1 SM PDF
1 SM PDF
1 SM PDF
VOLUME 18, NO. 2, 2010: 58 – 68 ISSN: 0854‐7108
OTAK , MUSIK, DAN PROSES BELAJAR
Ratna Supradewi
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Abstrak
Otak yang beratnya kira‐kira tiga pon merupakan organ maha rumit yang sangat
berperan penting dalam kehidupan (Wade & Tavris, 2007). Penelitian mengenai otak banyak
dikaikan dengan berbagai hal, salah satunya adalah dengan musik dan proses belajar. Beberapa
penelitian memanfaatkan musik guna mempengaruhi otak untuk meningkatkan konsentrasi
dan proses belajar. Musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Penelitian menunjukkan
bahwa belajar lebih mudah dan cepat jika pelajar dalam kondisi santai dan reseptif. Detak
jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Dalam keadaan ini otak
memasuki gelombang alfa (8‐12 hz), yaitu kondisi otak yang rileks namun waspada sehingga
bagian dari otak, yaitu hippocampus dan somatosensory, dapat bekerja dengan optimal. Musik
memberikan efek pada elektrofisiologik otak dan telah dilaporkan pada banyak studi. Di
Indonesia penelitian yang melibatkan musik dan proses belajar pernah dilakukan, antara lain
oleh Taher & Afiatin (2005), juga Tyasrinestu & Kuwato (2004). Tulisan ini akan memberi‐
kan gambaran mengenai hubungan otak, musik, dan proses belajar berdasarkan referensi dan
penelitian‐penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang mengeksplorasi hal tersebut.
Kata kunci: otak, musik, proses belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental quantum learning. Quantum learning meru‐
atau psikis yang berlangsung dalam inte‐ pakan proses belajar yang dirancang bersi‐
raksi aktif dengan lingkungan yang meng‐ fat menyenangkan dan menarik (De Porter
hasilkan perubahan‐perubahan dalam pe‐ & Hernacki, 2001). Dengan tekanan positif
ngetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai, atau suportif, yang dikenal dengan eustress,
dan sikap (Winkel, 1996). Guna mendapat‐ otak dapat terlibat secara emosional dan
kan hasil belajar yang maksimal, maka memungkinkan kegiatan saraf maksimal
perlu didukung proses belajar yang efektif. (Csikszentmihalyi, dalam De Porter et al.,
Goleman (dalam De Porter et al., 2001) 2001). Studi‐studi menunjukkan bahwa
mengemukakan penelitian yang baru me‐ siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya
nyebutkan bahwa ada hubungan antara memuaskan, menantang, dan ramah serta
keterlibatan emosi, belajar, dan memori mereka mempunyai suara dalam pembuat‐
jangka panjang. Tanpa keterlibatan emosi, an keputusan. Dengan kondisi tersebut,
kegiatan saraf otak kurang dari yang dibu‐ para siswa lebih sering ikut serta dalam
tuhkan untuk ʺmerekatkanʺ pelajaran da‐ kegiatan sukarela yang berhubungan de‐
lam ingatan. ngan bahan pelajaran (Walberg, dalam De
Salah satu cara belajar untuk menda‐ Porter et al., 2001).
patkan hasil yang optimal adalah dengan
58 BULETIN PSIKOLOGI
OTAK, MUSIK, DAN PROSES BELAJAR
Secara umum, otak (cerebrum) terdiri takan lingkungan yang positif, mendu‐
dari dua belahan yaitu: hemisfer kanan dan kung, dan menggembirakan. Penggunaan
hemisfer kiri yang dihubungkan dengan pemainan‐permainan dan partisipasi selu‐
corpus callosum (Wade & Tavris, 2007; Pinel, ruh siswa, serta suasana yang nyaman dari
2009; Kalat, 2010). Dalam proses belajar, segi penerangan, tempat duduk, pengatur‐
kedua belahan otak berperan penting. an ruang, hiasan ruangan, serta peran yang
Menurut Sperry (dalam Wade & Tavris, tak kalah penting adalah musik (Dryden &
2007) hemisfer kanan memiliki kemam‐ Vos, 2000; De Porter & Hernacki, 2001; De
puan lebih dalam memecahkan persoalan‐ Porter et al., 2001; Campbell, 2001).
