Anda di halaman 1dari 8

Nama.

: Winny Anggraeni
NPM. : 1420204086
Matkul : Manajemen Operasi dan SC
Tugas : Latihan Soal Modul 13

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan Model Persediaan Dependen?


2. Sebutkan persyaratan untuk melaksanakan MRP?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Manajemen MRP?
4. Sebutkan dan jelaskan berbagai teknik Lot-sizing?
5. Apa yang dimaksud dengan perluasan MRP?
6. Jelaskan konsep MRP di bidang jasa?
7. Jelaskan konsep ERP
8. Jelaskan peran ERP di perusahaan. Apakah ERP dapat mendukung seluruh level
manajemen?
9. Permasalahan yang akan muncul dalam implementasi ERP dalam kerangka Functional?
10. Tahapan dalam Implementasi ERP dalam sebuah perusahaan?

Jawaban

1. Model Persediaan Dependen adalah suatu teknik atau set prosedur yang sistematis
dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan
terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan. (Dependent
Demand Items).

2. Persyaratan untuk melaksanakan MRP adalah sebagai berikut :


a. Tersedianya Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), yaitu suatu
rencana produksi yang menetapkan jumlah serta waktu suatu produk akhir harus
tersedia sesuai dengan jadwal yang harus diproduksi. Jadwal Induk Produksi ini
biasanya diperoleh dari hasil peramalan kebutuhan melalui tahapan perhitungan
perencanaan produksi yang baik, serta jadwal pemesanan produk dari pihak
konsumen.
b. Setiap item persediaan harus mempunyai identifikasi yang khusus. Hal ini disebabkan
karena biasanya MRP bekerja secara komputerisasi dimana jumlah komponen yang
harus ditangani sangat banyak, maka pengklasifikasian atas bahan, bagian atas
bahan, bagian komponen, perakitan setengah jadi dan produk akhir haruslah terdapat
perbedaan yang jelas antara satu dengan yang lainnya.
c. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan. Dalam hal ini tidak diperlukan
struktur produk yang memuat semua item yang terlibat dalam pembuatan suatu
produk apabila itemnya sangat banyak dan proses pembuatannya sangat komplek.
Walaupun demikian, yang penting struktur produk harus mampu menggambarkan
secara gamblang langkahlangkah suatu produk untuk dibuat, sejak dari bahan baku
sampai menjadi produk jadi.
d. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item yang menyatakan status
persediaan sekarang dan yang akan datang.

3. Manajemen MRP adalah merupakan teknik pendekatan yang bertujuan meningkatkan


produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material dan
komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari
komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan menjamin tercapainya produksi
akhir. MRP merupakan penjabaran dari Jadwal Induk Produksi (JIP) ke dalam jadwal
kebutuhan dari setiap komponen/material yang menyusunnya. Dengan demikian MRP,
selain berfungsi sebagi system pengendalian persediaan material juga berfungsi sebagai
sistem perencanaan dan pengendalian produksi

4. Teknik Lot Sizing adalah kuantitas yang dikeluarkan pada rencana penerimaan order dan
pengeluaran order pada jadwal MRP. Sebagian besar lot sizing berhubungan dengan
bagaimana menyeimbangkan antara set up cost atau ordering cost dan holding cost yang
berhubungan dengan kebutuhan bersih yang dihitung dari proses perencanaan MRP. Jika
part/bagian diproduksi sendiri, maka lot sizing dihitung dalam ukuran batch. Dan jika
part/bagian dibeli dari supplier, maka jumlah pesanan dihitung dalam unit. Lot sizing
biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan part/bagian untuk suatu atau lebih
periode.
Beberapa teknik lot sizing yang dapat digunakan dalam MRP, yaitu:
a. Lot For Lot (LFL)
Dalam teknik ini, jumlah yang dipesan besarnya sama dengan jumlah kebutuhan
bersih dalam satu periode. Teknik ini efektif digunakan untuk sifat permintaan yang
berfluktuasi.
b. Fixed Order Quantity (FOQ)
Teknik ini menggunakan konsep jumlah pemesanan yang tetap, biasanya hal ini
dilakukan karena adanya keterbatasan fasilitas gudang, kemampuan supplier atau
kemampuan produksi pabrik (bagi manufaktur). Jumlah pemesanan tetap yang akan
dipesan dihitung berdasarkan rata-rata permintaan perhari.
c. Fixed Periode Quantity (FPQ)
Teknik ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval tetap, tetapi jumlah
yang dipesan bervariasi. Jumlah yang akan dipesan merupakan penjumlahan dari
pada permintaan periode yang tercakup.
d. Economic Order Quantity (EOQ)
Teknik EOQ menggunakan data rata-rata permintaan masa lalu dan lebih cocok
diterapkan pada satu jenis item persediaan. Teknik ini menggunakan konsep
minimalisasi ongkos simpan dan ongkos pesanan
e. Period Order Quantity (POQ)
Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai
pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ.
Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan
diperoleh besarnya jumlah pesanan yan harus dilakukan dan interval periode
pemesanannya adalah setahun.
f. Least Unit Cost (LUC)
Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil,
dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi.
Keputusan untuk pemesanan didasarkan:
g. Least Total Cost
Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan di minimasikan apabila untuk
setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir sama besarnya. Hal ini dapat
dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan perunit-nya
hampir sama dengan ongkos pengadaannya/ unitnya.
h. Part Period Balancing (PBB)
Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos simpannya
sama atau mendekati ongkos pesannya.
i. Alogaritma Wagner Within (AWW)
Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program
linear, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena
membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesaian masalah
ini adalah melekukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan
ongkos simpan dan berusahan agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut
mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.
j. Silver Mean (SM)
Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan ongkos total
per- perioda. Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan
beberapa periode yang berturut-turut sebagai ukuran lot yang tentatif (Bersifat
sementara), penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya dibagi dengan
banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot tentatif tersebut
meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah ukuran lot tentatif terakhir
yang ongkos total periodenya masih menurun.

