The Rocker That Holds Me PDF
The Rocker That Holds Me PDF
by
TerryAnne Browning
Sinopsis:
Dalam enam tahun sejak saat itu, aku telah mengawasi keempat pria
yang berarti segalanya bagiku. Aku mengurus mereka seperti yang
pernah mereka lakukan padaku. Aku menangani semua pekerjaan
kotor di balik layar kehidupan para rocker.
Oke, jadi aku tidaklah cerdas. Aku menyayangi mereka, dan salah
satu dari mereka menggenggam hatiku di tangannya. Tapi aku bisa
mengatasinya. Aku telah mampu menyimpan rahasia kecilku selama
bertahun-tahun sekarang.
Prolog
Saat itu hujan. Aku suka hujan, tapi tidak dengan guntur dan kilat.
Cahaya kilat tidaklah seburuk guntur yang menggemuruh. Itu
mengingatkanku pada Ibuku ketika dia sedang murka, melayang
karena obat terlarang, minuman beralkohol, dan laki-laki. Hari ini
aku mendapat dosis ganda amukan karena ada badai yang
mengamuk di luar dan monster Ibuku yang mengamuk dalam
kemarahannya.
Aku berharap dan berdoa pada Tuhan bahwa dia hanya akan pergi
tidur seperti yang biasa dilakukannya. Tapi sepertinya Tuhan tidak
mendengarkan doaku saat ini. Tampaknya Tuhan tidak pernah
mendengar doaku di setiap aku berdoa kepada-Nya. Aku mulai
bertanya-tanya apakah Dia benar ada?? Seperti yang selalu di
sampaikan pendeta yang selalu singgah berulang-ulang kali bahwa
Dia ada. Ibuku sering mengutuk Tuhan, jadi aku pikir dia percaya
kepadaNya.
Ketika aku naik pada ember tua berukuran lima galon yang
kugunakan sebagai tangga, aku merintih saat menemukan bahwa
benar ibunya telah berada dikamarnya. Jendela terkunci. Aku
menggigil sekarang karena hujan bertambah deras, dan aku tak
punya sepatu, jas bahkan tempat hangat untuk berlindung. Aku tahu
tidak ada gunanya untuk mencoba berkeliling di trailer-trailer
sekitar. Ayah Jesse ada dirumah dan aku tak akan pernah masuk
kesana ketika ada kesempatan Mr.Thornton bisa menemukanku.
Trailer Drake & Shane hanya punya jendela kecil yang terlalu tinggi
untuk dinaiki oleh kaki kecilku, kecuali salah satu dari mereka
membantuku.
Aku pasti tertidur. Ketika aku bangun, aku mendengar Nik dan Jesse
memanggil namaku. mereka terdengar panik. "Emmie??" Nik tepat
disampingku di sisi lain dari drum. "Em?"
Ini adalah topik pembicaraan yang sama yang selalu mereka bahas
setelah kejadian penganiayaan. Jika mereka menelpon polisi, dinas
sosial akan membawaku pergi. Tempat penampungan tidak lebih
aman dari Ibuku. Mungkin lebih buruk. Aku berumur 7 tahun dan
aku mengerti maksudnya. Nik dan yang lainnya telah menjelaskan
padaku berulang kali.
Aku menarik drum itu lebih mundur lagi dan perlahan merangkak
keluar. Aku kaku dan terluka. Lumpur menempel di bekas luka
cambukan dan goresan di tanganku dari pondasi. Aku lebam dan
memar. Dan aku mulai merasakan gatal di tenggorokanku yang akan
berakhir dengan radang tenggorokan. Tiba-tiba ada lengan kuat yang
menarikku keluar. Begitu ujung kakiku terlihat, aku segera dipeluk
Nik.
Jesse tidak berkata apa-apa saat dia meninggalkan kamar dan aku
mendengar bunyi air menyala dari ruangan sebelah. Nik mengajakku
berdiri di kakiku dan mulai melepaskan baju basahku. Aku tidak
membantah saat dia melepaskan celana leggingku bersama dengan
celana dalamku. Dia menarik napas panjang saat dia melihat memar;
luka yang menganga di kaki dan tanganku, satu dipunggung dan
sepanjang perutku.
Aku terdiam sebab aku tak mengerti mengapa dia meminta maaf.
Bukan dia yang memukulku. Ini bukan salahnya. Aku mungkin
seorang gadis kecil, namun aku tahu dia takkan bisa selalu
melindungiku. Dia punya band, dan hari ini mereka bermain musik
di sebuah pesta untuk beberapa orang anak dari sekolahnya. Aku
berharap dia mengajakku, tapi aku sadar seorang anak berumur 7
tahun di pesta anak SMA bukanlah ide yang bagus. Shane mencoba
menjelaskannya padaku dan aku hampir yakin aku mengerti alasan
tersebut.
Aku merengek ketika air menyentuh lukaku. Itu sakit namun panas
dari air terasa enak di kakiku yang dingin. Tak lama kemudian aku
berhenti menggigil. Nik membersihkanku, berusaha bersikap lembut
sat dia membersihkan luka di tubuhku. Rahangnya mengeras dan
kurasa ada air mata menggenang di matanya.
"Aku tahu, Emmie. Aku tahu ini pasti sakit, tapi kau tidak mau
terinfeksi, kan?" Dia berkedip-kedip dan kurasa dia sedang menahan
diri untuk tidak menangis. "Jika kau terinfeksi, maka kau harus ke
dokter dan mereka akan menyuntikmu."
Itu kata-kata ajaibnya. Aku benci disuntik ! Aku benci dokter ! Jadi
aku duduk di bak cuci kecil dan membiarkannya mengoleskan salep
ke seluruh tubuhku, mencoba bertahan untuk tidak merintih karena
sakit ini. Tak lama setelah dia selesai, salep itu hampir habis. Jesse
menolongnya memasang plester luka. Setelah selesai, mereka
mencium luka itu dan mengatakan hal yang selalu mereka katakan.
"Semoga lekas sembuh."
Shane dan Drake memasuki ruangan. Shane menjinjing tas dari Wal-
Mart dan mengeluarkan sekotak obat-obatan. Mereka memberiku
sedosis besar Tylenol dan kemudian menyuapiku. Drake telah
mampir di McDonalds dan membelikanku paket chicken nugget.
Perutku berbunyi dan aku sadar aku belum makan sejak kemarin.
Ketika dia sudah duduk, aku pindah ke Shane. Yang harus aku
lakukan hanyalah mengambil bassnya. Dia mengencangkan
tangannya di sekitar bassnya dan bangun. "Aku sudah bangun,"
gerutunya.
