A. PENDAHULUAN
Ikatan Pelajar Muhammadiyah sejak awal pendiriannya menjadikan
“terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam
rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” sebagai tujuannya. Dalam
rangka mencapai tujuan ini, perumusan arah gerakan menjadi sebuah proses
yang memiliki peran amat penting. Arah gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah
setiap dua tahun sekali dibahas dan disepakati melalui forum muktamar yang
merupakan forum permusyawaratan nasional Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Pelaksanaan muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah tahun 2021
yang dilaksanakan di tengah Pandemi COVID-19 merupakan sebuah bentuk
penegasan bahwa proses regenerasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah tak boleh
terhambat meski di tengah pandemi. Di saat yang sama, momentum muktamar
menjadi sebuah aba-aba bagi setiap pimpinan wilayah untuk mulai
menindaklanjuti pelaksanaan muktamar dengan merencanakan pelaksanaan
musyawarah di wilayah masing-masing.
Musyawarah wilayah menjadi sebuah forum permusyawaratan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah yang salah satu tujuannya untuk menghasilkan mufakat
terkait personalia pelanjut estafet kepemimpinan di tingkat Pimpinan Wilayah.
Hal lain yang tak kalah penting dalam musyawarah wilayah adalah perumusan
arah gerakan dan kebijakan yang selanjutnya akan menjadi landasan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan dalam merumuskan aktivitas dan
strategi dakwahnya.
Dalam rangka perumusan arah gerakan dan kebijakan, kajian akan
kondisi dan kebutuhan Sulawesi Selatan menjadi hal yang harus dilakukan. Hal
ini betujuan untuk memastikan bahwa arah gerakan dan kebijakan yang
ditawarkan, dibahas, dan disepakati dalam musyawawah wilayah adalah hal
yang relevan dengan kondisi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Relevansi ini menjadi amat penting mengingat hasil kesepakatan dalam
Musyawarah Wilayah akan menjadi acuan pergerakan ikatan pelajar
Muhammadiyah untuk dua tahun yang akan datang.
Melalui serangkaian kajian dan diskusi terkait kondisi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah baik yang dipengaruhi oleh aspek internal maupun aspek
eksternal, tim materi musyawarah wilayah XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan melahirkan rumusan arah gerakan dan kebijakan untuk
selanjutnya menjadi bahan diskusi oleh utusan Pimpinan Cabang dan Pimpinan
Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Sulawesi Selatan dalam forum
Musyawarah Wilayah.
Mengusung tema “Transformasi Gerakan, IPM Sulsel Adaptif”,
musyawarah wilayah XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan
diharapkan menjadi sebuah forum permusyawaratan yang mampu melahirkan
rumusan arah gerakan dan kebijakan yang transformatif dan adaptif bagi Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada berbagai level pimpinan untuk
periode mendatang.
1. Adanya program-program di
setiap bidang sebagai
penerjemahan gerakan
2. Adanya Follow up dari
program
3. Program Kerja
3. Adanya komunitas-
komunitas pasca
pelaksanaan program
4. Ada kegiatan rutin masing-
masing bidang
Transformasi Gerakan
Kyai Ahmad Dahlan seorang Pembaharu Islam Indonesia berhasil
membangun Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan Islam yang modern dan
maju. Tentu tugas-tugas pembaharuan tersebut menjadi kewajiban bagi Ikatan
Pelajar Muhammadiyah sebagai wadah yang menginspirasi pelajar masa kini
untuk berkarya nyata. Salah satu tokoh Muhammadiyah, DR. Abdul Mu’ti, M.Ed
menegaskan fondasi islam berkemajuan untuk kemajuan umat yakni Tauhid
yang murni berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dijadikan sebagai dasar
gerakan ikatan, sehingga setiap amal manusia memiliki dimensi transendental
dan fondasi yang kokoh. Ikatan Pelajar Muhammadiyah juga harus berorientasi
pada masa depan, bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama. Fondasi
tersebut yang menjadi tugas setiap kader ikatan mendorong gerakan ikatan lebih
cepat dari sebelumnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi selatan memandang
dinamika masa lalu adalah bentuk evaluasi untuk dikerjakan di masa sekarang
dan masa yang akan datang sebagai bentuk cita-cita (dream) sehingga memiliki
bekal yang sistematis. Pengaruh globalisasi membuat pergeseran dinamika
dalam berorganisasi, maka dibutuhkan pergerakan yang lebih cepat untuk
beradaptasi dalam kondisi yang tidak menentu. Tuntutan terhadap IPM untuk
benar-benar berjuang dan berpihak pada pelajar memiliki landasan utama
sebagaimana yang termaktub dalam nilai teologis, Kuntum khaira ummatin
ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna'anil-mungkari wa tu`minụna
billāh. Artinya “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (QS. Ali Imran ayat 110). Karena itu, jika IPM harus terlibat aktif
pada persoalan-persoalan riil pelajar. Tentunya, tidak boleh terlena oleh
kejayaan-kejayaan masa lalu dan menjadi diam di masa sekarang. Justru masa
lalu dijadikan spirit bagi IPM untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan
penyempurna gerakan Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Spirit tersebut terakumulasi menjadi salah satu tema besar
tranformasi gerakan yang ditawarkan pada Musyawarah Wilayah XXIII Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan mendatang dalam menyongsong
keberlangsungan pelajar pada rana keislaman, keilmuan, kemasyarakatan dan
kaderisasi. Tentu hal ini tidak terlepas dari pendekatan Apresiatif Inkuiri (AI)
sebagai bahan mengevaluasi untuk melihat peluang dan mencoba inovasi baru.
