Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN


KOPI BUBUK ARABIKA (Coffea arabica) DI DESA SAIT BUTTU SARIBU
KABUPATEN SIMALUNGUN

Ulima Mandasari Sitorus *), Satia Negara Lubis **), Tavi Supriana **)
*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan
Hp. 085762393363, E-mail : ulimamandasarisitorus@gmail.com
**) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengolahan kopi arabika, serta
menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produk olahan kopi arabika, dan strategi
pengembangannya. Penelitian dilakukan pada kelompok tani simalungun jaya dengan metode
sensus. Analisis data dengan menggunakan metode hayami dan analisis swot.
Hasil penelitian menunjukkan tahapan pengolahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simanja
dimulai dari kopi biji arabika kemudian mengalami proses pemecahan kulit tanduk dan
selanjutnya diolah menjadi kopi bubuk. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kopi bubuk
arabika adalah Rp. 206.400/3kg kopi biji, dengan rasio nilai tambah sebesar 68,8% dalam satu
kali produksi. Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan usaha pengolahan kopi
bubuk arabika yang dilakukan di daerah penelitian adalah strategi agresif yang terletak pada
kuadran I. Strategi Agresif lebih fokus kepada strategi SO (Strengths - Opportunities), yaitu
dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi SO (Strengths -
Opportunities) yang harus dilakukan adalah: 1) Memperbesar usaha dengan memanfaatkan
ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan permintaan
pasar yang ada saat ini. 2) Meningkatkan produksi dan penjualan dengan memanfaatkan trend
kopi saat ini serta infrastruktur lokasi home industry yang mudah dijangkau sehingga
mempermudah konsumen untuk membeli kopi bubuk arabika secara langsung ke lokasi home
industry. 3) Meningkatkan kualitas produk dengan memanfaatkan peluang yang ada sehingga
meningkatkan nilai yang tambah yang diperoleh.
Kata Kunci: Kopi Arabika, Analisis Nilai tambah, Analisis SWOT

Abstract
The objective of this research is to determine how the processing of Arabica coffee, also to
analyze the factor were affecting the processed of Arabica coffee products, and development
strategy. This research was held in Simalungun Jaya by sensus method. Data analysis had used is
Hayami method and SWOT analysis.

The results showed that the stage of coffee processing by farmers group Simanja at the beginning
which was from coffee beans until the solving process of parchment skin and further processed
into coffee powder. Value added has obtained from the processing of Arabica coffee powder is
Rp. 206 400/3kg coffee beans, with a ratio 68.8% in a single production. Based on SWOT
analysis the development strategy in the research area is aggressive strategy or located in
Quadrant I. Aggressive strategy is focused on SO strategies (Strengths - Opportunities), using
power to take advantage of existing opportunities. SO Strategies (Strengths - Opportunities) that
should do: 1) Enlarge the business by leveraging the availability of raw materials, availability of
labor, thus increasing market demand that exists today. 2) Increase the production and sale of
coffee by utilizing current trends as well as the location of infrastructure home industry that is
easily to accessible then making it easier for consumers to buy Arabica coffee directly from
home industry location. 3) Improve product quality by utilizing the existing opportunities
thereby increasing the value added had obtained.
Keywords: Arabica coffee, value added analysis, SWOT analysis

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten penghasil Kopi Arabika terbesar di
Sumatera Utara. Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan, dimana diantaranya terdapat
10 kecamatan penghasil Kopi Arabika (kopi ateng) salah satu diantara adalah di Kecamatan
Pamatang Sidamanik terdapat Nagori yang sebagian besar petaninya mengusahakan tanaman
Kopi klon Arabika sebagai komoditas unggulan, yaitu Nagori Sait Buttu Saribu.