persoalan yang menuntut kemampuan Suggestology atau suggestopedia merupakan
visual‐spasial, kemampuan menggunakan metode pembelajaran yang dikembangkan
peta, atau meniru pola berpakaian, menge‐ oleh Georgi Lozanov dari Bulgaria dengan
nali wajah, dan membaca ekspresi wajah. menggunakan musik untuk mempercepat
Hemisfer kanan aktif ketika seseorang proses belajar dan mendapatkan hasil bela‐
mencoba berkreasi dan memberikan apre‐ jar yang optimum. Musik yang digunakan
siasi terhadap seni dan musik. Secara unik, adalah musik klasik (Campbell, 2001; De
otak kanan mampu membaca sebuah kata Porter et al., 2001; Dryden & Vos, 2000).
yang ditayangkan secara cepat dan dapat Menurut Lozanov, irama, ketukan, dan
memahami instruksi‐intruksi pelaku ekspe‐ keharmonisan musik mempengaruhi fisio‐
rimen. logi manusia, terutama gelombang otak
Peneliti lain (Dehaene et al., dalam dan detak jantung, di samping membang‐
Wade & Tavris, 2007) juga menghargai kitkan perasaan dan ingatan (De Porter et
hemisfer kanan karena hemisfer ini mem‐ al., 2001). Lozanov menemukan bahwa
punyai gaya kognitif yang bersifat intuitif musik barok menyelaraskan tubuh dan
dan holistis, berbeda dengan hemisfer kiri otak. Musik barok dapat membuka kunci
yang cara kerjanya lebih bersifat rasional emosional untuk memori super, yaitu
dan analitis. Namun, perbedaan kedua sistem limbik otak. Sistem ini tidak hanya
hemisfer bersifat relatif, tidak absolut. mengolah emosi, tetapi juga menghubung‐
Dalam aktivitas hidup yang paling nyata, kan otak sadar dengan otak bawah sadar
kedua sisi otak ini saling bekerja sama. (Dryden & Vos, 2000).
Masing‐masing memberi kontribusi yang Musik berpengaruh kuat pada ling‐
berharga. Sebagai contoh, kemampuan kungan belajar. Penelitian menunjukkan
matematika tidak hanya melibatkan area‐ bahwa belajar lebih mudah dan cepat jika
area di lobus frontal kiri, namun juga area pelajar dalam kondisi santai dan reseptif.
lobus parietal kiri dan kanan. Lobus Detak jantung orang dalam keadaan ini
parietal kiri diperlukan untuk menghitung adalah 60 sampai 80 kali per menit. Keba‐
jumlah yang pasti dengan menggunakan nyakan musik barok sesuai dengan kondisi
bahasa (2 kali 5 sama dengan 10). Lobus detak jantung manusia yang santai dalam
parietal kanan diperlukan untuk melaku‐ kondisi belajar optimal (Schuster & Gritton,
kan pembayangan secara visual atau dalam De Porter et al., 2001). Dalam kea‐
spasial, seperti ʺgaris angkaʺ jarak mental, daan ini otak memasuki gelombang alfa (8‐
yang menghitung kuantitas atau besarnya 12 Hz), gelombang otak yang terjadi pada
jarak (6 lebih dekat ke 9 daripada 2). saat seseorang mengalami relaksasi (Pasiak,
Proses belajar dalam quantum learning 2007; Mustajib, 2010). Gelombang alfa
melibatkan banyak hal, antara lain mencip‐ merupakan ʺkewaspadaan yang rileksʺ
BULETIN PSIKOLOGI 59
SUPRADEWI
60 BULETIN PSIKOLOGI
OTAK, MUSIK, DAN PROSES BELAJAR
BULETIN PSIKOLOGI 61
SUPRADEWI
Sebagai contoh, pemandangan matahari kelenjar endokrin yang disebut kelenjar
terbenam akan mengirimkan sinyal hipofisis (pituitary gland). Kelenjar hipo‐
sehingga talamus mengarahkannya ke fisis sering juga disebut dengan istilah
area penglihatan (Wade & Tavris, 2007). ʺmaster glandʺ karena hormon‐hormon
3) Ganglia basalis (basal ganglia). yang dikeluarkannya mempengaruhi
berbagai kelenjar endokrin lainnya
Di atas talamus dan di bawah kor‐
(Wade & Tavris, 2007).
teks serebrum terdapat ganglia besar,
dari neuron yang disebut ganglia basa‐ 5) Korteks serebral (cerebral cortex).
lis. Terdapat tiga struktur pada basal Serebrum diselimuti oleh beberapa
ganglia, yaitu: nukleus kaudat, puta‐ lapisan tipis yang tersusun padat yang
men, dan globus palidus. Basal ganglia disebut sebagai korteks serebral. Badan‐
memiliki banyak bagian yang saling badan sel yang terdapat di korteks
bertukar informasi dengan bagian kor‐ menghasilkan jaringan keabu‐abuan
teks serebrum yang berbeda. Hubungan disebut sebagai ʺsubstansi abu‐abuʺ
tersebut paling banyak ditemukan pada (gray matter). Pada bagian‐bagian lain
bagian frontal korteks serebrum, se‐ dari otak terdapat mielin yang panjang,
buah bagian yang bertanggung jawab yang menutupi akson,lebih menomjol
atas perencanaan rangkaian perilaku dan membentuk ʺsubstansi putihʺ
dan untuk beberapa aspek ekspresi (white matter). Meski ketebalan korteks
memori dan emosional (Graybiel et al., serebral hanya sekitar 3 milimeter (1/8
dalam Kalat, 2010). Pada kondisi terten‐ inci), korteks mengandung hampir tiga
tu, seperti penyakit Parkinson dan perempat dari seluruh sel otak yang
Huntington, basal ganglia mengalami ada. Korteks memiliki sejumlah celah
penurunan fungsi. Gejala yang paling dan kerutan, sehingga dapat menam‐
terlihat adalah gangguan pergerakan pung miliaran saraf.
tetapi penderita juga menunjukkan ada‐
nya depresi, penurunan memori dan
Gelombang‐gelombang Otak
motivasi, serta gangguan perhatian
(kalat, 2010). Jaringan otak manusia menghasilkan
4) Hipotalamus dan kelenjar hipofisis. gelombang listrik yang berfluktuasi (naik‐
turun). Gelombang listrik yang berfluktuasi
Di bawah talamus terdapat sebuah
ini disebut dengan gelombang otak (brain‐
struktur yang disebut hipotalamus
wave) (Pinel, 2009; Mustajib, 2010). Pada
(hypothalamus; hipo berarti ʺdi bawahʺ).
1929, Hans Berger, seorang psikiater
Hipotalamus berkaitan dengan dorong‐
Jerman, menemukan Electroencephalography
an‐dorongan kelangsungan hidup indi‐
(EEG). EEG adalah alat yang dapat digu‐
vidu maupun spesies, misalnya lapar,
nakan untuk mengukur gelombang listrik
haus, emosi, seks, dan reproduksi.
yang dihasilkan otak (Mustajib, 2010).
Hipotalamus mengatur suhu tubuh
dengan cara memicu timbulnya keri‐ Frekuensi otak manusia berbeda‐beda
ngat atau menggigil. Di samping itu, untuk setiap fase, sadar, rileks (santai),
hipotalamus juga mengontrol tugas tidur ringan, tidur nyenyak, trance (keada‐
yang kompleks dari sistem saraf an tak sadarkan diri), panik, dan sebagai‐
otonomik (Wade & Tavris, 2007). Dihu‐ nya. Melalui penelitian yang panjang, para
bungkan oleh batang pendek, meng‐ ahli saraf (otak) sependapat bahwa gelom‐
gantung dari hipotalamus, terdapat bang otak berkaitan dengan kondisi
62 BULETIN PSIKOLOGI
OTAK, MUSIK, DAN PROSES BELAJAR
d. Alfa (8 hz – 12 hz)
Aturan Otak ( Brain Order)
Alfa adalah gelombang otak yang
terjadi pada saat seseorang mengalami Riset‐riset di pelbagai bidang yang
relaksasi. Gelombang alfa merupakan meneliti otak menghasilkan banyak konsep
ʺkewaspadaan yang rileksʺ (relaxed alert‐ baru. Marian Diamond, neurolog yang
ness) atau kadang juga disebut ʺkesadaran banyak meneliti mengenai otak mengemu‐
yang rileksʺ (relaxed awareness) (Dryden & kakan, otak bagaikan parasut. Jika tidak
Vos, 2000). Orang yang memulai meditasi dibuka, ia tidak akan berfungsi (Pasiak,
ringan juga menghasilkan gelombang alfa. 2007). Lebih lanjut Pasiak (2007) telah
Frekuensi alfa juga merupakan frekuensi merangkum tentang aturan otak, yaitu:
BULETIN PSIKOLOGI 63
SUPRADEWI
Tabel 1
Pernyataan dan Uraian Tentang Aturan Otak
64 BULETIN PSIKOLOGI
OTAK, MUSIK, DAN PROSES BELAJAR
BULETIN PSIKOLOGI 65
SUPRADEWI
tepat, f) terdapat pola aturan yang ditaati mereka untuk memudahkan transisi ke
guru dan anak didik dalam proporsi kehidupan perguruan tinggi yang kadang
masing‐masing, g) limit waktu untuk men‐ menimbulkan stres.
