Anda di halaman 1dari 126

PENGGUNAAN DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) DAN

DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius


Roxb.) SEBAGAI PENGENDALI HAMA
GUDANG Sitophilus oryzae L.

SINTIA DWI PUTRI

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
PENGGUNAAN DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) DAN
DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius
Roxb.) SEBAGAI PENGENDALI HAMA
GUDANG Sitophilus oryzae L.

SINTIA DWI PUTRI


J1A114025

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Sintia Dwi Putri (J1A114025). Penggunaan Daun Sukun (Artocarpus Altilis) Dan
Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Sebagai Pengendali Hama
Gudang Sitophilus Oryzae L. Dibimbing oleh Ibu Ir. Indriyani, M.P dan Ibu Dr.
Ir. Hj. Lavlinesia, M.Si.

RINGKASAN

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari


tumbuhan yang kaya akan senyawa bioaktif. Daun sukun (Artocarpus altilis)
mengandung saponin, tannin, flavonoid, triterpenoid, sulfur, kumarin dan steroid
yang berfungsi sebagai pestisida. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol dan minyak
atsiri yang terdiri dari 6-42% hidrokarbon seskuiterpen dan 6% monoterpen
linalool, dan 10% senyawa aromatik berupa 2-asetil-1-pirolin. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pestisida nabati terhadap
penolakan hama gudang Sitophilus oryzae L., mendapatkan jenis pestisida nabati
yang paling efektif dan mencari konsentrasi dari pestisida daun sukun, pandan dan
campuran daun sukun dan pandan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 bagian yaitu bagian I perlakuan konsentrasi daun sukun
(0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%), bagian II perlakuan konsentrasi daun pandan
(0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%) dan bagian III perlakuan konsentrasi dari
campuran 50:50 daun sukun dan daun pandan (0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga didapat 20 satuan
percobaan pada setiap bagian. Parameter yang diamati adalah analisa serbuk
(kadar air, warna dan uji fitokimia secara kualitatif), persentase penolakan,
mortalitas, efikasi, kecepatan kematian dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serbuk daun sukun dan
daun pandan wangi berpengaruh sebagai penolak hama gudang Sitophilus oryzae
L. Jenis pestisida nabati yang efektif dalam menolak hama gudang Sitophilus
oryzae L. adalah pestisida nabati campuran daun sukun dan daun pandan wangi
konsentrasi 10% dengan persentase penolakan 56,25%, mortalitas 53,75%,
kecepatan kematian 1,81 ekor/hari, efikasi 53,75% dan uji organoleptik
penerimaan keseluruhan dengan skor 4 (Suka).
Dari penelitian ini, maka disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai % perbandingan pestisida nabati campuran antara serbuk daun
sukun dan daun pandan wangi 25 : 75 untuk meningkatkan persentase penolakan
yang lebih tinggi.
Kata kunci : Daun-pandan, daun-sukun, pestisida-nabati, sitophilus-oryzae-L.
RIWAYAT HIDUP

SINTIA DWI PUTRI, dilahirkan di Koto Majidin Hilir


pada tanggal 01 November 1996. Penulis merupakan anak
kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Nariadi dan
Ibu Niswalidar.
Penulis telah menempuh pendidikan formal dimulai pada
tahun 2001 di TK Al-Jihad Koto Majidin. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 67/III
Koto Majidin Mudik pada tahun 2002-2008 kemudian
melanjutkan pendidikan di MTsN Air Hangat pada tahun 2008-2011. Setelah
lulus, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2
Kerinci dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jambi melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri).
Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi sebagai anggota
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), anggota Al- Aziz dan anggota Himpunan
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (HIMATEHTA).
Selain itu, penulis juga menjadi asisten dosen mata kuliah Fisika Dasar
(2017-2018). Penulis juga pernah mengikuti pemilihan Mahasiswa Berprestasi
(MAWAPRES) Fakultas Teknologi Pertanian pada tahun 2016 dan 2017. Pada
tahun 2017, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 300
jam kerja di PKS PT. Palma Jaya Sejahtera, Kabupaten Muaro Jambi pada bulan
Juli 2017 – September 2017 dengan judul laporan PKL “Analisis Kehilangan
Minyak (Oil Losses) Pada Tricanter Di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Palma Jaya Sejahtera Desa Suka Damai Mestong”.
Dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi, penulis melakukan penelitian
pada bulan Maret 2018 sampai Juni 2018 dengan judul skripsi “Penggunaan Daun
Sukun (Artocarpus altilis) Dan Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.) Sebagai Pengendali Hama Gudang Sitophilus oryzae L.” dibawah
bimbingan Ibu Ir. Indriyani, M.P dan Ibu Dr. Ir. Hj. Lavlinesia, M.Si Selanjutnya
pada tanggal 14 Agustus 2018 penulis melaksanakan ujian skripsi dan dinyatakan
lulus sebagai Sarjana Teknologi Pertanian.
ِ‫الرِح ِيم‬
َّ ِ‫الر ْْحن‬
َّ ‫بِ ْس ِمالل ِه‬
(Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)

“Sungguh ….. atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah”
(Q.S Al-Kahfi : 39)

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu


telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja dengan sungguh-sungguh
(untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
berharap”
(Q.S Al-Insyirah : 6-8)

“Allah tidak membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan batas


kemampuannya”
(Q.S Al-Baqarah : 286)

Ilmu adalah bekal paling baik untuk hari tua


(Aristoteles)

Lakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan dan selalu libatkan Allah SWT
dalam setiap keadaan
(Sintia Dwi Putri)

PERSEMBAHAN

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih,
bahagia dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman, yang telah
memberi warna-warni di kehidupanku. Kubersujud dihadapan-Mu Ya Allah, Engkau
berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di penghujung awal perjuanganku.

Sembah sujud dan syukur ku persembahkan kepada Allah SWT atas semua kemurahan
ijabah do’a yang terbukti memberi kelancaran dalam skripsi ini untuk dapat
kupersembahkan pada orang-orang tersayang dan juga takdir-Mu menjadikanku
manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani
kehidupan ini. Tak lupa sholawat teriring salam dihadiahkan pada roh junjungan alam
Nabi besar Muhammad SAW.

Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-
cita besarku.

Karya kecilku ini ku persembahkan teruntuk


Keluargaku yang sangat kusayangi, kuhormati dan kubanggakan. Kepada kedua
orang tuaku Ayah Nariadi dan Ibu Niswalidar yang kuyakini dikirim Allah SWT
sebagai malaikat untukku yang menjadi sumber semangat hidupku. Terima
kasih atas semua pengorbanan yang telah Ayah dan Ibu berikan yang tidak
mungkin dapat terbalaskan sampai kapanpun. Satu kalimat yang ingin ku
sampaikan“Yah, Bu, akhirnya ya mewujudkan impian besar kalian untuk
menjadi seorang Sarjana (Magisternya In shaa Allah Coming Soon ya
Yah, Bu)”. Terima kasih juga untuk kakak terhebat Sely Fricilia, S.Pd dan
Abang Ipar Yulian Fitra Jaya serta adek tersayang Sonia Tri Nalia untuk semua
kasih sayang, do’a dan dukungannya serta tak lupa pula sentilan-sentilan
nyinyir kalian yang membangkitkan semangat agar secepatnya dapat
memperoleh gelar Sarjana ini. Thank’s guys.

Teruntuk keluarga besar Syafrudin Rio dan Angkat Perak, Terima kasih untuk semua
do’a terbaiknya.
Ucapan terima kasih banyak teruntuk Ibu Ir. Indriyani, M.P dan Ibu Dr. Ir. Hj.
Lavlinesia, M.Si atas bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat berperan penting
selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini. Dan untuk semua ilmu yang
bermanfaat dari dosen-dosenku.
Untuk semua team seperjuangan :
Wak giok squad : Sarjan Taheir Arsani, Yus Ariansah, Andri Yulianto, S.Kom,
Triyogi Barsah, Novita Fransiska, S.TP, Nur’ainun Siregar, Elna Novtiana, Renggi Ulil
Amri, Tedi Afriansyah, Amd.Kep dan Edi Kurniawan
No Name squad : Niken Vena Lestari, S.TP dan Tri Rizki

ASZURA squad : Annisa Delisa, Ratika Sari dan Zelin Nofena Putri

Magang squad : Rahmad Ramadhon, Muhammad Mubarak, Joko Sugiarto, Yoshua


Desmon dan Lia Helena
Kerinci squad : Gita Duantari, Windi Oktaviani, Anggel Tomara, Wahyudi Deka
Saputra, Wendi Prasetya dan Silvia Multianti
My Team : Dian Yunita Fitri, S.TP, Joko Ludang, Huzaimah, Umi Fajaryati, Novi Sri
Wahyuni, Laura Ika Kadila, Kartika Sari, Pandapotan Erikson
THP 14 :M. Yusuf Wardana, Eli Maryana, S.TP, Ariyanda Bill, Rani Permata Sari,
S.TP, Dina Juhana, Khairunnisa, Tiara Fitriani, Dwi Akbar Khailani, Nanda Prayogi,
Yeni Marshela, Almira Sukendra, Jeane Ramayanti, Fezi Rahma Nanda, Wahyu Tri
Jadmiko, Meika Purnamawati, Kusmi Handayani, Tiffani Saragih, Juni Nurafni L,
Viola Rahmatika, Lamtiar Rogantina P, Saragita Napitu, Jumeidi Kurniatama, M.
Wasil, Jadmiko Nugroho, Agung Pangestu, Bayu Ardiansyah, Nadhila Khairunnisa,
Ramadani, Hasnatul Ummah, Narti Sasriyanti, Candra Januarinsan, M. Bagus
Setiawan, M. Ansor, Endra Samitra, Dwi Rahmadi, Kurnianda Sataji, Jose Andre,
Sasdro O, Noviardi Nainggolan, Aditya Eka dan Aditya Laksamana
THP 13 : Bg Irwan Sudaryanto, S.TP, Bg Gusti Randa, S.TP, Bg Johan Simanjuntak,
S.TP, Bg I Made Gintang, S.TP, Kak Rosa Mutiara, S.TP, Kak Nurhikmah, S.TP
THP 12 : Kak Asih Aprilia, S.TP

Senior THP 10, 11, 12, 13 dan adik-adik THP 15, 16, 17, 18 dan teman-teman
seangkatan dari Jurusan TIP dan TEP 14
Terkhusus Bg Rudi Nata, Bg Prasetyo, Kak Hira, Kak Erma, Kak Fitri, Kak Sri dan
Kak Liri atas semua kebaikan dan kemudahan yang diberikan selama perkuliahan
khususnya penelitian
Teruntuk semua keluarga besar PT. Palma Jaya Sejahtera. Thank you so much to all

Terima kasih untuk semua pihak, termasuk orang-orang yang ada dibalik
semua kesuksesan perjuangan ditahap ini yang telah memberikan bantuan
dalam bentuk apapun (secara nyata maupun tak nyata) dan Terima kasih
atas do’a, inspirasi dan motivasinya.
Kama Tadinu Tudan (Sebagaimana engkau berbuat, maka seperti
itu pula engkau akan dibalas)

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai


untuk jutaan mimpi yang akan dikejar dan
untuk sebuah pengharapan agar hidup jauh lebih bermakna.
Teruslah berjuang tanpa mengenal kata putus asa.
Ingatlah tiada hasil yang mengkhianati usaha.

Thank You

Jambi, September 2018


Sintia Dwi Putri, S.TP
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukrulillah penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Daun Sukun (Artocarpus
Altilis) Dan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Sebagai
Pengendali Hama Gudang Sitophilus Oryzae L.”.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan


rasa hormat yang setulusnya kepada semua pihak khususnya :
1. Ibu Dr. Ir. Hj. Dharia Renate, M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jambi.
2. Ibu Ir. Surhaini, M.P selaku ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Jambi sekaligus sebagai dosen penguji II.
3. Ir. Indriyani, M.P selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Ibu Dr. Ir. Hj. Lavlinesia, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si selaku dosen penguji I.
6. Ibu Ulyarti, S.TP., M.Sc Selaku Ketua Prodi Teknologi Hasil Pertanian.

Demikian ucapan terimakasih penulis, penulis menyadari bahwa masih


banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang
mendukung dari pembaca akan sangat diterima untuk perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan tentunya
juga bagi para pembaca. Aamiin aamiin ya Rabbal’alamin

Jambi, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Hipotesis ................................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6


2.1 Pandan Wangi ........................................................................................... 6
2.2 Tanaman Sukun ........................................................................................ 8
2.3 Beras ......................................................................................................... 11
2.4 Sitophilus oryzae L. .................................................................................. 13
2.5 Pestisida Nabati ........................................................................................ 16

III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 20


3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................... 20
3.2 Bahan dan Alat .......................................................................................... 20
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................... 21
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 22
3.5 Metode Analisa ......................................................................................... 23
3.6 Analisa Data ............................................................................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 29


4.1 Spesifikasi Serbuk .................................................................................... 29
4.2 Persentase Penolakan Hama Guang Sitophilus oryzae L. .........................32
4.3 Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. Yang Mati ............................36
4.4 Uji Organoleptik Beras dan Nasi yang diberi Perlakuan Pestisida Nabati .46

V. KESIMPULAN .................................................................................................55
5.1 Kesimpulan ................................................................................................55
5.2 Saran ..........................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................56


LAMPIRAN ...........................................................................................................62

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Beras Giling (Dalam 100 Gram Bahan) ..................................... 13


2. Deskripsi Warna Berdasarkan Nilai L, a dan b ............................................ 24
3. Pembagian Warna ºhue (Hutching, 1999) .................................................... 24
4. Pembagian Perubahan Warna ....................................................................... 25
5. Kadar Air dan Ukuran Serbuk Daun Sukun, Pandan dan Campuran ........... 29
6. Deskripsi Warna Daun Sukun dan Pandan (Segar dan Serbuk) ................... 30
7. Hasil Uji Fitokimia Daun Sukun dan Pandan .............................................. 31
8. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras dan Nasi dari Pestisida Daun
Sukun ............................................................................................................ 47
9. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras dan Nasi dari Pestisida Daun
Pandan ........................................................................................................... 49
10. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras dan Nasi dari Pestisida Campuran.. 51
11. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras dan Nasi Perbandingan Pestisida
Daun Sukun, Pandan dan Campuran ........................................................... 53

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Daun Pandan Wangi .................................................................................... 6


2. Tanaman Sukun .......................................................................................... 9
3. Imago Sitophilus oryzae L ........................................................................... 14
4. (A) Telur, (B) Larva, (C) Pupa, (D) Imago ................................................ 16
5. Aplikasi Serbuk Daun Sukun dan Daun Pandan Wangi ...............................23
6. (A) Serbuk Daun Sukun, (B) Serbuk Daun Pandan .......................................29
7. (A) Sukun segar, (B) Serbuk sukun, (C) Pandan segar, (D) Serbuk
.pandan ............................................................................................................30
8. Persentase Penolakan Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari
Pestisida Nabati Daun Sukun ........................................................................ 32
9. Persentase Penolakan Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari
Pestisida Nabati Daun Pandan .......................................................................33
10.Persentase Penolakan Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari
Pestisida Nabati Campuran .............................................................................34
11.Persentase Penolakan (%) Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan Dan
Campuran .......................................................................................................35
12.Mortalitas Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari Pestisida
Nabati Daun Sukun .........................................................................................36
13.Mortalitas Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari Pestisida
Nabati Daun Pandan .......................................................................................37
14.Mortalitas Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari Pestisida
Nabati Campuran ............................................................................................38
15.Mortalitas (%) Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan Dan Campuran .........39
16.Efikasi Harian Hama Gudang Sitophilus Oryzae L. Dari Pestisida .Nabati
Daun Sukun ....................................................................................................41
17.Efikasi Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari Pestisida .Nabati
Daun Pandan ..................................................................................................41
18.Efikasi Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari Pestisida .Nabati
Campuran .......................................................................................................42
19.Efikasi (%) pestisida nabati daun sukun, pandan dan campuran ...................43
20.Kecepatan Kematian Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari
Pestisida .Nabati Daun Sukun .........................................................................44
21.Kecepatan Kematian Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari
Pestisida .Nabati Daun Pandan .......................................................................44
22.Kecepatan Kematian Harian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dari
Pestisida .Nabati Campuran ............................................................................45
23.Kecepatan Kematian Hama Gudang Sitophilus oryzae L. dengan
Penambahan Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan Dan Campuran .............46

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Diagram Alir Proses Pembuatan Pestisida Nabati (Hendrik, 2016) .......... 62


2. Aplikasi Pestisida Nabati pada Hama Gudang Sitophilus oryzae L.
Bagian I...................................................................................................... 63
3. Aplikasi Pestisida Nabati pada Hama Gudang Sitophilus oryzae L.
Bagian II .................................................................................................... 64
4. Aplikasi Pestisida Nabati pada Hama Gudang Sitophilus oryzae L.
Bagian III ................................................................................................... 65
5. Kuisioner Uji Organoleptik ....................................................................... 66
6. Data Kadar Air Serbuk Daun Sukun, Pandan dan Campuran ................... 68
7. Data Analisis Warna L*a*b* Daun Sukun dan Daun Pandan (Segar &
Serbuk)....................................................................................................... 69
8. Data Analisa Fitokimia Serbuk Daun Sukun ............................................. 70
9. Data Analisa Fitokimia Serbuk Daun Pandan ........................................... 71
10. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Pindah dari Plastik ke
Toples (Penolakan) dengan Penambahan Pestisida Nabati Daun Sukun
selama 14 Hari ........................................................................................... 72
11. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Pindahdari Plastik ke
Toples (Penolakan) dengan Penambahan Pestisida Nabati Daun Pandan
selama 14 Hari ........................................................................................... 73
12. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Pindah dari Plastik ke
Toples (Penolakan) dengan Penambahan Pestisida Nabati Campuran
selama 14 Hari ........................................................................................... 74
13. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati (Mortalitas)
dengan Penambahan Pestisida Nabati Daun Sukun selama 14 Hari ......... 75
14. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati (Mortalitas)
dengan Penambahan Pestisida Nabati Daun Pandan selama 14 Hari ........ 76
15. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati dengan
Penambahan Pestisida Nabati Campuran selama 14 Hari ........................ 77
16. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras yang diaplikasikan dengan
Pestisida Nabati Daun Sukun .......................................................................78
17. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras yang diaplikasikan dengan
Pestisida Nabati Daun Sukun ................................................................... 79
18. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Sukun ...................................................... 80
19. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Sukun ....................................................... 81

v
20. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Sukun ....................................................... 83
21. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras dan Nasi
yang diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Sukun ........................ 84
22. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras yang diaplikasikan dengan
Pestisida Nabati Daun Pandan ................................................................. 85
23. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras yang diaplikasikan dengan
Pestisida Nabati Daun Pandan ................................................................. 87
24. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Pandan ..................................................... 88
25. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Pandan ..................................................... 89
26. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Pandan ..................................................... 90
27. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras dan Nasi
yang diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Pandan ...................... 91
28. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras yang diaplikasikan dengan
Pestisida Nabati Campuran ....................................................................... 92
29. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras yang diaplikasikan dengan
Pestisida Nabati Campuran ....................................................................... 93
30. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Campuran .......................................................... 95
31. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Campuran .......................................................... 96
32. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Campuran .......................................................... 97
33. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras dan Nasi
yang diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Campuran ........................... 99
34. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras Perbandingan antara Pestisida
Nabati Daun Sukun, Pandan dan Campuran ...............................................100
35. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras dari Beras Perbandingan
antara Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan Campuran................... 101
36. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras Perbandingan antara
Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan Campuran............................. 103
37. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras Perbandingan
antara Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan Campuran................... 104
38. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras Perbandingan antara
Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan Campuran............................. 106
39. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras dan Nasi
Perbandingan antara Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan
Campuran ..................................................................................................108

vi
40. Dokumentasi Penelitian Pengujian Pestisida Nabati Daun Sukun,
Pandan dan Campuran Terhadap Hama Gudang Sitophilus oryzae L. .... . 109

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan bahan makanan yang dihasilkan dari padi. Beras


merupakan golongan biji-bijian yang utama didunia yang mencakup 22,7 % dari
luas pertanamannya atau 22,8 % dari total produksi biji-bijian didunia (Adiratma,
2004). Beras menjadi pangan hampir seluruh penduduk Indonesia tanpa
terkecuali. Berdasarkan sisi gizi dan nutrisi, beras memang relatif unggul
dibandingkan dengan pangan lain. Seluruh bagian beras bisa dimakan. Kandungan
energinya mencapai 360 kalori per 100 gram. Beras adalah sumber protein yang
baik dengan kandungan protein 6,8 gram per 100 gram. Di dalam neraca makanan
Indonesia, sumbangan beras terhadap energi dan protein masih sangat tinggi yaitu
lebih dari 55%, seseorang yang makan beras dalam jumlah cukup diduga tidak
akan kekurangan protein (Suhartiningsih, 2004).
Mutu beras menjadi perhatian penting dari semua pihak karena akan
berpengaruh terhadap sifat fisik dan cita rasa. Mutu beras dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu varietas, lingkungan tempat tumbuh dan pengendalian pasca
panen seperti proses penyimpanan. Penyimpanan beras harus dilakukan dengan
baik untuk melindungi beras dari pengaruh cuaca, mencegah hama, dan mencegah
perubahan mutu serta nilai gizi beras (Ahmad dkk, 2013). Penyimpanan beras
dalam waktu yang lama dengan kondisi yang kurang baik akan menimbulkan
kerusakan pada beras. Faktor lain yang menyebabkan kerusakan pada beras adalah
kelembaban pada tempat-tempat atau gudang penyimpanan serta kelembaban
bulir padi yang masih tinggi yang menyebabkan timbulnya Sitophilus oryzae L.
(Toekidjo, 1996).
Hama pengganggu yang menyerang beras adalah kumbang atau kutu beras
(Sitophilus oryzae L.) yang termasuk familia Curculionidae dari genus Sitophilus.
Hama ini tersebar ditempat atau daerah-daerah yang beriklim tropis dan subtropis,
terutama di tempat-tempat atau daerah yang terdapat simpanan produk beras.
Kerusakan yang ditimbulkan akibat hama gudang Sitophilus oryzae L. akan
menyebabkan beras menjadi berlubang kecil-kecil yang mengakibatkan

