Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

Oleh :
Rizqi Hasanati
161010850100
05 TIDE 002

PROGRAM STUDY TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
LOTTING
Lotting adalah proses penentuan besarnya ukuran kuantitas pemesanan,
yangdimaksudkan untuk memenuhi beberapa periode kebutuhan bersih (Rt)
sekaligus. Besarnya kuantitas ukuran pemesanan tersebut dapat ditentukan
berdasarkan jumlah pesanan yang tetap, periode pemesanan yang tetap atau
keseimbangan antara ongkos pengadaan set up cost dengan ongkos
simpan(carrying cost). Ketiga pendekatan ini melahirkan sembilan teknik yang
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tergantung dari kondisi
yang dihadapi.

Metode Penentuan Lotting dalam MRP


Proses penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk
sebuah item, berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari masing masing
periode horison perencanaan dalam MRP ( material requirment Planning).

Didalam ukuran lot ini ada beberapa pendekatan yaitu:


1.Menyeimbangkan ongkos pesan (set up cost) dan ongkos simpan.
A.Biaya pemesanan ( order cost ) adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha
untuk mendapatkan bahan atau bahan dari luar. Biaya pemesanan dapat berupa
biaya penulisan pemesanan, biaya proses pemesanan, biaya materai / perangko,
biaya faktur, biaya pengetesan, biaya pengawasan, dan biaya transportasi. Sifat
biaya pemesanan ini adalah semakin besar frekuensi pembelian semakin besar
biaya pemesanan.
B.Biaya Penyimpanan.
Komponen utama dari biaya simpan ( carrying cost ) terdiri dari :
a)Biaya Modal, meliputi : biayayang diinvestasikan dalam persediaan,
gedung, dan peralatan yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara
persediaan.
b)Biaya Simpan, meliputi : biaya sewa gudang, perawatan dan perbaikan
bangunan, listrik, gaji,personel keamanan, pajak atas persediaan, pajak dan
asuransiperalatan, biaya penyusutan dan perbaikan peralatan. Biaya tersebut
ada bersifat tetap (fixed ), variabel, maupun semi fixed atau semi variabel.
2.Menggunakan konsep jumlah pesanan tetap.
3.Dengan jumlah periode pemesanan tetap.
Terdapat 10 Alternatif teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran Lot.
Kesepuluh teknik adalah sebagai berikut :
a. Fixed Order Quantity (FOQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas. Misalnya : kemampuan
gudang, transportasi, kemampuan supplier dan pabrik.
Teknik FOQ menggunakan kuantitas pemesanan yang tetap untuk suatu
persediaan item tertentu dapat ditentukan secara sembarang atau berdasarkan
pada faktor-faktor intuitif. Dalam menggunakan teknik ini jika perlu, jumlah
pesanan diperbesar untuk menyamai jumlah kebutuhan bersih yang tinggi pada
suatu perioda tertentu yang harus dipenuhi, yang berarti ukuran kuantitas
pemesanannya (lot sizing) adalah sama untuk seluruh periode selanjutnya
dalam perencanaan. Metode ini dapat digunakan untuk item-item yang biaya
pemesanannya (ordering cost) sangat besar. Tabel dibawah ini merupakan
contoh pemakaian teknik FOQ dengan ukuran lot sebesar 100.

Lot sizing dengan menggunakan Teknik FOQ menghasilkan schedule sebagai


berikut:

Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total

Kebutuhan bersih
20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
(Rt)

Kuantitas
100 100 100 300
Pemesanan Xt

Persediaan 80 40 10 0 60 60 105 85 45 485

berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik FOQ di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- maka :
Ongkos simpan
= (80+40+10+60+60+105+85+45) = 485
= 485 x Rp. 1,-
= Rp. 485,-
sehingga Total ongkos sebesar 300 + 485 =Rp. 785,-
b. Lot for Lot (LFL): Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan
diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang
dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan. Teknik ini merupakan lot sizing
yang mudah dan paling sederhana. Teknik ini selalu melakukan perhitungan
kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan
bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan,
sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu, sering
sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan sangat mahal.
Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinu atau tidak
teratur, maka teknik Lot for Lot ini memiliki kemampuan yang baik. Di
samping itu teknik ini sering digunakan pada sistem produksi manufaktur yang
mempunyai sifat setup permanen pada proses produksinya.

Pemesanan dilakukan dengan mempertimbangkan ongkos penyimpanan. Pada


teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan disetiap periode yang
membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanan (lot sizing)
adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode
yang bersangkutan. Sebagai contoh berikut ini merupakan ilustrasi dari
penerapan teknik LFL dengan data kebutuhan bersih yang telah digunakan
contoh-contoh berikutnya.

Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total

Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255

Kuantitas Pemesanan Xt 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255

Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik LFL di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 8 x Rp. 100,- = Rp. 800,-
Ongkos simpan =0
Total ongkos = 800 + 0 = Rp. 800,-
c. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan
dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval
pemesanan dapat bervariasi. Teknik LUC ini dan ketiga teknik berikutnya
mempunyai kesamaan tertentu, yaitu ukuran kuantitas pemesanan dan interval
pemesanannya bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kuantitas pemesanan
ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan mempertanyakan apakah
ukuran lot disuatu periode sebaiknya sama dengan ukuran bersihnya atau
bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan
ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit ditambah
ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih.
Keputusan untuk pemesanan didasarkan :
ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan per unit) + (ongkos simpan per
unit)
d. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan menggunakan konsep
minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan
hitungan minimasi tersebut. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford
Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi
bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode
pengendaliaan persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya
biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang.

Teknik EOQ ini besarnya ukuran lot adalah tetap, melibatkan ongkos pesan dan
ongkos simpan. Pemesanan dilakukan apabila jumlah persediaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Teknik ini biasa dipakai untuk horison
perencanaan selama satu tahun (12 bulan atau 52 minggu), sedangkan
keefektifannya akan bagus jika pola kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat
kebutuhan konstan
e. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan
diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar
perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya
jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya
adalah setahun. Teknik POQ ini pada prinsipnya sama dengan FPR. Bedanya
adalah pada teknik POQ interval pemesanan ditentukan dengan suatu
perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang telah dimodifikasi,
sehingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode diskrit.

Tentunya dapat diperoleh hasil mengenai besarnya jumlah pesanan yang harus
dilakukan dan interval periode pemesanan. Dibandingkan dengan teknik jumlah
pesanan ekonomis ini akan memberikan ongkos persediaan yang lebih kecil dan
dengan ongkos pesan yang sama. Kesulitan yang dihadapi dalam teknik ini
adalah bagaimana menentukan besarnya interval perioda pemesanan apabila
sifat kebutuhan adalah diskontinu
f. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot
ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya.
g. Fixed Periode Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran
lot dengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu
tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi
dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval
pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan. Teknik FPR ini
menggunakan konsep interval pemesanan yang konstan, sedangkan ukuran
kuantitas pemesanan (lot size) bervariasi. Bila dalam metode FOQ besarnya
jumlah ukuran lot adalah tetap sementara selang waktu antar pemesanan tidak
tetap, sedangkan dalam metode FPR ini selang waktu antar pemesanan dibuat
tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan bersih.

Ukuran kuantitas pemesanan tersebut merupakan penjumlahan kebutuhan


bersih dari setiap periode yang tercakup dalam interval pemesanan yang telah
ditetapkan. Penetapan interval penetapan dilakukan secara sembarang. Pada
teknik FPR ini, jika saat pemesanan jatuh pada periode yang kebutuhan
bersihnya sama dengan nol, maka pemesanannya dilaksanakan pada periode
berikutnya. Sebagai contoh, berikut ini merupakan pemakaian teknik FPR
dengan interval pemesanan tiga periode.

Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total

Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255

Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 115 255

Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
berdasarkan schedule lot sizing dengan menggunakan teknik FPR di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik lot sizing FPR dapat dihitung sebagai
berikut :
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Ongkos simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1,-
= Rp. 240,-
diperoleh Total ongkos = 300 + 240 = Rp. 540

h. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan
diminimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir
sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang
memiliki ongkos simpan per unit-nya hampir sama dengan ongkos
pengadaannya/ unitnya.
ongkos total = (ongkos simpan) + (ongkos pengadaan)
i. Wagner Within (WW) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan
prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit
diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus
utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi
penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan
berusahan agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang
sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.
j. Silver Mean (SM):Menitikberatkan pada ukuranlot yangharus dapat
meminimumkan ongkos total per-periode.Dimanaukuran lot didapatkan dengan
cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai
ukuranlotyang tentatif (bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terussampai
ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya
termasukdalamukuran lot tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang
sebenarnya adalah ukuran lot tentatif terakhir yang ongkos total periodenya
masih menurun.

Anda mungkin juga menyukai