Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Data Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan / Pemrakarsa : PT. Hamita Utama Karsa

JenisBadanHukum :Perseroan Terbatas (PT)


AlamatHead Office :Gedung Permata Kuningan Lt. 19
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C,
Guntur – Setiabudi Jakarta Selatan
12980
Nomor Telepon : ( 021 ) 8378 0791
Nomor Faximile : ( 021 ) 8378 0782
Alamat Site Office :Desa Air Tenggulang, Kecamatan
Babat Supat, Kabupaten Musi
Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan
Status Permodalan :Penanaman Modal Asing (PMA)
Bidang Usaha :Industri Perkebunan dan
PengolahanKelapa Sawit
Penanggung Jawab : Efrizal Nasution
Jabatan : Estate Manager
HGU : Nomor 26-HGU-BPN RI-2008
Izin Usaha Perkebunan ( IUP ) : 007/SK.IUP/DISBUN/2003
Izin Usaha Perkebunan untuk
Pengolahan : No 149/ DPMPTSP/V/III/2017
1.2 Lokasi Usaha Dan Kegiatan

Lokasi PKS : Desa Tenggulang Jaya, Kecamatan


Babat Supat, Kabupaten Musi
Banyuasin,
Propinsi Sumatera Selatan
Nomor Telepon :-
PT Hamita Utama Karsa 1
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
Nomor Faximile :-
Lokasi Kebun : Desa Tenggulang Jaya, Kecamatan
Babat Supat, Kabupaten Musi
Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan
Nomor Telepon :-
Nomor Faximile :-

1.3 VISI DAN MISI PERUSAHAAN


Berdasakan kebijakan dan komitmen perusahaan yang
ditandatangani oleh dewan direksi nomor 146/HUK/INTH/HO-
DIR/XII/2018, PT Hamita Utama Karsa mempunyai Visi dan Misi sebagai
berikut :
a. Visi
Menjadi Perusahaan Kelapa Sawit berkelanjutan yang mensejahterakan
seluruh pemangku kepentingan perusahaan
b. Misi
 Menjadi perusahaan yang mempunyai sumberdaya manusia yang
berkualitas dan berbudaya terbaik
 Menjadi perusahaan yang menjalankan prinsip-prinsip usaha terbaik
dan pengelolaan yang berkelanjutan
 Menghasilkan produk-produk kelapa sawit yang berkualitas dan
berdaya saing tinggi
 Menerapkan prinsip-prinsip efisiensi dengan inovasi dan penggunaan
teknologi tepat-guna untuk menjamin tumbuh-kembang dan
kelangsungan usaha perusahaan.

1.4 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah
hutan terluas di Dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu
kebanggaan bagi bangsa Indonesia, karena dilihat dari manfaatnya sebagai
paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat
menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberikan manfaat
PT Hamita Utama Karsa 2
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di
Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur
dalam UUD 45, UU No. 5 Tahun 1990, UU No. 23 Tahun 1997, UU No. 41
tahun 1999, PP No. 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan menteri
kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan
Hutan.
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan
yang lainya tidak dapat dipisahkan (Undang-undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan). Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia,
hutan adalah suatu areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil
hutan lainya dipelihara bagi keuntungan tidak langsung atau dapat pula
bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan
memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degredasi dan
deforestasi yang cukup mencenangkan bagi dunia Internasional, faktanya
Indonesia mendapatkan rekor dunia guness yang dirilis oleh Greenpeace
sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforetasi tahunan tercepat di
dunia, sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesiatelah musnah
dengan1.8 juta hektar hutan dirusakan per tahun antara tahun 2000
hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak
memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan
tersebut, sehingga kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu.
Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran hutan. Kebakaran
hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam upaya
pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan dan
pertanian. Selain itu, kebakaran didukung oleh pemanasan global, kemarau
ekstrim yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh iklim memberikan
kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan.
PT Hamita Utama Karsa yang bergerak dibidang perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit terletak di Desa Tenggulang Jaya, Kecamatan
PT Hamita Utama Karsa 3
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasi Propinsi Sumatera Selatan dengan
kegiatan pengolahan kelapa sawit telah dimulai sejak tahun 2007 dengan
kapasitas olah terpasang 60 ton TBS / jam ingin berkomitmen
melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan yang bertujuan
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan juga
memberikan dampak positif serta berupaya untuk menekan dampak negatif
sekecil mungkin terhdap isu-isu lingkungan.
Berdasarkan hal diatas, maka dalam hal ini PT Hamita Utama Karsa yang
sudah beroperasi mulai dari tahun 2007 menyesuaikan dengan matrik
DELH, maka tentunya dengan ini melaporkan dan membahas mengenai
hasil pemantauan kebakaran hutan dan lahan di seputaran areal PT Hamia
Utama Karsa untuk triwulan kedua (April-Juni Tahun 2019) yang secara
detail akan dibahas pada BAB selanjutnya.
1.5 Dasar Hukum

