Anda di halaman 1dari 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Gizi Kurang
a. Definisi Gizi Kurang
Kekurangan gizi (undernutrition) merupakan keadaan kurangnya
energi (kalori) dalam tubuh. Keadaan kurang gizi bisa ringan atau serius.
Penurunan berat badan merupakan manifestasi deplesi energi. Zat gizi yang
esensial, protein dan mikronutrien cenderung mengalami deplesi secara
bersamaan, tetapi sejumlah mikronutrien memiliki simpanan yang besar
didalam tubuh. Kebutuhan sejumlah orang akan menjadi lebih rendah ketika
asupan energinya berkurang (Mann and Truswell, 2014).

b. Indikator Penilaian Status Gizi berdasarkan BB/U


Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U akan memberikan
indikasi masalah gizi secara umum. Status gizi berdasarkan indeks BB/U
tidak dapat memberikan indikasi tentang masalah gizi yang bersifat akut
maupun kronis (Riskesdas, 2013).
Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur
(BB/U) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut (Kemenkes RI, 2012).

Tabel 1. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan


indeks BB/U
Kategori
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Status Gizi
Berat Badan
menurut Umur - Gizi Buruk < -3 SD
(BB/U) - Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
- Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
- Gizi Lebih > 2SD
Sumber : WHO Antro, 2005 (Kemenkes RI, 2012)

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

c. Faktor-Faktor Penyebab Masalah Gizi Kurang


Faktor-faktor yang menyebabkan masalah gizi kurang berdasarkan
UNICEF (1998) dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Kurang Gizi

Penyebab Makan tidak seimbang Penyakit Infeksi


Langsung

Tidak cukup Pola asuh Sanitasi dan air


Penyebab ketersediaan anak tidak bersih/ Pelayanan
Tidak pangan memadai Kesehatan Dasar
Langsung tidak memadai

Kurang pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan

Pokok masalah di Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,


masyarakat kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan, dan kemiskinan

Akar masalah Krisis ekonomi, politik, dan sosial


(Nasional)

Gambar 1. Bagan penyebab gizi kurang, UNICEF (1998)

Berdasarkan Gambar 1 penyebab masalah gizi menurut UNICEF


(1998) dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung adalah pola makan
dan infeksi, faktor yang berpengaruh secara tidak langsung adalah ketidak
cukupan ketersediaan pangan, pola asuh anak yang kurang memadai, sanitasi
dan air bersih, serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Sedangkan
pokok masalah yang ada commit to user yaitu kurangnya pendidikan,
di masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

pengetahuan dan keterampilan ibu. Akar masalah dari penyebab masalah gizi
ada krisis ekonomi, politik, dan sosial (Wiguna, 2014).
Faktor secara langsung pada kasus kurang gizi adalah pola makan
yang tidak seimbang dan kejadian infeksi pada anak. Pola makan yang tidak
seimbang akan menyebabkan kebutuhan zat gizi di dalam tubuh kurang
terpenuhi, apabila terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan status
gizi anak menjadi kurang. Akibat status gizi kurang maka anak akan mudah
sekali terserang penyakit, terutama penyakit infeksi seperti tuberkulosis dan
lain-lain. Peran orang tua terutama ibu diperlukan terutama dalam hal
pengasuhan dan pendidikan. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang
baik maka anak dapat memperoleh pendidikan yang baik pula (Budiastutik,
dkk. 2011).
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam hal higiene dan
sanitasi. Dengan sanitasi yang baik, anak tidak mudah terkena penyakit.
Contoh masalah yang sering timbul pada anak karena higiene sanitasi yang
kurang baik adalah diare dan kecacingan. Anak yang mengalami kecacingan
dalam jangka waktu lama berisiko kekurangan gizi karena asupan zat gizi
yang masuk melalui makanan diserap langsung oleh cacing yang ada didalam
tubuh melalui vili-vili usus. Dampaknya anak akan mengalami
anemia/kekurangan darah apabila kecacingan berlangsung lama. Pelayanan
kesehatan yang baik sangat diperlukan. Pelayanan kesehatan yang maksimal
dapat membantu menurunkan permasalahan gizi dan kesehatan sehingga
masalah-masalah kesehatan di Indonesia dapat teratasi (Wiguna, 2014).

2. Stunting (Pendek)
a. Definisi Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan zat gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Millennium Challenge
Account, 2014).
Seorang anak dikatakan stunting (pendek) apabila tinggi badan tidak
commit to user
sesuai dengan usia yang seharusnya. Titik batas penggolongan status gizi
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

berdasarkan indeks tinggi badan dan umur (TB/U) untuk anak laki-laki dan
perempuan umur 5-12 tahun dapat dilihat pada Tabel 2 (Dinas Kesehatan
Jawa Tengah, 2003).

