dan Administration
Abstrak
Medication error merupakan setiap kesalahan yang terjadi dalam proses pengobatan, membahayakan pasien dan
sebenarnya dapat dicegah. Menurut WHO, banyaknya kejadian kesalahan pengobatan menunjukkan bahwa hal
tersebut merupakan masalah global. Kesalahan ini terjadi baik dalam proses peresepan (prescribing), pembacaan
resep (transcribing), penyiapan hingga penyerahan obat (dispensing), maupun dalam proses penggunaan obat
(administering). Dalam review jurnal ini, masalah terkait Medication error dikumpulkan lalu diulas kembali untuk
melihat definisi, terminologi, kejadian, faktor-faktor yang mempengaruhi, cara pencegahan dan konsekuensi hukum
terkait Medication error. Medication error dapat menjadi salah satu masalah klinis yang sangat fundamental. Faktor
yang mempengaruhi Medication error diantaranya yaitu kompleksitas kasus klinis, kurangnya pengetahuan dokter
dan apoteker, faktor terkait obat-obatan, komunikasi, beban kerja dan sistem kerja yang kurang mendukung. Dalam
pencegahannya, apoteker memiliki peran penting karena berkolaborasi langsung dengan dokter yang menulis resep.
Otomasi dan komputer (automation and computers), aturan dan kebijakan (rules and policy), standar dan protokol,
sistem daftar periksa dan pemeriksaan ganda (checklists and double check system), serta kehati-hatian dan
kewaspadaan yang lebih besar dapat digunakan untuk mengurangi Medication error. Pasien dilindungi undang-
undang karena merupakan konsumen pelayanan kesehatan. Hubungan antara dokter dengan pasien sendiri
menyangkut aspek hukum yaitu perdata dan pidana. Hukum pidana hanya berlaku untuk kesalahan dan kelalaian jika
pasien meninggal atau menjadi cacat sebagai akibat dari perawatan medis yang diberikan sedangkan gugatan perdata
dapat diajukan ketika pasien menderita kerugian meskipun kesalahan kecil.
Korespondensi : Eka Ananda Laksana Putri., alamat Jl. Bumimanti II No. 53, Kec. Labuhan Ratu, Bandar Lampung, hp
085930442752, e-mail: ekaanandalpp6@gmail.com
salah bentuk, persiapan obat yang salah, 2. Invocatio yaitu tanda R/ yang terletak di
teknik pemberian yang salah, obat sebelah kiri setiap penulisan resep. “R/ =
kadaluwarsa, pemantauan (kegagalan resipe” artinya yaitu ambilah atau
menggunakan data laboratorium untuk berikanlah. Tanda ini berfungsi sebagai
memantau toksisitas atau efek), kepatuhan, kata pembuka komunikasi antara dokter
dan kesalahan lainnya.3 Menurut Peraturan penulis resep dengan apoteker yang
Menteri Kesehatan RI tahun 2014, Medication menerima resep
error dapat terjadi dalam tiap proses 3. Prescriptio yaitu bagian yang terdiri atas
pengobatan, baik dalam proses peresepan nama obat, bentuk sediaan, dosis dan
(prescribing), pembacaan resep jumlah obat yang diminta
(transcribing), penyiapan hingga penyerahan 4. Signatura yaitu petunjuk penggunaan
obat (dispensing), maupun dalam proses obat bagi pasien, terdiri atas cara pakai,
penggunaan obat (administering). Kesalahan regimen dosis pemberian, rute dan
dalam peresepan (prescribing) dan interval waktu pemberian.
