Anda di halaman 1dari 103

SKRIPSI

IDENTIFIKASI KEBERADAAN BASEMENT DI BAWAH CEKUNGAN


TIMOR BERDASARKAN DATA ANOMALI GRAVITASI DENGAN
PEMODELAN TIGA DIMENSI

OLEH

ARYANTI IRNAWATI PELLOKILA

1306061019

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018
ii
iii
MOTTO

“TAKUT AKAN TUHAN ADALAH PERMULAAN PENGETAHUAN”

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan

untuk :

1. Orang tua tercinta bapak Jer dan mama Ida

2. Sodara sodara tersayang (kk Iron dan adik Dion)

3. Teman-teman terbaik Troyers’13

4. Sodara/I Persekutuan Mahasiswa Kristen MIPA

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga Penulis panjatkan ke hadirat

Tuhan yang Maha Esa, karena tuntunan dan penyertaan-Nya Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains di Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana.

Dalam penyusunan, Penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan,

namun berkat bantuan dan motivasi dari semua pihak yang terkait dengan penulis,

Puji Tuhan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ayahanda Jermias Pellokila dan ibunda Agida Ximenes yang Penulis cintai

dan banggakan. Terimakasih atas cintanya yang begitu besar bagi penulis.

2. Kakak Jedrin dan adik Gidion yang dengan begitu tulus mendoakan penulis

agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Bernandus S.Si, M.Si,. sebagai dosen pembimbing I dan Bapak

Jehunias L. Tanesib, S.Si, M.Sc., sebagai Pembimbing II yang juga menjabat

sebagai Ketua Jurusan Fisika, yang telah meluangkan waktu dalam

memberikan pengarahan, bimbingan serta dorongan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Abdul Wahid S.Si, M.Si., yang telah memberikan koreksi, masukan

dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknik, atas semua

ilmu pengetahuan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis selama

masa studi.

v
6. Saudara-saudari Persekutuan Mahasiswa Kristen yang selalu mendoakan

penulis, dan membantu penulis dalam perubahan karakter serta pertumbuhan

rohani yang berakar, bertumbuh dan berbuah dalam Kristus.

7. Teman-teman seperjuangan Troyers’13 (Asmi, Yesti, Lela, Vhency, Awanda,

Jesmi, Febri, Ferdiana, Serli, Ria N, Ria U, Leta, Ephy, Meri, Vita, Vidol,

Alyn, Santi, Yule, Yuli H, Ani, Selvi, Novi, Vivi, Lisa, Angel, Dessy, Eltra,

Ego, Fidel, Leon, Lius, Yeri, Minto, Randy, Dona, Medan, Vian, Ivan,

Mendes, Apolo, Nius) yang memberikan banyak motivasi dan dukungan

dengan cara masing-masing.

8. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis selama masa studi hingga penyelesaian skripsi ini.

Kiranya Tuhan senantiasa memberkati semua pihak yang telah membantu

penulis. Bagaimanapun penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih

banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis akan sangat berterima kasih atas

saran dan kritik yang membangun dari pembaca, besar harapan penulis agar karya

tulis ini dapat bermanfaat.

Kupang, Maret 2018

Penulis

vi
ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEBERADAAN BASEMENT DI BAWAH


CEKUNGAN TIMOR BERDASARKAN DATA ANOMALI GRAVITASI
DENGAN MEMODELKANNYA DALAM TIGA DIMENSI

Metode Gravitasi adalah metode yang digunakan untuk mencari perbedaan


nilai gravitasi dari satu titik ke titik yang lain di suatu tempat yang disebabkan
oleh distribusi massa yang terdapat di bawah permukaan daerah penelitian. Telah
dilakukan identifikasi keberadaan basement terhadap data anomali Bouguer
lengkap di Cekungan Timor dengan posisi geografis 9.40 LS – 10.40 LS dan
123.50 BT – 125.40 BT.
Identifikasi keberadaan basement di bawah Cekungan Timor dilakukan
berdasarkan data anomali medan gravitasi. Data anomali medan gravitasi yang
digunakan dalam penelitian adalah hasil pengukuran Geodetic Satellite dan
European Remote Sensing Satellite yang telah terkoreksi hingga koreksi udara
bebas.
Berdasarkan hasil inversi 3D, densitas rata-rata secara keselurahan dari
lapisan pertama hingga lapisan kesepuluh adalah 2.662 𝑔/𝑐𝑚3 . Cekungan Timor
yang merupakan sebuah tempat terakumulasinya sedimen dan memiliki basement
yang merupakan jenis batuan metamorf dari kedalam 3.86 km hingga 20 km yang
kuat dan bersifat tidak meloloskan air maka cekungan ini diduga memiliki potensi
adanya jebakan sumber energi alam berupa minyak dan gas.

Kata kunci: Gravitasi, batuan dasar, Cekungan, anomali Bouguer lengkap,


densitas, pemodelan.

vii
ABSTRACT

IDENTIFICATION OF EXISTENCE BASEMENT UNDER THE TIMOR


BASIN BASED ON ANOMALY GRAVITY DATA WITH MODELING IT IN
THREE DIMENSIONS

Gravity method is a method used to find the difference of gravity value


from one point to another in a place caused by mass distribution which is below
the surface of research area. Basement identification of complete Bouguer
anomaly data has been done in the Timor Basin with geographical position 9.40
LS – 10.40 LS and 123.50 BT – 125.40 BT.
The identification of the basement under the Timor Basin is based on
gravity field anomaly data. The gravity field anomaly data used in the research is
the result of measurement of Geodetic Satellite and European Remote Sensing
Satellite which has been corrected to free air correction.
Based on the inversion, the overall average density from the first layer
to the tenth layer 2.662 𝑔/𝑐𝑚3 . Timor Basin which is a place of accumulation of
sediment and has a basement which is a type of metamorphic rocks from within
3.86 km to 20 km strong and is not pass the water hence this basin has the
potential of a trap of natural energy sources in the form of oil and gas.

Keywords: Gravity, Basement, Basin, complete Bouguer anomaly, density,


modeling

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

MOTTO ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACK .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Informasi Geologi Daerah Penelitian ............................................ 5


2.2. Batuan dasar .................................................................................. 8
2.3. Jenis-Jenis Batuan ......................................................................... 9
2.4. Teori Minyak dan Gas ................................................................. 12

ix
2.5. Prinsip Dasar Gravitasi ................................................................ 13
2.5.1 Hukum Newton .................................................................. 13
2.5.2 Teori Medan Potensial........................................................ 14
2.5.3 Satuan Gaya berat ............................................................... 15
2.6. Anomali Gravitasi ....................................................................... 15
2.7. Reduksi Data Gravitasi ................................................................ 17
2.7.1 Koreksi Udara Bebas .......................................................... 18
2.7.2 Koreksi Atmosfer ............................................................... 19
2.7.3 Koreksi Topografi .............................................................. 20
2.7.4 Koreksi Bouger Sederhana ................................................. 20
2.7.5 Koreksi curvature ............................................................... 21
2.8. Pemodelan 3D Struktur Bawah Permukaan ................................ 21
2.8.1 Pemodelan ke Depan .......................................................... 22
2.8.2 Pemodelan Inversi .............................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 24

3.1 Sumber Data ................................................................................. 25


3.2 Diagram alir penelitian ................................................................. 25
3.3 Reduksi Data................................................................................. 27
3.4 Pemodelan .................................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 30

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 30


4.2 Pembahasan .................................................................................. 35
4.2.1 Pemodelan Ke Depan .......................................................... 36
4.2.2 Pemodelan Inversi ............................................................... 37
BAB V PENUTUP ............................................................................ 56

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 56


5.2 Saran ............................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 57

x
LAMPIRAN I CONTOH PENGAMBILAN DATA ..................... 59

LAMPIRAN II CONTOH HASIL PENGOLAH DATA .............. 61

LAMPIRAN III LANGKAH-LANGKAH PEMODELAN .......... 70

LAMPIRAN IV HASILPEMODELAN ......................................... 80

LAMPIRAN V TABELDENSITAS BATUAN .............................. 87

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta zona fisiografi Timor barat .............................................. 5

Gambar 2.2 Tektonostratigrafi Timor ......................................................... 6

Gambar 2.3 Gaya tarik menarik benda ..................................................... 13

Gambar 2.4 Potensial gravitasi pada titik P di permukaan akibat distribusi

massa yang kontinu di bawah permukaan ............................. 15

Gambar 2.5 Hubungan medan gravitasi dengan densitas ......................... 16

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian .......................................................... 26

Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data ............................................... 28

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian ............................................................. 30

Gambar 4.2 Peta kontur anomali udara bebas ........................................... 31

Gambar 4.3 Peta kontur anomali atmofer ................................................. 31

Gambar 4.4 Peta kontur anomali bouguer sederhana................................ 32

Gambar 4.5 Peta kontur anomali curvature............................................... 32

Gambar 4.6 Peta kontur anomali bouguer lengkap .................................... 33

Gambar 4.7 Peta kontur anomali bouguer lengkap yang

telah ditransformasi ke UTM ................................................. 33

Gambar 4.8 Tampilan model awal ada software bloxer 1.6e ..................... 35

Gambar 4.9 Peta kontur sebelum dilakukan optimasi ................................ 38

Gambar 4.10 Peta kontur hasil inverse base .............................................. 38

Gambar 4.11 Peta kontur hasil inversi densitas ........................................... 39

Gambar 4.12 Peta kontur hasil inversi ketinggian blok ............................... 39

Gambar 4.13 Lapisan pertama pada kedalaman 0.0 km hingga 1.93 km .... 41

xii
Gambar 4.14 Lapisan kedua pada kedalaman 1.93 km hingga 3.86 km ...... 42

Gambar 4.15 Lapisan ketiga pada kedalaman 3.86 km hingga 5.78 km ..... 43

Gambar 4.16 Lapisan keempat pada kedalaman 5.78 km hingga 7.73 km .. 44

Gambar 4.17 Lapisan kelima pada kedalaman 7.73 km hingga 9.62 km .... 45

Gambar 4.18 Lapisan keenam pada kedalaman 9.62 km

hingga 11.50 km ..................................................................... 47

Gambar 4.19 Lapisan ketujuh pada kedalaman 11.50 km

hingga 13.36 km ..................................................................... 48

Gambar 4.20 Lapisan kedelapan pada kedalaman 13.36 km

hingga 15.21 km ..................................................................... 50

Gambar 4.21 Lapisan kesembilan pada kedalaman 15.21 km

hingga 17.08 km ..................................................................... 51

Gambar 4.22 Lapisan kesepuluh pada kedalaman 17.08 km

hingga 20.00 km ..................................................................... 53

Gambar 4.23 Model seluruh lapisan dalam bentuk 3D ................................ 54

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

CONTOH PENGAMBILAN DATA ........................................................... 59

CONTOH HASIL PENGOLAHAN DATA ................................................ 61

LANGKAH-LANGKAH PEMODELAN ................................................... 70

HASIL PEMODELAN ................................................................................ 80

TABEL DENSITAS BATUAN ................................................................... 87

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan bahan galian

(tambang). Bahan galian itu salah satunya adalah minyak dan gas bumi. Minyak

dan gas bumi di Indonesia merupakan sumber daya yang memiliki peranan

penting. Kekayaan tersebut sebenarnya merupakan modal untuk menjadi negara

besar. Para ahli geologi meyakini bahwa Indonesia diperkirakan masih memiliki

potensi sumber energi fosil (minyak bumi, gas alam, dan batu bara) cukup besar

yang tersebar di seluruh Indonesia. Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-

sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen, sedangkan tempat

terakumulasinya sedimen disebut dengan cekungan.

Pulau Timor merupakan salah satu cekungan sedimen yang di duga

mempunyai potensi memiliki jebakan fluida di antaranya minyak dan gas karena

memiliki batuan sedimen yang sangat banyak. Secara geografis kawasan

cekungan Timor atau Timor Basin berada di sekitar koordinat 90 LS - 100 LS dan

1230 BT - 1250 BT.

Tipe batuan berbeda untuk setiap wilayah. Lapisan batuan yang merupakan

pondasi yang kuat bagi lapisan di atasnya disebut dengan batuan dasar

(basement). Batuan ini merupakan formasi geologi homogen yang terkonsolidasi

dengan kuat dan menunjukan sifat yang berbeda dengan lapisan di atasnya salah

satu sifat itu adalah densitasnya. Batuan dasar biasanya berumur tua pada area

tertentu yang tersusun oleh endapan batuan metamorfosa yang komplek dan

1
batuan beku di bawah lapisan sedimen. Keberadaan batuan dasar sangat

berpengaruh terhadap kestabilan tanah terutama dalam hal pergerakan tanah.

Semakin kuat batuan, semakin kecil kemungkinan pergerakan tanahnya, begitu

juga sebaliknya. Menurut Sircar (2004) batuan dasar umumnya memiliki

karakteristik keras dengan porositas yang rendah dan tidak memiliki kemampuan

untuk meloloslan fluida.

