Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DENGAN FRAKTUR FEMUR

Disusun oleh:
Dicky Eko Prasetyo
14401.16.17009

PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Dicky Eko Prasetyo


NIM : 14401.16.17009
Judul : Fraktur Femur

Mahasiswa

( )

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )
Kepala Ruangan

( )
LEMBAR KONSUL
Nama : Dicky Eko Prasetyo
NIM : 14401.16.17009
NO. TANGGAL KONSUL SARAN PEMBIMBING TTD
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DENGAN FRAKTUR FEMUR

A. Pengertian
Fraktur adalah hi;langnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang atau osteoporosis. (Arif Muttaqin, 2008)
B. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
1. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pad paha
2. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang
(osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis. (Arif Muttaqin, 2011)
C. Tanda dan gejala
1. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak alamiah
bukannya tetap rigid seperti normalnya.
3. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah
tempat fraktur.
4. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah
beberapa jam atau hari. (Brunner Suddarth, 2001)
Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut;
a. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul, dan
melalui kepala femur (fraktur kapital).
b. Fraktur ekstrakapsular
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokanter minor.
D. Anatomi fisiologi

1. Anatomu Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang dlh jaringan terstruktur
dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama:
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alt dalam
(otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan
lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit.
Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik
(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam
(hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks
organik tulang juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen
tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga
menyusun tulang berupa proteoglikan.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6;
1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.
2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4) Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
5) Tulang Sesmoid: tulang patella
6) Tulang Sutura: atap tengkorak

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang disebut
dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.
2. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai
matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yangh disebut
osifikasi.
2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik, yang memecah
matriks dan beberapa asam yang melarutklan mineral tulang sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. (Arif Muttaqin, 2008)
3. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas dan
bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter
minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang
disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di antara kedua kondilus ini terdapat
lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela) yang disebut dengan fosa
kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia bentuknya lebih
kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis.
(Syaifuddin, 2006)
E. Patofisiologi