1
butiranberas tersebut cepat pecah dan remuk seperti tepung, sehingga akan
mengalami penurunan mutu dan harga 80% di pasaran (Dandi dan Soekarna,
1982).
Pengendalian hama gudang Sitophilus oryzae L. sampai sekarang ini masih
menggunakan pestisida dengan aplikasi fumigasi. Teknik fumigasi yaitu dengan
menambahkan zat atau campuran zat yang menghasilkan gas, uap, asap atau bau
untuk mengendalikan hama gudang (Kardinan, 2002). Bahan yang digunakan
dalam fumigasi di gudang-gudang bulog saat ini antara lain Phosphine dan Metyl
bromide (Bulog, 2014). Penggunaan fumigan di dalam pengendalian hama
gudang membutuhkan rancang bangun gudang yang khusus dan peralatan yang
khusus serta biaya yang mahal namun disisi lain juga menimbulkan dampak bagi
kesehatan manusia.
Salah satu alternatif pengendalian hama gudangSitophilus oryzae L. adalah
dengan penggunaan pestisida nabati sebagai senyawa yang ramah lingkungan,
dapat menolak atau mengusir hama gudang karena mengeluarkan bau yang tidak
disukai oleh hama gudang (Mulyadi, 2007). Pestisida nabati adalah pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002).
Tumbuhan kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami
terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan aman bagi
lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap kesehatan
manusia (Istianto, 2009).
Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai pestisida nabati
yaitu tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Menurut Dubey dkk (2010),
aktivitas biologi minyak atsiri terhadap hama gudang dapat bersifat menolak
(repellent), menarik (attractant), racun kontak (toxic), racun pernafasan
(fumigant), mengurangi nafsu makan (antifeedant), menghambat peletakan telur
(oviposition deterrent), menghambat petumbuhan, menurunkan fertilitas, serta
sebagai anti hama gudang vektor. Kandungan minyak atsiri dalam tanaman dapat
digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama gudang dengan cara melalui
kontak dengan sistem pencernaan yang dapat mengakibatkan kematian pada hama
gudang (Guzman dan Siemonsma, 1999). Penelitian Sari (2013) membuktikan
bahwa penggunaan daun salam, daun srikaya, daun sirsak dan daun sirih merah

2
dengan konsentrasi 1,25% berpengaruh terhadap mortalitas, populasi dan
persentase kerusakan beras. Berdasarkan penelitian Isnaini dkk (2015), serbuk
daun serai dan daun mengkudu dengan konsentrasi 15% sangat efektif dalam
membunuh Sitophilus oryzae L. Menurut penelitian Mayasari (2016) ekstrak daun
pandan wangi efektif membunuh Sitophilus oryzae L. dengan konsentrasi 10%.
Penelitian Sukandar dkk (2017) membuktikan bahwa distilat minyak atsiri pandan
wangi efektif dalam mengendalikan hama gudang Sitophilus oryzae L.
Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mengandung minyak
atsiri yang terdiri dari 6-42% hidrokarbon seskuiterpen dan 6% monoterpen
linalool, dan 10% senyawa aromatik berupa 2-asetil-1-pirolin (Guzman dan
Siemonsma, 1999). Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan menggunakan
daun pandan wangi sebagai pestisida nabati pengendali hama kutu beras
(Sitophilus Oryzae L.) yaitu dengan menggunakan distilat minyak atsiri daun
pandan wangi. Penelitian yang dilakukan oleh Dede dkk (2007) mengenai uji
penolakan kutu beras dari distilat minyak atsiri pandan wangi menunjukkan
persen penolakan yang terbaik sebesar 32,22% untuk konsentrasi 10%. Pada
penelitian tersebut tidak dilakukan uji organoleptik terhadap nasi dari beras yang
diberi perlakuan pestisida nabati. Penelitian Mayasari (2016) membuktikan bahwa
penggunaan serbuk kasar daun pandan wangi sebagai pestisida nabati berpengaruh
terhadap rasa, warna dan aroma nasi dari beras yang diujikan. Aplikasi pada
penelitian tersebut yaitu serbuk daun pandan wangi dicampur langsung dengan
beras yang sudah berisi hama Sitophilus Oryzae L. Hasil yang didapatkan yaitu
serbuk kasar daun pandan wangi segar menghasilkan warna nasi coklat dan hitam,
aroma yang dihasilkan bau dan rasa yang dihasilkan tidak enak.
Daun sukun (Artocarpus altilis) mengandung saponin, tannin, flavonoid,
triterpenoid, sulfur, kumarin dan steroid yang berfungsi sebagai pestisida (Wuri
dkk, 2013). Senyawa flavonoid pada daun sukun memiliki sifat insektisida yaitu
dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital hama yang dapat
menyebabkan kematian seperti pernafasan (Dinata, 2005). Flavonoid yang
bercampur dengan alkaloid, fenolik dan terpenoid memiliki aktivitas hormone
juvenile sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan hama gudang.
Penelitian Dean (2015) membuktikan bahwa ekstrak daun sukun mampu

3
membunuh lalat buah pada konsentrasi terendah yakni 5% dapat membunuh
53,3% hewan uji, pada konsentrasi 10% dapat membunuh 66,7% hewan uji, pada
perlakuan konsentrasi 15% dapat membunuh 76,7% lalat buah dan pada perlakuan
20% ekstrak dapat membunuh 83,3% lalat buah dari 30 ekor hewan uji. Penelitian
pestisida nabati dari daun sukun sejauh ini hanya diaplikasikan kepada hama lalat
buah Bactrocera spp dan belum ada penelitian terhadap hama gudang Sitophilus
Oryzae L.
Penelitian ini juga mengujikan campuran antara serbuk daun pandan wangi
dan serbuk daun sukun. Penggunaan campuran serbuk tersebut diharapkan dapat
memberikan efek pestisida terbaik dalam menolak dan menghambat
perkembangan Sitophilus oryzae L. Menurut Cloyd (2011), aplikasi campuran
pestisida ditujukan untuk meningkatkan keefektifannya. Hasil penelitian Dadang
dkk (2011) menunjukkan adanya peningkatan keefektifan formula pestisida nabati
yang mengandung beragam bahan aktif. Formula campuran ekstrak cabai jawa
(Piper retrofractum) + srikaya (Anona squamosa) dan Aglaia odorata + srikaya
lebih efektif mengendalikan ulat kubis Crocidolomia flavonana dan Plutella
xylostella dibandingkan dengan penyemprotan insektisida sintetik deltametrin.
Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul
Penggunaan Daun Sukun (Artocarpus altilis) Dan Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) Sebagai Pengendali Hama Gudang Hama
gudang Sitophilus Oryzae L.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh daun sukun dan daun pandan wangi sebagai pengendali
hama gudang Sitophilus Oryzae L.
2. Mendapatkan jenis pestisida nabati yang efektif sebagai pengendali hama
gudang Sitophilus Oryzae L.
3. Mendapatkan konsentrasi daun sukun dan daun pandan wangi yang paling
efektif dalam mengendalikan hama gudang Sitophilus Oryzae L.
4. Mengetahui konsentrasi pestisida nabati campuran perbandingan 50:50 dalam
mengendalikan hama gudang Sitophilus Oryzae L.

4
1.3 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan daun sukun dan


daun pandan wangi sebagai pengendali hama gudang Sitophilus Oryzae L.
2. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4 Hipotesis

1. Penambahan daun sukun dan daun pandan wangi berpengaruh sebagai


pengendali hama gudang Sitophilus Oryzae L.
2. Jenis pestisida nabati berpengaruh sebagai pengendali hama gudang Sitophilus
Oryzae L.
3. Konsentrasi daun sukun dan daun pandan wangi berpengaruh sebagai
pengendali hama gudang Sitophilus Oryzae L.
4. Konsentrasi pestisida nabati campuran perbandingan 50:50 berpengaruh
sebagai pengendali hama gudang Sitophilus Oryzae L.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandan Wangi

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) atau biasa disebut pandan


saja adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Pandan wangi
merupakan tanaman perdu, tingginya sekitar 1-2 m. Tanaman ini mudah dijumpai
di pekarangan atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Batangnya
bercabang, menjalar, pada pangkal keluar akar tunjang. Daun pandan wangi
berwarna hijau, diujung daun berduri kecil, kalau diremas daun ini berbau wangi.
Daun tunggal, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis
spiral. Helai daun tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang
40-80 cm, lebar 3-5 cm, dan berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan
bawah bagian ujung-ujungnya. Beberapa varietas memiliki tepi daun yang
bergerigi (Dalimartha,1999).
Tumbuhan pandan wangi dapat dijumpai di daerah tropis dan banyak
ditanam di halaman, di kebun dan di pekarangan rumah atau tumbuh liar di tepi-
tepi selokan yang teduh. Tumbuhan ini dapat tumbuh liar di tepi sungai, rawa dan
tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab dan dapat tumbuh subur dari
daerah pantai sampai daerah ketinggian 500 m dpl (di atas permukaan laut)
(Dalimartha, 1999).

Gambar 1. Daun Pandan Wangi (Pratama, 2010)

6
2.1.1 Kandungan Kimia Daun Pandan Wangi

Pandan wangi mempunyai kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin,


tanin, polifenol yang berfungsi sebagai zat antioksidan alami. Polifenol
merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik berperan penting dalam penyerapan
dan penetralkan radikal bebas atau menguraikan peroksida. Antioksidan fenolik
biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi. Kandungan
kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol yang berfungsi sebagai zat
antioksidan. Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen
aroma dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-
pyrroline (ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi
ACPY pada pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee
dan Sinee, 2006).
Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mengandung
alkaloida, saponin, flavonoida (Dalimartha, 2009). Alkaloid pada hama gudang
bertindak sebagai racun perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetil
kolinesterase sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat
mendegradasi membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur
(Cania, 2013).
Senyawa flavonoid pada daun pandan wangi memiliki sifat anti hama
gudang yaitu dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital
hama gudang yang dapat menyebabkan kematian, seperti pernapasan (Dinata,
2005). Flavonoid yang bercampur dengan alkaloid, fenolik dan terpenoid memilki
aktivitas hormon juvenil sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan hama
gudang (Elimam dkk., 2009). Kandungan daun pandan wangi yang meliputi
flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, polifenol, dan zat warna, diduga memiliki
kontribusi terhadap aktivitas antibakteri (Arisandi dan Andriani, 2008).
Saponin juga merupakan entomotoxicity yang dapat menyebabkan
kerusakan dan kematian telur, gangguan reproduksi pada hama gudang betina
yang menyebabkan adanya gangguan fertilitas (Chaieb, 2010). (Davidson, 2004)
mengatakan bahwa saponin konsentrasi rendah dapat menyebabkan gangguan
pengambilan makanan, penurunan pertumbuhan dan kematian sedangkan dalam

7
konsentrasi tinggi akan bersifat toksik. Menurut Nerio dan Stashenko (2010),
saponin memilikii efek anti jamur dan anti hama gudang.
Saponin dan terpenoid dapat dijadikan sebagai repellent. Repellent yaitu
dapat menolak kehadiran hama gudang, misalnya dengan bau yang menyengat.
Minyak atsiri memiliki kandungan golongan terpenoid, hidrokarbon dan senyawa
aromatik. Golongan terpenoid mengandung zat yang berfungsi sebagai repellent
diantaranya adalah cineol, eugenol, limonene, terpinolen, citronellol, champor,
dan timol (Nerio dan Stashenko,2010).

2.2 Tanaman Sukun

Menurut Rajendran (1992), tempat tumbuh tanaman sukun tersebar mulai


dari dataran rendah dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl),
namun terdapat juga pada tempat yang memiliki ketinggian 1.500 meter dpl.
Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah panas yang suhu rata-rata sekitar 20-
40ºC yang beriklim basah dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun dan
kelembaban relatif 70-90%. Menurut Alrasjid (1993) tanaman sukun menyukai
lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari. Keberadaan tanaman sukun di
suatu tempat merupakan indikator bahwa tanaman sukun bisa tumbuh dengan baik
di daerah tersebut asal tidak berkabut.
Menurut Rajendran (1992) tanaman sukun memiliki habitus pohon yang
tingginya dapat mencapai 30 meter, namun rata-rata tingginya hanya 12-15 meter.
Jenis sukun dapat tumbuh baik sepanjang tahun (evergreen) di daerah tropis basah
dan bersifat semi deciduous serta di daerah yang beriklim monsoon. Batangnya
memiliki kayu yang lunak, tajuknya rimbun dengan percabangan melebar ke arah
samping, kulit batang berwarna hijau kecokelatan, berserat kasar dan pada semua
bagian tanaman memiliki getah encer. Tanaman sukun mempunyai akar tunggang
yang dalam dan akar samping yang dangkal yang apabila akar tersebut terluka
atau terpotong akan memacu tumbuhnya tunas alam atau root shoots tunas yang
sering digunakan untuk bibit (Heyne, 1987).
Tanaman sukun memiliki daun tunggal yang bentuknya oval sampai
lonjong, ukurannya bervariasi walaupun pada satu pohon memiliki ukuran
panjang 20-60 cm dan lebar 20-40 cm dengan panjang tangkai daun 3-7 cm.

8
Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian pangkalnya membulat, tepi daun
berlekuk menyirip dan kadang-kadang siripnya bercabang. Permukaan daun
bagian atas licin, warnanya hijau mengkilap sedang bagian bawahnya kasar,
berbulu dan berwarna kusam. Posisi daun menyebar menghadap ke atas dengan
jarak antar daun bervariasi antara 2-10 cm (Pitojo, 1992). Menurut Alrasjid (1993)
berdasarkan bentuk daunnya, secara umum daun sukun dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu berlekuk dangkal atau sedikit, agak dalam dan berlekuk dalam.

Gambar 2. Tanaman Sukun (Dean, 2015)

2.2.1 Kandungan Kimia Tanaman Sukun

Tanaman sukun memiliki beberapa kandungan kimia yang berkhasiat


sehingga dapat digunakan sebagai tanaman herbal. Kandungan-kandungan
tersebut diantaranya ialah saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tanin,
riboflavin dan fenol. Daun tanaman ini juga mengandung kuersetin, champorol
dan artoindonesianin. Artoindonesianin dan kuersetin merupakan senyawa
turunan dari flavonoid yang memiliki efek toksik pada hama gudang (Wuri,
2013). Berdasarkan penelitian Syah dkk (2006), terdapat dua senyawa flavonoid
tergeranilasi dari daun sukun, yaitu 2-geranil-2’, 4’,3,4-tetrahidroksi
dihidrokalkon, dan 8-geranil-4’, 5,7-trihidroksi flavanon. Kedua senyawa ini
diisolasi dari ekstrak metanol daun sukun.

9
Menurut Wuri (2013), Daun sukun banyak mengandung senyawa kimia
yang berkhasiat, seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tanin,
riboflavin, fenol, dan flavonoid. Senyawa pada tanaman sukun yang berfungsi
sebagai pestisida adalah saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, sulfur,kumarin dan
steroid.
Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi
sebagai insektisida yaitu golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid dan
minyak atsiri (Kardinan, 2000). Tanaman sukun (Artocarpus altilis) merupakan
salah satu tanaman yang memiliki kandungan senyawa insektisida seperti senyawa
saponin, tanin, dan flavonoid yang mempunyai dampak terhadap hama gudang
(Fitri, 2013).

2.2.2 Manfaat Daun Sukun

Senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun sukun berfungsi sebagai


antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisme seperti virus, bakteri dan jamur
(Una, 2010). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sucy Lestari
(2014) tentang Uji daya hambat ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. membuktikan bahwa daun
sukun berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri gram positif Staphylococcus
aureus. Senyawa flavonoid pada daun sukun (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
memiliki sifat insektisida yaitu dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada
beberapa organ vital hama gudang yang dapat menyebabkan kematian seperti
pernafasan (Dinata, 2005). Flavonoid yang bercampur dengan alkaloid, fenolik
dan terpenoid memiliki aktivitas hormone juvenile sehingga memiliki pengaruh
pada perkembangan hama gudang.

Adapun manfaat dan khasiat daun sukun menurut Utami (2013) diantaranya:
1. Flavonoid geranyl, senyawa antikanker
Daun sukun memiliki manfaat sebagai antikanker dikarenakan oleh
kandungan senyawa flavonoid yang terdapat didalamnya. Flavonoid dalam daun
sukun bekerja menghambat sel radikal bebas serta berperan sebagai penyebab
kematian sel kanker.

10
Daun sukun dilaporkan tidak menimbulkan efek samping terhadap organ di
dalam tubuh. Hasil penelitian Dwi Amira (2008) menunjukkan bahwa ekstrak
daun sukun yang terdiri dari kandungan senyawa flavonoid sebanyak 30% tidak
menyebabkan keracunan dalam tubuh.

2. Daun sukun sebagai antimikroba


Kandungan flavonoid, saponin dan tanin didalam daun sukun mampu
menghambat pertumbuhan dari bakteri staphylococcus aureus dan jamur candida
albicans. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rostinawati (2009) menyatakan
ekstrak daun sukun dapat menghambat pertumbuhan jamur candida albicans.
Hasil penelitian serupa dari universitas padjadjaran menunjukkan ekstrak daun
sukun mampu menghambat pertumbuhan candida albicans, jamur penyebab
sariawan.

Bagian tanaman sukun yang biasa dimanfaatkan sebagai pengobatan adalah


bagian buah dan daunnya, tetapi yang paling sering digunakan sebagai obat herbal
adalah daunnya (Utami, 2013).

2.3 Beras

Beras merupakan butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya)
yang menjadi dedak kasar. Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah
dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004). Beras adalah bahan pokok
terpenting dalam menu makanan Indonesia. Beras sebagai makanan pokok
memberikan beberapa keuntungan yaitu rasa yang netral, setelah dimasak
memberikan volume yang cukup besar dengan kandungan kalori cukup tinggi,
serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti
protein dan beberapa jenis mineral (Moehyi, 1992).
Menurut Hadrian (1981), beras merupakan suatu bahan makanan yang
merupakan sumber pemberi energi untuk manusia. Zat-zat gizi yang dikandung
oleh beras adalah sangat mudah untuk dicerna dan oleh karenanya beras
mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi. Beras diperkirakan menyumbang kalori
sebesar 60-80% dan protein 45-55% bagi rata-rata penduduk. Beras dipilih

11
menjadi pangan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung
penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan cepat pengolahannya,
memberi kenikmatan pada saat menyantap, dan aman dari segi kesehatan
(Haryadi, 2006).

2.3.1 Komposisi Gizi Beras

Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia.


Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu
kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan
mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan,
2004). Bagian gabah yang dapat dimakan adalah kariopsis yang terdiri dari 75%
karbohidrat dan 8% protein pada kadar air 14%. Beras juga tersusun dari lemak,
serat, dan abu yang terdapat dalam jumlah sedikit. Bagian endosperm atau bagian
gabah yang diperoleh setelah penggilingan yang kemudian disebut beras giling,
mengandung 78% karbohidrat dan 7% protein (Haryadi, 2006).
Sebagian besar karbohidrat dalam beras ialah pati dan hanya sebagian kecil
pentosan, selulosa, hemiselulosa, dan gula. 85% hingga 90% dari berat kering
beras berupa pati. Kandungan pentosan (suatu pilosakarida yang mengandung
monomer-monomer pentosa) berkisar 2,0 – 2,5% dan gula 0,6 – 1,4% dari berat
beras pecah kulit. Sifat fisikokimiawi beras ditentukan oleh sifat-sifat patinya,
karena penyusun utamanya adalah pati (Haryadi, 2006).
Berdasarkan kadar amilosanya, beras (tidak termasuk beras ketan) dapat
dikelompokkan menjadi beras beramilosa rendah, yaitu kadar amilosanya 10-
20%, beras beramilosa sedang, yaitu mengandung 20-25% amilosa, dan beras
beramilosa tinggi yang lazim disebut “beras keras” mengandung amilosa 25-33%
(Juliano, 1994).
Protein merupakan penyusun utama kedua beras setelah pati. Beras pecah
kulit mengandung protein sekitar 8% pada kadar air 14% dan sekitar 7% pada
beras giling. Vitamin pada beras yang utama adalah tiamin, riboflavin, niasin, dan
piridoksin, masing-masing terdapat dalam 4μg/g, 0,6 μg/g dan 50 μg/g. Vitamin-
vitamin tersebut tidak semuanya dalam bentuk bebas, melainkan terikat seperti
riboflavin sebanyak 75% terdapat dalam bentuk ester. Beras mengandung vitamin

12
A dan vitamin D sangat sedikit, tidak mengandung vitamin C. Kadar abu dari
beras giling 0,5% atau kurang. Mineral pada beras terutama terdiri atas unsur-
unsur fosfor, magnesium dan kalium. Beras juga tersusun dari kalsium, klor,
natrium, silica, dan besi (Haryadi, 2006).

