Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Gizi Kurang
a. Definisi Gizi Kurang
Kekurangan gizi (undernutrition) merupakan keadaan kurangnya
energi (kalori) dalam tubuh. Keadaan kurang gizi bisa ringan atau serius.
Penurunan berat badan merupakan manifestasi deplesi energi. Zat gizi yang
esensial, protein dan mikronutrien cenderung mengalami deplesi secara
bersamaan, tetapi sejumlah mikronutrien memiliki simpanan yang besar
didalam tubuh. Kebutuhan sejumlah orang akan menjadi lebih rendah ketika
asupan energinya berkurang (Mann and Truswell, 2014).
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Kurang Gizi
pengetahuan dan keterampilan ibu. Akar masalah dari penyebab masalah gizi
ada krisis ekonomi, politik, dan sosial (Wiguna, 2014).
Faktor secara langsung pada kasus kurang gizi adalah pola makan
yang tidak seimbang dan kejadian infeksi pada anak. Pola makan yang tidak
seimbang akan menyebabkan kebutuhan zat gizi di dalam tubuh kurang
terpenuhi, apabila terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan status
gizi anak menjadi kurang. Akibat status gizi kurang maka anak akan mudah
sekali terserang penyakit, terutama penyakit infeksi seperti tuberkulosis dan
lain-lain. Peran orang tua terutama ibu diperlukan terutama dalam hal
pengasuhan dan pendidikan. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang
baik maka anak dapat memperoleh pendidikan yang baik pula (Budiastutik,
dkk. 2011).
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam hal higiene dan
sanitasi. Dengan sanitasi yang baik, anak tidak mudah terkena penyakit.
Contoh masalah yang sering timbul pada anak karena higiene sanitasi yang
kurang baik adalah diare dan kecacingan. Anak yang mengalami kecacingan
dalam jangka waktu lama berisiko kekurangan gizi karena asupan zat gizi
yang masuk melalui makanan diserap langsung oleh cacing yang ada didalam
tubuh melalui vili-vili usus. Dampaknya anak akan mengalami
anemia/kekurangan darah apabila kecacingan berlangsung lama. Pelayanan
kesehatan yang baik sangat diperlukan. Pelayanan kesehatan yang maksimal
dapat membantu menurunkan permasalahan gizi dan kesehatan sehingga
masalah-masalah kesehatan di Indonesia dapat teratasi (Wiguna, 2014).
2. Stunting (Pendek)
a. Definisi Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan zat gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Millennium Challenge
Account, 2014).
Seorang anak dikatakan stunting (pendek) apabila tinggi badan tidak
commit to user
sesuai dengan usia yang seharusnya. Titik batas penggolongan status gizi
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
berdasarkan indeks tinggi badan dan umur (TB/U) untuk anak laki-laki dan
perempuan umur 5-12 tahun dapat dilihat pada Tabel 2 (Dinas Kesehatan
Jawa Tengah, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
c. Pencegahan Stunting
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan stunting
antara lain (Millennium Challenge Account, 2014) :
- Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil. Ibu hamil perlu mendapatkan
makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi), dan
terpantau kesehatannya.
- ASI ekslusif sampai dengan usia 6 bulan dan setelah usia 6 bulan diberikan
makananan pendamping ASI (MP ASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
- Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya strategis
untuk mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan.
- Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan. Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan akan
memicu gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk
pertumbuhan akan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi
infeksi. Semakin lama menderita infeksi maka resiko stunting akan semakin
meningkat (Schmidt, 2014).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
3. Zinc (Zn)
a. Definisi Zinc
Zinc (Zn) merupakan mikromineral yang berada dimana-mana dalam
jaringan manusia atau hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim
dalam proses metabolisme (Linder, 2010). Zinc (Zn) adalah salah satu
logam golongan IIB dengan berat molekular 65,4. Zinc merupakan ion
logam katalitik yang paling sering dijumpai dalam sitoplasma sel (Mann and
Truswell, 2014).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
LAKTASI
Eksresi PLASMA
4-5 mg
2-3 µg/ml air susu
KULIT, RAMBUT
KERINGAT, 1-5 mg
URIN
Zn-Albumin Zn-a.a.s Zn-3-makroglobulin
0,3-0,5 mg
Defisiensi Zn
Cairan Pankreas
dan Intestin 2-5 mg (+) energi simpanan MUKOSA INTESTIN
Zn tersedia
Zinc Diet
6-14 mg Zinc diet dan lain
Zn tidak berguna FESES
Umumnya ZN
Serat, fitat (-)
Gambar 2. Zat gizi dan metabolisme Zinc (1,5-2,5 gram total dalam tubuh)
commit to user
Sumber : Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Linder, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
akan berpengaruh terhadar konsentrasi Zinc serum. Sisa Zinc dalam serum,
sebesar 18% terikat α2-makroglobulin dan lainnya terikan protein lain
seperti transferin, seruloplasmin, serta asam amino terutama histidin dan
sistin. Zinc yang terikan asam amino akan dikeluarkan melalui urin (Gibson,
2005).
Serum Zinc dapat digunakan sebagai biomarker untuk mengetahui
status Zinc dalam tubuh. Pada individu dengan defisiensi Zinc yang parah,
maka konsentrasi serum Zinc cenderung rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar serum Zinc antara lain (Gibson, 2005) :
- Faktor usia berpengaruh pada konsentrasi serum Zinc. Pada NHANES II,
nilai Zinc serum yang rendah pada masa bayi akan mencapai puncaknya
pada masa remaja dan dewasa muda, setelah itu akan menurun kembali
(Filch, 1984 dalam Gibson, 2005).
periode penyimpanan lebih lama, sampel harus dibekukan pada -25ºC atau
lebih rendah (Gibson, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
B. Meningkatnya pengeluaran Zn
dari tubuh
- Lapar - Fotobia, buta malam, blefaritis
- Terbakar - Lesi kulit
- Diabetes mellitus - Paronychiae dengan superinfeksi
monilial
- Ketoasidosis - Kuku (berhenti tumbuh, hilang,
dengan Beau’s line)
- Pengobatan diuretik - Pertumbuhan rambut berhenti atau
alopesia
- Proteinuria, dll. - Diare
Sumber : Diubah dari Agget da Harries, 1979 (Linder, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
B. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian
ini sebagai berikut.
1. Penelitian Budiastutik, dkk. (2011). “Pengaruh Suplementasi Zinc Sulfat dan
Biskuit terhadap Konsentrasi Zinc Rambut Balita (Program MP ASI Biskuit di
Kertosono Jawa Timur)”. Menunjukkan terdapat perbedaan tingkat konsumsi
energi, karbohidrat, dan protein sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
selama tiga bulan pada kelompok perlakuan. Terjadi perbaikan status gizi dan
peningkatan konsentrasi Zinc dalam rambut pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
2. Penelitian Desmukh, et al. (2012). “Social Determinats of Stunting in Rural
Area of Wardha, Central India”. Menunjukkan prevalensi stunting sebesar
commit25,1%.
52,3% dan stunting berat sebesar to user Faktor determinan yang secara
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3 berikut.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka teori, kerangka konsep, rumusan masalah, dan
tujuan penelitian, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan karakteristik anak (jenis kelamin, pendidikan orang tua,
penghasilan orang tua) dengan kejadian stunting pada anak sekolah dasar
(kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
commit to user
Malang).
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
2. Ada hubungan kadar Zinc rambut dengan kejadian stunting pada anak
sekolah dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang
Kabupaten Malang).
3. Ada hubungan status gizi kurang dengan kejadian stunting pada anak sekolah
dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang).
4. Ada hubungan asupan makan dengan kejadian stunting pada anak sekolah
dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang).
5. Ada hubungan pola makan dengan kejadian stunting pada anak sekolah dasar
(kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang).
commit to user