Dalam pengelolaan dan pemantauan titik api ini PT Hamita Utama

Karsa selain berpedoman pada permentan mengenai ISPO nomor 11 tahun

2015 juga berpedoman pada regulasi pemerintah seperti dibawah ini :

Regulasi Pemerintah Pusat

Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2001

Peraturan Pemerintah Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau

Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan

dan atau Lahan mengatur tentang kriteria baku pencemaran lingkungan

dan wewenang dalam pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh

kebakaran hutan dan atau lahan.

PT Hamita Utama Karsa 4


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran Hutan dan Pembakaran Hutan


Kebakaran hutan dan pembakaran hutan merupakan sebuah kata
dengan kata dasar yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda.
Kebakaran identik dengan kejadian yang tidak disengaja sedangkan
pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan tetapi
tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu
kebakaran. Penggunaan istilah kebakaran hutan dengan pembakaran
terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah ini
sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak
yang ditimbulkannya. Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi
digeneralisasi sebagai kebakaran hutan, padahal sebagian besar (99,9%)
kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja dilakukan maupun
akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku bisnis
kehutanan atau perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%) adalah karena alam
(petir, larva gunung berapi). Saharjo ( 1999 ) menyataan bahwa baik diareal
HTI, hutan alam dan perladangan berpindah dapat dikatakan bahwa 99%
penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia,
entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat
kelainan pada saat penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan
faktor penting untuk mempersiapkan lahan pertanian dan perkebunan
(Saharjo, 1999). Pembakaran selain dianggap mudah dan murah juga
menghasilkan bahan mineral yang siap diserap oleh tumbuhan. Banyaknya
jumlah bahan bakar yang dibakar diatas lahan akhirnya akan
menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas. Untuk itu,
agar dampak lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api
dan bahan bakar pada penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan
hati-hati. Untuk penyelesaian masalah ini maka managemen
penanggulangan bahaya kebakaran harus berdasarkan hasil penelitian dan
tidak lagi hanya mengandalkan dari terjemahan textbook atau pengalaman

PT Hamita Utama Karsa 5


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
dari negara lain tanpa menyesuaikan dengan keadaan lahan di Indonesia (
Saharjo, 2000

2.2 Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan


Kelapa Sawit
Kasus kebakaran dilahan perkebunan kelapa sawit memang cukup
memprihatinkan bukan saja merugikan pengusaha tapi juga berdampak
sangat luas ke masyarakat lain disekitar lokasi perkebunan. Pada dasarnya
ada dua faktor kunci sebagai penyebab utama terjadinya suatu kasus
kebakaran dilahan perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit, yaitu
faktor alam dan faktor manusia.