Tabel 1. Komposisi Beras Giling (Dalam 100 Gram Bahan)


No. Komposisi Gizi Beras Giling
1. Energi (kal) 300
2. Protein (gr) 68
3. Lemak (gr) 0,7
4. Karbohidrat (gr) 78,9
5. Kalsium (mg) 6
6. Fosfor (mg) 140
7. Besi (mg) 0,8
8. Vitamin A (SI) 0
9. Vitamin B1 (mg) 0,12
10. Vitamin C (mg) 0
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2005

2.4 Sitophilus oryzae L.

Hama gudang merupakan organisme perusak yang bekerja pada saat produk
disimpan dalam ruang penyimpanan atau gudang. Hama gudang hidup dalam
ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan digudang.
Hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa
kumbang) seperti kumbang tepung (Tribolium sp.) kumbang beras (Sitophilus
Oryzae L.), kumbang biji (Callocobruchus chinensis), kumbang jagung
(Sitophilus Zaemays), kumbang kopra (Necrobia rufipes) dan lain-lain (Nyoman,
2005).

Kutu beras (Sitophilus oryzae L.) adalah nama umum bagi sekelompok
hama gudang kecil anggota marga Tenebrio dan Tribolium (ordo Coleoptera)
yang dikenal gemar menghuni biji-bijian/serealia yang disimpan. Kumbang beras
adalah hama gudang yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah
menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung,
berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan. Larvanya
bersarang di dalam bulir/biji, sedangkan imagonya memakan tepung yang ada
(Kartasapoetra, 1991).

13
Gambar 3. Imago Sitophilus Oryzae L. (Manueke et al, (21) (1) 2015)

2.4.1 Klasifikasi Sitophilus oryzae L.

Sitophilus oryzae L. termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum


Arthopoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Curculionidae, genus Sitophilus
dan spesies Sitophilus oryzae. Sitophilus oryzae L. dewasa berwarna coklat tua,
dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya
terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala
menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang
jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian
depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan
(Kalshoven,1981).

2.4.2 Siklus Hidup Sitophilus oryzae L.

Sitophilus oryzae L. mengalami metamorfosa lengkap dari fase telur, fase


larva, fase pupa sampai fase imago (dewasa). Kutu beras betina bertelur diantara
butir-butir beras. Kutu beras betina mampu bertelur sebanyak 400-500 butir.
Morfologi telur kutu beras mempunyai bentuk yang mikroskopik, memanjang
berbentuk oval, pajangnya 0,6 x 0,4 mm dan berwarna keputih-putihan. Pada
kondisi optimal, perkembangan dari telur sampai imago (dewasa) hanya
memerlukan 20 hari. Didaerah tropis, siklus hidup dari telur menjadi larva hanya
membutuhkan waktu selama 3 hari (Brown dkk., 2006).
Larva kutu beras berbentuk silindrik dan memanjang dengan warna kuning
keputihan sampai coklat muda. Larva instar (proses pergantian kulit) pertama
berukuran panjang 1,1 mm dan pada saat instar terakhir kurang lebih seragam

14
dalam ukurannya yaitu 6,6 mm. Larva kutu beras mempunyai sepasang tonjolan
berwarna gelap (urogomphi) pada ujung abdomen (Sokollof, 1974). larva kutu
beras tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan
membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat (Suyono dan Sukarno, 1985).
Ukuran pupa kutu beras mempunyai panjang 3,4 mm dan lebar 1,14 mm,
sedangkan umur pupa tidak dipengaruhi oleh kelembaban udara tetapi sangat
dipengaruhi oleh suhu. Umur terpendek dari stadium pupa adalah 3,9 hari pada
suhu 37,5˚C dan 4,4 hari pada suhu 32˚C. Pada suhu yang lebih rendah umur pupa
menjadi lebih lama yaitu 5,5 hari pada suhu 30˚C dan 13,4 hari pada suhu 22,5˚C
(Sokollof, 1974).
Imago kutu beras muda berwarna coklat kemerahan dan imago kutu beras
dewasa berwarna coklat kehitaman, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam.
Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang
tubuh kumbang dewasa ±3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya.
Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembaban diruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay,
2008).

A B C D

Gambar 4. (A) Telur, (B) Larva, (C) Pupa, (D) : Imago(Manueke et al, (21)
(1) 2015)

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Sitophilus oryzae L.

Berbagai aspek kehidupan kutu beras dipengaruhi oleh kondisi fisik dari
lingkungan dimana kutu beras tersebut hidup. Beberapa faktor fisik dan
lingkungan yang mempengaruhi kehidupan kutu beras antara lain suhu,
kelembaban relatif, oksigen dan kadar air dari bahan yang disimpan. Bila suhu

15
naik pada titik optimum maka tingkat pertumbuhan kutu beras secara individual
meningkat, aktivitas bertambah, mortalitas menurun dan akhirnya tingkat
pertumbuhan populasi kutu beras juga meningkat. Suhu optimum untuk
pertumbuhan kutu beras di daerah tropik 25-35˚C, kelembaban optimum berkisar
antara 70-90% dan kadar air bahan maksimal 14%. Faktor biotis juga
mempengaruhi kehidupan kutu beras yaitu hubungan antara berbagai organisasi
yang hidup dalam ekosistem penyimpanan. Faktor biotis dan lingkungan sangat
mempengaruhi keragaman dan kepadatan populasi kutu beras selama
penyimpanan (Syarief dan Halid, 1990).

2.5 Pestisida Nabati

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh


organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida
bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida
kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan
pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).
Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002),
pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena
mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami
dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non-toksik. Pestisida nabati sudah
dipraktikkan 3 abad yang lalu. Pada Tahun 1690, petani di Perancis telah
menggunakan perasan daun tembakau untuk mengendalikan hama kepik pada
tanaman buah persik. Tahun 1800, serbuk tanaman Pyrethrum digunakan untuk
mengendalikan kutu. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi
pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan
dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005).
Menurut Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan alami/nabati maka
jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya sedikit sekali.
Pestisida nabati besifat “pukul dan lari” yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya cepat

16
menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehingga tanaman
aman untuk dikonsumsi. Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati
dapat membunuh atau mengganggu hama gudang hama dan penyakit melalui cara
kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang
merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai
alat pertahanan dari serangan hama. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang
termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Jika dapat
mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan membantu masyarakat
petani untuk menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan sumber daya setempat yang ada di sekitarnya (Kardinan, 2002).
Syakir (2011) menjelaskan bahwa pestisida nabati memiliki beberapa fungsi
yaitu sebagai repellent yaitu menolak kehadiran hama gudang seperti dengan bau
yang menyengat, antifidan yaitu mencegah hama gudang memakan tanaman yang
sudah disemprot, merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, menghambat
reproduksi hama gudang betina, racun syaraf, mengacaukan sistem hormone di
dalam tubuh hama gudang, antraktan, pemikat kehadiran hama gudang yang dapat
dipakai pada perangkap hama gudang serta mengendalikan pertumbuhan jamur
dan bakteri

2.5.1 Cara Kerja Pestisida Nabati

Menurut Sudarmo (2005), cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu
merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, menghambat pergantian kulit,
mengganggu komunikasi hama gudang, menyebabkan hama gudang menolak
makan, menghambat reproduksi hama gudang betina, mengurangi nafsu makan,
memblokir kemampuan makan hama gudang, mengusir hama gudang (repellent)
dan menghambat perkembangan patogen penyakit.
Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh hama gudang sasaran
dibedakan menjadi tiga kelompok insektisida sebagai berikut:

1. Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison)

Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison) adalah pestisida yang


membunuh hama gudang sasaran dengan cara pestisida tersebut masuk ke dalam

17
organ pencernaan hama gudang dan diserap oleh dinding saluran pencernaan yang
selanjutnya pestisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh hama gudang ke tempat
sasaran yang mematikan (misalnya susunan syaraf hama gudang). Hama gudang
harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan pestisida
dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya (Djojosumanto, 2000).
Pestisida yang benar-benar murni racun perut tidak terlalu banyak.
Kebanyakan pestisida mempunyai efek ganda, yakni sebagai racun perut dan
racun kontak, hanya ada perbedaan kekuatan antara keduanya. Ada pestisida yang
kontaknya lebih kuat daripada racun perutnya, demikian sebaliknya
(Djojosumanto, 2000).

2. Racun Kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh hama gudang
lewat kulit (bersinggungan langsung). Hama gudang hama akan mati bila
bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun
kontak juga berperan sebagai racun perut (Djojosumanto, 2000).

3. Racun Pernapasan
Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan.
Hama gudang hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang
cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau
cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai
fumigansia, misalnya bromida, alumunium fosfida, dan sebagainya
(Djojosumanto, 2000).

2.5.2 Kelebihan dan Kelemahan Pestisida Nabati

Pemanfaatan pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan, Haryono


(2011) menjelaskan kelebihan pestisida nabati yaitu relatif lebih mudah dibuat,
lebih mudah terurai di alam lebih aman bagi manusia dan lingkungan,
pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian hama, selain sebagai pengendali
alamiah yang efektif dan berkelanjutan, juga dapat berperan dalam meningkatkan
daya saing produk melalui peningkatan efisiensi usaha dan image produk
perkebunan ramah lingkungan dan pemanfaatan pestisida nabati secara luas akan

18
langsung berpengaruh terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan
berdampak positif terhadap kualitas produk tanaman terutama dengan semakin
terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida kimiawi.
Menurut Haryono (2011), pemanfaatan pestisida nabati selain memiliki
kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan. Pestisida nabati memiliki beberapa
kelemahan diantaranya bahan aktif yang mudah terurai, sebaran tanaman yang
seringkali spesifik lokasi, kandungan bahan aktif pada tanaman yang sangat
bergantung pada varietas dan lokasi penanaman dan pemanfaatan berupa
formulasi sederhana yang mudah ditiru, dan banyak kelemahan lainnya yang
sebenarnya sekaligus juga merupakan kelebihan pestisida nabati, maka
seharusnya kelemahan tersebut tidak dijadikan sebagai kendala dalam
pengembangannya.

19
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan bulan
Juni 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Pangan dan Hasil
Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jambi, Jambi.

3.2 Bahan Dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun pandan wangi
tua (hijau pekat, daun ke-8 dari pucuk), daun sukun tua (hijau pekat, daun ke-4
dari pucuk), hama gudang Sitophilus Oryzae L. yang didapat dari tempat
penyimpanan beras bulog kota Jambi, beras Topi Koki dengan kadar air 14%,
kantong teh (food grade, berukuran 5 x 5,6 cm) dan kain kassa. Bahan pendukung
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas label dan tissue. Bahan yang
digunakan untuk analisis adalah asam sulfat 2 N, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Meyer, pereaksi Wagner, serbuk magnesium, amil alkohol, alkohol, etanol 70%,
larutan FeCl3 5%, air panas, HCl 2 N, larutan FeCl3 1 %, kloroform, anhidrat
asetat, asam sulfat pekat, air, natrium hidroksida 1 N dan kertas saring.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples plasik
berukuran 12 cm x 10 cm, timbangan digital, blender, saringan 40 mesh, kain
kassa, wadah, pisau, talenan, alat dokumentasi dan alat tulis. Alat yang digunakan
untuk analisis adalah oven, desikator, cawan, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas
ukur, beaker glass, pipet tetes, penangas air dan sudip.

20
3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 bagian, yaitu bagian I, II dan III.

Bagian I : Pengaruh Konsentrasi Serbuk Daun Sukun Terhadap Persentase


Penolakan Hama Gudang Sitophilus oryzae L.
Tujuan penelitian bagian I ini adalah untuk mencari konsentrasi serbuk
kering daun sukun yang paling tinggi menolak dan menghambat perkembangan
hama gudang Sitophilus oryzae L. Konsentrasi serbuk kering daun sukun yang
digunakan 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dari berat beras. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan
sebanyak 4 kali sehingga didapat 20 satuan percobaan. Parameter yang diamati
adalah persentase penolakan hama gudang Sitophilus oryzae L., mortalitas, efikasi
dan kecepatan kematian yang diamati 2 hari sekali selama 14 hari serta dilakukan
pengujian organoleptik.

Bagian II : Pengaruh Konsentrasi Serbuk Daun Pandan Wangi Terhadap


.Persentase Penolakan Hama Hudang Sitophilus oryzae L.
Tujuan penelitian bagian II ini adalah untuk mencari konsentrasi serbuk
kering daun pandan wangi yang paling tinggi menolak dan menghambat
perkembangan hama gudang Sitophilus oryzae L. Konsentrasi serbuk kering daun
pandan wangi yang digunakan 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dari berat beras.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan ulangan sebanyak 4 kali sehingga didapat 20 satuan percobaan. Parameter
dan lama pengamatan sama dengan penelitian bagian I.

Bagian III : Pengaruh Campuran Serbuk Daun Sukun Dan Daun Pandan
Wangi Terhadap Persentase Penolakan Hama gudang
Sitophilus oryzae L.
Tujuan penelitian bagian III adalah untuk mendapatkan persentase
penolakan diatas 50% karena pada bagian I dan II hasil yang didapatkan yaitu
persentase penolakan hama gudang Sitophilus oryzae L. di bawah 50% yang
berarti serbuk yang digunakan dikatakan belum efektif sebagai pestisida nabati.
Tahap III ini juga bertujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari perbandingan
50 : 50 antara serbuk daun pandan wangi dan daun sukun yang paling kuat
menolak dan menghambat perkembangan hama gudang Sitophilus oryzae L. dan

21
untuk mengetahui efek sinergis atau antagonis yang diberikan terhadap daya tolak
dan daya hambat dari campuran kedua serbuk tersebut. Perlakuannya
perbandingan antara serbuk daun pandan wangi dan daun sukun yaitu 50 : 50 dari
konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan sebanyak 4 kali
sehingga didapat 20 satuan percobaan. Parameter dan lama pengamatan sama
dengan penelitian bagian I dan II.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Persiapan Hama Gudang Sitophilus oryzae L. (Isnaini, 2015)
Hama gudang Sitophilus oryzae L. Dewasa sebanyak 20 ekor yang berwarna
coklat kehitaman diadaptasikan di dalam toples yang berisi beras sebanyak 100 gr
terlebih dahulu selama 1 minggu. Kemudian dihitung kembali sebelum pengujian
untuk memastikan jika tidak ada hama gudang Sitophilus oryzae L. yang keluar
dari toples.

3.4.2 Persiapan Serbuk Daun Sukun dan Daun Pandan Wangi (Hendrik,
2016)
Daun pandan wangi tua dan daun sukun tua dipilih yang berwarna hijau tua
dilakukan sortasi untuk memisahkan daun yang berulat dan bolong. Setelah itu
dicuci satu persatu dengan air mengalir sampai bersih dan dikering anginkan
sampai kadar air di bawah 10% lalu dilakukan pengecilan ukuran daun 1 cm
kemudian di blender dan diayak dengan ayakan 40 mesh.

3.4.3 Aplikasi Serbuk Daun Sukun dan Daun Pandan Wangi Terhadap
.Hama Gudang Sitophilus Oryzae L. (Modifikasi Metode Isnaini, 2015)
Serbuk yang didapatkan kemudian ditimbang sesuai konsentrasi yang
ditentukan dari berat beras. Lalu dimasukkan ke dalam kantong teh. Selanjutnya
beras ditimbang sebanyak 100 gram untuk semua perlakuan penelitian, kemudian
beras dimasukkan ke dalam plastik dan dimasukkan serbuk yang sudah dikemas
dengan kantong teh ke dalam plastik yang sudah berisi beras dan hama Sitophilus
oryae L. sebanyak 20 ekor pada setiap plastiknya kemudian plastik dimasukkan
ke dalam toples dan ditutup dengan kain kassa seperti yang terlihat pada Gambar
5 berikut. Lalu diamati 2 hari sekali selama 14 hari.

22
Gambar 5. Aplikasi Serbuk Daun Sukun dan Daun Pandan Wangi

3.5 Metode Analisa


3.5.1 Analisa Serbuk
a. Kadar Air (Sudarmadji dkk, 1997)

Penentuan kadar air dengan menggunakan metode oven. Serbuk daun sukun
dan daun pandan wangi sebanyak 2 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam
cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 105˚C sampai mencapai berat konstan. Setelah itu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang. Kemudian dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit,
didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi hingga
mencapai berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut dari 0,2 mg). Kadar
air diperoleh dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Kadar Air (%) = x 100 %

b. Analisa Warna Menggunakan Colour Reader (Andarwulan dkk, 2011)


Analisis warna serbuk daun sukun dan daun pandan wangi dilakukan
dengan menggunakan alat colour reader. Pada prinsipnya, colour reader bekerja
berdasarkan pengukuran perbedaan warna yang dihasilkan oleh permukaan
serbuk. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan serbuk daun sukun dan daun
pandan wangi didalam wadah sampel berukuran seragam (misalnya cawan petri).

23
Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai L, a dan nilai b terhadap sampel.
Deskripsi warna berdasarkan nilai L, a dan b disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi warna berdasarkan nilai L, a dan b


Nilai Deskripsi Warna
Nilai L Dari 0 (hitam) sampai 100 (putih)
Nilai +a (positif) Dari 0-100 untuk warna merah
Nilai –a (negatif) Dari 0-(-80) untuk warna hijau
Nilai +b (positif) Dari 0-70 untuk warna kuning
Nilai -b (negatif) Dari 0-(-70) untuk warna biru

Selanjutnya dihitung oHue dari nilai a dan b yang diperoleh dengan


persamaan : oHue = tan-1 (b/a).

Tabel 3. Pembagian Warna °hue (Hutching, 1999)


°hue [arc tan (b/a)] Deskripsi warna
18-54 Red (R)
54-90 Yellow red (YR)
90-126 Yellow (Y)
126-162 Yellow green (YG)
162-198 Green (G)
198-234 Blue green (BG)
234-270 Blue (B)
270-306 Blue purple (BG)
306-342 Purple (P)
342-18 Red purple (RP)

Tabel 4. Pembagian Perubahan Warna


Perbedaan Warna (∆E) Pengaruh
< 0.2 Tidak terlihat
0.2-0.1 Sangat kecil
1.0-3.0 Kecil
3.0-6.0 Sedang

> 6.0 Besar

24
Total perubahan warna ΔE dihitung menurut (Hunter lab, 2008)
menggunakan rumus dibawah ini:

Dimana:
ΔEx = Perubahan warna pada perlakuan x dibandingkan dengan kontrol
L*x = Nilai kecerahan pada perlakuan x
L*0 = Nilai kecerahan pada kontrol (daun segar)
a*x = Nilai kemerahan hingga kehijauan pada perlakuan x
a*0 = Nilai kemerahan hingga kehijauan pada kontrol (daun segar)
b*x = Nilai kekuningan hingga kebiruan pada perlakuan x
b*0 = Nilai kekuningan hingga kebiruan pada kontrol (daun segar)

c. Uji Fitokimia Secara Kualitatif Serbuk Daun sukun dan Daun Pandan
Wangi (Harborne, 1984)
Alkaloid
Sebanyak 1 gram serbuk daun sukun dan daun pandan wangi dilarutkan
dalam 3 tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid, yaitu
Pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan
positif bila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan
coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi
Dragendorff.

Flavonoid

Sebanyak 1 gram serbuk daun sukun dan daun pandan wangi ditambahkan
0,1 mg serbuk magnesium dan 0,4 ml amil alkohol dan 4 ml alkohol kemudian
campuran dikocok. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna
merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

Polifenol
Serbuk daun sukun dan daun pandan wangi sebanyak 1 gram diekstrak
dengan 20 ml etanol 70%. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml

25
kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Adanya senyawa fenol dalam
bahan ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau hijau biru.

Saponin (Uji Busa)

Saponin dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama
30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya
saponin.

Steroid/Triterpenoid
Sebanyak 1 gram serbuk daun sukun dan daun pandan wangi dilarutkan
dalam 2 ml kloroform, setelah itu ditambahkan 10 tetes anhidrat asetat dan 3 tetes
asam sulfat pekat. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan
berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau.

3.5.2 Persentase Penolakan Hama gudang Sitophilus oryzae L.


(Mardianingsih, 1994)
Variabel penolakan dilihat dari seberapa banyak hama gudang yang
berpindah tempat dari plastik ke wadah toples yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Persentase penolakan bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan setiap 2 hari
sekali selama 14 hari. Jumlah beras yang digunakan adalah 100 gram dan hama
gudang Sitophilus oryzae L. yang digunakan 20 ekor. Persentase penolakan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

% Penolakan = x100 %

3.5.3 Jumlah Hama gudang Sitophilus oryzae L. Mati (Supeno, 2005 dan
Mayasari, 2016)

Pengamatan hama gudang Sitophilus oryzae L. yang mati dilakukan setiap 2


hari sekali selama 14 hari. Jumlah hama gudang yang mati digunakan untuk
menghitung kecepatan kematian, mortalitas, dan efikasi dengan rumus :

26
a. Mortalitas (Patty, 2001 dan Supeno, 2005)

Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 2 hari sekali selama 14 hari.


