Anda di halaman 1dari 9

Nama: Alexander Samuel Perangin Angin

No. Stambuk: N 101 19 075


Tanggal Praktikum: 30 September 2019
Kelompok: 6 (enam)

LAPORAN PRAKTIKUM BESI

I. PENDAHULUAN

1. Sebutkan dan jelaskan fungsi mineral makro!


Mineral makro merupakan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar, yaitu
lebih dari 100 mg sehari di dalam mineral makro terdapat dalam jumlah besar yaitu
kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), Kalium (K), Klorin (Cl), dan sulfur (S).
Kalsium merupakan mineral essensial yang dibutuhkan makluk hidup, mempunyai
peran secara bio-fisiologi, yaitu mineral pembentuk komponen stuktural jaringan dan
organ tubuh (Srimariana, 2015)
Mineral makro berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi dan membantu
mempertahankan tekanan osmotik dan menjaga keseimbangan asam basa tubuh
(Srimariana, 2015)

2. Sebutkan dan jelaskan fungsi mineral mikro!


Mineral mikro merupakan mineral yang terdapat dalam jumlah kecil dalam
tubuh. Yang si butuhkan tubuh kurang dari 100 mg sehari adapun komponen mineral
mikro yaitu besi (Fe), mangan (Mn), iodine (I), Copper (Cu), dan Selenium (Se).
Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk; oksida, silikat. Mineral
mikro berfungsi sebagai antioksidan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Srimariana, 2015).

3. Jelaskan peran besi dalam transpor oksigen!


Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini makan oksigen di bawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan (Evelyn,2000). Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari
kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama,dan delta),
berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah
ditentukan oleh kadar hemoglobin. Struktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah
dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asam amino pada rantai alfa dan
146 molekul asam amino pada rantai beta,gama dan delta (Srimariana, 2015).
Fungsi hemoglobuin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam
peredaran darah untuk di bawa ke jaringan.Tingakatan hemoglobin dengan oksigen di
sebut HbO2 (Oksihemoglobin).Di samping oksigen, hemoglobin juga membawa
karbondioksida dan dengan karbon monoksida membentuk ikatan karbon monoksida
membentuk ikatan HbCO (karbonmonoksihemoglobin), juga berperan dalam
keseimbangan pH darah. Sintesis hemoglobin terjadi selama proses eritropoisis,
pematangan sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. sel darah merah
terdiri dari membran dan hemoglobin. Hemoglobin itu sendiri mengandung globin
(terdiri dari 4 polipeptida) dan hemo (mengandung pigmen merah poerfirin sehingga
darah arteri yang kaya oksigen menjadi lebih merah di bandingkan arteri yang kaya
oksigen) (Srimariana, 2015)

4. Bagaimana mekanisme transport besi?

5. Bagaimana besi disimpan dalam tubuh?


Zat besi yang ada pada tubuh manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu zat besi
fungsional dan yang bentuk simparan (reserve). Zat besi sebagai fungsional lebih
banyak disbanding zat besi sebagai simpanan (reserve) yaitu dengan perbandingan 3 :
1. Zat besi fungsional sebagian besar dalam bentuk hemoglobin (Hb), dan sebagian kecil
lainnya dalam bentuk myoglobin. Zat besi fungsional pada umumnya berfungsi untuk
mengikat O2 yang akan disebarkan ke seluruh tubuh. Zat besi reserve disimpan dalam
dua bentuk, yaitu dalam bentuk ferritin dan hemosiderin. Zat besi reserve tidak memiliki
fungsi fisiologi selain sebagai buffer dalam darah. Zat besi reserve juga akan disimpan
dalam hati, limpa, dan sum sum tulang belakang hingga dibutuhkan untuk eritropoiesis
(Ogun, 2019).