"Drake." Aku mengambil botol Jack Daniel's dari tangannya dan
menutupnya kembali. Punggungnya telanjang dan tato Demon's
Wings sepanjang punggungnya itu menekuk saat aku
membangunkannya. "Ugh, kau benar-benar harus mandi." Aku
hampir muntah mencium bau minuman keras di napasnya saat dia
berbalik dan menarikku ke arahnya. "Bangun kau, Pemabuk."
"Aku baru saja tertidur beberapa jam lalu," dia mengambil kaus yang
aku berikan padanya dan memakainya. "Banyak hal yang aku
pikirkan. Lagu-agu yang ingin keluar tapi terkunci di otakku.
"Aku butuh kopi," Nik berdiri dengan aku masih dalam pelukannya.
"Em!"
"Kau baik- baik saja, Em?" tanyanya bahkan tidak pusing untuk
mengalihkan pandangannya saat aku memakai bra dan memasang
kaus Demon's Wings dari atas kepalaku. “Kau tidak pernah lewat
tertidur sebelumnya.”
Aku menarik celana dalam baru dan kemudian memasang celana jins
ketat. Sepatu bot selutut dengan hak 3 inci dan aku siap. Aku
mengikat rambut berantakanku menjadi ekor kuda. Tidak perlu
berdandan, lalu berputar dengan dia masih menatapku. "Aku baik-
baik saja, Jess." Aku memeluknya erat dan berjinjit untuk mencium
pipinya. "Tenang." Aku menarik satu tanganku ke atas dan
mengusap kepala botaknya. Dia ingin itu tetap licin. Itu sangat seksi
dan semua orang sangat ingin mengusap kepalanya. Tetapi dia hanya
menyukainya jika aku yang melakukannya.
Aku meliriknya melalui bahuku saat aku memencet tombol lift. "Dan
dimana tepatnya rumah itu? Kita telah tinggal di bus selama 6 tahun
ini."
Sejujurnya, aku tak tahu apa yang aku pikirkan. Aku akan mengikuti
kemanapun mereka pergi asalkan kami tetap bersama. Aku tidak
perduli. Tapi aku tidak menyangka mereka akan secepat ini menetap,
bahkan di saat kita telah lelah untuk pindah dari satu tempat ke
tempat lain. "Aku tak pernah memikirkannya," ucapku padanya.
"Well, kau harus memikirkannya. Kami ingin tahu dimana kau ingin
tinggal dan menetap. Kau tahu kemanapun kau pergi, kami akan
mengikutimu."
Bab 2
"Jadi yang mana malam ini? Pirang, coklat atau rambut merah?" aku
bertanya sambil menaikkan alisku dan senyuman tipis dibibirku.
"Aku tahu kau bisa. Karena itu aku sangat menyayangimu, Tuan
Putri. Kau membuat hidupku lebih mudah."
Dan bila pada Nik aku tidak lain hanyalah gadis kecil yang telah dia
rawat sepanjang 17 tahun masa hidupnya. Aku mengabaikan
perasaanku karena aku tahu bahwa bukan aku yang diinginkannya.
Kebahagiaannya lebih penting daripada kebahagianku.
Aku tahu bahwa aku takkan bisa menahannya secepat mungkin saat
aku turun dari tempat tidur. Perutku memberiku peringatan dua detik
sebelum aku mencoba untuk melompat dari tempat tidur. Aku
melakukannya di ujung tempat tidur sebelum aku membersihkan
semua sedikit makanan yang aku paksakan untuk ditelan sehari
sebelumnya. Baunya sangat tidak mengenakan daripada melihatnya.
Ketika akhirnya aku mandi aku merasa lebih baik setelahnya. Tetapi
aku terlambat sehingga tetap membiarkan rambutku basah dan
tergesa-gesa berpakaian sebelum membangunkan para priaku.
Dia mengerang saat berdiri. Pantatnya telanjang tapi tak ada satupun
dari kami perduli. Aku telah melihat setiap inci dari tubuh para
priaku. Tidak ada yang memalukan dari bagian tubuh kami.… Tidak
ada satupun yang mengedipkan mata ketika kami melihat satu sama
lain telanjang. Oke mungkin aku mengedipkan mata sekali atau dua
ketika aku melihat Nik telanjang, tapi aku tidak akan membiarkan
mereka tahu. "Kau tidak pernah sakit."
Aku mengangkat bahu. "Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu
dikhawatikan. Pergi mandi, oke?" Dia mengangguk dan aku berbalik
pergi. "Sikat gigimu." Aku mengingatkannya.
***
Dia seseorang yang ingin mengetahui apa yang juga ingin diketahui
semua fans Demon Wings. Bagaimana mereka bertemu? Apa makna
signifikan dari nama band? Apa yang mereka lakukan saat musim
panas? Kapan mereka akan membuat album baru?
Nada peringatan tegas dan jelas dari suara sang drumer dan
membuat wartawan itu segera kabur. Jesse bisa mejadi si ’kepala
panas’, mudah marah dalam satu waktu dan cepat melayangkan
sebuah tinju. Aku harus menjamin dia untuk keluar beberapa kali
dari penjara karena ia terlibat perkelahian.
Daguku bergetar. Aku lega mereka tidak berteriak, bahwa aku tidak
dikhianati Drake mengadukan keadaanku tadi pada yang lain dan
mereka tidak memaksaku untuk pergi ke dokter. Jadi kenapa tiba-
tiba aku terisak-isak?
***
Bab 4
Dan sesungguhnya aku lebih khawatir apa yang salah dengan diriku
daripada pergi ke dokter sekarang. Tetapi aku menundanya selama
mungkin.
Pada saat semua rincian telah selesai diurus hanya ada beberapa hari
yang tersisa hingga akhir tur. Satu pemberhentian, dua kali konser
lagi dan kemudian kami akan naik pesawat. Aku sangat
bersemangat. Kami tidak pernah liburan musim panas. Aku ingin
tidur selama tiga bulan! Memikirkan itu sendiri membuat aku
mendesah.
Dia duduk tepat disampingku jadi aku tidak punya waktu untuk
pindah ketika dia meraih dan menarikku di atas pangkuannya. "Ya,
Emmie. Kamu hanya tinggal tulang sekarang. Kamu tidak makan.
Dan aku mendengarmu pagi ini di kamar mandi. Kau tidur sepanjang
waktu, dan suasana hatimu sering berubah-ubah menjadi cerewet.
Ada yang salah."
"Aku tidak ingin pergi ke dokter." Oke, mungkin aku akan pergi.
Aku takut jika ada sesuatu yang salah denganku, seperti ulcer atau
sesuatu. Aku tidak pernah merasa begitu sakit dalam hidupku.
