekolah yang bermutu dan berhasil memfasilitasi siswa mencapai

masa depan yang lebih baik bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara seperti

amanat tujuan pendidikan kita.

Penulis dalam menyusun kajian best practice ini dilakukan dengan cara

mengamati beberapa dokumen terkait dengan pelaksanaan pembelajaran sistem

blok hari untuk pembelajaran produktif pada Kompetensi Keahlian Agribisnis

Ternak Unggas dan Agribisnis Perikanan. Adapun dokumen yang dimaksud

meliputi jadual pelajaran, silabus dan RPP khususnya mata pelajaran produktif

Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas dan Agribisnis Perikanan.

2. Pelaksanaan

Hal pertama yang diamati oleh penulis adalah memeriksa jadual pelajaran

pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas dan Agribisnis Perikanan.

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa pelajaran produktif bagi Kompetensi

Keahlian Agribisnis Ternak Unggas berada pada hari selasa untuk kelas XI ATU

A, hari Rabu untuk kelas XI ATU B, hari Kamis untuk kelas X ATU, dan hari

Sabtu untuk XII ATU. Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas terdiri

dari empat rombel yaitu X ATU, XI ATU A, XI ATU B, dan XII ATU, jadi kelas

X terdiri dari satu rombel, kelas XI dua rombel, kelas XII satu rombel. Tahun

pelajaran 2017/2018 Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas menerima

dua rombel dengan jumlah pendaftar 62 siswa.

11
Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan yang juga menerapkan

pembelajaran sistem blok hari, pembelajaran produktif berada pada hari Selasa

untuk X AP, hari Rabu untuk XI AP, dan Kamis untuk XII AP. Kompetensi

Keahlian Agribisnis Perikanan terdiri dari tiga rombel yaitu X AP, XI AP, dan XII

AP, jadi masing-masing tingkat terdiri dari satu rombel. Tahun pelajaran

2017/2018 Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan menerima siswa baru satu

rombel dengan jumlah peminat 20 siswa baru.

Dengan penjadualan seperti tersebut di atas maka Kompetensi Keahlian

Agribisnis Ternak Unggas dan Agribisnis Perikanan dalam proses pembelajaran

setiap harinya tidak ada lagi kelas produktif yang bersamaan harinya dengan mata

pelajaran nonproduktif. Hal ini dapat dipastikan bahwa pelajran produktif dan

pelajaran nonproduktif tidak lagi saling terganggu.

Dokumen kedua yang diamati dalam penyusunan kajian best practice adalah

silabus dan RPP mata pelajaran produkti. Komponen RPP yang telah dibuat oleh

guru produktif pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas dan

Agribisnis Perikanan sesuai dengan Permendiknas 41 tahun 2007 tentang standar

proses memuat Identitas mata pelajaran, Standar kompetensi, Kompetensi dasar,

Indikator pencapaian kompetensi, Tujuan pembelajaran, Materi ajar, Alokasi

waktu, Metode pembelajaran, Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

pendahuluan, inti, dan penutup, Penilaian hasil belajar, dan Sumber belajar.

Penyusunan RPP produktif pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak

Unggas dan Agribisnis Perikanan dilakukan secara perorangan oleh masing-

12
masing guru produktif pada Kompetensi Keahlian masing-masing. Oleh karena

masing-masing guru produktif menyusun RPP untuk satu KD yang akan diajarkan

dan terkesan tidak dikordinasikan dengan guru yang lainnya sehingga pelaksanaan

pembelajaran untuk satu Standar Kompetensi masih bersifat parsial.

Dokumen ketiga yang menjadi objek pemantauan adalah output dari kegiatan

pembelajaran dengan sistem blok hari. Adapun hasil dari kegiatan ini yang dapat

diamati adalah dalam hubungannya dengan produk nyata yang dihasilkan dari

kegiatan praktik selama menempuh pembelajaran produktif denagn sistem blok

hari. Sementara untuk nilai siswa dalam pencapaian kompetensi sulit diukur

karena tidak tersedia data nilai pembanding.

3. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pengkajian best practice tersebut khususnya bagi

sekolah adalah bahwa dengan kajian tersebut SMK Negeri 3 Enrekang dapat lebih

meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

usaha peningkatan mutu lulusan. Di samping itu pengkajian best practice ini

diharapkan dapat meningkatkan jiwa enterpreneurship kepala sekolah dalam

usaha meningkatkan inovasi baru dalam usaha peningkatan mutu serta mengatasi

permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran di sekolah. (laporan best practice terlampir, Lampiran 3)

13
B. KAJIAN MANEJERIAL

1. Kajian Kurikulum

a. Proses Kajian

Proses penyusunan kurikulum pada SMK Negeri 3 Enrekang dilaksanakan

oleh Tim pengembang kurikulum yang telah di SK-kan oleh kepala sekolah

beranggotakan tujuh orang yang terdiri dari wakasek kurikulum, ketua program

keahlian, komite sekolah dan pengawas SMK sebagai narasumber. Dalam proses

penyusunan kurikulum telah melalui tahapan-tahapan seperti melakukan analisis

konteks, kajian visi misi dan tujuan sekolah, SI dan SKL, kekuatan dan

kelemahan dan, peluang dan tantangan berdasarkan hasil EDS.

Langkah selanjutnya tim pengembang kurikulum melakukan penyusunan

draft kurikulum untuk dokumen I kemudian difinalisasi melalui rapat dewan guru

dihadiri kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah. Selanjutnya hasil

finalisasi tersebut ditetapkan pemberlakuannya oleh kepala sekolah diketahui oleh

ketua komite sekolah dan selanjutnya disahkan oleh kepala dinas pendidikan

provinsi Sulawesi Selatan.

Dokumen I KTSP SMK Negeri 3 Enrekang memuat antara lain:

1) Visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan bersama namun belum

mempertimbangkan visi institusi di atasnya serta perlunya dievaluasi secara

berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

14
2) Struktur Kurikulum yang mencakup muatan nasional dan muatan lokal

namun belum ditetapkan oleh pemerintah daerah beserta alokasi waktunya

masing-masing

3) Pengaturan beban belajar siswa diatur dengan sistem paket terdiri atas

pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri.

4) Kegiatan pengembangan diri terdiri dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka,

PMR, dan Sispala.

5) KKM disusun oleh guru mata pelajaran

6) Kriteria kenaikan kelas

7) Kriteria kelulusan

8) Kalender pendidikan memuat Permulaan Tahun Ajaran, Pengaturan Waktu

Belajar Efektif, dan Pengaturan Waktu Libur.

Dari hasil pemantauan terhadap dokumen II KTSP SMK Negeri 3 Enrekang,

dapat disampaikan sebagai berikut:

1) Dokumen II memuat identitas Nama sekolah, mata pelajaran,

kelas/semester, SK, dan alokasi waktu.

2) Komponen silabus memuat KD, Materi Pembelajaran, Kegiatan

Pembelajaran, Indikator pencapaian kompetensi, Penilaian, alokasi waktu,

sumber belajar, nilai karakter.

3) Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan SI, SKL, dan

Panduan penyusunan KTSP.

15
4) Pengembangan silabus dilakukan oleh guru secara mandiri atau bekelompok

( MGMP ) mata pelajaran produktif belum dilakukan melalui MGMP

sekolah atau kabupaten

5) Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi pengawas sekolah

disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih.

b. Kesenjangan dan Tindaklanjut

Satu hal yang perlu ditingkatkan lagi adalah perlunya melibatkan dunia usaha

dan industri secara langsung dalam penyusunan kurikulum pada SMK Negeri 3

Enrekang. Dengan dilibatkannya dudi dalam penyusunan kurikulum tersebut

diharapkan akan menambah kualitas kurikulum tersebut karena seperti kita

ketahui bahwa output dari kurikulum tersebut berupa penguasaan kompetensi oleh

siswa nantinya akan dipakai oleh pihak dunia usaha dan industri.