6. Bagaiamana mekanisme ekskresi besi jika dibandingkan dengan eksresi natrium dan
kalium?
Besi yang berlebihan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan
hemosiderin di dalam sel parenkhim hepatik, sel retikuloendotelial sumsum tulang hati
dan limfa. Ekskresi besi dari tubuh sebanyak 0,5 – 1 mg per hati, dikeluarkan bersama-
sama urin, keringat dan feses. Dapat pula besi dalam hemoglobin keluar dari tubuh
melalui pendarahan, menstruasi dan saluran urine. Kehilangan zat besi pada orang sehat
terutama terjadi melalui feses (0.6 mg/hari), getah empedu, serta sel-sel mukosa usus
yang mengalami deskuamasi (hilangnya lapisan tipis), dan sedikit melalui darah
(Sudargo, 2014).
Ekskresi natrium utamanya dilakuakan pada ginjal. Pengaturan ekskresi natrium
ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan homeostatis natrium, yang
sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh (Sherwood, 2019).
Perbedaan ekskresi zat besi dan zat natrium atau zat mineral lainnya adalah jika
pada zat natrium pada tubuh dapat diatur melalui ekskresi, yaitu homeostatis natrium.
Pada ekskresi besi, zat besi pada tubuh manusia tidak dapat diatur melalui ekskresi zat
besi (Sudargo, 2014).

II. PROSEDUR PRAKTIKUM


Tuliskan prosedur praktikum Penentuan Kadar Besi Serum yang dilakukan dengan kalimat
pasif! (tidak perlu menyertakan ilustrasi gambar).

1. Pembuatan kurva standard besi

2. Ekstraksi besi bebas

3. Reaksi reduksi besi dan pembentukan warna

III. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

1. Kurva Standard Besi

Konsentrasi awal standard besi = 400 g/100 mL


Volume akhir reaksi = 5 mL

Volume Standard Besi (mL) Konsentrasi Besi (g/100 mL) Absorbansi


0 0 0
0,5 40 0,017
2 160 0,073
4 320 0,119

Kurva Standard Besi


0.14
y = 0.0004x + 0.0035
0.12 R² = 0.9859

0.1
Absorbansi

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi Standard Besi (g/100 mL)
2. Perhitungan Konsentrasi Besi pada serum

y = 0,0004x + 0,0035
y: nilai absorbansi besi serum – absorbansi blanko
x: konsentrasi besi serum (g/100 mL)
maka, Hitunglah konsentrasi besi serum yang diukur pada praktikum ini!
3. Nilai Absorbansi dan Konsentrasi besi serum
Absorbansi Konsentrasi Besi (g/100 mL)
0,198 0
0,215 40
0,214 120
0,271 160
0,371 400

IV. PEMBAHASAN

1. Berapakah konsentrasi besi serum yang kelompok anda dapatkan? Bandingkan dengan
nilai rujukan besi serum! Apa saja faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada
percobaan ini?
a) 400 mg/ml untuk absorbansi 0,317
b) 160 mg/ml untuk absorbansi 0,271
c) 120 mg/ml untuk absorbansi 0,241
d) 40 mg/ml untuk absorbansi 0,215
e) 0 mg/ml untuk absorbansi 0.198

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, factor-faktor penyebab kesalahan


pada percobaan ini ialah tingkat ketelitian dan larutan mikropipet beserta pipetnya
masih tergolong kurang. Nilai kadar besi serum normal sesuai rujukan adalah 30_400
mg/ml (Laluyan,2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit)
pada seseorang adalah makanan, usia, jenis kelamin, aktivitas, merokok, dan pemyakit
yang menyertainya seperti leukemia, thalassemia, dan tuberkolosis. Makanan
merupakan zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang dimakan
dan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu zar besi (Fe) dan
protein. Jenis kelamin perempuan lebih mudah mengalami penurunan dari pada laki-
laki, terutama pada saat menstruasi. Adapun factor pendorong penyerapan zat besi non
hem dibantu oleh asam askorbat (vitamin C). vitamin C dapat meningkatkan penyerapan
zat besi ini hingga empat kali lipat (Saputro,2015).
2. Apakah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi larutan?
Spectrofotometer adalah instrumen yang memberi informasi terkait dengan
intensitas sinar yang diserap atau di transmisikan sebagai fungsi panjang gelombang.
Spectrofotometer berkas tunggal ataupun ganda digunakan dalam serapan seluler. Ada
beberapa jenis spectrofotometer berdasarkan sumber cahaya yang digunakan yaitu
spectrofotometer vis (visible) yang dilakukan degan energi radiasi pada panjang
gelombang antara 380 sampai 800nm, spectofotometri UV (Ultra violet) didasarkan
dengan interaksi sampel dengan sinar UV dengan panjang gelombang 190-380,
spectrofotometri UV-Vis yaitu gabungan dari spectrofotometer vis dan spectofotometri
UV yang menggunakan dua sumber cahaya yang berbeda spectrofotometri IR (Infra
Red) berdasarkan atas penyerapan panjang gelombang infra merah (Gandjar, 2018).
Terdapat dua penataan pada spectrofotometer UV-Vis, yaitu spectrofotometer
berkas tunggal (singe beam) dan spektrofotometer berkas ganda (duble beam).
Spectrofotometer berkas tunggal digunakan di hampir semua sistem spectroskopsi emisi
sementara spectrofotometer berkas ganda digunakan hampir semua sistem absorpsi
(Gandjar, 2018).

