Contoh Esai Pendidikan Yang Baik Dan Benar
Contoh Esai Pendidikan Yang Baik Dan Benar
Esai adalah sebuah tulisan yang dapat memberi gambaran mengenai suatu subyek tertentu atau
tema yang sudah di tentukan untuk coba dinilainya. Sebagai Contoh Esai yang baik dan benar bisa
mengacu pada 3 dasar berikut ini:
1. pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan
pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
2. tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
3. adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok,
ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek yang dinilai
oleh si penulis.
Tips buat kamu yang akan membuat sebuah Esai langkah-langkah yang harus kamu ketahui adalah:
Negara maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas
pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat
memajukan dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara sumber daya
manusia antara negara maju dan negara berkembang, yang berbeda hanyalah cara mendidik
sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini tentunya tidak telepas dari peran seorang guru. Hal
yang terpenting namun sering terlupakan dari seorang guru dalam mendidik siswanya adalah
kejujuran. Bohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Apakah
seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya berperilaku jujur?
Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang
mereka kerjakan. Tidak sedikit pula para siswa mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran
tertentu demi mendapatkan nilai bagus. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan
siswanya, membiarkan siswanya tidak bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli
dengan uang, dan perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak
Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun, nilai
perilaku jarang diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaimana
mestinya? Rasanya nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor dengan
mencantumkan huruf A, B, atau C. Lain halnya dengan nilai mata pelajaran. Apakah kita pernah
mendengar syarat mendapat beasiswa adalah nilai kerapihan, kejujuran, kedisiplinan, kerajinan
minimal B? Kita lebih sering mendengar, untuk syarat mendapatkan beasiswa minimal nilai
marematika, akutansi, geografi, fisika atau nilai eksak lainnya rata-rata 75. Dengan giat, setiap
siswa pun akan mengejar angka diatas 75. Bagaimana jika seorang siswa tersebut dihadapkan
dengan guru yang pelit? Siswa tersebut akan berjuang mendapatkan nilai diatas 75 dengan
menghalalkan segala cara. Banyak siswa yang berpikir, “Belajar sampai malam belum tentu
nilainya bagus, kalau open book, pasti jawabannya bagus dan peluang mendapat nilai bagus pun
terbuka lebar.” Pernahkah kita membayangkan seorang guru memberikan nilai lebih dari nilai
KKM baik untuk siswa yang diremedial ataupun yang tidak? Mungkin semua siswa tidak akan
menghalalkan segala cara. Remedial terus menerus sampai mendapat nilai sesuai KKM tidak
salah, tetapi memberikan 3 poin diatas nilai KKM sebagai nilai perjuangan remedial, apa
salahnya?
Jika kita membuka kamus bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dan mencari arti kata
remedial, remedial berarti perbaikan. Mari kita artikan sendiri apa yang dimaksud dengan
perbaikan. Banyak siswa yang dipusingkan dengan pengertian remedial yang sebenarnya, dan
tidak sedikit pula para guru yang salah mengartikan arti remedial yang sebenarnya. Misalnya,
kita remedial mata pelajaran A. Guru mata pelajaran A menyuruh siswa yang mengikuti remedial
membeli barang. Apakah barang tersebut ada kaitannya dengan mata pelajaran A? Walaupun
ada, akan lebih baik apabila remedial tersebut berbentuk soal. Bukannya pemerintah
menyediakan anggaran untuk penunjang pembelajaran? Uang bisa dicari, barang bisa dibeli, tapi
ilmu tidak bisa dibeli. Ilmu mudah didapat tapi sulit dimengerti. Apakah nilai yang kita inginkan
dapat dibeli dengan uang? Tak heran jika sekarang banyak para pejabat yang korupsi dan
melakukan money politic demi mendapatkan jabatan karena dari dulu mereka diajarkan bahwa
Seorang guru berhak memberikan nilai pada siswanya dan memberi tahu kriteria
penilaiannya. Tapi apakah seoarang guru pernah mengajarkan bagaimana seorang siswa harus
berjuang demi mendapat nilai darinya? Mungkin ada sebagian guru yang mengajarkan itu semua,
tapi seorang siswa juga memperhitungkan kebiasaan guru tersebut. Jika guru itu malas membaca
tugas para siswa dan hanya membubuhkan tanda tangan sebagai pengahargaan bagi usaha siswa
mengerjakan tugas, para siswa juga cenderung mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan
menyalinnya dari internet atau temannya tanpa mereka mengerti apa yang mereka salin.
Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas tersebut? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti
materi yang ditugaskan? Kebanyakan para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin.
Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas seorang siswa yang menyalin
tugasnya dari teman dengan hasilnya sendiri? Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan
guru untuk tugas yang dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh
Begitu sulit nilai yang harus kita kejar, begitu sulit nilai yang guru berikan pada kita, dan
betapa sering kita kecewa akan nilai yang kita peroleh. Tidak jarang orang tua yang rela
mengeluarkan uang agar anaknya mendapat nilai yang bagus dengan mengikuti tambahan. Dan
tidak heran pula apabila guru mengadakan tambahan bagi siswanya. Tidak ada yang salah
dengan guru yang memberikan tambahan pada siswanya, yang salah adalah seorang guru yang
memberikan nilai lebih dan membocorkan soal dan jawaban ulangan pada siswa yang mengikuti
tambahan dengannya. Sebenarnya tujuan guru memberikan tambahan untuk apa? Untuk
mendapatkan uang atau membantu siswanya untuk lebih mengerti pelajaran? Tujuan siswa
mengikuti tambahan itu untuk apa? Untuk mendapat nilai bagus atau lebih mengerti pelajaran.
Kita dididik dengan cara yang salah, dan dengan cara yang salah pula kita akan membangun
masa depan yang baik untuk diri kita sendiri tanpa mementingkan orang lain.
Setiap manusia terlahir dengan potensi masing-masing. Tanpa digali dan dikembangakan
potensi tersebut tidak ada apa-apanya. Menuntun manusia agar potensinnya dapat menjadi
sesuatu yang berharga adalah tugas seorang guru. Walaupun ini adalah zaman KTSP, dimana
seorang siswa harus lebih aktif dibandingkan gurunya, tapi tetap saja tugas seorang adalah
menerangkan dan memberi nilai. Betapa bangganya seorang guru yang menerangkan suatu
materi pada siswanya, dan suatu hari nanti beliau dapat melihat siswanya sukses karena materi
yang beliau ajarkan. Dialah guru yang sukses, guru yang mengemban tugas negara dengan baik.
Lain halnya denga guru yang terus menerus menyuruh siswanya belajar sendiri dengan membaca
buku. Berarti apabila siswa tersebut sukses, pengarang bukulah yang sukses karena berkat dia,
Tidak sedikit guru yang salah mengartikan apa itu KTSP. Apakah dalam KTSP seorang
guru hanya memberi tugas dan nilai saja? Ataukah dalam KTSP, seorang siswa dituntut untuk
bertanya apa yang tidak dimengerti dan guru tersebut akan menjelaskannya untuk siswa yang
bertanya saja? Banyak siswa yang dibiarkan tidak bisa karena ia malu bertanya pada gurunya.
Banyak guru yang menganggap siswa yang tidak bertanya sudah bisa. Tak sedikit pula guru yang
membiarkan siswanya berperilaku seenaknya saat guru berada di kelas. Jangan salahkan siswa
sepenuhnya apabila saat ulangan terjadi kecurangan karena siswa tak tahu apa yang harus
mereka isi saat lembaran soal dibagikan. Bukankah guru itu sendiri yang membiarkan siswa
tersebut tidak bisa dan para siswa menganggap guru itu selalu perhatian pada penanya dan
menerangkan untuk penanya? Tak heran apabila banyak anggota DPR yang tertidur saat
pemimpinnya sedang berbicara karena dari dulu mereka diajarkan bahwa orang yang berbicara
itu bukan untuk dirinya, tetapi untuk orang yang mengajukan pertanyaan pada pemimpin
tersebut.
Selain manusia terlahir dengan potensinya masing-masing, setiap manusia juga terlahir
dengan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan kekurangan yang dimiliki
orang lain, yang salah adalah saat kita tak pernah berusaha melengkapi kekurangan orang lain
tersebut. Kekurangan ada bukan untuk kita remehkan, tetapi kekurangan ada untuk kita lengkapi.
Bisa saja seorang siswa kurang dalam pelajaran bahasa Inggris, tapi apakah sudah dapat
dipastikan bahwa siswa tersebut juga kurang dalam pelajaran bahasa Indonesia? Salah besar jika
seorang guru menganggap anak didiknya bodoh hingga beliau melontarkan pertanyaan, “Selama
SD, SMP, kalian ini belajar apa saja? Masa menghadapi soal begini saja tidak bisa?” Harusnya
beliau bertanya pada dirinya sendiri, “Sudah berapa lama saya menjadi guru, dan sudah berapa
Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan kelebihan siswanya. Dan guru yang
mendukung siswanya adalah guru yang percaya akan kemampuan siswanya. Guru yang
membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN lalu menyebarluaskan kunci jawabannya
kepada siswanya, berarti guru tersebut tidak percaya dengan kemampuan siswanya dan
kemampuan dirinya dalam mengajar. Seharusnya guru percaya pada siswanya bahwa mereka
bisa dan pasti bisa. Dengan membocorkan kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja
dengan membuat para siswa berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan
para guru mengajarkan siswanya untuk tidak jujur. Memang dibalik kesulitan itu pasti akan ada
kemudahan. Tapi mendapatkan kunci jawaban bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua
mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri
Kejujuran memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri
sendiri dan untuk diri sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang
lain dan mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang dengan
kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti sesuai dengan
arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa ini karena semenjak
bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan dididik untuk tidak jujur. Lihatlah,
ilmu yang kita cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang kita pakai untuk
memperoleh nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Dan nilai
yang kita peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita
peroleh telah mengantarkan bangsa ini menjadi negara korupsi peringkat ke 4 di dunia.
Walaupun kejujuran tak pernah bisa menggeser negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan
negara ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi