Anda di halaman 1dari 84

Laporan Praktik Industri

Proyek Pembangunan Jalan Tol


Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada program pendidikan Teknik Sipil di Universitas Negeri Malang (UM)
bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi pada taraf yang relatif tinggi dan dapat menerapkannya secara
profesional di dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pencapaian kompetensi lulusan dan tujuan program studi S1 Teknik Sipil
Universitas Negeri Malang tertuang dalam kurikulum pendidikan yang mewajibkan
setiap mahasiswa untuk menempuh mata kuliah Praktik Industri (PI). Praktik
industri adalah pengamatan terhadap suatu proyek di lapangan, sehingga
mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di lapangan secara langsung dan
mampu mengaitkannya dengan teori dan praktik yang di dapat di bangku kuliah.
Selama mengikuti PI, di samping melakukan pengamatan langsung juga sedapat
mungkin ikut aktif di lapangan, sehingga diharapkan dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan proyek tersebut,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan skill dan kemampuan serta
profesionalisme kinerja. Dengan demikian akan menumbuhkan sikap mandiri dan
kritis dalam diri manusia tersebut serta diharapkan mahasiswa dapat
mengembangkan kreatifitasnya di lapangan. Pelaksanaan kegiatan mata kuliah PI
ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa
dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh di perkuliahan ke praktik pelaksanaan
di lapangan, sehingga mahasiswa lebih memahami bidang pekerjaan yang sudah
ditekuninya
Sehingga berdasarkan uraian tersebut proyek yang dijadikan objek PI adalah
Proyek Pembangunan Jalan Tol Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM)
Seksi B. Pelaksanaan PI selama 10 minggu dari tanggal 10 Juni – 10 Agustus 2019.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi
terbesar di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur tahun 2010
mencapai 6,7% (www.jatim.bps.go.id, 5 Mei 2011). Hal ini dipengaruhi oleh

1
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

pergerakan industri di Jawa Timur. Selain Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Sidoarjo sebagai kabupaten yang berada di sekitar Surabaya merupakan
dua kota yang memberi andil yang besar terhadap pergerakan dan pertumbuhan
industri di Jawa Timur serta sebagai wilayah yang mendukung fungsi Kota
Surabaya sebagai hub bagi aktivitas ekonomi dan sosial wilayah Indonesia bagian
timur. Penetapan Kota Surabaya dan sekitarnya sebagai Kawasan Strategis
Nasional (KSN) sebagaimana termaktub di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang RTRWN (Lampiran X) dari sudut kepentingan ekonomi di
Jawa Timur yaitu Kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,
Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) mendorong percepatan di dalam penyediaan
infrastrukturnya yang dalam hal ini adalah infrastruktur jalan. Penetapan Wilayah
KSN memberikan implikasi berupa pertumbuhan ekonomi yang berakibat
meningkatnya pergerakan manusia dan barang di kawasan tersebut. Hal ini juga
telah terlihat pada kawasan Gerbangkertasusila sehingga percepatan pembangunan
infrastruktur dirasa perlu untuk segera ditindaklanjuti. Pergerakan lalu lintas
angkutan jalan merupakan pergerakan yang dominan di kawasan ini. Hal ini terlihat
dengan tingginya lalu lintas saat ini pada koridor-koridor utama pada jalan kawasan
sehingga mendorong pemerintah setempat dalam hal ini Pemerintah Daerah Jawa
Timur merencanakan jaringan jalan tol ruas Krian Legundi Bunder
Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM Seksi B dilaksanakan oleh PT. Waskita
Karya (Persero), Tbk Infrastructure 3 Division sebagai kontraktor, PT. Aria Jasa
Reksatama sebagai konsultan supervisi, dan PT. Waskita Bumi Wira sebagai
pemilik proyek (owner).

1.2 Data Umum Proyek


1.2.1 Deskripsi Proyek
Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM Seksi B STA 18+690 sampai STA
29+100 dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor,
PT. Aria Jasa Reksatama sebagai konsultan supervisi, dan PT. Waskita Bumi
Wira sebagai pemilik proyek (owner).

2
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Pembangunan Jalan Tol KLBM yang dimulai sejak 09 Desember 2016 ini
akan dikerjakan dari STA 0+000 s/d STA 38+290 dengan total panjang 38,29
km. Proyek ini dibagi menjadi empat seksi yang terdiri dari Seksi I yaitu STA
0+000 sampai STA 9+600 (9,5 km), Seksi II STA 9+600 sampai STA 18+690
(8,86 km), Seksi III STA 18+690 sampai STA 29+100 (10,74 km) dan Seksi IV
STA 29+100 sampai STA 38+290 (9,19 km). Dari empat seksi ini,
dikelompokkan lagi menjadi dua bagian yaitu Seksi A yang mencakup Seksi I
dan II kemudian Seksi B yang mencakup Seksi III. Kemudian seksi B yang
mencakup seksi III dan IV belum dapat dikerjakan, dikarenakan permasalahan
lahan yang masih dalam proses pembebasan.
Adapun pada proyek pembangunan jalan tol KLBM ini, selain dikerjakan
oleh PT. Waskita Karya (Persero), Tbk Infrastructure 3 division yang terbagi
menjadi 2 seksi, yaitu seksi A dan seksi B. Proyek pembangunan jalan tol juga
dikerjakan oleh PT. Waskita Beton Precast dengan pembagian wilayah
pekerjaan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Pembagian Wilayah Kerja Waskita Karya dan Waskita Beton Precast
(Sumber: Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)

3
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

1.2.2 Informasi Umum Proyek


A. Data Administratif
Informasi umum Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM Seksi B:
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Jalan Tol Krian –
Legundi – Bunder – Manyar (KLBM)
Seksi B
Lokasi Proyek : Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Pemilik Proyek : PT. Waskita Bumi Wira
Alamat : Jl. Letjen M. T. Haryono Kav. 10
Cawang, Kramat Jati, Jatinegara
Kota Jakarta Timur
Konsultan Perencana : PT. Buana Archicon Engineering
Consultant
Konsultan Supervisi : PT. Aria Jasa Reksatama
Alamat : Jl. Gayung Kebonsari No. 44 B7
Kota Surabaya
Kontraktor : PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
Alamat : Jl. Letjen M. T. Haryono Kav. 10
Cawang, Kramat Jati, Jatinegara
Kota Jakarta Timur
No. Kontrak : 09/SPPJK/WBW/2016, 9 Desember 2016
No. Kontrak ADD 1 : 01/ADD/SPPJK/WBW/2017, 5 Januari
2017
No. Kontrak ADD 2 : 07/ADD/SPPJK/WBW/2017, 15 Desember
2017
No. Kontrak ADD 3 : 05/ADD/SPPJK/WBW/2018, 30
November 2018
Mulai Kontrak : 9 Desember 2016
Masa Pelaksanaan : 1.095 hari kalender
Masa Pemeliharaan : 1.095 hari kalender

4
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

B. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Umum: Mobilisasi dan Demobilisasi, Pengecekan Utilitas
Menggunakan Alat, Survey Situasi, Site Clearing, Pembuatan Fasilitas
Pendukung
2. Pekerjaan Pembongkaran
3. Pekerjaan Tanah
4. Drainase
5. Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen
6. Pekerjaan Aspal
7. Pekerjaan Struktur
8. Pencahayaan, Lampu Lalu Lintas, dan Pekerjaan Listrik
9. Pekerjaan Lain-lain
10. Pekerjaan Plaza Tol
11. Pekerjaan Fasilitas Tol dan Kantor Gerbang Tol
1.2.3 Struktur Organisasi Proyek
Dalam melaksanakan suatu proyek diperlukan adanya pengorganisasian
agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik sesuai job desk. Gambar
1.1 menunjukkan struktur organisasi kontraktor Proyek Pembangunan Jalan Tol
KLBM Seksi B.

5
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM


Seksi B
(Sumber: Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)
1.2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi
Adapun tugas dan tanggung jawab jabatan adalah sebagai berikut:
A. Manajer Proyek (Project Manager)
Kepala proyek atau project manager merupakan merupakan pimpinan
tertinggi dari suatu proyek, dimana kepala proyek dituntut untuk memahami
dan menguasai rencana kerja proyek secara keseluruhan dan mendetail.
Selain itu, juga harus mampu mengoordinasikan seluruh kegiatan
bawahannya agar dapat dipastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi dan juga dapat berjalan mengikuti program kerja
yang direncanakan dalam jangka waktu dan biaya tertentu. Adapun tugas
seorang manajer proyek adalah sebagai berikut:
1. Membuat rencana pelaksanaan proyek
2. Melakukan perencanaan untuk pelaksanaan di lapangan berdasarkan
rencana pelaksanaan proyek
3. Memimpin kegiatan pelaksanaan proyek dengan memberdayagunakan
sumber yang ada

6
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

4. Melakukan pengendalian terhadap perencanaan pada proses kegiatan


pelaksanaan di lapangan.