3. Proses Alur AI
• Meningkatkan kapasitas
wirausaha pelajar melalui
pelatihan dan
pendampingan.
BIDANG IPMAWATI
Memperkuat dan mendukung
penuh peran pelajar perempuan
sebagai kader kemanusiaan,
1 Visi
kebangsaan, keummatan dan
persyarikatan melalui
pengarusutamaan dan dukungan
emansipatif bagi keterlibatan pelajar
perempuan dalam berbagai
dimensi kehidupan.
• Mengkaji, mengembangkan,
dan mendorong isu-isu
tentang hak-hak aksebilitas
pelajar perempuan dalam
menggunakan ruang publik,
bebas dari diskriminasi,
kekerasan, dan stigma atau
stereotip kultural yang
menciptakan perempuan
sebagai kelompok rentan.
• Meningkatkan kepedulian dan
respon terhadap
permasalahan pelajar
2 Sistem Gerakan
perempuan serta
permasalahan remaja
perempuan pada umumnya.
• Meningkatkan pengkajian
gerakan-gerakan perempuan
peduli pendidikan baik di
kalangan pelajar dan
kalangan perempuan pada
umumnya.
• Meningkatkan kepedulian
perempuan terhadap isu- isu
perkembangan hukum, politik,
sosial, ekonomi dan budaya.
• Meningkatkan progresifitas
perempuan dalam
memandang isu- isu kekinian
terutama kekerasan pelajar
perempuan dan perempuan
pada umumnya.
• Mengoptimalkan potensi
kader putri Muhammadiyah
dan proses kaderisasi melalui
pendidikan khusus ipmawati
(Diksusti).
• Meningkatkan kesadaran
akan pentingnya memahami
kebutuhan pelajar perempuan
terutama berkaitan dengan
kesehatan reproduksi melalui
pendampingan kesehatan
reproduksi pelajar (pekarejar).
• Penguatan identitas IPMawati
melalui diskusi, kajian, dan
pelatihan ke-IPMawati-an
untuk menumbuhkan
kesadaran dan membentuk
habitus IPMawati pada
berbagai tingkatan struktural.
• Mampu mengajak dan
meningkatkan usaha- usaha
Organisasi dan
3 advokasi terhadap kekerasan
Kepemimpinan
perempuan terutama human
trafficking yang merusak
kehidupan keluarga dan masa
depan bangsa di kalangan
antar organisasi perempuan
maupun OKP.
• Menjadikan kader perempuan
sebagai penyelaras dan
penegasan terkait perannya
sebagai isu-isu kontemporer
seperti perdagangan
perempuan khususnya di
bawah umur, eksploitasi
pelajar sampai pada
persoalan secara struktur
maupun secara teologis.
• Mampu memperjuangkan
hak-hak pelajar perempuan
tanpa memandang
diskriminasi terhadap
kelompok yang cenderung
memarjinalkan perempuan.
• Mengoptimalkan potensi
IPMawati dalam proses
kaderisasi khususnya di
lembaga ortom
Muhammadiyah yaitu
4 Jaringan
Nasyiatul Aisyiyah dan
Aisyiyah.
• Meningkatkan usaha dan
kerja sama dengan berbagai
pihak dalam mencegah
sekaligus mengadvokasi
kejahatan human trafficking
yang pada umumnya
menimpa kaum pelajar
perempuan.
• Mengembangkan kerja sama
dengan stakeholder yang
peduli terhadap perempuan
dengan memberikan
pendampingan serta
pencerdasan emosional
maupun spiritual di kalangan
pelajar.
• Mendukung dan berkontribusi
pada program-program yang
berkomitmen terhadap proses
emansipasi perempuan.