Membutuhkan semua tenaga yang aku miliki untuk tidak
memuntahkan lagi air yang aku telan akhir-akhir ini. Tetapi aku
masih takut dokter.
Bis masih tetap bergerak dan aku tahu aku harus tidur. Tidak akan
ada waktu untuk tidur ketika kami sampai di Galveston. Tidak aka
nada hal lain kecuali bergerak cepat ketika kami telah berhenti.
Perutku untungnya bekerjasama denganku dan aku tidak harus
berjuang dengan keinginan untuk muntah. Jadi aku masuk melewati
ruang tempat tidur, dimana ada dua set tempat tidur yang saling
berlawanan di tepi setiap dinding.
Bibir lembut yang hangat menyapu dahiku dan tangannya yang kuat
melingkar di sekitarku menarikku lebih dekat lagi ke dadanya. "Kau
tidak tahu betapa bahagianya aku karenamu saat ini." Gumamnya.
Tetapi aku sudah setengah tertidur, aman dalam pelukan pria yang
memiliki tubuh dan jiwaku.
***
Bab 5
Malam ini adalah konser terakhir. Aku sudah tidak sabar untuk
mengakhirinya. Aku merasa sangat sakit dan hari ini aku telah
menjadi jalang terbesar dengan perubahan suasana hati yang hampir
mendekati pengidap kepribadian ganda. Setelah melihat semua
gejalanya aku yakin bahwa aku mempunyai kanker otak. Hal itu
hanya menambahkan kecemasanku yang bergolak.
Aku berdiri dari jarak yang aman di atas panggung, menyiksa diri
dengan melihat para gadis melemparkan celana dan bra mereka ke
Nik. Dia menangani semua itu seperti biasanya, dengan senyuman
dan melihat dengan tatapan menggoda ke penonton. Aku hanya ingin
malam ini cepat berakhir!
"Dia hamil."
Mengatakan bahwa aku terkejut adalah sebuah pernyataan
meremehkan. Setelah kecelakaan dokter mengatakan bahwa Alexis
tidak akan pernah memiliki bayi. "Bagaimana itu mungkin terjadi?"
"Oke. Seperti yang dijanjikan lagu ini aku telah bekerja keras untuk
lagu ini selama beberapa minggu. Semoga kalian menyukainya."
Apakah hanya perasaanku atau dia terlihat sedikit gugup? Meskipun
pikiran itu gila. Nik telah menyanyikan lagunya sendiri sejak album
kedua Demon’s Wing saat dia telah menulis setiap lagu dan
mendapatkan platinum dalam waktu kurang dari seminggu.
Perusahan rekaman telah memberikannya kekuasaan penuh saat itu.
Tidak ada alasan baginya untuk gugup tentang lagu-lagunya
Nik sedang jatuh cinta? Aku tidak berpikir aku bisa mengatasinya.
Tidak. Tidak, aku tahu bahwa aku tidak bisa mengatasinya. Nik bisa
berbuat apa saja yang dia inginkan. Nik bisa melakukan semua
kencan satu malam, seks tanpa bermakna dengan siapapun. Aku bisa
menghadapi itu...Okey, jadi aku berusaha dengan sekuat tenaga
menahan diri untuk mencoba berurusan dengan itu.
Tetapi jika Nik sedang jatuh cinta itu akan menghancurkanku. Aku
tidak dapat menghadapi dia dengan seseorang pelacur sepanjang
waktu. Dan mengetahi bahwa hatinya milik pelacur itu?
"Aku hanya ingin berbaring." Bisikku." Aku tidak merasa baik akhir-
akhir ini."
Ban berdecit saat ia masuk ke lalu lintas. Bunyi klakson yang marah
di belakang kami, tapi aku tidak melihat ke belakang. Pada
kecepatan kami aku yakin bahwa dia akan dihentikan ke tepi oleh
polisi, tetapi dia tetap saja menabrak lampu tanda bahaya dan
melewati peliut peringatan polisi saat berkelok-kelok masuk dan
keluar dari lalu lintas. "Tunggu, Em." Gumamnya.
Aku tidak dapat menjawab. Dunia terasa kabur sekarang. Pada saat
dia membanting rem untuk berhenti di depan UGD aku hampir tidak
bisa berfungsi. Aku merasa dia mengangkatku keluar dari mobil,
tahu bahwa dia praktis berlari dengan aku dalam pelukannya. Aku
merasa dadanya bergemuruh ketika dia berteriak, tetapi tidak bisa
cukup fokus untuk memahami apa yang dia katakan.
***
"Tidak terlalu."
"Pacar?" Siapa pacarku? Apakah dokter ini gila? Jika para priaku
tahu bahwa aku mempunyai pacar mereka akan mengamuk. Seorang
pria harus memiliki lebih banyak keberanian daripada otak jika dia
berfikir ada anggota dari Demon’s Wings yang akan membiarkan
mereka dekat denganku. Kadang kau akan berfikir jika aku berumur
enam belas dan bukan dua puluh satu dengan cara perlakukan
mereka jika ada pria lain yang memandangku dua kali.
Aku tertawa kecut. "Kau seorang bintang rock Axton. Apa hal
pertama yang ingin kau lakukan ketika kau turun panggung, mabuk
dalam egomu sendiri?" Ekspresi di wajahnya menjelaskan padaku
itu adalah jawabannya. "Jangan khawatirkan itu. Mereka akan
kembali ke hotel dan menikmati malam gila mereka. Ketika mereka
bangun di siang hari dan bertanya-tanya mengapa aku tidak datang
untuk menyeret pantat mereka dari tempat tidur, mereka akan datang
mencariku."
Axton mendengus. "Jika anda tahu orang-orang yang harus dia urus
setiap hari Anda akan mengerti bahwa Anda mendapatkan versi yang
baik dari tukang perintah."
***
Bab 6
Axton masih mencoba untuk menelepon para priaku. Tapi sejauh ini
belum mampu menjangkau salah satu dari mereka. Seorang perawat
telah mengatakan kepadanya bahwa dia harus pergi ke luar untuk
menggunakan ponsel, dan aku belum melihat dia lagi lebih dari
sepuluh menit. Pantatku mati rasa sejak duduk terus selama satu jam
tanpa bergerak dan meskipun aku sangat ingin tidur, aku tidak bisa
membawa diriku cukup santai untuk melakukannya.
Dia mengangkat bahu. "Tidak ada yang tidak akan jelas dengan
sendirinya sampai pada waktunya." Dia tersenyum. "Tampaknya
bahwa Anda sedang hamil."
"Oke." Kata teknisi dengan senyum kecil. "Kita bisa melihat detak
jantung. Lengan, kaki. Tulang belakang terlihat baik "Dia memutar
sebuah nob dan suara berderap memenuhi ruangan. "Detak jantung
yang kuat…bagaimana menurut Anda dokter?"
