Anda di halaman 1dari 104

STRATEGI MITIGASI RISIKO PADA PROYEK

PEMBANGUNAN FASILITAS PENDUKUNG PT PERTAMINA


EP FIELD JATIBARANG DENGAN PENDEKATAN
ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)
SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mecapai gelar sarjana (S1)
Disusun oleh:
Sucia Rinneke Faradhilah
2017310027

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat
dan karunia- NYA yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul “Strategi Mitigasi Risiko Pada Proyek Pembangunan
Fasilitas Pendukung PT. Pertamina EP Field Jatibarang Dengan Pendekatan
Analytical Network Process (ANP)”.
Dalam proses penulisan skripsi serta penyelesaian studi strata satu (S1) di
Universitas Sahid Jakarta. Penulis banyak mendapatkan bantuan baik dalam
bentuk kritik, waktu, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu sudah sepantasnya penulis menghantarkan ucapan terima kasih kepada:
1. Terimakasih kepada Ibu dan Saudari saya yang tidak henti – hentinya
memberikan do’a serta semangat yang dengan sabar menuruti keinginan
penulis, sehingga penulis bisa dengan lancar mengerjakan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ekaterina Setyawati, S.T., M.T. selaku pembimbing pertama yang
terus memotivasi saya dan memberikan dorongan yang kuat setiap hari
nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Serta
kesabaran dalam mengingatkann hal – hal kecil yang sering saya lupakan.
3. Ibu Lisa Ratnasari, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua yang dengan
sabar menasehati saya dan membantu saya dalam mengingatkan deadline
skripsi saya, sehingga saya bisa dengan tepat waktu menyelesaikan skripsi
saya.
4. Rekan-rekan seperjuangan Universitas Sahid Jakarta yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, sehinga penulis makin termotivasi menyelesaikan
studi.
5. Staf ahli Proyek Pembangunan Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang.
6. Segenap Staff dan pengelola Jurusan Tekhnik Industri yang telah
menjadikan suasana perkuliahan yang kondusif untuk pengembangan
keilmuan.

ii
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang
perlu dilengkapi dan disempurnakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
masukan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2022

Sucia Rinneke Faradhilah

iii
ABSTRAK

PT. Pertamina (Persero) BUMN yang mengelola penambangan minyak


dan gas bumi di Indonesia. Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di
bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam sector Hulu dan Hilir, serta
ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahan patungan.
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compress di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang ini adalah bentuk upaya yang dilakukan saat ini untuk menambah
produksi Migas di Field Jatibarang.
Seiring berjalannya proses pelaksanaan proyek konstruksi terdapat
masalah yang didalamnya, seperti keterlambatan pelaksanaan yang tidak sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
identifikasi risiko agar dapat mengetahui lebih awal kemungkinan dampak risiko
dan dapat dilakukan mitigasinya. Pengelompokan risiko melalui Risk Breakdown
Structure (RBS) untuk melakukan kategorisasi masing – masing risiko per
kategori dalam proyek. Kemudian mengidentifikasi potensi risiko dengan Failure
Mode Effect Analysis (FMEA) agar dapat memprediksi risiko yang mungkin dapat
menghambat proses konstruksi dan dilakukan upaya mitigasi risikonya untuk
membantu pelaksanaan proyek menanggulangi risiko yang terjadi. Sebagai
analisis akhir dilakukan penentuan risiko yang tertinggi dengan metode Analytical
Network Process (ANP) melalui pendekatan kriteria cost dan benefit, untuk
selanjutnya dapat melihat dan menentukan risiko mana yang paling
signifikan/tertinggi dan dilakukan rekomendasi mitigasi risiko yang tepat pada
risiko yang paling signifikan atau risiko tinggi.
Melalui Risk Breakdown Structure (RBS) diperoleh 8 kelompok risiko
dengan 42 item risiko dengan responden para tenaga ahli pada proyek konstruksi.
Berdasarkan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) didaptkan nilai Risk Priority
Number (RPN), terdapat 10 risiko tinggi, 9 risiko sedang dan 10 risiko rendah.
Pada risiko dengan pertimbangan berdasarkan benefit dan cost dengan pendekatan
Analytical Network Process (ANP) yaitu pada Risiko Pekerja Lapangan dan
Risiko Fisik, dan melakukan strategi penanganan risiko dengan cara membuat
Standard Operating Procedure (SOP) komunikasi secara jelas dan terperinci serta
mendapatkan informasi pada saat kondisi awal pada saat proyek.

Kata Kunci: Mitigasi Risiko, RBS, FMEA, ANP, Benefit-Cost.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4. Batasan Penelitian ..................................................................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1. Proyek ....................................................................................................... 6


2.2. Tahap Dalam Proyek ................................................................................. 6
2.3. Risiko ........................................................................................................ 7
2.4. Kategori Risiko ......................................................................................... 8
2.5. Manajemen Risiko .................................................................................... 8
2.6. Analisa Risiko ........................................................................................... 9
2.7. Risk Breakdown Structure (RBS) ........................................................... 10
2.8. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) ................................................... 10
2.8.1. Petunjuk Pemberian Skor Dampak (Severity = S) ........................... 12
2.8.2. Petunjuk Pemberian Skor Kemungkinan (Occurence = O) ............. 13
2.8.3. Petunjuk Pemberian Skor Deteksi (Detection = D) ......................... 14
2.8.4. Penentuan Level Risiko ................................................................... 15
2.9. Analytical Network Process (ANP) ........................................................ 16
2.9.1. Landasan Analytical Network Process (ANP) ................................. 16

v
2.9.2. Prinsip Dasar Analytical Network Process (ANP) .......................... 17
2.9.3. Bentuk Jaringan Dalam Analytical Network Process (ANP) .......... 18
2.9.4. Supermatrix Dari Sistem Feedback ................................................. 18
2.9.5. Langkah-Langkah Pengerjaan Analytical Network Process (ANP) 19
2.10. Super Decision Software.................................................................. 21
2.11. Rata-Rata Geometrik ....................................................................... 21
2.12. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 23

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 23


3.2. Pengumpulan Data .................................................................................. 23
3.2.1. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 23
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 24
3.2.3. Penentuan Responden ...................................................................... 24
3.3. Tekhnik Pengolahan Data ....................................................................... 24
3.3.1. Identifikasi Risiko ............................................................................ 24
3.3.2. Analisis Risiko ................................................................................. 25
3.3.3. Identifikasi Alternatif Penanganan/ Mitigasi Risiko ....................... 26
3.3.4. Analytical Network Process (ANP) ................................................. 26
3.4. Tahapan Penelitian .................................................................................. 27
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA................................. 29

4.1. Latar Belakang Proyek ............................................................................ 29


4.2. Lingkup Pekerjaan .................................................................................. 29
4.3. Risk Breakdown Structure (RBS) ........................................................... 30
4.4. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) ................................................... 34
4.4.1. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risiko Pekerja Lapangan .. 35
4.4.2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risiko Fisik ....................... 36
4.4.3. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Informasi Proyek ............... 37
4.4.4. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Engineer ............................ 38
4.4.5. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Procurement ...................... 39
4.4.6. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Kondisi Aktual .................. 40
4.4.7. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Desain Penyebab Risiko.... 42
4.5. Klasifikasi Risiko Prioritas ..................................................................... 43

vi
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN .......................................................... 47

5.1. Rekomendasi Mitigasi Risiko ................................................................. 47


5.2. Strategi Mitigasi Risiko .......................................................................... 50
5.2.1. Struktur Jaringan Analytical Network Process (ANP) .................... 51
5.3. Analisis Bobot Risiko (Rangking Risiko) ............................................... 52
5.3.1. Analisis Bobot Kelompok Risiko .................................................... 52
5.4. Penanganan Risiko .................................................................................. 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 59

6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 59


6.2. Saran........................................................................................................ 60
6.2.1. Saran Untuk Kontraktor ................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Empat Tahap Dalam Siklus Hidup Proyek ........................................... 7


Gambar 2. Langkah Penanganan Terhadap Resiko .............................................. 10
Gambar 3. Siklus Failure Mode Effect Analysis (FMEA) .................................... 11
Gambar 4. Tipe Komponen pada Jaringan Umpan Balik .................................... 16
Gambar 5. Peta Lokasi NFG Cemara Barat, NFG Cemara Selatan, dan Sistem Lift
SKG Kandanghaur Timur..................................................................................... 23
Gambar 6. Model Struktur Analytical Network Process (ANP) ........................... 27
Gambar 7. Tahapan Penelitian.............................................................................. 28
Gambar 8. Risk Breakdown Structure Risiko Keterlambatan Pelaksanaan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Coperssor di NFG Cemara Barat
Fiel Jati Barang ..................................................................................................... 33
Gambar 9. Pareto Chart Risiko Keterlambatan Pelaksanaan Proyek ................... 43
Gambar 11. Bobot Kriteria Kelompok Risiko Cost .............................................. 55
Gambar 10. Bobot Kriteria Kelompok Risiko Benefit .......................................... 55

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Dampak (Severity) ........................................................................... 12


Tabel 2. Skor Kemungkinan Risiko (Occurrence) ................................................ 13
Tabel 3. Skor Deteksi Risiko (Detection) .............................................................. 14
Tabel 4. Skala Risk Priority Number (RPN).......................................................... 15
Tabel 5. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ANP ................................... 17
Tabel 6. Random Consistency Index ...................................................................... 20
Tabel 7. Consistency Ratio .................................................................................... 20
Tabel 8. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 22
Tabel 9. Variabel Risiko ........................................................................................ 30
Tabel 10. Variabel Risiko Yang Signifikan ........................................................... 31
Tabel 11. Jumlah Kriteria (Kelompok Risiko) Dan Sub Kriteria (Risiko) ............ 34
Tabel 12. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel
Risiko Pekerja Lapangan ....................................................................................... 35
Tabel 13. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel
Risiko Fisik ............................................................................................................ 36
Tabel 14. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel
Informasi Proyek ................................................................................................... 37
Tabel 15. Hasil FMEA berdasarkan variabel Engineer ......................................... 38
Tabel 16. Hasil FMEA berdasarkan variabel Procurement ................................... 39
Tabel 17. Hasil FMEA berdasarkan variabel Kondisi Aktual ............................... 40
Tabel 18. Hasil FMEA berdasarkan variabel Desain Penyebab Risiko ................ 42
Tabel 20. Klasifikasi Risiko .................................................................................. 45
Tabel 21. Rekomendasi Mitigasi Risiko Pembangunan Fasilitas Pendukung
Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang .......................... 48
Tabel 22. Pengelompokan Rekomendasi Mitigasi ................................................ 50
Gambar 23. Struktur Jaringan Analytical Network Process (ANP) (Benefit-Cost)
Menggunakan Software Superdecision.................................................................. 52

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner FMEA


Lampiran 2. Kuisioner ANP-Benefit-Cost
Lampiran 3. Plot Plan Cemara Barat Jatibarang

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Pertamina (Persero) BUMN pertambangan minyak dan gas bumi di
Indonesia. Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi
dan petrokimia, terbagi ke dalam sektor Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh
kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahan patungan. Dengan adanya program
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang ini adalah bentuk upaya yang dilakukan saat ini untuk menambah
produksi Migas di Field Jatibarang.
Pada tahapan proyek konstruksi banyak sekali hambatan munculnya
risiko. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan
tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (Kangar,
1995). Sangat diperlukan mitigasi risiko dan manajemen risiko untuk perusahaan
dan kontraktor untuk dapat mengetahui dan mengidentifikasi beberapa risiko yang
mungkin atau pasti terjadi pada proyek konstruksi ini, dan dapat melihat
pengaruhnya terhadap tujuan dari kegiatan proyek konstruksi ini. Kemudian
merencanakan langkah mitigasi yang tepat untuk bisa meminimalisir dampaknya
agar dapat terciptanya tujuan kegiatan dari proyek konstruksi pada pembangunan
Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang. Terdapat suatu hubungan yang kuat antara mitigasi risiko dan
manajemen risiko dengan keberhasilan suatu proses, dimana suatu proses akan
lebih berhasil jika didalamnya melibatkan mitigasi dan manajemen risiko yang
baik.
Terdapat banyak metode yang dapat dilakukan dalam tata kelola risiko,
untuk mengidentifikasi risiko – risiko yang menghambat proses pembangunan
Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang agar dapat selesai tepat waktu sesuai jadwal perencanaan yang telah
dilakukan oleh pihak konstruksi. Kemungkinan bertambahnya risiko pasti akan

1
terjadi pada rentan sisa waktu proyek konstruksi ini. Perlunya melakukan analisa
risiko, dan memperhatikan prioritas risiko, akan tetapi tidak semua kendala bisa
diprediksi. Maka dapat dilihat pada kendala sebelumnya untuk mengidentifikasi
risiko tersebut berdasarkan dengan pendapat para ahli atau pakar atau pada
pengalaman yang terjadi sebelumnya pada proses poyek konstruksi tersebut.
Upaya untuk dapat melakukan mitigasi risiko yang tepat pada proyek
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang ini yang nantinya diharapkan dapat terselesaikan sesuai dengan
jadwal yang sudah ditetapkan. Salah satu metode yang tepat menurut Haastrup,
dalam menangani permasalahan keterkaitan antar kriteria satu dengan kriteria
lainnya dan dengan hubungan sub kriterianya, yaitu metode Analytical Network
Process (ANP) (Lryaning, 2018). Didalam penelitian ini dilakukan pendekatan
untuk mencari risiko – risiko yang paling utama dan tertinggi untuk dapat
menentukan urutan prioritas risiko – risiko yang terjadi agar selanjutnya dapat
dicari alternatif mitigasi risiko dan dapat memberikan rekomendasi yang tepat
terhadap risiko tersebut. Dan beberapa metode analisis yang dapat digunakan utuk
mengidentifikasi potensi risiko salah satunya yaitu metode Failure Mode Effect
Analysis (FMEA) dalam penelitian ini dikarenakan dapat mengdeskripsikan
failure mode, mengidentifikasi failure mode dengan jelas, mengidentifikasi
dampak dibantu dengan failure mode standar data dengan pengambilan data
melalui data premier dan sekunder. Penggunaan metode ini diharapkan agar dapat
memprediksi proses yang mungkin mengalami kegagalan dalam upaya memenuhi
suatu spesifikasi dalam proses proyek konstruksi tersebut, dan menciptakan
perkiraan cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada proses proyek
konstruksi ini. Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) tidak bisa
memperbaiki kegagalan, namun yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk
atau melakukan suatu upaya mitigasi agar risiko bisa kita maksimalkan seminim
mungkin.
Penelitian ini dilakukan pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT.
Pertamina EP Field Jatibarang dengan pelaksanaan proyek adalah Konsorsium
PT. Karyas Mas Energi – PT. Gerindo Dwidaya Energi Solusi (KKG) dalam

2
bentuk kontrak Engineering, Procurement, Construction and Comissioning
(EPCC).

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Potensi risiko apa yang tertinggi pada proses kegiatan Pembangunan
Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.
2. Usulan strategi mitigasi terhadap risiko yang tertinggi pada proses
kegiatan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor
di NFG Cemara Barat Field Jatibarang.
3. Mengusulkan Mitigasi yang tepat terhadap risiko yang tertinggi pada
proses kegiatan Pembangunan Faslititas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang.

1.3. Tujuan Penelitian


Dari rumusan permasalahan maka dapat dirumuskan tujuan pada penelitian
ini yaitu:
1. Melakukan identifikasi risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang.
2. Merumuskan strategi mitigasi risiko yang tertinggi pada proses
kegiatan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor
di NFG Cemara Barat Field Jatibarang.
3. Usulan mitigasi yang tepat terhadap risiko yang tertinggi pada proses
kegiatan Pembangunan Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang

3
1.4. Batasan Penelitian
Penulisan pada penelitian ini akan dibatasi dalam ruang lingkup
pembahasan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada pelaksanaan proyek Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang, dan mengkhususkan keterlibatan kontraktor secara
langsung pada proyek konstruki ini.
2. Pembahasan yang dilakukan adalah menganalisis indentifikasi risiko
yang tertinggi pada pelaksanaan proyek kegiatan Pembangunan
Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang.

1.5. Sistematika Penulisan


Dalam penelitian ini penulis menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri:
BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi penjelasan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian,
serta mengemukakan landasan teori untuk membahas persoalan yang
terjadi
BAB 3 Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber
dan jenis data, diagram alir penelitian sampai analisis dan pengolahan data.
BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil pengukuran, perhitungan
nilai ISPU lalu mencari perbandingan nilai tengah untuk kemudian
dikaitkan dengan rumusan masalah yang dipilih penulis.

4
BAB 5 Analisa dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai obyek penelitian,
penjelasan mengenai hasil pengambilan data yang didapat serta hasil
analisa.
BAB 6 Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang dihasilkan dari
keseluruhan penelitian ini. Kesimpulan yang diambil akan meliputi
keseluruhan hasil pengolahan data dan memberikan saran yang sesuai
dengan kondisi saat ini atau untuk penelitian selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyek
Berdasarkan Wyscoki dan McGary (2003) untuk memasukkan proyek
kedalam suatu prespective, dibutuhkan suatu definisi. Proyek sebenarnya
memiliki definisi yang sangat spesifik. Jika suatu kumpulan dari tugas atau
pekerjaan diselesaikan tidak menemui definisi sempurna, maka itu tidak bisa
disebut suatu proyek. Proyek adalah suatu sequence unik, kompleks, dan
serangkaian aktivitas yang mempunyai suatu sasaran dan tujuan dan bahwasanya
harus diselesaikan dengan kurun waktu tertentu dalam budget, dan sesuai dengan
spesifikasi.

2.2. Tahap Dalam Proyek


Larson dan Gray (2011) menyebutkan bahwa siklus hidup proyek ada 4
tahap, yaitu tahap penetapan proyek (defining), tahap perencanaan (planning),
tahap pelaksanaan (executing), dan tahap pengalihan (delivering). Titik permulaan
merupakan awal dari dimulainya suatu proyek. Tenaga dan pikiran yang
dicurahkan pada tahap awal suatu proyek, terlihat lambat. Setelah itu, akan
mengembang hingga mencapai puncaknya dan kemudian kembali menurun
karena adanya penyerahan hasil proyek kepada pelanggan.
1. Tahap penetapan (defining): mencakup penetapan: tujuan, spesifikasi
proyek, tugas-tugas, dan tanggung jawab.
2. Tahap perencanaan (planning), mencakup: jadwal, anggaran, sumber
daya, risiko, dan pembagian tugas.
3. Tahap pelaksanaan (executing), mencakup: laporan kemajuan (status
reports), perubahan, kualitas, dan prakiraan (forecast).
4. Tahap penutupan (closure), mencakup: pelatihan pelanggan,
pengalihan dokumen, pelepasan sumber daya, evaluasi, dan manfaat
(lesson learned).

6
Gambar 1. Empat Tahap Dalam Siklus Hidup Proyek

2.3. Risiko
Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, property atau keuntungan
finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield & Trugunarsyah, 1999). Secara
umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probability) terjadinya peristiwa
diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995).
Jadi hanya dengan memandang personal dari sudut pandang yang berbeda
akan mempengaruhi presepsi seseorang tentang risiko. Ada bermacam -macam
pengertian risiko, antara lain:
1. Risiko adalah suatu ancaman/peluang dimana dia dapat memberikan
akibat yang sangat tidak menyenangkan atau sebaliknya terhadap
pencapaian dari suatu proyek yang dibuat (Thelford, 1998, p.13).
2. Risiko adalah uncertainty yang telah didefinisikan, suatu konsep
sederhana, suatu cara berfikir menyeluruh dan perencanaan suatu
program atau proyek (Barkley, 2004, p.1).
3. Risiko adalah produk dari dua faktor: akibat yang diharapkan dari
suatu peristiwa dan kemungkinan peristiwa itu terjadi (Kendrick,
2003).

7
Dalam mendifinisikan risiko ada 2 komponen yang harus diperhatikan, yakni:
1. Likelihood
Likelihood atau probabilitas adalah kemungkinan terjadinya hazard event.
Hazard itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sumber potensial terjadinya
accident.
2. Impact
Impact atau yang disebut juga sebagai konsekuensi adalah hasil dari
terjadinya hazard event, yang mencakup kerusakan, kehilangan, kerugian
atau luka pada seseorang.

2.4. Kategori Risiko


Mengkategorikan risiko adalah suatu cara yang bermanfaat untuk
mengidentifikasikan masalah – masalah spesifik. Kategorinya mengacu pada
project triple constraint yaitu scope, schedule dan resources.

2.5. Manajemen Risiko


Manajemen risiko berdasarkan Australian/New Zeland Risk Management
Standart (AS/NZ 4360:2004) merupakan suatu budaya, proses dan struktur yang
diarahkan menuju manajemen efektif dari peluang – peluang potensial dan efek -
efek yang tidak diharapkan.
Konsep manajemen risiko juga dapat diaplikasikan untuk berbagai
aktivitas dan keperluan misalnya:
1. Sektor industry
2. Sektor konstruksi
3. Bidang kesehatan
4. Sektor kehutanan
5. Bencana alam dan,
6. Lain – lain

8
Terdapat beberapa versi yang menggambarkan tahapan yang dilakukan
dalam manajemen risiko. misalnya saja tahapan manajemen risiko berdasarkan
Project Management Body of Knowledge (PM Book) adalah:
1. Perencanaan risiko manajemen
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko secara kualitatif
4. Analisa risiko secara kuantitatif
5. Perencanaan respon terhadap risiko
6. Kontrol dan pengawasan terhadap risiko

Ada 8 komponen yang saling berkaitan dalam manajemen risiko


perusahaan yang didefinisikan oleh COSO (The Committee of Sponsoring
Organizations of The Treadway Commission), yaitu:
1. Internal environment
2. Objective setting
3. Event identification
4. Risk assessment
5. Risk response
6. Control activities
7. Information & communication
8. Monitoring

2.6. Analisa Risiko


Tahapan analisis risiko digunakan untuk menentukan risiko mana yang
dianggap sangat bepengaruh dan dilanjutkan pada respon risiko.
Menurut Flanagan dan Norman (1993), kerangka dasar langkah-langkah
pengambilan keputusan tehadap risiko, yaitu pada gambar di bawah ini:

9
Gambar 2. Langkah Penanganan Terhadap Resiko

Analisa risiko dengan menggunakan teknik kualitatif terdiri dari beberapa


cara (PMI, 2008),Gambar
yaitu: 3. Siklus Failure Mode Effect Analysis
(FMEA)Gambar 4. Langkah Penanganan Terhadap
1. Kemungkinan risiko dan dampak yang terjadi
Resiko
2. Matriks kemungkinan dan dampak
3. Risk data quality assessment
4. Kategorisasi risiko (Risk categorization)

2.7. Risk Breakdown Structure (RBS)


Risk Breakdown Structure (RBS) adalah pengelompokan risiko dalam
suatu komposisi hirarki risiko organisasi yang logis, sistematis, dan terstruktur
secara alami sesuai dengan struktur organisasi atau proyek. Risk Breakdown
Structure (RBS) digunakan terutama dalam upaya melakukan kategorisasi
masing-masing risiko.

2.8. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)


Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah pendekatan sistematik yang
menerapkan suatu metode pentabelan dengan menentukan metode dari efek
kegagalan hal ini untuk membantu proses pemikiran yang digunakan oleh
engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya. Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) didefinisikan sebagai sebuah teknik yang
mengidentifikasi tiga hal, yaitu:

10
1. Penyebab kegagalan yang berpotensial dari sistem, desain dan proses
selama siklus produksi.
2. Efek dari kegagalan tersebut.
3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain
produk, dan proses.
Ada banyak ragam didalam rincian metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) (Sari, 2016), tetapi semua itu mempunyai tujuan untuk
mencapai:
1. Memahami serta memprediksi potensial kegagalan dari produk
ataupun proses yang dapat terjadi.
2. Memprediksi serta mengevaluasi pengaruh dari kegagalan pada
peranan dalam sistem yang ada.
3. Menampilkan prioritas terhadap perbaikan sesuatu proses ataupun sub
sistem melalui daftar kenaikan proses ataupun sub sistem uang wajib
diperbaiki.
4. Mengenali serta membangun tindakan perbaikan yang dapat diambil
untuk menghindari ataupun mengurangi kesempatan terbentuknya
potensi kegagalan ataupun pengaruh pada sistem.
5. Mendokumentasikan proses secara keseluruhan.

Gambar 5. Siklus Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

11
Menurut metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dilakukan
dengan melaksanakan tahapan, sebagai berikut :
- Melaksanakan pengamatan terhadap proes yang hendak diteliti.
- Melaksanakan identifikasi kemampuan mode kegagalan dari tiap
mode kegagalan protensial yang telah diidentifikasi.
- Menyusun catatan akibat dari potensi kegagalan dari tiap mode
kegagalan potensial yang telah diidentifikasi.
- Memastikan bobot kriteria severity untuk tiap mode kegagalan.
- Memastikan bobot kriteria occurance untuk tiap mode kegagalan.
- Memastikan bobot detection untuk tiap mode kegagalan ataupun
akibat yang ditimbulkan.
- Melaksanakan perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN) untuk
tiap mode kegagalan.
- Menyusun prioritas mode kegagalan bersumber pada nilai Risk
Priority Number (RPN).
- Menghitung hasil Risk Priority Number (RPN) selaku mode kegagalan
yang jadi prioritas untuk diminimalisir.
- Melaksanakan aksi perbaikan untuk menanggulangi kegagalan yang
paling diprioritaskan.

2.8.1. Petunjuk Pemberian Skor Dampak (Severity = S)


Petunjuk pemberian skor pada kategori Severity (Impact) bertujuan
untuk melihat dampak atau pengaruh besar risiko terhadap aspek-aspek
tujuan proyek, meliputi jadwal (timeline), biaya (cost) dan teknikal
(technical/operational).
Tabel 1. Skor Dampak (Severity)

Effect Severity of Effect Ranking


Potensial kegagalan atau risiko
Hazardous:
mempengaruhi keamanan sistem tanpa 10
without warning
peringatan

12
Potensial kegagalan atau risiko
Hazardous: with
mempengaruhi keamanan sistem dengan 9
warning
peringatan
Tidak dapat dioperasikan dengan
Very high kegagalan yang merusak tanpa 8
mengorbankan keamanan

Tidak dapat dioperasikan dengan kerugian


High 7
atau kerusakan peralatan

Tidak dapat dioperasikan dengan kerugian


Moderate 6
kecil (Proses)
Tidak dapat dioperasikan tanpa kerugian
Low 5
(Prosedur)
Penurunan Kinerja secara signifikan
Very Low 4
(Policy)

Minor Penurunan kinerja 3

Very Minor Efeknya kecil 2

None Tidak ada memiliki efek 1

2.8.2. Petunjuk Pemberian Skor Kemungkinan (Occurence = O)


Petunjuk pemberian skor pada kategori Occurance (Likelihood)
bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya sebuah risiko.

Tabel 2. Skor Kemungkinan Risiko (Occurrence)

Probability of Failure Possible Failure Rate Ranking


Very High: Failure is Lebih dari 1 kali terjadi setiap
10
almost inevitabel harinya

13
High: Failures occur 1 kali terjadi setiap tiga hingga
9
almost as often as not empat hari
High: Repeated Failures 1 kali terjadi setiap minggu
8

High: Failures occur 1 kali terjadi setiap bulan


7
often
Moderately High: 1 kali terjadi setiap tiga bulan
6
Frequent Failure
Moderately: 1 kali terjadi setiap enam bulan
5
Sometimes failure
Moderately Low: 1 kali terjadi setiap tahun
4
Infrequent Failure
Low: Relatively few 1 kali terjadi setiap satu hingga tiga
3
failures tahun
Low: Relatively few 1 kali terjadi setiap tiga tahun
2
failures and far between hinggalima tahun
Remote: failure is 1 kali terjadi lebih dari lima tahun
1
unlikely

2.8.3. Petunjuk Pemberian Skor Deteksi (Detection = D)


Petunjuk pemberian skor pada kategori Detection bertujuan untuk
mengukur tingkat efektivitas metode atau kemampuan untuk mendeteksi
terjadinya suatu risiko.