Tabel 2. Titik batas penggolongan status gizi berdasarkan indeks tinggi


badan dan umur (TB/U) untuk anak laki-laki dan
perempuan
Laki-laki Perempuan
Umur Tinggi Badan Umur Tinggi badan
(tahun) (cm) (tahun) (cm)
5 101,8 5 100,4
6 107,1 6 105,8
7 112,0 7 111,2
8 116,6 8 116,4
9 121,3 9 121,7
10 126,3 10 127,4
11 131,9 11 133,4
12 137,7 12 139,1
Sumber : Pedoman pemantauan tinggi badan anak baru masuk
sekolah, Dinkes Jawa Tengah (2003)

Stunting terjadi dimulai dari janin dalam kandungan serta akan


nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan zat gizi pada anak usia
dini dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah terserang penyakit, dan akan memiliki postur tubuh
tidak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif juga akan berkurang,
sehingga dampak jangka panjang menyebabkan kerugian ekonomi bagi
Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak
dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak yang berusia dibawah
lima tahun di Indonesia tinggi badannya berada di bawah rata-rata
(Millennium Challenge Account, 2014).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

b. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Pengukuran status gizi anak stunting dapat dilakukan berdasarkan
tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan kategori dan ambang batas
status gizi berdasarkan baku antropometri WHO Tahun 2005 pada Tabel 3
(Kemenkes RI, 2012).

Tabel 3. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan


indeks TB/U
Kategori
Indeks Amabng Batas (Z-Score)
Status Gizi
Panjang Badan
menurut Umur - Sangat Pendek < -3 SD
(PB/U) atau - Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Tinggi Badan - Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Menurut Umur - Tinggi > 2SD
(TB/U)
Sumber : WHO, 2005 (Kemenkes RI, 2012)

c. Pencegahan Stunting
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan stunting
antara lain (Millennium Challenge Account, 2014) :
- Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil. Ibu hamil perlu mendapatkan
makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi), dan
terpantau kesehatannya.
- ASI ekslusif sampai dengan usia 6 bulan dan setelah usia 6 bulan diberikan
makananan pendamping ASI (MP ASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
- Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya strategis
untuk mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan.
- Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan. Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan akan
memicu gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk
pertumbuhan akan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi
infeksi. Semakin lama menderita infeksi maka resiko stunting akan semakin
meningkat (Schmidt, 2014).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

d. Program Pemerintah dalam Upaya Penanggulangan Stunting


Pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya telah melakukan
kesepakatan tentang intervensi gizi spesifik atau langsung dalam hal
mencegah dan menanggulangi stunting diantaranya (Millennium Challenge
Account, 2014) :
- Promosi ASI dan Makanan Pendamping ASI yang bergizi,
- Pemberian tablet zat besi-folat atau multivitamin dan mineral untuk ibu
hamil dan menyusui,
- Pemberian zat penambah gizi mikro untuk anak,
- Pemberian obat cacing pada anak,
- Pemberian suplemen vitamin A untuk anak balita,
- Penanganan anak dengan gizi buruk,
- Fortifikasi makanan dengan zat gizi mikro seperti vitamin A, besi, dan
yodium,
- Pencegahan, dan pengobatan malaria bagi ibu hamil, bayi, dan anak-anak.

3. Zinc (Zn)
a. Definisi Zinc
Zinc (Zn) merupakan mikromineral yang berada dimana-mana dalam
jaringan manusia atau hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim
dalam proses metabolisme (Linder, 2010). Zinc (Zn) adalah salah satu
logam golongan IIB dengan berat molekular 65,4. Zinc merupakan ion
logam katalitik yang paling sering dijumpai dalam sitoplasma sel (Mann and
Truswell, 2014).

b. Jumlah dan Distribusi Zinc (Zn)


Kebutuhan Zinc dalam sehari pada anak-anak usia 7-9 tahun
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2014 adalah sebesar 11,2
mg/hari (AKG, 2014).
Dalam tubuh orang dewasa rata-rata kandungan Zinc sebesar 1,4-2,5
gram, yang sebagian besar berada dalam tulang dan tidak dapat digunakan
commit to
untuk metabolisme. Urat daging user
mengandung sekitar 65% dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

massanya yang besar. Konsentrasi Zinc tertinggi berada dalam jaringan


penutup/integument (kulit, rambut, kuku), dalam retina dan dalam organ
reproduksi pria. Konsentrasi yang lebih rendah berada dalam hampir semua
sel lain. Konsentrasi Zinc plasma/serum mendekati 1 µg/ml (100 µg/dl).
Darah secara keseluruhan (whole blood) mengandung Zinc sekitar 10 kali
lebih tinggi karena adanya anhidrase karbonik dalam sel darah merah
(Linder, 2010).

c. Fungsi Zinc (Zn)


Zinc (Zn) memiliki berbagai macam fungsi. Zinc sangat dibutuhkan
dalam aktivitas lebih dari 90 macam enzim yang berhubungan dalam
metabolisme karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis
asam nukleat, biosintesis heme, transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan
reaksi lainnya (Linder, 2010).
Beberapa fungsi Zinc antara lain (Linder, 2010) :
- Zinc diperlukan dalam perkembangan reproduksi pria dan
spermatogenesis, terutama perubahan testosteron menjadi
dehirotestosteron yang aktif.
- Zinc diperlukan dalam detoksifikasi alkohol dan dalam metabolisme
vitamin A.
- Zinc diperlukan dalam sintesis protein pengikat retinol dalam hati.

d. Konsumsi Zinc (Zn)


Asupan makananan yang dianjurkan untuk Zinc adalah sebanyak 11-
14 mg/hari untuk laki-laki dan 8 mg/hari untuk wanita. sedangkan apabila
seorang wanita mengalami kehamilan, maka Zinc perlu ditambahkan
sebesar 3 mg/hari, dan untuk masa laktasi/menyusui sebesar 4 mg/hari
(Mann and Truswell, 2014).

e. Penyerapan dan Distribusi Zinc (Zn)


Zinc (Zn) diserap terutama dari dalam duodenum, tetapi sebagian
kecil diserap didalam ususcommit
halus. toCara
userdalam penyerapan Zinc meliputi
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

mekanisme jenuh maupun pasif. Sejumlah transporter Zinc telah dikenali


yaitu ZiPs (sekurang-kurangnya terdiri dari 15 ZiP yag berbeda) mengawali
influks kedalam sel, sementara ZnTs (ZnT1-9) mengawali efluks melintasi
membran (Mann and Truswell, 2014).
Distribusi beragam ZnTs dan ZiPs bersifat spesifik jaringan. Lokasi
dalam penyerapan Zinc disesuaikan dengan bentuk Zinc dan keberadaan
atau ketiadaan zat gizi lain yang dapat membentuk kompleks dengan Zinc
atau dampaknya pada saat transit usus. Ketika diserap, Zinc akan diangkut
ke hati dalam keadaan terikat dengan albumin (Mann and Truswell, 2014).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

f. Metabolisme Zinc (Zn) di Dalam Tubuh


Zinc (Zn)
1,5-2,5 gram Total dalam tubuh
AKG 11,2 mg

DEPOSIT JARINGAN ENZIM (90+)


- Kulit Metabolisme Karbohidrat :
- Rambut 110-800 - Aldolase, karboksilase pyr.,
- Kuku 20% total µg/g banyak dehidrogenase.
- Retina Metabolisme Lipid :
- Tulang 50% (tidak berguna) - Protease, peptidase, sintesis
- Organ reproduksi pria protein (kulit).
Metabolisme NA :
- Hati 40-50 - Transkarbamilase asp., kinase
- Ginjal µg/g timidin (sperma, kulit),
- Urat daging polimerase RNA/DNA
- Pankreas (simpanan insulin) Lain-lain :
- Dehidrogenase alkohol,
dehidrogenase asam amino
levolinat pria, enhidrase
Darah lengkap (9 µg/ml) karbonik, dismutase
{80% dalam anhidrase karbonik superoksida, dll.
eritrosit dan SOD)

LAKTASI
Eksresi PLASMA
4-5 mg
2-3 µg/ml air susu

KULIT, RAMBUT

KERINGAT, 1-5 mg

URIN
Zn-Albumin Zn-a.a.s Zn-3-makroglobulin
0,3-0,5 mg

Defisiensi Zn
Cairan Pankreas
dan Intestin 2-5 mg (+) energi simpanan MUKOSA INTESTIN

(-) Ion metal


Sitrat (+)

Zn tersedia
Zinc Diet
6-14 mg Zinc diet dan lain
Zn tidak berguna FESES
Umumnya ZN
Serat, fitat (-)
Gambar 2. Zat gizi dan metabolisme Zinc (1,5-2,5 gram total dalam tubuh)
commit to user
Sumber : Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Linder, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Gambar 2 menjelaskan metabolisme Zinc didalam tubuh secara


transeluler. Zinc yang berasal dari makanan yang dikonsumsi akan diserap
di dalam usus kecil (mukosa intestin). Ketika di dalam sel-sel usus, banyak
Zinc diserap dan terikat metallothionin. Pengalihan Zinc yang diserap dari
usus menuju ke hati melalui sistem portal. Hati merupakan organ utama
yang terlibat dalam metabolisme Zinc. Sekitar 30-40% Zinc dalam darah
portal akan ditukar di hati. Dari hati Zinc akan dilepaskan kedalam sirkulasi
sistemik untuk dikirim ke jaringan yang lain (Gibson, 2005).

g. Eksresi dan Penyimpanan Zinc (Zn)


