Rumus Fisika Sma
Rumus Fisika Sma
SURAT KETERANGAN
Nomor:
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku
Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh:
Penulis Pertama,
Nama : Dra. Damriani
NIP : 131658096
Penulis Kedua,
Nama : Zainal Abidin, S.Pd
NIP : 132003007
dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung.
Drs. H E R N A D I
NIP. 131870646
1
KATA PENGANTAR
Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.
Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.
Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi
sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari
para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung,
yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd.
Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat
disampaikan melalui email: mbak_annie@yahoo.co.id atau zainal.abidin.mustofa@gmail.com.
Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.
Damriani
Zainal Abidin
2
DAFTAR ISI
Surat Keterangan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
3
BESARAN DAN SATUAN
MKS CGS
M
Dimensi ----> Primer ----> dan
dimensi Sekunder ---> jabaran Guna dimensi
L
untuk : Checking persamaan Fisika.
T
Contoh :
W
F v P (daya)
t
ML2 T -2
MLT -2 LT -1
T
ML2 T -3 ML2 T -3
4
No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi
s m
v
1 Kecepatan t dt LT 1
v m
a
2 Percepatan t dt 2 LT 2
kg m N
3 Gaya F ma dt 2 MLT 2
kg m 2 Joule
4 Usaha W F s dt 2 ML2T 2
P
W kg m 2 Watt
5 Daya t dt 3 ML2T 3
P
F kg atm
6 Tekanan A m dt 2 ML1T 2
Ek
1
mv 2
kg m 2 Joule
7 Energi kinetik 2 dt 2 ML2T 2
kg m 2 Joule
8 Energi potensial Ep m g h dt 2 ML2T 2
kg m
9 Momentum M mv dt MLT 1
kg m
10 Impuls i F t dt MLT 1
m kg
11 Massa Jenis V m3 ML3
w kg
12 Berat Jenis s= V m 2 dt 2 ML2T 2
k
F kg
13 Konst. pegas x dt 2 MT 2
Fr 2 m3
14 Konst. grafitasi G= m
2 kgdt 2 M 1 L3T 2
P.V kgm 2
15 Konst. gas R = n.T dt 2 mol o K ML2T 2 N 1 1
g
F m
16 Gravitasi m dt 2 LT 2
5
17 Momen Inersia I mR 2 kg m 2 ML2
ANGKA PENTING
Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :
Angka pasti
Angka taksiran
Aturan :
a. Penjumlahan / Pengurangan
Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
Contoh :
2,7481
8,41
------- +
11,1581 ------> 11,16
b. Perkalian / Pembagian
Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
Contoh :
4,756
110
---------
0000
4756
4756
-------------- +
523,160 ----> 520
BESARAN VEKTOR
Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
juga ditentukan oleh arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.
Sifat-sifat vektor
1. A+ B = B + A Sifat komutatif.
2. A +( B +C )=( A+ B )+C Sifat assosiatif.
6
3. a ( A+B )=a A +a B
4. / A/+/ B / / A+ B /
R / = / A/ / B / 2 / A/ / B / cos
2 2
/
/ R / / A/ / B /
arahnya :
sin sin 1 sin 2
7
V2
2 vx = v cos
2 vy = v sin
2
V3
3 vx = v cos
3 vy = v sin
3
vx ....... vy .......