Memfasilitasi pengembangan
kualitas dengan melakukan
pencerdasan, pendampingan dan
penyadaran terhadap perempuan di
berbagai sektor publik demi
5 Sumber Daya terwujudnya transformasi kader
perempuan dari masa-kemasa
sehingga tidak ada lagi diskriminasi
dan marjinalisasi baik di lingkungan
sekolah maupun lingkungan
masyarakat secara luas.
• Aktif melaksanakan pengajian
6 Aksi
dan diskusi dalam rangka
peneguhan ideologi gerakan
Muhammadiyah dan IPM.
• Menguatkan gerakan
perempuan melalui
komunitas-komunitas anti
kekerasan.
• Mengembangkan gerakan
literasi untuk mengajak para
perempuan khususnya pelajar
untuk terus bergerak pada
pencerdasan diri.
• Konsen terhadap isu-isu
terkini terkait persoalan
perempuan melalui kerja
sama antar LSM perempuan.
BIDANG KESEHATAN
Merumuskan wacana dan gagasan
gerakan penanganan persoalan
1 Visi
kesehatan sebagai keselamatan
hajat hidup manusia.
Meningkatkan peran IPM dalam
ranah kesehatan sebagai kader
2 Sistem Gerakan
masa depan yang sehat jasmani
maupun rohani.
IPM sebagai organisasi pelajar
perlu mempersiapkan kadernya
Organisasi dan untuk sehat secara akal, jasmani
3
Kepemimpinan dan rohani karena IPM merupakan
cikal bakal penerus
Muhammadiyah. Melalui
pengembangan kesehatan mental,
kesehatan masyarakat,
dan kesehatan reproduksi.
Membangun relasi dengan
masyarakat luas melalui gerakan
4 Jaringan
kesehatan yang IPM bangun dalam
konteks pelajar.
IPM harus memiliki koneksi antara
Rumah Sakit Muhammadiyah,
MPKU, dan jaringan organisasi
5 Sumber Daya
kesehatan sebagai wujud
partisipasi IPM untuk membantu
dan menyelamatkan manusia.
• Melaksanakan edukasi
kesehatan berjenjang.
• Melakukan transformasi
aktivitas pada perkaderan
formal IPM dengan kaidah
kesehatan .
• Melakukan edukasi pelajar
sehat dan pembentukan kader
6 Aksi sebagai penggerak
pemberdayaan teman sebaya
dalam rangka peningkatan
kualitas kesehatan pelajar.
• Berkolaborasi dengan pihak
terkait dalam upaya
mendekatkan pelayanan
kesehatan yang ramah
kepada pelajar.
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
Membangun paradigma kesadaran
atas lingkungan hidup di kalangan
1 Visi pelajar sebagai wujud tanggung
jawab Khalifah Filardh yang wajib
melindungi lingkungan.
Meningkatkan proses penyadaran,
kampanye, dan pengarusutamaan
2 Sistem Gerakan isu peduli lingkungan hidup melalui
konferensi dan workshop pelajar
peduli lingkungan hidup.
• Menjadikan organisasi
sebagai gerakan yang
menumbuhkan kesadaran
pentingnya menjaga
lingkungan sehingga IPM
mampu menjawab dan siap
menjadi organisasi yang tidak
hanya konsen pada isu-isu
pendidikan melainkan ikut
Organisasi dan
3 ambil peran dalam mencegah
Kepemimpinan
kerusakan lingkungan.
• Mampu mengartikulasikan
pentingnya basis gerakan
berjamaah untuk ikut
mencegah kerusakan
lingkungan sehingga IPM
tidak hanya mampu
memproduksi wacana-
wacana gerakan serta
melakukan aksi dan
pelayanan tetapi juga sebagai
sarana dakwah di kalangan
pelajar dan masyarakat
secara nyata dan merata.
Mampu membangun relasi sosial
secara luas baik di kalangan
pelajar, masyarakat, pemerintah,
4 Jaringan dan lembaga sosial sehingga
semakin sadar akan pentingnya
menjaga dan melindungi lingkungan
semakin terbangun.
Menguatkan peran bersama
Muhammadiyah Disaster
Management Centre (MDMC) dan
Majelis Lingkungan Hidup (MLH),
Walhi, Greenpeace, JATAM, Kader
5 Sumber Daya Hijau Muhammadiyah (KHM) agar
mampu bekerjasama dan tampil
sebagai gerakan pelajar yang juga
konsen terhadap konservasi alam
sebagai upaya melestarikan
lingkungan hidup.
• Melakukan pencerdasan
kepada masyarakat melalui
gerakan sadar lingkungan
6 Aksi
baik pendidikan formal
maupun pendidikan
nonformal.