1. Faktor Alam
Faktor alam dimaksud antara lain iklim yang memegang peran penting
sebagai faktor penyebab terjadinya kebakaran dilahan perkebunan, dimana
Indonesia yang beriklim tropis memiliki dua musim yaitu musim hujan dan
kemarau. Pada saat musim kemarau, curah hujan sebagai sumber air
utama menjadi sangat rendah sehingga menimbulkan situasi defisit air
atau kekeringan. Di Indonesia, puncak musim kemarau umumnya terjadi
pada bulan-bulan Juli atau Agustus.
Faktor alam lain adalah terdapatnya lahan gambut cukup luas yang
dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan. Berbeda dengan tanah mineral,
tanah gambut memiliki karakteristik khusus yaitu tersusun dari serasah
tumbuhan (bahan organic) yang melapuk. Pada saat kemarau dimana
permukaan air tanah mengalami penurunan baik yang terjadi secara alami
maupun akibat sistem drainase, maka lapisan tanah gambut (terutama
gambut dalam) menjadi kering dan mudah terbakar.

2. Faktor Manusia
Jika Faktor alam dianggap sebagai sumber penyebab terjadinya kebakaran,
maka manusia lebih berperan sebagai pemicu terjadinya kebakaran.
Kurangnya pemahaman dari semua komponen yang berada dilingkungan
perkebunan, termasuk masyarakat, terhadap seluk beluk penyebab
PT Hamita Utama Karsa 6
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
kebakaran dan dampak kerugian yang ditimbulkan, umumnya menjadi
pemicu utama terjadinya bencana kebakaran.
Brberapa hal berikut ini merupakan merupakan contoh dari kurangnya
pemahaman manusia didalam dan sekitar kebun terhadap bahaya
kebakaran dan kerugian yang ditimbulkan :
 Menyalakan api, termasuk membuang puntung rokok, secara
sembarangan
didalam lingkungan kebun
 Mebiarkan kebun dalam kondisi kotor ditumbuhi semak dan belukar
 Secara sengaja membakar kebun karena alasan tertentu (aspek sosial)
Terkait dengan terjadinya kasus kebakaran gambut diperkebunan sawit,
peran manusia sesungguhnya dimulai pada saat dibukanya lahan-lahan
gambut dengan cara yang menyimpang dari kriteria yang telah
diamanatkan oleh para pakar yang berkompeten dibidangnya. Pemerintah,
misalnya, melalui kementrian terkait telah mengeluarkan aturan sangat
jelas perihal larangan membuka lahan gambut. Perlu dipahami bahwa
proses pematangan (dekomposisi) gambut dilahan gambut dalam jauh lebih
lambat dibandingkan lahan gambut dangkal atau sedang. Semakin lambat
proses dekomposisi, maka tanah gambut semakin rentan mengalami
kekeringan.
Pada tahapan selanjutnya, peran manusia berlanjut dengan tidak
melaksanakan tatalaksana pembukaan lahan gambut dengan benar,
misalnya pembuatan saluran atau kanal-kanal secara besar-besaran tanpa
perencanaan matang, yang mengakibatkan terjadinya penurunan muka air
tanah secara drastis. Pada saat kemarau, lapisan gambut tebal yang
memang masih mentah (fibrik) dan kering menjadi terbakar.
Cara penanganan atau pengendalian kebakaran dilahan gambut tentu
berbeda dengan pengendalian kebakaran di lahan mineral. Jika pada lahan
mineral kebakaran terjadi di permukaan tanah, maka kebakaran dilahan
gambut umumnya terjadi dibawah permukaan tanah (gambut). Jika
mengalami kekeringan, lapisan gambut dibawah permukaan memang lebih
mudah terbakar karena bahan gambut umumnya lebih mentah (berbentuk
serat atau fibrik) dibandingkan gambut yang berada dipermukaan yang
PT Hamita Utama Karsa 7
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
relatif lebih matang (saprik atau hemik). Dengan demikian maka proses
pemadaman sumber api tidak cukup hanya dengan melakukan
penyemprotan air dipermukaan tanah sebagaimana dilakukan di lahan
mineral. Penggenangan lahan dianggap jauh lebih efektif dalam menangani