B. Site Quality Health and Safety Environment Manager (SQHSEM)


Adapun tugas dari seorang manager kesehatan dan keselamatan lingkungan
kerja adalah sebagai berikut:
1. Memonitor pelaksanaan K3 di proyek berjalan sesuai dengan Rencana
Mutu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (RMK3) proyek.
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan K3 di proyek sesuai dengan
RMK3 proyek.
3. Membuat laporan berupa data statistik yang merekam kejadian-
kejadian K3 dan kecelakaan kerja.
C. Site Engineer Manager (SEM)
Peran dari seorang manajer teknik adalah membuat gambar detail
pelaksanaan proyek yang telah diterima dari owner dan membuat metode-
metode pelaksanaan pekerjaan, monitoring dan memeriksa semua proses
pekerjaan. Untuk itu peran dari engineer ini sangatlah penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Adapun tugas dan tanggung jawab seorang
manajer teknik yaitu:
1. Menerima dan mempelajari gambar desain dan spesifikasi teknis
proyek.
2. Memberikan cara-cara penyelesaian atas usul-usul perubahan desain
dari lapangan berdasarkan persetujuan pihak pemberi perintah kerja,
sedemikian rupa sehingga tidak menghambat kemajuan palaksanaan di
lapangan.
3. Melakukan pengawasan terhadap hasil kerja apakah sesuai dengan
dokumen kontrak.

D. Site Administration Manager (SAM)


Kepala administrasi atau site administration manager merupakan posisi
jabatan yang bertanggung jawab atas pekerjaan administrasi dan keuangan.

7
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Kepala administrasi dibantu oleh beberapa staf administrasi sehingga


memudahkan dalam pembagian tanggung jawab ke masing-masing bagian.
Adapun tugas seorang manajer administrasi adalah:
1. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada pemilik proyek atau
jika kontraktor nasional dengan banyak proyek maka bertugas juga
membuat laporan ke kantor pusat serta menyiapkan dokumen untuk
permintaan dana ke bagian keuangan pusat.
2. Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal (media pembukuan).
3. Melakukan pencatatan aktiva proyek yang meliputi kendaraan dinas,
alat-alat proyek dan lain-lain.
4. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran yang
akan dibayar oleh pemilik proyek.
5. Mengurus masalah perpajakan, asuransi dan lain-lain.
6. Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta
data-data proyek.

E. Site Operation Manager (SOM)


Adapun tugas dan tanggung jawab seorang manajer operasional adalah:
1. Mengkoordinasikan para kepala pelaksana (general superintendent)
dalam mengendalikan dan mengontrol pekerjaan para mandor dan
subkontraktor.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan baik teknis
maupun keuangan sebagaimana disiapkan oleh unit engineering.
3. Menetapkan rencana dan petunjuk pelaksanaan untuk keperluan
pengendalian dari pelaksanaan pekerjaan.

F. Site Commercial and Risk Manager (SCARM)


Adapun tugas dan tanggung jawab seorang manajer komersial dan bahaya
adalah:
1. Membantu material engineer dalam pengendalian biaya, pengendalian
waktu, dan produksi.

8
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

2. Mengkoordinasi semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan


pengendalian waktu dan produksi.
3. Menyelenggarakan dan menyusun laporan baik volume maupun
kemajuan pekerjaan.
4. Monitoring hutang-hutang proyek (vendor, mandor dan subkontraktor)
untuk dievaluasi terhadap rencana cash flow proyek.

G. Site Logistic and Equipment Manager (SLEM)


Adapun tugas dan tanggung jawab seorang manajer logistik dan peralatan
adalah:
1. Berkoordinasi dengan bagian teknik lapangan mengenai jumlah dan
schedule pendatangan bahan yang dibutuhkan pada masing-masing
pelaksanaan pembangunan.
2. Melakukan pembelian barang atau alat ke supplier dengan melakukan
seleksi sebelumnya sehingga bias mendapat harga material termurah
pada supplier terpilih.
3. Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material yang
didatangkan ke lokasi proyek sehingga dapat tertata dan terkontrol
dengan baik jumlah pendatangan dan pemakaiannya.
4. Membuat label keterangan pada barang yang digunakan.
5. Melakukan pencatatan keluar masuknya barang.

1.2.5 Lokasi Proyek


Gambar 1.3 menunjukkan peta lokasi Proyek Pembangunan Jalan Tol
KLBM Seksi B STA 0+000 s/d STA 38+290.

9
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 1.3 Peta Lokasi Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM Seksi B
(Sumber: Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)

10
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

1.3 Ruang Lingkup Praktik Industri


Pelaksanaan Praktik Industri dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM
Seksi B mencakup aspek teknis maupun aspek manajemen.
a. Aspek Teknis
Aspek teknis terkait pada pekerjaan yang sedang berjalan pada proyek
tersebut selama kegiatan praktik industri terutama pada kegiatan
pengawasan. Adapun pekerjaan tersebut adalah pekerjaan struktur bawah
(substruktur) interchange (IC) berupa:
1. Pekerjaan Penimbunan
2. Pekerjaan Pemancangan pile
3. Pekerjaan Pile Cap
4. Pekerjaan Kolom

b. Aspek Manajemen
Aspek manajemen terkait pada administrasi lapangan yang sedang
berjalan pada proyek tersebut selama kegiatan praktik industri. Adapun
administrasi lapangan tersebut meliputi:
1. Laporan Harian
2. Laporan Mingguan
3. Laporan Bulanan
4. Time Schedule

c. Aspek Biaya dan Waktu


Aspek biaya dan waktu mengacu pada kurva S

d. Aspek Mutu
Aspek mutu pada pekerjaan Interchange mengacu pada spesifikasi teknis
yang telah disepakati pada pembuatan kontrak.

11
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

1.4 Metode Pengumpulan Data


1. Pengamatan Lapangan
Mahasiswa mengumpulkan data-data perusahaan, prinsip kerja
mesin/alat produksi, skema rangkaian, diagram/grafik, gambar-gambar
pelaksanaan konstruksi dan lainnya yang terkait dengan setiap kegiatan
yang dilaksanakan di industri.
2. Wawancara
Mahasiswa dapat memperoleh data yang dibutuhkan dengan melakukan
wawancara atau berkomunikasi dengan orang–orang yang terlibat dalam
proyek tersebut, misalnya konsultan perencana, pengawas, pembimbing
industri, staff kontraktor, sampai dengan para pekerja di lapangan. Dengan
demikian data yang dibutuhkan dapat terkumpul.
3. Observasi dan Dokumentasi
Mahasiswa melaksanakan observasi dan dokumentasi terkait dengan
penyusunan laporan Praktik Industri berdasarkan data yang diperoleh
selama pelaksanakan Praktik Industri dengan tetap mematuhi peraturan
perusahaan.
4. Pengambilan data dari proyek
Mahasiswa dapat memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyusunan
laporan Praktik Industri dengan cara mengambil data seperti RKS, Shop
Drawing, dan data lainnya dari proyek dengan seizin dari pihak perusahaan.
5. Studi Literatur
Mengadakan analisis lanjutan terhadap data yang diperoleh dengan teori
yang ada, kegiatan ini untuk menunjang laporan lapangan yang disusun
dengan teori yang ada sebagai kajian ilmiah akademik sesuai bidang yang
dijadikan sebagai tema yaitu Proyek Jalan Tol.

12
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

1.5 Pelaksanaan Praktik Industri


Kegiatan Praktik Industri di PT. Waskita Karya (Persero) Tbk pada Proyek
Pembangunan Jalan Tol KLBM Seksi B pada tanggal 10 Juni 2019 sampai
tanggal 10 Agustus 2019. Dalam satu minggu terdapat 5 hari efektif, dan
dilakukan selama kurang lebih 10 minggu.
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Praktik Industri
Juni Juli Agustus
No. Uraian
2 3 4 1 2 3 4 5 1
I Persiapan
II Pelaksanaan PI L
Materi I
Pekerjaan B
Penimbunan U
Pekerjaan R
Pemancangan
Pekerjaan Pile L
Cap E
Pekerjaan B
Kolom A

Pekerjaan Pile R

Head A

Pekerjaan Aspal N

III Pembuatan
Laporan

13
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

BAB II
HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI

2.1 Aspek Teknis


2.1.1 Pekerjaan Interchange (IC)
Interchange atau simpang susun adalah persimpangan jalan tidak sebidang
di mana kendaraan dapat melakukan perpindahan dari satu jalan ke jalan lainnya
tanpa harus berhenti terlebih dahulu (karena tidak ada lampu lalu lintas).
Pada proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM Seksi B, pekerjaan
interchange dilakukan pada STA 22+700 sampai STA 23+200. Berikut alur
pekerjaan interchange pada STA 22+700 sampai STA 23+200:

START

PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Survey dan pemetaan
2. Pembersihan lokasi kerja
3. Perlindungan dan pemindahan utilitas
4. Jalan akses dan perlindungan lokasi kerja
5. Dewatering

PEKERJAAN SUBSTRUKTUR
1. Pemancangan
2. Pile Cap
3. Kolom
4. Pier Head

PEKERJAAN SUPERSTRUKTUR
1. Girder
2. Diafragma, Slab
3. Parapet
4. Precast Slab

PEKERJAAN PEKERJAAN
JALAN DRAINASE
AC – WC 1. Deck Drain
2. PVC

FINISH

Diagram Alir Pekerjaan Interchange (IC)

14
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.1 Layout Interchange Cerme


(Sumber: PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)

Gambar 2.2 Pembangunan Interchange (IC) dari Udara


(Sumber : Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)
2.1.1.1 Pekerjaan Penimbunan
Geotextile merupakan salah satu jenis dari geosintetik, material sintetik
untuk mengatasi permasalahan geoteknik. Secara umum geotextile terbagi
menjadi dua jenis, yaitu geotextile non woven (berbentuk seperti kain dan tidak
teranyam) dan geotextile woven (berbentuk seperti terpal). Fungsi geotextile
adalah:

15
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

a. Filter/penyaring, untuk mencegah terbawanya partikel-partikel tanah pada


aliran air. Karena sifat geotextile non woven bersifat permeable (tembus
air), maka air bisa mengalir sedangkan partikel tanah tetap tertahan.
b. Separator/pemisah, untuk mencegah tercampurnya lapisan material yang
satu dengan material yang lainnya.
c. Stabilisator tanah dasar, terutama pada tanah dasar lunak.
Pada proyek ini menggunakan dua macam geotextile, yaitu geotextile non
woven dan geotextile woven. Lapisan di bawah timbunan limestone
menggunakan geotextile woven dan untuk lapisan di atas timbunan limestone
menggunakan geotextile non woven.