Jalur utama eksresi Zinc adalah melewati usus, kemudian ke ginjal
dan ke kulit. Zinc yang berada dalam feses berasal dari sumber makanan
yang tidak dapat diserap seperti Zinc yang di eksresikan ke dalam usus
bersama dengan getah pencernaan (eksresi endogen). Sedangkan Zinc dalam
jumlah yang lebih sedikit akan di eksresikan keluar melalui urine atau
melalui sel-sel kulit (Mann and Truswell, 2014).
Setelah penyerapan dan pemindahan Zinc ke dalam plasma, Zinc
akan terikat ke dalam 3 komponen yang satu dengan yang lainnya dalam
keadaan ekuilibrium yang sebagian besar diikat pada albumin, meskipun
cukup besar yang terikat pada antiprotease, 2-makroglobulin. Dari darah,
Zinc akan diambil oleh berbagai jaringan (jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan). Sebaliknya dari Fe, Zinc tidak dapat disimpan dan mudah
hilang dari dalam tubuh. Apabila berlebihan (konsumsi atau parenteralis),
Zinc akan berakumulasi dengan jalan terikat pada metallothionein dalam
hampir semua sel. Dalam beberapa jaringan, protein yang banyak
mengandung sistein (6700 dalton) terbentuk oleh pemberian Zinc (Linder,
2010).

h. Zinc (Zn) dalam Serum


Zinc yang berada didalam darah, 12% sampai dengan 22% berada
dalam serum dan sisanya di eritrosit. Zinc diangkut dalam serum terikat
dengan albumin sebesar 70%, apabila terjadi perubahan kadar albumin maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

akan berpengaruh terhadar konsentrasi Zinc serum. Sisa Zinc dalam serum,
sebesar 18% terikat α2-makroglobulin dan lainnya terikan protein lain
seperti transferin, seruloplasmin, serta asam amino terutama histidin dan
sistin. Zinc yang terikan asam amino akan dikeluarkan melalui urin (Gibson,
2005).
Serum Zinc dapat digunakan sebagai biomarker untuk mengetahui
status Zinc dalam tubuh. Pada individu dengan defisiensi Zinc yang parah,
maka konsentrasi serum Zinc cenderung rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar serum Zinc antara lain (Gibson, 2005) :
- Faktor usia berpengaruh pada konsentrasi serum Zinc. Pada NHANES II,
nilai Zinc serum yang rendah pada masa bayi akan mencapai puncaknya
pada masa remaja dan dewasa muda, setelah itu akan menurun kembali
(Filch, 1984 dalam Gibson, 2005).

- Jenis Kelamin dapat mempengaruhi konsentrasi Zinc serum. Selama masa


bayi dan anak usia dini, anak laki-laki cenderung memiliki kadar Zinc
serum rendah dibandingkan anak perempuan meskipun dalam NHANES II
perbedaannya kurang begitu jelas pada anak usia 3-8 tahun. Sebaliknya
pada masa remaja, laki-laki memiliki rata-rata tingkat Zinc serum lebih
tinggi daripada perempuan. Kadar Zinc serum antara laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kadar Zinc serum laki-laki dan perempuan berdasarkan usia


Zinc Serum Laki-laki Zinc Serum Perempuan
Usia (tahun)
(µmol/L) (µmol/L)
3–8 13,0 12,9
9 – 19 14,5 13,8
20 – 44 14,7 13,2
45 – 64 13,5 12,7
65 – 74 12,9 12,4
Sumber : Gibson, 2005

- Variasi diurnal berpengaruh terhadap konsetrasi Zinc serum. Pada tingkat


yang lebih tinggi terjadi di pagi hari tanpa memandang status puasa
commit to user
dibandingkan dengan sore hari (Filch, 1984 dalam Gibson, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