3. Apakah fungsi blanko dan standard besi pada praktikum ini?


Larutan yang telah jadi dibagi menjadi dua bagian. Larutan bagian pertama
diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan
sebelumnya dan digunakan larutan blanko sebagai pembanding. Pada proses
standarisasi ini, digunakan juga larutan blanko yang berfungsi sebagai faktor pengoreksi
(Tetha, 2016).
Fungsi pembuatan larutan standar disini adalah sebagai standar dalam
pengukuran yang nantinya hasilnya akan diplotkan pada kurva kalibrasi untuk
memperoleh persamaan regresi(Asra, 2018).

4. Jelaskan prinsip ekstraksi atau pembebasan besi! Apakah tujuan dari ekstraksi atau
pembebasan besi?
Ekstraksi besi adalah suatu proses pemisahan besi dari komponen lainnya
menggunakan cairan yang tidak saling larut. Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut non polar dan senyawa non polar dalam laruta non polar.
Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar
lalu dengan larutan yang tingkat kepolarannya menengah kemudian pada larutan yang
bersifat polar. Tujuan dari eksrtaksi ini adalah untuk memisahkan dan menarik semua
komponen besi yang didasarkan pada massa komponen zat ke dalam larutan dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Deswara,2015).

5. Apakah fungsi hidrokuinon dan orthophenantrolin dalam praktikum ini?


Hidrokuinon dalam praktikum ini berfungsi untu mereduksi Fe, dalam reaksi
tersebut hidrokuinon akan mengalami oksidasi menjadi kuinon dan Fe3+ mengalami
reduksi menjadi Fe2+, atau kita bisa menyebutnya mereduksi feri menjadi fero.
Pereduksian ini terjadi karena Fe2+ tidak bisa memberikan warna yang intens bila
bereaksi dengan orthophenantroline, jadi hidrokuinon yang memiliki fungsi sebagai
agen pereduksi (reduktor) dapat menjaga kestabilan pada keberadaan dari Fe2+ itu
sendiri. Sedangkan untuk orthophenantroline pada praktikum ini berfungsi membentuk
kompleks larutan berwarna pada larutan besi yang tidak berwarna bila dalam keadaan
dasar (Handoyo, 2010).