( v X ) 2 ( vY ) 2
Resultan / v R / =
vY
Arah resultan : tg =
vX
A / AX / 2 / AY / 2 / AZ / 2
dan i , j , k masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z
8
GERAK LURUS
9
Vo = kecepatan awal a = percepatan
t = waktu g = percepatan gravitasi
v0=0
v= 2 gh
h
t= 2h / g
GJB
vo=0
v= 2 g ( h1 h 2)
v? h1
h2
Variasi GLB
P Q
SP + SQ = AB
A B
A
· SA = SB
B
P Q
SP
SP – SQ = AB
A B
SQ
10
Gerak Lurus Berubah Beraturan
r r2 r1
1 v =
t t 2 t1
v v 2 v1
2. a
t t 2 t1
dr dry drz
3. vx x ; vy ; vz
dt dt dt
2 2 2
v vx v y vz
dv x dv y dv z
4. ax ; ay ; az
dt dt dt
2 2 2
a ax a y az
5 Diketahui a(t)
t2
v a t dt
t1
t2
6. r vt dt
t1
h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan terhadap sumbu z
h2 = ketinggian kedua | v | = kecepatan rata-rata mutlak
SP = jarak yang ditempuh P |ā| = percepatan rata-rata mutlak
SQ = jarak yang ditempuh Q ax = percepatan terhadap sumbu x
AB = panjang lintasan ay = percepatan terhadap sumbu y
SA = jarak yang ditempuh A az = percepatan terhadap sumbu z
SB = jarak yang ditempuh B a(t) = a fungsi t
v = kecepatan rata-rata V(t) = V fungsi t
∆r = perubahan posisi V1 = kecepatan 1
∆t = selang waktu Vx = kecepatan terhadap sumbu x
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
11
ā = percepatan rata-rata
∆V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2
HUKUM NEWTON
1. Hk. I Newton Hk. kelembaman (inersia) :
Untuk benda diam dan GLB F 0 Fx 0 dan Fy 0
12
0
13
MEMADU GERAK
2 2
1. vR v1 v 2 2v1v 2 cos GLB – GLB
Vr = kecepatan resultan
2. Gerak Peluru V1 = kecepatan benda 1
Pada sumbu x GLB V2 = kecepatan benda 2
Pada sumbu y GVA – GVB
Y v x v0 cos
x v 0 cos t
Vo
X v y v 0 sin g t
1 2
y v0 sin t gt
2
X = jarak yang ditempuh benda pada sb x
Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
Vx = kecepatan di sumbu x
Syarat : V0 = kecepatan awal
Mencapai titik tertinggi vy 0 t = waktu
Jarak tembak max y0 g = percepatan gravitasi
y h
v 0 2 sin 2 v0 2 sin 2
,
2 g 2 g
14
Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai
y h
v0 sin 2
2
x max
g
15
GERAK ROTASI
GERAK TRANSLASI G E R A K R O TA S I H u b u n g a n n ya
Pergeseran linier s Pergeseran sudut s=.R
Kecepatan linier v Kecepatan sudut v=.R
Percepatan Linier a Percepatan sudut a=.R
s = jarak
a = percepatan
v = kecepatan
R = jari–jari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal
Besarnya sudut :
16
S
= radian
R
S = panjang busur
R = jari-jari
1
f.T=1 f=
T
2
= atau =2f
T
v=R
v1 = v2, tetapi 1 2
v1 = v2, tetapi 1 2
A = R = C , tetapi v A vB vC
v2
ar = atau a r = 2 R
R
v2
Fr = m . atau F r = m 2 R
R
17
v2 v2
N=m.g-m. N = m . g cos - m .
R R
v2 v2
N=m.g+m. N = m . g cos + m .
R R
v2 v2
N=m. - m . g cos N=m. -m.g
R R
18
v2 v2
T=m.g+m T = m m . g cos + m
R R
v2 v2
T=m. - m . g cos T=m. -m.g
R R
GRAVITASI
19
m1 m2
1. F G VEKTOR
R2
M
2. g G VEKTOR
R2
M
3. v G massa bumi
R
mM
4. Ep G
R
5. w A B m v B v A
1 1
HKE v 2 v1 2GM
2 2
6.
R1 R2
USAHA–ENERGI
_______________
1. w F cos s α = sudut kemiringan
v = kecepatan
20
1
2. Ek mv 2 W = usaha
2
F = Gaya
3. Ep m g h s = jarak
Ep = Energi Potenaial
4. Emek Ep Ek m = massa benda
g = percepatan gravitasi
5. w Ek h = ketinggian benda dari tanah
Ek = Energi Kinetik
6. w Ep Em = Energi mekanik
Ek1 Ep1 Ek 2 Ep 2
MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN
1. P mv P = momentum
m = massa
2. I F t v = kecepatan
I = impuls
I P
3. F= gaya
I m v t v 0
∆t = selang waktu
4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum)
m A v A mB v B m A v A mB v B
21
arah kekanan v +
arah ke kiri v -
v A vB
5. e e = koefisien tumbukan (kelentingan)
v A vB
6. Jenis tumbukan
Lenting sempurna e 1 HKE
HKM
Lenting sebagian 0 e 1 HKM
Tidak lenting sama sekali e 0 HKM
h1
7. e h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1
h0
ho = tinggi benda mula-mula
8. hn h0 e 2 n hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n
2 2 2 2
ELASTISITAS
1 1 1
4. susunan seri
ks k1 k 2
22
P F L0
5. E
A L
F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
∆L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress
ε = strain
FLUIDA
Fluida Tak Bergerak
m
1. zat
v
z
2. relativ air pada 40C 1 gr 3 = 1000 kg
air cm m3
m A mB
3. c
v A vB
4. h z g h
23
Fh h A
5.
z g h A
6. Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang
dipindahkan.
