Anda di halaman 1dari 13

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK LOWBED

TRAILER 80 DENGAN METODE QFD DI PT. X


Abdul Majib1, Adi Saptari2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Presiden
Jl. Ki Hajar Dewantara
Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi – Indonesia 17550
Email: 1majibabdul@gmail.com, 2adi.saptari@president.ac.id,

Abstrak

Di era industri 4.0 sekarang ini persaingan antar perusahaan manufaktur meningkat menuntut
perusahaan untuk mengembangkan produknya sesuai dengan kebutuhan konsumen (voice of
customer). Penelitan ini dilakukan dalam rangka pengembangan produk Lowbed Trailer 80 yaitu
produk semi trailer yang berfungsi sebagai pengangkut alat berat. Customer mempunyai masalah
dalam pengangkutan unit Excavator/Digger dengan dimensi lebar 6 meter dan melewati akses jalan
berupa jembatan yang mempunyai lebar 5 meter. Alat pengangkut Lowbed Trailer80 hanya
mempunyai lebar 4 meter. Metode Quality Function Deployment (QFD) digunakan untuk
menerjemahkan kebutuhan dan keinginan customer serta memberikan solusi sesuai kapasitas yang
dapat dipenuhi oleh PT. X. Dalam pengambilan data dilakukan observasi, wawancara dan Focus
Group Discussion (FGD). Beberapa tools digunakan untuk analisis data seperti mudge diagram,
screening & scoring untuk menentukan skala prioritas dan pemilihan konsep. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah pengembangan produk Lowbed Trailer 80 dengan penambahan lebar
Mainframe menggunakan lengan geser yang sesuai dengan kebutuhan customer.

Kata Kunci : Perancangan produk, QFD, HOQ, Lowbed Trailer 80, Screening methode, Scoring
methode.

Abstract
In the current 4.0 industrial era, competition among manufacturing companies is increasing. The
companies are demanded to develop their products in accordance with consumers’ needs (voice of
customers). This research was carried out in order to develop Lowbed Trailer 80 product, which is
a semi-trailer product which functions as a transporter. In this case, customers are those who have
problems while transporting Excavator / Digger units with dimensions of 6 meters wide and passing
road access in the form of bridges which have a width of 5 meters. The Lowbed Trailer 80 has a
width of 4 meters.The Quality Function Deployment (QFD) method is used to interpret customers’
needs and also to provide solutions according to the capacity which can be fulfilled by PT. X. Data
collection was carried out by observations, interviews and Focus Group Discussion (FGD). Some
tools were used to data processing such as mudge diagrams, screening & scoring for the prioriticing
and selecting alternatives. The final result of this research is a finished product from the
development of Lowbed Trailer 80 products using sliding arm for Mainframe width that are in
accordance with customer needs.

Keywords: Product Design, QFD, HOQ, Lowbed Trailer 80, Screening Methode, Scoring Methode.

1. Pendahuluan

Di era industri 4.0 sekarang ini persaingan antar perusahaan meningkat menuntut industri
manufaktur untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Karena
kebutuhan setiap konsumen selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini menuntut
inovasi dan kreatifitas terhadap produk yang di produksi.
Pada awal tahun 2018 PT. X mendapat pemesanan produk Lowbed Trailer 80 dari customer sebuah
perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang pertambangan emas dan batubara. Kondisi saat ini
produk LBT yang dimiliki PT. X tidak bisa diaplikasikan untuk mengangkut alat berat sesuai yang
dibutuhkan oleh konsumen karena lebar penampang LBT 80 adalah 4000 mm sedangkan alat berat

1
yang akan diangkut adalah 6000 mm. Kemudian akses jalan untuk menuju lokasi tujuan melewati
jembatan, diketahui bahwa lebar jembatan tersebut 5000 mm. Atas permasalah tersebut, perlu
adanya perancangan dan pengembangan produk LBT 80 yang fleksibel menyesuaikan dengan
kebutuhan konsumen.
Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan dan pengembangan produk lowbed trailer 80
dengan metode Quality Function Deployment (QFD) dikombinasikan dengan metode Fenite Element
Analysis (FEA). Penelitian meliputi : voice of customer, quality meeting, perancangan produk,
desain proses manufaktur dan produk jadi.

2. Metodologi
Dalam hal ini penulis mencoba berpikir secara sistematis dengan membuat kerangka kerja
penelitian. Metode penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
Mulai

Identifikasi Masalah

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1 Kerangka Metodologi

2.1 Identifikasi Masalah


Metode yang dilakukan adalah melalui interview dan meeting terhadap permasalahan yang dialami
responden atau customer dalam proses sarana-prasarana pengangkutan Excavator

2.2 Pengumpulan Data


Metode QFD yang digunakan dalam penelitian ini, tahapan pengumpulan dan pengolahan data
mengikuti House of Quality sebagaimana Gambar 2.