kebakaran di lahan gambut, yaitu dengan segera menutup seluruh pintu-
pintu air di sekitar lokasi lahan yang terbakar dan memompa air kedalam
lahan yang terbakar .
Kebakaran di lahan perkebunan memang memerlukan penanganan yang
cepat dan tuntas. Dengan demikian diperlukan tim khusus
penanggulangan kebakaran yang terlatih dan dilengkapi peralatan yang
memadai. Anggota tim sebaiknya direkrut dari karyawan kebun itu sendiri
dan dapat berkoordinasi secara cepat dengan tim penanggulangan
kebakaran nasional (BNPB) yang berada di wilayah tersebut. Pembentukan
satuan penanggulangan kebakaran akan mengefektifkan tanggungjawab
pelaksanaannya. Adapun struktur organisasi yang dapat dikembangkan
antara lain adalah :
 Kepala Divisi Pelindung : Bertanggungjawab secara keseluruhan atas
penanggulangan bahaya kebakaran di Satuan Kebun (Estate)
 Kepala Unit : Bertanggungjawab atas penanggulangan bahaya
kebakaran di masing-masing unit kebun (afdeling)
 Satuan Informasi : Bertanggungjawab mengembangkan informasi
terjadinya bahaya kebakaran, baik didalam lingkungan kebun
maupun diluar lingkungan kebun (masyarakat)
 Satuan Pemadaman : Melaksanakan tugas teknis pemadaman
dibawah koordinasi kepala unit.
 Satuan Logistik : Mendukung mobilisasi dan logistik yang
dibutuhkan satuan pemadaman.
 Satuan Patroli : Bertugas memonitor terjadinya ancaman
kebakaran, berada di masing-masing afdeling dan melaporkan setiap
potensi terjadinya kebakaran kepada satuan informasi.
Bagaimanapun ancaman terjadinya kebakaran bisa terjadi setiap saat,
terutama pada saat musim kemarau. Setiap unit kebun sebaiknya telah
menyiapkan SOP penanggulangan jauh sebelum kebakaran terjadi. Segenap
PT Hamita Utama Karsa 8
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
peralatan pemadaman dan menara pemantau telah disiapkan secara
matang. Jika ancaman kebakaran akhirnya menjadi kenyataan, maka
tindakan melokalisir wilayah terbakar harus segera dilakukan. Dari
beberapa pengalaman dilapangan, proses pemadaman kebakaran di lokasi
kebun memang menjadi lebih sulit dilakukan jika beberapa hal-hal berikut
ini tidak disiapkan dengan baik :
 Sarana penampung air (waduk / kolam atau embung)
 Peralatan pemadaman yang memadai
 Kondisi infrastruktur yang baik
 Tim pemadam kebakaran yang terlatih
 Koordinasi dengan tim pemadam kebakaran nasional setempat
2.3 Penyebab Kebakaran Hutan di Sumatera Selatan
Lebih dari 99% penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah akibat ulah
manusia, baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat
kelalaian dalam menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi
tertentu yang membuat rawan terjadinya kebakaran, seperti gejala El-Nino
dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.
1 Unsur Iklim / Cuaca
Kebakaran hutan dan lahan, dapat pula terjadi pada musim hujan
yang disebabkan karena kejadian alam yaitu halilintar/petir
menyambar pohon yang bertajuk dalam keadaan basah sehingga
menimbulkan kebakaran tajuk yang hebat pada hutan. Dengan
adanya iklim ekstrim seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu di
Sumatera Selatan dimana musim kemarau dan penghujan tidak
menentu yaitu bila musim kemarau/kering tiba dan sangat panas
yang memungkinkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
2 Penyebab Kebakaran Oleh Manusia dapat dirinci sebagai berikut :
a Pembakaran Vegetasi. Kebakaran yang disebabkan oleh api yang
berasal dari pembakaran vegetasi yang disengaja tetapi tidak
dikendalikan pada saat kegiatan, misalnya dalam pembukaan
areal HTI dan perkebunan serta penyiapan lahan pertanian oleh
masyarakat.

PT Hamita Utama Karsa 9


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
b Aktivitas dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Kebakaran yang
disebabkan oleh api yang berasal dari aktivitas manusia selama
pemanfaatan sumber daya alam, misalnya pembakaran semak
belukar yang mengalangi akses mereka dalam pemanfaatan
sumber daya alam serta pembuatan api untuk memasak oleh para
penebang liar dan pencari ikan di dalam hutan. Keteledoran
mereka dalam memadamkan api dapat menimbulkan kebakaran.
c Penguasaan lahan. Api sering digunakan masyarakat lokal untuk
memperoleh kembali hak-hak mereka atas lahan
d Penyebab konflik sosial yang pada umumnya berawal dari suatu
konflik antara para pemilik modal industri perkayuan maupun
pertambangan, dengan penduduk asli yang merasa kepemilikan
tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai
oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif
negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan
melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah
mereka miliki secara turun temurun.
2.4 Faktor Pendukung Kerawanan Terjadinya Kebakaran Hutan di
Sumatera Selatan
Kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut tertinggi terjadi
pada musim kemarau dimana curah hujan sangat remndah dan intensitas
panas matahari tinggi. Kondisi ini pada umumnya terjadi antara bulan juni
hingga oktober.

PT Hamita Utama Karsa 10


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
BAB III
PEMANTAUN KEBAKARAN LAHAN DI AREAL
PT HAMITA UTAMA KARSA

3.1 Unit Pemantau Kebakaran


PT Hamita Utama Karsa memiliki 2 Institusional / Organisasi yang
menangani Kebakaran di Kebun maupun di Pabrik Kelapa Sawit, Tim
ini juga akan berkolaborasi dengan perusahaan yang bersebelahan
dengan PT Hamita Utama Karsa, diantaranya adalah PTPN VII dan PT
Pertamina, adapun Stuktur Tim Tanggap Darurat dapat dilihat pada
Lampiran.

3.2 Kondisi Pendukung Pemadaman Kebakaran


PT Hamita Utama Karsa merupakan perusahaan yang dekat dekat
dengan sumber air berupa sungai besar yang ada di seputaran kebun
itu sendiri dalam hal ini adalah Sungai Air Tenggulang, adapun
sumber air tersebut pada saat musim kemarau tidak pernah
kekurangan air.
Selain sumber air tersebut diatas, di Perkebunan PT Hamita Utama
Karsa juga tersebar kanal-kanal yang selalu dijaga kualitas muka air
dengan Water Gate Management System.
Untuk akses jalan diseputaran PT Hamita Utama Karsa untuk
pemantauan kebakaran lahan sangat memadai untuk transportasi
pengangkutan air dan akses ke Jalan Poros lahan yang ada di
perkebunan PT Hamita Utama Karsa. Patroli api selalu dilakukan
oleh tim patroli api secara bergantian terutama pada saat musi
kemarau terjadi.

PT Hamita Utama Karsa 11


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
3.3 Hasil Pemantauan Harian Pemantauan titik Api
Berdasarkan hasil pemantauan titik api di perkebunan PT Hamita
Utama Karsa untuk bulan Juli s/d September 2019 dapat dihasilkan
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pemantauan Titik Api Priode Bulan Januari s/d Juni
2019
Lokasi
No Bulan
Pemantauan
Estate Air Juli Agustus September
1
Tenggulang   
Ket : Tidak ada titik api

