Anda di halaman 1dari 10

Matrik Perbandingan Heutagogi dalam Pembelajaran.

Pembelajaran Heutagogi Kesimpulan


Pengertian Carl Roger Pembelajaran Heutagogi adalah pembelajaran
tentang bagaimana cara belajar dan
Heutagogi meletakkan titik berat pada menemukan sendiri dalam menyelesaikan
pengembangan diri menjadi individu yang suatu masalah dalam pembelajaran.
utuh dengan berbagai kekayaan potensinya.

Hase dan Kenyon


Studi tentang pembelajaran yang ditentukan
sendiri. Heutagogi menerapkan pendekatan
holistik untuk mengembangkan kemampuan
belajar, dengan belajar sebagai proses aktif dan
proaktif, dan peserta didik berperan sebagai
agen utama dalam pembelajaran mereka
sendiri, yang terjadi sebagai hasil pengalaman
pribadi.

Kamdi.
Konsep yang ditawarkan heutagogi adalah
peserta didik diberikan kebebasan sejak awal
untuk menentukan tentang apa yang akan
dipelajari, bagaimana membelajari dan
bagaimana membuktikan bahwa apa yang
dipelajarinya tersebut sudah dikuasainya,
meskipun dalam menetukan tersebut masih
ada keterlibatan pembelajar (teacher) sebagai
konsultan belajarnya.

Stephenson
dalam pembelajaran yang ditentukan sendiri,
penting bagi peserta didik untuk memperoleh
kompetensi dan kemampuan.
Prinsip Prinsip Heutagogi Dalam Heutagogi, pengidentifikasian potensi
1. Membangun self-efficacy yang all-round. belajar merupakan hal yang sangat dihargai,
2. Mengetahui bagaimana cara agar belajar. dan uniknya di dalam heutagogi adalah proses
3. Merengkuh kreativitas. belajar tidak bergantung pada
4. Mampu memanfaatkan kompetensi diri, pengidentifikasian learning needs.
baik di situasi yang dirasa istimewa
ataupun situasi yang dirasa biasa-biasa Salah satu hal yang diyakini dalam heutagogi
saja. adalah belajar bersifat alami, seperti hal nya
5. Mampu bekerja sama dengan orang lain. bernafas. Tidak mesti mematuhi prinsip linear,
dan tidak mesti direncanakan.
Karakteristik Self Determined Learning (Heutagogi) Karakteristik Heutagogi
merupakan pendekatan belajar secara holistik
1. Mengenkana pendekatan secara holistik
dimana belajar dengan proses yang aktif dan
(menyeluruh)
proaktif, pembelajar menjadi seorang agen
yang menentukan pembelajaran sebagai hasil 2. Membuat orang yang mau belajar yang
dari pengalaman dari diri sendiri. menentukan sendiri.
3. Membuat pembelajaran memiliki minat.
Heutagogi, membuat orang yang mau belajar 4. Cocok dengan elearning
yang menentukan akan belajar apa, kapan
akan belajarnya dan bagaimana struktur
belajarnya.

Heutagogi, membuat pembelajar juga harus


memiliki minat dalam belajar dan harus
refleksi diri dimana pembelajar perlu belajar
topik tertentu dan dia perlu refleksi diri dari
topik tersebut apakah masih perlu belajar dari
sub topik yang nilainya masih kurang
dimengerti.

Heutagogi ini pun sangat cocok dengan


adanya e-learning yang dimana, e-learning
pun juga dapat meningkatkan motivasi trainee
saat belajar.
Perkembangan Pedagogi dan Andragogi ke 1. Belajar Cara Belajar 1. Belajar cara belajar
Heutagogi Stewart dari Southern Cross University,
merupakan studi tentang belajar yang 2. Belajar Benar-Benar Belajar
ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri. 3. Revolusi Berpikir
Gagasan ini adalah perluasan dari reinterpretasi
andragogi, dan mungkin pembedan itu 4. Kelukan Ganda
merupakan kesalahan yang sama ketika orang 5. Adapatasi Manusia
secara kasat mata berusaha membedakan
antara pedagogi dan andragogi.
2. Belajar Benar-Benar Belajar
Malcom S. Knowles
menyarankan perubahan penting dalam cara di
mana pengalaman pendidikan untuk orang
dewasa harus dirancang. Pendekatan itu
dikenal sebagai andragogi yang dibedakan
secara kontras dan cukup tajam dengan
pedagogi
3. Revolusi Berpikir
Manusia esensinya memiliki semangat
belajar. Berkaitan dengan ini Rogers (1969)
mengemukakan bahwa orang ingin belajar dan
memiliki kecenderungan alami untuk
melakukannya sepanjang hidup mereka.
a. Guru tidak bisa mengajar orang lain secara
langsung, mereka hanya dapat
memfasilitasi pembelajaran.
b. Orang-orang belajar secara signifikan
hanya untuk hal-hal yang mereka anggap
melibatkan pemeliharaan atau peningkatan
struktur diri.
c. Pengalaman yang bila diasimilasikan akan
melibatkan perubahan dalam organisasi
diri cenderung dilawan melalui penolakan
atau distori simbolisasi, serta struktur dan
organisasi diri tampaknya menjadi lebih
kaku di bawah ancaman.
d. Pengalaman yang dianggap tidak konsisten
dengan diri sendiri hanya dapat
diasimilasikan apabila organisasi diri saat
ini dalam suasana santai dan dengan
cakupan yang diperluas.
e. Sistem pendidikan yang paling efektif
meningkatkan hasil belajar secara
signifikan adalah salah satu yang
mengancam diri, karena belajar direduksi
untuk mencapai tujuan yang minimum.
4. Kelukan Ganda
Argyris dan Schon (1996) dalam
konseptualiasi mereka mengenal kelukan atau
simpulan belajar ganda (double loop learning).
Belajar kelukan ganda melibatkan kita
menantang penggunaan teori-teori serta
nilai-nilai dan asumsi kita, bukan sekadar
bereaksi terhadap masalah dengan strategi yag
ditemukan pada kelukan tunggal belajar.
5. Adaptasi Manusia
Heutagogi membahas masalah-masalah
adaptasi manusia dalam rangka memasuki
milenium baru. Model ini menantang cara
berpikir lebih dari pada proses ketimbang isi,
memungkinkan pembelajaraan lebih
memahami dunia mereka daripada dunia
gurunya, memaksa guru pindah ke dunia
pembelajar, serta memungkinkan guru untuk
melihat melampaui disiplin mereka sendiri dan
teori-teori yang favorit.
Matrik Pandangan Islam, Barat dan Indonesia.
Islam Barat Indonesia
Orang-orang dewasa yang mampu memahami Delker Heutagogi menawarkan kebebasan kepada
secara mendalam tentang ayat-ayat Allah Menggemukakan bahwa huetagogi adalah pebelajar (learner) untuk
dengan penggunaan maksimal daya pikir dan perbuatan manusia secara wajar dan alamiah menetukan (determine) sendiri belajarnya.
zikir yang terdapat pada potensi akal dan yang prosesnya tidak selalu memerlukan guru, Heutagogi menawarkan kolaborasi aktif
kalbunya itulah yang disebut dengan ulul pamong atau pendidik. (double hands) untuk menentukan
al-baab. Hal ini dinyatakan dalam Qur’an pembelajaran, meliputi konten apa yang tepat
Surat Ali-Imran Ayat 190-191. untuk dipelajari, bagaimana cara
Gastrelius mempelajarinya dan bagaimana bentuk
penilaian yang akan digunakan untuk
Orang-orang dewasa yang mampu huetagogi mancakup interaksi belajar membuktikan bahwa suatu kompetensi sudah
menghubungkan antara aql dan qalb dalam (pembelajaraan), penentuan bahan belajar dan berhasil dikuasai dengan baik.
menemukan kebenaran inilah yang metode balajar, lembaga penyelengggara,
diistilahkan Al-Qur’an dengan ulul al-baab fasilitas, adminstrasi, dan kondisi lingkungan Dunia pendidikan di Indonesia sedang
yakni orang-orang yang mampu memikirkan yang mendukung kegiatan belajar mempraktikkan
dan memahami seluk-beluk sesuatu sampai berkelanjutan.
pada hakikat atau esensinya. Education 1.0 (Pedagogi : pembelajaran anak
Hal demikian termaktub dalam Qur’an Surat Ciri-ciri huetagogi (Cropley 1997 : 49) kecil/children’s learning), belum memahami
Az-Zumar Ayat 17-18. Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang proses transformasi menuju
hayat.
Untuk sampai pada tingkatan ulul al-baab, Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal Education 2.0 (Andragogi : pembelajaran
penguatan potensi pikir dan zikir orang yang baru merupakan cara logis untuk orang dewasa/adults learning) dan
dewasa harus disertai dengan upaya mengatasi masalah.
membersihkan jiwa agar potensi rohani dapat Bersemangat tinggi untuk belajar untuk semua Education 3.0 (Andragogi : pembelajaran
tunduk pada aturan-aturan Allah dalam rangka level. orang dewasa menggunakan mobilitas/mobile
mengagungkan kebesaran-Nya. Dalam Qur’an learning) tetapi langsung melompat
Surat As-Syams Ayat 9-10 Allaj SWT Menyambut baik perubahan. membahas
berfirman. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup
adalah peluang untuk belajar hal baru. Education 4.0 (Heutagogi : Self-determined
learning) karena dunia telah memasuki Era
Revolusi Industri 4.0.