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:
1. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis pengobatan yang dapat
diberikan.
2. Fraktur subtrokanter
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter
minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik atau spiral dan sering bersifat
kominutif. Fragmen proksimal dalam posisi fleksi, sedangkan fragmen distal dlam
posisi adksi bergeser ke proksimal.
3. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa rotasi
eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin datang dengan keadaan syok.
4. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi. (Arif Muttaqin, 2008)
G. Penatalaksanaa
1. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt untuk
mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera
pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
a. Profilaksis antibiotik
b. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit mungkin
penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieklsisi dengan hati-hati.
Luka akibat penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi,
terapi yang cukup dengan debridemen terbatas saja.
c. Stabilisasi
Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
d. Penundaan tertutup
e. Penundaan rehabilitasi
2. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam melakukan
asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat dapat mengenal
impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan dengan
gips pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif pelaksanaan pada
klien usia muda.
b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan memergunakan plate dan screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitif untuk mengurangi spasme otot.
c) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan
segmental.
d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara
klinis
3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal
femur
b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi
tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah
farktur diafisis.
c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif,
infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak yang hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phorc dare
screw dengan berbagai tipe yang tersedia. (Arif Muttaqin, 2011)
H. Masalah Keperawatan Dan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.
3. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi interna.
6. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.
I. ASKEP Secara TEORI
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa nyeri
yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri
klien, perawat mengunakan PQRST.
P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
trauma bagian pada
Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.
R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha yang
mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi atau istirahat.
S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien antara 2-4
pada skala pengukuran 0-4
T (Treatment)
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha,
pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobt ke dukun
patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan, perawat dapat
mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan
kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses penyembuhan
tulang.
4) Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah faktor
predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetik.
5) Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
gheneral) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokal)
1) Keadaan umum
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu dicatat
adalah kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah, komposmetis yang
bergantung pada keadaan klien), kesakitan atau keadaaan penyakit (akut,
kronis, berat, ringan, sedang, dan pada kasus fraktur biasanya akut) tanda
vital tidak nmormal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.
2) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien fraktur femur
tidak mengalami kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak, didapatkan taktil
fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi tidak terdapat suara
tambahan.
3) B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak teraba,
auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4) B3 (Brain)
a) Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
a. Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala.
b. Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
c. Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain tidak
mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah simetris, tidak ada lesi
dan edema.
d. Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis (pada klien
dengan patah tulang tertutup tidak terjadi perdarahan). Klien yang
mengalami fraktur femur terbuka biasanya mengfalami perdarahan
sehingga konjungtiva nya anemis.
e. Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi dan nyeri tekan.
f. Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
g. Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
b) Pemeriksaan fungsi serebral
Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
c) Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I: fungsi pendiuman tidak ada gangguan.
b. Saraf II: ketajaman penglihatan normal
c. Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil
isokor.
d. Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek kornea
tidak ada kelainan.
e. Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
f. Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
g. Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
h. Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII: ;idah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
faskulasi. Indra pengecapan normal.
d) Pemeriksaan refleks
Biasnya tidak ditemukan reflek patologis.
d) Pemeriksaan sensori
Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak menga;lami
gangguan. Selian itu, timbul nyeri akibat fraktur.
5) B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine, termasuk berat
jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami gangguan ini.
6) B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi: turgor baik,
tidak ada defans muskular dan hepar tidk teraba. Perkusi: suiara timpani, ada
pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik normal. Inguinal,genital:
hernia tidak teraba, tidak ada pembesaran limfe dan tidak ada kesulitan BAB.
7) B6 (Bone)
Adanmya fraktur femur akan mengganggu secara lokal, baik fungsi motorik,
sensorik maupun peredaran darah.
8) LOOK
Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan adanya
pembengklakan yang tidak biasa (abnormal) dan deformitas. Perhatikan adanya
sindrom kompartemen pada bagian distal fraktur femur. Apabila terjadi fraktur
terbuka, perawat dapat menemukan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak
sam[pai kerusakann intergritas kulit. Fraktur obli, spiral atau bergeser
mengakibatkan pemendekan batang femur. Ada tanmda cedera dan
kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskular (saraf dan pembuluh darah)
paha, sepertoi bengkak atau edema. Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
9) FEEL
Kaji adnya nyeri tekan dan krpitasi pada daerah paha.
10) MOVE
Pemeriksaan dengan menggerakkan eksteremitas apakh terdapat keluhan nyeri
pada pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang gerak. Dilakukan pemeriksaan
gerak aktif dan pasif. Berdasar pemeriksaan didapat adanya gangguan /
keterbatasan gerak tungkai, ketidakmampuan menggerakkan tungkai,
penurunan kekuatan otot.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal,
kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.
3) Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi interna.
6) Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.
3. Rencana Keperawatan
Rencana Perawatan
No Diagnosa Keperawatan
Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien dengan pengkajian nyeri PQRST
cedera fisik. keperawatan selama 3x24 jam b. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
diharapkan nyeri hilang/ berkurang mempengaruhi respon pasien terhadap
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan (misal suhu ruangan,
a. Melaporkan nyeri pada skala pencahayaan, dan kegaduhan)
0-1 c. Berikan teknik relaksasi
b. TTV dalam batas normal d. Ajarkan manajemen nyeri (misal nafas dalam)
c. Ekspresi wajah tidak e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
menahan nyeri analgetik.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 3x24 jam peningkatan kerusakan
muskuloskeletal, kerusakan integritas diharapkan pasien mampu b. Pantau kulit bagian distal setiap hari terhadap
struktur tulang, penurunan kekuatan melakukan aktifitas fisik sesuai adanya iritasi, kemerahan.
otot. dengan kemampuannya dengan c. Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal
kriteria hasil: setiap 2 jam.
a. Mampu melakukan d. Ajarkan klien untuk melakukan gerak aktif pada
perpindahan ekstremitas yang tidak sakit.
b. Meminta bantuan untuk e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan
aktifitas mobilisasi. fisik klien.
c. Tidak terjadi kontraktur
3 Defisit perawatan diri (mandi, Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan penggunaa alat bantu
eliminasi) berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam b. Kaji kondisi kulit saat mandi
gangguan muskuloskeletal, hambatan diharapkan pasien mengalami c. Berikan bantuan sampai pasien mampu secara
mobilitas. peningkatan perilaku dalam merawat mandiri untuk melakuakn perawatan diri
diri dengan kriteria hasil: d. Letakkan sabun, handuk, peralatan mandi,
a. Klien mampu melakukan peralata BAB/BAK, didekat klien.
aktifitas perawatan dirisesuai e. Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan
denmgan tingkat kemampuan metode alternaltif dalam mandi, hygiene mulut,
b. Mengungkapkan secara BAB/BAK.
verbal kepuasan tentang f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
kebersihantubuh, hygiene supositoria kalau terjadi konstipasi
mulut.
J. DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Vol 3. Jakarta: EGC.
2. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta:EGC.
3. Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC
4. Arif Muttaqin. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi
pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.
5. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai