Anda di halaman 1dari 84

DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGA

DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Akademik Mata Kuliah Tugas Akhir
pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Widyatama

Disusun oleh :

NAMA

: RIAN PERMANA

NPM

: 05.07.008

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS WIDYATAMA
SK Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor: 045/BAN-PT/AK-XII/S1/II/2010
Tanggal 5 Februari 2010
BANDUNG
2013

LEMBAR PENGESAHAN
DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGA
DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)
SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS WIDYATAMA

Disusun Oleh:
Nama : Rian Permana
NPM : 05.07.008

Telah Disetujui dan Disahkan di Bandung, Tanggal ...................................

Menyetujui:
Pembimbing

(Didir Damur Rochman, ST., MT.)


Mengesahkan:
Ketua Program Studi

Dekan Fakultas Teknik

Teknik Industri

(Didit Damur Rochman, ST., MT.)

(Setiadi Yazid, Ir., M.Sc., Ph.D.)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

: Rian Permana

NPM

: 05.07.008

Tempat Tanggal Lahir

: Bandung, 27 Januari 1989

Alamat

: Jl. Arcamanik Sindanglaya Ds. Sindangjaya


Bandung

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: DESAIN PRODUK


HOLDER CONNECTOR VGA DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
(QFD)adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari
sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Sarjana Teknik yang nanti saya
dapatkan.

Bandung, Februari 2013

(Rian Permana)

ii

ABSTRAK
Kegiatan mengajar sering terganggu karena LCD proyektor tidak dapat
beroperasi dengan baik.Kerusakan-kerusakan pada LCD proyektor ini disebabkan
oleh banyak hal, mulai dari lampu yang sudah melemah, adanya kerusakan lensa dan
lain-lain.Tetapi 80% kerusakan disebabkan karena, kerusakan konektor dan kabel
proyektor. Diharapkan pembuatan holder connector ini mampu mengurangi
kerusakan konektor VGA dan memperlancar proses mengajar dikelas.
Perancangan holder connector dengan menggunakan metode Quality Function
Deployment dilakukan karena, QFD dapat membuat produk berdasarkan keinginan
serta kebutuhan para pengguna LCD proyektor.Perancangan produk dengan QFD ini
membutuhkan customer voices untuk menyusun matriks pada House of Quality.
Kebutuhan primer bagi para pengguna yang didapat dari customer voices ini nantinya
akan dijadikan dasar untuk merancang dan membuat holder connector VGA.Setelah
melakukan perancangan, holder connector VGA ini kemudian di cetak dengan
menggunakan Printer 3D dalam prototyping holder connector.
Holder connector ini diharapkan mampu untuk mengurangi kerusakan pada
LCD proyektor sebesar 80% yang merupakan hasil dari jumlah kerusakan LCD
proyektor yang disebabkan oleh konektor dan kabel. Jika akan diproduksi, holder
connector ini menghabiskan biaya per unit sebesar Rp.4.697.

Kata kunci: Quality Function Deployment, Desain, Holder Connector

iii

ABSTRACT

Teaching activities are often disturbed because of the LCD projector cannot
operate properly. Damage to the LCD projector was caused by many things, ranging
from a light bulb which is already weakened, there is damage to the lens and others.
But 80% of damage caused due to damage to the cable and the connector of the
projector. Expected production of holder connector is capable of reducing the
damage the VGA connector and streamline the process of teaching a class.
The design holder connector using Quality Function Deployment QFD, done
because it can make the products according to the wishes and needs of the users of
the LCD projector. Designing products with QFD requires customer voices to
compile the matrix on the House of Quality. Basic needs for those users who
obtained from customer voices this will be relied upon to design and make the holder
VGA connector. After doing the design, VGA connector holder is then printed using
a 3D Printer in prototyping holder connector.
Holder connector is expected to be able to reduce the damage to the LCD
projector for 80% which is a result of the amount of damage caused by the projector
LCD connectors and cables. If you want this connector holder produced, the cost per
unit is Rp. 4.697.

Keywords: Quality Function Deployment, Design, Holder Connector

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan
kesehatan dan berkahnya kepada saya hingga bisa menyelesaikan skripsi yang
berjudul DESAIN PRODUK HOLDER CONNECTOR VGADENGAN QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) dengan baik.
Skripsi

ini

disusun

dengan

melakukan

penelitian

di

Universitas

Widyatama.Dikarenakan ilmu pengetahuan saya yang masih terbatas, maka dalam


penulisan skripsi ini banyak sekali orang yang terlibat didalamnya agar skripsi ini
menjadi lebih sempurna dan lebih baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua yang saya cintai, yang telah memberikan dukungan moril dan materil
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan semua kewajiban sebagai mahasiswa.
2. Kakak-kakak yang saya sayangi, yang telah menjadi contoh kepada penulis selama
menjadi mahasiswa.
3. Bapak Didit Damur Rochman, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri dan Dosen Pembimbing, yang telah rela berbagi ilmu dan dengan sabar
menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmunya kepada saya dan
semoga ilmu tersebut bermanfaat untuk masa depan saya.
5. Teman-Teman TI 2007, yang selalu setia berbagi suka dan duka serta menjadi
penyemangat.Dea, Yazz, Lia dan Rio yang menjadi teman sampai titik akhir.
6. Indra, Dika dan Basten yang telah memberikan banyak motivasi dan inspirasi kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Atas bantuan dan
dorongan serta motivasinya penulis ucapkan terima kasih.

Tulisan ini mungkin masih banyak kekurangan atau penulisan yang salah,
dengan ini saya minta kepada para dosen atau pihak lain dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun supaya skripsi ini menjadi skripsi yang sempurna, dan
dapat bermanfaat bagi orang lain yang membacanya.

Bandung, Februari 2013

Rian Permana

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ii

ABSTRAK

iii

ABSTRACT

iv

KATA PENGANTAR

v
vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

1.2.

Perumusan Masalah

1.3.

Tujuan Penelitian

1.4.

Batasan Masalah

1.5.

Sistematika Penulisan

3
5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1.

Desain

2.1.1.

Pengertian Desain

2.1.2.

Peranan Desain Produk

2.2.

Quality Function Deployment

2.2.1.

Perkembangan dan Manfaat Quality Function Deployment

2.3.

Tahapan Quality Function Deployment

13

2.3.

Analitychal Hierarchy Process

15
vii

2.3.1.

Prinsip Dasar Analythical Hierarchy Process

18

2.3.2.

Analisis Sensitivitas Pada Bobot Prioritas Dari Kriteria Keputusan

19

2.4.

Harga Pokok Produksi

20

2.4.1.

Pengertian Biaya

20

2.4.2.

Penggolongan Biaya

20

2.4.3.

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

22

2.4.4.

Metode Pengumpulan Biaya Produksi

24

2.5.

Diagram Sebab Akibat

24

2.5.1.

Diagram Pareto

25

2.5.2.

Diagram Sebab Akibat

26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

29

3.1.

Studi Literatur

30

3.2.

Perumusan Masalah

30

3.3.

Penetapan Tujuan Penelitian

30

3.4.

Pengumpulan Data

31

3.5.

Pengolahan Data

31

3.6.

Analisis

33

3.7.

Kesimpulan dan Saran

33

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


4.1.

Pengumpulan Data

34
34

4.1.1.

Data LCD Proyektor

34

4.1.2.

Data Kerusakan Proyektor

34

4.1.3.

Customer Voice

36

4.2.

Pengolahan Data

38

4.2.1.

Persentase Kerusakan Proyektor

39

4.2.2.

QualityFunctionDeployment

39

viii

4.2.3.

Perancangan Produk

53

4.2.4.

Harga Pokok Produksi

58

BAB V ANALISIS

59

5.1.

Analisis Kerusakan Menggunakan Diagram Pareto

59

5.2.

Analisis Perancangan Dengan Metode Quality Function Deployment

61

5.3.
5.4.

Analisis Perancangan

62

Analisis Harga Pokok Produksi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

63
63

6.1.

Kesimpulan

63

6.2.

Saran

63

DAFTAR PUSTAKA

64

LAMPIRAN I

66

LAMPIRAN II

67

LAMPIRAN III

68

ix

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4. 1 Data Distribusi Proyektor 2012 Berdasarkan Gedung

34

Tabel 4. 2 Jumlah kerusakan LCD Proyektor

35

Tabel 4. 3 Customer Voice

37

Tabel 4. 4 Presentase Kerusakan Konektor

39

Tabel 4. 5 Pengelompokan Berdasarkan Affinity Diagram

40

Tabel 4. 6 Symbol Impact

44

Tabel 4. 7 Technical Importance

45

Tabel 4. 8 Technical Importance Setelah Di Susun

46

Tabel 4. 9 Hasil Sintesis Pada Alternatif Bentuk

48

Tabel 4. 10 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas

48

Tabel 4. 11 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas

49

Tabel 4. 12 Hasil Sintesis Pada Alternatif Material

50

Tabel 4. 13 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fungsi

50

Tabel 4. 14 Hasil Sintesis Pada Alternatif Instalasi

52

Tabel 4. 15 Hasil Technical Response

55

Tabel 4. 16 Harga Bahan Baku

58

Tabel 4. 17 Harga Pokok Produksi

58

Tabel 5. 23 Data Kerusakan Proyektor

59

Tabel 5. 24 Tabel Jenis Kerusakan

59

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 House Of Quality

Gambar 2. 2 Organizational Motivation

10

Gambar 2. 3 Hirarki Keputusan

18

Gambar 2. 4 Diagram Pareto

26

Gambar 2. 5 Diagram Tulang Ikan

28

Gambar 3. 1 Flowchart Tahapan Penelitian

29

Gambar 4. 1 Kerusakan 1

36

Gambar 4. 2 Kerusakan 2

36

Gambar 4. 3 Kerusakan 3

36

Gambar 4. 4 Kerusakan 4

36

Gambar 5. 1 Diagram Pareto

60

Gambar 5. 2 Fishbone Diagram

61

Gambar 5. 3 Technical Importance

61

Gambar 5. 4 Hasil Perancangan

62

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 House of Quality

66

Lampiran 2 Hierarki AHP

67

Lampiran 3 Expert Choise

68

xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pada saat ini teknologi sangat berpengaruh dalam mendukung semua kegiatan
manusia di mukabumi. Semua orang tidak bisa lepas dari teknologi,

baik itu

teknologi canggih ataupun teknologi sederhana.Contoh kecilnya semua orang sangat


membutuhkan telepon genggam untuk berkomunikasi.Teknologi-teknologi yang ada
sangat membantu manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Teknologi-teknologi yang
diterapkan dalam bidang pendidikan sangatlah pesat, ini dikarenakan semua pelajar
harus mampu menguasai apa yang akan mereka hadapi di dunia kerja nantinya.
Sarana belajar saat ini sangat tergantung pada teknologi yang digunakan, baik pada
saat mengerjakan tugas, ujian ataupun melakukan presentasi. Sarana belajar yang
baik dan lengkap akan sangat membantu parasiswa dalam melaksanakan kegiatan
belajar. Semua peralatan penunjang dalam proses belajar haruslah dalam keadaan
baik dan dapat dioperasikan. Mulai dari jaringan internet, komputer, proyektor dan
lain-lain. Ketergantungan akan teknologi didalam kelas sangat tinggi, dikarenakan
kegiatan didalam kelas memiliki pressure yang berbeda jika dibandingkan dengan
mengerjakan tugas diluar kelas.
Kegiatan belajar dan mengajarakan terganggu jika peralatan yang mendukung
kegiatan belajar mengajar mengalami sedikit masalah. Seperti pada saat presentasi,
jika proyektor yang akan digunakan mengalami masalah maka kegiatan belajar pun
akan terganggu. Beberapa kerusakan yang terjadi pada saat penggunaan proyektor
antara lain, filter/saringan yang kotor, kerusakan kabel konektor dan konektor yang
menyebabkan tidak terdeteksinya input dari computer atau laptop. Kotornya saringan
pada proyektor dapat dibersihkan secara berkala oleh bagian maintenance,
sedangkan untuk konektor tidak ada penanganan khusus untuk mencegah kerusakan