Matrik Perbandingan Heutagogi dalam Pembelajaran

Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri Wedemeyer dalam Rusman


peserta didik yang belajar secara mandiri
mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa
harus menghadiri pembelajaran yang
diberikan guru atau pendidik di kelas.

Peserta didik mempunyai otonomi dalam


belajar.
Otonomi tersebut terwujud dalam beberapa
kebebasan sebagai berikut:
a. Peserta didik mempunyai kesempatan
untuk ikut menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya.
b. Peserta didik boleh ikut menentukan bahan
belajar yang ingin dipelajarinya dan cara
mempelajarinya.
c. Peserta didik mempunyai kebebasan untuk
belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri.
d. Peserta didik dapat ikut menentukan cara
evaluasi yang akan digunakan untuk
menilai kemajuan belajarnya.
Tingkat Kemandirian Peserta Didik dalam Kemandirian belajar diberikan kepada peserta
Kegiatan Pembelajaran didik dengan maksud supaya peserta didik
mempunyai tanggung jawab untuk mengatur
dan mendisiplinkan dirinya dan
mengembangkan kemampuan belajar atas
kemauan sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu
dimiliki peserta didik karena hal tersebut
merupakan ciri kedewasaan orang yang
terpelajar.

Menurut Moore dalam Rusman.


Ciri utama suatu proses pembelajaran mandiri
ialah adanya kesempatan yang diberikan
kepada peserta didik untuk ikut menentukan
tujuan, sumber, dan evaluasi belajarnya.

Blaschke dan Hase


1. Learning Contract
a. Identify Learning
Pada tahap pertama peserta didik yang akan
mengidentifikasi diri sendiri apa kebutuhan
belajar dia. Peserta juga yang akan
menentukan goal atau tujuan belajarnya.
b. Negotiate Assessment
Peserta didik juga akan negosiasi dengan
penyelenggara pelatihan atau dengan
pengajar mengenai apa jenis dan materi apa
yang dapat diujikan untuk mengevaluasi
hasil belajarnya.
c. Adapt Curriculum
Peserta didik setelah menentukan
semuanya dia selanjutnya yang akan
menentukan kurikulum sendiri serta materi
yang akan dipelajari. Peserta didik setelah
itu akan adaptasi terhadap kurikulum yang
sudah dibuatnya.
2. Learning Activities
Pada tahap ini, peserta didik akan melihat
materi belajar, mendesain kegiatan dari
pembelajar, mulai belajar, dan diakhiri
dengan refleksi diri mengenai apa yang
sudah dipelajarinya.
3. Learning Outcomes
Pada tahap ini peserta akan mengevaluasi
diri melalui tes, ujian, atau project. Selain
dalam bentuk tes dapat dalam bentuk
presentasi atau demo dari hasil belajar ke
dalam pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai