X
X
PENDAHULUAN
1. 1 LatarBelakang
Pernafasan juga menjadi kebutuhan yang hakiki. Adapula masalah yang terjadi oleh
pernafasan. Oleh sebab itu manusia sangat membutuhkan sistem pernafasan yang sehat
Adapula penyakit yang disebabkan oleh pernafasan juga dapat menjadi momok
yang menakutkan, karna sistem pernafasan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit
kronis atau bahkan mematikan. Oleh karena itu manusia wajib menjaga kesehatan tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Anatomi saluran pernapasan
2.1.1 Rongga hidung dan nasal
1. Hidung eksternal berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian
ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroarteolar.
a. Septum nasal
b. Narsis (nostril) eksternal
c. Tulang hidung
d. Empat sinus paranasal (frontal, etmoid, maksilar, dan sphenoid)
2. Membran mukosa nasal
a. Struktur
1) Kulit pada bagian ekstrenal permukaan hidung yang mengandung
laringofaring.
2.1.3 Laring “kotak suara”
Laring menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung
laring pada area vertebra serviks keenams ampai area vertebra toraks kelima
dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta
rongga toraks.
a. Paru kanan memiliki tiga lobus, paru kiri memiliki dua lobus
b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga
dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas
kerangka iga.
c. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan
mediastinum)
b. Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal
paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu
antar tulang rusuk), sehingga menyebabkan terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini
mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru menjadi lebih rendah dari
tekanan udara luar. Dengan demikian, udara luar masuk ke dalam paru-paru.
berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini mengakibatkan rongga
tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar,
sehingga udara keluar dari paru-paru. Perhatikan bagan alir berikut mengenai proses
Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengembang.
Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara dari luar masuk ke
Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali
mengecil, tekanan udara dalam paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru-paru. Perhatikan
1. Frekuensi (rate) adalah jumlah napas inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit. Frekuensi
napas normal pada orang dewasa adalah 8-16 kali/menit, sedangkan pada bayi dapat
mencapai 44 kali/menit.
2. Irama pernapasan yang dinilai apakah pernapasan teratur atau tidak teratur.
3. Kedalaman pernapasan (depth) adalah penilaian apakah penderita bernapas secara
digunakan pada waktu bernapas seperti otot sternokleidomastoideus, otot skalenus, dan
iramanya teratur, kedalaman bernapasnya normal, dan otot-otot pernapasan yang digunakan
(>20 kaliper menit) yang dapat muncul dengan atau tanpa dispnea. Takipnea biasanya
terjadi pada penyakit flu atau pilek pada anak-anak. Beberapa penyabab lain yaitu
pneumonia, penyakit paru obstruktif (PPOK), emboli paru, dan asma yang dapat
jumlahnya menurun di bawah frekuensi pernapasan normal (<14 kali per menit).
mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Gejala objektif sesak napas
akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-
berbaring dan akan berkurang bila penderita berada dalam posisi tegak (duduk atau
berdiri). Penyebab tersering ortopnea adalah gagal jantug kongesif akibat dari
melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan
denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan
melebihi 20 kali permenit. Pernapasan ini dijumpai biasanya pada klien dengan
asidosis metabolik (misalnya pada diabetes militus tdak terkontrol, gagal ginjal, dll).
9. Pernapasan Cheyne-Stokes
Pernapasan Cheyne-Stokes merupakan suatu keadaan pernapasan dengan irama
maksimum, irama pernapasan berubah semakin lama menjadi semakin kecil dan
pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas
tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Secara klinis, pola yang terlihat adalah
satu atau beberapa kali usaha melakukan pernapasan dengan amplitudo dan irama
yang tidak teratur serta diselingi periode istirahat. Pernapasan dapat dalam dan
dangkal, penyebab antara lain depresi pernapasan dan kerusakan otak (khususnya
dan usaha. Bila dari keempat hal ini ada yang lewat dari batas normal, maka akan
pernapasan biot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Natadidjaja, Hendarto. 2012. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik Penyakit
Penerbit Salemba
3. Sloane, Ethel. 2003. Anatomidan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
4. Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat
Universitas Airlangga.
6. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2013. Patofisiologi Konsep