Mortalitas menunjukkan tingkat kemampuan atau daya bunuh pestisida nabati
dalam membunuh hama gudang Sitophilus oryzae L. diperoleh dengan rumus :

b. Efikasi (Mayasari, 2016)

Efikasi merupakan suatu uji kemanjuran suatu pestisida yang dipergunakan


dalam pengendalian populasi hama. Nilai efikasi akan semakin tinggi apabila
jumlah populasi hama setelah pengendalian semakin kecil dari populasi hama
sebelumnya. Pengamatan perhitungan efikasi dilakukan setiap 2 hari sekali selama
14 hari. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kemanjuran dari tiap
perlakuan yang diujikan dalam penelitian dibandingkan dengan kontrol diperoleh
dengan rumus:

Efikasi = ( 1 - x ) x 100%

Keterangan : Ta = Jumlah kutu beras yang masih hidup setelah aplikasi


Tb = Jumlah kutu beras yang hidup sebelum aplikasi
Ca = Jumlah kutu beras kontrol yang masih hidup setelah aplikasi
Cb = Jumlah kutu beras kontrol yang hidup sebelum aplikasi

c. Kecepatan Kematian Hama gudang Sitophilus oryzae L. (Setiawan, 2014


dan Mayasari, 2016)
Pengamatan kecepatan kematian dilakukan setiap 2 hari sekali selama 14
hari. Untuk mengetahui seberapa cepat pengaruh pestisida nabati pada hama
gudang Sitophilus Oryzae L. dapat dilihat dari jumlah kematian per-harinya yang
diperoleh dengan rumus :

27
V =

Keterangan : V = Kecepatan kematian (Ekor/Hari)

T = Pengamatan hari ke -

N = Jumlah hama gudang yang mati (Ekor)

n = Jumlah hama gudang yang diujikan (Ekor)

3.5.4 Uji Organoleptik Beras dan Nasi yang diaplikasikan dengan Pestisida
Nabati (Setyaningsih, 2010)
Beras yang disimpan dengan pestisida nabati kemudian dimasak dan
dilakukan uji hedonik dan uji mutu hedonik oleh 20 panelis agak terlatih dari
mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jambi. Parameter yang diamati adalah rasa, aroma dan warna.
Kuisioner uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 5, 6 dan 7. Tujuan
dilakukannya uji organoleptik yaitu untuk mengetahui pengaruh pestisida nabati
terhadap beras dan nasi yang diaplikasikan.

3.6 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam


pada taraf 5 % dan apabila menunjukkan perbedaan nyata, maka dilakukan uji
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.

28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Serbuk

Serbuk daun sukun dan daun pandan hasil pengeringan dapat dilihat pada
Gambar 6 berikut.

Gambar 6. (A) Serbuk daun sukun (B) Serbuk daun pandan wangi

Serbuk daun sukun dan daun pandan wangi yang digunakan memiliki
spesifikasi kadar air, ukuran, warna dan senyawa fitokimia serbuk sebagai berikut:

a. Kadar Air dan Ukuran Serbuk

Tabel 5. Kadar Airdan Ukuran Serbuk Daun Sukun, Pandan dan Campuran
Ukuran Serbuk
Jenis Pestisida Kadar Air (%)
(Mesh)
Sukun 40 7,48
Pandan 40 8,26
Campuran (Sukun & Pandan) 40 7,86

Proses pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dari serbuk daun
yang dihasilkan. Kadar air ditentukan untuk mengidentifikasi banyaknya air yang
terkandung dalam sampel sebagai persen bahan kering. Berdasarkan Tabel 5,
dapat diketahui bahwa kadar air serbuk yang digunakan berkisar antara 7,48-
8,26%. Menurut SNI, kadar air dalam serbuk tidak boleh melebihi 10%.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 661/Menkes/SK/VII/1994
tentang persyaratan obat tradisional juga menyatakan bahwa standar maksimal
kadar air simplisia adalah 10%. Hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya
pertumbuhan jamur dalam serbuk (Soetarno dan Soediro, 1997).

29
Serbuk daun sukun dan daun pandan wangi yang digunakan memiliki
ukuran 40 mesh. Penetapan ukuran serbuk ini bertujuan untuk mempermudah
dalam proses pembuatan serbuk dari daun serta untuk mendapatkan jumlah serbuk
yang lebih banyak dibandingkan ukuran serbuk dengan mesh yang lebih rendah.

b. Warna

Tabel 6. Deskripsi Warna Daun Sukun Dan Pandan (Segar Dan Serbuk)
Nilai
Jenis Pestisida ºhue ΔE Deskripsi Warna
L* a* b*
Segar 37,53 -2,2 21,96 84,28 Yellow Red (YR)
Sukun 4,65
Serbuk 40,36 -1,13 25,5 87,46 Yellow Red (YR)

Segar 38,56 -4,06 22,1 79,59 Yellow Red (YR)


Pandan 4,80
Serbuk 40,8 -1,6 25,56 86,42 Yellow Red (YR)

Berdasarkan tabel 6 diatas, maka dapat diketahui bahwa serbuk daun sukun
dan pandan memiliki warna yang sama dengan daun sukun dan pandan segar yaitu
ditunjukkan dengan deskripsi warna yang sama yaitu Yellow Red (YR). Hal
tersebut menandakan bahwa proses pengeringan daun sukun dan pandan dalam
tahapan pembuatan serbuk tidak mempengaruhi warna dari daun tersebut. Gambar
daun sukun dan pandan segar dan dapat dilihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. (A) Sukun segar, (B) Serbuk sukun, (C) Pandan segar, (D) Serbuk
.pandan

30
c. Uji Fitokimia Secara Kualitatif Serbuk daun Sukun dan Daun Pandan

Skrining fitokimia/uji fitokimia merupakan uji kualitatif kandungan


senyawa kimia dalam bagian tumbuhan, terutama kandungan metabolit sekunder
yang di antaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, terpenoid dan
sebagainya. Skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain
sederhana, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan minimal, bersifat semi
kuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang bersangkutan,
selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari (Septyaningsih, 2010).
Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna
dengan menggunakan suatu pereaksi warna (Kristianti dkk, 2008).
Pada penelitian ini, pengujian senyawa fitokimia yang dilakukan meliputi
alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin dan steroid/triterpenoid dari daun sukun dan
daun pandan wangi. Tabel hasil pengujian kualitatif senyawa fitokimia daun
sukun dan daun pandan wangi disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil Uji Fitokimia Daun Sukun dan Pandan

Jenis Jenis Senyawa


Daun Alkaloid Flavonoid Polifenol Saponin Steroid Triterpenoid

Daun
- + + + + -
Sukun
Daun
+ - + + + -
Pandan
Keterangan : + terdeteksi, - tidak terdeteksi

Berdasarkan uji fitokimia seperti yang terlihat pada Tabel 7, didapat hasil
bahwa daun sukun yang digunakan positif mengandung senyawa flavonoid,
polifenol, saponin dan steroid/triterpenoid. Hasil penelitian sesuai dengan
penelitian Wuri (2013) yang menyatakan bahwa daun sukun mengandung
senyawa kimia yang berkhasiat seperti saponin, polifenol, steroid/flavonoid,
asetilkolin, asam hidrosianat, roboflavin, tanin dan flavonoid.
Tabel 7 menunjukan bahwa daun pandan positif mengandung senyawa
alkaloid, saponin, polifenol dan steroid/triterpenoid, tetapi negatif mengandung
senyawa flavonoid. Menurut Redaksi Agromedia (2008) daun pandan wangi
memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol

31
dan zat warna. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa kimia pertahanan
tumbuhan yang termasuk kedalam metabolit sekunder yang dihasilkan pada
jaringan tumbuhan dan dapat bersifat toksik serta dapat juga bersifat racun perut
dan pernafasan (Nugraha dkk, 2016). Pada uji fitokimia daun pandan pada
penelitian ini, terdapat perbedaan hasil dengan penelitian yang telah dilakukan
Chetangde dan Sinee (2006) yang menyatakan bahwa daun pandan wangi
memiliki kandungan alkaloida, flavonoid, saponin, polifenol dan
steroid/triterpenoid. Perbedaan hasil uji ini dapat disebabkan karena kemampuan
deteksi uji fitokimia yang tidak mampu mendeteksi senyawa metabolit yang
berjumlah sedikit didalam ekstrak yang digunakan pada penelitian (Oktari dkk,
2014). Kandungan yang terdapat didalam suatu tanaman juga dipengaruhi oleh
jenis, suhu, cuaca, lingkungan dan tempat tumbuh tanaman tersebut. Menurut
Katno (2008), perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh juga dapat
menyebabkan perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder yang
terkandung dalam tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah tertentu dengan daerah
lainnya.

4.2 Persentase Penolakan Hama Gudang Sitophilus Oryzae L.


a. Persentase Penolakan Perpengamatan (2 hari)

Gambar 8. Persentase penolakan harian hama gudang Sitophilus oryzae L.


dari.pestisida nabati daun sukun

32
Berdasarkan Gambar 8 diatas, maka diketahui bahwa pestisida nabati daun
sukun selalu mengalami peningkatan persentase penolakan pada setiap harinya.
Pada perlakuan konsentrasi 2,5% dan 5% pada akhir pengamatan yaitu
pengamatan ke-10 sampai 12 masih mengalami peningkatan persentase penolakan
yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena dikonsentrasi yang rendah yaitu 2,5%
dan 5%, diawal aplikasi hama Sitophilus oryzae L. mampu bertahan dan seiring
lamanya aplikasi maka hama Sitophilus tersebut akan mengalami keracunan
akibat lamanya kontak dengan pestisida nabati daun sukun. Pada perlakuan
konsentrasi 7,5% dan 10% pada akhir pengamatan yaitu pengamatan ke-12
peningkatan persentase penolakan yang dihasilkan sudah hampir sama dengan
penolakan pada pengamatan hari ke-10. Hal tersebut dikarenakan pada
pengamatan hari ke-12, senyawa yang bersifat repellent dalam daun sukun mulai
menghilang akibat lamanya aplikasi sehingga menghasilkan persentase penolakan
yang rendah.

Gambar 9. Persentase penolakan harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari


pestisida nabati daun pandan

Berdasarkan Gambar 9 diatas, maka diketahui bahwa persentase


penolakan hama gudang Sitophilus oryzae L. dengan penggunaan daun pandan
wangi selalu mengalami peningkatan persentase penolakan pada setiap harinya,
namun diakhir aplikasi yaitu pada pengamatan ke-12, peningkatan persentase
penolakan sudah tidak terlalu tinggi seperti diawal aplikasi. Hal tersebut
disebabkan karena senyawa yang terdapat didalam daun pandan wangi lebih cepat

33
menguap sehingga persentase penolakan yang dihasilkan semakin menurun akibat
lamanya aplikasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan Sukandar dkk (2017) yaitu dengan menggunakan distilat minyak atsiri
daun pandan wangi dimana diakhir aplikasi persentase penolakan yang dihasilkan
dengan penggunaan distilat minyak atsiri daun pandan wangi semakin rendah.

Gambar 10. Persentase penolakan harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari
..pestisida nabati campuran

Berdasarkan Gambar 10 diatas, diketahui bahwa persentase penolakan


pestisida nabati campuran selalu mengalami peningkatan pada setiap harinya. Hal
tersebut disebabkan karena beberapa senyawa kimia yang bersifat toksik jika
bercampur maka akan menghasilkan persentase penolakan yang tinggi. Beberapa
jenis senyawa kimia yang terkandung didalam pestisida nabati campuran memiliki
mekanisme yang berlainan dalam menolak hama gudang Sitophilus oryzae L.
Moki dkk (2014) menyatakan bahwa mekanisme setiap pestisida dalam
mengendalikan suatu hama berbeda-beda tergantung dari senyawa yang terdapat
didalam suatu pestisida dan proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh
serangga setelah mengalami kontak dengan pestisida tersebut.

b. Persentase Penolakan Total

Menurut Jumar (2000) dalam Manaf (2005), salah satu alternatif


pengendalian hama gudang Sitophilus oryzae L. adalah dengan penggunaan
biopestisida sebagai senyawa-senyawa yang merubah perilaku makan seperti

34
senyawa penolak (repellent) yaitu senyawa yang menolak atau mengusir serangga
karena mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh serangga. Perbandingan
pestisida nabati daun sukun, pandan wangi dan campuran dapat dilihat pada
Gambar 11 berikut ini.

Gambar 11. Persentase penolakan (%) pestisida nabati daun sukun, pandan dan
campuran

Berdasarkan grafik pada Gambar 11 maka dapat diketahui bahwa pestisida


campuran lebih efektif dalam menolak hama gudang Sitophilus oryzae L. yaitu
sebesar 56,25% dibandingkan pestisida dari daun sukun dan daun pandan secara
terpisah. Hal ini disebabkan kandungan bahan aktif di dalam daun sukun dan daun
pandan seperti alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri
memberikan efek insektisida. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa
kimia pertahanan tumbuhan yang termasuk kedalam metabolit sekunder yang
dihasilkan pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat toksik serta dapat juga
berfungsi sebagai racun perut dan pernapasan (Hidayat dkk, 2013).
Dari hasil uji fitokimia, di dalam daun sukun tidak terdapat senyawa
alkaloid dan di dalam daun pandan tidak terdapat senyawa flavonoid. Hal tersebut
menyebabkan efek penolakan dari pestisida daun sukun dan daun pandan secara
terpisah kurang efektif. Elimam dkk (2009) menyatakan bahwa flavonoid yang
bercampur dengan alkaloid, fenolik dan terpenoid memiliki aktivitas hormone
juvenile sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga. Hal ini
menyebabkan penggunaan pestisida campuran lebih efektif bertindak sebagai
repellent terhadap hama kutu beras. Menurut Rudledge dan Day (2005) dalam

35
(Rillianti, 2015) repellent bekerja dengan cara memblok reseptor penerima
rangsang yang dapat menyebabkan serangga menghindari makanannya.
Persentase penolakan hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida
nabati daun pandan memberikan hasil tertinggi yaitu 27,5%. Hasil penelitian ini
memberikan nilai mortalitas yang lebih rendah dari penelitian sukandar (2014)
dengan penggunaan distilat minyak atsiri daun pandan wangi yang mendapatkan
persen penolakan sebesar 32,22% namun hasil penelitian Sukandar (2014)
mendapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan hasil penelitian dengan
menggunakan pestisida nabati campuran daun pandan wangi dan daun sukun
(50:50) mendapatkan hasil yaitu 56,25%.

4.3 Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati


a. Mortalitas
1. Mortalitas Perpengamatan (2 Hari)

Gambar 12. Mortalitas harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida
...nabati daun sukun

Dari Gambar 12 diatas, diketahui bahwa mortalitas hama gudang Sitophilus


oryzae L. setelah diaplikasikan dengan daun sukun mengalami peningkatan
mortalitas pada setiap harinya. Pola grafik mortalitas yang dihasilkan hampir
sama pada setiap konsentrasinya yaitu dari pengamatan hari ke-2 sampai ke-6
mengalami peningkatan yang tinggi dan pada hari ke-8 peningkatan mortalitas
yang didapatkan tidak setinggi pengamatan sebelumnya. Pada pengamatan hari
ke-10, mortalitas yang dihasilkan meningkat tajam dibandingkan dengan
pengamatan hari ke-8 dan pada pengamatan ke-12 mortalitas yang dihasilkan

36
hampir sama dengan nilai mortalitas pengamatan hari ke-10. Hal tersebut
dikarenakan mekanisme daun sukun dalam membunuh hama gudang Sitophilus
oryzae L. yang berbeda pada setiap harinya sehingga memberikan pengaruh yang
berbeda juga.

Gambar 13. Mortalitas harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida
nabati daun pandan

Berdasarkan Gambar 13 diatas, maka diketahui bahwa mekanisme kerja


pestisida nabati daun pandan sudah aktif membunuh dihari ke-2. Hal tersebut
dikarenakan hama Sitophilus oryzae L. tidak tahan dengan aroma daun pandan
yang tajam diawal aplikasi yang dapat menyebabkan efek keracunan karena
mengganggu aktivitas pernafasan hama gudang Sitophilus oryzae L. dan akhirnya
menyebabkan kematian.. Di hari ke-4, mortalitas hama Siotphilus oryzae L.
menurun dan meningkat kembali dihari ke-6 aplikasi dan begitupun seterusnya.
Hal tersebut dikarenakan mekanisme daun pandan wangi dalam membunuh hama
gudang Sitophilus oryzae L. yang berbeda setiap harinya. Pada konsentrasi 7,5%
dan 10%, mortalitas yang dihasilkan menurun pada pengamatan ke-6 dan
seterusnya. Hal tersebut disebabkan karena hama gudang Sitophilus oryzae L.
yang sudah dapat mentolerir efek toksisitas dari pestisida nabati daun pandan
sehingga nilai mortalitas yang didapatkan semakin menurun.

37
Gambar 14. Mortalitas harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida
nabati campuran

Berdasarkan Gambar 14 diatas diketahui bahwa pada hari ke-2 aplikasi,


nilai mortalitas yang didapatkan hampir sama dari konsentrasi pestisida nabati
campuran 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% yang kemudian nilai mortalitas selalu
mengalami peningkatan pada dihari berikutnya. Hal tersebut disebabkan karena
daun sukun dan daun pandan wangi memiliki mekanisme yang berbeda dalam
membunuh hama gudang Sitophilus oryzae L. sehingga setelah dilakukan
pencampuran, cara kerja pestisida tersebut memberikan hasil yang lebih baik
dalam membunuh hama gudang Sitophilus oryzae L. dibandingkan pengaplikasian
dengan daun sukun dan daun pandan secara terpisah.. Daud (2010) menyatakan
bahwa perbedaan konsentrasi dan jenis senyawa dapat memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap penghambatan aktivitas makan hama sehingga
menyebabkan hama Sitophilus oryzae L. mengalami kematian.

2. Mortalitas Total

Mortalitas menunjukkan kemampuan atau daya bunuh serbuk daun sukun


dan daun pandan wangi dalam membunuh hama gudang Sitophilus oryzae L.
Bahan aktif yang berpengaruh pada mortalitas disebabkan oleh zat beracun yang
ada pada bahan botani dapat menghambat aktifitas respirasi sehingga
menyebabkan kematian apabila masuk melalui saluran percernaan (Mayasari,
2016).

38
Supriadi (2013) menyatakan bahwa penggunaan dua jenis atau lebih
pestisida yang bersinergi disebut kompatibel satu dengan lainnya. Berdasarkan
hasil pengamatan, maka dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida campuran
kompatibel dalam mengendalikan hama kutu beras dibandingkan penggunaan
pestisida dari daun sukun dan daun pandan sacara terpisah. Hal tersebut didukung
oleh Cloyd (2011) menyatakan bahwa keuntungan utama penggunaan pestisida
yang berlainan cara kerjanya adalah meningkatkan keefektifan, mengurangi
jumlah pestisida, dan menekan potensi timbulnya OPT resisten. Secara
keseluruhan, mortalitas pada setiap pestisida dapat dilihat pada Gambar 15
berikut ini.

Gambar 15. Mortalitas (%) pestisida nabati daun sukun, daun pandan dan
campuran

Berdasarkan hasil penelitian, nilai mortalitas tertinggi terdapat pada


pestisida campuran yaitu 53,75% sedangkan nilai mortalitas tertinggi pestisida
daun sukun yaitu 23,75% dan pestisida daun pandan wangi 17,5%. Kurang
efekktifnya pestisida dari daun pandan disebabkan karena tingkat ketahanan zat
yang semakin lama semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena kandungan
didalam daun pandan yang dikeluarkan melalui aroma akan cepat hilang seiring
dengan lamanya infestasi yang menyebabkan daya bunuh terhadap hama gudang
Sitophilus Oryzae semakin rendah (Kurniati, 2017). Tingkat mortalitas yang
tinggi pada pestisida campuran disebabkan karena kandungan yang terdapat
didalam pestisida campuran tersebut lebih komplek seperti senyawa flavonoid,
alkaloid, tannin, polifenol, saponin, steroid dan minyak atsiri.

39
Kandungan saponin dan polifenol yang terdapat dalam serbuk daun sukun
dan daun pandan wangi tersebut bekerja sebagai racun perut dan racun
pernafasan. Sebagai racun pernafasan, zat tersebut dapat meracuni melalui saluran
pernafasan yang ada di permukaan tubuh yang kemudian masuk kedalam tubuh
(Pratama, 2010). Sedangkan kandungan saponin dapat menyebabkan destruksi
(kerusakan) saluran pencernaan dengan cara menurunkan tegangan pada
permukaan sehingga selaput mukosa saluran pencernaan menjadi korosif. Hal
tersebut menyebabkan menurunnya aktivitas enzim pencernaan makanan
(Nugraha dkk, 2016).
Penggunaan serbuk daun sukun dan daun pandan secaraterpisah lebih
rendah dalam membunuh hama gudang Sitophilus oryzae. Hal ini dikarenakan
hama gudang Sitophilus oryzae memiliki kemampuan untuk menahan serbuk daun
sukun yang masukkedalam tubuh dan dapat beradaptasi dengan baik. Penggunaan
serbuk daun sukun dan daun pandan wangi secara terpisah mengakibatkan
kandungan bahan aktif yang ada didalam daun tersebut tidak dapat berinteraksi
sehingga kemampuan dalam membunuh hama gudang Sitophilus oryzae L. lebih
rendah.
Hasil terbaik pada penelitian ini yaitu dengan penggunaan pestisida nabati
campuran mendapatkan hasil mortalitas yang lebih baik dari penelitian Saleh dkk
(2013) menggunakan ekstrak daun kenikir pada konsentrasi 20% yang
menghasilkan mortalitas sebesar 22%. Penelitian Isnaini (2015) menggunakan
daun sirsak, serai, jeruk dan mengkudu dengan konsentrasi 15% selama 14 hari
pengamatan yang menghasilkan mortalitas sebesar 27%, 43%, 31% dan 38%.