6. Jelaskan kondisi klinis yang terjadi jika tubuh kelebihan dan kekurangan besi!
Kekurangan zat besi di dalam tubuh akan menyebabkan kondisi yang disebut
iron deficiency anemia (anemia defisiensi zat besi) dimana kadar zat besi didalam tubuh
berada di bawah nilai normal yang menyebabkan tubuh menjadi tidak dapat
memproduksi sel-sel darah merah yang sehat. Anemia defisiensi zat besi akan membuat
penderita tidak mumpunyai sel darah merah pengikat oksigen yang cukup sehingga
dapat menyebabkan gejala-gejala berikut:
1) Kelelahan yang berlebih
2) Kulit pucat
3) Sakit di dada, detak jantung yang cepat dan nafas pendek
4) Pusing
5) Inflamasi dan persaan pegal-pegal di lidah
6) Kuku rapuh
7) Keinginan untuk memakan makanan tak bernutrisi seperti es batu, tanah, ataupun
tepung
8) Nafsu makan rendah.
Penyebab dari anemia defisiensi zat besi adalah:
1) Kehilangan darah
2) Kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi
3) Ketidakmampuan menyerap zat besi
4) Kehamilan
Komplikasi dari anemia defisiensi zat besi yang dapat disebabkan adalah:
1) Masalah jantung (takikardia dan arrythmia)
2) Masalah pertumbuhan (pertumbuhan lambat)
3) Masalah kehamilan (bayi prematur dan bayi berat rendah) (Daru, 2019).
Kelebihan zat besi di dalam tubuh umumnya disebabkan oleh sebuah kondisi
yang disebut dengan hemochromatomasis, dimana tubuh akan menyerap lebih banyak
zat besi dari jumlah normalnya. Jumlah zat besi yang berlebih akan menyebabkan
akumulasi besi di dalam organ yang lama kelamaan akan bersifat sebagai racun.
Hemokromatosis pada stadium awal umumnya tidak memiliki gejala-gejala yang
definitif namun, jika kondisi hemokromatosis sudah semakin parah maka kondisi
tersebut akan menunjukkan gejala-gejala berikut:
1) Diabetes
2) Hilangnya nafsu seks
3) Impotensi
4) Gagal jantung
5) Gagal ginjal.
Penyebab dari hemokromatosis adalah:
1) Mutasi pada gen C2Y82 dan gen H63D
2) Mutasi gen hemojuvelin dan hepdisilin
3) Penyakit autoimunitas (Neonatal hemochromatosis)
4) Terlalu banyak transfusi darah
Komplikasi yang dapat terjadi jika hemokromatosis tidak ditangani:
1) Masalah hati (Cirrhosis)
2) Masalah pankreas (diabetes)
3) Masalah jantung (arrythmia)
4) Masalah organ reproduktif (impotensi dan hilangnya siklus menstruasi)
5) Berubahnya warna kulit (menjadi coklat/abu-abu karena besi menumpuk)
(Brissot, 2018).

7. Jelaskan peran besi dalam respirasi oksidatif!


Hemoprotein yang berperan sebagai enzim oksidoreduktase bila ion Fe pada
3+
hemnya teroksidasi (Fe ) yaitu: Sitokrom P450, Sitokrom yang terlibat dalam
fosforilasi oksidatif. Energi dari hasil oksidasi bahan bakar diubah menjadi ikatan fosfat
berenergi tinggi (ATP=Adenosin Trifosfat) melalui proses fosforilasi oksidatif yang
berlangsung pada rantai transport elektron di membran dalam mitokondria. Hasil
oksidasi bahan bakar tersebut disimpan dalam bentuk koenzim penerima elektron
tereduksi, NADH dan FAD(2H) di dalam matrik mitokondria. Rantai transport elektron
akan mengoksidasi NADH dan FAD(2H) serta mereduksi O2 sehingga energi dari hasil
oksidasi-reduksi ini digunakan untuk fosforilasi ADP menjadi ATP oleh ATP sintase
(Rodwell, 2016).
Sitokrom adalah suatu protein yang mengandung struktur hem berbeda dari
hemoprotein pengikat oksigen seperti hemoglobin dan lain-lain. Besi pada hemoprotein
pengikat oksigen harus dalam bentuk ion Ferro (Fe2+) yang tereduksi, tetapi besi pada
sitokrom berada dalam keadaan bergantian antara teroksidasi (Fe3+) dan tereduksi (Fe2+)
dalam rantai transport elektron pada proses fosforilasi oksidatif di mitokondria.
Sitokrom ini dibedakan lagi berdasarkan struktur hem yang diikatnya yaitu hem tipe a,
b, dan c, sehingga dibagi atas sitokrom tipe a, b, dan c (Rodwell, 2016).
Komplek III mengandung sitokrom b dan c1 sehingga disebut juga Komplek
Sitokrom bc1 atau Q-sitokrom c oksidoreduktase. Komplek III mengkatalisis transfer
elektron dari Q (ubiquinol) ke sitokrom c (di ruang intermembran) agar terjadi
translokasi proton dari membran dalam mitokondria ke ruang intermembran. Proses ini
dinamakan Siklus Q (Rodwell, 2016).
QH2 + 2Cyt teroksidasi+ 2H+matrix Q + 2Cyt tereduksi+ 4H+
Sitokrom c tereduksi di ruang intermembran adalah pembawa elektron ke
Komplek IV yang mengandung sitokrom c oksidase. Enzim ini akan mengoksidasi
sitokrom c bersamaan dengan tereduksinya O2 menjadi H2O. Reaksi ini diikuti dengan
pemompaan. Sewaktu sebuah QH2 dioksidasi menjadi Q, maka satu elektron diberikan
kepada Sitokrom c melalui Rieske Fe-S dan sitokrom c1, sedangkan elektron kedua
kepada Q untuk membentuk semiquinon (•Q-) melalui sitokrom bL (low-potential) dan
bH (high- potential). Semiquinon selanjutnya mendapatkan sebuah elektron lagi dari
QH2 kedua sehingga semiquinon tersebut tereduksi menjadi QH2 dan 2H+ ditarik dari
matrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada proton H+ ke ruang intermembran. Lihat
Gambar.6 diatas. Transfer elektron dari sitokrom c tersebut, mula- mula melalui CuA
kemudian berturut-turut ke hem a, hem a3, CuB, dan terakhir kepada O2. Hem a dan a3
sebenarnya terdapat dalam satu protein yang dikenal sebagai sitokrom aa3 (Rodwell,
2016).

V. DAFTAR PUSTAKA
Asra, R., Harefa, F. K., Zulharmita., Nessa. 2018. Penetapan Kadar Logam Kalsium Dan Besi
Pada Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Journal
Of Pharmaceutical And Sciences. Vol. 1(1). Viewed on 2 Oktober 2019. From :
https://scholar.google.co.id

Brissot, P., et al. 2018. Bases Physiopathologiques et Classification des Surcharges en fer; mise
au point 2018. Transfusion Clinique et Biologique. Vol. 26(1). Viewed on 3rd September
2019.From
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1246782018300958?via%3Dihu b

Endang, S, S., bernita, B, S., Edir, L., 2015. Potensi kerang manis (gafrarium tumidum) di
pesisir pantai negeri laha teluk ambon sebagai sumber mineral. Jurnal Proses Seminasi Mass
Biodiv Indonesia. Vol 1 (4). Viewed on 03 oktober 2019. From http://schoolar.google.co.id>

Daru, J., Sobhy, S., Pavord, S. 2019. Revisiting the Basis for Haemoglobin Screening in
Preganancy. Curr Opi Obstet Gynecol. Vol. (Epub Ahead of Print). Viewed on 3rd September
2019. From https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31573997

Deswara, M.2015.Efektifitas Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai Inhibitor Korosi Terhadap
Penurunan Laju Korisi Pada Besi. Diakses 2 Oktober 2019. Dari: http://scholar.google.com

Gandjar, G. I,.2018. Spektroskopsi Molekuler Untuk Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press

Handoyo, S. L. D. 2010. Penetapan Hidrokuinom Dalam Larutan. Yogyakarta : CV Budi Utama


Wafia, Z. I. 2012. Kadar Besi (Fe). Jakarta : Kencana

Laluyan, R. E.., Assa, Y., Paruntu, M. E.2016.Gambaran Kadar Besi Darah Pada Pekerja
Bangunan. Jurnal e-biomedik. Vol.4(2). Viewed on 4 October 2019. From:
https://media.reliti.com

Saputro, D. A., Junaidi, S.2015.Pemberian Vitamin C Pada Latihan Fisik Maksimal dan
Perubahan Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit. Jurnal of sport sciences and fitness. Vol.
4(3). Viewed on 4 October 2019. From: https://Jurnal.umes.ac.id

Sherwood, L. 2019. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Sudargo, T., et al. 2014. Defisiensi Yodium, Zat Besi, dan Kecerdasan. Yogyakarta: UGM
Press.

Ogun, A.S. 2019. Biochemistry, Transferrin. StarPearls Journals. Viewed on 3 Oktober 2019.
From <ncbi.nlm.nih.gov>

Tetha, D. A., Sugiarso, R. D. 2016. Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri
dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin. Jurnal Akta Kimindo.
Vol. 1(1). Viewed on 2 Oktober 2019. From : https://scholar.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai