Anda di halaman 1dari 8

UJI HIPOTESIS

A. Pendekatan Analogi untuk Uji Hipotesis


1. Sistem Peradilan
Tentunya kita sudah sangat paham dengan sistem peradilan yang ada di
negara kita. Jika ada seseorang yang bersalah secara hokum,tentu tidak secara
langsung di masukkan dalam penjara. Akan tetapi dia menjadi terdakwa dan melalui
proses hukum yang diawali dengan praduga tak bersalah. Selanjutnya dalam sistem
peradilan tersebut di sebutkan bukti-bukti yang menguatkan/meringankan untuk
selanjutnya hakim memutuskan untuk membebaskan atau menghukum terdakwa.
Pada kasus di atas, sistem peradilan tersebut dapat digunakan untuk
menganalogikan uji hipotesis sebagai berikut :

SISTEM PERADILAN UJI HIPOTESIS

Terdakwa : tidak bersalah Hipotesis Nol (H0)


Terdakwa : bersalah Hipotesis Alternatif (H1)
Pencarian bukti Pengumpulan data
Menganalisis bukti Menghitung statistik uji
Hakim mempertimbangkan Penentuan daerah kritik
Putusan pengadilan Keputusan uji
Terdakwa bebas Gagal menolak H0
Terdakwa dihukum Menolak H0
Praduga tidak bersalah Asumsi H0 benar
Menghukum terdakwa yang tidak bersalah Kesalahan tipe I
Membebaskan terdakwa yang bersalah. Kesalahan tipe II

2. Jual Beli Buah


Misalkan seseorang ingin membeli buah anggur di pasar tradisional.
Tentunya pedagang mengatakan bahwa anggur yang dijual berasa manis, sementara
pembeli biasanya tidak langsung percaya dengan apa yang dikatakan penjual
tersebut. Biasanya pembeli mencoba mencicipi beberapa buah untuk meyakinkan
apakah perkataan penjual tersebut benar atau tidak. Jika setelah mencicipi beberapa
buah anggur ternyata memang berasa manis, tentunya pembeli menyimpulkan bahwa
semua anggur yang dijual berasa manis dan memutuskan untuk membeli.

1
Pada kasus di atas, jual beli buah tersebut dapat digunakan untuk
menganalogikan uji hipotesis sebagai berikut :

JUAL BELI ANGGUR UJI HIPOTESIS

Buah anggur dalam keranjang pedagang Populasi


Rasa buah anggur : manis Hipotesis Nol (H0)
Rasa buah anggur : tidak manis Hipotesis Alternatif (H1)
Buah anggur yang dicicipi pembeli Sampel
Pembeli mencicipi buah anggur Pengumpulan data
Pembeli merasakan Menghitung statistik uji
Pembeli mempertimbangkan rasa Penentuan daerah kritik
Buah anggur dibeli/tidak Keputusan uji
Dibeli (manis) Gagal menolak H0
Tidak dibeli (tidak manis) Menolak H0
Anggapan buah anggur manis Asumsi H0 benar
Tidak membeli buah anggur yang manis Kesalahan tipe I
Membeli buah anggur yang tidak manis Kesalahan tipe II

B. Materi Uji Hipotesis


Hipotesis statistik, disingkat hipotesis, didefinisikan sebagai suatu asersi
(assertion) atau konjengtur (conjecture) mengenai satu atau lebih populasi.
Definisi tersebut dapat dikatakan dengan kata lain sebagai berikut. Hipotesis
merupakan pernyataan atau dugaan mengenai kuantitas yang ada di satu atau lebih
populasi. Sejalan dengan pengertian parameter, maka hipotesis menduga nilai dari
parameter di satu atau lebih populasi. Dugaan ini tentu saja berdasarkan kepada telaah
pustaka dan kerangka berpikir tertentu.
Tentu saja kebenaran yang seratus persen mengenai hipotesis tidak akan pernah
diketahui, kecuali kalau penelitian itu dikenakan kepada seluruh anggota di populasinya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa sangat mungkin ketika diuji pada sampel tertentu suatu
hipotesis diterima kebenarannya, namun sesungguhnya tidak demikian jika dikenakan
kepada seluruh anggota di populasinya. Di sinilah sangat pentingnya penarikan sampel
yang representatif dari populasinya.
Perlu pula dicamkan bahwa dalam statistik tidak pernah digunakan kata “suatu
hipotesis terbukti” dan “suatu hipotesis tidak terbukti”. Hal ini disebabkan di dalam
matematika kata “sesuatu terbukti benar untuk populasi” apabila benar untuk setiap
anggota di populasi. Pada hal, penelitian (yang menggunakan statistika inferensial) tidak

2
pernah mencobakan kepada setiap anggota populasi. Terminologi yang dipakai adalah
apakah “hipotesis ditolak” atau “hipotesis tidak ditolak”. Pada buku kata “tidak ditolak”
kadang-kadang diganti dengan kata “diterima”.
Perhatikan pula bahwa pernyataan suatu hipotesis diterima harus diartikan bahwa
sampai dengan saat itu (saat penelitian disimpulkan) belum ditemukan adanya data yang
mendukung sebaliknya. Atau harus diartikan bahwa hipotesis tersebut didukung oleh
data yang telah ditemukan atau diamati sampai dengan saat penelitian itu disimpulkan.

Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif


Pada umumnya orang mengelompokkan hipotesis menjadi dua jenis, yaitu hipotesis nol
(null hypothesis) dan hipotesis alternatif (alternative hypothesis).
Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan dengan harapan bahwa hipotesis
tersebut nantinya ditolak setelah dilakukan uji hipotesis. Hipotesis nol dilambangkan
dengan H0. Penolakan hipotesis nol akan mengakibatkan penerimaan hipotesis
alternatif. Hipotesis alternatif dilambangkan dengan H1 (atau HA). Ini berarti bahwa
hipotesis alternatif adalah hipotesis yang dirumuskan dengan harapan bahwa rumusan
tersebut nantinya akan diterima kebenarannya setelah dilakukan uji hipotesis.
Kalau orang mengadakan penelitian, maka pada umumnya orang tersebut
bertujuan untuk menunjukkan bahwa, misalnya, suatu obat akan lebih baik daripada
obat yang lain, atau, misalnya, untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang dia punyai tidak
sama dengan sesuatu yang dipunyai oleh orang lain. Oleh karena itu, pada buku ini,
hipotesis alternatif adalah hipotesis memuat tanda ¹, >, atau <. Sebaliknya, hipotesis nol
adalah hipotesis yang memuat tanda =, £, atau ³.
Berdasarkan pembicaraan pada alinea terakhir, terdapat tiga macam pasangan
hipotesis (H0 dan H1), yang disebut Tipe A, Tipe B, dan Tipe C, yang contohnya adalah
sebagai berikut. Misalnya hipotesisnya mengenai suatu rataan, maka rumusan ketiga
tipe tersebut adalah (c adalah bilangan konstan):
Tipe A Tipe B Tipe C
H0: m = c H0: m £ c H0: m ³ c
H1: m ¹ c H1: m > c H1: m < c
Misalnya hipotesisnya tentang perbedaan rataan, maka contoh rumusan ketiga tipe
tersebut adalah sebagai berkut:
Tipe A Tipe B Tipe C
H0: mA = mB H0: mA £ mB H0: mA ³ mB
H1: mA ¹ mB H1: mA > mB H1: mA < mB

3
Perumusan hipotesis Tipe A sering disebut perumusan hipotesis dua ekor,
perumusan hipotesis Tipe B sering disebut perumusan hipotesis satu ekor kanan,
sedangkan perumusan Tipe C sering disebut perumusan hipotesis satu ekor kiri.
Perhatikan kembali perumusan hipotesis Tipe B pada contoh yang kedua. Jika H1
yang diterima, maka kesimpulan uji hipotesisnya ialah mA > mB. Kalau hipotesis itu,
misalnya, berkaitan dengan pengujian dua cara, maka fakta tersebut mengatakan kepada
kita bahwa cara A lebih baik daripada cara B. Sebaliknya, jika H0 yang diterima, maka
kesimpulan uji hipotesisnya ialah mA £ mB.
Seperti diketahui, pernyataan mA £ mB mengandung arti bahwa salah satu saja
yang benar, yaitu apakah mA < mB yang benar ataukah mA = mB yang benar. Ini berarti,
kalau H0 yang diterima, kita belum dapat menyimpulkan apakah cara A yang lebih jelek
daripada cara B ataukah cara A sama baiknya dengan cara B. Sehungga Kesimpulan
yang benar adalah cara A tidak lebih baik daripada cara B.
Walaupun pada penelitian yang sesungguhnya, yang muncul di benak para peneliti
adalah hipotesis alternatif, namun dalam bahasa statistik, diperjanjikan bahwa yang diuji
adalah hipotesis nol. Jadi, pada uji statistik, keputusan ujinya adalah apakah H0 nya
ditolak (tidak diterima) ataukah H0nya tidak ditolak (diterima).