- Status puasa mempengaruhi konsetrasi Zinc serum. Perubahan yang terjadi


dalam Zinc serum terkait dengan makanan dan disebabkan oleh regulasi
hormon. Kadar Zinc serum akan meningkat setelah makan, tetapi akan
menurun secara progresif selama 4 jam berikutnya, kemudian akan
meningkat sampai mengkonsumsi makanan kembali. Selama puasa
semalam, kadar serum Zinc sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat individu yang tidak berpuasa, kemungkinan mencerminkan
katabolik protein otot (Pilch, 1984 dalam Gibson, 2005).
- Kondisi penyakit kronis akibat hipoalbumin, seperti sirosis alkoholik dan
malnutrisi protein energi menyebabkan konsentrasi Zinc serum rendah,
dikarenakan Zinc diangkut dalam serum terikat albumin (Solomon, 1979
dalam Gibson, 2005).
- Sintesis jaringan yang cepat selama pertumbuhan dapat menyebabkan
penurunan Zinc serum atau plasma. Efek ini ditemukan pada anak-anak
selama fase anabolik dari pemulihan gizi buruk dan selama pertumbuhan
pesat yang terjadi pada bayi prematur. Gejala ini muncul karena Zinc yang
diambil dalam plasma lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh
penyerapan usus dari kompartemen tubuh lainnya (Aggett, 1995 dalam
Gibson, 2005).
Pengukuran Zinc serum dalam pengambilan sampel darah harus
dilakukan kontrol dengan hati-hati. Kontaminasi dari berbagai sumber
seperti pengawet, tabung dievakuasi, pelumas, antikoagulan, air, dan
sumbat karet harus dihindari. Untuk sampel darah venipuncture, tabung di
evakuasi dengan siliconized daripada menggunakan sumbat karet. Untuk
sampel darah kapiler, penggunaan serum polyethylene pemisah dianjurkan
menggunakan sumbat polyethylene dan olefin oligomer (Lyengar, 1998
dalam Gibson, 2005).
Serum atau plasma sampel untuk analisis Zinc dapat didinginkan
(4ºC) selama 2-3 minggu sebelum analisis. Untuk menghindari efek
penggumpalan, sampel darah harus didinginkan sementara atau disimpan
dalam es sebelum pemisahan 30-40 menit jika memungkinkan. Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

periode penyimpanan lebih lama, sampel harus dibekukan pada -25ºC atau
lebih rendah (Gibson, 2005).

i. Zinc (Zn) dalam Urin


Ketika asupan Zinc dalam makanan yang dikonsumsi tercukupi,
eksresi Zinc 24 jam relatif konstan dan tidak mencerminkan variasi asupan
Zinc sehari-hari. Eksresi Zinc akan berkurang pada kasus kekurangan Zinc
yang parah, dan tidak terpengaruh pada keadaan defisiensi Zinc ringan.
Seseorang yang memperoleh suplementasi Zinc, maka eksresi Zinc urin 24
jam menunjukkan respon positif ketika diberikan dosis tinggi selama satu
minggu. Hasil tersebut menekankan bahwa Zinc urin hanya sensitif terhadap
asupan Zinc yang ekstrim (Verus, 1994 dalam Gibson, 2005).
Eksresi Zinc dapat berubah oleh berbagai kondisi klinis yang
menyebabkan hyperzincuria seperti penyakit sickle cell, alkoholisme dan
penyakit hati, penyakit ginjal tertentu dan infeksi, cedera, serta luka bakar.
Penderita hipertensi jangka panjang dengan chlorothiazide juga dapat
menunjukkan hyperZincuria dan rentan terhadap defisiensi Zinc.
Katabolisme otot juga meningkatkan eksresi Zinc urin, sedangkan
anabolisme dapat menekan eksresi (Gibson, 2005).
Jumlah Zinc yang dieksresikan dalam urin biasanya berkisar antara
300 sampai dengan 600 µg/hari. Urin tampung selama 24 jam dapat
direkomendasikan untuk pemantuan status Zinc urin karena variasi diurnal
eksresi Zinc dimungkinkan signifikan. Pengukuran Zinc urin dapat
menggunakan flame AAS (Gibson, 2005).

j. Zinc (Zn) dalam Rambut


Beberapa bukti menunjukkan bahwa konsentrasi Zinc yang rendah
dalam sampel rambut yang dikumpulkan selama masa anak-anak dapat
mencerminkan status Zinc sub optimal kronis selama tidak terdapat
gangguan seperti malnutrisi energi-protein. Konsentrasi Zinc rambut rendah
dilaporkan pertama kali dalam kasus defisiensi Zinc laki-laki muda dewasa
commit1966
kerdil di Timur Tengah (Strain, to user
dalam Gibson, 2005). Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

