Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2016 Tersedia online pada:

Vol. 5 No. 4, hlm 288–292 http://ijcp.or.id


ISSN: 2252–6218 DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.4.288
Artikel Penelitian

Potensi Interaksi Obat-Obat pada Resep Polifarmasi: Studi Retrospektif


pada Salah Satu Apotek di Kota Bandung
Sulastri Herdaningsih1, Ahmad Muhtadi2, Keri Lestari2, Nurul Annisa3
Program Studi Magister Farmasi, Konsentrasi Farmasi Klinik, Universitas Padjadjaran,
1

Bandung, Indonesia
2
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,
Sumedang, Indonesia
3
Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Abstrak
Resep polifarmasi sangat umum terjadi dalam peresepan pasien rawat jalan maupun rawat inap di setiap
fasilitas kesehatan. Polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat-obat atau Drug-drug
Interactions (DDI’s) yang sebagian besar akan menimbulkan dampak merugikan dalam terapi pasien.
Tujuan dari studi ini yaitu untuk menilai potensi DDI’s pada resep rawat jalan di salah satu apotek
di kota Bandung. Data diproses melalui www.drugs.com database atau Drug Interactions Checker.
Studi ini memaparkan prevalensi dan mengklasifikasikan jenis interaksi potensial berdasarkan level
interaksi yaitu mayor, moderat dan minor. Total resep rawat jalan periode Januari­–Maret 2014 adalah
sebanyak 352 lembar resep yang didalamnya terdapat sebanyak 1.111 R/. Dari total keseluruhan jumlah
lembar resep, terdapat 197 (55,97%) lembar resep yang masuk dalam kriteria inklusi. Sebanyak 121
lembar resep terdapat DDI’s potensial sebesar 34,38%. Keseluruhan DDI’s potensial yang terjadi adalah
sebanyak 194 interaksi. DDI’s potensial mayor sebanyak 25 (12,89%), moderat sebanyak 134 (69,07%)
dan minor 35 (8,04%). DDI’s terbanyak terdapat dalam kategori mayor dan moderat yang membutuhkan
perhatian lebih dan tindakan pencegahan terhadap DDI’s potensial yang mungkin terjadi oleh dokter dan
apoteker untuk memaksimalkan efektivitas terapi pasien.

Kata kunci: Interaksi obat-obat, pasien rawat jalan, resep polifarmasi

Potential of Drug-Drug Interaction in Polypharmacy Prescription:


Retrospective Study on a Drugstore in Bandung

Abstract
Polypharmacy prescription very commonly occurs on prescribing the outpatient and inpatient in every
health facility. Polypharmacy may increase the risk of Drug-drug Interactions (DDI’s) which mostly
causes harm impact in the patient’s therapy. The aim of this study was to measure the potential of DDI’s
on the outpatient prescription in one of the drugstore in Bandung. The data was processed through www.
drugs.com database or Drug Interactions Checker. This study described the prevalence and classification
of potential interactions based on interaction level of major, moderate, and minor. The number of outpatient
prescription on January–March 2014 was 352 sheets of prescriptions with 1.111 R/. From overall
numbers of prescriptions, there were 197 (55.97%) sheets of prescriptions on inclusion criteria. In 121
prescriptions, there were 34.38% of DDI’s potential. All of DDI’s potential occurs was 194 interactions.
The major DDI’s potential of 25 (12.89%), moderate of 134 (69.07%) and minor of 35 (8.04%). The
most of DDI’s found in major and moderate level need more attention and prevention aid against DDI’s
potential that may occur by doctors and pharmacists to maximize the effectiveness of patient’s therapy.

