Anda di halaman 1dari 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Stunting

a. Definisi

Stunting (balita pendek) merupakan indikator malnutrisi kronis

selama masa pertumbuhan dan perkembangan dari awal kehidupan

(WHO, 2012). Stunting dapat diketahui dengan mengukur tinggi badan

atau panjang badan terhadap standar umur yang ditunjukkan dengan

nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2SD,

sesuai dengan standar baku WHO-MGRS (Multi Growth Reference

Study), dan dikatakan sangat pendek apabila nilai Z-scorenya -3SD

(Depkes, 2016). Kesehatan dan gizi ibu buruk, pemberian asupan

makan bayi yang tidak mencukupi dan infeksi merupakan faktor-faktor

yang berkontribusi terhadap stunting, terutama status gizi dan

kesehatan ibu sebelum hingga setelah kehamilan yang mempengaruhi

pertumbuhan awal anak dimulai dari janin masih dalam kandungan

(WHO, 2012).

Masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang berhubungan dengan kesakitan, kematian, gangguan fungsi

kognitif dan motorik serta penurunan sosioekonomi (Black et al.,

2013). Ketidaksabilan pertumbuhan mencerminkan ketidakmampuan


commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

untuk mencapai pertumbuhan optimal, hal ini mengungkapkan bahwa

bayi yang lahir dengan normal memiliki resiko stunting apabila

pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi (de Onis and

Branca, 2016).

b. Diagnosis stunting

Penegakkan diagnosis stunting dapat dilakukan dengan menilai

status gizi balita menggunakan penilaian antropometri. Antropometri

dikaitkan dengan macam-macam pengukuran dimensi tubuh dan

perubahan komposisi tubuh yang berhubungan dengan tubuh dan

penyakit dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Utkualp and

Ercan, 2015). Indeks antropometri untuk menentukan stunting yaitu

berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur yang dinyatakan dengan nilai standar deviasi Z-

score kurang dari -2SD sesuai dengan standar baku WHO-MGRS

(Multicentre Growth Reference Study) pada tahun 2005 (Departemen

Kesehatan, 2016).

Tabel 1. Klasifikasi stunting menurut WHO 2005

Indeks Ambang Batas Status Gizi

Z-score >-2 Normal


TB/U Z-score <-2 s.d. >-3 Pendek
Z-score <-3 Sangat Pendek

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

c. Faktor penyebab stunting

Dua faktor utama yang menyebabkan stunting antara lain

faktor secara langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung

meliputi faktor familial(diturunkan), asupan gizi dan infeksi,

sedangkan faktor tidak langsung yaitu faktor lingkungan seperti

kebersihan dan sanitasi, ketersediaan pangan, akses ke pelayanan

kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan serta status sosial

ekonomi yang meliputi pendidikan dan pekerjaan ibu, pendapatan

rumah tangga serta pengeluaran untuk biaya kesehatan merupakan

faktor penentu utama pertumbuhan dalam 2 tahun pertama kehidupan

(Prendergast and Humphrey, 2014; Chirande et al., 2015; Vonaesch et

al., 2017). Kondisi lain yang juga dapat mempengaruhi penyebab

stunting yaitu pendapatan rumah tangga dan pendidikan ibu. (Rahayu

and Khairiyati, 2014).

1) Faktor secara langsung

Faktor penyebab stunting secara langsung yang timbul saat

bayi masih berada di dalam kandungan, dan sebagai pencetus

utama terjadinya stunting

a) Faktor familial

Balita berbadan pendek dapat disebabkan karena faktor

genetik dari orang tua maupun keluarga. Untuk mengetahui pola

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

pertumbuhan anak dapat diukur dari tinggi badan orang tua

maupun pola pertumbuhan orang tua.

Tinggi badan orang tua sangat mempengaruhi tinggi

badan anak, khususnya tinggi badan ibu. Tinggi badan ibu yang

pendek dikaitkan dengan kelahiran bayi pendek, stunting pada

anak-anak dan kematian dalam jumlah besar yang bisa terjadi

karena adanya masalah pada fisik ibu saat pertumbuhan janin di

dalam rahim. Ibu yang pendek lebih sedikit jumlah simpanan

protein dan energi yang dimiliki, ukuran organ yang lebih kecil,

dan terbatasnya ruang janin saat di dalam rahim. Sehingga akan

mempengaruhi pertumbuhan bayi melalui plasenta dan

pertumbuhan bayi melalui kuantitas dan kualitas ASI (Addo et

al., 2013).

b)Asupan gizi

Asupan gizi yang baik sangat diperlukan pada masa

kehamilan ibu hingga kelahiran bayi . Pemberian nutrisi pada

masa kehamilan ibu seperti suplemen zat besi folat, beberapa

mikronutrient, kalsium serta energi dan protein seimbang dapat

meningkatkan kesehatan ibu saat kehamilan sampai kelahiran

(Bhutta et al., 2008). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

kehidupan diikuti dengan pengenalan makanan pendamping

seperti sereal, sayuran, dan daging yang merupakan komponen

penting dari nutrisi untuk perkembangan awal bayi (FAO,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

2014). Pada anak usia kurang dari 2 tahun memerlukan

kebutuhan gizi dari makanan tambahan yang lebih tinggi

daripada yang diperlukan orang dewasa untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan (Dewey, 2016).

Asupan gizi yang tidak mencukupi pada masa kehamilan

dan laktasi ibu akan mengganggu penurunan kualitas produksi

ASI dan pertumbuhan janin dalam dua tahun pertama kehidupan

bayi sebagai penentu utama adanya malnutrisi kronik atau

stunting ((Addo et al., 2013; Dewey, 2016). Kekurangan gizi

pada 1000 hari pertama kehidupan dapat menyebabkan stunted,

yang dapat mengganggu kemampuan kognitif dan mengurangi

minat anak saat bersekolah. Kekurangan gizi pada anak

memiliki resiko besar terhadap infeksi dan mempengaruhi

terlambatnya penyembuhan terhadap suatu penyakit (UNICEF,

2018)

c) Infeksi

Angka kematian tertinggi pada anak terjadi karena

infeksi. Infeksi terberat pada anak usia dini seperti campak,

diare, pneumonia, meningitis, dan malaria dapat menyebabkan

wasting akut dan efek jangka panjang terhadap tinggi badan

anak. Infeksi yang dapat menentukan terjadinya stunting pada

anak yaitu diare dan sering terjadi pada anak usia 24 bulan

(Black et al., 2013). Kehilangan zat zinc yang terdapat pada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

feses dalam jumlah yang banyak dan ketidakseimbangan

elektrolit setelah diare dapat menjadi mekanisme yang

berpotensi meningkatkan resiko infeksi berikutnya dan anak-

anak yang kekurangan gizi harus diperhatikan untuk mencegah

infeksi lain dalam minggu-minggu awal setelah penyakit diare

sembuh (Walker and Black, 2009). Anak-anak dengan diare

telah meningkatkan resiko kehilangan vitamin a pada ginjal dan

menjadi predisposisi dari pneumonia (Yang et al., 2011).

Selain diare, angka kematian bayi terbanyak karena

infeksi yaitu pneumonia. Pneumonia adalah penyebab utama

kematian terbesar pada anak-anak usia dini. Pada anak-anak

yang menderita pneumonia, stunting memiliki efek yang

berbahaya dibandingkan dengan jenis kekurangan gizi yang lain,

karena tinggi badan bayi menjadi penentu utama ukuran paru-

paru dan fungsi paru. Selain meningkatkan resiko pneumonia

berat, keterbatasan pertumbuhan paru-paru yang terkait dengan

stunting dapat membuat anak-anak kurang mampu mentolerir

infeksi paru yang parah, lebih rentan mengalami hipoksemia,

gagal napas, dan dapat menghambat pemulihan dari pneumonia

(Moschovis et al., 2015).

2) Faktor secara tidak langsung

Faktor secara tidak langsung adalah penyebab yang timbul

setelah bayi lahir, dan terus berkembang.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

a) Sanitasi dan kebersihan lingkungan

Pentingnya air minum yang aman, sanitasi dan

kebersihan lingkungan sangat berkaitan dengan kesehatan

masyarakat khususnya kesehatan bayi dan anak. Munculnya

kesehatan masyarakat sebagai wadah kebijakan publik dalam

upaya meningkatkan kondisi sanitasi (Cumming and Cairncross,

2016).

Sanitasi dan kebersihan lingkungan sangat berpengaruh

pada kejadian stunting pada anak. Sebanyak 50% anak penderita

gizi kurang disebabkan oleh praktek sanitasi, air minum rumah

tangga dan kebersihan lingkungan yang buruk. Tertelannya

bakteri feses dalam jumlah yang banyak yang menempel pada

tangan anak dan barang-barang rumah tangga lalu masuk ke

dalam mulut akan mengakibatkan infeksi usus yang dapat

mempengaruhi status gizi anak karena dapat mengurangi nafsu

makan, mengurangi penyerapan nutrisi, dan meningkatkan

kehilangan nutrisi (Rah et al., 2015).