Di Nagori Sait Buttu Saribu, kebanyakan para petani Kopi Arabika menjual hasil usaha taninya
dalam bentuk gelondongan merah (Cherry Red) dan dalam bentuk Kopi Biji. Hal ini
menyebabkan Kelompok Tani SIMANJA (Simalungun Jaya) membuat industri hilir dari Kopi
Biji menjadi Kopi Bubuk. Home industry ini dimulai sejak tahun 2011 sampai saat ini. Kopi
bubuk ini diberi merk dagang “Simalungun Arabica Coffee”.

Identifikasi Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sistem pengolahan Kopi Arabika untuk menghasilkan Kopi Bubuk di daerah
penelitian ?
2. Berapa besar nilai tambah yang dapat diperoleh oleh Kelompok Tani Simanja dari produk
olahan Kopi Arabika tersebut?
3. Bagaimana strategi pengembangan pengolahan Kopi Bubuk Arabika yang dilakukan
Kelompok Tani Simanja di daerah penelitian?
1.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan Kopi Arabika yang dilakukan oleh Kelompok Tani
Simalungun Jaya menjadi Kopi Bubuk di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang dapat diperoleh oleh Kelompok Tani
Simalungun Jaya di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis stategi pengembangan pengolahan Kopi Bubuk Arabika yang dilakukan
Kelompok Tani Simanja di daerah penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses
pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Menurut Hayami et al.
(1987) dalam buku Armand Sudiyono (2004), nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu
nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.

Strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa yang
akan datang. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menganalisis pengembangan adalah
Analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses
serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
dengan faktor internal Kekuatan (strengths), dan Kelemahan (weaknesses).

Menurut Yodhy Purwoko Jati, (2006) dalam penelitiannya menganalisis besarnya nilai tambah
yang dihasilkan dari proses pengolahan Kopi Bubuk Arabika. Kemudian menganalisis faktor
internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman yang dihadapi
Kelompok Tani tersebut.
Berdasarkan perhitungan nilai tambah, pada bulan desember 2006, nilai tambah kotor yang
dihasilkan sebesar Rp. 8.800;/Kg dengan rasio nilai tambah sebesar 41,89% dari nilai produk.
Berdasarkan Analisis SWOT, Kelompok Tani Manunggal IV berada pada strategi hold and
maintain strategy (Strategi mempertahankan dan memelihara), sehingga strategi yang dapat
dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Sampel
Daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.
Penelitian ini dilakukan di Nagori Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun.
Metode Penentuan Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah adalah 1 unit usaha Kelompok Tani yang
beranggotakan 12 orang. Kelompok Tani adalah satu – satunya yang melakukan pengolahan
Kopi Biji menjadi Kopi Bubuk.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan
instrument kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang
diperoleh dari pihak ketiga seperti, lokasi penelitian (Kantor Kelurahan), internet dan berbagai
instansi lain yang terkait.
Metode Analisis Data
Identifikasi masalah (1) digunakan metode deskriptif , yaitu dengan menggunakan data primer
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan anggota kelompok tani di daerah penelitian,
identifikasi masalah (2) dianalisis dengan metode hayami untuk mengetahui berapa besar nilai
tambah yang dihasilkan dari hasil penjualan pengolahan kopi bubuk. Untuk identifikasi masalah
(3) digunakan metode analisis SWOT yaitu penilaian tentang pengembangan produk olahan kopi
arabika, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengolahan Kopi Biji (Kopi Tanduk) menjadi Kopi Bubuk Arabika
Pengolahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani ini masih sederhana. Adapun tahapan proses
yang dilakukan adalah:
- Pengupasan Kulit Ari (Kulit Tanduk)
Pemisahan ini bertujuan untuk memisahkan Biji Kopi yang sudah kering dari Kulit Tanduk
dan Kulit Ari. Proses ini dikerjakan dengan manual.
- Sortasi Biji Cacat
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan kopi dari kopi berkulit tanduk, dan
kotoran seperti pasir, kerikil ataupun kotoran lainnya.
- Penyangraian
Penyangraian bertujuan untuk mendapatkan biji kopi yang bewarna cokelat kehitam –
hitaman. Penyangraian yang dilakukan dengan cara sederhana yaitu menggunakan wajan
penggoreng dengan api sedang. Selanjutnya, kopi di dinginkan dan dihamparkan pada sebuah
tampi, dan dibiarkan sampai kopi benar – benar dingin ± 12 jam.
- Penggilingan Pertama
Penggilingan kopi yang dilakukan oleh anggota Kelompok Tani Simanja, menggunakan
mesin penggiling kopi (Grinder).
- Penggilingan Kedua
Penggilingan kopi yang kedua bertujuan agar bubuk kopi yang dihasilkan lebih halus secara
sempurna. Penggilingan dilakukan menggunakan mesin yang sama.
- Pengayakan
Pengayakan kopi dilakukan untuk menyaring Kopi Bubuk yang telah digiling oleh mesin.
Pengayakan dilakukan menggunakan ayakan manual terbuat dari plastik.
- Pengemasan
Pengemasan yang dilakukan oleh Kelompok Tani yaitu melakukan pengepakan yang terlebih
dahulu dikemas dalam plastik berukuran 200gr, kemudikan dipak dalam kotak yang telah
bermerek.
Dengan demikian, hipotesis 1 pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian masih
sederhana dapat diterima.
2. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Kopi Bubuk
Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan Kopi Biji (Kopi Tanduk)
menjadi Kopi Bubuk. Jenis kopi yang diolah adalah Kopi Arabica.