• Meningkatkan gerakan
ekoliterasi (kesadaran melek
lingkungan hidup) secara
konsen sebagai upaya
pentingnya menjaga dan
melestarikan lingkungan.
• Mengembangkan forum-forum
sadar lingkungan untuk
mengkaji isu-isu kerusakan
lingkungan serta terus
melakukan seminar publik
mengenai situasi dunia
terutama pemanasan global,
penipisan ozon, limbah pabrik,
dan lain- lain.
• Turut berpartisiasi dalam
mengkampanyekan hidup
cinta lingkungan.
2. LEMBAGA
Untuk menunjang mimpi, ide, gagasan, dan agenda aksi yang
dilaksanakan oleh pimpinan IPM diperbolehkan adanya unsur pembantu
pimpinan yang disebut sebagai lembaga. Lembaga adalah bagian yang
dibentuk oleh pimpinan IPM dalam melaksanakan hal-hal yang tidak dapat
ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan
pengembangan operasional program. Sedangkan batas wewenang dan
kedudukan lembaga IPM ditentukan dalam surat keputusan pimpinan yang
bersangkutan dan tidak dengan periodesasi yang ada di pimpinan IPM
namun lembaga IPM bertanggung jawab kepada pimpinan IPM pada
tingkatan yang sedang aktif menjadi pimpinan. Personalia lembaga IPM
direkrut dari anggota IPM, simpatisan atau pelajar muslim lain yang
dianggap dapat mengemban amanah lembaga dan diberi tanggung jawab
oleh masing-masing pimpinan. Pimpinan IPM berhak dan berkewajiban
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga khusus di
tingkat yang bersangkutan.
b. Tujuan
1) Gerakan Penyadaran tentang bahaya kerusakan lingkungan
hidup.
2) Menciptakan kader ekologis yang progresif dalam bingkai Islam
berkemajuan.
3) Menciptakan kader yang sadar sosial-ekologis.
4) Membangun kesadaran kolektif untuk penguatan basis massa
tentang pentingnya penyelamatan krisis iklim.
5) Memupuk kesadaran kritis tentang kebijakan publik yang
kontra-ekologis.
c. Pengorganisasian
Pengorganisasian Student Earth Generation diperlukan
dalam setiap lini pimpinan dan sistem perkaderan formal dalam
rangka penguatan ekopedagogi di dalam ranah organisasi IPM.
Masing-masing pimpinan dapat mengambil isu permasalahan
lingkungan di sekitarnya dan ikut aktif serta berkolaborasi dengan
komunitas penggiat lingkungan untuk membantu advokasi dan
penyelamatan, Pelaksanaan tersebut dapat dioptimalkan dengan
mengadakan pesantren ekologi.
d. Pelaksanaan
1) Penyadaran: Campaign Lingkungan di media sosial baik dalam
bentuk infografis ataupun pamflet sederhana terkait
permasalahan lingkungan sekitar.
2) Pembentukan: setelah campaign dilakukan, pembentukan
aktivis lingkungan perlu dibuat dengan didampingi fasilitator
baik dari NGO, Dinas Lingkungan Hidup maupun program
penyuluhan dari pemerintah seputar lingkungan.
3) Aksi: Tahapan ini diharapkan kader IPM dapat melakukan
pengembangan ekologis dari ekopedagogi sehingga ada
agenda yang dirancang melalui permasalahan yang ada di
sekitar.
4) Pengujian: Dengan adanya tahapan ini, diharapkan kelompok
penggerak lingkungan dapat mengikuti lomba lomba terkait
lingkungan baik dari pemerintah ataupun organisasi
Muhammadiyah, langkah ini juga sekaligus bisa memberikan
dampak dan inspirasi bagi sekitar.
5) Monitoring: Selama pelaksanaan berlangsung, tahapan
monitoring jangan sampai dilupakan. Pimpinan IPM perlu untuk
melakukan monitoring jika terdapat kendala seputar
pelaksanaan, dan kader yang telah terlibat dan memberikan
dampak diharapkan dapat bereksplorasi sesuai
kemampuannya.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari agenda aksi ini yaitu:
1) Menumbuhkan kesadaran pelajar dalam ikut menumbuhkan
gerakan creativepreneur
2) Mendorong kader IPM membuka sumber daya keuangan yang
baru dan adaptif
3) Terwujudnya pelajar yang berdikari dalam finansial
4) Sebagai wadah kader dalam berkarir di bidang ekonomi kreatif
c. Pengorganisasian
Pengorganisasian gerakan ini yaitu:
1) Pembentukan Komunitas
2) Unit usaha kecil/Menengah
3) Perusahaan Rintisan (Start Up)
d. Pelaksanaan
1) Pemetaan Potensi
Hal pertama yang harus dilakukan dalam agenda
aksi ini ialah melakukan pemetaan terhadap potensi-potensi
yang dimiliki kader IPM Sulsel. Pemetaan tersebut dilakukan
guna melihat potensi apa saja yang dapat dijadikan patron
penggerak gerakan cretivepreneur. Setelah pemetaan
dilakukan, barulah kemudian menentukan kegiatan seperti apa
yang dapat menunjang potensi kader tersebut dalam
berwirausaha dengan kreatif.