40
3. Efikasi

a. Efikasi Perpengamatan (2 Hari)

Gambar 16. Efikasi harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida .nabati
daun sukun

Berdasarkan Gambar 16 diatas, maka dapat diketahui bahwa nila efikasi


harian dengan penggunaan pestisida nabati daun sukun selalu mengalami
kenaikan pada setiap harinya, namun peningkatan nilai efikasi pada pengamatan
hari ke-12 tidak setinggi peningkatan nilai efikasi dihari sebelumnya. Hal tersebut
dikarenakan lamanya waktu aplikasi sehingga menyebabkan efek toksik dari
pestisida nabati daun sukun sudah berkurang. Nilai efikasi berbanding lurus
dengan nilai mortalitas. Semakin tinggi nilai mortalitas harian yang dihasilkan,
maka nilai efikasi yang dihasilkanpun akan semakin tinggi. Semakin rendah nilai
mortalitas yang dihasilkan, maka ilai efikasi yang dihasilkan akan semakin rendah
juga.

Gambar 17. Efikasi harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida .nabati
.daun pandan

41
Gambar 17 membuktikan bahwa nilai efikasi pada setiap konsentrasi
yang digunakan yaitu 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% berbeda-beda. Hal tersebut
dikarenakan mekanisme suatu pestisida dalam membunuh hama Sitophilus oryzae
L. yang berbeda sehingga memberikan nilai efikasi yang berbeda pada setiap
konsentrasinya. Nilai efikasi di awal pengamatan mendapatkan hasil yang terbaik
dari konsentrasi 7,5% sedangkan diakhir aplikasi, nilai efikasi tertinggi didapat
dari konsentrasi 5%. Nilai efikasi yang dihasilkan berhubungan dengan nilai
mortalitas dikarenakan mortalitas berbanding lurus dengan efikasi.

Gambar 18. Efikasi harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari pestisida .nabati
.campuran
Berdasarkan Gambar 18 diatas, diketahui bahwa pola efikasi pestisida
campuran pada setiap konsentrasi berbeda-beda namun memberikan hasil yang
tidak terlalu jauh. Nilai efikasi tertinggi dari pestisida nabati campuran didapat
dari konsentrasi 10% dan 7,5%. Nilai efikasi yang didapatkan berbanding lurus
dengan nilai mortalitas yang didapatkan. Semakin tinggi mortalitas maka nilai
efikasi akan semakin tinggi pula begitupun sebaliknya.

b. Efikasi Total

Efikasi merupakan kemanjuran suatu pestisida yang dipergunakan dalam


pengendalian populasi hama. Nilai efikasi akan semakin tinggi apabila jumlah
populasi hama setelah pengendalian semakin kecil dari populasi hama sebelumnya
(Mayasari, 2016). Semakin tinggi nilai efikasi menandakan semakin efektif suatu
pestisida dalam mengendalikan suatu hama. Perbandingan efikasi setiap pestisida
dapat dilihat pada Gambar 19 berikut ini.

42
Gambar 19. Efikasi (%) pestisida nabati daun sukun, pandan dan campuran

Efikasi merupakan kemanjuran suatu pestisida yang dipergunakan dalam


pengendalian populasi hama. Nilai efikasi akan semakin tinggi apabila jumlah
populasi hama setelah pengendalian semakin kecil dari populasi hama sebelumnya
(Mayasari, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan tingkat efikasi yang tinggi terdapat pada
pestisida campuran dibandingkan dengan pestisida daun sukun dan daun pandan
wangi. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa bioaktif dan minyak atsiri yang
terdapat dalam pestisida campuran lebih komplek karena gabungan dari dua jenis
daun yaitu daun sukun dan daun pandan wangi sehingga akan menambah tingkat
kemanjuran dari suatu pestisida. Tingkat efikasi menunjukkan efektivitas pestisida
terhadap organisme sasaran. Efendi (1994) dalam Abidondifu (2013) menyatakan
bahwa efektif atau tidaknya suatu pestisida dapat dilihat berdasarkan banyaknya
populasi hama yang hidup ataupun yang mati setelah perlakuan. Suatu pestisida
dapat dikatakan efektif apabila dapat mematikan hama uji sebesar 50%.

43
b. Kecepatan Kematian Hama Gudang Sitophilus Oryzae L.

1. Kecepatan Kematian Perpengamatan (2 Hari)

Gambar 20. Kecepatan kematian harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari
pestisida .nabati daun sukun

Dari Gambar 20 diatas, maka diketahui bahwa kecepatan kematian pada


setiap harinya selalu mengalami peningkatan. Kecepatan kematian tertinggi
didapat dari konsentrasi 10%. Semakin banyak hama gudang Sitophilus oryzae L.
yang mati maka nilai mortalitas semakin tinggi yang berarti bahwa semakin
efektif kemanjuran suatu pestisida dan semakin cepatnya hama gudang Sitophilus
oryzae L. yang mati pada setiap harinya.

Gambar 21. Kecepatan kematian harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari
pestisida .nabati daun pandan

44
Berdasarkan Gambar 21 diatas, maka diketahui bahwa kecepatan kematian
hama gudang Sitophilus oryzae L. selalu mengalami peningkatan pada setiap
harinya, terutama pada konsentrasi 2,5% dan 5%. Diawal aplikasi, kecepatan
kematian tertinggi didapat dari konsentrasi 7,5% dan diakhir aplikasi nilai
kecepatan kematian tertinggi didapat dari konsentrasi 2,5%. Nilai kecepatan
kematian berbanding lurus dengan nilai mortalitas dan efikasi.

Gambar 22. Kecepatan kematian harian hama gudang Sitophilus oryzae L. dari
pestisida .nabati campuran

Berdasarkan Gambar 22 diatas, maka diketahui bahwa nilai kecepatan


kematian hama gudang Sitophilus oryzae L. dengan penggunaan pestisida nabati
campuran selalu mengalami peningkatan pada setiap harinya. Nilai kecepatan
kematian yang didapatkan berbanding lurus dengan nilai efikasi dan nilai
mortalitas yang didapat dengan penggunaan pestisida nabati campuran dimana
mencapai nilai mortalitas dan kecepatan kematian tertinggi didapat dari
penggunaan pestisida nabati campuran dengan konsentrasi 10% dan 7,5%.

2. Kecepatan Kematian Total


Kecepatan kematian menunjukkan seberapa cepat pengaruh serbuk daun
sukun dan daun pandan wangi terhadap kematian hama gudang Sitophilus oryzae
L. dilihat dari jumlah kematian per-harinya (Mayasari, 2016). Nilai kecepatan
kematian berbanding lurus dengan jumlah hama yang mati. Semakin tinggi nilai
kecepatan kematian maka semakin banyak jumlah hama yang mati. Nilai
kecepatan kematian hama Sitophilus oryzae setalah diberi perlakuan pestisida

45
nabati daun sukun, daun pandan dan campuran dapat dilihat pada Gambar 23
berikut ini.

Gambar 23. Kecepatan kematian hama gudang Sitophilus oryzae L. dengan


.penambahan pestisida nabati daun sukun, pandan dan campuran
Kecepatan kematian menunjukkan jumlah hama yang mati dalam satuan
waktu tertentu (Setiawan dan Supriyadi, 2014). Indeks nilai kecepatan kematian
tertinggi terdapat pada perlakuan pestisida nabati campuran. Kecepatan kematian
berbanding lurus dengan efikasi. Semakin tinggi tingkat kemanjuran dari suatu
pestisida maka kecepatan kematian dari suatu hama semakin cepat.
Berdasarkan Gambar 23 diatas, maka dapat diketahui bahwa kecepatan
kematian paling tinggi didapat dari perlakuan pestisida nabati campuran. Hal
tersebut dikarenakan jumlah senyawa dalam pestisida campuran lebih kompleks
sehingga mengakibatkan banyaknya jumlah hama Sitophilis oryzae L. yang mati
setiap harinya.

3.4 Uji Organoleptik Beras dan Nasi yang diberi Perlakuan Pestisida Nabati

Pengujian organoleptik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


pengaruh penambahan pestisida nabati terhadap sifat organoleptik dari beras dan
nasi yang diberi perlakuan dan untuk mengetahui tingkat penerimaan panelis
terhadap beras dan nasi yang sudah diaplikasikan menggunakan pestisida daun
sukun, pandan dan campuran sebagai pencegah Sitophilus oryzae L. selama
penyimpanan. Parameter uji organoleptik yang diamati pada penelitian ini adalah

46
warna beras, aroma beras, warna nasi, aroma nasi, rasa nasi dan penerimaan
keseluruhan. Hasil uji organoleptik yang didapatkan dari setiap beras dan nasi
yang telah diberi perlakuan selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 8, 9, 10
dan 11.

Tabel 8. Nilai Rata-RataUji Organoleptik Beras Dan Nasi Dari Pestisida Daun
mSukun
Parameter Pengamatan
Konsentrasi
(%) Warna Aroma Warna Aroma Rasa Penerimaan
Beras Beras Nasi Nasi Nasi Keseluruhan
0 3,90 2,40 4,25 2,05 a 2,25 3,70
2,5 3,45 2,45 4,15 2,40 ab 2,50 3,45
5 3,40 2,65 4,25 2,60 b 2,35 3,45
7,5 3,40 2,65 4,15 2,55 b 2,55 3,50
10 3,35 2,75 3,95 2,70 b 2,60 3,50
Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT
Ket : Warna : Skor : (1) Putih Kecoklatan, (2) Putih Kekuningan, (3) Agak Putih, (4)
Putih, (5) Sangat Putih
Aroma : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Sukun, (2) Sangat Khas daun Sukun,
(3) Agak Khas Daun Sukun, (4) Khas Daun Sukun, (5) Sangat Khas Daun Sukun
Rasa : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Sukun, (2) Sangat Khas daun Sukun, (3)
Agak Khas Daun Sukun, (4) Khas Daun Sukun, (5) Sangat Khas Daun Sukun
Keseluruhan : Skor : (1) Sangat Tidak Suka, (2) Tidak Suka, (3) Agak Suka, (4)
Suka, (5) Sangat Suka

Warna
Warna menjadi salah satu indikator kualitas produk pangan karena
memberikan hasil penilaian layak atau tidaknya suatu bahan atau produk untuk
dikonsumsi, sehingga produk itu layak atau tidak untuk dipasarkan (Mayasari,
2016). Warna beras dan nasi pada penelitian ini dinyatakan dalam skor 1-5,
dengam skor 1 putih kecoklatan sampai skor 5 sangat putih. Semakin besar skor
menunjukkan semakin baik (tinggi) kualitas beras dan nasi.
Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 16 & 18) menunjukkan
bahwa penambahan pestisida nabati daun sukun dengan berbagai konsentrasi
tidak berpengaruh nyata terhadap warna beras dan warna nasi. Hal tersebut
disebabkan karena pestisida nabati daun sukun dikemas dengan kantong teh
sehingga tidak terjadi kontak langsung antara serbuk daun sukun dengan beras
yang diaplikasikan sehingga tidak mempengaruhi warna dari beras dan nasi

47
tersebut. Warna mempunyai peranan yang sangat penting pada komoditas pangan
dan hasil pertanian lainnya. Warna merupakan unsur yang pertama kali dilihat
oleh konsumen sebelum unsur lain seperti rasa, tekstur, aroma dan beberapa sifat
fisik lain (Soekarto, 1985).

Aroma

Aroma menjadi salah satu indikator kualitas produk pangan karena aroma
dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk, sehingga produk itu layak atau
tidak untuk dipasarkan (Mayasari, 2016). Aroma beras dan nasi pada penelitian
ini dinyatakan dalam skor 1-5, dengan skor 1 sangat tidak khas daun sukun
sampai skor 5 sangat khas daun sukun. Semakin besar skor menunjukkan semakin
tidak baik (rendah) kualitas beras dan nasi.
Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 17 & 19) menunjukkan
bahwa penambahan pestisida nabati daun sukun dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% berpengaruh nyata terhadap aroma nasi namun tidak
berpengaruh nyata terhadap aroma beras. Tabel 8 menunjukkan bahwa aroma
beras dengan pestisida nabati daun sukun 10% memiliki nilai tertinggi yaitu 2,75.
Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi pestisida nabati daun
sukun maka akan semakin mempengaruhi aroma dari beras.

Rasa

Rasa merupakan penilaian yang penting dalam menentukan keputusan akhir


konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan (Wahyuni, 2005).
Rasa menjadi salah satu indikator kualitas produk pangan karena rasa sebagai
rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan yang dimakan, yang dirasakan oleh
indra pengecap atau pembau, serta rangsangan lainnya seperti perabaan dan
derajat panas oleh mulut (Mayasari, 2016). Rasa nasi pada penelitian ini
dinyatakan dalam skor 1–5, dengan skor 1 sangat tidak khas daun sukun sampai
skor 5 sangat khas daun sukun. Semakin besar skor menunjukkan semakin tidak
baik (rendah) kualitas nasi.
Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 20) menunjukkan
bahwa penambahan pestisida nabati daun sukun dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap rasa nasi. Hal tersebut

48
disebabkan karena sebelum dimasak, beras yang telah diaplikasikan dengan
pestisida nabati daun sukun dicuci terlebih dahulu sehingga pestisida nabati daun
sukun ikut larut dalam air yang menyebabkan nasi yang dihasilkan tidak berasa
daun sukun. Dari Tabel 8, dapat diketahui bahwa rasa nasi dengan pestisida
nabati daun sukun 10% memberikan hasil tertinggi yaitu 2,6 yang berarti memiliki
rasa agak khas daun sukun.

Penerimaan Keseluruhan (Kesukaan)

Penerimaan keseluruhan merupakan parameter yang sangat penting karena


berkaitan dengan tingkat penerimaan produk oleh panelis. Penerimaan panelis
terhadap suatu produk sangat berkaitan erat dengan selera panelis. Menurut
Winarno (1997) apabila suatu produk enak, maka produk itu akan disukai oleh
konsumen dan apabila suatu produk tidak enak, maka produk tersebut tidak akan
disukai oleh konsumen. Penerimaan keseluruhan pada penelitian ini dinyatakan
dalam skor 1-5 dengan 1 yaitu sangat tidak suka dan skor 5 yaitu sangat suka.
Penerimaan keseluruhan pada penelitian ini meliputi warna, aroma dan rasa.
Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 21) menunjukkan
bahwa penambahan pestisida nabati daun sukun dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan keseluruhan
dari beras dan nasi tersebut. Dari Tabel 8 diketahui bahwa panelis lebih menyukai
beras dan nasi tanpa penambahan pestisida nabati daun sukun yaitu dengan skor
3,7 (suka).

Tabel 9. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras Dan Nasi Dari Pestisida Daun
.Pandan
Parameter Pengamatan
Konsentrasi
(%) Warna Aroma Warna Aroma Rasa Penerimaan
Beras Beras Nasi Nasi Nasi Keseluruhan
0 4,30 b 2,20 4,50 2,05 1,95 3,90
2,5 4,20 b 2,30 4,50 2,15 2,10 3,75
5 4,05 ab 2,35 4,35 2,10 2,00 3,60
7,5 4,15 b 2,35 4,35 2,40 2,10 3,50
10 3,75 a 2,45 4,10 2,50 2,20 3,50
Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT
Ket : Warna : Skor : (1) Putih Kecoklatan, (2) Putih Kekuningan, (3) Agak Putih, (4)
Putih, (5) Sangat Putih

49
Aroma : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Pandan, (2) Sangat Khas daun Pandan,
(3) Agak Khas Daun Pandan, (4) Khas Daun Pandan, (5) Sangat Khas Daun
Pandan
Rasa : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Pandan, (2) Sangat Khas daun Pandan,
(3) Agak Khas Daun Pandan, (4) Khas Daun Pandan, (5) Sangat Khas Daun
Pandan
Keseluruhan : Skor : (1) Sangat Tidak Suka, (2) Tidak Suka, (3) Agak Suka, (4)
Suka, (5) Sangat Suka

Warna

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 21 & 23) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati daun pandan dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% berpengaruh nyata terhadap warna beras namun tidak
berpengaruh nyata terhadap warna nasi. Hal tersebut disebabkan karena adanya
sebagian serbuk yang dapat lolos dari kantong teh yang menyebabkab terjadinya
kontak antara pestisida nabati daun pandan dengan beras sehingga mempengaruhi
warna beras yang dihasilkan sedangkan untuk warna nasi, beras yang sudah
diaplikasikan dicuci sebelum dimasak yang menyebabkan serbuk daun pandan
yang menempel pada beras ikut larut didalam air sehingga warna nasi
menunjukkan bahwa konsentrasi pestisida nabati daun pandan 10% memiliki nilai
terendah yaitu 3,75 untuk beras dan 4,1 untuk nasi. Hal tersebut disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi pestisida nabati daun pandan maka warna beras
dan nasi yang dihasilkan semakin menurun.

Aroma

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 22 & 24) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati daun pandan dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap aroma beras dan nasi. Tabel
9 menunjukkan bahwa nilai aroma tertinggi dihasilkan dari pestisida nabati daun
pandan 10% yaitu 2,45 untuk beras dan 2,5 untuk nasi. Hal tersebut disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi daun pandan maka akan semakin
mempengaruhi aroma dari beras dan nasi yang diaplikasikan.

50
Rasa

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 25) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati daun pandan dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap rasa nasi. Hal tersebut
disebabkan karena sebelum dimasak, beras yang telah diaplikasikan dengan
pestisida nabati daun pandan dicuci terlebih dahulu sehingga pestisida nabati daun
sukun ikut larut dalam air yang menyebabkan nasi yang dihasilkan tidak berasa
daun pandan. Dari Tabel 9, dapat diketahui bahwa rasa nasi dengan pestisida
nabati daun pandan 10% memberikan hasil tertinggi yaitu 2,2 yang berarti tidak
khas daun pandan.

Penerimaan Keseluruhan (Kesukaan)

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 26) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati daun sukun dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan keseluruhan
dari beras dan nasi tersebut. Dari Tabel 9 diketahui bahwa panelis lebih menyukai
beras dan nasi tanpa penambahan pestisida nabati daun pandan yaitu dengan skor
3,9 (suka).

Tabel 10. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras Dan Nasi Dari Pestisida
Campuran
Parameter Pengamatan
Konsentrasi
(%) Warna Aroma Warna Aroma Rasa Penerimaan
Beras Beras Nasi Nasi Nasi Keseluruhan
0 3,6 2,25 a 3,85 2,25 2,55 b 3,75
2,5 3,55 2,75 b 3,70 2,30 2,20 a 3,70
5 3,4 2,55 ab 3,90 2,25 2,25 a 3,85
7,5 3,3 2,85 b 3,65 2,40 2,30 ab 3,60
10 3,25 3,00 b 3,45 2,55 2,05 a 3,55
Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT
Ket : Warna : Skor : (1) Putih Kecoklatan, (2) Putih Kekuningan, (3) Agak Putih, (4)
Putih, (5) Sangat Putih
Aroma : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Sukun/Pandan, (2) Sangat Khas daun
Sukun/Pandan, (3) Agak Khas Daun Sukun/Pandan, (4) Khas Daun Sukun/Pandan,
(5) Sangat Khas Daun Sukun/Pandan

51
Rasa : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Sukun/Pandan, (2) Sangat Khas daun
Sukun/Pandan, (3) Agak Khas Daun Sukun/Pandan, (4) Khas Daun Sukun/Pandan,
(5) Sangat Khas Daun Sukun/Pandan
Keseluruhan : Skor : (1) Sangat Tidak Suka, (2) Tidak Suka, (3) Agak Suka, (4)
Suka, (5) Sangat Suka

Warna

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 27 & 29) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati campuran dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%,
7,55 dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap warna beras dan warna nasi.
Tabel 10 menunjukkan bahwa konsentrasi pestisida nabati campuran 10%
memiliki nilai terendah yaitu 3,25 untuk beras dan 3,45 untuk nasi. Hal tersebut
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi pestisida nabati campuran maka
warna beras dan nasi yang dihasilkan semakin menurun.

Aroma

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 28 & 30) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati campuran dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%,
7,5% dan 10% berpengaruh sangat nyata terhadap aroma beras namun tidak
berpengaruh nyata terhadap warna nasi. Hal tersebut dikarenakan beras yang
sudah diaplikasi dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak sehingga nasi yang
dihasilkan tidak beraroma sukun/pandan. Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai
aroma tertinggi dihasilkan dari pestisida nabati daun pandan 10% yaitu 3 untuk
beras dan 2,55 untuk nasi. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi pestisida nabati campuran maka akan semakin mempengaruhi aroma
dari beras dan nasi yang diaplikasikan.