Tipe Kesalahan
Di muka telah dikatakan bahwa kesimpulan pada uji statistik dapat saja salah kalau
dikonfrontasikan kepada seluruh anggota populasi. Artinya, H0 yang ditolak pada suatu
uji statistik, dapat saja pada populasi, H0 tersebut benar adanya. Atau sebaliknya, pada
uji statistik H0 tidak ditolak, tetapi kenyataannya pada populasinya H0 tersebut salah.
Kesalahan jenis pertama disebut kesalahan Tipe I dan kesalahan jenis kedua disebut
kesalahan Tipe II.
Peluang terjadinya kesalahan Tipe I dilambangkan dengan a dan disebut tingkat
signifikansi atau tingkat kebermaknaan uji tersebut. Di sisi lain, peluang terjadinya Tipe
II dilambangkan dengan b. Kuantitas (1-b) disebut kekuatan uji hipotesis tersebut. Pada
pengujan hipotesis sangat diinginkan untuk memperoleh baik a maupun b yang kecil.

Uji Hipotesis untuk Mean (Variansi Diketahui)


1. Formulasikan hipotesis
a) H0 : m = m0 b) H0 : m £ m0 c) H0 : m ³ m0
H1 : m ¹ m0 H1 : m > m0 H1 : m < m0
2. Tentukan tingkat signifikan (a)

4
3. Tentukan statistik uji
X - m0
Z= ~ N (0,1)
s/ n
dimana :
X : mean sampel
m0 : mean populasi (dugaan)

s : Standar deviasi populasi (diketahui)


n : cacah sampel
4. Komputasi statistik uji berdasarkan data sampel
5. Tentukan daerah kritik
a) Uji dua ekor b) Uji satu ekor kanan c) Uji satu ekor kiri

-Za Za/2 Za -Za


DK = {Z | |Z| > Za/2 } DK = {Z | Z > Za } DK = {Z | Z < - Za }
6. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Z Î DK
7. Kesimpulan

Uji Hipotesis untuk Mean (Variansi tidak Diketahui)


1. Formulasikan hipotesis
a) H0 : m = m0 b) H0 : m £ m0 c) H0 : m ³ m0
H1 : m ¹ m0 H1 : m > m0 H1 : m < m0
2. Tentukan tingkat signifikan (a)
3. Tentukan statistik uji
X - m0
t= ~ t ( n -1)
s/ n
dimana :
X : mean sampel
m0 : mean populasi (dugaan)
s : Standar deviasi sampel
n : cacah sampel
4. Komputasi statistik uji berdasarkan data sampel

5
5. Tentukan daerah kritik
a) Uji dua ekor b) Uji satu ekor kanan c) Uji satu ekor kiri

-t(a/2,n-1) t(a/2,n-1) t(a,n-1) t(a,n-1)


DK = {t | |t| > t(a/2,n-1) } DK = {t | t > t(a,n-1) } DK = {t | t < - t(a,n-1) }
6. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Z Î DK
7. Kesimpulan

Uji Hipotesis untuk Perbandingan Dua Mean (Variansi Diketahui)


1. Formulasikan hipotesis
a) H0 : mA = mB b) H0 : mA £ mB c) H0 : mA ³ mB
H1 : mA ¹ mB H1 : mA > mB H1 : mA < mB
2. Tentukan tingkat signifikan (a)
3. Tentukan statistik uji
X1 - X 2
Z= ~ N (0,1)
s 12 s 22
+
n1 n 2
dimana :
X j : mean sampel ke j

s j : Standar deviasi populasi ke j (diketahui)

nj : cacah sampel ke j
4. Komputasi statistik uji berdasarkan data sampel
5. Tentukan daerah kritik
a) Uji dua ekor b) Uji satu ekor kanan c) Uji satu ekor kiri

-Za Za/2 Za -Za


DK = {Z | |Z| > Za/2 } DK = {Z | Z > Za } DK = {Z | Z < - Za }
6. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Z Î DK
7. Kesimpulan

6
Uji Hipotesis untuk Perbandingan Dua Mean (Variansi tidak Diketahui)
1. Formulasikan hipotesis
a) H0 : mA = mB b) H0 : mA £ mB c) H0 : mA ³ mB
H1 : mA ¹ mB H1 : mA > mB H1 : mA < mB
2. Tentukan tingkat signifikan (a)
3. Tentukan statistik uji
X1 - X 2
t= ~ t ( n1 + n2 - 2)
1 1
sp +
n1 n 2

(n1 - 1) s12 + (n 2 - 1) s 22
sp =
n1 + n 2 - 1
dimana :
X j : mean sampel ke j

s 2p : variansi sampel gabungan

s 2j : variansi sampel ke j

nj : cacah sampel ke j
4. Komputasi statistik uji berdasarkan data sampel
5. Tentukan daerah kritik
a) Uji dua ekor b) Uji satu ekor kanan c) Uji satu ekor kiri

-t(a/2,n-1) t(a/2,n-1) t(a,n-1) t(a,n-1)


DK = {t | |t| > t(a/2,n-1) } DK = {t | t > t(a,n-1) } DK = {t | t < - t(a,n-1) }
6. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Z Î DK
7. Kesimpulan

Contoh :
1. Menurut pengalaman selama beberapa tahun terakhir ini, pada ujian matematika
standar yang diberikan kepada siswa-siswa SMU di Surakarta diperoleh rataan 74.5
dengan deviasi deviasi 8.0. Tahun ini dilaksanakan metode baru untuk dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang studi matematika tersebut. Setelah
metode baru tersebut dilaksanakan, secara random dari populasinya, diambil 40

7
siswa untuk dites dengan ujian matematika standar. Nilai keempatpuluh siswa
tersebut adalah sebagai berikut.
78 82 75 76 75 76 88 75 76 74
62 78 80 58 65 84 99 81 87 74
64 65 79 68 75 66 80 74 62 83
77 71 72 79 76 83 63 87 81 71
Jika diambil a = 5%, apakah dapat disimpulkan bahwa metode baru tersebut dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam matematika?

2. Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah peningkatan konsentrasi


substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Untuk keperluan tersebut
diambil sampel random sebanyak 20 kali reaksi dengan konsentrasi substrat 1.5 mol
per liter dan 18 reaksi dengan konsentrasi substrat 2.0 mol per liter. Kecepatan rata-
rata yang diperoleh dalam mikromol per 30 menit adalah sebagai berikut :
1.5 mol/ltr 5.6 6.5 7.3 8.2 6.8 8.0 7.7 7.1 6.2 8.7 7.1 8.2 7.9 7.8
8.1 5.9 6.5 7.2 6.6 5.5
2.0 mol/ltr 6.7 7.7 9.0 6.6 8.5 7.3 7.1 8.8 9.3 9.3 8.1 7.5 6.9 6.8
8.8 9.1 7.8 7.0
Dari hasil tersebut tentukan kesimpulan uji hipotesis saudara !
( gunakan a = 5 % )

3. Dinas Kesehatan menyatakan bahwa batas ambang kandungan bahan pencemar


untuk air sungai adalah 15 sat. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui
apakah air sungai bengawan solo sudah tercemar. Untuk keperluan tersebut diambil
sampel air sungai bengawan solo di 10 tempat yang berbeda, dan hasilnya
menunjukkan kandungan bahan pencemar untuk masing-masing sampel sbb :
14 15 17 13 18 16 20 17 14 15 12 14 15 18 19
Apakah kesimpulan saudara ? (gunakan a = 1%)

Anda mungkin juga menyukai