Anda di halaman 1dari 6

Amar Jihad Fadilah M

21100119140091

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada hari Minggu tanggal 13 Oktober 2019, telah dilaksanakan praktik


lapangan combo Geomorfologi dengan acaranya bentuklahan di dua lokasi yaitu
di daerah kendalisodo dan jabungan. Praktik lapangan combo ini dilakukan dari
pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Dalam praktik lapangan ini kegiatan
yang dilakukan antara lain yaitu mengamati bentuklahan structural, bentuklahan
vulkanik, bentuklahan denudasional, dan bentuklahan fluvial. Terdapat lima
lokasi pengamatan atau STA yang diamati pada praktik lapangan kali ini. Kelima
lokasi tersebut dibahas sebagai berikut.

IV.1 Hasil Pengamatan STA 1

STA 1 terletak di kendhalisodo, Bawen. Waktu yang dibutuhkan dari


Gedung Pertamina Sukowati menuju ke lokasi adalah 42 menit dengan
menggunakan sepeda motor, setelah itu dari parkiran sepeda motor menuju lokasi
pengamatan membutuhkan waktu 18 menit dengan berjalan kaki. Setibanya kami
disana yaitu sekitar pukul 08.28 WIB.

Sesampainya di lokasi pengamatan yang pertama atau STA 1, dapat


ditemukan morfologi bentuklahan yaitu parasitic cone yang terbentuk akibat
letusan gunung Ungaran Purba yang magmanya muncul tidak melewati jalur
utama. Bentuklahan vulkanik ditandai dengan adanya gunung api ungaran yang
termasuk gunung api starovolcano dan juga adanya parasitic cone. Lalu ada
bentuklahan denudasional yang ditandai dengan adanya perbukitan, persawahan,
dan juga perumahan. Kelerengan dari bentuklahan pada lokasi pengamatan ini
ialah dataran terjal dikarenakan terdapatnya gunung api pada bentuklahan ini.
Tingkat pelapukan yang terjadi pada bentuklahan ini yaitu memiliki interval dari
sedang hingga tinggi.

Proses geomorfik terjadi karena bentuklahan vulkanisme dan proses


intrusi. Proses ini yang membentuk gunung api ungaran yang telah meletus tiga
kali dengan letusan terbesar terjadi pada letusan yang kedua. Dari proses ini
Amar Jihad Fadilah M
21100119140091

timbullah paraciticone. Batuan yang terdapat pada daerah ini adalah batuan beku,
dapat dikatakan batuan beku dikarenakan letaknya yang masuk atau dekat dengan
wilayah gunung api.

Pada bentuklahan yang terdapat pada STA 1 menunjukkan morfogenesa


yaitu terbentuk akibat adanya proses vulkanisme dan proses tersebut membentuk
zona subduksi sehingga terbentuklah puncak baru atau disebut dengan
paraciticone.

IV.2 Hasil Pengamatan STA 2

Setelah selesai melakukan pengamatan bentuklahan pada lokasi yang


pertama atau STA 1, selanjutnya adalah melakukan pengamatan bentuklahan pada
lokasi yang kedua atau STA 2 terletak di Kendalisodo, Bawen juga dan masih satu
desa dengan STA sebelumnya dengan memakan waktu dari STA 1 menuju STA
2 yaitu sekitar 10 menit dengan berjalan kaki. Setibanya kami di lokasi
pengamatan yang kedua ini atau STA 2 yaitu sekitar pukul 09.50 WIB.

Pada lokasi pengamatan yang kedua ini atau STA 2 dapat dilihat dengan
jelas singkapan batuan yang merupakan batuan beku non fragmental dengan
proses ekstrusif. Pada singkapan ini juga dapat dilihat adanya penyelimutan
hardrock dengan hukum superposisi. Jika dilihat dari letak lokasinya yang cukup
dekat dengan Gunung Ungaran, singkapan batuan ini kemungkinan dulunya
merupakan bagian dari gunung api ungaran purba yang pernah meletus. Pada
singkapan ini terjadi pelapukan yang cukup tinggi dengan kelerengan yang terjal.
Tingkat pelapukan yang terjadi pada bentuklahan ini yaitu memiliki interval dari
sedang hingga tinggi.

