by
Raine Miller
Sinopsis:
Ethan Blackstone sedang dalam masalah. Dia melanggar kepercayaan yang diberikan Brynne, oleh
sebab itu dia ditinggal pergi olehnya. Tapi Ethan tidak menyerah, ia bertekad untuk mendapatkan gadis
itu kembali. Gairah mereka sangat eksplosif, tapi rahasia mereka bahkan lebih gelap dan lebih
menakutkan.
Kisah ini diceritakan sepenuhnya dari sudut pandang Ethan. Dia kehilangan akalnya karena amarah,
sedih dan sesal. Dia seorang pria patah hati pada awalnya. Sebagian besar novel ini terfokus pada
perkembangan hubungan mereka yang diceritakan dari sudut pandang seorang pria posesif dan
protektif.
Sangat menarik untuk masuk ke dalam kepala seorang alpha male, untuk melihat apa yang
membuatnya tergerak dan apa yang memotivasi dirinya. Ethan adalah seorang pria terobsesi, setiap
menit berisi oleh bayangan Brynne dan ketakutannya akan keselamatannya.
Dengan ancaman politik tertuju pada Brynne, Ethan tak punya pilihan selain berjuang demi Brynne,
mendapatkan kembali cintanya, dan melindunginya dari bahaya yang sangat mungkin membawa
Brynne pergi dari dirinya untuk selamanya. Dia bersedia mempertaruhkan segalanya untuk
mendapatkan Brynne dan membuat dia aman. Dia akan berjuang demi Brynne habis-habisan...
Genre: Novel, Erotika, Roman
Copyright 2012 by Raine Miller
Prolog
Juni 2012
London
Aku meninggalkan Ethan, di lift dia memohon padaku untuk tidak
pergi. Ini adalah hal paling sulit yang harus kulakukan setelah sekian
lama. Tapi meninggalkan dia memang harus aku lakukan. Aku sudah
membuka hatiku untuk Ethan dan mengetahui hal itu sangat
mengejutkan. Aku sudah mendengarnya ketika dia bilang dia
mencintaiku dan aku juga mendengarnya ketika ia mengatakan ia
hanya berusaha untuk melindungi aku dari masa laluku. Aku
mendengarnya dengan keras dan jelas. Tapi itu tidak mengubah fakta
bahwa aku perlu untuk menjauh darinya.
Yang dapat aku bayangkan adalah pemikiran yang menakutkan
terjadi berulang-ulang.
Ethan sudah tahu.
Tapi segala sesuatu tidak selalu apa yang mereka bayangkan. Kesan
yang dibuat tidak bisa mengungkap secara keseluruhan. Pemikiran
yang terbentuk berdasarkan emosi dan bukan pada peristiwa yang
berdasarkan kenyataan. Seperti itulah yang terjadi antara Ethan
dengan aku. Tentu saja aku baru mengetahui ini sekarang, dan pada
suatu saat, ketika aku bisa melewati peristiwa yang telah
membentukku, aku bisa melihat hal seperti ini dari sudut pandang
yang sedikit berbeda.
Dengan Ethan semuanya begitu cepat, intens...membakar. Dari awal,
dia mengatakan padaku tentang banyak hal. Dia mengatakan padaku
bahwa dia menginginkanku. Dan ya, ia bahkan mengatakan ia
mencintaiku. Ia tidak punya masalah untuk mengatakan padaku
tentang apa yang ia inginkan denganku, atau bagaimana perasaannya
terhadapku. Dan maksudku bukan hanya tentang seks. Seks adalah
yang besar dari hubungan kami, tapi itu bukanlah segalanya saat
bersama Ethan. Dia bisa berbagi perasaannya dengan mudah. Ini
adalah caranyabelum tentu denganku.
Aku merasa seperti Ethan terkadang ingin menghabiskan waktu
denganku. Dia seolah menguasaiku sejak pertama kalinya dan yang
pasti seperti seorang kekasih yang selalu minta perhatian, tapi satu
hal yang pasti, aku menginginkan semua yang pernah ia berikan
padaku.
Bab 1
Tanganku berdenyut bersamaan dengan detak jantungku. Semuanya
mejaku.
Sialan! Teringat di mana aku berada ketika pesan dari ayahnya
masuk ke teleponku. Sedang terkubur di dalam dirinya. Terasa
menyakitkan untuk meraba sesuatu yang terakhir menyentuh
kulitnya. Aku mengusap kain itu dan menaruhnya ke dalam sakuku.
Shower seperti memanggil-manggil namaku.
Aku berjalan melalui pintu belakang menuju kamar suite dengan
satu tempat tidur, satu bak mandi, TV dan dapur kecilsemuanya
merek papan atas. Tempat tidur untuk bujangan yang sempurna
sebagai pria profesional yang sibuk bekerja sampai lembur hingga
percuma saja untuk pulang ke rumah.
Atau lebih tepatnya seperti tempat untuk berhubungan seks. Ini
adalah tempat di mana aku mengajak wanita jika aku menginginkan
seks dengan mereka. Setelah jam kerja, tentu saja, dan mereka tidak
pernah tinggal sepanjang malam. "teman kencan"ku segera keluar
jauh sebelum fajar. Semua ini terjadi sebelum aku bertemu Brynne.
Aku tak pernah ingin mengajaknya ke sini. Dia berbeda sejak awal.
Spesial. Gadis cantik Amerika-ku.
Brynne bahkan tak tahu tentang suite ini. Dia akan menemukan
jawabannya dalam dua detik tentang tempat ini dan akan
membenciku karena mengajaknya masuk ke suite ini. Aku mengusap
dadaku dan mencoba untuk mengabaikan rasa sakit yang membakar
ini. Aku menyalakan shower dan menanggalkan pakaian.
Saat air panas mengucur di atasku, aku sedang bersandar di dinding
keramik dan menyiram persis di mana aku berada. Kau tidak
bersamanya! Kau mengacaukan segalanya, dan dia tidak
menginginkanmu sekarang.
Bab 2
Hari kedua dari pengasinganku dari Brynne dan ini meyebalkan.
Aku bergerak kemana-kemana dan melakukan banyak hal tapi tidak
terasa benar. Berapa lama aku bisa seperti ini? Haruskah aku
meneleponnya? Jika aku berpikir tentang situasiku terlalu banyak,
ketakutan mulai menyelinap masuk jadi aku meninggalkan pikiran
itu. Aku meninggalkan dia sendirian. Ruang kosong dalam diriku
mendorong untuk melakukan tindakan tapi aku tahu itu terlalu cepat
untuk mencoba mencari dia. Dia butuh sementara waktu dan aku
telah membuat kesalahan ini sebelumnya. Menekan terlalu cepat dan
terlalu keras padanya. Dan menjadi seorang bajingan egois
seutuhnya.
Aku parkir di jalan samping rumah di mana aku dibesarkan. Rumput
sangat rapi, gerbang lurus dan semak-semak selalu dipotong rapi.
Dad tidak akan pernah pergi dari sini. Bukan rumah di mana ia
berada dengan ibuku. Ayahku memberi makna baru tentang istilah
'orang tua keras kepala' dan ini adalah di mana ia akan mati suatu
hari nanti.
Aku mengambil bir dingin dari kursi dan masuk melalui pintu
gerbang. Seekor kucing hitam berlari di depanku dan menunggu. Dia
bukan anak kucing dan bukan juga kucing dewasa. Seekor kucing
remaja kukira. Dia duduk tepat di depan pintu dan berbalik dan
menatapku. Mata hijau terang berkedip seolah-olah mengatakan
padaku untuk buru-buru membukakan pintu dan membiarkan dia
masuk ke rumah. Kapan sih Ayah mendapat seekor kucing?
Aku membunyikan bel dan kemudian membuka pintu dan
menjulurkan kepalaku masuk. "Ayah?" Si kucing melesat ke dalam
rumah lebih cepat dari kecepatan cahaya dan semua yang bisa
kulakukan hanya menatap. "Kau punya kucing sekarang?" Seruku
dan pergi ke dapur. Aku meletakkan bir di lemari es dan
menjatuhkan diri di sofa.
Menunjuk remote control ke depan, aku menyalakan televisi.
Kejuaraan Eropa. Sungguh sempurna. Aku bisa fokus pada sepak
bola selama beberapa jam, mudah-mudahan minum empat dari enam
bir dan melupakan gadisku untuk sementara waktu. Dan menangis
pada ayahku.
Aku menyandarkan kepala ke belakang dan memejamkan mata.
Sesuatu yang berbulu dan lembut naik ke pangkuanku. Kucing itu
kembali.
"Ahh, bagus kau berada di sini, dan aku melihat kau sudah bertemu
Soot." Ayahku berjalan di belakangku.
"Kenapa kau mendapat kucing?" Aku tidak bisa menunggu untuk
mendengar jawaban ini. Kami tidak pernah memiliki kucing saat
tumbuh besar.
Ayahku mendengus dan duduk di kursinya. "Aku tidak
mendapatkannya. Kau bisa mengatakan bahwa dia yang
mendapatkanku."
"Aku bisa membayangkan." Aku membelai tanganku ke bawah
tubuh ramping Soot. "Dia masuk begitu saja ke dalam rumah ketika
aku membuka pintu depan seperti dia pemilik tempat ini."
"Tetanggaku memintaku untuk memberinya makan sementara ia
pergi untuk merawat ibunya yang sakit parah. Dia harus pindah ke
rumah ibunya dan aku mendapatkannya secara otomatis. Kami
saling memiliki pemahaman kurasa."
"Kau dan si tetangga, atau kau dan si kucing?"
Ayahku menatapku tajam, matanya menyipit. Jonathan Blackstone
secara alami sangat perseptif. Selalu. Aku tak pernah bisa
menyembunyikan apapun darinya. Dia selalu tahu kalau aku pulang
mabuk dan ketika aku mulai merokok, atau jika aku kesulitan saat
masih remaja. Aku kira dia selalu seperti itu karena ia adalah orang
tua tunggal untuk sebagian besar hidup kami. Kakak perempuanku
Hannah dan aku tidak pernah diabaikan meskipun kami kehilangan
ibu. Indranya lebih tajam dan ia bisa mengendus masalah seperti
anjing pelacak. Dia melakukannya sekarang.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?"
Terjadi pada Brynne.
"Itu terlihat, ya?" Kucing mulai mendengkur di pangkuanku.
"Aku tahu anakku sendiri dan aku tahu ketika sesuatu yang aneh
terjadi padamu." Ayahku meninggalkan ruangan selama satu menit.
Ia kembali dengan dua bir dan memberiku satu. "Bir Meksiko?" Dia
"Tapi kau tidak pernah..." Nada suara Ayahku melemah dan terlihat
agak sedih di matanya. Setelah selesai sekolah aku dikirim ke kamp
militer dan meninggalkan rumah. Dan hampir tidak pernah
kembali...
Ayah menepuk lututku dan meneguk birnya.
"Aku tidak pernah menginginkan orang lain seperti aku
menginginkannya." Aku menutup mulutku dan mulai sungguhsungguh minum bir. Seseorang mencetak gol dalam permainan dan
aku memaksakan diri untuk menonton dan membelai si kucing.
Ayah menunggu dengan sabar sementara waktu tapi dia punya
pertanyaan akhirnya. "Apa yang kau lakukan yang membuatnya
meninggalkanmu?"
Rasanya sakit hanya mendengar pertanyaan itu. "Aku berbohong. Itu
adalah kebohongan karena tidak mengatakan semuanya tapi tetap
saja aku tidak menceritakan kebenaran dan dia tahu." Aku
memindahkan kucing dari pangkuanku dengan hati-hati dan pergi ke
dapur untuk mngambil bir lain. Aku malah membawa kembali dua
botol.
"Kenapa kau berbohong padanya, Nak?"
Aku bertemu mata gelap ayahku dan berbicara sesuatu yang aku
tidak pernah katakan sebelumnya. Belum pernah sebenar ini
sebelumnya. "Karena aku mencintainya. Aku mencintainya dan tidak
ingin menyakitinya dengan membawa sebuah memori yang
menyakitkan dari masa lalu."
"Jadi kau sudah jatuh cinta." Dia mengangguk kepalanya mengerti
Aku tahu Brynne menyukai Keats. Aku menemukan buku itu di sofa
di mana dia jelas pernah membacanya dan bertanya padanya tentang
hal itu. Brynne mengakui kecintaannya pada Keats dan ingin tahu
mengapa aku bahkan memiliki buku itu di rumahku. Aku
mengatakan padanya bahwa ayahku selalu memberiku buku-buku
yang orang-orang tidak sengaja tertinggal di taksinya. Dia benci
untuk melemparkan mereka keluar sehingga ia akan membawa
mereka pulang setiap kali ia memperoleh sesuatu yang layak. Ketika
aku membeli apartemenku, dia menyeret beberapa kotak buku-buku
untuk mengisi rak-rak dan itu pasti tersimpan di garasinya. Aku jujur
bilang padanya bahwa aku tidak pernah membaca Keats.
Aku sedang membacanya sekarang.
Aku menemukan bahwa Keats memiliki cara sendiri dengan katakata. Bagi seorang pria yang meninggal di usia hanya dua puluh
lima, ia bisa mengekspresikan diri dalam surat-surat kepada
pacarnya ketika mereka terpisah. Dan aku bisa merasakan rasa
sakitnya seperti itu rasa sakitku sendiri. Itu memang rasa sakitku
sendiri.
Aku memutuskan untuk menulis sepucuk surat dengan
menggunakan pena dan kertas. Aku menemukan beberapa kapas
yang bagus di stasioner di kantorku dan membawa buku itu
denganku. Simba mengibaskan siripnya di akuarium ketika aku
berjalan, selalu mengharapkan diberi makanan. Aku sayang pada
hewan yang mengemis jadi aku menjatuhkan krill beku dan
menyaksikan dia melahap itu.
"Dia mencintaimu, Simba. Mungkin jika aku katakan padanya
bahwa kau merindukannya dan mau diberi makan olehnya dia akan
datang kembali." Jadi aku bicara dengan ikan sekarang. Bagaimana
menakut-nakutimu.
Ini membuatku ketakutan juga memikirkan orang ingin
menargetkanmu kesakitan, emosional atau sebaliknya. Aku tahu kau
bilang aku dipecat, tapi jika terjadi sesuatu atau seseorang
menakutimu, aku ingin kau meneleponku dan aku akan datang
kepadamu dalam sekejap. Aku serius tentang hal ini. Hubungi aku.
Kau adalah seseorang yang sangat spesial, Brynne. Aku merasakan
hal-hal denganmuemosi dan ide-ide dan impian, sebuah
pemahaman yang mendalam yang membawaku ke tempat yang aku
tak pernah berpikir aku akan menemukannya dengan orang lain.
Tapi aku punya setan juga. Aku takut menghadapi mereka tanpamu.
Aku tak tahu apa yang aku lakukan sepanjang waktu tapi aku tahu
bagaimana perasaanku padamu. Dan bahkan jika kau membenciku
untuk apa yang aku telah lakukan, aku masih akan mencintaimu.
Jika kau tidak mau melihatku, aku masih akan mencintaimu. Aku
masih akan mencintaimu karena kau adalah milikku. Milikku,
Brynne. Dalam hatiku kau milikku, dan tak seorang pun yang bisa
mengambilnya dariku. Bahkan kau sendiri.
E
***
Seminggu berlalu sebelum aku mengirimkan Brynne suratku.
Minggu terlama dalam hidupku.
Tidak sepenuhnya benar, tapi aku merokok Djarum cukup banyak
yang bisa membuatku bangkrut atau memberiku kanker. Aku
memesan ke toko bunga, bunga ungu dan memasukkan suratnya.
Saat itu hari Minggu sore ketika aku memerintahkan mereka dan
florist mengatakan padaku mereka akan menyampaikannya pada hari
Bab 3
Mereka membuatmu percaya akan sesuatu yang tidak benar. Mereka
mengatakan padamu berkali-kali, kau menerima apa yang mereka
katakan padamu adalah kebenaran dan bukanlah suatu kebohongan.
Kamu menderita karenanya, seperti itulah kenyataannya. Siksaan
yang paling efektif bukan secara fisiktapi tentu saja secara mental.
Pikiran dapat membayangkan teror jauh lebih mengerikan dibanding
yang pernah bisa kau tanggung secara fisik, seperti halnya dengan
pikiran yang akan mengabaikan rasa sakit secara fisik ketika rasa
sakitnya melebihi apa yang tubuhmu dapat menanggungnya.
Saraf-saraf dipunggungku berteriak seperti cairan asam yang
dituangkan diatas daging yang terluka. Rasa sakit telah
menyesakkanku hingga begitu akut. Aku bertanya-tanya berapa
lama sampai aku jatuh pingsan, dan jika itu terjadi, bisakah aku
bangun lagi di kehidupan ini. Aku ragu apakah aku bisa berjalan
lebih dari beberapa meter. Aku hampir tidak bisa melihat melalui
darah yang keluar dari mataku dan ledakan menuju kepalaku. Aku
akan mati di neraka ini dan mungkin segera. Aku berharap itu
segera. Ayahku dan Hannah tidak boleh melihataku seperti ini. Aku
"Kejujuran dan keterus teranganmu itu salah satu hal yang aku sukai
tentang dirimu, Ethan. Kau selalu mengatakan padaku apa yang kau
inginkan, apa yang hendak kau lakukan, bagaimana perasaanmu.
