Anda di halaman 1dari 7

Contoh Esai Pendidikan Yang Baik dan Benar

Esai adalah sebuah tulisan yang dapat memberi gambaran mengenai suatu subyek tertentu atau
tema yang sudah di tentukan untuk coba dinilainya. Sebagai Contoh Esai yang baik dan benar bisa
mengacu pada 3 dasar berikut ini:

1. pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan
pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
2. tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
3. adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok,
ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek yang dinilai
oleh si penulis.

Tips buat kamu yang akan membuat sebuah Esai langkah-langkah yang harus kamu ketahui adalah:

1. Menentukan tema atau topik


2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas
4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian
buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami
maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema
yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya, yang akan kita
tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus
memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas
penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya
(memang) bersikap netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca merasa bisa
mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan sistematis sehingga
membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.
Berikut ini adalah Contoh Esai Tema Pendidikan yang bisa kamu jadikan referensi pembuatan Esai.
Didikan Guru Cerminan Masa Depan
Oleh: diaryvazha

Negara maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas

pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat

memajukan dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara sumber daya

manusia antara negara maju dan negara berkembang, yang berbeda hanyalah cara mendidik

sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini tentunya tidak telepas dari peran seorang guru. Hal

yang terpenting namun sering terlupakan dari seorang guru dalam mendidik siswanya adalah

kejujuran. Bohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Apakah

seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya berperilaku jujur?

Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang

mereka kerjakan. Tidak sedikit pula para siswa mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran

tertentu demi mendapatkan nilai bagus. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan

siswanya, membiarkan siswanya tidak bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli

dengan uang, dan perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak

percaya akan kemampuan siswanya.

Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun, nilai

perilaku jarang diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaimana

mestinya? Rasanya nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor dengan

mencantumkan huruf A, B, atau C. Lain halnya dengan nilai mata pelajaran. Apakah kita pernah

mendengar syarat mendapat beasiswa adalah nilai kerapihan, kejujuran, kedisiplinan, kerajinan

minimal B? Kita lebih sering mendengar, untuk syarat mendapatkan beasiswa minimal nilai

marematika, akutansi, geografi, fisika atau nilai eksak lainnya rata-rata 75. Dengan giat, setiap

siswa pun akan mengejar angka diatas 75. Bagaimana jika seorang siswa tersebut dihadapkan
dengan guru yang pelit? Siswa tersebut akan berjuang mendapatkan nilai diatas 75 dengan

menghalalkan segala cara. Banyak siswa yang berpikir, “Belajar sampai malam belum tentu

nilainya bagus, kalau open book, pasti jawabannya bagus dan peluang mendapat nilai bagus pun

terbuka lebar.” Pernahkah kita membayangkan seorang guru memberikan nilai lebih dari nilai

KKM baik untuk siswa yang diremedial ataupun yang tidak? Mungkin semua siswa tidak akan

menghalalkan segala cara. Remedial terus menerus sampai mendapat nilai sesuai KKM tidak

salah, tetapi memberikan 3 poin diatas nilai KKM sebagai nilai perjuangan remedial, apa

salahnya?

Jika kita membuka kamus bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dan mencari arti kata

remedial, remedial berarti perbaikan. Mari kita artikan sendiri apa yang dimaksud dengan

perbaikan. Banyak siswa yang dipusingkan dengan pengertian remedial yang sebenarnya, dan

tidak sedikit pula para guru yang salah mengartikan arti remedial yang sebenarnya. Misalnya,

kita remedial mata pelajaran A. Guru mata pelajaran A menyuruh siswa yang mengikuti remedial

membeli barang. Apakah barang tersebut ada kaitannya dengan mata pelajaran A? Walaupun

ada, akan lebih baik apabila remedial tersebut berbentuk soal. Bukannya pemerintah

menyediakan anggaran untuk penunjang pembelajaran? Uang bisa dicari, barang bisa dibeli, tapi

ilmu tidak bisa dibeli. Ilmu mudah didapat tapi sulit dimengerti. Apakah nilai yang kita inginkan

dapat dibeli dengan uang? Tak heran jika sekarang banyak para pejabat yang korupsi dan

melakukan money politic demi mendapatkan jabatan karena dari dulu mereka diajarkan bahwa

semuanya dapat dibeli dengan uang.

Seorang guru berhak memberikan nilai pada siswanya dan memberi tahu kriteria

penilaiannya. Tapi apakah seoarang guru pernah mengajarkan bagaimana seorang siswa harus

berjuang demi mendapat nilai darinya? Mungkin ada sebagian guru yang mengajarkan itu semua,
tapi seorang siswa juga memperhitungkan kebiasaan guru tersebut. Jika guru itu malas membaca

tugas para siswa dan hanya membubuhkan tanda tangan sebagai pengahargaan bagi usaha siswa

mengerjakan tugas, para siswa juga cenderung mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan

menyalinnya dari internet atau temannya tanpa mereka mengerti apa yang mereka salin.

Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas tersebut? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti

materi yang ditugaskan? Kebanyakan para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin.

Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas seorang siswa yang menyalin

tugasnya dari teman dengan hasilnya sendiri? Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan

guru untuk tugas yang dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh

hingga mereka mengerti?

Begitu sulit nilai yang harus kita kejar, begitu sulit nilai yang guru berikan pada kita, dan

betapa sering kita kecewa akan nilai yang kita peroleh. Tidak jarang orang tua yang rela

mengeluarkan uang agar anaknya mendapat nilai yang bagus dengan mengikuti tambahan. Dan

tidak heran pula apabila guru mengadakan tambahan bagi siswanya. Tidak ada yang salah

dengan guru yang memberikan tambahan pada siswanya, yang salah adalah seorang guru yang

memberikan nilai lebih dan membocorkan soal dan jawaban ulangan pada siswa yang mengikuti

tambahan dengannya. Sebenarnya tujuan guru memberikan tambahan untuk apa? Untuk

mendapatkan uang atau membantu siswanya untuk lebih mengerti pelajaran? Tujuan siswa

mengikuti tambahan itu untuk apa? Untuk mendapat nilai bagus atau lebih mengerti pelajaran.

Kita dididik dengan cara yang salah, dan dengan cara yang salah pula kita akan membangun

masa depan yang baik untuk diri kita sendiri tanpa mementingkan orang lain.

Setiap manusia terlahir dengan potensi masing-masing. Tanpa digali dan dikembangakan

potensi tersebut tidak ada apa-apanya. Menuntun manusia agar potensinnya dapat menjadi
sesuatu yang berharga adalah tugas seorang guru. Walaupun ini adalah zaman KTSP, dimana

seorang siswa harus lebih aktif dibandingkan gurunya, tapi tetap saja tugas seorang adalah

menerangkan dan memberi nilai. Betapa bangganya seorang guru yang menerangkan suatu

materi pada siswanya, dan suatu hari nanti beliau dapat melihat siswanya sukses karena materi

yang beliau ajarkan. Dialah guru yang sukses, guru yang mengemban tugas negara dengan baik.

Lain halnya denga guru yang terus menerus menyuruh siswanya belajar sendiri dengan membaca

buku. Berarti apabila siswa tersebut sukses, pengarang bukulah yang sukses karena berkat dia,

siswa tersebut dapat sukses.

Tidak sedikit guru yang salah mengartikan apa itu KTSP. Apakah dalam KTSP seorang

guru hanya memberi tugas dan nilai saja? Ataukah dalam KTSP, seorang siswa dituntut untuk

bertanya apa yang tidak dimengerti dan guru tersebut akan menjelaskannya untuk siswa yang

bertanya saja? Banyak siswa yang dibiarkan tidak bisa karena ia malu bertanya pada gurunya.

Banyak guru yang menganggap siswa yang tidak bertanya sudah bisa. Tak sedikit pula guru yang

membiarkan siswanya berperilaku seenaknya saat guru berada di kelas. Jangan salahkan siswa

sepenuhnya apabila saat ulangan terjadi kecurangan karena siswa tak tahu apa yang harus

mereka isi saat lembaran soal dibagikan. Bukankah guru itu sendiri yang membiarkan siswa

tersebut tidak bisa dan para siswa menganggap guru itu selalu perhatian pada penanya dan

menerangkan untuk penanya? Tak heran apabila banyak anggota DPR yang tertidur saat

pemimpinnya sedang berbicara karena dari dulu mereka diajarkan bahwa orang yang berbicara

itu bukan untuk dirinya, tetapi untuk orang yang mengajukan pertanyaan pada pemimpin

tersebut.

Selain manusia terlahir dengan potensinya masing-masing, setiap manusia juga terlahir

dengan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan kekurangan yang dimiliki
orang lain, yang salah adalah saat kita tak pernah berusaha melengkapi kekurangan orang lain

tersebut. Kekurangan ada bukan untuk kita remehkan, tetapi kekurangan ada untuk kita lengkapi.

Bisa saja seorang siswa kurang dalam pelajaran bahasa Inggris, tapi apakah sudah dapat

dipastikan bahwa siswa tersebut juga kurang dalam pelajaran bahasa Indonesia? Salah besar jika

seorang guru menganggap anak didiknya bodoh hingga beliau melontarkan pertanyaan, “Selama

SD, SMP, kalian ini belajar apa saja? Masa menghadapi soal begini saja tidak bisa?” Harusnya

beliau bertanya pada dirinya sendiri, “Sudah berapa lama saya menjadi guru, dan sudah berapa

kali saya menghadapi murid seperti ini?”

Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan kelebihan siswanya. Dan guru yang

mendukung siswanya adalah guru yang percaya akan kemampuan siswanya. Guru yang

membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN lalu menyebarluaskan kunci jawabannya

kepada siswanya, berarti guru tersebut tidak percaya dengan kemampuan siswanya dan

kemampuan dirinya dalam mengajar. Seharusnya guru percaya pada siswanya bahwa mereka

bisa dan pasti bisa. Dengan membocorkan kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja

dengan membuat para siswa berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan

para guru mengajarkan siswanya untuk tidak jujur. Memang dibalik kesulitan itu pasti akan ada

kemudahan. Tapi mendapatkan kunci jawaban bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua

mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri

dan menyia-nyiakan alat indra yang Tuhan kasih kepada kita.

Kejujuran memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri

sendiri dan untuk diri sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang

lain dan mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang dengan

kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti sesuai dengan
arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa ini karena semenjak

bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan dididik untuk tidak jujur. Lihatlah,

ilmu yang kita cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang kita pakai untuk

memperoleh nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Dan nilai

yang kita peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita

peroleh telah mengantarkan bangsa ini menjadi negara korupsi peringkat ke 4 di dunia.

Walaupun kejujuran tak pernah bisa menggeser negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan

negara ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi

bangsa yang makmur dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai