ABSTRACT
Condyloma acuminatum (CA) is a benign proliferation of the skin caused therapy. Reported one CA case in an MSM, on anal region. Diagnosis
by human papilloma virus (HPV) in anogenital. Clinical manifestation was establised by clinical manifestation and positive acetowhite test.
of CA is characterized by small confluent papules forming cauliflower Patients treated with application of TCA 80% once weekly, however
shaped. Incidence of CA is increased in men who have sex with men new lesions appear after one-month treatment. New lesions treated
(MSM). Therapeutic modalities including application of podofiline, with application of pottasium hydroxide 10% solution once daily. The
podofilotoxins and trichloroacetic acid (TCA). Several studies have entire lesion disappeared after 5x of TCA 80% application on old lesions
reported the efficacy of potassium hydroxide solution as a non-irritative and 13 days of pottasium hydroxide 10% solution on the new lesions.
ABSTRAK
Kondiloma akuminata (KA) merupakan proliferasi jinak kulit yang terapi pada KA yang bersifat noniritatif. Pada laporan kasus ini akan
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) pada anogenital. dilaporkan terapi KA regio anal pada seorang LSL. Diagnosis ditegakkan
Manifestasinya berupa papul-papul kecil berkonfluen seperti bunga berdasarkan gambaran klinis dan tes acetowhite yang positif. Pasien
kol. Insiden KA meningkat pada lelakiyang berhubungan seksual diterapi dengan tutul TCA 80% 1x setiap minggu, namun muncul lesi
dengan lelaki(LSL). Modalitas terapi yang digunakan meliputi tutul baru setelah 1 bulan terapi. Lesi baru pasien diterapi dengan tutul KOH
podofilin, podofilotoksin serta asam trikloroasetat (TCA). Beberapa 10% 1x sehari. Keseluruhan lesi menghilang setelah 5 kali tutul TCA
studi melaporkan efikasi larutan potassium hydroxide (KOH) sebagai 80% pada lesi lama dan 13 hari tutul KOH 10% pada lesi baru.
325
LAPSUS
IMS. Dari 92 kasus baru KA, tercatat sebanyak 50 kemoterapi dan kortikosteroid dalam jangka
kasus terjadi pada lelakidan 42 kasus terjadi pada panjang. Riwayat pengobatan, pasien belum pernah
perempuan.10,12 mendapat pengobatan untuk keluhannya saat ini.
Lesi KA sering dijumpai pada daerah genital, Riwayat pengolesan minyak tradisional disangkal.
perineum, perianal, anal, maupun daerah lipat Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
paha. Kondiloma akuminata anal terjadi akibat Riwayat penyakit dalam keluarga dikatakan tidak
adanya variasi dari hubungan seksual dari genital- ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan
anal, dimana prevalensi tertinggi dijumpai pada serupa.