terjadi pada konektor. Padahal jika saringan pada proyektor kotor, proyektor masih
dapat digunakan meskipun dengan adanya notifikasi yang mengganggu tampilan
presentasi. Kerusakan konektor yang terjadi berakibat pada proyektor yang tidak
dapat menerima input dari komputer atau laptop sehingga presentasi tidak dapat
dilakukan sama sekali.
Jumlah kerusakan yang ada di Universitas Widyatama dari total proyektor
sebanyak 35 unit atau sebesar 22,44% dan kerusakan akibat terinjaknya konektor dan
kerusakan kabel sebanyak 29 atau sebesar 82.86%. Melihat dari nilai tersebut,
kerusakan akibat terinjaknya konektor dan rusaknya kabel karena penyimpanan yang
salah lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan dari kerusakan total.
Berdasarkan data kerusakan konektor dan kabel diatas, makaakan lebih baik
jika ada suatu alat yang dapat mengurangi kerusakan tersebut. Untuk itu, akan dibuat
sebuat holder untuk menyimpan konektor agar konektor dapat ditempatkan pada
tempat yang aman atau tidak terinjak. Metode yang akan digunakan adalah metode
Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD digunakan karena, metode ini
dapat didukung dengan data-data yang ada pada saat observasi penelitian ini
dilakukan. Sehingga dapat memperlancar proses pengerjaan penelitian ini.
1.2. Perumusan Masalah
Melihat apa yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka akan dilakukan
sebuah kajian yang diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana merancang tempat penyimpanan konektor VGA pada LCD
proyektor sehingga kerusakan pada konektor dapat dikurangi?
2. Berapa besar biaya pokok produksi holder konektor tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Melihat perumusan masalah yang telah disusun, maka dapat disebutkan tujuan
utama dalam penulisan laporan skripsi ini:
1. Mendesain sebuah holder untuk konektor VGA pada LCD proyektor dengan
menggunakan QFD.
2. Menentukan biaya per unit produk hasil desain rancangan holder konektor.

1.4. Batasan Masalah


Agar penelitian yang dilakukan tetap relevan dengan tujuan penelitian,
sehingga tujuan-tujuan penelitian dapat dicapai dengan baik maka penelitian ini
hanya meliputi:
1. Penelitian dilakukan di Universitas Widyatama jalan Cikutra No. 204A
Bandung.
2. House of Quality pada proses QFD hanya House of Qualityhanya untuk
desain produk saja, House of Quality untuk manufaktur dan lain-lain tidak
dibuat.
3. Konektor VGA yang dipakai adalah konektor VGA 15 pin standard.
1.5. Sistematika Penulisan
Penyusunan sistematika penulisan dimaksudkan untuk lebih mempermudah
penyampaian informasi berdasarkan aturan dan urutan yang sistematis. Sistematika
penulisan laporan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
A.

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, pokok permasalahan yang dikaji beserta

perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup masalah dan sistematika


penulisan.
B.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini membahas teori-teori dan konsep yang menjadi landasan berpikir serta

dasar dalam penyusunan kerangka penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah


teori yang relevan dengan topik kajian.
C.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisikan pendekatan dan model masalah beserta langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian dari awal sampai akhir untuk menyelesaikan masalah.
D.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Bab ini berisikan pengumpulan data yang terdiri dari data umum perusahaan,

data-data yang mendukung pemecahan masalah beserta pengolahan data yang akan
digunakan untuk melakukan anlisis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian.

E.

BAB V ANALISIS
Bab ini berisi interpretasi dari hasil pengolahan data penelitian dengan

berlandaskan teori sesuai dengan metodologi penelitian.


F.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan yang dirumuskan dari pembahasan masalah sesuai

dengan tujuan penelitian dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian


sebagai masukan bagi pihak yang memiliki kepentingan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Desain
2.1.1. Pengertian Desain
Menurut Kotler & Keller (2012), desain adalah sejumlah fitur-fitur yang
berdampak pada bagaimana suatu produk terlihat, dirasakan, dan berfungsi pada
konsumen. Desain merujuk pada pengorganisasian berbagai elemen dalam kemasan
(Kotler & Amstrong, 2001).
Hal tersebut senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Eames (dalam
Morris, 2009), yaitu desain adalah sebuah rencana dalam menyusun elemen-elemen
terbaik

yang

digunakan

untuk

menyempurnakan

sesuatu

dengan

tujuan

tertentu.Desain dipahami sebagai alat persaingan yang ampuh untuk meningkatkan


nilai suatu produk (Stokholm, 2003).
Desain juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain
dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)
dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budidaya manusia yang
diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan,
perancangan maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide atau
gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem
dan detail, pembuatan prototype dan proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan
tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan bahwa, desain selalu berkaitan dengan
pengembangan ide dan gagasan,pengembangan teknik, proses produksi serta
peningkatan pasar (Wardani, 2003). Berdasarkan uraian di atas, maka desain adalah
suatu pengembangan ide dan gagasan yang dilakukan secara sadar pada sejumlah
fitur-fitur

yang

berdampak

pada

bagaimana

suatu

produk

terlihat.

2.1.2. Peranan Desain Produk


Menurut Bagas (dalam Wardani, 2003), untuk menilai suatu hasil akhir dari
produk sebagai kategori nilai desain yang baik biasanya ada tiga unsur yang
mendasarinya, yaitu fungsional, estetika, dan ekonomi.Kriteria pemilihannya adalah
function and purpose, utility and economic, form and style, image and
meaning.Unsur fungsional dan estetika sering disebut fit-form-function, sedangkan
unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh harga dan kemampuan daya beli
masyarakat.Desain yang baik berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik,
tergantung pada sasaran dan filosofi mendesain pada umumnya, bahwa sasaran
berbeda menurut kebutuhan dan kepentingannya, serta upaya desain berorientasi
pada hasil yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin.
Ada sejumlah alasan mengapa desain suatu produk dapat mempengaruhi
pilihan konsumen terhadap suatu produk.Desain suatu produk menentukan kesan
pertama konsumen terhadap produk dan dapat mengkomunikasikan manfaat produk
tersebut secara cepat.Selain itu, tampilan suatu produk dapat meningkatkan nilai
produk itu sendiri karena banyak konsumen memilih membeli produk yang terlihat
estetis (Schoorman & Cruesen, 2005).
Schoorman & Cruesen (2005), membagi peran desain produk menjadi enam, yaitu
sebagai berikut:
1.

Communication of aesthetic
Nilai estetika dari suatu produk berkaitan dengan kesenangan yang didapat dari

melihat produk, tanpa mempertimbangkan kegunaan produk tersebut. Ketika produk


alternatif lain memiliki fungsi dan harga yang hampir sama, konsumen akan memilih
produk yang menarik bagi mereka secara estetis. Beberapa penelitian telah
menentukan sifat-sifat dari suatu produk yang berhubungan dengan estetika, salah
satunya adalah warna suatu produk.
2.

Symbolic
Penampilan

suatu

produk

dapat

mengkomunikasikan

pesan

produk

tersebut.Sebuah produk misalnya dapat terlihat ceria, membosankan, mahal,


dankekanakan.

3.

Functional
Nilai fungsional dari suatu produk berkaitan dengan fungsi kegunaan produk

yang ditunjukkan.Kegunaan suatu produk bisa langsung terlihat jelas dari


penampilannya.Contohnya

adalah

adanya

pegangan

pada

sebuah

produk

menunjukkan bahwa produk tersebut mudah dibawa.


4.

Ergonomic product information


Nilai ergonomis suatu produk membutuhkan suatu penyesuaian produk

tersebut dengan kualitas manusia. Secara teknik, fungsi ergonomis suatu produk
dapat diimplementasikan pada sebuah produk dengan cara membuat produk menjadi
mudah digunakan. Hal ini mencakup aspek emosional dalam hal tidak adanya rasa
frustasi ketika menggunakan suatu produk dan produk tersebut memberikan
pengalaman penggunaan yang menyenangkan.Konsumen dapat membentuk kesan
tentang kemudahan penggunaan suatu produk atas dasar penampilan produk tersebut.
5.

Attention drawing
Mendapatkan perhatian konsumen adalah langkah awal bagi suatu produk yang

memungkinkan konsumen untuk membeli suatu produk. Atensi adalah pembagian


kapasitas pengolahan informasi pada suatu stimulus. Secara umum, kemampuan
suatu produk dalam menarik perhatian konsumen dapat ditingkatkan melalui ukuran
ataupun penggunaan warna yang cerah.
6.

Categorization
Konsumen menggunakan tampilan produk untuk mengkategorisasikan suatu

produk.Contohnya adalah, bentuk umum produk sabun mandi padat adalah


berbentuk kotak.
2.2. Quality Function Deployment
Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metode yang digunakan
untuk

menentukan

prioritas

kebutuhan

dan

keinginan

konsumen

serta

mengelompokannya. QFD dapat digunakan baik pada perusahaan yang menawarkan


produk ataupun jasa bagi konsumen. Berikut ini beberapa definisi QFD:
a.

QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan


dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas suatu

produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen,
1995).
b.

QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan


konsumen kedalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis
dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990).

c.

QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari


merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan
konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan konsumen
(Djati, 2003).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, QFD merupakan metode yang digunakan

untuk mengetahui keinginan konsumen dengan mengumpulkan customer voices dan


customer needs. Kedua hal tersebut kemudian diklasifikasi dan diurutkan
berdasarkan prioritas.Proses QFD dapat melibatkan satu atau lebih matriks.Matriks
pertama dalam QFD disebut juga dengan House of Quality (HoQ).Matiks tersebut
terdiri dari beberapa sub-matriks yang bergabung dengan beberapa cara, masingmasing memiliki informasi yang saling berhubungan antar satu dengan yang lain.

E
Technical
Correlations
C
Technical Response

A
Customer
Needs
and
Benefits

D
Relationships
(Impact of Technical
Response on Customer
Needs and Benefits)

B
Planning
Matrix
(Market
Research
and
Strategic
Planning)

F
Technical Matrix
(Technical Response
Priorities, Competitive
Technical Benchmark,
Technical Target)

Gambar 2.1 House Of Quality

(Sumber: Quality Function Deployment, Cohen 1995)


Penggunaan QFD akan sangat membantu dalam proses perancangan produk
untuk memperoleh produk yang kompetitif dengan menciptakan produk yang sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Bukan hanya menciptakan produk


sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, tapi melibatkan konsumen
sebagai sumber inspirasi dalam perancangan dan perencanaan desain produk.
QFD bertujuan untuk memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan dan keinginan
konsumen, bahkan berusaha melampaui harapan dan keiginan tersebut dengan
merancang dan menciptakan produk baru yang dapat bersaing dengan produk lain.
QFD berguna untuk untuk memastikan bahwa suatu perusahaan sebelum
perancangan dilakukan.
2.2.1. Perkembangan dan Manfaat Quality Function Deployment
Hal

yang

menjadi

alasan

utama

perlunya

dilakukan

riset

untuk

mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan pentingnya berkomunikasi dengan


pelanggan baik internal maupun eksternal adalah apakah produk yang akan
diproduksi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Konsep QFD dikembangkan
untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi benar-benar akan
memenuhi kebutuhan pelanggan.
QFD dikembangkanpertama kali di Jepang oleh Mitshubishis Kobe Shipyard
pada tahun 1972, yang kemudian diadopsi oleh Toyota.Ford Motor Company dan
Xerix membawa konsep ini ke Amerika Serikat pada tahun 1986.Sejak saat itu QFD
banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang, Amerika Serikat dan
Eropa.Perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble, General Motors,
Digital Equipment Corporation, Hewlett Packard dan AT & T kini menggunakan
konsep ini untuk memperbaiki komunikasi, pengembangan produk, serta proses dan
sistem pengukuran.
QFD menjadi terkenal di Amerika Serikat berkat usaha Don Clausing dari
Xerox yang kemudian beralih ke MIT, dan Bob King dari GOAL/QPC.Kedua orang
ini bekerja masing-masing hingga akhirnya bertemu pada Oktober 1985, ketika
Clausing mempresentasikan QFD di konferensi GOAL/QPCdi Massachusetts.Pada
saat itu, keduanya telah memperkenalkan serta memberika kontribusi terhadap
pengenalan QFD di Amerika Serikat.

Beberapa karakter QFD dalam bahasa Jepang antara lain:


a.

Hinshitsu, yang berarti kualitas atau atribut.

b.

Kino, yang berarti fungsi atau mekanisasi.

c.

Tenkai, yang berarti penyebaran, pengembangan atau evolusi.


Motivasi suatu organisasi sama persis dengan motivasi manusia secara
individual. Persamaan diantara individu dan organisasi terbentuk secara natural,
karena organisasi tercipta untuk memenuhi kebutuhan dari setiap individu.Sebagai
seorang individu, pertama-tama kita membutuhkan makanan dan tempat tinggal,
dengan kata lain keamanan. Jaminan keamanan yang kita dapatkan akan
memudahkan kita untuk mencari tujuan baru seperti menambah inspirasi dari orangorang disekitar. Sebaliknya, jika keamanan akan makanan dan tempat tinggal kita
terganggu kita hanya akan mempunyai tujuan untuk mengamankan pasokan makanan
dan tempat tinggal. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2.

SURVIVAL

EXPANSION

SECURITY

Gambar 2.2 Organizational Motivation

(Sumber: Quality Function Deployment, Cohen 1995)


QFD sangat berperan penting dalam membantu suatu organisasi menjadi
lebih kuat, dan dapat bertahan, semakin aman serta semakin berkembang.Cara yang
paling mudah untuk membagi strategi dalam penangaan organisasi dibagi menjadi 2
kategori, yaitu mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan.
Mengurangi biaya dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti menurunkan
biaya pembelian material dan jasa, mereduksi overhead cost untuk kantor dan pabrik
atau mengurangi gaji karyawan. Pengurangan biaya juga dapat dilakukan dengan
menyederhanakan

proses

dan

mengurangi

langkah

pengerjaan

ulang dan

menurunkan pembuangan.

10

Kategori ke 2 dalam menangani suatu organisasi adalah dengan


menaingkatkan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, peningkatan keuntungan
dapat dilakukan dengan cara menjual produk atau jasa sebanyak-banyaknya atau
menambahkan keuntungan di tiap produk atau jasa. Kedua cara tersebut dapat
dicapai jika produk atau jasa yang dijual dapat lebih menarik perhatian konsumen.
Produk atau jasa yang dapat menarik kosumen adalah produk atau jasa yang sangat
memenuhi kebutuhan mereka.
QFD berkontribusi dalam meningkatkan keuntungan dengan membantu
perusahaan berkonsentrasi terhadap usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan
konsumen, serta sangat efektif dan akurat untuk menterjemahkan keinginan
konsumen menjadi desain produk atau jasa yang memiliki karakteristik yang tepat.
Penggunaan metode QFD dalam perancangan dan pengembangan produk
akan sangat membantu, karena akan meningkatkan nilai kompetitif bagi produk
tersebut dengan produk perusahaan lain. Beberapa manfaat QFD dalam proses
perancangan produk adalah (Dale, 1994):
1.

Meningkatkan keandalan produk.

2.

Meningkatkan kualitas produk.

3.

Meningkatkan kepuasan konsumen.

4.

Memperpendek time to market.

5.

Mereduksi/mengurangi biaya desain produk.

6.

Meningkatkan komunikasi antara perusahaan dan konsumen.

7.

Meningkatkan produktivitas.

8.

Meningkatkan keuntungan perusahaan.


Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses

pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa


pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk yang telah dihasilkan dengan
sempurna, bila mereka memang tidak menginginkan atau membutuhkannya. QFD
sendiri terdiri atas beberapa aktivitas berikut:
a.

Penjabaran keperluan pelanggan (kebutuhan akan kualitas).

b.

Penjabaran karakteristik kualitas yang dapat diukur.

c.

Penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dan karaktersitik.

11

d.

Penetapan nilai-nilai berdasarkan nagka tertentu terhadap masing-masing


karakteristik kualitas.

e.

Penyatuan karakterisktik kualitas kedalam produk.

f.

Perancangan, produksi dan pengendalian kualitas produk.


Penerapan QFD dapat mengurangi waktu desain sebesar 40% dan biaya desain

sebesar 60% secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas


desain. QFD berperan besar dalam meningkatkan kerjasama tim interfungsional yang
terdiri dari anggota-anggrota departemen pemasaran, riset dan pengembangan,
pemanufakturan dan penjualan dalam focus pada pengembangan produk. Selain itu
ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD bagi perusahaan yang berusaha
meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktivitasnya secara
berkesinambugan. Manfaat-manfaat tersebut adalah:
1.

Fokus pada Pelanggan


Organisasi TQM (Total Quality Management) merupakan organisasi yang

berfokus pada pelanggan.QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik


dari konsumen.Informasi tersebut kemudian diterjemahkan kedalam sekumpulan
persyaratan konsumen yang spesifik.Kinerja organisasi dan pesaing dalam memenuhi
persyaratan tersebut dipelajari dengan teliti.Dengan demkian, organisasi dapat
mengetahui sejah mana organisasi itu sendiri dan pesaingnya memenuhi kebutuhan.
2.

Efisisensi Waktu
QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk karena memfokuskan

pada persyaratan konsumen yang spesifik dan teah diidentifikasi dengan jelas.Oleh
karena itu, tidak terjadi pemborosan waktu untuk mengembangkan ciri-ciri produk
yang tidak atau hanya member sedikit nilai (value) kepada konsumen.
3.

Orientasi Kerjasama Tim (Teamwork Oriented)


QFD merupakan pendekatan kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses

didsarkan pada consensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming/
oleh karena setiap tindakan yang perlu dilakukan diidentifikasi sebagai bagian dari
proses maka setiap individu memahami posisinya yang paling tepat dalam proses
tersebut, sehingga pada gilirannya hal ini mendorong kerjasama tim yang lebih
kokoh.

12

4.

Orientasi pada Dokumentasi


Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen

komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang
ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan. Dokumen ini berubah
secara konstan setiap kali ada informasi baru yang dipelajari dari informasi lama
yang dibuang. Informasi yang baru mengenai persyaratan pelanggan dan proses
internal, sangat berguna bila terjadi turnover.
2.3. Tahapan Quality Function Deployment
Sebelum merancang QFD, dilakukan terlebihdahulu pelaksanaan tahapan
perencanaan dan persiapan.Tahapan ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah
pelaksanaan QFD dengan mengimplementasikan dalam beberapa kata kunci. Kata
kunci yang dimaksud adalah:
a.

Menetapkan dukungan yang bersifat organisasi


Dukungan manajemen mengacu pada komitmen dari manajemen level atas

untuk menyediakan dan mengalokasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk


menyelesaikan aktifitas.Dukungan fungsional mengacu kepada komitmen dari
kelompok fungsional untuk berpartisipasi yang berhubungan dengan aktifitas QFD,
meliputi

purchasing,

manufacturing,

quality

assurance,

sales

dan

service.Pengembangan proses juga dilakukann meliputi purchasing, training,


marketing dan finance.
Dukungan teknikal QFD mengacu pada keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan QFD.

b.

Menentukan kemungkinan yang mungkin didapat

Beberapa keuntungan yang diberikan jika melaksanakan metode QFD antara lain:

Dapat mengerti akan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Menghasilkan urutan dari kemampuan produk.

Mengembangkan visi tim secara umum dari sebuah produk atau jasa

Mendokumentasikan

seluruh

keputusan

dan

asumsi-asumsi

selama

implementasi secara ringkas.

13

Meminimasi kemungkinan pengulangan di tengah proyek. Keuntungan ini


didapat dari tersedianya informasi terbaru ditengah pengembangan produk
yang dapat ditambahkan dari House of Quality atau matriks QFD lainnya.

Mempercepat perencanaan produk. Walaupun QFD tampak menghabiskan


waktu, sebagian besar kelompok menemukan bahwa perencanan produk
menjadi lebih cepat, lebih lengkap dan lebih efisien jika menggunakan struktur
House of Quality.

3.

Memutuskan siapa pelanggan

a.

Pentingnya definisi yang jelas.


Definisi yang jelas digunakan untuk memperkirakan hubungan antara produk

dengan kemampuan pelayanan dan kebutuhan pelanggan, agar keputusan menjadi


berarti.
b.

Mengidentifikasi semua pelanggan yang mungkin.


Pelaksanaan tahap ini dengan membuat daftar pelanggan potensial, hal ini

dilakukan saat riset pasar. Alat yang berguna untuk mengatur daftar pelanggan
adalah Affinity Diagram yang digunakan untuk mengelompokan item-item
brainstorming.
c.

Identifikasi pelanggan kunci.


Setelah dilakukan pengelompokan terhadap semua pelanggan, maka akan

didapat pelanggan kunci. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan dalam


memutuskan desain produk nantinya.Analytichal Hierarchy Process (AHP) adalah
salah satu metode alternatif yang dapat digunakan untuk memutuskan pemilihan
pelanggan kunci.
Pelaksanaan QFD pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan, dimana semua
kegiatan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti pada sebuah proyek
dengan melakukan tahap perencanaan terlebih dahulu. Ketiga tahapan yang dilalui
tersebut adalah (Cohen, 1995):

1.

Pengumpulan Voice of Customer


Pengumpulan voice of customer dilakukan dengan survey yang ditulis sebagai

atribut dari produk atau jasa.Atribut ini biasanya disebut sebagai data pelanggan
14

secara kualitatif dan informasi numeric tiap atribut sebagai data kuantitatif.Data
kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi langsung dengan
konsumen, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara.

2.

Penyusunan House of Quality


Penerapan metode QFD dalam proses perancangan produk atau jasa diawali

dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau sering disebut dengan House
of Quality.

3.

Analisa dan Implementasi


Tahap ini dilakukan proses memasukan data yang telah didapat kedalam House

of Quality yang kemudian dianalisa agar nantinya dapat diimplementasikan dengan


baik.
Sedangkan Kannan (2008) membagi sistemQFD menjadi empat tahapan, yaitu:
1.

Tahap perencanaan produk, juga dikenal sebagai House of Quality.

2.

Tahapperencanaan.

3.

Tahap perencanaan proses dan produksi.

4.

Tahap perencanaan operasi.


Setiap tahap diatas diwujudkan oleh matriks yang terdiri satu sel input (disebut

whats dalam HOQ) dan output (disebut sebagai hows dalam HOQ).
2.3. Analitychal Hierarchy Process
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan
memperhatikan faktor faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP
menggabungkan penilaian penilaian dan nilai nilai pribadi ke dalam satu cara
yang logis.

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria


yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan
bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur
masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan,
15

pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.
Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke
bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang
kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur
menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur
dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif
atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian bagiannya,
menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik
pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang
beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana
yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari:
1.

Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus


bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu
sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B
dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala .

2.

Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat


dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat
dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka
elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus
dibentuk suatucluster (kelompok elemen-elemen) yang baru.

3.

Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan


bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan
16

oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan


atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan
antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen-elemen dalam level di atasnya.
4.

Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki


diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil
keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau
diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Tahapan tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya

adalah sebagai berikut :


1.

Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2.

Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

3.

Membentuk

dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.


matriks

perbandingan

berpasangan

yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan


atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan
atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4.

Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

5.

Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang
dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan
menggunakan matlab maupun dengan manual.

6.
7.

Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.


Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis
pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai
pencapaian tujuan.

8.

Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka
penilaian harus diulangi kembali.

17

2.3.1. Prinsip Dasar Analythical Hierarchy Process


Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami antara lain :
1.

Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh


menjadi unsur unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana
setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan dilakukan terhadap unsur unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang
hendak dipecahkan.Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada
tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki
complete.
Bentuk struktur dekomposisi yakni :
Tingkat pertama

: Tujuan keputusan (Goal)

Tingkat kedua

: Kriteria kriteria

Tingkat ketiga

: Alternatif alternatif

Gambar 2.3 Hirarki Keputusan

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan


dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem.
Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses
18

pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan


suatu struktur tertentu.
2.

Comparative Judgement
Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif

dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan
prioritas dari elemen elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan
dalam bentuk matriks pairwisecomparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan
memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi
yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal
importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi
(extreme importance).
3.

Synthesis of Priority
Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method

untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur unsur pengambilan keputusan.


4.

Logical Consistency
Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai

dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan
hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang
menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
2.3.2. Analisis Sensitivitas Pada Bobot Prioritas Dari Kriteria Keputusan
Analisis sensitivitas pada kriteria keputusan dapat terjadi karena ada informasi
tambahan sehingga pembuat keputusan mengubah penilaiannya.Akibat terjadinya
perubahan penilaian menyebabkan berubahnya urutan prioritas. Dari tabel prioritas
global dapat dirumuskan persamaan urutan prioritas global sebagai berikut :

19

Apabila dilakukan perubahan terhadap penilian dimana bobot prioritas kriteria


maka urutan prioritas berubah. Bobot prioritas Kriteria dapat diubah lebih kecil dari
atau lebih besar dari .Analisis sensitivitas ini juga dapat dilakukan terhadap kriteriakriteria lainnya.Sehingga analisis ini menunjukkan perubahan terhadap urutan
prioritas.
2.4. Harga Pokok Produksi
2.4.1. Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut beberapa ahli diantaranya, yaitu :
a.

Biaya adalah jumlah yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi) yang


dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu. (Harnanto, 1992).

b.

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu
(Mulyadi, 1993).

c.

Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan (revenue) yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan (Supriyono, 1999,16).
Ada 4 unsur pokok dalam defenisi biaya tersebut diatas :

1.

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

2.

Diukur dalam satuan uang.

3.

Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4.

Pengorbanan tersebut untuk tujuan tersebut.

2.4.2. Penggolongan Biaya


Dalam Akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai cara. Umumnya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam Akuntansi Biaya dikenal dengan konsep
Different of cost for purpose.
Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongakan menjadi :
1.

Biaya Variabel

20

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan


volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
2.

Biaya Semi Variabel


Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume

kegiatan.Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel.
3.

Biaya Semifixed
Adalah biaya tetap untuk tongkat kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah

konstan pada volume produksi tertentu.


4.

Biaya Tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan

tertentu.Contohnya adalah gaji direktur produksi.


A.

Pengertian Biaya Produksi


Biaya produksi adalah merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual.


Contoh: Biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya gaji karyawan yang

bekerja dalam bagian-bagian, baik yang

langsung maupun yamg tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.


(Mulyadi, 1993).

B.

Pengertian Harga Pokok


Pengertian Harga Pokok menurut beberapa ahli diantaranya adalah :

Harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.


(Mulyadi, 1993).

Harga pokok adalah sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang
ditunda pembebannya dimasa yang akan datang. ( Abdul Halim, 2003).

C.

Pengertian Harga Pokok Produksi


Harga Pokok Produksi adalah merupkan penjumlahan dari tiga unsur biaya

produksi yaitu : bahan baku, upah langsung, dan overhead pabrik. (Masud
Machfoedz, 1995)

21

2.4.3. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok produksi
yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan didalam menentukan
harga pokok produksi, yaitu :
a.

Full Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya

produksi sebagai harga pokok produksi yaitu :


Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi,
yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap (Mulyadi, 1993).

22

Penentuan Harga Pokok Produksi


Dengan Pendekatan metode Full Costing

b.

Biaya Langsung

XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung

XXX

Biaya Tenaga Kerja

XXX

Biaya OH Pabrik Variabel

XXX

Biaya OH Pabrik Tetap

XXX

Harga Pokok Produksi

XXX

Biaya Admistrasi dan Umum

XXX

Biaya Pemasaran

XXX

Harga Pokok Produk

XXX

Variabel Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya-

biaya produksi yang bersipat variabel kedalam harga pokok produksi atau secara
keseluruhan dapat didefenisikan sebagai berikut :
Variabel costing adalah penentuan harga pokok yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.
Penentuan Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan metode Variabel Costing
Biaya Bahan Baku

XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung

XXX

Biaya Overhead Pabrik Variabel

XXX

Harga Pokok Produksi

XXX

Biaya Variabel

XXX

Biaya Administrasi Dan Umum

XXX

Biaya Pemasaran Variabel

XXX

Biaya Tetap

XXX

Biaya Administrasi Umum dan Tetap

XXX

Biaya Pemasaran Tetap

XXX

Harga Pokok Produksi

XXX

23

2.4.4. Metode Pengumpulan Biaya Produksi


Pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh sifat dari pengolahan produk.
Pengolahan produk dapat dilakukan atas dasar pesanan dari langganan atau proses
produksi yang dilakukan oleh perusahaan lain. Oleh karena itu pengelompokan biaya
produksi dapat dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu :
a.

Metode Harga Pokok Pesanan


Pada metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut

pesanan.Metode ini dianggap tepat untuk perusahaan yan menghasilkan berbagai


macam produk yang masing-masing bersfat khas, seperti misalnya perusahaan
percetakan.
Pada metode harga pokok pesananini, harga pokok pesanan harus ditentukan
segera pada saat suatu pesanan telah diselesaikan dari produksinya.
b.

Metode Harga Pokok Proses


Pada metode harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan berdasarkan atas

departemen atau pusat-pusat yang dibentuk yang dibentuk sesuai dengan tahap-tahap
pengolahan produksinya. System ini dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan
yang menghasilkan produk yang sama dan proses produksinya berjalan secara
kontinyu, seperti pabrik makanan atau pabrik mainan.
2.5. Diagram Sebab Akibat
Kebanyakan suatu cacat produk mengakibatkan seorang operator melakukan
pengerjaan ulang yang mengakibatkan terlambatnya proses, hal ini disebabkan oleh
beberapa penyebab utama. Penyebab-penyebab utama inilah yang harus dicari,
dikaji, dan ditanggulangi sehingga masalah dapat diselesaikan hingga akarnya dan
diharapkan jika penanggulangan tepat sasaran, masalah yang menimbulkan cacat
produk atau pengerjaan berulang tidak timbul kembali.
Masalah-masalah yang timbul, diklasifikasikan sesuai jenisnya untuk
mempermudah proses penanggulangan, sehingga kualitas produk dapat dikendalikan
sesuai standard yang ada. Ada beberapa piranti atau alat untuk perbaikan kualitas,
antara lain: diagram Pareto, diagram tulang ikan, ataupun sumbang saran. Berikut
dijabarkan beberapa teori yang terkait dengan masalah-masalah yang dibahas
penulis.

24

2.5.1. Diagram Pareto


Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX. Diagram
Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun
menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di
sebelah kanan. Susunan tersebut membantu menentukan tingkat prioritas untuk
penyelesaian masalah.
Fungsi diagram pareto diantaranya adalah sebagai berikut:
1.

Menunjukan pioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani.

2.

Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani


dalam upaya perbaikan.

3.

Menunjukan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan koreksi


berdasar prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat
Diagram Pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam Diagram Pareto baru,
maka tindakan korektif ada efeknya.

4.

Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat
menjadi informasi yang signifikan.
Hasil Pareto Chart dapat digunakan pada diagram sebab-akibat untuk
mengetahui akar penyebab masalah. Setelah penyebab potensial diketahui dari
diagram tersebut, diagram Pareto dapat disusun untuk merasionalisasi data
yang diperoleh dari diagram sebab akibat. Selanjutna, diagram Pareto dapat
digunakan pada semua tahap PDCAcycle. Pada tahap evaluasi hasil, diagram
Pareto ditampilkan untuk melihat perbrdaan pada waktu sebelum dan sesudah
proses penanggulangan untuk mengetahui efek upaya perbaikan. Gambar 2.1
adalah gambar contoh grafik diagram Pareto.

25

Gambar 2.4 Diagram Pareto

2.5.2. Diagram Sebab Akibat


Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) atau sering disebut sebagai
diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau diagram Ishikawa (Ishikawa
diagram) diperkenalkan ileh Prof. Karou Ishikawa dari Jepang (Nasution, 2004).
Diagram sebab akibat adalah pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan
analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebeb-penyebab suatu masalah,
ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi. Diaram ini digunakan dalam situasi:
(1) terdapat pertemuan atau diskusi dengan sumbang saran (brainstorming) untuk
mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi, (2) diperlukan analisis lebih
terperinci terhadap sustu masalah, dan (3) terdapat kesulitan untuk memisahkan
penyebab dari akibat.
Penggunaan diagram sebab akibat mengikuti langkah-langkah (Gaspertsz,
1997).
1.

Dapatkah kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapan masalah itu
sebagai suatu pertanyaan masalah.

2.

Temukan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik


brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide yang
berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

3.

Gambarkan diagram dengan pertanyaan mengenai masalah untuk ditempatkan


pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama, seperti bahan
26

baku, metode, manusia, mesin dan lingkungan ditempatkan pada cabang utama
(membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama dapat diubah sesuai
kebutuhan.
4.

Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan


menempatkannya pada cabang yang sesuai.

5.

Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan mengapa untuk menemukan


akar penyebab, kemudian tulis akar-akar penyebab itu pada cabang-cabang
yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan).
Untuk menemukan akar penyebab, kita dapat menggunakan teknik bertanya
mengapa sampai lima kali.

6.

Interpretasi atas diagram sebab-akibat itu adalah dengan melihat penyebabpenyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan
melalui konsensus tentang penyebab tersebut. Selanjutnya, fokuskan perhatian
pada penyebab yang dipilih melalui konsensus. Alas an yang lebih kuat untuk
menentukan prioritas dominan adalah dengan mereferansi data yang ditemukan
saat analisa kondisi yang ada dilapangan.

7.

Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat, dengan


cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif yang
dilakukan efektif karena telah menghilangkan akar penyebab dari masalah
yang dihadapi.
Penyebab terjadinya masalah umumnya dibagi menjadi 5 aktor, yaitu:

1.

Faktor manusia,

2.

Faktor metode,

3.

Faktor alat/mesin,

4.

Faktor material, dan

5.

Faktor lingkungan.
Sumbang saran dan penelusuran lanjut diperlukan untuk menemukan faktor-

faktor penyebab terjadinya masalah tersebut.Setiap faktor, dibagi lagi menjadi akarakar kecil sampai penyebab sesungguhnya kenapa masalah tersebut ditemukan.
Tidak semua faktor digunakan untuk mencari penyebab terjadinya masalah,
tetapi hanya factor-faktor yang berhubungan dengan kondisi yang ada saja yang

27

ditarik akar penyebabnya. Bias jadi dalam satu masalah hanya ada 1 faktor saja,
namun terdiri dari beberapa penyebab.
Berikut ini adalah contoh diagram tulang ikan:

Gambar 2.5 Diagram Tulang Ikan

28

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berfungsi untuk mengarahkan penyusunan laporan


sehingga tersusun dengan baik.Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah
dan tahapan yang dilakukan selama penelitian untuk memudahkan penulis dalam
mengerjakan laporan Tugas Akhir.

Gambar 3.1 Flowchart Tahapan Penelitian

29

3.1. Studi Literatur


Studi literatur dilaksanakan untuk mengumpulkan teori-teori yang dapat
menunjang serta mendukung terhadap tugas akhir, semua teori yang didapatkan
dijadikan referensi dalam penyusunan tugas akhir.Teori yang dicari untuk
mendukung

penelitian

tugas

akhir

ini

adalah

teori

Quality

Function

Deployment.Teori Quality Function Deployment akan mendukung penelitian dan


membantu dalam perancangan produk yang akan dilakukan.
3.2. Perumusan Masalah
Setelah melakukan studi literatur dan mendapatkan teori yang sesuai maka
disusun

perumusan

masalah.Perumusan

masalah

atau

identifikasi

masalah

merupakan tindak lanjut dari observasi yang telah dilakukan. Penelitian yang
dilakukan berupa penelitian deskriptif yang kemudian akan dijadikan rujukan atau
usulan kepada pihak Universitas Widyatama dalam merancang alat penahan konektor
proyektor.
Tenaga pengajar di Universitas Widyatama sering kali mendapatkan kendala
ketika akan melakukan kegiatan belajar mengajar tetapi proyektor yang akan dipakai
tidak dapay beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu penyebabnya adalah
konektor proyektor yang rusak atau kabel yang putus. Dengan adanya penelitian
tentang perancangan holder konektor proyektor, diharapkan dapat meminimalisir
bahkan menghilangkan kemungkinan kejadian tersebut akan terjadi.
3.3. Penetapan Tujuan Penelitian
Pada Bab I Pendahuluan telah dijelaskan tentang tujuan dari penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara penanganan dan pencegahan kerusakan terhadap konektor.
2. Mengetahui penanganan konektor yang telah rusak dan melakukan
improvement jika tidak ada penanganan khusus terhadap konektor yang rusak.
3. Mendesain sebuah holder untuk konektor pada proyektor.
Landasan Teori dan metode yang digunakan dalam penelitian ini akan
mempermudah penyelesaian penelitian tugas akhir ini. Harapan setelah penelitian
tugas akhir ini selesai adalah kerusakan konektor pada proyektor dapat diminimalisir
bahkan dihilangkan, sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak akan terganggu
karena konektor tidak dapat meneriman display dari laptop.
30

3.4. Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini nantinya akan diolah dengan
menggunakan metode yang telah dipilih. Data yang dikumpulkan adalah data primer
dan data sekunder, antara lain:
a.

Data Primer
Data yang langsung didapatkan dari sumber asli tanpa melalui perantara dan

data yang belum pernah diolah oleh pihak lain. Beberapa data primer yang ada antara
lain:
1. Customer voices hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap dosen dan
perawat ruangan.
2. Data kerusakan proyektor di Universitas Widyatama.
b.

Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara dan data yang telah diolah oleh pihak lain, di
bawah ini merupakan data penunjang dari data primer:
Data harga bahan baku dan
Berat jenis akrilik,
Data tarif listrik PLN.
3.5. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses utama dalam sebuah penelitian. Data-data
yang didapat baik secara langsung ataupun melalui perantara diolah dengan
menggunakan metode yang telah dipilih sebelumnya. Berikut ini adalah tahapan
pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini:
1.

Pengumpulan Voice of Customer


Pengumpulan voice of customer dilakukan dengan menyebarkan kuisioner

terbuka ke setiap pengajar yang berada di lingkup Universitas Widyatama. Kuisioner


yang disebarkan berisikan tentang kondisi konektor dan kabelnya yang ada pada saat
ini dan harapan produk holder seperti apayang diharapkan oleh tenaga pengajar agar
memudahkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
Tahap ini akan memakan banyak waktu dan membutuhkan ketelitian dalam
mengelompokan keinginan konsumen. Prosedur yang biasanya dilakukan dalam
31

pengambilan data ini adalah untuk mengumpulkan atribut-atribut pelanggan (data


kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif).Data kualitatif didapat dari
penyebaran kuisioner dan observasi dengan pelangan, sedangkan data kuantitatif
didapatkan dari poling atau pengukuran tingkat kepentingan.
2.

Menyusun House of Quality


Langkah ini merupakan langkah penting yang akan menentukan arah penelitian

dengan menggunakan metode QFD. Penyusunan House of Quality dimaksudkan


untuk memetakan permasalahan What dan How dalam penyelesaian metode
QFD. Penyusunan House of Quality bisa dilakukan dengan 2 cara, antara lain:
a. Pendekatan 4 Fase.
Pada tahap
pelanggan

pertama, perencanaan produk, kita membatasi persyaratan


(WHATs) dan persyaratan teknis (HOWs) dan menetapkan

hubungan mereka.
Pada tahap kedua, penyebaran bagian-bagian merupakan persyaratan teknis
yang penting dari rumah mutu, menjadi WHATs dari matriks baru.
Pada tahap ketiga, perencanaan proses, karakteristik bagian penting menjadi
WHATs dan karakteristik proses menjadi HOWs.
Pada tahap

keempat, perencanaan produksi, kita mewujudkan hasil bagan

pertama menjadi tindakan untuk operasi produksi.


b. Pendekatan Matriks Kelipatan
Pendekatan ini sama sekali tidak memiliki struktur seperti pendekatan 4 fase,
namun memberikan keleluasaan dalam menyusun House of Quality.
3.

Analisa dan Implementasi


Tahap ini dilakukan proses memasukan data yang telah didapat kedalam House

of Quality yang kemudian dianalisa agar nantinya dapat diimplementasikan dengan


baik.Analisa juga dilakukan untuk mengecek ulang pekerjaan atau tahapa mana saja
yang harus atau telah dilalui dalam penyusunan metode QFD.
4.

Menghitung Harga Pokok Produksi


Setelah melakukan penelitian untuk mendisain sebuah produk dengan

menggunakan metode QFD, maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga

32

terhadap produk tersebut.Perhitungan HPP ini untuk mengetahui biaya per-unit jika
nanti produk ini akan di produksi.
3.6. Analisis
Bagian ini terdapat beberapa analisis yang akan dipaparkan, berikut ini adalah
analisi yang nantinya akan dijelaskan:
1.

Analisis Kerusakan

Pada tahap ini, penulis akan menganalisis tentang kerusakan-kerusakan yang terjadi
pada proyektor baik kabel ataupun konektor dengan menggunakan diagram Pareto.
2.

Analisis Perancangan

Analisis perancangan merupakan tahap menganalisis tentang perancangan produk


yang telah dilakukan dengan menggunakan metode QFD.
3.

Analisis Harga Pokok Produksi

Analisis biaya produksi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan harga jika
nantinya produk ini akan di produksi.
3.7. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang diambil ini berdasarkan analisis dan pengolahan data yang
telah dilakukan.Bagian terakhir ini juga berfungsi untuk menjawab tujuan penelitian
yang telah dipaparkan pada Bab I Pendahuluan. Kesimpulan yang diambil sebaiknya
dapat menjawab pertanyaan, efektif atau tidak pembuatan holder konektor untuk
proyektor dalam mencegah kerusakan yang dapat mengganggu kelangsungan proses
belajar mengajar di Universitas Widyatama.Penelitian ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas belajar dan mengajar di Universitas Widyatama.

33

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data


Kerusakan pada konektor disaat kegiatan belejar mengajar berlangsung
disebabkan oleh beberapa aspek, antara lain; saringan udara yang kotor, lampu yang
sudah lemah dan atau rusaknya konektor serta kabel konektor. Penyebab-penyebab
itu seringkali terjadi dan mengganggu kegiatan belajar.Proyektor yang saringannya
kotor dan lampu yang lemah masih dapat digunakan, hanya dengan sedikit gangguan
seperti munculnya warning untuk membersihkan saringan dan mengganti
lampu.Tidak seperti kerusakan yang dialami jika konektor dan kabel yang rusak,
maka konektor tidak akan dapat dipakai karena proyektor tidak akan mampu
membaca input dari laptop ke proyektor.
4.1.1. Data LCD Proyektor
Penyebaran LCD proyektor di Universitas Widyatama dapat dilihat pada tabel
4.1.Data penyebaran LCD proyektor ini berdasarkan pada data penyebaran LCD
proyektor pada tahun 2012.
Tabel 4.1 berisi penyebaran LCD Proyektor di Universitas Widyatama pada
tahun 2012. Penyebaran LCD proyektor
Tabel 4.1 Data Distribusi Proyektor 2012 Berdasarkan Gedung

No. Gedung Kelas/Lab Jumlah


1

Lab

42

Kelas

31

Kelas

Kelas

11

(Sumber: Biro Fasilitas,2012)


4.1.2. Data Kerusakan Proyektor
Data kerusakan proyektor dibutuhkan untuk melihat dan mengitung persentase
kerusakan yang terjadi pada proyektor pada tiap tiap ruangan dan gedung.Dibawah
ini

adalah

jumlah

kerusakan

proyektor
34

pada

tahun

2012.

Tabel 4.2 berisi data kerusakan LCD proyektor pada tiap-tiap ruangn di
Universitas Widyatama.
Tabel 4.2 Jumlah kerusakan LCD Proyektor

No.

Jumlah

Jumlah

Laboratorium

Ruang Kelas

Gedung STMIK

Kantor

User

28

JUMLAH

35

(Sumber: Data Distribusi Proyektor, 2012)


Dibawah ini beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada konektor proyektor
dan bagaimana keadaan penyimpanan pada saat observasi dilakukan. Pada gambar
4.1 dan 4.2 merupakan contoh gambar konektor yang rusak, sedangkan gambar 4.3
dan 4.4 contoh penyimpanan kabel dan upaya perbaian kerusakan pada konektor.

35

Gambar 4. 1 Kerusakan 1

Gambar 4. 2 Kerusakan 2

Gambar 4. 3 Kerusakan 3

Gambar 4. 4 Kerusakan 4

4.1.3. Customer Voice


A.

Customer Voice
Pengumpulan customer voice dilakukan dengan melakukan wawancara

terhadap beberapa pegawai., baik dari dosen dan perawat ruangan. Wawancara
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.

Bagaimana kondisi konektor proyektor pada saat ini, kekurangan dan atau
kerusakan yang sering dialami pada konektor dan kabel?

2.

Kebutuhan Anda akan

tempat atau dudukan penyimpanan kabel data

proyektor, yang mendukung pekerjaan Anda seperti apa?


Pertanyaan yang dipakai sebagai customer voice adalah daftar yang keluar dari
pertanyaan nomer 2, karena pertanyaan tersebut memuat keinginan para pegawai
dalam perancangan produk holder connector.Setelah pertanyaan tersebut diajukan,
didapat beberapa keinginan untuk perancangan holder connector, daftar tersebut ada
pada tabel 4.1.

36

Tabel 4.3 Customer Voice

No.
1

Customer Needs
Memudahkan untuk menemukan
konektor.

No.
41

Customer Needs
Bahan holder aman.

Umur pakai panjang.

42

3
4
5
6
7
8

Ujungnya tidak tajam.


Ukurannya tidak terlalu besar.
Terlihat dengan jelas.
Mudah terjangkau.
Dapat ditempatkan dimana saja.
Terdapat informasi penyimpanan.
Penahan terbuat dari bahan yang
kuat.
Tidak mudah patah.
Penggunaannya mudah.
Memudahkan dalam mengambil
konektor.
Terpasang kuat di meja.
Bentuk tidak berbahaya bagi
pengguna.
Ukurannya pas dengan konektor.
Dapat menahan konektor agar tidak
jatuh.
Konektor pas pada holder.
Mudah dibersihkan.
Mudah dipasang.
Dudukannya pas dengan konektor.
Konektor mudah diambil.
Tidak perlu membungkuk untuk
meraih konektor.
Sangat mudah disimpan dan
digunakan.
Dapat dipakai dalam jangka waktu
lama.
Tidak menghabiskan tempat di meja.
Dapat disimpan dimana saja.

43
44
45
46
47
48

Dengan penggunaan holder, ruangan


menjadi rapih.
Holder mudah digunakan.
Memudahkan penyimpanan konektor.
Memudahkan pengambilan konektor.
Mudah dipindahkan.
Bisa digunakan siapa saja.
Membuat ruangan menjadi lebih rapih.