FA z g h
bd g vb z g v2
8. Melayang
w1 w2 z g v1 v2
9. Tenggelam
w FA
ws w FA
11. Kapilaritas
2 cos
y
z g r
Fluida Bergerak
24
Vol
1. Q Av
t
2. Kontinuitas
A1v1 A2 v 2
1 1
P1 g h1 v1 P2 g h2 v 2
2 2
3. Bernoully
2 2
ρ = massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
Q = Debit
ρrelatif = massa jenis relatif
GELOMBANG BUNYI
GETARAN
k = konstanta pegas
w
1. k = W = berat
x x = perubahan panjang pegas
F = gaya pegas
y = simpangan
2. Ep = energi potensial
Emek = energi mekanik
F=-k.
Ek = energi kinetik
3. Ep = ½ ky2 A = amplitudo
t = waktu
ω = kecepatan sudut
4. E mek = ½ kA2 m = massa
T = periode
25
k = konstanta
5. Ek = ½ k (A2-y2) l = panjang
f = frekuensi
λ = panjang gelombang
Lo = panjang mula-mula
k ( A2 y 2 )
6. v= ∆L = perubahan panjang
m n = nada dasar ke
Vp = kecepatan pendengar
Vs = kecepatan sumber bunyi
7. k m 2 P = daya
R1= jarak 1
R2 = jarak 2
8. y A sin t
9. v A cos t
10. a 2 A sin t
11.
Ek 1
2 m 2 A 2 cos 2 t
12.
Ep 1
2 m 2 A 2 sin 2 t
13.
E mek 1
2 m 2 A 2
m
14. T 2
k
l
15. T 2
g
GELOMBANG
26
polarisasi
1
elektromagnetik
gel.
1. v f v t
t x
2. y gel. berjalan = A sin 2
T
1
y diam ujung terikat
2
4.
x t L
y 2 A sin 2 cos 2
5. F m T
v
E E = modulus young
6. v
stress P F A F Lo
E
strain L Lo A L
P
v gas =
7. RT Cp
=
M Cv
Nada Sumber
27
1. Dawai
n 1 P n 1
fn v
n 2 s 2L
ND
n 2 P n 1
fn v
n 1 s 2L
n 1 P 2n 1
fn v
n 1 s 4L
28
Sifat :
Refleksi (Pemantulan)
v.tpp
d
2
Resonansi
1
ln = 2n 1
4
f layangan = f A f B
Efek Doppler
v vP
fP fs
v vs
Intensitas
P P
I
A 4R 2
1 1
I1 : I 2 2
: 2
R1 R2
Taraf Intensitas (TI)
I
TI 10 log
I0 I 0 10 12 Watt m 2
dB
29
SUHU DAN KALOR
01. C R F K
Td 100 80 212 373 C = celcius
R = reamur
Air 100 80 180 100 F = fahrenheit
tk= suhu dalam kelvin
Tb 0 0 32 273 tc = suhu dalam
celsius
C:R:F=5:4:9
tK = tC + 273
Contoh :
X Y
Tb -20 40 X : Y = 150 : 200
=3:4
60 ?
4
3 (60 + 20) + 40 = …
Td 130 240
enaikkan suhu
Sifat termal zat diberi kalor (panas) perubahan dimensi (ukuran)
ubahan wujud
30
Ao = luas mula-mula
3. Muai luas. β= koefisien muai luas
∆V = perubahan volume
A = Ao . . t Vo = Volume awal
γ= koefisien muai volume
At = Ao ( 1 + . t )
4. Muai volume.
V = Vo . . t
Vt = Vo ( 1 + . . t )
=2
} = Q = kalor
=3
m = massa
c= kalor jenis
t = perubahan suhu
5. Q = m . c. t H = perambatan suhu
6. Q = H . t
7. H=m.c
8. Azas Black. T1
Qdilepas
Qdilepas = Qditerima
TA
Qditerima
T2
9. Perambatan kalor.
31
Konduksi Konveksi Radiasi
k . A.t
H= H = h . A . t I = e . . T4
l
A = luas
k = koefisien konduksi
l = panjang bahan
h = koefisien konfeksi
I = Intensitas
e = emitivitas bahan
σ = konstanta Boltzman
T = suhu
32
LISTRIK STATIS
q1 . q 2
01. Fk
r2
1
k 9 2 2
4 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb
Q
Ek
02.
r2
E =0.