Hal selanjutnya yang perlu menjadi perhatian adalah perlunya mereview

secara berkala terhadap visi misi dan tujuan dalam rangka menyelaraskan dengan

visi Dinas Pendidikan Provinsi dan perkembangan tuntutan dunia usaha dan

industri. Jenis kegiatan ekstrakurikuler perlu penambahan jenis kegiatan sehingga

siswa memiliki banyak variasi pilihan dalam mengaktualisasikan bakat dan

minatnya.

Dalam pengembangan silabus dan RPP secara umum telah sesuai dengan

standar proses baik isi maupun susunannya. Dari segi kualitas masih

16
membutuhkan usaha peningkatan yang lebih baik yakni melalui kegiatan

workshop penyusunan RPP.

2. Kajian RKJM RKAS

a. Proses Kajian

Dalam penyusunan RKJM –RKAS pada SMK Negeri 3 Enrekang

penyusunan profil mutu, rekomendasi, dan skala prioritas ditentukan berdasarkan

EDS. Dokumen Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang diamati oleh

penulis berlaku tahun 2015 s/d 2019. Adapun langkah penyusunan RKJM-RKAS

meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kepala sekolah menetapkan tim pengembang sekolah.

2) Tim mengkaji Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah.

3) Penyusunan profil sekolah memuat 8 SNP berdasrkan EDS

4) Rekomendasi RKS

5) Penentuan skala prioritas

6) Rapat Pleno Penyusunan RKS dihadiri kepala sekolah, dewan guru,

pengawas, dan komite sekolah.

7) Penetapan RKS oleh Kepala Sekolah

8) Pengesahan RKS oleh Kepala Dinas Pendidikan terkait.

9) Sosialisasi ke pemangku kepentingan.

17
Dokumen RKJM dan RKAS tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan 2016/2017

yang mencakup:

1) kesiswaan;

2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran;

3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;

4) sarana dan prasarana;

5) keuangan dan pembiayaan;

6) budaya dan lingkungan sekolah;

7) peranserta masyarakat dan kemitraan;

8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan

pengembangan mutu

b. Kesenjangan dan Tindaklanjut

Secara umum dokumen RKJM-RKAS pada SMK Negeri 3 Enrekang telah

memenuhi persyaratan penyusunan RKJM-RKAS seperti yang tertuang dalam

Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang Standar pengelolaan oleh satuan

pendidikan dasar dan menengan. Beberapa catatan dalam hasil pemantauan oleh

penulis adalah perlunya mengkaji secara berkala terhadap dokumen RKS dalam

rangka mengantisipasi adanya perkembangan dan dinamika kebutuhan sekolah.

18
Sekolah juga perlu mencari sumber anggaran selain dana BOS seperti

Business center dan sumbangan alumni dalam rangka memenuhi kebutuhan

sekolah. Demikian pula perlunya peningkatan SDM melalui workshop atau

magang.

1. Kajian PKG-PKBG

a. Proses Kajian

Pelaksanaan PKG di SMK Negeri 3 Enrekang telah berjalan sesuai dengan

buku 2 pedoman pelaksanaan PKG. Setiap guru telah memahami dengan seksama

format penilaian dan menyiapkan seluruh administrasi pembelajaran pada awal

tahun. Dalam pelaksanaan hampir tidak ada kendala yang berarti oleh karena

semua guru telah memahami konsep pelaksanaan PKG-PKB.

b. Kesenjangan dan Tindaklanjut

Walaupun semua guru telah memahami dan menyadari pentingnya

pelaksanaan PKG-PKB, namun yang menjadi tantangan adalah belum

maksimalnya pelaksanaan PKB dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Hal ini

tampak dari hasil sumatif yang tidak berbeda jauh dengan hasil formatif.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka langkah strategis yang perlu

dilaksanakan adalah dengan memaksimalkan kegiatan Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Hal ini dimaksudkan untuk lebih

meningkatkan kinerja guru dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya

sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan pada sistem persekolahan kita.

19
3. Proposal Mini PTS

a. Judul

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RPP MELALUI

WORKSHOP PADA SMK NEGERI 3 ENREKANG

b. Latar Belakang Masalah

Dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 disebutkan bahwa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang dikembangkan dari silabus

untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dari pernyataan tersebut dapat

dipahami bahwa keberadaan RPP dalam proses pembelajaran memegang peranan

penting sebagai acuan dan rambu-rambu dalam penyelenggaraan proses

pembelajaran bagi peserta didik. Pelaksanaan PBM tanpa rencana yang baik yang

tertuang dalam RPP dapat dikategorikan sebagai suatu rencana untuk gagal dalam

proses pembelajaran siswa.

Dari hasil supervisi yang dilakukan terhadap Guru SMK Negeri 3 Enrekang

pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 masih ditemukan sekitar 80

persen guru hanya mengadopsi RPP yang sudah ada baik dari internet maupun

20
dari sumber lain seperti bahan pelatihan yang nyatanya tidak disusun berdasarkan

karakteristik siswa SMK Negeri 3 Enrekang. Bahkan masih ditemukan RPP yang

belum diganti identitas sekolah, tempat dan waktu pembuatan, serta nama kepala

sekolah yang bukan SMK Negeri 3 Enrekang. Oleh Kepala Sekolah, hal ini

kemudian dikoreksi dan diberi bimbingan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun

dengan berbagai alasan misalnya tidak sempat, salah print, dan atau berbagai

alasan lainnya dikemukakan oleh guru yang bersangkutan. Kegiatan Copy paste

dalam penyusunan RPP ini diyakini oleh penulis juga terjadi di berbagai tempat di

beberapa sekolah, padahal dengan kondisi seperti ini hampir sudah dapat

dipastikan bahwa pembelajaran di kelas atau di luar kelas nantinya tidak akan

dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,

dan memotivasi peserta didik seperti amanat Permendikbud nomor 22 tahun 2016.

Salah satu kendala yang dihadapi oleh sebagian guru SMK Negeri 3

Enrekang dalam menyusun RPP adalah kurangnya kemampuan merumuskan

tujuan pembelajaran sehingga cenderung mengadopsi dari RPP yang dibuat oleh

orang lain. Seperti kita pahami bersama dari Permendikbud nomor 22 tahun 2016

bahwa komponen penting dalam RPP adalah perumusan tujuan pembelajaran

yang dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja operasional

yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Perumusan tujuan pembelajaran ini menjadi sangat penting oleh

karena tujuan inilah yang menjadi muara dari proses pembelajaran tersebut dan

menjadi dasar untuk melakukan pengukuran penilaian hasil belajar. Kesalahan

dalam perumusan tujuan pembelajaran akan menjadi kesalahan fatal karena suatu

21
proses pembelajaran tanpa arah yang jelas dan terukur akan menyesatkan peserta

didik dalam memahami suatu Kompetensi Dasar, hal ini akan membuat proses

pembelajaran bagi siswa menjadi tidak bermakna atau bahkan bisa menyesatkan.

Permasalahan lain yang sering didapatkan dalam penulisan RPP adalah tidak

tersusunnya langkah-langkah pembelajaran secara runut dari kegiatan

pendahuluan, inti dengan pendekatan saintifik, dan penutup. Sering kita temukan

guru menuliskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sama untuk untuk

semua RPP yang disusun dengan menggunakan kalimat-kalimat yang normatif

dan tidak menggambarkan tindakan kongkrit untuk setiap kegiatan dalam

langkah-langkah pembelajaran. Penyusunan RPP seperti tentu jauh dari harapan

bahwa RPP itu harus dapat membahasakan setiap tindakan yang akan ditempuh

dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran pada pelaksanaan PBM. Langkah

pembelajaran dalam RPP harus dapat memberikan informasi rinci tentang

tindakan yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran sehingga orang lain

yang membacanya akan memperoleh gambaran yang jelas tentang alur cerita

suatu proses pembelajaran nantinya, layaknya suatu skenario dalam pembuatan

film.

Pembinaan guru oleh Kepala Sekolah bersama dengan Pengawas selama ini

dengan memberikan koreksi pada RPP yang disusun oleh guru mata pelajaran

nampaknya belum dapat meningkatkan kemampuan guru secara signifikan. Hal

ini ditandai dengan masih ditemukannya kesalahan-kesalahan dalam penyusunan

RPP terutama dalam perumusan tujuan, langkah kegiatan pembelajaran, dan

22
penilaian hasil belajar. Penulis menyadari bahwa perencanaan yang kurang baik

yang tergambar dari RPP yang dibuat oleh guru mata pelajaran akan berdampak

pada pelaksanaan PBM yang kurang maksimal.

Sebagai suatu alternatif pemecahan masalah dalam usaha meningkatkan

kemampuan guru dalam menyusun RPP, penulis meyakini bahwa pelaksanaan

workshop penyusunan RPP akan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam

menyusun RPP. Dalam pelaksanaan workshop tersebut nantinya akan diberikan

bimbingan teknis oleh nara sumber dalam hal ini Pengawas dan Kepala Sekolah

dan kemudian setiap guru akan menyusun RPP masing-masing di bawah

bimbingan nara sumber. RPP yang dihasilkan dalam workshop tersebut akan

menjadi bagian dari dokumen II Kurikulum SMK Negeri 3 Enrekang.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

Apakah Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

menyusun RPP pada SMK Negeri 3 Enrekang?

d. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP pada SMK Negeri 3

Enrekang.

23
e. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru

dalam menyusun RPP yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan

pembinaan kepada guru di SMK Negeri 3 Enrekang.

2) Kepala sekolah membantu guru untuk merumuskan RPP yang baik dan

benar.

3) PTS ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan

peneliti dalam menulis.

4) Hasil PTS ini diharapkan menciptakan kesadaran guru tentang tanggung

jawab guru terhadap pelaksanaan tugasnya dalam menyusun RPP.

5) Hasil PTS ini diharapkan menjadi dasar untuk pelaksanaan PTS lainnya

dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran khususnya yang

berkaitan dengan kemampuan guru dalam menyusun RPP.

C. LAPORAN DAN ANALISIS HASIL SUPERVISI AKADEMIK

1. Penyusunan

Laporan supervisi ini lebih bersifat pengungkapan fakta, data, informasi

terkait dengan proses supervisi yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh

kepala sekolah maka laporan supervisi pun dapat berbentuk deskriptif. Dengan

24
demikian pelaporan ini lebih dominan pada pengungkapan fakta-fakta secara

deskriptif. Laporan deskriptif yang dimaksud yaitu laporan yang berisi

penggambaran mengenai fakta, data dan informasi guru yang terkait dengan

supervisi akademik. Objek supervisi pada laporan ini adalah guru SMK Negeri 3

Enrekang sebanyak 31 orang guru terdiri dari 14 guru produktif, 11 guru adaptif,

dan 6 guru normatif.

Pelaksanaan Supervisi Akademik dirancang dengan mengacu pada jadual

pelajaran guru tatap muka di kelas, mulai hari Senin sampai dengan Sabtu.

Dengan demikian jadual supervisi akademik dibuat dua kali per tahun pelajaran

atau setiap semester karena jadual pelajaran di SMK Negeri 3 Enrekang dibuat per

semester.

Pelaksanaan supervisi akademik pada semester ganjil ditekankan untuk guru

dengan status tidak tetap atau non-PNS sedangkan pada semester genap

difokuskan untuk guru tetap pada SMK Negeri 3 Enrekang. Hal ini karena pada

semester ganjil Guru PNS difokuskan pada pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

(PKG) untuk nilai sumatif. Dengan demikian pemantauan dilakukan dalam rangka

penilaian kinerja guru untuk penetapan angka kredit dan nilai Sasaran Kerja

Pegawai.

2. Hasil Analisis

Hasil analisis data menggambarkan bahwa sebagian besar guru SMK Negeri

3 Enrekang pada tahun pelajaran 2016/2017 sudah dapat menyusun perangkat

pembelajaran dengan baik atau baik sekali yakni sebesar 74% namun jumlah guru

25
yang masih di bawah standar dan memerlukan bimbingan dalam penyusunan

perangkat pembelajaran persentasinya masih tergolong besar yaitu 26%. Jumlah

guru yang belum memiliki kemampuan baik atau sangat baik ada pada kelompok

mata pelajaran produktif yaitu sebesar 43%. Berdasrkan hasil pengamatan penulis

hal ini disebabkan karena sebagian besar guru produktif tidak berlatar pendidikan

keguruan.

Dari hasil analisis supervisi pelaksanaan pembelajaran diperoleh data bahwa

sebanyak 65% guru dapat mengajar dengan kategori baik sekali, sebanyak 32%

guru mengajar dengan kategori baik, ada 3% guru dengan kemampuan mengajar

cukup, dan tidak ada lagi guru yang memiliki kemampuan dengan kategori

kurang. Persentasi guru yang dapat mengajar dengan baik ada pada kelompok

mata pelajaran adaptif yaitu sebanyak 73% sedangkan persentasi guru yang

memiliki kemampuan cukup ada pada kelompok mata pelajaran produktif yaitu

sebesar 7% dari total 14 guru produktif. Data tersebut menggambarkan bahwa

kemampuan mengajar guru pada SMK Negeri 3 Enrekang pada tahun pelajaran

2016/2017 lebih baik dari kemampuan guru dalam menyusun program

pembelajaran.

Laporan Supervisi Terlampir

26
BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Diklat penguatan KS dapat memperkuat kompetensi kepala sekolah

sebagai pemimpin dalam menyusun perencanaan, melaksanakan program,

dan mengevaluasi program kegiatan sekolah.

2. Melalui kegiatan Diklat Penguatan KS kemampuan manejerial kepala

sekolah khususnya dalam mengelola kurikulum, RKJM dan RKAS, PKG

dan PKB, dan PTS dapat ditingkatkan.

3. Diklat penguatan KS dapat meningkatkan kemampuan supervisi kepala

sekolah khususnya pelaksanaan supervisi akademik bagi guru.

B. SARAN

1. Untuk Kepala Sekolah

Proses dan hasil kajian OJL ini dijadikan sebagai acuan dan motivasi dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terutama dalam berperan sebagai

leader, manager, dan supervisor di sekolah yang dipimpinnya.

2. Untuk Dinas Pendidikan

Oleh karena bahan kajian dalam On the Job Learning terbilang cukup banyak

maka hendaknya dialokasikan waktu yang cukup minimal dua bulan agar

peserta diklat dapat mengatur waktu sehingga kegiatan sehari-hari di sekolah

tidak terganggu dengan adanya kepala sekolah yang mengikuti diklat

penguatan kepala sekolah.

27
3. Untuk LP2KS

Borang laporan OJL dibuat lebih jelas lagi dan tidak menimbulkan multi
tafsir dan perdebatan sehingga tidak menimbulkan keraguan pada peserta
diklat.

28
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal RTL


Lampiran 2 Jurnal kegiatan
Lampiran 3 Matriks TK
Lampiran 4 Laporan Best Practice
Lampiran 5 Matrik Kajian Menejerial
Lampiran 6 Dokumen 1 KTSP SMKN 3 Enrekang
Lampiran 7 RKJM SMK Negeri 3 Enrekang
Lampiran 8 Laporan Supervisi
Lampiran 9 Dokumentasi kegiatan

29

Anda mungkin juga menyukai