Tabel 3. Skor Deteksi Risiko (Detection)

Detection Criteria: Likelihood of Detection Ranking

Absolutely Pengontrol tidak dapat mendeteksi


10
Uncertainty kegagalan

14
Sangat jauh kemungkingan pengontrol
Very Remote 9
akan menemukan kegagalan
Jarang kemungkinan pengontrol akan
Remote 8
menemukan potensi kegagalan
Kemungkinan pengontrol untuk
Very Low 7
mendeteksi kegagalan sangat rendah
Kemungkinan pengontrol untuk
Low 6
mendeteksi kegagalan rendah
Kemungkinan pengontrol untuk
Moderate 5
mendeteksi kegagalan sedang
Kemungkinan pengontrol untuk
ModeratelyHigh 4
mendeteksi kegagalan agak tinggi
Kemungkinan pengontrol untuk
High 3
mendeteksi kegagalan tinggi
Kemungkinan pengontrol untuk
Very High 2
mendeteksi kegagalan sangat tinggi
Kegagalan dalam proses tidak dapat
Almost Certain terjadi karena telah dicegah melalui 1
desain solusi

2.8.4. Penentuan Level Risiko


Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) memberikan
metode perhitungan risiko dengan cara membuat nilai prioritasi risiko,
Risk Priority Number (RPN).

Tabel 4. Skala Risk Priority Number (RPN)

Level Risiko Skala Nilai RPN


Very Low < 20
Low 20 < 79
Medium 80 < 120

15
High 121 < 200
Very High > 200

2.9. Analytical Network Process (ANP)


Analytical Network Process (ANP) adalah teori matematis yang
memungkinkan seorang pengambil keputusan menghadapi faktor – faktor yang
saling berhubungan serta memiliki umpan balik secara sistematik.

Gambar 6. Tipe Komponen pada Jaringan Umpan Balik

2.9.1. Landasan Analytical Network Process (ANP)


Analytical Network Process (ANP) merupakan metode dengan
pendekatan kualitatif dimana data yang akan dijadikan sebagai bahan
analisis tidak tersedia sehingga penelitian harus mencari data secara
primer. Oleh karena itu, Analytical Network Process (ANP) memiliki tiga
aksioma yang menjadi landasan teorinya. Aksioma berfungsi untuk
memperkuat suatu pernyataan agar dapat dilihat kebenarannya tanpa perlu
adanya bukti.
Menurut Ascarya (2005, dikutip dalam Ramadhan, 2017) aksioma -
aksioma tersebut diantaranya:
1. Resiprokal
Jika A memiliki tingkat kepentingan 6 kali lebih besar dari Y, maka Y
besarnya 1/6 kali dari X.

16
2. Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen – elemen yang akan
dibandingkan tidak memiliki perbedaan terlalu besar. Berikut skala
yang digunakan dalam Analytical Network Process (ANP) yang
diringkas pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ANP

Skala Definisi Penjelasan


Dua aktifitas berpengaruh sama terhadap
1 Sama pentingnya
tujuan
Satu aktifitas dinilai sedikit lebih
3 Sedikit lebih penting
berpengaruh dibandingkan aktifitas lainnya
Satu aktifitas dinilai lebih berpengaruh
5 Lebih penting
dibandingkan dengan aktifitas lainnya
Satu aktifitas dinilai sangat lebih
7 Sangat lebih penting
berpengaruh dengan aktifitas lainnya.

Satu aktifitas dinilai mutlak lebih


9 Mutlak lebih penting
berpengaruh dibandingkan aktifitas lainnya.

Nilai yang berada diantara skala – skala


2,4,6,8 Nilai tengah
diatas

3. Aksioma
Adalah setiap elemen dan komponen yang digambarkan dalam
jaringan kerangka kerja baik hirarki maupun feedback.

2.9.2. Prinsip Dasar Analytical Network Process (ANP)


Saaty (1993) membagi prinsip dasar dalam Analytical Hierarchy
Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) menjadi tiga, yakni
dekomposis, penilaian komparasi dan komposisi hirarki. Penjelasan lebih
lengkap ketiga prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

17
1. Dekomposisi masalah – masalah yang dikumpulkan dengan
melakukan studi lapangan ketika penelitian sedang berlangsung
merupakan masalah yang sangat kompleks.
2. Penilaian komparasi prinsip ini diterapkan untuk melihat
perbandingan pasangan dari semua jaringan/hubungan/pengaruh yang
dibentuk dalam suatu kerangka kerja.
3. Komposisi hirarki atau sintesis prinsip ini diterapkan untuk
mengalikan prioritas lokal dari elemen – elemen dalam cluster dengan
prioritas global dari elemen induk.

2.9.3. Bentuk Jaringan Dalam Analytical Network Process (ANP)


Pada umumnya, ada beberapa jaringan Analytical Network Process
(ANP) yang telah dikembangkan menjadi lebih variatif. Hal ini
dikarenakan Analytical Network Process (ANP) tidak dibatasi pada
struktur hirarki sebagaimana Analytical Hierarchy Process (AHP),
sehingga jaringan yang dibuat dalam Analytcal Network Process (ANP)
pun menjadi lebih beragam.

2.9.4. Supermatrix Dari Sistem Feedback


Jika diasumsikan suatu system memiliki N cluster dimana elemen –
elemen dalam setiap cluster saling berinteraksi atau memiliki pengaruh
terhadap beberapa atau seluruh cluster yang ada. Jika cluster dinotasikan
dengan Ch dimana h = 1,2, …, N dengan elemen sebanyak nh yang
dinotasikan dengan eh1, eh2, …, ehnh. Pengaruh dari satu elemen dalam
suatu cluster pada elemen yang lain dalam suatu sistem dapat
direpresentasikan melalui vector prioritas berskala rasio yang diambil dari
perbandingan berpasangan.

18
Rumus Format Dasar Supermatrix

Dimana blok i,j dari matriks ini adalah:

Rumus Matriks Blok i dan j

2.9.5. Langkah-Langkah Pengerjaan Analytical Network Process


(ANP)
Langkah-langkah/tahapan dalam pengambilan keputusan dengan
menggunakan metode Analytical Network Process (ANP) seperti berikut:
1. Menyusun struktur masalah dan mengembangkan model keterkaitan.
2. Membentuk matriks perbandingan berpasangan
wi
!ij w Jika ada n elemen yang dibandingkan maka matriks
j
perbandingan A didefinisikan sebagai:
Gj
a
m
b
a
r
7
:
P
e Rumus Perhitungan Matriks A
t
a
L
o
k
a
si
N
F 19
G
C
e
3. Menghitung rasio konsistensi
Perhitungan ini menggunakan rumus dibawah ini:

dimana: "#!$% = &i'!i (i)(& *!'+(

Perhitungan CR diperoleh dari rumus:

dimana: CI = Consistency Index, CR = Consistency Ratio, RI =


Random Index
Berikut adalah keterangan nilai RI yang digunakan dalam pengolahan
data:

Tabel 6. Random Consistency Index

Random Consistency Index (RI)


n 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51

Sedangkan nilai standar CR adalah sbb:

Tabel 7.Consistency Ratio


Consistency Ratio (CR)
Matriks 2x2 3x3 4x4 ≥ 5x5
CR 0% 5% 8% 10%

4. Membuat Supermatriks
Supermatriks terdiri dari tiga tahap, yaitu Supermatriks tidak berbobot
(Unweighted Supermatrix), Supermatriks berbobot (Weighted
Supermatrix), dan Supermatriks Limit (Limiting Supermatrix).
a. Unweighted Supermatrix
b. Weighted Supermatrix

20
c. Limiting Supermatrix

2.10. Super Decisions Software


Super Decisions adalah satu – satunya perangkat lunak pendidikan gratis
yang menerapkan Analytical Hieararchy Process (AHP) dan Analytical Network
Process (ANP), serta dikembangkan oleh tim pencipta metode ini, Thomas Saaty.
Perkembangan dan mantarnya disponsori oleh Creative Decisions Foundation.
Creative Decisions Foundation didirikan pada tahun 1996 oleh Thomas L.

2.11. Rata-Rata Geometrik


Rata-rata ukur (geometrik) adalah rata-rata yang diperoleh dengan
mengalikan semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian diakar
pangkatkan dengan jumlah data sampel tersebut. Secara matematis rata-rata ukur
(geometrik) dirumuskan seperti berikut ini.

Rumus Geometrik

Atau rumus tersebut bisa diringkas menjadi:


$
!

, = 0- .i
i%&

Rumus Geometrik Ringkasan

Penghitungan rata – rata ukur (geometrik) juga bisa dihitung dengan


menggunakan logaritma. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Rumus Logaritma

21
Keterangan:
G = rata-rata ukur (geometrik)
n = jumlah sampel
Π = kegunaannya hampir sama dengan Σ, bedanya Σ digunakan
untuk penjumlahan, sedangkan Π digunakan untuk
perkalian
xi = nilai sample ke-i

2.12. Penelitian Terdahulu


Berikut ini adalah penelitian terhadulu sebagai studi Pustaka dalam
penelitian ini yaitu pada Tabel 2.8 Penelitian Terdahulu dibawah ini:

Tabel 8. Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Penulis Metode

Analisis Risiko Keterlambatan Analytical


Pelaksanaan Konstruksi Proyek Spazio Wahyu Rifai (2018) Network
Tower 2 Surabaya Process(ANP)
Penggunaan Metode Failure Mode and
Idad Syaeful Haq, Asep Failure Mode
EffectAnalysis (FMEA) dalam Identifikasi
Yunta Darma, & and Effect
Kegagalan Mesin untuk Dasar Penentuan
RahmanAffandi Analysis
Tindakan Perawatan di Pabrik Kelapa
Batubara (2021) (FMEA)
Sawit Libo
Severuty Index
Analisis Risiko Pelaksanaan Benhart E. Situmorang,
dan
Pembangunan Proyek konstruksi Bangun Tisano Tj. Arsjad,
Probabilitas
Gedung Jermias Tjakra (2018)
Dampak

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2021 sampai 4 Februari
2022 dan dilakukan di Lapangan Cemara, Cirebon.

Gambar 8: Peta Lokasi NFG Cemara Barat, NFG Cemara Selatan, dan Sistem Lift SKG
Kandanghaur Timur

3.2. Pengumpulan Data


3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Berikut adalah jenis dan sumber data penelitian ini:
1. Data primer
Data primer diperoleh dari tenaga ahli yang dipilih adalah orang yang
menguasai dan kompeten dibidangnya dan diharapkan dapat
memberikan kontribusi dengan baik. Berikut ini 4 responden tenaga
ahli yang dipilih adalah: Project Manager, Construction Manager,
Lead Engineer, Procurement Manager.

23
2. Data sekunder
Data sekunder berupa data dan informasi dari kontraktor mengenai
profil proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat PT. Pertamina EP Field Jatibarang.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data dilakukan selama penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
b. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
c. Brainstorming
d. Kuesioner

3.2.3. Penentuan Responden


Penentuan responden menggunakan purposive sampling yang
merupakan non probability sampling, sampel pada penelitian ini
ditetapkan oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa sampel tersebut dapat
memberikan informasi yang akurat. Batasan dalam penentuan sampel ini
adalah personil yang terlibat langsung dalam proyek Pembangunan
Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di Pertamina EP Field
Jatibarang dan memiliki andil yang cukup kuat dalam proyek tersebut.

3.3. Tekhnik Pengolahan Data


Pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan mengggunakan metode
– metode sebagai berikut :
3.3.1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah dengan menggunakan metode Risk
Breakdown Structure (RBS) untuk mengidentifikasi risiko pada proyek.
Risk Breakdown Structure (RBS) dilakukan dengan cara (bottom-up).
Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan Risk Breakdwon Structure
(RBS) secara bottom-up:

24
1. Mengumpulkan potensi risiko menggunakan metode brainstorming
serta depth interview terhadap responden ahli/pakar.
2. Melakukan penyortiran risiko, potensi risiko yang ditemukan disortir
dan dikelompokkkan menjadi kelompok – kelompok risiko yang
sejenis dan terkait.

3.3.2. Analisis Risiko


Analisis risiko dilakukan dengan menggunakan metode Failure
Mode Effect Analysis (FMEA) yaitu dengan pemberian ranking yang
didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden ahli.
Berikut ini tahapan analisis risiko dengan metode Failure Mode Effect
Analysis (FMEA):
1. Severity
Severity adalah sebuah tingkat keparahan dari risiko – risiko yang
dapat terjadi, dalam Failure Mode Effect Analysis (FMEA) tingkatan
severity diberikan skala 1 sampai 10 yaitu skala 1 merupakan yang
tingkat keparahan terendah dan skala 10 merupakan tingkat keparahan
yang paling tinggi.
2. Occurrence
Occurrence merupakan frekuensi dari risiko itu terjadi. Skala
occurrence juga diberikan sekala 1 sampai 10, yaitu 1 adalah
frekuensi risiko sangat jarang terjadi, dan skala 10 adalah risiko sangat
sering terjadi bahkan tidak terelakkan.
3. Detection
Detection adalah peringkat yang terkait dengan kontrol deteksi,
berdasarkan kriteria dari skala deteksi yaitu 1 sampai 10.
4. Risk Priority Number (RPN)
Risk Priority Number adalah penilaian numerik tingkat prioritas risiko
mode kegagalan dalam analisis Failure Mode Effect Analysis
(FMEA). Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risk Priority Number
(RPN) membantu tim/individu yang bertanggung jawab untuk

25
memprioritaskan risiko dan membuat keputusan tentang tindakan
korektif. Untuk menghitung nilai Risk Priority Number (RPN) dapat
dengan menggunakan rumus:

Risk Priority Number = Severity x Occurrence x Detection

3.3.3. Identifikasi Alternatif Penanganan/ Mitigasi Risiko


Identifikasi alternatif penanganan risiko pada penelitian ini
ditentukan berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) dengan
menggunakan metode depth interview dan brainstorming kepada para
responden ahli. Adapun tahapan dalam mengidentifikasi alternatif
penanganan/mitigasi risiko adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan risiko berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN)
kemudian dibuat kedalam tabel. Kemudian dibuat diagram pareto dari
setiap risiko tersebut.
2. Nilai Risk Priority Number (RPN) dengan persentase kumulatif lebih
dari 80% akan dieliminasi dan yang ada dibawah 80% akan digunakan
sebagai identifikasi alternatif penanganan/mitigasi risiko dengan para
responden ahli.