A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan penimbunan meliputi penyiapan lahan, pemasangan
geotekstil, penghamparan material dan pemadatan material. Geotekstil
yang digunakan sudah disiapkan dalam ukuran yang sudah ditentukan dan
dipasang sesuai dengan shop drawing. Berikut adalah shop drawing
penimbunan :

16
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.3 Shop drawing pekerjaan timbunan


(Sumber : Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)

17
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

B. Alat dan Bahan


1. Excavator
Excavator berfungsi untuk menyiapkan lahan (membuat tanggul untuk
pekerjaan dewatering).

Gambar 2.4 Excavator

2. Dump Truck
Dump truck berfungsi untuk mengangkut material dari quarry yang
ditunjuk ke tempat proyek.

Gambar 2.5 Dump Truck


3. Bulldozer
Bulldozer berfungsi untuk menghamparkan material batuan setelah
diturunkan dari dump truck.

Gambar 2.6 Bulldozer


4. Sheep Foot Roller
Sheep foot roller berfungsi untuk memadatkan tanah. Alat ini mampu
memberikan efek pemadatan tanah pada bagian bawah, serta menekan
kelebihan air yang terkandung dalam lapisan tanah yang sedang
dipadatkan.

18
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.7 Sheep foot roller


5. Vibro Roller
Vibro roller berfungsi untuk memadatkan timbunan material yang
sudah dihamparkan dengan menggunakan efek getaran. Alat ini cocok
digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir, karena butir-
butir tanah akan mengisi bagian yang kosong.

Gambar 2.8 Vibro roller


6. Genset
Genset berfungsi menyediakan sumber listrik pada saat dewatering
berlangsung.

Gambar 2.9 Genset


7. Pompa dan Selang
Pompa dan selang digunakan untuk mengalirkan air selama proses
dewatering berlangsung. Pompa yang digunakan berjenis summersible
6 inch sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-masing pompa 1 m3
per detiknya.

19
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.10 Pompa summersible dan selang


8. Panel
Panel berfungsi sebagai pengatur pompa.

Gambar 2.11 Panel


9. Geotekstil Non Woven
Geotekstil non woven berfungsi sebagai separator atau pemisah, yang
mencegah terjadinya pencampuran antara tanah dasar dengan agregat
penutupnya (lapis pondasi bawah, lapis pondasi, timbunan pilihan dan
sebagainya). Jenis ini sesuai untuk struktur perkerasan yang dibangun
di atas tanah dengan nilai CBR ≥ 3 atau kuat geser lebih dari sekitar 90
kPa. Geotekstil separator harus memenuhi persyaratan berikut:
Tabel 2.1 Persyaratan geotextile separator
(Sumber : Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol Div.4)
Sifat Metode Uji Satuan Persyaratan
Kelas Geotextil Lihat Tabel 4.12.(4)
SNI 08-6511-2001
Permitivitas (Permitivity) detik -1 0,02(1)
(ASTM D4491)
Ukuran Pori-pori Geotextil 0,6
SNI 08-4418-1997
(Apparent Opening Size, mm (nilai gulungan rata-rata
(ASTM D4751)
AOS) maks)
Stabilitas Ultraviolet 50% setelah terekspos
ASTM D4355 %
(kekuatan sisa) 500jam
Catatan :
1) Nilai baku (default) permivitas geotekstil harus lebih besar dari tanah (ψg>ψs)..

20
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.13 Geotextile non woven

10. Geotekstil Woven


Geotekstil woven berfungsi sebagai stabilisator tanah dasar, karena
mempunyai kuat tarik yang lebih besar daripada geotekstil non woven.
Jenis ini untuk stabilisasi sesuai untuk struktur perkerasan yang
dibangun di atas tanah dengan nilai CBR antara 1 dan 3 (1 < CBR < 3)
atau kuat geser antara 30 kPa dan 90 kPa. Geotekstil stabilisasi harus
memenuhi persayaratan berikut:
Tabel 2.2 Persyaratan geotextile stabilisasi
(Sumber : Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol Div.4)
Sifat Metode Uji Satuan Persyaratan
Kelas Geotextil Kelas 1 dari Tabel 4.12.(1) (1)
SNI 08-6511-2001
Permitivitas (Permitivity) detik -1 0,05(1)
(ASTM D4491)
Ukuran Pori-pori Geotextil 0,43
SNI 08-4418-1997
(Apparent Opening Size, mm (nilai gulungan rata-rata
(ASTM D4751)
AOS) maks)
Stabilitas Ultraviolet 50% setelah terekspos 500
ASTM D4355 %
(kekuatan sisa) jam
Catatan :
1) Kelas 1 merupakan pilihan baku (default) geotekstil untuk stabilisasi
2) Nilai baku (default) permivitas geotekstil harus lebih besar dari tanah (ψg>ψs)..

Gambar 2.15 Geotextile woven


11. Limestone
Limestone sebagai material utama pada pekerjaan timbunan, dengan
diameter 20 -25 cm.

21
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.16 Limestone


C. Urutan Pekerjaan

Mulai

Dewatering

Pemasangan geotextile layer ke-1

Penghamparan material

Pemadatan material (sheep foot)

Cek

Lipat ujung geotextile

Pemasangan geotextile layer ke-2

Penghamparan material

Pemadatan material (vibro roller)

Cek

Lipat ujung geotextile

Selesai

Diagram Alir Pekerjaan Penimbunan

22
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

D. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan penimbunan di STA 0+100 sampai STA 0+500
adalah sebagai berikut:
1. Dewatering
Lahan yang digunakan pada proyek ini terdapat pada daerah tambak,
sehingga perlu dilakukan proses dewatering untuk mengeringkan lahan
terlebih dahulu. Adapun proses pelaksanaan sebagai berikut:
(1) Pengukuran untuk mengetahui batas lahan akan dikerjakan.
(2) Membuat tanggul menggunakan excavator untuk mencegah air masuk
ke lahan yang dikerjakan.

Gambar 2.17 Pembuatan tanggul menggunakan excavator


(3) Memasangkan selang pada pompa, kemudian melilitkan kawat
bendrat pada sambungan antara selang dan pompa untuk mencegah
terlepasnya selang.

Gambar 2.18 Pemasangan selang pada pompa


(4) Meletakkan pompa-pompa ke dalam air.

Gambar 2.19 Peletakkan pompa ke dalam air

23
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

(5) Menyambungkan kabel-kabel listrik pada panel lalu mengatur panel.

Gambar 2.20 Proses dewatering


2. Pemasangan Geotextile Layer Ke-1
Pada layer ke-1 digunakan geotekstil woven. Setelah dipotong sesuai
gambar dan lipatan lereng, kemudian geotekstil dijahit dan dipasang.
Setelah dipasang, geotekstil tidak boleh terpapar unsur-unsur atmosfir
lebih dari 14 hari untuk mengurangi potensi kerusakan. Geotekstil harus
digelar secara lepas tanpa kerutan atau lipatan pada tanah dasar yang telah
disiapkan. Tepi dari gulungan-gulungan geotekstil yang bersebelahan
harus ditumpang-tindihkan (overlap), dijahit atau digabung sesuai dengan
gambar. Ketentuan tumpang tindih berdasarkan nilai CBR tanah dasar
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Ketentuan tumpang tindih berdasarkan nilai CBR tanah dasar
Nilai CBR Tanah Tumpang Tindih Minimum
>3 300 – 450 mm
1–3 0,6 – 1,0 m
0,5 – 1 1 m atau dijahit
Kurang dari 0,5 Dijahit
Semua ujung gulungan 1 m atau dijahir
Geotekstil dapat dilipat atau dipotong menyesuaikan dengan bentuk
lengkungan jalan. Apabila terjadi kerusakan geotekstil saat penggelaran
atau saat penghamparan agregat, maka perlu diberikan tambalan di atas
area yang rusak. Luas tambalan harus lebih besar daripada area yang rusak,
minimal sama dengan syarat tumpang tindih.

24
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.21 Pemasangan geotextile woven

3. Penghamparan dan Pemadatan Material


PT. Dimas Jaya adalah subkontraktor yang bertanggung jawab atas
pendatangan material timbunan (limestone) dan pekerjaan timbunan.
Limestone didatangkan dari wilayah Bunder dan Pegunungan Sekapuk
karena dinilai memiliki kualitas yang baik, sehingga dapat membentuk
lapisan yang kuat. Adapun proses pekerjaan adalah sebagai berikut:
(1) Limestone didatangkan dari quarry yang ditunjuk. Penghamparan
lapis pondasi bawah harus dilakukan dengan cara penumpahan ujung
atau lend dumping dari tepi geotekstil atau di atas lapis pondasi bawah
yang telah terhampar sebelumnya.