Kau benar bersamaaku dan itu membuatku merasa aman." Dia
memiringkan kepalanya dan mengeleng-gelengkannya. "Kau tidak
tahu bagaimana besarnya aku membutuhkan itu dari kau. Aku tidak
takut atas ketidak tahuanku karena kau begitu baik menceritakan
kepadaku sebenarnya apa yang kau inginkan sampai terjadi dengan
kita. Itu benar-benar berhasil untukku. Tapi secara tidak langsung
aku percaya padamu dan kau merusak kepercayaan diantara kita
dengan bersikap tidak jujur, karena kau tidak mengatakan kepadaku
kalau kau disewa untuk melindungiku. Faktanya aku membutuhkan
perlindungan; itu semua mengacaukan pikiranku, tapi tidakkah kau
berpikir aku berhak tahu tentang sialan itu?"
Ya Tuhan dia tampak seksi saat dia begitu bersemangat dan
mengatakan kata-kata yang buruk. Aku memberinya momen
kemenangan karena dia benar-benar di pihak yang benar.
Ketika ia menarik jari-jarinya menjauh dari bibirku, memberiku ijin
untuk berbicara, aku mengucapkan kata-kataku lebih dari yang dia
katakan. "Aku sangat menyesal." Dan aku sangat menyesal sekali.
Aku telah melakukan kesalahan. Brynne membutuhkan kebenaran
yang sebenar-benarnya. Dia punya alasan sendiri; itu adalah
persyaratan baginya dan aku telah mengacaukannya. Tunggu.
Apakah dia baru saja mengatakan "salah satu hal yang aku sukai
tentang kau?"
"Tapi...sejak aku bicara dengan ayahku, dan dia mengatakan sesuatu
kepadaku yang tidak aku ketahui sebelumnya, aku menyadari itu
sepenuhnya bukan kesalahanmu. Ayahku menempatkan kau dalam
posisi supaya kau tidak menceritakan untuk...dan aku sudah
Bab 4
Lilin dan pizza sangat sempurna dengan orang yang tepat. Bagiku,
orang yang tepat adalah orang yang duduk di seberangku dan itu tak
akan jadi masalah di manapun kami berada selama kami bersamasama. Tapi Brynne membutuhkan makanan dan aku perlu
mendengar kisahnya, jadi Bellissima juga cocok seperti juga tempat
lain.
Kami duduk di meja di sudut tersendiri yang gelap, sebotol anggur
merah, dan satu sosis raksasa dan jamur untuk berbagi. Aku
mencoba untuk tidak membuatnya tidak nyaman dengan menatapnya
terlalu keras tapi itu sangatlah sulit untuk tidak melakukannya
karena mataku kelaparan untuk melihat dirinya. Rakus.
Aku melakukan hal yang terbaik untuk menjadi pendengar yang
perhatian sebagai gantinya. Di seberang dariku Brynne tampak
seperti dia berjuang untuk memulainya. Aku tersenyum dan
berkomentar tentang seberapa enak rasa makanan kami. Aku
berharap dia akan makan lebih banyak tapi aku menutup mulut
tentang hal itu. Aku yakin aku bukan orang tolol. Aku dibesarkan
dengan seorang kakak perempuan dan pelajaran dari Hannah pasti
telah melekat padaku selama bertahun-tahun. Wanita tidak suka
diberitahu tentang apa yang harus dia makan atau tidak di makan.
Yang terbaik hanya meninggalkannya sendirian dan berharap untuk
yang terbaik.
Dia tampak menerawang sangat jauh di kepalanya ketika ia mulai
bercerita tentang hidupnya, aku tidak suka bahasa tubuhnya yang
sedih maupun nada lemah dalam suaranya, tapi hal-hal itu tidak
relevan sekarang.
"Orang tuaku berpisah ketika aku berusia empat belas tahun. Aku
tidak menghadapinya dengan baik, kukira. Aku seorang anak tunggal
jadi aku seharusnya meraih untuk mendapatkan semacam validasi
atau mungkin itu untuk membalas mereka karena perceraian itu.
Siapa tahu, tapi intinya? Aku adalah seorang perek di SMA."
Dia mengangkat matanya menatap mataku, abu-abu seperti baja dan
bertekad agar maksudnya tersampaikan padaku.
"Memang benar, aku dulu memang seperti itu. Aku tidak membuat
pilihan bagus dalam memilih pemuda yang aku kencani dan aku
tidak peduli tentang reputasiku. Aku manja dan tidak dewasa, dan
sangat bodoh dan ceroboh."
Benarkah! Kejutan pertama malam ini. Aku tak bisa membayangkan
Brynne seperti itu dan tidak ingin membayangkannya juga, tapi sisi
pragmatisku menyadari sebagian besar orang punya masa lalu, dan
gadisku tidak berbeda. Dia mengambil gelas anggurnya dan menatap
ke dalamnya seperti dia mengingat sesuatu. Aku tidak mengatakan
membunuhnya juga. Aku tak tahu tentang hal ini. Aku mengira itu
hanya kesembronoan remaja tolol yang memutuskan untuk merekam
videonyabukan penyerangan seksual penuh pada seorang gadis
berusia tujuh belas tahun. Aku meraih tangannya dan menutupinya
dengan tanganku. Dia terhenti sesaat dan menutup matanya erat, tapi
dia tidak bergeming. Sekali lagi, keberaniannya membuatku simpati
dan aku menunggunya untuk bicara lebih banyak.
"Aku tak tahu mereka sedang membicarakanku, aku begitu tidak
sadar. Ketika aku bisa menggerakkan kaki dan lengan aku berjuang
untuk bangun. Mereka tertawa dan meninggalkanku di sana di atas
meja. Aku tahu aku sudah berhubungan seks, tapi aku tak tahu
dengan siapa atau rinciannya. Aku merasa sakit dan mabuk. Aku
hanya ingin keluar dari rumah itu. Jadi aku menarik bajuku kembali,
menemukan Jessica, dan mendapat tumpangan pulang."
Sebuah geraman datang tanpa diminta keluar dari tenggorokanku.
Aku tidak bisa menahannya. Bahkan untuk telingaku aku terdengar
seperti anjing. Brynne menatapku hampir kaget sedetik dan
kemudian tatapannya turun di tanganku di atas tangannya. Aku
terfokus padanya dan menarik emosiku. Kehilangan kontrol tidak
akan membantu Brynne sama sekali, jadi aku menggosok ibu jariku
di atas tangannya perlahan-lahan bolak-balik, begitu berharap agar
dia mengerti betapa sakitnya aku mendengar dia diperlakukan
seperti itu.
Pikiranku masih terguncang dengan apa yang dia ceritakan. Pada
saat kejahatan itu terjadi, para pelaku sudah dewasa dan dia di
bawah umur. Menarik. Dan aku tak tahu mengapa Tom Bennett telah
menghilangkan informasi ini ketika ia mempekerjakanku. Dia
mungkin hanya berusaha untuk melindungi reputasi anak
tunggalnya. Tidak heran dia marah besar ketika ia tahu bahwa kami
ingin kau tahu ini..." Aku berbicara langsung hanya beberapa inci
dari wajahnya, menancapkan tatapanku langsung pada matanya.
"Aku tak punya niat membiarkanmu pergi." Aku menelan keras.
"Jika kau ikut pergi denganku kau telah menyetujui semuanya untuk
bersamaku, Brynne. Aku tak tahu cara lain untuk bersamamu. Ini
semua untukku. Dan aku ingin menjadi semua ini juga untukmu."
"Semua?" Dia membawa telapak tangannya ke pipiku dan
menahannya di sana, tatapan bertanyannya terlihat begitu tulus.
Aku memutar bibirku untuk menekan mereka ke dalam telapak
tangannya ketika dia memegang wajahku. "Sebuah istilah poker.
Berarti bertaruh semua yang kau miliki di kartu yang saat ini kau
pegang. Kau adalah apa yang aku pegang."
Dia memejamkan matanya lagi dan bibirnya gemetar sedikit. "Aku
bahkan belum mengatakan kepada kau semua ceritanya. Ada lagi."
Dia mengambil tangannya.
"Buka matamu dan lihatlah diriku." Kataku dengan lembut tapi
sangat tegas.
Dia langsung menurut dan aku harus menahan erangan dengan
sikapnya itu yang membuatku terangsang. "Aku tidak peduli apa pun
yang kau belum katakan padaku atau bahkan apa yang baru saja kau
katakan kepadaku di restoran." Aku menggelengkan kepalaku sedikit
untuk membuatnya mengerti. "Ini tak akan mengubah perasaanku.
Aku tahu kita akan bicara lagi dan kau dapat memberitahu aku
sisanya ketika kau bisa...atau ketika kau perlu. Aku akan
mendengarnya. Aku perlu mendengar semuanya jadi aku bisa
pastikan kau akan tetap aman. Aku akan melakukannya, aku berjanji,
Brynne."
hubungan. Kau sudah mendapatkan lebih jauh dari siapa pun yang
pernah bersamaku sebelumnya. Untuk pertama kalinya aku harus
memilih antara hubungan yang kompleks menakutkan dan menjadi
aman dan tidak rumit...dan sendirian."
Aku mengerang dan mencengkeramnya sedikit lebih ketat. "Aku
tahu kau takut, tapi aku ingin kau memberikan kita kesempatan. Kau
tidak ditakdirkan untuk menjadi sendirian. Kau ditakdirkan untuk
bersamaku." Kata-kataku keluar sedikit lebih keras tapi itu terlalu
terlambat untuk menariknya kembali.
Brynne mengejutkanku dengan tersenyum sedikit dan
menggelengkan kepalanya padaku. "Kau suatu perkecualian, Ethan
Blackstone. Apa kau selalu seperti ini?"
"Seperti apa?"
"Begitu menuntut, blak-blakan dan langsung."
Aku mengangkat bahu. "Kurasa. Aku tak tahu. Aku hanya tahu
bagaimana aku denganmu. Aku menginginkan hal-hal denganmu
yang aku tidak pernah inginkan sebelumnya. Aku ingin kau dan itu
yang aku tahu. Sekarang aku ingin kau pulang denganmu dan kita
bersama-sama. Dan aku hanya akan mengambil janji bahwa kau
tidak akan meninggalkanku ketika muncul tanda pertama dari
masalah. Kau akan memberiku kesempatan untuk membuat masalah
itu selesai dan tidak menutup diri dariku."
Aku memegang bahunya dengan kedua tangan. "Aku akan bisa
memahaminya jika kau memberitahuku apa yang kau butuhkan
dariku. Aku ingin memberikan apapun yang kau butuhkan, Brynne."
Aku menggosokan ibu jariku di pangkal lehernya. Kulit yang lembut
dalam lobus frontal-ku (otak depan). Gambaran dia dalam gaun ungu
pendek dan sepatu bot, diangkat olehku. Tuhan, ia telah bekerja
dengan hebat pada kejantananku ke dinding malam itu. Aku sangat
suka tembok sialan itu. Lucu. Aku menyeringai sendiri dengan
lelucon pintarku.
"Apa yang membuatmu tersenyum sekarang?" Tanya Brynne saat ia
keluar dari kamarnya dengan tasnya, tampak jauh lebih baik
daripada dia sebelumnya senja hari tadi. Kepribadian penuh
semangatnya kembali.
"Ummm...Aku hanya berpikir tentang betapa aku begitu menyukai
dindingmu." Aku memberinya gerakan alis khas terbaikku dan
mengambil tas dari tangannya.
Bibir indah Brynne itu terpisah dengan ekspresi terkejut yang cepat
berubah menjadi humor. "Kau masih bisa membuatku tertawa,
Ethan, meskipun segala sesuatu yang terjadi. Kau punya satu bakat
langka untuk itu."
"Terima kasih. Aku ingin berbagi semua bakatku denganmu," kataku
penuh arti, meletakkan lenganku di sekelilingnya saat kami keluar
dari flatnya. Dia melirik ke dinding ketika kami melewati itu. "Aku
melihat itu," kataku.
"Melihat apa?" Tanyanya polos. Oh, dia punya poker face (wajah
tanpa ekspresi) pastinya. Aku tidak sabar untuk mulai bermain kartu
dengannya.
"Kau menatap dinding dan ingat bercinta denganku di situ."
Dia menyikutku main-main di rusuk saat kami berjalan. "Aku tidak
melakukan hal seperti itu! Dan kau yang bercinta denganku, bukan
sebaliknya."
"Terserah." Aku menggelitik dia dan membuatnya menggeliat ke
arahku. Rasanya indah memiliki dia dalam pelukanku lagi. "Hanya
mengakui kebenaran, sayang, itu adalah percintaan epik yang kita
lakukan di dinding itu."
***
Pada saat aku membawa Brynne dibalik pintu tertutup dari
apartemenku, malam musim panas telah mengelilingi kota.
Setelah perjalanan panjang, kami akhirnya berhenti di tempat
terakhir untuk membeli nomor ponsel baru dan perangkat untuknya.
Perlu hampir satu jam untuk mengatur ponsel itu, tapi perlu. Ponsel
lamanya sekarang aku miliki. Siapa pun menelepon mencari Brynne
Bennett pada nomor itu berurusan denganku.
Mungkin malam ini aku akan menyelidiki si penelepon dan mungkin
berbicara dengan Tom Bennett. Bukan percakapan yang akan
menyenangkan, tapi bukan pula percakapan yang harus aku hindari.
Cheers, Tom. Aku bercinta dengan putrimu lagi. Oh, dan sebelum
aku lupa, kau harus tahu bahwa keselamatan dirinya benar-benar di
tanganku sekarang. Apakah aku juga menyebutkan bahwa dia
milikku? Milikku, Tom. Aku akan menjaga milikku tetap dekat dan
sangat aman.
Aku bertanya-tanya bagaimana ia akan memahami berita itu, dan
kemudian aku menyadari bahwa aku tidak terlalu peduli. Dia adalah
orang yang menaruh Brynne di hidupku. Dia adalah prioritasku
sekarang. Aku peduli tentang dia. Aku hanya ingin melindungi dan
menjaga dirinya dari bahaya. Dia akan harus berurusan dengan
Bab 5
"Aku juga menginginkanmu." Dia mengangguk dan mendongak lalu
menciumku. "Bawa aku ke tempat tidur, Ethan." Kata-kata paling
indah yang kudengar dalam beberapa hari ini masuk ketelingaku.
Aku mencium bibir manisnya yang dia tawarkan dan
mengangkatnya keatas menjauh dari lantai, tubuhnya menempel erat
di dadaku.
Dia membungkus kakinya di sekeliling pinggulku dan
membenamkan wajahnya di leherku. Aku mengerang keras dan
mulai berjalan. Ketika kami sampai di kamar tidur, pemandangan di
tempat tidur menampakkan seprai bersih yang belum pernah dipakai
tidur. Sekarang hari Senin! Annabelle datang, terima kasih Tuhan!
Jika seprei itu bekas tadi pagi yang masih terpasang di sana dengan
semua bukti sesi masturbasiku yang menyedihkan, aku tak tahu apa
yang akan kulakukan. Aku mengingat dalam hati untuk memberi
Annabelletips ucapan terima kasih karena telah menjadi seorang
yang bijaksana.
Aku membaringkan Brynne diatas punggungnya dan hanya
menatapnya sejenak. Kebutuhan untuk bergerak perlahan-lahan
sangat penting saat ini. Aku ingin mengagumi dan menerima hadiah
yang ia berikan padaku. Aku harus menikmatinya.
Rambutnya tersingkap diatas bahunya dan matanya tampak hijau
dengan atasan warna turquoise yang masih dia kenakan. Tak akan
dia kenakan untuk waktu yang lama.
Aku mulai melepas sepatu olah raganya. Kemudian kaus kakinya.
Aku memegang kakinya dan memijatnya sebelum meluncur ke atas
kakinya dan pinggulnya lalu ke ban pinggang celana pendeknya.
hanya dari pertunjukan yang dia berikan padaku. Aku sama sekali
tidak merasa puas. Aku benar-benar ingin menatapnya lama sebelum
aku memulai apa yang tidak pernah aku lakukan dalam beberapa
hari.
"Angkat tanganmu ke atas kepalamu dan berpeganglah di tempat
tidur."
Matanya berkedip sebentar dan berfokus pada mulutku.
"Percayalah. Aku akan membuatnya begitu menyenangkan untukmu,
sayang. Biarkan aku melakukan hal ini dengan caraku..."
"Ethan," bisiknya, tapi ia melakukan apa yang kuminta, perlahanlahan membawa lengannya keatas hingga pergelangan tangannya
melintasi ke atas kepalanya dan mencengkeram tepi kasur. Ya Tuhan,
aku menyukai ketika ia menyebutkan namaku selama berhubungan
seks. Aku menyukai ketika dia memanggil namaku, setiap saat.
"Sayang." Payudaranya bergeser kesamping dan naik sedikit karena
lengannya diatas. Ujung putingnya berwarna raspberry, begitu
sempurnanya memohon lidahku dengan amat sangat. Aku kembali
pada mereka, mengisap dan memutar-mutar ujung sensitifnya,
menyukai bagaimana putingnya bergerak dibawah mulutku. Dia
bergerak seirama denganku.
Aku menarik bibirku lepas darinya. Jariku meraih salah satu
putingnya dan memutarnya sebelum menarik ujungnya sedikit
mencubit. Dia mengerang dan melengkung kearahku tapi tangannya
tetap di atas. Aku menjepit yang lainnya dan menyaksikan dia sedikit
melenturkan pinggulnya, kakinya melebar dan menampilkan lebih
banyak bagian dari dirinya, aku ingin lebih mengenalnya lagi.
baik dimatanya. Aku takut apa yang bisa aku lihat. Terakhir kali
setelah kami bersama-sama seperti ini, sesuatu yang sangat buruk
terjadi pada waktu setelahnya. Dia memberitahumu untuk
melepaskannya dan berjalan keluar pintu.
"Aku mencintaimu." Bisikku, kata-kataku nyaris tak terdengar hanya
beberapa inci dari wajahnya dan melihat matanya berubah jadi
bercahaya dan kemudian basah. Dia mulai menangis.
Benar-benar bukan reaksi yang kuharapkan. Aku menarik keluar dari
tubuhnya dan merasakan semburan basah diantara kami. Tapi
Brynne lebih mengejutkanku sekali lagi. dia tidak menjauhkan
dirinya, alih-alih ia malah membenamkan dirinya tepat diatas
dadaku, bertahan diatasku dan menangis pelan. Dia menangis tapi
tak berusaha menjauh dari aku. Dia mencari kenyamanan. Aku sadar
bahwa aku tak pernah memahami pikiran seorang wanita.
"Katakan padaku semuanya baik-baik saja...bahkan jika itu tidak ..."
katanya di antara isak tangisnya.
"Ini akan menjadi baik-baik saja, sayang. Aku akan
memastikannya." Saat ini aku menginginkan sebatang Djarum
sebegitu buruknya dan aku bisa merasakan itu. Sebaliknya aku
memeluknya semakin erat menempel diriku dan membelai
rambutnya, jariku melilit diantara kelembutan rambutnya berulangulang sampai dia berhenti menangis.
"Mengapa?" Tanya dia setelah beberapa saat.
"Mengapa apa?" Aku mencium keningnya.
"Mengapa kau mencintaiku?" Suaranya pelan tapi pertanyaannya
bicara lagi."
Matanya melebar karena sentuhanku tapi dia mengangguk kepalanya
dan berkata, "Kedengarannya menyenangkan."
Aku berguling dari tempat tidur dan berjalan untuk memulai mengisi
air di bak mandi. Matanya mengikuti gerakanku, melihat ke atas
punggungku. Aku tahu dia sedang menatap bekas luka itu. Aku tahu
dia juga akan segera bertanya padaku tentang itu. Dan aku harus
berbagi rentetan kehancuran masa laluku. Aku tidak
menginginkannya. Pikiran bahwa aku akan membawanya ke dalam
kekacauan itu melawan setiap naluri yang kumiliki, tapi tetap saja,
aku tak akan pernah menyimpan kebenaran dari dia lagi. Itu bukan
opsi dengan Brynne dan aku mendapatkan pelajaranku.
Aku tuangkan sabun cair secukupnya ke dalam bak mandi dan
menyesuaikan suhunya. Aku menengadah saat melihat dia berjalan
memasuki kamar mandi. Telanjang, cantik dan melangkah ke arahku,
ia mengambil napasku pergi meskipun dia sekarang sangat ramping.
Aku menemukan diriku berpikir untuk bercinta lagi dengan cara
jaman prasejarah tapi memaksa mengesampingkan pikiran itu
sehingga bagian rasional otakku bisa berfungsi. Kami benar-benar
perlu bicara melalui beberapa hal dan seks seakan punya cara
tersendiri hingga selalu ada di depan antrian pikiranku dan menutupi
pikiran yang lainnya. Bajingan serakah.
Jadi aku mengambil tangannya dan membantunya melangkah
memasuki ke dalam bak mandi denganku dan sampai kami duduk.
Aku duduk di belakang dan menempatkan dia di depanku, pantatnya
yang licin bersandar seakan menggoda menempel kejantananku yang
tiba-tiba terbangun. Aku mengatakan pada kelaminku untuk diam,
dan membayangkan Muriel si pedagang PKL dan kumis yang
menyertainya kalau ia ingin lebih dari celah Brynne yang indah itu.
Trik itu berhasil. Muriel sangat mengerikan, dan bahkan mungkin
bukan seorang wanita sejati. Bahkan mungkin juga bukan manusia.
Kenyataannya, aku yakin Muriel benar-benar alien pengintai yang
dikirim ke sini untuk menjual koran dan belajar bahasa. Aku masih
menginginkan Djarum-ku. berbungkus-bungkus.
Brynne mengendus udara. "Apa kau merokok di sini?"
"Kadang-kadang." Aku benar-benar harus berhenti melakukannya.
"Tapi aku harus menghentikannya di dalam rumah sekarang karena
kau ada di sini bersamaku."
"Aku tidak keberatan, Ethan. Rempah-rempah dan cengkeh baunya
harum dan itu tidak menggangguku, tapi aku tahu itu berakibat
buruk untukmu dan aku tidak suka bagian yang itu."
"Aku mencoba untuk berhenti." Aku menyelipkan tanganku ke
lengannya dan kemudian turun bertumpu di atas payudaranya tepat
di permukaan air. "Dengan kau di sini aku akan berbuat yang lebih
baik. Kau bisa jadi motivasiku, oke?"
Dia mengambil napas dalam-dalam dan mengangguk. Lalu ia mulai
bicara.
"Aku tak pernah kembali ke SMA lagi. Hanya enam bulan sebelum
kelulusan dan aku keluar. Orang tuaku mengalami shock pada
perubahanku. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi mereka
untuk mencari tahu tentang salah satu video itu. Mereka berdebat
tentang apa yang harus dilakukan, dan punya pendapat yang
berbeda. Aku tak peduli. Pikiranku seperti berada di tempat lain dan
sangat...sangat menyakitkan. Sangat sulit mengakui tentang diriku,
orang yang membuatku jadi teringat. Aku mengira aku akan merasa
lebih baik bagaimana diriku jika aku bisa mengeluarkan gambaran
itu, namun sekali lagi aku akan merasa lebih baik jika sejak awal aku
tidak pernah pergi ke pesta itu yang berakhir di atas meja biliard."
"Aku turut menyesal..." Aku bicara dengan lembut tapi tegas, aku
ingin dia benar-benar mengerti bagaimana aku ikut merasakan itu.
"Dengar, sayang, kau tak bisa menyalahkan dirimu sendiri atas apa
yang terjadi padamu." Aku menekannya sampai mendekati
telinganya. "Kau adalah korban tindak kejahatan yang diperlakukan
dengan menjijikkan. Itu bukan salahmu, Brynne. Kuharap kau tahu
itu sekarang." aku mengusap lengannya dari atas sampai ke bawah,
sambil mengambil air hangat dengan tanganku untuk kusiramkan di
atas kulitnya.
Tubuhnya lebih menempel ke tubuhku dan mengambil napas dalamdalam. "Kupikir aku sudah melakukan itu sekarang, minimal
sebagian besarnya. Dr. Roswell sudah membantuku, dan juga
menolongku untuk mencarikan jalan keluarku. Tapi pada saat itu aku
sudah begitu putus asa. Ingin mengakhiri hidupku. Aku tidak bisa
melihat jalan lain lagi untukku."
Semua kehangatan yang sebelumnya ada seketika meninggalkanku
dan aku menyiapkan diriku untuk mendengarkan apa yang akan
terjadi. Seperti kecelakaan kereta api dimana kau tak bisa berhenti
melihatnya, aku ingin mengetahui apa yang terjadi padanya, tapi
juga tak ingin mengetahuinya. Aku tak ingin pergi ke kegelapan
bersama dengannya.
Dia bergeser di dalam bak mandi dan memutar-mutar jari-jarinya di
air saat ia mulai bicara lagi. "Aku tak pernah merasa begitu tenang
saat aku akan melakukannya pada hari itu. Aku bangun dan tahu apa
Aku tak pernah ingat kapan aku dikuasai oleh nafsuku dengan cara
aku dikuasai oleh Brynne. Mungkin karena aku baru saja memulai
hubungan ini, tapi tidak dengan tingkat intensitas yang pernah aku
konsumsi seperti itu sekarang. Sialan, Brynne sebenarnya perlu
makanan, dan tempat tinggal hari-hari terakhir ini.
Setiap orang perlu kebutuhan mendasar, Brynne. Seperti makanan,
air...tempat tidur.
Dia sudah memancing emosi dalam diriku yang aku tak tahu
keberadaannya sampai malam itu, ia berjalan di dalam Galeri
Andersen dan bicara omong kosong tentang aku dan tangan ahliku.
Dia menarik handuk dan menjauh dariku dengan seringainya yang
seksi lalu menggunakannya untuk membungkus semua
ketelanjangannya yang indah itu dengan handuk katun halus
berwarna krem. Betapa mengecewakan. Dia berjalan masuk ke
kamar tidur dan aku bisa mendengar suara laci terbuka dan tertutup.
Aku senang mendengar suara dia berada di sana, bergerak di sekitar
kamar dan bersiap-siap untuk tidur. Aku menarik handuk turun untuk
diriku sendiri dan mulai mengeringkan tubuhku, sangat bersyukur
aku akan tidur dengan dia dalam pelukanku malam ini.
***
Bab 6
Aku membuka mataku di dalam kegelapan dengan aroma Brynne
yang tercium di hidungku dan aku tersenyum ketika mengetahui di
mana kami berada. Dia berada di tempat tidur denganmu. Aku
selanjutnya.
"Tapi sebagai seorang ayah yang mencintai putrinyadan kau
benar-benar tak akan bisa memahami perasaan itu sampai hal itu
terjadi padamujika kau menyakiti hatinya dalam urusan ini, dan
membuatnya patah hati, aku akan mendatangimu, Blackstone, dan
aku akan melupakan kalau kita pernah berteman."
Aku tersenyum di kursiku, senang bahwa pembicaraan ini telah
keluar dari jalur. "Cukup adil, Tom Bennett. Aku bisa menerima
syarat itu."
Kami bicara sedikit lebih banyak lagi dan aku memperoleh cerita
lengkap tentang latar belakang Oakley yang berasal dari San
Francisco. Kami merencanakan untuk bicara lagi segera, agar dia
mengikuti setiap ada perkembangan baru, dan mengakhiri
percakapan ini.
Aku masih tinggal dimejaku sebentar, menulis beberapa catatan, dan
mengirim beberapa email sebelum mematikan laptopku. Saat aku
mematikan lampu, Simba berenang liar di akuarium dengan lampu
yang menyala di belakang mejaku. Aku berbalik dan menyapanya
sebelum keluar menuju ke balkon untuk duduk sebentar.
Aku melewati kamar tidur dan tak mendengar apa-apa selain
keheningan. Aku ingin Brynne tidur dengan nyenyak. Tanpa ada lagi
mimpi buruk untuk gadisku. Dia telah melalui kehidupannya yang
cukup buruk sepanjang hidupnya.
Langit malam dengan jutaan bintang malam ini. Hal ini tidak sering
terjadi mereka tampak begitu gemerlap dan aku menyadari itu akan
menjadi waktu yang lama setelah aku duduk di sini. Aku
meskipun aku berpikir kau tak akan suka mendengarnya. Dan aku
tahu bahwa sulit bagimu untuk menceritakan kisahmu tadi, tapi aku
ingin kau tahu bahwa aku sangat bangga sekali padamu. Kau begitu
kuat...dan cantik...dan brilian, Brynne Bennett. Gadis Amerikaku
yang cantik." Aku mengusap diatas bibirnya dengan ibu jariku.
Dia tersenyum dengan setengah mulutnya ditarik ke atas ke arahku.
"Terima kasih," bisiknya.
"Dan kau tahu apa yang terbaik dalam hal ini?" Tanyaku.
"Katakan padaku."
"Kau di sini bersamaku. Di sini, di mana aku bisa melakukan ini."
Aku memasukkan tanganku di bawah bajunya dan menangkup
payudaranya, yang begitu lembut, mengisi tanganku dengan
miliknya yang kenyal dan lembut itu. Aku tersenyum kepadanya.
Semacam senyum dimana aku bisa merasakan itu di wajahku, dan
cukup banyak mengisyaratkan kearahnya dan seperti daftar lain yang
sangat pendek.
"Aku," katanya. "Dan aku sangat senang berada di sini denganmu,
Ethan. Kau orang pertama yang membuat aku...melupakan peristiwa
itu." Suaranya semakin lembut tapi anehnya, lebih jelas. "Aku tak
tahu mengapa ini bisa begitu saat bersamamu, tapi memang itulah
kenyataannya. Akuaku tidak biasa melakukan keintiman sejak
lama. Lalu aku masih...merasa begitu sulit...waktu aku mencoba"
"Ini tidak penting lagi, sayang," aku menyela. Aku benci bahkan
hanya membayangkan saja Brynne dengan orang lain; pria lain
melihatnya telanjang, menyentuhnya, membuat dia orgasme.
Gambaran itu membuatku gila karena rasa cemburu, tapi apa yang
baru saja dia katakan padaku, itu juga membuatku begitu bahagia
disaat yang sama. Aku adalah orang pertama yang membuat dia
melupakannya. Astaga ya! Dan aku akan membuat diriku menjadi
orang terakhir yang pernah dia ingat juga.
"Aku memilikimu sekarang, dan aku akan menahanmu, dan aku
tidak akan membiarkan kau pergi lagi."
Dia mengguman padaku dan matanya menyala saat aku meremas
payudara yang lain dan menemukan putingnya muncul mengetat.
Dia memiliki puting yang begitu sensitif dan aku suka sekali
menghisapnya. Dan membuat dia menginginkanku. Ini adalah
motivasi yang nyata jika aku jujur. Membuat Brynne menginginkan
aku adalah obsesiku.
Aku menyibakkan rambutnya ke samping lalu bibirku melekat di
lehernya. Aku menyukai rasa kulitnya dan bagaimana dia merespon
ketika aku menyentuhnya. Kami berdua sepertinya memiliki kontak
batin, dan aku tahu ini sejak awal. Sekarang dia melengkungkan
tubuhnya kedadaku, membenturkan dadanya lebih jauh ketanganku.
Aku menjepit putingnya dan menikmati suara yang dia buat ketika
aku melakukan itu. Aku tahu kemana ini akan berlanjut, atau di
mana aku ingin mengarahkan ini. Aku ingin bergerak didalam
dirinya, membuatnya klimaks, dia akan menamplkan pandangan
mata yang lembut, menyala yang tampak cantik saat ia mencapai
klimaks. Aku merasa hidup ketika melihat dikedalaman matanya.
Penampilannya itu mendorongku bertingkah seperti belum pernah
dinilai lebih sebelumnya dengan seorang wanita.
Dia mulai menggeser-geserkan dirinya di pangkuanku. Pinggulnya
digoyang-goyang di atas kemaluanku yang kini sangat terangsang
Dia mulai bernapas dengan berat dan aku masih tidak yakin apakah
dia akan melakukannya, tapi aku tetap mengatakan padanya. Brynne
menyukainya ketika aku berbicara dengan terus terang.
"Tidak ada seorangpun yang bisa melihat. Aku ingin bercinta di sini,
sekarang, di bawah bintang-bintang," kataku.
Dia menatapku dengan warna matanya yang tak bisa sebutkan dan
menjulurkan tangannya ke bagian bawah t-shirt-nya. Dia
menariknya keatas dan berhenti dalam sekejap, tapi menahannya
dengan satu tangan sejenak sebelum melepaskan pakaiannya dan
membiarkannya jatuh ke lantai balkon. Penundaan itu, Tatapan yang
dia berikan padaku adalah tatapan seksi yang murni tanpa noda.
Gadisku tahu bagaimana memainkan permainan ini. Dia juga
memiliki payudara yang paling indah di dunia.
Berikutnya dia pindah ke pinggang celana pendek. Ibu jarinya
diselipkan di balik karet elastisnya. Mulutku mulai keluar air liur
saat celana itu mulai turun. Dia membungkuk dengan anggun dan
melangkah keluar dari celana boxer sutraku. Dia berdiri benar-benar
telanjang didepanku, kakinya sedikit terbuka, rambutnya acakacakan dengan liar dari bangun tidur, menunggu aku untuk
mengatakan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Ya Tuhan, lihatlah dirimu. Tak ada yang bisa kau katakan padaku
bahwa itu akan mengubah perasaanku tentangmu, atau membuatku
menginginkan dirimu menjadi berkurang." Kemaluanku berdenyut
dengan iramanya sendiri. Seakan sekarat saat melihat keberanian
dirinya. "Percayalah," kataku padanya, nadaku sedikit membawa
kepedihan.
Raut wajahnya menyiratkan perasaan lega saat mendengar kata-
tidak seperti ini. Brynne melakukan sesuatu padaku, aku bahkan tak
bisa memahaminya. Belum pernah aku merasa seperti ini. Hanya
dengan dia.
Aku mengangkat tubuhnya naik dari pinggulku. Dia mengerti dan
menahan dirinya menggantung, cukup bagiku untuk melakukan
sesuatu yaitu mendorong celana joggingku menuruni pinggangku.
Bukan trik yang paling mudah, tapi itu diperlukan jika aku ingin
berada di dalam dirinya, dan dia tampak begitu siap dengan
rencanaku. Aku menahan milikku lurus ke atas dan mengatakan
padanya dengan napas yang keras, "Tepat di sini. Dan masukkan ke
dalam dirimu dengan baik."
Kurasa aku mungkin benar-benar mengeluarkan satu atau dua tetes
air mata di mataku ketika dia meluncur turun di atasku dan mulai
bergerak. Aku tahu aku juga menginginkannya. Aku merasa mataku
berair saat sentuhan pertama dirinya mengelilingi kemaluanku dan
semua itu terasa licin, panas, dan benar-benar nikmat selama seks
liar ini saat ia melompat naik dan turun ke bawah, hubungan seks
yang tidak akan kulupakan. Dan sekali lagi ketika aku mendorong
diriku ke dalam dirinya. Aku berhasil membuat dirinya orgasme lagi
dengan ibu jariku menggosok miliknya yang manis itu, dan aku
menyukai setiap rintihan dan suara yang dia buat saat dia mencapai
puncaknya beberapa saat kemudian. Dia orgasme dengan keras
semakin meremas diriku. Namaku keluar dari bibirnya saat itu
terjadi adalah benar-benar saat terbaik bagiku juga. Ethan...