3.3.4. Analytical Network Process (ANP)


Pada tahap ini Analytical Network Process (ANP) digunakan
sebagai analisis akhir untuk menghitung dan mengetahui perbandingan
berpasangan dan rating dari tiap – tiap alternatif mitigasi risiko yang telah
diidentifikasi sebelumnya.
Pengolahan data Analytical Network Process (ANP) diolah
menggunakan Software Super Decisions. Super Decisions adalah
perangkat lunak pengambilan keputusan yang bekerja berdasarkan dua
metode pengambilan keputusan multi-kriteria. Berikut adalah tahapan
penyusunan metode ANP pada penelitian ini:
1. Konstruksi Model Analytical Network Process (ANP)

26
Konstruksi Model Analytical Network Process (ANP) yang digunakan
dalam analisis Analytical Network Process (ANP) adalah dengan
menggunakan kriteria Benefit-Cost.

Gambar 9. Model Struktur ANP

2. Kuantifikasi Model
Tahap kuantifikasi model menggunakan pertanyaan dalam kuesioner
Analytical Network Process (ANP) berupa pairwise comparison
(perbandingan pasangan) antar elemen dalam cluster untuk
mengetahui mana diantara keduanya yang lebih besar pengaruhnya
(lebih tertinggi) dan seberapa besar perbedaannya melalui skala
numerik 1-9.
3. Sintesis dan Analisis Bobot dan Prioritas Alternatif
Hasil atau sintesis jaringan Analytical Network Process (ANP) di
perangkat lunak super decisions untuk masing-masing termohon dapat
dihasilkan. Data kemudian di verifikasi kedalam Microsoft Excel
Worksheet.
3.4. Tahapan Penelitian
Berikut ini adalah Tahapan Penelitian dalam penelitian ini:

27
Latar Belakang Masalah
Strategi Mitigasi Risiko Pada Proyek Pembangunan Fasilitas
Pendukung PT Pertamina EP Field Jatibarang Dengan Pendekatan
Analytical Network Process (ANP)

Rumusan Masalah
1. Potensi risiko apa yang tertinggi pada proses kegiatan Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang.
2. Usulan strategi mitigasi terhadap risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.
3. Mengusulkan mitigasi yang tepat terhadap risiko yang tertinggi pada proses
kegiatan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang.

Tujuan Penelitian
1. Melakukan identifikasi risiko yang tertinggi pada proses kegiatan Pembangunan
Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang.
2. Merumuskan strategi mitigasi risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.
3. Usulan mitigasi yang tepat terhadap risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.

Pengumpulan Data

1. Data Primer: Observasi Lapangan, Penyebaran Kuesioner, Depth Interview, Brain


Storming
2. Data Sekunder: Profil proyek perusahaan, Literatur danPenelitian terdahulu,

Analisis Data dan Pembahasan

1. Identifikasi Risiko
2. FMEA: Pemberian ranking Severity, Occurrence, Detection, dan menghitung Risk
Priority Number (RPN) dari masing-masing Risiko
3. Identifikasi Alternatif Aksi Penanganan/Mitigasi dari Risiko
4. ANP BC (Benefit & Cost): Pemberian rating perbandingan berpasangan terhadap
setiap kriteria dan alternatif

Kesimpulan

Gambar 10. Tahapan Penelitian


Kesimpulan

28
Gambar 11. Tahapan Penelitian
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa risiko pada proyek
Engineering Procurement Construction (EPC) dengan objek penelitan dalam studi
kasus ini adalah proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang milik PT. Pertamina EP.
Langkah terpenting dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi
risiko yang ada. Risk Breakdown Structure (RBS) telah diakui sebagai alat yang
berguna untuk penataan proses risiko. Risiko-risiko dalam Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang
memiliki keterkaitan, demikian juga antara risiko dan sub risiko. Risk Breakdown
Structure (RBS) pada penelitian ini digunakan untuk mengindentifikasi risiko,
sedangkan Analytical Network Process (ANP) untuk menentukan bobot masing –
masing risiko, dari bobot tersebut ingin diketahui risiko yang tertinggi dalam
proyek ini.

4.1. Latar Belakang Proyek


Paket pekerjaan Engineering Procurement Connstruction (EPC) pada
proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang milik PT. Pertamina EP merupakan proyek
upgrading/penambahan kapasitas fasilitas eksisting dari kapasitas total 6 MMscfd
dengan suction presure 15 psig dan discharege pressure 150 - 180 psig di-
upgrade ke ± 16 MMscfd dengan suction pressure 15 psig dan discharge pressure
350 psig.

4.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan pada proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem
Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang meliputi pekerjaan

29
Engineering, Procurement dan Construction sampai dengan Commissionning,
gambar dengan Plot Plan terlampir pada lampiran.

4.3. Risk Breakdown Structure (RBS)


Setelah dilakukan depth interview dan brainstorming dengan para tenaga
ahli yang berada didalam proyek konstruksi. Pada penelitian ini, terdapat 8
variabel (risiko) dan 42 sub variabel (sub risiko) yang akan dipilih adalah sub
variabel (sub risiko) yang signifikan oleh para ahli dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 9. Variabel Risiko

No Variabel Sub-variabel
Kekurangan Skill Labour
Kinerja Buruk
Tidak Mengerti Gambar
Produktivits Rendah
1 Risiko Pekerja Lapangan
Kekurangan Labour
Masalah Komunikasi
Kekurangan Alat Kerja
Keterlambatan Pembayaran Upah
Tanah Longsor
Banjir
2 Risiko Fisik
Hujan Lebat
Angin Kencang
Data Tanah Tidak Akurat
Keterlambatan Pemesanan Alat
3
Informasi Proyek Kesalahan Pengaturan Tanah Bekas Galian
Tidak Adanya Drawing Existing Plant
Kesalahan Pelaksanaan
4 Masalah Koordinasi
Proses Konstruksi Iklim Ekstrim Mengganggu Produktivitas
Keterlambatan Informasi Dari Perencana
Pekerjaan Tidak Tercantum Di BOQ

30
Keterlambatan Pihak Ketiga
Keterlambatan Kedatangan Material
Metode Kerja Kurang Mengerti
Kurang Kompeten
5 Engineering
Masalah Komunikasi Dan Koordinasi
Interface Antar Engineer Secara Daring
Keterlambatan Dokumen
6 Procurement Kurangnya Resources Vendor
Keterlambatan Dokumen Vendor
Adanya Aliran Air Bawah Tanah
Pile Tidak Sesuai (Tambahan)
7 Kondisi Aktual
Tanah Timbunan
Banyak Pipa Dan Kabel Eksisting
Ketidakjelasan Spesifikasi
Ketidaksesuaian Antara Gambar Dan Metode
Diperlukan Inovasi Metode Kerja
Kemungkinan Perubahan Desain
8 Desain Penyebab Risiko
Kesalahan Gambar
Detail Gambar Tidak Standar
Menyebabkan Kesalahan Estimasi Biaya
Scope Pekerjaan Tidak Jelas

Selanjutnya pada tahap ini penulis kembali melakukan pengumpulan


informasi terhadap sub variabel (sub risiko) dan analisis checklist terhadap sub
variabel (sub risiko) yang signifikan, maka didapatlah 8 variabel (risiko) dengan
28 sub variabel (sub risiko). Proses pengumpulan informasi menggunakan studi
literatur dan expert adjustment/tenaga ahli. Variabel tesebut seperti yang tampak
pada tabel berikut ini :

Tabel 10. Variabel Risiko Yang Signifikan

No Variabel Sub-variabel Kode


1 Risiko Pekerja Masalah komunikasi RPL1

31
Lapangan Keterlambatan pembayaran upah RPL2
Kekurangan labour RPL3
Kekurangan alat kerja RPL4
Tanah longsor RF1
2 Risiko Fisik Banjir RF2
Angin kencang RF3
Data tanah tidak akurat IP1
Keterlambatan pemesanan alat IP2
3 Informasi Proyek
Kesalahan pengaturan tanah bekas galian IP3
Tidak adanya drawing existing plant IP4
Kesalahan pelaksanaan PK1
Masalah koordinasi PK2
4 Proses Konstruksi
Iklim ekstrim mengganggu produktivitas PK3
Keterlambatan pihak ketiga PK4
Masalah komunikasi dan koordinasi E1
5 Engineering Interface antar engineer secara daring E2
Kesalah metode kerja E3
Keterlambatan dokumen TBE P1
6 Procurement Kurangnya resources vendor P2
Keterlambatan dokumen vendor P3
Adanya aliran air bawah tanah KA1
Pile tidak sesuai (tambahan) KA2
7 Kondisi Aktual
Tanah timbunan KA3
Banyak pipa dan kabel eksisting KA4
Ketidakjelasan spesifikasi DPR1
Desain Penyebab
8 Ketidaksesuaian antara gambar dan metode DPR2
Risiko
Kemungkinan perubahan desain DPR3

Dengan menggunakan sistem pengelompokan Risk Breakdown Structure


dapat di buatkan model skematik seperti yang terdapat pada halaman berikut ini:

32
Gambar 13. Risk Breakdown Structure Risiko Keterlambatan Pelaksanaan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Coperssor di NFG Cemara Barat Fiel Jati Barang

33
Kriteria (Kelompok Risiko) Subkriteria (Risiko)
Risiko pekerja lapangan 4
Risiko fisik 3
Informasi proyek 4
Proses konstruksi 4
Engineer 3
Procurement 3
Kondisi actual 4
Desain penyebab risiko 3
Tabel 11. Jumlah Kriteria (Kelompok Risiko) Dan Sub Kriteria (Risiko)

4.4. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)


Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah pendekatan sistematik yang
menerapkan suatu metode pentabelan dengan menentukan mode kegagalan dari
efek dari kegagalan hal ini untuk membantu proses pemikiran yang digunakan
oleh engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya.
Berikut ini adalah analisa Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
berdasarkan variabel risiko dari setiap kriteria kelompok risiko diatas:

34
4.4.1. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risiko Pekerja Lapangan
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Pekerja Lapangan adalah sebagai
Tabel 12. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Pekerja Lapangan

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
Process Mode Kegagalan

RPN
No Potential FailureEffects Potential Causes Current Controls
Step/Input Potensial

Terjadi kesalahan
Diadakan meeting rutin
Masalah pengaplikasian dari adanya pekerjaan repair Kurang adanya
1 sebelum melakukan
Komunikasi desain dan pekerjaan atau rework 8 komunikasi antar lini 7 5 280
pekerjaan
lapangan
Perusahaan mendapat
Keterlambatan kekurangan dalam tingkat Alokasi Danayang
2 Pekerja mogok kerja 8 5 Monitoring alokasidana 5 200
pembayaran upah kepercayaan sebagai kurang terstruktur
pelaksana

Melakukan rekrutmen
penundaan beberapa Keterlambatan progress Adanya minimum
3 KekuranganLabor pekerjayang memenuhi
aktivitas kerja pekerjaan requirementpekerja
7 5 minimum requirement 5 175

Kekurangan alat penundaan beberapa Keterlambatan progress kurangnya perencanaan


4 Monitoring alokasidana
Kerja aktivitas kerja pekerjaan 7 lapangan 6 6 252

35
4.4.2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risiko Fisik
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Fisik adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Fisik

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
Process

RPN
No. Potential Failure Mode Potential Failure Effects Potential Causes Current Controls
Step/Input

Pekerjaan berlulang dan


Hujan lebat, adanya Perencanaan dan
Tanah Galian tanah tertimbun volume galian bertambah dan
1 aliran air tanah, galian monitoring pekerjaan
longsor kembali keterlambatan pekerjaan 6 8 6 288
tidak memakai turap galian tanah
pondasi
Lokasi yang berada di Banjir tahunan dan
Penundaan beberapa aktivitas Mengalihkan pekerjaan
2 Banjir dekat sawah teremdam air 3 instensitas hujan 3 7 63
pekerjaan lapangan ke workshop
(banjir) tinggi
Aktifitas pekerjaan
Angin Penundaan beberapa aktivitas Mengalihkan pekerjaan
3 menggunakan crane 3 Angin kencang 3 7 63
kencang pekerjaan lapangan ke workshop
terhenti

36
4.4.3. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Informasi Proyek
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Informasi Proyek adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Informasi Proyek

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
No. Process Step/Input Potential FailureMode Potential Failure Effects Potential Causes Current Controls

RPN
data tanah dari company
Data tanah tidak adanya perubahan adanya penambahan biaya melakukan soil
1 8 supply tidak sesuai dengan 4 6 192
akurat desain pondasi dan waktu investigasi ulang
aktual
Terjadi sistem tunggu Koordinasi Lead
Penundaan aktifitas
waktu proyek semakin padat menunggu karena aktivitas Construction dengan
Keterlambatan pekerjaanyang
2 dan menyebabkan adanya 7 satuterlambat membuat 4 Procurement dan 5 140
pemesanan alat menggunakan alat
sistem lembur aktivitas selanjutnyatidak melakukan perencanaan
berat
bisa dikerjakan penggunanaan alat.
menyebabkan crowded di Terjadi sistem tunggu
Kesalahan area konstruksi dikarenakan menunggu karena aktivitas
Keterlambatan Pengaturan alat kerjadan
3 pengaturan tanah tanah timbunan yang 7 satu terlambat membuat 4 6 168
pekerjaan tanah komunikasi antar lini
bekas galian menghalangi akses/mobiltas aktivitas selanjutnya tidak
alat maupun pekerja bisa dikerjakan