Keywords: Drug-drug Interactions (DDI’s), outpatient, polypharmacy prescription

Korespondensi: Sulastri Herdaningsih, M.Farm., Apt., Program Studi Magister Farmasi, Konsentrasi Farmasi
Klinik, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia, email: sulastriherdaningsih08@gmail.com
Naskah diterima: 6 Juli 2015, Diterima untuk diterbitkan: 18 Agustus 2016, Diterbitkan: 1 Desember 2016

288
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016

Pendahuluan penulis resep (dokter) dan apoteker dalam


upaya meningkatkan efektivitas terapi dan
Komplikasi umum terjadi pada pasien menghindari terjadinya efek obat yang tidak
geriatri, oleh sebab itu pasien geriatri dengan diinginkan.
gangguan penyakit kronis, seperti gangguan
jantung, hipertensi, osteoarthritis, diabetes Metode
melitus dan sebagainya pada umumnya akan
memperoleh lebih dari satu obat dalam sekali Penelitian deskriptif ini dilakukan di salah
konsumsi. Sarana pelayanan kefarmasian satu apotek di Kecamatan Batununggal, kota
dituntut untuk memberikan perhatian lebih Bandung. Penelitan retrospektif ini diambil
pada penggunaan obat seperti ini , atau yang dari resep rawat jalan di apotek tersebut.
lebih dikenal dengan istilah polifarmasi. Resep diambil pada periode Januari–Maret
Polifarmasi berasal dari kata yunani yaitu poly tahun 2014. Lembar resep yang mengandung
yang berarti lebih dari satu dan pharmacon dua jumlah obat (R/) selanjutnya akan
yang berarti obat.1 Definisi alternatif untuk diidentifikasi melalui literatur terpercaya
polifarmasi adalah penggunaan obat lebih yaitu situs www.drugs.com yang dibuat oleh
dari yang diperlukan secara medis.1 Orang Wolters Kluwer Health, American Society of
tua pada umumnya memerlukan beberapa Health System Pharmacists, Cerner Multum
obat untuk mengobati beberapa kondisi yang and Micromedex from Truven Health dan
berhubungan dengan kesehatan sehingga pada data kemudian dikelompokkan berdasarkan
orang tua cenderung terjadi polifarmasi.2,3 tingkat/level keparahan terjadinya interaksi
Banyaknya jumlah obat-obatan yang yaitu interaksi minor, moderat dan mayor.7
dikonsumsi memiliki kecenderungan untuk
meningkatkan risiko gangguan kesehatan bagi Hasil
kelompok pasien geriatri dan juga memiliki
potensi menyebabkan terjadinya polifarmasi. Dari total 352 lembar terdapat 197 (55,97%)
Kejadian polifarmasi dapat meningkatkan lembar resep yang masuk kedalam kriteria
risiko terjadi interaksi obat atau Drugs‑drugs inklusi (mengandung dua atau lebih obat).
Interactions (DDI’s).4 Selain itu, pengobatan Lembar resep yang memenuhi kriteria inklusi
polifarmasi dihubungkan dengan kejadian kemudian diidentifikasi DDI’s dan diperoleh
DDI’s, Adverse Drug Reactions (ADRs), 121 lembar resep yang berinteraksi. Dari data
Medications Error dan peningkatan risiko tersebut, dapat dihitung potensi DDI’s yang
rawat inap di rumah sakit.4,5 terjadi adalah sebesar 34,38%.
Sebuah studi menunjukkan bahwa rata‑rata Klasifikasi interaksi dibagi menjadi tiga
jumlah R/ termasuk dalam kategori polifarmasi kelompok yaitu interaksi mayor, moderat dan
minor, dan bahwa setiap kali pasien menerima minor. Total interaksi potensial yang terjadi
resep berpotensi mengalami DDI’s sebanyak adalah 194 interaksi. Interaksi potensial
40%.6 Rata‑rata jumlah R/ dalam studi mayor adalah sebanyak 25 (12,89%), moderat
tersebut memperlihatkan kecenderungan 134 (69,07%), sedangkan minor sebanyak 35
pasien untuk mendapatkan resep polifarmasi (18,04%). Hasil analisis DDI’s dapat dilihat
yang tentunya kondisi ini akan meningkatkan pada Tabel 1.
potensi terjadinya interaksi obat‑obat. Pasien
yang menerima lebih dari satu obat yang Pembahasan
berpotensi mengalami DDI’s harus menjadi
perhatian tenaga kesehatan terutama bagi Polifarmasi merupakan penggunaan obat