Gambar 2.22 Limestone didatangkan dari quarry


(2) Penghamparan material menggunakan bulldozer. Alat berat tidak
diperbolehkan berbelok pada hamparan pertama di atas geotekstil.

Gambar 2.23 Penghamparan material menggunakan bulldozer


(3) Melakukan tes kadar air (speedy moisture test). Syaratnya sebesar
11,4%, jika kurang disiram lagi.

25
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

(4) Pemadatan menggunakan vibro roller sebanyak 6 passing.

Gambar 2.24 Pemadatan material menggunakan vibro roller

4. Sand Cone Test


Sand cone test adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan
kepadatan lapisan tanah dengan menggunakan pasir kuarsa. Pengujian ini
dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan yang dinyatakan
dalam derajat pemadatan (degree of compaction). Adapun uji sand cone
dilakukan sebagai berikut:
(1) Tes dilakukan pada setiap layer timbunan.

Gambar 2.25 Pelaksanaan sand cone test


(2) Menyesuaikan jarak titik tes dengan spesifikasi teknis.
(3) Meghitung hasil sand cone test. Pekerjaan timbunan untuk layer
selanjutnya dapat dilakukan apabila derajat pemadatan (degree of
compaction) mencapai minimum 95% menurut SNI 1742:2008. Pada
layer pertama telah dilakukan sand cone test dengan hasil kepadatan
95%, sehingga untuk pekerjaan selanjutnya bisa dilakukan, yaitu
pemasangan geotextile untuk layer berikutnya.

26
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.26 Hasil perhitungan sand cone test

5. Pemasangan Geotextile Layer Selanjutnya


Layer selanjutnya menggunakan geotekstil jenis non woven. Setelah
dipotong sesuai gambar dan lipatan lereng, kemudian geotekstil dijahit dan
dipasang. Setelah dipasang, geotekstil tidak boleh terpapar unsur-unsur
atmosfir lebih dari 14 hari untuk mengurangi potensi kerusakan. Geotekstil
harus digelar secara lepas tanpa kerutan atau lipatan. Tepi dari gulungan-
gulungan geotekstil yang bersebelahan harus ditumpang-tindihkan
(overlap), dijahit atau digabung sesuai dengan gambar. Ketentuan
tumpang tindih dapat dilihat pada Tabel 2.
Geotekstil dapat dilipat atau dipotong menyesuaikan dengan bentuk
lengkungan jalan. Apabila terjadi kerusakan geotekstil saat penggelaran
atau saat penghamparan agregat, maka perlu diberikan tambalan di atas
area yang rusak. Luas tambalan harus lebih besar daripada area yang rusak,
minimal sama dengan syarat tumpang tindih.

27
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

2.1.1.2 Pekerjaan Pemancangan


Pada proyek ini, pekerjaan pemancangan menggunakan sistem “kaki
seribu”. Sistem “kaki seribu” adalah pile dengan slab yang dipasang
sehingga membentuk seperti kaki seribu karena pile yang berdekatan dan
banyak. Pemancangan yang akan diulas kali ini hanya pemancangan pada
struktur pile slab, bukan pada pekerjaan pier.
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penentuan titik, pemancangan, tes kapasitas tiang
pancang dan daya dukung tanah.

28
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.27 Rencana Pemancangan Ramp-2

29
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

B. Alat dan Bahan


1. Tiang Pancang
Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang beton dengan
diameter 60 cm. Ada 3 macam tiang pancang yang digunakan, yaitu
tipe bottom, middle dan upper. Panjang masing-masing tiang pancang
adalah 12, 10 dan 15 meter.

Gambar 2.28 Tiang Pancang

2. Genset
Genset berfungsi sebagai penyedia daya listrik saat pengelasan tiang
pancang.

Gambar 2.29 Genset


3. Alat Las
Alat las berfungsi untuk menyambung tiang pancang yang satu
dengan yang lainnya. Alat las yang digunakan adalah las listrik.

Gambar 2.30 Alat Las

30
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

4. Truck Trailer
Truck trailer berfungsi untuk mengangkut tiang pancang dari tempat
pemesanan ke lokasi proyek.
5. Crawler Crane Service
Crawler Crane service digunakan untuk menurunkan tiang pancang
dari truck trailer dan membantu pemasangan tiang pancang pada
diesel hammer.

Gambar 2.31 Crawler Crane Service


6. Diesel hammer
Diesel hammer berfungsi untuk memukul tiang pancang ke dalam
tanah. Diesel hammer yang digunakan mempunyai berat hammer 6,5
ton.

Gambar 2.32 Diesel hammer

31
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

C. Urutan Pekerjaan
Mulai

Penentuan titik tiang pancang

Pemancangan tiang bottom

Pengelasan antara tiang bottom dan


middle

Pemancangan tiang middle

Pengelasan antara tiang middle dan


upper

Pemancangan tiang upper

Pemancangan Cek
sisipan

Selesai

Diagram Alir Pekerjaan Pemancangan


D. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pekerjaan pemancangan adalah sebagai berikut:
1. Mobilisasi Tiang Pancang
a. Pemesanan
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk mengirim pesanan produk berupa
tiang pancang beton sesuai spesifikasi ke PT. Waskita Beton
Precast.
b. Proses Distribusi
Tiang pancang didatangkan dari PT. Waskita Beton Precast. Tiang
pancang tidak didistribusikan langsung ke lokasi proyek melainkan
disimpan terlebih dahulu di stock yard di wilayah bunder. Dalam

32
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

sekali pengangkutan, truck trailer dapat mengangkut 7 sampai 9


buah tiang pancang.

2. Penurunan Tiang Pancang


Tiang pancang diturunkan dari truck trailer menggunakan crawler
crane service milik PT. Elba Sarana Jaya. Tali pengait dipasang di
kedua ujung tiang pancang lalu diangkat untuk diletakkan pada tanah.
Untuk perletakan pada tanah maksimal 3 tumpukan dengan diberi kayu
sebagai penyangga pada setiap pojokan untuk menghindari guling pada
tumpukan tiang pancang.

Gambar 2.33 Penyimpanan Tiang pancang

3. Pemancangan
Sebelum pemancangan dilakukan, data acuan awal untuk konfigurasi
tiang pancang adalah data tanah berupa borelog. Dari data tanah
diketahui kedalaman tiang pancang yang diperlukan dan ditentukan
konfigurasi tiang pancang yang digunakan dengan tujuan
meminimalkan waste (sisa) tiang pancang akibat cutting of pile (COP)
sehingga bisa menekan biaya konstruksi. Di daerah Gresik tanah
eksisting memiliki sifat yang mengikat kembali (friction) setelah
dilakukan pemancangan, yaitu minimal 12 jam pertama setelah
pemancangan tanah kembali mengikat, sehingga semakin lama
kemapuan tiang pancang semakin kuat, Jadi apabila dilakukan PDA test
setelah 24 jam dengan saat langsung setelah selesai pemancangan akan
berbeda hasilnya.

33
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.34 Data Borelog STA 22+670


Sumber : dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
Pekerjaan pemancangan dilakukan oleh PT. Elba Sarana Jaya sebagai
subkontraktor. Adapun proses pelaksanaan sebagai berikut:
(1) Menentukan titik tiang pancang menggunakan total station oleh
surveyor PT. Waskita Karya. Kemudian menandai titik tersebut.
Data koordinat telah disediakan serta desain oleh perencana dan
diolah oleh tim Teknik, kemudian direview dan disetujui oleh
konsultan dan owner. Data koordinat berupa koordinat dua arah (x
dan y)

34
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.35 Penentuan titik tiang pancang oleh surveyor (kiri)


dan penanda titik tiang pancang (kanan)
(2) Memindahkan plat baja sebagai akses jalan untuk diesel hammer.

Gambar 2.36 Persiapan akses jalan diesel hammer


(3) Setelah akses selesai, pengangkatan tiang pancang segera
dilakukan. Pengait pada crane service dipasang pada kedua ujung
tiang pancang (tiang pancang bottom). Kemudian tiang pancang
diangkat mendekati diesel hammer.

Gambar 2.37 Pengangkatan tiang pancang dengan crane


service
(4) Tiang pancang diletakkan pada tanah dengan posisi yang sesuai
dengan arahan operator.

35
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.38 Tiang pancang diletakkan sesuai arahan


(5) Tali pengait bantu pada diesel hammer dipasang pada salah satu
ujung tiang pancang kemudian diangkat perlahan-lahan sampai
tiang pancang terpasang tegak lurus pada diesel hammer.

Gambar 2.39 Pengangkatan tiang pancang pada diesel hammer


(6) Operator diesel hammer mengarahkan tiang pancang pada titik
yang sudah ditentukan sampai tiang pancang berdiri tegak lurus.

Gambar 2.40 Tiang pancang diarahkan pada titik yang sudah


ditentukan
(7) Dilakukan pemukulan tiang pancang yang dikendalikan oleh
operator diesel hammer. Operator mengatur besar kecilnya
pukulan diesel hammer menggunakan tali yang tersambung pada
diesel hammer. Tali ini bekerja sebagai pengatur katup yang
menahan uap, sehingga besar kecilnya pukulan dapat disesuaikan.