3.4 Alat PMK PT Hamita Utama Karsa


Berdasarkan dengan adanya team tanggap darurat diatas, maka dapat di
paparkan inventaris dari alat pemadam kebakaran yang ada di Estate /
Kebun maupun yang ada di Pabrik dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Inventaris Alat Pemadam Kebakaran Estate PT Hamita Utama
Karsa
No Nama Alat Satuan Jumlah
1 Pompa Air (Robin) 5.0 HP Unit 7
2 Pompa Air (Mitsubishi) 13 HP Unit 1
3 Pompa Air (Honda GX390) 13 HP Unit 2
4 Selang Semprot 1,5 inch Pc 18
5 Selang Semprot 2 inch Pc 30
6 Selang Semprot 2,5 inch Pc 26
7 Selang Intake Robin Pc 6
8 Selang Intake Honda Pc 2
9 Selang Intake Mitsubishi Pc 0
10 Nozzel Honda Pc 2
11 Nozzel 2 Inch Pc 9
12 Nozzel 1,5 Inch Pc 12

PT Hamita Utama Karsa 12


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
No Nama Alat Satuan Jumlah
13 Helm WarnaMerah PC 30
15 Kacamata Pc 18
16 Masker Pc 20
17 Baju Pemadam PC 20
18 Sepatu Pemadam kebakaran Pc 30
19 Sarung tangan PC 14
20 Senter besar Pc 4
22 P3K Set 1
23 Tenda Unit 3
24 Tandu Unit 3
26 Toa Unit 3
28 Firman Chan Shaw (Mesin pemotong) Unit 3
29 Sirene Unit 4
31 Pemukul Api ( Gepyok ) Unit 4
32 Cangkul dan gagang Unit 2
33 Garukan Unit 6
34 Serokan ( Sekop ) Unit 4
35 Cabang Y ( Y Conector ) Unit 6
36 Sumbut (alat pemadam bawa tanah) Unit 4
37 Teropong Unit 4
38 Angkong Unit 2
39 Klem Konektor 2,5 Inci Unit 31
40 Conector 2,5 Inci Unit 32
41 Banner Unit 1
42 Gancu dan gagang Unit 7
43 Mobil Tangki Unit 2
44 Mobil Patroli Unit 1
Sumber Data : Estate Air Tenggulang, Tahun 2019

PT Hamita Utama Karsa 13


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
3.5 APD Standart Penanggulangan Kebakaran
PT Hamita Utama Karsa memiliki APD Standart untuk
penanggulangan kebakaran Lahan Jika terjadi kebakaran lahan di areal
Perkebunan dan Pengolahan PT Hamita Utama Karsa. Alat Pelindung Diri
tersebut antara lain:
a Helm
b Kacamata Plastik
c Masker
d Wearpak
e Sarung Tangan
f Sepatu Pemadam

3.6 Antisipasi Kebakaran Lahan PT Hamita Utama Karsa


PT Hamita Utama Karsa dalam pencegahan dan antisipasi kebakaran
lahan juga juga melakukan berbagai tindakan seperti :
1 Pembuatan sekat bakar dilahan rawan Kebakaran
2 Pembuatan Menara Kontrol Api
3 Monitoring harian dengan kontrol titik Api di areal rawan kebakaran
4 Pemasangan Himbauan larangan membakar hutan dan lahan

3.7 Upaya Penanggulangan Kebakaran PT Hamita Utama Karsa

Dalam upaya menghadapi penanggulangan kebakaran dan keadaan


tanggap darurat di areal lahan dan pabrik di PT Hamita Utama Karsa maka
team Pemadam Kebakaran rutin melakukan simulasi tanggap darurat di
areal Pabrik dan Perkebunan PT Hamita Utama Karsa serta melakukan
kerjasama pelatihan dari Dinas terkait mengenai penanggulangan
kebakaran tersebut.
PT Hamita Utama Karsa dalam upaya penanggulangan kebakaran lahan
juga melakukan sosialisasi penyuluhan tentang kebakaran lahan / kebun
serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat dengan memasang
amaran/sign board tentang larangan maupun bahayanya kebakaran hutan
dan lahan serta kondisi tanggap darurat lainya.

PT Hamita Utama Karsa 14


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
BAB IV
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
PT HAMITA UTAMA KARSA

4.1 Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran

A. Kebakaran Bangunan

Kebakaran dapat membawa konsekwensi yang berdampak merugikan

banyak pihak, dapat mengakibatkan korban jiwa, kerugian material,

hilangnya lapangan kerja dan kerugian yang tidak langsung, apalagi kalau

terjadi kebakaran pada objek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi.

Maka untuk penangulangan kebakaran bangunan perlu dilakukan :

1. SOP Penanganan dan Pencegahan Kebakaran

2. Pembentukan Satuan Tugas Pemadam kebakaran

3. Pelatihan Regu Pemadam kebakaran

4. Sarana penanggulangan kebakaran

5. Inspeksi sarana pemadam kebakaran

B. Kebakaran Lahan dan Kebun

Kebakaran lahan dan kebun menimbulkan berbagai dampak negatif


terhadap lingkungan dan perikehidupan manusia di sektor kesehatan,
sosial dan ekonomi. Selain hilangnya aset dan kerusakan ekologi, dampak
yang sangat menonjol dan dirasakan langsung oleh masyarakat adalah
terjadinya kabut asap yang sangat menganggu kesehatan dan sistem
transportasi yang mempengaruhi perekonomian, baik lokal, regional
maupun internasional. Kebakaran lahan dan kebun juga menghasilkan
emisi gas rumah kaca (GRK) terutama CO2, N2O, dan CH4 yang
berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Penanggulangan Kebakaran yang dilakukan :
PT Hamita Utama Karsa 15
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
1. Pembentukan Satuan Tugas Pemadam Kebakaran

2. Menidentifikasi, memelihara dan menjaga sumber air serta


mengantisipasi kekurangan air terutama di musim kemarau.

3. Membuat dan memasang sign board himbauan Larangan Membakar


Lahan

4. Meningkatkan kesiapan dan kesiagaan Team Pemadam dalam


mendeteksi bahaya kebakaran dengan melakukan pelatihan dan
simulasi kebakaran bagi team pemadam.

5. Mempersiapkan dan mensiagakan alat-alat pemadam kebakaran.

6. Meningkatan pengawasan dengan melakukan patroli secara rutin


terutama dimusim kemarau.

4.2 Sarana dan Prasarana Pemadam Kebakaran di Lingkungan Kantor


dan Perumahan Karyawan
1. APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) disiapkan di beberapa titik misalnya di
kantor, pabrik dan perumahan (mess) karyawan. Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dilakukan pengecekan atau pemeriksaan secara rutin setiap satu
bulan sekali.
2. Perlengkapan Hydran dan Alat Pemadam Kebakaran
Di Pabrik telah disiapkan Hydran beserta perlengkapannya, sedangkan di
Kebun/Estate telah disiapkan Pompa Robin, Selang, Nozzle, alat
komunikasi handy talkie, dan Dilakukan Pengecekan Secara Rutin, untuk
mengetahui kesiapan peralatan pada saat terjadi kebakaran.

4.3 Kegiatan Pengendalian Kebakaran PT Hamita Utama Karsa


1. Sosialisasi Pengendalian Kebakaran kepada karyawan
Menyampaikan kepada seluruh karyawan agar tidak melakukan tindakan
yang dapat menyebabkan kebakaran, jika melihat kejadian kebakaran agar
segera menyampaikan kepada atasan untuk dapat segera ditangani.

PT Hamita Utama Karsa 16


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
a. Kegiatan Sosialisasi Karhutla Kepada Karyawan

Sosialisasi Karhutla kepada karyawan PT Hamita Utama Karsa

PT Hamita Utama Karsa 17


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
2. Pemasangan Spanduk/Sign Board Larangan Membakar Hutan dan
Lahan

Larangan mebuang puntung rokok dan larangan membakar hutan dan


lahan di Areal PT Hamita Utama Karsa

PT Hamita Utama Karsa 18


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
3. Pengecekkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Pengecekan terhadap Alat Pemaam Api Ringan (APAR) selalu dilakukan


secara berkala di setiap bulannya. APAR yang tersedia di PT Hamita Utama
Karsa dalam bentuk Powder.

Kegiatan Pengecekan Tabung APAR di Area Kebun dan PKS PT Hamita Utama Karsa

PT Hamita Utama Karsa 19


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
4. Simulasi Pemadam Kebakaran

Simulasi Pemadaman kebakaran hutan dan lahan PT Hamita Utama Karsa


Tanggal 02 Juli 2019

PT Hamita Utama Karsa 20


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
3. Pengecekan Perlengkapan Gudang Alat Pemadam Kebakara

Pengecekan Peralatan Pemadam Kebakaran PT Hamita Utama Karsa

PT Hamita Utama Karsa 21


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
5. Pemeriksaan Hydran Box
Kegiatan pemeriksaan kondisi dan kelengkapan peralatan Hydran Box
di Area PKS PT Hamita Utama Karsa dilakukan secara rutin setiap satu
bulan sekali.

Kegiatan Pengecekan kondisi dan kelengkapan Hydran Box di Area PKS PT


Hamita Utama Karsa

PT Hamita Utama Karsa 22


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
6. Kegiatan Sosialisasi dan Pembentuakan Organisasi Masyarakat Peduli
Api bersama masyarakat Desa Sekitar
a. Sosialisasi dan pembentukan masyarakat peduli api bersama masyarakat
Desa Bandar Tenggulang
Kegiatan sosialisasi dan pembentukan organisasi Masyarakat Peduli Api
di Desa Bandar Tenggulang pada tanggal 01 Agustus 2019 merupakan
suatu bentuk kerja sama PT Hamita Utama Karsa dengan Masyarakat
Desa dalam menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan.

Pembentukan Organisasi Masyarakat Peduli Api di Desa Bandar


Tenggulang, Tanggal 01 Agustus 2019

PT Hamita Utama Karsa 23


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
PT Hamita Utama Karsa 24
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
PT Hamita Utama Karsa 25
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
PT Hamita Utama Karsa 26
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
b. Sosialisasi dan pembentukan masyarakat peduli api bersama masyarakat
Desa Tenggulang Jaya
Kegiatan sosialisasi dan pembentukan organisasi Masyarakat Peduli Api di
Desa Tenggulang Jaya pada tanggal 01 Agustus 2019 merupakan suatu
bentuk kerja sama PT Hamita Utama Karsa dengan Masyarakat Desa dalam
menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan.

PT Hamita Utama Karsa 27


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
PT Hamita Utama Karsa 28
Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
7. Kegiatan Meeting Siaga Darurat Bencana Asap akibat Kebakaran
Koordinasi terkait karhutla di Seluruh Perusahaan Perkebunan di Sumatera
Selatan bersama Stakeholder terkait.

Kegiatan Meeting Siap Siaga Darurat Bencana Asap akibat Kebakaran

8. Patroli dan Pemantau Api


Untuk mengantipasi kebakaran sedini mungkin, PT. Hamita Utama Karsa
membentuk Regu Pendeteksi Dini yang dilakukan secara bergilir oleh
Security, tertutama di daerah-daerah rawan kebakaran.

9. Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran dan Lahan


PT. Hamita Utama Karsa telah membentuk Satuan Tugas Pemadaman
Kebakaran yang bertanggungjawab menangani keadaan Kebakaran di PT.
Hamita Utama Karsa.

PT Hamita Utama Karsa 29


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
10. Kegiatan Pemberian Kotak P3K dan Tabung APAR Kendaraan

Kegiatan Pemberian kotak P3K dan Tabung APAR Kendaraan


Estate PT Hamita Utama Karsa

PT Hamita Utama Karsa 30


Laporan Kebakaran Triwulan III Tahun 2019
STRUKTUR TEAM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
PT HAMITA UTAMA KARSA

31

Anda mungkin juga menyukai