Rasa

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 29) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati daun pandan dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% berpengaruh sangat nyata terhadap rasa nasi. Dari Tabel 10,
dapat diketahui bahwa rasa nasi dengan pestisida nabati campuran dengan
konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% berbeda dengan nasi dengan pestisida nabati
campuran konsentrasi 0%. Hal tersebut dapat dilihat dari notasi yang didapatkan
yaitu berbeda. Rasa nasi dengan pestisida nabati campuran konsentrasi 7,5% sama

52
dengan rasa nasi dengan pestisida nabati campuran konsentrasi 0% dan juga sama
dengan rasa nasi dengan pestisida nabati campuran konsentrasi 2,5%, 5% dan
10%.

Penerimaan Keseluruhan (Kesukaan)

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 30) menunjukkan


bahwa penambahan pestisida nabati daun pandan dengan konsentrasi 0%, 2,5%,
5%, 7,5% dan 10% tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan keseluruhan
dari beras dan nasi tersebut. Dari Tabel 10 diketahui bahwa panelis lebih
menyukai beras dan nasi dengan penambahan pestisida nabati daun pandan 2,5%
yaitu dengan skor 3,85 (suka).

Tabel 11. Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Beras Dan Nasi Perbandingan
Pestisida Daun Sukun, Pandan Dan Campuran
Parameter Pengamatan
Jenis
Pestisida Warna Aroma Warna Aroma Rasa Penerimaan
Beras Beras Nasi Nasi Nasi Keseluruhan
Sukun 3,55 2,60 a 3,70 2,55 a 2,45 b 4,00
Pandan 3,70 2,45 a 3,85 2,50 a 2,05 a 3,80
Campuran 3,50 3,15 b 3,70 3,05 b 2,50 b 4,00
Ket : angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak
..berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT
Ket : Warna : Skor : (1) Putih Kecoklatan, (2) Putih Kekuningan, (3) Agak Putih, (4)
Putih, (5) Sangat Putih
Aroma : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Sukun/Pandan, (2) Sangat Khas daun
Sukun/Pandan, (3) Agak Khas Daun Sukun/Pandan, (4) Khas Daun Sukun/Pandan,
(5) Sangat Khas Daun Sukun/Pandan
Rasa : Skor : (1) Sangat Tidak Khas Daun Sukun/Pandan, (2) Sangat Khas daun
Sukun/Pandan, (3) Agak Khas Daun Sukun/Pandan, (4) Khas Daun Sukun/Pandan,
(5) Sangat Khas Daun Sukun/Pandan
Keseluruhan : Skor : (1) Sangat Tidak Suka, (2) Tidak Suka, (3) Agak Suka, (4)
Suka, (5) Sangat Suka

Warna

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 31) menunjukkan


bahwa penambahan berbagai jenis pestisida nabati tidak memberikan hasil yang
berbeda. Tabel 11 menunjukkan bahwa warna terbaik didapat dari perlakuan
penambahan pestisida nabati daun pandan yaitu dengan skor 3,7 untuk beras dan
3,85 untuk nasi.

53
Aroma

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 32) menunjukkan


bahwa penambahan berbagai jenis pestisida nabati berpengaruh sangat nyata
terhadap aroma beras dan nasi. Tabel 11 menunjukkan bahwa aroma beras dan
nasi dengan penambahan pestisida nabati campuran berbeda dengan aroma beras
dan nasi dengan penambahan pestisida nabati daun sukun dan daun pandan.

Rasa

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 33) menunjukkan


bahwa penambahan berbagai jenis pestisida nabati berpengaruh sangat nyata
terhadap rasa beras namun berpengaruh nyata terhadap rasa nasi. Tabel 11
menunjukkan bahwa rasa nasi dengan penambahan pestisida nabati daun pandan
berbeda dengan rasa nasi dengan penambahan pestisida nabati daun sukun dan
campuran.

Penerimaan Keseluruhan (Kesukaan)

Berdasarkan sidik ragam pada taraf 5% (Lampiran 34) menunjukkan


bahwa penambahan berbagai jenis pestisida nabati tidak berpengaruh nyata
terhadap penerimaan keseluruhan dari beras dan nasi. Tabel 11 menunjukkan
bahwa panelis lebih menyukai beras dan nasi dengan perlakuan pestisida nabati
daun sukun dan campuran.

54
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambahan daun pandan wangi dan daun sukun berpengaruh sebagai
pengendali hama gudang Sitophilus oryzae L.
2. Jenis pestisida nabati yang efektif dalam mengendalikan hama gudang
Sitophilus oryzae L. adalah pestisida nabati campuran daun sukun dan daun
pandan wangi dengan nilai efikasi 53,75%, tingkat penolakan 56,25%,
mortalitas 53,75%, kecepatan kematian 1,81 ekor/hari, dan uji organoleptik
penerimaan keseluruhan dengan skor 4 (Suka).
3. Konsentrasi terbaik pestisida nabati daun sukun dan daun pandan wangi
dalam mengendalikan hama gudang Sitophilus oryzae L. adalah 2,5% dan
pestisida nabati campuran dengan konsentrasi 10%.

5.2 Saran

Disarankan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai % perbandingan


pestisida nabati campuran antara daun sukun dan daun pandan wangi 25 : 75
untuk meningkatkan persentase penolakan yang lebih tinggi.

55
DAFTAR PUSTAKA

Abidondifu, Y.V. 2013. Efikasi beberapa jenis bubuk pestisida nabati sebagai
seedtreatment pada benih padi yang disimpan terhadap hama bubuk padi
(Sitophylus oryzae L.). Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian
Universitas Negeri Papua.

Adiratma, R.E. 2004. Stop Tanaman Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agrogreenland. 2013. Pengertian Pestisida, Jenis dan Dampaknya. Rineka Cipta. Jakarta.

Ahmad. H, Sriyanto, dan I. Sulistyawati. 2013. Evaluasi mutu beras dan tingkat
kesesuaian penanganannya (studi khusus di kabupaten karang anyar). Jurnal
Litbang Provinsi Jawa Tengah. Vol. 11 No 1: 113 - 124.

Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun (Arthocarpus altilis Fosberg). Informasi


Teknis No. 42. Pusat Penelitian Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Amira, D.F. 2008. Uji toksisitas akut bahan obat herbal “x” ditinjau dari nilai LD50 serta
fungsi hati dan ginjal pada mencit putih. Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok.

Andarwulan, N., Kusnandar, F., Dan Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat.
Jakarta.

Anggara, A. W dan Sudarmaji. 2009. Hama Pasca Panen dan Pengendaliannya. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Jakarta.

Anugeraheni, D. P dan R. Brotodjojo. 2002. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji mindi


(Melia azedarach L.) terhadap mortalitas hama bubuk beras (Sitophylus oryzae
L.). Jurnal Agrivet Fakultas Pertanian UPN. Yogyakarta. Volume 4 (2) : 75 – 76.

Arisandi, Yohana dan Y. Andriani. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka Buku Murah.
Jakarta.

Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai. Solo.

Brown S., R. Denell., R. Beeman And R. Gibbs. 2006. Rationale to sequence the genome
of the red flour beetle, Tribolium Castaneum. Diakses Pada Tanggal 25 Maret
2018. Http://ru.usgmrl.ksu.edu/sci/beeman.

Bulog, 2014. Peraturan Pergudangan Di Lingkungan Perum Bulog Tahun 2014. Perum
Bulog. Jakarta.

Cania E. 2013. Uji efektivitas ekstrak daun legundi (vitex negundo) sebagai larvasida
terhadap larva instar III Aedes Aegypti. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Lampung.

Chaieb I. 2010. Saponin As Insecticides: A Review. Tunisian Journal Of Plant Protection.


5(3): 39-50.

56
Cheetangdee V, Siree C. 2006. Free amino acid and reducing sugar composition of
pandan (Pandanus amaryllifolius) leaves. Departement of Food Science and
Technology, Faculty of Agro-Industry, Kasetsart University. Thailand.

Cloyd, R.A. 2011. Pesticide mixtures. In M. Stoytcheva (Ed.) Pesticides-Formulations,


Effects, Fate: 69−80. In Tech Europe.

Dadang. 2006. Pengendalian terpadu hama utama dan potensial tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn). Prosiding Workshop yang diselenggarakan oleh Pusat
Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, LPPM, IPB. Bogor.

Dadang, E.D. Fitriasari, and D. Pitono. 2011. Field efficacy of two botanical insecticide
formulations against cabbage insect pests crocidolomia flavonana (Lepidoptera:
Pyralidae) and plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae). J. ISSAS 17(2):
38−47.

Dalimartha S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Trubus Agriwidya. Jakarta.

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. PT. Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara. Jakarta.

Dandi dan Soekarna. 1982. Masalah Hama Gudang Dan Pengendaliannya. Padi Balai
Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Davidson, M.V. 2004. Phytochemical. Diakses 17 Desember 2017.


Http://micro.Magnet.fsu.edu?phytochemicals/pages/saponin.html.

Dede Sukandar, Sandra Hermanto dan Septyani Nurichawati. 2007. Karakteristik


senyawa aktif pengendali hama kutu beras (Sitophilus Oryzae L.) dari distilat
minyak atsiri pandan wangi (P. Amaryllifolius Roxb.). Prosiding Semirata BKS
MIPA Wilayah Barat, FST UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta.

Dinata, A. 2005. Tanaman Sebagai Pengusir Nyamuk. PT. Erlangga. Jakarta

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Dubey, R.C. & Saini, S. 2010 Phytochemical and antimicrobialstudies on essential oils of
some aromatic plants. African Journal of Biotechnology. 9(28), 4364-4368.

Elimam, A.M., Elmanik KH, Ali FS. 2009. Larvacidal, adult emergence inhibition and
pviposition detterent effect of foliage extract from ricinus communis l. Against
anopheles arabiensis and culex quinquefasciatus in sudan. Tropical Biomedicine.
26(2): 130-139.

FAO. 1998. Carbohydrates in Human Nutrition. FAO. Rome.

Fitri S.M. 2013. Pemanfaatan daun tanaman sukun (Artocarpus altilis) sebagai anti
nyamuk mat elektrik dalam membunuh nyamuk Aedes, Spp. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Guzman CC and Siemosma SS. 1999. Plant Resources Of South-East Asia, Spices No.13.
Bogor.

Hadrian, S. 1981. Swasembada Beras Dari Masa Ke Masa. IPB Press. Bogor.

57
Harborne, J.B. (1984). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Terbitan
Kedua. Bandung: Penerbit ITB.

Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Haryono. 2011. Konsep dan Strategi Penelitian dan Pengembangan Pestisida Nabati.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Semnas Pesnab IV. Jakarta.

Hendrik. 2016. Pengaruh jenis pestisida nabati terhadap serangan hama gudang kutu
beras (Sitophilus Oryzae L.) terhadap berbagai jenis daun. Skripsi Fakultas
Pertanian, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian, Kota Metro.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan.
Jakarta.

Hidayat, S. Sulistriana dan Wardhani S. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.) Terhadap Mortalitas Kutu Beras (Sitophilus oryzae L.). Jurnal
Sainmatika Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah
Palembang. Vol. 10, No. 2, Hal. 19-24.

Hutching JB. 1999. Food Color and Appearance 2nd edition A Chapman and Hall Food
Science Book. Maryland: Aspen sPublition.

Isnaini. M., Elfira Rosa Pane dan Suci Wiridianti. 2015. Pengujian beberapa jenis
insektisida nabati terhadap kutu beras (Sitophilus Oryzae L.). JurnalBiota Vol. 1
No. 1 Hal. 1-8.

Istianto, 2009. Hama Pasca Panen Dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Pangan. Bogor.

Juliano, B.O., (1994). Criteria and Test for Rice Grain Quality. In : Rice Chemistry and
Technology (B.O. Juliano ed., 1994). American Association of Cereal Chemist.
St. Paul. Minnesota.

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati : Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta

Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Katno. 2008. Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat. Jakarta: B2P2TO-OT Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Hal. 21-37.

Kristianti. A.N., M.S. Aminah., M. Tanjung. Dan B. Kurniadi. 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Kurniati Enda. 2017. Uji repelensi dari serbuk daun pandan wangi (Pandanus
Amaryllifolius Roxb) terhadap kutu beras (Sitophilus Oryzae L.) dan
sumbangsihnya pada materi hama dan penyakit pada tanaman di kelas VIII
SMP/MTs. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.

Lestary, S. 2014. Uji daya hambat ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.

58
Manaf, S., E. Kusmini dan Helmiyetti. 2005. Evaluasi daya repelensi daun nimba
(Azadirachta indica A. Juss) terhadap hama Gudang Sitophlus oryzae L.
(Coleoptera: Curculionidae). Skripsi. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Mardianingsih T.L, dkk. 1994. Kemungkinan Produk Nilam Sebagai Bahan Penolak
Serangga. Kanisius. Jakarta.

Mayasari, E. 2016. Uji efektivitas pengendalian hama kutu beras (Sitophilus Oryzae L.)
dengan ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius). Skripsi Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Bhatara. Jakarta.

Moki. M., Rida. I dan Fahria. D. 2014. Uji efektivitas tiga jenis kulit jeruk sebagai
insektisida nabati dalam menekan populasi dan serangan kumbang beras
(Sitophilus Oryzae). Jurnal Agroteknologi.

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Salemba. Empat.


Jakarta.

Naynienay. 2008. Kerusakan Bahan Pangan Pasca Panen. Rineka Cipta. Jakarta.

Nerio, Jesus OV and Stashenko E. 2010. A Review: Repellent activity of essential oils.
Journal Bioresource Technology, vol. 101, no. 1, h. 372-378.

Nugraha, M. N., Nur R., dan yulia M. 2016. Daya repellent ekstrak daun saliara (Lantana
Camara L.) dan daun kipahit (Tithonia diversifolia [Hemsley] A. Gray) pada
hama gudang Callosobruchus Maculatus F. Jurnal pertanian ISSN 2087-4936
Vol. 7 No. 2.

Nyoman, I. 2005. Supply Chain Management. Penerbit Guna Widya. Surabaya.

Oktari T., Fitmawati Dan Sofiyanti N. 2014. Identifikasi dan uji fitokimia ekstrak alami
tanaman antiurolithiasis. Jurnal JOM FMIPA. Vol. 1. No. 2. Hal. 1-9.

Patty J.A. 2011. Pengujian beberapa jenis insektisida nabati terhadap kumbang Sitophylus
Oryzae L. pada beras. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.

Pratama Ari Bangkit. 2010. Efektivitas ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius) dalam membunuh larva Aedes aegypti. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Rajendran, R. 1992, Artocarpus altilis (Park.) Fosberg, dalam Verheij, E. W. M., &
Coronel, R. E., (Eds.) Plant Resources of South-East Asia. No. 2. Editable Fruits
and Nuts, 83-86; PROSEA foundation. Bogor.

Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur
Aneka Penyakit. Pembaca ahli dr. Prapti Utami. Penerbit PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta.

Rilianti Dwitya. 2015. Daya tolak ekstrak ethanol daun pandan wangi (Pandanus
amoryllifolius) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

59
Rostinawati, T. 2009. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus
Sabdariffa L.) terhadap Escherichia Coli, Salmonella Typhi dan Staphylococcus
Aureus dengan metode difusi agar. Penelitian Mandiri : Fakultas Farmasi.
Universitas Padjajaran.

Sadewo, V.D. 2015. Uji potensi ekstrak daun sukun Artocarpus altilis sebagai pestisida
nabati terhadap hama lalat buah Bactrocera spp. Jurnal Fakultas Teknobiologi,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Safirah, R., Widodo. N., Dan Bidiyanto. M.A.K. 2016. Uji efektivitas inektisida nabati
buah (Crescentia cujete) dan bunga Syzygium aromaticum terhadap mortalitas
Spodoptera litura secara IN VITRO sebagai sumber belajar biologi. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. Vol. 2. No. 3. Hal. 265-276.

Septyaningsih, D. 2010. Isolasi dan identifikasi komponen utama ekstrak biji buah merah
(Pandanus conoideus Lamk.). Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Setiawan, A.N. & Achmad Supriyadi. 2014. Uji efektivitas berbagai konsentrasi pestisida
nabati bintaro (Cerbera manghas) terhadap hama ulat grayak (Spodoptera litura)
pada tanaman kedelai. JurnalAgro Scince Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta. Vol. 2 No. 2 Hal. 99-105.

Setyaningsih, D., Anton, A. & Maya, P.S. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pagan
Dan Agro. IPB Press. Bogor.

Soekarto, 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Pusat
Pengembangan Teknologi Pangan. IPB. Bogor.

Soetarno, S. dan Soediro, I.S. 1997. Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan Obat
Tradisional, Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.

Sokollof. 1974. Biology Of Tribolium. Oxford At The Clarendon Press dalam Nuraini.
1993. Pengaruh tricalsium phosphat terhadap perkembangan Tribolium
Castanium Herbst dan mutu ransum. Disertasi Program Pasca Sarjaana. IPB.
Bogor.

Sudarmadji S, dkk. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati Pembuatan Dan Pemanfaatanya. Kanisius.


Yogyakarta.

Suhartiningsih, W. 2004. Mewaspadai Jebakan Swasembada Beras. LPEM FEUI. Jakarta.

Supeno, A. 2005. Identifikasi ketahanan varietas kacang hijau terhadap infestasi hama
gudang (Callosobruchus chinensis L.). Skripsi Teknik Pertanian. Universitas
Atma Jaya. Yogyakarta.

Supriadi. 2013. Optimasi pemanfaatan berbagai jenis pestisida untuk mengendalikan


hama dan penyakit tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 32. No. 1. Hal. 1-9.

Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. analis F. Pada Beberapa Jenis
Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

60
Syah, Y.M. 2006. Dua flavonoid tergeranilasi dari daun sukun (Artocarpus altilis). Jurnal
Matematika Dan Sains, ITB. Bandung. Vol. 11 No. 3. Hal. 100-104.

Syakir, M. 2011. Inovasi Teknologi Mendukung Pengembangan Serat Alam Nasional.


Seminar Serat Alam. Malang.

Syarief R, dan H. Halid. 1990. Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium Rekayasa


Pangan. PAU Pangan Dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Una M., 2010. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta.

US.EPA, 2002. Aquatic Resources Monitoring. Diakses 17 Desember 2017.Akses


internet: http://www.epa.gov/nheerl/arm/.

Utami, Prapti. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit Kanker, Diabetes, Hipertensi, Stroke,
Kolesterol, dan Jantung. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Toekidjo, M. 1996. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Wahyuni, S. 2005. Karakteristik kimia dan organoleptik minuman instan madu bubuk
dengan penambahan tepung kerabang telur sebagai sumber kalsium. Skripsi.
Teknologi Hasil Teknak. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wuri N , Djoko A B, Dwi R I . 2013. Uji potensi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
terhadap lalat rumah (Musca domestica) dengan metode semprot. Skripsi Universitas
Brawijaya. Malang.

61
LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Pestisida Nabati (Hendrik,


2016)

Daun Pandan Wangi/ Sukun Tua

Sortasi
Daun berulat,
bolong
Air
Dicuci

Kering Angin
Dikeringkan
2-3 hari

Pengecilan Ukuran
(1 cm)

Blender

Diayak 40 mesh

Serbuk Pandan /Sukun

Parameter Pengamatan :
1. Kadar air
2. Warna
3. Uji fitokimia Secara Kualitatif
62
Lampiran 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Hama Gudang Sitophilus Oryzae
L. Bagian I

Bubuk Daun Sukun Beras

2,5%, 5%, 7,5%, Ditimbang 100 gr


Ditimbang
10% (b/b)
Sitophilus
Dimasukkan kedalam Dimasukkan Kedalam Plastik Oryzae L. 20
Kain Kassa ekor

Dimasukan KedalamToples

Ditutup Dengan kain Kassa

Parameter Pangamatan : Diamati 2 hari sekali


selama 14 hari
1. Tingkat Penolakan Hama
Gudang
2. Jumlah Hama Yang Mati
3. Mortalitas
4. Efikasi
5. Kecepatan Kematian

63
Lampiran 3. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Hama Gudang Sitophilus Oryzae
L. Bagian II

Bubuk Daun Pandan Wangi Beras

2,5%, 5%, 7,5%, Ditimbang 100 gr


Ditimbang
10% (b/b)
Sitophilus
Dimasukkan Dimasukkan Kedalam Plastik Oryzae L. 20
Kedalam Kain Kassa ekor

Dimasukan KedalamToples

Ditutup Dengan Kain Kassa

Parameter Pangamatan : Diamati 2 hari sekali


1. Tingkat Penolakan Hama Gudang selama 14 hari
2. Jumlah Hama Yang Mati
3. Mortalitas
4. Efikasi
5. Kecepatan Kematian

64
Lampiran 4. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Hama Gudang Sitophilus Oryzae
L. Bagian III

Campuran Bubuk Daun Pandan


Wangi dan Daun Sukun
Beras

Pandan : Sukun
Ditimbang 25 : 75 , 50 : 50 , Ditimbang 100 gr
75 : 25 (b/b)

Dimasukkan kedalam Kain Kassa Dimasukkan Kedalam


Plastik yang berisi Sitophilus
Oryzae L. sebanyak 20 ekor

Dimasukan Kedalam Toples

Ditutup Dengan Kain


Kassa

Parameter Pangamatan :
Diamati 2 hari
1. Tingkat Penolakan Hama Gudang
sekali selama 14
2. Jumlah Hama Yang Mati
hari
3. Mortalitas
4. Efikasi
5. Kecepaatan Kematian

65
Lampiran 5. Kuisioner Uji Organoleptik

KUISIONER UJI MUTU HEDONIK

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Produk : Nasi
Kriteria Yang Dinilai : Warna, Rasa dan Aroma
Instruksi : Berilah tanda (√) pada kriteria yang sesuai dengan
Penilaian
1. Warna
Kode Sampel
Penilaian
246 116 221 121 312
Putih
Putih Kekuningan
Putih Kehijauan
Putih Kecoklatan
Coklat

2. Aroma
Kode Sampel
Penilaian
246 116 221 121 312
Sangat Khas Pandan/Sukun
Khas Pandan/Sukun
Agak Khas Pandan/Sukun
Tidak Khas Pandan/Sukun
Sangat Tidak Khas
Pandan.Sukun

3. Rasa

Kode Sampel
Penilaian
246 116 221 121 312
Sangat Khas Pandan/Sukun
Khas Pandan/Sukun
Agak Khas Pandan/Sukun
Tidak Khas Pandan/Sukun
Sangat Tidak Khas
Pandan/Sukun

66
KUISIONER UJI HEDONIK

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Produk : Nasi
Kriteria Yang Dinilai : Penerimaan Keseluruhan
Instruksi : Berilah tanda (√) pada kriteria yag sesuai dengan
Penilaian

Penerimaan Keseluruhan

Kode Sampel
Penilaian
246 116 221 121 312
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka

67
Lampiran 6. Data Kadar Air Serbuk Daun Sukun, Pandan dan Campuran
Kadar Air Serbuk (%)
Ulangan Total Rata-Rata
Sukun Pandan Campuran
I 7,45 8,54 8,14 24,13 8,04
II 7,41 8,21 7,54 23,16 7,72
III 7,63 8,20 8,14 23,97 7,99
IV 7,44 8,10 7,62 23,16 7,72

Total 29,93 33,05 31,44 94,42 31,47

Rata-Rata 7,48 8,26 7,86 23,61 7,87

68
Lampiran 7. Data Analisa Warna L*a*b* Daun Sukun dan Daun Pandan
(Segar & Serbuk)
Nilai Warna Deskripsi
Jenis Daun Warna
L* a* b* Warna

Sukun Yellow Red


37,53 -2,2 21,96
Segar (YR)

Serbuk Yellow Red


40,36 -1,13 25,5
Sukun (YR)

Pandan Yellow Red


38,56 -4,06 22,1
Segar (YR)

Serbuk Yellow Red


40,8 -1,6 25,56
Pandan (YR)

69
Lampiran 8. Data Analisa Fitokimia Serbuk Daun Sukun
Senyawa Hasil Keterangan
Keterangan
Kimia Pengujian (+)
Meyer :
Endapan Putih

Wagner :
Alkaloid - Endapan Coklat

Dragendroff :
Endapan Merah

Terbentuknya warna
Flavonoid + kuning atau jingga
pada lapisan amil
alkohol

Terbentuknya warna
Polifenol + hijau, hijau kebiruan
atau hijau kehitaman

Busa yang stabil


Saponin + selama 30 menit

Steroid :
Larutan berwarna
merah
Steroid/Tri
+
terpenoid Triterpenoid :
Larutan berwarna
biru

70
Lampiran 9. Data Analisa Fitokimia Serbuk Daun Pandan
Senyawa Hasil Keterangan
Gambar
Kimia Pengujian (+)
Meyer :
Endapan Putih

Wagner :
Alkaloid + Endapan Coklat

Dragendroff :
Endapan Merah

Terbentuknya warna
kuning atau jingga
Flavonoid - pada lapisan amil
alkohol

Terbentuknya warna
Polifenol + hijau, hijau kebiruan
atau hijau kehitaman

Saponin + Busa yang stabil


selama 30 menit

Steroid :
Larutan berwarna
merah
Steroid/Tri
+
terpenoid Triterpenoid :
Larutan berwarna
biru

71
Lampiran 10. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Pindah dari
Plastik ke Toples (Penolakan) dengan Penambahan Pestisida
Nabati Daun Sukun Selama 14 Hari
Konsentrasi Pengamatan Ke- Rata-Rata
Total
(%) I II III IV V VI Perlakuan
01 0 0 0 0 0 0 0
02 0 0 0 0 0 0 0
0
03 0 0 0 0 0 0 0
04 0 0 0 0 0 0 0
2,51 0 0 0 0 0 6 6
2,52 0 1 1 0 0 0 2
4,25
2,53 3 0 1 0 0 1 5
2,54 2 0 0 0 2 0 4
51 1 0 2 0 0 1 4
52 1 0 0 0 3 0 4
4,25
53 1 0 1 0 2 0 4
54 0 1 0 1 0 3 5
7,51 0 0 0 0 0 0 0
7,52 1 0 0 2 2 0 5
2,50
7,53 0 1 0 0 0 0 1
7,54 2 0 0 1 1 0 4
101 0 1 1 0 1 1 4
102 0 0 1 0 1 0 2
2,75
103 1 1 0 1 1 0 4
104 0 0 0 0 1 0 1

72
Lampiran 11. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Pindah dari
Plastik ke Toples (Penolakan) dengan Penambahan Pestisida
Nabati Daun Pandan Selama 14 Hari
Konsentrasi Pengamatan Ke- Rata-Rata
Total
(%) I II III IV V VI Perlakuan
01 0 0 0 0 0 0 0
02 0 0 0 0 0 0 0
0
03 0 0 0 0 0 0 0
04 0 0 0 0 0 0 0
2,51 2 1 0 0 1 0 4
2,52 1 1 2 1 1 0 6
4
2,53 0 1 0 1 0 0 2
2,54 1 1 0 1 1 0 4
51 2 1 1 0 1 0 5
52 1 1 0 0 0 0 2
4,25
53 2 1 2 1 1 0 7
54 1 1 0 1 0 0 3
7,51 2 2 0 1 1 0 6
7,52 4 1 1 1 0 1 8
5,5
7,53 2 1 1 1 1 0 6
7,54 1 1 0 0 0 0 2
101 1 1 1 0 1 0 4
102 4 2 0 1 1 1 9
4,75
103 1 1 0 1 0 0 3
104 1 0 1 1 0 0 3

73
Lampiran 12. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Pindah dari
Plastik ke Toples (Penolakan) dengan Penambahan Pestisida
Nabati Campuran Selama 14 Hari
Konsentrasi Pengamatan Ke- Rata-Rata
Total
(%) I II III IV V VI Perlakuan
01 0 0 0 0 0 0 0
02 0 0 0 0 0 0 0
0
03 0 0 0 0 0 0 0
04 0 0 0 0 0 0 0
2,51 1 1 0 1 0 0 3
2,52 1 1 2 1 1 1 7
5,5
2,53 1 1 1 1 1 2 7
2,54 1 1 0 1 1 1 5
51 1 2 1 1 1 2 8
52 3 1 0 1 2 2 9
8,75
53 1 2 1 1 2 3 10
54 1 2 0 1 2 2 8
7,51 1 3 5 2 2 2 15
7,52 2 2 0 1 1 1 7
10,5
7,53 2 2 1 1 2 3 11
7,54 0 2 1 2 2 2 9
101 1 5 0 1 3 3 13
102 1 3 0 1 2 2 9
11,25
103 1 3 1 3 3 2 13
104 1 3 1 1 2 2 10

74
Lampiran 13. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati
..(Mortalitas) dengan Penambahan Pestisida Nabati Daun
..Sukun Selama 14 Hari
Konsentrasi Pengamatan Ke- Rata-Rata
Total
(%) I II III IV V VI Perlakuan
01 0 0 0 0 1 0 1
02 0 0 1 0 0 0 1
1
03 1 0 0 0 0 0 1
04 0 0 0 0 1 0 1
2,51 0 1 3 0 2 0 6
2,52 3 0 0 0 2 0 5
4,75
2,53 1 0 0 0 2 0 3
2,54 0 2 1 0 2 0 5
51 2 3 0 1 1 0 7
52 0 1 0 0 2 0 3
4,25
53 1 0 1 0 0 0 2
54 0 3 0 1 0 1 5
7,51 0 0 1 1 0 0 2
7,52 0 0 0 1 0 0 1
4,00
7,53 1 2 1 1 3 0 8
7,54 2 0 1 0 2 0 5
101 0 1 2 0 1 0 4
102 0 0 0 2 3 1 6
5,00
103 0 1 0 1 1 0 3
104 0 2 0 0 3 2 7

75
Lampiran 14. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati
..(Mortalitas) dengan Penambahan Pestisida Nabati Daun
..Pandan Selama 14 Hari
Konsentrasi Pengamatan Ke- Rata-Rata
Total
(%) I II III IV V VI Perlakuan
01 0 0 0 0 0 0 0
02 0 0 0 0 0 0 0
0
03 0 0 0 0 0 0 0
04 0 0 0 0 0 0 0
2,51 0 0 1 2 0 1 4
2,52 0 0 0 1 1 0 2
3,00
2,53 1 0 0 0 1 0 2
2,54 0 0 2 0 2 0 4
51 0 0 1 1 0 0 2
52 1 0 1 0 1 0 3
3,50
53 2 0 2 0 0 0 4
54 1 1 2 0 1 0 5
7,51 1 0 0 0 0 0 1
7,52 1 0 0 0 0 0 1
3,00
7,53 4 0 0 0 1 1 6
7,54 1 1 2 0 0 0 4
101 1 1 2 0 0 0 4
102 0 0 0 0 0 0 0
1,75
103 1 0 1 0 0 0 2
104 0 0 0 1 0 0 1

76
Lampiran 15. Jumlah Hama Gudang Sitophilus oryzae L. yang Mati
..Mortalitas) dengan Penambahan Pestisida Nabati
..Campuran Selama 14 Hari
Konsentrasi Pengamatan Ke- Rata-Rata
Total
(%) I II III IV V VI Perlakuan
01 0 0 0 0 0 0 0
02 0 0 0 0 0 0 0
0
03 0 0 0 0 0 0 0
04 0 0 0 0 0 0 0
2,51 1 1 0 2 0 0 4
2,52 2 1 1 1 1 2 8
7,75
2,53 2 1 1 4 1 0 9
2,54 1 4 0 1 3 1 10
51 1 2 1 0 1 1 6
52 2 4 2 2 1 1 12
8,25
53 1 1 0 0 1 4 7
54 2 1 1 1 1 2 8
7,51 1 0 4 4 2 1 12
7,52 2 1 1 2 2 1 9
9,50
7,53 2 0 4 2 1 1 10
7,54 0 4 0 0 2 1 7
101 0 1 2 1 4 1 9
102 0 2 3 1 1 1 8
10,75
103 5 2 3 1 2 2 15
104 1 2 3 2 1 2 11

77
Lampiran 16. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Sukun
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 3 3 4 3 4 17 3,40
2 4 3 4 4 4 19 3,80
3 4 4 4 3 4 19 3,80
4 3 4 3 3 4 17 3,40
5 4 4 4 4 4 20 4,00
6 3 3 3 3 3 15 3,00
7 4 4 5 3 4 20 4,00
8 3 2 3 4 3 15 3,00
9 5 3 4 3 3 18 3,60
10 4 4 3 4 3 18 3,60
11 3 3 4 3 3 16 3,20
12 4 4 4 4 4 20 4,00
13 2 3 5 3 3 16 3,20
14 3 3 4 3 3 16 3,20
15 4 4 3 4 4 19 3,80
16 3 4 4 3 2 16 3,20
17 3 4 5 4 4 20 4,00
18 4 4 4 4 4 20 4,00
19 3 3 4 3 2 15 3,00
20 3 2 4 2 3 14 2,80
Total 69 68 78 67 68 350 92,20
Rata-Rata 3,45 3,40 3,90 3,35 3,40 17,50 4,61

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 4,1 1,0250 2,3808ns 2,47 3,52
Galat 95 40,9 0,4305
Total 99 45,0 0,4546
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut
DNMRT

78
Lampiran 17. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Sukun
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 3 4 4 4 3 18 3,60
2 2 3 3 3 3 14 2,80
3 3 2 2 2 3 12 2,40
4 2 2 2 3 2 11 2,20
5 2 2 2 3 2 11 2,20
6 3 4 2 4 3 16 3,20
7 3 4 2 4 3 16 3,20
8 3 4 2 4 3 16 3,20
9 3 3 3 3 3 15 3,00
10 2 2 2 2 2 10 2,00
11 3 2 3 2 3 13 2,60
12 2 3 3 3 3 14 2,80
13 1 3 2 2 3 11 2,20
14 3 2 3 4 3 15 3,00
15 3 2 3 2 3 13 2,60
16 3 3 3 3 3 15 3,00
17 1 1 1 1 1 5 1,00
18 2 2 2 2 2 10 2,00
19 2 3 2 2 3 12 2,40
20 3 2 2 2 2 11 2,20
Total 49 53 48 55 53 258 68,40
Rata-Rata 2,45 2,65 2,40 2,75 2,65 12,90 3,42

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 1,76 0,4400 0,7655ns 2,47 3,52
Galat 95 54,60 0,5747
Total 99 56,36 0,5692
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

79
Lampiran 18. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Sukun
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 4 4 4 4 4 20 4,00
2 2 2 1 3 2 10 2,00
3 4 4 5 3 4 20 4,00
4 4 4 5 4 4 21 4,20
5 4 4 4 4 4 20 4,00
6 4 4 4 4 4 20 4,00
7 3 5 5 5 4 22 4,40
8 5 5 5 4 5 24 4,80
9 4 4 5 4 5 22 4,40
10 4 4 4 4 4 20 4,00
11 5 4 5 4 4 22 4,40
12 5 5 5 5 5 25 5,00
13 3 5 4 3 3 18 3,60
14 5 5 5 4 5 24 4,80
15 5 4 4 4 4 21 4,20
16 4 5 5 4 4 22 4,40
17 4 4 3 4 5 20 4,00
18 5 5 4 4 4 22 4,40
19 5 4 4 4 5 22 4,40
20 4 4 4 4 4 20 4,00
Total 83 85 85 79 83 415 115
Rata-Rata 4,15 4,25 4,25 3,95 4,15 20,75 5,75

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 1,20 0,3000 0,4104ns 2,47 3,52
Galat 95 55,55 0,7309
Total 99 56,75 0,5732
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

80
Lampiran 19. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Sukun

Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 3 3 2 3 3 14 2,80
2 3 2 3 4 3 15 3,00
3 3 1 3 4 4 15 3,00
4 2 3 2 2 3 12 2,40
5 3 3 2 2 3 13 2,60
6 2 2 2 2 2 10 2,00
7 3 3 2 2 3 13 2,60
8 3 3 2 3 2 13 2,60
9 2 4 2 4 2 14 2,80
10 3 3 2 4 3 15 3,00
11 2 3 1 2 3 11 2,20
12 2 2 2 3 3 12 2,40
13 2 1 1 2 1 7 1,40
14 1 2 1 2 1 7 1,40
15 3 3 2 3 2 13 2,60
16 2 3 2 2 3 12 2,40
17 3 3 2 2 2 12 2,40
18 2 3 3 3 3 14 2,80
19 2 2 2 2 2 10 2,00
20 2 3 3 3 3 14 2,80
Total 48 52 41 54 51 246 72,40
Rata-Rata 2,40 2,60 2,05 2,70 2,55 12,30 3,62

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 5,14 1,2850 2,5592* 2,47 3,52
Galat 95 47,70 0,5021
Total 99 52,84 0,5337
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

81
Uji DNMRT pada taraf 5%
KK = 4,5178
SY = 1,5443
P 2 3 4 5
Range 5% 2,80 2,95 3,05 3,12
LSR 0,4436 0,4674 0,4832 0,4943

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3 4 5
10% 2,70 0,10 0,05 0,15 0,35 b
5% 2,60 0,15 0,20 0,50 b
7,5% 2,55 0,30 0,55 b
2,5% 2,40 0,65 ab
0% 2,05 a

82
Lampiran 20. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Sukun
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 1 2 1 4 2 10 2,00
2 2 3 2 4 4 15 3,00
3 2 3 4 4 4 17 3,40
4 3 2 2 2 3 12 2,40
5 2 2 2 2 2 10 2,00
6 2 2 2 2 2 10 2,00
7 2 3 2 2 2 11 2,20
8 3 2 2 3 2 12 2,40
9 3 2 2 3 2 12 2,40
10 3 3 2 3 4 15 3,00
11 2 2 2 2 2 10 2,00
12 2 2 2 2 2 10 2,00
13 5 5 5 4 5 24 4,80
14 2 1 2 1 1 7 1,40
15 2 2 3 3 2 12 2,40
16 3 2 2 2 3 12 2,40
17 3 3 2 2 2 12 2,40
18 3 2 2 2 3 12 2,40
19 2 2 2 2 2 10 2,00
20 3 2 2 3 2 12 2,40
Total 50 47 45 52 51 245 67,60
Rata-Rata 2,50 2,35 2,25 2,60 2,55 12,25 3,38

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 1,70 0,4250 0,5527ns 2,47 3,52
Galat 95 73,05 0,7690
Total 99 74,75 0,7551
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

83
Lampiran 21. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras
dan Nasi yang diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun
Sukun
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 3 2 3 2 2 12 2,40
2 3 4 3 3 3 16 3,20
3 2 1 3 2 1 9 1,80
4 3 4 4 4 3 18 3,60
5 5 4 4 4 4 21 4,20
6 4 4 4 4 4 20 4,00
7 3 3 4 3 4 17 3,40
8 4 4 4 4 4 20 4,00
9 2 3 5 4 4 18 3,60
10 2 2 3 3 2 12 2,40
11 4 4 4 4 4 20 4,00
12 4 5 4 4 4 21 4,20
13 3 3 3 2 2 13 2,60
14 3 3 4 5 4 19 3,80
15 4 3 3 3 4 17 3,40
16 5 4 4 4 5 22 4,40
17 3 5 4 4 4 20 4,00
18 4 4 4 4 4 20 4,00
19 3 3 3 3 3 15 3,00
20 5 4 4 4 5 22 4,40
Total 69 69 74 70 70 352 105
Rata-Rata 3,45 3,45 3,70 3,50 3,50 17,60 5,25

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 0,86 0,2150 0,2683ns 2,47 3,52
Galat 95 76,10 0,8011
Total 99 76,96 0,7774
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

84
Lampiran 22. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Pandan
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 4 4 4 4 4 20 4,00
2 4 4 4 4 4 20 4,00
3 3 3 4 3 3 16 3,20
4 4 4 5 4 4 21 4,20
5 4 4 4 4 4 20 4,00
6 4 4 5 4 4 21 4,20
7 4 4 4 4 4 20 4,00
8 4 3 5 4 4 20 4,00
9 4 4 4 4 4 20 4,00
10 4 4 4 4 4 20 4,00
11 4 4 4 4 4 20 4,00
12 5 4 5 3 4 21 4,20
13 4 5 4 4 4 21 4,20
14 5 5 4 4 5 23 4,60
15 5 5 5 5 5 25 5,00
16 5 4 4 3 4 20 4,00
17 4 4 4 3 5 20 4,00
18 4 4 4 3 5 20 4,00
19 4 4 4 4 4 20 4,00
20 5 4 5 3 4 21 4,20
Total 84 81 86 75 83 409 114,60
Rata-Rata 4,20 4,05 4,30 3,75 4,15 20,45 5,73

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 3,54 0,8850 3,4107* 2,47 3,52
Galat 95 24,65 0,2395
Total 99 28,19 0,2848
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

85
Uji DNMRT pada taraf 5%
KK = 2,4197
SY = 0,1094
P 2 3 4 5
Range 5% 2,80 2,95 3,05 3,12
LSR 0,3063 0,3228 0,3337 0,3414

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3 4 5
0% 4,30 0,10 0,05 0,10 0,30 b
2,5% 4,20 0,15 0,15 0,40 b
7,5% 4,15 0,25 0,45 b
5% 4,05 0,55 ab
10% 3,75 a

86
Lampiran 23. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Pandan
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 2 2 2 2 2 10 2,00
2 2 2 2 2 2 10 2,00
3 3 2 3 3 2 13 2,60
4 3 2 3 3 2 13 2,60
5 3 1 2 3 2 11 2,20
6 2 2 2 2 2 10 2,00
7 3 2 2 2 2 11 2,20
8 2 3 2 3 2 12 2,40
9 2 3 2 2 3 12 2,40
10 2 3 2 3 3 13 2,60
11 2 2 2 2 3 11 2,20
12 3 2 3 3 2 13 2,60
13 2 2 2 2 3 11 2,20
14 3 2 1 3 2 11 2,20
15 2 2 2 2 2 10 2,00
16 2 3 2 2 3 12 2,40
17 2 3 2 2 3 12 2,40
18 2 3 3 3 2 13 2,60
19 2 3 3 3 2 13 2,60
20 2 3 2 2 3 12 2,40
Total 46 47 44 49 47 233 66,20
Rata-Rata 2,30 2,35 2,20 2,45 2,35 11,65 3,31

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 0,66 0,1650 0,6105ns 2,47 3,52
Galat 95 20,54 0,2703
Total 99 26,11 0,2637
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

87
Lampiran 24. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dariBeras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Pandan
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 5 4 5 5 5 24 4,80
2 4 4 5 5 4 22 4,40
3 5 5 5 5 5 25 5,00
4 5 5 5 5 5 25 5,00
5 4 4 4 4 4 20 4,00
6 4 4 4 4 4 20 4,00
7 4 4 4 4 4 20 4,00
8 4 4 5 4 5 22 4,40
9 5 5 5 4 5 24 4,80
10 5 4 5 4 5 23 4,60
11 5 5 5 4 4 23 4,60
12 4 4 4 4 4 20 4,00
13 5 5 5 4 5 24 4,80
14 5 5 5 5 5 25 5,00
15 4 4 4 4 4 20 4,00
16 4 4 4 3 4 19 3,80
17 5 4 4 3 3 19 3,80
18 4 4 4 4 4 20 4,00
19 5 5 4 4 4 22 4,40
20 4 4 4 3 4 19 3,80
Total 90 87 90 82 87 436 117,40
Rata-Rata 4,50 4,35 4,50 4,10 4,35 21,80 5,87

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 2,14 0,5350 1,7587ns 2,47 3,52
Galat 95 28,90 0,3042
Total 99 31,04 0,3135
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

88
Lampiran 25. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dariBeras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Pandan
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 2 1 2 1 1 7 1,40
2 2 2 2 3 2 11 2,20
3 1 1 1 2 1 6 1,20
4 2 2 2 2 2 10 2,00
5 2 3 2 3 2 12 2,40
6 2 2 2 3 3 12 2,40
7 2 2 3 3 3 13 2,60
8 3 3 2 3 2 13 2,60
9 3 2 3 2 3 13 2,60
10 3 3 3 3 3 15 3,00
11 1 2 2 2 3 10 2,00
12 3 2 2 2 3 12 2,40
13 3 2 2 2 2 11 2,20
14 2 2 1 3 3 11 2,20
15 3 2 2 3 2 12 2,40
16 2 3 1 3 2 11 2,20
17 2 2 2 3 3 12 2,40
18 2 2 2 2 2 10 2,00
19 2 2 3 3 3 13 2,600
20 1 2 2 2 3 10 2,00
Total 43 42 41 50 48 224 61,80
Rata-Rata 2,15 2,10 2,05 2,50 2,40 11,20 3,09

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 3,14 0,7850 2,0101ns 2,47 3,52
Galat 95 37,10 0,3905
Total 99 40,24 0,4065
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

89
Lampiran 26. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dariBeras yang
.diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Pandan
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 2 1 2 1 1 7 1,40
2 2 2 2 2 2 10 2,00
3 1 1 1 1 1 5 1,00
4 2 2 2 2 2 10 2,00
5 2 2 2 2 2 10 2,00
6 2 1 1 1 1 6 1,20
7 2 2 2 2 3 11 2,20
8 2 3 2 2 3 12 2,40
9 3 2 2 3 2 12 2,40
10 2 2 2 2 2 10 2,00
11 3 3 2 3 2 13 2,60
12 2 2 2 2 2 10 2,00
13 2 2 2 2 2 10 2,00
14 2 2 2 3 3 12 2,40
15 2 3 2 3 2 12 2,40
16 2 2 2 3 3 12 2,40
17 2 2 4 3 3 14 2,80
18 2 2 2 2 2 10 2,00
19 2 1 1 2 2 8 1,60
20 3 3 2 3 2 13 2,60
Total 42 40 39 44 42 207 61,80
Rata-Rata 2,10 2,00 1,95 2,20 2,10 10,35 3,09

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 0,76 0,1900 0,5049ns 2,47 3,52
Galat 95 35,75 0,3763
Total 99 36,51 0,3688
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

90
Lampiran 27. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras
dan Nasi yang diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun
Pandan

Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 5 4 5 4 4 22 4,40
2 5 4 4 3 4 20 4,00
3 4 4 5 4 3 20 4,00
4 4 4 4 4 4 20 4,00
5 4 4 4 4 4 20 4,00
6 3 3 3 3 3 15 3,00
7 4 4 4 4 4 20 4,00
8 2 3 2 2 3 12 2,40
9 3 4 4 3 3 17 3,40
10 4 4 4 4 4 20 4,00
11 4 4 4 3 3 18 3,60
12 4 4 4 4 4 20 4,00
13 4 3 4 4 4 19 3,80
14 3 3 4 3 3 16 3,20
15 3 3 4 3 3 16 3,20
16 4 3 4 4 3 18 3,60
17 4 3 4 4 4 19 3,80
18 4 4 4 4 4 20 4,00
19 3 3 3 3 3 15 3,00
20 4 4 4 3 3 18 3,60
Total 75 72 78 70 70 365 101,40
Rata-Rata 3,75 3,60 3,90 3,50 3,50 18,25 5,07

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 2,40 0,6000 1,6594ns 2,47 3,52
Galat 95 34,35 0,3616
Total 99 36,75 0,3712
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

91
Lampiran 28. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 5 5 5 5 5 25 5,00
2 4 4 4 4 4 20 4,00
3 2 2 2 2 2 10 2,00
4 3 3 3 3 3 15 3,00
5 5 5 5 5 5 25 5,00
6 4 4 4 4 4 20 4,00
7 2 2 2 2 2 10 2,00
8 5 5 5 5 5 25 5,00
9 4 4 4 4 4 20 4,00
10 2 2 3 2 2 11 2,20
11 3 3 4 3 3 16 3,20
12 3 3 3 3 3 15 3,00
13 5 4 3 3 3 18 3,60
14 4 4 4 4 4 20 4,00
15 4 3 4 3 3 17 3,40
16 3 3 4 3 3 16 3,20
17 2 2 2 2 2 10 2,00
18 5 4 4 3 3 19 3,80
19 4 4 4 3 3 18 3,60
20 2 2 3 3 2 12 2,40
Total 71 68 72 66 65 342 88,00
Rata-Rata 3,55 3,40 3,60 3,30 3,25 17,10 4,40

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 1,86 0,4650 0,4395ns 2,47 3,52
Galat 95 100,50 1,0579
Total 99 102,36 1,0339
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

92
Lampiran 29. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras yang diaplikasikan
dengan Pestisida Nabati Daun Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 3 4 2 3 4 16 3,20
2 3 1 3 3 3 13 2,60
3 2 3 2 3 2 12 2,40
4 3 2 2 2 3 12 2,40
5 3 4 2 3 4 16 3,20
6 3 4 2 3 4 16 3,20
7 3 1 3 3 3 13 2,60
8 2 3 2 3 2 12 2,40
9 3 1 3 3 3 13 2,60
10 3 3 2 3 2 13 2,60
11 3 3 2 4 3 15 3,00
12 3 3 3 3 3 15 3,00
13 3 2 2 2 3 12 2,40
14 2 3 2 2 3 12 2,40
15 2 2 2 2 2 10 2,00
16 3 3 2 3 2 13 2,60
17 3 2 2 4 5 16 3,20
18 3 3 2 3 2 13 2,60
19 2 2 3 3 4 14 2,80
20 3 2 2 2 3 12 2,40
Total 55 51 45 57 60 268 72,20
Rata-Rata 2,75 2,55 2,25 2,85 3,00 13,40 3,61

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 6,76 1,6900 3,5678** 2,47 3,52
Galat 95 45,00 0,4737
Total 99 51,76 0,5228
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

93
Uji DNMRT pada taraf 5%
KK = 4,2041
SY = 0,1539
P 2 3 4 5
Range 5% 2,80 2,95 3,05 3,12
LSR 0,4309 0,4540 0,4694 0,4802

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3 4 5
10% 3,00 0,15 0,10 0,20 0,30 b
8% 2,85 0,25 0,30 0,50 b
2,5% 2,75 0,45 0,60 b
5,0% 2,55 0,75 ab
0% 2,25 a

94
Lampiran 30. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras yang
.diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 5 5 5 5 5 25 5,00
2 4 4 4 4 4 20 4,00
3 2 2 2 2 2 10 2,00
4 4 4 3 3 4 18 3,60
5 5 5 5 5 5 25 5,00
6 4 4 4 4 4 20 4,00
7 3 3 3 3 3 15 3,00
8 4 4 4 2 4 18 3,60
9 3 4 4 4 3 18 3,60
10 5 5 5 5 5 25 5,00
11 4 4 4 4 4 20 4,00
12 2 2 2 2 2 10 2,00
13 4 4 4 2 4 18 3,60
14 4 4 4 4 3 19 3,80
15 3 4 4 4 3 18 3,60
16 4 4 4 3 4 19 3,80
17 4 4 4 2 4 18 3,60
18 3 4 4 3 4 18 3,60
19 3 4 4 4 3 18 3,60
20 4 4 4 4 3 19 3,80
Total 74 78 77 69 73 371 104,40
Rata-Rata 3,70 3,90 3,85 3,45 3,65 18,55 5,22

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 2,54 0,6350 0,8146ns 2,47 3,52
Galat 95 74,05 0,7795
Total 99 76,59 0,7736
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

95
Lampiran 31. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 3 2 2 2 2 11 2,20
2 3 3 3 3 3 15 3,00
3 3 2 2 2 3 12 2,40
4 2 2 2 3 3 12 2,40
5 1 2 2 3 1 9 1,80
6 2 2 2 3 2 11 2,20
7 3 2 2 2 3 12 2,40
8 3 2 2 2 2 11 2,20
9 3 3 3 3 3 15 3,00
10 2 2 2 3 3 12 2,40
11 3 2 2 2 3 12 2,40
12 3 2 2 2 2 11 2,20
13 3 3 3 3 3 15 3,00
14 2 2 2 3 3 12 2,40
15 2 3 3 2 2 12 2,40
16 1 2 2 3 1 9 1,80
17 2 3 3 2 3 13 2,60
18 2 2 2 2 3 11 2,20
19 2 2 2 3 2 11 2,20
20 1 2 2 3 1 9 1,80
Total 46 45 45 51 48 235 62,20
Rata-Rata 2,30 2,25 2,25 2,55 2,40 11,75 3,11

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%

Perlakuan 4 1,30 0,3250 0,9230ns 2,47 3,52


Galat 95 33,45 0,3521
Total 99 34,75 0,351
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

96
Lampiran 32. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras yang
diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 2 2 2 2 2 10 2,00
2 2 2 2 2 2 10 2,00
3 2 2 3 2 3 12 2,40
4 3 2 3 2 3 13 2,60
5 2 2 2 2 2 10 2,00
6 2 2 2 2 2 10 2,00
7 2 2 2 2 2 10 2,00
8 2 3 3 2 2 12 2,40
9 3 3 3 3 2 14 2,80
10 2 2 2 2 2 10 2,00
11 2 2 2 2 2 10 2,00
12 2 2 3 2 3 12 2,40
13 3 2 3 2 3 13 2,60
14 2 2 2 2 2 10 2,00
15 2 2 2 2 2 10 2,00
16 2 3 3 2 2 12 2,40
17 2 2 3 2 3 12 2,40
18 3 2 3 2 3 13 2,60
19 2 3 3 2 2 12 2,40
20 2 3 3 2 2 12 2,40
Total 44 45 51 41 46 227 65,00
Rata-Rata 2,20 2,25 2,55 2,05 2,30 11,35 3,25

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 2,66 0,6650 3,7053** 2,47 3,52
Galat 95 17,05 0,1795
Total 99 19,71 0,1999
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

97
Uji DNMRT Pada Taraf 5%
KK = 2,8118
SY = 0,0947
P 2 3 4 5
Range 5% 2,80 2,95 3,05 3,12
LSR 0,2652 0,2794 0,2889 0,2955

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3 4 5
0% 2,55 0,25 0,05 0,05 0,15 b
7,5% 2,30 0,30 0,10 0,20 ab
5% 2,25 0,35 0,25 a
2,5% 2,20 0,50 a
10% 2,05 a

98
Lampiran 33. Sidik Ragam Uji Hedonik (Penerimaan Keseluruhan) Beras
dan Nasi yang diaplikasikan dengan Pestisida Nabati Daun
Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
246 116 221 121 312
1 4 5 5 4 4 22 4,40
2 4 4 4 4 4 20 4,00
3 4 3 3 4 3 17 3,40
4 3 3 3 3 3 15 3,00
5 4 5 5 4 4 22 4,40
6 4 4 4 4 4 20 4,00
7 4 3 4 4 4 19 3,80
8 4 4 4 4 4 20 4,00
9 4 5 5 4 4 22 4,40
10 4 4 4 4 4 20 4,00
11 4 3 3 4 3 17 3,40
12 3 4 4 3 4 18 3,60
13 4 4 3 3 3 17 3,40
14 3 3 3 3 3 15 3,00
15 3 4 4 3 4 18 3,60
16 4 4 3 3 3 17 3,40
17 4 4 4 4 4 20 4,00
18 3 4 4 3 4 18 3,60
19 4 4 3 3 3 17 3,40
20 3 3 3 3 3 15 3,00
Total 74 77 75 71 72 369 97,80
Rata-Rata 3,70 3,85 3,75 3,55 3,60 18,45 4,89

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 4 1,14 0,2850 0,8395ns 2,47 3,52
Galat 95 32,25 0,3395
Total 99 33,39 0,3373
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

99
Lampiran 34. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Beras Perbandingan
..antara Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan
..Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
642 212 611
1 4 4 4 12 4,00
2 4 5 4 13 4,33
3 2 2 2 6 2,00
4 2 2 2 6 2,00
5 3 3 3 9 3,00
6 4 4 3 11 3,67
7 4 4 4 12 4,00
8 4 5 4 13 4,33
9 3 3 3 9 3,00
10 4 4 3 11 3,67
11 4 4 4 12 4,00
12 3 3 4 10 3,33
13 4 4 4 12 4,00
14 4 5 4 13 4,33
15 4 4 4 12 4,00
16 3 3 3 9 3,00
17 4 4 3 11 3,67
18 3 3 4 10 3,33
19 4 4 4 12 4,00
20 4 4 4 12 4,00
Total 71 74 70 215 71,67
Rata-Rata 3,55 3,70 3,50 10,75 3,58

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 2 0,43 0,2167 0,3841ns 3,16 5,00
Galat 57 32,15 0,5640
Total 59 32,58 0,5522
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

100
Lampiran 35. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Beras perbandingan antara
.Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan dan Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
642 212 611
1 2 1 3 6 2,00
2 3 3 4 10 3,33
3 3 2 3 8 2,67
4 2 1 3 6 2,00
5 3 3 4 10 3,33
6 4 2 3 9 3,00
7 2 1 3 6 2,00
8 3 3 4 10 3,33
9 3 2 3 8 2,67
10 2 3 3 8 2,67
11 4 4 4 12 4,00
12 3 2 3 8 2,67
13 2 3 3 8 2,67
14 3 3 3 9 3,00
15 2 3 3 8 2,67
16 3 2 3 8 2,67
17 2 3 3 8 2,67
18 2 3 3 8 2,67
19 2 2 2 6 2,00
20 2 3 3 8 2,67
Total 52 49 63 164 54,67
Rata-Rata 2,60 2,45 3,15 8,20 2,73

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 2 5,43 2,7167 5,8878** 3,16 5,00
Galat 57 26,30 0,4614
Total 59 31,73 0,53785
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

101
Uji DNMRT pada taraf 5%
KK = 4,1085
SY = 0,1519
P 2 3
Range 5% 2,830 2,98
LSR 0,4297 0,4520

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3
Campuran 3,15 0,55 0,15 b
Sukun 2,60 0,70 a
Pandan 2,45 a

102
Lampiran 36. Sidik Ragam Uji Hedonik (Warna) Nasi dari Beras
...perbandingan antara Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan
...dan Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
642 212 611
1 4 4 4 12 4,00
2 5 5 5 15 5,00
3 2 2 2 6 2,00
4 4 4 4 12 4,00
5 4 4 4 12 4,00
6 5 5 5 15 5,00
7 3 3 3 9 3,00
8 3 4 3 10 3,33
9 4 4 4 12 4,00
10 5 5 5 15 5,00
11 4 4 4 12 4,00
12 3 3 3 9 3,00
13 3 4 3 10 3,33
14 3 3 3 9 3,00
15 4 4 4 12 4,00
16 4 4 4 12 4,00
17 3 4 3 10 3,33
18 4 4 4 12 4,00
19 3 3 3 9 3,00
20 4 4 4 12 4,00
Total 74 77 74 225 75,00
Rata-Rata 3,70 3,85 3,70 11,25 3,75

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 2 0,30 0,1500 0,2446ns 3,16 5,00
Galat 57 34,95 0,6132
Total 59 35,25 0,5975
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

103
Lampiran 37. Sidik Ragam Uji Hedonik (Aroma) Nasi dari Beras
...perbandingan antara Pestisida Nabati Daun Sukun, Pandan
...dan Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
642 212 611
1 3 2 3 8 2,67
2 2 2 3 7 2,33
3 3 2 4 9 3,00
4 2 3 2 7 2,33
5 3 4 4 11 3,67
6 3 2 3 8 2,67
7 2 2 3 7 2,33
8 3 2 3 8 2,67
9 2 3 3 8 2,67
10 2 3 2 7 2,33
11 3 3 4 10 3,33
12 3 2 3 8 2,67
13 3 2 3 8 2,67
14 2 2 3 7 2,33
15 3 2 3 8 2,67
16 2 3 3 8 2,67
17 3 3 4 10 3,33
18 2 3 2 7 2,33
19 3 2 3 8 2,67
20 2 3 3 8 2,67
Total 51 50 61 162 54,00
Rata-Rata 2,55 2,50 3,05 8,10 2,70

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 2 3,70 1,8500 5,5793** 3,16 5,00
Galat 57 18,90 0,3316
Total 59 22,60 0,38305
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

104
Uji DNMRT pada taraf 5%
KK = 3,5044
SY = 0,1288
P 2 3
Range 5% 2,83 2,98
LSR 0,4297 0,4520

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3
Campuran 3,05 0,50 0,05 b
Sukun 2,55 0,55 a
Pandan 2,50 a

105
Lampiran 38. Sidik Ragam Uji Hedonik (Rasa) Nasi dari Beras
perbandingan antara Pestisida Nabati Daun Sukun,
Pandan dan Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
642 212 611
1 2 2 2 6 2,00
2 2 2 2 6 2,00
3 3 2 4 9 3,00
4 3 2 3 8 2,67
5 2 2 2 6 2,00
6 2 2 2 6 2,00
7 3 2 3 8 2,67
8 2 2 2 6 2,00
9 2 2 2 6 2,00
10 2 2 2 6 2,00
11 3 2 3 8 2,67
12 3 2 3 8 2,67
13 3 3 3 9 3,00
14 2 2 2 6 2,00
15 3 2 3 8 2,67
16 2 2 2 6 2,00
17 3 2 3 8 2,67
18 2 2 2 6 2,00
19 3 2 3 8 2,67
20 2 2 2 6 2,00
Total 49 41 50 140 46,67
Rata-Rata 2,45 2,05 2,50 7,00 2,33

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 2 2,43 1,2167 5,3759** 3,16 5,00
Galat 57 12,90 0,2263
Total 59 15,33 0,2599
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut
DNMRT

106
Uji DNMRT pada taraf 5%
KK = 3,1142
SY = 0,1063
P 2 3
Range 5% 2,83 2,98
LSR 0,4297 0,4520

Beda riel pada jarak p


Perlakuan Rata-Rata Notasi
2 3
Campuran 3,05 0,50 0,05 b
Sukun 2,55 0,55 a
Pandan 2,50 a

107
Lampiran 39. Sidik Ragam Uji Hedonik(Penerimaan Keseluruhan) Beras
.dan Nasi perbandingan antara Pestisida Nabati Daun Sukun,
.Pandan dan Campuran
Perlakuan
Panelis Total Rata-Rata
642 212 611
1 4 4 4 12 4,00
2 5 5 5 15 5,00
3 3 3 3 9 3,00
4 4 4 4 12 4,00
5 4 3 4 11 3,67
6 4 4 4 12 4,00
7 5 5 5 15 5,00
8 3 3 3 9 3,00
9 4 3 4 11 3,67
10 4 4 4 12 4,00
11 5 5 5 15 5,00
12 3 3 3 9 3,00
13 4 4 4 12 4,00
14 4 3 4 11 3,67
15 4 4 4 12 4,00
16 4 4 4 12 4,00
17 4 3 4 11 3,67
18 4 3 4 11 3,67
19 4 4 4 12 4,00
20 4 4 4 12 4,00
Total 80 75 80 235 78,33
Rata-Rata 4,00 3,75 4,00 11,75 3,92

Sidik Ragam
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 2 0,83 0,4167 1,0919ns 3,16 5,00
Galat 57 21,75 0,3816
Total 59 22,58 0,3828
Keterangan : **Berpengaruh Sangat nyata
*Berpengaruh nyata
ns
Berpengaruh tidak nyata
F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT

108
Lampiran 40. Dokumentasi Penelitian Pengujian Pestisida Nabati Daun
Sukun, Pandan dan Campuran Terhadap Hama Gudang
Sitophilus oryzae L.

Daun Sukun Segar Daun Pandan Wangi Segar

Pengeringan Daun Proses Pemblenderan

Serbuk Daun Sukun Serbuk Daun Pandan

Serbuk yang dikemas Pengaplikasian pada Hama


dengan Kantong Teh Gudang Sitophilus oryzae L.

109
Pengamatan Hama Gudang Beras Setelah Pengaplikasian
yang Mati dan Penolakan dengan Pestisida Nabati
Hama

Analisa Warna Pengecekan Suhu dan RH


Menggunakan Colour (Kelembaban) di dalam
Reader Toples

Uji Organoleptik

110

Anda mungkin juga menyukai