"Bayi Anda ingin memastikan bahwa Anda tahu persis apa jenis
kelaminnya." Dokter menyenyuh layar dan saya melihat bahwa dua
kaki yang terbuka lebar. "Selamat. Anda memiliki seorang anak
perempuan."
"Yah Anda memang hamil, Em." Dokter, yang aku yakini telah
mengatakan kepadaku namanya, tapi aku telah lupa untuk
mengingatnya, memberiku tatapan bertanya. "Delapan belas minggu
dan tiga hari dari pengukuran. Itu menunjukkan tanggal kelahirannya
pada tanggal enam November." Dia menuliskan sesuatu di iPad dia
di tangannya.
"Apakah dia baik-baik saja?" Aku tidak bisa tidak berpikir tentang
bagaimana sakitnya aku selama satu bulan terakhir. "Apakah aku
menyakitinya?"
Aku mendengus. "Aku tidak senang tentang hal ini, dokter. Tapi..."
Aku menarik napas dalam-dalam. "Tapi bukannya aku tak bahagia
tentang hal itu. Jika itu masuk akal."
"Ini adalah kejutan karena aku telah melakukan hubungan seks total
hanya sekali dalam hidupku." Jawabku jujur. "Dan orang itu...Dia
bahkan tidak ingat hal itu terjadi. Ketika aku mengatakan kepadanya
bahwa aku hamil." Aku menutup mataku. "Dia akan menjadi gila."
"Apa yang salah dengan dia?" Nik berdiri di kaki tempat tidur,
perhatiannya pada dokter yang menatap mereka berempat dengan
mulut menganga terbuka. "Apakah dia akan baik-baik saja?"
"Dia datang menderita dehidrasi parah. Kami tidak tahu persis apa
yang sedang terjadi, tapi kami akan tetap mengawasinya semalaman
untuk observasi."
Dokter pergi, kesal dan menggerutu pelan. Tapi aku merasa dihargai.
Terutama ketika Drake dan Jesse dengan lembut meremasku diantara
kedua tubuh mereka dalam pelukan. "Aku sangat takut." Jesse
berbisik di rambutku. "Ya Tuhan, Em! Kamu seharusnya
mengunjungi dokter sebelum sekarang."
"Axton bilang kau tidak sadar ketika ia pertama kali kau di sini!
Emmie tidak sadarkan diri! Apakah kau tidak mengerti seberapa
serius ini? Tidakkah menyelinap dalam perhatianmu bahwa orang
terbunuh karena dehidrasi!" Dia berpaling dari kami dan benar-benar
meninju dinding.
Bab 7
Drake dan Shane sudah bangun ketika Nik kembali dengan kopi dan
minuman dingin untuk ku. Rasa lemon soda jeruk itu seperti surga
untuk indra pengecapku dan aku meneguk setengahnya sebelum
berhenti dan bersendawa. Para priaku menertawakanku karena aku
bisa bersendawa lebih baik dari mereka semua.
Aku memandang cepat pada Shane. "Mungkin kau harus pergi untuk
mendapatkan kopi lagi." usulku. Dia tidak harus di suruh dua kali.
Pria itu bisa melihat darahnya sendiri sepanjang hari, kecuali darah
orang lain dan dia cenderung takut.
Perawat itu tertawa sambil menarik manset dari lengan ku, menulis
beberapa hal di papan klip dan kemudian meraih lenganku yang
berinfus. Benda itu dibalut dengan baik dan ketat dan aku tidak bisa
menahan rengekkan selama perawat menarik perban lepas.
Kemudian ia menggerakkan pelan-pelan jarum dari lenganku dan
menambalku dengan perban kecil.
"Guys…"
Perawat itu hanya tertawa dan aku mengerang, tahu hal ini akan jadi
masalah besar. "Seorang bayi tidak benar-benar memenuhi syarat
sebagai penyakit yang serius, sayang."
"Apa…" Jesse.
"…Itu…" Drake.
"SIALAN!" Nik.
"Siapa?"
Mata dinginnya itu yang selalu bisa melihat kedalam relung jiwaku
sekarang terbakar. "Siapa, Emmie? Siapa ayahnya?" Dan dia
memandang lurus pada Jesse. "Atau apakah aku sudah tahu."
"Apa?" Aku tak percaya bahwa dia berpik itu Jesse…
"Apa maksudmu, Nik!" Jesse marah pada temannya. "Kau pikir aku
akan..? Apa kau sudah gila? Dia mungkin seksi, tapi aku tak pernah
menyentuhnya! Dia seperti saudara bagiku."
"Aku tak percaya padamu." Suara Nik sedingin es dan aku tahu saat
itu juga bahwa ia lebih dari marah. Nik hanya akan sangat dingin
ketika ia benar-benar marah. Aku tidak yakin bagaimana atau bahkan
kenapa dia sangat marah. Para pria lainnya marah, pasti. Tapi tidak
seperti Nik. "Aku melihat cara kau menatapnya. Aku lihat
bagaimana dia selalu menempel padamu."
"Lalu siapa, Em?" Dia melintasi ruangan dengan sangat cepat. Dia
menyandarkan tangannya di tempat tidur kedua sisiku dan
mendorong wajahnya sangat dekat bahkan aku bisa merasakan kopi
di napasnya. "Siapa yang menyentuh mu?!"
Aku tak bisa berkata-kata. Tak bisa membentuk kata-kata yang dia
inginkan untuk aku katakan. Bagaimana bisa aku mengatakan
padanya ketika dia berpikiran seperti itu? Kenapa dia menuduh
seperti itu? Laki-laki ini yang telah menyaksikan seluruh
kehidupanku, yang telah menyanyikan lagu tidurku, yang telah
mencintaiku seperti saudara, dan memperlakukanku seolah aku ini
istimewa... Dia terlihat seperti benci padaku sekarang dan aku tak
mengerti itu.
Drake mendorongnya kembali. "Hentikan, Nik. Tak bisakah kau
melihat bahwa dia takut padamu sekarang?"
"Bukan!"
"Siapa!"
Jesse memposisikan dirinya antara aku dan Nik, tapi dia memutar
kearahku dan menggenggam tanganku. "Katakan padanya, Em.
Katakan padanya supaya dia bisa tenang."
Aku menelan dengan kuat dan mengerjapkan air mataku, tapi itu tak
mampu untuk mencegahnya. "Nik…"
"SIAPA!"
"KAU!"
***
Bab 8
Aku tahu ini salah. Nik mabuk dan berpikir aku adalah salah satu
dari fansnya yang datang untuk bermain cinta dengannya. Tapi
begitu aku menyentuh benda hidup yang mana itu adalah
kejantanannya, aku tahu bahwa aku tidak perduli. Aku
menginginkannya, sungguh menginginkannya sejak lama. Dan aku
mencintainya dengan cara yang tak bisa dilakukan oleh orang lain.
"Perlahan, baby." Dia terkekeh geli dengan suara yang kaya akan
godaan yang begitu kusukai. "Aku takkan kemana-mana."
Pada saat aku telah bisa mengatur napas, Nik telah terlelap. Aku
benci meninggalkannya, tapi aku tahu aku tidak bisa tinggal
sehingga aku turun dari atas tubuhnya. Dia mengigau sesuatu hal
yang tidak bisa kupahami saat dia berguling menjauh dariku. Aku
cepat-cepat berpakaian dan pergi meninggalkannya.
Bab 9
Hatiku lebih hancur lagi karena aku tahu bahwa dia tak akan pernah
menjadi kekasihku jika dia tidak mabuk, jika ia tidak berpikir bahwa
aku adalah orang lain. Ya Tuhan, aku orang yang hina. Tidak lebih
baik dari seorang pemerkosa yang mengambil keuntungan dari
seorang gadis yang mabuk. Aku menerima dia untuk berkata 'tidak'.
Dan aku tahu bahwa Nik akan berteriak 'tidak' padaku kalau ia tahu
bahwa aku adalah gadis yang berhubungan seks dengannya malam
itu.
Sekarang ini Nik yang terkekeh dan aku ternganga, tidak dapat
memahami bagaimana ini menjadi sesuatu yang lucu. Ketika ia
melihat betapa kesalnya aku dia berhenti tertawa padaku dan
menggelengkan kepalanya. "Ayolah, Em. Tidak mungkin kau
mengambil keuntungan dariku. Dan ini bukanlah pemerkosaan
ketika itu hubungan suka sama suka, sayang."
"Kau tidak tahu itu aku. Kau berpikir bahwa aku adalah salah satu
dari fans pelacurmu." Air mata lebih banyak lagi mengalir di
wajahku.
Para pria yang lain membuat kebisingan dan Jesse memberi Nik
tatapan tajam. "Terlalu banyak info, bung. Terlalu banyak info. Kami
tak perlu tahu apa-apa tentang itu."
Kata-katanya membuat aku syok. Jauh di lubuk hatiku, aku merasa
dinding yang telah kubangun di sekeliling hatiku runtuh perlahan.
Nik tahu bahwa itu aku. Malam itu, malam indah itu yang telah
menghantuiku selama berbulan-bulan saat dia bercinta denganku—
bukan dengan salah satu pelacur yang tak terhitung jumlahnya! Aku
tidak bisa merangkai kata-kata, mulut dan pikiranku tak tahu
bagaimana untuk bekerja sama saat ini. Jadi aku hanya duduk di
sana di tempat tidur rumah sakit dan menatap dengan mata
terbelalak pada ayah dari anakku.
"Emmie..."
Nik memelototi wanita tua kecil itu dan aku tahu bahwa dia akan
mungkin menggeram pada wanita itu jadi aku meraih tangannya dan
sedikit meremasnya. "Tidak apa-apa. Aku akan keluar dalam
beberapa menit."
Nik dengan bahu tegang mengikuti Drake keluar pintu dengan Jesse
mengikuti tepat di belakangnya. Di pintu Jesse berhenti dan melirik
ke arahku. "Kami akan berada di luar. Oke?"
"Aku akan pergi untuk liburan hari ini. Aku berencana untuk tidak
melakukan apapun selain berbaring di pantai di bawah sinar
matahari yang hangat."
Aku terhuyung, menyadari bahwa aku tak tahu apa yang baik atau
tidak untuk bayiku. Air mata segar menusuk di mataku. Aku tak
ingin menyakiti bayi perempuanku dengan cara apapun, sama sekali.
Setelah masa kecil yang aku alami di mana ibuku bertindak kejam
padaku, aku bersumpah untuk memastikan bahwa anakku hanya tahu
cinta dan kasih sayang. Aku menarik keluar foto yang teknisi berikan
padaku malam sebelumnya dari saku celana jeansku di mana aku
menyembunyikannya sehingga para priaku tidak akan melihatnya
dan merapikan tepian foto itu.
"Ada situs web yang tak terhitung jumlahnya yang dapat kau
kunjungi untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan pada kehamilan pada setiap tahap." Perawat
menyarankannya saat dia membantuku duduk ke kursi roda. Entah
bagaimana dia berhasil menahan pintu terbuka dan mendorongku
keluar tanpa kesulitan apapun.
Semua orang diam saat lift turun ke bawah. Jesse berdiri sebelah
kiriku, jari-jarinya mengelus leherku untuk menenangkan sementara
Drake menyandarkan kepala di dinding lift dan menutup matanya.
Nik tampak asyik dengan gambar anaknya sambil terus menatap
pada foto itu. Ketika perawat mendorongku keluar Shane sudah
mendapatkan dua taksi yang menunggu kami. Dia menahan pintu
yang pertama terbuka untukku.
Seolah-olah aku orang cacat Nik melangkah maju saat aku mulai
berdiri dan mengangkatku, menempatkanku di taksi dengan lembut
sebelum meluncur di sampingku. Drake membuka pintu dan
meluncur di sisi lainku meninggalkan Shane dan Jesse untuk
mengambil taksi kedua.
Bab 10
Ini tidak mudah tapi entah bagaimana aku mendapatkan lima tiket
untuk kami semua dalam penerbangan ke Panama City malam itu.
Dari sana perjalanan ke rumah pantai kami memakan waktu satu
jam. Aku menyewa sebuah SUV besar yang bisa menampung kami
semua ditambah koper barang-barang kami kemudian mengatur agar
sisanya dikirim ke rumah. Drake mengemudi sementara Shane dan
Jesse naik di baris ketiga sehingga aku bisa berbaring di kursi
panjang di belakang.
Sudah larut malam dan aku lelah. Kami tidak banyak bepergian
menggunakan pesawat, kecuali para priaku harus berada di sebuah
acara penghargaan atau sesuatu seperti premier film yang hanya
melepaskan kami dari rangkaian tur kami untuk satu atau dua hari.
Aku benci terbang, aku selalu mengalami mual dan menghabiskan
sebagian besar waktu dengan kantong di tanganku atau di kamar
mandi. Itu tidak membuat morning sickness (mual karena hamil)
yang aku alami lebih baik dan pada saat kami telah mendarat para
pria mengancamku dengan mengunjungi rumah sakit lain. Tapi
ketika aku mampu menanggulangi rasa mualku dengan meminum
fizzy lemon lime soda mereka tidak mempermasalahkannya lagi.
