Oleh :
Rizqi Hasanati
161010850100
05 TIDE 002
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih
20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
(Rt)
Kuantitas
100 100 100 300
Pemesanan Xt
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik FOQ di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- maka :
Ongkos simpan
= (80+40+10+60+60+105+85+45) = 485
= 485 x Rp. 1,-
= Rp. 485,-
sehingga Total ongkos sebesar 300 + 485 =Rp. 785,-
b. Lot for Lot (LFL): Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan
diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang
dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan. Teknik ini merupakan lot sizing
yang mudah dan paling sederhana. Teknik ini selalu melakukan perhitungan
kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan
bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan,
sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu, sering
sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan sangat mahal.
Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinu atau tidak
teratur, maka teknik Lot for Lot ini memiliki kemampuan yang baik. Di
samping itu teknik ini sering digunakan pada sistem produksi manufaktur yang
mempunyai sifat setup permanen pada proses produksinya.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik LFL di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 8 x Rp. 100,- = Rp. 800,-
Ongkos simpan =0
Total ongkos = 800 + 0 = Rp. 800,-
c. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan
dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval
pemesanan dapat bervariasi. Teknik LUC ini dan ketiga teknik berikutnya
mempunyai kesamaan tertentu, yaitu ukuran kuantitas pemesanan dan interval
pemesanannya bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kuantitas pemesanan
ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan mempertanyakan apakah
ukuran lot disuatu periode sebaiknya sama dengan ukuran bersihnya atau
bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan
ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit ditambah
ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih.
Keputusan untuk pemesanan didasarkan :
ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan per unit) + (ongkos simpan per
unit)
d. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan menggunakan konsep
minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan
hitungan minimasi tersebut. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford
Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi
bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode
pengendaliaan persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya
biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang.
Teknik EOQ ini besarnya ukuran lot adalah tetap, melibatkan ongkos pesan dan
ongkos simpan. Pemesanan dilakukan apabila jumlah persediaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Teknik ini biasa dipakai untuk horison
perencanaan selama satu tahun (12 bulan atau 52 minggu), sedangkan
keefektifannya akan bagus jika pola kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat
kebutuhan konstan
e. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan
diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar
perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya
jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya
adalah setahun. Teknik POQ ini pada prinsipnya sama dengan FPR. Bedanya
adalah pada teknik POQ interval pemesanan ditentukan dengan suatu
perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang telah dimodifikasi,
sehingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode diskrit.
Tentunya dapat diperoleh hasil mengenai besarnya jumlah pesanan yang harus
dilakukan dan interval periode pemesanan. Dibandingkan dengan teknik jumlah
pesanan ekonomis ini akan memberikan ongkos persediaan yang lebih kecil dan
dengan ongkos pesan yang sama. Kesulitan yang dihadapi dalam teknik ini
adalah bagaimana menentukan besarnya interval perioda pemesanan apabila
sifat kebutuhan adalah diskontinu
f. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot
ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya.
g. Fixed Periode Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran
lot dengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu
tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi
dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval
pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan. Teknik FPR ini
menggunakan konsep interval pemesanan yang konstan, sedangkan ukuran
kuantitas pemesanan (lot size) bervariasi. Bila dalam metode FOQ besarnya
jumlah ukuran lot adalah tetap sementara selang waktu antar pemesanan tidak
tetap, sedangkan dalam metode FPR ini selang waktu antar pemesanan dibuat
tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan bersih.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
berdasarkan schedule lot sizing dengan menggunakan teknik FPR di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik lot sizing FPR dapat dihitung sebagai
berikut :
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Ongkos simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1,-
= Rp. 240,-
diperoleh Total ongkos = 300 + 240 = Rp. 540
h. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan
diminimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir
sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang
memiliki ongkos simpan per unit-nya hampir sama dengan ongkos
pengadaannya/ unitnya.
ongkos total = (ongkos simpan) + (ongkos pengadaan)
i. Wagner Within (WW) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan
prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit
diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus
utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi
penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan
berusahan agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang
sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.
j. Silver Mean (SM):Menitikberatkan pada ukuranlot yangharus dapat
meminimumkan ongkos total per-periode.Dimanaukuran lot didapatkan dengan
cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai
ukuranlotyang tentatif (bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terussampai
ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya
termasukdalamukuran lot tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang
sebenarnya adalah ukuran lot tentatif terakhir yang ongkos total periodenya
masih menurun.