Anda di halaman 1dari 110

SEKAPUR SIRIH

A. PENDAHULUAN
Ikatan Pelajar Muhammadiyah sejak awal pendiriannya menjadikan
“terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam
rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” sebagai tujuannya. Dalam
rangka mencapai tujuan ini, perumusan arah gerakan menjadi sebuah proses
yang memiliki peran amat penting. Arah gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah
setiap dua tahun sekali dibahas dan disepakati melalui forum muktamar yang
merupakan forum permusyawaratan nasional Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Pelaksanaan muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah tahun 2021
yang dilaksanakan di tengah Pandemi COVID-19 merupakan sebuah bentuk
penegasan bahwa proses regenerasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah tak boleh
terhambat meski di tengah pandemi. Di saat yang sama, momentum muktamar
menjadi sebuah aba-aba bagi setiap pimpinan wilayah untuk mulai
menindaklanjuti pelaksanaan muktamar dengan merencanakan pelaksanaan
musyawarah di wilayah masing-masing.
Musyawarah wilayah menjadi sebuah forum permusyawaratan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah yang salah satu tujuannya untuk menghasilkan mufakat
terkait personalia pelanjut estafet kepemimpinan di tingkat Pimpinan Wilayah.
Hal lain yang tak kalah penting dalam musyawarah wilayah adalah perumusan
arah gerakan dan kebijakan yang selanjutnya akan menjadi landasan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan dalam merumuskan aktivitas dan
strategi dakwahnya.
Dalam rangka perumusan arah gerakan dan kebijakan, kajian akan
kondisi dan kebutuhan Sulawesi Selatan menjadi hal yang harus dilakukan. Hal
ini betujuan untuk memastikan bahwa arah gerakan dan kebijakan yang
ditawarkan, dibahas, dan disepakati dalam musyawawah wilayah adalah hal
yang relevan dengan kondisi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Relevansi ini menjadi amat penting mengingat hasil kesepakatan dalam
Musyawarah Wilayah akan menjadi acuan pergerakan ikatan pelajar
Muhammadiyah untuk dua tahun yang akan datang.
Melalui serangkaian kajian dan diskusi terkait kondisi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah baik yang dipengaruhi oleh aspek internal maupun aspek
eksternal, tim materi musyawarah wilayah XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan melahirkan rumusan arah gerakan dan kebijakan untuk
selanjutnya menjadi bahan diskusi oleh utusan Pimpinan Cabang dan Pimpinan
Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Sulawesi Selatan dalam forum
Musyawarah Wilayah.
Mengusung tema “Transformasi Gerakan, IPM Sulsel Adaptif”,
musyawarah wilayah XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan
diharapkan menjadi sebuah forum permusyawaratan yang mampu melahirkan
rumusan arah gerakan dan kebijakan yang transformatif dan adaptif bagi Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada berbagai level pimpinan untuk
periode mendatang.

B. KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG


Program IPM bukan semata-mata rencana dan pelaksanaan seperangkat
kegiatan yang praktis. Program IPM ialah perwujudan dari tujuan IPM yaitu:
“Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam
rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar benarnya”.
Adapun visi ideal (tujuan utama), misi ideal (misi utama), dan agenda aksi IPM
diwujudkan melalui program sebagai berikut:
1. Visi Ideal IPM
“Terwujudnya pelajar muslim yang berkemajuan”
2. Misi Ideal IPM
a. Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan Al-
Quran dan As-Sunnah.
b. Mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi
Iqra dan keilmuan.
c. Memberdayakan individu dan komunitas pelajar dengan pendekatan
apresiatif terhadap minat, bakat, dan potensi pelajar.
3. Landasan Yuridis
Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan
kegiatannya senantiasa berpijak pada:
a. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam.
b. Mengindahkan falsafah dan dasar negara serta hukum yang sah
dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
c. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-
peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan.
4. Prinsip Pelaksanaan Program
Program IPM dirumuskan dan dilaksanakan dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip Ketauhidan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
perwujudan dari iman dan tauhid kepada Allah.
b. Prinsip Kerahmatan; maksudnya program IPM hendaknya
merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi rahmatan lil
alamin.
c. Prinsip Kerisalahan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kerisalahan umat Islam,
yaitu dakwah amar makruf nahi munkar dalam arti yang luas.
d. Prinsip Kemaslahatan; maksudnya program IPM hendaknya
memperhatikan kemaslahatan umum.
e. Prinsip Keilmuan; maksudnya program IPM direncanakan dan
dilaksanakan secara rasional dengan memperhatikan dan
memanfaatkan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memungkinkan.
f. Prinsip Kekaderan; maksudnya program IPM selalu dijiwai nilai-nilai
kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam rangka proses
kaderisasi yang bersifat pemberdayaan anggota.
g. Prinsip Kemandirian; maksudnya program IPM direncanakan dan
dilaksanakan secara mandiri dengan tujuan menciptakan
kemandirian pelajar.
h. Prinsip Kreativitas; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam
dalam mengelola kehidupan secara kreatif.
i. Prinsip Kemanusiaan; maksudnya program IPM direncanakan dan
dilaksanakan tidak secara ekslusif. Artinya orientasi program IPM
selalu diarahkan untuk kemanusiaan, tanpa memandang suku,
agama, ras, dan budaya.
j. Prinsip ekopedagogi; maksudnya progam IPM direncanakan dan
dilaksanakan secara kaidah penyelamatan lingkungan hidup
sehingga seluruh aktivitas IPM berfungsi sebagai penyelamat dan
membantu kelestarian lingkungan hidup.
5. Tujuan Program Jangka Panjang (Visi IPM 2024)
Program IPM Jangka Panjang adalah suatu tahapan pencapaian tujuan
IPM itu sendiri. Secara spesifik rumusan tujuan Program Jangka Panjang
sebagai Visi IPM 2024 adalah: “Membumikan Gerakan Pelajar
Berkemajuan dengan Menjadikan IPM sebagai Rumah Minat dan Bakat
Pelajar Indonesia disertai Nilai-nilai Ajaran Islam sebagai Komponen
Masyarakat Islam yang Sebenar-Benarnya”, yang ditandai dengan:
a. Tauhid Rahamutiah yang terwujudnya sifat kader IPM yang
mempercayai bahwa Allah menjadi Ilah, Rab, Malik, ‘Aziz, Muntaqim
(Maha Menghukum) dan pelaksanaan aktualisasi asma dan sifat
fi’liyah yang lain berdasarkanan cinta kasih, bukan berdasarkan
kebencian atau kemarahan dan kekuasaan.
b. Terbentuknya sistem manajemen organisasi dan kepemimpinan
kolektif kolegial yang efektif, produktif, dinamis sehingga mampu
menghadirkan keteladanan, memproyeksikan masa depan
(berkemajuan) untuk perubahan dengan memobilisasi seluruh
potensi pelajar Indonesia untuk kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berkualitas dengan meningkatnya
kehidupan keagamaan, moralitas, keilmuan, dan etos kerja
kemanusiaan serta menyelamatkan lingkungan Hidup.
c. Terbentuknya sumber daya sebagai wahana melahirkan generasi
Islami yang berkemajuan (sumber daya manusia) ditandai dengan
sistem kaderisasi yang berkelanjutan dan anggota organisasi sebagai
subjek gerakan serta transformasi kader di berbagai lini kehidupan,
juga tersedianya modal bagi berjalannya roda organisasi yang
berorientasi sosial (sumber daya finansial), serta membangun
tatanan infrastruktur seperti sistem informasi, komunikasi, dan karya
yang memadai untuk keberlangsungan IPM.
6. Tahapan Kebijakan Program 2012-2024
Pokok kebijakan program jangka panjang merupakan pedoman dan arah
gerak Persyarikatan yang dilaksanakan secara bertahap melalui program
dua (2) tahunan selama sepuluh (10) tahun. Tahapan-tahapan program
jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut.
a. Muktamar XVIII (2012-2014): diarahkan kepada penumbuhan
kesadaran kritis dan aksi kreatif pelajar serta penjagaan karakter
pelajar dengan paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju
gerakan yang kritis dan progresif.
b. Muktamar XIX (2014-2016): diarahkan kepada pembangunan
kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan
mengoptimalkan sistem perkaderan sebagai pendukung terwujudnya
“Gerakan Pelajar Berkemajuan” dan berorientasi ke masa depan,
sehingga IPM memiliki sumber daya yang siap menjadi aktor dan
subjek gerakan.
c. Muktamar XX (2016-2018): diarahkan kepada IPM sebagai gerakan
ilmu sebagai manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang unggul
di kalangan pelajar serta terciptanya tradisi dan habitus iqra’ di dunia
pelajar sebagai faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya
masyarakat utama yang berperadaban.
d. Muktamar XXI (2018-2020), diarahkan kepada pembangunan
komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar
Berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, transformasi
sosial, dan transformasi kebudayaan di tengah masyarakat global.
e. Muktamar XXII (2020-2022), diarahkan transformasi (perubahan
cepat ke arah kemajuan) dan terciptanya seluruh elemen sistem
organisasi dan jaringan IPM yang maju, profesional, dan
modern; berkembangnya sistem kaderisasi, gerakan ilmu, serta
peningkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam
kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.
f. Muktamar XXIII (2022-2024), diarahkan perjuangan pembentukan
masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan
Muhammadiyah, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
atau masyarakat utama, yang bertujuan terbentuknya peradaban
utama.
7. Penerjemahan Tahapan Kebijakan Program Jangka Panjang IPM
2020-2022
Merujuk pada narasi tahapan kebijakan jangka panjang IPM untuk
muktamar XXII (2020-2022) dapat dijabarkan bahwa kebijakan untuk
periode ini akan difokuskan pada:
a. Transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan)
Transformasi adalah perubahan satu bentuk ke bentuk
yang lain. Perubahan mengandaikan adanya sesuatu yang berbeda
dari bentuknya yang semula, meskipun bentuk yang lama tidak hilang
sama sekali. Istilah transformasi lebih merujuk pada realitas proses
perubahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
transformasi berarti perubahan bisa berupa bentuk, sifat, fungsi dan
sebagainya.
Dalam lingkup Muhammadiyah sebuah transformasi
sudah tidak asing lagi. Di fase perkembangannya dalam proses
menjalankan dakwah Islamiyah maupun menyikapi aspek global
telah banyak melakukan transformasi. Salah satunya yang
dikemukakan oleh Prof Haedar Nashir yaitu “transformasi Islam yang
diniscayakan saat ini adalah Islam yang menampilkan wajah
sekaligus karakter dan cita rahmatan lil-‘alamim”
IPM dalam dinamika yang telah terjadi pada fase
perkembangannya, beberapa kali mengalami transformasi baik
dalam bentuk paradigma gerakannya maupun pada sistem
perkaderannya. Sejak berdiri pada Tanggal 28 Juli 1961 hingga saat
ini corak gerakan IPM mengalami transformasi, di antaraya yaitu
perubahan paradigma Gerakan Krtits Transformatif (GKT), Gerakan
Pelajar Kereatif (GPK), hingga pada paradigma Gerakan Pelajar
Berkemajuan (GPB). Dalam Sistem Perkaderan IPM (SPI) juga
mengalami hal yang sama, yaitu terus berubah atau bertransformasi,
yang dimulai dari SPI Merah hingga SPI Berkemajuan (SPI
Kuning/Emas). Proses Perubahan tersebut tidak lepas dari
perubahan zaman yang juga merubah kebijakan dan kebutuhan
pelajar yang kompleks, sehingga proses transformasi perlu untuk
dilakukan.
Transformasi dalam konteks proses mendinamisasi
gerakan IPM, merupakan suatu respon atas perubahan yang terjadi
saat ini. Peran strategis IPM dalam menyikapi persoalan dialektika
yang terjadi seiring dengan laju pertumbuhan dan berkembangan
globalisasi, dituntut untuk kian beradaptasi dan tetap eksis. Oleh
karena itu, transformasi gerakan dalam mewujudkan visi dan misi
yang ideal perlu untuk dilakukan. Mengingat usaha IPM dalam
menumbuh-kembangkan gerakannya mencakup banyak sektor dan
multidisiplin.
Transformasi yang dimaksudkan yaitu agar arah dan
tujuan organisasi baik dalam skala wilayah hingga pimpinan ranting,
dapat responsif dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
ada. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan lingkungan, sosial,
budaya, teknologi informasi, maupun kebijakan pemerintah.
Sehingga dalam perumusan dan pembentukan sebuah gerakan atau
agenda aksi, pengejewantahan orientasi dan transformasi yang
dinamis dan bersifat adaptif dapat dilakukan secara
berkesinambungan. Transformasi gerakan IPM yang
dikontekstualisasikan dalam dinamika perubahan situasi yang
kekinian, di mana setiap kader mampu untuk turut hadir secara
membumi atau berorientasikan rahmatan lil-‘alamin.
Bentuk gerakan ataupun agenda aksi IPM di tingkat
pimpinan wilayah hingga pimpinan ranting yang dapat
ditransformasikan sesuai dengan dinamika dan perkembangan yang
terjadi di daerah sekitar, yaitu dapat berupa orientasi pada pola
sistem organisasi, orientasi perkaderan formal, pembaharuan
gerakan ilmu, hingga pada pengembangan peran strategis IPM.
Transformasi atau perubahan yang cepat ke arah
kemajuan diharapkan mampu menjadikan gerkan IPM yang lebih
responsif, adaptif, dinamis, dan progresif dalam merespon perubahan
zaman secara membumi. Salah-satu contoh kecil dalam sebuah
transformasi gerakan baru yaitu berupa adaptasi perkaderan formal
maupun informal dalam situasi pandemi Covid-19 dengan
mekanisme atau orientasi yang bersifat apresiatif dan berkemajuan.
b. Terciptanya seluruh elemen sistem organisasi dan jaringan IPM yang
maju, profesional, dan modern
Urgensi pembenahan sistem organisasi IPM harus dimulai
dari sekarang. Karena membangun sebuah organisasi yang memiliki
kualitas manajemen yang profesional membutuhkan usaha-usaha
yang terfokus dan strategi-strategi yang efektif dan efisien.
Data valid secara kuantitas terkait keorganisasian belum
dimiliki IPM. Sehingga perlu adanya penguatan data base IPM dan
program pendataan dan penelitian yang massif. Tak heran, untuk
mencapai profesionalisme yang diimpikan dalam bidang manajemen
dan organisasi membutuhkan waktu yang lama dan harus disiapkan
dari sekarang.
Langkah awal yang telah dilakukan oleh IPM terkhusus di
PP IPM periode 2018-2020 adalah pembentukan tim pembuat
platform MY IPM dan tim KISO (Kajian Isu Strategis Organisasi).
Walaupun memiliki fungsi yang berbeda namun saling terintegrasi
dan berfokus dalam isu peningkatan manajemen dan konektivitas
keorganisasian IPM.
Melalui KISO dapat diidentifikasi bahwa banyak pedoman
yang sudah tidak relevan dengan AD/ART dan juga terdapat
beberapa pedoman yang tumpang tindih dalam segi substansi dan
memerlukan perbaikan karena pedoman dalam IPM merupakan
sebuah Written Instrument of Controling (instrument tertulis untuk
pengendalian). Pedoman yang dimaksud di antaranya adalah
pedoman ranting, pedoman pembentukan, peleburan dan pemekaran
organisasi (P40), pedoman persidangan, pedoman umum kerja, dan
protokoler organisasi yang dilakukan oleh Bidang Organisasi, SPI
dan pedoman perkaderan perlu dikaji ulang oleh Bidang Perkaderan,
panduan dakwah oleh Bidang KDI, pedoman administrasi
kesekretariatan dan pedoman administrasi keuangan oleh Bidang
Umum PP IPM. Sehingga usaha perbaikan pedoman ini diharapkan
dapat menjadi upaya pemecahan masalah di tingkat hulu.
MY IPM merupakan platform ikatan yang menjawab isu
big data sekaligus memotong berbagai masalah administratif IPM.
Sebagai penerapan big data, My IPM dirancang untuk
mengoneksikan seluruh data dari pusat hingga ranting secara
terintegrasi. Selain itu, My IPM juga dirancang untuk
mengembangkan berbagai fitur yang dapat memudahkan kinerja
organisasi dalam urusan administrasi, keuangan, manajemen
kegiatan dan bentuk pengelolaan keorganisasian.
Walaupun pengembangan platform keorganisaian IPM ini
masih terkendala dana dan kelengkapan fasilitas teknis. Namun,
platform ini tetap menjadi harapan besar IPM dalam meningkatkan
profesionalitas, efisiensi dan efektifitas manajemen dan organisasi
IPM. Jika di kemudian hari terdapat ide atau gagasan baru sebagai
solusi dalam memajukan sistem manajemen dan perngorganisaisan,
IPM akan selalu mampu maju dan beradaptasi.
c. Berkembangnya sistem kaderisasi
Kaderisasi merupakan hal yang sangat penting bagi
sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan
organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sulit dibayangkan
sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas
keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.
Perkaderan IPM secara ontologis merupakan proses
dakwah dan pendidikan (tarbiyah) yang diorientasikan mampu
meningkatkan kompetensi kader guna melanjutkan cita – cita IPM.
Oleh karena itu, proses dalam perkaderan sepenuhnya merupakan
proses belajar. Belajar sendiri merupakan proses humanisasi kader
yang dilakukan secara sadar dan memunculkan perubahan perilaku
karena adanya interaksi dengan lingkungan.
Pada tahun 2002 diselenggarakan workshop sistem
perkaderan dan lokakarya sistem perkaderan IPM di Makassar. Di
forum lokakarya itu kemudian disepakati poin-poin mendasar sistem
perkaderan IPM seperti nilai kritis dan keadilan sosial, pembagian
perkaderan IPM yaitu antara yang formal (utama, pendukung dan
pelengkap) dan non formal. Termasuk dalam hal ini disepakati
penggunaan fasilitator sebagai pengelola perkaderan dan
pendampingan yang dalam sistem perkaderan lama dikenal dengan
instruktur.
Perkaderan formal IPM adalah semua proses perkaderan
yang dilaksanakan secara sistematis dan memiliki pedoman
pelaksanaan. Perkaderan formal utama di IPM terdiri dari Pelatihan
Kader Dasar Taruna Melati II (PKD TM 1), Pelatihan Kader Muda
Taruna Melati II (PKM TM II), Pelatihan Kader Madya Taruna Melati
III (PKM TM III) dan Pelatihan Kader Taruna Melati Utama (PK TMU),
yang merupakan pintu masuk dan persiapan pimpinan di struktural
IPM. Sedangkan perkaderan formal pendukung yakni Pelatihan
Fasiitator Pendamping I (PFP 1) dan Pelatihan Fasilitator
Pendamping II (PFP II) yang lebih khusus pada persiapan kuantitas
dan kualitas fasilitator dalam mengelola perkaderan. Untuk
perkaderan formal pelengkap di antaranya yaitu Pelatihan Dai Pelajar
Muhammadiyah oleh Bidang KDI, Pendidikan Khusus IPMawati oleh
Bidang IPMawati, Sekolah Kepenulisan oleh Bidang PIP, Sekolah
Advokasi oleh Bidang Advokasi, Sekolah Wirausaha oleh Bidang
PKK dan lainnya. Sebagai catatan pada perkaderan formal
pelengkap akan menyesuaikan pada kebutuhan daerah masing-
masing dan bersifat fleksibel.
Sedangkan perkaderan informal adalah semua aktivitas
atau kegiatan transfer ilmu yang tidak terikat pada pedoman tertentu.
Contohnya seperti kajian, diskusi, study tour, bedah buku, literacy
camp dan sebagainya. Terkhusus di Sulawesi Selatan, perkaderan
IPM memiliki karakteristik dan kekhasan tersendiri. Budaya
perkaderan yang terbangun merupakan kesinambungan proses yang
berjalan sejak lama dan mendarah daging pada lintas generasi IPM.
Hal tersebut sekaligus menjadi indikator perkaderan IPM Sulawesi
Selatan sebagai patron perkaderan di Kawasan Timur Indonesia.
Namun dewasa ini, pada beberapa keadaan perkaderan
di daerah diperhadapkan dengan kondisi antara budaya perkaderan
di IPM dan tuntutan kontekstualisasi masa dan kondisi kekinian bakal
calon kader IPM. Sehingga elaborasi sistem kaderisasi masih harus
dimassifkan hingga tingkat perkaderan di grass root.
d. Berkembangnya gerakan ilmu
Paradigma gerakan ilmu esensinya telah hadir sejak
tahun 2012 pada Muktamar IPM yang ke XVIII di Palembang. Dimana
Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) yang merupakan manifesto dari
gerakan ilmu yang memiliki ciri yaitu pencerdasan, pembebasan dan
pemberdayaan. Berbicara gerakan ilmu berarti kita akan berdiskusi
banyak mengenai gerakan pelajar berkemajuan (GPB) karena
keduanya merupakan satu kesatuan yang menjadi paradigma
gerakan IPM hingga saat ini. Kemunculan GPB merupakan upaya
cerdas dan adaptif yang dilakukan IPM di era globalisasi yang
ditandai dengan perubahan yang begitu cepat.
Karena IPM merupakan gerakan ilmu, asumsi dasar
gerakan IPM harus diawali pandangan tentang “ilmu”. Bagi IPM, pada
dasarnya, Islam mengembangkan ilmu yang bersifat universal
(rahmatan lil alamin). Ilmu dapat memberi manfaat bagi seluruh
kehidupan manusia tanpa membedakan agama, golongan, etnis,
maupun suku bangsa, bahkan seluruh makhluk ciptaan Tuhan
semesta alam.
Sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar
dan tajdid (kreatif) di kalangan pelajar, IPM menjadikan al-Qur’an dan
al-Sunnah sebagai titik sentral (pijakan) dalam gerakannya.
Kemudian, ilmu-ilmu lain saling berinteraksi, saling membincangkan,
saling menghargai, saling mempertimbangkan, serta sensitif dengan
kehadiran ilmu lain. Asumsi dasar ilmu tersebut diharapkan, di
kemudian hari para kader IPM tidak menjadi pelajar yang myopic,
isolated, bagai katak dalam tampurung, melainkan tampil sebagai
sosok pelajar Muslim yang terampil, kreatif, fleksibel, dalam
kehidupan baik pada wilayah tradisional, modern maupun
postmodern yang menopang kehidupannya di era globalisasi.
IPM harus hadir mengatasi kesalahan-kesalahan berpikir
yang selama ini menelikung para pelajar. Karena, mustahil ada
perubahan ke arah yang benar kalau kesalahan berpikir masih
menjebak benak pelajar. Strategi persuasif-reedukatif ini dijalankan
lewat pembentukan sikap, opini dan pandangan pelajar mengenai
realitas sosial yang timpang di sekitarnya. Oleh karena itu, posisi
ideal; pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-nilai memiliki
posisi yang sentral.
Semangat teologi al-Qalam menjadikan IPM berupaya
melakukan pencerdasan diarahkan pada kesadaran bahwa pelajar
sebagai manusia dapat mempengaruhi perubahan sosial sehingga
lahirlah kepribadian inovatif. Kepribadian yang memandang realitas
dengan kritis, memiliki rasa ingin tahu/keterbukaan (inquisitive mind)
dan melahirkan kritik, mempertanyakan tentang dirinya dengan
realitas dunia sekitarnya dan keterlibatannya dalam mengubahnya
menjadi lebih baik.
Selanjutnya dengan semangat teologi al-‘Ashr, mampu
melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan sendiri merupakan suatu
bentuk pengorganisasian sumber daya untuk melakukan perubahan,
dengan mensyaratkan adanya sikap partisipatoris (sekaligus terlibat
sebagai peserta) pelaku pemberdayaan dengan kaum pelajar.
Ketentuan selanjutnya adalah kesamaan ide dan opini mengenai
realitas yang akan membantu mendorong keterlibatan kolektif dalam
perjuangan untuk perubahan kondisi yang lebih baik.
Yang pada akhirnya gerakan ilmu mampu membebaskan
yang dimaksud di sini adalah upaya yang terintegrasi dan terkoordinir
dalam rangka membebaskan kaum pelajar dari segala bentuk
penindasan intelektual, yang terlemahkan dalam pikiran dan
termarjinalisasikan secara personal, kultural dan struktural dalam
bingkai teologi transformatif Muhammadiyah, yakni teologi Al-Ma’un.
Pembebasan dilakukan lewat proses keterlibatan secara
langsung dalam upaya mewujudkan transformasi sosial. Keterlibatan
ini dilakukan lewat proses mengagregasi kepentingan melalui
pembentukan suatu program kebijakan yang didasarkan atas
serangkaian kepentingan dan pandangan yang dipahami oleh IPM;
serta mengartikulasikan kepentingan, dengan mengekspresikan dan
mempublikasikan berbagai kebijakan yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi kebijakan stake holder (pemegang otoritas).
e. Peningkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam
kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.
Kehadiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah dalam berbagai
isu yang bersentuhan dengan pelajar sebagai basis massanya telah
sejak lama dilakukan. Komitmen ini dikonkritkan oleh Ikatan Pelajar
Muhammadiyah melalui serangkaian arah gerakan, agenda aksi, dan
rekomendasi yang senantiasa dipastikan relevan dengan kondisi dan
menjadi kebutuhan pelajar.
Dalam Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke XXI
yang dilaksanakan di Sidoarjo, secara nasional Ikatan Pelajar
Muhammadiyah menyepakati isu lingkungan dan isu kesehatan
menjadi salah satu fokus gerakan IPM. Fokus gerakan ini dalam
muktamar selanjutnya dijadikan lebih konkrit dengan menambahkan
bidang kesehatan dan bidang lingkungan hidup dalam struktur Ikatan
Pelajar Muhammadiyah. Hal ini bertujuan guna memastikan bahwa
isu lingkungan dan isu kesehatan menjadi sebuah isu yang disikapi
secara serius oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah, tidak hanya
menjadi sebatas wacana, namun sampai pada tataran pelaksanaan
dalam bentuk aksi nyata.
8. Sasaran Kebijakan IPM
Sasaran kebijakan IPM diarahkan pada dua, sasaran personal dan sasaran
institusional. Berikut ini penjelasannya:
a. Sasaran Personal. Diarahkan pada terwujudnya tradisi kesadaran
kritis-progresif dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan maksud
dan tujuan IPM.
b. Sasaran Institusional. Diarahkan pada terciptanya struktur
kelembagaan yang kuat dan fungsional melalui pengembangan
ranting serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dalam
mendukung gerakan Ikatan menuju gerakan ilmu yang berparadigma
pelajar berkemajuan.
9. Hirarki Kebijakan
a. PP IPM
1) Penentu kebijakan organisasi secara nasional
2) Melakukan koordinasi dengan PW IPM Se-Indonesia
3) Melakukan kerja-kerja dalam lingkup menggagas nilai-nilai baru
dan penguatan kapasitas kader IPM
4) Melakukan kerja – kerja aksi nyata untuk kemajuan Pelajar di
tingkat nasional dan internasional
b. PW IPM
1) Menerjemahkan kebijakan-kebijakan Muktamar atau kebijakan
yang telah diputuskan oleh PP IPM di tingkat wilayahnya
2) Mensosialisasikan keputusan-keputusan PP IPM atau
keputusan bersama di tingkat nasional
3) Mengatur kebijakan-kebijakan strategis dalam lingkup
kewilayahannya
4) Melakukan koordinasi dengan PP IPM dan konsolidasi dengan
PD IPM-nya
5) Melakukan kerja-kerja konkrit di tingkat wilayah sebagai upaya
pengembangan jaringan dan penguatan kapasitas pelajar dan
organisasi.
c. PD IPM
1) Motor penggerak IPM secara daerah
2) Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan
Muktamar dan keputusan musyawarah di atasnya.
3) Selalu berkoordinasi dengan PW IPM dan konsolidasi dengan
PC IPM atau PR IPM di tingkat daerahnya.
d. PC IPM
1) Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan
Muktamar dan keputusan musyawarah di atasnya
2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang langsung tertuju dan
bermanfaat pada sekolah dan kalangan pelajar.
3) Selalu berkoordinasi dengan PD IPM dan konsolidasi dengan
PR IPM di tingkat daerahnya.
e. PR IPM
1) Melaksanakan kebijakan-kebijakan konkrit yang telah menjadi
keputusan Muktamar dan keputusan musyawarah di atasnya.
2) Selalu berkoordinasi dengan PD IPM atau PC IPM-nya.
10. Indeks Progresifitas Kebijakan IPM
Indeks Progresifitas Gerakan (IPG) IPM merupakan satu metode yang
digunakan oleh IPM untuk mengukur keberhasilan sebuah organisasi
dalam satu periode tertentu. Di sini, IPM telah merumuskan empat ranah
yang menjadi tolok ukur keberhasilan gerakan IPM dalam setiap satu
periodenya di berbagai jenjang struktur, baik dari Ranting hingga Pusat.
Keempat ranah itu adalah ranah kepemimpinan, ranah kaderisasi, ranah
program kerja, dan ranah produk. Masing-masing ranah memiliki indikator
yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari masing-masing ranah tersebut.
Berikut ini penjelasannya:
No Ranah Indikator
1. Visi tentang IPM yang ideal
2. Mampu membangun
kesadaran kolektif
1. Kepemimpinan 3. Memproduksi wacana-
wacana gerakan
4. Mampu menggerakkan actor
dan struktur
5. Mampu mengartikulasikan
kepentingan gerakan
6. Mampu membangun
jaringan eksternal