Batuan pada singkapan ini terbentuk oleh proses vulkanisme karena dapat
diindikasikan batuan ini adalah batuan beku non fragmental yang bersifat
hardrock dan terbentuk akibat proses ekstrusif magma. Pada batuan yang
tersingkap juga terdapat banyak mineral di dalamnya seperti biotit, kuarsa, dan
Amar Jihad Fadilah M
21100119140091

hornblende. Bukti dari adanya aktivitas Gunung Ungaran adalah terdapatnya


cinder cone dan bahkan umur batuan lebih tua dari Gunung Ungaran itu sendiri.

STA 2 ini memiliki morfogenesa yaitu terbentuk akibat dari adanya erupsi
gunung api ungaran purba yang dapat dikatakan sebagai paraciticone gunung api
ungaran purba. Terdapat juga berwarna kemerahan pada batuan yang mungkin itu
adalah hasil dari oksidasi. Karena singkapan ini adalah paraciticone dari gunung
api ungaran purba maka bisa dikatakan singkapan ini lebih tua dibandingkan
gunung api ungaran yang sekarang.

IV.3 Hasil Pengamatan STA 3

Setelah selesai melakukan pengamatan pada bentuklahan yang ada di STA


2, selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke tempat pengamatan
selanjutnya atau STA 3. Tempat pengamatan STA 3 terletak di jabungan dengan
perjalanan dari STA 2 menuju STA 3 membutuhkan waktu sekitar 1jam
menggunakan sepeda motor dan ditambah lagi dengan istirahat makan siang dan
juga solat zuhur. Setibanya kami di lokasi pengamatan yang ketiga atau STA 3 ini
yaitu sekitar pukul 13.58 WIB.

Pada STA 3 dapat ditemukan bentuklahan fluvial yang ditandai dengan


adanya sungai yang mengalir pada bagian bawah singkapan. Pada sungai ini juga
dapat ditemukan point bar, channel bar yang mengindikasikan bahwa sungai ini
masuk dalam stadia dewasa hingga stadia tua dikarenakan aliran arus sungai ini
yang mulai melambat dan dapat ditemukan endapan-endapan disekitar tubuh
sungai ini. Lalu ada juga bentuklahan structural yang ditandai dengan adanya
perlapisan dan antiklin. Tingkat pelapukan yang terjadi pada bentuklahan ini yaitu
memiliki interval dari sedang hingga tinggi. Disekitaran singkapan terdapat
batuan pasir dan juga batuan lempung. Pada bentuklahan ini juga terjadi proses
eksogen yang diantaranya ialah proses erosi dan transporasi. Kelerengan pada
bentuklahan ini terlihat cukup terjal.
Amar Jihad Fadilah M
21100119140091

Pada bentuklahan STA 3 ini terjadi proses tektonisme atau pergeseran


permukaan bumi yang mengakibatkan adanya lipatan atau antiklin yang ada pada
singkapan batuan. Batuan pada singkapan ini adalah batuan sedimen yang
ditandai dengan adanya perlapisan pada singkapan.

Morfogenesa yang ada pada singkapan ini yaitu adanya gaya tektonik yang
membuat adanya antiklin yang menekan ke dalam. Selain itu juga ada gaya
eksogen yang berupa sedimentasi pada sungai, erosi dan pelapukan yang ada pada
singkapan batuan.

IV.4 Hasil Pengamatan STA 4

IV.4.1 Lapangan 1

Setelah melakukan pengamatan pada bentuklahan STA 3,


selanjutnya yaitu melanjutkan perjalanan menuju ke STA 4. STA 4
ini berlokasi di jabungan dan terdiri dari 2 lapangan, waktu yang
dibutuhkan dari STA 3 menuju ke STA 4 lapangan yang pertama
yaitu sekitar 10 sampai 15 menit menggunakan sepeda motor dan
dari parkiran sepeda motor kami sedikit berjalan kaki menuju ke
lokasi pengamatan bentuklahan. Setibanya kami lokasi pengamatan
yang keempat atau STA 4 lapangan pertama ini yaitu sekitar pukul
14.54 WIB.

Pada bentuklahan yang ada di lapangan pertama ini dapat


ditemukan bentuklahan struktural yang ditandai dengan banyaknya
ditemukan perbukitan dan adanya antiklin. Selain bentuklahan
struktural, kita juga bisa menemukan bentuklahan denudasional
yang ditandai dengan adanya pemukiman warga dan juga
perkebunan. Di atas bukit yang terdapat di lapangan pertama
banyak ditumbuhi vegetasi berupa pohon pisang dan juga pohon-
pohon lainnya yang terlihat cukup rindang.

Proses geomorfik dari bentukahan ini yaitu proses


tektonisme yang berupa antiklin. Selain itu, proses erosi juga
Amar Jihad Fadilah M
21100119140091

yerjadi pada wilayah perbukitan. Jenis batuan yang dapat


ditemukan pada singkapan ini ialah batuan sedimen. Tingkat
pelapukan yang terjadi pada bentuklahan ini memiliki interval dari
sedang hingga tinggi.

Pada STA 4 lapangan pertama ini dapat ditemukan antiklin


yang diakibatatkan oleh adanya gaya tektonisme yaitu pergerakan
lempeng bumi dan juga gaya eksogen yang ditandai dengan adanya
erosi di daerah perbukitan.

IV.4.2 Lapangan 2

Setelah melakukan pengamatan di STA 4 lapangan yang


pertama, selanjutnya melakukan pengamatan di STA 4 lapangan
yang kedua. Waktu yang dibutuhkan dari lapangan pertama
menuju ke lapangan kedua yaitu sekitar 7 hingga 10 menit dengan
berjalan kaki. Setibanya kami di lokasi pengamatan yang kelima
atau STA 4 lapangan 2 ini yaitu sekitar pukul 15.30.

Pada bentuklahan STA 4 lapangan 2 ini dapat ditemukan


bentuklahan fluvial yang ditandai dengan adanya sungai yang
memiliki flood plain, channel bar, dan point bar. Di STA 4
lapangan yang kedua ini juga dapat ditemukan beberapa batuan
beku yang merupakan hasil dari pengangkatan dari dasar laut yang
dapat diartikan bahwa umur batuan ini lebih tua dibandingkan
dengan umur sungai yang ada pada lereng ini. Selain itu, dapat
juga ditemukan bekas erosi yang disebabkan oleh agen erosi
berupa air dan angin. Sungai yang terdapat pada lapangan yang
kedua ini tergolong dalam stadia dewasa hingga stadia muda yang
ditandai dengan aliran airnya yang mulai melambat dan dapat
ditemukan hasil sedimentasi di sekitaran aliran sungai. Selain itu,
pada bentuklahan di lapangan yang kedua ini dapat ditemukan juga
Amar Jihad Fadilah M
21100119140091

bentuklahan struktural yang ditandai dengan adanya antiklin, dan


terdapat juga bentuklahan denudasional yang ditandai dengan
adanya longsoran pada singkapan batuan.

Pada STA 4 lapangan yang kedua ini geomorfiknya adalah


ditemukannya antiklin yang disebabkan oleh proses tektonisme,
longsoran atau erosi yang diakibatkan karena adanya air hujan dan
juga pelapukan, dan juga adanya bentuklahan fluvial yang ditandai
dengan adanya aliran sungai. Lalu batuan yang dapat ditemukan
pada singkapan ini berupa batu sedimen yang berupa batu lempung
yang karbonatan yang dicirikan dengan adanya perlapisan pada
batuan.

Pada bentuklahan STA 4 lapangan yang kedua ini terbentuk


akibat adanya tenaga endogen yang membentuk antiklin yang
kemudian tererosi karena air hujan dan membentuk longsoran
sebagai bentuk dari bentuklahan denudasional. Bentuklahan fluvial
yang ada pada lapangan yang kedua ini terbentuk akibat adanya
proses sedimentasi.

IV.6 Keterkaitan Proses Geomorfik antar STA

Pada setiap STA yang kami jadikan sebagai lokasi pengamatan memiliki
keterkaitannya masing-masing antara yang satu dengan yang lainnya, seperti pada
STA 1 dan STA 2 yang ditandai dengan STA 2 yang merupakan hasil dari bentuk
erupsi gunung api ungaran purba pada STA 1 yang kemudian membentuk gunung
api ungaran baru pada STA 1.

Kemudian pada lokasi di jabungan yaitu memiliki kesamaan dalam


geomorfiknya seperti antiklin yang ada pada STA 3 dan STA 4 lapangan yang
pertama dan kedua, dan kemudian terbentuklah bentuklahan fluvial karena adanya
proses erosi yang membentuk flood plain, channel bar, point bar dan juga
membentuk jenis batuan yang sama yaitu batu sedimen.

Anda mungkin juga menyukai