Anda di halaman 1dari 19

ANGGARAN DASAR

IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA SEJARAH SE-INDONESIA


PERIODE 2017 – 2019

Mukadimah

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari sepenuhnya bahwa Tri Dharma
Perguruan Tinggi merupakan kunci bagi penggerak dinamika intelektual yang menjadi dasar
pencapaian masyarakat ilmiah. Terwujudnya masyarakat ilmiah ini menjadi tanggung jawab
segenap mahasiswa Indonesia, tidak terkecuali mahasiswa sejarah. Sehingga perlu
pengembangan optimal dari masing-masing Himpunan Mahasiswa Sejarah se- Indonesia
didalam jaringan koordinasi yang menyeluruh dan terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka kami menghimpun diri dalam wadah organisasi yang landasan geraknya dalam
Anggaran Dasar sebagai berikut

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia yang disingkat
IKAHIMSI.

Pasal 2
Waktu

IKAHIMSI didirikan di Pekanbaru pada tanggal 28 Juli 1995 yang merupakan perubahan dari
FORKOMASA yang didirikan di Padang tanggal 19 Mei 1991 hingga jangka waktu yang
tidak ditentukan.

Pasal 3
Tempat

Sekretariat IKAHIMSI Pusat berkedudukan di kota atau di mana Pemimpin tertinggi


IKAHIMSI berdomisili.

BAB II
ASAS DAN SIFAT

Pasal 4
Asas

IKAHIMSI berasaskan Pancasila.


Pasal 5
Sifat

IKAHIMSI bersifat akademis, kekeluargaan dan independen.

BAB III
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 6
Tujuan

Menjalin komunikasi dan kerjasama yang efektif dan harmonis serta mengembangkan potensi
keilmuan antar mahasiswa sejarah se-Indonesia untuk mendukung terwujudnya pembangunan
nasional.

Pasal 7
Usaha

1. Menjaga keharmonisan dan kesetiakawanan serta menjalin hubungan yang erat di antara
mahasiswa sejarah se-Indonesia.

2. Menciptakan dan mendukung gagasan serta aktivitas yang berorientasi pada pembangunan
dan pengembangan studi sejarah.

3. Menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan organisasi sejenis,


lembaga dan instansi pemerintah maupun swasta.

BAB IV
STATUS DAN FUNGSI

Pasal 8
Status

IKAHIMSI adalah organisasi kemahasiswaan di tingkat nasional yang sah dan mengikat
Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia.

Pasal 9
Fungsi

IKAHIMSI berfungsi sebagai wadah aspirasi dan komunikasi Himpunan Mahasiswa Sejarah
se-Indonesia.
BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 10

Anggota IKAHIMSI adalah Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia.

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 11

Keputusan tertinggi terdapat pada Musyawarah Nasional.

Pasal 12

1. Kepemimpinan organisasi Tingkat Nasional dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal


IKAHIMSI.

2. Kepemimpinan organisasi Tingkat Wilayah dilaksanakan oleh Koordinator Wilayah


IKAHIMSI.

Pasal 13

Pengurus IKAHIMSI terdiri dari :

1. Pengurus Pusat

2. Pengurus Wilayah.

Pasal 14

Pembagian wilayah hukum organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA

Pasal 15
Musyawarah

Musyawarah IKAHIMSI terdiri atas:

1. Musyawarah Nasional

2. Musyawarah Wilayah

3. Musyawarah Nasional Luar Biasa


4. Musyawarah Wilayah luar biasa.

Pasal 16
Rapat Kerja

Rapat Kerja IKAHIMSI terdiri atas:

1. Rapat Kerja Nasional

2. Rapat Kerja Wilayah.

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 17

Sumber dana IKAHIMSI di dapat dari :

1. Kemenristekdikti

2. Usaha-usaha lain yang tidak melanggar hukum dan dapat di pertanggung jawabkan

3. Sumbangan.

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 18

Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat di lakukan dalam
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa.

BAB X
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 19

Penjabaran Anggaran Dasar dirumuskan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dimuat dalam peraturan-peraturan sendiri
yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.
BAB XI
PENUTUP

Pasal 21

Anggaran Dasar ini berlaku sejak di tetapkan oleh Musyawarah Nasional X sampai dengan
Musyawarah Nasional XI.
ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA SEJARAH SE-INDONESIA


PERIODE 2017 – 2019

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Syarat Keanggotaan

Anggota IKAHIMSI adalah setiap Himpunan Mahasiswa Sejarah yang terdapat di perguruan
tinggi yang telah terdaftar di instansi resmi Negara Republik Indonesia.

Pasal 2
Hak Anggota

Setiap anggota mempunyai hak untuk:

1. Berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh IKAHIMSI baik sebagai


peserta maupun pelaksana.

2. Mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan.

3. Mencalonkan dan dicalonkan menjadi pengurus IKAHIMSI.

Pasal 3
Kewajiban Anggota

Setiap anggota mempunyai kewajiban untuk:

1. Melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga IKAHIMSI.

2. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh IKAHIMSI.

3. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik IKAHIMSI.

BAB II
MUSYAWARAH

Pasal 4
Musyawarah Nasional

Musyawarah Nasional diselenggarakan dua tahun sekali.


Pasal 5
Status

Musyawarah Nasional berstatus:

1. Musyawarah yang diikuti oleh para delegasi dari anggota, pengurus, dan alumni
IKAHIMSI.

2. Pemegang keputusan tertinggi tingkat Nasional.

Pasal 6
Wewenang

Musyawarah Nasional mempunyai wewenang:

1. Meminta pertanggungjawaban Sekretaris Jenderal pengurus pusat IKAHIMSI

2. Menetapkan AD/ART

3. Menetapkan GBPK dan Rekomendasi

4. Memilih dan melantik Sekretaris Jenderal IKAHIMSI terpilih.

5. Menetapkan tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional XI dan Seminar Nasional XXII


dan XXIII.

Pasal 7
Musyawarah Wilayah

Musyawarah Wilayah diselenggarakan dua tahun sekali.

Pasal 8
Status

1. Musyawarah Wilayah merupakan musyawarah yang diikuti oleh para utusan dari anggota
IKAHIMSI wilayah yang terdaftar di instansi resmi Negara Republik Indonesia.

2. Musyawarah Wilayah adalah pemegang kekuasaan tertinggi tingkat wilayah.

Pasal 9
Wewenang

Musyawarah Wilayah mempunyai wewenang:

1. Meminta pertanggungjawaban dan mengevaluasi pengurus wilayah IKAHIMSI setiap


periodenya.

2. Menetapkan GBPK dan Rekomendasi.

3. Melakukan pemilihan koordinator wilayah IKAHIMSI


4. Menetapkan tempat pelaksanaan seminar wilayah dan/atau musyawarah wilayah

BAB III
MUSYAWARAH LUAR BIASA

Pasal 10

Musyawarah luar biasa dianggap sah dilaksanakan apabila disetujui oleh 2/3 anggota yang
telah mendaftar.

Pasal 11
Status

1. Musyawarah luar biasa terdiri atas musyawarah nasional luar biasa dan musyawarah
wilayah luar biasa

2. Musyawarah luar biasa dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran terhadap AD/ART.

Pasal 12
Wewenang

1. Merekomendasikan percepatan Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Wilayah.

2. Menyelesaikan masalah internal organisasi.

BAB IV
KEPENGURUSAN IKAHIMSI

Pasal 13
Pengurus IKAHIMSI

Pengurus IKAHIMSI terdiri dari :

1. Sekretaris Jendral dibantu oleh staf.

2. Koordinator Wilayah beserta pengurusnya.

Pasal 14

Jabatan Sekertaris Jendral berlaku dua tahun dan tidak dapat dipilih kembali dengan jabatan
yang sama.