49

Bisa dipasang di dinding.

50
51

Menempel dengan kuat jika dipasang.


Tidak membahayakan tangan.

52

Tidak menghalangi penyimpanan laptop.

53

Menahan konektor dengan baik.

54

Tidak mudah slip pada konektor.

55

Pemakaiannya mudah.

56

Instalasi mudah.

57
58
59
60
61

Pemasangannya dapat dimana saja.


Daya tahannya lama.
Pemasangannya mudah.
Dapat menahan konektor dari benturan.
Konektor mudah saat diambil.

62

Tidak mengandung bahan berbahaya.

63

Dapat dipasang dengan alat sederhana.

64

Dapat digunakan oleh siapa saja.

65
66

Membantu merapihkan ruangan.


Terbuat dari material yang ringan.

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

37

Tabel Lanjutan 4.3 Customer Voice

No.

Customer Needs

No.

27

Tidak mengganggu aktivitas.

67

28

Mudah di tempelkan dimana saja.

68

29
30

Tidak berbahaya pada saat di


bersihkan.
Pemasangan konektor dilakukan
dengan mudah.

Customer Needs
Penahan tidak mudah tergeser dari
tempatnya.
Mempunyai bentuk yang tidak
membahayakan.

69

Mudah dirawat.

70

Tidak menghalangi pergerakan


pengguna.

31

Memudahkan dosen untuk meraih


konektor.

71

Disertai gambar petunjuk penggunaan.

32

Konektor tidak mudah jatuh.

72

Tidak mudah lepas dari tempat


menempelnya.

73

Dapat membuat kelas terlihat rapih.

33
34
35
36
37
38
39
40

Dapat menempel dengan kuat


dimana saja.
Mudah memasangkan konektor pada
holder.
Desain pas untuk konektor.

74
75

Ukuran disesuaikan dengan dimensi


konektor.
Pinggiran holder halus dan tidak
berbahaya.

Pengambilan dan pemasangan


konektor mudah.
Bentuknya kecil.
Kuat, karena pemakaian yang
berulang.
Dapat dipasang dekat meja dosen.
Pemasangan holder mudah.

4.2. Pengolahan Data


Pengolahan pada penelitian ini meliputi 2 hal, yaitu; mendesain holder
connector dengan menggunakan pendekatan Quality Function Deployment dan
menentukan harga pokok produksi produk holder connector jika nantinya akan
komersialisasikan.

38

4.2.1. Persentase Kerusakan Proyektor


Tabel 4.4 Presentase Kerusakan Konektor

No.

Masalah

Frekuensi Frek (%) Frek Kumulatif (%)

Konektor

20

57.143

57.14

Kabel

25.714

82.86

Lampu Warning

14.286

97.14

Bintik-bintik

2.857

100

JUMLAH

35

100

(Sumber: Data Distribusi Proyektor 2012)


Berdasarkan data pada tabel 4.8, kerusakan proyektor yang disebabkan
konektor dan kabel mencapai 82,8% atau 29. Kerusakan sebanyak itu disebabkan
karena penyimpanan konektor yang tidak benar, seperti penyimpanan dilantai atau
konektor terjatuh saat disimpan diatas meja sehingga membuat pin didalam konektor
tersebut rusak.
4.2.2. QualityFunctionDeployment
I.

Menyusun House of Quality

A.

Segmentasi/Pengelompokan Customer Voice


Pengelompokan customer voice ini dilakukan untuk mempermudah dalam

membuat Technical Requirement.Pengelompokan customer voice ini dibagi menjadi


5 kelompok berdasarkan Affinity Diagram, yaitu:
1.

Desain

Meliputi keinginan konsumen yang berhubungan dengan bentuk/desain holder


connector.
2.

Fleksibilitas

Berisi keinginan konsumen yang merujuk kepada kemudahan penggunaan holder


connector.
3.

Material

Keinginan-keinginan yang berhubungan dengan material seperti, jenis bahan,


kekuatan sampai keamanan bahan untuk holder connector.

39

4.

Fungsi atau Kegunaan

Berisikan keinginan konsumen dalam efektifitas holder connector sebagaimana


fungsinya.
5.

Instalasi

Pemasangan dan perawatan yang mudah adalah contoh dari keinginan konsumen
yang masuk kedalam kelompok ini.
Berikut ini tabel pembagian kelompok berdasarkan 5 kategori diatas:
Tabel 4.5 Pengelompokan Berdasarkan Affinity Diagram

NO.
1

GROUP
Bentuk
1A

Ujungnya tidak tajam.

1B

Ukurannya tidak terlalu besar.

1C

Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna.

1D

Ukurannya pas dengan konektor.

1E

Desain pas untuk konektor.

1F

Bentuknya kecil.

1G

Tidak membahayakan tangan.

1H

Mempunyai bentuk yang tidak membahayakan.

1I

Ukuran disesuaikan dengan dimensi konektor.

1J

Pinggiran holder halus dan tidak berbahaya.

1K

Konektor pas pada holder.

1L

Dudukannya pas dengan konektor.

Fleksibilitas
2A

Mudah terjangkau.

2B

Dapat ditempatkan dimana saja.

2C

Memudahkan dalam mengambil konektor.

2D

Mudah dipasang.

2E

Sangat mudah disimpan dan digunakan.

2F

Dapat disimpan dimana saja.

40

Tabel Lanjutan 4.5 Pengelompokan Customer Voice Berdasarkan Affinity Diagram

NO.
2

GROUP
Fleksibilitas
2G

Mudah di tempelkan dimana saja.

2H

Dapat dipasang dekat meja dosen.

2I

Pemasangan holder mudah.

2J

Mudah dipindahkan.

2K

Bisa digunakan siapa saja.

2L

Menempel dengan kuat jika dipasang.

2M

Pemakaiannya mudah.

2N

Instalasi mudah.

2O

Pemasangannya dapat dimana saja.

2P

Pemasangannya mudah.

2Q

Dapat dipasang dengan alat sederhana.

2R

Konektor mudah diambil.

2S

Pemasangan konektor dilakukan dengan mudah.

2T

Tidak mudah slip pada konektor.

2U

Tidak mengganggu aktivitas.

Material
3A

Penahan terbuat dari bahan yang kuat.

3B

Tidak mudah patah.

3C

Tidak berbahaya pada saat di bersihkan.

3D

Kuat, karena pemakaian yang berulang.

3E

Bahan holder aman.

3F

Daya tahannya lama.

3G

Terbuat dari material yang ringan.

3H

Dapat dipakai dalam jangka waktu lama.

3I

Umur pakai panjang.

3J

Tidak mengandung bahan berbahaya.

41

Tabel Lanjutan 4.5 Pengelompokan Customer Voice Berdasarkan Affinity Diagram

NO.

GROUP

Fungsi atau Kegunaan

4A

Memudahkan untuk menemukan konektor.

4B

Penggunaannya mudah.

4C

Dapat menahan konektor agar tidak jatuh.

4D

Tidak perlu membungkuk untuk meraih konektor.

4E

Memudahkan dosen untuk meraih konektor.

4F

Konektor tidak mudah jatuh.

4G

Mudah memasangkan konektor pada holder.

4H

Pengambilan dan pemasangan konektor mudah.

4I

Dengan penggunaan holder, ruangan menjadi rapih.

4J

Holder mudah digunakan.

4K

Memudahkan penyimpanan konektor.

4L

Memudahkan pengambilan konektor.

4M

Menahan konektor dengan baik.

4N

Dapat menahan konektor dari benturan.

4O

Konektor mudah saat diambil.

4P

Dapat digunakan oleh siapa saja.

4Q

Membantu merapihkan ruangan.

4R

Tidak menghalangi pergerakan pengguna.

4S

Tidak mudah lepas dari tempat menempelnya.

Instalasi
5A

Terdapat informasi penyimpanan.

5B

Terpasang kuat di meja.

5C

Mudah dibersihkan.

5D

Tidak menghabiskan tempat di meja.

5E

Dapat menempel dengan kuat dimana saja.

5F

Bisa dipasang di dinding.

5G

Mudah dirawat.

5H

Disertai gambar petunjuk penggunaan.


42

Tabel Lanjutan 4.5 Pengelompokan Customer Voice Berdasarkan Affinity Diagram

NO.
5

GROUP
Instalasi
5I

Tidak menghalangi penyimpanan laptop.

5J

Terlihat dengan jelas.

5K

Penahan tidak mudah tergeser dari tempatnya.


Sumber: Data Diolah

B.

Technical Response
Technical response ini dibuat berdasarkan kebutuhan yang diminta oleh

konsumen.Permintaan-permintaan konsumen yang sudah dikelompokan tercantum


pada tabel 4.7, dari pengemlompokan tersebut dapat di tentukan respon/tindakan
yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan kebutuhan dari konsumen
tersebut.Technical response jumlahnya tidak harus selalu sama dengan jumlah
customer voice, tetapi semua kebutuhan dan keinginan konsumen dapat di penuhi
oleh respon yang dibuat. Berikut ini technical response yang dibuat untuk memenuhi
customer voice:
1.

Disain dibuat berujung round atau bulat.

2.

Bentuk disain dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor.

3.

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya.

4.

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna.

5.

Penahan holder tidak paten, atau dapat dibuka pasang.

6.

Instalasi holder menggunakan baut.

7.

Holder dibuat menggunakan bahan yang kuat.

8.

Bahan yang digunakan adalah bahan yang tidak mengandung bahan kimia.

9.

Pembuatan holder menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

10.

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder sebagai petunjuk.

11.

Holder dibuat dengan warna yang mencolok.

12.

Pembuatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna.


Pemilihan respon-respon diatas telah mempertimbangkan semua keinginan

konsumen yang ada, sehingga semua keinginan konsumen dapat dipenuhi oleh
semua respon tersebut.

43

Technical Response yang sudah disusun dan ditetapkan kemudian di pasangkan

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi


rata-rata pengguna

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang


mencolok

Terdapat instruksi dan cara pemakaian


disamping holder

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik


yang ramah lingkungan

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang


tidak mengandung bahan kimia

Holder dibuat dengan menggunakan bahan


elastis namun kuat

Instalasi holder menggunakan baut

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran


konektor dan lingkungannya

CUSTOMER REQUIREMENTS

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran


dan dimensi konektor

TECHNICAL RESPONSES

Desain dibuat berujung round atau bulat

dengan keinginan konsumen, dapat dilihat pada gambar 4.1.

Ujungnya tidak tajam.

Ukurannya tidak terlalu besar.


Bentuk tidak berbahaya bagi
pengguna.

Technical

Ukurannya pas dengan konektor.

Requireme

Desain pas untuk konektor.

nt

DESAIN

Bentuknya kecil.

Tidak membahayakan tangan.

Gambar 4.5Technical Requirement


(Diagram Technical Response dapat dilihat pada lampiran 1)

C.

Matriks Relationship
Matriks ini merupakan matriks yang menghubungkan technical response dan

customer needs and benefits.Antara technical response dan customer needs and
benefits pasti ada hubungan dengan tingkat kepentingan yang berbeda beda, maka
dari itu semua keinginan konsumen yang berhubungan dengan technical response
dinilai untuk dijadikan sebuah acuan dalam mendisain nantinya. Mengisi matriks ini
dimulai dengan menentukan impact yang sesuai dengan keterkaitan hubungan antara
technical response dan customer needs and benefits yang di wakilkan dengan
simbol-simbol seperti pada tabel 4.8.
Tabel 4.6 Symbol Impact

Simbol

Arti
Not Linked
Possibly Linked
Moderately
Linked
Strongly Linked

Tidak berhubungan
Bila Kemungkinan terjadi hubungan
diantara keduanya

Nilai
0
1

Bila hubungan yang terjadi biasa biasa saja

Bila ada hubungan kuat

44

Penempatan holder di
rata-rata

Holder dibuat dengan m


men

Terdapat instruksi
disampi

Pembuatan holder men


yang ramah

Bahan yang digunakan


tidak mengand

Holder dibuat dengan


elastis na

Instalasi holder m

Penahan holder tidak pa

Holder ditempatkan d

Ukuran penahan terliha


konektor dan

CUSTOMER REQUIREMENTS

Bentuk yang dibuat dis


dan dimen

Desain dibuat beruj

Hasil pengisian matriks relationship dapat dilihat pada gambar 4.2.