Gambar 2 House Of Quality


(diadopsi dari Dieter dan Schmidt, 2009)

2
Produk yang menjadi objek penelitian adalah Lowbed Trailer Jaya 80. Untuk mengumpulkan data
keinginan pelanggan atau Customer Requirments (CR), beberapa tahap yang dilakukan adalah
sebagai berikut :

a. Data Voice Of Customer (VOC)


b. Data Lowbed Trailer 80
c. Data Excavator dan Jalan
d. Data Tim Pengembangan

2.3 Analisis Data


2.3.1 Analisis data dengan metode QFD
Tahap-tahap pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik kebutuhan dan keinginan customer


Kebutuhan dan keinginan customer dilihat dari diagram afinitas dan screening.
b. Menentukan kepentingan relatif
Metode yang digunakan adalah scoring dan mudge diagram.
c. Perencanaan Produk
Dari data kebutuhan konsumen serta tingkat kepentingan relatif, dapat dibentuk house of
quality fase 1.
d. Desain Produk
Pada tahap ini akan dilakukan analisa terhadap desain yang dibuat. Metode yang digunakan
adalah Finite Elements Analysis (FEA).Dibentuk house of quality 2.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Data Voice Of Customer (VOC)
Pada pengambilan data VOC ini dilakukan dengan wawancara dan focus group discussion antara
produsen dan customer diwakili oleh beberapa orang yang mempunyai cukup kompetensi dalam
bidangnya. Produsen dalam hal ini PT. X diwakili oleh 1) Bussiness Consultance Staff, 2) Marketing
Staff, 3) Application Engineering Staff. Perwakilan customer adalah 1) Engineering Manager, 2)
Engineering Staff, 3) Asset Engineer 4) Technical Staff. Berdasarkan tanggapan bersama tim
customer maka didapat kesimpulan kebutuhan sebagai Tabel 1.

Tabel 1 Kesimpulan customer needs

No Customer Needs

1 Dimensi mainframe yang ada tidak cukup untuk mengangkut


Excavator/Digger
2 Dapat melewati jembatan nasional sebai akses jalan menuju tambang
3 Kuat untuk mengangkut Excavator/Digger
4 Aman digunakan oleh operator
5 Tidak mudah rusak
6 Mudah digunakan oleh operator
7 Warna menyesuaikan identitas konsumen
8 Harga Lowbed tidak mahal
9 Berkualitas
10 Tidak cepat korosi dan rapuh
11 Lantai lowbed tidak licin
12 Komponen Landing Ramp harus bisa dilewati Excavator/Digger

3.2 Identification Customer Needs


Dari hasil diskusi Tim Teknikal, diperoleh diagram afinitas pengelompokan customer needs
sebagaimana Tabel 2. Diagram afinitas yang dihasilkan adalah sebagai berikut berikut :

3
Tabel 2 Pengelompokan Kebutuhan

No Customer Needs Pengelompokan Kebutuhan


1 Dimensi Mainframe tidak cukup untuk mengangkut Penambahan dimensi Mainframe
2 Excavator/Digger
Dapat melewati jembatan nasional sebagai akses jalan menuju Melewati jembatan nasional
tambang
3 Kuat untuk mengangkut Excavator/Digger Desain kuat menahan beban
4 Tidak mudah rusak
5 Aman digunakan oleh operator Aman digunakan
6 Lantai Lowbed tidak licin
7 Tidak cepat korosi dan rapuh Tahan korosi
8 Warna menyesuaikan identitas Customer Warna sesuai identitas Customer
9 Harga Lowbed tidak mahal Harga kompetitif
10 Berkualitas Kualitas
11 Mudah digunakan oleh operator Mudah digunakan
12 Komponen Landing Ramp harus bisa dilewati Excavator/Digger Penambahan dimensi Landing
Ramp
3.3 Product Specifications
A. Menentukan Kepentingan Relatif (Mudge Diagram)
Dari data diagram afinitas dan hasil observasi, maka dibuat daftar kebutuhan customer dalam
pengembangan produk Lowbed Trailer 80, Kode A digunakan sebagai penomoran data yang
bertujuan untuk mempermudah tim dalam menentukan kepentingan, Sehingga didapat sebagai
berikut :

A.1 Penambahan dimensi Mainframe


A.2 Melewati jembatan nasional
A.3 Desain kuat untuk menahan beban
A.4 Aman digunakan
A.5 Tahan korosi
A.6 Warna sesuai identitas customer
A.7 Harga kompetitif
A.8 Kualitas
A.9 Mudah digunakan
A.10 Penambahan dimensi Landing Ramp

Mudge diagram bisa mengkomparasi antara satu fungsi dengan fungsi yang lainnya. dimana tingkat
kepentingan suatu fungsi dilawankan dengan tingkat kepentingan fungsi yang lain. Pemberian skor
dilakukan oleh tim customer dibantu oleh tim PT. X untuk memberikan arahan teknis. Dari skor
yang diberikan kemudian ditotal dan dipersentase sehingga didapat skala prioritas Tabel 3.

Tabel 3 Mudge Diagram

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai % Rank
1 A1 A2.2 A1.2 A1.2 A1.3 A1.3 A1.3 A1.3 A1.3 A1.1 21 19% 2
2 A2 A3.2 A2.2 A2.3 A2.3 A2.3 A2.3 A2.3 A10.1 19 17% 3
3 A3 A3.2 A.3.3 A.3.3 A3.2 A3.2 A3.2 A10.3 14 13% 4
4 A4 A4.3 A4.3 A4.2 A4.2 A4.2 A10.3 12 11% 5
5 A5 A5.2 A7.2 A8.2 A9.2 A10.3 2 2% 9
6 A6 A6.2 A8.3 A9.2 A10.3 2 2% 10
7 A7 A8.2 A7.2 A10.3 4 4% 8
8 A8 A8.1 A10.3 6 6% 6
9 A9 A10.3 4 4% 7
10 A10 25 23% 1
109 100%
B. Spesifikasi Perencanaan Produk
Setelah kebutuhan konsumen (what’s) serta level kepentingan sudah diketahui, sehingga bisa
dibentuk House of Quality QFD. Pada pembahasan ini dilakukan Focus Group Discussion
sebagaimana daftar anggota yang menghadiri FGD telah dijelaskan pada Tabel 4. Focus Group ini
membahas tentang Technical Responses terhadap kebutuhan Customer. Detail pembahasan dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut :

4
Tabel 4 Matrix Correlation

Material lantai mainframe plat baja bordes 6 mm

Penambahan 2 tuas pengotrol hidraulic system


menggunakan stock komponen yang tersedia
Material medium tansile steel (Grade 350)

Warna putih, merah dan stripping hijau

kontrol kualitas pekerjaan oleh tim QC

Menggunakan hidraulic double acting


Penambahan sisi kanan dan kiri 1 m

Menggunakan chain spektrum 8


Importance Weight Factor (%)
Customer Requirments

Swing Arm/Lengan Ayun

Pekerja tenaga ahli


Pelapisan cat

Competitior
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Penambahan dimensi mainframe 19 9 9 3 3
Dapat melewati jembatan nasional 17 3 9 3 3 9
Desain kuat menahan beban 13 3 9 9
Aman digunakan 11 3 9 3
Tahan korosi 2 9
Warna sesuai identitas customer 1 1 9
Harga kompetitif 4 3 3 3 3 9 3 3 3
Berkualitas 6 3 3 9 3 3
Mudah digunakan 4 9 3
Penambahan dimensi Landing Ramp 23 3 9 3 9
Raw Score 2227 330 441 288 111 45 49 9 243 54 30 225 402
Relative Weight % 100 14,8 19,8 12,9 5,0 2,0 2,2 0,4 10,9 2,4 1,3 10,1 18,1
Rank Order 3 1 4 7 10 9 12 5 8 11 6 2

Hasil dari pengolahan Matrix Correlation adalah Raw Score, Relative Weight dan Rank Order.
Dilihat pada Tabel 4 bahwasanya Raw score terbaik adalah swing arm/lengan ayun dengan nilai 216.
Nilai ini didapat dari ∑ 19(9 + 9 + 9) = 441. Nilai Relative Weight % sebesar 22%, nilai ini didapat
441
dari 𝑋 100% = 19.8%. Sedangkan nilai Rank Oder 1 didapat dari pengurutan nilai terbesar Raw
2227
Score mulai dari yang terbesar hingga terkecil. Kemudian Technical Requirmens tebaik kedua
adalah menggunakan Hydraulic Double Acting. Dengan nilai Raw Score 402, Relative Weight 18.1%
dan Rank Order 2. Dan seterusnya hingga nilai terkecil adalah warna putih, merah dan stripping
hijau. Detail hasil perbandingan dapat dilihat pada Tabel 4.
Setelah Matrix Correlation dibuat maka langkah selanjutnya adalah pembuatan Technical
Correlation, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Technical Correlation


Material lantai mainframe plat baja bordes 6 mm

Penambahan 2 tuas pengotrol hidraulic system


menggunakan stock komponen yang tersedia
Material medium tansile steel (Grade 350)

Warna putih, merah dan stripping hijau

kontrol kualitas pekerjaan oleh tim QC

Menggunakan hidraulic double acting


Penambahan sisi kanan dan kiri 1 m

Menggunakan chain spektrum 8


Importance Weight Factor (%)

Customer Requirments
Swing Arm/Lengan Ayun

Pekerja tenaga ahli


Pelapisan cat

Competitior
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3

Penambahan dimensi mainframe 19 9 9 3 3


Dapat melewati jembatan nasional 17 3 9 3 3 9
Desain kuat menahan beban 13 3 9 9
Aman digunakan 11 3 9 3
Tahan korosi 2 9 5
Warna sesuai identitas customer 1 1 9
Harga kompetitif 4 3 3 3 3 9 3 3 3
Berkualitas 6 3 3 9 3 3
3.4 Concept Generation
Setelah menentukan spesifikasi produk yang sudah disepakati, hal yang perlu dilakukan adalah
menentukan konsep produk yang akan dikembangkan. Pada tahapan ini dilakukan brainstorming.
Setiap orang memberikan gagasan untuk pengembangan konsep yang diberikan untuk mencapai
efisien dan efektif desain. Sehingga didapat 2 konsep pembanding dapat dilihat pada Tabel 6 yang
diajukan untuk diberikan penilaian. Konsep yang diberikan oleh tim teknikal adalah pengembangan
berdasarkan nilai tertinggi pada Matrix Correlations.

Tabel 6 Jenis Karakteristik Teknis


Karakteristik Mekanisme
Konsep 1 a.        Mekanisme swing pada Mainframe (manual)
b.         Hydraulic Double Acting pada Landing Ramp
Konsep 2 a.        Mekanisme geser pada Mainframe (manual)
b.        Hydraulic Doubel Acting pada Landing Ramp
Konsep 3 a.        Mekanisme campuran dari Swing dan geser.
b.        Hydraulic Doubel Acting pada Landing Ramp
3.5 Concept Selection
3.5.1 Konsep 1
Konsep 1 merupakan penerangan Swing Arm, dimana penambahan panjang yang dilakukan adalah
dengan menambahkan lengan ayun yang bisa diatur kesamping dan belakang. Berikut Gambar 3 dari
konsep Swing Arm.

Gambar 3 Swing Arm

Pada bagian yang lubang diberikan pin sebagai pivot point pada lengan ayun. Untuk aplikasi pada
LBT 80 dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4 Cara kerja Swing Arm

Warna merah menunjukan lengan ayun saat digunakan. Warna biru menunjukan saat lengan ayun
tidak digunakan. Sehingga dapat dilihat aplikasi di unit LBT 80. Hal ini memenuhi dari point
fleksible yang diinginkan oleh konsumen.

Aplikasi Hydraulic Double Acting pada komponen Landing Ramp yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Pada pengembangan ini dilakukan pembelian dari supplier.

Gambar 5 Hydraulic Double Acting

Penggunaan komponen ini untuk penggerak dari Landing Ramp kesamping. Sehingga dimensi
Landing Ramp dapat diatur. Berikut gambar aplikasi Hydraulic Double Acting. Warna biru
menunjukan pergerakan dari Landing Ramp ke samping yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Cara kerja Hydraulic Double Acting

6
3.5.2 Konsep 2
Konsep 2 menerapkan metode Sliding Arm, dimana penambahan panjang yang dilakukan adalah
dengan menambahkan lengan geser yang bisa diatur kesamping (pergerakan masuk dan keluar).
Berikut gambar dari konsep lengan geser (Outer Tube dan Inner Tube). Komponen Inner Tube dapat
dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Inner Tube

Komponen Outer Tube ini adalah komponen yang berbentuk kotak yang berfungsi sebagai lintasan
geser dari komponen Inner Tube, sebagaimana Gambar 8 berikut.

Gambar 8 Outer Tube

Komponen Inner Tube merupakan komponen yang berbentuk kotak dimana dimensi nya lebih kecil
dibanding komponen Outer Tube yang berfungsi sebagai perpanjangan Mainframe. Aplikasi
komponen ini dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini :

Gambar 9 cara kerja Sliding Arm

Aplikasi Hydraulic Double Acting pada komponen Landing Ramp sama dengan konsep 1 yaitu
pembelian komponen dari supplier.

3.5.3 Konsep 3
Konsep 1 merupakan penerangan konsep campuran dari konsep Swing Arm dan Sliding Arm, dimana
penambahan panjang yang dilakukan adalah dengan menambahkan lengan ayun yang bisa diatur
kesamping dan belakang dan penambahan panjang lengan dengan digeser pada ujung Swing Arm.
Berikut Gambar 10 dari konsep 3.

Gambar 10 Mixing Arm

Aplikasi Hydraulic Double Acting pada komponen Landing Ramp sama halnya dengan konsep 1 yaitu
pembelian komponen dari supplier.

3.5.4 Produk Pembanding


Sebagai pembanding konsep yang telah diajukan maka dipilihlah produk pembanding yang
mempunyai konsep sama. Produk yang dipilih adalah LBT 80 yang diusung pabrikan China. Konsep
yang diusung mirip dengan pengembangan yang dilakukan oleh PT. X namun ada beberpa fitur yang
tidak ada di produk pembanding ini. Pada produk ini ada penambahan panjang yang dilakukan yaitu
model Swing Arm. Berikut Gambar 11 produk pembanding yang dipilih.