Metode gravitasi adalah salah satu metode geofisika yang dapat

menggambarkan geologi bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi

bumi yang ditimbulkan oleh perbedaan densitas antar batuan. Gambaran geologi

bawah permukaan dapat diketahui dengan pemodelan dua dimensi ataupun

pemodelan tiga dimensi. Pada penelitian ini penulis menggunakan pemodelan tiga

dimensi karena model geometri yang dibuat dapat disesuaikan dengan benda yang

ada di alam dan hasil perhitungannya pun lebih akurat (Suhadiyatno, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Dzakia dan Sismanto pada Lapangan Zuhro di

Subcekungan dilakukan dengan menganalisis data gravitasi Anomali Bouguer

Lengkap (ABL). Dari penelitian tersebut didapatkan kisaran densitas batuan yang

diidentifikasi merupakan batuan sedimen. Sedimen ini prospek untuk sumber

daya alam khususnya minyak dan gas bumi. Keberadaan sumber daya alam

tersebut berhubungan dengan struktur geologi di bawah permukaan bumi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan

judul “IDENTIFIKASI KEBERADAAN BASEMENT DI BAWAH

CEKUNGAN TIMOR BERDASARKAN DATA ANOMALI GRAVITASI

DENGAN PEMODELAN TIGA DIMENSI”.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini memiliki rumusan masalah,

yaitu:

1. Bagaimana mengetahui jenis batuan dan keberadaan basement di bawah

cekungan Timor?

2. Bagaimana mengetahui jenis batuan yang mendominasi di bawah cekungan

Timor?

3. Apakah Cekungan Timor memiliki potensi ketersediaan sumber energi bumi?

1.3 Batasan Masalah

Dalam kajian penelitian ini memiliki batasan- batasan yakni :

1. Menggunakan pemodelan tiga dimensi (3D) dengan software Grablox 1.6e

dan Bloxer 1.6e.

2. Menggunakan data anomali gravitasi dengan titik koordinat 9.40LS – 10.40LS

dan 123.50BT – 125.40BT (Wilayah Cekungan Timor).

3. Metode yang digunakan adalah metode gravitasi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis batuan dan keberadaan basement berdasarkan densitas

batuan di bawah cekungan Timor.

2. Mengetahui jenis batuan yang mendominasi di bawah cekungan Timor.

3. Mengetahui potensi ketersediaan sumber energi bumi di bawah cekungan

Timor.

3
1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan rujukan awal kepada Dinas pertambangan dan sumber daya

mineral dalam mengkaji keberadaan Migas di Pulau Timor.

2. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang Eksplorasi Geofisika.

3. Memberikan informasi sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Informasi Geologi Daerah Penelitian

Secara fisiografis Pulau Timor sendiri dapat dibagi menjadi dua kawasan

yaitu Timor Barat dan Timor Timur. Timor Barat secara umum disusun oleh

barisan perbukitan bergelombang, dataran tinggi, dan dataran rendah yang

tersebar di beberapa tempat. Sementara itu, Timor Timur secara umum memiliki

fisiografi dengan morfologi berupa dataran dengan sebagian kecil daerah yang

bergelombang. Menurut Sani et. al (1995), kawasan Timor Barat dapat dibagi

menjadi tiga zona fisiografi, berikut merupakan peta fisiografi kawasan Timor

Barat.

Gambar 2.1 Peta zona fisiografi Timor barat (Sani et. al., 1995)

5
Secara tatanan tektonik cekungan Timor berada pada zona kolisi awal.

Pada wilayah cekungan ini proses tektoniknya sangatlah kompleks dan sangat

mempengaruhi posisi stratigrafi batuan penyusunnya. Gambar di bawah ini

merupakan representasi dari pembagian satuan tektonostratigrafi dari Timor basin

yang dikemukakan oleh Barber (1981).

Gambar 2.2 Tektonostratigrafi Timor (Modifikasi dari Barber, 1981)

Dari gambar di atas secara garis besar Barber (1981) membagi cekungan

timor menjadi 3 formasi, antara lain yaitu Formasi Paraautochtone, Formasi

Allotochtone, dan Formasi Autochtone. Ketiga formasi tersebut dijelaskan sebagai

berikut:

1. Formasi Paraautochtone

Formasi ini merupakan batuan dasar atau basement rock dari Zona Timor

yang terdiri dari Unit Australia Continental Shelf yang dicirikan oleh sedimen

klastik Bisane yang berumur Perm, batu gamping dan sedimen klastik Aitutu

berumur Trias, sedimen klastik Wailuli berumur Jura, serta kalsilutit dan rijang

6
Nakfunu yang berumur Kapur. Adanya kolisi antara lempeng benua Eurasia

dengan lempeng Indo-Australia menyebabkan formasi ini memiliki litologi

penyusun yang berumur cukup tua berkisar dari masa Paleozoik sampai Mesozoik

berasal dari batuan yang dibawa oleh lempeng Indo-Australia.

2. Formasi Allochtone

Secara garis besar Formasi Allochtone tersusun atas beberapa satuan

tektonostratigrafi yang berumur lebih muda dari formasi Paraautochtone, umur

formasi ini diperkirakan antara zaman Kretaseus hingga Paleogen. Secara rinci

formasi ini tersusun atas beberapa satuan tektonostratigrafi antara lain yaitu:

a. Satuan Atapupu. Satuan ini tersusun atas peridotit dan milonit.

b. Satuan Oeccusi. Satuan ini tersusun atas basalt berstruktur bantal.

c. Satuan Aileu-Maubisse. Satuan ini tersusun atas batu gamping dan batuan

vulkanik berumur Perm serta batuan metamorf Aileu.

d. Satuan Mutis. Satuan ini tersusun atas batuan metamorf dan peridotit, batuan

volkanik berumur Eosen, serta rijang palelo dan klastik batu gamping berumur

Jura Atas-Paleosen. Satuan Mutis ditindih secara tidak selaras oleh tiga satuan

yaitu klastik Noil Toko dan batu gamping Cablac (Oligosen-Miosen), batu

lempung bersisik Bobonaro (Miosen Tengah-Pliosen), dan batu gamping

Batuputih (Pliosen).

e. Satuan Kolbano. Satuan ini tersusun atas radiolarite Ofu dan kalsilutit

Batuputih berumur Kapur Akhir-Pliosen.

3. Formasi Autochtone

Formasi Autochtone merupakan formasiter muda berdasarkan

7
tektonostratigrafinya. Formasi ini terdiri dari sedimen klastik Noele berumur Plio-

Pleistosen yang ditindih secara tidak selaras oleh endapan aluvial dan batu

gamping terumbu koral yang berumur Kuarter.

Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh

proses tektonik, dimana sedimen terendapkan. Dengan demikian cekungan

sedimen merupakan depresi sehingga sedimen terjebak di dalamnya.

Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan kerak dan proses

tektonik yang dialami lempeng Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan

faktor yang sangat penting untuk dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat

batuan dan aspek ekonominya. Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan,

erosi, transportasi dan pengendapan, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan,

lingkungan pengendapan, dan posisi stratigrafi.

2.2 Batuan Dasar (Basement)

Batuan dasar (basement) adalah pondasi yang kuat bagi lapisan di atasnya.

Menurut Sircar (2004), batuan dasar umumnya memiliki karakteristik keras

dengan porositas dan permeabilitas yang rendah. Batuan dasar adalah batuan yang

belum mengalami pelapukan dan relatif masih berada pada tempat aslinya. Batuan

ini mendasari tipe batuan yang ada di atasnya. Batuan dasar mempunyai sifat

lebih massif dan mempunyai nilai densitas yang tinggi, selain itu juga mempunyai

sifat impermeable yaitu tidak menyerap air. Setiap daerah memiliki batuan dasar

yang berbeda-beda tergantung dari sejarah geologis tempat tersebut.

Batuan dasar dianggap sebagai batuan metamorf ataupun batuan beku

yang ditumpangi tak selaras oleh sebuah sekuen batuan sedimen. Keberadaan

8
batuan dasar di Pulau Timor agak sulit dimengerti. Batuan dasar berupa sekis,

filit, dan amfibolit pada kompleks Mutis menunjukan dua kisaran umur yang

berbeda yaitu berumur Pra Perm atau berumur Jura Akhir-Kapur Awal.

2.3 Jenis-Jenis Batuan

Berdasarkan kejadiannya, tekstur dan komposisi mineralnya dapat di bagi

menjadi tiga yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf

(Noor,2009).

1. Batuan Beku (Igneous rocks)

Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami

pendinginan. Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk dari magma

karena membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma yang cair dan

pijar itu berada di dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik

ke atas mencari tempat-tempat yang lemah dalam kerak bumi seperti daerah

patahan/ rekahan. Magma akan keluar mencapai permukaan bumi melalui pipa

gunung api dan disebut lava, akan tetapi ada pula magma yang membeku jauh di

dalam bumi dan dikenal dengan nama batuan beku dalam. Berdasarkan letak

kejadiannya, batuan beku dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Batuan Beku Dalam (plutonik)

Batuan beku dalam adalah batuan yang terbentuk berada jauh di dalam bumi

(15-50 km), proses pendinginan sangat lambat karena dekat dengan astenosfer

sehingga batuan seluruhnya terdiri dari kristal-kristal.

2) Batuan Beku Korok (hypabisal)

Terbentuk pada celah-celah/ pipa gunung api, proses pendinginannya relatif

9
cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tak sempurna dan

bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Granit

porfiri disebut dengan batuan intrusi, magma yang mempunyai susunan granit itu

membeku dalam sebuah batuan intrusi, maka batuan yang terbentuk itu disebut

porfiri granit yang berarti granit yang bertekstur porfiri.

3) Batuan Beku Luar (efusif)

Terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat

sehingga tak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf.

Contohnya obsidian, riolit, batu apung.

Magma yang cair setelah membeku akan memberikan bentuk yang lain

dari pada magma asal yang kental, ada dua bentuk batuan beku yaitu ekstrusi dan

bentuk intrusi. Bentuk ekstrusi adalah bentuk yang dibangun oleh magma ketika

mencapai permukaan bumi yang disebut lava. Lava yang cair membentuk lapisan

lava yang tebal dan luas yang dikenal dengan pletu basalt. Batuan intrusi magma

adalah magma yang naik menuju permukaan bumi, sering tidak sampai ke atas

tetapi membeku di dalam bumi.

2. Batuan Sedimen (Sedimentary rocks)

Batuan sedimen terbentuk sebagai akibat dari pengendapan material yang

berasal dari pelapukan batuan karena proses alam yang kemudian tertransportasi

ke suatu tempat tertentu. Di sana terjadi akumulasi dan selanjutnya mengalami

pemampatan menjadi batuan baru. Batuan sedimen memiliki ciri berlapi-lapis

sebagai akibat dari proses pengendapan yang berulang. Berdasarkan cara dan

proses pembentukannya batuan sedimen dibagi menjadi tiga (Noor,2009).

10
1) Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat dari pemampatan material

hasil pelapukan batuan beku, batuan sedimen lain dan batuan malihan. Contohnya

adalah konglomerat atau breksi, batu pasir, batu lanau, dan lempung.

2) Batuan Sedimen Kimia/biokimia

Batuan sedimen kimia/biokimia adalah batuan hasil pengendapan dari proses

kimiawi suatu larutan, atau organisme bercangkang atau yang mengandung

mineral silica atau fosfat. Contoh batuan ini adalah evaporit, batuan sedimen

karbonat (batu gamping dan dolomit), batuan sedimen bersilika (rijang), endapan

organik (batu bara).

3) Batuan Volkano klastik

Batuan volkano klastik berasal dari aktivitas gunung api. Debu dari aktivitas

gunung api ini akan terendapkan seperti sedimen yang lain. Contoh batuan ini

volkano klastik adalah batu pasir tufa dan anglomerat.

3. Batuan Metamorf (Metamorphyc Rocks)

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terubahkan di

dalam bumi sebagai akibat dari tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Hal ini

mengakibatkan sifat fisik dan sifat kimia batuan ini menjadi berbeda dari batuan

asal. Batuan metamorf dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Batuan malihan kontak atau termal, terbentuk karena adanya terobosan

magma yang mengakibatkan batuan di sekitar magma tersebut menjadi batuan

metamorf.

2) Batuan malihan dinamik atau kinetik, terbentuk karena adanya tekanan yang

11
kuat yang mengakibatkan suatu batuan berubah menjadi batuan metamorf.

2.4 Teori Minyak Dan Gas

Migas atau dengan satu istilah ilmiah secara umum disebut petroleum

merupakan komplek hidrokarbon (senyawa dari unsur kimia hidrogen dan karbon)

yang terjadi secara alamiah di dalam bumi yang terperangkap dalam batuan.

Proses pembentukan minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisme.

Minyak bumi dan gas alam yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan

terperangkap pada struktur tertentu dan berpindah dari lokasi yang lebih dalam

menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan pasir yang

berporos atau juga batu kapur yang berpeluang menyimpan minyak. Proses

terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan dua teori, yaitu:

1) Teori Anorganik

Teori Anorganik dikemukakan oleh Berthelok (1866) yang menyatakan

bahwa minyak bumi berasal dan reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan reaksi antara

batuan karbonat dan logam alkali) dan air menghasilkan asetilen yang dapat

berubah menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan tinggi.

2) Teori Organik

Teori Organik dikemukakan oleh Engker yang menyatakan bahwa minyak

bumi terbentuk dari proses pelapukan dan penguraian secara anaerob jasad renik

(mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam batuan berpori.

12
2.5 Prinsip Dasar Gravitasi

2.5.1 Hukum Newton

Prinsip dasar yang digunakan dalam metode gaya berat ini adalah hukum

Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m1 dan m2

yang terpisah pada jarak r besarnya diberikan oleh persamaan:

𝑚 𝑚
𝐹⃗ = −𝐺 𝑟1 2 2 𝑟̂ … … … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)

Dimana 𝐹 merupakan gaya antara dua partikel bermassa 𝑚1 dan 𝑚2 , 𝑟 merupakan

jarak dua partikel, 𝑟̂ merupakan vektor satuan dari 𝑚1 ke 𝑚2 , 𝐺 merupakan

konstanta gravitasi universal (6,6732 𝑥 10−11 𝑚3 𝑘𝑔−1 𝑠 −2). Persamaan di atas

dapat diilustrasikan dengan gambar 2.4.1 di bawah ini yang memperlihatkan

hubungan antara variabel-variabel di atas.

Gambar 2.3. Gaya tarik menarik benda

13
2.5.2 Teori Medan Potensial

Besaran yang terukur dalam metode gravitasi adalah kuat medan gravitasi. Kuat

medan gravitasi dari partikel 𝑚1 adalah besarnya gaya persatuan massa pada

suatu titik sejauh |𝑟⃗⃗⃗⃗2 − |𝑟⃗⃗⃗⃗||


1 dari 𝑚2 (|𝑟
⃗⃗⃗⃗|).
2

𝐹⃗12 (𝑟⃗) 𝑚1 (𝑟⃗⃗⃗⃗)


1
𝑔⃗ = 𝐸⃗⃗ (𝑟⃗) = = −𝐺 𝑟̂ … … … … … … … … … … … … … … . (2.2)
𝑚2 (𝑟)⃗⃗⃗⃗ |𝑟⃗| 2

Medan gravitasi merupakan medan konservatif sehingga dapat dinyatakan

sebagai gradient dari suatu fungsi potensial skalar ∇𝑈(𝑟⃗):

𝐸⃗⃗ (𝑟⃗) = −∇𝑈(𝑟⃗)………………………………………………………(2.3)

𝑚1 (𝑟
⃗⃗⃗⃗⃗)
1
Dengan 𝑈(𝑟⃗) = −𝐺 |𝑟⃗|
𝑟̂ merupakan potensial gravitasi massa 𝑚1 (|𝑟⃗⃗⃗⃗|).
1

Potensial gravitasi yang disebabkan oleh distribusi massa yang kontinu

dapat dihitung dengan integrasi. Jika massa terdistribusi kontinu, mempunyai

densitas 𝜌(𝑟⃗⃗⃗⃗)
0 dan volume 𝑉, maka potensial di titik P adalah:

𝐺𝑑𝑚
𝑈𝑝 = ∫ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.4)
𝑉 |𝑟⃗ − ⃗⃗⃗⃗|
𝑟0

3 (𝑟
𝜌(𝑟⃗⃗⃗⃗)𝑑
0 ⃗⃗⃗⃗)
0
𝑈𝑝 = −𝐺 ∫ … … … … … … … … … … … … … … … . . … … . (2.5)
𝑉 |𝑟⃗ − ⃗⃗⃗⃗|
𝑟0

𝑟0 = √|𝑟⃗|2 + |𝑟⃗⃗⃗⃗|
Dengan |𝑟⃗ − ⃗⃗⃗⃗| 2
0 − 2|𝑟
⃗||𝑟⃗⃗⃗⃗|
0 cos 𝛾

14
Gambar 2.4 Potensial gravitasi pada titik P di permukaan akibat distribusi massa

yang kontinu di bawah permukaan (Telford, at. al., 1990)

2.5.3 Satuan Gaya berat

Gaya berat yang dimaksud dalam metode ini identik dengan percepatan
2 3
gravitasi. Sehingga satuan yang digunakan adalah 1 cm. (s )-1 = 1 Gal = 10 mGal.

Besar gaya berat bumi secara umum berkisar 980 Gal, sedangkan besar anomali

dalam kegiatan eksplorasi adalah dalam orde mGal untuk prospek hidrokarbon

dan panas bumi, dan orde µgal untuk geoteknik atau mineral.

2.6 Anomali Gravitasi

Medan grafitasi bumi g hanya mempunyai satu arah, yaitu menuju ke

pusat bumi. Arah medan gravitasi tersebut didefinisikan sebagai arah vertikal.

Sedangkan yang tegak lurus arah vertikal didefinisikan horizontal. Medan

gravitasi yang disebabkan benda anomali memiliki arah yang bervariasi terhadap

arah vertikal, tergantung pada kedudukan terhadap benda anomali.

Perubahan medan gravitasi bumi yang disebabkan benda anomali lokal

disebut Anomali Gravitasi. Anomali tersebut yang dilambangkan dengan ∆𝑔, bila

15
dibandingkan dengan medan gravitasi bumi bernilai sangat kecil (∆𝑔 ≪ 𝑔).

Anomali gravitasi hanya dapat diukur/terukur bersama medan gravitasi bumi pada

arah yang sama.

Gambar 2.5 Hubungan medan gravitasi dengan densitas (Grant and West, 1965)

Grant dan West (1965) menjabarkan hubungan medan gravitasi dengan

densitas permukaan pada suatu bidang horizontal. Diandaikan sebuah bidang

horizontal di z = 0 memiliki densitas permukaan 𝜎(𝑥, 𝑦)𝑔/𝑐𝑚2 . Medan gravitasi

di titik Q pada bidang z = 0 dapat dihitung menggunakan koordinat silinder

(𝑟, 𝜃, 𝑧) yang bersumbu vertikal dan titik pusat Q, dengan demikian potensial

gravitasi di titik P yang terletak pada sumbu adalah:


∞ 2𝜋
𝜌(𝑟, 𝜃)
𝑈𝑃 = −𝐺 ∫ ∫ 𝑟𝜕𝜃𝜕𝑟 … … … … … … … … … … … … … … (2.6)
0 0 √𝑟 2 + 𝑧 2

Karena potensial gravitasi U diakibatkan oleh massa yang terdistribusi local z = 0

maka anomali gravitasi di titik P adalah


∞ 2𝜋
𝜕𝑈𝑃 𝜌(𝑟, 𝜃)
∆𝑔𝑃 = − = 𝐺|𝑧| ∫ ∫ 2 3⁄2
𝑟𝜕𝜃𝜕𝑟 … … … … . … … . . (2.7)
𝜕𝑧 0 (𝑟 + 𝑧 )
2
0

Tanda negatif pada persamaan di atas menyatakan bahwa ∆𝑔 terukur bersama

16
dengan g pada arah yang sama. Jika posisi Q di bidang horizontal Z = 0 dipilih

secara sembarang, maka diperoleh

∆𝑔(𝑥, 𝑦) = 2𝜋𝐺𝜎(𝑥, 𝑦) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.8)

Anomali gravitasi ∆𝑔(𝑥, 𝑦) pada bidang horizontal z = 0 diakibatkan oleh

distribusi massa tidak diketahui yang terletak di bawah bidang z = 0. Apapun

bentuk massa, efek yang ditimbulkan di titik mana pun pada bidang 𝑧 ≤ 0 sama

dengan apabila massa tersebut diganti oleh distribusi permukaan pada z = 0.

2.7 Reduksi Data Gravitasi

Anomali medan gravitasi adalah nilai medan gravitasi yang ditimbulkan

oleh perbedaan nilai kontras densitas di bawah permukaan bumi. Anomali medan

gravitasi diukur/terukur bersama medan gravitasi bumi. Maka untuk memperoleh

secara matematis dapat didefinisikan bahwa anomali medan gravitasi di atas

topografi atau posisi (𝑥, 𝑦, 𝑧) merupakan selisih dari medan gravitasi observasi di

topografi dengan medan gravitasi teoritis di topografi atau dapat dinyatakan

dalam bentuk persamaan berikut :

∆𝑔(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑔𝑜𝑏𝑠 (𝑥, 𝑦, 𝑧) − 𝑔𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 (𝑥, 𝑦, 𝑧) ………..(2.6)

dengan ∆𝑔(𝑥, 𝑦, 𝑧) merupakan anomali medan gravitasi di topografi, 𝑔𝑜𝑏𝑠 (𝑥, 𝑦, 𝑧)

merupakan medan gravitasi observasi di topografi dan 𝑔𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 (𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah

medan gravitasi teoritis di topografi.

Nilai medan gravitasi observasi diperoleh dari nilai yang dikoreksikan

terhadap koreksi tinggi alat, koreksi pasang surut, dan koreksi drift. Sedangkan

medan grafitasi teoritis adalah medan yang ada karena faktor-faktor non-geologis

17
dan nilainya dihitung berdasarkan penjabaran rumusan secara teoritis. Nilai

medan ini dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian dan massa topografi di

sekitar titik ukur.

Untuk mendapatkan nilai medan gravitasi teoritis, yang pertama dilakukan

adalah mencari nilai medan gravitasi normal. Nilai gravitasi normal analitis,

secara fisik terletak pada bidang referensi sferoida (z=0) sebagai titik referensi

geodesi. Perumusan tentang medan gravitasi normal diterbitkan beberapa badan

yaitu International Association of Geodesy (IAG), National Imagery and Mapping

Agency (NIMA). System terbaru adalah Earth Gravitational Model 2008 (EGM

2008) oleh National Geospatial-Intelligence Agency (NGA). Formula terbaru dari

NIMA dan WGS 1984 adalah

1 + 0,00193185265241𝑠𝑖𝑛2 𝜃
𝑔𝑛 = 978032,53359 𝑚𝑔𝑎𝑙 … … … … … (2.7)
√1 − 0,00669437999014 𝑠𝑖𝑛2 𝜃

Dengan 𝑔𝑛 (𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah nilai medan gravitasi teoritis di bidang referensi

sfreroida dan 𝜃 adalah posisi lintang titik pengukuran. Model terbaru ini tetap

menggunakan formula WGS 1984. Model inilah yang digunakan Sandwell dan

Smith untuk perhitungan anomali udara bebas.

2.7.1 Koreksi Udara Bebas (Free-Air)

Koreksi udara bebas merupakan proses pemindahan medan gravitasi

normal di referensi sferoida z = 0 menjadi medan gravitasi normal dipermukaan

topografi. Rumus matematis orde satu dari koreksi udara bebas (Li dan

Gotze,2001) adalah

𝑔𝑓𝑎 = −(0.3087691 − 0.0004398 𝑠𝑖𝑛2 𝜙)ℎ 𝑚𝑔𝑎𝑙 …………………(2.8)

18
Dengan h adalah ketinggian titik amat dari referensi sferoida. Untuk 𝜙 = 450 ,

diperoleh

𝑔𝑓𝑎 = −0.3085672 ℎ 𝑚𝑔𝑎𝑙 …………………………………………(2.9)

Koreksi udara bebas orde satu mengasumsikan bahwa komponen vertikal dari

gravitasi di dekat permukaan bumi dihasilkan oleh bumi yang berbentuk sferis

dan berbanding linear dengan jarak. Tetapi pada kenyataannya, bentuk bumi lebih

mendekati elipsoida putar dan hukum Newton tentang gaya tarik menarik

berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Sebagai akibatnya diperlukan rumus

koreksi udara bebas orde dua (Li dan Gotze,2001) sebagai berikut:

𝑔𝑓𝑎 = −(0.3087691 − 0.0004398 𝑠𝑖𝑛2 𝜙)ℎ + 7.2125 𝑥 10−8 ℎ2 𝑚𝑔𝑎𝑙 …(2.10)

2.7.2 Koreksi Atmosfer

Dalam perhitungan teoritis, massa atmosfer bumi disertakan dalam massa

bumi. Karena itu dalam perhitungan anomaly gravitasi, diperlukan koreksi

atmosfer. Efek gravitasi massa atmosfer sampai ketinggian titik amat 10 km dari

elipsoida diperoleh melalui persamaan berikut:

𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0.874 − 9.9𝑥10−5 ℎ + 3.56𝑥10−9 ℎ2 ……………(2.11)

dimana h adalah ketinggian dari titik amat dalam meter.

Koreksi atmosfir ini dikurangkan dari gravitasi teoritis di titik amat, sehingga

diperoleh:

∆𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = ∆𝑔𝑓𝑎 (𝑥, 𝑦, 𝑧) + 𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧)………….………(2.12)

19
2.7.3 Koreksi Topografi

Pada koreksi udara bebas, tidak diperhitungkan massa yang terletak di

antara referensi sferoida dan permukaan topografi, padahal massa ini sangat

mempengaruhi harga anomali medan gravitasi. Jika massa ini diperhitungkan

maka koreksi terhadap medan gravitasi normal menjadi lengkap.