beberapa peneliti menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi


Zinc rambut dan indeks Zinc makanan, terutama rasio molar fitat Zinc dalam
subjek yang mengkonsumsi makanan terutama nabati (Gibson, 2005).
Kadar Zinc rambut merupakan biomarker dalam mengetahui status
Zinc tubuh dimana Zinc rambut akan diambil sebagai Zinc endogen untuk
mencukupi kebutuhan Zinc. Analisis kadar Zinc rambut lebih tepat
menggambarkan status Zinc masa lampau, dimana stunting merupakan
kondisi malnutrisi yang sudah berlangsung dalam jangka waktu lama
(chronic malnutrition) (Lowe, 2009 dalam Rahmawati, 2012).
Isi Zinc dari batang rambut mencerminkan jumlah Zinc yang tersedia
untuk folikel rambut pada saat pertumbuhan. Dengan asumsi tingkat normal
pertumbuhan rambut, konsentrasi Zinc dalam proksimal 1-2 cm dari rambut
mencerminkan serapan Zinc oleh folikel 4-8 minggu. Oleh karena itu,
korelasi positif antara konsentrasi Zinc rambut dan indeks biokimia lain
dapat diamati pada defisiensi Zinc kronis. Jenis kelamin juga berpengaruh
terhadap konsentrasi Zinc rambut. Anak laki-laki dengan usia yang sama
cenderung memiliki konsentrasi Zinc rambut lebih rendah dibandingkan
perempuan. Faktor yang mungkin berpengaruh adalah konsentrasi hormon
pertumbuhan atau testosteron (Gibson, 2005).
Tanda klinis defisiensi Zinc secara marjinal di masa anak-anak
seperti ganguan pertumbuhan dan nafsu makan yang buruk (anoreksia),
biasanya berhubungan dengan konsentrasi Zinc rambut < 1,07 µmol/g. Nilai
ini bisa digunakan sebagai cut off point untuk konsentrasi Zinc rambut
sebagai status Zinc sub optimal pada musim semi atau musim panas
(Gibson, 2005).
Prosedur standar pengambilan sampel rambut harus dilakukan
dengan teliti. Sampel harus dikumpulkan dari dekat bagian oksipital kulit
kepala dengan gunting stainless steel, dan hanya 1,0 – 1,5 cm. Bagian
proksimal helai rambut akan digunakan untuk analisis Zinc. Analisis Zinc
rambut yang paling sering digunakan menggunakan flame AAS. Analisis
aktifasi neutron instrumental juga dapat digunakan (Gibson, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

k. Defisiensi Zinc (Zn)


Defisiensi Zinc diperkirakan oleh WHO sebagai salah satu dari
sepuluh faktor terbesar yang menyebabkan beban penyakit di negara
berkembang. Pada anak-anak, defisiensi Zinc menyebabkan hingga 15%
kematian karena diare, 10% kematian karena malaria, dan 7% kematian
karena pneumonia. Sejumlah meta analisis menunjukkan bahwa
suplementasi Zinc pada bayi dan anak kecil telah mengurangi tingkat diare
dan infeksi pernafasan (Mann and Truswell, 2014).
Kelainan biokimia defisiensi Zinc meliputi penurunan yang terjadi
pada kadar Zinc plasma, sintesis protein, aktifitas metaloprotein, resistensi
terhadap infeksi, sintesis kolagen, dan agregasi platelet. Dalam hal jumlah
protein jari Zinc yang besar dan interaksinya antara Zinc dan DNA terdapat
hipotesis yang mengatakan bahwa Zinc terutama membatasi ekspresi gen
dan bukan aktivitas enzim (Mann and Truswell, 2014).
Sebab-sebab dan gejala defisiensi Zinc dapat dilihat pada Tabel 5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Tabel 5. Sebab-sebab dan Gejala defisiensi Zinc (Zn)


Sebab-Sebab Defisiensi Zinc Gejala
A. Tidak cukup Zn dalam diet -
Anoreksia
- Defisiensi protein-kalori -
Rasa dan penciuman rusak
- Pembatasan protein dalam diet -
Pertumbuhan terhambat
- Diet sintetik -
Hipogonadisme
- Pemberian makanan intravena -
Penyembuhan luka tertunda
- Malabsorbsi -
Impotensi pada pasien dialisis
ginjal
- Akrodermatitis enteropati - Depresi, pikiran labil, tidak ada
konsentrasi
- Penyakit celiac dan enteropati - Tremor
lain
- Insufisiensi pankreas - Nistagmus
- Penyakit radang usus kronis - Disarthria
- Sistem penyerapan yang tidak - Jitteriness
berkembang baik

B. Meningkatnya pengeluaran Zn
dari tubuh
- Lapar - Fotobia, buta malam, blefaritis
- Terbakar - Lesi kulit
- Diabetes mellitus - Paronychiae dengan superinfeksi
monilial
- Ketoasidosis - Kuku (berhenti tumbuh, hilang,
dengan Beau’s line)
- Pengobatan diuretik - Pertumbuhan rambut berhenti atau
alopesia
- Proteinuria, dll. - Diare
Sumber : Diubah dari Agget da Harries, 1979 (Linder, 2010)

l.Bioavailabilitas dan Sumber Zinc dalam Makanan


Zinc (Zn) tersedia secara luas dalam makanan, tetapi bioavailabilitas
Zinc dari beragam makanan sangat bervariasi. Penentu bioavailabilitas Zinc
dalam makanan dapat dilihat pada Tabel 6.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Tabel 6. Penentu bioavailabilitas Zinc (Zn) dalam makanan