2) Menyediakan Wadah Komunikasi
Tahap pelaksanaan selannjutnya ialah dengan
menyediakan sarana komunikasi sebagai wadah bagi kader
IPM Sulsel yang memiliki potensi dalam menunjang kegiatan
ekonomi kreatif. Sarana atau wadah komunikasi tersebut dapat
dijalankan melalui perangkat media sosial, di antaranya yaitu;
grup whatsapp, grup telegram, facebook, dan sarana
telekomunikasi lainnya. Hal ini agar seluruh kader IPM Sulsel
yang memiliki potensi dalam kreatifitas dan wirausaha dapat
berkumpul dalam satu platform grup media sosial. Dengan
begitu, dapat mempermudah akses untuk memasarkan produk
hasil kreatifitas kader, serta terjalinnya komunikasi yang intensif
antara kader yang memiliki minat dan bakat kreatifitas
penunjang creativepreneur.
3) Pelatihan Kewirausahaan
• Menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan, yaitu
dengan melatih kemampuan kader dalam berwirausaha
dan mengasah potensi yang dimiliki kader IPM Sulsel
dalam sebuah workshop pelatihan kewirausahaan.
Pelatihan kewirausahaan merupakan proses penting
dalam menstimulus kader guna melahirkan ide-ide yang
kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap persaingan dunia
usaha.
• Ikut serta dalam pelatihan kewirausahaan baik yang
diselenggarakan oleh internal IPM dan Muhammadiyah,
maupun oleh instansi eksternal lainnya. Sehingga,
wawasan kader terhadap perkembangan ide dan
kreatifitas dalam ekonomi kreatif tetap eksis.
4) Memfasilitasi Konsumen dan Kader IPM yang berpotensi
menjadi produsen.
Dalam proses penjualan atau pemasaran hasil
produksi kreatif kader, tentu jangkauan konsumen terhadap
produksi tersebut perlu untuk diperhatikan. Untuk itu, pemilihan
dan pembentukan wadah atau tempat strategis dalam suatu
platform sebagai fasilitas untuk mempermudah dan
mempercepat bertemunya produsen atau penyedia jasa
dengan konsumen atau pengguna jasa.
Dengan usaha tersebut, diharapkan kader IPM yang
berpotensi menjadi produsen dari sebuah barang atau jasa
dengan ide dan kreatifitasnya dapat lebih mudah dalam
memulai dan menumbuhkembangkan potensinya sebagai
creativepreneur.
3. Pemberdayaan Teman Sebaya
a. Kerangka Dasar
Dengan basis massa pelajar, IPM memiliki potensi yang
luar biasa untuk melakukan pemberdayaan dengan menggerakkan
pelajar dalam prosesnya. IPM mengemas hal tersebut dalam bentuk
pemberdayaan teman sebayanya yang telah digunakan sejak tahun
2018. Dalam perkembangannya, agenda ini telah dengan apik
diejawantahkan menjadi aksi kreatif. Dengan gerakan pemberdayaan
teman sebaya menjadi wujud nyata peran IPM hadir di tengah-tengah
kehidupan para pelajar dan remaja berusia sekolah. Usia pelajar dan
remaja merupakan fase pencarian jati diri dan identitas, banyak
fenomena yang seringkali tidak terduga dan dialami. Dinamika dalam
proses pendidikan, aktualisasi minat dan bakat hingga dalam hal
pergaulan dengan lawan jenis maupun dengan lawan pergaulan
lainnya. Problem-problem ketidakramahan lingkungan acapkali
dialami oleh remaja dan atau pelajar dalam fase yang rentan tersebut.
Maka kehadiran IPM sebagai teman bagi pelajar dengan gerakan
pemberdayaan teman sebaya diharapkan mampu menjadi ruang
alternatif yang ramah bagi proses perkembangan remaja.
b. Tujuan
1) Bentuk penyadaran pelajar terhadap pentingnya
pemberdayaan teman sebaya.