Ketika ia roboh di atas tubuhku, kemaluanku masih mengejang,
terkubur jauh di dalam dirinya, di guncang oleh gejolak orgasme saat
otot di dalam dirinya meremas dan menarik. Aku yakin aku bisa
tinggal dalam dirinya untuk selamanya.
Bab 7
"Masuklah dan pilih yang mana yang kau sukai untuk hari ini,"
kataku. Brynne menyeringai dari pintu ruang pakaianku dan
kemudian menghilang kembali ke dalamnya.
"Well, aku suka yang ungu, tapi kupikir hari ini kita akan pergi
dengan yang satu ini," ujarnya saat dia muncul dengan dasi biru di
tangannya. Dia melenggang ke arahku dan membungkuskan sutra itu
di leherku. "Ini cocok dengan matamu dan aku suka warna matamu."
Aku suka ketika kau mengucapkan kata cinta yang mengacu pada
apa pun tentangku.
Aku melihat ekspresi wajahnya saat ia bekerja memasang simpul
dasiku, menggigit sedikit sudut lezat bibir bawahnya dalam
"Dia sudah melakukan hal-hal yang sangat buruk pada rakyat Irak
dan bisa lolos dari hal itu, tapi tak yakin berapa lama hal itu akan
tetap terkubur. Kupikir sang senator hanya bisa lega jika anaknya
berhenti mendapatkan masalah di Irak di waktu yang hampir
mendekati kampanye pemilunya."
Aku mendenguskan menyetujui dan mengisap kembali hembusan
yang manis pertamaku. Cengkehnya memberikan stimulasi yang
cukup menyenangkan, tapi aku sudah terbiasa dengan itu. Sekarang
aku hanya membiarkan nikotin melakukan tugasnya dan merasa
bersalah karena apa yang aku masukkan ke dalam tubuhku. "Jadi
menurutmu dia berkarir dalam militer?" Aku menghembuskan nafas
jauh dari Neil.
Neil menggeleng. "Kupikir tidak."
"Kenapa tidak?"
Neil memiliki naluri paling tajam dari semua orang yang aku pernah
kenal. Dia tak hanya seorang karyawan, bukan dalam jangka
panjang. Neil lebih, lebih daripada itu. Kami pernah bersama-sama
saat remaja, pergi ke medan perang, selamat dari neraka itu untuk
kembali ke Inggris, berusaha untuk tumbuh dewasa dalam prosesnya
dan memulai bisnis yang sukses. Aku percayakan hidupku padanya.
Yang berarti aku bisa percayakan Brynne padanya juga. Aku senang
Brynne menyukainya karena aku punya perasaan dia harus dijaga
pada akhirnya setiap kali dia pergi keluar. Brynne akan begitu benci
hal itu. Tapi sebanyak apapun dia membenci detail keamanan,
Brynne tak akan melampiaskannya pada Neil. Gadisku terlalu baik
untuk hal semacam itu.
Aku tidak membohongi diri sendiriteman atau tidak, aku benarbenar senang Neil sudah memiliki seorang wanita, dan jika ia lajang
dia tak akan menjadi pilihan pertamaku. Dia adalah seorang pria
tampan.
"Well, ini adalah bagian menariknya. Letnan Lance Oakely stoplossed* hanya beberapa minggu setelah pesawat itu jatuh. Dari apa
yang aku bisa cari tahu, AS cukup banyak menghentikan praktek
stop-loss lebih dari setahun yang lalu, dan hanya segelintir saja yang
bertugas sekarang."
"Apakah kau berpikir apa yang aku pikirkan, sobat?"
Neil mengangguk lagi. "Segera setelah sang senator tahu dia
dicalonkan menjadi wakil-presiden berikutnya, ia mengirim anak
laki-laki satu-satunya stop-lossed* untuk tugas berikutnya ke Irak."
Aku berdecak lidah. "Kedengarannya seperti Senator mengenal
anaknya dengan sangat baik dan menyadari lebih lanjut bila anak
laki-lakinya dapat menjauhkan diri dari kampanye, kemungkinan
sang senator terpilih lebih baik." Aku bersandar di kursiku dan
mengisap cengkehku. "Siapa yang paling mampu memperoleh
perintah stop-loss daripada orang yang memiliki koneksi politik.
Aku mulai berpikir Senator Oakley lebih berharap anaknya tak
pernah pulang kembali dari Irak. Pahlawan perang dan
sejenisnya...terlihat sangat patriotik." Aku melambaikan tanganku
untuk menekankan maksudku.
"Tepat seperti yang kupikirkan." Neil melototi rokok di jari-jariku.
"Kupikir kau berhenti merokok itu?"
"Ya... jika di rumah." Aku mematikanna ke asbak. "Aku tak akan
merokok di sekitar dia." Dan aku cukup yakin Neil cukup cerdas
untuk mencari tahu mengapa aku tidak melakukan itu. Tapi itu hal
tentang pertemanan...kau mengerti satu sama lain, tidak perlu
menjelaskan hal yang memuakkan tentang omong kosong yang
menyakitkanmu yang kau berharap kau bisa lupa, tapi mereka cukup
banyak tahu bagian darimu dari bawah sampai ke sumsum dalam
tulangmu.
***
Ponsel Brynne menyala dan membangkitkanku keluar dari
pekerjaanku. Aku memeriksa ID pemanggil. Hanya satu kataMom.
Nah ini harusnya menyenangkan, pikirku sambil menekan tombol
terima. "Halo."
Ada keheningan, dan kemudian suara angkuh. "Aku mencoba untuk
menghubungi putriku, dan yang aku tahu ini adalah nomor
teleponnya, kepada siapa aku bicara?"
"Ethan Blackstone, ma'am."
"Mengapa kau menjawab telepon putriku, Mr. Blackstone?"
"Aku sedang mengawasi nomor lamanya, Mrs? Maafkan aku, aku
tak tahu namamu." Aku tidak akan memberikan memberikan
informasi ini dengan mudah. Ibu Brynne yang harus bertanya
padaku. Dengan baik. Sejauh ini, aku tidak terkesan.
"Exley." Dia menungguku untuk mengatakan sesuatu tapi aku tidak
melakukannya. Aku bermain poker dan aku tahu bagaimana
menunggu. "Kenapa kau mengawasi teleponnya?"
Aku tak bisa menahan senyum. Kami berdua tahu siapa yang
memenangkan ronde ini. "Well, aku berurusan dengan keamanan,
Mrs. Exley. Ini pekerjaanku. Ayah Brynne yang mempekerjakanku
untuk menjaga keselamatannya begitu Senator Oakley sedang
diperiksa. Aku juga tak akan pura-pura dengan Anda, ma'am. Aku
tahu mengapa keselamatannya dalam bahaya dan begitu juga Anda.
Aku tahu semuanya." Sekarang aku berhenti untuk memberi efek
kejutan. "Dia mengatakan padaku apa yang terjadi padanya yang
berkaitan dengan anak laki-laki Oakley."
Aku mendengar tarikan nafas tajam dan aku akan rela membayar
untuk melihat wajahnya saat ini, tapi sayangnya, harus
menggunakan imajinasiku. "Kaulah yang membeli fotonya kan? Dia
bercerita tentang kau membeli foto telanjang dia dan membawanya
pulang setelah itu. Sesuatu yang kau harus tahu tentang Brynne, Mr.
Blackstone, adalah bahwa dia suka untuk mengejutkanku."
"Apakah benar begitu? Aku tak tahu tentang itu, Mrs. Exley. Brynne
tak pernah menyebut tentangmu sebelumnya padaku tadi malam.
Aku tak punya apa-apa untuk melawan pernyataan Anda."
Dia tampaknya mengabaikan penghinaan terselubungku dan
langsung menyerang pokok permasalahannya. "Jadi kau
berhubungan dengan putriku, Mr. Blackstone? Aku bisa membaca
diantara garis dan membuat asumsi sebagus orang lain. Dan Brynne
adalah anakku satu-satunya, dan bertentangan dengan apa yang dia
bilang, aku mencintai putriku dan hanya menginginkan yang terbaik
untuknya."
"Panggil Ethan sajadan ya, aku bisa mengatakan bahwa aku
menjalin hubungan dengan Brynne."
ponsel baru. Sesederhana itu. Dia hanya belum punya waktu untuk
berhubungan dengan Anda, aku yakin itu sebabnya." Begitu mudah
bermurah hati ketika kau memegang kartu yang lebih baik.
"Kau yang membuat keputusan untukknya, Mr. Blackstone?"
"Ya." Man, rokokku rasanya begitu nikmat.
"Mengapa kau membuat keputusan untuk Brynne?" Sang mama
punya cakar tampaknya.
"Karena seperti yang aku katakan sebelumnya, Mrs. Exley, aku akan
menjaganya dari siapa pun atau apa pun yang mencoba untuk
menyakitinya. Siapapun...atau apapun." Aku menghirup penuh
aroma cengkeh dan menikmati rasanya.
Dia kemudian terdiam. Aku menunggunya, dan akhirnya dia
menyerah." Nomor baru Brynne, Mr. Blackstone?"
"Tentu saja, Mrs. Exley. Begini saja. Aku akan mengirim nomor
barunya pada Anda dari ponselku, dan dengan cara itu Anda dapat
memiliki nomorku juga. Jika Anda mempunyai keprihatinan apapun
tentang situasi ini dengan Brynne atau pertanyaan tentang masa
lalunya dari media atau sebaliknya, aku ingin Anda untuk berbagi
denganku. Silahkan hubungi aku setiap saat."
Percakapan kami berakhir dengan cepat setelah percakapan itu dan
aku merasa lebih dari sekedar senang saat kami memutuskan
sambungan telepon. Ya Tuhan, dia begitu sulit. Kasihan Brynne.
Kasihan Tom Bennett. Bagaimana bisa Tom berhubungan dengan
wanita itu? Tidak bisa melihat bagaimana hubungan mereka berawal,
dan aku bahkan tak tahu seperti apa dia. Aku yakin ia cantik. Dingin,
tapi cantik.
Aku mengirim sms ke ibu Brynne dengan nomor barunya dan pesan
singkat: Senang mengobrol dengan Anda, Mrs E. EB dan
tersenyum terus saat aku melakukannya.
Brynne mengirimiku sms sekitar satu jam kemudian: Kau bicara
dengan ibuku?! :O
Oh boy. Mummy sudah menghubunginya. Aku berharap tidak terlalu
banyak mendapat kesulitan. Aku mengirim sms balasan dengan:
Maaf sayang. Dia menelepon ponsel lamamu dan tidak begitu
senang ketika aku yang mengangkatnya :/
Brynne segera membalas kembali: Maaf kau harus berurusan
dengannya. Aku akan menebusnya untukmu.
Aku harus tersenyum karena itu. Aku mengetik: kau memberiku 2
!! Aku menerima tawaranmu, sayang...dan dia tidak seburuk itu.
Kupikir sebuah kebohongan putih tidak masalah dalam ketika
berurusan dengan ibu pacarku. Wanita itu tidak baik.
Ada sedikit jeda sebelum dia menjawab, tapi itu setimpal ketika
balasannya datang. Kau memberi kesan yang sangat besar padanya.
Aku akan memberitahumu nanti malam. Aku harus pergi untuk
makan siang sekarang. Merindukanmu...sayang xxx
Aku membelai kata-kata yang dia tulis di layar ponsel, tak ingin
menutup pesannya. Dia memanggilku sayang. Dia bilang dia
merindukanku. Dia mengirimku ciuman dan hati. Aku mencoba
untuk tidak membaca terlalu banyak pesannya itu, tapi tetap saja
sulit untuk tidak melakukannya. Aku hanya ingin apa yang aku
Bab 8
ayah kami dengan cucu-cucu, dan pada dasarnya membuat aku lepas
dari keharusan untuk bersaing. Maksudku, Hannah melakukannya
dengan sangat baik hingga tak perlu bagiku merasakan tekanan
seperti itu.
Aku memutuskan untuk menelepon Hannah sambil menunggu
Brynne keluar. Aku menyeringai ketika dia mengangkatnya pada
nada kedua.
"Apa kabar adikku?"
"Kehilangan pikirannya karena bekerja," ujarku.
Itu bukan satu-satunya hal yang membuat pikiranmu hilang atau
begitulah yang kudengar." Hannah bisa jadi sangat puas dan begitu
mengganggu ketika dia merasa perlu.
"Jadi, ayah menemuimu dan dia sudah mengoceh padamu?"
"Dia benar-benar khawatir tentangmu. Dia memberitahuku bahwa
dia tak pernah melihatmu seperti itu, bahkan ketika kau pulang dari
perang."
"Hmmm. Aku semestinya tidak pergi ke sana dan mengatakan semua
hal padanya. Aku seperti banci saat melakukannya. Entah bagaimana
caranya, aku akan membalas kebaikannya. Jadi, bagaimana kabarnya
kakakku?"
"Usaha yang bagus, E, tapi aku tidak terpengaruh. Adikku akhirnya
jatuh cinta pada seseorang dan kau pikir aku akan membiarkan kabar
menarik ini menjauh? Kau pikir aku orang macam apa? Kita berdua
tahu siapa saudara kandung yang paling pintar disini.
menegaskannya."
Aku menggelengkan kepalaku. "Aku hanya merindukanmu.
Bagaimana makan siangmu dengan kolega-kolega yang ingin kau
buat terkesan?"
"Mengagumkan. Bagianku dalam restorasi Lady Percival itu benarbenar memberi umpan untuk mengingatku kembali. Aku berharap
sesuatu datang karenanya. Mungkin itu akan terjadi." Dia tersenyum.
"Dan aku berutang budi padamu." Dia menciumku satu kali di
bibirku dan memegang daguku dengan tangannya.
Aku mencoba untuk membalas senyumnya. Kupikir aku
melakukannya, tapi ternyata aku payah dalam menyembunyikan
perasaanku sama payahnya dalam menangani kecemburuanku. Oh
sesuatu akan muncul karena itu, sayang. Alex Craven akan
mendapat ereksi dan ketagihan saat mengingat foto telanjangmu,
bukan karena lukisan Lady Percival yang menggetarkan jiwa
memegang buku langka dan berharganya! Lukisan Mallerton bisa
membusuk, tapi Brynne Bennett dengan kejantanan Alex ada
didalamnya yang dia inginkan!
Dia mendesah padaku. "Akankah kau mengatakan padaku apa yang
salah? Kau menggeram dan aku cukup yakin menggeram bukanlah
tanda umum kebahagiaan dan keharmonisan." Dia menatap dengan
sangat kesal padaku.
"Ini datang beberapa waktu lalu." Aku mengatur ponselnya di
pangkuannya dengan teks terpampang di layar.
Dia mengangkatnya dan membaca, menelan ludah satu kali dan
kemudian melihat kesamping menatapku. "Kau cemburu saat kau
membuatku seperti seorang bajingan tapi aku tak peduli lagi, dan
menahan diri untuk mendorongnya merupakan kesulitan yang
mengganggu.
"Oke, tempatmu malam ini." Dia membawa tangannya ke rambutku
dan membelainya, mencariku lagi dengan mata cerdasnya. Aku
bersumpah dia dapat membacaku seperti buku yang terbuka dan
bertanya-tanya mengapa dia masih bisa tahan bersamaku. Aku
berharap itu karena dia mulai balas mencintaiku, tapi aku benci
untuk memikirkan lebih jauh karena aku selalu kembali pada
pikiranbagaimana kalau dia tidak mencintaiku?
"Terima kasih." Aku mengambil tangannya dari pegangannya pada
rambutku dan membawanya ke bibirku untuk menciumnya. Aku
mengangkat mataku untuk melihat reaksinya dan aku sangat-sangat
bahagia melihat senyumnya. Aku membalas senyumnya dan kembali
menyetir mobil. Waktunya untuk membawa pulang gadisku sehingga
aku dapat melakukan semua hal yang ingin kulakukan bersamanya.
***
Ayam parmigiana di mulutku sempurna yang dihidangkan dengan
daging lezat, saus gurih, dan rempah-rempah, tapi orang yang duduk
di seberang mejaku lebih baik.
Aku tadi melihat dia membuatnya sementara aku bekerja
menggunakan laptopku. Semacam itu lah. Aku datang dan duduk di
bar dapur, melihatnya dan terkadang tersenyum kearahnya. Aku
sangat menikmati suara dia bekerja di dapur. Itu adalah perasaan
yang baik diiringi dengan aroma lezat yang berasal dari sebuah
ruangan yang aku jarang menghabiskan banyak waktuku di
dalamnya. Aroma makan malam kami yang sedang dibuat oleh
Brynne dengan tangan indahnya.
Brynne tidak menyadari itu, kupikir. Aku bahkan tak tahu apa yang
kukatakan padanya selama gairah itu menguasaiku. Aku katakan
segala macam hal padanya karena dia suka kata-kata kotorku. Dia
bilang begitu. Ini juga hal yang sangat bagus karena aku tidak bisa
menahannya. Penyaring antara otak dan mulutku hampir tidak ada.
Aku masih tidak tahu apa yang kukatakan padanya setelah ledakan
orgasme yang membuatku begitu lelah, aku mulai terlelap dengan
masih terkubur di dalam dirinya dan berharap dia membiarkanku
tinggal di sana untuk sementara waktu.
Tapi aku itu tahu ketika dia berkata, "Aku juga mencintaimu."
Mataku terbuka dan aku memandang ke kegelapan dan
memeganginya. Aku memutar kembali suara dari kata-kata itu,
memutarnya berulang-ulang kali.
