TEKNIK PENYANGGAAN
DAN PERKUATAN PADA TEROWONGAN
1.1.
dengan pemboran
dan
Massa batuan yang berada pada bagian dimana tunnel akan dibuat
dalam
keadaan
dipasang dekat
dengan
maka
sifat deformasi
face
sudah
berkurang
dari
tunnel menyebabkan
penyangga terbebani.
Tekanan penyangga pt yang tersedia dari steel set bertambah dengan
deformasi radial tunnel seperti digambarkan oleh garis D E F.
- tahap 5, tunnel
face
maju
jauh dari
tidak
ada
pada
pada atap turun sampai minimum dan akan mulai lagi naik. Ini karena
displacement kebawah atap dari daerah batuan lepas di dalam atap
Gambar 1.1
menyebabkan
menjadi
lepas dan
berat
dari
runtuh
titik E dan F.
Pada titik-titik ini, tekanan penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi
deformasi pada dinding dan atap adalah tepat seimbang dengan tekanan penyangga
yang tersedia dari steel set dan terowongan dan sistem penyangga adalah dalam
keseimbangan stabil.
Gambar 1.2
Grafik LANE
Penyangga
NATM
Pada
penyangga
sementara
(temporary
support) membutuhkan
lama.
intrinsic ini berubah secara tidak menguntungkan dari segi kestabilan selama
penggalian dan sesudah lubang buka terbentuk , kurva ini menjadi kurva 1 (Kurva 1
jika panggalian secara mekanis, kurva 1 jika menggunakan bahan peledak).
Disini tidak diperhatikan cara operasi dan rencana oenggalian yang merupakan
faktor penting juga.
Jika terjadi kehilangan tegangan, maka kekuatan batuan turun secara drastis (kurva 2
atau 3) sehingga dengan mudan kekuatan batuan dapat dilampaui oleh stress yang
bekerja (digambarkan oleh lingkaran Mohr).
Fenomena ini dapat menyebabkan gangguan pada massa (seperti
batuan
menjadi
kelakuan
2. Penyangga
adalah
kelakuan
diskontinu,
berbeda
sekali dengan kelakuan massa batuan yang homogen, kontinu dan isotrop.
Oleh karena itu untuk batuan yang banyak mengandung rekahan tidak dapat
digambarkan hanya dengan satu kurva intrinsic. Karakteristik mekanik sangat
erat hubungannya dengan struktur dan cara pembebanannya
tensor
stress
terhadap
struktur).
Akibat
(orientasi
dari
(crack) mempunyai
pengaruh
lebih
besar
yang
Gambar 1.3
Penyangga Pada Metoda Klasik dan NATM
1.2.
Penyangga Kayu
Tabel I.1
Kekuatan Kayu
untuk "cap", "post" dan perlengkapan lainnya. Susunan dari penyangga kayu
yang sering digunakan adalah "three pieces set", Dengan mengetahui tegangantegangan yang terjadi, maka ukuran "cap dan "side post dapat ditentukan.
a. Tegangan pada cap
Kayu yang digunakan sebagai cap harus mempunyai kuat pelengkungan
yang lebih besar dari tegangan pelengkungan yang dialami. Tegangan
pelengkungan dihitung sebagai berikut :
qt
t x a
Mmax
= 0,
125 qt
= M max /
= bh
W ef
/ 6 (penampang persegi)
Dengan qt
= beban
= tekanan
= jarak
Mmax
= panjang
cap
= tegangan
pelengkungan
ef
= tegangan
= modulus
tampang (m3)
= lebar
= dy 2 = 0,785 dy 2
Mmax = 0,125 qy
W
= 0,098 dy 3
=4
= f ()
k/dy
2
y
=4
y/dy
ef - 0,637
/ dy2
1,084
2
y
/dy2
dengan :
n = tegangan normal (t/m2)
f
dy
y=
Gambar 1.4
Bentuk-bentuk penyangga kayu
Baja yang banyak terdapat dipasaran dan banyak digunakan adalah Bj 37 dengan
tegangan dasar 1600 kg/cm2.