Absorbsi yang Jenis Diet
Diperkirakan
Rendah (<15%) - Diet tinggi padi-padian/sereal yang tidak
dihaluskan
- Rasio molar fitat : Zn >15
- Kalsium > 1 g/hari
Sedang (15-35%) - Makanan campuran yang mengandung
protein hewani atau ikan
- Rasio molar fitat : Zn <10
Tinggi (35-55%) - Makanan yang dihaluskan, rendah serat
sereal
- Rasio molar fitat : Zn <5
- Protein makanan yang terutama dari
makanan hewani
Sumber : Diperbarui dari WHO (1996) (Mann and Truswell, 2014)

Zinc dalam produk hewani, krustasea dan moluska lebih mudah


diserap daripada Zinc dalam produk nabati. Sumber bahan makanan yang
kaya akan Zinc antara lain : tiram, daging merah, hati domba, dan keju.
Sedangkan padi-padian seperti sereal, kacang polong, dan kacang-kacangan
akan menghambat penyerapan Zinc karena kaya akan senyawa fitat (Mann
and Truswell, 2014).

m. Tes Biokimia untuk Status Zinc (Zn)


Kadar Zinc dalam plasma adalah kurang dari 1% persediaan Zinc
tubuh dan karena itu pengukuran Zinc akan memberikan informasi yang
terbatas mengenai status Zinc individu. Zinc dari plasma diambil oleh hati
dalam merespon sitokin yang dilepaskan selama stres dan infeksi. Kadar
Zinc dalam plasma akan mengalami penurunan ketika hamil, luka, dan
ketika menderita penyakit seperti sirosis hati dan anemia pernisiosa (Mann
and Truswell, 2014).
Kadar Zinc plasma juga akan mengalami variasi diurnal, dengan
kurva berbentuk U selama periode 24 jam. Kadar puncak Zinc ditemukan di
pagi hari dan kadar yang melengkung turun pada waktu tengah malam.
Walaupun terdapat keterbatasan, kadar Zinc dalam plasma merupakan
petunjuk/indikator diagnostik yangto sering
commit user digunakan dan berimbangnya
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa kadar Zinc akan mengalami


penurunan ketika terjadi defisiensi dan meningkat ketika asupannya
mencukupi (Mann and Truswell, 2014).
Dalam jumlah yang lebih sedikit, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kadar Zinc dalam rambut dan urin juga merupakan biomarker yang
dapat dipercaya untuk menunjukkan status Zinc (Mann and Truswell, 2014).

n. Zinc (Zn) terhadap Kejadian Stunting


Indeks resiko defisiensi Zinc berdasarkan persentase kecukupan
asupan Zinc dari makanan secara nasional dan prevalensinya terhadap
stunting dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Indeks resiko defisiensi Zinc (Zn) berdasarkan persentase


kecukupan asupan Zinc dari makanan dan prevalensi
stunting
Resiko dari Prevalensi dari Penyerapan Zinc Dari
Defisiensi Stunting Sumber Makanan
- Tinggi ≥ 20% < 63%
- Sedang ≥ 10% s/d <20% < 63% s/d < 75%
- Rendah < 10% >75%
Sumber : Hotz and Brown (Gibson, 2005)

B. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian
ini sebagai berikut.
1. Penelitian Budiastutik, dkk. (2011). “Pengaruh Suplementasi Zinc Sulfat dan
Biskuit terhadap Konsentrasi Zinc Rambut Balita (Program MP ASI Biskuit di
Kertosono Jawa Timur)”. Menunjukkan terdapat perbedaan tingkat konsumsi
energi, karbohidrat, dan protein sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
selama tiga bulan pada kelompok perlakuan. Terjadi perbaikan status gizi dan
peningkatan konsentrasi Zinc dalam rambut pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
2. Penelitian Desmukh, et al. (2012). “Social Determinats of Stunting in Rural
Area of Wardha, Central India”. Menunjukkan prevalensi stunting sebesar
commit25,1%.
52,3% dan stunting berat sebesar to user Faktor determinan yang secara
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