37
perubahan terhadap desain Berkoordinasi dengan
Tidak adanya Risiko bahaya pada Plant eksisting peralihan
4 rencana dan penambahan 7 3 pihak owner sebelum 7 147
drawing eksisting aktivitasproyek dari PGN
waktu dan biaya memulai pekerjaan

4.4.4. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Engineer


Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Engineer adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil FMEA berdasarkan variabel Engineer

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
Potential Failure Potential Failure

RPN
No. Process Step/Input Potential Causes Current Controls
Mode Effects

adanya Kurangnya Dilakukan meeting


Kesalahan Adanya penambahan
1 pekerjaan 8 komunikasi antar 7 sebelum pelaksanaan 6 336
pelaksanaan waktu dan biaya
berulang lini pekerjaan
Kurangnya sosialisasi Kontrol SOP setiap
Kurang jelasnya
2 Masalah koordinasi Pekerjaan berulang 7 terkait SOP yang jelas 6 selesai pekerjaan oleh 4 168
prosedur kerja
antarlini Site Manager
Iklim ekstrim Aktifitas Penundaan beberapa Dilakukan meeting
Kondisi cuaca
3 mengganggu pekerjaan aktivitas pekerjaan 3 3 sebelum pelaksanaan 7 63
ekstrim
produktifitas terhenti lapangan pekerjaan

38
Keterlambatan Ketidaksiapan
Pemilihan menambah intensitas
Keterlambatan material yang vendor dan
4 vendor kurang 8 7 koordinasi antara vendor, 6 336
pihak ketiga berkaitan dengan berubahnya
maksimal kontraktor dan user
proyek spesifikasi

4.4.5. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Procurement


Hasil Failure Mode Efffect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Procurement adalah sebagai berikut:
Tabel 16. Hasil FMEA berdasarkan variabel Procurement

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
Potential Failure Potential Failure

RPN
No. Process Step/Input Potential Causes Current Controls
Mode Effects

Keterlambatan Keterlambatan terhadap Waktu review dokumen Menambah intensitas


Keterlambatan
1 pengadaan barang progress 8 yang terlalu 7 koordinasi antara vendor, 5 280
dokumen TBE
LLI pekerjaan lama kontraktor dan user

Keterlambatan Keterlambatan terhadap Vendor untuk material Mempercepat proses


Kurangnya
2 pengadaan barang progress 8 khusus yang terdaftar 7 dokumen TBE dan 4 224
resources vendor
LLI pekerjaan sedikit menambah resourcesvendor

39
Keterlambatan terhadap Perubahan desain dari Menambah intensitas
Keterlambatan Keterlambatan
3 progress 8 pihak owner, terbatasnya 7 koordinasi antara vendor, 5 280
dokumen vendor pengadaan barang LLI
pekerjaan engineering vendor kontraktor dan user

4.4.6. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Kondisi Aktual


Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Kondisi Aktual adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Hasil FMEA berdasarkan variabel Kondisi Aktual

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
Potential

RPN
No. Process Step/Input Potential Failure Effects Potential Causes Current Controls
Failure Mode

Pekerjaan berlulang dan volume Tidak validnya data


Adanya aliran air Desain pondasi Mengadakan soil investigasi
1 galian bertambah dan 6 tanah yang 8 5 240
bawah tanah berubah ulang secaramandiri
keterlambatan pekerjaan pondasi diberikan owner

Pile (pancang) tidak Kesalahanpada Tidak validnya data


Mengadakan soil investigasi
2 sesuai desain detail Kenaikan pada biaya proyek 7 yang diberikan 8 5 280
ulang secaramandiri
(tambahan perubahan) material owner

40
Menambah intensitas meeting
Lokasi plant Tidak validnya data
Perubahan bersama owneruntuk
3 merupakan bekastanah Kenaikan pada biaya proyek 7 yang diberikan 8 4 224
metode kerja percepatan approval metode
timbunan owner
kerja
Tingkat Tidak validnya data Menambah intensitas meeting
Banyak terdapatpipa Membahayakan pekerja dan
4 keamanan pada 7 tanah yang 8 bersama owneruntuk 4 224
dan kabel eksisting pekerjaan menjadi kurang efektif
aktivitas kerja diberikan owner mengetahui fasilitas eksisting

41
4.4.7. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Desain Penyebab Risiko
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Desain Penyebab Risiko adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Hasil FMEA berdasarkan variabel Desain Penyebab Risiko

OCCURRENCE

DETECTION
SEVERITY
Potential Failure

RPN
No. Process Step/Input Potential FailureEffects Potential Causes Current Controls
Mode

Kurangnya koordinasi, Menambah intensites


Ketidakjelasan Kesalahan pembelian Adanya penambahan kurang koordinasi dan ketelitian
1 8 8 5 320
spesifikasi barang waktu dan biaya teliti saat proses pada saat proses
engineering engineering
Menambah intensites
Ketidaksesuaian antara Pekerjaan berlulang dan
Keterlambatan Tidak validnya data koordinasi dan ketelitian
2 gambar dan volume galian bertambah 7 8 4 224
pekerjaan lapangan yang diberikan owner pada saat proses
metode kerja dan keterlambatan
engineering
Menambah intensites
Pekerjaan berlulang dan
Kemungkinan Keterlambatan Tidak validnya data koordinasi dan ketelitian
3 volume galian bertambah 8 8 5 320
perubahan desain pekerjaan lapangan yang diberikan owner pada saat proses
dan keterlambatan
engineering

42
4.5. Klasifikasi Risiko Prioritas
Berdasarkan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) didapatkan nilai risk
priority number (RPN), yang selanjutnya akan disusun dengan menggunakan
pareto chart untuk mengetahui risiko mana yang paling signifikan. Berikut ini
adalah gambar dan tabulasi dari pareto chart:

Risiko Keterlambatan Pelaksanaan Proyek


600 100%

90%

500
80%

70%
400

60%

40%
200
30%

20%

10%
100
0%
E3
PK1
PK4
DPR1
DPR3
RF1
RPL1
P1
P3
KA2
E2
RPL4
KA1
P2
KA3
KA4
DPR2
RPL2
IP1
RPL3
IP3
PK2
E1
IP4
IP2
RF2
RF3
PK3

G
amb

Pare
ar
14.
Gambar 15. Pareto Chart Risiko Keterlambatan Pelaksanaan Proyek
Dapat dilihat dari gambar Pareto Chart diatas terdapat risiko – risiko yang
merupakan risiko tinggi terdapat pada risiko Engineering dengan kode (E3), risiko
sedang terdapat pada Risiko Pekerja Lapangan dilambangkan dengan kode (RPL
4) dan risiko rendah terdapat pada risiko Proyek Konstruksi (PK2). Masing-
masing dari risiko yang sudah disebutkan merupakan contoh perwakilan hasil
klasifikasi risiko dari kategori risiko tinggi, risiko sedang dan risiko rendah.

43
Tabel 19. Hasil Tabulasi Pareto Chart

Dari hasil menggunakan prinsip pareto maka dapat ditabulasikan


klasifikasi risiko terhadap sub-variabel risiko – risiko yang telah ditentukan pada
Risk Breakdown Structure (RBS). Dapat dilihat pada tabel terdapat 10 sub-
variabel risiko yang diklasifikasikan risiko tinggi atau sebesar 51% terhadap risiko

44
yang dapat menghambat pelaksanaan proyek. Kemudian ada 9 sub-variabel risiko
yang dapat diklasifikasikan sebagai risiko sedang atau sebesar 82%.

Tabel 20. Klasifikasi Risiko

Variabel Sub-variabel Kode Klasifikasi Risiko


Masalah komunikasi RPL1 Risiko Tinggi
Risiko
Keterlambatan pembayaran upah RPL2 Risiko Sedang
Pekerja
Kekurangan labour RPL3 Risiko Rendah
Lapangan
Kekurangan alat kerja RPL4 Risiko Sedang
Tanah longsor RF1 Risiko Tinggi
Risiko Fisik Banjir RF2 Risiko Rendah
Angin kencang RF3 Risiko Rendah
Data tanah tidak akurat IP1 Risiko Sedang
Informasi Keterlambatan pemesanan alat IP2 Risiko Rendah
Proyek Kesalahan pengaturan tanah bekas galian IP3 Risiko Rendah
Tidak adanya drawing existing plant IP4 Risiko Rendah
Kesalahan pelaksanaan PK1 Risiko Tinggi
Proses Masalah koordinasi PK2 Risiko Rendah
Konstruksi Iklim ekstrim mengganggu produktivitas PK3 Risiko Rendah
Keterlambatan pihak ketiga PK4 Risiko Tinggi
Masalah komunikasi dan koordinasi E1 Risiko Rendah
Engineering Interface antar engineer secara daring E2 Risiko Sedang
Kesalah metode kerja E3 Risiko Tinggi
Keterlambatan dokumen TBE P1 Risiko Tinggi
Procurement Kurangnya resources vendor P2 Risiko Sedang
Keterlambatan dokumen vendor P3 Risiko Tinggi
Adanya aliran air bawah tanah KA1 Risiko Sedang
Pile tidak sesuai (tambahan) KA2 Risiko Tinggi
KondisiAktual
Tanah timbunan KA3 Risiko Sedang
Banyak pipa dan kabel eksisting KA4 Risiko Sedang
Desain Ketidakjelasan spesifikasi DPR1 Risiko Tinggi
Penyebab Ketidaksesuaian antara gambar dan metode DPR2 Risiko Sedang

45
Risiko Kemungkinan perubahan desain DPR3 Risiko Tinggi

Setelah melalui tahap klasifikasi risiko dari hasil tabulasi pareto chart,
dapat dilihat dari tabel diatas dari setiap variabel (risiko), terdapat sub variabel
(sub risiko) beberapa didalam nya merupakan risiko tinggi, risiko sedang dan
risiko rendah. Dapat dilihat kembali dari tabel diatas contoh pertama pada variabel
Risiko Pekerja Lapangan, terdapat sub variabel didalamnya yang pertama yaitu
masalah komunikasi yang dimana termasuk dalam kategori risiko tinggi,
selanjutnya pada keterlambatan pembayaran upah termasuk dalam kategori
sedang, dan kekurangan labor termasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan tabel
diatas dengan melalui tahap klasifikasi risiko melalui tabulasi pareto chart, maka
dapat diketahui bahwa klasifikasi risiko tinggi dan risiko sedang telah mewakili
82% dari total risiko yang dapat menghambat pelaksanaan proyek, maka dari itu
sub variabel yang mewakili 82% dari risiko itu akan selanjutnya masuk kedalam
tahap penentuan rekomendasi mitigasi.

46
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi kasus pada proyek Pembangunan Fasilitas


Pendukung Sistem Gas Compressor di PT. Pertamina EP Field Jatibarang dan
dilakukan di Lapangan Cemara. Lapangan Cemara adalah aset PT. Pertamina EP
yang terletak 55 km disebelah timur kota Cirebon, merupakan lapangan produktif
yang termasuk dalam wilayah kerja Field Jatibarang. Lapangan ini terdiri dari
beberapa struktur aktif antara lain: Cemara Selatan (CMS), Cemara Barat (CMB),
dan Cemara Timur (CMT). Pada blok Cemara Barat terdaoat 28 sumur, 7
diantaranya tidak berproduksi. Disisi lain pada blok Cemara Timur terdapat 15
sumur, 7 diantaranya tidak berproduksi. Sementara itu pada blok Cemara Selatan
terdapat 31 sumur, 20 diantaranya tidak berproduksi.
Didalam tahapan proyek konstruksi seringkali terjadi risiko, termasuk
pada proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang. Manajemen risiko telah dilakukan untuk melihat
risiko – risiko yang akan dihadapi dan pengaruh risiko terhadap tujuan kegiatan.
Setelah mendapatkan risiko yang tertinggi, maka langkah selanjutnya
melakukan strategi terhadap risiko – risiko tersebut. Selanjutnya merencanakan
solusi untuk meminimalisir dampak risiko tersebut dengan menggunakan sumber
daya yang ada untuk dapat mendukung terwujudnya proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.

5.1. Rekomendasi Mitigasi Risiko


Mitigasi risiko berguna untuk mencegah atau menangani risiko – risiko
yang dapat terjadi. Berdasarkan hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan
melalui perhitungan dengan pareto chart terdapat 19 sub risiko yang dapat
menghambat pelaksanaan proyek dan perlu dilakukannya mitigasi risiko.

47
Dalam penelitian ini rekomendasi mitigasi risiko didapatkan dengan
melakukan brainstorming terhadap para tenaga ahli/pakar dalam proyek. Berikut
ini adalah rekomendasi mitigasi risiko dalam Pembangunan Fasilitas Pendukung
Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang:

Tabel 21. Rekomendasi Mitigasi Risiko Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang

No Risiko Kontrol Saat ini Rekomendasi Mitigasi


Diadakan meeting
Membuat SOP komunikasi antar
1 Masalah Komunikasi rutin sebelum melakukan
lini di lapangan
pekerjaan

Membuat aliran cash flow yang baik dan


Keterlambatan Monitoring alokasi
2 standar SOP pembayaranupah maupun
pembayaran upah dana
aliran Petty Cash

Membuat aliran cash flow yang baik dan


3 Kekurangan alatKerja Monitoring alokasi dana standar SOP pembayaran upah maupun
aliran Petty Cash

perencanaan dan
Menyediakan budget untuk turap
4 Tanah longsor monitoring pekerjaan galian
(dinding penahan tanah)
tanah

Data tanah tidak Melakukan soil investigasi Melakukan soil investigasi ulang
5
akurat ulang

Meningkatkan intensitas meeting antar


Kesalahan Dilakukan meeting sebelum
6 lini setiap sebelum memulai atau pada
pelaksanaan pelaksanaanpekerjaan
saat perencanaan proyek
Menambah intensitas koordinasi antara
Menambah intensitas
Keterlambatanpihak vendor, kontraktor dan user serta
7 koordinasi antara vendor,
ketiga informasi awal proyek pada saat
kontraktor dan user
AANWIJZING.

48
Meminimalisir interface secara daring
dengan membentuk tim khusus dan
Lead Engineer selalu
Interface Engineer ruangan khusus untuksarana
8 mecatat kegiatan interface
secaradaring konsinyering dan interface
engineer
antar engineer dari pihak kontraktor ke
pihak owner
Engineer melakukan survey
lapangan sebelum Meningkatkan intensitas meeting antar
Kesalahan metode
9 melakukan pekerjaan dan lini setiap sebelum memulai atau pada
kerja
menambah intensitas saat perencanaan proyek
meeting
Memastikan resources vendor yang
Menambah intensitas
Keterlambatan kompeten dan sesuai dengan requirement
10 koordinasi antara vendor,
dokumen TBE proyek sebelum/pada saat
kontraktor dan user
AANWIJZING
Mempercepat proses Memastikan resources vendor yang
Kurangnya resources dokumen TBE dan kompeten dan sesuai dengan requirement
11
vendor menambah resources proyek sebelum/pada saat
vendor AANWIJZING
Menambah intensitas Membuat SOP komunikasi antar lini
Keterlambatan
12 koordinasi antara vendor, untuk disiplin engineering dan
dokumen vendor
kontraktor dan user procurement
Mengadakan soil Mendapatkan informasi detail terkait
Adanya aliran air
13 investigasi ulang secara kondisi awal proyek pada
bawah tanah
mandiri saat AANWIJZING lapangan
Spunpile (pancang) Melakukan estimasi design
Mengadakan soil
tidaksesuai desain dengan melebihkan safety factor design
14 investigasi ulang secara
(tambahan guna antisipasi kekurangan tiang pancang
mandiri
perubahan) di lapangan
Menambah intensitas
Lokasi plant Mendapatkan informasi detail terkait
meeting bersama owner
15 merupakan bekas kondisi awal proyek padasaat
untuk percepatan approval
tanah timbunan AANWIJZING di lapangan
metode kerja
Menambah intensitas
Banyak terdapat Mendapatkan informasi detail terkait
meeting bersama owner
16 pipa dan kabel kondisi awal proyek padasaat
untuk mengetahui fasilitas
eksisting AANWIJZING di lapangan
eksisting

49
Menambah intensites
Mendapatkan informasi detail terkait
Ketidakjelasan koordinasi dan ketelitian
17 kondisi awal proyek pada saat
spesifikasi pada saat proses
AANWIJZING di lapangan
engineering
Menambah intensites Melakukan kordinasi dan kontrol antar
Ketidaksesuaian
koordinasi dan ketelitian engineering dan supervisi pada saat
18 antara gambar dan
pada saat proses sebelum memulai pekerjaan dan sesudah
metode kerja
engineering pekerjaan
Menambah intensites
Mendapatkan informasi detail terkait
Kemungkinan koordinasi dan ketelitian
19 kondisi awal proyek padasaat
perubahan desain pada saat proses
AANWIJZING di lapangan
engineering

Keterangan:
1. AANWIJZING adalah Suatu aktivitas pertemuan antara pemilik
tender dengan semua peserta tender yang lolos dalam seleksi tender.
2. Petty Cash adalah Dana yang digunakan untuk pembiayaan
operasional perusahaan maupun kebutuhan yang berkaitan dengan
aktivitas dari perusahaan.

5.2. Strategi Mitigasi Risiko


Berdasarkan hasil rekomendasi mitigasi risiko dengan cara brainstorming
dengan para tenaga ahli yang berada di dalam proyek konstruksi maka telah
didapatkan 8 mitigasi sub risiko dari 19 sub risiko tertinggi yang merupakan risiko
yang dapat menghambat keterlambatan proyek konstruksi ini. Berikut adalah
pengelompokkan rekomendasi mitigasi berdasarkan kode risiko:

Tabel 22. Pengelompokan Rekomendasi Mitigasi

Kode Risiko Rekomendasi Mitigasi

RPL1 Membuat SOP komunikasi antar lini di lapangan

50
Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada
RF 1
saat AANWIJZING di lapangan

Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum


PK 1
memulai atau pada saat perencanaan proyek

Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum


E3
memulai atau pada saat perencanaan proyek

Memastikan resources vendor yang kompeten dan sesuai dengan


P1
requirement proyek sebelum/pada saat AANWIJZING

Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada


KA 2
saat AANWIJZING lapangan

Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada


DPR 1
saat AANWIJZING lapangan

Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada


DPR 3
saat AANWIJZING lapangan

Pada tabel diatas mitigasi risiko tersebut selanjutnya akan diolah


menggunakan metode Analytical Network Process (ANP) untuk mendapatkan
alternatif mana yang paling sesuai berdasarkan kriteria Benefit-Cost.

5.2.1. Struktur Jaringan Analytical Network Process (ANP)


Karena dalam strategi decisions yang terpenting adalah kriteria,
dimana strategi itu dapat berdampak kepada permasalahan yang dituju
(benefit) dan juga strategi itu dapat mempengaruhi biaya/cost dimana
didalam output strateginya mempunyai dampak kepada cost atau
sebaliknya cost menajadi implementasi terhadap strategi tersebut.
Berikut ini adalah struktur jaringan Analyctical Network Process

51
(ANP) dengan menggunakan kriteria Benefit-Cost.

Gambar 22. Struktur Jaringan Analytical Network Process (ANP)


(Benefit-Cost) Menggunakan Software Superdecision

Gambar diatas merupakan struktur Analytical Network Process


(ANP) untuk pemilihan strategi mitigasi risiko berdasarkan kriteria
Benefit-Cost, yang selanjutnya akan dilakukan perbandingan (Pairwase
Comparison). Untuk mengetahui strategi mitigasi risiko yang paling
sesuai.

5.3. Analisis Bobot Risiko (Rangking Risiko)


5.3.1. Analisis Bobot Kelompok Risiko
Risiko Pekerja Lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
mempunyai bobot nilai sebesar 0.21613. Jadi dalam hal ini kelompok
risiko pada kriteria kelompok benefit menunjukan bahwa kelompok risiko
Pekerja Lapangan (RPL 1) merupakan kelompok risiko yang tertinggi
pada Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok
Risiko Fisik atau dilambangkan dengan kode (RF) dengan bobot nilai yang

52
sama yaitu 0.21613. Selanjutnya pada kelompok risiko Desain Penyebab
Risiko atau dilambangkan dengan (DPR 1) mempunyai bobot nilai
0.13044. Dan masih dilanjutkan dengan kelompok risiko Desain Penyebab
Risiko atau dilambangkan dengan (DPR 3) dengan bobot nilai 0.10929.
Lalu pada kelompok risiko Procurement atau dilambangkan dengan kode
(P 1) mempunyai bobot nilai 0.10313. Dilanjutkan lagi dengan kelompok
risiko Kondisi Aktual atau dilambangkan dengan (KA 2) mempunyai
bobot nilai 0.07892. Lalu pada kelompok risiko Proses Konstruksi atau
dilambangkan dengan (PK 1) mempunyai bobot nilai 0.07298, dan
terakhir pada kelompok risiko Engineering atau dilambangkan dengan (E
3) mempunyai bobot nilai yang sama yaitu 0.07298.
Jadi pada bobot kriteria kelompok risiko benefit didalam metode
konstruksi Analytical Network Process (ANP) tantangan terbesarnya
adalah melakukan mitigasi yang tepat dan sesuai dengan jadwal. Jika
dilihat secara keseluruhan maka kelompok risiko pada Pekerja Lapangan
atau dilambangkan dengan kode (RPL) dan Risiko Fisik atau
dilambangkan dengan (RF) adalah kelompok risiko yang tertinggi.
Tantangan dalam proyek konstruksi ini dengan pengerjaan menggunakan
metode Analytical Network Process (ANP) adalah melakukan mitigasi
terhadap sub risiko mengenai masalah komunikasi, keterlambatan
pembayaran upah, kekurangan alat kerja, kekurangan labor, tanah longsor,
banjir dan angin kencang. Pada sub risiko tersebut menyebabkan pekerjaan
menjadi repair atau re-work dengan melakukan perkerjaan yang berulang
dan volume galian bertambah, hal ini menyebabkan penundaaan beberapa
aktivitas pekerjaan lapangan dan keterlambatan progress pekerjaan.
Risiko Pekerja Lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
mempunyai bobot nilai sebesar 0.23730. Jadi dalam hal ini kelompok
risiko pada kriteria kelompok cost menunjukan bahwa kelompok risiko
Pekerja Lapangan (RPL 1) merupakan kelompok risiko yang tertinggi
pada Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok

53
Risiko Fisik atau dilambangkan dengan kode (RF) dengan bobot nilai yang
sama yaitu 0.23730. Selanjutnya pada kelompok risiko Proses Konstruksi
atau dilambangkan dengan (PK 1) mempunyai bobot nilai 0.0.14422 dan
masih dilanjutkan dengan kelompok risiko Engineering atau
dilambangkan dengan (E 3) dengan bobot nilai yang sama 0.14422. Lalu
pada kelompok risiko Procurement atau dilambangkan dengan kode (P 1)
mempunyai bobot nilai 0.08805. Dilanjutkan lagi dengan kelompok risiko
Kondisi Aktual atau dilambangkan dengan (KA 2) mempunyai bobot nilai
0.06191. Lalu pada kelompok risiko Desain Penyebab Risiko atau
dilambangkan dengan (DPR 1) mempunyai bobot nilai 0.5381, dan
terakhir masih dengan kelompok risiko Desain Penyebab Risiko atau
dilambangkan dengan (DPR 3) mempunyai bobot nilai 0.03319.
Jadi pada bobot kriteria kelompok risiko cost didalam metode
konstruksi Analytical Network Process (ANP) tantangan terbesarnya
adalah melakukan mitigasi yang tepat dan sesuai dengan jadwal.
Selanjutnya jika dilihat kembali secara keseluruhan masih sama pada
kelompok risiko pada Pekerja Lapangan atau dilambangkan dengan kode
(RPL) dan Risiko Fisik atau dilambangkan dengan (RF) adalah kelompok
risiko yang tertinggi. Tantangan dalam proyek konstruksi ini dengan
pengerjaan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP)
adalah melakukan mitigasi terhadap sub risiko tersebut mengenai masalah
komunikasi, keterlambatan pembayaran upah, kekurangan alat kerja,
kekurangan labour, tanah longsor, banjir dan angin kencang. Pada sub
risiko tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi repair atau re-work
dengan melakukan perkerjaan yang berulang dan volume galian
bertambah, hal ini menyebabkan penundaaan beberapa aktivitas pekerjaan
lapangan dan keterlambatan progress pekerjaan.

54
Gambar 19. Bobot Kriteria Kelompok Risiko Benefit

Gambar 16. Bobot Kriteria Kelompok Risiko Cost

Gambar 17. Bobot Kriteria Kelompok Risiko BenefitGambar 18. Bobot Kriteria
Kelompok Risiko Cost

5.4. Penanganan Risiko


Karena beberapa hal sulit membuat apa yang telah direncanakan
sulit terwujud. Dalam proses proyek pembangunan fasilitas pendukung
sistem gas compressor ini, risiko tertinggilah yang hanya akan dianalisa
untuk dilakukan respon mitigasinya. Mitigasi dari kategori risiko tinggi
(tertinggi) yang akan dilakukan dengan cara depth interview merupakan
rekomendasi dari pakar atau ahli terkait Proyek konstruksi ini.
Rekomendasi mitigasi tersebut, adalah:
1. Risiko Pekerja Lapangan (RPL)
Didalam kelompok risiko pekerja lapangan ini terdapat pada risiko
masalah komunikasi yang menyebabkan terjadi kesalahan
pengaplikasian dari desain dan pekerjaan lapangan. Yang
menyebabkan keterlambatan Proyek konstruksi Untuk strategi
mitigasi yang dilakukan yaitu :
- Membuat Standard Operating Procedure (SOP) komunikasi antar
lini di lapangan.
- Mengadakan meeting rutin baik itu daily meeting, weekly meeting
atau monthly meeting.

55
2. Risiko Fisik (RF)
Didalam kelompok risiko fisik ini terdapat pada risiko tanah longsor
yang menyebabkan galian tanah tertimbun kembali. Menyebabkan
volume galian bertambah dan keterlambatan pekerjaan pondasi. Untuk
strategi mitigasi yang dilakukan yaitu:
- Melakukan perencanaan dan monitoring pekerjaan galian tanah.
- Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek saat
AANWIJZING di lapangan.
- Menyediakan budget untuk turap (dinding penahan tanah).
3. Proses Konstruksi (PK)
Didalam kelompok risiko proses konstruksi terdapat pada risiko
kesalahan pelaksanaan yang mengakibatkan adanya pekerjaan
berulang dan penambahan waktu dan biaya. Untuk strategi mitigasi
yang dilakukan yaitu:
- Melakukan meeting sebelum pelaksanaan pekerjaan Proyek
konstruksi ini.
- Memastikan dokumen telah approval sebelum masuk ke lapangan
dalam kelompok risiko proses kontruksi terdapat kelompok risiko
yaitu pada keterlambatan pihak ketiga, karena pemilihan vendor
kurang maksimal menyebabkan keterlambatan material yang
berkaitan dengan proyek. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan
yaitu:
a. Menambah intensitas koordinasi antara vendor, kontraktor dan
user dalam proses pembangunan proyek konstruksi ini.
4. Engineering (E)
Didalam kelompok risiko pada engineering terdapat kelompok risiko
yaitu risiko kesalahan metode kerja pada pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi dan menyebabkan penambahan biaya dan waktu.
Untuk strategi mitigasi yang dilakukan yaitu:
- Engineer melakukan survey lapangan sebelum melakukan
pekerjaan dan menambah intensitas meeting.

56
- Melakukan koordinasi dan kontrol antar engineering dan
supervisi pada saat sebelum memulai.
5. Procurement (P)
Di dalam kelompok risiko pada procurement terdapat pada
keterlambatan dokumen Technical Bid Evaluation (TBE) atau
keterlambatan pengadaan barang yang menyebabkan keterlambatan
terhadap progress pekerjaan. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan
yaitu:
- Menambah intensitas koordinasi antar vendor, kontraktor dan
user pada proses proyek konstruksi ini.
- Didalam kelompok risiko pada procurement terdapat pula risiko
lainnya yaitu pada risiko yang terjadi pada dokumen vendor,
menyebabkan keterlambatan progress pekerjaan. untuk strategi
yang dilakukan yaitu:
a. Mempercepat proses dokumen Technical Bid Evaluation
(TBE) dan menambah sourcing vendor.
6. Kondisi Aktual (KA)
Di dalam kelompok risiko pada kondisi aktual terdapat pada jumlah
pile tidak sesuai menyebabkan kesalah pada detail material dan
kenaikan pada biaya proyek. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan
yaitu:
- Mengadakan soil investigasi ulang secara mandiri pada saat
milestone proyek dimulai.
7. Desain Penyebab Risiko (DPR 1) dan (DPR 3)
Di dalam kelompok risiko pada desain penyebab risiko terdapat pada
risiko ketidakjelasan spesifikasi menyebabkan kesalahan pembelian
barang dan terjadi penambahan waktu dan biaya. Untuk strategi
mitigasinya yaitu:
- Menambah intensitas koordinasi dan ketelitian pada saat proses
engineering.

57
- Memastikan dokumen kontrak tidak ada perubahaan spesifikasi
atau informasi yang detail dan spesifik terhadap suatu barang
yang akan dibeli.
- Didalam kelompok risiko pada desain penyebab risiko terdapat
juga pada risiko kemungkinan perubahan desain yang
menyebabkan keterlambatan pekerjaan lapangan dan pekerjaan
berulang. Untuk strategi mitigas risiko nya yaitu:
a. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada
saat AANWIJZING di lapangan.

58
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi kesimpulan penelitian serta saran – saran mengenai hal
yang dapat dilakukan oleh pihak – pihak yang berkepentingan.

6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian pada proses Pembangunan Fasilitas Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang, disimpulkan sebagai berikut:
1. Risiko tertinggi dengan pendekatan Failure Mode Effect Analysis
(FMEA) didapat 10 risiko, yaitu: Masalah komunikasi, tanah longsor,
kesalahan pelaksanaan, keterlambatan pihak ketiga, kesalahan metode
kerja, keterlambatan dokumen TBE, keterlambatan dokumen vendor,
pile tidak sesuai, ketidakjelasan spesifikasi, kemungkinan perubahan
desain.
2. Pada risiko dengan pertimbangan berdasarkan kriteria benefit dengan
pendekatan Analytical Network Process (ANP) kelompok risiko yang
tertinggi pada proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang, yaitu risiko
pekerja lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
selanjutnya ada risiko fisik atau dilambangkan dengan kode (RF 1).
3. Pada risiko dengan pertimbangan berdasarkan kriteria cost dengan
pendekatan Analytical Network Process (ANP) kelompok risiko
tertinggi pada proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang, yaitu risiko
pekerja lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
selanjutnya ada pada risiko fisik atau dilambangkan dengan kode (RF
1).
4. Strategi penanganan risiko tertinggi pada kriteria benefit pada risiko
pekerja lapangan (RPL 1) yaitu membuat Standard Operating

59
Procedure (SOP) komunikasi secara detail jelas dan terperinci,
sedangkan rekomendasi strategi mitigasi penanganan risiko fisik (RF
1) yaitu dengan mendapatkan informasi terkait kondisi awal proyek
pada saat AANWIJZING lapangan dan melakukan soil investigasi
ulang.
5. Strategi penanganan risiko tertinggi pada kriteria cost pada risiko
pekerja lapangan (RPL 1) yaitu melakukan meeting rutin sebelum
melakukan pekerjaan dengan membuat Standard Operating
Procedure (SOP) komunikasi yang jelas tepat dan detail antar lini
dilapangan, sedangkan rekomendasi strategi mitigasi penanganan
risiko fisik (RF 1) yaitu dengan melakukan perencanaan dan
monitoring pekerjaan galian tanah dengan menyediakan budget untuk
turap (dinding penahan).

6.2. Saran
6.2.1. Saran Untuk Kontraktor
Penelitian ini memberikan batasan hanya pada risiko terkait proses
konstruksi. Maka penelitian selanjutnya dapat menggali risiko – risiko
pada masing – masing divisi yang ada diorganisasi kontraktor maupun
owner, baik aspek manajemen, scheduling, financial, dan aspek lainnya.
Beberapa saran dapat dikembangkan oleh pelaksana proyek
Pembangunan Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang, yaitu:
1. Pelaksanaan proyek perlu mengembangkan model evaluasi dan
controlling yang comprehensive dan terintegrasi.
2. Sebaiknya kontraktor lebih jeli dan cermat ketika mendapatkan proyek
yang berupa pengembangan fasilitas eksisting karena faktor yang
tertinggi pada proyek ini seperti tidak cukupnya informasi yang
didapatkan dan kurangnya komunikasi antar lini didalam organisasi
kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan dan kerugian.

60
3. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terkait aspek finansial dengan perbandingan tingkat keyakinan dan
kepentingan antara metode rasio benefit – biaya (Benefit – Cost –
Ratio) dan analisa risiko yang dipergunakan sehingga keputusan yang
diambil lebih solid dan kuat.
4. Aspek quality dengan metode lainnya seperti metode House of Risk
(HOR) atau House of Quality (HOQ) sehingga dapat meminimalisir
cacat pada produk.

61
DAFTAR PUSTAKA

Afifa, S. (2007). Manajemen Risiko Perencanaan SDM Pada PT.X Skripsi Teknik
Industri. Depok: Universitas Indonesia.
(2016). Analisis Keputusan dan Data Mining Materi Praktikum. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Arikunto, & Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asiyanto. (2008). Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. Jakarta: UI-Press.
Darmawan, A. (2011). Perancangan Pengukuran Risiko Operasional pada
Perusahaan Pembiayaan dengan Metode Risk Breakdown Structure (RBS)
dan Analytical Network Process (ANP). Depok: Universitas Indonesia.
Darmawi, H. (2005). Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.
Flanangan, R., & Norman, G. (1993). Risk Management and Construction.
Australia: Blackwell Science.
Hawari, K. (2009). Identifikasi Risiko Pada Tahap Konstruksi Bangunan
Bertingkat 4-20 Lantai di Jabodetabek dari Sudut Pandang Kontraktor.
Depok: Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Hillson, D. (2002). The Risk Breakdown Struckture (RBS) as an Aid to Effective
Risk Management (Vol. 5th European Project Management Conference).
Husein, A. (2011). Manajemen Proyek. Yogyakarta: Andi Offset.
I.S Haq, D. A., & Batubara, R. (2021). Penggunaan Metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) dalam Identifikasi Kegagalan Mesin untuk Dasar
Penentuan Tindakan Perawatan di Pabrik Kelapa Sawit Libo. Bandung:
Program Studi Teknologi Pengolahan Sawit Fakultas Vokasi Institut
Teknologi Sains Bandung.
Iriani, N. (2008). Analisa Risiko Pekerjaan Tanah dan Pondasi pada Proyek
Bangunan Gedung di Jabodetabek Skripsi Teknik Sipil. Depok:
Universitas Indonesia.
Kartam, N., & Kartam, S. (2001). Risk and its Management in the Construction
Industry: A Contractor Perspective. International Journal Project
Management Vol.19 No.6, 325-335.
Kazimieras, E. (2010). Multi-cirteria Risk Assessment of a Construction Project.
Lithuania: Vilnius Gediminas Technical University.

62
Kianggoen, D. (2016). Pemilihan Vendor Ekspedisi Pt. Asia Cakra Ceria Plastik
Di Pulau Jawa Dengan Model Analytical Network Process (ANP).
Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Maharani, G. R. (2011). Manajemen Risiko, Biaya dan Waktu pada Pekerjaan
Struktur Bawah dari Proyek Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi di
Jakarta, Skripsi Teknik Sipil. Depok: Universitas Indonesia.
Mega, N. P. (2014). Analisis Risiko Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol
Benowo-Bandara Nusa Dua. Denpasar: Universitas Udayana.
PMI. (2008). A Guide to The Project Management Body of Knowledge.
Pensylvania: Project Management Institute.
Pradhityo, R. (2005). Identifikasi Risiko Penyimpangan Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Material pada Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat.
Depok: Universitas Indonesia.
Project Management Body of Knowledge (Vol. 7th edition). (2021). Project
Management Institute.
PT.PP (Peseo). (2008). Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan dan Sipil.
Surabaya.
Raftery, J. (1994). Risk Analysis in Project Management. New York: Routledge.
Rahman, M., & Kumaaswamy, M. (2002). Construction Management and
Economics. In Joint Risk Management Through Transactionally Efficeint
Relational Contracting (pp. 45-54).
Ramadhan, M. (2017). Usulan Penentuan Vendor Peserta Lelang Menggunakan
Metode Analytical Network Process (ANP) di PT. PINDAD (Persero).
Bandung: Program Studi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha.
Ravi, V. (2005). ANp and Balanced Scorecard Approach. In Analyzing
Alternatives in Reverse Logistics for End-of-Life Computers (pp. 340-341).
Elsevier.
Rusydiana, A., & Devi, A. (2013). Analytical Netwrok Process: Pengantar Teori
dan Aplikasi. Smart Publisher: Bogor.
Saaty, R. W. (2004). Validation Examples for The Analytic Hierarchy Process
and The Analytic Network Process MCDM. Cana Whstler B.C: Canada.
Saaty, T. L. (2008). The Analytic Hierarchy and Analytic Network Measurement
Processes. 1 No.1, 122-196.

63
Saaty, T. L., & Vargas, L. G. (2006). Decision Making with The Analytic Network
Process. USA: Springer Science.
Santosa, B. (2009). Manajemen Proyek. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shen, L. (1997). Project Risk Management in Hong Kong. International Journal
of Project Management, 15, 101-105.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Siswanto. (2008). Analisa Risiko Proyek Pembanguinan Dermaga Multi Purpose
Teluk Lamongan Surabaya Dari Persepsi Kontraktor. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabet.
Suwandi, P. A. (2010). Kajian Manajemen Risiko pada Proyek dengan Sistem
Kontrak Lumpsum dan Sistem Kontrak Unit Price (Studi Kasus Pada
Proyek Jalan dan Jembatan, Gedung, Bangunan Air) Thesis Magister
Teknik. Semarang: Universitas Diponegoro.
Suwarno. (2007). Perencanaan Ulang Basement Gedung Hi-Tech Centre Surabaya
Dengan Dinding Penahan Tanah Model Modified Diaphragm Wall Dan
Pondasi Utama Bell-Shaped Bored Pile. Jurnal Teknologi dan Rekayasa
Sipil, Surabaya.
Tanjung, H., & Devi, A. (2013). Metode Penlitian Ekonomi Islam. Jakarta:
Gramatika Publishing.
Trisiana, A. (2007). Analisa Faktor Risiko Waste pada Proyek Konstruksi
Gedung. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Trisna, I. G. (2015). Analisa Risiko Pembangunan Underpass Dewa Ruci.
Denpasar: Universitas Udayana.
Well-Stam, V., Lindenaar, F., Kinderen, V., & Bunt, B. v. (2004). Project Risk
Management: an Essential Tool for Managing and Controlling Projects.
London: Kogan Page.
Williams, T. (1993). Risk Management Infrastructures. International Journal of
Project Management.
Yu, R., & Gwo-Hsiung, T. (2006). A Soft Computing Method for Multi-criteria.
In Decision Making with Depedencies and Feedback (p. 3). Elsevier Inc.
Zainal, N., & N, S. R. (1995). Pondasi. Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik Bandung, 85.

64
Zhi, H. (1995). Risk Management for Overseas Construction Project.
Internationla Journal of Project Management, 231-237.

65
Lampiran 1: Kuisioner FMEA

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :……………

Posisi/Jabatan : … … … … …

Alamat :……………

No. Telepon :……………

Petunjuk pengisian

Berikut ini adalah pentunjuk (tatacara) pengisian formulir penelitian untuk metode
Failure Mode Effect Analysis (FMEA), mohon diisi dengan sebenar – benarnya.

Berilah tanda nilai yang sesuai menurut anda, berdasarkan kategori serta skala
perbandingan yang telah diklasifikasikan untuk setiap aspek/severity, occurance
dan detection.
FMEA

Process/Product Name: Risiko Pekerja Lapangan Responsible:


Prepared By:
FMEA Date (Orig.): (Rev.):

(1

(1 -
OCCURRENCE

-
DETECTION
SEVERITY

RPN
Mode Potential
No. Process Step/Input Kegagalan Failure Potential Causes Current Controls
Potensial Effects
1 Masalah Terjadi adanya Kurang adanya Diadakan R
Komunikasi kesalahan pekerjaanrepair komunikasi antar meetingrutin ca
TIDAK PERLU DIISI
pengaplikasian atau rework lini sebelum 0
dari desain dan melakukan 4
pekerjaan pekerjaan
lapangan
2 Keterlambatan Pekerja Perusahaan Alokasi Dana Monitoring
pembayaran upah mogokkerja mendapat yangkurang alokasidana
kekurangan terstruktur
dalamtingkat 0 0
kepercayaan
sebagai
pelaksana
3 Kekurangan Labor penundaan Keterlambatan Adanya minimum Melakukan
beberapa progress requirement pekerja rekrutmen
aktivitas pekerjaan pekerjayang 0 0
kerja memenuhi
minimum
requirement
4 Kekurangan alat penundaan Keterlambatan kurangnya Monitoring
Kerja beberapa progress perencanaan alokasidana 0 0
aktivitas pekerjaan lapangan
kerja
FMEA

Process/Product Name: Risiko fisik Prepared By:


Responsible: FMEA Date (Orig.): (Rev.):

DETECTION

0)
SEVERITY

OCCURREN
CE (1 - 10)
Potential Potential

(1 - 10)

(1 - 10)
RPN

RPN
No. Process Failure Failure Potential Current
Step/Input Mode Effects Causes Controls
1 Tanah longsor Galian tanah Pekerjaan Hujan lebat, perencanaan dan R
tertimbun berlulangdan adanya aliran air monitoring
kembali volume galian
bertambah dan
tanah, galiantidak
memakai turap
pekerjaangalian
tanah
c
TIdak Perlu di Isi
0 4
keterlambatan
pekerjaan
pondasi
2 Banjir Lokasi yang Penundaan banjir tahunan dan mengalihkan
beradadi dekat beberapa instensitas hujan pekerjaanke
sawah aktivitas tinggi workshop
0 0
teremdam air pekerjaan
(banjir) lapangan
3 Angin kencang Aktifitas Penundaan angin kencang mengalihkan
pekerjaan beberapa pekerjaanke
menggunakan aktivitas workshop
0 0
craneterhenti pekerjaan
lapangan
0