Tabel 1. Biaya Bahan Baku Dalam Satu Kali Produksi (per Minggu)
Kebutuhan
No Uraian
Minggu Bulan
1 Frekuensi pembuatan kopi bubuk 1 4
2 Kebutuhan Bahan Baku (Kg) 3 12
3 Biaya Bahan Baku (Kopi Biji/3kg) Rp. 63.000 Rp. 252.000
- Harga bahan baku (Rp/Kg) Rp. 21.000 Rp. 21.000
Dari Tabel 1 diketahui bahan baku yang digunakan untuk 1 kali produksi (per Minggu) adalah
sebanyak 3kg Kopi Biji dengan biaya sebesar Rp. 63.000, dan dalam sebulan sebesar Rp.
252.000.

Tabel 2. Bahan Penunjang Yang Digunakan Dalam Satu Kali Produksi (per Minggu)
Volume Biaya
No Uraian Harga Satuan
Minggu Bulan Minggu Bulan
1 Kemasan Kotak 12 Pc 48 Pc Rp. 1.400/Pc Rp. 16.800 Rp. 67.200
2 Plastik 0,05 Kg 0,2 Kg Rp. 29.000/Kg Rp. 1.450 Rp. 5.800
3 Isolasi 1 Rol 1 Rol Rp. 600 Rp. 600 Rp. 600
4 Gas Rp. 22.000/Bulan Rp. 5.500 Rp. 22.000
5 Listrik Rp. 20.000/Bulan Rp. 5.000 Rp. 20.000
6 Air Rp. 5.000/Bulan Rp. 1.250 Rp. 5.000
Total Rp. 30.600 Rp. 120.600
Dari Tabel 2 diketahui bahwa bahan penunjang yang digunakan dalam 1 kali proses produksi
(per Minggu) adalah sebesar Rp. 30.600, dan dalam sebulan sebesar Rp. 120.600.

Tabel 3. Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi Bubuk Dalam Satu Kali Produksi di
Daerah Penelitian
No Uraian Jumlah
1. Jumlah Tenaga Kerja 12 Orang
2. HOK (Untuk satu kali produksi) 1,98
3. Upah Tenaga Kerja (Rp/Hari Kerja) Rp. 40.000
Dari Tabel 3 diketahui bahwa jumlah Tenaga Kerja yang digunakan adalah sebanyak 12 0rang
dengan total HOK 1,98 dan upah yang dibayarkan sebesar Rp. 40.000 per Hari kerja.

Tabel 4. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk Arabika


Variabel Nilai Keterangan
I. Keluaran (out put) masukan (input) dan
harga
1. Out put/produk total (kg/proses produksi) 2,4 A
2. Input bahan baku (kg/proses produksi) 3 B
3. Input tenaga kerja (Hok/proses produksi) 1,98 C
4. Faktor konversi (kg out put/1kg bahan baku) 0,8 D = A/B
5. Koefisien tenaga kerja (Hok/kg bahan baku) 0,66 E = C/B
6. Harga out put (Rp/1Kg) 125.000 F
7. Upah rata – rata tenaga kerja (Rp/proses 40.000 G
produksi)
II. Pendapatan dan keuntungan
8. Harga input bahan baku (Rp/3Kg) 63.000 H
9. Sumbangan input lain (Rp/3Kg) 30.600 I
10. Nilai out put (Rp/2,4Kg) 300.000 J
11. Nilai tambah (Rp/2,4Kg) 206.400 K=J–H–I
 Rasio nilai tambah (%) 68,8% L = K/J*100%
12. Pendapatan tenaga kerja (Rp/3Kg) 26.400 M=E*G
 Pangsa Tenaga Kerja (%) 12,8% N=M/K*100%
13. Keuntungan (Rp/2,4Kg) 179.600 O=K – M
 Tingkat keuntungan (%) 60% P= O/J*100%
III. Balas jasa untuk faktor produksi
14. Marjin (Rp/2,4Kg) 237.000 Q= J – H
 Pendapatan Tenaga kerja (%) 11% R=M/Q*100%
 Sumbangan input lain (%) 14% S=I/Q*100%
 Keuntungan Pengusaha (%) 75% T=O/Q*100%

Penjelasan mengenai perhitungan Tabel 3 dapat dijelaskan sebagai berikut: Rata – rata jumlah
out put yang dihasilkan sebesar 2,4Kg kopi bubuk, dengan mengolah bahan baku kopi biji
sebanyak 3Kg. Faktor konversi adalah sebanyak 0,8. Nilai konversi ini menunjukkan setiap
pengolahan kopi biji 1Kg menghasilkan kopi bubuk sebanyak 0,8Kg. Rata – rata tenaga kerja
yang digunakan adalah 1,98 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk
memproduksi 3Kg kopi biji adalah sebesar 0,66 HOK.
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan 3kg kopi biji menjadi kopi bubuk arabika adalah
Rp. 206.400/kg. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 68,8%. Hal menunujukkan, dalam
pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk memberikan nilai tambah sebesar 68,8% dari nilai
produk.
Upah rata – rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 40.000,- dalam satu kali produksi. Pendapatan
tenaga kerja Rp. 26.400,-. diperoleh dari koefisien tenaga kerja dikalikan dengan upah tenaga
kerja. Persentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah adalah 12,8%. Besar keuntungan
adalah sebesar Rp.179.600 atau tingkat keuntungan sebesar 60% dari nilai produk.
Hasil analisis nilai tambah juga menunjukkan margin dari pengolahan 3kg kopi biji menjadi kopi
bubuk diperoleh margin sebesar Rp.237.000,- yang di distribusikan untuk masing – masing
pendapatan tenaga kerja 11%, sumbangan input lain 14% dan keuntungan perusahaan 75%.
Dengan demikian, hipotesis 2 ada nilai tambah yang dihasilkan dari produk olahan kopi bubuk
arabika di daerah penelitian di terima.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengolahan Kopi Bubuk Arabika di daerah
penelitian.
a. Beberapa Kekuatan Pada Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika di Daerah
Penelitian
1. Bahan Baku Tersedia
Kelompok Tani SIMANJA sebagai pengolah Kopi Bubuk Arabika menggunakan Kopi Biji
berkulit tanduk sebagai bahan baku utama pengolahan Kopi Bubuk.
2. Tenaga Kerja Tersedia
Jumlah Tenaga Kerja yang berasal dari anggota Kelompok Tani SIMANJA sebagai pengolah
sekitar 12 orang dan sudah mencukupi kebutuhan Tenaga Kerja yang ada (sehingga tidak ada
kekurangan Tenaga Kerja).
3. Tidak Menggunakan Bahan Campuran
Pengolahan Kopi Bubuk Arabika murni 100% menggunakan Kopi Biji pilihan tanpa
menggunakan bahan campuran. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kopi
dengan citra rasa yang bermutu dan memberikan kepercayaan dan kepuasaan pada pelanggan.

4. Memberikan Nilai Tambah


Dengan adanya pengolahan Kopi Biji Arabika menjadi Kopi Bubuk Arabika, memberikan nilai
tambah kepada para anggota Kelompok Tani yaitu sebesar Rp.40.000 per hari kerja.
5. Harga Kopi Bubuk
Harga Kopi Bubuk ditentukan sendiri oleh Kelompok Tani Simanja, dengan memperhitungkan
biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan Kopi Bubuk.
b. Beberapa Kelemahan Pada Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika di Daerah
Penelitian
1. Sumber Modal Terbatas
Industry pengolahan Kopi Bubuk di daerah penelitian merupakan industry rumah tangga dan
kecil. Dimana masalah kekurangan ataupun kesulitan modal merupakan hal yang sering terjadi
sehingga sulit untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalani.
2. Teknologi Sederhana
Dalam pengolahan Kopi Bubuk Arabika teknologi yang digunakan masih sangat sederhana.
Karena sebagian pengolahan Kopi Bubuk masih dikerjakan dengan menggunakan peralatan yang
sederhana.
3. Hanya ada 1 Variasi Produk
Kelompok Tani Simanja hanya menghasilkan 1 jenis produk turunan saja yaitu Kopi Bubuk
Arabika.
4. Pengembangan Lahan Agroindustri Kopi Bubuk Tidak Tersedia
Lahan agroindustry untuk pengolahan Kopi Bubuk Arabika tidak tersedia. Saat ini Kelompok
Tani Simanja menggunakan lahan milik salah satu anggota Kelompok Tani secara sukarela.
5. Pelatihan dan Pendidikan
Pelatihan dan pendidikan sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
para anggota Kelompok Tani Simanja.
6. Pemasaran Produk Kurang Luas
Pemasaran produk olahan Kopi Bubuk Arabika masih belum maksimal karena hanya dipasarkan
disekitar lokasi ataupun bazar – bazar penelitian.
7. Tidak Ada Kerjasama Dengan Lembaga Lain
Kelompok Tani Simanja untuk saat ini tidak ada menjalin kerjasama dengan pihak lain. Padahal,
menjalin kerjasama dengan pihak lain dapat membantu proses pemasaran produk dengan baik.
c. Beberapa Peluang Pada Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika di Daerah Penelitian
1. Merek Dagang
Pemerintah telah memberikan peluang kepada Kelompok Tani Simanja melalui Dinas
Perindustrian dan Perdagangan untum membantu mengeluarkan Merek dagang.
2. Izin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)
Produk olahan Kopi Bubuk Arabika, yang dikelola oleh Kelompok Tani Simanja sudah memiliki
izin Badan Pengawas Obat dan Makanan, sehingga memberikan peluang agar Konsumen bahwa
produk yang dikonsumsi aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
3. Semakin Banyak Orang Yang Suka Minum Kopi (Trend Kopi)
Saat ini konsumsi kopi hitam dikalangan masyrakat sudah sangat trend. Hal ini terlihat dari
banyak kedai – kedai kopi yang menjual kopi hitam yang banyak tersebar luas dikalangan
masyarakat.
4. Sarana Infrastruktur Pengolahan (Ketersediaan sarana dan prasarana jalan, listrik
dan komunikasi sangat penting.)
Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung akan meningkatkan investasi di daerah
penelitian.
5. Kebijakan Pemerintah
Bantuan pemerintah yang diterima oleh Kelompok Tani berupa mesin Grinder atau mesin
pembubuk kopi yang bernilai Rp. 15.500.000.
d. Beberapa Ancaman Pada Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika di Daerah Penelitian
1. Kopi Bubuk Arabika Kalah Saing Dengan Produk – Produk Bermerek
Kopi Bubuk Arabika yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Simanja saat ini masih kalah saing dengan
produk – produk yang lebih dikenal dan bermerek.
2. Faktor Cuaca Yang Berpengaruh Dalam Proses Pengolahan
Pengolahan Kopi Bubuk Arabika, khususnya pada proses pendinginan yang dilakukan setelah proses
penyangraian bergantung pada cuaca.