Sialan. Mereka akan melakukannya. Jantungku mulai memompa
saat rasa takut yang tak pernah kukenal berpacu pada vena berisi
adrenalin ke seluruh tubuhku. Aku sudah menunggu ini untuk
datang. Dalam hati aku tahu itu akan tetapi untuk menyelamatkan
kewarasanku, aku akan mendorongnya menjauh. penyangkalan
berhasil untuk sementara waktu tapi waktunya sudah berakhir.
"Kau siap?" tanya dia padaku. Makhluk yang mengajukan
pertanyaan adalah yang aku ingin memusnahkan, dan
meninggalkan merembes keluar perlahan-lahan. Orang yang
berbicara tentang DIA. Orang yang mengejek setiap saat untuk
melukainya.
Sial. TIDAAAK!
video, " itu semua yang bisa kuucapkan. Dan jika suara itu tidak
lagi mampu melalui mulutku maka itu akan menjadi hal terakhir
dalam pikiranku beserta dengan, "Maafkan aku, Ayah. Hannah.
Brynne...Aku benar-benar menyesal..."
"Ethan! Baby, bangun. Kau bermimpi." Suara termanis memenuhi
telingaku dan tangan terlembut menyentuhku.
Aku tersentak terengah-engah, kesadaran membawaku dalam
kondisi kewaspadaan tertinggi. Tangannya terjatuh saat aku
menabrak pada kepala ranjang dan menghirup oksigen. Brynne yang
malang, mata lebar, tampak ngeri saat dia duduk denganku di tempat
tidur.
"Oh, sial!" Aku terengah-engah, menerima realitas di mana aku
berada.
Bernapas, brengsek!
Aku telah melakukan ini berkali-kali. Itu hanya dalam kepalaku.
Tidak nyata. Tapi di sinilah aku duduk, kehilangan kontrol di depan
gadisku. Itu pasti menakutkan baginya dan aku sangat menyesal.
Aku merasa seperti aku mungkin akan muntah.
Dia mengulurkan tangannya lagi, sentuhan dingin tangannya di
dadaku menyadarkanku, membawaku kembali ke sini, saat ini.
Brynne benar di sampingku di tempat tidur, tidak di dalam mimpi
kacau itu lagi. Aku terus membawa dia ke dalam mimpi burukku.
Mengapa aku selalu melakukan itu?
Dia beringsut mendekat dan aku mencengkeram tangannya di
dadaku, membutuhkan sentuhannya seperti tali penyelamat.
mimpi itu keluar dari sistemku dan bercinta adalah cara bagiku
untuk membuat itu terlaksana. Jika kau dapat bercinta maka kau
masih hiduplogika brutal itu cukup sulit untuk di bantah.
Itu percintaan yang cukup kasar, bahkan bagi kami. Dan Brynne bisa
menerima kekasaran itu dariku. Dia pernah menerima itu
sebelumnya dan dia akan mendapatnya lagi karena aku tak pernah
membiarkan dia pergi. Takkan pernah. Aku tak bisa membayangkan
melakukan hal yang baru saja kulakukan padanya dengan orang lain.
Aku tahu aku tidak akan bisa.
Aku kemudian memahami dalam kegelapan, setelah aku
menyeretnya pada perjalanan seks gilaku, dan setelah ia jatuh ke
dalam tidur nyenyak di sampingku. Dia orgasme begitu sering
hingga dia pingsan karena kelelahan setelah aku akhirnya bisa
memaksa diriku untuk berhenti. Bagaimanapun dia tak pernah
memintaku untuk berhenti. Gadisku memberikan dirinya sendiri
padaku dan tidak memaksa memnta jawaban. Dan aku sangat senang
karena aku belum ingin membicarakan semua itu sekarang. Bagian
dalam jiwaku terlalu liar setelah mimpi burukku.
Aku ingin menyalakan rokok tapi membantah diriku sendiri.
Rasanya salah jika mengingat dirinya. Itu salah merokok yang tidak
menyehatkanku dan aku tidak akan melakukannya lagi di dekatnya.
Mengamati tidurnya setelah sesi itu, pernapasan sistematisnya, bulu
mata panjang yang di atas tulang pipinya, rambutnya tersebar
dengan liar di atas bantal, membuatku terpukau sepenuhnya. Aku
tahu aku telah menemukan malaikatku pada akhirnya dan aku akan
berpegangan padanya dengan semua yang kumiliki.
Tidak ada lagi menyerah pada mimpi...
Bab 9
Aku terbangun di tempat tidur yang kosong, flat yang kosong, dan
dengan sebuah mimpi buruk. Setelah apa yang terjadi semalam, hal
terakhir yang kuinginkan adalah Brynne menjadi AWOL (kabur)
dariku.
Firasat pertamaku bahwa terjadi sesuatu yang salah datang ketika
aku bisa berguling dan terus berguling di tempat tidur. Tak ada tubuh
yang lembut dan hangat yang beraroma bunga yang mengajakku
bercinta tadi malam dan untuk terus menekan dan membungkus
diriku. Hanya seprai dan bantal. Dia tidak ada di tempat tidurku. Aku
memanggil namanya dan hanya keheningan yang menjawabku. Aku
mulai merasa ketakutan dan itu menyiksaku.
Semalam terlalu berlebihan untuknya?
Pertama-tama aku memeriksa kamar mandi. Aku bisa melihat dia
menggunakan kamar mandi. Kosmetik dan sikat giginya menyeruak
penuh kesombongan tapi dia tak ada. Tak ada di dapur untuk
membuat kopi, tak ada diruang kerja untuk memeriksa emailemailnya, tak ada digym untuk berolahraga, tak ada di manapun, di
dalam flat ini.
Aku menyalakan video kamera keamanan pada monitor yang
merekam pintu depan dan lorong. Siapa pun yang datang atau pergi
akan terlihat. Hatiku berdebar begitu keras, dadaku terlihat naik
turun. Aku memutar ulang satu jam terakhir dan dia ada,
mengenakan baju joging dan berlari menuju lift, headphone
terpasang di telinganya.
"Sial!" Aku berteriak, membanting tanganku ke bawah desktop.
Keluar untuk lari pagi? Aku mengerjapkan mata pada apa yang
kulihat dan menggosokkan tangan didaguku.
"Katakan kau berada disampingnya sekarang!" Teriakku keras
langsung ke Neil.
"Apa?" Neil terdengar seperti dia masih terbaring di tempat tidur dan
aku merasa lebih tersiksa dari sebelumnya.
"Jawaban yang salah sobat. Brynne meninggalkan flat. Untuk lari!"
"Aku sedang tidur, E," katanya. "Mengapa aku harus menjaganya
sedangkan dia di flat bersamamu"
Aku menutup telepon, dan menelpon Brynne keponselnya. Dan
langsung terhubung dengan voicemail. Aku hampir membenturkan
kepalaku kedinding tapi aku berhasil meng-SMS nya dengan:
SIALAN? dimana kau?
Secepatnya aku lari menuju lemari, melemparkan beberapa pakaian
Dia tertawa gugup. "Aku hanya merasa seperti moka cokelat putih
pagi ini."
"Kau masih perlu kopi pagi, ya, aku tahu. Beberapa hal ada yang
tidak pernah berubah, Brynne sayang?" Langley menyeringai penuh
rahasia ke arah Brynne dan saat itu, aku serta merta tahu. Dia pernah
tidur dengan Brynne. Atau berusaha sekuat mungkin untuk
melakukannya. Mereka memiliki semacam cerita masa lalu dan yang
bisa aku melihat hanyalah kain merah kecemburuan yang melambailambai di depan mataku. Sialan, emosi penuh kekerasan langsung
membanjiriku detik itu juga. Aku ingin menonjok wajah Langley
sampai jatuh ketrotoar dengan tinjuku, tapi yang aku perlukan
sekarang adalah menjauhkannya dari Brynne sejauh mungkin.
"Saatnya untuk pergi, sayang," Ujarku, sambil menekan tanganku di
punggungnya.
Brynne menegang sesaat tapi kemudian menyerah "Semoga
berjumpa lagi Paul. Berhati-hatilah."
"Kau juga, sayang. Aku punya nomor barumu dan kau punya
nomorku, jadi kau tahu di mana menemukanku." Bajingan itu
menatapku dan tidak salah lagi ada tantangan dalam tatapannya?.
Pikirku dia adalah semacam idiot dan menunjukkan tantangan
padaku bahwa jika Brynne perlu diselamatkan dia hanya perlu
menelepon dan Pangeran Tampan akan datang untuknya.
Enyah. Kau. Bedebah. Menyedihkan.
Brynne mengangguk dan tersenyum padanya. "Selamat tinggal,
Paul."
Ya, enyahlah...Paul.
Itu sangat jelas bahwa Paul tidak ingin meninggalkannya. Sangat
terlihat ia ingin menciumnya atau memeluknya untuk salam
perpisahan, namun dia cukup pintar untuk tidak melakukannya. Aku
tidak mengatakan dia bodoh, hanya musuhku saja.
"Aku akan meneleponmu. Aku ingin mendengar semua tentang
Mallerton " Tangannya menunjuk ketelinganya. "Bye, sayang." Dia
menatapku dan aku membalasnya sekilas. Aku benar-benar berharap
dia bisa membaca pikiranku karena aku punya begitu banyak katakata yang harus dia dengar.
Laki-laki bedebah, sialan! Kau benar-benar TIDAK akan pernah
menelponnya untuk bicara tentang Mallerton. Kau tak akan melihat
dia dan kau tak akan berpikir tentang dia, OK! Camkan itu?!
Gadisku BUKAN pacarmu sekarang, tidak akan pernah, bahkan di
masa depan sekalipun. Mengingkirlah dari pandanganku sebelum
aku terpaksa melakukan sesuatu yang akan membuatku menghadapi
banyak masalah dengan pacarKU.
Kami mulai menyeberang jalan, hatiku berdebar keras, kemarahan
mengalir keluar dariku, ketika ia membuka mulutnya.
"Tadi itu apa, Ethan? Kau sangat kasar."
"Jalan terus. Kita akan membicarakan ini di rumah," aku berhasil
menahan kesabaranku sampai kita menyeberang.
Dia memelototiku seperti ada kepala lain yang tumbuh dikepalaku
dan berhenti di trotoar. "Aku bertanya padamu. Jangan bicara padaku
seperti aku seorang anak kecil yang nakal!"
Paul mulai dengan P juga, pikirku. Aku cukup yakin aku tak akan
pernah lupa namanya, tidak sekalipun.
"Sulit mengingat namanya?" Tanya Brynne.
Ya.
"Apa warna rambutnya, hmmm?"
Strawberry blonde au naturale. Aku ingat itu.
"Apakah kau akan bercinta dengannya lagi, Ethan, jika kau belum
berjumpa denganku?" Dia terus mengejek.
Aku tidak menjawab. Aku menyalakan mobil dan meluncur ke jalan
raya, aku hanya ingin pulang dan mungkin kembali ke masa
beberapa jam yang lalu. Aku benci berdebat dengannya.
"Mengapa kau menyelinap keluar?" Akhirnya aku berhasil bertanya.
"Setelah tadi malam, kau meninggalkanku pagi ini?"
"Aku tidak meninggalakanmu, Ethan. Aku bangun, menggunakan
treadmill-mu, mandi dan ingin kopi moka. Kita sering pergi ke toko
itu, dan aku tahu kau lelah dari ... um ... tadi malam."
Jadi dia berpikir tentang semalam juga. Aku tak tahu apakah ini
keuntungan buatku atau tidak tapi aku berharap begitu. Aku masuk
kedalam garasi apartemenku dan memarkir Rover. Aku
memandangnya, dan dia mendesis marah di kursinya.
Brynne belum selesai mengejekku rupanya. "Ini sering kulakukan
setiap pagi. Hari ini tidak hujan dan hari yang sempurna untuk
berjalanjalan." Dia mengangkat tangannya lagi. "Aku telah
berolahraga di atas treadmill dan ingin moka cokelat putih. Apakah
itu tindak kriminal? Ini bukanlah seperti aku menerobos masuk ke
The Tower dan tertangkap sedang mencuri permata mahkota atau
yang lainnya."
Aku memutar mataku. "Sayang, kau tahu seperti apa rasanya bagiku
pagi ini ketika tahu bahwa kau pergi? Tidak ada pesan, tidak ada
catatan, tidak apapun!"
Dia memutar kepalanya dari kursi dan mendongak. "Tuhan tolong
aku! Aku meninggalkan pesan! Sungguh. Aku meletakkannya di
bantal sehingga kau dapat melihatnya. Isinya: Pergi untuk membeli
kopi di Java. Segera kembali. Aku menggunakan gym-mu dan mandi
sebelum aku pergi. Apakah aku melaporkan setiap hal yang aku
lakukan? Tidak ada yang dirahasiakan, hanya rutinitas pagi yang
normal, Ethan!"
Bukan pagi yang normal yang ingin aku alami lagi, terima kasih
banyak!
"Aku tidak melihat pesanmu! Aku meneleponmu dan masuk ke
voice mail! Kenapa kau tidak menerimanya padahal kau hanya
berjalan untuk membeli kopi?" Aku keluar dan membukakan pintu
untuknya. Aku ingin kembali ke flat agar lebih leluasa. Pertengkaran
di tempat umum seperti ini sungguh memuakkan.
Dia menggelengkan kepalanya dan keluar dari mobil. "Aku sedang
berbicara dengan tante Marie."
Aku menekan tombol lift. "Sepagi itu?" Aku menggandengnya
harus mandi dulu dan kemudian mungkin aku bisa duduk berdua dan
mencoba menjelaskan suatu penalaran logis. Aku langsung ke kamar
mandi daripada harus kekamar tidur karena aku membayangkan di
sedang berhias untuk pergi bekerja, dan kupikir sedikit privasi akan
dihargai mengingat dia baru saja mengatakan padaku untuk enyah
darinya. Aku membuka sepatu dan kemeja dan masuk ke kamar
mandi.
Aku harus memegang bola mataku karena hampir saja keluar dari
kepalaku dan dan terjatuh di lantai. Brynne berdiri di sana setengah
telanjang memakai lingerie yang benar-benar seksi, sedang
berdandan, atau menata rambutnya.
Dia menoleh dan memberiku tatapan yang mengisyaratkan bahwa
dia masih sangat marah. "Aku menemukan pesanku yang aku
tinggalkan untukmu." Dia mengambil secarik kertas dari meja rias.
"Itu di bawah sprei ketika kau menggesernya," dia menyeringai,
dibiarkan kertas itu jatuh, dan kemudian berbalik kembali ke cermin
dan berkedip cantik, celana renda hitamnya membuatku merasa
bahwa beberapa saraf mataku telah ditembak.
Aku berpikir tentang pantatnya dan tentang tadi malam. Apa yang
telah selesai kita lakukan, dan apa yang tidak selesai...
Matanya menatapku di cermin sesaat sebelum dia menunduk,
dadanya memerah di atas gundukan payudaranya dalam bra renda
hitam, seketika aku cemburu.
Itu baru gadisku.
Dia juga ingat. Beberapa hal di antara kita mungkin sedang kacau
sekarang, tapi di dalam urusan seks kami sangat solid.
Bab 10
Makan siang di Gladstone dan Ivan datang terlambat. Aku tidak tahu
mengapa aku repot-repot berusaha untuk datang tepat waktu dengan
sepupuku karena aku tahu dia pasti tidak tepat waktu. Aku melirik
jam tangan dan melihat ke sekeliling ruangan. Gambaran klub para
pria di abad yang lalu, tempat ini telah dihidupkan kembali dengan
linen putih, banyak kaca, dan kayu pinus, terlihat ditujukan untuk
lelaki eksklusif, societal enclave untuk orang-orang London seratus
tahun yang lalu.
Well, Ivan pasti akan cocok disini. Sepupuku adalah bangsawan dari
kerajaan meskipun ia tidak suka diingatkan kembali dan tentu saja
dia tidak bertingkah seperti itu.Tak satupun dari kami bisa mengelak
bagaimana kami dilahirkan dan Ivan jelas tidak bisa menolak bahwa
sebelumnya ayahnya pernah menjadi Baron Rothvale sama seperti
aku yang tidak bisa mengelak kalau ayahku seorang sopir taksi di
London. Kami memiliki hubungan kekerabatan yang sangat jauh
selain uang yang bisa membawa kami menjadi akrab.
Siapa yang aku bodohi? Ivan bisa terjun bebas ke jurang jika ia suka,
tapi disini aku satu meja dengan dua wanita cantik yang tampak
"Aku akan senang sekali jika dia ikut bersama kami, tapi dia akan
pergi makan siang dengan teman wanita klub bukunya. Dia berkata
agar disampaikan kepadamu, dia begitu tidak sabar ingin bertemu
denganmu." Brynne tersipu lagi seolah-olah gagasan pertemuan itu
membuat dirinya menjadi malu.
Dia seorang pemalu itulah daya tariknya yang mempesona di depan
umum, namun hal itu tidak sampai terbawa saat dikamar tidur
denganku. Tidak. Gadisku tidak malu seperti itu denganku, dan
semua itu rasanya sangat menyenangkan. Aku berpikir tentang
berapa jam lagi sampai nanti malam ketika aku bisa mengajaknya
lagi ke kamar tidurku dan dia bisa menunjukkan kepadaku sisi tidak
malunya yang lebih banyak lagi.