Secara matematis, anomali medan gravitasi bouger lengkap pada topografi

dirumuskan sebagai berikut:

∆𝑔𝐵𝐿 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑔𝑜𝑏𝑠 (𝑥, 𝑦, 𝑧)

− [𝑔𝑛 (𝑥, 𝑦, 𝑧) − 𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧) + 𝑔𝐵𝑆 (𝑥, 𝑦, 𝑧) + 𝑔𝐶 (𝑥, 𝑦, 𝑧)

+ 𝑔𝑇 (𝑥, 𝑦, 𝑧)] … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … (2.13)

Dengan ∆g 𝐵𝐿 (𝑥, 𝑦, 𝑧) anomali medan gravitasi bouger lengkap, 𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧)

adalah koreksi atmosfir, 𝑔𝐵𝑆 (𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah koreksi bouger sederhana, 𝑔𝑇 (𝑥, 𝑦, 𝑧)

adalah koreksi medan.

2.7.4 Koreksi Bouger Sederhana

Koreksi bouger sederhana mancakup massa berbentuk lempeng horizontal

dengan ketebalan tertentu yang panjangnya tak hingga. Massa ini terletak antara

bidang bouger dengan referensi sferoida. Dimana bidang bougernya merupakan

bidang horizontal tak hingga yang melalui titik amat. Efek dari massa ini disebut

efek bouger. Model koreksi ini dikenal dengan model slab horizontal tak hingga

dengan ketebalan h relatif dari referensi sferoida ke bidang bouger letak titik

amat. Besar koreksi bouger sederhana adalah

𝑔𝐵𝑆 = 2𝜋𝜌𝐺ℎ …………………………………………………….....(2.14)

20
dengan 𝜌 adalah densitas massa bouger (massa topografi), G adalah konstanta

gravitasi (6,67428𝑥10−8 )𝑐𝑚2 𝑔−1 𝑠 2 dan ℎ adalah ketinggian titik amat dari

referensi sferoida.

2.7.5 Koreksi Curvature

Koreksi curvature adalah bentuk pengembangan dari koreksi bouger

sederhana dengan memperhitungkan kelengkungan bumi dengan menganggap

bahwa sebagian massa bouger berbentuk cangkang bola dengan ketebalan ℎ dari

referensi sferoida. Besarnya koreksi adalah

𝑔𝐵𝑆 + 𝑔𝑐 ≈ 4𝜋𝜌𝐺………………………………………………….(2.15)

Koreksi curvature yang diusulkan oleh Laferhr adalah

𝑔𝑐 = 2𝜋𝜌𝐵 𝐺(𝜇ℎ − 𝜆𝑅)…………………………….………………(2.16)

dengan 𝜇 dan 𝜆 merupakan koefisien-koefisien tanpa dimensi dan R adalah radius

bumi sampai di titik amat.

Koreksi curvature lain diusulkan oleh USGS, dapat dirumuskan sebagai:

𝑔𝑐 = 1,464𝑥10−3 ℎ − 3,533𝑥10−7 ℎ2 + 4,5𝑥10−14 ℎ3 𝑚𝑔𝑎𝑙…….……..(2.17)

2.8 Pemodelan 3D Struktur Bawah Permukaan

Pemodelan tiga dimensi (3D) struktur bawah permukaan menggunakan

pada penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu: pemodelan ke depan

(forward modeling) dan pemodelan inversi (inverse modeling).

Pemodelan ke depan dimaksudkan untuk mendapatkan atau menghasilkan

data perhitungan (teoritik) untuk suatu konfigurasi atau harga parameter model

tertentu, yang nantinya diharapkan dapat menggambarkan keadaan struktur bawah

21
permukaan bumi. Pemodelan inversi dilakukan untuk mendapatkan parameter

model berdasarkan data pengukuran, dalam hal ini data yang digunakan adalah

data anomali gravitasi regional hasil kontinuasi ke atas.

Data teoritik hasil pemodelan ke depan nantinya digunakan dalam

pemodelan inversi. Teori inversi di dalam geofisika mempunyai pengertian

bahwa inversi data merupakan interpretasi data. Masalah yang dihadapinya adalah

fenomena fisik bumi yang disusun oleh beragam unsur, dimana belum semua

unsur ini dapat dinyatakan secara kuantitatif sampai saat ini.

Hal ini menyebabkan berbagai kekurangan yang mewakili hubungan

antara data dengan model serta keterbatasan dari suatu proses itu terpaksa

dilakukan penyederhanaan masalah dengan penerapan asumsi untuk menemukan

kondisi bumi yang sebenarnya. Asumsi-asumsi tersebut dituangkan dalam bentuk

model bumi dan diperbaiki secara iteratif, dengan demikian model ini diharapkan

merupakan pendekatan yang baik untuk menggambarkan keadaan bumi yang

sebenarnya.

2.8.1 Pemodelan ke Depan (forward modeling)

Pemodelan ke depan (forward modeling) adalah pemodelan yang

dilakukan untuk mendapatkan data teoritik dari nilai parameter model bawah

permukaan tertentu. Konsep tersebut digunakan untuk menginterpretasi atau

menafsirkan data geofisika. Jika respon suatu model cocok dengan data maka

model yang digunakan untuk memperoleh respon tersebut dapat dianggap

mewakili kondisi bawah permukaan tempat data diukur. Untuk itu dilakukan

proses coba- coba (trial and error) nilai parameter model hingga diperoleh data

22
teoritik yang cocok dengan data pengamatan.

Ketepatan metode pemodelan ke depan dengan cara coba- coba sangat

bergantung pada pengalaman subjektif seorang interpreter dalam menebak nilai

parameter model tersebut untuk memperoleh respon yang semakin dekat dengan

data. Semakin kompleks hubungan antara data dengan parameter model maka

semakin sulit proses coba- coba tersebut. Adanya informasi tambahan dari data

geologi atau data geofisika lainnya dapat membantu penentuan model awal.

2.8.2 Pemodelan Inversi (inverse modeling)

Pemodelan inversi merupakan kebalikan dari pemodelan ke depan karena

dalam pemodelan inversi parameter model diperoleh langsung dari data.

Pemodelan inversi pada dasarnya adalah proses mekanisme modifikasi model

agar diperoleh kecocokan data perhitungan dan data pengamatan yang lebih baik

dilakukan secara otomatis.

Pemodelan inversi sering pula disebut sebagai data fitting karena dicari

parameter model yang menghasilkan respons yang sesuai dengan data

pengamatan. Kesesuaian antara respon model dengan data pengamatan umumnya

dinyatakan oleh suatu fungsi objektif yang harus diminimumkan. Dalam kalkulus

suatu fungsi mencapai minimum jika turunannya terhadap parameter atau variabel

yang tidak diketahui bernilai nol. Hal tersebut digunakan untuk memperkirakan

parameter model. Secara lebih umum, model dimodifikasi sedemikian hingga

respon menjadi sesuai dengan data.

Secara umum optimasi dilakukan agar perbedaan nilai pengukuran dan

perhitungan bisa diminimalkan. Teknik optimasi yang telah terintegrasi dalam

23
program ini menggunakan dekomposisi nilai singular atau singular value

decomposition (SVD) dan teknik optimasi alternatif menggunakan prinsip

Occam’s. Penggunaan kedua metode ini dilakukan secara bertahap. Apabila

dengan metode SVD diperoleh nilai error yang cukup besar, maka perlu dilakukan

optimasi dengan Occam’s. Setelah dilakukan proses komputasi terhadap ketiga

parameter diatas akan diperoleh model blok 3D struktur kerak daerah penelitian.

Model yang diperoleh menggunakan Grablox selanjutnya diedit menggunakan

Bloxer sehingga diperoleh tampilan model blok 3D yang lebih jelas.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data anomali gravitasi citra satelit lengkap dengan data posisi geografis dan

elevasi masing-masing titik ukur diakses dari website: http://topex.ucsd.edu/cgi-

bin/get_data.cgi, yang disediakan oleh Scripps Institution of Oceanography,

University of California San Diego USA. Cara pengambilan data dapat dilihat di

Lampiran 1.

Data anomali gravitasi maupun data elevasi yang diperoleh telah tergrid

secara teratur dalam format ASCII – XYZ sesuai batas-batas posisi geografis yang

dimasukkan. Resolusi spasial titik lintang dan bujur sebesar 1 menit tiap grid dan

telah tergrid secara teratur 1 x 1 menit atau 1.852 x 1.852 km dengan besar daerah

yang akan diukur adalah 9.40 LS – 10.40 LS dan 123.50 BT – 125.40 BT (wilayah

cekungan Timor). Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2017 sampai bulan

November 2017.

3.2 Diagram alir penelitian

Dalam penelitian ini diawali dengan memasukan data berupa lintang dan

bujur dari daerah penelitian di website Sandwell and Smith. Setelah mendapatkan

datanya, maka selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan surfer 13 untuk

mendapatkan data bouger lengkap.

Setelah diperoleh data anomali bouguer lengkap melalui reduksi data dengan

perhitungan analitik menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pemetaan

25
menggunakan software surfer 13. Data anomali Bouguer yang diperoleh dari hasil

perhitungan masih berada pada koordinat derajat geografis maka untuk kepentingan

identifikasi dilakukan transformasi ke UTM menggunakan surfer 13.

Diagram penelitian ini dapat dilihat di gambar 3.1

Mulai

Referensi

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Identifikasi densitas
Batuan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

26
3.3 Reduksi Data

a. Koreksi Atmosfir

Pengolahan data pada koreksi ini dilakukan dengan menggunakan persamaan:

𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0.874 − 9.9 𝑥 10−5 ℎ + 3.56 𝑥 10−9 ℎ2 ………….(3.1)

Sehingaa diperoleh anomaly medan gravitasi atmosfir yaitu : ∆𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧) =

∆𝑔𝑓𝑎 (𝑥, 𝑦, 𝑧) + 𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧).

b. Koreksi Bouguer Sederhana

Selanjutnya dilakukan koreksi Bouguer sederhana dengan menggunakan

persamaan, yaitu :

𝑔𝐵𝑆 = 2𝜋𝜌𝐵 𝐺ℎ. 105 𝑚𝐺𝑎𝑙 ……………………………………..(3.2)

Data masukan adalah densitas bouger (𝜌𝐵 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑔/𝑐𝑚3 ) dan ketinggian h dalam

meter. Ketinggian h adalah tinggi titik data yang diperoleh bersama- sama dengan

data anomaly gravitasi. Densitas bouger dalam penelitian ini dipilih densitas rata- rata
𝑔
kerak bumi yaitu 𝜌𝑐 = 2.67 𝑐𝑚2 . 𝐺 = 6.67428 𝑥 10−8 𝑐𝑚3 𝑔−1 𝑠 −2 𝑑𝑎𝑛 𝜋 =

3.141592654. Hasil koreksi ini diperoleh anomali Bouguer sederhana yaitu :

∆𝑔𝐵𝑆 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = ∆𝑔𝑎𝑡𝑚 (𝑥, 𝑦, 𝑧) − 𝑔𝐵𝑆 (𝑥, 𝑦, 𝑧).

c. Koreksi Curvatur

Pada koreksi curvature menggunakan persamaan, yaitu:

𝑔𝑐 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 1.464 𝑥 10−3 ℎ − 3.533 𝑥 10−7 ℎ2 + 4.5 𝑥 10−14 ℎ3 ………... (3.3)

sehingga diperoleh anomali medan curvature yaitu : ∆𝑔𝑐 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = ∆𝑔𝐵𝑆 (𝑥. 𝑦. 𝑧) −

27
𝑔𝑐 (𝑥, 𝑦, 𝑧). Dimana nilai h adalah ketinggian pada titik data yang diperoleh dari data

topografi.

Diagram pengolahan data dapat dilihat pada gambar 3.2.

Mulai

Informasi Peta
Pembacaan Data
Input Model Geologi
Awal

Forward Modeling
Inverse Optimasi berbasis
Modelling Occam
Model Awal

Optimasi berbasis SVD

Model Akhir

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data

28
3.4 Pemodelan

Anomali Bouguer lengkap dari hasil transformasi ke UTM ini yang digunakan

untuk pemodelan 3D dengan menggunakan software Grablox 1.6e. Pemodelan ini

dibagi menjadi dua tahapan yaitu pemodelan kedepan (forward modeling) dan

pemodelan inverse (inverse modeling). Pemodelan ke depan dilakukan dengan

menentukan model awal berupa ukuran yang terdiri dari blok utama (blok mayor) dan

blok- blok kecil (blok minor).

Blok utama menggambarkan luasan (volume) daerah penelitian dan blok- blok

kecil menggambarkan sebaran densitas. Model awal yang telah ditentukan,

selanjutnya dilakukan pemodelan inversi yang dimulai dari inversi base, inverse

densitas dan inverse ketinggian blok. Setelah dilakukan ketiga inverse ini maka

diperoleh hasil pemodelan 3D struktur bawah permukaan, dilanjutkan dengan

interpretasi keberadaan basement.

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Lokasi penelitian yaitu cekungan Timor ditampilkan dalam bentuk peta

kontur anomali gravitasi menggunakan software surfer 13. Gambar 4.1 adalah

Peta lokasi Penelitian. Gambar 4.2 adalah peta kontur anomali udara bebas (free

air anomaly). Gambar 4.3 adalah kontur anomali atmosfer (atmosfer anomaly).

Gambar 4.4 adalah peta kontur anomali bouguer sederhana (simple bouguer

anomaly). Gambar 4.5 adalah peta kontur anomali curvature (curvature anomaly).

Gambar 4.6 adalah peta kontur anomali bouguer lengkap (complete bouguer

anomaly). Gambar 4.7 adalah peta kontur anomali bouguer lengkap yang telah

ditransformasi ke UTM (Universal Transverse Mercator).

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian

30
Gambar 4.2 Peta kontur anomali udara bebas (free air anomaly) dengan interval 10
mGal

Gambar 4.3 Peta kontur anomali atmofer (atmosfer anomaly) dengan interval 10
mGal

31
Gambar 4.4 Peta kontur anomali bouguer sederhana (simple bouguer anomaly)
dengan interval 10 mGal

Gambar 4.5 Peta kontur anomali curvature (curvature anomaly) dengan interval 10
mGal

32
Gambar 4.6 Peta kontur anomali bouguer lengkap (Complete bouguer anomaly)
dengan interval 10 mGal

Gambar 4.7 Peta kontur anomali bouguer lengkap yang telah ditransformasi ke UTM

Peta kontur anomali bouguer lengkap menggambarkan pola penyebaran

densitas batuan di bawah permukaan bumi. Anomali bouguer lengkap pada gambar

33
4.5 masih berada dalam koordinat geografis dalam satuan derajat sehingga perlu

ditrasformasi ke UTM (Universal Transverse Mercator) dalam satuan meter dengan

tujuan agar lebih mudah dalam penafsiran.

Untuk mengetahui penyebaran densitas batuan di cekungan Timor

dilakukan pengolahan data anomali bouguer lengkap dengan menggunakan

software grablox 1.6e. Penyebaran densitas batuan bawah permukaan dapat dilihat

pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Kisaran densitas tiap lapisan

Lapisan Kedalaman Rata-Rata Densitas


(km) ( 𝑔/𝑐𝑚3 )

Pertama 0 – 1.93 2.660

Kedua 1.93 – 3.86 2.654

Ketiga 3.86 – 5.78 2.641

Keempat 5.78 – 7.73 2.634

Kelima 7.73 – 9.62 2.636

Keenam 9.62 – 11.50 2.646

Ketujuh 11.50 – 13.36 2.662

Kedelapan 13.36 – 15.21 2.681

Kesembilan 15.21 – 17.08 2.699

Kesepuluh 17.08 – 20.00 2.712

34
4.2 Pembahasan

Pengolahan data gravitasi bertujuan untuk mereduksi faktor-faktor yang tidak

berhubungan dengan struktur geologi penyebab anomali untuk mendapatkan variasi

medan gravitasi. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk peta kontur anomali gravitasi

(Gambar 4.6). Variasi nilai anomali Bouguer lengkap dibagi menjadi dua bagian yaitu

anomali tinggi dan anomali rendah.

Pola anomali tinggi yang dilihat pada peta kontur di atas berkisar 0 mGal

sampai 240 mGal menggambarkan suatu tinggian batuan dasar/ basement high, yang

disebabkan oleh pengaruh densitas batuan yang lebih besar atau berarti sedimen yang

lebih tipis. Sebaran pola anomali rendah yang berkisar dari -140 mGal sampai -20 m

Gal dan menggambarkan sedimen yang lebih tebal dan mencerminkan densitas massa

bawah permukaan lebih rendah.

Gambar 4.8 Tampilan model awal pada software bloxer 1.6e

35
Untuk mengetahui keberadaan batuan dasar atau basement di bawah cekungan

Timor maka perlu dilakukan pemodelan 3D. Pemodelan 3D diawali dengan tahap

pemodelan kedepan (forward modeling) kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

invers (inverse modelling).

4.2.1 Pemodelan Ke Depan (Forward Modeling)

Data yang diinput untuk membuat model awal ini berupa data yang telah

digrid yaitu data anomali bouguer lengkap yang telah ditrasformasi ke UTM.

Pemodelan ke depan bertujuan untuk menentukan model awal berupa ukuran yang

terdiri dari blok utama (blok mayor) dan blok-blok kecil (blok minor) menggunakan

software grablox 1.6e kemudian akan ditampilkan pada software bloxer 1.6e. Blok

utama menggambarkan luasan daerah penelitian dan blok-blok kecil menggambarkan

sebaran densitas.

Parameter yang digunakan untuk menentukan ukuran blok dan sebaran

densitas yakni hasil grid geometri anomali bouguer lengkap. Gambar 4.6 merupakan

model awal yang dibuat dengan densitas kerak bumi 2.67 𝑔/𝑐𝑚3 sedangkan bagian

laut nilai densitasnya 1.64 𝑔/𝑐𝑚3 . Perbedaan densitas ini khusus untuk lapisan

pertama saja sedangkan lapisan kedua hingga lapisan kesepuluh menggunakan

densitas kerak bumi, karena dalam proses pembuatan model awal belum dilakukan

proses inversi. Model awal berupa blok mayor dan minor dibuat dengan cara coba-

coba (try and error) untuk memperkirakan bentuk geometri blok. Blok mayor dibagi

tegak lurus 20 bagian arah y dan 30 bagian arah x, sehingga membentuk 6000 blok

36
minor untuk tiap lapisan. Kedalaman blok 20 km. Densitas batuan sebagai parameter

yang digunakan adalah densitas kerak bumi yaitu 2,67 gr/cm3. Data yang diinput

kedalam program untuk membuat model blok adalah posisi blok dalam arah xyz (x-

posit, y-posit, z-posit), ukuran blok dalam arah xyz (x-size, y-size, z-size), nilai

diskritisasi dalam arah xyz (x-divis, y-divis, z-divis), densitas Bouguer, spasi grid data

xy (x-step dan y-step), posisi awal pengukuran (z-start dan y-start) dan posisi akhir

pengukuran (x-ending dan y-ending).

4.2.2 Pemodelan Inversi (Inverse Modelling)

Setelah menentukan model awal, maka langkah selanjutnya adalah menginput

data obeservasi ke dalam program melalui menu Read data. Pembacaan ini

menyangkut pencocokan antara geometri model yang dibuat dengan geometri data

gravitasi. Data yang diinput akan ditampilkan oleh program dalam bentuk kontur.

Setelah data dan model dicocokkan, maka proses inversi dilakukan dengan optimasi.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses komputasi dimulai dari optimasi base,

optimasi densitas dan optimasi ketinggian blok. Inversi base bertujuan untuk

meminimalkan ketidakcocokan data dari anomali positif dan anomali negatif. Nilai

RMS (Root Mean Square) Error data yang diperoleh dari inversi adalah 0.54.

37
Gambar 4.9 Peta kontur sebelum dilakukan optimasi

a. Data satelit b. Perhitungan

Gambar 4.10 Peta kontur hasil inverse base

Setelah melakukan inversi base dilanjutkan dengan inversi densitas. Inversi

densitas bertujuan untuk mengetahui variasi kepadatan relatif ke bawah permukaan

daerah penelitian. Nilai RMS (Root Mean Square) Error data yang diperoleh dari

inversi adalah 0.52.

38
a. Data Satelit b. Perhitungan

Gambar 4.11 Peta kontur hasil inversi densitas

a. Data Satelit b. Perhitungan

Gambar 4.12 Peta kontur hasil inversi ketinggian blok

Setelah melakukan inversi densitas, selanjutnya adalah inversi ketinggian

blok. Nilai RMS (Root Mean Square) Error data dari inversi ini semakin mengecil

dari inversi sebelumnya yaitu sebesar 0.46.

39
Identifikasi batuan berdasarkan densitasnya mengacu pada tabel densitas

batuan (Telford, at al.,1990), dapat dilihat pada Lampiran IV. Lapisan pertama

(Gambar 4.13) dan lapisan kedua (Gambar 4.14) dengan kedalaman 0 km hingga 3.86

km dengan kisaran densias batuan yang sama 2.46 𝑔/𝑐𝑚3 - 2.72 𝑔/𝑐𝑚3

diidentifikasi sebagai batuan sedimen (pasir, silt, gamping, dolomite) dan metamorf

(sekis, kuarsa). Batuan pasir atau sandstone adalah batuan sedimen yang terdiri dari

mineral berukuran pasir atau butir-butir batuan. Rata-rata densitas pada lapisan

pertama 2.660 𝑔/𝑐𝑚3 dan rata-rata densitas pada lapisan kedua adalah 2.654 𝑔/𝑐𝑚3 .

(a)

40
.

(b)

Gambar 4.13 Lapisan pertama pada kedalaman 0.0 km hingga 1.93 km (a) Tampilan
2D (b) Tampilan 3D

(a)

41
(b)

Gambar 4.14 Lapisan kedua pada kedalaman 1.93 km hingga 3.86 km (a) Tampilan
2D (b) Tampilan 3D

(a)

42
(b)

Gambar 4.15 Lapisan ketiga pada kedalaman 3.86 km hingga 5.78 km (a) Tampilan
2D (b) Tampilan 3D

43
Gambar 4.16 Lapisan keempat pada kedalaman 5.78 km hingga 7.73 km (a) Tampilan
2D (b) Tampilan 3D

Lapisan ketiga (Gambar 4.15) hingga lapisan keempat (Gambar 4.16) dengan

kedalaman 3.86 km hingga 7.73 km memiliki kisaran densitas yang sama yaitu 2.47

𝑔/𝑐𝑚3 - 2.78 𝑔/𝑐𝑚3 diidentifikasi sebagai batuan sedimen (gamping, dolomite) dan

batuan metamorf (marmer, kuarsa, sekis, batu sabak). Batuan gamping atau limestone

adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3),

batuan ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik,

atau secara kimia. Rata-rata densitas pada lapisan ketiga adalah 2.641 𝑔/𝑐𝑚3 dan

rata-rata densitas pada lapisan keempat adalah 2.634 𝑔/𝑐𝑚3 .

44
(a)

(b)

Gambar 4.17 Lapisan kelima pada kedalaman 7.73 km hingga 9.62 km (a) Tampilan
2D (b) Tampilan 3D
Lapisan kelima (Gambar 4.17) dengan kedalaman 7.73 km hingga 9.62 km

memiliki kisaran densitas 2.48 𝑔/𝑐𝑚3 – 2.81 𝑔/𝑐𝑚3 diidentifikasi sebagai batuan

45
sedimen (gamping, dolomite) dan batuan metamorf (sekis, kuarsa, marmer, granulite,

batu sabak). Dolomite adalah suatu mineral karbonat anhidrat yang terbentuk dari

magnesium kaarbonat yang merupakan komponen utama dari batuan sedimen yang

dikenal sebagai dolostone. Rata-rata densitas pada lapisan kelima adalah 2.636

𝑔/𝑐𝑚3 .

(a)

46
(b)

Gambar 4.18 Lapisan keenam pada kedalaman 9.62 km hingga 11.50 km (a)
Tampilan 2D (b) Tampilan 3D
Lapisan keenam (Gambar 4.18) dengan kedalaman 9.62 km hingga 11.50 km

memiliki kisaran densitas 2.48 𝑔/𝑐𝑚3 – 2.92 𝑔/𝑐𝑚3 diidentifikasi sebagai batuan

sedimen (gamping, dolomite) dan batuan metamorf (marmer, kuarsa, sekis, batu

sabak). Lapisan ini memiliki rata-rata densitas batuan 2.646 𝑔/𝑐𝑚3 .

47
(a)

(b)

Gambar 4.19 Lapisan ketujuh pada kedalaman 11.50 km hingga 13.36 km (a)
Tampilan 2D (b) Tampilan 3D

48
Lapisan ketujuh (Gambar 4.19) dengan kedalaman 11.50 km hingga 13.36 km

memiliki kisaran densitas 2.09𝑔/𝑐𝑚3 – 3.08 𝑔/𝑐𝑚3 diidentifikasi sebagai batuan

sedimen (gamping, dolomite) dan batuan metamorf (marmer, kuarsa, sekis, granulite,

batu sabak). Rata-rata densitas pada lapisan ini adalah 2.662 𝑔/𝑐𝑚3 .

(a)

49
(b)

Gambar 4.20 Lapisan kedelapan pada kedalaman 13.36 km hingga 15.21 km (a)
Tampilan 2D (b) Tampilan 3D
Lapisan kedelapan (Gambar 4.20) dengan kedalaman 13.36 km hingga 15.21

km memiliki kisaran densitas 2.12 𝑔/𝑐𝑚3 – 3.16 𝑔/𝑐𝑚3 diidentifikasi sebagai batuan

sedimen (gamping, dolomite) dan batuan metamorf (marmer, kuarsa, sekis, granulite,

batu sabak). Rata-rata densitas pada lapisan ini adalah 2.681 𝑔/𝑐𝑚3 .