5. Perluasan MRP adalah perluasan pada proses MRP yang semula hanya sebagai
perencana kebutuhan material menjadi ERP yang mengintegrasikan fungsi-fungsi yang
ada di sebuah perusahaan diantaranya keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas batas
fungsi organisasi dan juga perusahaan
a. Close loop MRP adalah sebuah system yang memberikan umpan balik pada
perencanaan kapasitas, jadwal produksi induk dan rencana produksi sehingga
perencanaan dapat dijaga validitasnya untuk sepanjang waktu.
b. Capacity Planning dengan mengacu pada pengertian close-loop MRP, umpan balik
tentang beban kerja diperoleh dari tiap pusat kerja. Pelaporannya disebut load report
yang menggambarkan persyaratan sumber daya dalam pusat kerja untuk semua
pekerjaan yang berjalan yang dialamatkan pada pusat kerja. Konsep Capacity
Planning merupakan pengembangan close-loop MRP dimana perencana produksi
menjalankan pekerjaan diantara periode waktu dalam pesanan secara beban yang
halus (smooth) atau pada akhirnya membawanya dalah kapasitas
c. MRP II adalah suatu sytem yang mengikuti dengan MRP pada tempatnya, yang
dimana data persediaan dapat ditambahkan oleh variable sumber daya lainnya,
dalam kasus ini MRP menjadi Material Resource Planning (Perencana Sumber Daya
Material).
d. Enterprise Resource Planning
Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses bisnis
diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas batas fungsi
organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah

6. Konsep MRP di bidang jasa adalah bahwa dalam sektor jasa banyak permintaan yang
bersifat dependen dimana permintaan tersebut diturunkan dari permintaan jasa lainnya.
MRP sangat membantu dalam sektor jasa yaitu membutuhkan pohon struktur produk,
daftar bahan, dan tenaga kerja, serta penjadwalan. Berikut contoh MRP pada sektor jasa
adalah:
Usaha restoran
Permintaan akan bahan makanan seperti sayuran, bumbu dan bahan lainnya, tergantung
dari besarnya permintaan akan makanan yang dipesan oleh konsumen restoran tersebut.
Rumah Sakit
diterapkan terutama ketika berurusan dengan operasi yang memerlukan peralatan,
bahan, dan pasokan . Houston's Park Plaza Hospital dan banyak pemasok rumah sakit
lainya, sebagai contoh, menggunakan teknik ini untuk meningkatkan penjadwalan dan
manajemen persediaan pembedahan yang mahal
Hotel
Marriot mengembangkan sebuah daftar bahan (BOM) dan daftar tenaga kerja ketika
merenovasi setiap kamar hotelnya. Manajer marriott memperbanyak BOM untuk
mengitung kebutuhan bahan, furnitur, dan dekorasi. Kemudian, MRP menyediakan
kebutuhan netonya dan sebuah jadwal untuk digunakan dengan pembelian dan kontraktor