Q Q
R Es k Ep k
R2 r2
Er = kuat medan listrik di pusat bola
Es = kuat medan listrik di kulit bola
Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola
33
04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.
Q
Ep EP
2 0 A 0
σ = rapat muatan Ep = kuat medan listrik
1 1
05. WA B k . Q. q.( )
rB rA
Q. q Q. q 1 Q. q
Bila rA = maka W~ B k . ----- EP k .
rB rB 4 0 rB
Q 1 Q
6. V k .
rB 4 0 rB
V = potensial listrik
q q
VO = V K = V L k. VM k.
R r
34
C0 0
A .A
11. C
d
d
K0 A
12. C C0 . K
d
2
Q
atau W 21 CV
2
13. W 1
2
C
- Q = Q1 = Q2 = Q3 = .....
s
- V = V + V + V + V +.....
s ab bc cd de
1 1 1 1
- .....
CS C1 C2 C3
- V = V1= V2 = V3
p
- Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
- Cp = C1 + C2 + C3 + .....
35
C1V2 C 2V2
16. VGAB
C1 C 2
C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor
36
LISTRIK DINAMIS
dq
1. i
dt
2. dq = n.e.V.A.dt
dq
i n. e.V . A Ampere
dt
i
03. J n. e.V Ampere/m2
A
04.
V A VB
i
R
L
05. R = .
A
37
i = i1 = i2 = i3 = ....
VS = Vab + Vbc + Vcd + ...
RS = R1 + R2 + R3 + ...
VP = V1 = V2 = V3
i + i1 + i2 + i3 + ....
1 1 1 1
...
Rp R1 R2 R3
RX . R2 = R1 . R3
R1 . R3
RX
R2
1 0 . A M P E R E M E T E R / G A LVA N O M E T E R .
1
RS Rd Ohm
n 1
38
11. V O LT M E T E R .
Rv = ( n - 1 ) R d Ohm
.
W=i2.r.t=V.i.t Joule
1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori
W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori
dw
13. P V .i (Volt -Ampere = Watt)
dt
14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi
dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen
karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut.
Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen
Volta.
2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.
misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.
b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari
sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu.
Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai
Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.
c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar
yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.
39
dW
15. = ( Joule/Coulomb = Volt )
dq
16. i
Rr
17. disusun secara seri
n.
i
n. r R
18. disusun secara paralel
i
r
R
m
40
19. Susunan seri - paralel
n .
i
n
.r R
m
i1 + i2 + i3 = i4 + i5
E : negatif
E : positif
41
t = waktu P = daya
v = kecepatan electron r = hambatan dalam
n = jumlah electron per satuan volume ε = GGL
e = muatan electron n = jumlah rangkaian seri
A = luas penampang kawat m = jumlah rangkaian paralel
V = beda potensial Rd = hambatan dalam
R = hambatan K = tegangan jepit
ρ = hambat jenis kawat Rv = tahanan depan
42
MEDAN MAGNET
01. r
0
02. B
A
B
03. H
04. B H r. o. H
05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat
paramagnetik.
Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )
dB =
0
I .d sin
4 r2
k=
0 = 10-7
Weber
A. m
4
B=
0 .
I
.a
2
B B I
H=
=
r .
0
=
2 . a
43
08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.
B=
0 .
a. I . N
. sin 1 atau B=
0 .
a2. I. N
2 r2 2 r3
09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.
B=
0 .
I. N
a
2
10. Solenoide
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :
B n I
0
Bila p tepat di ujung-ujung solenoide
B 0
nI
2
11. Toroida
B n I
N
n=
2 R
12. Gaya Lorentz
F=BI sin
F = B.q.v sin
13.
44
I P IQ
F 0
2 a
1 4 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n L i s t r i k
lintasan berupa : PARABOLA.
q. E
percepatan : a
m
Usaha : W = F . d = q . E .d
Usaha = perubahan energi kin
Ek = q . E .d
2 2
1
2 mv 2 21 mv1 q. E . d
t
v
q. E 2
d 21 at 2 21 . .
m vX 2
Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.
2 2
v v X vY
q. E
v Y a. t .
m vX
Arah kecepatan dengan bidang horisontal :
vY
tg
vX
1 6 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n M a g n e t
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.