signifikan berpengaruh terhadap stunting adalah usia, pendidikan ayah,


pekerjaan ayah, penghasilan rendah, anak tidak menerima suplementasi
vitamin A selama 6 bulan terakhir yang menderita anemia. Jenis kelamin,
kasta, pekerjaan dan pendidikan ibu tidak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kejadian stunting.
3. Penelitian Fesharakinia, et.al. (2009). “Prevalence of Zinc Deficiency In
Elementary School Children of South Khorasan Province (East Iran)”.
Menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata kadar Zinc serum anak sekolah
dasar tidak stunting dan stunting, berat badan kurang atau kurus. Prevalensi
defisiensi Zinc secara signifikan lebih tinggi pada anak sekolah dengan
stunting daripada anak sekolah tidak stunting.
4. .Penelitian Huwae (2006). “Hubungan antara Kadar Seng (Zn) dengan Memori
Jangka Pendek pada Anak Sekolah Dasar”. Menunjukkan terdapat hubungan
sangat bermakna derajat kuat antara seng rambut dengan skor digit-span
forward, backward, dan skor picture search. Terdapat 38-54% dari hasil ketiga
tes memori jangka pendek tersebut dipengaruhi oleh kadar seng, Hb, ferritin,
dan kalsium plasma.
5. Penelitian Khan, et al. (2011). “Effect of Prenatal Food and Micronutrient
Supplementation on Child Growth from Birth to 54 Months of Age:
Randomized Trial in Bangladesh”. Menunjukkan suplemen awal kehamilan
dapat mengurangi terjadinya stunting pada anak laki-laki usia 0-54 bulan tetapi
tidak pada perempuan.
6. Penelitian Osama, et al. (2013). “Nutritional Assessment of Zinc Among
Adolescents in the Gaza Strip-Palestine”. Menunjukkan defisiensi Zinc
dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat di kalangan remaja di jalur
Gaza. Kadar Zinc serum berkaitan dengan kebiasaan makan yang sebagian
besar dipengaruhi oleh pengetahuan remaja tentang pola makan dengan
kesehatan. Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara kadar Zinc dari
masing-masing Body Mass Indeks (BMI), frekwensi makan daging, dan
aktifitas fisik.
7. Penelitian Qin Yu, et al. (2009). “Stunting and Zinc Deficiency Among Primary
commit
School Children in Rural Areas to user
with Low Soil Zinc Concentrations in Jiangsu
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Province, China”. Menunjukkan anak laki-laki memiliki prevalensi lebih tinggi


defisiensi Zinc dibandingkan dengan perempuan, sedangkan prevalensi anemia
pada anak laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan.
8. Penelitian Rahmawati (2012). Perbedaan Kadar Seng (Zn) Rambut berdasarkan
Derajat Stunting pada Anak Usia 6-9 Tahun. Menunjukkan terdapat perbedaan
antara kadar Seng rambut berdasarkan derajat stunting dan terdapat korelasi
positif antara kadar Seng rambut dengan Z-Score TB/U. Kadar Seng rambut
akan meningkat dengan meningkatnya Z-Score TB/U.
9. Penelitian Setijowati (2005). “Hubungan Kadar Seng Serum dengan Tinggi
Badan dengan Tinggi Badan Anak Sekolah Dasar Penderita GAKY”.
Menunjukkan rendahnya TB/U lebih banyak dikarenakan rendahnya masukan
kalori dan mungkin juga protein yang ditunjang dengan rendahnya konsumsi
yodium dan seng.
10. Penelitian Wiyogowati (2012). “Kejadian Stunting pada Anak Berumur
Dibawah 5 Tahun (0-59 Bulan) di Provinsi Papua Barat Tahun 2010”.
Menunjukkan faktor yang berhubungan dengan dengan kejadian stunting di
Provinsi Papua Barat adalah fasilitas pelayanan kesehatan, imunisasi dasar,
pendapatan rumah tangga, dan umur responden.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3 berikut.

Faktor Internal : Faktor Eksternal :


- Jenis kelamin - Pendidikan orang tua
- Penghasilan orang tua

Kadar Zinc dalam Rambut Kejadian Stunting Status Gizi


Anak usia6-8 Sangat pendek : -3 SD Kurang (BB/U)
- Normal : >150-200 µg/kg Pendek : -3 SD sampai - Gizi Kurang :
- Defisit : < 150 µg/kg dengan < -2 SD -3 SD sampai
dengan < -2 SD

AKG (%) Asupan Zinc Riwayat Sakit :


Zn/orang/hari - Penyakit infeksi
Anak usia 4-6 tahun : 9,7 mg/hari - Kecacingan
Anak usia 7-9 tahun : 11,2 mg/hari - Demam berkelanjutan

Ketersediaa Menu Gizi Seimbang


Sesuai AKG (2014)
- Usia 4-6 tahun : Energi = 1550 kkal/hari
- Usia 7-9 tahun : Energi = 1800 kkal/hari

Gambar 3. Kerangka berpikir penelitian hubungan faktor-faktor kejadian


stunting dan kadar Zinc rambut pada anak sekolah dasar (kasus pada anak
SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang)

D. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka teori, kerangka konsep, rumusan masalah, dan
tujuan penelitian, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan karakteristik anak (jenis kelamin, pendidikan orang tua,
penghasilan orang tua) dengan kejadian stunting pada anak sekolah dasar
(kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
commit to user
Malang).
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

2. Ada hubungan kadar Zinc rambut dengan kejadian stunting pada anak
sekolah dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang
Kabupaten Malang).
3. Ada hubungan status gizi kurang dengan kejadian stunting pada anak sekolah
dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang).
4. Ada hubungan asupan makan dengan kejadian stunting pada anak sekolah
dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang).
5. Ada hubungan pola makan dengan kejadian stunting pada anak sekolah dasar
(kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten
Malang).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai