Tugas 3 Metoda Penerowongan
Tugas 3 Metoda Penerowongan
14.1. Pendahuluan
Potvin (1988), Potvin dan Milne (1992) dan Nickson (1992), diikuti
dengan pekerjaan terdahulu oleh Mathew (1981), mengembangkan Metoda
Grafik Stabilitas untuk disain baut kabel. Versi terkini dari metoda tersebut,
didasarkan atas analisis lebih dari 350 kasus yang dikumpulkan dari
tambang bawah tanah di negara Kanada, tercatat sebagai faktor kunci yang
mempengaruhi disain penambangan open stope. Informasi tentang kekuatan
massa batuan dan strukturnya, tegangan disekitar lubang bukaan beserta
ukuran, bentuk dan orientasi dari lubang bukaan digunakan untuk
menentukan apakah lubang stope akan stabil tanpa penyangga, stabil
dengan penyangga, atau tidak stabil bahkan jika disangga. Metoda tersebut
juga mengusulkan rentang kerapatan baut kabel ketika disain berada dalam
keadaan ‘stabil dengan penyangga’.
Prosedur disain didasarkan atas perhitungan dari dua faktor, N’, angka
stabilitas termodifikasi yang menggambarkan kemampuan massa batuan
untuk berdiri sendiri dibawah kondisi tegangan yang diberikan, dan S,
merupakan faktor bentuk ataupun jari-jari hidrolik yang dihitung untuk
menentukan ukuran bentuk dari lubang stope.
14.2.1.Angka stabilitas, N’
Angka stabilitas, N’, didefinisikan sebagai
N ' Q' A B C
Dimana Q’ adalah Indeks Kualitas Terowongan termodifikasi
A adalah faktor tegangan batuan
B adalah faktor pengaturan orientasi kekar
C adalah faktor pengaturan gravitasi
1
dipertimbangkan. Kekuatan batuan utuh dapat ditentukan dari pengujian di
laboratorium ataupun dari estimasi seperti yang dibahas didalam Bab 8.
Tegangan tekan yang terinduksi didapat dari pemodelan numerik ataupun
diestimasi dari distribusi tegangan yang terpublikasi seperti dari tulisan Hoek
dan Brown (1980a), menggunakan nilai tegangan insitu yang diukur ataupun
yang diasumsi. Faktor tegangan batuan, A, ditentukan dari c/1, rasio dari
kekuatan batuan utuh terhadap tegangan tekan terinduksi pada batas
lubang:
c
Untuk 2 : A = 0.1
1
c
2 10 : A = 0.1125 ( / ) – 0.125
c 1
1
c
10 : A = 1.0
1
Plot dari tegangan faktor batuan, A, untuk nilai berbeda c/1 diberikan
didalam Gambar 14.1.
Gambar 14.1 Faktor tegangan batuan A, untuk nilai yang berbeda dari c/1
Faktor pengaturan orientasi kekar, B, dihitung untuk melihat pengaruh
kekar terhadap kestabilan dari muka lubang stope. Kebanyakan kasus dari
keruntuhan yang dikendalikan oleh struktur terjadi disepanjang kekar kritis
yang membentuk sudut landai dengan permukaan bebas. Semakin landai
sudut diantara bidang diskontinu dan permukaan, semakin mudah hal ini
untuk jarak terhadap batuan utuh, ditunjukkan dalam Gambar 14.2,
dipecahkan oleh peledakan, tegangan atau oleh kumpulan kekar yang lain.
2
Ketika sudut mendekati nol, kenaikan tegangan yang sedikit, terjadi sejak
blok batuan yang terkekarkan bertindak sebagai sebuah balok. Pengaruh
dari kekar kritis terhadap kestabilan dari permukaan galian adalah paling
besar ketika jurus sejajar dengan dengan permukaan bebas, dan paling kecil
ketika bidang tersebut berada di sisi kanan terhadap satu sama lain. Faktor
B, yang bergantung kepada perbedaan antara orientasi kekar kritis dan tiap
muka dari lubang stope, dapat dilihat dari grafik yang dihasilkan didalam
Gambar 14.3.
Gambar 14.2 Orientasi dari kekar kritis yang terkait dengan permukaan
lubang.
3
Gambar 14.3 Faktor pengaturan B, dihitung untuk orientasi kekar yang terkait
dengan permukaan lubang stope (After Potvin, 1988)
4
Gambar 14.5 Faktor pengaturan C untuk bentuk keruntuhan akibat sliding.
After Potvin (1988).
14.2.2.Faktor bentuk, S
14.2.3.Grafik stabilitas
5
Gambar 14.6 Grafik stabilitas yang menunjukkan zona permukaan stabil,
permukaan berlubang dan permukaan yang membutuhkan penyangga. After
Potvin (1988), dimodifikasi oleh Nickson (1992).
Potvin et al. (1989) mencatat bahwa ada sejumlah sebaran data yang
digunakan untuk menurunkan Gambar 14.7, mencerminkan sifat coba-coba
dari disain baut kabel saat ini. Data –data ini juga menyatakan bahwa baut
kabel ini hamper tidak efektif ketika faktor relatif ukuran blok, (RQD/J n)/jari-
jari hidrolik, kurang dari 0.75 dan ketika kerapatan baut kabel kurang dari 1
baut per 10 m2 pada batas lubang.
6
Gambar 14.7 Grafik kerapatan baut kabel. After Potvin and Milne (1992)
7
Sebagai tambahan, baut kabel harus mencakup
semua permukaan galian, sejak disain
penyangga didasarkan atas asumsi bahwa kabel
membentuk zona menerus dari batuan yang
diperkuat yang ada disekitar lubang.
8
galian bagian atas dan bawah setiap 100 meter. Prosedur disain grafik
stabilitas kemudian digunakan untuk dimensi ini. Analisis ini menunjukkan
stabilitas dari lubang stope yang diusulkan, dan jika dimensi harus dirubah,
analisis lebih jauh harus dilakukan atas dimensi yang baru. Prosedur diiterasi
sampai diperoleh kestabilan disain yang memuaskan.
Endapan bijih menjurus kearah timur-barat dan miring kearah utara sebesar
650. Logging geofisika kedalam lubang bor dan pemetaan lubang bukaan
telah dilaksanakan dan total jumlah sebesar 1250 data struktur telah dicatat.
Analisis terhadap informasi struktur geologi ini oleh program DIPS
menunjukkan bahwa massa batuan memiliki 5 buah kumpulan kekar yang
dirincikan kedalam Tabel 14.1.
14.5.2.Klasifikasi Q’
9
Nilai Q’, bersama dengan evaluasi laboratorium atas kekuatan batuan
utuh c, Modulus Young E, dan nisbah Poisson v, adalah:
10
batuan utuh dengan tegangan tekan terinduksi, c/1. Kekuatan batuan utuh
telah dibahas sebelumnya, dan tegangan tekan terinduksi dapat diestimasi
dari pertimbangan atas tegangan insitu dan geometri dari lubang stope yang
diusulkan. Tegangan insitu didaftarkan kedalam tabel berikut, dan orientasi
diplot kedalam proyeksi hemisphere bagian bawah seperti ditunjukkan pada
sketsa disamping ini.
Estimasi awal dari tegangan tekan terinduksi pada tiap bagian dari
batas lubang stope dapat diperoleh dari model numerik elastik sederhana.
Seperti yang dibahas sebelumnya, dimensi dari bagian belakang stope dan
hangingwall telah ditentukan dari pertimbangan praktis penambangan. Grafik
stabilitas kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai yang layak
untuk lebar lubang stope.
11
Gambar 14.8 Kontur tegangan utama maksimu 1 terinduksi didalam batuan
sekitar dengan bentang sebesar 15 m, tinggi sebesar 25 m. Tegangan insitu
yang bekerja pada lubang stope diasumsikan sebesar 22 MPa (miring
sebesar 100) dan 12 MPa seperti yang ditunjukkan didalam gambar.
12
Gambar 14.9 Faktor koreksi B untuk contoh tambang
13
Grafik stabilitas memberikan jari-jari hidrolik dari lubang stope yang
akan stabil dengan atau tanpa penyangga. Nilai dari jari-jari hidrolik dan lebar
lubang stope yang terkait adalah sebagai berikut:
Gambar 14.11 Stabilitas bagian belakang dan bagian hangingwall dari stope
untuk contoh tambang.
14
Keputusan atas panjang jurus yang layak harus dibuat atas dasar
pertimbangan dari kemudahan penambangan (panjang keseluruhan badan
bijih, urutan penggalian, disain drawpoint, dll). Jika, sebagai contoh, panjang
jurus yang layak dari lubang stope ditentukan sebesar 60 meter, sebuah
perhitungan, menggunakan prosedur yang sama seperti deskripsi diatas,
akan menunjukkan bahwa lubang stope ini stabil dengan penyangga.
Gambar 14.12 Kerapatan baut kabel untuk disain awal dari lubang stope
pada contoh tambang.
15
Perlu dicatat bahwa plot data hangingwall yang dekat dengan zona
‘penyangga yang tidak efektif’ dalam Gambar 14.12. Ketika disain berlanjut,
disarankan untuk menemukan cara mengurangi jari-jari hidrolik dari lubang
stope, misal: dengan penimbunan segera. Jika hal ini dapat diperoleh secara
layak selama siklus penambangan yang rutin, jarak antar baut kabel dapat
dinaikkan sampai sedikitnya 2.5m x 2.5m, menyimpan sebesar sepertiga
daari jumlah baut kabel yang dibutuhkan tanpa pengurangan seperti itu.
Diikuti dengan analisis awal, disain dari dimensi lubang stope dan
jarak penyangga harus diperbaiki ketika informasi yang lebih mengenai
karakteristik massa batuan dan batasan operasional menjadi tersedia, dan
ketika aspek ekonomi dari penambangan bijih dan ongkos dari penyangga
juga dievaluasi.
16