capai tujuan pembelajaran, h) evaluasi, baik Musik berpengaruh pada guru dan
evaluasi proses maupun evaluasi produk. pelajar. Musik dapat menata suasana hati,
Menurut Walberg & Greenberg (dalam mengubah keadaan mental siswa, dan
De Porter et al., 2001) lingkungan sosial mendukung lingkungan belajar. Penelitian
atau suasana kelas adalah penentu psiko‐ mendukung penggunaan musik barok
logis utama yang mempengaruhi belajar (Bach, Corelli, Tartini, Vivaldi, Handel,
akademis. Lebih lanjut De Porter et al. Pachelbel, Mozart) dan musik klasik (Satie,
(2001) mengemukakan bahwa suasana ke‐ Rachmaninoff) untuk merangsang dan
las dalam mendukung proses belajar meng‐ mempertahankan lingkungan belajar opti‐
ajar dapat didesain secara menyenangkan, mal (Schuster & Gritton, dalam De Porter et
serta ditambahkan perangkat‐perangkat al., 2001). Mendengarkan musik barok sam‐
pendukung, seperti tumbuhan, aroma, bil belajar dapat meningkatkan kemam‐
hewan peliharaan dan musik. puan seseorang untuk mengingat ejaan,
Tumbuhan penting untuk diletakkan puisi, dan kata‐kata asing (Campbell, 2001).
dalam kelas karena tumbuhan menyedia‐ Musik dalam proses belajar dapat diguna‐
kan oksigen dalam udara. Semakin banyak kan untuk: a) meningkatkan semangat, b)
oksigen yang didapat, semakin baik otak merangsang pengalaman, c) menumbuh‐
berfungsi. Penggunaan tanaman yang da‐ kan relaksasi, d) meningkatkan fokus, e)
pat memperkaya persediaan oksigen, membina hubungan, f) menentukan tema
misalnya defenbachias dan mimosa untuk untuk hari itu, g) memberi inspirasi, h)
memberi efek visual yang indah serta tidak bersenang‐senang (De Porter et al., 2001).
memerlukan perawatan yang rumit (De Berhubungan dengan musik dan pro‐
Porter et al., 2001). Manusia dapat mening‐ ses belajar ada yang disebut ”efek Mozart”.
katkan kemampuan berpikir mereka secara Para peneliti menemukan bahwa siswa
kreatif sebanyak 30% saat diberikan wangi yang mendengarkan musik Mozart tampak
bunga tertentu. Hal ini disebabkan daerah lebih mudah menyimpan informasi dan
penciuman merupakan reseptor bagi en‐ memperoleh nilai tes yang lebih tinggi
dorfin yang memerintahkan tanggapan (Brown dalam De Porter et al.,2001). Efek
tubuh menjadi merasa senang dan sejahtera Mozart mengacu pada peningkatan perfor‐
(Hirsch, dalam De Porter et al., 2001). ma atau perubahan dalam aktivitas neuro‐
Lavabre (dalam De Porter et al., 2001) fisiologis dihubungkan dengan mende‐
menyebutkan penyemprotan aroma mint, ngarkan musik Mozart. Efek ini terbukti
kemangi, jeruk, kayu manis, dan rosemary memberikan peningkatan pada subsekuen
akan meningkatkan kewaspadaan mental. tes IQ spasial pandang‐ruang (Rauscher,
Sementara wangi lavender, kamomil, dan Shaw, & Ky, 1995). Neurofisiologis otak
mawar memberi ketenangan dan relaksasi. berubah ketika mendengarkan efek musik
De Porter et al. (2001) mengemukakan Mozart telah diobservasi menggunakan
bahwa pada umumnya individu mempu‐ electroencephalograph (EEG) dan pengukuran
nyai ikatan yang kuat dengan hewan koheren. Perubahan dalam EEG dan kohe‐
peliharaannya. Hampshire College di ren terutama pada area temporal dilaporkan
Massachusset bahkan mendorong mahasis‐ oleh Petsche dan koleganya (Jausovec &
wa barunya membawa hewan peliharaan Habe, 2005). Studi lain menemukan tiga
66 BULETIN PSIKOLOGI
OTAK, MUSIK, DAN PROSES BELAJAR
BULETIN PSIKOLOGI 67
SUPRADEWI
68 BULETIN PSIKOLOGI