kelompok lelakiyang berhubungan seksual Riwayat sosial pasien adalah seorang guru,
dengan lelaki (LSL). Sebuah penelitian multicenter belum menikah. Pasien berhubungan seksual
mendapatkan infeksi HPV anal sebesar 57% pada pertama kali 4 tahun yang lalu dengan seorang
LSL yang tanpa infeksi human immunodeficiency perempuan. Aktivitas seksualnya berupa
virus.4,6,8 hubungan genitogenital dan oral seksual, tanpa
Modalitas terapi yang digunakan meliputi kondom. Pasien menjalani hubungan tetap saat
agen-agen yang bersifat destruktif, antiproliferasi itu selama 1 tahun. Dua tahun kemudian, pasien
maupun imunomodulasi. Agen yang sering kemudian berhubungan dengan seorang laki-
digunakan adalah podofilin, podofilotoksin serta laki, selama + 6 bulan. Aktivitas seksual dengan
asam trikloroasetat. Angka kesembuhan dari terapi- pacar lelaki berupa anal seks dan oral seks, tanpa
terapi tersebut bervariasi dari 45-80%, namun menggunakan kondom, saat aktivitas seksual
bersifat iritatif, memakan waktu yang lama serta pasien dapat berlaku sebagai insertif maupun
memberikan rasa tidak nyaman pada pasien.8,9 reseptif. Riwayat multipartner seksual pada
Beberapa studi telah melaporkan efikasi dari pasangannya tidak diketahui. Satu tahun yang
larutan potassium hydroxide (KOH) sebagai terapi lalu, pasien pindah ke Bali. Selama di Bali, pasien
untuk moluskum kontagiosum dan kondiloma sempat menjalin hubungan dengan beberapa laki-
akuminata. Terapi ini memiliki angka kesembuhan laki, melakukan aktivitas seksual anal dan oral
87,5%, kurang iritatif, dapat dilakukan sendiri oleh tanpa kondom. Aktivitas seksual terakhir pasien
pasien, serta murah.9,10 sekitar 5 bulan yang lalu dengan salah satu teman
Berikut akan dilaporkan kasus KA anal pada lelakinya tanpa menggunakan kondom. Keluhan
seorang LSL yang diterapi dengan TCA 80% dan yang sama pada teman lelakinya tidak diketahui,
KOH 10%. Kasus ini dilaporkan untuk memberikan
wawasan mengenai KA, hubungan LSL dengan KA
serta modalitas terapi yang tersedia.
ILUSTRASI KASUS
Lelaki berusia 25 tahun, datang ke poliklinik Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Sanglah Denpasar dengan keluhan utama berupa
benjolan disekitar anus. Benjolan di sekitar anus
muncul sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Awalnya berukuran kecil, namun semakin lama
semakin membesar dan bertambah banyak.
Benjolan tersebut tidak disertai dengan keluhan
gatal, nyeri atau berdarah. Keluhan nyeri saat buang
air besar disangkal. Benjolan di bagian tubuh yang
lain disangkal.
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya + 1 tahun yang lalu, dan pasien
berobat ke dokter spesialis kulit diberikan terapi
tutul podofilin. Riwayat penyakit infeksi menular
seksual lainnya seperti bintil berair, luka atau
lecet pada kelamin dan kencing nanah disangkal.
Riwayat penurunan berat badan, batuk lama
serta diare disangkal. Pasien juga menyangkal Gambar 1 Tampak papul multipel sewarna kulit
memiliki riwayat penyakit seperti jantung, diabetes dengan permukaan verukosa pada
melitus, hipertensi, keganasan, penggunaan obat daerah anal
yang berukuran besar yang dapat menetap dalam anamnesis, didapatkan keluhan berupa benjolan di
jangka waktu lama.1 Kondiloma akuminata sering sekitar anus sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu.
dikaitkan dengan HPV 6 dan 11 tipe risiko rendah, Lesi KA umumnya muncul sebagai papul kecil
pada 70% sampai 100% lesi kondiloma akuminata dengan diameter berkisar antara 2 sampai 5 mm
dapat ditemukan salah satu atau kedua subtipe ini. namun dapat tumbuh membentuk kelompok
Namun, setidaknya terdapat 18 jenis HPV lain yang besar, konfluen dengan diameter hingga beberapa
telah dikaitkan dengan KA, termasuk -16, -18, -31, sentimeter. Terdapat empat tipe morfologis
-33, -35, -39, -41 hingga -45, -56, dan -59. Penularan kondiloma, yaitu: 1) Bentuk akuminata, dengan
KA terutama melalui kontak seksual baik genito- penampakan klinis menyerupai kembang kol,
genital, oro-genital maupun anogenital. Masa 2) Bentuk papular, papul berbentuk kubah,
inkubasinya bervariasi, biasanya 3 minggu hingga sewarna daging, permukaan halus dan licin
8 bulan, namun dapat hingga 18 bulan. Permukaan dengan diameter 1-4mm, 3) Bentuk keratotik yang
mukosa yang lebih tipis lebih suseptible untuk mempunyai lapisan tebal pada permukaannya
inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang sehingga dapat menyerupai veruka vulgaris atau
lebih tebal sehingga mikroabrasi pada permukaan keratosis seboroik, serta 4) bentuk papul datar
epitel memungkinkan virion pasangan seksual yang tampak sebagai makula atau dengan sedikit
yang terinfeksi masuk ke dalam lapisan sel basal peninggian.1,2
pasangan yang tidak terinfeksi.1 Pada kasus, ditemukan gambaran klinis bentuk
Istilah LSL pertama kali dicetuskan pada akuminata berupa papul-papul berbentuk bulat
pertengahan 1980 untuk mendeskripsikan oval dengan permukaan verukosa.