1. Pelaksanaan Taruna Melati


atau kegiatan kaderisasi
pendukung lainnya sesuai
SPI
2. Ada kegiatan follow up
2. Kaderisasi kaderisasi
3. Pendampingan yang
berkelanjutan
4. Munculnya komunitas-
komunitas hasil pengaderan
sebagai basis gerakan

1. Adanya program-program di
setiap bidang sebagai
penerjemahan gerakan
2. Adanya Follow up dari
program
3. Program Kerja
3. Adanya komunitas-
komunitas pasca
pelaksanaan program
4. Ada kegiatan rutin masing-
masing bidang

1. Setiap bidang melahirkan


4. Produk
produk dan bentuk artefak-
artefak, seperti: buku,
majalah, bulletin, website,
kaos, stiker, dll.
2. Distribusi artefak baik di
internal IPM maupun ke
ekternal

C. BEDAH TEMA MUSYAWARAH WILAYAH XXIII IPM SULAWESI SELATAN

“Transformasi Gerakan, IPM Sulsel adaptif”

Perumusan tema musywil XXIII IPM Sulsel sebagian besar berangkat


dari penjabaran kondisi yang terjadi di tengah pelajar saat ini, kemudian
mengkaji hasil gambaran potensi serta capaian yang dimiliki oleh pelajar sebagai
acuan gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke depan. Tentu dalam
penjabaran ini mengajak kepada kita semua untuk membaca dan meresapi
segala kondisi untuk ditawarkan menjadi sebuah konsep yang matang.
Menuju satu abad bukanlah usia baru untuk Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. Perjalanan panjang telah banyak mencatat sejarah yang
melahirkan berbagai dinamika sehingga mengokohkan tubuh ikatan.
Serangkaian perkembangan gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah dari masa
ke masa mendapatkan banyak apresiasi positif mulai nasional hingga
internasional. Beberapa kali IPM melakukan berbagai terobosan menebar
kebermanfaatannya untuk perubahan yang lebih cepat ke arah kemajuan
intelektual, spiritual dan humanitas. Sehingga yang dicita-citakan adalah
pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural gerakan pelajar
berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, sosial, dan kebudayaan di
tengah masyarakat global.
Sebagai organisasi gerakan, Ikatan Pelajar Muhammadiyah memiliki
corak gerakan tersendiri yang harus ditampilkan, yaitu sebagai gerakan Dakwah
Islamiyah di kalangan pelajar yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai
aqidah yang kepeloporannya dalam akhlak karimah dan uswah Hasanah. Juga
sebagai organisasi keilmuan bercorak intelektualisme dan aktivisme yang
dijalankan dengan seimbang sehingga corak tersebut terimplementasi dalam
sikap ilmiah, kritis, kreatif dan inovatif, Selanjutnya sebagai organisasi otonom
dalam rangka menegaskan kemandiriannya yang bebas dari pengaruh dan
intervensi dari kelompok manapun, Kemudian sebagai organisasi pelajar
modern yang selalu melakukan pembaharuan dan peka terhadap gerak dan
dinamika masyarakat.
Beberapa corak tersebut tidak terlepas dari fondasi ideologi IPM.
beberapa periodesasi hingga saat ini IPM kembali mengumpulkan nawacita
dalam menerjemahkannya kondisi pelajar Sulawesi selatan dalam merumuskan
strategi gerakan dan agenda aksi ke depan. Hal demikian yang memantik Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi selatan untuk lebih progresif dalam
pergerakan yang sesuai dengan corak Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Maka
pada terma besar transformasi gerakan hadir untuk menerjemahkan kondisi
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi selatan saat ini,

Transformasi Gerakan
Kyai Ahmad Dahlan seorang Pembaharu Islam Indonesia berhasil
membangun Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan Islam yang modern dan
maju. Tentu tugas-tugas pembaharuan tersebut menjadi kewajiban bagi Ikatan
Pelajar Muhammadiyah sebagai wadah yang menginspirasi pelajar masa kini
untuk berkarya nyata. Salah satu tokoh Muhammadiyah, DR. Abdul Mu’ti, M.Ed
menegaskan fondasi islam berkemajuan untuk kemajuan umat yakni Tauhid
yang murni berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dijadikan sebagai dasar
gerakan ikatan, sehingga setiap amal manusia memiliki dimensi transendental
dan fondasi yang kokoh. Ikatan Pelajar Muhammadiyah juga harus berorientasi
pada masa depan, bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama. Fondasi
tersebut yang menjadi tugas setiap kader ikatan mendorong gerakan ikatan lebih
cepat dari sebelumnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi selatan memandang
dinamika masa lalu adalah bentuk evaluasi untuk dikerjakan di masa sekarang
dan masa yang akan datang sebagai bentuk cita-cita (dream) sehingga memiliki
bekal yang sistematis. Pengaruh globalisasi membuat pergeseran dinamika
dalam berorganisasi, maka dibutuhkan pergerakan yang lebih cepat untuk
beradaptasi dalam kondisi yang tidak menentu. Tuntutan terhadap IPM untuk
benar-benar berjuang dan berpihak pada pelajar memiliki landasan utama
sebagaimana yang termaktub dalam nilai teologis, Kuntum khaira ummatin
ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna'anil-mungkari wa tu`minụna
billāh. Artinya “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (QS. Ali Imran ayat 110). Karena itu, jika IPM harus terlibat aktif
pada persoalan-persoalan riil pelajar. Tentunya, tidak boleh terlena oleh
kejayaan-kejayaan masa lalu dan menjadi diam di masa sekarang. Justru masa
lalu dijadikan spirit bagi IPM untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan
penyempurna gerakan Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Spirit tersebut terakumulasi menjadi salah satu tema besar
tranformasi gerakan yang ditawarkan pada Musyawarah Wilayah XXIII Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan mendatang dalam menyongsong
keberlangsungan pelajar pada rana keislaman, keilmuan, kemasyarakatan dan
kaderisasi. Tentu hal ini tidak terlepas dari pendekatan Apresiatif Inkuiri (AI)
sebagai bahan mengevaluasi untuk melihat peluang dan mencoba inovasi baru.

IPM Sulsel Adaptif


Arti kata adaptif dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Adaptif dalam ilmu sosial adalah
sebuah perilaku yang sehat sesuai dengan tuntutan situasi dan bentuk respon
yang diberikan. Istilah lain dari perilaku adaptif yang sering dipakai adalah
kompetensi sosial (Social competency), perkembangan sosial (Social maturity),
kapasitas adaptif (Adaptive capacity) dan ketepatan menyesuaikan diri (Adaptive
fitting).

Terlepas dari itu, Ikatan pelajar muhammadiyah sulsel dengan terma


adaptif merupakan bentuk respon terhadap dinamika global dan kondisi bumi
yang tidak sedang baik-baik saja. Dibanjiri dengan kepentingan politik dan isu
perekonomian yang berdampak terhadap pola pendidikan bahkan kehidupan
sosial yang tidak stabil. Maka perlu tindakan yang adaptif dengan kondisi seperti
itu. Iikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi selatan mencoba merangkul segala
sumber daya terutama pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi yang diperkaya pendekatan kepada seluruh masyarakat pelajar di
Sulawesi selatan agar tersadarkan dan berusaha keluar dari batas nyamannya
sebagai insan dan gerakan yang paripurna.

Kondisi bangsa kita dilanda pandemi COVID-19 sudah hampir dua


tahun lamanya membuat pergerakan organisasi tidak stabil. Bukan semakin
membaik, justru dampaknya semakin memberatkan masalah bangsa. Pada
pidato kebangsaan memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke 76, ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir menyampaikan
keprihatinan atas berbagai persoalan kebangsaan yang masih membelit negeri
ini. Beliau juga mengintruksikan kepada seluruh elemen untuk merefleksi
kembali perbedaan-perbedaan untuk mencari titik temu permasalahan
kebangsaan ini yang mengakar sampai grass roots penerus generasi
cendekiawan bangsa yaitu pelajar. Maka rencana masa depan IPM sulsel harus
selalu dipersiapkan dalam menghadapi segala kondisi, melalui refleksi dan
modernisasi gerakan yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi
pelajar., sehingga terwujud generasi berkemajuan yang mencerahkan dengan
memperjuangkan kepentingan persyarikatan, umat, bangsa, dan bernegara
secara seimbang.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(QS. Al-Hasyr ayat 18).


D. ALUR LOGIKA MATERI MUKTAMAR XXIII IPM
1. Pendahuluan
Penyusunan materi Musyawarah Wilayah XXIII IPM Sulawesi
Selatan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan kajian atas setiap
keputusan yang ditetapkan dalam Muktamar XXII Ikatan Pelajar
Muhammadiyah yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 12-15
Sya’ban 1442 H bertepatan dengan tanggal 25-28 Maret 2021 secara
daring. Arah gerakan dan kebijakan yang disepakati secara nasional dikaji
oleh tim materi untuk menentukan kesesuaian arah gerakan dan kebijakan
dengan kebutuhan dan kondisi Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Sulawesi
Selatan.
Kajian atas kebutuhan dan kondisi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Sulawesi Selatan dilakukan oleh tim materi musyawarah
wilayah XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan dengan
melakukan analisis atas beberapa aspek, di antaranya:

a. Arah gerakan dan kebijakan IPM Sulawesi Selatan selama beberapa


periode terakhir yang tertuang dalam tanfidz Musyawarah Wilayah.
Analisis arah gerakan dan kebijakan ini dilakukan untuk memastikan
bahwa arah gerakan dan kebijakan yang ditawarkan dalam
musyawarah wilayah XXIII IPM Sulawesi Selatan merupakan arah
gerakan dan kebijakan yang sifatnya berkelanjutan.
b. Rekomendasi dan Masukan Alumni IPM. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh pandangan tentang Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan dari kacamata pihak eksternal. Pandangan ini
selanjutnya akan menjadi dasar bagi alumni IPM untuk memberikan
rekomendasi dan masukan terkait arah gerakan dan kebijakan IPM
dengan didasarkan pada aspek-aspek yang pada realitanya
seringkali tidak dijangkau oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan yang dalam hal ini sebagai subjek gerakan.
c. Hasil Diskusi PKMTM 3 2021. Forum Pelatihan Kader Madya Taruna
Melati 3 merupakan forum perkaderan formal yang diselenggarakan
oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi
Selatan yang diikuti oleh perwakilan Pimpinan Daerah se-Sulawesi
Selatan. Forum ini menjadi sarana diskusi untuk melakukan analisis
potensi yang dimiliki oleh IPM Sulawesi Selatan yang pada akhirnya
melahirkan strategi gerakan atas berbagai isu yang menjadi fokus
gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Hasil diskusi ini oleh tim
materi selanjutnya dijadikan sebagai referensi dalam merumuskan
arah kebijakan dan gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi
Selatan ke depannya.
d. Hasil riset tim materi. Aspek lain yang menjadi bahan diskusi oleh tim
materi musyawarah wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah XXIII
Sulawesi Selatan adalah hasil riset yang dilaksanakan oleh tim
materi. Riset ini dilakukan dengan melibatkan Pimpinan Daerah dan
Pimpinan Cabang se-Sulawesi Selatan untuk menjadi responden. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh pandangan dari pihak internal Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang selanjutnya akan
turut mengambil peran penting sebagai subjek gerakan dan kebijakan
yang akan disepakati dalam musyawarah wilayah XXIII Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Sulawesi Selatan.

Hasil kajian atas kebutuhan dan kondisi Ikatan Pelajar


Muhammadiyah Sulawesi Selatan oleh tim materi selanjutnya dijadikan
sebagai dasar diskusi untuk menentukan arah gerakan dan kebijakan yang
disepakati dalam Muktamar XXII yang dapat diadopsi secara penuh, arah
gerakan dan kebijakan Muktamar yang dinilai memerlukan adaptasi, serta
arah gerakan dan kebijakan yang perlu digagas untuk internal Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Alur Materi Musyawarah Wilayah XXIII Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Sulawesi Selatan disusun menggunakan pendekatan
Apresiatif Inkuiri (AI). Dasar dari AI adalah sebuah gagasan sederhana,
yaitu organisasi akan bergerak menuju apa yang mereka pertanyakan.
Tiap tahapan bisa saja memiliki penekanan tertentu, tergantung pada titik
berangkatnya. Misalnya, bila satu program baru saja dimulai, maka
tahapan awal lah yang paling penting. Bila satu program sedang berjalan,
maka tahapan seperti perencanaan aksi dan monitoring menjadi tahapan
paling penting. Walaupun derajat penekanannya berbeda di tiap bagian
dalam siklus proyek, tetapi tiap-tiap tahapan memiliki sumbangsih penting
masing-masing.
Dalam rangka pengembangan organisasi menggunakan pisau
analisa Apresiatif Inkuiri, pada dasarnya siklus yang pertama kali
diperkenalkan adalah siklus 4D yakni discovery, dream, design, destiny.
Namun, dalam perkembangannya tahap define ditambahkan ke dalam
siklus ini dan menjadi siklus 5D (define, discovery, dream, design, destiny).
Siklus 5D ini kemudian banyak digunakan dalam penelitian-penelitian yang
menggunakan pendekatan AI. Siklus 5D ini menjadi siklus yang digunakan
oleh tim materi dalam menyusun materi Musyawarah Wilayah XXIII IPM
Sulawesi Selatan. Berikut penjelasan dari siklus 5D:
a. Define (Menentukan)
Tahap ini merupakan proses dimana organisasi sebaiknya
menentukan pilihan topik positif, tujuan dari proses pencarian atau
deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan.
b. Discovery (Menemukan)
Tahap discovery merupakan proses pencarian yang mendalam
tentang hal-hal positif, hal-hal terbaik yang pernah tercapai, dan
pengalaman di masa lampau. Proses pencarian ini dilakukan dengan
wawancara appresiatif dan berbagai metode pengumpulan data
lainnya oleh tim materi Musyawarah Wilayah XXIII Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
c. Dream (Memimpikan)
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya,
organisasi kemudian mulai membayangkan masa depan yang
diharapkan. Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan
dan impian mereka baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk
organisasi. Inilah saatnya orang-orang memikirkan hal-hal besar dan
berpikir out of the box serta membayangkan hasil-hasil yang ingin
dicapai. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang
bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, dan foto.
Setelah tahap ini dilakukan, maka akan diketahui mimpi-mimpi dari
setiap orang yang terlibat dalam organisasi. Selanjutnya, organisasi
perlu untuk mulai menentukan mimpi mana yang akan ditetapkan
untuk menjadi mimpi organisasi agar setiap orang dalam organisasi
mengetahui dan memiliki persepsi yang sama tentang mimpi yang
akan dicapai oleh organisasi.
d. Design (Merancang)
Pada tahap design ini, orang mulai merumuskan strategi, proses dan
sistem, membuat keputusan dan mengembangkan kolaborasi yang
mendukung terwujudnya perubahan yang diharapkan. Pada tahap
design ini semua hal positif di masa lalu ditransformasi menjadi
kekuatan untuk mewujudkan perubahan yang diharapkan (dream).
Tahap dimana setiap orang dalam organisasi terlibat dalam proses
belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai
memanfaatkannya dalam cara yang baik serta inklusif untuk
mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.
Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui aset-
aset yang ada pada organisasi.
e. Destiny (Melakukan)
Tahap ini adalah tahap dimana setiap orang dalam organisasi
mengimplementasikan berbagai hal yang sudah dirumuskan pada
tahap design. Tahap destiny ini berlangsung ketika organisasi secara
continue menjalankan perubahan, memantau perkembangannya,
dan mengembangkan dialog, pembelajaran dan inovasi-inovasi baru.
Langkah yang terakhir adalah melaksanakan kegiatan yang sudah
disepakati untuk memenuhi impian organisasi dari pemanfaatan aset.
2. Analisis Stake Holder
BIDANG STAKE HOLDER
Pendidikan dan Dinas Pendidikan Prov. Sulsel
Inklusi
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov.
Sulsel
Dinas Sosial Prov. Sulsel
Kepala Sekolah dan Guru
Lembaga Perlindungan Anak Sulsel
Indonesian Child Protection Commission
(KPAI)
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
(POLDA Sulsel)
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Wilayah Sulawesi
Selatan
KPID Sulawesi Selatan
Ekonomi Kreatif Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Prov. Sulsel
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Prov. Sulsel
Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Prov. Sulsel
Dinas Perdagangan Prov. Sulsel
Dinas Kepemudaan dan Olahraga Prov.
Sulsel
Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PWM
Sulsel
Lazismu Sulsel
Departmen Ekonomi PW NA Sulsel
Lingkungan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Sulsel
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Sulsel
Dinas Kehutanan Sulsel
Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Prov. Sulsel
Badan Pengembangan Sumber Daya
Daerah Prov. Sulsel
Muhammadiyah Disaster Management
Center (MDMC)
Majelis Lingkungan Hidup
Green Peace
World Clean Up Day Sulsel
Kesehatan Dinas Kepemudaan dan Olahraga Prov.
Sulsel
Dinas Kesehatan Prov. Sulsel
Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Prov.
Sulsel
Dinas Sosial Prov. Sulsel
Majelis Kesehatan PWM Sulsel
Majelis Kesehatan PWA
Kesetaraan Gender Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Prov.
Sulsel
Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulsel
Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Sulsel
Komnas Perempuan Sulsel
Komnas Perlindungan Anak Indonesia
Sulsel