Gambar 11 Produk pembanding

7
3.5.5 Screening Concept dan Scoring Concept
Pada tahapan dilakukan proses penilaian dari tiga alternatif konsep. Metode yang dilakukan dengan
cara Screening dan Scoring concept.. Table 7 menunjukan hasil penilaian.
Tabel 7 Screening

Konsep
Screening
I II III Pembanding
Penambahan dimensi mainframe + + + 0
Dapat melewati jembatan nasional + + + 0
Desain kuat menahan beban + + 0 0
Aman digunakan + + + 0
Tahan korosi + + + 0
Warna sesuai identitas customer + + + 0
Harga kompetitif 0 + - 0
Berkualitas + + + 0
Mudah digunakan + 0 0 0
Penambahan dimensi Landing Ramp + + + 0
Total 9 9 6 0
Rank 1 1 2
Lanjut ? Ya Ya Tidak

Konsep tiga tereliminasi karena mempunyai nilai lebih kecil dibanding konsep yang lain. Sehingga
pada proses selanjutnya pebandingan dapat fokus pada konsep 1 dan konsep 2 pada Tabel 8.
Tabel 8 Scoring

Konsep
I II Pembanding
Scoring Weight Weighted Weight Weight
Rating Rating Rating
Score Score Score
Penambahan dimensi Mainframe 19 5 95 5 95 3 57
Dapat melewati jembatan nasional 17 4 68 4 68 3 51
Desain kuat menahan beban 13 3 39 4 52 3 39
Aman digunakan 11 3 33 3 33 3 33
Tahan korosi 2 3 6 3 6 3 6
Warna sesuai identitas customer 1 3 3 3 3 3 3
Harga kompetitif 4 1 4 2 8 3 12
Berkualitas 6 3 18 3 18 3 18
Mudah digunakan 4 3 12 3 12 3 12
Penambahan dimensi Landing Ramp 23 5 115 5 115 3 69
Total 393 410 300
Rank 2 1
Lanjut ? Tidak Ok

Konsep kedua terpilih yang terbaik, dimana konsep dua mengusulkan ide penerapan Sliding Arm
dengan nilai 410. Sebelum tim teknikal menerapkan Swing Arm telah dilakukan analisa screening
dan scooring skiranya ada penerapan ide yang lebih baik. Hasil dari metode ini sebagai acuan untuk
house of quality pada design produk sehingga tidak lagi menggunakan konsep satu. Dari proses
screening dan scoring dapat diilustrasikan dengan chart seperti Gambar 12 berikut.

20 Konsep 3
10 Konsep 2
0 Konsep 1
Competitior

Gambar 12 Chart perbandingan konsep

Pada konsep 3 cenderung tidak stabil sehingga pada proses screening konsep tersebut tereliminasi.
Kemudian konsep 2 terlihat lebih unggul dibanding konsep lain. Competitor digunakan sebagai
acuan penilain sehingga nilai nya stabil. Chart ini akan dimasukan pada HOQ sebagai ilusrasi proses
screening dan scoring.Setelah dilakukan analisa diatas, hal selanjutnya adalah menggambarkan HOQ
secara keseluruhan. Berikut ini Gambar 13 HOQ perencanaan produk.

8
Material lantai mainframe plat baja bordes 6 mm

Penambahan 2 tuas pengotrol hidraulic system


menggunakan stock komponen yang tersedia
Material medium tansile steel (Grade 350)

Warna putih, merah dan stripping hijau

kontrol kualitas pekerjaan oleh tim QC

Menggunakan hidraulic double acting


Penambahan sisi kanan dan kiri 1 m

Menggunakan chain spektrum 8


Importance Weight Factor (%)
Customer Requirments

Swing Arm/Lengan Ayun

Pekerja tenaga ahli


Pelapisan cat

Competitior
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Penambahan dimensi mainframe 19 9 9 3 3
Dapat melewati jembatan nasional 17 3 9 3 3 9
Desain kuat menahan beban 13 3 9 9
Aman digunakan 11 3 9 3
Tahan korosi 2 9
Warna sesuai identitas customer 1 1 9
Harga kompetitif 4 3 3 3 3 9 3 3 3
Berkualitas 6 3 3 9 3 3
Mudah digunakan 4 9 3
Penambahan dimensi Landing Ramp 23 3 9 3 9
Raw Score 2227 330 441 288 111 45 49 9 243 54 30 225 402
Relative Weight % 100 14,8 19,8 12,9 5,0 2,0 2,2 0,4 10,9 2,4 1,3 10,1 18,1
Rank Order 3 1 4 7 10 9 12 5 8 11 6 2
Gambar 13 House Of Quality 1

3.6 Desain Produk


Pada HOQ Gambar 14 merupakan kapasitas tim technical PT. X dalam memenuhi spesifikasi dari
customer. Ada beberapa poin yang mengalami perubahan tingkat prioritas pemenuhan kebutuhan
produk.Dari hasil analisa HOQ Gambar 14 dapat disimpulkan bahwa, (1) Desain produk
memprioritaskan penggunaan stock material SM490Y dengan nilai Weight/ Importance 308. (2)
Penambahan sisi kanan dan kiri 1000 milimeter dengan toleransi +- 3 milimeter dengan nilai
Weight/Importance 231. (3) Desain Lowbed Trailer 80 menggunakan metode Sliding Arm dengan
manual handling pada penambahan panjang Mainframe dengan nilai Weight/Importance 192. (4)
Desain komponen Landing Ramp menggunakan komponen Hydraulic Double Acting dengan nilai
weight/importance 189. (5) Komponen pembentuk produk harus memprioritaskan stock komponen
yang tersedia dengan nilai Weight/ Importance 157. (6) Penambahan 2 tuas pengontrol sistem
hidrolik dengan nilai weight/importance 79. (7) Penggunaan plat bordes model lipat yang digunakan
pada pijakan operator dan sebagai Cover Mainframe dengan nilai Weight/Importance 45. (8)
Painting Style untuk produk Lowbed Trailer 80 ketentuannya adalah sebagai berikut : Warna putih
untuk Mainframe & Landing Ramp, warna merah digunakan pada batas Adjustable Arm, dan hijau
untuk Stripping. Nilai Weight/Importance pada Painting Style adalah 34. (9) Penggunaan cat warna
putih, merah dan logo customer warna hijau menggunakan cat yang tersedia digudang dengan nilai
Weight/Importance 23. (10) Terkait proses fabrikasi harus ada inspeksi dan pengecekan tim Quality
Control dari awal hingga akhir, nilai Weight/Importance adalah 22. (11) Proses persiapan
komponen, fabrikasi dan pengecatan dikerjakan oleh tenaga ahli, nilai Weight/Importance adalah
19. (12) Penggunaan komponen Chain Spectrum 8 dengan panjang +-2000 milimeter, tidak ada
perubahan dengan desain Lowbed Trailer untuk komponen ini pada sebelumnya hal ini terbukti
dengan nilai Weight/Importance 18. Sehingga tidak perlu ada perbaikan untuk desain baru. Namun
harus dicantumkan dalam spesikasi untuk memenuhi spesifikasi produk yang dibutuhkan.

9
Mainframe & landing ramp warna putih, adjustable arm warna merah & hijau stripping

Menggunakan Hydraulic double acting posisi dibawah landing ramp


Penambahan sisi kanan dan kiri 1000 mm toleransi 3 mm

Penambahan 2 tuas pengotrol bagian kiri unit


Demand Quality

Pekerjaan lapangan dilakukan oleh tenaga ahli


Sliding Arm dengan Manual handling

Pengecekan dilakukan oleh tim QC


Menggunakan cat yang tersedia
Aplikasi plat bordes model lipat
Plate besi spesifikasi SM490YA

Panjang rantai +- 2000 mm


Importance Weight Factor

Prioritas stock komponen

Penambahan sisi kanan dan kiri 1 m 14,8 9 1 9 1 9


Swing Arm/ Lengan ayun 19,7 3 9 3 1 1
Material medium tansile steel (Grade 350) 12,9 3 9 3
Material lantai mainframe plat baja bordes 6 mm 4,96 9 3
Menggunakan chain spektrum 8 2,01 9 3
Pelapisan cat 2,24 9 3
Warna putih, merah dan stripping hijau 0,8 3 9
menggunakan stock komponen yang tersedia 10,9 9 3 3
kontrol kualitas pekerjaan oleh tim QC 2,41 9 3
Pekerja tenaga ahli 1,34 9
Penambahan 2 tuas pengotrol hidraulic system 10,1 9 9
Menggunakan hydraulic double acting 18 9
Raw Score 1316 231 192 308 45 18 23 34 157 22 19 79 189
Relative Weight % 100 18 15 23 3,4 1,4 1,7 2,6 12 1,7 1,5 6 14
Rank Order 2 3 1 7 12 9 8 5 10 11 6 4

Gambar 14 House Of Quality 2

Setelah dilakukan HOQ desain produk maka dilakukan proses desain dengan Software Pro-Engineer.
Desain produk mengacu pada HOQ yang telah dibuat sebelumnya. Semua kebutuhan yang telah
dianalisa akan disimulasikan pada software. Pada Gambar 15 berikut ini perancangan produk sesuai
dengan HOQ :

Gambar 15 Simulasi Produk LBT Customer

10
Lebar pada Mainframe adalah 6020 x 6722 mm, panjang total adalah 18061. Dimensi yang sudah
dirancang sudah cukup untuk mengangkut Excavator.