0
0
FMEA

Process/Product Name: Informasi proyek Prepared By:


Responsible: FMEA Date (Orig.): (Rev.):

10)
OCCURREN

DETECTION
SEVERITY

)
Potential Potential

RPN

RPN
CE
Failure Failure
No. Process Step/Input Potential Causes Current
Mode Effects
Controls

Data tanah tidak


akurat
adanya
perubahan
adanya
penambahan
data tanah dari
company supply
melakukan
soil
TIdak Perlu di Isi
1 0 24
desain biaya dan waktu tidaksesuai investigasi
pondasi dengan aktual ulang

Terjadi sistem Koordinasi


Penundaan waktu proyek
tunggumenunggu Lead
Keterlambatan aktifitas semakinpadat dan
karena aktivitas Construction 0
pemesanan alat pekerjaan yang menyebabkan
2 satu terlambat dengan 0
menggunakan adanya sistem
membuat Procurement
alat berat lembur
aktivitas dan melakukan
selanjutnya tidak perencanaan
bisa dikerjakan penggunanaan
alat.
menyebabkan
crowded di Terjadi sistem
area tunggumenunggu
konstruksi karena aktivitas
Kesalahan Keterlambatan Pengaturan alat
dikarenakan satu terlambat
3 pengaturan tanah pekerjaan kerja dan 0 0
tanah membuat
bekas galian tanah komunikasi antar
timbunan yang aktivitas
lini
menghalangi selanjutnya tidak
akses bisa dikerjakan
/mobiltas alat
maupun pekerja

perubahan
Berkoordinasi
Tidak adanya Risiko bahaya terhadap desain Plant eksisting
4 dengan pihak 0
drawing eksisting pada aktivitas rencana dan perlaihan dari
owner sebelum
proyek penambahan PGN
memulai
waktu dan
pekerjaan
biaya

0
FMEA

Process/Product Name: Proses konstruksi Prepared By:


Responsible: FMEA Date (Orig.): (Rev.):

10)
OCCURREN CE

)
DETECTION
SEVERITY
Potential

RPN

RPN
No. Process Step/Input Potential Failure Potential Current
Failur
Effects Causes Controls
eMode

Kesalahan
pelaksanaan
adanya
pekerjaan
adanya penambahan
waktudan biaya
kurangnya
komunikasiantar
dilakukan
meeting
TIdak Perlu di Isi 24
1 0
berulang lini sebelum
pelaksanaan
pekerjaan

Kurangnya Kontrol SOP


Kurang 0
2 Masalah koordinasi Pekerjaan berulang sosialisasi terkait setiap selesai 0
jelasnya
SOP yang jelas pekerjaan ole
prosedur
antar lini Site Manager
kerja

Iklim ekstrim Penundaan dilakukan


Aktifitas
3 mengganggu beberapa Kondisi cuaca meeting 0 0
pekerjaan
produktifitas aktivitas ekstrim sebelum
terhenti
pekerjaan pelaksanaan
lapangan pekerjaan
Keterlambatan Ketidak siapan menambah
materialyang vendordan intensitas
Keterlambatan pihak Pemilihan
4 berkaitan dengan berubahnya 0 0
ketiga vendorkurang koordinasi antara
proyek spesifikasi vendor,
maksimal
kontraktor dan
user
FMEA

Process/Product Name: Engineering Prepared By:


Responsible: FMEA Date (Orig.): (Rev.):

N
0)
Y
OCCURREN

DETECTION
SEVERITY
Potential Potential Failure

CE

RPN

RPN
No. Process Potential Current
Failure Effects
Step/Input Causes Controls
Mode
adanya pekerjaan
Masalah Kesalahan berulang yang
menyebabkan
komunikasi meeting sebelum TIdak Perlu di Isi
1 komunikasidan pelaksanaan antardisiplin pelaksanaan 0 24
koordinasi pekerjaan penambahan biaya engineer pekerjaan
dan waktu
Keterlambatan keterlambatan pandemi yang Lead Eng
2 dokumen pekerjaan, menyebabkan selalu 0 0
Interface
Engineer engineering keterlambaran kegiatan interface mecatat

secara daring procurement secara daring kegiatan


interface
engineer
adanya pekerjaan Egineer
Kesalahan Kesalahan berulang yang Lokasi kerja tidak melakukan
menyebabkan survey lapangan
3 metodekerja pelaksanaan terlalu dikuasi oleh 0 0
pekerjaan penambahan biaya engineering sblm melakukan
dan waktu pekerjaan dan
menambah
intensitas meeting
FMEA

Process/Product Name: Procurement Prepared By:


Responsible:
FMEA Date (Orig.): (Rev.):

N
OCCURREN

DETECTION
SEVERITY
Potential Potential

CE

RPN

RPN
No. Process Step/Input Failure Failure Potential Current
Mode Effects Causes Controls
waktu review menambah R
TIdak Perlu di
Keterlambatan keterlambatan
1 Keterlambatan pengadaan terhadap dokumen yang intensitas 0 c 4
dokumen TBE barang LLI progress terlalulama koordinasi antara
pekerjaan vendor, kontraktor
dan
user
Isi
mempercepat
Kurangnya resources Keterlambatan keterlambatan Vendor untuk prosesdokumen
0
vendor pengadaan terhadap materialkhusus TBE dan
2 0
progress yang terdaftar menambah
barang LLI
pekerjaan sedikit resourcesvendor

Keterlambatan keterlambatan Perubahan desain menambah


3 Keterlambatan pengadaan terhadap daripihak owner, intensitas 0 0
dokumen vendor barang LLI progress terbatasnya koordinasi antara
pekerjaan engineering vendor, kontraktor
vendor dan
user
FMEA

Process/Product Name: Kondisi aktual Prepared By:


Responsible:
FMEA Date (Orig.): (Rev.):

0)
OCCURREN

DETECTION
SEVERITY
Potential Potential

CE
No Process Potential Current

RPN

RPN
Failur Failure
. Step/Input Causes Controls
eMode Effects
R

Pekerjaan
ca TIdak Perlu di Isi
berlulang dan Tidak validnya mengadaka
Adanya aliran air Desain 4
1 volume galian data tanah yang n soil 0
bawah tanah pondasi
bertambah dan diberikan owner investigasi
berubah
keterlambatan ulang secara
pekerjaan pondasi mandiri
Pile (pancang) mengadaka
2 tidak sesuai n soil 0 0
Kesalahan kenaikan pada Tidak validnya
desain investigasi
pada detail biaya proyek data yang
(tambahan ulang secara
material diberikan owner
perubahan) mandiri
menambah
Lokasi intensitas

plant meeting
3 Perubahan kenaikan pada Tidak validnya 0
bersama owner 0
merupakan metode kerja biaya proyek data yang
bekas tanah untuk
diberikan owner
percepatan
timbunan approval
metode kerja

membahayaka menambah
Banyak terdapat tingkat n pekerja dan intensitas
Tidak validnya
pipa dan kabel keamanan pekerjaan meeting
4 data tanah yang 0 0
eksisting pada aktivitas menjadikurang bersama owner
diberikan owner
kerja efektif untuk
mengetahui
fasilitas
eksisting
FMEA

Process/Product Name: Desain-penyebab risiko Prepared By:


Responsible:
FMEA Date (Orig.): (Rev.):

OCCURREN CE

0)
DETECTION
SEVERITY
Potential Potential
No. Process Potential Current

RPN

RPN
Failure Failure
Step/Input Causes Controls
Mode Effects

TIdak Perlu
menambah R

Ketidak jelasan kesalahan adanya intensites c


kurangnya
spesifikasi pembelian penambahan koordinasi dan
1 koordinasi,kurang 0 4
barang waktu dan biaya ketelitian pada

di Isi
teliti saat proses
saat proses
engineering
engineering
Pekerjaan menambah

Ketidak Keterlambatan berlulangdan Tidak validnya intensites

pekerjaan volume galian data yang koordinasi dan 0


2 sesuaian 0
lapangan bertambah dan diberikan owner ketelitian pada
antara gambar
keterlambatan saat proses
danmetode
engineering
kerja
Pekerjaan menambah

Kemungkinan Keterlambatan berlulangdan Tidak validnya intensites


3 volume galian koordinasi dan 0 0
perubahan desain pekerjaan data yang
lapangan bertambah dan diberikan owner ketelitian pada
keterlambatan saat proses
engineering
Lampiran 2 Kuisioner ANP-Benefit-Cost

PENGANTAR

Quisioner berikut ini adalah pengembangan dari metode Analitical


Network Process (ANP) untuk menentukan nilai bobot risiko yang telah
teridentifikasi dari pengolahan data penelitian sebelumnya, penelitian ini terdiri
dari pairwise comparasion (perbandingan berpasangan) antar kelompok kinerja
dan indikator penilai. Quisioner ini merupakan media yang digunakan oleh
peneliti kepada orang yang ahli dalam hal penilaian risiko yang tertinggi dalam
kegiatan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang. Adapun pihak yang terlibat dalam penelitian ini
adalah kontraktor (Konsorsium PT. Karya Mas Energi – PT. Gerindo Dwidaya
Energi Solusi).
Semoga hasil penelitian tugas akhir ini dapat membantu memberikan
masukan dalam pengelolaan risiko dalam kegiatan Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang. Data
yang diperoleh murni digunakan untuk kepentingan Pendidikan dan penelitian.
Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Jakarta, … November 2021

Peneliti
IDENTITAS RESPONDEN

Nama :……………

Posisi/Jabatan : … … … … …

Alamat :……………

No. Telepon :……………

Petunjuk pengisian

Berikut ini adalah pentunjuk (tatacara) pengisian formulir penelitian untuk metode
ANP, mohon diisi dengan sebenar – benarnya.
Berilah tanda silang (X) nilai sesuai menurut anda, berdasarkan kategor serta
skala perbandingan yang telah diklasifikasikan untuk setiap aspek/risiko terhadap
aspek/risiko lainnya.
Pemberian nilai yang semakin besar ke kanan berarti aspek/risiko bagian kanan
lebih dipentingkan dari pada aspek/risiko bagian kiri, dan begitu sebaliknya.

Keterangan:

Skalam perbandingan berpasangan ANP

1. Equal (sama)
2. Equal – moderate (nilai antara sama sampai sedang)
3. Moderate (sedang)
4. Moderate – strong (nilai antara sedang sampai kuat)
5. Strong (kuat)
6. Strong – very strong (nilai antara kuat sampai sangat kuat)
7. Very strong (sangat kuat)
8. Very strong – extreme (nilai antara sangat kuat sampai esktrim)
9. Extreme (Ekstrim)
Kode Rekomendasi Mitigasi
Mitigasi
RPL 1 Membuat SOP komunikasi antar lini dilapangan

Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat


RF 1 AANWIJZING lapangan

Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum memulai


PK 1 atau pada saat perencanaan proyek
Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum memulai
E3 atau pada saat perencanaan proyek
Memastikan resources vendor yang kompeten dan sesuai dengan
P1 requirement proyek sebelum/ pada saat AANWIJZING

Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat


KA 2
AANWIJZING lapangan
Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat

DPR 1 AANWIJZING lapangan

Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat


DPR 3
AANWIJZING lapangan
A. Perbandingan kepentingan Kriteria dalam pengaruhnya terhadap Strategi Mitigasi Risiko:
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

B. Perbandingan kepentingan Kriteria terhadap Alternatif Strategi:


1. Membuat SOP komunikasi antar lini dilapangan (RPL1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

2. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (RF1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

3. Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum memulai/ pada saat perencanaan proyek (PK1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
4. Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum memulai/ pada saat perencanaan proyek (E3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

5. Memastikan resources vendor yg kompeten dan sesuai dengan requirement proyek sebelum/ pada saat
AANNWIJZING (P1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

6. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (KA2)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

7. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (DPR1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
8. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (DPR3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost

C. Perbandingan kepentingan Alternatif Strategi terhadap Kriteria Benefit-Cost:


1. Benefit
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
RPL 1 1 RF 1
RPL 1 2 PK 1
RPL 1 3 E3
RPL 1 4 P1
RPL 1 5 KA 2
RPL 1 6 DPR 1
RPL 1 7 DPR 3
RF 1 8 PK 1
RF 1 9 E3
RF 1 10 P1
RF 1 11 KA 2
RF 1 12 DPR 1
RF 1 13 DPR 3
PK 1 14 E3
PK 1 15 P1
PK 1 16 KA 2
PK 1 17 DPR 1
PK 1 18 DPR 3
E 3 19 P1
E 3 20 KA 2
E 3 21 DPR 1
E 3 22 DPR 3
P 1 23 KA 2
P 1 24 DPR 1
P 1 25 DPR 3
KA 2 26 DPR 1
KA 2 27 DPR 3
DPR 1 28 DPR 3
2. Cost
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
RPL 1 1 RF 1
RPL 1 2 PK 1
RPL 1 3 E3
RPL 1 4 P1
RPL 1 5 KA 2
RPL 1 6 DPR 1
RPL 1 7 DPR 3
RF 1 8 PK 1
RF 1 9 E3
RF 1 10 P1
RF 1 11 KA 2
RF 1 12 DPR 1
RF 1 13 DPR 3
PK 1 14 E3
PK 1 15 P1
PK 1 16 KA 2
PK 1 17 DPR 1
PK 1 18 DPR 3
E 3 19 P1
E 3 20 KA 2
E 3 21 DPR 1
E 3 22 DPR 3
P 1 23 KA 2
P 1 24 DPR 1
P 1 25 DPR 3
KA 2 26 DPR 1
KA 2 27 DPR 3
DPR 1 28 DPR 3
Lampiran 3: Plot Plan Cemara Barat Jatibarang

Anda mungkin juga menyukai