Pada umumnya modulus elastisitas baja adalah sama besarnya walaupun
tegangan lelehnya berbeda begitu juga dengan angka pembanding Poisson (Poissons
ratio). Sifat mekanik dari baja adalah :
E
Ay = By =
= 0,5
= - Ay . x
=-
Dimana :
r cos2
. (1.1)
)
untuk 0 <
<
(1.2)
(1.3)
. (1.4)
- Ay sin
= momen
= 0 , maka
.. (1.5)
/2
.. (1.6)
)=0
.. (1.7)
.. (1.8)
.. (1.9)
- Ay ( h + r )
Mmax = - Ay ( h + 0,5 Ay /
(1.10)
= - Ay
............... (1.11)
=-
(1.12)
Persamaan 3.10 dan 3.12 mempunyai harga lebih besar dibanding persamaan 3.9
dan 3.11.
Penampang dan mutu baja yang dipilih dapat menggunakan persamaan berikut :
| |
(
=
Dengan | |
. (1.13)
Harga-harga F dan W dapat dilihat pada tabel salah satu contoh penampang baja
(tabel 1.4)
Gambar 1.5
Macam-macam Peyangga Baja
Gambar 3.6
Macam-macam Lagging
Gambar 1.7
Tegangan dan momen yang bekerja pada penyangga Busur Baja
Tabel 1.4
Penampang Baja
1.4.
Penggunaan baut batuan untuk menjaga kestabilan atap dan dinding lubang
bukaan, tergantung kepada kuat ikat (anchoring capacity) baut batuan dengan
batuan, selain tegangan dasar (yeild strength) dari baut batuan tersebut.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pengikatan (anchoring) baut batu
adalah :
a. Pengikatan harus kuat
b. Batuan tempat pengikatan harus kuat dan kontinyu
c. Panjang baut batuan harus cukup untuk menciptakan pre-compression
zone sekitar lubang bukaan untuk mengatasi stress failure. Baut batuan
harus terikat di belakang daerah tarikan (tension zone)
Sedangkan Talobre memberikan aturan yaitu :
a. Pemasangan dan ukura/dimensi baut batuan bergantung kepada keadaan
batuan. Baut batuan pada batuan agak kuat, mempunyai jarak dan panjang
lebih rapat dan lebih panjang. Batuan plastis tidak cocok untuk dilakukan
penyanggaan dengan baut batuan (roof bolting)
b. Ketebalan dari batuan (tempat pengikatan) harus mampu menerima beban
c. Panjang baut batuan harus paling sedikit sama dengan ketebalan batuan
yang disangga ditambah dengan jarak rata-rata antar baut batuan
d. Jarak tiap baut batuan diusahakan seragam
Terdapat bermacam-macam baut batuan antara lain (gambar 1.8) :
a.
b.
c.
d.
Gambar 1.8
Macam macam baut batuan
Pada batuan dengan kualitas baik, pengikatan cara mekanis (mechanical
anchoring) misalnya expansion shell sangat cocok digunakan. Pada batuan lebih
lemah atau batuan lebih lunak, egektifitasnya menurun dengan adanya kehancuran
lokal (local crushing).
Gambar 1.9
Perfobolt
28,5%
66 %
Accelator
0,5 %
+ catalist
Panjang 1 :
atap yang kuat (strong roof) = L/3
atap yang lemah (weak roof) = L/2
(1.14)
(1.15)
Jarak b :
b
= 2/3 = 2/9 L
(1.16)
.(1.17)
Diameter baut batuan ditentukan berdasarkan yield strength dari bahan baut
batuan :
Rmax
.F
= Rmax / n =
(1.18)
(1.19)
Dimana :
L
= faktor keamanan 2 - 4
Untuk menstabilkan suatu block failure pada suatu dinding lubang buka, dapat
digunakan perhitungan seperti terlihat pada gambar 1.10.
a)
b)
Gambar 1.10
Rock Bolting pada dinding
Gambar 1.10 a :
PB
..(1.20)
Gambar 1.10 b :
=PF=
=
PF
1.5.
(1.21)
PENYANGGA BETON
Beton adalah campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-kadang
ditambah CaCl2 (Calcium Chlorida) yang berfungsi mempercepat waktu
pengerasan (curing time).