36
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.41 Pemancangan


(8) Setelah tiang pancang masuk ke dalam tanah, dilakukan
pengangkutan tiang pancang selanjutnya (tiang pancang middle)
seperti langkah-langkah sebelumnya.
(9) Operator diesel hammer mengarahkan tiang pancang agar berdiri
lurus dengan tiang pancang sebelumnya.

Gambar 2.42 Penyesuaian posisi tiang pancang


(10) Dilakukan pengelasan menggunakan las listrik untuk menyambung
tiang pancang yang sudah tertanam dengan tiang pancang
selanjutnya.

Gambar 2.43 Pengelasan tiang pancang


(11) Proses pemancangan dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman
yang sudah ditentukan. Untuk menentukan berhentinya pemukulan

37
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

tiap tiang pancang berdasarkan kalendering. Kalendering adalah


penurunan total dengan pemukulan sebanyak 10 kali, apabila
penurunan total sudah mencapai atau lebih kecil dari angka yang
disyaratkan, maka pemacangan bisa dihentikan, apabila
dipaksakan untuk dipukul memungkinkan tiang pancang hancur
atau berkurang kekuatannya.

4. Kalendering
Kalendering digunakan pada pekerjaan tiang pancang (baik beton
maupun baja) untuk mengetahui apakah tiang pancang sudah mencapai
final set atau belum. Sebelum dilaksanakan kalendering, dilakukan
monitoring pemukulan tiang pancang untuk mengetahui jumlah pukulan
tiap meter dan total. Maka dari itu tiang pancang diberi skala terlebih
dahulu menggunakan penanda, misalnya cat semprot atau philox.
Kalendering digunakan sebagai pertimbangan kapan berhentinya
pemukulan pada tiang pancang. Kalendering dilakukan saat hampir
mendekati top pile yang diisyaratkan, final set 2 cm untuk 10 pukulan
terakhir. Data tanah eksisting digunakan sebagai acuan awal kapan
dilakukan kalendering.

38
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.44 Hasil kalendering

5. Pile Driving Analyzer (PDA) Test


Sebagai tambahan selain dilakukan kalendering dilakukan pengecekan
dengan PDA test. PDA test dilakukan oleh PT. Teno Indonesia bersama
pelaksana dan konsultan supervisi sehari setelah pemancangan selesai
dilakukan dengan tujuan agar daya dukung tiang pancang mencapai
kondisi aktual setelah tanah kembali ke keadaan semula seperti sebelum
dipancang. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas tiang pancang

39
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

dan keutuhan tiang pancang. Ada beberapa bacaan yang dihasilkan dari
hasil tes PDA, tetapi yang digunakan untuk acuan yaitu:
a. RMX, yaitu kapasitas tiang pancang berdasarkan hambatan lekat
sekeliling permukaan tiang pancang, atau yang biasa disebut friction.
b. RSU, yaitu kapasitas tiang pancang berdasarkan tahanan ujung tiang
terhadap tanah, atau biasa disebut end bearing.
c. BTA, yaitu persentase keutuhan tiang satu pancang secara
keseluruhan
Tes ini dilakukan pada tiap tiang pancang tipe E sesuai pada gambar.
Adapun proses pelaksanaan sebagai berikut:
(1) Operator melakukan pengeboran pada tiang pancang menggunakan
bor listrik sebanyak dua lubang untuk memasang alat.

Gambar 2.45 Pemasangan alat tes PDA


(2) Setelah alat terpasang di satu sisi tiang pancang, pada sisi yang lain
juga dilakukan hal yang sama. Sehingga alat terpasang pada dua sisi
tiang pancang.

Gambar 2.46 Pemasangan alat tes PDA pada sisi yang lain

40
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

(3) Operator mengisikan data pada kertas yang berisi nama proyek, jenis
pengujian, titik tiang pancang yang diuji, waktu pelaksanaan,
panjang tiang pancang dan diameter tiang pancang.

Gambar 2.47 Pengisian data pengujian


(4) Menyambungkan alat tes PDA (bagian yang dilingkari) pada
komputer dan melakukan penyesuaian pengaturan.

Gambar 2.48 Penyesuaian pengaturan pada komputer


(5) Setelah pengaturan pada komputer sudah sesuai, diesel hammer
dipasang pada tiang pancang. Kemudian pemukulan dilakukan sesuai
dengan aba-aba dari pelaksana.

Gambar 2.49 Pemasangan diesel hammer pada tiang pancang yang


akan diuji

41
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

(6) Setelah pemukulan dilakukan, akan muncul beberapa bacaan.


Berikut ini adalah hasil bacaan dari hasil PDA test pada salah satu
tiang pancang R2 – 17E :
RMX = 327 ton
RMS = 425 ton
BTA = 100 %
Dari kapasitas desain diberi syarat 102 ton dengan SF = 2.5, sehingga
syarat diterima tiang pancang adalah 255 ton. Hasil diatas
menunjukkan bahwa tiang pancang bisa diterima dan digunakan
karena kapasitas satu tiang pancang melebihi persyaratan yang
diajukan serta keutuhan tiang pancang 100%.

Gambar 2.50 hasil PDA test pada komputer


Setelah dilakukan PDA test, dapat diketahui kapasitas tiang pancang dan
keutuhan tiang pancang, apabila diketahui keutuhan tiang pancang tidak
memenuhi peryaratan, atau kapasitas tiang pancang kurang dari rencana
desain, maka salah satu alternatif yaitu diganti dengan tiang pancang
sisipan yang baru, pemancangan sisipan baru dipasang dengan jarak ½D
dari titik pancang rencana awal. Berikut adalah sketsa penggantian
pancang dengan sisipan :

42
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.51 Sketsa Pemancangan sisipan

2.1.1.3 Pekerjaan Pile Cap


Pilecap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum diatasnya
didirikan pier atau kolom, gaya yang diterima oleh kolom akan disalurkan ke
pondasi oleh pilecap. Selain itu dalam beberapa kasus pilecap juga berfungsi
untuk memastikan kolom berada di titik pusat sehingga tidak menyebabkan
eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Fungsi
lainnya dari pilecap adalah menahan gaya geser yang terjadi, misal disebabkan
oleh gempa.
Pekerjaan pilecap pada lingkup pekerjaan Interchange ini dilakukan pada
struktur jembatan.
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pilecap ini meliputi galian, pemotongan pile, isian tiang
pancang, pembesian pilecap, pemasangan bekisting dan pengecoran.

43
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.52 Gambar Rencana Pilecap

44
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

B. Alat dan Bahan


1. Truck Mixer
Truck Mixer ini satu paket dengan pemesanan / supply beton segar
dari PT Waskita Beton Precast. Truck Mixer merupakan pengangkut
beton atau ready mix dari plant ke lokasi proyek yang akan berlangsung
kegiatan pengecoran. Truck mixer dapat mengaduk secara merata bahan
readymix dari plant menuju lokasi proyek.

Gambar 2.53 Truck Mixer


2. Concrete Pump
Concrete pump merupakan pompa untuk beton yang digunakan
memindahkan beton dari Truck Mixer menuju pilecap yang ingin dicor.
Concrete pump untuk pembangunan jalan tol KLBM seksi 2 ini
merupakan property milik PT. Waskita Karya (persero) Tbk.

Gambar 2.54 Concrete Pump


3. Bekisting Tegofilm
Bekisting yang digunakan saat pekerjaan pilecap adalah jenis
tegofilm dengan pengaku besi hollow, persediaan tegofilm berupa
lembaran – lembaran yang nantinya dirakit oleh pekerja di lokasi proyek

45
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

menjadi bekisting sesuai dengan kebutuhan. Bekisting ini dapat


digunakan 5 kali. Bekisting tegofilm memiliki ketebalan 12 mm.

Gambar 2.55 Bekisting Tegofilm

Gambar 2.56 Bekisting Tegofilm yang sudah dirakit


4. Tulangan Pilecap
Tulangan pilecap yang datang ke lokasi proyek berupa pabrikasi
yang sudah dibentuk sesuai dengan yang disebutkan dalam gambar.
Pabrikasi / pembuatan tulangan dari bentuk lonjor menjadi bentuk yang
dibutuhkan dilakukan di waduk bunder yang juga merupakan lokasi
proyek tol KLBM 2 PT. Waskita Karya (Persero) Tbk.
Didalam spesifikasi teknis disebutkan bahwa mutu tulangan ulir
yang digunakan adalah BJTD-40. Didalam spesifikasi teknis juga
disebutkan bahwa pembengkokan tidak boleh dilakukan boleh dilakukan
2 kali pada satu titik pembengkokan yang dapat mengurangi mutu baja.

46
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.57 Bar bending schedule

Gambar 2.58 Tulangan pilecap


5. Beton K-350
Beton yang digunakan pada pilecap memiliki mutu k-350 atau dalam
spesifikasi teknis disebutkan kelas B-1 dengan kuat tekan 30 MPa.
Supplier beton pada pekerjaan pilecap adalah PT. Waskita Beton Precast.