Kami telah terbakar diatas seprei akhir-akhir ini...dan di dinding
kamar mandi...di meja kantorku... di karpet depan perapian...kursi
panjang di balkon, dan bahkan di tempat gym. Aku menggeser
kursiku dan mengingat olahraga tadi pagi dalam tanda kutip dengan
keintiman yang hebat. Siapa yang tahu memakai alat gym weight
bench (bangku yang bisa digerak2kan) begitu menyenangkan ketika
Brynne dengan telanjang dengan posisi duduk bergerak ke atas dan
ke bawah di
"Kau pasti akan menyukai Marie, Ethan," kata Gabrielle
membubarkan pikiranku yang kacau, sambil memeriksa pesan di
ponselnya yang menginterupsi renungan erotisku. Aku seharusnya
membetulkan kemaluanku namun sebaliknya aku terpaksa
tersenyum pada mereka berdua.
Aku belum pernah bertemu dengan Bibi Marie yang dikagumi
mereka, tapi dalam waktu dekat aku berusaha untuk bertemu
dengannya. Kami telah memutuskan sudah waktunya untuk
Aku mengangguk. "Ya. Mereka akan berada di sana untuk acara itu.
Pangeran Harry juga. Dia sangat menyenangkan."
"Kau kenal dia?" Dia bertanya dengan tidak percaya.
Aku mengangguk lagi. "Aku akan mengusahakan untuk
memperkenalkanmu jika kau ingin... sepanjang kau tidak memiliki
perasaan suka pada pangeran dengan rambut merah itu."
"Tidak akan," katanya dengan mata menggoda. "Aku menyukai pria
yang bekerja di bidang Security dengan rambut hitam."
Siapa yang menyalakan tungku peleburan besi? Aku langsung
melihat sekeliling ruangan untuk mencari pintu keluar. Jika ada
sebuah pintu bertanda 'pribadi' aku bersumpah aku akan menariknya
ke balik pintu itu dan benar-benar menelanjanginya dalam waktu dua
detik.
"Kau sangat kejam sekali, Miss Bennett."
Dia tampak sangat senang dengan dirinya sendiri yang sedang duduk
di sana, diseberangku di restoran ini. Sebenarnya tampak sangat
puas, dia membuatku mengingat ketika dengan penuh sayang aku
memukul pantatnya di atas wastafel. Ya Tuhan dia terlihat seksi,
dengan posisi membungkuk yang mendorongku menjadi gila...
"Jadi kembali ke pekerjaanmu. Kau melakukan pengamanan VIP
untuk kejuaraan Olimpiade itu, Ethan!" kegembiraannya
membawaku keluar dari lamunanku. Mungkin itu sekarang
merupakan suatu hal yang bagus.
"Well, aku tidak mengeluh, hal itu untuk bisnis meskipun aku bisa
melakukan pekerjaan ini tanpa merasa stres. Aku hanya ingin
semuanya berjalan mulus. Tidak ada skenario atau kegilaan dengan
sebuah kampak, tidak ada bom, atau sesuatu yang memalukan dan
aku bisa bernapas dengan lega. Klien senang karena tetap aman dan
aku akan merasa senang juga." Aku meraih anggurku. "Mari kita
pesan dulu, aku tidak berpikir Ivan akan segera muncul...selalu
datang sangat terlambat!" Aku menggerutu, lalu membuka menuku.
Brynne mengatakan padaku apa yang dia inginkan pada saat pelayan
muncul dan mengundurkan diri untuk ke kamar kecil. Aku
mengawasinya saat berjalan menjauh, dan penampilannya mendapat
perhatian dari orang lain juga. Aku mendesah. Sebanyak Brynne
membawa masa lalunya, dia masih memiliki suatu pesona yang
membuat orang-orang memperhatikannya. Sesuatu yang bisa aku
bereskan meskipun tak yakin, namun kepercayaan adalah bagian dari
kesepakatan dengannya. Pria akan selalu memandang dirinya. Dan
menginginkannya. Dan mencoba untuk mengajaknya pergi.
Benar-benar pekerjaan yang membuatku gila, dan membuatku sibuk,
fokus bentangan pekerjaanku menjadi lebih luas dan pengawasan
keselamatannya menjadi berkurang. Dua minggu terakhir adalah
hari-hari yang terbaik bagi Brynne dan aku, serta hubungan kami,
namun bukannya tanpa rasa khawatir. Kekhawatiran itu tidak akan
pernah hilang. Aku sudah cukup lama menjalankan bisnis
pengamanan ini hingga bisa tahu ketika ada sesuatu yang sepertinya
melibatkan banyak perintah, hal itu bukan saatnya untuk
menurunkan penjagaan. Dia masih sangat rentan dan pikiran itu
membuatku jadi gila.
"Maaf, E. Aku lupa waktu dan semua janji-janji itu," Ivan
mengganggu lamunanku, tiba-tiba duduk dengan sembarangan di
depanku.
"Baik sekali kau datang. Bisa aku tambahkan ini adalah janji yang
kau buat. Dan jangan duduk di sana. Aku bersama Brynne." Aku
menunjuk ke kursi sebelahnya. "Dia akan kembali sebentar lagi."
Ivan pindah ke kursi sebelahnya. "Ada sesuatu yang tiba-tiba
muncul, dan aku mendapatkan sedikit gangguan (waylaid; bisa
diartikan dengan seks yang hebat)."
"Ya," aku mendengus. "Kemaluanmu mendapatkan gangguan.
Dengan siapa kau tidur kali ini?"
"Sialan, bukan itu maksudku. Ada wartawan brengsek yang
membuntuti aku- mengatakan padaku kalau aku butuh sesuatu yang
lebih penting daripada itu." Dia memandanganggur itu dan memberi
isyarat kearah pelayan, pandangan ngeri yang menyakitkan muncul
sesaat sebelum ia menutupinya dengan tatapan mengintai.
Aku membiarkan dia. Sepupuku memiliki kesalahan, tapi semua
orang juga memilikinya. Hal ini tidak berarti dia layak mendapatkan
perlakuan seperti itu. Yeah, Ivan sama kacaunya dengan kami.
Beberapa saat kemudian Brynne kembali ke meja kami, ekspresinya
tidak terbaca, tapi jika aku bisa menebak, aku akan mengatakan dia
sedang memikirkan sesuatu. Aku bertanya-tanya apa yang sedang ia
pikirkan.
Aku berdiri dan meraih tangan Brynne, saat itu juga aku menendang
kaki kursi Ivan agar ia berdiri. Ivan melompat dan membelalakkan
matanya ketika ia melihat Brynne. Aku berharap aku menendang
kakinya bukan kaki kursi itu.
berjanji pada diriku sendiri. Ini adalah sesuatu yang sangat penting
untukku. Aku ingin mendapatkan itu atas usahaku sendiri, bukan dari
kau yang meminta bantuan dari sepupumu. Tidak peduli seberapa
baik koneksi dia ... dan godaannya itu. Ya Tuhan, Pria itu seorang
penggoda!"
"Jangan mengingatkan aku. Sudah beberapa kali aku ingin
mencekiknya selama makan siang."
"Tapi semua itu hanya pura-pura, Ethan. Kau sudah mengenalnya.
Dia menghormati dirimu dan aku bisa melihat hubungan yang kalian
miliki berdua. Hampir seperti saudara kandung."
"Ya ... didasar lubuk hati Ivan sangat baik. Dia baru saja
mendapatkan beberapa pukulan keras akhir-akhir ini yang telah
membuatnya patah semangat." Kita semua pernah mengalami itu.
"Bukankah kita semua pernah mengalami itu," katanya.
Aku meraih tangannya dan menempatkan di pangkuanku yang
menandakan semacam jawabanku. Tidak tahu apa yang harus
kukatakan untuk menanggapi hal itu dan tahu kami tidak memiliki
waktu yang lama diperjalanan ini.
Meskipun aku sangat berharap perjalanan ini bisa memakan waktu
yang lebih lama. Semakin dekat kami sampai ke tempat tujuan
Brynne, suasana hatiku semakin buruk. Pada saat aku berhenti ke
studio di mana ia bekerja hari ini dan memarkir mobil sialan ini, aku
menjadi seorang pemarah yang kacau. Aku merasakan
ketidakrasionalanku menyapu seluruh tubuhku dan harus
melawannya keluar dengan keras. Batinku seakan menjadi Mr Hyde
yang sedang menikmati kebebasan dengan Dr Jekyll. Seperti ingin
bisa tinggal di tempatku malam ini tetapi Brynne tidak ingin tinggal
di tempatku. Aku sudah memintanya dan ia menolak dengan keras.
Dia mengatakan ia membutuhkan tempat tidurnya sendiri untuk
malam ini, dia menambahkan besok ia akan berada di tempatku
untuk acara makan malam keluarga yang kami rencanakan. Aku
mencoba untuk mengajak dia selamanya bersamaku setiap malam
tapi dia masih sulit dipahami tentang kemerdekaannya. Brynne
merasa jengkel denganku jika aku terlalu banyak campur tangan atau
mencoba untuk mempengaruhi pilihannya.
Pekerjaannya sebagai model telanjang. Kau berpikir tentang hal itu
lagi, brengsek.
Sial, berpacaran butuh banyak usaha...setiap saat.
Jadi, aku harus menampakkan betapa briliannya diriku, aku bisa
mempertimbangkan pilihanku-ditempatku tanpa Brynne atau paket
kesepakatan dari Brynne berada di rumah mungilnya, dan kurangnya
privasi jika Gabrielle berada disana juga.
Keputusan yang sangat mudah. Brynne selalu menang.
Astaga, aku masih berfantasi tentang dinding tempat bercinta yang
lain-dan Aku bertanya-tanya apakah mungkin akan mengejutkan dia
kalau bercinta dengannya saat aku akan mengajaknya ke pantai yang
tenang itu.
Dimana aku akan membeli makanan? Kami menyukai makanan
yang bervariasi. Aku akan membeli lasagna dari Bellisima tapi aku
langsung teringat Carvaletti orang Italia itu dan membuang ide itu ke
dalam neraka. Si Brengsek itu melihat Brynne telanjang hari ini.
sebaiknya kau tidak usah datang. Aku hanya tidak siap untuk malam
ini, Ethan."
Bisakah kau mengatakan ada hormon jahat yang bisa mengubah
gadisku menjadi Medusa dan untuk menakut-nakuti diriku?
"Tidak siap untuk berbicara denganku atau tidak siap untuk diriku
semuanya? Karena aku ingin berbicara denganmu." Aku mencoba
untuk menjaga tingkat nada suaraku tapi tidak terlalu yakin aku
berhasil melakukannya. Aku benar-benar yakin aku tidak bisa
melakukan yang lebih baik sekalipun itu menjaga nada suaraku
menjadi dingin. Aku tidak suka semua dialog yang mengacaukan ini.
Aku bisa merasakannya.
Hening.
"Halo, Brynne? Apakah aku boleh datang sekarang atau tidak?"
"Aku tidak tahu."
Aku menghitung sampai sepuluh. "'Aku tidak tahu,' adalah
jawabanmu untukku?" Apa sih yang terjadi dengan makan siang
romantis kami yang begitu menyenangkan di Gladstone? Aku
menginginkan gadis manisku kembali!
"Kau mendesah padaku lagi."
"Penjarakan aku. Dengar, aku sedang mengemudi dengan mobil
penuh makanan India yang kubawa dan tidak tahu ke mana aku akan
pergi. Dapatkah kau membantuku mencarikan jalan keluarnya,
sayang?"
Bab 11
"Itu pasti Bibi Marie! Ethan, bisakah kau mempersilahkan dia
masuk? Aku sangat sibuk di sini." Brynne menunjukkan persiapan
paniknya pada menit-menit terakhir untuk makan malam dari dapur.
"Aku lakukan." Aku memberinya sebuah ciuman udara dan berkata,
"Waktunya pertunjukan, ya?"
Dia mengangguk kembali, tampak cantik seperti biasanya dengan
rok panjang hitam dan atasan ungu. Warna itu indah pada dirinya
dan karena aku sekarang tahu itu kesukaannya, aku harus percaya
pada keberuntunganku saat pertama kali ketika aku mengirim dia
bunga ungu.
All in, baby.
Aku membuka pintu untuk wanita cantik yang aku pikir sudah jelas
dia pasti bibi besar Brynne itu. Adik neneknya dari sebelah ibunya.
Tapi orang yang tersenyum di depan pintuku tidak seperti sosok
seorang nenek yang bisa kau bayangkan. Dengan kulit tanpa keriput
dan rambut merah gelap dia tampak muda dan stylish dan agak ...
seksi untuk seorang wanita yang pastinya tidak mungkin berumur di
atas lima puluh lima tahun.
"Kau pasti Ethan yang sering aku dengar dibicarakan," katanya
dalam logat yang kental.
"Dan Anda pasti Bibi Brynne, Marie?" Aku ragu-ragu takut jika aku
salah, tapi benar-benar, para perempuan di keluarganya semua
menakjubkan. Aku bertanya-tanya lagi jenis kecantikan seperti apa
yang ibu Brynne punyai.
sendiri akan apa yang Ayah akan pikirkan tentang Marie ketika ia
memandangnya. Aku tahu dia adalah seorang janda tanpa anak tetapi
dengan kecantikannya, harusnya ada antrian panjang pria berteriakteriak meminta waktunya. Aku tidak sabar untuk mendapatkan cerita
itu dari Brynne.
Clarkson dan Gabrielle tiba berikutnya dan karena mereka sudah
kenal baik dengan Marie semua yang aku harus lakukan adalah
hanya membuat minuman dan mengedarkan pada mereka. Clarkson
dan aku punya semacam gencatan senjata, sepanjang baris yang
sama seperti hubunganku dengan Gabrielle. Kita semua peduli pada
Brynne dan ingin dia bahagia. Aku tidak senang dia memotret
Brynne, tapi kemudian kami hanya mampu untuk bersikap ramah
satu sama lain karena dia gay. Serius, aku tahu itu masalahku, tetapi
jika ia pria normal dan mengambil gambar telanjang Brynne? Dia
tidak akan berada di rumahku sekarang.
Setelah Neil dan Elaina muncul, aku merasa sedikit lebih nyaman di
rumahku sendiri. Clarkson masuk untuk membantu Brynne dan
Marie di dapur sementara Gabrielle dan Elaina tampaknya langsung
akrab dengan berbicara tentang buku-sesuatu yang sedang hangat
tentang miliarder sangat muda dan obsesinya dengan wanita yang
jauh lebih muda ... dan seks. Banyak adegan seks erotis dalam buku
itu, sepertinya pada setiap halaman.
Neil dan aku melihat dengan penuh simpati satu sama lain dan sama
sekali tidak bisa menambahkan percakapan itu. Maksudku, siapa
yang membaca buku sial itu? Siapa yang punya waktu? Mengapa
sempat membaca tentang seks di sebuah buku ketika kau bisa
melakukannya? Aku tidak bisa memahami itu. Dan miliarder di usia
dua puluhan? Aku menggelengkan kepala dalam hati dan pura-pura
peduli. Aku seperti bajingan.
sangat aku sukai, Mr. Blackstone. Aku bisa melihat dia telah dilatih
oleh seorang master," Katanya dengan senyuman yang indah.
Senyum dengan kekuatan untuk menerangi seluruh ruangan.
"Silahkan panggil aku Jonathan, dan bersabar padaku lebih sedikit
lagi, sayangku, karena aku akan mengambil kebebasan lebih lanjut."
Ayahku merunduk dan mencium pipinya! Dia tersipu lagi dan
menjadi sedikit pemalu, tapi masih tampak bahagia. Aku terus
membelai punggungnya dan benar-benar berharap ini tidak
berlebihan ... untuk segala sesuatunya.
"Santai, orang tua," kataku sambil menggelengkan kepala. "Gadisku.
Milikku." Aku menarik Brynne mendekatiku sampai aku mendengar
dia menjerit pelan.
"Aku pikir mereka paham, Ethan," katanya, menekan tangannya di
dadaku.
"Oke, asalkan tidak ada yang lupa."
"Agak mustahil itu terjadi, sayang."
Dia memanggilku sayang. Semuanya baik sekarang, aku pikir,
senang aku bisa menertawakan diriku sendiri saat kami semua santai
untuk tujuan berkumpul pada malam ini.
"Ayam bumbu Marsala ... mmmm. Brynne Sayang, apa itu yang ada
dalam ini?" Tanya Ayah di sela gigitan. "Ini benar-benar enak."
"Aku menggunakan anggur cokelat untuk menumis ayamnya."
"Menarik. Aku suka apa yang diperbuat wine coklat untuk rasa
ayahku. Dengan cara ini Brynne tidak harus berada di sana merasa
tidak nyaman menonton PowerPoint yang aku buat dengan jadwal
dan foto sehingga semua orang tahu wajah-wajah dan nama-nama
yang penting. Itu penting bagi orang-orang terdekat Brynne
mengetahui semua rincian tentang siapa, apa, di mana, dan
kemungkinan motivasi apa yang akan datang. Kau tidak bisa
mendapatkan motif politik lebih tinggi lagi dari pemilihan presiden
di Amerika Serikat. Dan sisi ingin mengeksploitasi Brynne akan
bekerja sama kerasnya dengan sisi yang tidak ingin keberadaannya
diketahui. Aku tidak tahu bagaimana lagi untuk melindungi dirinya
dan memperoleh informasi untuk orang-orang yang penting. Elaina
dan Neil sudah mulai dengan cepat dan Brynne mengatakan dia
nyaman dengan mereka dan ayahku tahu masalahnya. Yang lain
tentu saja sudah tahu sejarahnya.