289
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016

Tabel 1 Identifikasi DDI’s di Salah Satu Apotek Terpilih di Kota Bandung


Total Jumlah Jumlah lembar Jumlah R/ DDI’s
jumlah Jumlah lembar resep pada
lembar R/ resep berinteraksi lembar yang Mayor Moderat Minor Total
resep inklusi berinteraksi (%) (%) (%) (%)
352 1.111 197 121 498 25 134 35 194
(12,89) (69,07) (8,04) (100)
Perhitungan:
Rata-rata jumlah R/ pada setiap lembar resep: 1.111/352 = 3,16
Persentase lembar resep inklusi: (197/352)x100% = 55,97%
Persentase potensi interaksi obat: 121/352x100% = 34,38 %

dalam jumlah yang banyak dan tidak sesuai atau yang disebabkan oleh komplikasi
dengan kondisi kesehatan pasien. Jumlah yang suatu penyakit. Meskipun pada penelitian
spesifik dari suatu obat yang diambil tidak ini interaksi moderat lebih sering terjadi
selalu menjadi indikasi utama akan adanya dibandingkan interaksi mayor dan minor,
polifarmasi akan tetapi juga dihubungkan ini menjadi hal yang harus diperhatikan
dengan adanya efek klinis yang sesuai atau yaitu memonitor setiap lembar resep yang
tidak sesuai pada pasien.8 Polifarmasi berarti mengandung dua jumlah obat (R/) atau lebih,
pemakaian banyak obat sekaligus oleh dan dalam hal ini, kewaspadaan dari apoteker
seorang pasien lebih dari yang dibutuhkan dan dokter dituntut demi mencegah atau
secara logis-rasional dihubungkan dengan meminimalisasi kejadian tersebut sehingga
diagnosis yang diperkirakan. Polifarmasi kualitas pengobatan pasien meningkat. Studi
dapat meningkatkan risiko interaksi di apotek ini menggambarkan hal yang
obat‑obat atau obat‑penyakit. Berdasarkan terjadi di pelayanan kesehatan. Disarankan
tingkat keparahannya, terjadinya interaksi untuk melengkapi apotek dengan software
dikelompokkan menjadi interaksi minor (efek interaction checkers untuk mencegah
ringan/dapat diatasi dengan baik), interaksi terjadinya interaksi obat-obat potensial.
moderat (efek sedang/dapat menyebabkan Annisa (2012) dalam hasil penelitian DDI’s
kerusakan organ), dan interaksi mayor (efek pada pasien geriatri di salah satu apotek di
fatal/dapat menyebabkan kematian).9 kota Bandung, menemukan adanya interaksi
Pada periode Januari–Maret 2014, tercatat mayor sebanyak 23 (10,95%) dan moderat
jumlah rata-rata R/ pada setiap lembar resep 187 (89,05%).8 Hal ini menunjukkan bahwa
dalam penelitian ini adalah 3,2 yang artinya potensi interaksi moderat lebih sering terjadi
termasuk dalam kelompok polifarmasi pada kelompok usia geriatri. Pasien geriatri
minor. Polifarmasi minor mengandung 2–4 rentan terhadap interaksi obat dikarenakan
obat dalam setiap lembar resep.10 Resep ini perubahan yang berkaitan dengan usia,
diambil dari resep yang masuk di berbagai fisiologis, peningkatan risiko untuk penyakit
klinik dokter sekitar apotek tersebut. terkait dengan penuaan dan peningkatan
Dari total resep yang telah dianalisis konsekuensi dalam penggunaan obat.6,11
interaksinya, yang termasuk kelompok mayor Melisa (2013) pada penelitian potensi
sebanyak 25 (12,89%), moderat sebanyak 134 DDI’s dan manifestasi klinik resep anak di
(69,07%), dan minor sebanyak 35 (18,04%). salah satu apotek di Bandung, menemukan
Hal ini menunjukkan bahwa potensi interaksi adanya interaksi obat mayor sebanyak 2
moderat terjadi pada pasien semua umur resep, moderat 23 resep dan minor 8 resep,12
dan lebih sering terjadi pada pasien usia sedangkan pada penelitian yang dilakukan
lanjut yang dikarenakan penggunaan dengan oleh Akhmed G. Sjahadat (2013) mengenai
satu atau lebih obat untuk penyakit kronis interaksi obat pada pasien rawat inap anak

290
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016

di rumah sakit Palu, ditemukan interaksi yang diberikan, serta untuk meminimalisasi
obat mayor 15 (6,53%), moderat 112 terjadinya interaksi obat yang tidak diinginkan
(48,69%), dan minor yakni 103 (44,78%).13 sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai.
Interaksi obat terbanyak pada ketiga Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
penelitian ini yaitu pada kategori moderat. interaksi obat yang tidak diinginkan dan
Interaksi moderat cukup signifikan secara mungkin dapat bersifat fatal, beberapa hal
klinis, biasanya menghindari kombinasi berikut dapat dipertimbangkan:
obat yang diminum secara bersamaan dan 1. Dokter disarankan untuk memberikan
menggunakannya hanya dalam keadaan jumlah obat seminimal mungkin kepada
khusus. Hal ini penting untuk diperhatikan, pasien dan memperhatikan kondisi pasien
karena anak-anak memiliki keadaan yang (usia lanjut, anak‑anak, penyakit kronis,
khusus baik secara anatomi dan fisiologi, pasien dengan disfungsi hati atau ginjal,
terutama karena masih berkembangnya dan obat‑obat indeks terapi sempit).
organ‑organ tubuh yang mengakibatkan 2. Penerapan pharmaceutical care oleh
perbedaan dalam hal absorpsi, distribusi, seorang apoteker penting untuk mencegah
metabolisme, dan eliminasi obat apabila dan mengatasi terjadinya interaksi obat
dibandingkan dengan orang dewasa.12,13,14 baik aktual maupun potensial dengan
Pemberian resep pada anak harus melalui cara memonitor kejadian interaksi obat
beberapa pertimbangan sesuai dengan kondisi sehingga dapat cepat terdeteksi dan
anak, antara lain sejarah penyakit, alergi, diambil tindakan yang sesuai, misalnya
dan sebagainya. Hal ini akan memengaruhi menyesuaikan dosis, saat mengonsumsi
pemberian dosis obat yang diperlukan pasien obat diberi jarak antara obat yang satu
anak tersebut.13 dengan obat yang lainnya (interaksi
Pada penelitian DDI’s Huda (2014) di moderat) dan mengganti salah satu obat
salah satu rumah sakit nasional Liaquat dan yang dapat menyebabkan terjadinya
Medical College, Karachi Pakistan, ditemukan interaksi mayor dengan berkoordinasi
interaksi minor 14,8%, moderat 13,6% dan terlebih dahulu dengan dokter yang
mayor 4%.15 Interaksi obat terbanyak pada bersangkutan.
penelitian ini yaitu interaksi obat minor. Secara
klinis interaksi minor tidak terlalu berbahaya Simpulan
jika digunakan dan tetap harus dilakukan
pemantauan pada saat penggunaannya.15 Hal Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
ini menunjukkan bahwa potensi interaksi di Kecamatan Batununggal, Kota Bandung,
minor dan moderat lebih sering terjadi pada memiliki risiko untuk mendapatklan
beberapa obat (polifarmasi) dibandingkan interaksi potensial obat‑obatan (DDI’s)
interaksi mayor dan menuntut kewaspadaan sebesar 34,38% pada setiap lembar resep
dari apoteker dan dokter untuk mencegah yang didapatkan. Pada penelitian ini interaksi
atau meminimalisasi kejadian tersebut. obat yang terbanyak yaitu kategori moderat.
Untuk meningkatkan kualitas pengobatan DDI’s kategori moderat artinya pemberian
pasien, sebaiknya penggunaan obat‑obat kombinasi obat ini memberikan efek yang
yang memungkinkan terjadinya interaksi signifikan secara klinis, dapat dihindari
mayor dan moderat harus dihindari dalam dengan cara memberi jarak antara obat yang
penggunaan secara bersamaan. Hal ini satu dengan obat yang lainnya, dan kombinasi
dikarenakan kemungkinan terjadinya risiko obat ini masih dapat digunakan hanya dalam
interaksi lebih tinggi dibandingkan manfaat keadaan khusus.

291
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016

Pendanaan ijerph110201369
7. Drug Interactions Checker. Cherner
Penelitian ini dilaksanakan tanpa memperoleh Multum, Inc, Denver, CO [diakses 10
hibah atau bantuan dana dari sumber November 2014]. Tersedia dari: http://
manapun. www.drugs.com/.
8. Annisa N, Abdulah R. Potensi interaksi
Konflik Kepentingan obat resep pasien geriatri: studi
retrospektif pada apotek di Bandung.
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat Indones J Clin Pharm. 2012;1(3):96–101.
potensi konflik kepentingan dengan 9. Tatro DS. Drug interaction facts 1st
penelitian, kepenulisan (authorship), dan Edition. Facts & Comparisons. St. Louis,
atau publikasi artikel ini. MO: Wolters Kluwer Health, Inc; 2015.
10. Bushardt RL. Polypharmacy: misleading,
Daftar Pustaka but manageable. Clin Interv Aging.
2008;3(2):383–9. doi: 10.2147/CIA.
1. Maher RL, Hanlon JT, Hajjar ER. Clinical S2468
consequences of polypharmacy in elderly. 11. Rambadhe S, Chakarborty A, Shrivastava
Expert Opin Drug Saf. 2014;13(1):57–65. A, Ptail UK, Rambadhe A. A Survey on
doi: 10.1517/14740338.2013.827660 polypharmacy and use of inappropriate
2. Tjia J, Velten SJ, Parsons C. Studies to medications. Toxicol Int. 2012;19(1):68–
reduce unnecessary medication use in 73. doi: 10.4103/0971-6580.94506
frail older adults: a systematic review. 12. Barliana MI, Sari DR, Faturrahman
Drugs Aging. 2013;30(5):285–307. doi: M. Analisis potensi interaksi obat
10.1007/s40266-013-0064-1 dan manifestasi klinik resep anak di
3. Haque RA. ARMOR: a tool to evaluate apotek Bandung. Indones J Clin Pharm.
polypharmacy in elderly persons. Ann 2013;2(3):121–6.
Long-Term Care. 2009;17:26–30. 13. Sjahadat AG, Muthmainah SS. Analisis
4. Fulton MM, Allen ER. Polypharmacy in interaksi obat pasien rawat inap anak
elderly: a literature review. J Am Acad di rumah sakit di Palu. Indones J Clin
Nurse Prac. 2005;17(4):123–32. doi: Pharm. 2013;2(4):153–8.
10.1111/j.1041-2972.2005.0020.x 14. Dipiro J, Talbert R, Yee G, Matzke G,
5. Hohl CH, Dankoff J, Colacone A, Afilalo Wells B, Posey L. Pharmacotherapy:
M. Polypharmacy, adverse drug-related apathophysiologic approach 7th edition.
events, and potential adverse drug New York: The McGraw-Hill Companies
interactions in elderly patients presenting Inc; 2008.
to an emergency department. Ann Emerg 15. Kafeel H, Rukh R, Qamar H, Bawany J,
Med. 2001;38(6):666–71. Jamshed M, Sheikh R, et al. Possibility
6. Yeh YT, Hsu MH, Chen CY, Lo YS, of drug-drug interaction in prescription
Liu CT. Detection of potential drug- dispensed by community and hospital
drug interactions for outpatients across pharmacy. Pharmacol Pharm. 2014;5:401–
hospitals. Int J Environ Res Public Health. 7. doi: 10.4236/pp.2014.54048.
2014;11(2):1369–83. doi: 10.3390/

292

Anda mungkin juga menyukai