Dengan demikian, hipotesis 3 terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi pengolahan Kopi
Bubuk Arabika di daerah penelitian di terima.

4. Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika

Tabel 5. Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal dan Matriks Strategi Eksternal
Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika di Daerah Penelitian
Skoring (Rating
Faktor Strategi Internal Rating Bobot
x Bobot)
Kekuatan:
a. Bahan Baku Tersedia 4 10,81 43,24
b. Tenaga Kerja Tersedia 4 10,81 43,24
c. Tidak Menggunakan Bahan Campuran 4 10,81 43,24
d. Memberikan Nilai Tambah 3,5 9,46 33,11
e. Harga Kopi Bubuk 3 8,11` 24,32
Total Skor Kekuatan 18,5 50 187,16
Kelemahan
a. Sumber Modal Yang Kurang 1 3,85 3,85
b. Teknologi Sederhana 2,5 9,62 24,05
c. Hanya ada 1 Variasi Produk 2,5 9,62 24,05
d. Pengembangan Lahan Agroindustri kopi 2 7,69 15,38
bubuk tidak tersedia
e. Pelatihan dan Pendidikan 2 7,69 15,38
f. Pemasaran kurang luas 1 3,85 3,85
g. Tidak ada kerjasama 2 7,69 15,38
Total Skor Kelemahan 13 50 101,94
Selisih Kekuatan – Kelemahan 85,22
Peluang
a. Merek Dagang 3,5 10,29 36,03
b. Izin Badan Pengawas Obat dan Makanan 3 8,84 26,52
c. Semakin banyak orang yang minum kopi 3,5 10,29 36,03
d. Sarana Infrastruktur 3,5 10,29 36,03
e. Kebijakan Pemerintah 3,5 10,29 36,03
Total skor peluang 17 50 170,64
Ancaman
a. Kopi bubuk arabika kalah saing dengan 2 25 50
produk – produk bermerek
b. Faktor cuaca yang berpengaruh dalam 2 25 50
proses pengolahan
Total Skor Ancaman 4 50 100
Selisih peluang – ancaman 70,64

Setelah melakukan perhitungan bobot dari masing – masing faktor internal maupun eksternal

kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks posisi. Matriks posisi digunakan untuk

melihat posisi strategi pengembangan usaha pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian

Gambar 1. Matriks Posisi SWOT Pengembangan Kopi Bji Arabika Menjadi Kopi Bubuk Arabika
FAKTOR EKSTERNAL
F
A
Kuadran III Y (+) Kuadran I K
Strategi Turn - Around Strategi Agresif T
70,64 O
R

I
N
X (+)
T
X (-)
E
0 85,22 R
N
A
L
Kuadran IV Kuadran II
Strategi Difensif Strategi Diversifikasi

Y (-)

Dari hasil – hasil matriks internal – eksternal yang diperoleh dari nilai total skor pembobotan
untuk faktor internal pada sumbu X (+) bernilai 85, 22 Untuk faktor Eksternal pada sumbu Y(+)
bernilai 70,64. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan ini berada pada daerah
kuadran I. Strategi yang harus diterapkan pada kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy) . Strategi Agresif lebih focus kepada SO
(Strengths dan Opportunities) yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.
Dimana, strategi yang dapat dilakukan adalah: Memperbesar usaha, meningkatkan produksi dan
penjualan, meningkatkan kualitas produksi dengan memanfaatkan peluang yang ada, sehingga
dapat meningkatkan permintaan pasar dan dapat meningkatkan nilai tambah yang diperoleh.

Dengan demikian, hipotesis 4 strategi pengembangan yang dilakukan di daerah penelitian


adalah strategi agresif di terima.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Proses pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang
sederhana.
2. Nilai tambah yang dihasilkan usaha pengolahan kopi bubuk arabika sebesar Rp. 206.400/3Kg
Kopi Biji, dengan rasio nilai tambah sebesar 68,8% dalam satu kali produksi.
3. Faktor Strategi Internal dalam usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika untuk Bahan baku
tersedia, Tenaga kerja tersedia, Tidak menggunakan bahan campuran, Memberikan nilai tambah,
dan Harga kopi bubuk ditentukan sendiri oleh kelompok tani. Sumber modal kurang, Teknologi
sederhana, Hanya ada 1 variasi produk, Pengembangan lahan agroindustry tidak tersedia,
Kurangnya pelatihan dan pendidikan, Pemasaran produk kurang luas, serta Tidak ada kerjasama
dengan lembaga lain. Sedangkan dalam faktor Eksternal adalah Sudah memiliki merek dagang,
sudah memiliki izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, Trend kopi saat ini, Infrastruktur
lokasi yang mendukung, serta adanya Kebijakan Pemerintah.

Strategi pengembangan yang dilakukan usaha pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian
adalah strategi agresif yang terletak pada kuadran I. Strategi yang dapat dilakukan yaitu:
Memperbesar usaha, meningkatkan produksi dan penjualan, meningkatkan kualitas produksi
dengan memanfaatkan peluang yang ada, sehingga dapat meningkatkan permintaan pasar
dan dapat meningkatkan nilai tambah yang diperoleh.

Saran
Kepada Pengolah Kopi Bubuk Arabika
1. Agar pengolah kopi bubuk arabika khususnya Kelompok Tani Simalungun Jaya di daerah
penelitian yang berperan sebagai produsen kopi bubuk untuk lebih berupaya dalam hal
mempromosikan dan memperluas jangkauan pemasarannya.
2. Untuk meningkatkan nilah tambah, pengolah kopi bubuk arabika diharapkan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah kopi bubuk arabika.
a. Kepada Pemerintah
1. Diharapkan memberikan bantuan kepada kelompok tani simanja (pengolah kopi bubuk
arabika) baik dalam bentuk modal ataupun dalam bentuk peralatan dan mesin yang akan
digunakan untuk pengolahan kopi bubuk arabika.
2. Memberikan bantuan penyuluhan dan pelatihan kepada anggota kelompok tani sebagai
produsen pengolah kopi untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengolah kopi bubuk
arabika.
b. Kepada Peneliti Selanjutnya
Agar meneliti lebih lanjut mengenai strategi pemasaran usaha pengolahan Kopi Bubuk
Arabika sebagai salah satu pengolahan komoditi pertanian yang memberikan nilai tambah
khususnya kepada pengolahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Haryanto. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman Meningkatkan Kualitas
perkebunan Kopi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Jati, Y. Purwoko. 2006. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Arabika
Kelompok Tani Manunggal IV Kecamatan Jambu Semarang. Skripsi : Program Studi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta: Agromedia Pusaka..

Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
2013. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.

Soekartawi, 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Sri Najiyati, Danarti. 1997. Kopi: Budidaya Dan Penanganan Lepas Panen Kopi . Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM - press.

Anda mungkin juga menyukai