Kami memiliki sesi yang dijadwalkan dengan Dr Roswell untuk
membahas beberapa hal sebagai pasangan. Aku setuju untuk itu
ketika ia bertanya padaku. Brynne masih memiliki ide ini di
kepalanya bahwa aku tidak bisa benar-benar cukup mencintainya
untuk mengabaikan masa lalu dia yang berada bersama dengan
orang-orang di video itu. Seperti waktunya sudah dilabeli cap
selamanya sebagai pelacur di usia tujuh belas tahun. Itu membuatku
benar-benar sedih dia menyalahkan dirinya sendiri. Itu pastinya
masalah untuknya, bukan untukku, tapi hal itu lalu membuat dia
percaya bahwa aku tidak mencintainya kurang dari apapun karena
itu serangan busuk itu yang dia alami, adalah rintangan nyata. Kami
memiliki hal-hal yang harus diatasi dan bahkan belum menggores
sisi gelapku sama sekali. Dan lebih dari saat pertama kalinya aku
bertanya-tanya apakah aku perlu berbicara dengan seseorang tentang
detil dan potongan masa laluku. Pikiran tentang mimpi buruk yang
lain benar-benar menakutkanku. Lebih takut lagi jika Brynne akan
melihatku seperti itu lagi.
"Dia memujamu, seperti juga yang lain. Ayahku bukan orang yang
suka menghakimi. Itu bukan cara dia memandang masalah. Dia
hanya senang melihat aku bahagia. Dan dia tahu apa yang
membuatku bahagia adalah dirimu." Aku meletakkan tanganku di
setiap sisi wajahnya lagi.
"Kau membuatku bahagia, sayang."
Dia menatapku melalui mata indah sedihnya yang berkilau dan
berbinar saat ia memahami kata-kataku. "Aku mencintaimu,"
bisiknya.
"Lihatkan?" Aku menunjuk dadaku dengan jari. "Pria yang sangat
bahagia."
Dia mencium bibirku dan membuat hatiku berdegup keras di dalam.
"Makanan penutupnya ..." katanya, menunjuk ke arah meja, "es
krimnya akan mencair."
Hal yang bagus ia ingat karena aku yakin aku tidak akan ingat.
"Biarkan aku membantumu dengan itu," kataku, "semakin cepat kita
melayani mereka, semakin cepat mereka bisa pulang, ya?" Aku
mulai mengambil piring makanan penutup dan memindahkan
mereka keluar kepada orang-orang yang menunggu. Jika tidak ada
yang lain, aku adalah seorang pria yang suka bertindak.
***
Aku terbangun karena begitu banyak suara ribut dan gerakan gelisah
di sampingku. Brynne mengalami mimpi. Sepertinya, bukan mimpi
buruk, tapi sebuah mimpi itu. Setidaknya aku yakin tampak seperti
itu. Dia menggeliat di seluruh tempat dan melingkarkan kakinya.
Oh, ya!
Tanganku langsung naik ke payudaranya tanpa berpikir. Tuhan! Aku
menangkupkan semua daging yang lembut itu di tanganku dan
menarik mereka ke arah mulutku. Dia melengkung dan mulai
menggelinjang diatas penisku yang sekarang terjaga seperti juga
otakku. Aku lupa tentang dia yang sudah selesai menstruasi karena
dia yakin tidak bertindak seperti dia baru saja selesai.
Mulutku di putingnya dan mengisapnya dalam-dalam. Aku
menyukai rasa kulitnya dan bisa bermain selama berabad-abad
sebelum aku siap untuk melepaskan payudara indah tubuhnya itu.
Aku mengambil puting lainnya dan mengigit sedikit, ingin
membawanya ke tepi yang mana sedikit rasa sakit membuat
kenikmatan jauh lebih baik. Dia berteriak dan mendorong lebih
keras pada mulutku.
Aku merasakan tangannya menyelinap di bawah boxerku yang aku
pakai untuk tidur dan membungkus penisku.
"Aku ingin ini, Ethan."
Dia melompat turun dari pinggulku dan putingnya meninggalkan
mulutku dengan bunyi pop. Aku tidak punya waktu untuk
memprotes kehilangan itu sebelumnya karena dia sudah bekerja
melepas celana pendekku yang menjengkelkan itu dan menurunkan
bibirnya di sekitar ujung penisku. "Ahhh, Tuhan!" Aku melemparkan
kepalaku kebelakang dan membiarkan dia bekerja padaku. Itu begitu
nikmat sampai-sampai bolaku sakit. Dia benar-benar pandai dalam
hal ini. Aku mendapat segenggam rambutnya dan memegang
kepalanya sambil dia mengisapku ke jurang orgasme. Aku begitu
berharap aku bisa terlepas dalam dirinya, bukan di mulutnya. Aku
"Tidak. Tidak seperti itu bagiku karena aku minum pil. Ini tidak apaapa, sehari mungkin, jika iya ... kadang-kadang aku bahkan tidak
mengalami..." Dia mulai mencium dadaku dan menyerempet
putingku dengan giginya.
Tuhan, rasanya begitu nikmat. Perhatiannya itu menyentakku
kembali ke keinginan yang sehat untuk seks putaran dua.
"Aku pikir kau akan membunuhku, perempuan...dengan cara sialan
yang benar-benar nikmat," aku berhasil berkata, tapi itu adalah hal
terakhir yang kami berdua bicarakan untuk sementara waktu.
Medusaku baru saja berubah menjadi Aphrodite yang menyembah di
altar Eros. Keberuntunganku rupanya tidak mengenal batas.
***
"Koran-koran AS," kata Frances, mengatur tumpukan itu di mejaku.
"Ada sebuah artikel menarik tentang anggota Kongres dengan anakanak mereka di dinas militer aktif di Los Angeles Times. Tebak siapa
yang mereka wawancarai?"
"Dia pastinya menjadi salah satu dari sedikit orang yang dibicarakan.
Oakley akan memeras semua yang dia bisa. Terima kasih untuk ini. "
Aku mengetuk tumpukan kertas itu. "Bagaimana dengan hal
lainnya?"
Frances tampak sangat senang dengan dirinya sendiri. "Membawa
itu ketika aku pergi keluar untuk makan siang. Mr Morris
mengatakan itu dijual kembali dengan indah setelah bertahun-tahun
dalam lemari besi. "
"Terima kasih telah mencarikan ini untukku." Frances adalah
seorang asisten yang berharga. Dia menjalankan kantor
mereka ke samping sama seperti yang dia lakukan selama bulan lalu.
Mereka hanya tergelatak disana menungguku membawanya." Dia
terdengar ragu-ragu. "Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Ya. Terima kasih."
Jantungku masih berdebar saat aku menatap amplop di mejaku.
Apakah aku ingin melihat isianya? Aku meraih penutupnya dan
membuka jalinan dari ikatan benang merah. Aku memasukkan
tanganku dan mengeluarkan foto-foto it. Delapan sampai sepuluh
foto hitam dan putih Ivan dan Brynne mengobrol di Gladstone. Dia
mencium pipinya saat aku menunggunya untuk masuk ke dalam
mobil. Ivan merunduk untuk berbicara kepadaku dan melambai pada
kami. Ivan di jalan setelah kami telah pergi. Ivan menunggu di jalan
untuk mobilnya sendiri untuk datang.
Fotografer itu yang pernah kulihat di luar restoran ada di sana
khusus untuk Ivan? Dia pernah mendapat ancaman kematian
sebelumnya...dan sekarang kami memiliki foto-foto dirinya dan
Brynne dan aku bersama-sama? Bukan koneksi yang bagus
untuknya. Ivan memiliki badai masalahnya sendiri, dan aku sangat
yakin sekali tidak perlu komplikasi tambahan siapa pun yang
mengganggu Ivan untuk menyeret Brynneku ke seluruh kekacauan
itu. SIAL!
Aku membalik gambar itu satu per satu. Tidak ada. Hingga sampai
yang terakhir. Jangan pernah mencoba untuk membunuh seorang
pria yang pernah mencoba bunuh diri.
Aku pernah melihat hal seperti ini sepanjang karirku. Ini harus
dianggap serius tentu saja, tetapi lebih sering daripada tidak, ini
sebenarnya pekerjaan beberapa orang gila pinggiran yang memiliki
berjalan keluar. Aku akan pergi lebih awal pula karena malam ini ada
Acara Mallerton itu jadi aku harusnya bisa menangkapnya sebelum
dia menutup tokonya untuk malam.
Aku membuka laci mejaku dan mengeluarkan rokok dan pemantik
apiku. Aku melihat ponsel tua Brynne di sana dan menariknya keluar
juga. Tidak banyak lalu lintas didalamnya selama dua minggu
terakhir karena semua kontaknya pindah ke nomor barunya
sekarang. Pria dari The Washington Review tak pernah menelepon
kembali, kemungkinan besar dia pikir dia adalah pemimpin
gelandangan, yang bekerja dengan sempurna dalam mendukung
Brynne. Aku mengisi baterainya sehingga akan siap untuk dibawa
olehku malam ini dan ke akhir pekan.
Aku menyalakan Djarum pertamaku hari ini. Tarikan napas yang
sempurna. Aku merasa aku melakukan cukup baik dengan
mengurangi jatah rokokku. Brynne membantu memotivasiku, tapi
ketika hal-hal mulai bermasalah diantara kami, aku lalu tidak putusputus merokok. Mungkin aku harus mencoba patch nikotin.
Aku memutuskan untuk menikmati hisapan rokokku dan berpikir
tentang akhir pekan mendatang. Perjalanan pertama kami bersamasama. Aku berhasil menyisakan tiga hari dari waktuku jadi aku bisa
membawa gadisku ke pantai Somerset untuk tinggal di rumah
pedesaan kakak perempuanku. Tempat itu juga dioperasikan sebagai
high end bed and breakfast dan aku sangat menyadari fakta aku tidak
pernah meminta kakakku jika aku bisa membawa tamu bersama
denganku pada kesempatan lain aku pergi ke sana sebelumnya.
Brynne berbeda untuk begitu banyak alasan dan jika aku belum
cukup siap untuk memiliki perasaan itu secara publik, aku
menyadari perasaan itu seperti apa adanya. Aku ingin berbicara
dengannya tentang kemana kita akan menuju, dan bertanya apa yang
dia inginkan. Satu-satunya alasan aku belum mengumumkannya
adalah karena jawaban potensial dirinya membuatku benar-benar
sialan gugup. Bagaimana kalau dia tidak ingin seperti apa yang aku
inginkan? Bagaimana jika aku hanya hubungan serius pertamanya
sehingga dia bisa mencoba memahami caranya? Bagaimana jika ia
bertemu orang lain?
Daftarku kekhawatiranku bisa terus dan terus bertambah. Aku hanya
harus terus mengingatkan diri bahwa Brynne adalah orang yang
sangat jujur dan ketika dia mengatakan kepadaku bagaimana
perasaannya tentang aku, maka itu adalah kebenaran. Gadisku bukan
seorang pembohong. Dia bilang dia mencintaimu.
Rencananya adalah pergi lebih awal di pagi hari setelah malam gala
untuk menghindari kepadatan lalu lintas, dan aku tak sabar
menunggu untuk membawa Brynne kesana. Aku ingin beberapa
waktu romantis bepergian dengan gadisku, dan juga hanya perlu
untuk keluar dari kota dan ke udara segar pedesaan. Aku mencintai
London, tetapi meskipun demikian, keinginan untuk memiliki waktu
jauh dari kekacaun perkotaan untuk menjaga kewarasanku, selalu
muncul secara teratur.
Sebuah panggilan telepon datang kemudian, menarikku keluar dari
momen khayalanku dan kembali ke situasi sekarang yang sangat
menuntut dan sangat mendesak yaitu tanggung jawab pekerjaanku.
Hari pun berlalu dan sebelum aku tahu, saatnya untuk bergerak.
Aku menelepon Brynne saat aku meninggalkan kantor untuk
memberitahu aku sedang dalam perjalanan dan berharap untuk
mendapatkan ikhtisar spontan tentang segala sesuatu yang perlu
dilakukan sebelum malam ini dan perjalanan kami yang akan datang.
"Tidak Ada." Dia tidak melihat ke arah kiri. Dia tidak kehilangan
kontak mata juga. Kedua hal itu mendukung dia memberiku
kebenaran. Aku hanya bisa menebak dan menggunakan intuisiku,
dan ingat dengan siapa aku berurusan.
Aku meletakkan sepuluh pound di meja. "Aku butuh bantuanmu,
Muriel. Jika kau melihat seseorang atau sesuatu yang mencurigakan
Aku ingin kau ceritakan tentang hal itu. Ini penting. Kehidupan
seseorang bisa dipertaruhkan." Aku memberinya anggukan. "Apakah
kau mau mengawasinya?"
Dia menatap sepuluh pound itu dan kemudian kembali ke padaku.
Dia menyeringaikan gigi mengerikan itu dengan senyum tulus dan
berkata, "Untuk kamu, tampan, aku akan melakukannya." Muriel
menyambar sepuluh pound itu dan memasukkannya ke dalam saku.
"Ethan Blackstone, Lantai empat puluh empat," kataku, menunjuk ke
gedungku.
"Aku tahu namamu dan aku tidak akan lupa."
Aku menduga kita punya kesepakatan yang sebaik mungkin
mengingat dengan siapa aku membuatnya. Aku menuju ke mobilku,
ingin pulang dan melihat gadisku.
Aku menelepon Brynne kedua kalinya dan sekali lagi mendapat
pesan suara, jadi aku meninggalkan pesan yang mengatakan aku
sedang dalam perjalanan. Aku bertanya-tanya apa yang ia lakukan
sehingga tidak menjawab dan mencoba untuk membayangkan
sesuatu seperti mandi, berolahraga dengan memakai headphone, atau
mengeset telponnya hening.
sabun panas itu. Ya ... multi-tasking adalah salah satu poin kuatku
dan aku tidak akan meniup setiap peluang yang aku ditawarkan.
***
"Kau tampak luar biasa cantik, kau tahu."
Dia tersipu ke cermin, bersemu merah yang menggelap bergerak
turun ke lehernya dan bahkan pada gundukan payudaranya pada
belahan dada dari gaun dekaden ini yang dia temukan. Gaun itu
berenda dan sangat cocok untuk bentuk tubuhnya, rok pendek yang
agak berbusa dari beberapa bahan lain yang aku tidak tahu namanya.
Tidak peduli apapun itu, gaun itu akan menjadi penyebab
kematianku malam ini. Aku sangat kacau.
"Kau tampak keren juga, Ethan. Kita serasi. Apakah kau memilih
dasi itu karena warna gaunku?"
"Tentu saja. Aku memiliki tumpukan dasi." Aku melihat dia
melakukan riasan dan menyelesaikan detil-detil terakhir, bersyukur
bahwa dia tidak keberatan aku mengintai, dan gugup untuk apa yang
aku akan lakukan.
"Maukah kau pakai klip dasi perak antikmu? Yang sangat aku
sukai?"
Pembuka arah pembicaraan yang Sempurna. "Tentu." Aku meraih
kotak penyimpanannya di atas meja rias untuk mendapatkannya.
"Apakah itu warisan keluarga?" Tanyanya saat aku menyematkan
klip itu pada dasiku.
"Sebenarnya ya. Keluarga ibuku. Kakek-nenekku adalah orang
inggris antik yang kaya dan hanya memiliki dua putri-ibuku dan ibu
Ivan. Ketika mereka meninggal, barang mereka diwariskan ke cucucucu, Hannah, aku, dan Ivan."
"Well, itu luar biasa dan aku sangat menyukai barang antik seperti
itu. Barang Vintage begitu rapi dibuat dengan tangan dan juga
memiliki beberapa makna sentimental, maka semua barang seperti
itu bagus, kan?"
"Aku hanya punya beberapa kenangan tentang ibuku, aku sangat
muda ketika ia meninggal. Tapi aku ingat nenekku. Dia menyuruh
kami menginap selama liburan, mendongengkan kepada kami
banyak cerita dan menunjukkan kepada kami foto-foto, dia mencoba
untuk membantu kami mengenal ibu kami sebaik yang dia bisa
karena dia selalu mengatakan itu apa yang ibuku pasti inginkan."
Brynne meletakkan kuas make-upnya dan datang kepadaku. Dia
meletakkan tangannya ke lengan bajuku dan kemudian
menyesuaikan dasiku sedikit, dan akhirnya merapikan klip perak
dengan penuh hormat. "Nenekmu terdengar seperti wanita yang baik
dan begitu juga ibumu."
"Keduanya akan senang bertemu denganmu." Aku menciumnya
dengan hati-hati agar tidak menodai lipstiknya dan menarik sebuah
kotak dari sakuku. "Aku punya sesuatu untukmu. Ini spesial ... hanya
untukkmu." Aku menyodorkan itu padanya.
Matanya melebar pada kotak beludru hitam dan kemudian
mendongak sedikit terkejut. "Apa itu?"
"Hanya hadiah untuk gadisku. Aku ingin kau memilikinya."
mengingatkan aku padamu. Ini vintage dan itu warna favoritmu dan
itu punya mata berbentuk hati. "Aku mengambil kotak itu dari
tangannya dan mengambil liontinnya. "Aku harap kau akan
menerimanya dan memakainya dan tahu bahwa aku mencintaimu.
Itu saja." Aku menelengkan kepalaku dan memegang kedua
ujungnya di jariku, menunggu dia setuju menerimanya.
Dia mengerutkan bibirnya, mengambil napas dalam-dalam dan
matanya terlihat gemerlapan saat ia menatapku. "Kau akan
membuatku menangis, Ethan. Itu begitu-begitu indah dan aku
menyukainya-dan-dan aku sangat suka kau ingin aku memilikinyadan aku juga mencintaimu." Dia berbalik kembali ke arah cermin
dan mengangkat rambutnya dari lehernya.
Kemenangan terasa begitu luar biasa! Aku yakin wajahku berseriseri, menikmati lebih banyak kebahagiaan pada saat ini daripada
yang pernah aku rasakan selama ini ketika menggenggam rantai
yang melingkari lehernya yang indah, melihat perhiasan hati
berhiaskan berlian menetap ke kulitnya, menemukan tempatnya pada
akhirnya, setelah beberapa dasawarsa dalam kegelapan.
Hampir sama seperti hatiku.
***
Bab 12 - Tamat
The National Portrait Gallery adalah tempat yang sangat megah
untuk sebuah acara dan aku telah terbiasa dengan tempat itu, sudah
cukup sering aku kesana sebelum aku bekerja di bidang keamanan,
kadang-kadang sebagai pengunjung sekali atau dua kali dengan
"Sini, aku ingin kau duduk dan aku akan mengambilkan air." Tapi
sebelum aku bisa bergerak, ada Langley si pria ramah mengulurkan
gelas kristal ke tangan Brynne. Didalam benakku, aku mencoba
bertelepati padanya. Kau bisa meninggalkan kami sekarang,
Langley.
Tapi tidak bekerja.
"Terima kasih, Paul," dalam sekejap mata Brynne memberinya
senyum tanda terima kasih dan mulai meminumnya.
"Sama-sama, sayang," balas si Kecoa dengan mengguman padanya.
Sialan...Aku harap kau meninggalkan ruangan. Langley, ternyata dia
memiliki tata krama yang teladan, dia mengulurkan tangan kepada
Priscilla dan memperkenalkan dirinya. "Paul Langley."
"Priscilla Banks. Senang bertemu denganmu."
Mengagumkan. Sekarang, bisakah kalian berdua pergi bersamasama dan berhubungan intim di toilet atau berbicara di belakang
kami atau sesuatu yang lain? Salah satunya juga akan sangat
membantu.
Nasib baik berpihak padaku, mereka menjauh dan mulai bercakapcakap. Aku kembali menatap Brynne dan bertanya, "Merasa lebih
baik?"
"Ya, sangat baik." Dia melirik ke arah Paul dan Priscilla dan
kemudian kembali padaku. "Siapa itu, Ethan?" Bisiknya.
"Teman Ivan."
Dia tidak mempercayainya dan memberiku tatapan seperti katakatayang berarti pasti akan terjadi malapetaka jika aku tidak
membersihkan namaku. "Apa dia temanmu juga?"
"Tidak juga," aku menawarkan.
"Apa artinya, tidak juga?"
?Aku berhenti sejenak, tidak yakin kemana aku akan membawa rasa
ketidaknyamanan ini. Hampir tidak ada tempat di acara amal publik
ini, tapi aku biasanya tidak pernah menyaring apa yang ada di dalam
pikiranku dengan apa yang keluar dari mulutku dan karenanya toh
aku bisa mulai merubahnya sekarang dengan pelan-pelan. "Artinya
kami pergi keluar satu kali bersama-sama dan itulah makna katanya
kami tidak berteman. Tidak seperti kau berteman dengan Langley."
Aku mengangkat satu alis kearahnya.
"Oke. Cukup wajar," katanya, dengan termenung agak lama sambil
melihat ke arah Priscilla kemudian kembali menatapku, sebelum
menghabiskan sisa airnya.
Hmmm...jadi sepertinya dia tidak ragu-ragu untuk tidak meneruskan
pertanyaannya pada saat ini. Terima kasih. Ya Tuhan. Sekarang, jika
kami bisa melarikan diri dari si Kecoa dan Pirang Strawberry itu,
aku akan merasa senang sekali.
"Bagaimana kalau kita kembali ke galeri? Kau memiliki banyak
penggemar yang masih menunggu untuk berbicara denganmu."
"Benar," katanya sambil tertawa, menggelengkan kepalanya. "Tapi
di luar kota London dan aku akan memiliki Brynne untuk diriku
sendiri. Lampu-lampu kota dan suara-suara berisik adalah suatu
kenyamanan seperti diaduk dengan asap beraroma yang
membungkus di sekelilingku seperti mantel. Saat aku berdiri di sana
dan dimanjakan oleh sebuah rokok yang lain, aku bertanya-tanya
bagaimana sebelumnya hingga aku sepenuhnya ketagihan rokok.
Aku benar-benar mencoba untuk membatasi konsumsiku, tapi aku
sudah begitu lama terbiasa merokok, aku hanya tidak tahu
bagaimana caranya untuk berhenti sepenuhnya. Kecanduan adalah
bagian yang kuat dari tubuh dan didalam jiwa. Dan merokok lebih
menguasaiku dari pada sekedar nikotin. Kurasa butuh beberapa
bantuan profesional dan waktu untuk menghadapi kenyataan itu
serta beberapa orang lain.
Aku merasa ada getaran didadaku dan aku mendengar nada dering
dan butuh sesaat untuk menentukan apa yang harus kulakukan.
Ponsel Brynne yang lama di saku depan jaketku. Masalahnya sudah
begitu lama benda itu tidak berbunyi, aku hampir lupa membawanya
malam ini, tapi karena sudah kebiasaan aku selalu mengisi
baterainya dan menyalakannya.
Aku menariknya keluar dan melihat tanda MMS. Itu berarti ada
gambar masuk. Aku merasa tubuhku seakan kedinginan dan tahu ada
sebilah pisau yang mencoba mengiris-iris rasa ketakutan didalam
perutku. Aku menekan open dan mencoba bernapas.
ArmyOps (tentara Amerika) telah mengirim video musik untuk
Brynne melalui media Spotify.
Oh sialan, tidak! Ini tidak boleh terjadi sekarang. Aku menekan
accept bukan karena ini merupakan keputusanku yang terbaik,
namun karena terdorong ingin melihat. Sikap profesionalku yang
mengharuskan aku melihat apa itu. Aku tahu lagu itu saat mulai
terdengar. Nine Inch Nails berjudul Closer. Salah satu lagu yang
digunakan dalam video seks dengan Brynne. Aku membiarkannya
terus berputar karena aku harus melakukan itu, tetapi merasakan rasa
sakit disepanjang keseluruhan lagu itu. Dan itu hanya video musik
resmi dan bukan salah satu dari gambar Brynne.
Terima kasih. Sialan. Brengsek.
Gambar seekor monyet di salib, kepala babi diputar diatas sesuatu,
muka Trent Reznor pemain keyboards Nine Inch Nails ditutupi
dengan topeng kulit berayun-ayun dari belenggu, mulutnya disumpal
alat balls-gag, dan diagram medis dari organ seks wanita...
Akhirnya aku menarik napas pada saat itu dan hanya memandangi
layar. ArmyOps? Siapa si brengsek itu yang mengirim gambar sialan
ini? Oakley? Intelku mengatakan bahwa Oakley masih aman-aman
saja seperti biasa. Lance Oakley berada di Irak dan tidak akan begitu
saja bisa pergi kemana-mana, kecuali dia sudah di dalam kantong
mayat baru bisa kembali ke San Francisco jika aku seberuntung itu.
Karena alasan itu bisa saja terjadi.
SMS masuk beberapa saat kemudian: Brynne, Tolong aku; Aku
telah telah hancur. Brynne, Tolong aku; aku sudah tidak punya
jiwa untuk dijual. Brynne, Bantu aku menjauh dari diriku
sendiri. Brynne, Tolong aku untuk meruntuhkan nalarku.
Brynne, Bantu aku menjadi orang lain. Brynne, TOLONG
AKU!!!
Jariku jelas bergetar saat aku menjawab kata-kata aneh yang kacau
itu: Siapa kau dan apa yang kau inginkan dariku?
berjalan?"
Wajahnya bahkan lebih pucat tapi dia terlihat sedikit lebih segar lagi.
"Ya!"
Aku melayangkan panggilan ke Neil saat kami berdua keluar dari
gedung itu.
Adrenalin memiliki kekuatan yang begitu luar biasa di tubuh
manusia. Ada beberapa hal-hal kecil yang patut disyukuri, namun hal
yang terbesar semuanya sudah aman dan berada di dalam pelukanku.
***
Situasi yang baru saja terjadi benar-benar buruk. Aku merenung atas
kekacauan yang terjadi tadi ketika aku mengendarai mobil melawati
malam. Perubahan rencana, aku akan memutuskan sesegera mungkin
setelah kami sampai di rumah. Aku menelepon Hannah dan
membiarkan dia tahu kami akan berangkat ke Somerset malam ini.
Dia tampak terkejut tetapi dia mengatakan sangat senang akan
bertemu dengan kami lebih awal dan rumah itu sudah terbuka
sehingga kami bisa masuk kapanpun kami tiba.
Brynne adalah seorang yang agak sulit dipahami. Dia tidak merasa
tenang karena sesuatu dan juga mengkhawatirkan tentang ancaman
bom dan seluruh lukisan itu. Sejauh ini, tidak ada kekacauan yang
muncul di setiap stasiun berita yang bisa dikategorikan sebagai
risiko akibat teroris. Aku memiliki orang-orangku untuk menyelidiki
ancaman bom karena itu merupakan langkah wajib yang harus
kulakukan, tapi apa yang bersangkutan denganku jauh lebih dari itu,
adanya pesan yang di kirim ke ponsel Brynne pada malam itu.
Siapapun yang mengirim itu pasti begitu dekat. Cukup dekat untuk
melihatku sedang merokok di belakang Galeri Nasional. Dan jika ia
cukup dekat untuk itu, maka ia begitu dekat dengan gadisku. Aku
hampir tidak bisa memahami pesan isi teksnya dengan baik- hanya
lirik dari lagu yang diketik dengan nama Brynne yang dilampirkan
mereka. Aku merinding, dan mengambil keputusan untuk
membawanya keluar kota, keputusan yang sangat mudah.
Aku memandanginya ketika ia sedang tidur di jok depan, kepalanya
miring disangga bantal yang dia bawa. Aku buru-buru membawanya
keluar kota, dan aku tahu aku harus menjelaskan semuanya nanti tapi
untungnya mood-nya tidak ingin menentangku dan setuju dengan
semua rencanaku. Kami telah mengganti pakaian formal kami,
meraih tas, dan mengendarai M-4 untuk tiga jam perjalanan kami
menuju pantai.
Dia tertidur sekitar dua jam di perjalanan dan kemudian terbangun
dengan satu pertanyaan langsung yang ditujukan padaku. "Jadi kau
akan memberitahuku mengapa malam ini kau menyeretku pergi
sedangkan rencananya beberapa minggu yang lalu kita akan pergi
pada pagi hari?"
"Aku tidak ingin memberitahumu karena tidak akan menyenangkan
buatmu untuk mengetahui hal ini dan kondisimu sedang tidak enak."
Aku meraih tangannya. "Bisakah kita tunggu sampai besok untuk
berbicara tentang hal ini?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak."
"Sayang... tolonglah, kau lelah dan"
"Ingat kesepakatan kita, Ethan," dia memotong kata-kataku, "Aku
harus tahu segalanya atau aku tidak akan mempercayaimu lagi."
Nada suaranya sangat keras dan rasa takut keluar dari diriku. Oh,
aku ingat kesepakatan kami dengan baik dan aku membenci apa
yang sudah aku ketahui. Tapi aku juga tahu apa yang aku sepakati
dengan Brynne. Dan jika menutupi informasi darinya akan membuat
kami berpisah, maka itu tidak sebanding dengan harga yang harus
kutanggung.
"Ya, aku ingat kesepakatan kita." Aku merogoh ke dalam sakuku
untuk mengambil ponselnya. "Sebuah pesan datang ke ponselmu
saat aku keluar ke belakang untuk merokok. Itu sebabnya aku tidak
tahu dimana kau berada. Aku sedang di luar dan ancaman bom
terjadi bersamaan dengan pesan teks di ponselmu."
Dia meraihnya dengan tangan gemetar dan mengambilnya dariku.
"Ethan? Apa yang ada didalamnya?"
"Yang pertama sebuah video musik lalu pesan teks dari seseorang
yang menyebut dirinya ArmyOps." Aku meletakkan tanganku di
lengannya. "Kau tidak harus mendengarkan. Kau benar-benar tidak
"
Wajahnya tampak benar-benar dilanda ketakutan tapi ia tetap ingin
bertanya. "Apakah-apa itu video... ku?"
"Tidak! Ini hanya video musik dari lagu dengan Nine Inch Nails
dengar, kau tidak perlu melakukan ini, Brynne!"
"Ya aku ingin melakukannya! Pesan ini untukku! Benarkan?"
Aku mengangguk.
"Dan jika kita tidak bersama-sama pesan itu akan tetap dikirim ke
aku, kan?"
"Aku menganggapnya begitu. Tapi kita tetap bersama-sama dan aku
ingin menjagamu dari rasa khawatir tentang omong kosong seperti
itu. Rasanya seperti membunuhku, Brynne. Ini sangat membunuhku
saat melihatmu seperti ini!"
Dia mulai menangis. Tangisan tanpa suara. Cara yang biasa dia
lakukan dan entah bagaimana keheningan dari air matanya tampak
seperti jeritan keras di dalam mobil di antara kami.
"Itulah salah satu alasan mengapa aku mencintaimu, Ethan," ia
mendengus. "Kau ingin melindungi aku karena benar-benar peduli
padaku."
"Aku melakukan itu, sayang. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak
ingin kau harus melihat potongan si-"
Dia menekan start dan lagu itu terdengar saat ia menyalakan
videonya. Aku melihatnya sambil menahan napas.
Brynne menyalakan semuanya secara bersamaan, menonton
kegetiran itu sampai terakhir, seluruh video bertemakan profesor
fetish yang gila. Aku tidak bisa menilai reaksinya bagaimana
perasaannya setelah melihat itu. Setidaknya tidak secara lahiriah.
Mungkin aku saja yang tidak tahu.
Aku tahu bagaimana perasaanku walaupun hanya mengawasinya
saja. Benar-benar tampak tidak berdaya.
Lalu ia sampai ke bagian pesan teks.
"Apa kau bisa mencium bau laut?" Tanyaku setelah kami berkendara
sedikit lebih jauh masuk kepedalaman.
"Ya. Ini mengingatkan aku tentang di rumah. Aku dibesarkan dengan
bau laut." Dia memandang ke luar jendela. "Ceritakan tentang
Hannah dan keluarganya."
Aku bertanya-tanya apakah aku telah menghidupkan kenangannya
yang menyedihkan itu ketika dia teringat akan rumahnya, tetapi
memutuskan untuk tidak mengoreknya. Mungkin lain waktu aku
akan menanyakannya.
"Well, umur Hannah lima tahun lebih tua dari aku dan benar-benar
bossy, tapi dia mencintai adiknya. Kami sangat dekat... mungkin
karena kami kehilangan ibu ketika masih kecil. Kami semua saling
tergantung bersama-sama dan sangat akrab sekali setelah dia sudah
pergi. Ayah kami, Hannah dan aku."
"Kedengarannya begitu menyenangkan, Ethan- betapa hebatnya
kalian semua saling peduli."
"Aku tidak sabar menunggu mereka untuk bertemu denganmu.
Freddy seorang pria yang baik. Dia seorang dokter, seperti yang
sudah kukatakan sebelumnya dan membuka praktek di desa Kilve.
Rumah mereka disebut Halborough (Sebuah tempat penampungan),
estate lama dari keluarga Freddy -the Greymonts. Rumah besar ini
tercatat sebagai bangunan bersejarah sangat sulit untuk
mempertahankan supaya tetap dalam kondisi baik jadi mereka
menjadikan B&B (Penginapan semalam dengan sarapan ala
Amerika atau kontinental) yang eksklusif, itulah yang dijalankan
Hannah, sambil membesarkan tiga anaknya yang luar biasa."
"Ya Tuhan, Ethan, sangat luar biasa." Dia menatap faade (bangunan
depan rumah) dan tampak terkesan. Begitu indah dan aku tidak sabar
menunggu untuk mengajaknya berkeliling rumah.
"Besok." Aku mengangkat tas kami dari samping pintu belakang dan
mengunci mobil. "Saatnya mengantarkan dirimu ke tempat tidur.
Kau butuh istirahat."
Dia mengikuti aku sampai ke samping pintu masuk yang telah
dibuka seperti Hannah janjikan.
"Apa yang kubutuhkan adalah mandi," gumamnya di belakangku.
"Kau bisa mandi jika kau menginginkan. Kamar mandinya isinya
lengkap begitu luar biasa," bisikku sambil menuntunnya menaiki
tangga utama. Aku tahu suite yang aku inginkan untuk kami berdua
ketika aku menelepon dan meminta pada Hannah. Warna biru di
sudut samping sebelah barat tampak pemandangan penuh dari laut
dan juga semua jalan menuju pantai Welsh berseberangan dengan
Teluk.
Brynne tampak terkesan ketika aku membuka pintu dan
membawanya masuk. Aku bisa tahu dari ekspresinya. Aku pikir dia
terpana dan terdiam saat matanya melihat sekeliling ruangan.
"Ethan! Ini... sungguh-sungguh menakjubkan." Dia tersenyum lebar
kearahku dan tampak bahagia. "Terima kasih karena sudah
mengajakku ke sini." Tapi kemudian dia menunduk dan sedikit
menggelengkan kepalanya. "Aku minta maaf karena malam ini
begitu berantakan."
"Kemarilah, sayang." Aku mengulurkan tanganku dan menunggu dia
kata juga, aku tahu saat itulah seperti pertaruhan yang terbaik dalam
hidupku dan belum pernah terjadi saat aku bermain kartu, tapi
malam itu di jalanan kota London, ketika seorang gadis Amerika
yang cantik mencoba berjalan keluar dikegelapan malam, dan aku
sudah memainkan kartu paling penting yang sudah pernah kumiliki,
dan melakukan... All in.
The End
***