Pada saat kami sampai di rumah pantai, yang secara teknis hanya
sebuah pondok besar, aku tertidur. Lengan yang kuat mengangkat
aku dan aku tidak repot-repot untuk membuka mataku saat kau
membungkuskan lenganku di leher Nik dan tertidur lagi.
"Pagi, Em." Shane datang melalui pintu geser yang mengarah luar.
Dia penuh keringat karena baru saja selesai berjalan di pantai.
"Bagaimana perasaanmu?" Dia bertanya sambil membuka lemari es
dan mengeluarkan sebotol air.
"Kita tidak punya bubur jagung." Ada getaran dalam suaraku dan
gilanya sebuah air mata lolos dari mata kiriku. Aku akan menangis
jika tidak mendapatkan bubur jagung? Apa-apaan ini!
Aku menggeleng. "Aku ingin bubur jagung." Bisikku. "Aku kira ini
semacam keinginan gila dalam kehamilan karena aku tidak berpikir
aku bisa makan apa pun. Aku ingin bacon dan bubur jagung
keju...Sama seperti yang dibuat oleh ibuku ketika dia benar-benar
sadar." Dadaku sakit hanya karena berpikir tentang ibuku,
menyebabkan rasa sakit yang mendalam menyeruak keluar dan aku
mulai tersedu-sedu.
"Jadi pergilah dapatkan dia bubur jagung terkutuk dan bacon itu,
Shane!" Teriak Jesse, putus asa. Dia mengangkatku dan kemudian
duduk dan menempatkanku di pangkuannya. Aku mendengar Shane
bergerak cepat kemudian membanting pintu belakang saat ia berlari
keluar.
Aku menggeleng. "Ini tidak akan sama. Ini tidak akan terasa sama.
Dia membuatnya begitu baik. Aku menyukai bubur jagung itu. Itu
adalah favoritku."
"Aku tidak tahu." Aku terisak lebih kencang. "Dia jahat dan aku
seharusnya tidak membiarkan dia masuk dalam pikiranku. Tapi...dia
adalah ibuku, Jesse." Hidungku berair. Dan tanpa berpikir aku
menyekanya di bahunya sambil dia terus menggoyangkan tubuhku
yang gemetar. "Yang bisa aku pikirkan adalah betapa aku ingin
semangkuk bacon dan bubur jagung dengan keju buatannya."
Aku tidak suka ini. Benci bahwa aku telah menghabiskan waktu
meski cuma sedetik menangisi si jalang yang jahat itu. Aku meringis
mengusap mataku dengan punggung tanganku dan menyadari bahwa
kemeja Jesse basah oleh air mata dan ingusku. "Oh. Maaf tentang
kemejamu."
"Em ingin bacon dan bubur jagung dengan keju." Kata Jesse sambil
membuka sebungkus bacon dan melemparkannya ke dalam panci di
atas kompor. "Jadi Em akan mendapatkan bacon dan bubur jagung
keju." Dia mengedipkan mata padaku saat ia mulai menempatkan
sisa belanjaan. "Seperti yang ibunya buat."
***
Bab 11
"Oh Tuhan, baunya enak disini." Dia mengambil bir dari kulkas dan
membuka tutupnya. "Angin laut sungguh membuat seorang pria
menjadi lapar.”
Liburan kali ini sungguh senilai dengan setiap sen uang yang aku
benci untuk dihabiskan.
***
Aku tidur lebih banyak dalam dua hari terakhir ini daripada minggu-
minggu sebelumnya. Aku tertidur di kursi panjangku setelah makan
siang kemarin. Kemudian pagi ini aku tidur hingga siang setelah
pergi tidur jam 8 malam tadi malam. Dan sekarang sudah hampir
jam 3 sore dan mataku sudah terasa berat lagi.
Tetesan air dingin menyentuh kulitku dan aku menjerit ketika aku
tersentak dari kursiku, kaget terbangun dari tidur indahku. Sambil
melotot pada Nik, aku mendorong kacamataku dari wajahku ke
rambutku. "Brengsek kau!"
Dia tertawa kecil dengan suara khasnya yang dalam dan seksi lalu
menjatuhkan diri di samping kursiku. Celana renang basahnya
menekan paha hangatku yang telanjang dan aku memukul perutnya.
"Aku tak perduli." Dan memang aku tidak perduli. Sepanjang aku
bersama orang-orang yang kucintai, aku yakin aku bisa tinggal
walau itu di kotak kardus.
"Tentu aku bisa. Kau tidak bisa ikut tur dengan kami selama hamil,
Em. Dan aku tidak ingin meninggalkanmu seperti itu di rumah. Rich
akan bisa mengatasinya." Dia membuatnya terdengar seperti masuk
akal, tapi itu hanya makin membuatku merasa bersalah. Dia
membatalkan sesuatu yang besar, hanya untukku. Aku tak bisa
membiarkannya berkorban sebesar itu.
"Nik..."
Aku rasa aku jatuh cinta sekali lagi padanya saat ini. Aku tak bisa
menahan senyum yang mengembang di wajahku saat aku kembali
bersandar di otot dadanya yang keras. "Terserah apa katamu, Nik."
Bab 12
Aku punya celana jins, dan baju, dan pakaian dalam. Tapi aku tidak
punya apa-apa yang dianggap seksi, atau pantas untuk dipakai
berkencan. Celana jinsku mahal tapi sudah usang, dengan robekan
yang tak seharusnya ada disana, dan berjumbai karena sering di cuci.
Semua bajuku adalah baju kaus T-shirt dan sembilan dari sepuluh
dari baju-baju itu memilki logo Demon’s Wings. Bra dan celana
pendekku adalah katun dan merupakan hal yang paling tidak seksi
yang pernah aku lihat.
Isakan lain lolos dari mulutku. "Aku tidak punya apa-apa untuk di
pakai."
Alisan menaik dengan cara yang begitu manis yang sangat aku sukai
dan dia melangkah masuk sepenuhnya ke dalam kamar. "Kamarmu
memberi kesan dengan berbeda, baby. Ada apa?"
"Semua yang aku miliki adalah jins bodoh dan semua bajuku
memiliki logo Demon’s Wings. Aku tak memiliki satupun gaun yang
mengagumkan! Bahkan satu rok pun aku tak punya. Semua celana
dalamku terbuat dari katun dan braku terlihat membosankan." Aku
mengambil gulingku dan memeluknya di dadaku.
"Ya." Karena aku masih merasa tidak seksi meskipun dia berkata
begitu. Lidahku menjilati bibir keringku. "Tapi...besok."
"Besok?" Suaranya merendah, menjadi desahan seduktif yang aku
ingat dari malam kami bersama. "Jadi kencan kita batal?"
"Jika aku katakan ini adalah malam terbaik yang pernah aku rasakan
akankah kau percaya padaku?"
Aku merasakan senyumannya pada bahuku. "Ya, karena ini juga satu
dari malam terbaik yang pernah kurasakan juga."
Dia menyeringai. "Coba aku pikir dulu... seminggu yang lalu ketika
kau merayap disampingku dalam bus. Ketika kau tidak bisa tidur
tahun lalu dan menghabiskan malam di kamarku di hotel mengobrol
denganku sampai aku tertidur..." dia mengangkat bahu. "Semua itu
kelihatannya melibatkanmu tidur di lenganku."
Oke, jadi aku dengan jelas lebih bahagia dengan jawaban itu. Tidak
banyak wanita yang bisa, terutama ketika seorang seseksi seperti
Nikolas Armstrong mengatakan semua itu padanya! "Aku tidak tahu
kenapa aku mempertahankanmu kadang-kadang Tuan."
Dia mengerjapkan bulu mata tebal itu padaku dan aku terpaku
sejenak oleh keindahan mendalamnya ketika menggantung di mata
biru esnya. Tuhan, aku akan membunuh untuk bulu mata seperti itu!
Berwarna lebih gelap dari pada rambutnya, bulu matanya
menakjubkan. Ini tidak adil bahwa matanya sangat menawan.
Karena saran agar bangun dan makan darinya, perutku berbunyi. Nik
menyeringai padaku.
Bab 13
Semua yang aku inginkan adalah untuk merasa cantik, seksi. Tetapi
aku tidak ingin menghilangkan jati diriku. Aku tidak ingin gaun
desainer. Aku mungkin akan muntah jika aku menghabiskan lebih
dari seratus dollar untuk pakaian. Jadi aku berakhir di mall.
Di sebuah mall pada hari Rabu di kota turis? Yeah, ini adalah ide
yang bagus. Tidak!
Aku tahu saat itu juga bahwa aku tidak akan berbelanja apapun hari
itu. Sepertinya begitu Meg menyebutkan nama Nik dengan lantang
seketika itu pula Nik dikelilingi oleh gadis-gadis yang terengah-
engah. Salah satu dari mereka benar-benar mendorongku keluar dari
jalannya sehingga dia bisa lebih dekat pada Nik. Berpasang tangan
berada di seluruh tubuhnya, ingin memiliki kenangan menyentuh
rocker yang mungkin menatap dalam mimpi basah mereka.
"Maka kau memiliki selera yang sangat bagus dalam musik. Tapi
aku butuh sesuatu yang menjeritkan kata seksi, bukan gadis rocker di
pintu sebelah." Dia mulai mengambil pakaianku dan aku berpaling
untuk melihat rak perhiasan dibelakangku. Ada benda-benda kecil,
beberapa dari mereka paling mahal hanya dua puluh dollar. Tetapi
mereka sangat indah. Iblis seksi dengan sayap dan tanduk perak
bernoda menggantung dari mencuri perhatianku dan aku
melemparkan itu ke atas meja dengan barangku yang lainnnya.
Bagian samping dengan cincin pusar yang berikutnya dan aku
menemukan beberapa yang aku suka. Beberapa anting hidung dan
aku selesai.
Ada delapan kantong penuh saat gadis itu telah selesai memindai
barang-barangku ke dalam komputer. Aku menyerahkan kartu kredit
dan melihat mata gadis melotot saat dia melihat nama di kartu kredit.
"Nikolas Amstrong?" Dia tergagap dan melihatku lebih dekat. "Itu
kau. Aku berpikir kau terlihat familiar. Kau adalah Ember Jameson!"
Ada keributan di luar toko dan aku berbalik untuk menemukan tiga
penjaga berdiri di luar dengan wajah Nik pucat dan panik. Aku
melirik teleponku dan melihat bahwa aku telah di toko selama lebih
dari satu jam. Sial! "Nik!" Aku memanggilnya saat dia melewati
toko.
Sebagian besar amarahku pudar saat aku berbelanja, jadi aku berdiri
dan memberinya kecupan di pipi. "Aku pikir kau sedang bersenang-
senang dengan klub penggemarmu jadi kau tidak akan
merindukanku."
Aku menarik keluar salah satu dari atasan yang baru saja aku beli,
yang abu-abu, dan meraih spidol di atas meja samping komputer.
Aku menuliskan namaku di belakang dan kemudian menyerahkan
spidol ke Nik tanpa melihatnya. "Tuliskan alamatmu untukku dan
aku akan mengirimkanmu poster yang paling kamu suka dengan
tanda tanda tangan semua personel di atasnya."
Bab 14
Jadi aku mengunci pintuku ketika aku pergi ke tempat tidur malam
itu dan tidak bergerak ketika aku mendengar ketukan Nik. "Em,
jangan lakukan ini." Dia memanggil, tapi aku baru saja menempati
tempat tidurku.
Pagi ini aku sudah mandi dan berpakaian, tapi aku belum siap untuk
turun dan bersikap baik kepada semua orang. Jadi aku duduk di
tempat tidurku dengan rambutku masih basah dan laptopku terbuka.
Ada beberapa email yang aku harus tangani dari Rich. Dia tidak
senang para priaku tidak akan mengikuti tur pada bulan September
dan aku tidak terkejut. Aku tidak tahu seberapa banyak Nik berbicara
kepada manajernya, tapi aku sadar bahwa bajingan itu menyalahkan
aku.
Dia mengikuti aku keluar pintu. "Dimana Nik? Tidakkah kau pikir
dia harus pergi denganmu? "Aku mengangkat bahu. "Dia tidak ada
di kamarnya dan aku tidak punya waktu untuk khawatir tentang hal
itu." Aku naik ke kursi pengemudi dan mulai mengetuk alamat
kompleks medis ke dalam GPS.
Stafnya ramah dan profesional. Aku harus mengisi formulir yang tak
terhitung jumlahnya ketika aku tiba. Asuransi, keluarga dan riwayat
kesehatan pribadi. Ada sebuah halaman seluruhnya tentang periode
haidku. Kapan periode pertamaku? Berapa hari lamanya periode
terakhirku? Seberapa sering siklusku? Di bagian belakang ada lebih
banyak pertanyaan pribadi. Berapa banyak pasangan seksual yang
Anda miliki? Apakah Anda pernah/sedang menderita STD (Sexual
Transmitted Disease = PMS, Penyakit Menular Seksual)?
"Aku sembilan belas minggu dan bayi ini perempuan." Aku tidak
yakin apa yang dokter inginkan, tapi itu semua yang aku benar-benar
tahu tentang kehamilanku.
"Dan kau baru-baru ini mengetahuinya?" Aku mengangguk. "Oke.
Nah, biarkan aku memberitahu Anda tentang beberapa hal yang
perlu kita lakukan. Kita harus melakukan beberapa cek darah dan
aku perlu melakukan Pap smear. Ini semua adalah tes rutin untuk
memastikan bahwa Anda dan bayi Anda sehat. Karena Anda sudah
begitu jauh dalam kehamilan Anda, aku ingin melakukan USG lain
untuk mendapatkan beberapa pengukuran dan untuk
mengkonfirmasi tanggal kelahirannya. "
"Oke."
Aku duduk dengan nyaman dan dokter menarik baju kausku ke atas.
Sedikit gel kecil di ujung perangkat dan dia mendorong itu pada
perut bawahku. Dia menggerakkan alat itu beberapa kali dan
kemudian ruangan itu dipenuhi dengan suara yang tidak salah lagi
adalah detak jantung bayiku.
Aku senang untuk penundaan USG. Aku ingin Nik denganku untuk
melakukannya. Dia adalah sang ayah, orang yang aku cintai. Dia
harus denganku untuk melihat sesuatu yang ajaib itu. Kenangan
pertamaku saat USG telah membuatku jatuh cinta dengan makhluk
yang aku tidak tahu ada. Aku yakin bahwa pengalaman itu akan
meninggalkan kesan baginya.
Aku senang akan pulang rumah. Aku tidak sabar untuk berbicara
dengan Nik tentang pergi ke dokter denganku esok hari. Rasa
antusias melihat anak kami ketika bergerak dalam diriku akan
menjadi sesuatu yang akan menjadi salah satu momen terbesar
dalam hidupnya. Aku yakin akan hal itu.
***
Kegembiraanku menguap.
Saat aku mendekati pintu Prancis yang mengarah luar ke pantai
hatiku retak terbuka. Nik memiliki dua dari lima gadis melilit
dirinya. Dia tertawa dan menggelengkan kepalanya pada sesuatu
yang Shane katakan. Buah dada yang ukurannya tiga kali lebih besar
dari punyaku mengusap dada Nik karena terguncang oleh tawa.
"Aku tidak ingin apapun dari Nik!" Aku meyakinkannya saat aku
menaiki tangga.
***
Bab 15
Semenjak aku berumur lima tahun para priaku sudah ada di dalam
hidupku. Ketika aku pergi untuk hidup dengan mereka saat berumur
lima belas tahun aku tahu bahwa akhirnya aku pulang kerumahku
sebenarnya. Mereka pelabuhan amanku. Aku selalu berpikir bahwa
selama aku memiliki empat pria itu denganku, aku tak akan pernah
khawatir tentang apapun lagi. Namun sekarang aku merenungkan
untuk meninggalkan mereka! Itu adalah pikiran paling menakutkan
yang pernah masuk kedalam otakku.
Sebut aku pengecut. Aku tak peduli. Tapi aku tidak akan bertahan
dan diperlakukan lebih dari apa yang aku saksikan ketika aku pulang
dari dokter. Aku tidak cukup stabil secara emosional untuk
menyembunyikan perasaanku ke lelaki bodoh itu dan aku tidak jadi
bodoh jika aku membiarkannya memilki jenis kekuatan itu atas
emosiku segera setelah ia menyadari bahwa aku jatuh cinta padanya.
Hanya tinggal tas besarku yang tertinggal. Aku dalam keadaan kalut
utuk pergi. Pengemudi baru saja mengangkat itu bersamaan dengan
pintu depan terbuka dan Nik datang berlari. "Em!’
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Otakku berteriak padaku
untuk masuk kedalam taksi dan pergi. Ini bukan kehidupan yang
ingin aku berikan pada anakku.
"Kemana kau akan pergi, Em?" dia berbisik dengan suara serak.
Aku mengangkat bahu. "Di suatu tempat disana tidak ada fans
fanatik dan pelacur di semua tempat aku berjalan."
"Oh baby, aku sungguh minta maaf. Aku tak tahu." Dia menangkup
wajahku. "mereka tak berarti untukku, Em. Aku bersumpah. Mereka
hanya sesuatu yang mengalihkanku dari melakukan apa yang
seharusnya tidak aku lakukan. Ketika kau datang untuk hidup
bersama kami, aku telah menginginkanmu. Aku pikir aku berubah
menjadi seorang pedofil yang gila dan aku benci diriku sendiri."
"Aku pikir kau tidak tahu itu adalah aku. Aku membenci diriku
sendiri karena mengambil keuntungan darimu seperti itu. Tapi aku
hidup oleh kenangan itu." Aku menjalinkan jari-jari ku di rambut
tebalnya. "Malam itu lebih daripada apa yang pernah aku harapkan."
Dan malam ini...malam ini dia membuat semua mimpiku menjadi
kenyataan.
"Aku tak bisa menangani semua gadis itu bergelayut padamu, Nik.
Aku sangat mencintaimu dan aku pikir..." air mata menyumbat
tenggorokanku dan aku tak bisa berbicara.
Dia menciumku lagi. "hanya satu cara untuk melihat bagaimana kau
cemburu, cintaku. Tak lebih. Segera setelah aku melihatmu menjauh
dari pintu aku melepaskan mereka dan mendorong mereka ke Jesse
segera setelah dia keluar. Aku tidak bertahan setelah itu. Aku
menghabiskan sisa malam menonton Sport Center dan meminum bir
di ruang tamu sementara aku merencanakan langkah berikutnya
untuk membuatmu melihat bahwa aku jatuh cinta padamu."
Cintanya!
"Em, kau tidak akan pergi meninggalkan aku, bukan?" Dia berbisik
di bibirku. Dia terasa begitu nikmat aku mengerang.
"Sungguh luar biasa bisa tampil disini untuk kalian, New York!"
"Kalian tahu bahwa kami mencintai kalian semua dan tidak bisa
melakukan ini tanpa kalian." Itu adalah cara Nik setiap mengakhiri
konser. Menunjukkan penghargaan dan memastikan bahwa seluruh
anggota band mendapat sorotan.
Sebelum kau panik dan berpikir bahwa aku membawa balitaku pada
sebuah pertunjukkan rock, tenanglah. Kami baru saja meninggalkan
bus pribadi kami – bis yang telah di rancang untuk perjalanan sebuah
keluarga dengan seorang bayi – sesaat yang lalu setelah Mia bangun
dari tidur siangnya. Namun Mia selalu ingin melihat akhir
pertunjukan ayahnya. Untuk mengatakan bahwa dia adalah gadis
ayahnya merupakan pernyataan yang terlalu sepele.