Lingkungan yang tidak bersih di sekitar anak atau bayi

dapat menyebabkan disfungsi usus enterik, dimana usus anak

akan mengalami pengurangan kapasitas penyerapan yang

mengakibatkan gangguan pencernaan dan malabsorbsi, mikroba

merusak fungsi barier sehingga terjadi “leaky gut” yang

mengakibatkan aktivasi imunitas kronis yang mengalihkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

nutrisi melawan infeksi daripada melawan pertumbuhan dengan

menekan hormon pertumbuhan IGF (Insulin like Growth

Factor) dan menghambat pertumbuhan serta remodelling tulang

yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan menyebabkan

kerusakan lebih lanjut pada mukosa usus (Aguayo and Menon,

2016).

Menurut Mbuya dan Humprey, bahwa intervensi dari

sanitasi dan peningkatan air bersih, mencuci tangan dengan

sabun, memastikan kebersihan makanan dan lingkungan yang

bersih akan mengganggu transmisi dari microba melalui oral-

feco dalam dua tahun pertama kehidupan anak yang dapat

berkontribusi penting bagi upaya global untuk mengurangi

stunting dimana sanitasi sebagai masalah utama (Mbuya and

Humphrey, 2016).

b) Ketersediaan pangan

Untuk memenuhi asupan gizi anak maka perlu adanya

ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan merupakan salah satu

aspek penting dalam masalah ketahanan pangan yang terkait

dengan aspek kualitas dan kuantitas. Keberagaman makanan

yang tersedia di tingkat rumah tangga yang diukur berdasarkan

apa yang dikonsumsi selama 24 jam dan meliputi 12 kelompok

makan merupakan penentu dari aspek kualitas sedangkan dari

aspek kuantitas dapat diukur dengan stabilitas persediaan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

makanan dari waktu ke waktu yang dapat dihitung dalam bentuk

energi/kapita/hari (Ali Naser et al., 2014; Wirawan and

Rahmawati, 2016). Ketersedian pangan berkaitan dengan

keadaan fisik, sosial dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

makanan yang cukup, aman dan bergizi serta pilihan makanan

untuk aktivitas dan kehidupan yang sehat, dan didukung oleh

lingkungan sanitasi dan pelayanan kesehatan yang memadai

(Shamah-Levy et al., 2017).

Ketersediaan makanan yang kurang memadai dapat

mempengaruhi status gizi anak sehingga menyebabkan

kelaparan dan kekurangan gizi (Shamah-Levy et al., 2017).

Ketersediaan dan akses makanan yang kurang memadai sangat

berhubungan dengan angka kejadian stunting, hal ini disebabkan

karena kekurangan zat gizi mikro yang dapat dilihat dari

keragaman pangan yang dikonsumsi balita (Wirawan and

Rahmawati, 2016)

c) Pemanfaatan pelayanan kesehatan dan akses ke pelayanan

kesehatan

Jarak dan waktu tempuh serta biaya yang dikeluarkan

dapat menjadi hambatan dari akses ke pelayanan kesehatan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Jarak yang cukup jauh,

waktu tempuh yang lama, dan tidak tersedianya alat transportasi

umum untuk menuju ke tempat pelayanan dapat berpengaruh


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

dengan tingkat kejadian malnutrisi kronis pada balita.

Kurangnya penilaian status gizi akibat sulitnya menjangkau

tempat pelayanan kesehatan menyebabkan deteksi dini terhadap

stunting sulit dikenali. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat

ditemui di pelayanan kesehatan tipe A yang meliputi Rumah

sakit, Puskesmas, Puskesmas pembantu, dokter praktek dan

bidan praktek serta pelayanan kesehatan tipe B yang meliputi

Posyandu, Polindes, Poskesdes (Sartika, 2010; de Onis and

Branca, 2016)

Posyandu merupakan tempat pelayanan sederhana yang

dikelola oleh masyarakat dan dimanfaatkan oleh masyarakat

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sarana dan

prasarana yang tersedia, mutu pelayanan yang baik, tokoh

masyarakat yang disegani, dan kemampuan orang tua untuk

membawa anaknya ke posyandu. Alasan orang tua tidak

membawa anaknya ke posyandu karena jarak yang cukup jauh,

tidak ada posyandu, dan fasilitas posyandu yang kurang lengkap

(Sartika, 2010)

d) Pendapatan ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005)

pendapatan adalah “hasil kerja” atau “hasil usaha”. Pendapatan

dapat diartikan sebagai hasil berupa uang atau hal lainnya yang

diterima karyawan sebagai pengganti jasa yang mereka lakukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

dari institusi tempat mereka bekerja (Rivai, 2005). Sedangkan

menurut Suyanto (2000) pendapatan adalah hasil dari

pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki seseorang sendiri

dalam bentuk sejumlah dana. Status ekonomi suatu rumah

tangga merupakan penentu tingkat kesejahteraan dalam jangka

panjang dan berhubungan dengan status kesehatan anak (Islam

et al., 2018).

Pendapatan ekonomi suatu keluarga mempengaruhi

ketersediaan pangan untuk memenuhi asupan gizi anak.

Pendapatan ekonomi juga dikaitkan dengan tingkat pendidikan

dan jumlah anggota keluarga yang banyak (Ali Naser et al.,

2014). Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

membeli bahan makanan tergantung pada besar kecilnya

pendapatan keluarga, harga bahan makanan dan tingkat

pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Pendapatan

sangat menentukan kualitas dan kuantitas hidangan (Fikawati et

al., 2012). Pendapatan ekonomi yang lebih tinggi akan

meningkatkan pelayanan kesehatan, akses menuju ke tempat

pelayanan kesehatan, dan daya beli pangan yang meningkat

sehingga mempengaruhi status gizi anak yang lebih baik

(Nadhiroh, Siti Rahayu; Ni’mah, 2010). Sedangkan Pendapatan

keluarga yang rendah dapat menurunkan kualitas pangan yang

dikonsumsi dan keragaman pangan yang kurang bervariasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

(Ibrahim and Faramita, 2015). Dengan pendapatan yang tinggi,

semakin tinggi pula presentase seseorang untuk membeli

daging, buah, dan sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya

(Fikawati et al., 2012). Untuk itu pendapatan memiliki

hubungan yang sangat signifikan terhadap kemungkinan

kejadian stunting , semakin rendah pendapatan ekonomi suatu

keluarga, semakin tinggi tingkat kejadian stunting pada anak

(UNICEF, 2013).

2. Pendidikan Ibu

a. Definisi pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan

sebagai cara atau proses pengubahan sikap dan tata laku individu atau

kelompok orang melalui pengajaran dan pelatihan dalam usaha untuk

mendewasakan manusia. Definisi pendidikan terbagi menjadi tiga

jangkauan yaitu pendidikan maha luas, sempit dan luas terbatas.

Secara maha luas, pendidikan adalah hidup. Pendidikan merupakan

keseluruhan dari pengalaman belajar seseorang yang berlangsung

sepanjang hidup dan di segala lingkungan. Sedangkan dalam definisi

sempit, pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah kegiatan

mengajar yang dilakukan di sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal yang dapat mempengaruhi upaya sekolah terhadap anak dan

remaja agar mempunyai kemapuan yang sempurna dan kesadaran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

Sementara dalam arti luas terbatas, pendidikan adalah usaha sadar

yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan secara formal,

nonformal dan informal yang berlangsung di sekolah dan di luar

sekolah yang berlangsung sepanjang hidup sehingga menghasilkan

pengalaman-pengalaman yang dapat berguna untuk mengoptimalkan

peserta didik agar dapat berperan dalam semua lingkungan hidup

secara tepat dimasa yang akan datang (Mulyahardjo, 2001).

Proses pendidikan dilaksanakan oleh seseorang agar mampu

mempelajari sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan atau

menghindari sesuatu hal yang dapat menjadi hambatan apabila tidak

mempelajarinya (Suhardjo, 2003). Proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan untuk mengembangkan potensi diri peserta

didik melalui wahana yang disebut jalur pendidikan yang terdiri atas

pendidikan formal, non-formal dan informal.

Pendidikan formal yang sering dikenal sebagai pendidikan

sekolah, merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

Pendidikan non-formal adalah pendidikan yang diselengarakan

bagi seseorang yang memerlukan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

dilaksanakan di luar pendidikan formal secara terstruktur dan

berjenjang. Pendidikan non-formal dapat menjadi langkah bagi

seseorang dalam mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada

penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional, serta

pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Melalui proses

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah pusat atau

daerah memberi kebijakan bahwa hasil pendidikan nonformal setara

dengan hasil program pendidikan formal sesuai dengan standar

nasional pendidikan.

Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang

dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar

mandiri. Hasil pendidikan informal setara dengan pendidikan formal

dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar

nasional pendidikan (Triwiyanto, 2014)

b. Jenjang pendidikan

Tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,

dan perkembangan kemampuan yang menjadi dasar dari jenjang

pendidikan. Jenjang pendidikan formal meliputi pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

a) Pendidikan dasar

Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah yang dapat berbentuk SD, MI, SMP dan

MTs atau bentuk lain yang sederajat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

b) Pendidikan menengah

Pendidikan menengah meliputi pendidikan menengah

umum dan pendidikan mengengah kejuruan yang dapat berbentuk

seperti SMA, MA, SMK, dan MAK atau bentuk lain yang

sederajat.

c) Pendidikan tinggi

Merupakan jenjang pendidikan yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang

diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem terbuka

yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut

atau universitas (Triwiyanto, 2014).

c. Peran yang mempengaruhi pendidikan

1) Keluarga

Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya

beranggotakan ayah, ibu, dan anak yang memiliki fungsi

memelihara, merawat dan saling melindungi.

Terdapat tiga fungsi yang menjadi ciri keluarga , yaitu:

a) Fungsi biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak oleh

orang tuanya.

b) Fungsi afeksi

Hubungan sosial yang penuh kemesraan dan afeksi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

c) Fungsi sosialisasi

Keluarga membentuk kepribadian anak. Pengaruh

keluarga terhadap kepribadian anak cukup besar, walau dalam

ukuran yang relatif namun telah diterima secara luas di

lingkungan masyarakat. Interaksi yang terbentuk selama

bertahun-tahun dalam keluarga secara sadar maupun tidak akan

membentuk suatu kepribadian pada anak (Triwiyanto, 2014).

2) Sekolah

Pendidikan sekolah memiliki peranan yang sangat besar

dalam pembentukan kemampuan dan pengalaman manusia.

Sekolah merupakan kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan

informal. Menurut Vembriarto (1990), keberadaan sekolah

memiliki dua aspek yaitu aspek individu dan aspek sosial. Dan

memiliki empat fungsi sekolah yaitu transmisi budaya masyarakat,

menolong individu dan melakukan peran sosial, menjamin

integrasi sosial serta sebagai sumber inovasi sosial (Triwiyanto,

2014).

3) Masyarakat

Pada masa dewasa sosialisasi dan belajar di lingkungan

masyarakat. Menurut Adiwikarta (1988) unsur pendidikan dalam

masyarakat dilihat dari lima komponen yaitu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

a) Pendidikan sebagai pranata sosial yang berisi norma-norma dan

peraturan-peraturan yang menjadi pedoman bagi anggota

masyarakat.

b) Pendidikan dan kehidupan ekonomi yang memperlihatkan pola-

pola ekonomi yang hidup seperti sistem mata pencaharian,

produksi, distribusi,dan konsumsi di masyarakat yang nanti

akan saling berhubungan dan bergantung satu sama lain dan

sistem pendidikan ditentukan oleh sistem ekonomi yang

berjalan. Sistem ekonomi berpengaruh kuat dalam proses

pembelajaran.

c) Pendidikan dan stratifikasi sosial memperlihatkan bahwa masih

ada rasa menghargai dalam masyarakat. Penghargaan

masyarakat terhadap pendidikan tampak pada orang yang

menguasai ilmu. Seakin tinggi ilmu yangdikuasai akan semakin

tinggi pila stratifikasi sosialnya.

d) Pendidikan dan mobilitas menunjukkan bahwa terdapat gerak

dalam struktur sosialnya yaitu pola-pola yang menegendalikan

organisasi masyarakat. Pendidikan menjadi sarana terjadinya

mobilitas sosial dalam masyarakat membutuhkan syarat-syarat

pendidikan tertentu untuk melakukan mobilitas sosial tertentu.

e) Pendidikan dan perubahan sosial terjadi karena perubahan itu

sendiri. Pendidikan mendorong perubahan sosial pada

masyarakat meliputi nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

susunan , lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan

masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan

lainnya.