45
m v
B q
jari-jari : R =
17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
= B.i.A.N.Sin
46
IMBAS ELEKTROMAGNETIK
d
Perubahan fluks : Eind = -N
dt
di
Perubahan arus : Eind = -L
dt
di1 di2
GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M , Eind2 = -M
dt1 dt 2
K a wa t m e m o t o n g g a r i s g a ya : E i n d = B. l . v s i n
L=N
i
o N 2 A
L=
I N D U K TA N S I D I R I
1 2
M = N2
i1 , M = N1 i2
o N1 N 2 A
M= (Induktansi Ruhmkorff)
Ideal : Np : Ns = Is : Ip
T R A N S F O R M AT O R Np : Ns = Ep : Es
Tidak ideal : Ps = Pp
47
I = kuat arus
Np = banyak lilitan kumparan primer
Ns = banyak lilitan kumparan sekunder
l = panjang solenoida
Pp = Daya pada kumparan primer
Ps = daya pada kumparan sekunder
Ep = tegangan pada kumparan primer
Es = tegangan pada kumparan sekunder
ω = kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff
48
OPTIKA GEOMETRI
Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar penglihat.
Teori melihat benda Aristoteles : Menentang sinar-sinar penglihat.
Al Hasan : Pancaran atau pantulan benda
S i r I s a a k N e w t o n : T e o ri E m i si “ S u m b e r c a h a y a
menyalurkan
P a r t i k el y a n g k e ci l d a n ri n g a n b e r k e c e p a t a n t i n g gi .
C h r i s ti a n H u y g e n s : T e o ri E t e r a l a m : c a h a y a p a d a
dasarnya
S a m a d e n g a n b u n y i , m e r a m b a t m e m e rl u k a n
medium.
T h o m a s Y o u n g d a n A u g u s t i n e F r e s n el l : C a h a y a
dapat lentur dan berinterferensi
Jean Leon Foucaul t : C epat ram bat cahaya di zat
cai r l ebi h keci l dari pada di udara.
TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang elektromagnetik.
Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang transversal
karena Mengalami polarisasi.
Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet
yang kuat.
Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik
yang kuat.
Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada.
Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya.
49
PEMANTULAN CAHAYA.
1 1 1
01. '
f s s
s' h'
02. M = - =/ /
s h
03. Cermin datar : R= sifat bayangan : maya, sama besar, tegak
360
n= -1
04. cermin gabungan d = s 1’ + s 2
Mtotal = M1.M2
PEMBIASAN/REFRAKSI.
c
01. Indeks bias nbenda = u nbenda > 1
vm m
n1 v 2 2
n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 =
n2 v1 1
minimum syarat : i1 = r2
n' 1
> 10o sin ½ (min + ) = sin
n 2
50
n'
> = 10o min = ( 1)
n
n n' n' n
05. Permukaan lengkung.
s s' R
n n' n' n
06. Lensa tebal (1)
s1 s1 ' R1
(2)d = s1’ + s2
n' n n n'
(3)
s2 s2 ' R2
1 n' 1 1
07. Lensa tipis ( 1)( )
f n R1 R2
1 1 1
f gab f1 f 2
Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 -
Cekung – cembung R1 - , R2 -
Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 +
Cembung – cekung R1 + , R2 +
1 1 1
9. Lensa Konvergen (positif) '
f s s
s' h'
divergen (negatif) M=- =/ /
s h
1
10. Kekuatan lensa (P) P= f dalam meter
f
100
P= f dalam cm
f
51
n = banyak bayangan (untuk cermin datar) R = jari-jari bidang lengkung
θ = sudut antara ke dua cermin λ = panjang gelombang cahaya
f = jarak focus P = kekuatan lensa
s = jarak benda ke cermin
s’ = jarak bayangan ke cermin
h = tinggi benda
h’ = tinggi bayangan
m = perbesaran bayangan
i = sudut datang
r = sudut pantul
n = indeks bias
d = tebal kaca
t = pergeseran sinar
β = sudut pembias
δ = deviasi
52
ALAT-ALAT OPTIK
Mata Emetropi (mata normal) pp = 25 cm ; pr =
s = dan s’ = -pr
KACA MATA
Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
s = 25 cm dan s’ = -pp
Sd
Akomodasi max P= 1
f
Ditempel dimata
Sd
Tanpa Akomodasi P=
f
LOUPE
Akomodasi max
s ' oby Sd
P= ( 1)
s oby fok
53
MIKROSKOP d = jarak lensa obyektif - okuler
TEROPONG BINTANG
Tanpa akomodasi d = foby + fok
f oby
P=
f ok
Pp = titik jauh mata
Pp = titik dekat mata
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler
ARUS BOLAK-BALIK
54
Osiloskop = mengukur tegangan max
E=Emax. Sin .t
Eefektif = yang diukur oleh voltmeter
Emax = yang belum terukur
Epp = dari puncak ke puncak
ω = frekwensi anguler
t = waktu
Vmax = tegangan maksimum
Imax = Arus maksimum
T = periode
V max
Eefektif=
2
i max 1 T 2
Iefektif=
2
Iefektif = Imax{
T
0
sin 2 (
T
)dt }
Epp = 2.Emax
Xl = reaktansi induktif
55
C = kapasitas kapasitor
Q=C.V
dQ dc.V
Xc = reaktansi kapasitif i
dt dt
c.dV max . sin .t
i
dt
i .c.V max . cos .t
1
XC =
C
(Satuan XC = 0hm)
IV. R-L-C dirangkai seri
1. . Xl .L
1
2. Xc
.C
3. Gambar fasor
4. Z R 2 ( Xl Xc) 2
E
5. i
Z
6. Vab i.R Vac Vr 2 Vl 2
Vbc i. Xl Vbd Vl Vc
Vcd i. Xc Vad Vr 2 (Vl Vc) 2
7. Daya=Psemu.cos
R
Daya=Psemu.
Z
Psemu = V.I (Volt Amper)
a. Xl Xc RLC bersifat induktif
56
V mendahului I dengan beda fase
b. Xl Xc RLC resonansi
Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.
1 1
f T 2 L.C
2 L.C
c. Xc Xl RLC bersifat capasitif
I mendahului V dengan beda fase
XL XC
8. tg =
R
Z = Impedansi
θ = sudut fase
L = induktansi diri
f = frekwensi
T = periode
R = hambatan
57
- Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
Bentuk, ukuran dan massa yang sama.
DALTON - Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain.
- Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang
berlainan dapat membentuk senyawa.
- Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban-
Dingan tertentu.
- Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam
kedua senyawa itu sederhana.
KELEMAHANNYA.
- Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe-
Rimen.
- Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul
Satuan molekul juga disebut atom.
- Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber-
Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson
KELEMAHANNYA.
- Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham-
Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na-
Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.
KELEMAHANNYA.
- Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
Atau tidak mendukung kemantapan atom.
58
- Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum
Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.
Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.
Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
- Memiliki energi
- Memendarkan kaca
- Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.
1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada
lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan
nh
Stasioner ini adalah : mvr =
2
n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.
2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener-
ginya tinggi, dan sebaliknya.
e2
1. Ep = -k
r
e2
2. Ek = - ½ k
r
e2
3. Etotal = - ½ k
r
n2 h 2
4. r= ( )
me k 2
2
5. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : …
1 1 1
6. R( 2 2 ) R = tetapan Ridberg R = 1,097.107 m-1
nA nB
Deret Lyman nA = 1 nB = 2, 3, 4 ….
Deret Balmer nA = 2 nB = 3, 4, 5, ….
Deret Paschen nA = 3 nB = 4, 5, 6, ….
59
Deret Brackett nA = 4 nB = 5, 6, 7, ….
Deret Pfund nA = 5 nB = 6, 7, 8, ….
e = muatan electron
r = jari-jari lintasan electron
Ep = Energi potensial
Ek = energi kinetic
n = bilangan kuantum
r = jari-jari lintasan electron
λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck
RADIOAKTIVITAS
Dasar penemuan
Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.
60
Penemu: Henry Becquerel
Menghitamkan film
Dapat mengadakan ionisasi
Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Sifat-sifat Merusak jaringan tubuh
Daya tembusnya besar
Sinar
Macam sinar Sinar Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie
Sinar
x x x x x x x x x x x
B
xxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx
01. I = Io e-x
ln 2 0,693
02. HVL nilai x sehingga I = ½ Io HVL =
A
03. ZX N=A–Z
05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma
= {(mproton + mnetron) – minti }.c2 m dalam kg
A A-4
ZX Z-2X atau ZXA Z-2X
A-4
+
06. Hukum Pergeseran
A A
ZX Z+ 1X atau ZXA A
Z+ 1X +
0,693 ln 2
07. T =
61
8. R = . N
9. N = No.2-t/T
E
10. D=
m
11. Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV m dalam sma.