7. Konsep ERP adalah ERP singkatan dari 3 elemen kata yaitu, Enterprise
(perusahaan/organisasi), Resource (sumber daya), Planning (perencanaan), 3 kata ini
mencerminkan sebuah konsep yang berujung kepada kata kerja, yaitu “planning” yang
berarti bahwa ERP menekankan kepada aspek perecanaan.
ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk
mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk
proses bisnis lengkap. Sistem ERP didasarkan pada database pada umumnya dan
rancangan perangkat lunak modular.ERP merupakan software yang mengintegrasikan
semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam satu system ystemr yang
dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD,
produksi atau keuangan.
Syarat terpenting dari system ERP adalah Integrasi. Integrasi yang dimaksud adalah
menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database,
sehingga memudahkan semua departemen berbagi informasi dan berkomunikasi.
Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam perusahaan untuk
menyimpan dan mengambil informasi secara real-time. Informasi tersebut harus dapat
dipercaya, dapat diakses dan mudah disebarluaskan. Rancangan perangkat lunak
modular harus berarti bahwa sebuah bisnis dapat memilih modul-modul yang diperlukan,
dikombinasikan dan disesuaikan dari vendor yang berbeda, dan dapat menambahkan
modul baru untuk meningkatkan unjuk kerja bisnis.

Konsep Dasar ERP

8. Peran/manfaat ERP di perusahaan adalah sebagai berikut :


a. Kualitas dan efesiensi.
ERP menciptakan kerangka untuk mengintegrasikan dan meningkatkan proses bisnis
internal perusahaan yang menghasilkan peningkatan signifikan dalam kualitas serta
efesiensi layanan pelanggan, produksi, dan distribusi.
b. Penurunan biaya.
Banyak perusahaan melaporkan penurunan signifikan dalam biaya pemrosesan
transaksi dan hardware, software serta karyawan pendukung TI, jika dibandingkan
dengan sistem warisan yang tidak terintegrasi yang digantikan oleh sistem ERP baru
mereka.
c. Pendukung keputusan.
ERP menyediakan informasi mengenai kinerja bisnis lintas fungsi yang sangat
penting secara cepat untuk para manajer agar dapat secara signifikan meningkatkan
kemampuan mereka dalam mengambil keputusan secara tepat waktu dilintas
keseluruhan perusahaan.
d. Kelincahan Perusahaan.
Mengimplementasikan sistem ERP meruntuhkan banyak dinding departemen dan
fungsi berbagai proses bisnis, sistem informasi, dan sumber daya informasi. Hal ini
menghasilkan struktur organisasi, tanggung jawab manajerial, dan peran kerja yang
lebih fleksibel, dan karenanya menghasilkan organisasi serta tenaga kerja yang lebih
lincah dan adaptif yang dapat dengan lebih mudah memanfaatkan berbagai peluang
baru bisnis.
Apakah ERP mendukung seluruh level manajemen? Jawaban nya adalah ya karena
sesuai dengan tujuan ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara
keseluruhan yang berarti melibatkan seluruh level manajemen dan ERP menyediakan
informasi mengenai kinerja bisnis lintas fungsi yang sangat penting secara cepat untuk
para manajer agar dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka dalam
mengambil keputusan secara tepat waktu dilintas keseleruhan perusahaan

9. Permasalahan yang akan muncul dalam implementasi ERP dalam kerangka Fungsional
adalah Kelemahan ERP sebagai berikut yaitu :
a. Terbatasnya kustomisasi dari perangkat lunak ERP
b. Sistem ERP sangat mahal
c. Perekayasaan kembali proses bisnis untuk menyesuaikan dengan standar industri
yang telah dideskripsikan oleh sistem ERP dapat menyebabkan hilangnya
keuntungan kompetitif
d. ERP sering terlihat terlalu sulit untuk beradaptasi dengan alur kerja dan proses bisnis
tertentu dalam beberapa organisasi
e. Sistem dapat terlalu kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan dari pelanggan
f. Data dalam sistem ERP berada dalam satu tempat, contohnya: pelanggan, data
keuangan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kehilangan informasi sensitif, jika
terdapat pembobolan sistem keamanan
10. Tahapan Implementasi ERP dalam sebuah perusahaan adalah :
a. Mengidentifikasi data yang akan di migrasi
b. Menentukan waktu dari migrasi data
c. Membuat template data
d. Menentukan alat untuk migrasi data
e. Memutuskan persiapan yang berkaitan dengan migrasi
f. Menentukan pengarsipan data

Sumber :
Modul 13 OSCM

Anda mungkin juga menyukai