Laporan Praktikum Besi Samueeel
Laporan Praktikum Besi Samueeel
I. PENDAHULUAN
6. Bagaiamana mekanisme ekskresi besi jika dibandingkan dengan eksresi natrium dan
kalium?
Besi yang berlebihan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan
hemosiderin di dalam sel parenkhim hepatik, sel retikuloendotelial sumsum tulang hati
dan limfa. Ekskresi besi dari tubuh sebanyak 0,5 – 1 mg per hati, dikeluarkan bersama-
sama urin, keringat dan feses. Dapat pula besi dalam hemoglobin keluar dari tubuh
melalui pendarahan, menstruasi dan saluran urine. Kehilangan zat besi pada orang sehat
terutama terjadi melalui feses (0.6 mg/hari), getah empedu, serta sel-sel mukosa usus
yang mengalami deskuamasi (hilangnya lapisan tipis), dan sedikit melalui darah
(Sudargo, 2014).
Ekskresi natrium utamanya dilakuakan pada ginjal. Pengaturan ekskresi natrium
ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan homeostatis natrium, yang
sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh (Sherwood, 2019).
Perbedaan ekskresi zat besi dan zat natrium atau zat mineral lainnya adalah jika
pada zat natrium pada tubuh dapat diatur melalui ekskresi, yaitu homeostatis natrium.
Pada ekskresi besi, zat besi pada tubuh manusia tidak dapat diatur melalui ekskresi zat
besi (Sudargo, 2014).
0.1
Absorbansi
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi Standard Besi (g/100 mL)
2. Perhitungan Konsentrasi Besi pada serum
y = 0,0004x + 0,0035
y: nilai absorbansi besi serum – absorbansi blanko
x: konsentrasi besi serum (g/100 mL)
maka, Hitunglah konsentrasi besi serum yang diukur pada praktikum ini!
3. Nilai Absorbansi dan Konsentrasi besi serum
Absorbansi Konsentrasi Besi (g/100 mL)
0,198 0
0,215 40
0,214 120
0,271 160
0,371 400
IV. PEMBAHASAN
1. Berapakah konsentrasi besi serum yang kelompok anda dapatkan? Bandingkan dengan
nilai rujukan besi serum! Apa saja faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada
percobaan ini?
a) 400 mg/ml untuk absorbansi 0,317
b) 160 mg/ml untuk absorbansi 0,271
c) 120 mg/ml untuk absorbansi 0,241
d) 40 mg/ml untuk absorbansi 0,215
e) 0 mg/ml untuk absorbansi 0.198
4. Jelaskan prinsip ekstraksi atau pembebasan besi! Apakah tujuan dari ekstraksi atau
pembebasan besi?
Ekstraksi besi adalah suatu proses pemisahan besi dari komponen lainnya
menggunakan cairan yang tidak saling larut. Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut non polar dan senyawa non polar dalam laruta non polar.
Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar
lalu dengan larutan yang tingkat kepolarannya menengah kemudian pada larutan yang
bersifat polar. Tujuan dari eksrtaksi ini adalah untuk memisahkan dan menarik semua
komponen besi yang didasarkan pada massa komponen zat ke dalam larutan dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Deswara,2015).
6. Jelaskan kondisi klinis yang terjadi jika tubuh kelebihan dan kekurangan besi!
Kekurangan zat besi di dalam tubuh akan menyebabkan kondisi yang disebut
iron deficiency anemia (anemia defisiensi zat besi) dimana kadar zat besi didalam tubuh
berada di bawah nilai normal yang menyebabkan tubuh menjadi tidak dapat
memproduksi sel-sel darah merah yang sehat. Anemia defisiensi zat besi akan membuat
penderita tidak mumpunyai sel darah merah pengikat oksigen yang cukup sehingga
dapat menyebabkan gejala-gejala berikut:
1) Kelelahan yang berlebih
2) Kulit pucat
3) Sakit di dada, detak jantung yang cepat dan nafas pendek
4) Pusing
5) Inflamasi dan persaan pegal-pegal di lidah
6) Kuku rapuh
7) Keinginan untuk memakan makanan tak bernutrisi seperti es batu, tanah, ataupun
tepung
8) Nafsu makan rendah.
Penyebab dari anemia defisiensi zat besi adalah:
1) Kehilangan darah
2) Kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi
3) Ketidakmampuan menyerap zat besi
4) Kehamilan
Komplikasi dari anemia defisiensi zat besi yang dapat disebabkan adalah:
1) Masalah jantung (takikardia dan arrythmia)
2) Masalah pertumbuhan (pertumbuhan lambat)
3) Masalah kehamilan (bayi prematur dan bayi berat rendah) (Daru, 2019).
Kelebihan zat besi di dalam tubuh umumnya disebabkan oleh sebuah kondisi
yang disebut dengan hemochromatomasis, dimana tubuh akan menyerap lebih banyak
zat besi dari jumlah normalnya. Jumlah zat besi yang berlebih akan menyebabkan
akumulasi besi di dalam organ yang lama kelamaan akan bersifat sebagai racun.
Hemokromatosis pada stadium awal umumnya tidak memiliki gejala-gejala yang
definitif namun, jika kondisi hemokromatosis sudah semakin parah maka kondisi
tersebut akan menunjukkan gejala-gejala berikut:
1) Diabetes
2) Hilangnya nafsu seks
3) Impotensi
4) Gagal jantung
5) Gagal ginjal.
Penyebab dari hemokromatosis adalah:
1) Mutasi pada gen C2Y82 dan gen H63D
2) Mutasi gen hemojuvelin dan hepdisilin
3) Penyakit autoimunitas (Neonatal hemochromatosis)
4) Terlalu banyak transfusi darah
Komplikasi yang dapat terjadi jika hemokromatosis tidak ditangani:
1) Masalah hati (Cirrhosis)
2) Masalah pankreas (diabetes)
3) Masalah jantung (arrythmia)
4) Masalah organ reproduktif (impotensi dan hilangnya siklus menstruasi)
5) Berubahnya warna kulit (menjadi coklat/abu-abu karena besi menumpuk)
(Brissot, 2018).
V. DAFTAR PUSTAKA
Asra, R., Harefa, F. K., Zulharmita., Nessa. 2018. Penetapan Kadar Logam Kalsium Dan Besi
Pada Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Journal
Of Pharmaceutical And Sciences. Vol. 1(1). Viewed on 2 Oktober 2019. From :
https://scholar.google.co.id
Brissot, P., et al. 2018. Bases Physiopathologiques et Classification des Surcharges en fer; mise
au point 2018. Transfusion Clinique et Biologique. Vol. 26(1). Viewed on 3rd September
2019.From
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1246782018300958?via%3Dihu b
Endang, S, S., bernita, B, S., Edir, L., 2015. Potensi kerang manis (gafrarium tumidum) di
pesisir pantai negeri laha teluk ambon sebagai sumber mineral. Jurnal Proses Seminasi Mass
Biodiv Indonesia. Vol 1 (4). Viewed on 03 oktober 2019. From http://schoolar.google.co.id>
Daru, J., Sobhy, S., Pavord, S. 2019. Revisiting the Basis for Haemoglobin Screening in
Preganancy. Curr Opi Obstet Gynecol. Vol. (Epub Ahead of Print). Viewed on 3rd September
2019. From https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31573997
Deswara, M.2015.Efektifitas Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai Inhibitor Korosi Terhadap
Penurunan Laju Korisi Pada Besi. Diakses 2 Oktober 2019. Dari: http://scholar.google.com
Laluyan, R. E.., Assa, Y., Paruntu, M. E.2016.Gambaran Kadar Besi Darah Pada Pekerja
Bangunan. Jurnal e-biomedik. Vol.4(2). Viewed on 4 October 2019. From:
https://media.reliti.com
Saputro, D. A., Junaidi, S.2015.Pemberian Vitamin C Pada Latihan Fisik Maksimal dan
Perubahan Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit. Jurnal of sport sciences and fitness. Vol.
4(3). Viewed on 4 October 2019. From: https://Jurnal.umes.ac.id
Ogun, A.S. 2019. Biochemistry, Transferrin. StarPearls Journals. Viewed on 3 Oktober 2019.
From <ncbi.nlm.nih.gov>
Tetha, D. A., Sugiarso, R. D. 2016. Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri
dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin. Jurnal Akta Kimindo.
Vol. 1(1). Viewed on 2 Oktober 2019. From : https://scholar.google.co.id