Ujungnya tidak tajam.

Ukurannya tidak terlalu besar.


Bentuk tidak berbahaya bagi
pengguna.

Matriks

DESAIN

Ukurannya pas dengan konektor.

Relationship

Desain pas untuk konektor.


Bentuknya kecil.

Tidak membahayakan tangan.

Gambar 4.6 Matriks Relationship


(Diagram Technical Response dapat dilihat pada lampiran 1)

D.

Technical Importance
Setelah menentukan relationship, kemudian matriks tersebut dihitung

berdasarkan jumlah dan bobot yang sudah ditentukan. Penjumlahan bobot tersebut
dilakukan untuk menentukan technical response mana yang harus menjadi prioritas
dalam mendisain holder connector nanti, sehingga disain yang diciptakan nantinya
akan mendekati dengan keinginan konsumen. Penentuan technical importance ini
dihitung dengan mengalikan bobot dengan jumlah symbol yang terpadat pada satu
baris vertikal technical response.Masing-masing technical importance sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Technical Importance

TECHNICAL RESPONSE

BOBOT

Desain dibuat berujung round atau bulat

0.917

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor

1.726

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya

0.721

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna

1.612

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang

0.662

Instalasi holder menggunakan baut

0.652

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat

0.789

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mengandung bahan kimia

0.551

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik yang ramah lingkungan

0.528
45

Tabel Lanjutan 4.7Technical Importance (Sebelum di Susun)

TECHNICAL RESPONSE

BOBOT

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder

1.249

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang mencolok

0.555

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna

1.160

Tabel 4.8 Technical Importance Setelah Di Susun

TECHNICAL RESPONSE

BOBOT

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor

1.726

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna

1.612

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder

1.249

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna

1.160

Desain dibuat berujung round atau bulat

0.917

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat

0.789

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya

0.721

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang

0.662

Instalasi holder menggunakan baut

0.652

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang mencolok

0.555

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mengandung bahan kimia

0.551

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik yang ramah lingkungan

0.528

Melihat hasil pada tabel 4.10, selain dari penempatannya yang dekat dengan
pengguna konektor dan holder connector tersebut yaitu disain holder connector

Technical Importance

harus sesuai dengan dimensi dari konektor.

Gambar 4.7 Technical Importance

46

E.

Menentukan Importance to Customer


Setelah kita melakukan perhitungan terhadap technical response dan

mengetahui tingkat kepentingan dari technical response tersebut, kita harus


menentukan kepentingan dari masing-masing keinginan konsumen.Perhitungan ini
dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepentingan keinginan konsumen pada tiaptiap kriteria.Perhitungan importance to customer ini dihitung dengan menggunakan
metode Analithycal Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan software Expert
Choise.AHP ini membantu memilih keinginan konsumen berdasarkan prioritas
berdasarkan bobot yang tiap-tiap kriteria yang ada.Dibawah ini ada gambar yang
diambil dari Expert Choise untuk menentukan bobot customer voice.
Responden untuk AHP pada importance to customer adalah panel responden
sebanyak 4 orang.4 orang tersebut terdiri atas 2 dosen, 1 orang perawat ruangan dan
bagian akademik 1 orang. Struktur hirarki untuk importance to customer adalah
sebagai berikut,
GOAL

Desain

Fleksibilitas

Material

Fungsi

Instalasi

Sub
Kategori
Desain

Sub
Kategori
Fleksibilitas

Sub
Kategori
Material

Sub
Kategori
Fungsi

Sub
Kategori
Instalasi

Gambar 4.8 Hierarki AHP

Sub-kriteria untuk masing-masing kriteria diatas dapat dilihat pada lampiran


2.Pengisian perbandingan berpasangan dilaksanakan secara langsung dengan
memasukan data ke software Expert Choise 11.Hasil Penilaian dapat dilihat pada
tabel 4.9; 4.10; 4.11; 4.12 dan 4.13.

47

Tabel 4.9 Hasil Sintesis Pada Alternatif Bentuk

Alternative

Priority

Desain pas untuk konektor

0.131

Pinggiran holder halus dan tidak berbahaya

0.120

Mempunyai bentuk yang tidak membahayakan

0.109

Ukuran pas dengan konektor

0.100

Tidak membahayakan tangan

0.099

Bentuk tidak berbahaya bagi pengguna

0.084

Ujungnya Tidak Tajam

0.081

Ukuran disesuaikan dengan dimensi konektor

0.075

Konektor pas pada holder

0.064

Dudukannya pas dengan konektor

0.064

Ukurannya tidak terlalu besar

0.039

Bentuknya kecil

0.035
(Sumber: Data Diolah)

Berdasarkan prioritas pada tabel 4.9, maka desain holder connector nanti
harus pas dengan konektor.Alasannya adalah pada saat penyimpanan konektor tidak
mudah lepas atau jatuh dari holder.Sedangkan bentuknya kecil menjadi prioritas
terakhir karena bentuk dari holder akan disesuaikan dengan ukuran atau dimensi
konektor yang akan dipakai.
Tabel 4.10 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas

Alternative

Priority

Memudahkan dalam mengambil konektor

0.083

Konektor mudah diambil

0.076

Mudah terjangkau

0.072

Instalasi mudah

0.060

Pemasangan dapat dimana saja

0.057

Bisa digunakan siapa saja

0.055

Pemakaiannya mudah

0.055

Pemasangannya mudah

0.054

48

Tabel 4.11 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fleksibilitas

Alternative

Priority

Sangat mudah disimpan dan digunakan

0.050

Dapat disimpan dimana saja

0.050

Dapat dipasang dengan alat sederhana

0.046

Mudah ditempelkan dimana saja

0.041

Pemasangan konektor dilakukan dengan mudah

0.039

Mudah dipasang

0.038

Pemasangan holder mudah

0.037

Menempel dengan kuat jika dipasang

0.037

Dapat ditempatkan dimana saja

0.036

Mudah dipindahkan

0.036

Dapat dipasang dekat meja dosen

0.033

Tidak mudah slip pada konektor

0.024

Tidak mengganggu aktivitas

0.021

(Sumber: Data Diolah)


Pada tabel 4.10 prioritas pertama adalah holder connector harus mampu
membantu pengguna untuk menggunakan konektor, contoh peng-aplikasiannya
adalah dengan menempatkan holder dekat dengan pengguna.Prioritas terakhir dari
alternatif fleksibilitas adalah tidak mengganggu aktivitas.Jadi, adanya holder
connector ini tidak mengganggu gerak dari pengguna (dosen).

49

Tabel 4.12 Hasil Sintesis Pada Alternatif Material

Alternative

Priority

Tidak berbahaya pada saat dibersihkan

0.168

Terbuat dari material yang ringan

0.150

Bahan holder aman

0.149

Tidak mengandung bahan berbahaya

0.135

Kuat jika dipakai berulang ulang

0.076

Umur pakai panjang

0.073

Tidak mudah patah

0.071

Penahan terbuat dari bahan yang kuat

0.069

Daya tahan lama

0.056

Dapat dipakai dalam jangka waktu lama

0.054

Sumber: Data Diolah


Maksud dari prioritas pertama pada tabel 4.11 diatas, holder tidak akan
melukai tangan ataupun merusak alat yang digunakan untuk membersihkan. Holder
sebaiknya berumur pendek, ini mengacu pada aspek ekonomis dan holder
membutuhkan pengembangan yang berkelanjutan.
Tabel 4.13 Hasil Sintesis Pada Alternatif Fungsi

Alternative

Priority

Memudahkan untuk menemukan konektor

0.083

Tidak perlu membungkuk untuk meraih konektor

0.083

Menahan konektor dengan baik

0.081

Dapat menahan konektor dari benturan

0.066

Penggunaannya mudah

0.063

Memudahkan penyimpanan konektor

0.055

Memudahkan pengambilan konektor

0.054

Dapat menahan konektor agar tidak jatuh

0.053

Mudah memasangkan konektor pada holder

0.053

50

Tabel Lanjutan 4.13. Hasil Sintesis Pada Alternatif Fungsi

Alternative

Priority

Konektor mudah saat diambil

0.052

Konektor tidak mudah jatuh

0.051

Pengambilan dan pemasangan konektor mudah

0.051

Memudahkan dosen untuk meraih konektor

0.044

Holder mudah digunakan

0.039

Dapat digunakan oleh siapa saja

0.036

Tidak mudah lepas dari tempat menempelnya

0.035

Membuat ruangan jadi lebih rapih

0.027

Membantu merapihkan ruangan

0.026

Tidak menghalangi gerakan pengguna

0.026

Dapat membuat kelas terlihat rapih

0.022

Sumber: (Data Diolah)


Dua prioritas pada tabel 4.12 memiliki nilai bobot yang sama besar.
Memudahkan untuk menemukan konektor ini maksudnya, pengguna yang akan
mengambil konektor tidak perlu mencari konektor karena konektor berada pada
tempatnya dan pengguna juga tidak perlu membungkuk untuk menghindari
terjadinya cedera pada tulang punggung. Holder juga tidak boleh menghalangi
gerakan pengguna nantinya (dalam hal ini dosen).

51

Tabel 4.14 Hasil Sintesis Pada Alternatif Instalasi

Alternative

Priority

Dapat menempel dengan kuat dimana saja

0.183

Terpasang kuat dimeja

0.128

Penahan tidak mudah tergeser dari tempatnya

0.120

Terdapat informasi penyimpanan

0.110

Bisa dipasang di dinding

0.107

Tidak menghabiskan tempat dimeja

0.077

Mudah dirawat

0.070

Disertai gambar petunjuk penggunaan

0.069

Tidak menghalangi penyimpanan laptop

0.051

Terlihat dengan jelas

0.046

Mudah dibersihkan

0.038

Sumber: Data Diolah


Holder connector harus dapat menempel kuat dimana saja, ini akan didukung
dengan penggunaan baut untuk instalasi holder nantinya. Jadi, holder akan kuat
menempel dimana saja dan dapat dipindahkan tempatnya sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
Setelah dilakukan perhitungan bobot pada setiap kriteria dan sub kriterianya,
maka didapat importance to customer yang dimasukan kedalam house of quality.

Bobot yang
didapat dari
AHP
Gambar 4.9Importance to Customer

52

Langkah perhitungan importance to customer adalah langkah terakhir dalam


menyusun QFD ini.Setelah disusun maka didapat house of quality seperti yang
terlampir pada lembar lampiran.
Pembuatan HoQ sudah selesai, maka dari itu perancangan produk
berdasarkan hasil dari house of quality adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Technical Responsepada tabel 4.8, produk yang akan dirancang
nantinya harus sesuai dengan dimensi konektor. Sehingga, pada saat melakukan
penyimpanan konektor tidak mudah terjatuh.
4.2.3. Perancangan Produk
Setelah melakukan perancangan produk holder connector dengan menggunan
metode QFD, kemudian hasilnya di interpretasikan menggunakan software autocad
(ACAD).Perancangan dengan menggunakan ACAD dilakukan dengan membuat
beberapa alternatif.Beberapa desain yang dibuat dapat di ACAD dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 4.10 Desain Holder ConnectorAlternatif1

53

Gambar 4.11 Desain Holder Connector Alternatif 2

Gambar 4.12 Desain Holder ConnectorAlternatif 3

Ketiga desain diatas akan dipilih salah satu. Pemilihan desain yang dipakai
ini dipilih berdasarkan QFD dan HOQ.Dalam HOQ terdapat prioritas pada masingmasing kriteria, prioritas tersebut akan dibandingkan dengan desain-desain diatas.
Desain yang paling memenuhi kriteria tersebut lah yang akan dipilih dan digunakan.
Desain yang dipilih adalah desain 2. Berikut ini alasan terpilihnya desain 2:

54

Tabel 4.15 Hasil Technical Response

TECHNICAL RESPONSE

BOBOT

Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi konektor

1.726

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna

1.612

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder

1.249

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna

1.160

Desain dibuat berujung round atau bulat

0.917

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat

0.789

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya

0.721

Penahan holder tidak paten, dapat dibuka pasang

0.662

Instalasi holder menggunakan baut

0.652

Holder dibuat dengan menggunakan warna yang mencolok

0.555

Bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mengandung bahan kimia

0.551

Pembuatan holder menggunakan bahan plastik yang ramah lingkungan

0.528

Berdasarkan technical response pada tabel 5.1, maka holder connector akan
dirancang berdasarkan kriteria sesuai dengan jumlah bobot pada masing masing
kriteria.