Pasal 15

Jabatan Koordinator Wilayah berlaku dua tahun dan tidak dapat dipilih kembali dengan
jabatan yang sama.
Pasal 16

Persyaratan pengurus IKAHIMSI:

1. Peserta musyawarah nasional dan musyawarah wilayah yang mempunyai hak dipilih dan
memilih

2. Mempunyai pengalaman organisasi di himpunan mahasiswa

3. Memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap organisasi

4. Tidak sedang menjabat posisi penting di organisasi internal dan eksternal kampus selain
IKAHIMSI

5. Selama menjadi pengurus IKAHIMSI berstatus mahasiswa aktif

6. Pengurus IKAHIMSI bersedia untuk tidak menyelesaikan studi selama masa jabatan
berlangsung.

BAB V
STATUS, TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 17
Status Sekretaris Jendral

1. Sekretaris jendral adalah koordinator tertinggi seluruh pengurus wilayah

2. Pengurus wilayah adalah pelaksana kekuasaan tingkat wilayah.

Pasal 18
Tugas Sekretaris Jendral

1. Melaksanakan AD/ART dan hasil Musyawarah Nasional

2. Meningkatkan koordinasi terhadap masing-masing wilayah

3. Membantu mengawasi Musyawarah Nasional dan Seminar Nasional IKAHIMSI

4. Bertanggung jawab sebagai pelaksana dan rekomendasi

5. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan studi sejarah

6. Hadir untuk memberikan pertanggungjawaban atas nama kepengurusan dalam


Musyawarah Nasional IKAHIMSI

7. Jika Sekretaris Jendral tidak hadir dengan alasan jelas seperti, sakit, kecelakaan, dan
meninggal dunia maka harus diwakili oleh pengurus wilayah.
8. Apabila Sekretaris Jendral tidak memberi laporan maka setiap koordinator wilayah
melaporkan perkembangan IKAHIMSI oleh para perwakilan wilayahnya masing masing.

Pasal 19
Wewenang Sekretaris Jendral

1. Memegang pimpinan IKAHIMSI baik di dalam maupun di luar

2. Menyusun formatur staf sebagai pengurus pusat

3. Mengadakan hubungan kerjasama organisasi dan institusi

4. Menetapkan koordinator wilayah yang dipilih pada musyawarah

5. Pengawalan isu-isu nasional kesejarahan

6. Meminta pertanggungjawaban dari pengurus pusat.

Pasal 20
Status Staf

Staf adalah pengurus pusat selain Sekretaris Jendral IKAHIMSI yang memiliki tugas dan
fungsi masing-masing.

Pasal 21
Tugas Staf

1. Melaksanakan AD/ART , GBPK, dan rekomendasi

2. Bekerjasama denngan Sekretaris jendral untuk merumuskan program kerja yang akan
ditawarkan di Rapat Kerja Nasional.

3. Melaksanakan program kerja yang telah disepakati dalam Rakernas bersama wilayah dan
himpunan

4. Mewakili Sekretaris jendral dalam tugas keluar apabila Sekretaris jendral berhalangan
hadir

5. Memberi laporan pertanggungjawaban kepada Sekretaris jendral IKAHIMSI

6. Membantu panitia atau tuan rumah dalam setiap kegiatan IKAHIMSI.

Pasal 22
Wewenang Staf

1. Mengadakan hubungan kerjasama di dalam dan di luar organisasi sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing

2. Bersama Sekretaris Jendral mengawasi pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan
dalam Rakernas
3. Bekerja sama dengan staf lainya dalam menjalankan program kerja.

Pasal 23
Status Koordinator Wilayah

Koordinator Wilayah adalah pemimpin kepengurusan di tingkat wilayah sesuai AD/ART.

Pasal 24
Tugas Koordinator Wilayah

1. Melaksanakan ketetapan Musyawarah Wilayah dan ketetapan Musyawarah Nasional yang


berkaitan dengan wilayah

2. Melaksanakan sosialisasi mengenai IKAHIMSI kepada HIMA diwilayah


koordinasinya

3. Mengembangkan potensi kesejarahan daerah dalam lingkup wilayah

4. Koordinator wilayah memberikan laporan situasi wilayah kepada sekjen setiap 6 bulan
sekali

5. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Sekretaris Jendral IKAHIMSI.

6. Bersama pengurus pusat dan pengurus wilayah melaksanakan program kerja yang telah
ditetapkan baik dalam Rakernas maupun dalam Musyawarah wilayah

7. Bersama pengurus wilayah melaksanakan Musyawarah wilayah.

Pasal 25
Wewenang Koordinator Wilayah

1. Mengangkat pengurus wilayah berdasarkan kesepakatan dalam Musyawarah Wilayah

2. Membuat program kerja di masing-masing wilayah

3. Mengadakan hubungan kerjasama dengan wilayah lain dalam melaksanakan program

4. Mengadakan hubungan kerjasama dengan organisasi atau instansi di tingkat wilayah.

BAB VI
PEMBAGIAN WILAYAH

Pasal 26

Wilayah I : DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat,

Wilayah II : Jawa Tengah dan DI Yogyakarta,

Wilayah III : Jawa Timur,


Wilayah IV : Bali, NTB, NTT

Wilayah V : Kalimantan Selatan, Kalimanta Timur, Kalimantan Tengah

Wilayah VI : Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara

Wilayah VII : Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo

Wilayah VIII : Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam

Wilayah IX : Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau

Wilayah X : Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dam Bangka Belitung.

Wilayah XI : Maluku, Maluku Utara dan Papua

Wilayah XII : Kalimantan Barat

BAB VII
POLA HUBUNGAN STRUKTURAL

Pasal 27

1. Hubungan Sekretaris jendral dan staf bersifat instruksional

2. Hubungan antara Sekretaris jendral dan Koordinator Wilayah bersifat koordinasi

3. Hubungan antara staf dan Koordinator wilayah bersifat koordinasi

4. Hubungan antara pengurus dan anggota bersifat koordinasi.

Pasal 28

1. Dalam urusan-urusan yang bersifat lokal dan atau regional anggota berhubungan dengan
pengurus wilayah untuk diteruskan kepada pengurus pusat

2. Dalam urusan-urusan yang bersifat nasional anggota dapat berhubungan langsung dengan
pengurus pusat untuk kemudian ditindaklanjuti.
Pasal 29

Pola hubungan struktural digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Garis instruksional

: Garis koordinasi

BAB VIII
PERSIDANGAN

Pasal 30

Sidang-sidang IKAHIMSI memakai istilah musyawarah yang terdiri dari Musyawarah


Nasional, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Nasional Luar biasa, dan Musyawarah
Wilayah Luar Biasa.

Pasal 31

Keputusan diambil dengan berdasarkan atas:

1. Musyawarah untuk mufakat

2. Jika musyawarah tidak tercapai mufakat maka dilaksanakan lobi

3. Jika lobi tidak berhasil maka akan dilakukan voting.


Pasal 32
Pengambilan Keputusan

Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 institusi dari jumlah
yang hadir.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 33
Sumber Keuangan

Sumber keuangan IKAHIMSI di dapat dari :

1. Kemenristekdikti

2. Usaha-usaha lain yang tidak melanggar hukum dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Sumbangan.

Pasal 34
Alokasi Keuangan

Alokasi keuangan diatur oleh pengurus pusat IKAHIMSI disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi.

Pasal 35
Pertanggunjawaban Keuangan

1. Pengeluaran keuangan harus seizin Sekretaris Jendral

2. Pengelolaan keuangan IKAHIMSI didasari atas asas transparansi

3. Pengurus pusat wajib melaporkan kondisi keuanganya kepada anggota setiap setahun
sekali.

BAB X
PELIMPAHAN WEWENANG

Pasal 36

Jika dalam masa jabatan Sekretaris Jenderal atau Koordinator Wilayah tidak lagi dapat
menjalankan tugasnya, atau berhalangan tetap, maka diadakan musyawarah nasional luar
biasa atau Musyawarah Wilayah Luar Biasa untuk memilih Sekretaris Jenderal atau
Koordinator Wilayah yang baru.
Pasal 37

Sebelum Musyawarah Nasional Luar Biasa atau Musyawarah Wilayah Luar Biasa
dilaksanakan, maka ditunjuk Pelaksana Tugas (PLT) melalui rapat pengurus yang
melaksanakan tugas pengurus sampai dilaksanakanya Musyawarah Nasional Luar Biasa atau
Musyawarah Wilayah Luar Biasa.

BAB XI
LAMBANG DAN ATRIBUT

Pasal 38
Lambang

Arti dari Lambang:

1. Bentuk segitiga sama sisi melambangkan tiga konsentrasi dalam Himpunan mahasiswa
sejarah se-Indonesia yaitu:

 Ilmu Sejarah
 Pendidikan Sejarah
 Sejarah Peradaban Islam

2. Tiga bintang melambangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi

3. Lingga dan Yoni melambangkan kesetaraan gender dan kehidupan

4. Dua Garis vertikal melambangkan keseimbangan

5. Garis horizontal melambangkan bahwa sejarah mencakup tiga dimensi ruang yaitu masa
lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Pasal 39
Atribut

1. Pakaian Dinas Harian (PDH)

Keterangan:

 Bendera merah putih disebelah kanan dan IKAHIMSI di sebelah kiri karena
IKAHIMSI berada di wilayah Indonesia
 Baju berbentuk kemeja dengan pilihan lengan panjang dan lengan pendek
 Warna dasar baju adalah hitam
 Tulisan IKAHIMSI beserta kepanjanganya terletak di belakang bagian atas baju
dengan tulisan warna putih
 Tulisan nama terletak diatas saku depan sebelah kanan dengan tulisan berwarna putih
 Tulisan jabatan terletak diatas saku depan sebelah kiri dengan tulisan berwarna putih

2. Mars Ikahimsi

 Mars Ikahimsi adalah hymne resmi IKAHIMSI


 Mars IKAHMSI diciptakan tahun 2007 oleh Suhada dari Universitas Diponegoro dan
diaransemen oleh Lutfhi dan Qoni’ Zamili (Zam-zam) dari Universitas Negeri Malang
 Mars dinyanyikan pertama kali pada tanggal 16 April 2007 pada saat pelaksanaan
Musyawarah Nasional ke V di Universitas Diponegoro
 Mars IKAHIMSI disahkan melalui Surat Keputusan Sekretaris Jenderal IKAHIMSI
no. 016/A/IKAHIMSI/XII/2011 pada tanggal 9 Desember 2011
 Mars IKAHIMSI wajib diperdengarkan pada kegiatan-kegiatan IKAHIMSI dengan
mencantumkan teks

3. Bendera
Keterangan:

 Bendera merupakan salah satu atribut resmi IKAHIMSI


 Bendera berbentuk persegi panjang dengan ukuran 100 cm x 75 cm
 Bendera IKAHIMSI berwarna putih
 Lambang IKAHIMSI terletak di tengah
 Bendera digunakan pada kegiatan-kegiatan IKAHIMSI

4. Stempel berbentuk lambang IKAHIMSI.

BAB XII
ATURAN PERUBAHAN

Pasal 40

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilaksanakan dalam
Musyawarah Nasional.

2. Keputusan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sekurang- kurangnya
disetujui 2/3 anggota IKAHIMSI yang hadir dalam Musyawarah Nasional.

BAB XIII
ATURAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 41

Pembubaran IKAHIMSI hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional dan


Musyawarah Nasional Luar Biasa.

Pasal 42

Keputusan pembubaran IKAHIMSI harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota IKAHIMSI yang telah mendaftar ulang.

Pasal 43

Setelah pembubaran, aset IKAHIMSI harus diserahkan kepada pihak yang layak menerima
nya berdasarkan hasil musyawarah nasional.

BAB XIV
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 44

Setiap anggota IKAHIMSI wajib mengetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 45

Semua aturan yang dikeluarkan dan lembaga yang dibentuk setelah ditetapkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

BAB XV
PENUTUP

Pasal 46

Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan dan berlaku sejak Musyawarah Nasional X
IKAHIMSI di Universitas Udayana, Bali.

Anda mungkin juga menyukai