50
(a)

(b)

Gambar 4.21 Lapisan kesembilan pada kedalaman 15.21 km hingga 17.08 km (a)
Tampilan 2D (b) Tampilan 3D
Lapisan kesembilan (Gambar 4.21) dengan kedalaman 15.21 km hingga 17.08

km memiliki kisaran densitas 2.15 𝑔/𝑐𝑚3 – 3.20 𝑔/𝑐𝑚3 diidenstifikasi sebagai

51
batuan sedimen (gamping, dolomite) dan batuan metamorf (marmer, kuarsa, sekis,

granulite, batu sabak). Rata-rata densitas pada lapisan ini adalah 2.699 𝑔/𝑐𝑚3 .

(a)

52
(b)

Gambar 4.22 Lapisan kesepuluh pada kedalaman 17.08 km hingga 20.00 km (a)
Tampilan 2D (b) Tampilan 3D
Lapisan kesepuluh (Gambar 4.22) dengan kedalaman 17.08 km hingga 20 km

memiliki kisaran densitas 2.19 𝑔/𝑐𝑚3 – 3.30 𝑔/𝑐𝑚3 diidentifikasi sebagai batuan

sedimen (gamping, dolomite) dan batuan metamorf (marmer, granulite, sekis, batu

sabak,phylite). Rata-rata densitas pada lapisan ini adalah 2.712 𝑔/𝑐𝑚3 .

53
Gambar 4.23 Model seluruh lapisan dalam bentuk 3D

Gambar 4.23 merupakan model sebaran densitas di seluruh lapisan dalam

bentuk 3D dari lapisan pertama hingga lapisan kesepuluh dengan kedalaman 20 km.

Dari hasil inversi di dapatkan rata-rata densitas dari seluruh lapisan ini adalah 2.662

𝑔/𝑐𝑚3 . Dari kisaran densitas yang ada maka dapat diidentifikasi bahwa Pulau Timor

didominasi oleh batuan sedimen yang ditandai dengan warna hijau pada model dan

basement pulau Timor adalah batuan metamorf yang ditandai dengan warna kuning

hingga merah dan dapat diperkirakan bahwa cekungan Timor pun memiliki potensi

adanya jebakan migas pada kedalaman 3.86 km hingga 20 km.

54
Penelitianini prospek dengan penelitian sebelumnya yang meyatakan bahwa

Pulau Timor dianggap sebagai daerah penghasil migas karena memiliki kesamaan

geologi dengan daerah penghasil migas di barat laut Australia. Hal ini didukung

dengan banyaknya jumlah rembesan minyak dan gas yang terdapat di Pulau Timor

(Charlton, 2002). Rembesan minyak dan gas ini membuktikan ada batuan induk yang

mampu membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon.

55
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil inversi, densitas rata-rata secara keselurahan dari lapisan

pertama hingga lapisan kesepuluh adalah 2.662 𝑔/𝑐𝑚3 , dari lapisan pertama

hingga lapisan kesepuluh diidentifikasi perkiraan beberapa batuan yaitu batuan

pasir, gamping, dolomite, marmer, schist dan granulite yang merupakan batuan

sedimen dan batuan metamorf. Basement yang merupakan jenis batuan metamorf

di temukan dari kedalaman 3.86 km hingga lebih dari 20 km.

2. Penyebaran batuan sedimen dan batuan metamorf pada kedalam 0 km hingga 20

km cukup merata dan di dominasi oleh batuan sedimen.

3. Cekungan Timor yang merupakan sebuah tempat terakumulasinya sedimen dan

memiliki basement yang merupakan jenis batuan metamorf dari kedalam 3.86 km

hingga 20 km yang kuat dan bersifat tidak meloloskan air maka cekungan ini

diduga memiliki potensi adanya jebakan fluida di antaranya minyak dan gas.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lanjutan menggunakan metode geofisika lainnya agar

mendapatkan hasil yang lebih akurat.

56
DAFTAR PUSTAKA

Barber, A.J., 1981. A Structural Interpretations of The Island of Timor, Eastern


Indonesia; in: Barber, A.J. and Wiryosujono, S. Eds., The Geology and
Tectonics of Eatern Indonesia, Geol. Res. Dev. Center, Bandung, Spec. Publ. 2,
283-198.

Carina, M. C. 2015. Analisis Cekungan Sedimen, Universitas Padjadjaran.


Jatinangor

Charlton, T.R.2002. The Petroleum Potential of East Timor: APPEA Journal.


Summary of Indonesia basins.

Dzakiya dan Sismanto, 2013. Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Lapisan Bawah
Permukaan Bumi di Subcekungan Jambi pada Lapangan Zuhro Berdasarkan
Analisis Data Gravitasi. Universitas Gajah Mada. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Grant and West,1965. Interpretation Theory in Apllied Geophysics,McGraw-Hill Inc.


New York

Kurniawan, F. A., 2012. Pemanfaatan Data Anomali Grafitasi Citra GEOSAT dan
ERS-1 Satellite Untuk Memodelkan Struktur Geologi Cekungan Bentarsari
Brebes, Indonesia Journal of Apllied Physics Vol.2 No.2 halaman 184,
Purwokerto.

Lesmana dan Subagiada, 2016. Identifikasi Basement Rock Pada Zona Longsor
Dengan Menggunakan Metode Geolistrik (Studi Kasus Wilayah Kelurahan
Selili Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda Kalimantan Timur), Vol. 1,
No. 1. FMIPA Unmul, Samarinda

Li, X., and Gotze, H.-J.,2001, Tutorial: Ellisoid, geoid geodesy, and geophysics,
GEOPHYSICS, VOL. 66, NO. 6;P. 1660-1668.

Noor, Djauhari, 2009, Pengantar Geologi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sandwell, D. T., and Smith, W. H. F.,2009, Global marine gravity from retracked
Geosat and ERS-1 altimetry, V23.1

Sani, K., Jacobson, MI., Sigit, R. 1995. The Thin-Skinned Thrust Structures of
Timor. Proceedings Indonesian Petroleum Association 24nd.

57
Sircar. A., 2004, Hydrocarbon Production from fractured basement formation.
Current Science, Vol. 87, 20.8, P.147-148

Suhadityano, 2008. Pemodelan Metode Gravitasi Tiga Dimensi Dengan


Menggunakan Matlab. Universitas Indonesia. Jakarta.

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., Keys D. A., 1990. Applied Geophysics
Cambridge University Press, London.

Yuwono, Y.S., 2012. Basic Concept, Principles, and Petrologic Assessments. Short
Course on the Basement Reservoir, Yogyakarta, 14-16 June 2012.

58
LAMPIRAN I

CONTOH PENGAMBILAN DATA

59
Masuklah melalui website : http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi,

kemudian masukkan lokasi daerah penelitian berupa lintang dan bujur kemudian

pilih topografi lalu klik get data, maka kita akan mendapatkan data Topografi daerah

penelitian. Setelah mendapatkan data topografi maka kembali lagi pada laman

sebelumnya dan pilih Gravity, kemudian klik get data, maka kita akan mendapatkan

data berupa medan gravitasi berupa anomali udara bebas.

60
LAMPIRAN II

CONTOH HASIL PENGOLAHAN DATA

61
HASIL PENGOLAHAN DATA

Koreksi Koreksi
Bujur Lintang ∆FA Elevasi Δg ATM Koreksi BS Δg BS Δg Curvature Δg BL
ATM Curvature
123.5083 -9.4978 -73.1 -2248 0 -73.1 -251.5435468 178.4435468 -5.076986176 183.5205329 183.5205329
123.525 -9.4978 -65.1 -2151 0 -65.1 -240.689577 175.589577 -4.784160645 180.3737376 180.3737376
123.5417 -9.4978 -57 -2113 0 -57 -236.4375064 179.4375064 -4.67125942 184.1087658 184.1087658
123.5583 -9.4978 -49.4 -1771 0 -49.4 -198.1688707 148.7688707 -3.701098564 152.4699693 152.4699693
123.575 -9.4978 -42.5 -1697 0 -42.5 -189.8885226 147.3885226 -3.502064436 150.8905871 150.8905871
123.5917 -9.4978 -36.4 -1616 0 -36.4 -180.8248984 144.4248984 -3.28864131 147.7135397 147.7135397
123.6083 -9.4978 -31.6 -1578 0 -31.6 -176.5728278 144.9728278 -3.190115498 148.1629433 148.1629433
123.625 -9.4978 -28.3 -1552 0 -28.3 -173.6635163 145.3635163 -3.123291347 148.4868076 148.4868076
123.6417 -9.4978 -24.9 -1500 0 -24.9 -167.8448933 142.9448933 -2.991076875 145.9359702 145.9359702
123.6583 -9.4978 -19.4 -1396 0 -19.4 -156.2076474 136.8076474 -2.732383117 139.5400305 139.5400305
123.675 -9.4978 -10.5 -1250 0 -10.5 -139.8707444 129.3707444 -2.382119141 131.7528636 131.7528636
123.6917 -9.4978 1.4 -1096 0 1.4 -122.6386687 124.0386687 -2.028992857 126.0676616 126.0676616
123.7083 -9.4978 13.7 -928 0 13.7 -103.8400407 117.5400407 -1.66288427 119.2029249 119.2029249
123.725 -9.4978 23.9 -754 0 23.9 -84.37003304 108.270033 -1.304731993 109.574765 109.574765

62
123.7417 -9.4978 32.9 -602 0 32.9 -67.36175051 100.2617505 -1.009375151 101.2711257 101.2711257
123.7583 -9.4978 42.8 -474 0 42.8 -53.03898628 95.83898628 -0.773318823 96.61230511 96.61230511
123.775 -9.4978 54.7 -332 0 54.7 -37.14966972 91.84966972 -0.524991786 92.3746615 92.3746615
123.7917 -9.4978 68.4 -136 0 68.4 -15.21793699 83.61793699 -0.20563875 83.82357574 83.82357574
123.8083 -9.4978 84.1 85 0.865610721 84.96561072 9.511210621 75.4544001 0.121887435 75.33251267 75.33251267
123.825 -9.4978 100.2 35 0.870539361 101.0705394 3.916380844 97.15415852 0.050807209 97.10335131 97.10335131
123.8417 -9.4978 113.4 67 0.867382981 114.267383 7.497071901 106.7703111 0.09650205 106.673809 106.673809
123.8583 -9.4978 121 111 0.863054863 121.8630549 12.4205221 109.4425328 0.158151052 109.2843817 109.2843817
123.875 -9.4978 124.5 111 0.863054863 125.3630549 12.4205221 112.9425328 0.158151052 112.7843817 112.7843817
123.8917 -9.4978 126 483 0.827013509 126.8270135 54.04605564 72.78095786 0.624696067 72.1562618 72.1562618
123.9083 -9.4978 126.7 643 0.811814878 127.5118149 71.94951093 55.56230395 0.795292431 54.76701152 54.76701152
123.925 -9.4978 127 425 0.832568025 127.832568 47.5560531 80.27651492 0.558388642 79.71812628 79.71812628
123.9417 -9.4978 127.1 463 0.828926154 127.9289262 51.80812373 76.12080242 0.602099899 75.51870252 75.51870252
123.9583 -9.4978 127.5 385 0.836412681 128.3364127 43.08018928 85.2562234 0.511274675 84.74494872 84.74494872
123.975 -9.4978 128 291 0.845492464 128.8454925 32.5619093 96.28358316 0.396107312 95.88747585 95.88747585
123.9917 -9.4978 128.4 375 0.837375625 129.2373756 41.96122333 87.2761523 0.499319561 86.77683274 86.77683274
124.0083 -9.4978 128.6 517 0.823768549 129.4237685 57.85053989 71.57322866 0.662461015 70.91076764 70.91076764
124.025 -9.4978 128.5 741 0.802595728 129.3025957 82.91537729 46.38721843 0.890851992 45.49636644 45.49636644
124.0417 -9.4978 128.6 747 0.802033512 129.4020335 83.58675687 45.81527665 0.896482178 44.91879447 44.91879447
124.0583 -9.4978 129.2 701 0.806350388 130.0063504 78.43951347 51.56683692 0.852667528 50.71416939 50.71416939
124.075 -9.4978 130.8 585 0.817303321 131.6173033 65.45950839 66.15779493 0.735540917 65.42225401 65.42225401
124.0917 -9.4978 133.9 515 0.823959201 134.7239592 57.6267467 77.0972125 0.660262154 76.43695035 76.43695035
124.1083 -9.4978 138.9 639 0.812192623 139.7121926 71.50192455 68.21026807 0.791247932 67.41902014 67.41902014
124.125 -9.4978 145.6 565 0.819201441 146.4192014 63.22157648 83.19762496 0.714385924 82.48323904 82.48323904
124.1417 -9.4978 153.9 727 0.803908563 154.7039086 81.34882496 73.35508361 0.877615995 72.47746761 72.47746761
124.1583 -9.4978 162.9 1007 0.777917014 163.677917 112.6798717 50.99804531 1.11603044 49.88201487 49.88201487

63
124.175 -9.4978 171.9 913 0.786580506 172.6865805 102.1615917 70.52498878 1.042166319 69.48282246 69.48282246
124.1917 -9.4978 179.8 1093 0.77004595 180.570046 122.3029789 58.26706703 1.178141267 57.08892576 57.08892576
124.2083 -9.4978 185.7 1317 0.749791781 186.4497918 147.3678163 39.08197546 1.315395831 37.76657963 37.76657963
124.225 -9.4978 188.6 1667 0.718859845 189.3188598 186.5316248 2.787235084 1.458914975 1.328320109 1.328320109
124.2417 -9.4978 188.1 1407 0.74175455 188.8417546 157.4385099 31.40324463 1.36056335 30.04268128 30.04268128
124.2583 -9.4978 184 1261 0.754821831 184.7548218 141.101607 43.65321486 1.284404482 42.36881038 42.36881038
124.275 -9.4978 176.3 1375 0.744605625 177.0446056 153.8578189 23.18678676 1.34515917 21.84162759 21.84162759
124.2917 -9.4978 165.8 1211 0.759331815 166.5593318 135.5067772 31.05255462 1.254862049 29.79769257 29.79769257
124.3083 -9.4978 152.9 1013 0.777366162 153.6773662 113.3512513 40.32611488 1.12053327 39.20558161 39.20558161
124.325 -9.4978 138.9 1009 0.777733368 139.6777334 112.9036649 26.77406847 1.117534209 25.65653426 25.65653426
124.3417 -9.4978 124.3 815 0.795679641 125.0956796 91.19572536 33.89995428 0.958513668 32.94144061 32.94144061
124.3583 -9.4978 110.2 717 0.804847157 111.0048472 80.229859 30.77498816 0.868076943 29.90691121 29.90691121
124.375 -9.4978 96.9 739 0.802783191 97.70278319 82.6915841 15.01119909 0.888969612 14.12222948 14.12222948
124.3917 -9.4978 85.2 625 0.813515625 86.01351563 69.93537221 16.07814341 0.777003174 15.30114024 15.30114024
124.4083 -9.4978 75.1 543 0.821292662 75.92129266 60.75985138 15.16144129 0.690789053 14.47065223 14.47065223
124.425 -9.4978 66.9 497 0.825676352 67.72567635 55.61260798 12.11306837 0.640345245 11.47272313 11.47272313
124.4417 -9.4978 60.3 493 0.826058254 61.12605825 55.1650216 5.961036654 0.63588818 5.325148474 5.325148474
124.4583 -9.4978 55.3 447 0.83045832 56.13045832 50.01777821 6.112680115 0.583819499 5.528860615 5.528860615
124.475 -9.4978 51.6 411 0.833912359 52.43391236 45.98950077 6.444411593 0.542027335 5.902384258 5.902384258
124.4917 -9.4978 48.9 381 0.836797773 49.73679777 42.6326029 7.104194873 0.506501107 6.597693766 6.597693766
124.5083 -9.4978 46.8 361 0.838724943 47.63872494 40.39467099 7.244053954 0.482463708 6.761590246 6.761590246
124.525 -9.4978 45 353 0.839496608 45.83949661 39.49949822 6.339998383 0.47276962 5.867228764 5.867228764
124.5417 -9.4978 43.2 341 0.84065496 44.04065496 38.15673908 5.883915882 0.458143707 5.425772175 5.425772175
124.5583 -9.4978 41 335 0.841234521 41.84123452 37.48535951 4.355875016 0.450792599 3.905082417 3.905082417
124.575 -9.4978 38.3 327 0.842007667 39.14200767 36.59018674 2.551820926 0.440951558 2.110869369 2.110869369
124.5917 -9.4978 35.1 325 0.842201025 35.94220103 36.36639355 -0.424192525 0.438484232 -0.862676757 -0.862676757

64
124.6083 -9.4978 31.6 319 0.842781269 32.44278127 35.69501398 -3.252232707 0.431065299 -3.683298007 -3.683298007
124.625 -9.4978 28.1 375 0.837375625 28.93737563 41.96122333 -13.0238477 0.499319561 -13.52316726 -13.52316726
124.6417 -9.4978 24.8 423 0.832759987 25.63275999 47.33225991 -21.69949993 0.55605979 -22.25555972 -22.25555972
124.6583 -9.4978 22 417 0.833336045 22.83333604 46.66088034 -23.82754429 0.549056279 -24.37660057 -24.37660057
124.675 -9.4978 20 381 0.836797773 20.83679777 42.6326029 -21.79580513 0.506501107 -22.30230623 -22.30230623
124.6917 -9.4978 18.9 343 0.84046183 19.74046183 38.38053227 -18.64007044 0.460588424 -19.10065886 -19.10065886
124.7083 -9.4978 18.5 251 0.849375284 19.34937528 28.08604548 -8.736670196 0.345206458 -9.081876655 -9.081876655
124.725 -9.4978 18.8 217 0.852684637 19.65268464 24.28156123 -4.628876595 0.301051916 -4.929928511 -4.929928511
124.7417 -9.4978 19.2 287 0.845880234 20.04588023 32.11432292 -12.06844269 0.391068096 -12.45951078 -12.45951078
124.7583 -9.4978 19.6 425 0.832568025 20.43256803 47.5560531 -27.12348508 0.558388642 -27.68187372 -27.68187372
124.775 -9.4978 19.7 463 0.828926154 20.52892615 51.80812373 -31.27919758 0.602099899 -31.88129748 -31.88129748
124.7917 -9.4978 19.3 427 0.832376091 20.13237609 47.77984629 -27.6474702 0.560714668 -28.20818487 -28.20818487
124.8083 -9.4978 18.4 271 0.84743245 19.24743245 30.32397739 -11.07654494 0.37079819 -11.44734313 -11.44734313
124.825 -9.4978 17.1 209 0.853464504 17.9534645 23.38638847 -5.432923963 0.290543914 -5.723467877 -5.723467877
124.8417 -9.4978 15.5 179 0.856393066 16.35639307 20.0294906 -3.673097535 0.250736173 -3.923833708 -3.923833708
124.8583 -9.4978 13.7 183 0.856002221 14.55600222 20.47707698 -5.921074763 0.256080612 -6.177155375 -6.177155375
124.875 -9.4978 11.8 203 0.854049704 12.6540497 22.71500889 -10.06095919 0.282633237 -10.34359243 -10.34359243
124.8917 -9.4978 9.7 169 0.857370677 10.55737068 18.91052465 -8.353153969 0.237325616 -8.590479585 -8.590479585
124.9083 -9.4978 7.3 179 0.856393066 8.156393066 20.0294906 -11.87309754 0.250736173 -12.12383371 -12.12383371
124.925 -9.4978 4.5 209 0.853464504 5.353464504 23.38638847 -18.03292396 0.290543914 -18.32346788 -18.32346788
124.9417 -9.4978 1.3 67 0.867382981 2.167382981 7.497071901 -5.32968892 0.09650205 -5.42619097 -5.42619097
124.9583 -9.4978 -2.2 45 0.869552209 -1.330447791 5.035346799 -6.36579459 0.065164572 -6.430959162 -6.430959162
124.975 -9.4978 -5.9 77 0.866398107 -5.033601893 8.616037856 -13.64963975 0.110633305 -13.76027305 -13.76027305
124.9917 -9.4978 -9.5 87 0.865413946 -8.634586054 9.735003812 -18.36958987 0.124693902 -18.49428377 -18.49428377
125.0083 -9.4978 -12.8 47 0.869354864 -11.93064514 5.25913999 -17.18978513 0.068027565 -17.25781269 -17.25781269
125.025 -9.4978 -15.6 9 0.873109288 -14.72689071 1.00706936 -15.73396007 0.013147383 -15.74710745 -15.74710745

65
125.0417 -9.4978 -18.6 -40 0 -18.6 -4.475863822 -14.12413618 -0.059125283 -14.0650109 -14.0650109
125.0583 -9.4978 -22 -94 0 -22 -10.51827998 -11.48172002 -0.140737796 -11.34098222 -11.34098222
125.075 -9.4978 -26.3 -150 0 -26.3 -16.78448933 -9.515510669 -0.227549402 -9.287961267 -9.287961267
125.0917 -9.4978 -32 -250 0 -32 -27.97414888 -4.025851116 -0.388081953 -3.637769162 -3.637769162
125.1083 -9.4978 -39.2 -366 0 -39.2 -40.95415397 1.754153967 -0.583152861 2.337306828 2.337306828
125.125 -9.4978 -46.8 -460 0 -46.8 -51.47243395 4.672433947 -0.74820266 5.420636607 5.420636607
125.1417 -9.4978 -51.3 -500 0 -51.3 -55.94829777 4.648297769 -0.820330625 5.468628394 5.468628394

66
CONTOH PERHITUNGAN DATA ANOMALI GRAVITASI

I. Misalkan pada koordinat 119.6417 BT dan 9.2511 LS memiliki data Δg udara

bebas = 82.4 dan data topografi/ketinggian = 29 m. Data ini kemudian

dikenakan beberapa koreksi, yaitu:

1. Koreksi Atmosfer

g atm (x,y,z) = 0,874 - 9,9 x 10-5 x h + 3,56 x 10-9 x h2

= 0,874 - 9,9 x 10-5 x 29 + 3,56 x 10-9 x 292

= 0.871132 mgal

2. Anomali Atmosfer

Δg ATM = Δg FA + gatm

= 82.4 + 0.871132

= 83.27113 mgal

3. Koreksi Bouguer Sederhana

gBS = 2πρGh

= (2 x 3.141592 x 2.67 x 6.67 x 10-8 x 29) 105

= 3.245001 mgal

4. Anomali Bouguer Sederhana

Δg BS = Δg ATM – gBS

= 83.27113 – (3.245001)

= 80.02613 mgal

67
5. Koreksi Curvature

gc = 1.464𝑥10−3 ℎ − 3.533𝑥10−7 ℎ2 + 4.5𝑥10−14 ℎ3 𝑚ga𝑙

=(1.464𝑥10−3 𝑥 29) − (3.533𝑥10−7 𝑥 (29)2 ) + (4.5𝑥10−14 (29)3 )

= 0.042159 mgal

6. Anomali Curvature

Δg curvature = Δg BS - g c

=80.02613 – (0.042159)

= 79.98397 mgal

7. Anomali Bouguer

Δg Bouguer = Δg FA + gatm – gBS - g c

= 132.4 + 0.86778 – (7.049485519) – (0.090901086)

= 79.98397 mgal

II. Misalkan pada koordinat 124.3417 BT dan 9.2511LS memiliki data Δg udara

bebas =100.7 dan data topografi/ketinggian= 39 m. Data ini kemudian

dikenakan beberapa koreksi, yaitu:

1. Koreksi Atmosfer

g atm (x,y,z) = 0,874 - 9,9 x 10-5 x h + 3,56 x 10-9 x h2

= 0,874 - 9,9 x 10-5 x 39 + 3,56 x 10-9 x 392

= 0.870144

2. Anomali Atmosfer

Δg ATM = Δg FA + gatm

68
= 100.7+ 0.870144

= 101.5701 mgal

3. Koreksi Bouguer Sederhana

gBS = 2πρGh

= (2 x 3.141592 x 2.67 x 6.67 x 10-8 x 39) 105

= 4.363967 mgal

4. Anomali Bouguer Sederhana

Δg BS = Δg ATM – gBS

=101.5701 – 4.363967

= 97.20618 mgal

5. Koreksi Curvature

gc = 1.464𝑥10−3 ℎ − 3.533𝑥10−7 ℎ2 + 4.5𝑥10−14 ℎ3 𝑚ga𝑙

=(1.464𝑥10−3 𝑥39) − (3.533𝑥10−7 𝑥 (39)2 ) + (4.5𝑥10−14 (39)3)

= 0.056559 mgal

6. Anomali Curvature

Δg curvature = Δg BS - g c

= 97.20618 – 0.056559

= 97.14962 mgal

7. Anomali Bouguer

Δg Bouguer = Δg FA + gatm – gBS - g c

= 100.7 +0.870144 – 4.363967 – 0.056559 = 97.14962 mgal

69
LAMPIRAN III

LANGKAH –LANGKAH PEMODELAN

70
Langkah – Langkah Dalam Pemodelan Tiga Dimensi (3D)

Pemodelan tiga dimensi (3D) struktur bawah permukaan menggunakan

software Grablox 1.6e dan bloxer 1.6e. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan,

yaitu pemodelan ke depan (forward modeling) dan pemodelan inversi (inverse

modeling).

1. Pemodelan ke depan (forward modeling)

Pemodelan ke depan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Buka program grablox selanjutnya pilih preserve (di bawah tombol update)

Selanjutnya buka menu gravity dan pilih skala unit dan pilih dimensi

sesuai yang diinginkan. Jika dipilih kilometer maka pastikan semua

data yang diinput kedalam program memiliki satuan kilometer.

2) Membuat model awal berupa blok mayor dan blok minor pada program

Grablox 1.6e. Data yang diimput dalam program Grablox 1.6e untuk membuat

model awal adalah posisi blok dalam arah xyz (X-posit, Y-posit, Zposit),

71
ukuran blok dalam arah xyz (X-zise, Y-zise, Z-sise), nilai diskritasi dalam arah

xyz (X-divis, Y-divis, Z-divis), densitas (densitas kerak bumi, spasi grid data xy

(X-step Y-step) posisi awal pengukuran dan posisi akhir pengukuran (X-star Y-

star, X-ending, Y-ending). Data yang diimput ini diambil dari data upward

Bouguer lengkap hasil UTM. Data hasil export tersebut disimpan dan digrid

menggunakan software surfer09 sehingga diperoleh hasil Gridding. Pada

bagian tampilan gridding reaport terdapat salah satu bagian tempilan seperti

berikut ini :

Dari tampilan di atas gunakan nilai-nilai Grid geometri untuk mengisi

parameter pada tampilan grablox dengan ketentuan sbb:

Xmin= Xstar= Xposit.

Ymin= Ystar = Yposit.

Xzize = Xmax – Xmin.

Yzize = Ymax – Ymin.

72
Zposit = 0 (dihitung dari permukaan lokasi penelitian),

Zdivis: masukkan nilai batas kedalaman yang diinginkan dalam

penelitian.

Ydivis : jumlah lapisan arah y atau ketebalan

Xdivis: lapisan arah x,( nilai Zdivis, Ydivis dan Xdivis dimasukkan

berdasarkan kebutuhan peneliti).

Ystep = Yspacing dan Xstep = Xspacing (lihat dihasil output gridding).

“ setiap kali memasukkan parameter jangan lupa menekan tombol

update pada program agar data yang dimasukkan dapat dibaca oleh

program”.

3) Ubah nilai max/min melalui menu edit. Nilai ini diubah berdasarkan rentang

nilai densitas yang ada di lokasi penelitian. Adapun pilihan warna dapat dilihat

pada menu program.

4) Model awal yang sudah dibuat pada program Grablox 1.6e disimpan melalui

menu save model dan ditampilkan di program Bloxer berbasis Grapihical User

Interface (GUI) melalui menu open file.

5) Model awal pada program Bloxer ini diedit parameternya berdasarkan peta

topografi dengan cara coba-coba untuk memperkirakan bentuk geometri blok

yang disesuaikan dengan geologi lokasi penelitian. Caranya adalah:

 Buka program Bloxer

73
Dari tampilan di atas pilih preserve (di bawah tombol shift only).

Selanjutnya pada bagian tombol editing silahkan mengunakan salah

satu pilihan yang ada (pointimmersion, edit rectangle, edit poligon

dst). Klik H-layer pada program agar model tampilan 3D berubah

menjadi bentuk 2D. Ubah nilai value dengan nilai densitas yang

diperkirakan mendekati bentuk geometri bawah permukaan (misalnya

densitas kerak bumi 2.67 kg/cm3, densitas air laut, densitas mantel

bumi). Nilai- nilai ini diedit pada tiap lapisan sesuai dengan teori yang

dipelajari ( misalnya topografi daerah penelitian tidak memiliki laut

maka dapat diperkirakan bentuk geometrinya homogen dengan

menggunakan densitas kerak bumi saja. Tetapi apabila terdapat laut

maka bentuk geometri yang diedit terdapat 2 parameter yaitu densitas

air laut, kerak bumi, atau bisa menjadi tiga parameter yaitu densitas air

laut, kerak bumi dan mantel).

74
Setela mengganti nilai pada tombol value→ klik change→ klik edit

parameter ( kursor akan berubah menjadi tnda tambah)→ bawah

kursor ke tengah gambar lalu edit model sesuai denan bentuk

geometri yang di perkirakan secara bertahap pada masing masing

lapisan. Model awal yang di buat ini disimpan dengan tiga cara yaitu

save model, save graph as pdf dan save graph as gif.

2. Pemodelan Inversi (inverse Modeling)

Sebelum masuk pada tahap inversi, buka program grablox. Tampilan

pertama akan muncul sbb:

75
Pilih vert_prism DAT file (buka dengan menggunakan Notepad), maka akan

tampil sbb:

Dari tampilan di atas ganti tulisan “vertical prisma gravity” dengan nama

lokasi penelitian misalnya “pulau Timor”. Selanjutnya pada baris ketiga (lihat

angka 441 1 2 0 3 0) ganti angka 441 dengan jumlah data peneliian yang

76
dimiliki. Misalnya jumlah data penelitian pulau Lembata 9100. Angka yang

lain pada baris kelima (-250.00 dan seterusnya) diganti dengan data yang

dimiliki dari hasil export xyz. Simpan file ini dalam bentuk DAT pada folder

yang baru. Selanjutnya dilakukan proses inversi dengan langkah-langkah sbb:

1) Model awal yang sudah disimpan di program Bloxer (langkah kelima

pemodelan awal) ditampilkan kembali pada program Grablox melalui

menu open file.

2) Mengimput data kontinuasi ke atas kedalam program melalui menu read

data (panggil file yang disimpan dalam bentuk DAT di atas). Hasil imput

data ini ditampilkan dalam bentuk peta kontur yaitu kontur data observasi

saja karena proses komputasi belum dilakukan. Selanjutnya tekan tombol

computed pada program (proses ini berakhir sampai munculnya

computation time di bagian kiri gambar atau model)

3) Selanjutnya dilakukan inversi dengan optimasi. Proses inverse dimulai

dari inverse base, density, height. Inversi ini dilakukan secara bertahap:

 inverse base

a) Base → normal → none → optimasi

b) Base → normal → base → optimasi

c) Base → normal → linear → optimasi

d) Base → normal → all → optimasi.

e) Base → smooth vert → all → optimasi

f) Base → smooth horiz → all→ optimasi

77
g) Base → smooth 3D → all→ optimasi.

 Inversi density

Untuk inverse density ulangi tahap (d) sampai (g) pada proses inverse

base tetapi tombol base diganti dengan density.

Contoh : density → normal → all→ optimasi (dan seterusnya sampai)

density→ smooth 3D→ all→ optimasi.

 Inverse Height

Tahap yang sama pada inversi densitas diulangi pada inversi height

tetapi tombol density diganti dengan height.

Mis: height → normal → all → optimasi.

Cara yang sama dilakukan pada inversi dengan metode Occam. Proses

inversi ini membutuhkan waktu yang lama tergantung kemampuan

komputer yang dimiliki. Setiap tahap inversi diakhiri sampai komputer

berhenti loading dan ditampilkannya : computation/invers time; Data

RMS; di bagian kiri model yang dibuat. Hasil inverse dapat dilihat

melalui tombol contours,layr/sexn, layers, sections, profiles, crossing

dir di dalam program. Hasil ini disimpan dalam beberapa tahap melalui

menu file yaitu: save model, save data, save result, save graph as pdf,

dan save graph as GIF. Apabila diperoleh eror yang masih besar maka

78
dilanjutkan dengan inversi alternatif menggunakan Occam’s.

Penggunaan kedua metode ini dilakukan secara bertahap.

4) Setelah dilakukan proses inverse maka diperoleh model blok tiga dimensi

(3D) struktur bawah permukaan daerah penelitian berupa kontur, profil,

lapisan pada tiap kedalaman dalam arah z, penampang dalam arah x dan y,

berdasarkan model yang dibuat

5) Selanjutnya model yang sudah dibuat ditampilkan kembali di program

bloxer untuk mendapatkan tampilan model 3D untuk seluruh lapisan.

6) Untuk menempatkan topografi di atas model 3D silakan baca panduan

pada program Bloxer.

79
LAMPIRAN IV

HASIL PEMODELAN

80
LAPORAN HASIL PEMODELAN

-----------------------------------------------------------

GRABLOX 1.6e results file:

-----------------------------------------------------------

Copy of the input (*.INP) file (without block information)

3 2.03

555.636 8847.479 764.408 8950.071 1.848 1.832 1.848

1.832 0.000 0.000

1 0 0 0 1 0 0 0

2.67000 4.949650 488.588013 -136.925003 20.060801 12.716400 -

14.101000 0.000 0.000

555.600 8847.500 0.000 208.800 102.600 20.000

30 20 10

1 1 0

6000 1 1

81
0 0.267000E+01 0.100000E+01 0.330000E+01 0.100000E+01

------------------------------------------------------------

Model information:

X-position 555.60

Y-position 8847.50

Z-position 0.00

X-dimension 208.80

Y-dimension 102.60

Z-dimension 20.00

division-X 30

division-Y 20

division-Z 10

The block model consists of 6000 minor blocks

Discretization (xyz): ( 30 x 20 x 10)

Default block size: 7.0 x 5.1 x 2.0 units

82
Block height is constant along depth

All dimensions are defined in kilometers (du = km)

Computational parameters:

Background density (g/cm^3) 2.6700

The background density is based on the abovementioned value

The mean density of the whole model is 2.66282 (g/cm^3)

The mean density of each layer is (g/cm^3):

Layer 1: 2.66005

Layer 2: 2.65445

Layer 3: 2.64101

Layer 4: 2.63458

Layer 5: 2.63667

Layer 6: 2.64635

Layer 7: 2.66205

Layer 8: 2.68114

Layer 9: 2.69978

Layer 10 : 2.71210

Base anomaly: A + B*x + C*y + D*x^2 + E*y^2 + F*x*y

Base level A (mGal) 4.9496498

83
X gradient B (mGal/du) 0.4885880

X gradient C (mGal/du) -0.1369250

X^2 term D (mGal/du^2) 0.20061E-04

Y^2 term E (mGal/du^2) 0.12716E-04

X*Y term F (mGal/du^2) -0.14101E-04

X0 position (du) 0.00000E+00

Y0 position (du) 0.00000E+00

------------------------------------------------------------

Computation information

Computed data is: Gravity anomaly of a block model

Computed data includes only the anomaly

The regional data consists of base anomaly and gradients

Computation & Inversion time = 75.60 & 7182.74 (s)

Data RMS error = 0.46880E-01

------------------------------------------------------------

84
Inversion information

SVD tresh. = 0.10240E+00

Dump. mean = 0.43020E-01

Inversion method:

Normal SVD height optimization

Inversion constraints:

Normal method (no constraints)

No bulky inversion

Inversion parameters:

Inversion option FOPT= 1.000

Inversion option IOPT= 1

Max parameter step= 0.230

Inversion thershold param.= 0.025

Minimum parameter value= 1.000

Maximum parameter value= 3.300

Model roughness: not used

85
----------------------------------------------------------------------------

Data information

Measured data defined on (regular/irregular) grid

Computed and measured data has been saved into a separate *.GBM file

Columns are: X, Y, Zcoordinates, computed, base & measured data

86
LAMPIRAN V

TABEL DENSITAS BATUAN

87
Nilai densitas batuan (Telford, at al.,1990)

Batuan Sedimen Densitas (gram/cm3)


Kisaran Densitas Rata-Rata
Densitas
Alluvium 1,96 – 2,0 1,98
Lempung 1,7 – 2.4 2.21
Kerakal 1,4 – 1,93 2,0
Lanau 1,7 – 2,3 1,64
Pasir 1,7 – 2,5 2,0
Pasir dan lempungan 1,8 – 2,2 2,1
Silt 1,2 – 2,4 1,93
Tanah 1,61 – 2,76 1,92
Batuan Pasir 2,28 – 2,90 2,35
Dolomite 1,93 – 2,90 2,70
Batuan gamping 1,77 – 3,2 2,55
Batuan Beku
Rhyolite glass 2,20 – 2,28 2,24
Obsidian 2,2 – 2,4 2,3
Riyolite 2,35 – 2,70 2,52
Dacite 2,35 – 2,70 2,52
Phonolite 2,45 – 2,71 2,59
Trachayite 2,42 – 2,8 2,58
Andesite 2,4 – 2,8 2,61
Nephelite-syenite 2.53 – 2,70 2,61
Granite 2,50 – 2,81 2,61
Granodiorite 2,67 – 2,79 2,73
Porphyry 2,60 – 2,89 2,74
Syenite 2,60 – 2,95 2,77
Anorthosite 2,64 – 2,94 2,79
Quartz diorite 2,62 – 2,96 2,79
Diorite 2,72 – 2,99 2,85
Lavas 2,80 – 3,0 2,90
Diabase 2,50 – 3,20 2,91
Norite 2.70 – 3,24 2,92

88
Basalt 2,70 – 3,30 2,99
Gabbro 2,70 – 3,50 3,03
Homblende-Gabbro 2,98 – 3,18 3,18
Peridotite 2,78 – 3,37 3,15
Pyroxenite 2,93 – 3,34 3,17
Acid-igneous 2,30 – 3,11 2,61
Basic-igneous 2,09 – 3,17 2,79
Batuan Metamorf
Kuarsa 2,5 – 2,70 2,6
Sekis 2,39 – 2,9 2,6
Greywacke 2,6 – 2,7 2,65
Granulite 2,52 – 2,73 2,65
Filit 2,68 – 2,80 2,74
Marmer 2,6 – 2,9 2,75
Quartztic slate 2,63 – 2,91 2,77
Serpentine 2,4 – 3,10 2,78
Genis 2,52 – 3,0 2,80
Chroritic slate 2,75 – 2,98 2,87
Amfibolit 2.90 – 3,04 2,96
Eclogite 3,2 – 3,54 3,37
Metamorfik-Av 2,4 – 3,1 2,74
Batu sabak 2,7 – 2,9

89

Anda mungkin juga menyukai