2) Upaya pemenuhan terhadap isu-isu pelajar terkait dengan
kesehatan mental, HKSR, Pembelajaran akademik dan wadah
minat bakat pelajar.
c. Pengorganisasian
Pemberdayaan teman sebaya perlu menjadi gerakan
yang holistik dan massif secara serius bukan hanya
diimplementasikan dan menjadi konsep di tataran Pimpinan Pusat
tapi secara masif dapat dilaksanakan pada semua level pimpinan
hingga ke individu setiap pelajar dengan pembagian ranah
kerja/peran yang lebih efektif.
d. Pelaksanaan
1) Peer Counselour IPM (PCI)
Isu kesehatan mental, HKSR dan kenakalan remaja menjadi
problem yang cukup signifikan di lingkungan pelajar. Kesehatan
mental dan HKSR yang menjadi pekerjaan rumah multi sektor
belum juga menemui kondisi yang baik. Menciptakan
lingkungan dan Pendidikan yang ramah terhadap kesehatan
mental dan HKSR yang komprehensif menjadi salah satu upaya
yang perlu dilakukan. Fenomena kenakalan remaja dan
kekerasan yang dialami oleh pelajar khususnya perempuan
juga semakin variatif. Pendekatan edukasi bagi para pelajar dan
remaja, proses pelaporan, aduan dan penanganan terhadap
tindak kekerasan belum massif, apalagi di dalam lingkungan
sekolah. Maka dari itu, kondisi psikologis pelajar yang memang
sulit untuk terbuka kepada orang lain, menyebabkan kasus
kekerasan yang seringkali dialami tidak dilaporkan dan berakhir
dengan tidak adanya penanganan yang serius. Maka dari itu,
IPM harus hadir sebagai teman sebaya bagi pelajar yang
mendampingi pelajar dalam setiap fase yang dialami. PCI
sendiri telah memiliki panduan teknis.
2) Peer Edu IPM
IPM hadir dan ada untuk kemaslahatan pelajar di Indonesia.
Dalam kondisi pandemic seperti sekarang ini, kehadiran IPM
sangat dibutuhkan dalam proses pendampingan para pelajar.
Keberadaan IPM bagi pelajar harus benar-benar dirasakan
manfaatnya. Tidak hanya di situasi pandemic, di kondisi apapun
IPM harus tetap hadir bagi pelajar. Peer Edu merupakan salah
satu program IPM yang diarahkan untuk memudahkan para
pelajar agar bisa mengakses sarana belajar dimanapun dan
kapanpun. Bentuk aksinya dapat berupa:
a) Platform ruang belajar bersama
IPM tingkat pusat/ Wilayah/Daerah dapat membentuk satu
platrofm yang berbentuk aplikasi ataupun ruang media
yang lain, yang memberikan kemudahan bagi pelajar dan
kader IPM untuk mengakses sarana, fasilitas dan media
belajar ataupun pembelajaran.
b) Bersama sama-sama belajar
Setiap kader IPM bersama-sama menjadi teman belajar,
sumber belajar bagi sesama pelajar yang lain. Dengan
kata lain, belajar dengan teman sendiri. Diharapkan
dengan adanya program ini, IPM memberikan kemudahan
belajar yang sangat bisa dirasakan di kalangan pelajar
dan IPM semakin dekat dengan pelajar di Indonesia.
3) Peer Skill IPM
Potensi minat bakat pelajar sering kali dianggap menjadi bagian
pelengkap dari diri pelajar sehingga memaksimalkan dan
mengaktualisasikan minat menjadi pekerjaan sampingan atau
jika sempat. Di sisi lain pelajar yang memiliki minat pada hal
tertentu justru tidak jarang dianggap nakal dan tidak pandai di
bidang akademik. Potensi dan minat bakat justru menjadi salah
satu faktor penting dalam pencarian jati diri dan passion remaja.
Maka IPM perlu hadir menjadi rumah kreatif pelajar sebagai
wadah penyaluran minat dan bakat pelajar. Melalui program
Peer Skill IPM menjadi fasilitator bagi pelajar menciptakan
ruang untuk berkembang sesuai potensi dan minatnya bersama
teman remajanya dengan bebas dan terbuka.