kelompok lelakiyang berhubungan seksual dengan Diagnosis KA ditegakkan berdasarkan gambaran
lelakilain, namun tidak harus memiliki orientasi klinis. Lesi yang meragukan dapat dilakukan
seksual, identitas seksual maupun identitas gender pemeriksaan acetowhite menggunakan asam asetat
yang serupa. Prevalensi biseksual dalam kelompok 3-5% pada lesi yang dicurigai dan ditunggu dalam
LSL bervariasi, dipengaruhi oleh budaya lokal serta sepuluh menit. Pemeriksaan ini akan memperjelas
penerimaan penduduk akan kelompok LSL. Negara- bentukan lesi dengan perubahan warna menjadi
negara yang menganut adat ketimuran cenderung putih pada daerah yang terinfeksi HPV sehingga
menentang keberadaan LSL, sehingga hal ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi lesi KA
menyebabkan kelompok LSL menyembunyikan subklinis, walaupun bersifat tidak spesifik. Biopsi
orientasi seksual mereka dan terlibat dalam umumnya tidak diperlukan dan hanya diindikasikan
hubungan heteroseksual. Kelompok LSL biasanya bila lesi atipikal dan diagnosis meragukan, lesi tidak
berhubungan seksual melalui genito-anal ataupun menunjukkan respon dengan terapi standar atau
genito-oral. Istilah resptif pada LSL diartikan bila penyakit memburuk selama pemberian terapi.
bagi lelakiyang berperan sebagai wanita dalam Pemeriksaan histopatologi akan menampakkan
hubungan seksual, sedangkan insertif diartikan bagi gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges
lelakiyang berperan sebagai lelakidalam hubungan yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan
seksual. Kelompok LSL memiliki resiko yang tinggi koilositosis. Koilosit merupakan karakteristik
untuk dapat menularkan atau terkena HIV atau IMS infeksi HPV yang menunjukkan keratinosit besar
lainnya, dikarenakan cenderung memiliki banyak dengan inti di tengah dan piknotik dikelilingi halo
pasangan, diantaranya dengan pasangan pria tetap, perinuklear.11,15,7
pasangan pria tidak tetap, penjaja seks pria, penjaja Diagnosis banding KA adalah kondiloma lata,
seks wanita, pasangan wanita tetap, dan pasangan yang merupakan salah satu bentuk klinis sifilis
wanita tidak tetap. Prevalensi infksi HPV pada sekunder. Kondiloma lata ditandai dengan papul
anal juga ditemukan tinggi pada kelompok LSL atau plak luas dan meninggi yang tampak lembab,
non HIV yaitu sebesar 57%. Beberapa studi juga berbatas tegas, berwarna putih atau keabuan,
menemukan peningkatan perilaku seksual yang dengan permukaan yang licin disertai maserasi atau
berisiko tinggi pada kelompok ini seperti kebiasaan erosi. Kondiloma lata memiliki kemiripan dengan
mencari pasangan lewat internet dan penggunaan KA sebagai lesi yang meninggi, namun terdapat
obat-obatan seperti metamfetamin dan golongan beberapa perbedaan, yaitu: 1) KA tampak seperti
PDE 5 inhibitor.10,11,14 kembang kol yang berlapis sedangkan kondiloma
Pasien pada kasus adalah seorang LSL yang lata tampak licin, 2) KA tampak kering sedangkan
juga berhubungan seksual dengan wanita. Pasien kondiloma lata tampak lembab, dan 3) KA tampak
berhubungan secara anal, dapat berlaku sebagai berdungkul sedangkan kondiloma lata cenderung
reseptif maupun insertif, tidak menggunakan pipih. Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap pada
kondom dalam berhubungan seksual dengan laki- lesi kondiloma lata akan menunjukkan organisme
laki, serta sering berganti-ganti pasangan. Dari Treponema pallidum.7,9,16
kasus adalah dubius, karena meskipun lesi telah 5. Blas MM, Brown B, Menacho L, Alva IE. HPV Prevalence
in Multiple Anatomical Sites Among Men Who Have Sex
menghilang namun diperlukan pengamatan lebih With Men in Peru. Plos One. 2015;10(10):1-9.
lanjut untuk menilai adanya kekambuhan lesi. 6. Neme, S., Wahome, E., Mwashigadi, G., Thiong’o, A.N.
Kelompok LSL memiliki risiko tinggi untuk Prevalence, Incidence, and Clearance of Anogenital Warts
in Kenyan Men Reporting High-Risk Sexual Behavior,
menderita karsinoma anus akibat infeksi HPV. Including Men Who Have Sex With Men. OFID. 2015;
Neoplasia intraepitelial anal (NIA) merupakan 5:1-10.
prekusor dari karsinoma sel skuamosa. Skrining 7. Winer RL, Koutsky LA. Genital Human Papillomavirus
Infection. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stam WE dkk.
yang disarankan meliputi pemeriksaan sitologi Ed. Sexually Transmitted Disease, Edisi ke-4. New York:
anal dan pemeriksaan HRA untuk mendapatkan MacGraw-Hill, 2008; vol 1, Bab 28: h. 490-500
spesimen pemeriksaan histopatologi. Skrining 8. Leszczyszyn J, Lebski I, Lysenko L, Hirnle L, Gerber H.
Anal Warts (Condylomata Acuminata) – Current Issues
direkomendasikan dilakukan tiap 1-2 tahun pada and Treatment Modalities. Adv Clin Exp Med. 2014;
pasien dengan infeksi HIV positif atau LSL dengan 23(2):307-11
infeksi HIV negatif. Penelitian yang dilakukan 9. Fathi R, Tsoukas MM. Genital Warts and Other HPV
infections: Established and Novel Therapies. Clinics in
Gimenez, dkk17 tahun 2011 mendapatkan bahwa Dermatology. 2014; 32: 299-306.
lesi NIA derajat tinggi banyak didapatkan pada 10. Centers for Disease Control and Prevention. Prevalence
gambaran HRA yang padat, rata, licin, non-papiler and awareness of HIV infection among men who have sex
with men - 21 cities, United States, 2008. MMWR. 2010;
dengan pola vaskuler normal. Pemeriksaan HRA 59(37): 1201-28.
memiliki sensitivitas 90%, spesifisitas rendah 11. Dietz, C.A., Nyberg, C.R. Genital, Oral and Anal Human
(19,23%), dengan positive predictive value 41,67% Papilomavirus Infection in Men Who Have Sex With Men.
J Am Osteopath Assoc. 2011; 111(3): S19-S25.
dan negative predictive value 75%.13,17-21 12. Anonim. Register pasien poliklinik Kulit dan Kelamin
Pada kasus telah dilakukan pemeriksaan HRA Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Januari
dan tidak ditemukan kondiloma akuminata 2015-Juni 2016. Tidak dipublikasikan
13. Gilson, R., Nathan, M., Sonnex, C., Lazaro, N., Keirs, T. UK
intraanal maupun tanda-tanda displasia. National Guidelines on The Management of Anogenital
Warts 2015. British Association for Sexual Health and HIV.
2015; 1-24
SIMPULAN 14. Mayer, K.H., Carballo-Diéguez, A. Homosexual and
bisexual behavior in men in relation to STDs and HIV
Telah dilaporkan satu kasus kondiloma akuminata infection. In: Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E.,
anal pada seorang lelakihomoseksual. Diagnosis Piot, P., Wasserheit J.N, Corey L, Cohen M.S, Watts D.H,
kondiloma akuminata pada pasien ditegakkan penyunting. Sexually transmitted diseases. 4th ed. New
York: McGraw-Hill; 2008. p. 203-18.
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan 15. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually
pemeriksaan penunjang. Pengobatan yang transmitted diseases treatment guidelines, 2015. MMWR
diberikan berupa tutul trikloroasetat (TCA) 80% Recomm Rep. 2015; 64(RR03): 53-5.
16. Gormley, R.H., Kovarik, C.L. Human papilloma virus-
pada lesi kondiloma akuminata yang lama dan tutul related genital disease in the immunocompromised host:
KOH 10% pada lesi kondiloma akuminata yang part I. J Am Acad Dermatol. 2012; 66(6): 867.e1-e17
baru timbul. Gejala klinis menghilang 2 minggu 17. Gimenez, F., Costa-e-Silva, I.T., Daumas, A., Araújo, J.d.,
Medeiros, S.G., Ferreira L. The value of high-resolution
setelah terapi, dimana lesi yang ditutul dengan TCA anoscopy in the diagnosis of anal cancer precursor lesions
80% memberikan rasa nyeri dan terbakar serta in HIV-positive patients. Arq Gastroenterol. 2011; 48(2):
meninggalkan erosi, sedangkan lesi yang diterapi 136- 45.
18. Isik S, Koca R, Sarici G, Altinyazar HC. A comparison of a
dengan KOH 10% memberikan efek nyeri dan erosi 5% potassium hydroxide solution with a 5-fluorouracil and
yang minimal dan dapat diaplikasikan sendiri oleh salicylic acid combination in treatment of patients with
pasien. Prognosis pada pasien adalah dubius dan anogenital warts: a randomized, open-label clinical trial.
International Journal of Dermatology. 2014; 53: 1145-50
diperlukan pengamatan lebih lanjut untuk menilai 19. Kandil A, Farag F, Nassar A, Amer RF. Evaluation of topical
adanya kekambuhan kondiloma akuminata. potassium hydroxide in the treatment of nongenital warts.
Journal of The Egyptian Women’s Dermatologic Society.
2016; 13: 159-64
DAFTAR PUSTAKA 20. Camargo CLA, Fagundes LJ, Junior WB, Romiti R. A
Prospective, Open, Comparative Study of 5% Potassium
1. Egelkrout EM, Galloway DA. The Biology of Genital Hydroxide solution versus Cryotheraphy in The Treatment
Human Papillomaviruses. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, of Genital Warts in Men. An Bras Dermatol. 2014;
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, 89(2):236-40
Watts DH, editors. Sexually Transmitted Diseases. Edisi 21. Tandio, Deasy., Manuaba, Amertha. 2016. Safety procedure
ke-4. New York: McGrawHill; 2008.h. 463-488. for biosafety and controlling a communicable disease:
2. Gormley RH, Kovarik CL. Human papilloma virus-related streptococcus suis. Bali Medical Journal 5(2): 260-262.
genital disease in the immunocompromised host: part I. J DOI:10.15562/bmj.v5i2.220
Am Acad Dermatol. 2012; 66(6): 867.e1-e17
3. Goldstone, S.E. Diagnosis and treatment of HPV-Related
Squamous Intraepithelial Neoplasia in Men who Have Sex
with Men. The PRN Notebook 2005; 10(4); 11-6.
4. Fernandes, J.V., Fernandes, T.A.A. Human Papillomavirus:
Biology and Pathogenesis. Dalam: Broeck DV, editors. This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Human Papillomavirus and Related Diseases-From Bench
to Bedside-A Clinical Perspective. InTech; 2012. 3-41