62
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
63
Kesetimbangan Rotasi : =0
Kesetimbangan translasi dan Rotasi : F=0, =0
Kesetimbangan Stabil (mantap) :
Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula.
Kesetimbangan (titik berat benda akan naik)
Kesetimbangan Indeferen :
Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan
(titik berat benda tetap)
Keseimbangan labil :
Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula.
(titik berat benda akan turun)
T I T I K B E R AT B E N D A
Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )
ln . x n ln . y n
x0 y0
l l
b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :
An . x n An . yn
x0 y0
A A
c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )
Vn . x n Vn . y n
x0 y0
V V
Sifat - sifat:
1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada
sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.
2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya
terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya
terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.
64
1. Garis lurus
1
x0 = 2 l z = titik tengah garis
3. Busur setengah
lingkaran 2R
y0
y0 = 3 t
1 t = tinggi
z = perpotongan
garis-garis berat
AD & CF
2.Jajaran genjang,
Belah ketupat, y0 = 2 t
1 t = tinggi
Bujur sangkar z = perpotongan
Persegi panjang diagonal AC dan
BD
65
4.Bidang setengah
lingkaran 4R
y0
3
R = jari-jari lingkaran
3. Bidang Kulit
limas 1
T’z = 3 T’ T T’T = garis
tinggi ruang
4. Bidang kulit
kerucut 1
zT’ = 3 T T’ T T’ = tinggi
kerucut
T’ = pusat
lingkaran alas
66
5. Bidang kulit
setengah bola. y0 = 2 R
1 R = jari-jari
y0 = 2 l
1 z2 = titik berat
bidang atas
V = luas alas kali
l = panjang sisi
tinggi
tegak
V = volume
prisma
2. Silinder Pejal
y0 = 2 t
1 t = tinggi silinder
R = jari-jari
V = R2 t
lingkaran alas
1
= 4 t
67
4. Kerucut pejal t = tinggi kerucut
1
y0 = 4 t R = jari-jari lingkaran
alas
1
V = 3 R2 t
5. Setengah bola
pejal 3
y0 = 8 R R = jari-jari bola.
68
6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna,
partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar.
7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.
N
1. n
N0
v 3kT
2. ras =
m
M R
03. m dan k
N N 0
04. v 3RT
ras =
M
05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :
v v 1 1
ras1 : ras2 = M1 : M2
06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :
v v T1 : T2
ras1 : ras2 =
2L
07. t
Vras
N m V 2 ras
08. F .
3 L
N m V 2 ras 1
09. P . atau P V 2 ras
3 V 3
2 N 2 N
10. P . 1
mV 2 ras . Ek
3V 2
3V
11. P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T
k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K
N
12. P . V = n R T dengan n
N0
R = 8,317 joule/mol.0K
= 8,317 x 107 erg/mol0K
= 1,987 kalori/mol0 K
= 0,08205 liter.atm/mol0K
69
R P R. T P. Mr
13. P T atau atau T
Mr Mr R. T
P1 .V1 P .V
14. 2 2
T1 T2
Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.
3
15. Ek Nk .T
2
P = tekanan gas ideal
N = banyak partikel gas
m = massa 1 pertikel gas
V = volume gas
v = kecepatan partikel gas
n = jumlah mol gas
No = bilangan Avogadro
R = tetapan gas umum
M = massa atom relatif
k = tetapan boltzman
Ek = energi kinetic
vras = kecepatan partikel gas ideal
ρ = massa jenis gas ideal
T = suhu
HUKUM TERMODINAMIKA
01. cp - cv = R
cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.
02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :
c
5
R c
3
R c P
1,67
c
P V
2 2
V
70
b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa :
c
7
R c
5
R c P
1,4
c
P V
2 2
V
= konstanta Laplace.
3
04. Energi dalam suatu gas Ideal adalah : U n. R. T
2
05.HUKUM I TERMODINAMIKA
Q= U+ W
Q = kalor yang masuk/keluar sistem
U = perubahan energi dalam
W = Usaha luar.
PROSES - PROSES PADA HUKUM TERMODINAMIKA I
1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik.
Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap.
( lihat gambar ).
Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
71
W= Q- U = m ( c p - c v ) ( T 2 - T1 )
Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :
P1 P
2
T1 T2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
V = 0 ------- W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )
Q = U 2 - U1
Q= U
U = m . c v ( T2 - T1 )
3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik.
Selama proses suhunya konstan.
( lihat gambar )
Pemanasan Pendinginan
72
T2 = T1 --------------> U = 0 ( Usaha dalamnya nol )
V2 V
W P1 V1 ( ln ) P2 V2 ( ln 2 )
V1 V1
P P
W P1 V1 ( ln 1 ) P2 V2 ( ln 1 )
P2 P2
V V
W n R T1 ( ln 2 ) n R T2 ( ln 2 )
V1 V1
P P
W n R T1 ( ln 1 ) n R T2 ( ln 1 )
P2 P2
ln x =2,303 log x
Pengembangan Pemampatan
Q = 0 ------ O = U + W
U2 -U1 = - W
-1 -1
T1.V1 = T2.V2
P1 .V1
-1 -1
1
W = m . c v ( T1 - T2 ) atau W= ( V2 - V1 )
P1.V1 = P2.V2
73
06. HUKUM II TERMODINAMIKA
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Vektor perubahan medan listrik tegak lurus vektor perubahan medan magnet
Ciri-ciri GEM :
Menunjukkan gejala : pemantulan, pembiasan difraksi, polarisasi
74
Oersted : “Di sekitar arus listrik ada medan magnet”
Faraday : “Perubahan medan magnet akan menimbulkan medan
listrik”
TEORI Lorentz : “kawat berarus listrik dalam medan magnet terdapat gaya”
Maxwell : “Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet”,
“Gahaya adalah gelombang elektromagnet”
Biot Savart : “Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan
magnet”
Huygens : “Cahaya sebagai gerak gelombang”
Radiasi Kalor :
Radiasi dari benda-benda yang dipanasi
Yang dapat menyerap seluruh radiasi adalah benda hitam mutlak
75
e = emisivitas
A = luas permukaan
S = intensitas
_
S = Intensitas rata-rata
OPTIKA FISIS
Sinar yang dapat diuraikan Polikromatik
CAHAYA Sinar yang tak dapat diuraikan Monokromatik
Dalam ruang hampa cepat rambat sama besar
f r e k we n s i m a s i n g wa r n a b e d a
Pj. Gelomb masing warna beda
76
Benda bening r = /rm – ru/
Prisma = u - m
Lensa Akromatik.
1 1
f gabmerah f gabungu
' '
n 1 1 n 1 1 n 1 1 n 1 1
( m 1)( ) ( m 1)( ) ( u 1)( ) ( u 1)( )
n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2
p.d 1
Max ( 2k )
2
Cermin Fresnell
p.d 1
Min ( 2k 1)
2
p.d 1
Max ( 2k )
2
Percobaan Young
77
p.d 1
Min ( 2k 1)
2
INTERFERENSI
(Syarat : Koheren)
(A, f, sama)
Max rk2 = ½ R (2k-1)
Cincin Newton
(gelap sbg pusat) Min rk2 = ½ R (2k)
DIFRAKSI
k = 1, 2, 3 . . . .
.L
Daya Urai (d) d = 1,22 L = jarak ke layar
D
D = diameter lensa
78
RELATIVITAS
Relativitas:
a. Penjumlahan kecepatan
V1 V2 V1 V2
V1 V 2 V1 V 2
Vr Vr
V 1.V 2 V 1.V 2
1 1
C2 C2
b. Dilatasi waktu
V2
t' t0 1 t’<t0
C2
c. Kontraksi Lorentz
V2
L' L 0 1
C2
d. Massa dan Energi
79
m0
m'
V2 m’>m0
1
C2
e. Etotal=Ediam+Ek
2 1
Ek m.C 1
2
V
1 2
C
E h. f E = Energi
h = tetapan Planck
E Ek E 0 f = frekwensi
Ek E a c = kecepatan cahaya
1
m.V 2 h. f hf 0 v = kecepatan
2
1 C C
mV 2 h a = energi ambang
2 0
1 1
Ek h.c. m = massa
0
λ = panjang gelombang
80
h. f h
Pfoton ;p p = momentum
C
p=momentum Ek = Energi kinetik
Hypotesa de Broglie
c
f
h h
p m.V
p 2.m.Ek
Catatan penting :
Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule
Massa 1e = 9,1.10-31 kg
h
Hamburan Compton : ' .1 cos
m0.c
81