Pengaruh masyarakat dalam pendidikan membantu

mengidentifikasi dan memperoleh dukungan bagi nilai-nilai yang

diajarkan. Sistem sekolah menerapkan suatu program pada

tempatnya dan menginformasi dan melibatkan masyarakat

mebrikan reaksi tidak baik seperti kesalahpahaman, kecurigaan dan

perlawanan (Triwiyanto, 2014).

3. Hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting

Tingkat pendidikan ibu berpengaruh dengan pekerjaan dan

berhubungan dengan tingkat pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi

tingkat pendidikan ibu semakin tinggi pula peluang untuk mendapatkan

pekerjaan yang semakin baik serta pendapatan yang lebih teratur dengan

jumlah pendapatan yang lebih besar. Tingkat pendidikan yang rendah

tidak mampu memperbaiki kondisi tingkat sosial ekonominya. Balita

dengan berat badan yang rendah menunjukkan kehilangan berat badan

yang disebabkan karena kekurangan asupan gizi yang akut atau karena

suatu penyakit. Ketidakpastian dalam ketersedian pangan dalam suatu

rumah tangga dikarenakan jumlah pendapatan yang tidak teratur dapat

menyebabkan kekurangan asupan makan yang sifatnya akut. Ketersediaan

pangan yang beragam mempunyai hubungan terhadap karakteristik dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

sosial ekonomi keluarga, pengeluaran dan pendapatan (Wirawan and

Rahmawati, 2016).

Tingkat pendidikan ibu menentukan sikap dan tindakan yang akan

dilakukan dalam menghadapi masalah. Menurut teori Djeni dalam

Syukriawati (2011), tingkat pendidikan ibu berpengaruh dalam

menentukan seseorang dapat menyerap dan memahami pengetahuan gizi

dan kesehatan dengan mudah. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan

keputusan ibu dalam meningkatkan gizi anak, kesehatan dan pertumbuhan

fisik (Ibrahim and Faramita, 2015). Pendidikan ibu akan berkaitan dengan

pengetahuan ibu tentang status gizi dan cara penerapan pola asuh seperti

pemberian ASI, MP-ASI, stimulasi psikososial anak dan pemberian

dukungan untuk tumbuh kembang anak (Sartika, 2010).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah memiliki resiko lebih besar

terhadap kejadian stunting dibanding dengan tingkat pendidikan yang

tinggi. Pada ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih baik

dalam memilih jenis makanan yang bergizi untuk bayinya, dikarenakan

ibu yang berpendidikan tinggi memiliki kesempatan dalam mengakses

informasi lebih luas dan dalam yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan.

Orang tua sebagai guru utama untuk mendididik dan menjaga kesehatan

anak-anak serta mengatur ketersediaan pangan dalam suatu keluarga,

sangat berperan penting dalam meningkatkan status gizi seluruh anggota

keluarganya. Pengetahuan gizi ibu menjadi penentu status gizi anak dan

ibu itu sendiri (Handayani, Siagian dan Aritonang, 2017).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan tiga kenyataan tentang pentingnya pengetahuan gizi :

1. Status gizi yang cukup adalah hal yang penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan penduduk.

2. Dikatakan cukup gizi apabila setiap orang memakan makanan yang

mampu memenuhi zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh

yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3. Fakta-fakta yang diperlukan penduduk yang terdapat dalam ilmu gizi

menjadikan penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik

bagi perbaikan gizi anak dan ibu itu sendiri (Suhardjo, 2003).

Menurut Engel, Menon dan Hadad (1997) rendahnya tingkat

pendidikan akan menghambat jalannya praktik pengasuhan yang baik dan

akses fasilitas kesehatan yang ada terbatas. Rendahnya tingkat pendidikan

ibu dan pendapatan yang rendah akan mengurangi kepercayaan ibu dalam

memperoleh nutrisi yang baik dan fasilitas kesehatan seperti posyandu

dan puskesmas (Handayani, Siagian dan Aritonang, 2017).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Tingkat Pendidikan
Ibu

Status Pekerjaan Pola asuh


dan tingkat
pendapatan
keluarga

Ketersediaan Asupan gizi ibu Praktek pemberian


pangan dan Perawatan makanan pada bayi,
selama masa sanitasi dan
kehamilan perawatan
kesehatan bayi.

Status Gizi

STUNTING

Gambar 1. Kerangka pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada

anak usia 12-60 bulan di wilayah Puskesmas Kaligangsa Brebes.

2. Ada perbedaan jumlah ibu yang berpendidikan rendah maupun ibu

yang berpendidikan tinggi pada anak stunting

commit to user

Anda mungkin juga menyukai