Gambar 16 Simulasi Plat Bordes

Plat bordes disimulasikan Gambar 16 dengan pemberian warna hitam.Warna yang digunakan pada
simulasi Software untuk mempermudah Engineer dalam mengidentifikasi komponen yang telah
dibuat. Meskipun pada produk jadi warna painting style berbeda yaitu dominan warna putih.

Gambar 17 Simulasi Komponen Rectangular Tube (Outer)

Komponen Rectangular Tube (Outer) pada Gambar 17 dengan dimensi 4000 mm telah disimulasikan
dengan Software Pro-Engineer material yang digunakan adalah SM490Y.

Gambar 18 Simulasi Komponen Rectangular Tube (Inner)

Komponen Rectangular Tube (Outer) dapat dilihat pada Gambar 18 dengan dimensi 4000 mm telah
disimulasikan dengan Software Pro-Engineer material yang digunakan adalah SM490Y.

Gambar 19 Simulasi Komponen Landing Ramp

Penambahan dimensi dengan menerapkan mekanisme geser pada komponen Landing Ramp juga
telah disimulasikan Gambar 19. Dengan menggunakan Hydraulic double acting komponen Landing
Ramp dapat bergeser kekanan dan kekiri sejauh 200 mm. Sehingga dapat menambah dimensi lebar
total Landing Ramp adalah 6000 mm. Hal ini dilakukan supaya unit Excavator dapat naik ke
Mainframe.

3.6.1 Analisis struktur


Analisis struktur Gambar 20 menggunakan Finite Element Analysis (FEA), dalam menganalisa
meliputi beban vertikal seharga berat unit excavator yaitu 60 ton yang dibagi pada 6 struktur balok
sehingga setiap balok mendapat beban 10 ton. Kemudian dikali dengan nilai kondisi jalan yaitu
1.75. lalu dikalikan dengan perubahan satuan dari Newton ke Kilonewton dengan dikalikan 1000
sehingga didapati gaya vertical adalah 171.65 kN. Berikut simulasi FEA yang telah dianalisa dengan
safety of factor 2.207 atau 2.2.

Gambar 20 Finite Element Analysis

Lengan penambah diberi gaya vertikal searah sumbu Y dengan total gaya 171.675 kN. Maximum
stress yang terjadi adalah 277.5 Mpa. Maka dapat dikalkulasi dengan yield point dari material yang
digunakan adalah 350 Mpa. Kemudian dikali dengan nilai kondisi jalan 1.75. Sehingga didapat nilai
factor of safety adalah 2.207. Nilai ini melebihi dari target yang diberikan oleh tim teknikal yaitu
factor of safety adalah 2.

11
3.6.2 Bill of Material

Setelah desain produk dilakukan hal yang perlu diberikan kepada tim proses adalah Bill of Material
(BOM). BOM ini digunakan sebagai acuan oleh tim proses untuk pembelian barang dan pembuatan
komponen fabrikasi. Dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9 Bill Of Materials

No Part Number Description Qty No Part Number Description Qty No Part Number Description Qty No Part Number Description Qty
1 111 Frame 1 6 116 Inner Tube 8 11 11B Lamp 2 16 11G Kabel 10
2 112 Suspensi 2 7 117 Landing Ramp 2 12 11C Bolt 120 17 11H Grip 8
3 113 Tyre 4 8 118 Mounting 16 13 11D Nut 120 18 11J Pin 2
4 114 Landing Gear 2 9 119 Hydraulic Double Acting 2 14 11E Washer 240 19 11K Grease 1
5 115 Outer Tube 8 10 11A Tuas 4 15 11F Hose 12 20 11L Penguat 8

3.7 Prototype

Setelah desain dilakukan hal selanjutnya adalah tahapan prototype, dimana semua simulasi yang
dilakukan akan direalisasikan dalam bentuk produk. Dapat dilihat pada Gambar 21 dibawah
merupakan produk LBT melalui proses pembuatan prototype.

Gambar 21 Prototype

3.8 Proses Uji Coba


Setelah desain dan produksi prototipe LBT 80 selesai, dilakukan uji coba untuk melihat apakah
produk yang telah di desain dapat memenuhi objektif yang telah ditargetkan yaitu dapat
mengangkut Excavator yang baik dan aman.
Pada tahapan ini proses uji coba pengangkutan Excavator dilaksankaan. Prototype yang dibuat
mampu untuk mengangkut Excavator Libheer 943 C.

4. Simpulan
Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwasanya solusi desain pengangkutan alat berat
(Excavator Libher 934 series) yaitu :
Proses ini telah dilakukan dengan baik melalui pembentukan FGD, dimana beberapa tahapan yang
panjang dilakukan untuk menjaring customer requirments sebagai awal metode QFD.
Proses selanjutnya adalah mempelajari spesifikasi produk LBT 80 yang telah ada dan kendala
operasional dari produk dilapangan. Kemudian menerjemahkan kebutuhan konsumen kedalam aspek
teknis merupakan bagian yang kritikal agar dapat memberikan kepuasan pada konsumen.
Setelah proses QFD selesai, maka tahap berikutnya adalah tahapan ide generasion (concept
generation) memberikan alternatif, dimana pada penelitian ini diberikan 2 alternatif yaitu sliding
mechanism dan mixing mechanism. Kemudian dilakukan seleksi alternatif yng memenuhi kriteria
yang diinginkan.
Simulasi desain dengan menggunakan software Pro-Engineer dilakukan untuk merancang produk dan
analisa struktur Finite Element Analysis. Hasil simulasi ini digunakan untuk pembuatan prototipe
produk LBT. Bagian terakhir adalah setelah prototipe selesai, maka dilakukan uji coba untuk
memastikan bahwa semua customer requirment yang ditetapkan dapat terjawab.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akao, Y. (1997). QFD: Past, Present, dan Future, International Symposium on QFD. Chicago.
Author. (2018). Company Profile. Divisi Part And Service. Bekasi: PT. United Tractors Pandu
Engineering.
Besterfield, D. H., Michna, B. C., Besterfield, G. H., Sacre, M. B., Urdhwareshe, H., &
Urdhwareshe, R. (2003). Total Quality Management (3rd ed.). Dorling Kindersley, India:
Pearson Education.
Crane, F., & Furness, J. (1997). Selection and Use of Engineering Materials (3rd ed.). Elsevier
Science & Technology Books.
Davis, R. A., Markland, R. E., & Vickery, S. K. (2004, USA). Operations management-Concepts in
Manufacturing and service. West Publising Company, 164-171.
Dieter, G. E., & Schmidt, L. C. (2009). Engineering Design (5th ed.). New York: McGraw-Hill.
Dooley, K. J. (2002). Adoption Rates and Patterns of Best Practice in New Product Development.
International Journal of Innovation Management, 85-103.
Engineering, U. T. (2018). Company Profile. Divisi Part And Service. Bekasi: PT. United Tractors
Pandu Engineering.
F A A Crane, J. F. (1997). Selection and Use of Engineering Materials (3rd ed.). Elsevier Science &
Technology Books.
George E Dieter, L. C. (2009). Engineering Design (5th ed.). New York: McGraw-Hill.
Johnson, G., Tapke, J., Muller, A., & Sieck, J. (2003). Steps in Understanding the House of Quality.
House of Quality, 7.
Kai Yang, B. E. (2009). Design for Six Sigma (4th ed.). New York: McGraw-Hill.
Kalluri Vinayak, R. K. (2013). Bencmarking the quality fuction deployment models. An International
Journal, XX(6), 825-854.
Kart T Ulrich, D. S. (2008). Product Design and Development (5th ed.). New York: McGraw-Hill.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2004). Principles of Marketing (2nd ed.). New York: Pearson Education.
Mark A. Vonderembse, T. R. (1997). Quality function deployment’s impact on product development.
International Journal of Quality Science, Vol. 2(No. 04), hal. 253 - 271.
Mullins, J., Walker, O. C., & Boyd, H. W. (2001). Marketing Management: A Strategic Decision-
making Approach (6th ed.). New York: McGraw-Hill.
Nasution, A. H. (2003). Manajemen Industri. Yogyakarta: Andi.
Philip, K., & Gary, A. (2014). Principles of Marketing (14th ed.). New York: Pearson Education.
Purnomo, B., & Purnomo, B. R. (2017). Pengembangan Produk dan Inovasi Produk pada Teh Hijau
Cap Pohon Kurma (Studi pada PT Panguji Luhur Utama). Jurnal Maksipreneur, VI, 27-35.
Surya, W. (2011). Pengembangan Produk Komponen Cylinder Head Dengan Pendekatan Quality
Function Deployment Dan Value Analysis. Skripsi, UI , Fakultas Teknik, Depok.
Tjiptono, F. (2010). Strategi Pemasaran (3rd ed.). Yogyakarta: Andi.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2001). Product Design and Development (2nd ed.). New York:
McGraw-Hill.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2008). Product Design and Development (5th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Vinayak, K., & Kodali, R. (2013). Bencmarking the quality fuction deployment models. An
International Journal, XX(6), 825-854.
Vonderembse, M. A., & Raghunathan, T. S. (1997). Quality function deployment’s impact on
product development. International Journal of Quality Science, Vol. 2(No. 04), hal. 253 -
271.
Wignjosoebroto, S. (2008). Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk. Laboratorium
Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja.
Yang, K., & Heik, B. E. (2009). Design for Six Sigma (4th ed.). New York: McGraw-Hill.

13

Anda mungkin juga menyukai