Berikut ini adalah perancangan holder connector berdasarkan pada

technical response:
a.

Bentuk holder connector yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan dimensi
konektor.
Holder connector yang dibuat, didesain untuk konektor VGA D-SUB 15 pin

dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran konektor tersebut. Ukuran holder
connector untuk konektor VGA D-SUB 15 pin dapat dilihat pada gambar 5.1.

55

75 mm

41m

Gambar 4.13 Dimensi holder connector

b.

Holder ditempatkan dekat dengan pengguna.


Desain holder connector harus dapat ditempatkan dimana saja sesuai dengan

posisi umum para pengguna holder.Pemasangan holderyang harus sesuai dengan


pemakai ini didukung dengan kemampuan produk untuk ditempatkan dimana saja,
untuk menempatkan produk holder ini menggunakan baut sebagai sarana
pemasangan terhadap tempatnya nanti.

56

c.

Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder.


Setelah dipasang baik pada meja ataupun dinding, holder diberikan keterangan

bagi pengguna supaya dapat mudah menemukan dan mengetahui cara pakai holder
tersebut. Berikut ini adalah contoh display yang akan ditempel disamping holder
connector.

Setelah Digunakan Konektor


Harap Disimpan Kembali Ke
Sini

Gambar 4.14 Display Instruksi

d.

Penempatan holder disesuaikan dengan tinggi rata-rata pengguna.


Desain holder konektor VGA D-SUB dapat ditempatkan sesuai dengan rata-

rata pengguna karena holder didesain dengan cara penempatan menggunakan baut.
e.

Desain dibuat ber-ujung bulat.


Konektor VGA D-SUB di desain dengan memperhatikan keselamatan dan

keamanan para penggunanya, untuk itu holder didesain dengan ujung yang bulat.Hal
ini ditujukan agar tangan pengguna tidak terluka jika dengan tidak sengaja
menyentuh ujung dari konektor.

Gambar 4.15 Ujung Holder Connector

57

f.

Holder dibuat dengan menggunakan bahan elastis namun kuat.


Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, holder connector ini

nantinya akan dibuat dengan menggunakan teknik cor dengan menggunakan bahan
akrilik.
g.

Ukuran penahan terlihat dinamis dengan ukuran konektor dan lingkungannya.


Seperti halnya yang tercantum pada point a, ukuran holder connector VGA D-

SUB akan disesuaikan dengan dimensi konektor. Sehingga, ukuran konektor tidak
akan mengganggu pergerakan penggunanya nanti.
4.2.4. Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi atau HPP dihitung agar mengetahui berapa
biaya produksi

yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk holder

connector.Berikut ini harga bahan akrilik:


Tabel 4.16 Harga Bahan Baku

Keterangan

Harga

Sumber

Harga Resin Akrilik 150,000 /kg Brataco, 2012


Harga Hardener

35,000/liter

Brataco 2012

Berat Jenis Akrilik

1,190 kg/m3 Wikipedia

Sumber: Data Diolah


Perhitungan harga pokok produksi dihitung dari volume holder connector dan
berat jenis, kemudian dikalikan dengan harga pada tabel 4.13.Harga pokok produksi
holder dengan menggunakan bahan akrilik seperti terlihat pada tabel 4.14 dibawah
ini.
Tabel 4.17 Harga Pokok Produksi

Keterangan

Harga

Material Akrilik 1,927.80


Hardener

449.82

Overhead

2,318.80

JUMLAH

4,697

58

BAB V
ANALISIS

5.1.

Analisis Kerusakan Menggunakan Diagram Pareto


Kerusakan yang terdapat pada beberapa proyektor menjadi inti permasalahan

dari tugas akhir ini, maka dari itu kerusakan yang ada seharusnya dihitung
dulu.Perhitungan analisis kerusakan ini menggunakan Diagram Pareto.Berikut ini
adalah analisis kerusakan menggunakan diagram pareto.
Tabel 5.1 Data Kerusakan Proyektor

No.

Jumlah

Jumlah

Laboratorium

Ruang Kelas

Gedung STMIK

Kantor

User

28

JUMLAH

35

(Sumber: Data Diolah)


Tabel 5.2 Tabel Jenis Kerusakan

No.

Masalah

Frekuensi

Frek

Frek Kumulatif

(%)

(%)

Konektor

20

57.143

57.14

Kabel

25.714

82.86

Lampu Warning

14.286

97.14

Bintik-bintik

2.857

100

JUMLAH

35

100

59

100,00

35

90,00

30

80,00

25

70,00
60,00

20

50,00
15

40,00

Frekuensi
Frek Kumulatif (%)

30,00

10

20,00

10,00
0,00

0
Konektor

Kabel

Lampu
Warning

Bintik-bintik

Gambar 5.1 Diagram Pareto

Gambar diatas menunjukan kerusakan proyektor yang disebabkan oleh


konektor rusak sebesar 82.86%, maka dengan mendesain holder connector untuk
konektor proyektor akan mengatasi kerusakan sebesar 82.86%. Kerusakan konektor
dapat dilihat pada gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4. Diharapkan holder ini akan
mencegah kerusakan sebesar 80% lebih.

60

Penyebab kerusakan konektor ini didapat dari hasil pengamatan dan fishbone
diagram.

Fishbone

diagram

dapat

dilihat

pada

gambar

dibawah

ini.

Gambar 5.2 Fishbone Diagram

Melihat fishbone diagram pada gambar 5.2, kerusakan konektor disebabkan


karena masalah tidak tersedianya alat/mesin yang dapat membantu untuk menyimpan
konektor dengan baik. Hal ini menyebabkan perilaku manusia menjadi tidak
memperhatikan penyimpanan konektor, sehingga banyak kerusakan yang terjadi
pada konektor dan kabel pada LCD proyektor di Universitas Widyatama.
5.2. Analisis Perancangan Dengan Metode Quality Function Deployment
Melihat hasil dari House of Quality pada perancangan holder connector dengan
menggunakan metode Quality Function Deployment, maka perancangan holder
connector akan mengutamakan beberapa hal yang terdapat pada HOQ. Perancangan
holder connector ini akan mengacu pada technical response pada HOQ, technical
response tersebut seperti yang terlihat pada tabel 5.3:
Gambar 5.3 Technical Importance

Technical Response
Holder ditempatkan dekat dengan pengguna
Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan
dimensi konektor
Terdapat instruksi dan cara pemakaian disamping holder

Technical
Importance
105
90
89

61

Instalasi holder menggunakan baut

82

Sumber: Data Diolah


Melihat pada tabel 5.3 diatas, holder connector harus mampu ditempatkan
dekat dengan pengguna.Artinya, pemasangan holder connector harus dapat
ditempatkan disekitar dimana saja, terutama didekat dengan pengguna.Holder
connector juga tidak boleh menggunakan bahan berbahaya yang mengandung bahan
kimia, kareana holder connector ini akan besentuhan langsung dengan tangan
pengguna.

5.3. Analisis Perancangan


Perancangan holder connector ini menggunakan QFD.Hasil perancangan
dengan meggunakan QFD ini kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
AutoCAD.Gambar perancangan holder connector yang terpilih untuk diproduksi
dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini.

Gambar 5.4 Hasil Perancangan

Hasil perancangan pada gambar diatas kemudian di cetak dengan


menggunakan printer3D sebagai prototype.Desain yang dipilih untuk diproduksi
sudah mengikuti keinginan konsumen yang didapat dari QFD.

62

5.4. Analisis Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi untuk holder connector ini sebesar Rp.4.697. Harga
ini merupakan harga produksi holder connector dengan bahan dasar akrilik.Harga
satu buah holderini termasuk sangat murah dibandingkan dengan harga holder
sejenis. Untuk perbandingan maka produk holder connector ini akan dibandingkan
dengan harga holder/hanger untuk baju, holder/hanger untuk baju dibandrol dengan
harga Rp.6.500.

63

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Desain holder connector VGA dapat mengurangi kerusakan konektor dan kabel yang
ada di Universitas Widyatama.
Biaya perunitholder VGA jika akan diproduksi adalah sebesar Rp.4.697. Jadi
berdasarkan harga yang didapatkan pada perhitungan harga pokok produksi
makaholder connector ini dapat diproduksi.
6.2. Saran
Untuk Penelitian Selanjutnya
Saran untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan pengembangan desain, baik dari
segi bentuk atau ukuran.Menambahkan fungsi tambahan lainnya.
Implementasi
Selanjutnya diharapkan dapat dipasang pada tiap-tiap kelas di Universitas
Widyatama sebagai salah satu cara mengurangi dampak kerusakan pada konektor.

63

DAFTAR PUSTAKA
1.

Akao Yoji. 1990. Introduction to Quality Deployment (Application Manual of


Quality Function Deployment (1). (Japanese) JUSE Press.

2.

Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deploymen How to make QFD work for
you Addison Wesley Publishing Compayi : New York

3.

Djati, Imam Widodo . 2003. Perencanaan dan Pengembangan Produk. Ull


Press : Jogjakarta

4.

Gaspersz, Vincent. 1997. Production Planning and Inventory Control. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

5.

Halim, Abdul, (2003), Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta Hoaming,


Murdifin, dan Basalamah, Salim (2010), Studi Kelayakan Investasi Proyek
dan bisnis, Bumi Akasara, Jakarta.

6.

Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya: penentuan harga pokok produk, edisi


pertama, Gadjah Mada, BPFE, Yogyakarta.

7.

Kannan.G(2008):Implementation of fuzzy quality function deployment in an


automobile component to improve the quality characteristics, Quality
Engineering,

8.

Kotler, P. & Amstrong, G. (2001). Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Kesembilan


Jilid Satu. Jakarta : PT Indeks.

9.

Kotler, P. & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 14th Edition. New


Jersey : Pearson Education, Inc.

10.

Machfoedz, Masud. 1995. Tinjauan Penelitian Akuntansi 1970-1980 dan


Kemungkinan Replikasi di Indonesia. Makalah Loka Karya Metodologi
Penelitian di Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya

11.

Morris, R. (2009). The Fundamentals of Product Design. Singapore : AVA


Book Production Pte. Ltd

12.

Mulyadi.1993. Akuntansi Biaya. Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

13.

Schoorman, J. P.L., & Creusen, M. E. H. (2005). The Different Roles of


Product Appearance In Consumer Choice. Journal of Product Innovation
Management 2005;22:63-81.

64

14.

Stokholm, M. (2003). Semantic & Aesthetic Functions in Design. University of


Art and Design Helsinki

15.

Supriyono, R.1999. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta:PT BPFE.

16.

Wardani, L. K. (2003). Evaluasi Ergonomi dalam Perancangan Desain. Jurusan


Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra.

65

LAMPIRAN I
Lampiran 1HOUSE OF QUALITY

66

LAMPIRAN II
Lampiran 2 Hierarki AHP

LAMPIRAN III
Lampiran 3Expert Choise

Anda mungkin juga menyukai