47
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

C. Urutan Pekerjaan

Start

Penggalian pilecap

Pengecoran lantai kerja

Pemotongan tiang pancang

Pengisian tiang pancang

Pengecoran isian tiang pancang

Installing tulangan pilecap dan kolom

Pemasangan Bekisting

Pengecoran

Curing Rendaman

Pencopotan bekising

Finish

Diagram Alir Pekerjaan Pilecap

D. Metode Pelaksanaan
1. Penggalian
Penggalian dimaksudkan untuk mendapatkan elevasi dasar
pilecap yang disebutkan dalam gambar. Yang kemudian bisa dicor
untuk lantai kerja setebal 10 cm.
2. Pemotongan Tiang Pancang
Setelah pemancangan selesai, tiang pancang memiliki elevasi atas
yang sengaja disisakan untuk nanti dipotong. Pemotongan tiang

48
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

pancang sesuai dengan elevasi yang ditentukan dalam gambar.


Pemotongan ini dilakukan secara manual oleh pekerja dengan disisakan
+7cm dari lantai kerja yang nati bisa digunakan untuk selimut beton
bagi tulangan pilecap.

3. Pengisian tiang pancang


Tiang pancang yang digunakan adalah spun pile yang memiliki
rongga di tengah – tengah tiang pancang. Pengisian tiang pancang
bertujuan untuk menyambung antara tiang pancang dan pilecap agar
menjadi satu kesatuan. Pengisian tiang pancang dilakukan setelah
pemotongan tiang pancang sedalam yang direncanakan dalam gambar,
pembatasan agar kedalaman isian tiang pancang sesuai dengan gambar
dilakukan dengan multiplek yang sudah dibentuk mengikuti lubang
pada spunpile.

Gambar 2.59 Isian Tiang Pancang

49
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.60 Pembatas untuk Isian Tiang Pancang

4. Installing Tulangan Pilecap dan Kolom


Tulangan yang sampai di lokasi proyek merupakan tulangan yang
sudah di pabrikasi di workshop proyek jalan tol KLBM 2 yang
berlokasi di waduk bunder, di waduk bunder ini juga merupakan lokasi
proyek pembangunan jalan tol KLBM 2 oleh PT. Waskita Karya
(persero) Tbk. Tulangan yang sudah dibentuk dirakit oleh pekerja
secara manual, berikut ini adalah tahapan instalasi tulangan pilecap :
a. Tulangan lapis paling bawah terlebih dahulu dilakukan
instalasi sesuai dengan gambar baik yang melintang maupun
memanjang. Persimpangan antara tulangan melintang dan
memanjang diberi kawat bendrat agar tidak bergeser apabila
tidak sengaja terkena sesuatu serta agar jarak yang
disyaratkan pada gambar tetap konsisten.
b. Kemudian tulangan lapis paling atas dipasang bagian
memanjang maupun melintang dan setiap pertemuan antar
tulangan diberi kawat bendrat. Pada instalasi tulangan paling
atas pertama kali diberi shoring merk “peri up” sebagai
penyangga sementara yang nantinya akan dilepas ketika
sekiranya tulangan lapisan atas sudah kuat menahan beban
sendiri dan beban pekerja. Setelah selesai instalasi bekisting
mulai dipasang.

50
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

c. Kemudian tulangan lapis bawah yang kedua dipasang sesuai


dengan gambar yang tersedia dan setiap pertemuan tulangan
diberi kawat bendrat seperti yang lainnya.
d. Kemudian tulangan yang tegak dipasang sesuai dengan
gambar dan diberi kawat bendrat pada setiap pertemuan
tulangan.
e. Selain pemasangan tulangan diperlukan juga “sepatu” yang
memiliki fungsi seperti “tahu beton” yaitu menjaga
ketebalan selimut beton milik pilecap. “Sepatu” ini terbuat
dari baja tulangan dan di las pada tulangan pilecap.

5. Pemasangan Bekisting
Bekisting yang digunakan pada pekerjaan pilecap adalah jenis
tegofilm dengan pengaku besi hollow. Tegofilm memiliki permukaan
yang halus dan memiliki ketahanan dalam menerima beban yang lebih
baik dibandingkan dengan multiplek biasa. Selain itu bekisting juga
diberi pengaku besi hollow agar dapat menahan beban beton curah atau
ready mix karena volume ready mix yang sangat besar dengan Panjang
10 m lebar 7.4 m dan tebal 2 m. Berikut ini adalah uraian pekerjaan
bekisting pilecap :
a. Tegofilm yang berupa lembaran dipotong dan dibentuk
termasuk dipasang besi pengaku sesuai dengan kebutuhan
oleh pekerja.
b. Bekisting yang sudah dirakit oleh pekerja dipasang pada
posisi bekisting seharusnya. Sebelum dipasang bekisting
dilumri dengan minyak beton agar nantinya bekisting mudah
untuk dilepas setelah selesai pengecoran.

51
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.61 Pemasangan Bekisting


c. Bekisting yang sudah berada di posisinya diperkuat lagi
menggunakan shoring sebagai pengangga samping agar
bekisting tetap berdiri kokoh pada saat pengecoran nanti.

6. Pengecoran
Untuk memindahkan beton / ready mix dari Truck Mixer menuju
posisi pengecoran menggunakan Concrete Pump milik PT. Waskita
Karya (Persero) Tbk. Penggunaan Concrete Pump diwajibkan karena
pilecap yang akan dicor memiliki dimensi yang besar, dengan Panjang
10 m lebar 7.4 m tebal 2 m. Berikut adalah uraian kegiatan pengecoran.
a. Persiapan, yaitu berupa pembersihan area yang nantinya
akan dicor, pembersihan area ini dilakukan untuk
memastikan area yang akan di cor bersih dari sampah atau
sesuatu yang sekiranya bisa mebuat kekuatan beton
mengalami penurunan.
b. Concrete Pump mulai datang ke lokasi dan melakukan
persiapan untuk digunakan mengecor dan dipastikan dalam
kondisi bagus dan prima.
c. Truck Mixer mulai loading untuk menyalurkan ready mix
menuju concrete pump dan bersiap melakukan pengecoran.
Kemudian ready mix disalurkan menuju concrete pump,
kemudian dari concrete pump disalurkan menuju pilecap
atau posisi yang ditentukan. Sebelum memulai pengecoran

52
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

pertama, concrete pump perlu diberi pelumas agar lancar


saat dilakukan pengecoran, pelumas yang digunakan pada
concrete pump adalah mortar atau campuran semen, pasir,
dan air baru kemudian pengecoran dilakukan.

Gambar 2.62 Pengecoran


d. Ketika proses pengecoran berlangsung, harus dilakukan
vibro, agar tidak terjadi rongga pada beton yang sangat fatal
akibatnya. Vibro dilakukan jangan terlalu sering yang
menyebabkan air pada semen naik, sehingga vibro hanya
dilakukan seperlunya saja hingga dipastikan beton tidak
memiliki rongga dan persebaran agregat merata.
Sebelum dimulai pengecoran dilakukan uji slump (Slump test). Untuk
persyaratan slump test yaitu minimal 10 cm, maksimal 14 cm. apabila
slump test tidak sesuai dengan spesifikasi, truck mixer dipulangkan
kembali ke ready mix plant.

53
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.63 Slump Test


7. Pencopotan bekisting
Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton ditunggu hingga
mengering yaitu ±2 hari karena beton telah menggunakan zat adiktif
untuk mempercepat pengeringan, untuk menghindari penguapan yang
berlebih yang bisa mengurangi Faktor Air Semen (FAS) beton
dilakukan curing compound dengan disemprotkan zat kimia. Setelah itu
bekisting bisa dicopot dan pilecap bisa ditimbun kembali dengan tanah.
2.1.1.4 Pekerjaan Kolom (Pier)
Kolom (Pier) merupakan bagian struktur utama bagi sebuah bangunan,
kolom (pier) menerima beban yag disalurkan dari pierhead, sedangkan
pierhead menerima beban dari balok girder. Pekerjaan kolom pada lingkup
pekerjaan Interchange (IC) hanya dilakukan pada struktur jembatan. Pekerjaan
kolom dikerjakan setelah pengecoran pilecap selesai, akan tetapi untuk

54
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Installing tulangan kolom dilakukan bersamaan dengan penulangan karena


terdapat “overstek” tulangan kolom di dalam pilecap.
A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan kolom (pier) meliputi penulangan kolom,
pemasangan bekisting, dan pengecoran.

55
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.64 Gambar Rencana Pier

56
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

B. Alat dan Bahan


1. Truck Mixer
Truck Mixer ini satu paket dengan pemesanan / supply beton segar
dari PT Waskita Beton Precast. Truck Mixer merupakan pengangkut
beton atau ready mix dari plant ke lokasi proyek yang akan berlangsung
kegiatan pengecoran.

Gambar 2.65 Truck Mixer

2. Concrete Pump
Concrete pump merupakan pompa untuk beton yang digunakan
memindahkan beton dari Truck Mixer menuju pilecap yang ingin dicor.
Concrete pump untuk pembangunan jalan tol KLBM seksi 2 ini
merupakan property milik PT. Waskita Karya (persero) Tbk.

Gambar 2.66 Concrete Pump


3. Mobile Crane
Mobile crane digunakan untuk lifting bekisting yang telah
dipersiapkan sebelumnya.

57
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.67 Mobile Crane


4. Bekisting
Bekisting yang digunakan dalam pekerjaan kolom merupakan
pabrikasi atau suah dibentuk di workshop karena memiliki bentuk yang
melengkung di bagian atas, atau disebut mahkota, yang memiliki jari jari
tertentu yang disebutkan dalam gambar. Bahan bekisting yang digunakan
dalam pekerjaan kolom ini adalah plat besi dengan ketebalan ±1 mm.
bekisting diberi pengaku besi hollow. Bekisting bagian atas diberi
pengaku yang lebih, karena beban yang diterima oleh bekisting semakin
besar

Gambar 2.68 Bekisting Kolom

58
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.69 Bekisting Kolom


5. Tulangan
Tulangan yang digunakan merupakan tulangan baja ulir, ukuran dan
bentuk tulangan menyesuaikan persyaratan yang disebutkan dalam
gambar. Pabrikasi dan pemotongan tulangan menjadi bentuk yang
disyaratkan dalam gambar dilakukan di waduk bunder yang merupakan
workshop proyek pembangunan jalan tol KLBM 2 milik PT. Waskita
Karya (Persero) Tbk.
Didalam spesifikasi teknis disebutkan bahwa mutu tulangan ulir
yang digunakan adalah BJTD-40. Didalam spesifikasi teknis juga
disebutkan bahwa pembengkokan tidak boleh dilakukan boleh dilakukan
2 kali pada satu titik pembengkokan yang dapat mengurangi mutu baja.

6. Lever Hoist
Lever Hoist merupakan alat yang menyerupai dongkrak yang
dibunakan untuk mengatur kemiringan, atau menjadikan bekisting dari
kolom benar benar tegak, sehingga nantinya bisa dipastikan kolom
berdiri tegak lurus.

59
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.70 Lever Hoist

60
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

C. Urutan Pekerjaan

Start

Installing Tulangan

Pemasangan Decking

Installing Bekisting

Pengecoran

Curing Compound

Pencopotan Bekisting

Finish

Diagram Alir Pekerjaan Kolom


D. Metode Pelaksanaan
1. Installing Tulangan
Tulangan kolom yang sudah dibentuk di workshop dilakukan
instlalling oleh pekerja bersamaan dengan installing tulangan pilecap.
Untuk mencegah tulangan mengalami bengkok karena menahan beban
sendiri ketika tegak diberikan tulangan diagonal sementara. Ketika
installing tulangan kolom dibantu dengan mobile crane untuk
mempermudah lifting dan installing tulangan kolom. Semua tulangan
utama dan sengkang dipasang sebelum bekisting dipasang kecuali
tulangan yang terletak pada mahkota kolom dipasang setelah bekisting
dipasang pada posisinya yang bertujuan untuk mengikat beton
mencegah keretakan pada bagian mahkota kolom.

61
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Mahkota kolom

Gambar 2.71 Gambar rencana kolom


Tulangan yang digunakan pada kolom telah disyaratkan pada
gambar, berikut adalah ukuran yang digunakan pada tulangan kolom :
 Tulangan utama lapis luar dan dalam digunakan tulangan ulir 32mm
(D32)
 Tulangan sengkang digunakan tulangan ulir 16mm (D16).
 Tulangan mahkota kolom digunakan tulangan ulir 13mm (D13).

Gambar 2.72 Tulangan Kolom

62
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

2. Pemasangan Decking Beton


Setelah tulangan kolom berdiri bagian tertentu dari tulangan
kolom dipasang decking untuk memberi ketebalan selimut beton
terhadap tulangan kolom.
3. Installing Bekisting
Bekisting yang sudah dirakit sesuai kebutuhan dipasang,
pemasangan dibantu dengan mobile crane untuk memudahkan lifting
dan installing tulangan kolom. Berikut adalah uraian pemasangan
bekisting:
a. Persiapan, yaitu mempersiapkan dan memastikan bekisting kolom
yang akan digunakan dalam keadaan bagus dan siap digunakan.

Gambar 2.73 Persiapan Bekisting Kolom

Gambar 2.74 Persiapan Bekisting Kolom

b. Setelah dipastikan bekisting bisa digunakan, bekisting dipasang


dibantu dengan mobile crane agar lebih mudah dan efisien.

63
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

c. Setelah bekisting dipasang, dipastikan bahwa bekisting dalam


keadaan tegak lurus sehingga nantinya kolom bisa dipastikan
berdiri tegak. Untuk mengatur tegaknya bekisting digunakan lever
hoist sehingga tegak, untuk mengetahui tegak lurusnya kolom
digunakan “Unting – unting”.

Gambar 2.75 Mengatur Tegaknya Bekisting


d. Setelah bekisting dipastikan tegak, mulai dipasang penyangga
untuk menjaga agar bekisting kolom tetap dalam keadaan tegak
meskipun pengecoran dilakukan, penyangga yang digunakan
adalah shoring. Setelah dipastikan penyangga terpasang dengan
baik, lever hoist mulai dilepas perlahan – lahan.

Gambar 2.76 Bekisting Kolom siap digunakan

64
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

4. Untuk memindahkan beton / ready mix dari Truck Mixer menuju posisi
pengecoran menggunakan Concrete Pump milik PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk. Berikut adalah uraian kegiatan pengecoran:
a. Persiapan, yaitu berupa pembersihan area yang nantinya akan di
cor, pembersihan area ini dilakukan untuk memastikan area yang
akan di cor bersih dari sampah atau sesuatu yang sekiranya bisa
mebuat kekuatan beton mengalami penurunan.
b. Concrete Pump mulai datang ke lokasi dan melakukan persiapan
untuk digunakan mengecor dan dipastikan dalam kondisi bagus
dan prima.
c. Truck Mixer mulai loading untuk menyalurkan ready mix menuju
concrete pump dan bersiap melakukan pengecoran. Kemudian
ready mix disalurkan menuju concrete pump, kemudian dari
concrete pump disalurkan menuju kolom atau posisi yang
ditentukan. Sebelum memulai pengecoran pertama, concrete pump
perlu diberi pelumas agar lancar saat dilakukan pengecoran,
pelumas yang digunakan pada concrete pump adalah mortar atau
campuran semen, pasir, dan air baru kemudian pengecoran
dilakukan.

Gambar 2.77 Pengecoran Kolom


d. Ketika proses pengecoran berlangsung, harus dilakukan vibro, agar
tidak terjadi rongga pada beton yang sangat fatal akibatnya. Vibro
dilakukan jangan terlalu sering yang menyebabkan air pada semen

65
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

naik, sehingga vibro hanya dilakukan seperlunya saja hingga


dipastikan beton tidak memiliki rongga dan persebaran agregat
merata. Pengecoran untuk kolom harus dilakukan secara kontinyu
ke seluruh bagian struktur.
Sebelum dimulai pengecoran dilakukan uji slump (Slump test). Untuk
persyaratan slump test yaitu minimal 10 cm, maksimal 14 cm. apabila
slump test tidak sesuai dengan spesifikasi, truck mixer dipulangkan
kembali ke ready mix plant.

Gambar 2.78 Slump Test

5. Pencopotan bekisting
Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton ditunggu hingga
mengering yaitu ±12 jam atau pada saat beton mampu menahan beban
sendirinya. Setelah bekisting dicopot dilakukan curing compound
dengan disemprotkan zat kimia yang bisa mengurangi Faktor Air
Semen (FAS) beton.
2.2 Aspek Manajemen
Aspek manajemen pada PT. Waskita Karya (Persero) Tbk berisi tentang
administrasi lapangan yang meliputi:

66
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

1. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana
proyek dalam melakukan tugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa
yang dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya
apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini dibuat untuk
memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui
direksi tentang perkembangan proyek. Selain itu dengan adanya laporan ini,
maka segala kegiatan proyek yang dilakukan setiap harinya dapat dipantau.
Laporan harian umumnya berisikan laporan harian pekerjaan Interchange
Cerme seperti pekerjaan timbunan, pemacangan, dll.
2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang telah
dibuat sebelumnya. Laporan mingguan berisikan tentang uraian pekerjaan
hari-hari sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan
selama satu minggu. Laporan ini dibuat oleh site manager. Pembuatan
laporan mingguan juga dimaksudkan untuk mengetahui keadaan proyek,
hanya saja dalam laporan mingguan ini mencakup waktu setiap minggu.

67
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.79 Laporan Mingguan


(Sumber: Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)
3. Laporan Progres Fisik (Laporan Bulanan)
Laporan progres fisik ini dibuat berdasarkan laporan mingguan yang
telah dibuat sebelumnya. Laporan progres fisik berisikan tentang uraian
pekerjaan serta realisasi pada bulan lalu dan bulan ini yang diperoleh dari
total kemajuan pekerjaan setiap minnggunya dalam 1 bulan. Laporan ini
dibuat oleh Site Engineering Manager (SEM). Laporan progres fisik
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan proyek dengan cakupan waktu
setiap bulan. Laporan progres fisik umumnya berisikan:
1. Uraian pekerjaan beserta bobotnya

68
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

2. Realisasi progres bulan lalu dan bobot yang diperoleh dari hasil
perkalian bobot tiap pekerjaan dengan progres bulan lalu
3. Realisasi progres bulan ini dan bobot yang diperoleh dari hasil
perkalian bobot tiap pekerjaan dengan progres bulan ini
4. Total progres sampai dengan bulan ini dari hasil penjumlahan progres
bulan lalu dengan progres bulan ini beserta bobotnya
4. Time Schedule
Data yang direncanakan pada bar chart pada proyek Pembangunan Jalan
Tol KLBM Seksi B lingkup pekerjaan Interchange dimulai pada tanggal 4
April 2019 dan direncanakan selesai pada tanggal 30 September 2019.
Perencanaan proyek ini dilakukan selama 146 hari seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.78 di bawah ini.

69
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

70
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

71
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

72
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

73
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

74
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

75
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.80 Time Schedule Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM Pekerjaan
Interchange
(Sumber: PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)

76
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

2.3 Aspek Biaya dan Waktu


Aspek biaya dan waktu mengacu kepada RAB (Rencana Anggaran dan
Biaya) yang telah disepakati ketika membuat kontrak dan kurva S. Berikut
adalah uraian tentang Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Kurva S.
a. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya (RAB) adalah suatu perhitungan untuk
mengetahui tentang perkiraan (taksiran) anggaran biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengadaan suatu bangunan beserta biaya-biaya lain
yang muncul akibat adanya pekerjaan tersebut.
Rencana Anggaran Biaya memiliki beberapa jenis, yaitu Owner
Estimate (OE), Engineer Estimate (EE), Biding Estimate (RAB
penawaran), Construction Estimate (RAP). Berikut adalah uraian jenis
jenis RAB :
(1) Owner Estimate
Estimasi anggaran biaya yang disusun oleh pemilik proyek atau pihak
yang ditugasi oleh pemilik proyek untuk menaksir tentang jumlah biaya
yang diperlukan untuk pengadaan bangunan beserta biaya lain yang
timbul akibat dari kegiatan tersebut.
(2) Engineer Estimate
Estimasi anggaran biaya yang disusun oleh perencana yang ditugasi
oleh pemilik proyek. Estimasi ini digunakan untuk memastikan bahwa
dana yang dialokasikan untuk proyek tersebut dapat digunakan untuk
pengadaan bagunan sesuai dengan yang dokumen perencanaan, baik
ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya.
(3) Biding Estimate
Estimasi anggaran biaya yang disusun oleh kontraktor untuk mengikuti
lelang pengadaan jasa pelaksana konstruksi (kontraktor)
(4) Construction Estimate
Estimasi anggaran biaya yang disusun oleh kontraktor untuk menaksir
biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi yang
dimenangkan dalam lelang (tender)

77
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

b. Kurva S
Dari rancangan anggaran biaya yang dibuat oleh kontraktor,
diperoleh rekapitulasi biaya setiap item pekerjaan, atau setiap jenis
pekerjaan. Dari Rekapitulasi biaya dapat diketahui bobot setiap item atau
jenis pekerjaan, sehingga dari bobot disebarkan menurut waktu yang
direncanakan terbentuk kurva S. Jadi, bisa disimpulkan bahwa rekapitulasi
biaya merupakan dasar dari pembuatan kurva S. Berikut adalah urutan
membuat kurva S:
(1) Pastikan pekerjaan diurutkan sesuai urutannya.
(2) Menghitung bobot setiap item pekerjaan atau jenis pekerjaan, yaitu :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 𝑥100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘

(3) Setelah bobot setiap item atau jenis pekerjaan diketahui, disebarkan
sesuai dengan waktu yang direncanakan sehingga terbentuk grafik
menyerupai huruf S.
Kelengkungan kurva-S menunjukkan jumlah aktivitas didalam
pelaksanaan suatu proyek, dimana semakin tegak kurva semakin banyak
pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu tersebut.
Pembuatan kurva-S mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui jumlah persentase bobot pekerjaan yang telah atau sedang
dikerjakan.
b. Mengontrol pekerjaan selama dalam pelaksanaan jika suatu waktu ada
perubahan jadwal dan tidak mengganggu kegiatan keseluruhan.
c. Memudahkan direksi untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan apakah
sesuai dengan yang direncanakan semula atau tidak.
d. Untuk analisa kemajuan proyek secara keseluruhan.
e. Untuk analisa kemajuan proyek untuk satuan unit pekerjaan atau
elemen-elemnnya.
f. Pada kegiatan konstruksi, mempunyai tujuan untuk menganalisa
pemakaian tenaga kerja dan untuk menganalisa persentase

78
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

penyelesaian serta pekerjaan lain yang diukur (dinyatakan) dalam unit


waktu.
Pada kenyataannya kurva-S hasil pelaksanaan dilapangan umumnya tidak
selalu tepat atau sesuai dengan apa yang diharapkan, karena banyak faktor-
faaktor yang sering tidak terduga, seperti kondisi cuaca, kondisi lapangan
yang membuat pekerjaan harus ditunda atau terlambat. Kemungkinan
yang terjadi dalam kurva-S rencana, yaitu :
a. Kurva-S aktual berada diatas kurva-S rencana.
Kondisi ini menunjukan bahwa prestasi pekerjaan sangat baik sekali
atau tidak mengalami hambatan sama sekali.
b. Kurva-S aktual berimpit dengan kurva-S rencana.
Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil pekerjaan pelaksanaan sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan.
c. Kurva-S aktual berada dibawah kurva-S rencana.
Kondisi ini menunnjukan bahwa ada keterlambatan selama proses
pelaksanaan.
Berikut adalah contoh Kurva S dari pekerjaan lainnya milik PT.
Waskita Karya (Persero) Tbk:

79
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Gambar 2.81 Contoh Kurva S


(Sumber: Dokumen PT. Waskita Karya (Persero) Tbk)

80
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

2.4 Aspek Mutu


Aspek mutu yang merupakan acuan pekerjan Interchange (IC) pada proyek
pembangunan jalan tol KLBM seksi B dijelaskan secara lengkap pada
spesifikasi teknis yang telah disepakati semua pihak terkait. Pengendalian mutu
dilakukan oleh konsultan pengawas dan SQHSEM (Site Quality Health and
Safety Environment Manager) dengan acuan spesifikasi teknis. Spesifikasi
teknis yang ada selalu mengacu kepada peraturan nasional (SNI) terbaru atau
peraturan internasional terbaru seperti AASTHO, JIS terkait dengan material
atau pekerjaan yang ada.

81
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diuraikan dari kegiatan Praktik Industri (PI) pada
Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM seksi B adalah sebagai berikut:
A. Aspek Teknis
1. Pekerjaan Penimbunan
Pada pekerjaan penimbunan dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang
terdiri dari persiapan berupa dewatering dan pembersihan lahan,
pemasangan geotekstil, penghamparan material dan pemadatan
material. Semua pekerjaan mengacu pada gambar dan spesifikasi teknis
dengan diawasi oleh konsultan supervisi.

2. Pekerjaan Pemancangan
Pada pekerjaan pemancangan dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
pemancangan terdiri dari penentuan titik tiang pancang, pemancangan,
Penyambungan tiang pancang, kalendering, dan PDA test. PDA test
dilakukan untuk mengetahui kemampuan satu tiang pancang sehingga
bisa dipastikan bahwa tiang pancang memenuhi persyaratan desain.

3. Pekerjaan Pilecap
Pada Pekerjaan pilecap dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pilecap
meliputi persiapan berupa pemotongan tiang pancang, galian, kemudian
pekerjaan pembesian, pemasangan bekisting, dan pengecoran. Pada
pekerjaan pilecap banyak menggunakan data rencana elevasi, rencana
elevasi ditentukan oleh survey.

4. Pekerjaan Kolom
Pada Pekerjaan kolom dapat disimpulkan bahwa pekerjaan kolom
meliputi pekerjaan pembesian, pemasangan bekisting, dan pengecoran.

82
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Pada pekerjaan pembesian kolom dilakukan bersamaan dengan


pembesian pilecap karena terdapat tulangan overstek kolom yang
tertanam pada pilecap. Perlu diperhatikan juga tegaknya kolom,
sehingga saat pemasangan bekisting harus tegak lurus.

B. Aspek Manajemen
1. Administrasi lapangan pada Proyek Pembangunan Jalan Tol KLBM
(Krian-Legundi-Bunder-Manyar) seksi B seperti Laporan Harian,
Laporan Mingguan, dan Laporan Progres Fisik/ Laporan Bulanan sudah
dilaporkan sesuai dengan waktu masing-masing berdasarkan kondisi
lapangan.
2. Progress lapangan yang terjadi dilaporkan oleh sie pelaksana kepada sie
Teknik, yang disebut laporan internal, kemudian dibuat laporan oleh sie
teknik untuk dilaporkan kepada owner proyek yang dinamakan laporan
eksternal.

4.2 Saran
1. Sistem keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek hendaknya
lebih diperhatikan karena untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan
kerja mengingat pekerjaan yang dilakukan memiliki resiko yang cukup
tinggi.
2. Mahasiswa yang melakukan Praktek Indutsri (PI) sebaiknya lebih aktif
dalam menanyakan proses pelaksanaan pekerjaan dan data-data yang
diperlukan untuk penyusunan laporan Praktek Industri.
3. Mahasiswa yang melakukan Praktek Industri (PI) sebaiknya memahami
materi lebih dalam sehingga pada saat di lapangan lebih mudah memahami
langkah kerja dan pengaplikasian alat-alat yang ada

83
Laporan Praktik Industri
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Krian – Legundi – Bunder – Manyar (KLBM) Seksi B
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina


Marga, (2017). Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol.

84

Anda mungkin juga menyukai