3. Proses Alur AI

Alur logika materi Musyawarah Wilayah XXIII Ikatan Pelajar


Muhammadiyah Sulawesi Selatan merupakan serangkaian proses
sistematis yang menjadi landasan kajian dan diskusi tim materi dalam
rangka melahirkan arah gerakan dan kebijakan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Sulawesi Selatan untuk periode kepengurusan 2021-
2023. Arah gerakan dan kebijakan yang akan dibahas dan disepakati
dalam Musyawarah Wilayah XXIII IPM Sulawesi Selatan selanjutnya akan
menjadi acuan bagi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada
berbagai level pimpinan untuk melakukan penjabaran arah gerakan dan
kebijakan yang bersifat lebih kongkrit dan implementatif. Adapun
penjelasan dari alur logika materi Musyawarah Wilayah XXIII Ikatan Pelajar
Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
a. Define (menentukan)
Tahap awal dalam alur logika materi Musyawarah Wilayah XXIII
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan adalah penentuan
tujuan. Dalam alur ini tim materi menetapkan arah gerakan dan
kebijakan sebagai tujuan yang harus mampu digagas oleh tim
materi.
b. Discovery (menemukan)
Setelah arah gerakan dan kebijakan ditetapkan sebagai tujuan akhir,
selanjutnya tim materi melakukan proses pencarian tentang hal-hal
positif dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Dalam
proses ini, tim materi menemukan Visi-Misi IPM, stake holder, dan
berbagai potensi yang oleh tim materi dinilai mampu menunjang
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Dream (memimpikan)
Pada tahap ini, tim materi melakukan analisis terhadap hasil
keputusan muktamar dan analisis kondisi IPM Sulawesi Selatan
untuk menentukan hal apa saja yang menjadi mimpi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. Hal ini tertuang dalam capaian umum, tahap
kebijakan jangka panjang 2020-2022, dan tema musyawarah
wilayah XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Ketiga hal ini pada
dasarnya merupakan mimpi yang masih bersifat garis besar dan
masih memiliki potensi untuk kembali dijabarkan dalam forum-forum
musyawarah di bawah musyawarah wilayah maupun dalam diskusi
pada berbagai level pimpinan.
d. Design (merancang)
Pada tahap ini, berdasarkan mimpi yang telah ditetapkan, tim materi
kemudian merumuskan strategi, proses dan sistem yang mendukung
terwujudnya perubahan yang diharapkan. Rumusan strategi, proses
dan sistem ini disajikan oleh tim materi dalam bentuk: lima aspek
pengembangan program kerja, program kerja bidang dan
lembaga, agenda aksi, dan rekomendasi.
e. Destiny (melakukan)
Adapun tahap terakhir dalam siklus ini adalah melakukan. Tahap
akhir ini menjadi satu-satunya tahap yang berada di luar jangkauan
tim materi. Tanggung jawab atas pelaksanaan design yang telah
disajikan oleh tim materi, selanjutnya diserahkan kepada Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada berbagai level
pimpinan mulai dari PW IPM, PD IPM, PC IPM sampai PR IPM untuk
direalisasikan sebagaimana mestinya pada periode kepemimpinan
masing-masing.
4. Sistem Gerakan IPM
Sistem Gerakan IPM berkaitan dengan nilai-nilai yang
mendasari seluruh program dan aktivitas IPM. Sistem Gerakan IPM
dirumuskan sebagai acuan utama yang mendasar untuk IPM sebagai
gerakan dakwah dan gerakan amar ma’ruf nahi munkar. Sistem Gerakan
IPM dilandaskan pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Secara spesifik, dasar
nilai dari Sistem Gerakan IPM adalah surat Al-Qolam ayat 1. Sistem
Gerakan IPM juga dapat dimaknai sebagai “kesadaran mendasar” yang
dimiliki oleh setiap aktivis IPM. Sistem Gerakan IPM sebagai kesadaran
mendasar mengambil inspirasi dari surat AlQolam ayat 1, sehingga bisa
disebut sebagai kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn.
Surat Al-Qolam ayat 1 berbunyi “Nûn, Walqalami Wamâ
Yasthurûn”. Nun dapat dimaknai sebagai “nur” atau “cahaya”. Allah SWT
di dalam surat Al-Qolam ayat 1 mengumpakan Al-Qolam (pena) sebagai
media untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Al-
Qolam menjadi simbol pencerahan bagi akal dan nurani manusia (tanwir
al-uqul wa al-qulub). Melalui Al-Qolam manusia diajak untuk mendorong
perubahan, sebagaimana sifat tajdid Muhammadiyah (Z. Baidhawy, dalam
Azaki Khoirudin, 2015). Nûn adalah salah satu huruf hijaiyah, unsur sebuah
kalimat. Nûn sebagai huruf yang bergerak-dinamis, menjadi tanda atau
simbol yang mengandung pesan untuk memahami realitas sosial. Nûn juga
dapat dimaknai sebagai teori-teori atau rumus-rumus pengetahuan yang
merupakan hasil kerja keras keilmuan para ilmuan terdahulu (Azaki
Khoirudin, 2015). Kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn dengan
demikian menuntun manusia untuk membaca, menulis, dan
mengupayakan transformasi sosial sebagai konsekuensi logisnya.
Kesadaran Nûn mengajarkan manusia bahwa realitas dapat dipahami
dengan memaksimalkan peran akal. Segala upaya yang ditempuh atas
kesadaran Nûn akan membawa manusia mengenal Allah SWT sebagai
Yang Maha Memiliki Ilmu.
Dengan demikian kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn
tidak saja menuntun manusia ke jalan yang lurus tetapi juga membuka
pemahaman atas tanggung jawabnya sebagai khalifah filardh. Di antara
beberapa tugas manusia ialah menjaga alam semesta dari kerusakan yang
ditimbulkan akibat pengabaian kesadaran Nûn. Maka penting bagi IPM
untuk menjadikan kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn sebagai basis
dari ideologi, paradigma, dan gerakannya.

Ideologi berarti teori atau strategi perjuangan untuk


mewujudkan nilai-nilai Al-Qolam dalam kehidupan sehari-hari. IPM
memaknai ideologi sebagai panduan mengimplementasikan keyakinan
dan cita-citanya secara konkret di kehidupan pelajar Indonesia. Ideologi
juga mempengaruhi cara pandang IPM dalam empat aspek pokok
pembahasan; kebangsaan, kenegaraan, kemanusiaan, dan persyarikatan.
Dalam perihal kebangsaan sudah jelas, berdasarkan nilai Al-Qolam yang
berarti melek terhadap realitas sejarah mengakui bahwa sifat kebangsaan
Indonesia adalah “bhineka tunggal ika” yang tidak keras menghadapi
perbedaan.
Dalam perihal kenegaraan berarti IPM memegang prinsip darul
ahdi wa syahadah, dan tidak mengakui kategori selain itu karena akan
bertentangan dengan ajaran Islam Berkemajuan. Perihal kemanusiaan,
ideologi IPM sudah sangat jelas mengacu pada prinsip “pencerdasan,
pembelaan, pemberdayaan, dan pembebasan”. Sedangkan perihal
persyarikatan, ideologi dituntun oleh konsep Islam Berkemajuan yang
memegang teguh tauhid dan sikap moderat serta mengedepankan amal
sosial.
Paradigma sebagai aspek kedua dari Al-Qolam berarti
kerangka berpikir utama IPM selalu disandarkan pada nilai-nilai Al-Qolam.
Paradigma bagi IPM didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang
berhubungan satu sama lain secara logis dan membentuk sebuah
kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan
menjelaskan realitas yang dihadapi.
Paradigma Al-Qolam dengan demikian membantu IPM untuk
menerjemahkan konsep Islam Berkemajuan yang sesuai dengan konteks
gerakan IPM. Terdapat paling tidak tiga paradigma Al-Qolam IPM:

Gerakan sebagai aspek ketiga dari Al-Qolam berarti IPM harus


konsisten dengan tiga identitas besarnya yakni sebagai gerakan ilmu,
gerakan aksi, gerakan transformatif. Muktamar XIX merumuskan gerakan
ilmu IPM sebagai berikut:
“(gerakan ilmu adalah) perwujudan dari etos pengabdian
sebagai dasar dalam paradigma pelajar berkemajuan. Nilai utama dari ilmu
adalah ”beribadah” sebagai ”pengabdian”, penghambaan. Penghambaan
atau pengabdian ini dalam Islam berupa rukun Islam. Dalam “paradigma
gerakan ilmu”, pengabdian ditransformasikan menjadi pengabdian pada
lima hal, yakni pada (a) Allah; (b) Pengetahuan; (c) diri sendiri; (d) sesama,
dan (e) alam [baca: tiga implikasi praktis; diri sendiri, sosial, dan
lingkungan].”

Dengan demikian gerakan ilmu memiliki cakupan; yakni


gerakan ilmu sebagai proses transformasi diri menjadi dekat dengan Allah
SWT. Gerakan ilmu juga sebagai proses menimba pengetahuan yang
berguna bagi diri sendiri, orang lain, dan bagi alam semesta (ilmu
pengetahuan sebagai cara mengerem kerusakan alam). Oleh karena itu
dalam IPM muncul empat narasi besar gerakan IPM: Gerakan Tiga T;
Gerakan Kritis Transformatif (GKT); Gerakan Pelajar Kreatif (GPK); dan
Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB). Empat narasi besar gerakan IPM itu
bersumber dari inspirasi surat Al-Qolam ayat 1.
Gerakan ilmu mendapat prioritas utama karena basis IPM
berasal dari komunitas pelajar. IPM memaknai gerakan ilmu sebagai
proses mengejawantahkan pemikiran-pemikiran yang memungkinkan
masyarakat terberdayakan sehingga membuat kehidupan sosial semakin
dinamis dan transformatif. Oleh karena itu gerakan ilmu selalu bersamaan
dengan dua jenis gerakan aksi dan gerakan transformatif. Ketiganya tidak
dapat dipisahkan. Gerakan ilmu akan memperkuat basis pengetahuan aksi
sehingga memungkinkan proses transformatif terjadi.
5. Aktualisasi Gerakan IPM
Aktualisasi Sistem Gerakan IPM adalah sejumlah nilai-nilai
yang dipegang oleh IPM dalam menyusun sistem gerakan, baik untuk
program kerja organisasi maupun untuk program kerja bidang. Aktualisasi
nilai dibagi ke dalam tiga aspek; individu, organisasi, dan sosial, yakni
sebagai berikut:
a. Nilai Individu bagi setiap aktivis IPM
a. Kemurnian Aqidah g. Bermasyarakat
b. Ketaatan beribadah h. Keteladanan
c. Istiqamah i. Moderat
d. Keikhlasan j. Tajdid
e. Berjiwa Gerakan k. Ekoliterasi
f. Suka beramal
b. Nilai Berorganisasi
a. Good Governance p. Amar ma’ruf Nahi munkar
b. Tersistem q. Orientasi misi
c. Kolektif kolegial r. Amal shalih
d. Musyawarah s. Kemashlahatan umum
e. Menggembirakan (tabsyir) t. Ekoliterasi
f. Shidiq u. Pro-dhuafa
g. Amanah v. Keandalan
h. Fathonah w. Keterpaduan
i. Disiplin x. Kesinambungan
j. Komitmen Ukhuwah y. Pencerahan
k. Visioner z. Demokrasi
l. Dinamis aa. Transparansi
m. Ekoliterasi ab. Toleransi
n. Nilai Sosial ac. Anti kekerasan
o. Keunggulan
PROGRAM KERJA PW IPM 2021-2023

A. DASAR PROGRAM KERJA


Sistem gerakan IPM adalah seperangkat nilai spesifik yang
melandasi segala aktivitas IPM, baik dalam manajemen organisasi, landasan
program atau aktivitas IPM. Sistem gerakan IPM berarti apa saja yang menjadi
kriteria keberhasilan gerakan IPM baik itu yang melingkupi pendekatan struktural
(struktur kepemimpinan) ataupun pendekatan kultural (komunitas IPM).
Terdapat enam sistem gerakan IPM: keilmuan, kekaderan, keberpihakan,
pemberdayaan, keislaman, kemanusiaan, dan keorganisasian.

1. Keilmuan, maksudnya program dan aktivitas IPM sebagai organisasi


harus dilandasi oleh prinsip-prinsip keilmuan yang dicirikan sebagai
berikut:
a. Rasional/logis
b. Berbasis kebutuhan pelajar
c. Berbasis riset
d. Berbasis anvidance based
e. Memperhatikan perkembangan ilmu Pengetahuan yang sedang
terjadi. Keilmuan juga berarti segala program dan aktivitas IPM harus
karena tujuan keilmuan yakni sebagai sarana mempelajari ilmu
pengetahuan.
2. Kekaderan, maksudnya program dan aktivitas IPM selalu dilandasi oleh
nilai-nilai kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam proses
berorganisasi selalu bersifat pemberdayaan anggota. Kekaderan meliputi:
a. IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam
aspek pemahaman ideologi.
b. IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam
aspek pemahaman paradigma.
c. IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam
aspek pemahaman gerakan.
3. Keberpihakan, maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus
jelas letak keberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki
tanggung jawab yang membawa aspirasi pelajar dan mengadvokasinya.
Kata “keberpihakan” menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral terhadap
keadaan. IPM harus terlibat aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan
adalah salah satu kriteria capaian umum yang sangat penting bagi IPM.
Dalam banyak kasus IPM harus mampu berpihak pada mengadvokasi
kepentingan kelompok pelajar rentan (pelajar difabel), pelajar perempuan,
pelajar putus sekolah, pelajar dari kelas sosial menengah ke bawah).
Dengan demikian capaian umum keberhasilan IPM terletak pada
kemampuannya menunjukkan keberpihakan yang semakin dibutuhkan.
4. Pemberdayaan, merupakan kriteria capaian umum IPM senantiasa
ditunjukkan bagi proses pengembangan kemampuan anggotanya.
Pemberdayaan berarti proses pengembangan kapasitas, kemampuan,
kreativitas, dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan yang digunakan
oleh IPM selalu bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses pemberdayaan
dalam IPM bertujuan sebagai cara membentuk integritas, kemandirian,
kecakapan, dan keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Keislaman, IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai
keislaman: tauhid. Keislaman sebagai salah satu kriteria capaian umum
berarti IPM dalam menjalankan organisasi harus menyadari posisinya
sebagai sayap dakwah Islam Muhammadiyah. IPM bertanggung jawab
memformulasikan model dakwah yang ramah, menyenangkan, dan
membawa manfaat bagi pelajar dan remaja pada umumnya. Dituntut untuk
selalu menawarkan inovasi dakwah bagi mad’u muda.
6. Kemanusiaan, Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam
pengembangan organisasi harus bersifat manusiawi, mengakomodir
segala kapasitas yang ada pada anggota IPM. IPM bertanggung jawab
untuk menjadi wadah bagi pelajar secara keseluruhan tanpa terkecuali.
IPM tidak hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial pelajar tertentu, tetapi
secara menyeluruh.
7. Keorganisasian, Keorganisasian berarti berfungsinya IPM sebagai
sebuah sistem. Landasan semua program IPM adalah sistem, dimana IPM
bergerak atas sistem yang berfungsi. Pemimpin IPM harus mampu
mengayomi dan mewadahi setiap anggota agar dengan ikhlas berperan
maksimal di IPM, dengan berbagai strategi manusiawi yang dapat
ditempuhnya. IPM adalah organisasi. Maka sudah sewajarnya dijalankan
berdasarkan pada sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan
IPM harus didasarkan pada sifat keorganisasian. Semua program dan
kebijakan IPM harus didasarkan pada musyawarah mufakat, organisasi
IPM dijalankan dengan melibatkan kesepakatan semua pihak. Semua
program dan aktivitas organisasi berbasis teknologi dan informasi.

B. LIMA ASPEK PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA


Sistem gerakan IPM adalah bentuk konkrit penerapan sistem
gerakan. Capaian bidang berbasis program ditentukan melalui lima aspek
pengembangan program kerja yang menjadi penerjemah visi IPM. Visi yang
bersifat adiluhur, berjangka panjang, dan menunjukkan kedalaman nilai.
1. Sistem gerakan: sistem gerakan berkaitan dengan alur internalisasi dan
eksternalisasi nilai organisasi. Internalisasi nilai berarti nilai apa saja yang
diharapkan menjadi pegangan bersama antara setiap anggota organisasi.
Jika berkaitan dengan bidang-bidang, berarti nilai semacam apakah yang
diharapkan oleh bidang yang bersangkutan menjadi pegangan dan
komitmen bersama. Sedangkan eksternalisasi nilai berarti nilai apa sajakah
yang diharapkan mampu menjadi tujuan organisasi atau secara spesifik
setiap bidang yang ada di IPM. Sistem gerakan disusun dengan
berpedoman pada nilai-nilai yang tertuang dalam aktualisasi sistem
gerakan IPM.
2. Organisasi dan Kepemimpinan: organisasi dan kepemimpinan berarti hal
apa saja yang dibutuhkan atau harus disediakan oleh organisasi dan
pimpinan dalam memfasilitasi perjalanan organisasi menuju terwujudnya
visi.
3. Jaringan: jaringan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh bidang
atau organisasi dalam memfasilitasi tercapainya visi yang berkaitan
dengan kemitraan. Misalnya untuk mencapai visi gerakan iqra’ maka perlu
ditentukan bagaimana dan dengan siapa IPM harus membangun jejaring.
4. Sumber daya: Sumber daya adalah hal apa saja yang dapat dicapai oleh
kerja organisasi atau bidang berkaitan dengan peningkatan kapasitas
anggota dan sasaran program. Sumber daya juga berarti dukungan apa
yang dibutuhkan oleh organisasi atau bidang berkaitan dengan
peningkatan kapasitas anggota dan sasaran program. Sumber daya juga
berarti dukungan apa yang dibutuhkan oleh organisasi atau bidang agar
visinya tercapai (dukungan finansial atau infrastruktur).
5. Aksi: Aksi adalah wujud konkrit dari strategi perencanaan visi. Aksi juga
berarti garis besar dari apa yang dapat dilakukan agar visi tercapai.
C. PROGRAM KERJA BIDANG DAN LEMBAGA
1. BIDANG
NO Aspek-Aspek Bidang-Bidang
BIDANG ORGANISASI
Terwujudnya IPM sebagai
organisasi terdepan dalam
merespon dinamika zaman dan
1 Visi
perkembangan global sebagai
wujud gerakan pelajar
berkemajuan.
Mengembangkan sistem organisasi
2 Sistem Gerakan IPM yang maju, efektif, dan
profesional berbasis data.
Meningkatkan kualitas dan fungsi–
fungsi kepemimpinan organisasi di
berbagai tingkatan yang berbasis
Organisasi dan
3 pada peningkatan penerapan
Kepemimpinan
budaya kerja organisasi yang
manusiawi, apresiatif, amanah dan
terukur.
Memperkuat jaringan kelembagaan
IPM melalui komunikasi intensif dan
4 Jaringan
pendampingan sehingga mampu
bersinergi membangun organisasi.
Meningkatkan kualitas
kepemimpinan di berbagai
5 Sumber Daya
tingkatan agar mampu
menjalankan misi ikatan.
• Meningkatkan konsolidasi
6 Aksi
gerakan di berbagai tingkatan
yang berorientasi pada
penguatan jejaring internal
dan akar rumput melalui
pembinaan dan
pendampingan.
• Penguatan dan
pengembangan fungsi struktur
organisasi.
• Konsolidasi dan tata kelola
organisasi.
• Melengkapi dan menguatkan
basis data organisasi hingga
ke grassroot sebagai dasar
pelaksanaan program yang
terukur dan tepat sasaran.
• Memasifkan sosialisasi narasi
dan agenda Nasional serta
agenda Wilayah IPM ke
berbagai level pimpinan di
bawahnya.
BIDANG PERKADERAN
Berkembangnya kapasitas anggota
dan kader IPM sebagai pelaku
gerakan yang memiliki keunggulan
kapasitas, komitmen ideologis, dan
1 Visi mampu memajukan serta
menyebarluaskan peran IPM
sebagai gerakan pelajar dalam
dinamika kemanusiaan, umat,
bangsa, dan Muhammadiyah.
Memperkuat kapasitas kader dan
ideologi dengan mengoptimalkan
sistem perkaderan IPM dengan
mengadakan Pelatihan Kader
2 Sistem Gerakan
Taruna Melati secara masif yang
berdaya emansipatif dan
mencerahkan dengan spirit Islam
Berkemajuan.
Mendukung segala proses
kaderisasi baik dalam wujud formal,
informal, dan non-formal.
Organisasi dan Berkomitmen untuk menjaga proses
3
Kepemimpinan perkaderan yang manusiawi.
Apresiatif, dan fokus pada
pengembangan kapasitas diri kader
sebagai generasi berkemajuan.
Meningkatkan koordinasi dengan
kerjasama secara tersistem antara
4 Jaringan pimpinan dalam hal pelaksanaan
perkaderan di lingkungan masing-
masing.
Membentuk dan meningkatkan
kualitas fasilitator dan membina
fasilitator yang mampu
5 Sumber Daya mengembangkan perkaderan yang
lebih relevan dan kompatibel
dengan kepentingan dan kebutuhan
para kader.
• Mengadakan kajian-kajian
6 Aksi
perkaderan untuk
pengembangan konsep,
model, pendekatan, dan
metode yang lebih berkualitas
dalam pelaksanaan
perkaderan IPM untuk
dijadikan pedoman kegiatan
perkaderan di setiap tingkatan
pimpinan, baik dalam bentuk
coaching, workshop fasilitator
maupun dalam bentuk sejenis.
• Meningkatkan kualitas
perkaderan dari segala aspek
mulai dari materi,
pengelolaan, metode, strategi
dan orientasi perkaderan agar
lebih relevan dengan
kebutuhan kader.
• Mentoring dan pendampingan
pasca pelatihan kader.
• Identifikasi, dan penyusunan
database kader dan
perkaderan berbasis digital.
• Pemetaan dan pemberdayaan
kader yang dimiliki IPM di
semua lini.
• Mengadakan hari ber-IPM
disaat momen-momen liburan
sekolah atau saat milad.
• Pembentukan dan
pengelolaan Lembaga Korps
Fasilitator.
BIDANG PENGKAJIAN ILMU PENGETAHUAN
Terbentuknya tradisi Iqra
(membaca, menulis, riset) dan
eksplorasi aspek-aspek kehidupan
1 Visi
yang bercirikan islam, sehingga
mampu menjadi alternatif kemajuan
dan keunggulan peradaban.
Mengembangkan tradisi iqra di
kalangan IPM sebagai bagian dari
2 Sistem Gerakan pengembangan gerakan ilmu
melalui gerakan literasi dan
komunitas ilmiah remaja.
Menguatkan kapasitas
kepemimpinan yang mampu
mengembangkan program-program
Organisasi dan
3 penelitian dan ilmu pengetahuan
Kepemimpinan
sebagai basis pengambilan
kebijakan dan pengembangan
kemajuan.
Membentuk dan bersinergi dengan
komunitas literasi untuk
4 Jaringan
menumbuhkan tradisi keilmuan di
kalangan pelajar.
Menyiapkan kader yang mampu
berpikir kreatif dan bersikap ilmiah
5 Sumber Daya
dalam mengoptimalkan gerakan
ilmu di kalangan pelajar.
• Membentuk pusat-pusat
keilmuan, seperti
perpustakaan, rumah baca,
dan komunitas kreatif-ilmiah di
kalangan pelajar.
• Menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan pencerdasan seperti
: bedah buku, bedah film,
diskusi, dan lain- lain.
• Melakukan pengembangan
program-program penelitian
6 Aksi dan ilmu pengetahuan dalam
rangka pengembangan
organisasi melalui lembaga
riset.
• Penguatan literasi digital
melalui E-Library yang
mengakomodir, menyediakan,
dan memfasilitasi buku-buku
serta produksi narasi IPM.
• Membumikan Budaya Literasi
melalui Duta Literasi Pelajar
Muhammadiyah.
BIDANG KAJIAN DAKWAH ISLAM
Berkembangnya dakwah islam
pelajar yang bersifat inspiratif,
menggembirakan dan
1 Visi
mencerahkan. Dakwah yang
memahami karakteristik mad’u
kontemporer. Sehingga islam
menjadi sumber hidup kreatif bagi
pengembangan kehidupan sehari-
hari pelajar.
Menghidupkan dakwah dan kajian
islam yang mampu merespon
dinamika dan kebutuhan zaman
2 Sistem Gerakan
sehingga menjadikan islam sebagai
sumber inspirasi melalui pelatihan
da’i pelajar Muhammadiyah.
• Mengoptimalkan peran bidang
kajian Dakwah Islam dalam
mendorong spirit Islam
berkemajuan secara
Organisasi dan keorganisasian dan
3
Kepemimpinan kepemimpinan.
• Mengoptimalkan bidang kajian
dan dakwah islam sebagai
sumber inspirasi daya-kreatif
pelajar Muhammadiyah.
Membangun sinergi dan kerjasama
secara sistemik untuk memperkuat
kerja dakwah pelajar
4 Jaringan muhammadiyah sekaligus dalam
rangka menciptakan kolaborasi
yang mampu memberi dampak luas
spirit Islam berkemajuan.
Meningkatkan kapasitas, kualitas,
dan kuantitas mubaligh pelajar
5 Sumber Daya
untuk memenuhi kebutuhan
dakwah di kalangan pelajar
sehingga ajaran islam menjadi
inspiratif kreatif pelajar.
• Membentuk dan
mengembangkan pusat
penelitian, kajian, dan
informasi bidang keislaman
dan menyusun pedoman-
pedoman/tuntunan-tuntunan
dan materi keislaman dengan
merujuk pada Himpunan
Putusan Tarjih dapat menjadi
acuan pelajar secara umum
atau anggota IPM, seperti
pedoman kultum, kurikulum
kultum, materi kutbah, dan
6 Aksi tuntunan kehidupan
beragama sehari- hari.
• Meningkatkan fungsi media
dakwah IPM seperti website,
media sosial, dan media lain
yang menyajikan
materi/pesan islam yang
bersifat membimbing,
meneguhkan,
menggembirakan, dan
mencerahkan serta
menekankan pentingnya
pelajar islami dan moderasi
islam.
• Memberantas buta Al-Qur’an
di kalangan internal pimpinan,
kader melalui Sahabat Qur’an
hingga tingkatan grassroot.
• Responsif terhadap isu–isu
keislaman dalam ranah lokal,
nasional bahkan internasional.
BIDANG APRESIASI SENI BUDAYA DAN OLAHRAGA
Berkembangnya seni-budaya dan
olahraga di kalangan pelajar
berspiritkan Islam berkemajuan dan
1 Visi mencerahkan peradaban manusia
sebagai makhluk yang berbudaya
dan berakhlak mulia dan sehat
jasmani rohani.
Meningkatkan upaya
pengembangan seni budaya dan
olahraga di kalangan pelajar yang
sesuai dengan nilai- nilai Islam dan
2 Sistem Gerakan
muhammadiyah melalui kegiatan
Apresiasi Seni Budaya serta
dengan menyelenggarakan pekan
olahraga pelajar.
Menguatkan kapasitas
Organisasi dan kelembagaan seni, budaya, dan
3
Kepemimpinan olahraga di semua jenjang
kepemimpinan IPM.
Menguatkan jaringan komunitas-
4 Jaringan komunitas seni, baik di IPM,
sekolah ataupun luar dalam rangka
pengembangan seni, budaya, dan
olahraga di kalangan pelajar.
Mengangkat potensi seni, budaya,
5 Sumber Daya dan olahraga pelajar ag ar mampu
bersaing dikancah yang lebih luas.
• Memasifkan pembentukan
dan pengembangan
komunitas-komunitas baik
formal maupun nonformal
sebagai strategi dakwah
kreatif IPM sesuai dengan
panduan komunitas yang
telah disusun.
• Menggembirakan dan
menyemarakkan penjaringan
6 Aksi minat bakat pelajar melalui
model atau sistem yang kreatif
dan efektif.
• Mengapresiasi karya seni
budaya dan olahraga pelajar
tingkat wilayah.
• Pemberdayaan minat dan
bakat pelajar dalam rangka
mengangkat potensi
pariwisata Sulawesi Selatan
melalui event budaya.
BIDANG ADVOOKASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Terwujudnya kesadaran advokasi di
1 Visi lingkungan IPM atas persoalan-
persoalan agama, pendidikan,
budaya, sosial-politik, dan ekonomi
yang menjadi fokus gerakan IPM
sebagai “Gerakan Pelajar
Berkemajuan” wujud dakwah amar
ma’ruf dan nahi mungkar di
kalangan pelajar.
Mengembangkan kesadaraan
advokatif dan emansifatif serta
mengintensifkan kajian-kajian
khusus tentang isu- isu strategis
advokasi hak-hak pelajar serta
2 Sistem Gerakan
kebijakan nasional yang
menyangkut kepentingan pelajar
melalui pengembangan sekolah
advokasi dan tindakan
pendampingan advokatif.
Menguatkan kapasitas
kepemimpinan dan kelembagaan
dikalangan pelajar yang responsif
Organisasi dan
3 terhadap isu-isu strategis dan
Kepemimpinan
kebijakan publik serta menjadi
rumah advokasi bagi pelajar
muhammadiyah.
Meningkatkan usaha dan
mengembangkan kerjasama
dengan pemerintah dan berbagai
4 Jaringan lembaga untuk kepentingan
penegakan hukum dalam berbagai
aspek termasuk dalam
pemberantasan korupsi.
Memfasilitasi pengembangan
kualitas pelajar yang memiliki
5 Sumber Daya kapasitas dalam bidang advokasi
yang amanah, profesional dan
mengemban misi IPM.
• Pembentukan kesadaran
hukum melalui lembaga sosial
termasuk lewat jalur
pendidikan.
• Menyusun dan
mensosialisasikan panduan
mengenai pendampingan
pelajar terutama yang
berkaitan dengan kasus-
kasus kekerasan yang
menimpa pelajar.
• Menyelenggarakan
6 Aksi pendidikan kader advokasi
dalam rangka pengembangan
kapasitas advokatif pelajar,
khususnya yang berkaitan
dengan advokasi kepentingan
pelajar difabel, pelajar buruh,
dan pelajar yang dilanggar
hak-hak dasarnya.
• Mengembangkan forum-forum
kajian khusus tentang
berbagai isu nasional dan
internasional yang strategis,
seminar publik mengenai
situasi negara dan dunia,
untuk menjadi bahan
penyikapan dan langkah IPM
dalam menghadapi
perkembangan dunia
internasional.
BIDANG PENGEMBANGAN KREATIFITAS DAN
KEWIRAUSAHAAN
Berkembangnya budaya
kewirausahaan di kalangan pelajar
1 Visi
sebagai wujud dari daya kreatif dan
prinsip kemandirian pelajar.
Menumbuhkan kemandirian pelajar
dengan nilai-nilai entrepreneurship
sejak dini menuju Indonesia yang
2 Sistem Gerakan berdaulat secara ekonomi melalui
pendidikan entrepreneurship dan
pendampingan pengembangan
kewirausahaan pelajar.
Menguatkan bidang dan lembaga
kewirausahaan, mengembangkan
Organisasi dan sistem manajemen bisnis dan tata
3
Kepemimpinan kelola ekonomi serta pemanfaatan
aset-aset untuk mendorong
kemandirian ekonomi IPM.
Mengintensifkan kerjasama dan
kolaborasi dalam rangka
4 Jaringan pengembangan daya-kreatif bidang
sehingga menjadi kekuatan yang
bermanfaat luas.
Menciptakan sikap mandiri,
terampil, dan kreatif serta
5 Sumber Daya
meningkatkan kemampuan
manajemen wirausaha pelajar.
• Memberikan motivasi bagi
para pelajar untuk
berwirausaha berbasis ilmu
pengetahuan, teknologi dan
seni serta minat bakat pelajar,
serta didorong oleh keinginan
membangun kemandirian
emansipatif pelajar.
• Pemberdayaan pelajar dalam
6 Aksi meningkatkan keterampilan
diri sejak dini menuju
kemandirian seperti :
membentuk unit-unit bisnis,
koperasi, kedai/ warung,
bisnis online, dan lain-lain.

• Meningkatkan kapasitas
wirausaha pelajar melalui
pelatihan dan
pendampingan.
BIDANG IPMAWATI
Memperkuat dan mendukung
penuh peran pelajar perempuan
sebagai kader kemanusiaan,
1 Visi
kebangsaan, keummatan dan
persyarikatan melalui
pengarusutamaan dan dukungan
emansipatif bagi keterlibatan pelajar
perempuan dalam berbagai
dimensi kehidupan.
• Mengkaji, mengembangkan,
dan mendorong isu-isu
tentang hak-hak aksebilitas
pelajar perempuan dalam
menggunakan ruang publik,
bebas dari diskriminasi,
kekerasan, dan stigma atau
stereotip kultural yang
menciptakan perempuan
sebagai kelompok rentan.
• Meningkatkan kepedulian dan
respon terhadap
permasalahan pelajar
2 Sistem Gerakan
perempuan serta
permasalahan remaja
perempuan pada umumnya.
• Meningkatkan pengkajian
gerakan-gerakan perempuan
peduli pendidikan baik di
kalangan pelajar dan
kalangan perempuan pada
umumnya.
• Meningkatkan kepedulian
perempuan terhadap isu- isu
perkembangan hukum, politik,
sosial, ekonomi dan budaya.
• Meningkatkan progresifitas
perempuan dalam
memandang isu- isu kekinian
terutama kekerasan pelajar
perempuan dan perempuan
pada umumnya.
• Mengoptimalkan potensi
kader putri Muhammadiyah
dan proses kaderisasi melalui
pendidikan khusus ipmawati
(Diksusti).
• Meningkatkan kesadaran
akan pentingnya memahami
kebutuhan pelajar perempuan
terutama berkaitan dengan
kesehatan reproduksi melalui
pendampingan kesehatan
reproduksi pelajar (pekarejar).
• Penguatan identitas IPMawati
melalui diskusi, kajian, dan
pelatihan ke-IPMawati-an
untuk menumbuhkan
kesadaran dan membentuk
habitus IPMawati pada
berbagai tingkatan struktural.
• Mampu mengajak dan
meningkatkan usaha- usaha
Organisasi dan
3 advokasi terhadap kekerasan
Kepemimpinan
perempuan terutama human
trafficking yang merusak
kehidupan keluarga dan masa
depan bangsa di kalangan
antar organisasi perempuan
maupun OKP.
• Menjadikan kader perempuan
sebagai penyelaras dan
penegasan terkait perannya
sebagai isu-isu kontemporer
seperti perdagangan
perempuan khususnya di
bawah umur, eksploitasi
pelajar sampai pada
persoalan secara struktur
maupun secara teologis.
• Mampu memperjuangkan
hak-hak pelajar perempuan
tanpa memandang
diskriminasi terhadap
kelompok yang cenderung
memarjinalkan perempuan.
• Mengoptimalkan potensi
IPMawati dalam proses
kaderisasi khususnya di
lembaga ortom
Muhammadiyah yaitu
4 Jaringan
Nasyiatul Aisyiyah dan
Aisyiyah.
• Meningkatkan usaha dan
kerja sama dengan berbagai
pihak dalam mencegah
sekaligus mengadvokasi
kejahatan human trafficking
yang pada umumnya
menimpa kaum pelajar
perempuan.
• Mengembangkan kerja sama
dengan stakeholder yang
peduli terhadap perempuan
dengan memberikan
pendampingan serta
pencerdasan emosional
maupun spiritual di kalangan
pelajar.
• Mendukung dan berkontribusi
pada program-program yang
berkomitmen terhadap proses
emansipasi perempuan.
Memfasilitasi pengembangan
kualitas dengan melakukan
pencerdasan, pendampingan dan
penyadaran terhadap perempuan di
berbagai sektor publik demi
5 Sumber Daya terwujudnya transformasi kader
perempuan dari masa-kemasa
sehingga tidak ada lagi diskriminasi
dan marjinalisasi baik di lingkungan
sekolah maupun lingkungan
masyarakat secara luas.
• Aktif melaksanakan pengajian
6 Aksi
dan diskusi dalam rangka
peneguhan ideologi gerakan
Muhammadiyah dan IPM.
• Menguatkan gerakan
perempuan melalui
komunitas-komunitas anti
kekerasan.
• Mengembangkan gerakan
literasi untuk mengajak para
perempuan khususnya pelajar
untuk terus bergerak pada
pencerdasan diri.
• Konsen terhadap isu-isu
terkini terkait persoalan
perempuan melalui kerja
sama antar LSM perempuan.
BIDANG KESEHATAN
Merumuskan wacana dan gagasan
gerakan penanganan persoalan
1 Visi
kesehatan sebagai keselamatan
hajat hidup manusia.
Meningkatkan peran IPM dalam
ranah kesehatan sebagai kader
2 Sistem Gerakan
masa depan yang sehat jasmani
maupun rohani.
IPM sebagai organisasi pelajar
perlu mempersiapkan kadernya
Organisasi dan untuk sehat secara akal, jasmani
3
Kepemimpinan dan rohani karena IPM merupakan
cikal bakal penerus
Muhammadiyah. Melalui
pengembangan kesehatan mental,
kesehatan masyarakat,
dan kesehatan reproduksi.
Membangun relasi dengan
masyarakat luas melalui gerakan
4 Jaringan
kesehatan yang IPM bangun dalam
konteks pelajar.
IPM harus memiliki koneksi antara
Rumah Sakit Muhammadiyah,
MPKU, dan jaringan organisasi
5 Sumber Daya
kesehatan sebagai wujud
partisipasi IPM untuk membantu
dan menyelamatkan manusia.
• Melaksanakan edukasi
kesehatan berjenjang.
• Melakukan transformasi
aktivitas pada perkaderan
formal IPM dengan kaidah
kesehatan .
• Melakukan edukasi pelajar
sehat dan pembentukan kader
6 Aksi sebagai penggerak
pemberdayaan teman sebaya
dalam rangka peningkatan
kualitas kesehatan pelajar.
• Berkolaborasi dengan pihak
terkait dalam upaya
mendekatkan pelayanan
kesehatan yang ramah
kepada pelajar.
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
Membangun paradigma kesadaran
atas lingkungan hidup di kalangan
1 Visi pelajar sebagai wujud tanggung
jawab Khalifah Filardh yang wajib
melindungi lingkungan.
Meningkatkan proses penyadaran,
kampanye, dan pengarusutamaan
2 Sistem Gerakan isu peduli lingkungan hidup melalui
konferensi dan workshop pelajar
peduli lingkungan hidup.
• Menjadikan organisasi
sebagai gerakan yang
menumbuhkan kesadaran
pentingnya menjaga
lingkungan sehingga IPM
mampu menjawab dan siap
menjadi organisasi yang tidak
hanya konsen pada isu-isu
pendidikan melainkan ikut
Organisasi dan
3 ambil peran dalam mencegah
Kepemimpinan
kerusakan lingkungan.
• Mampu mengartikulasikan
pentingnya basis gerakan
berjamaah untuk ikut
mencegah kerusakan
lingkungan sehingga IPM
tidak hanya mampu
memproduksi wacana-
wacana gerakan serta
melakukan aksi dan
pelayanan tetapi juga sebagai
sarana dakwah di kalangan
pelajar dan masyarakat
secara nyata dan merata.
Mampu membangun relasi sosial
secara luas baik di kalangan
pelajar, masyarakat, pemerintah,
4 Jaringan dan lembaga sosial sehingga
semakin sadar akan pentingnya
menjaga dan melindungi lingkungan
semakin terbangun.
Menguatkan peran bersama
Muhammadiyah Disaster
Management Centre (MDMC) dan
Majelis Lingkungan Hidup (MLH),
Walhi, Greenpeace, JATAM, Kader
5 Sumber Daya Hijau Muhammadiyah (KHM) agar
mampu bekerjasama dan tampil
sebagai gerakan pelajar yang juga
konsen terhadap konservasi alam
sebagai upaya melestarikan
lingkungan hidup.
• Melakukan pencerdasan
kepada masyarakat melalui
gerakan sadar lingkungan
6 Aksi
baik pendidikan formal
maupun pendidikan
nonformal.
• Meningkatkan gerakan
ekoliterasi (kesadaran melek
lingkungan hidup) secara
konsen sebagai upaya
pentingnya menjaga dan
melestarikan lingkungan.
• Mengembangkan forum-forum
sadar lingkungan untuk
mengkaji isu-isu kerusakan
lingkungan serta terus
melakukan seminar publik
mengenai situasi dunia
terutama pemanasan global,
penipisan ozon, limbah pabrik,
dan lain- lain.
• Turut berpartisiasi dalam
mengkampanyekan hidup
cinta lingkungan.

2. LEMBAGA
Untuk menunjang mimpi, ide, gagasan, dan agenda aksi yang
dilaksanakan oleh pimpinan IPM diperbolehkan adanya unsur pembantu
pimpinan yang disebut sebagai lembaga. Lembaga adalah bagian yang
dibentuk oleh pimpinan IPM dalam melaksanakan hal-hal yang tidak dapat
ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan
pengembangan operasional program. Sedangkan batas wewenang dan
kedudukan lembaga IPM ditentukan dalam surat keputusan pimpinan yang
bersangkutan dan tidak dengan periodesasi yang ada di pimpinan IPM
namun lembaga IPM bertanggung jawab kepada pimpinan IPM pada
tingkatan yang sedang aktif menjadi pimpinan. Personalia lembaga IPM
direkrut dari anggota IPM, simpatisan atau pelajar muslim lain yang
dianggap dapat mengemban amanah lembaga dan diberi tanggung jawab
oleh masing-masing pimpinan. Pimpinan IPM berhak dan berkewajiban
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga khusus di
tingkat yang bersangkutan.

LEMBAGA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA INSANI (LaPSI)


1 Visi Membangun budaya riset, sebagai
wadah dari pengembangan
keilmuan, isu strategis dan inovasi
pergerakan sekaligus membantu
pengambilan keputusan pimpinan
IPM yang berbasis riset.
2 Sistem Gerakan Meningkatkan budaya riset, dan
pelatihan metodologi riset di
kalangan pelajar sebagai wadah
pengembangan intelektual pelajar.
3 Organisasi dan Memperkuat kapasitas internal
Kepemimpinan organisasi dengan pengembangan
isu strategis dan riset.
4 Jaringan Membangun jaringan dengan
berbagai pihak sehingga pelajar
semakin tersadar dan berkembang
dalam budaya riset dan
pengambilan keputusan yang
rasional.
5 Sumber Daya Melahirkan peneliti-peneliti muda
sebagai kader intelektual ikatan dan
persyarikatan.
6 Aksi • Membangun budaya
riset.
• Membentuk tim riset.
LEMBAGA PUSTAKA PELAJAR
1 Visi Terwujudnya IPM sebagai
Organisasi pelopor budaya literasi
dalam peningkatan minat bakat
pelajar di Indonesia dan sejalan
dengan semangat mendorong
generasi berkemajuan serta siap
menghadapi tantangan global.
2 Sistem Gerakan Menghadirkan buku, majalah dan
media literasi lainnya untuk pelajar
di seluruh Indonesia serta menjadi
pengembang usaha bilingualisme di
tubuh IPM.
3 Organisasi dan Meningkatkan kualitas dan fungsi-
Kepemimpinan fungsi media sebagai
pengembangan minat dan bakat
pelajar, penanaman nilai-nilai
ideologi organisasi, membuka
cakrawala pengetahuan, dan
mempelopori spirit bilingualisme di
kalangan pelajar.
4 Jaringan • Memperkuat jaringan
kelembagaan 66 dengan
media-media pelajar dan
generasi muda di Indonesia.
• Komunikasi intensif dan
sinergi dengan seluruh
pimpinan IPM di berbagai
tingkat.
5 Sumber Daya Meningkatkan kualitas kader di
bidang literasi di berbagai tingkatan
yang secara spesifik mampu
menjalankan misi ikatan sesuai
perkembangan zaman khususnya
dalam hal peningkatan kemampuan
bahasa asing, mewujudkan budaya
keilmuan di kalangan pelajar, dan
mampu mengelola usaha
penerbitan media cetak.
6 Aksi • Meningkatkan kualitas
jangkauan pemberitaan dan
pendistribusian majalah
kuntum sebagai bagian dari
lembaga pustaka.
• Menerbitkan ulang artefak-
artefak ikatan dan
mendistribusikannya ke
seluruh Indonesia.
• Mempelopori usaha
bilingualisme artefak-artefak
ikatan yaitu penerjemahan ke
dalam bahasa Inggris.
LEMBAGA MEDIA
1 Visi Berkembangnya kemampuan
pemanfaatan media di IPM sebagai
sarana dakwah dan syiar Islam di
kalangan pelajar.
2 Sistem Gerakan Mengembangkan model
pengembangan media sebagai
sarana penguatan internal
organisasi dan penyebarluasan
gagasan melalui penyelenggaraan
kelas manajemen media bagi
pelajar
3 Organisasi dan Memperkuat kapasitas internal
Kepemimpinan organisasi melalui pemanfaatan
media.
4 Jaringan Membangun jaringan dengan
berbagai pihak. Lembaga media
sebagai langkah penguatan strategi
gerakan.
5 Sumber Daya Melahirkan kader yang sadar dan
mampu mengoptimalkan media
sebagai sarana dakwah dan syi’ar
IPM.
6 Aksi Mengembangkan jaringan media
yang dapat menyuarakan
kepentingan pelajar dan sesuai
dengan nilai-nilai dasar IPM.
AGENDA AKSI DAN REKOMENDASI
A. AGENDA AKSI
Ikatan Pelajar Muhammadiyah tumbuh dan bergerak sebagai
gerakan ilmu hadir mengisi ruang masyarakat dengan berbagai paradigma yang
telah dilaluinya. Kehadiran gerakan ilmu dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah
tidak bisa dilakukan tanpa ada rencana strategi yang dipersiapkan dalam forum
permusyawaratan IPM. Agenda aksi setiap periode IPM berubah-ubah seiring
dengan perkembangan waktu dan zaman namun tetap dengan tujuan yang
sama dalam mendorong gerakan IPM dengan kreatif dan lebih masif.
Jika kita mundur ke belakang agenda aksi yang diusung pada
Musywil XXI IPM Sulawesi Selatan, kita akan melihat delapan agenda aksi yakni
Pendampingan Teman Sebaya, Sahabat Qur’an, Korps Fasilitator, Gerakan
Pelajar Anti Narkoba atau Perangi Narkoba, Komunitas Olahraga dan Seni,
Konservasi Lingkungan Hidup, Gerakan Kewirausahaan Pelajar, dan Jihad
Literasi. Selanjutnya dalam Musywil XXII IPM Sulawesi Selatan disepakati tujuh
agenda aksi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan, yakni Gerakan
Jihad Literasi, Gerakan Pelajar Sehat, Penggunaan Teknologi Tepat Guna,
Gerakan Pelajar Anti Kekerasan, Populerisasi Gerakan, Student Earth
Generation, dan Studentpreneur.
Dilakukannya penyesuaian agenda aksi Musyawarah Wilayah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan, bukan berarti menghilangkan spirit
atau bahkan melupakan semangat gerakan yang sudah dirancang IPM periode
sebelumnya, melainkan membuat IPM lebih terfokus kepada dinamika yang
terjadi hari ini. Ditambah lagi Pandemi Covid 19 yang saat ini terjadi membuat
agenda aksi IPM perlu untuk dimaksimalkan dan dilengkapi.

1. Student Earth Generation (SEG)


a. Kerangka Dasar
Student Earth Generation adalah sebuah bentuk
perlawanan dari IPM untuk melawan para perusak lingkungan hidup.
Aksi nyata yang dilakukan oleh IPM melalui gerakan lingkungan hidup
merupakan perwujudan nyata atas respon pelajar terhadap keadaan
bumi saat ini. Kerja-kerja lingkungan hidup menjadi tawaran konkrit
dan memperbanyak kader-kader yang peduli terhadap
keberlangsungan aneka ragam perjuangan ekologis. Akar isu ekologi
dalam IPM bersumber dari wacana teologi pembebasan dan
pendidikan orang tertindas. Sebagai salah satu organisasi pelajar
yang sangat sistematis mengembangkan wacana progresif, maka
sangat wajar jika IPM justru yang pertama kali menggarap isu
ekoliterasi pelajar. Jika mendasarkan pada genealogi isu ekologi
dalam IPM, maka gerakan advokasi lingkungan harus terhubung
dengan misi teologi pembebasan dan semangat pendidikan
pembebasan. Hal ini untuk menepis anggapan bahwa kampanye
lingkungan di kalangan anak muda Muhammadiyah bernada
pembangunanisme.

b. Tujuan
1) Gerakan Penyadaran tentang bahaya kerusakan lingkungan
hidup.
2) Menciptakan kader ekologis yang progresif dalam bingkai Islam
berkemajuan.
3) Menciptakan kader yang sadar sosial-ekologis.
4) Membangun kesadaran kolektif untuk penguatan basis massa
tentang pentingnya penyelamatan krisis iklim.
5) Memupuk kesadaran kritis tentang kebijakan publik yang
kontra-ekologis.

c. Pengorganisasian
Pengorganisasian Student Earth Generation diperlukan
dalam setiap lini pimpinan dan sistem perkaderan formal dalam
rangka penguatan ekopedagogi di dalam ranah organisasi IPM.
Masing-masing pimpinan dapat mengambil isu permasalahan
lingkungan di sekitarnya dan ikut aktif serta berkolaborasi dengan
komunitas penggiat lingkungan untuk membantu advokasi dan
penyelamatan, Pelaksanaan tersebut dapat dioptimalkan dengan
mengadakan pesantren ekologi.

d. Pelaksanaan
1) Penyadaran: Campaign Lingkungan di media sosial baik dalam
bentuk infografis ataupun pamflet sederhana terkait
permasalahan lingkungan sekitar.
2) Pembentukan: setelah campaign dilakukan, pembentukan
aktivis lingkungan perlu dibuat dengan didampingi fasilitator
baik dari NGO, Dinas Lingkungan Hidup maupun program
penyuluhan dari pemerintah seputar lingkungan.
3) Aksi: Tahapan ini diharapkan kader IPM dapat melakukan
pengembangan ekologis dari ekopedagogi sehingga ada
agenda yang dirancang melalui permasalahan yang ada di
sekitar.
4) Pengujian: Dengan adanya tahapan ini, diharapkan kelompok
penggerak lingkungan dapat mengikuti lomba lomba terkait
lingkungan baik dari pemerintah ataupun organisasi
Muhammadiyah, langkah ini juga sekaligus bisa memberikan
dampak dan inspirasi bagi sekitar.
5) Monitoring: Selama pelaksanaan berlangsung, tahapan
monitoring jangan sampai dilupakan. Pimpinan IPM perlu untuk
melakukan monitoring jika terdapat kendala seputar
pelaksanaan, dan kader yang telah terlibat dan memberikan
dampak diharapkan dapat bereksplorasi sesuai
kemampuannya.

2. Gerakan 1001 Creativepreneurship


a. Kerangka Dasar
Creativepreneur adalah proses untuk melakukan usaha
atau bisnis dengan basis kreatif. Menurut pakar marketing Llise
Benun (2011) adalah seseorang yang memulai atau menjual
bisnisnya menggunakan ide kreatif. Maka, dengan basis ide kreatif
tersebut dapat meningkatatkan produktifitas dan daya saing di dunia
kewirausahaan.
Gerakan 1001 Creativepreneur diupayakan menjadi solusi
dalam berwirausaha di zaman teknologi industri dan pasar bebas
yang tanpa batas. Gerakan ini juga membuka lebar ruang gerak dan
peluang bagi para pelajar untuk berwirausaha dengan adaptasi baru,
melalu ide-ide kreatif pelajar.
Di era industri 4.0 dan ditambah lagi dengan wabah
pandemi covid-19 saat ini, IPM Sulsel benar-benar dituntut untuk
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Salah
satunya adalah bagaimana pelajar yang terdampak pandemi tetap
dapat mandiri dan berkreatifitas dalam berwirausaha.
Pengembangan dan pemanfaatan ide kreatif pelajar dalam
berwirausaha diharapkan mampu menjadikan problem yang terjadi
saat ini menjadi sebuah peluang besar dalam memulai berbagai
gerakan yang adaptif.
Gerakan ini juga dapat menjadi wadah bagi kader dalam
mengembangkan potensi dan bakat dalam berwirausaha dengan ide
dan kreatifitas yang dimiliki sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi yang pesat. Sehingga kedepannya terwujudnya
kemandirian ekonomi dari hasil daya kreatifitas yang inovatif dan
adaptif.

b. Tujuan
Adapun tujuan dari agenda aksi ini yaitu:
1) Menumbuhkan kesadaran pelajar dalam ikut menumbuhkan
gerakan creativepreneur
2) Mendorong kader IPM membuka sumber daya keuangan yang
baru dan adaptif
3) Terwujudnya pelajar yang berdikari dalam finansial
4) Sebagai wadah kader dalam berkarir di bidang ekonomi kreatif
c. Pengorganisasian
Pengorganisasian gerakan ini yaitu:
1) Pembentukan Komunitas
2) Unit usaha kecil/Menengah
3) Perusahaan Rintisan (Start Up)
d. Pelaksanaan
1) Pemetaan Potensi
Hal pertama yang harus dilakukan dalam agenda
aksi ini ialah melakukan pemetaan terhadap potensi-potensi
yang dimiliki kader IPM Sulsel. Pemetaan tersebut dilakukan
guna melihat potensi apa saja yang dapat dijadikan patron
penggerak gerakan cretivepreneur. Setelah pemetaan
dilakukan, barulah kemudian menentukan kegiatan seperti apa
yang dapat menunjang potensi kader tersebut dalam
berwirausaha dengan kreatif.
2) Menyediakan Wadah Komunikasi
Tahap pelaksanaan selannjutnya ialah dengan
menyediakan sarana komunikasi sebagai wadah bagi kader
IPM Sulsel yang memiliki potensi dalam menunjang kegiatan
ekonomi kreatif. Sarana atau wadah komunikasi tersebut dapat
dijalankan melalui perangkat media sosial, di antaranya yaitu;
grup whatsapp, grup telegram, facebook, dan sarana
telekomunikasi lainnya. Hal ini agar seluruh kader IPM Sulsel
yang memiliki potensi dalam kreatifitas dan wirausaha dapat
berkumpul dalam satu platform grup media sosial. Dengan
begitu, dapat mempermudah akses untuk memasarkan produk
hasil kreatifitas kader, serta terjalinnya komunikasi yang intensif
antara kader yang memiliki minat dan bakat kreatifitas
penunjang creativepreneur.
3) Pelatihan Kewirausahaan
• Menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan, yaitu
dengan melatih kemampuan kader dalam berwirausaha
dan mengasah potensi yang dimiliki kader IPM Sulsel
dalam sebuah workshop pelatihan kewirausahaan.
Pelatihan kewirausahaan merupakan proses penting
dalam menstimulus kader guna melahirkan ide-ide yang
kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap persaingan dunia
usaha.
• Ikut serta dalam pelatihan kewirausahaan baik yang
diselenggarakan oleh internal IPM dan Muhammadiyah,
maupun oleh instansi eksternal lainnya. Sehingga,
wawasan kader terhadap perkembangan ide dan
kreatifitas dalam ekonomi kreatif tetap eksis.
4) Memfasilitasi Konsumen dan Kader IPM yang berpotensi
menjadi produsen.
Dalam proses penjualan atau pemasaran hasil
produksi kreatif kader, tentu jangkauan konsumen terhadap
produksi tersebut perlu untuk diperhatikan. Untuk itu, pemilihan
dan pembentukan wadah atau tempat strategis dalam suatu
platform sebagai fasilitas untuk mempermudah dan
mempercepat bertemunya produsen atau penyedia jasa
dengan konsumen atau pengguna jasa.
Dengan usaha tersebut, diharapkan kader IPM yang
berpotensi menjadi produsen dari sebuah barang atau jasa
dengan ide dan kreatifitasnya dapat lebih mudah dalam
memulai dan menumbuhkembangkan potensinya sebagai
creativepreneur.
3. Pemberdayaan Teman Sebaya
a. Kerangka Dasar
Dengan basis massa pelajar, IPM memiliki potensi yang
luar biasa untuk melakukan pemberdayaan dengan menggerakkan
pelajar dalam prosesnya. IPM mengemas hal tersebut dalam bentuk
pemberdayaan teman sebayanya yang telah digunakan sejak tahun
2018. Dalam perkembangannya, agenda ini telah dengan apik
diejawantahkan menjadi aksi kreatif. Dengan gerakan pemberdayaan
teman sebaya menjadi wujud nyata peran IPM hadir di tengah-tengah
kehidupan para pelajar dan remaja berusia sekolah. Usia pelajar dan
remaja merupakan fase pencarian jati diri dan identitas, banyak
fenomena yang seringkali tidak terduga dan dialami. Dinamika dalam
proses pendidikan, aktualisasi minat dan bakat hingga dalam hal
pergaulan dengan lawan jenis maupun dengan lawan pergaulan
lainnya. Problem-problem ketidakramahan lingkungan acapkali
dialami oleh remaja dan atau pelajar dalam fase yang rentan tersebut.
Maka kehadiran IPM sebagai teman bagi pelajar dengan gerakan
pemberdayaan teman sebaya diharapkan mampu menjadi ruang
alternatif yang ramah bagi proses perkembangan remaja.

b. Tujuan
1) Bentuk penyadaran pelajar terhadap pentingnya
pemberdayaan teman sebaya.
2) Upaya pemenuhan terhadap isu-isu pelajar terkait dengan
kesehatan mental, HKSR, Pembelajaran akademik dan wadah
minat bakat pelajar.

c. Pengorganisasian
Pemberdayaan teman sebaya perlu menjadi gerakan
yang holistik dan massif secara serius bukan hanya
diimplementasikan dan menjadi konsep di tataran Pimpinan Pusat
tapi secara masif dapat dilaksanakan pada semua level pimpinan
hingga ke individu setiap pelajar dengan pembagian ranah
kerja/peran yang lebih efektif.

d. Pelaksanaan
1) Peer Counselour IPM (PCI)
Isu kesehatan mental, HKSR dan kenakalan remaja menjadi
problem yang cukup signifikan di lingkungan pelajar. Kesehatan
mental dan HKSR yang menjadi pekerjaan rumah multi sektor
belum juga menemui kondisi yang baik. Menciptakan
lingkungan dan Pendidikan yang ramah terhadap kesehatan
mental dan HKSR yang komprehensif menjadi salah satu upaya
yang perlu dilakukan. Fenomena kenakalan remaja dan
kekerasan yang dialami oleh pelajar khususnya perempuan
juga semakin variatif. Pendekatan edukasi bagi para pelajar dan
remaja, proses pelaporan, aduan dan penanganan terhadap
tindak kekerasan belum massif, apalagi di dalam lingkungan
sekolah. Maka dari itu, kondisi psikologis pelajar yang memang
sulit untuk terbuka kepada orang lain, menyebabkan kasus
kekerasan yang seringkali dialami tidak dilaporkan dan berakhir
dengan tidak adanya penanganan yang serius. Maka dari itu,
IPM harus hadir sebagai teman sebaya bagi pelajar yang
mendampingi pelajar dalam setiap fase yang dialami. PCI
sendiri telah memiliki panduan teknis.
2) Peer Edu IPM
IPM hadir dan ada untuk kemaslahatan pelajar di Indonesia.
Dalam kondisi pandemic seperti sekarang ini, kehadiran IPM
sangat dibutuhkan dalam proses pendampingan para pelajar.
Keberadaan IPM bagi pelajar harus benar-benar dirasakan
manfaatnya. Tidak hanya di situasi pandemic, di kondisi apapun
IPM harus tetap hadir bagi pelajar. Peer Edu merupakan salah
satu program IPM yang diarahkan untuk memudahkan para
pelajar agar bisa mengakses sarana belajar dimanapun dan
kapanpun. Bentuk aksinya dapat berupa:
a) Platform ruang belajar bersama
IPM tingkat pusat/ Wilayah/Daerah dapat membentuk satu
platrofm yang berbentuk aplikasi ataupun ruang media
yang lain, yang memberikan kemudahan bagi pelajar dan
kader IPM untuk mengakses sarana, fasilitas dan media
belajar ataupun pembelajaran.
b) Bersama sama-sama belajar
Setiap kader IPM bersama-sama menjadi teman belajar,
sumber belajar bagi sesama pelajar yang lain. Dengan
kata lain, belajar dengan teman sendiri. Diharapkan
dengan adanya program ini, IPM memberikan kemudahan
belajar yang sangat bisa dirasakan di kalangan pelajar
dan IPM semakin dekat dengan pelajar di Indonesia.
3) Peer Skill IPM
Potensi minat bakat pelajar sering kali dianggap menjadi bagian
pelengkap dari diri pelajar sehingga memaksimalkan dan
mengaktualisasikan minat menjadi pekerjaan sampingan atau
jika sempat. Di sisi lain pelajar yang memiliki minat pada hal
tertentu justru tidak jarang dianggap nakal dan tidak pandai di
bidang akademik. Potensi dan minat bakat justru menjadi salah
satu faktor penting dalam pencarian jati diri dan passion remaja.
Maka IPM perlu hadir menjadi rumah kreatif pelajar sebagai
wadah penyaluran minat dan bakat pelajar. Melalui program
Peer Skill IPM menjadi fasilitator bagi pelajar menciptakan
ruang untuk berkembang sesuai potensi dan minatnya bersama
teman remajanya dengan bebas dan terbuka.
4. Ruang Bersama
a. Kerangka Dasar
Ruang bersama adalah sebuah wadah sekaligus
campaign terhadap isu kesetaraan gender yang terjadi di
masyarakat. Dengan adanya ruang bersama pelajar diharapkan
mampu memahami seputar inklusi gender yang sering dianggap
remeh. Isu nkilusi dan kesetaraan menjadi sangat erat kaitannya
dimana keduanya saling berhubungan dalam konteks permasalahan
di masyarakat. Ketidaksetaraan sangat erat kaitannya dengan
eksklusi sosial yang dapat mendorong masyarakat miskin ke dalam
kemiskinan lebih kompleks seperti sulitnya mengakses pendidikan
dan kesehatan yang layak. Mereka yang tereksklusi, berdasarkan
gender, ras, status sosial, etnisitas, agama atau kemampuan fisik
sering dihadapkan dengan berbagai bentuk perampasan/kehilangan
hak dan kesempatan yang berakibat pada lebih rendahnya status
sosial dan tingkat pendapatan; akses yang lebih terbatas pada
kesempatan kerja dan pelayanan dasar, serta tidak adanya
suara/pelibatan dalam pengambilan keputusan. Tentunya hal
tersebut juga sangat berpengaruh baik dampak ataupun juga dialami
sendiri oleh pelajar. Ruang bersama adalah sebuah wadah sekaligus
campaign terhadap isu kesetaraan gender dan membangun
semangat inklusifitas di masyarakat. Dengan adanya ruang bersama
pelajar diharapkan mampu memahami dan menginternalisasikan nilai
kesetaraan dan inklusifitas di kalangan pelajar.

b. Tujuan
1) Penyadaran pelajar terhadap pentingnya isu gender dan
kesetaraan yang sering menjadi stigma di masyarakat.
2) Membangun inklusifitas dalam setiap narasi dan aktivitas
gerakan IPM.
c. Pengorganisasian
Sebagai gerakan dalam bentuk wadah untuk
memainstreamingkan kesetaraan dan inklusifitas, Ruang Bersama
dapat dibentuk baik dari tingkat Pimpinan Pusat sampai pada tataran
grassroot dan komunitas.

d. Pelaksanaan
1) Campaign Kesetaraan dan inkusifitas
Campaign yang dimaksud berupa seminar atau diskusi Youth
camp dengan tema kesetaraan dan inklusi secara masif melalui
beragam platform media online dan juga secara kultural di
kalangan pelajar. Melalui campaign ini diharapkan muncul
kader-kader pelajar yang akan menjadi pelopor dalam
membangun kesetaraan dan inklusiifitas di kalangan pelajar.
2) Pembentukan forum kreatif
Forum kreatif ini diciptakan sebagai perwujudan dari ruang
bersama untuk menjadi wadah berdiskusi, berbagi dan
memainstreamkan kesetaraan dan inklusifitas melalui praktik-
praktik kreatif dan pembiasaan dalam aktifitas organisasi.
Forum kreatif dapat berupa ruang virtual dengan beragam
media sosial dan tempat khusus yang dirancang sebagai ruang
bersama seperti rumah baca, cafe, basecamp dan lain
sebagainya.

5. Nuun Khutlah Dakwah


a. Kerangka Dasar
Dalam perjalanan Muhamamdiyah yang memasuki
periode abad kedua, identitas sebagai gerakan dakwah harus tetap
dipertahankan meski tengah berada di zaman milenial. Tentunya hal
ini harus diikuti oleh organisasi otonom (ortom) yang bernaung di
bawahnya, tak terkecuali IPM sebagai wadah pertama perkaderan
Muhammadiyah di kalangan pelajar. Hal ini juga akan menegaskan
identitas IPM sebagai gerakan dakwah yang akan terus mengawal
cita-cita Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang akan
mewujudkan Islam yang sebenar-benarnya.
Konsep dakwah yang telah diusung Muhamamdiyah
ketika Muktamar 37 di Yogyakarta ialah Gerakan jamaah dakwah
jamaah, yang kemudian mengalami penyempurnaan pada muktamar
38 di Ujung Pandang. Selanjutnya diputusukan sebagai program
jangka panjang persyarikatan pada muktamar 39 di Padang. Program
ini diproyeksikan untuk menggalakkan kembali pembinaan jamaah,
seperti yang dilakukan Kyai Dahlan sebagai cikal bakal perubahan
komponen GJDJ terdiri dari jamaah, inti jamaah, pendamping
jamaah, dan dakwah jamaah.
Dalam melaksanakan tugas suci tersebut, dibutuhkan
aktor-aktor dakwah atau yang sering disebut dengan dai atau
mubaligh yang mumpuni baik secara pengetahuan maupun
metodologis. Oleh karenanya diperlukan sebuah pelatihan dai
sebagai upaya memberikan bekal, baik bekal keilmuan maupun
metode dakwah.
Pelatihan dai bagi pelajar Muhammadiyah saat ini
merupakan suatu kebutuhan yang mendesak mengingat akan
sulitnya mencari kader dai yang siap terjun ke lapangan dalam rangka
melakukan aktivitas dakwah di kalangan pelajar. Juga yang menjadi
agenda wajib untuk dimasifkan adalah IPM mewadahi pelajar dalam
belajar Al-Qur’an yang realitanya hari ini mulai kehilangan esensinya
bagi masyarakat khususnya pelajar.
b. Tujuan
1) Mewujudkan pribadi kader yang memiliki wawasan keislaman
yang kritis dan berkemajuan serta rahmatan lil alamin.
2) Terwujudnya pelajar Muhammadiyah yang Qur’ani yang sejalan
dengan tujuan Muhammadiyah.
3) Terwujudnya pemahaman yang mendalam terhadap kitab suci
Al-Qur’an yang mampu melahirkan Hafidz/Hafidzah atau ahli
Qiro’at.
4) Mencetak kader dai pelajar Muhammadiyah yang mumpuni
dalam keilmuan dan metode dakwah yang sesuai dengan
zamannya.
5) Memperkuat ideologi Muhammadiyah
6) Mewujudkan gerakan dakwah Islam pelajar yang inspiratif,
menggembirakan dan mencerahkan.
c. Pengorganisasian
Nuun Kutlah Dakwah perlu menjadi gerakan yang holistik
dan masif secara serius bukan hanya diimplementasikan dan menjadi
konsep di tataran Pimpinan Wilayah saja, tapi secara masif dapat
dilaksanakan pada semua level pimpinan hingga ke individu setiap
pelajar dengan pembagian ranah kerja/peran yang lebih efektif.

d. Pelaksanaan
1) Pengkajian Islam Rutin (PIR)
Pengkajian Islam Rutin (PIR) merupakan pengajian yang
diselenggarakan secara rutin oleh IPM sebagai bagian dari realisasi
IPM sebagai gerakan dakwah. Pengajian Islam Rutin muncul pada
Muktamar IPM di Surakarta pada tahun 2008. Dalam Tanfidz
Muktamar IPM di Surakarta tersebut, PIR hanya dikhususkan bagi
Pimpinan Ranting. Akan tetapi, hasil diskusi PDPM Nasional 2018
menyepakati PIR tetap senagai nama besar pengajian IPM secara
struktural. Sehingga PIR sampai hari ini masih mejadi agenda
pengkajian dari Pimpinan Ranting hingga Pimpinan Pusat.
PIR dilaksanakan sekali dalam sepekan secara berkelanjutan. Setiap
triwulan diadakan halaqoh akbar bagi seluruh kelompok yang ada di
bawah Pimpinan Daerah setempat. Hal ini bertujuan untuk menjalin
silaturahim antar kelompok dalam komunitas PIR dan dapat diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Seperti tabligh akbar,
bakti sosial, rihlah, dan sebagainya.
Gerakan dakwah di kalangan pelajar harus berorientasi pada hasil
yang dicapai oleh setiap peserta dalam kelompok PIR yang dapat
diukur oleh indikator-indikator sebagai berikut:
a. Memahami dengan baik dan benar ideologi Muhammadiyah.
b. Mampu mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam
keseharian.
c. Terdapat perubahan perilaku menjadi lebih baik.
d. Istiqomah menjalankan kewajiban-kewajiban normatif dalam
beragama seperti shalat lima waktu.
e. Berkontibusi aktif dalam agenda sosial kemasyarakatan.
f. Ghirah literasi meningkat.

2) Sahabat Qur’an
Kegiatan ini merupakan pendampingan pelajar dengan
memfokuskan perhatian terhadap Al-Qur’an sebagai pedoman dalam
menjalankan kehidupan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
menumbuhkan kecintaan dan semangat pelajar dalam mempelajari,
mentabburi dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-
hari. Kegiatan ini dapat dilaksanakan sekali dalam sepekan atau
sesuai dengan kesepakatan.
Dalam pengimpletasinnya aspek yang harus diperhatikan
meliputi peserta, fasilitator dan fasilitas. Sekurang-kurangnya dalam
satu kelompok berjumlah 10 orang yang akan dikoordinir langsung
oleh Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah. Selanjutnya perlu
dipilah dengan baik fasilitator yang bertugas dalam mengajar.
Fasilitator yang bertugas minimal telah tuntas pada persoalan
makharijul huruf, sifat huruf, dan hukum tajwid.
Faktor penting lainnya adalah fasilitas yang baik untuk
mendukung kondusifitas dalam belajar. Di antaranya dengan tempat
yang mendukung, buku pedoman yang tersedia, tenaga fasilitator
yang mumpuni dan dukungan para orang tua santri dan masyarakat.
3) Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah
Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah ini terdiri dari empat
jenjang,yaitu a) Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah Tingkat I
(PDPM I) yang diselenggarakan di Cabang; b) Pelatihan Dai Pelajar
Muhammadiyah Tingkat II (PDPM II) yang diselenggarakan di
Daerah; c) Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah Tingkat III (PDPM
III) yang diselenggarakan di Wilayah; dan d) Pelatihan Dai Pelajar
Muhammadiyah Nasional (PDPM Nasional) yang diselenggarakan
oleh Pimpinan Pusat.
Pelatihan Dai merupakan salah satu upaya pelaksanaan
Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah yang dimulai dengan
pembentukan inti jamaah, peningkatan kapabilitas kader dalam
melakukan gerakan dakwah sesuai zamannya, dan menjadi wadah
dalam menjawab isu lokal maupun nasional dalam rangka memberi
solusi krisis dai dan penguatan ideologi Muhammadiyah.

6. Palajar Cerdas Mencerdaskan


a. Kerangka Dasar
Agenda aksi ini adalah sebuah respon IPM Sulawesi
Selatan melalui sebuah refleksi dan evaluasi pimpinan terhadap
menurunnya kapasitas dan kualitas intelektual kader di setiap lini
pimpinan. Di sisi lain kader IPM meningkat secara kuantitas, namun
menurun secara kualitas, Aksi nyata dilakukan oleh IPM dengan
berbagai kegiatan dan aktifitas untuk meningkatkan kapasitas kader
IPM seperti budaya literasi yang merupakan perlawanan nyata
terhadap keadaan internal kader IPM. Gerakan ini merupakan wujud
nyata dan aksi kreatif bahwa IPM tetap memperhatikan kondisi
internal kader ikatan pelajar muhammadiyah dari masa ke masa.
Ikatan pelajar muhammadiyah memiliki potensi yang
cukup tinggi serta peluang yang cukup banyak dan tidak hanya
sampai di situ, relasi yang terbangun baik secara person maupun
secara kelembagaan juga ikut menopang agar kader-kader Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan memiliki daya saing yang
tinggi dan mampu memberi efek positif yang lebih terhadap
organisasi dan lingkungan di sekitar.
Yang diupayakan dalam agenda aksi ini adalah
membangkitkan kesadaran di setiap lini pimpinan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah dan membangun aktifitas intelektual secara massif
dan berkelanjutan. Aktifitas yang dimaksud tidak hanya berorientasi
terhadap diri sendiri melainkan mampu berkolaborasi dan
memberikan dampak yang baik dalam dunia pelajar.
b. Tujuan
1) Membangkitkan kesadaran Kader IPM terhadap kondisi internal
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2) Membentuk Kader IPM berwawasan luas melalui budaya
literasi.
3) Membentuk budaya kritis.
4) Memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kapasitas kader.
5) Menciptakan ruang transfer ilmu yang tidak terbatas.
6) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) IPM Sulawesi
Selatan.
c. Pengorganisasian
Dalam agenda aksi ini keterlibatan seluruh elemen
pimpinan dan lintas struktur sangat dibutuhkan. Dari tataran
grassroot hingga pimpinan wilayah perlu keterlibatan secara masif
dalam rangka mencerdaskan dan meningkatkan kapasitas intelektual
internal kader IPM. Ikatan pelajar muhammadiyah sejak periode
muktamar XXI Tahun 2018 di Sidoarjo memiliki aset yang dapat
dibanggakan yaitu strategi dakwah komunitas. Melalui potensi ini
nantinya menjadi wadah yang cukup efektif dan efisien dalam
meningkatkan kapasitas intelektual kader IPM.
d. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan kami tidak membatasi masing
masing tingkatan organisasi maupun komunitas dalam upaya
mencerdaskan dan meningkatkan kapasitas kader, namun hanya
sebatas memberikan gambaran agenda aksi:
1) Meningkatkan Habitus Literasi
Sejak muktamar XX Samarinda, Ikatan Pelajar Muhammadiyah
hadir dengan isu jihad literasi sebagai upaya yang dilakukan
untuk menambah wawasan keilmuan pelaja. Oleh karena itu
IPM Sulawesi Selatan perlu menggalakkan isu literasi mulai dari
membaca dan menulis hingga masuk pada tahap riset. Dengan
ketiga proses tersebut diharapkan dalam pelaksanaannya akan
menjadi kebiasaan seorang kader IPM di Sulawesi Selatan
secara khusus.
2) Membudayakan Distribusi Pengetahuan
Dengan adanya aktivitas distribusi pengetahuan, akan menjadi
penunjang dalam mencerdaskan dan meningkatkan kapasitas
kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah, distribusi pengetahuan
tentunya bukan hanya berbicara tentang person kader IPM
melainkan pengejawantahan pengetahuan dalam tindakan
amali yaitu perang melawan sempitnya akal serta pendeknya
pengatahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara yang dianggap efektif seperti memasifkan kelompok
diskusi, kolaborasi antar kader dalam menghasilkan sebuah
karya yang ringan namun menarik (menulis, membuat buku dll),
digitalisasi pengetahuan menggunakan audio dan visual audio,
pengadaan perpustakaan digital (E-library) hingga sampai pada
pengadaan taman baca dan meningkatkan fungsi dari
komunitas literasi secara masif.
3) Aktualisasi Diri dalam Lintas Kegiatan dan Event IPM
Setalah adanya proses literasi dan distribusi pengetahuan
tentunya yang menjadi tolok ukur dari sebuah pengetahuan
adalah keterlibatan kader IPM dalam berbagai bidang. Dalam
aksi ini kader digiring agar mampu mengaktualisasikan diri
sebagai hasil dari proses yang panjang dengan dalih mampu
diandalkan baik di Internal IPM maupun di berbagai sektor
kehidupan sosial dan masyarakat seperti dalam ruang lingkup
perkaderan, diskusi kader, serta forum–forum dialektika lainnya
yang pastinya menginginkan figur yang berkualitas juga
profesional guna menjamin nilai atau materi yang diinginkan
sampai kepada pendengar sesuai dengan keinginan.

7. Lingkar Pelajar Santun, beradab, dan berbudaya (Lipa Sabbe)


a. Kerangka Dasar
Indonesia adalah negara multicultural yang terdiri dari
banyak suku dan budaya, disatukan dengan slogan Bhineka Tunggal
Ika yang berarti berbeda-beda namun tetap satu jua. Letak Indonesia
yang strategis mengakibatkan kita mudah terdampak oleh tingginya
intensitas budaya global yang masuk ke Indonesia dan tentunya
mengancam keberadaan budaya lokal. Ditambah dengan pesatnya
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
menghasilkan modernisasi kehidupan yang berdampak pada
percepatan arus informasi, komunikasi dan teknologi yang mewarnai
perubahan pola kehidupan manusia.
Pengaruh modernisasi terhadap kehidupan berbangsa
tidak dapat dipungkiri lagi, khusunya pada pelajar dan remaja. Hal ini
berdampak pada mengikisnya nilai budaya luhur bangsa kita.
Ketergantungan pada teknologi dan informasi menjadikan pelajar hari
ini memiliki karakter yang labil, inkonsistensi, dan cenderung
individualis. Sistem nilai mulai terabaikan dalam proses pembelajaran
yang mengakibatkan ketimpangan intelektual dan emosional
disebabkan arus globalisasi berpotensi mengikis jati diri bangsa
dalam bidang pendidikan.
Oleh sebab itu, melestarikan nilai kearifan lokal (local
wisdom) adalah salah satu cara untuk mempertahankan kaidah-
kaidah lama, yang bernilai positif tetapi sudah lama ditinggalkan oleh
masyarakat bahkan dilupakan para pelajar hanya karena takut jika
dianggap ketinggalan zaman dan lain sebagainya.
Merujuk berbagai fenomena dampak globalisasi pada
generasi muda dan kaitannya dengan terdegradasinya nilai kearifan
lokal pada era globalisasi, maka peran organisasi untuk
mentransformasikan nilai-nilai kearifan lokal menjadi sangat penting.
Internalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pembinaan,
pembentukan sikap, mental, moral dan keteladanan para kader yang
mencerminkan implementasi kearifan lokal pada kepribadiannya
merupakan hal yang hendaknya menjadi suatu media solusi untuk
mereduksi dampak negatif dari globalisasi bagi pelajar.
Sebagai pelajar khususnya pelajar Sulawesi Selatan
mestinya paham dan mampu mengimplementasikan berbagai
kearifan lokal Sulawesi Selatan tersebut baik dalam bentuk aktifitas
struktural maupun kultural sebagai filterilisasi dalam menghadapi
efek negatif moderenisasi khusunya degradasi moral. Dengan
harapan dalam pengimplementasiannya dapat terwujud pelajar
modern yang santun, beradab dan berbudaya.
b. Tujuan
1) Menghidupkan kembali kearifan lokal Sulawesi Selatan di
kalangan pelajar.
2) Mendorong keseimbangan intelektual, spiritual dan emosional
pelajar.
3) Membangun identitas pelajar Sulawesi Selatan dalam rangka
menyeleksi (filter) dampak negatif globalisasi.
4) Mencegah terjadinya degradasi nilai-nilai etika dan moral di
kalangan pelajar.
c. Pengorganisasian
Pelaksanaan agenda aksi ini memerlukan partisipasi aktif
IPM pada berbagai level pimpinan dari tingkat pimpinan wilayah
hingga ke tingkat pimpinan ranting. Pelaksanaan kegiatan turunan
baik dalam bentuk program kerja maupun aktivitas lain, sangat
direkomendasikan untuk menggandeng pihak lain baik dari pihak
pemerintah, komunitas, budayawan, hingga masyarakat adat demi
tercapainya substansi dari agenda aksi ini. Di sisi lain, kolaborasi
yang dilakukan bersama pihak lain dalam pelaksanaan agenda aksi
ini mampu mendorong peningkatan popularitas Ikatan Pelajar
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan
pemuda di Sulawesi Selatan dengan basis massa pelajar.
d. Pelaksanaan
Agenda aksi Lingkar Pelajar Santun, Beradab, dan
Berbudaya merupakan agenda aksi lokal yang ditawarkan dan
dibahas dalam Musyawarah Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan. Sebagai sebuah agenda aksi baru, Lingkar Pelajar
Santun, Beradab, dan Berbudaya ini perlu disosialisasikan dan
dikawal secara massif realisasinya. Adapun pelaksanaan dari
agenda aksi ini meliputi:
1) Penguatan wawasan terkait kearifan lokal
Tahap ini sebagai langkah awal yang perlu dilakukan untuk
memperkenalkan dan menambah wawasan pelajar terkait
kearifan lokal Sulawesi Selatan yang dinilai mampu menjadi
bagian penting dalam membentuk karakter pelajar dan
diharapkan menjadi benteng dalam menghadapi efek buruk
globalisasi. Penguatan wawasan ini dapat dilakukan melalui
diskusi, kajian, edukasi digital, dan dijadikan bagian dalam
kurikulum perkaderan.
2) Penanaman nilai-nilai kearifan lokal melalui komunitas
Tahap ini merupakan langkah lanjutan setelah penguatan
wawasan terkait kearifan lokal dilaksanakan. Pada tahap ini,
pelajar diharapkan mampu mengimplementasikan pemahaman
terkait kearifan lokal khususnya dalam komunitas masing-
masing. Komunitas dijadikan sebagai sasaran utama karena
komunitas pada umumnya terdiri dari orang-orang yang
memiliki ketertarikan pada satu hal yang sama dinilai menjadi
wadah yang sangat potensial dalam rangka distribusi dan
penananaman nilai.
3) Studi budaya
Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan untuk melibatkan
pelajar memahami lebih jauh terkait kearifan lokal di Sulawesi
Selatan. Pada tahap ini, IPM pada berbagai level pimpinan
diharapkan mampu memfasilitasi pelajar untuk mengenal
masyarakat adat di Sulawesi Selatan yang masih menjunjung
tinggi implementasi kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.
B. REKOMENDASI
1. Rumah Komunitas
Strategi Gerakan Komunitas Ikatan Pelajar Muhammadiyah
sudah beberapa kali dilakukan oleh IPM, gerakan ini cukup masif dilakukan
pada pergerakan akar rumput dan sudah menghasilkan banyak
pergerakan komunitas. Dalam perjalanannya komunitas kreatif IPM
membawa dampak besar bagi kader mulai dari Sumber Daya Kader, Karya
dan inovasi dilakukan dalam meramaikan perjuangan dakwah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah.
Sebagai bentuk gerakan sosial baru, pergerakan komunitas
IPM mampu banyak berkolaborasi dengan pihak dan stakeholder terkait,
kegiatannya pun juga sangat diminati dan digemari oleh generasi Milenial
dan generasi Z. Ciri khas dari ketertarikan dan kesamaan minat
menjadikan pergerakan komunitas sangat digemari di setiap ruang lingkup
dalam hal ini pelajar baik mereka yang berstatus kader ataupun nonkader,
pergerakan berbasis komunitas ini diharapkan tetap terus berlangsung
dalam setiap periodesasi IPM sebagai bentuk menjaga semangat dan
kiprah Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Pergerakan komunitas Ikatan Pelajar Muhammadiyah sampai
pada titik dimana para penggerak komunitas perlu adanya ruang himpun
antar komunitas. Ruang inilah yang menjadi dasar perlu adanya rumah
komunitas yang berfungsi sebagai wadah apresiasi anggota komunitas,
kolaborasi lintas komunitas, laboratorium riset dan pengembangan
komunitas. Sehingga rumah komunitas dapat menjadi dongkrak
pergerakan dan tempat untuk memaksimalkan potensi dan bakat antara
kader.
Rumah komunitas ini bisa berbentuk sebuah tempat berkumpul,
base camp berkreasi atau ruang terbuka daring dimana anggota bisa
saling berinteraksi, meminta pendapat, berkolaborasi dengan pimpinan
IPM sebagai penanggung jawab atau penasehat di dalamnya
2. Digitalisasi Organisasi
Revolusi industri ke empat atau biasa disebut dengan istilah
revolusi industri 4.0 yang muncul pada awal abad 21 menunjukkan fenoma
besar – besaran dalam dunia teknologi. Hal ini selanjutnya disusul oleh era
milenial ketika segalanya serba canggih. Era ini ditandai dengan
tersedianya informasi secara instan dan akses terhadap informasi yang
dengan sangat mudah dapat diperoleh siapa saja dan dimana saja.
Berbicara persoalan arah Gerakan, Ikatan Pelajar
Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai organisasi yang senantiasa
mengutamakan progresifitas. Dalam hal gerakan IPM tentunya selalu
punya rancangan perihal masa depan, mampu menjawab realita yang ada,
juga berbagai hal lain yang tentunya sedang marak dialami oleh kader-
kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Salah satunya adalah persoalan
Digitalisasi. Perkembangan teknologi digital menjadi peluang bagi
organisasi IPM yang tentunya memudahkan dalam hal manajemen
organisasi.
Salah satu pencapaian dalam bidang teknologi periode
muktamar XXI Sidoarjo adalah rekomendasi BIG DATA IPM yang
kemudian hadir dalam bentuk perangkat lunak MY IPM. Namun dalam
perjalanannya IPM dari waktu ke waktu terus saja memunculkan hal yang
baru tanpa adanya wacana agar hal tersebut sampai dan bisa dikonsumsi
hingga ke akar rumput. Konsep sederhana dari digitalisasi organisasi yang
akan menjadi rekomendasi aksi di MUSYWIL XXIII IPM Sulawesi Selatan
kali ini adalah memaksimalkan pendayagunaan big data PP IPM (MY IPM)
dan digitalisasi perkaderan yang diiringi dengan harapan hal tersebut dapat
dikonsumsi hingga ke tingkatan grassroot. Digitalisasi untuk periode 2021-
2023 diharapkan difokuskan pada:
a. Digitalisasi Data Kader dan Pimpinan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berhasil menjawab disrupsi dari
zaman ke zaman serta mampu meyakinkan kadernya dengan
hadirnya platform big data MY IPM. Gejolak dan perhatian IPM dalam
bidang teknologi dan internet of things (IOT) memuncak ditandai
dengan hadirnya MY IPM pada tahun 2018 di tengah – tengah kader
yang kemudian menjadi aktor penting pada muktamar XXII di
Purwokerto tahun 2021. Hal ini juga dinilai sebagai ajang untuk
membuktikan gagasan yang dapat direalisasikan dalam dunia
teknologi. Kehadiran MY IPM menjadi sebuah organization branding
dan manajemen organisasi untuk memobilisasi data kader dan data
di setiap pimpinan pada masing-masing tingkatan.
Sejak diluncurkan di tahun 2019 hingga dilaksanakannya muktamar
XXII Ikatan Pelajar Muhammadiyah pad atahun 2021, fakta di
lapangan menunjukkan bahwa pendataan kader dan pimpinan hanya
massif sampai pada tingkatan Pimpinan Daerah. Hal ini menunjukkan
bahwa tujuan pengadaan big data IPM belum tercapai.
Dalam rangka pencapaian tujuan dihadirkannya MY IPM sebagai big
data organisasi, pada periode 2021-2023 dibutuhkan keterlibatan dan
partisipasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Sulawesi Selatan pada
berbagai level pimpinan untuk melakukan perampungan data kader
dan pimpinan via MY IPM hingga ke tingkat grass root. Hal ini untuk
memastikan bahwa data kader dan pimpinan di Sulawesi Selatan
terinput dan dapat diakses melalui MY IPM.
b. Digitalisasi Perkaderan
Dalam perkembangannya, sistem perkaderan IPM dari masa ke
masa terus mengalami perubahan dan pembaharuan, revisi ini tentu
merupakan penyempurna konsep generasi baru yang lebih baik dan
tentunya melalui kajian serta perimbangan yang mendalam terhadap
pembacaan realitas pelajar. Hal tersebut dilakukan bukan untuk
membandingkan rumusan pedoman yang berlaku dengan rumusan
sebelumnya, melainkan revisi ini disesuaikan dengan kebutuhan
kader tanpa mengesampingkan ideologi persyarikatan
Muhammadiyah.
Sudah barang tentu Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Sulawesi
Selatan memasifkan konsep perkaderan sesuai dengan era
digitalisasi. Digitalasi perkaderan bertujuan agar semua aspek
perkaderan IPM, termasuk kurikulum perkaderan terintegrasi dan
terkoneksi di era digital. Konsep digitaliasi perkaderan yang
dimaksud bukan berorientasi pada pelaksanaan perkaderan secara
menyeluruh sebagai contoh pelaksanaan perkaderan secara daring
atau online yang kerap dianggap tidak mencapai esensi dari sebuah
perkaderan untuk taruna melati 1 & 2. Akan tetapi digitalisasi
perkaderan fokus pada hal–hal yang bersifat teknis dalam
manajemen forum formal perkaderan yang awalanya masih
menggunakan cara-cara yang bersifat konvensional beralih dalam
bentuk digital. Hal yang demikian tentunya telah diterapkan di
beberapa pimpinan IPM mulai dari mekanisme alur pendaftaran,
(formulir yang disajikan dalam bentuk digital, absen digital, evaluasi
perkaderan dengan pemanfaatan platform digital, mengarsipkan hasil
diskusi dan karya peserta dalam bentuk digital dan lain sebagainya.)
hal ini tidak hanya memudahkan pimpinan dalam manejemen
perkaderan tapi menempatkan entitas IPM sebagai organisasi
modern, berkemajuan, transparan, kredibel dan akuntabel.

3. Sosialisasi Wacana Nasional IPM sampai Tingkat Grass Root


Wacana yang diusung oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah dari
waktu ke waktu kian bertransformasi mengikuti perkembangan zaman.
Proses transformasi wacana tersebut tidak terlepas dari kebutuhan pelajar
kontemporer saat ini yang kian berubah-ubah dengan cepatnya, yang
diakibatkan oleh kemajuan dan percepatan teknologi dan informasi di era
digital. Perubahan yang cepat mengakibatkan IPM dituntut untuk lebih
memperkuat dan mengintegrasikan arah wacana gerakannya yang
dinamis dan fleksibel guna beradaptasi pada percepatan era digital saat
ini.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah dengan jumlah cabang dan
rantinganya yang tergolong cukup banyak, dimana hampir meliputi seluruh
provinsi dan kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Dengan jumlah yang
banyak tersebut, Ikatan Pelajar Muhammadiyah memiliki potensi yang
sangat besar dalam menjalankan atau merealisasikan wacana-wacana
yang dilakukan oleh IPM dari pimpinan pusat hingga sampai pada
tingkatan grassroot (akar rumput) di pimpinan ranting.
Dalam rangka mensinergikan Wacana Nasional IPM hingga pada
tingkatan grassroot, perlu adanya proses sosialisasi. Proses sosialisasi
wacana tersebut harus dilakukan secara massif dan berkesinambungan,
demi terciptanya realisasi Wacana Nasional IPM yang dapat
diaktualisasikan sampai pada tingkatan grassroot IPM. Dengan sosialisasi
wacana yang berkesinambungan, diharapkan mampu merealisasikan dan
mempercepat terwujudnya tujuan pokok dari apa yang telah diwacanakan.
Adapun bentuk untuk merealisasikan Wacana Nasional IPM dapat
berupa; Pertama, membuat program kerja dan gerakan pada tiap struktural
pimpinan yang didasarkan pada agenda aksi yang telah disepakati
bersama pada perhelatan musyawarah, baik itu secara nasional di
Muktamar maupun secara regional wilayah di Musyawarah Wilayah.
Program kerja dan pola gerakan yang disusun berdasarkan turunan dari
Agenda Aksi dan Wacana Nasional IPM lainnya, membuat sistem gerakan
IPM lebih masif dan terstruktur yang tentunya sesuai dengan porsi dan
cakupan kerja tiap level pimpinan.
Kedua, setelah program kerja dan gerakan di tiap level pimpinan
telah berjalan berdasarkan agenda aksi dan wacana nasional atau wilayah
IPM, maka selanjutnya yaitu malakukan penyelarasan arah gerakan.
Penyelarasan tersebut perlu untuk dilakukan mengingat pentingnya
menjaga kekokohan pondasi organisasi dengan berbagai dinamika yang
terjadi di dalamnya. Maka dari itu, menyelaraskan arah gerakan pada tiap
level pimpinan dimaksudkan untuk menjadikan IPM sebagai organisasi
yang bergerak secara terstruktur, masif, dan dinamis serta
berkesinambungan sampai pada tingkatan grassroot sesuai dengan
adaptasi dunia baru.
Dalam mensosialisasikan Wacana Nasional IPM, maka perlu
untuk dimanifestasikan dalam suatu bentuk pelaksanaan yang konkrit dan
berkesinambungan demi tercapainya maksud dan tujuan dari gerakan dan
wacana tersebut hingga pada tingkatan grassroot. Pelaksanaan tersebut di
antaranya yaitu:
a) Membahas Arah Gerak IPM dalam Forum-forum Perkaderan Formal
IPM
Pembahasan mengenai gerakan dan wacana nasional IPM
pada ruang perkaderan formal sangatlah penting. Karena dalam
perkaderan, proses pendidikan dan penanaman nilai-nilai ke-IPM-an
diberikan kepada peserta pelatihan secara intens.
Selain materi-materi dasar pada perkaderan, muatan-muatan
yang berkaitan dengan arah gerakan dan wacana nasional IPM juga
perlu dibahas sebagai bentuk sosialisasi dan realisasik wacana yang
telah disepakati bersama pada perhelatan forum musyawarah. Oleh
karena itu, pembahasan tentang arah gerakan dan wacana tersebut
yang dilakukan di forum perkaderan formal merupakan langkah taktis
dalam mensosialisasikan dan merealisasikannya secara masif hingga
pada tingkatan grassrot.
b) Memaksimalkan Pelaksanaan Tarpim dengan Menghadirkan
Pimpinan di Atasnya
Tarpim (tataran pimpinan) adalah proses penataran dan
pengejewantahan prinsip-prinsip dari esensi stakeholder
keprotokoleran organisasi di berbagai level pimpinan. Pada saat
proses Tarpim, setiap fungsi dan wewenang pada bidang dan lembaga
dalam tubuh IPM perlu untuk diselaraskan arah gerakannya dengan
baik sesuai dengan porsi dan cakupannya.
Dengan menghadirkan pimpinan di atasnya sebagai unit
fasilitator dalam proses penataran, dapat mempercepat laju
penyampaian informasi terkini seputar arah gerakan dan wacana IPM
dengan faktual. Sehingga tiap gerak dan arah kebijakan pada berbagai
level pimpinan dapat segera direalisasikan secara masif.
Memaksimalkan Tarpim dengan menghadirkan pimpinan di atasnya
merupakan suatu langkah strategis guna mensosialisasikan arah
gerak dan wacana nasional IPM hingga sampai ke tingkatan grassroot.
NALAR KRITIS BARU

Nalar Kritis Baru Pelajar Berkemajuan


Selama ini, kita mengagung-agungkan “teori kritis” dan “kesadaran kritis”
sebagai alat baca masalah. Karena kritis adalah bersifat pembongkaran masalah.
Karena terlalu kritis, dan semua masalah kita baca dengan kaca mata kritis, kita
menjadi manusia “pencari kesalahan”. Dalam bahasa al-Qur’an kita melakukan
analisa “nahi munkar” (menemukan hal-hal negatif). Namun, kita lupa bahwa kita tak
cukup melakukan nahi munkar, tetapi juga ta’murûna bil ma’ruf dan tu’minûna billah,
yang memberikan spirit energi positif dan berkemajuan (progresif). Tampaknya, selain
kita mempunyai kesadaran kritis, perlu kiranya kita memiliki kesadaran progresif
(berkemajuan).
Analisa dari Anies Bawedan tentang fase pembentukan elite di Indonesia
memang dalam kajian secara akademis masih diperlukan banyak kajian. Akan tetapi
dalam sirkulasi elit tentunya akan memberikan warna dalam dunia gerakan organisasi
termasuk organisasi kepelajaran IPM. Karena IPM serta merta berada dalam ruang
sebagai sebuah gerakan. Beberapa instrumen gerakan yang mempengaruhi corak
warna gerakan IPM adalah salah satunya keberadaan kondisi pada dunia
internasional dan juga keberadaan bangsa.
Sejarah memang belum belum mencatat tentang perdebatan dalam setiap
periodic dalam munculnya sebuah gerakan yang dicetuskan oleh para pendahulu IPM.
Bagaimana proses dielektika yang ada sehingga IPM menjatuhkan pilihan terhadap
satu gerakan. Sejarah yang belum lama menjadi gerakan yang cukup massif adalah
Manifesto Gerakan Kritis Transpormatif sejak tahun 2004. Dimana sebuah lompatan
besar IPM memiliki paradigma kritis yang dipengaruhi oleh Paulo Freire yang dibawa
Mansour Fakih sehingga terjadi penyamaan pandangan melihat suatu permasalahan,
terlebih dalam permasalahan pendidikan dan dunia pelajar dengan “kesadaran kritis”.
Analisis Anis Baswedan pada tahun 2020, yang menguasai bangsa ini bukanlah
aktivis pergerakan yang tugasnya hanya bisa membuat proposal.
Namun, para kaum interpeneur/bisnislah yang akan menjadi sosok
berpengaruh di negeri ini. Dunia saat ini memasuki peradaban keempat dengan
sebutan era kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai motor
penggerak pertumbuhan ekonomi. Futuris Alvin Tofler dalam Futurer Shock (1970)
menyebutkan bahwa peradaban manusia terdiri atas tiga gelombang, era pertanian,
era industri, dan era informasi. Setelah itu muncul gelombang ekonomi baru generasi
keempat yakni ekonomi kreatif yang merupakan kelanjutan dari gelombang ekonomi
informasi.
Selanjutnya IPM di era Gerakan Pelajar Kreatif dan Gerakan Pelajar
Berkemajuan dengan diiringi hadirnya Appreciative Inquiry posisi nalar kritis berubah
yang semula melihat hal negatif menjadi masalah yang harus diselesaikan sekarang
bertransformasi melihat kelebihan sebagai kekuatan. Hal itu berimplikasi seakan IPM
kurang kritis dan minim akan nahi munkar terhadap pelajar.
Kita tahu ada pemikiran-pemikiran yang berkembang sejauh ini di bidang
yang sedang kita bicarakan. Kita menyikapi pendapat para pendahulu itu dengan
sikap kita sendiri. Jadi pemikiran kritis tidak bisa disamakan dengan sikap yang
mengkritik segala sesuatu, yang penting berbeda dan tidak setuju atau apa yang
disebut dengan kontrarian. Untuk sebagian kalangan, sikap kritis itu terdengar negatif.
Karena kritis atau kritisisme disamakan dengan sebuah protes. Jadi, orang kritis itu
adalah orang yang tidak mau ini, tidak mau itu, mempermasalahkan ini,
mempermasalahkan itu dan seterusnya. Padahal inti dari kritis adalah kemampuan
memilah suatu argumen, kemudian menyikapinya secara dewasa dengan berbekal
tradisi pembacaan berbagai pemikiran sebelum kita.
Masalah yang dihadapi Ikatan Pelajar Muhammadiyah saat ini berada
pada tingkat skala yang sama sekali baru dibandingkan dengan tantangan yang kita
hadapi dalam beberapa dekade terakhir. Di dunia yang sebagian besar terglobalisasi,
di mana perubahan ekonomi dan sumber daya alam dapat dirasakan di belahan dunia
lain, tantangan menjadi lebih besar yang berkaitan dengan sistem yang
menghubungkan kita semua. Untuk menghadapi gelombang baru masalah yang kita
hadapi saat ini dan di masa depan, kita membutuhkan cara berpikir dan pendekatan
baru.
Di sisi lain masih banyak orang tidak suka perubahan. Perubahan disambut
dengan sisi emosional. Salah satu reaksi paling umum untuk berubah adalah
menyangkal, menyalahkan, atau menghindar. Nalar kritis baru adalah bagian besar
dari pendekatan baru untuk berinovasi, karena memungkinkan orang, tim, dan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah memiliki perspektif yang berpusat pada pelajar.
Berpikir kritis juga tidak bisa disamakan dengan pemikiran yang
berorientasi pada hasil akhir dan sikap yang mengutamakan pemecahan masalah.
Kecenderungan praktis ini tidak selalu sama dengan sikap kritis. Kritis jauh lebih
mendalam, karena pemecahan masalah (problem solving) sifatnya kita punya
masalah dan bagaimana kita mencari jawaban akan masalah itu. Dalam narasi ini
akan memperjelas posisi kesadaran progresif GPK dan posisi kritis, ide, design pada
appreciative inquiry, konsep integrasi-interkoneksi dan kolaborasi dalam paradigma
GPB dengan dihadapkan pada perubahan organisasi, percepatan teknologi dan krisis
ekologi.

Masalah yang dapat diselesaikan


Nalar kritis baru dapat untuk mengatasi berbagai tantangan dan paling baik
digunakan untuk menghasilkan inovasi dalam konteks berikut.
1. Mendefinisikan ulang nilai IPM.
2. Masalah mempengaruhi berbagai kelompok orang dan melibatkan banyak
sistem.
3. Pergeseran orientasi dan perilaku.
4. Masalah yang berkaitan dengan budaya organisasi dan teknologi baru.
5. Mengatasi perubahan cepat dalam masyarakat dan tantangan sosial kompleks
yang belum terpecahkan.
6. Skenario yang melibatkan tim multi-disiplin.
7. Masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh data.
Metode
1. Design Thinking
Design Thinking, yang dipopulerkan oleh Stanford's d.school, adalah
proses yang dilalui untuk menciptakan solusi yang benar-benar akan diadopsi oleh
orang-orang.
2. Futures Thinking
Dipopulerkan oleh OECD. Futures Thinking adalah metode refleksi
informasi tentang perubahan besar yang akan terjadi dalam 10, 20 tahun atau lebih
ke depan di semua bidang kehidupan sosial, termasuk pendidikan. Futures
Thinking menggunakan pendekatan multidisiplin untuk menembus tabir opini yang
diterima dan mengidentifikasi dinamika yang menciptakan masa depan.
Meskipun masa depan tidak dapat diprediksi dengan andal, orang dapat
meramalkan berbagai kemungkinan masa depan dan bertanya mana yang paling
diinginkan untuk kelompok dan masyarakat tertentu. Beragam metode - kualitatif,
kuantitatif, normatif, dan eksplorasi - membantu menjelaskan kemungkinan,
menguraikan pilihan kebijakan, dan menilai alternatif.
Berpikir Masa Depan melihat melampaui batasan langsung. Ini
membantu orang mengingat bahwa sikap dan kerangka kerja yang ada, yang
seringkali tampak tidak dapat diubah dan tidak dapat diatasi dalam jangka pendek,
sudah matang untuk perubahan dalam jangka panjang. Futures Thinking
menciptakan lingkungan untuk pengambilan keputusan yang terinformasi secara
mendalam dengan keseimbangan yang berkelanjutan antara tujuan kebijakan
jangka pendek dan jangka panjang, memperlancar transisi menuju masa depan
yang positif.
Kesadaran multi-disiplin

Sudah menjadi norma di Ikatan Pelajar Muhammadiyah untuk mendorong


pengembangan keterampilan dan kemampuan yang relevan dengan peran tertentu.
Misalnya, kreativitas didorong pada desainer, sementara keterampilan analitis
didorong untuk pekerjaan yang terkait dengan organisasi dan operasi. Akan tetapi,
organisasi yang terkotak-kotakkan oleh setiap bakat yang dimiliki, dimana
keterampilan yang berbeda dikembangkan dan digunakan untuk bidang yang
berbeda, tidak akan dapat menghasilkan banyak inovasi yang dibutuhkan untuk
gelombang masalah baru.

Maka dari itu kolaborasi antara cara berpikir kreatif dan logis sangat
penting dalam menciptakan jenis pemikiran holistik yang diperlukan untuk memahami
dan memecahkan masalah jenis baru dengan multi-perspektif. Hal ini juga berlaku
untuk pimpinan yang bekerja dalam tim multidisiplin, dimana tim yang memiliki
berbagai gaya berpikir, keahlian, dan pengalaman berkumpul untuk mengembangkan
solusi secara lebih efektif daripada spesialisasi individu yang berfokus pada hal sempit
yang dapat bekerja sendiri.
Pendekatan multidisiplin melibatkan penggambaran yang tepat dari
berbagai disiplin ilmu untuk mendefinisikan kembali masalah di luar batas normal dan
mencapai solusi berdasarkan pemahaman baru tentang situasi kompleks. Pemikiran
multi-disiplin menawarkan skema di mana pemikir dapat menemukan keterhubungan
intelektual untuk mendifusi pendekatan dan menghadapi cakrawala keilmuan baru
dengan perspektif yang lebih luas.
Pemikiran manusia sebagaimana ia telah berevolusi dalam disiplin yang
terpisah, dan tempat kita hidup menunjukkan tingkat kerumitan di dalam sistem yang
membuat tidak mungkin untuk memahami fenomena penting yang memengaruhi
manusia saat ini dari perspektif tunggal yang tidak lengkap. Jadi sistem yang saling
berhubungan dan tingkat kompleksitas yang tinggi menghasilkan situasi di mana taktik
multi-disiplin untuk memahami dan memecahkan masalah menghasilkan organisasi
yang tumbuh secara nyata dalam generasi berikutnya. Menjadi berpengetahuan luas
tentang fenomena tertentu sebelum membangun teori dan menegaskan pernyataan
kebenaran.
Masalah muncul dari kurangnya sudut pandang yang darinya seseorang
dapat memahami hubungan antara berbagai disiplin ilmu. Memproduksi dan
menerapkan pengetahuan tidak lagi bekerja dalam batasan disiplin yang ketat.
Dimensi kerumitan baru, skala, dan ketidakpastian dalam masalah teknis
menempatkan masalah di luar jangkauan disiplin satu pemikiran.
Nalar kritis baru mencakup berbagai disiplin ilmu. Potensi sebenarnya dari
nalar kritis baru adalah kekuatan kolaboratifnya dalam menyatukan disiplin ilmu untuk
menciptakan visi organisasi yang holistik. Nalar kritis baru menjadikan empati untuk
kebutuhan organisasi sebagai bagian dari konteks yang lebih luas bersama dengan
kebutuhan dan keinginan manusia.

Mendayung antara Design Thinking dan Future Thinking

Design Thinking, yang dipopulerkan oleh Stanford's d.school, adalah


proses yang dilalui untuk menciptakan solusi yang benar-benar akan diadopsi oleh
orang-orang. Dipopulerkan oleh OECD. Sedangkan Futures Thinking adalah metode
refleksi informasi tentang perubahan besar yang akan terjadi dalam 10, 20 tahun atau
lebih ke depan di semua bidang kehidupan sosial, termasuk pendidikan. Futures
Thinking menggunakan pendekatan multidisiplin untuk menembus tabir opini yang
diterima dan mengidentifikasi dinamika yang menciptakan masa depan. Meskipun
masa depan tidak dapat diprediksi dengan handal, tapi dapat meramalkan berbagai
kemungkinan masa depan dan menentukan mana yang paling diinginkan untuk
kelompok, komunitas atau organisasi. Beragam metode - kualitatif, kuantitatif,
normatif, dan eksplorasi - membantu menjelaskan kemungkinan, menguraikan pilihan
kebijakan, dan memberikan pilihan alternatif.

Design Thinking bertujuan untuk menginspirasi kita untuk berkreasi.


Sasarannya adalah produk, karya, layanan, dan gerakan untuk dunia saat ini. Ini
membantu mencapai tujuan ini dan menangani ambiguitas yang melekat dengan
mengandalkan pola piker keyakinan optimis bahwa kita pada akhirnya akan mencapai
hasil yang diinginkan. Mengingat sifatnya yang lebih langsung, umumnya hanya
berfokus pada faktor-faktor yang lebih langsung relevan dengan organisasi saat ini.
Di sisi lain, Futures Thinking bertujuan untuk berpikir lebih besar tentang
peluang yang mungkin (atau mungkin tidak) kita miliki di tahun-tahun mendatang. Hal
ini bertujuan untuk menginformasikan strategi organisasi untuk masa depan dan
membuatnya lebih kuat untuk ketidakpastian yang akan datang. Pada intinya, proses
tersebut mencakup ketidakpastian inheren dalam organisasi. Mengingat sifatnya yang
lebih berjangka panjang, Futures Thinking menganut pendekatan yang jauh lebih
sistemik.
Selain melihat faktor-faktor yang langsung relevan dengan konteks
organisasi saat ini, ini juga memperhitungkan faktor makro yang lebih besar yang
dapat membentuk konteks organisasi di tahun-tahun mendatang. Kita perlu melihat
keduanya untuk mengoptimalkan kesuksesan dan menemukan keselarasan antara
masa kini dan masa depan.
Manfaat utama dari memadukan kedua metodologi adalah merancang
organisasi yang lebih tahan masa depan. Daripada mendesain sesuatu yang akan
dilihat oleh user dalam hal ini kader IPM, pelajar atau masyarakat lebih luas saat ini,
ini membantu lebih memahami apa yang mungkin diinginkan dan dibutuhkan di masa
depan.

5 Fase Nalar Kritis Baru


1. Frame a question
Identifikasi pertanyaan pendorong yang menginspirasi orang lain untuk mencari
solusi kreatif.
2. Gather inspiration
Inspirasi pemikiran baru dengan menemukan apa yang benar-benar dibutuhkan
orang lain.
3. Generate ideas dan make it tangible
Dorong solusi yang sudah jelas sebelumnya untuk mendapatkan ide-ide
terobosan dan bangun prototipe kasar untuk mempelajari cara membuat ide
menjadi lebih baik.
4. Test to learn
Memperbaiki ide dengan mengumpulkan umpan balik dan bereksperimen ke
depan.
5. Share the story
Ciptakan kisah pelajar untuk menginspirasi orang lain untuk mengambil
tindakan. Jika dilakukan dengan benar, pemikiran ini akan membantu kita
memahami pola piker dan kebutuhan orang-orang yang diinginkan,
memunculkan peluang berdasarkan kebutuhan ini, dan mengarahkan ke solusi
baru yang inovatif dimulai dengan eksperimen cepat yang memberikan
pembelajaran secara bertahap.
KHITTAH MODERASI PELAJAR: 18 ID
PROFIL PELAJAR ISLAMI
Sebuah Narasi Alternatif Moderasi Islam IPM
A. PENDAHULUAN: MENGAPA PELAJAR ISLAMI?
Ada semacam “diskoneksi pemikiran” masa lalu” dan “masa kini”
yang menyebabkan generasi baru kehilangan jati dirinya. Generasi baru IPM
tidak mengenal dengan baik budaya pemikiran yang menjadi identitas
keislamannya, mulai dari wawasan kemuhammadiyahan, keislaman, bahkan
keindonesiaan. Pertama, ada kecenderungan kader IPM tidak mengenal
gagasan dasar pembaruan KH Ahmad Dahlan sebagai dan pikiran-pikiran resmi
produk Muhammadiyah (Masalah Lima, Langkah 12 Muhammadiyah,
Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah/MKCHM, Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah/PHIWM, Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wasy-
Syahadah, Khittah Muhammadiyah dan seterusnya). Kedua, kecenderungan
tidak memahami sejarah Muhammad Saw, sejarah peradaban Islam serta dasar-
dasar berislam secara kokoh. Ketiga, kecenderungan tidak memiliki literasi
kebangsaan yang kuat, akibat tidak mengenal gagasan para pendiri bangsa dan
ulama asli Indonesia misalnya Ki Bagus Hadi Kusumo, Mas Mansur, Kasman
Singodimejo, Soekarno, Nurcholish Madjid.
Kurangnya literasi keislaman, kebangsaan dan kemuhammadiyahan
di atas mengakibatkan kader-kader mudah gampang alias kagetan corak
keislaman di ruang digital yang begitu beragam. Ada yang bertahan di IPM,
tetapi tidak percaya diri dengan identitas IPM, karena memang tidak memahami
karakter keislaman IPM, akhirnya “berpikiran” dan “berpenampilan” seperti
gerakan di luar IPM – Muhammadiyah. Ada yang goyah, kemudian keluar
memilih gerakan lain. Akan tetapi, ada juga yang bertahan, karena memahami
betul corak keislaman ala Muhammadiyah, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Bagi
dua kelompok pertama ini, seringkali menganggap bahwa Muhammadiyah atau
IPM “kurang” untuk tidak mengatakan tidak “Islami”.
Di sinilah pentingnya rumusan “Profil Pelajar Islami”, sebagai
pedoman, wawasan dan cara berpikir baru IPM menghadapi corak keislaman di
era disrupsi ini. Supaya tidak goyah, maka dibutuhkan rumusan “Corak
Keislaman” yang dibangun dari gagasan para tokoh Muhammadiyah dan
produk-produk pemikiran Muhammadiyah dan IPM yang kemudian dilakukan
pengayaan ulang supaya fresh, segar dalam “Profil Pelajar Islami”. Agar IPM
percaya diri dengan keislamannya untuk bergaul di dunia yang kosmopolit ini.
Kecenderungan dua kutub: Islamisme (Rujuk Riset Radikalisme), dan
Sekularisme (Rujuk Riset Negara-negara religius rendah sains (pendidikan) dan
ekonomi).

B. APA ITU ISLAM?


‫ت‬ َ ْ‫علَى ِّلسانَّ ِِّ أَنْبِّيائ َِِّّ ِّه ِّمنَ ا‬
ِّ َ‫ألوَِ ِّام ِّر َوالنَّ َواهِّي َواْ ِّلرْ شادَا‬ َ ‫ ه َُو ما ش ََر‬: ‫اَ ِّلد يْ ُن‬
َ ُ‫عهُ هللا‬
ُ‫ح اْلعِّباد َِِّّ دُنْي اهَُِ َوأُ ْخ َراه‬
ِّ َ‫صال‬
َ ‫ ِّل‬Agama adalah apa yang disyariatkan Allah
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan
larangan-larangan berupa petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan
Akhirat [HPT, 276].
ُ‫ ه َُو ما أَنْزَ َل هللا‬: ‫س َّل‬ َ ُ‫صلَّ ى هللا‬
َ ‫علَي ِّْه َو‬ ْ ‫ي اَ ِّلد يْ ُن اْل ْسالَ ِّم ُّي( الَّ ِّذ‬
َ ٌ‫ي جا َّء ِِّ بِّ ِّه ُم َح َّمد‬ ْ َ‫اَ ِّلد يْ ُن )أ‬
ْ‫آن َوما َج ا َءت‬ ِّ ْ‫فِّي اْلقُر‬
ُ ْ
ُ‫صالَحِّ العِّباد َِِّّ دُنْياهَُِ َوأ ْخ َراه‬ ْ
ِّ َ‫ألوَِ ِّام ِّر َوالنَّ َواهِّي َوا ِّلرْ شادَا‬
َ ‫ت ِّل‬ ْ ُ ْ ْ ُ
َ ‫ بِّ ِّه السُّنَّة ال َمقب ُْولَة ِّمنَ ا‬.
Agama, yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw, ialah apa yang diturunkan Allah di dalam al-Qur’an dan yang tersebut
dalam Sunnah yang maqbulah, berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan berupa petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat
[Putusan Tarjih 2000].
Dalam Masalah Lima yang terdapat dalam Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah, Islam dan agama Islam dijelaskan berupa perintah-perintah,
larangan-larangan dan petunjuk-petuntuk. Hal yang perlu digaris bawahi adalah
ketiga hal tersebut diperuntukkan untuk “Kebaikan Manusia” di dunia dan akhirat.
Jadi agama dan Agama Islam bagi Muhammadiyah adalah agama dari Tuhan
untuk kebaikan umat manusia.

C. Definisi Islam: Din wa Ni’mah (Agama dan Peradaban)


Dalam tradisi Islam telah berkembang beberapa definisi agama. Di
antaranya ada dua yang populer, yaitu definisi Islam adalah agama dan negara
(din wa daulah) dan Islam adalah akidah dan syari’ah (aqidah wa syari’ah).
Kedua definisi ini, sebagaimana telah umum diketahui, diikuti dengan
perumusan ideologi dan hukum-hukum yang digali dari Islam yang membentuk
keberagamaan ideologis dan formalistik di kalangan umat.
Hamim Ilyas, mendefinisikan Islam sebagai agama dan anugerah
(din wa ni'mah). Menurut Buya Syafii Maarif, definisi ini sekaligus sebagai koreksi
terhadap pemikiran yang berkembang di kalangan al-Ikhwan al-Muslimun
(Mesir), Jamaat Islamy (India-Pakistan), kemudian menyebar ke seluruh Dunia
Muslim dalam format: al- Islam: din wa daulah (Islam itu adalah agama dan
sistem kekuasaan negara atau ringkasnya Islam itu adalah agama dan negara).
Hamim mendasarkan definisinya itu kepada ayat 3 Surah al-Maidah yang
artinya:

Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu agamamu, telah


Kugenapkan bagimu anugerah-Ku, dan telah Kuridai Islam jadi agama bagimu.
(hlm 246).

Hamim dengan panjang lebar menjelaskan alasan Islam itu


bermakna agama dan anugerah". Dalam bahasa, ni’mah berarti al-halah al-
hasanah (keadaan yang baik). Jika pemahaman al-Maidah, 5: 3 dihubungkan
dengan dua ayat (Ali Imran, 3 (139) dan Muhammad, 47 (35), yang menegaskan
keunggulan kaum Muslimin pada zaman Nabi, pengertian penyempurnaan
“anugerah” menjadi penyempurnaan unsur-unsur tinggi dari kebudayaan bagi
mereka. Unsur-unsur kebudayaan tinggi dalam antropologi disebut peradaban.
Karena itu maksud ni’mah dalam ayat tersebut adalah peradaban, sehingga
pengertian din wa ni’mah sebagai definisi Islam adalah agama dan peradaban.
D. Islam Rahmatan lil Alamin
Definisi agama berdasarkan al-Maidah, 5 (3) yang menjelaskan ruang
lingkup Islam meliputi din wa ni’mah sesuai dengan Islam Rahmatan (rahmah)
lil ‘Alamin yang ditegaskan dalam al-Anbiya’ 21 (107). Rahmah ialah riiqqah
taqtadli al-ihsan ila almarhum, perasaan lembut (cinta) yang mendorong untuk
memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi. Kebaikan nyata dalam
pengertian yang paling luas adalah hidup baik yang dalam an-Nahl, 16: 97
disebut hayah thayyibah. Indikator hidup baik (hayah thayyibah) yang disebutkan
dalam beberapa ayat Alquran adalah: lahum ajruhum ‘inda rabbihim (sejahtera
sesejahtera-sejahteranya), wa la khaufun ‘alaihim (damai sedamai-damainya),
dan wa la hum yahzanun (bahagia sebahagia-bahagianya) di dunia dan di
akhirat.
Islam rahmatan lil alami ini dilandasi oleh tiga pilar: Tauhid
Rahamutiyah, Kerasulan Rahmat dan Kitab Rahmat.
1. Tauhid Rahamutiyah
Tauhid rahamutiyah yang menjadi dasar ajaran-ajaran itu
dirumuskan dari Q.S. al-An’am, 6: 12: Katakanlah: “Kepunyaan siapakah
apa yang ada di langit dan di bumi.” Katakanlah: “Kepunyaan Allah.” Dia
telah “menetapkan” atas Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan
menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya.
Orang- orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman. Dalam
ayat itu Allah menyebut “penetapan” rahma yang menjadi kualitas diri-Nya.
Dengan menggunakan istilah kataba yang arti asalnya adalah menulis.
Kemudian dalam pemakaian bahasa istilah itu juga digunakan untuk
pengertian menetapkan (itsbat), menentukan (taqdir), mewajibkan (ijab),
mengharuskan (fardl) dan tekad kuat (‘azm). Rahma (rahmah) yang
ditetapkan Allah menjadi sifat dasar-Nya itu pengertiannya adalah
kelembutan. Mendorong untuk memberikan kebaikan kepada yang
dikasihi. Ada dua batasan dalam pengertian ini kelembutan (riqqah) dan
memberikan kebaikan (ihsan). Jadi ia merupakan konsep cinta yang
aktual, cinta dengan pengertian memberikan kebaikan kepada yang
dicintai. Konsep rahma dipilih untuk mengungkapkan inti sifat-Nya. Karena
ia merupakan konsep cinta pokok yang memuat isi konsep-konsep cinta
yang lain.
Tauhid Rahamutiyah adalah kepercayaan bahwa Allah yang
Maha Esa telah mewajibkan diri-Nya sendiri memiliki sifat dasar rahma.
Berlaku dalam aktualisasi semua kapasitas, asma dan sifat-Nya. Jadi
dalam tauhid itu dipercayai bahwa Allah menjadi Ilah, Rab, Malik, ‘Aziz,
Muntaqim (Maha Menghukum), dan pelaksanaan aktualisasi asma dan
sifat fi’liyah yang lain berdasarkan cinta kasih. Bukan berdasarkan
kebencian atau kemarahan dan kekuasaan. Dengan demikian Tauhid
rahamutiyah pada hakikatnya bukan merupakan kategori baru karena
iatidak menambah kategori-kategori yang sudah ada, tapi merangkumnya
dalam satu kualitas ketuhanan yang menjadi puncak perkembangan
agama dalam sepanjang sejarahnya.
E. Islam Kaffah
Selama ini “Islam Kaffah” dipahami sebagai berislam secara
keseluruhan, yakni menjalankan seluruh totalitas syariat Islam. Doktrin Islam
Kaffah dapat ditemukan pada Q.S. al-Baqarah, 2: 208. Ayat yang sangat popular
di kalangan umat Islam, yaitu: “ya ayyuha ladzhina amanu udkhulu fissilmi
kaffah” (hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu sekalian ke dalam Islam
secara kaffah).
Isu sentral Q.S. Al-Baqarah ayat 208 itu berhubungan dengan ayat-
ayat sebelumnya itu, yaitu 204-207 yang membicarakan dua orientasi
peradaban yang berkembang ketika al-Qur’an turun, bukan masalah penerapan
syariat Islam. Pertama, orientasi peradaban materialisme. Peradaban ini
dikemukakan dalam ayat 204-206 dan para pendukungnya yang digambarkan
memiliki kecakapan retorika yang mengagumkan, melakukan perusakan
lingkungan alam dan keturunan, dan tidak peduli pada agama. Mereka dikatakan
akan mendapatkan balasan Jahanam, seburuk-buruk tempat singgah di akhirat.
Kedua, peradaban spiritualisme. Peradaban ini disinggung dalam ayat 207 dan
para pendukungnya yang hanya berorientasi pada spiritualitas diberi komentar
sangat dikasihani Tuhan.
Berdasarkan munasabah ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
makna Islam Kaffah dalam Q.S. al-Baqarah, 2: 208 tersebut melarang umat
Islam mengikuti kedua orientasi peradaban (materi saja atau sepiritual saja). Al-
Qur’an memerintahkan untuk mengembangkan orientasi peradaban yang ketiga,
yakni “peradaban spiritual-materiil”. Jadi doktrin Islam Kaffah sebenarnya
memiliki makna peradaban ini, bukan makna formalitas dan ideologi Islam atau
Islamisme sebagaimana yang sering dinyatakan oleh beberapa kalangan untuk
mendirikan negara Islam.
Makna peradaban Islam Kaffah ini sesuai dengan pengertian
perdamaian (asshulh). Perdamaian pada dasarnya adalah menghilangkan
pertikaian secara suka rela. Masyarakat yang mengembangkan orientasi
spiritual dan materiil secara sekaligus, berarti menghilangkan pertikaian orientasi
peradaban di antara warganya. Dengan begitu maka mereka telah berdamai
secara peradaban. Perdamaian itu merupakan tangga untuk mencapai
kedudukan yang tinggi bagi satu masyarakat. Kedudukan tinggi bagi mereka
hanya dapat diperoleh melalui kemajuan peradaban (Islam Berkemajuan). Jadi,
melalui S. al- Baqarah, 2: 208 umat diperintahkan untuk mencapai kemajuan
peradaban. Kemajuan peradaban yang diperintahkan untuk dicapai itu bukan
hanya kemajuan peradaban materiil atau spirituil saja, tapi kemajuan peradaban
materiil dan spirituil secara bersama-sama. Karena Al-Qur’an kan mengajarkan
umat untuk hidup seimbang dengan berusaha mencapai kebahagiaan akhirat
tanpa melupakan kesejahteraan hidup di dunia.
APA PELAJAR ISLAMI
A. Pelajar Islami: Syar’i
Definisi Islami adalah kondisi tercapainya tujuan syariat Islam.
Dengan begitu, “Pelajar Islami” adalah pelajar yang mampu merealisasikan nilai-
nilai ajaran Islam dalam kehidupannya. Pelajar Islam adalah pelajar yang di
dalam dirinya dapat mengamalkan tujuan dari syariat Islam (maqashid al-
syariah) yang dalam tujuan syariat Islam adalah “menghindari kerusakan
sesedikit-sedikitnya, dan meraih kebaikan sebanyak-banyaknya.” Pelajar yang
dapat mencegah kerusakan dirinya, masyarakat dan alam, sebaliknya selalu
berbuat kebaikan (kemaslahatan) adalah dapat disebut sebagai pelajar Islami.
B. Indikator Pelajar Islami
Dalam merumuskan pelajar Islam dapat menggunakan teori
Maqashid al-syariah yang diformulasikan Al-Ghazali dalam karyanya Al-
Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul dan dikembangkan secara sistematis oleh Al-Shatibi
dalam karyanya Al-Muwafaqat fi Ushul Syariah. Al-Ghazali dan Al-Shatibi, telah
berkontribusi bagi lahirnya lima prinsip syariah (al-daruriyyat al-khams) klasik
yang terdiri dari: menjaga agama (hifz al-din), menjaga jiwa (hifz al-nafs),
menjaga akal (hifz al-`Aql) menjaga keturunan (hifz alnasl), dan menjaga harta
(hifz al-mal). Jadi, lima indikator ini dapat digunakan mengukur seseorang atau
masyarakat itu Islami-Syar’I atau tidak.
Adalah Jasser Audah dalam Maqasid al-Sharia as Philosophy of
Islamic Law: A System Approach (2007) berhasil melakukan kontekstulisasi al-
daruriyyat al-khams di dalam ruang “reformation dan pembangunan” yang
sesuai dengan prinsip-prinsip universal HAM. Jika titik tekan Maqasid lama lebih
pada protection (perlindungan) dan preservation (penjagaan), maka teori
Maqasid baru lebih menekankan pada development (pembangunan;
pengembangan) dan right (hak-hak). Teori ini dapat dijadikan indikator serta
prinsip-prinsip atau ciri-ciri sebuah pelajar Islami.
Ciri-ciri
No Pelajar Indikator Individu Indikator Sosial
Islami
Menjaga a. Menjaga a. Menjaga hak-
agama kemurnian hak kebebasan
(hifz al-din), tauhid beragama dan
b. Disiplin berkeyakinan
1 menjalankan b. Memiliki sikap
ibadah toleransi
dengan agama
dan kelompok
lain
Menjaga a. Sehat Jiwa dan a. Melakukan
jiwa Raga Gerakan Anti-
(hifz al-nafs), b. Rajin Rokok
2
berolahraga dan b. Rajin
Pola Hidup
Sehat
Menjaga a. Menjaga otak a. Melakukan
akal dari minuman Gerakan
(hifz al-`Aql) keras, narkoba, Literasi
dan lain-lain b. Melawan Hoax
3 b. Rajin membaca,
menjaga Nalar
Kritis
c. Sukses dan
tekun belajar
Menjaga a. Tidak berbuat a. Menjaga
keturunan maksiat, berzina kehormatan
(hifz al-nasl), di luar nikah bangsa dan
b. Menjaga nama negara
4
baik keluarga b. Melakukan
pendidikan
kaderisasi
pemimpin
Menjaga a. Tidak mencuri a. Tidak korupsi
harta b. Berzakat, infaq, b. Membuka
(hifz al-mal). dan shadakah lapangan
5
untuk pekerjaan
membersihkan
harta
Menjaga a. Tidak buang a. Tidak
Lingkungan sampah menebang
(hifz al-biah) sembarangan pohon
sembarangan
6
b. Melakukan
gerakan
menanam
pohon

Anda mungkin juga menyukai