Dalam bidang teknik, beton banyak digunakan karena antara lain :
a. Mempunyai kuat tekan tinggi
b. Mudah dalam pelaksanaan kontruksi
c. Bahan-bahan mudah didapat
d. Tahan terhadap pengaruh cuaca
e. Relatif ekonomis
Kelemahan dari beton adalah :
a. Mempunyai kuat tarik rendah
b. Dapat hancur tiba-tiba, tanpa menunjukkan tanda-tanda lebih dahulu
c. Hancuran beton tak dapat digunakan lagi.
Untuk mengatasi kuat tarik yang rendah, beton dipasang tulungan baja yang
ditanam di dalam kontruksi beton sehingga membentuk satu kesatuan yang
disebut beton bertulang (reinforced concrete).
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971, kelas dan
mutu beton terlihat pada Tabel I.5.
= Pc con [
(5.1)
Dengan :
Pscmax
Pc con
Tabel 3.5
Kelas dan Mutu Beton
Gambar 1.11
Selimut Beton
1.5.2. Beton Tembak (Shotcrete)
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh beton tembak adalah :
a. Shotability yaitu kemampuan untuk dapat melekat di atas dengan
kemungkinan kecil untuk dapat lepas.
b. Kekuatan awal (early strenght) harus cukup kuat untuk menyediakan
penyanggaan dalam waktu kurang dari 4-8 jam.
c. Harus mampu mencapai kekuatan 28 hari dengan komposisi
pemercepat (accelator) yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan
awal.
d. Tahan lama terhadap pengaruh cuaca
e. Ekonomis
Karena beton tembak dipergunakan beberapa saat setelah penggalian, maka
diperlukan kekuatan awal sehingga mampu memberikan penyanggaan dengan
segera. Untuk itu pada campuran bahan untuk semen ditambahkan pemercepat
yang mengandung garam-garam larut dalam air (water soluble salts), yang
berfungsi mempercepat pengerasan.
Dengan menggunakan pemercepat 3 %, campuran beton tembak dapat
mencapat kekuatan 0,69 Mpa (6,9 kg/cm2) dalam jangka waktu antara 2 sampai 3
jam dan dapat bertambah kekuatannya dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Tabel 1.6
Pengaruh Penambahan Pemercepat (Accelerator)
Tehadap Kuat Tekan Beton Tembak
= jari-jari (m)
= tegangan geser yang diijinkan dari bahan
Beton tembak (t/m2)
= 0,2 t (kuat tekan beton)
1.6.
1.6.1.
PENYANGGAAN KHUSUS
Forepoling
Ini adalah salah satu bentuk penyanggan dari kayu atau baja atau kombinasi
yang diterapkan untuk pemuka kerja pada penggalian di batuan lunak. Pemasangan
forepoling dimaksudkan untuk mencegah runtuhnya atap pada saat penggalian
dilakukan.
Gambar 1.12
Forepoling
1.6.2. Wiremesh
Wiremesh disebut juga anyaman kawat yang terbuat dari baja. Ada 2
macam wiremesh yaitu :
1. Chailink mesh
Berguna untuk menahan fragmen batuan yang akan lepas
2. Weldmesh
Berguna untuk memperkuat beton tembak. Tediri dari kawat baja yang
dilas pada setiap perpotongan berbentuk persegi.
1.6.3. Hydarulics props
Hydraulics props adalah tiang penyangga yang terdiri dari 2 silinder
dimana silinder yang satu bergerak didalam silinder yang lainnya dengan
menggunakan sistem hidraulik mekanisme penaikkan dan penurunan dari silinder
bagian dalam tersebut dilakukan dengan tenaga manusia dan suatu pompa tangan
yang sudah terpasang pada silinder, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
1.13. hydraulics props ini banyak digunakan pada tambang-tambang batubara.
Gambar 1.13
Hydraulics Props
Gambar 1.14
Shield Support
1.6.5. Truss Bolting
Truss Bolting ini diperkenalkan pada akhir 1960-an sebagai alat untuk
mengatasi kondisi atap yang jelek dimana kondisi tersebut tidak dapat diatasi
dengan Roof Bolt atau metoda konventional lainnya. Metoda ini dikembangkan
pada tambang Batubara di Inggris dan merupakan patent dari Birmingham Bolt
Co.
Prinsip dari penyangga jenis ini dapat dilihat pada gambar 1.15.
Gambar 1.15
Truss Bolting