4. Ruang Bersama
a. Kerangka Dasar
Ruang bersama adalah sebuah wadah sekaligus
campaign terhadap isu kesetaraan gender yang terjadi di
masyarakat. Dengan adanya ruang bersama pelajar diharapkan
mampu memahami seputar inklusi gender yang sering dianggap
remeh. Isu nkilusi dan kesetaraan menjadi sangat erat kaitannya
dimana keduanya saling berhubungan dalam konteks permasalahan
di masyarakat. Ketidaksetaraan sangat erat kaitannya dengan
eksklusi sosial yang dapat mendorong masyarakat miskin ke dalam
kemiskinan lebih kompleks seperti sulitnya mengakses pendidikan
dan kesehatan yang layak. Mereka yang tereksklusi, berdasarkan
gender, ras, status sosial, etnisitas, agama atau kemampuan fisik
sering dihadapkan dengan berbagai bentuk perampasan/kehilangan
hak dan kesempatan yang berakibat pada lebih rendahnya status
sosial dan tingkat pendapatan; akses yang lebih terbatas pada
kesempatan kerja dan pelayanan dasar, serta tidak adanya
suara/pelibatan dalam pengambilan keputusan. Tentunya hal
tersebut juga sangat berpengaruh baik dampak ataupun juga dialami
sendiri oleh pelajar. Ruang bersama adalah sebuah wadah sekaligus
campaign terhadap isu kesetaraan gender dan membangun
semangat inklusifitas di masyarakat. Dengan adanya ruang bersama
pelajar diharapkan mampu memahami dan menginternalisasikan nilai
kesetaraan dan inklusifitas di kalangan pelajar.
b. Tujuan
1) Penyadaran pelajar terhadap pentingnya isu gender dan
kesetaraan yang sering menjadi stigma di masyarakat.
2) Membangun inklusifitas dalam setiap narasi dan aktivitas
gerakan IPM.
c. Pengorganisasian
Sebagai gerakan dalam bentuk wadah untuk
memainstreamingkan kesetaraan dan inklusifitas, Ruang Bersama
dapat dibentuk baik dari tingkat Pimpinan Pusat sampai pada tataran
grassroot dan komunitas.
d. Pelaksanaan
1) Campaign Kesetaraan dan inkusifitas
Campaign yang dimaksud berupa seminar atau diskusi Youth
camp dengan tema kesetaraan dan inklusi secara masif melalui
beragam platform media online dan juga secara kultural di
kalangan pelajar. Melalui campaign ini diharapkan muncul
kader-kader pelajar yang akan menjadi pelopor dalam
membangun kesetaraan dan inklusiifitas di kalangan pelajar.
2) Pembentukan forum kreatif
Forum kreatif ini diciptakan sebagai perwujudan dari ruang
bersama untuk menjadi wadah berdiskusi, berbagi dan
memainstreamkan kesetaraan dan inklusifitas melalui praktik-
praktik kreatif dan pembiasaan dalam aktifitas organisasi.
Forum kreatif dapat berupa ruang virtual dengan beragam
media sosial dan tempat khusus yang dirancang sebagai ruang
bersama seperti rumah baca, cafe, basecamp dan lain
sebagainya.
d. Pelaksanaan
1) Pengkajian Islam Rutin (PIR)
Pengkajian Islam Rutin (PIR) merupakan pengajian yang
diselenggarakan secara rutin oleh IPM sebagai bagian dari realisasi
IPM sebagai gerakan dakwah. Pengajian Islam Rutin muncul pada
Muktamar IPM di Surakarta pada tahun 2008. Dalam Tanfidz
Muktamar IPM di Surakarta tersebut, PIR hanya dikhususkan bagi
Pimpinan Ranting. Akan tetapi, hasil diskusi PDPM Nasional 2018
menyepakati PIR tetap senagai nama besar pengajian IPM secara
struktural. Sehingga PIR sampai hari ini masih mejadi agenda
pengkajian dari Pimpinan Ranting hingga Pimpinan Pusat.
PIR dilaksanakan sekali dalam sepekan secara berkelanjutan. Setiap
triwulan diadakan halaqoh akbar bagi seluruh kelompok yang ada di
bawah Pimpinan Daerah setempat. Hal ini bertujuan untuk menjalin
silaturahim antar kelompok dalam komunitas PIR dan dapat diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Seperti tabligh akbar,
bakti sosial, rihlah, dan sebagainya.
Gerakan dakwah di kalangan pelajar harus berorientasi pada hasil
yang dicapai oleh setiap peserta dalam kelompok PIR yang dapat
diukur oleh indikator-indikator sebagai berikut:
a. Memahami dengan baik dan benar ideologi Muhammadiyah.
b. Mampu mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam
keseharian.
c. Terdapat perubahan perilaku menjadi lebih baik.
d. Istiqomah menjalankan kewajiban-kewajiban normatif dalam
beragama seperti shalat lima waktu.
e. Berkontibusi aktif dalam agenda sosial kemasyarakatan.
f. Ghirah literasi meningkat.
2) Sahabat Qur’an
Kegiatan ini merupakan pendampingan pelajar dengan
memfokuskan perhatian terhadap Al-Qur’an sebagai pedoman dalam
menjalankan kehidupan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
menumbuhkan kecintaan dan semangat pelajar dalam mempelajari,
mentabburi dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-
hari. Kegiatan ini dapat dilaksanakan sekali dalam sepekan atau
sesuai dengan kesepakatan.
Dalam pengimpletasinnya aspek yang harus diperhatikan
meliputi peserta, fasilitator dan fasilitas. Sekurang-kurangnya dalam
satu kelompok berjumlah 10 orang yang akan dikoordinir langsung
oleh Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah. Selanjutnya perlu
dipilah dengan baik fasilitator yang bertugas dalam mengajar.
Fasilitator yang bertugas minimal telah tuntas pada persoalan
makharijul huruf, sifat huruf, dan hukum tajwid.
Faktor penting lainnya adalah fasilitas yang baik untuk
mendukung kondusifitas dalam belajar. Di antaranya dengan tempat
yang mendukung, buku pedoman yang tersedia, tenaga fasilitator
yang mumpuni dan dukungan para orang tua santri dan masyarakat.
3) Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah
Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah ini terdiri dari empat
jenjang,yaitu a) Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah Tingkat I
(PDPM I) yang diselenggarakan di Cabang; b) Pelatihan Dai Pelajar
Muhammadiyah Tingkat II (PDPM II) yang diselenggarakan di
Daerah; c) Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah Tingkat III (PDPM
III) yang diselenggarakan di Wilayah; dan d) Pelatihan Dai Pelajar
Muhammadiyah Nasional (PDPM Nasional) yang diselenggarakan
oleh Pimpinan Pusat.
Pelatihan Dai merupakan salah satu upaya pelaksanaan
Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah yang dimulai dengan
pembentukan inti jamaah, peningkatan kapabilitas kader dalam
melakukan gerakan dakwah sesuai zamannya, dan menjadi wadah
dalam menjawab isu lokal maupun nasional dalam rangka memberi
solusi krisis dai dan penguatan ideologi Muhammadiyah.
Maka dari itu kolaborasi antara cara berpikir kreatif dan logis sangat
penting dalam menciptakan jenis pemikiran holistik yang diperlukan untuk memahami
dan memecahkan masalah jenis baru dengan multi-perspektif. Hal ini juga berlaku
untuk pimpinan yang bekerja dalam tim multidisiplin, dimana tim yang memiliki
berbagai gaya berpikir, keahlian, dan pengalaman berkumpul untuk mengembangkan
solusi secara lebih efektif daripada spesialisasi individu yang berfokus pada hal sempit
yang dapat bekerja sendiri.
Pendekatan multidisiplin melibatkan penggambaran yang tepat dari
berbagai disiplin ilmu untuk mendefinisikan kembali masalah di luar batas normal dan
mencapai solusi berdasarkan pemahaman baru tentang situasi kompleks. Pemikiran
multi-disiplin menawarkan skema di mana pemikir dapat menemukan keterhubungan
intelektual untuk mendifusi pendekatan dan menghadapi cakrawala keilmuan baru
dengan perspektif yang lebih luas.
Pemikiran manusia sebagaimana ia telah berevolusi dalam disiplin yang
terpisah, dan tempat kita hidup menunjukkan tingkat kerumitan di dalam sistem yang
membuat tidak mungkin untuk memahami fenomena penting yang memengaruhi
manusia saat ini dari perspektif tunggal yang tidak lengkap. Jadi sistem yang saling
berhubungan dan tingkat kompleksitas yang tinggi menghasilkan situasi di mana taktik
multi-disiplin untuk memahami dan memecahkan masalah menghasilkan organisasi
yang tumbuh secara nyata dalam generasi berikutnya. Menjadi berpengetahuan luas
tentang fenomena tertentu sebelum membangun teori dan menegaskan pernyataan
kebenaran.
Masalah muncul dari kurangnya sudut pandang yang darinya seseorang
dapat memahami hubungan antara berbagai disiplin ilmu. Memproduksi dan
menerapkan pengetahuan tidak lagi bekerja dalam batasan disiplin yang ketat.
Dimensi kerumitan baru, skala, dan ketidakpastian dalam masalah teknis
menempatkan masalah di luar jangkauan disiplin satu pemikiran.
Nalar kritis baru mencakup berbagai disiplin ilmu. Potensi sebenarnya dari
nalar kritis baru adalah kekuatan kolaboratifnya dalam menyatukan disiplin ilmu untuk
menciptakan visi organisasi yang holistik. Nalar kritis baru menjadikan empati untuk
kebutuhan organisasi sebagai bagian dari konteks yang lebih luas bersama dengan
kebutuhan dan keinginan manusia.