pemberian obat (dispensing) merupakan dua 5. Subscriptio, berisi paraf dokter penulis
hal yang sering terjadi dalam kesalahan resep yang bertujuan untuk memberi
pengobatan.8 legalitas dan keabsahan resep yang
Prescribing error yaitu salah satu dibuat
kesalahan pengobatan yang terjadi selama 6. Pro, terdiri atas nama, berat badan
peresepan obat, tentang penulisan pesanan pasien, alamat, umur, dan jenis kelamin
obat yang ditandai dengan penyimpangan Medication error fase transcribing
yang tidak disengaja dari referensi standar. diklasifikasikan menurut jenis dan tingkat
Kesalahan peresepan biasanya terjadi keparahannya, diantaranya yaitu12 :
terutama menyangkut pilihan obat (sesuai 1. Kesalahan dosis
dengan indikasi, kontraindikasi, alergi yang 2. Kesalahan penulisan
diketahui dan karakteristik pasien, interaksi 3. Kesalahan status alergi
apa pun sifatnya dengan terapi yang ada, dan 4. Lama pengobatan salah/tidak ditentukan
faktor lainnya), dosis, konsentrasi, rejimen 5. Interaksi obat
obat, bentuk sediaan, cara pemberian, lama 6. Kelalaian obat
pengobatan, dan petunjuk penggunaan.9 7. Pemberian resep yang berlebihan/tidak
Peraturan Menteri Kesehatan Republik perlu
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 8. Kesalahan keamanan klinis
menyebutkan bahwa resep merupakan 9. Kurangnya arahan yang jelas untuk
permintaan tertulis dari dokter atau dokter administrasi
gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk Dalam pelayanan kefarmasian,
paper maupun elektronik untuk menyediakan kesalahan dispensing meliputi penggunaan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai obat yang salah, jumlah yang salah, atau
peraturan yang berlaku.10 kekuatan yang salah. Jenis dispensing error
Resep memiliki enam bagian, yang paling sering terjadi adalah salah obat,
diantaranya yaitu11 : disusul salah kekuatan obat, salah kuantitas,
1. Inscriptio, terdiri atas nama, alamat, dan salah kekuatan obat.13
nomor izin prakter (SIP) dokter dan Administration error merupakan
tanggal penulisan resep kesalahan karena adanya perbedaan antara
apa yang diterima oleh pasien dengan apa
yang diresepkan. Jenis administration error
yang terjadi pada saat pelayanan farmasi
seperti kesalahan waktu pemberian obat,
kesalahan teknik pemberian obat, dan obat
tertukar pada pasien yang namanya sama bentuk sediaan, atau tidak adanya dosis
(right drug for wrong patient). Contoh lainnya satuan.16
yaitu obat diberikan informasi diminum Kompleksitas kasus klinis yang
sesudah makan padahal seharusnya sebelum melibatkan kondisi kesehatan, polifarmasi
makan atau yang seharusnya siang atau risiko tinggi, dan obat-obatan, serta tidak
malam diberikan pagi hari.5 adanya protokol dan prosedur standar, faktor
Berdasarkan data WHO tahun 2016, yang terkait dengan obat-obatan seperti
Medication error selama Januari 2005 sampai penamaan obat, pelabelan, dan pengemasan,
Desember 2010 berkisar 10-12% atau dan faktor yang terkait dengan sistem
sebanyak 517.415 laporan kejadian informasi yang terkomputerisasi seperti
medication error yang diterima dari Inggris kesulitan dalam menghasilkan resep ulang
dan Wales. Laporan kesalahan itu meliputi yang tepat, merupakan faktor tambahan yang
tahap administrasi 50%, tahap peresepan dapat mempengaruhi medication error.
18%, obat yang hilang dan tertunda 16% dan Komunikasi juga menjadi faktor penyebab
dosis salah 15%.14 terjadinya medication error, komunikasi yang
Menurut sebuah penelitian di Inggris, dimaksud yaitu mencakup miskomunikasi
kesalahan resep mempengaruhi sedikitnya verba, salah tafsir pesanan dan
12% pasien perawatan primer selama miskomunikasi tertulis seperti tulisan tangan
setahun, meningkat menjadi 38% di antara yang tidak terbaca, singkatan dan salah
mereka yang berusia di atas 75 tahun dan 30% membaca.4
di antara mereka yang menggunakan lima Riset Razmi tahun 2017 menunjukkan
obat atau lebih. Tingkat kesalahan bahwa sejumlah faktor, antara lain jumlah
pengobatan 42% ditemukan dalam penelitian dokter jaga, jumlah pasien, ketidaktahuan
di Swedia. Studi lain di Meksiko menemukan dokter terhadap penulisan resep sesuai
bahwa rejimen dosis dihitung pada sebagian permenkes 2014 mengakibatkan terjadinya
besar kasus (27,5 persen) pada 58% resep.4 medication error. Selain itu, faktor lain yang
Pada fase prescribing studi Maalangen menyebabkan terjadinya medication error
2019, ditemukan kesalahan pengobatan antara lain sikap pasien yang tidak kooperatif
sebesar 29% (Maalangen, 2019). Timbongol terhadap kondisinya, pengetahuan petugas
dkk tahun 2016 menyebutkan bahwa fase kesehatan yang kurang, dan beban kerja yang
prescribing berpotensi mengakibatkan berlebihan, komunikasi yang kurang efektif,
kesalahan pengobatan. Hal ini disebabkan supervisi pengobatan yang kurang memadai
tidak ada bentuk sediaan (74,53%), penulisan dan sistem kerja yang kurang mendukung.17
resep tidak terbaca atau tidak jelas (6,50%), Apoteker memiliki peran penting
tidak ada pasien berusia 62,87 tahun, dan dalam mencegah kejadian medication error
tidak ada dosis (28,87%).15 karena apoteker berkolabolari langsung
Salah satu rumah sakit Provinsi dengan dokter yang menulis resep. Beberapa
Lampung yaitu Poliklinik Rawat Jalan RSD hal yang dapat dilakukan yaitu
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi juga mengidentifikasi pasien dengan
mengalami medication error, dengan 63,6% menggunakan minimal dua identitas seperti
resep mengandung kesalahan. Medication nomor rekam medik dan nomor resep,
error terjadi ketika resep mengandung menggali informasi mengenai pasien sebagai
kesalahan lebih dari 50% dan tidak ada atau petunjuk dalam pengambilan keputusan
tidak lengkap di bagian resep, juga dikenal pemberian obat seperti hasil pemeriksaan
sebagai bagian prescriptio. Diantaranya dan data demografi pasien, membuat catatan
termasuk nama obat yang tidak jelas, riwayat pengobatan pasien, dan hanya
kurangnya dosis atau jumlah, kurangnya melayani permintaan obat secara lisan dalam
konsentrasi atau dosis dosis, kurangnya keadaan emergensi serta harus melakukan
konfirmasi ulang agar obat yang diminta Kebijakan perlindungan hukum pidana
sesuai dengan yang diberikan. Selain itu, saat terhadap korban tindak pidana meliputi Kitab
pembacaan resep apoteker juga dilarang Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
beramsumsi sendiri terhadap resep dokter, Undang-undang No.8 tahun 1981 tentang
harus meminta klarifikasi kepada dokter yang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
bersangkutan jika terdapat ketidakjelasan (KUHAP) dan Undang- undang No.36 tahun
resep.18 2009 tentang kesehatan. Gugatan perdata
Peningkatan pelaporan, peningkatan dapat diajukan ketika pasien menderita
konsistensi rejimen pengobatan pasien, kerugian meskipun kesalahan kecil,
penyediaan informasi obat kepada pasien dan sedangkan tanggung jawab pidana hanya
profesional perawatan kesehatan lainnya, dapat dituntut jika pasien meninggal dunia
dan peningkatan kualitas dan keamanan atau menjadi cacat tetap.19
perawatan di rumah pasien merupakan
kontribusi potensial. Otomasi dan komputer Simpulan
(automation and computers), aturan dan Medication error dapat merupakan
kebijakan (rules and policy), standar dan kesalahan yang tidak diinginkan selama
protokol, sistem daftar periksa dan proses pengobatan yang berpotensi
pemeriksaan ganda (checklists and double membahayakan pasien. Kesalahan ini dapat
check system), dan kehati-hatian dan terjadi pada fase Prescribing, Transcribing,
kewaspadaan yang lebih besar dapat Dispensing, dan Administration. Meskipun
digunakan untuk mengurangi Medication kejadian medication error di Indonesia belum
Error.19 terdata secara akurat, namun hal ini seringkali
Pasien dilindungi undang-undang kita jumpai di berbagai institusi pelayanan
karena merupakan konsumen pelayanan kesehatan. Faktor terjadinya kejadian
kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam UU medication error ini diantaranya yaitu
Perlindungan Konsumen, UU Kesehatan, dan kompleksitas kasus klinis, kurangnya
sejumlah peraturan perundang-undangan pengetahuan dokter dan apoteker, faktor
lainnya, seperti Keputusan Menteri terkai obat-obatan, komunikasi, beban kerja
Kesehatan Republik Indonesia Nomor dan sistem kerja yang kurang mendukung.
434/Menkes/SK/X/l993 tentang pengesahan Dalam pencegahannya, apoteker memiliki
dan penegakan Kode Etik Kedokteran peran penting karena berkolaborasi langsung
Indonesia.20 dengan dokter yang menulis resep. Hubungan
Hubungan antara dokter dengan pasien antara dokter dengan pasien sendiri
menyangkut aspek hukum yaitu perdata dan menyangkut aspek hukum yaitu perdata dan
pidana. Hukum pidana hanya berlaku untuk pidana.
kesalahan dan kelalaian jika pasien meninggal
atau menjadi cacat sebagai akibat dari Daftar Pustaka
perawatan medis yang diberikan. Ketentuan 1. Susyanty, A. L., Yuniar, Y., J. Herman, M.,
Kitab Hukum pasal 359, 360, dan 361 & Prihartini, N. Kesesuaian
mengatur hal ini. Menurut Pasal 2 KUHP, penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
“Ketentuan pidana dalam undang-undang di puskesmas. Media Penelitian dan
undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang Pengembangan Kesehatan. 2020; 30(1),
yang melakukan tindak pidana di Indonesia”, 65–74.
hukum pidana menganut asas “Tiada pidana 2. Komalasari, V. Tanggung Jawab Apoteker
tanpa kesalahan”. Profesi kedokteran tidak Dalam Pelayanan Obat dengan Resep
terlepas dari ketentuan pasal ini karena hal Dokter. Jurnal Poros Hukum Padjadjaran.
tersebut.20 2020; 1(2), 226–245.
3. Wittich, C. M., Burkle, C. M., & Lanier, W. European Journal of Hospital Pharmacy.
L. Medication errors: An overview for 2020; 27(1), 9–13.
clinicians. Mayo Clinic Proceedings. 13. Aldhwaihi K, Schifano F, Pezzolesi C, and
2014; 89(8), 1116–1125. Umaru N. (2016). Systematic Review of
4. World Health Organization. the Nature of Dispensing Errors in
Medication Errors : Technical Series on Hospital Pharmacies. Integrated
Safer Primary Care; 2016. Pharmacy Research and Practice. 2016;
5. Khairurrijal, M. A. W., & Putriana, N. A. 5, 1-10.
Review : Medication Erorr Pada Tahap 14. Gloria, L., Yuwono, & Ngudiantoro.
Prescribing, Transcribing, Dispensing, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
dan Administration. 2018; 2(4), 8. Medication Error Pada Pasien
6. da Silva, B. A., & Krishnamurthy, M. The Kemoterapi Di RSUP DR . Mohammad
alarming reality of medication error: A Hoesin Palembang. Majalah Kedokteran
patient case and review of Pennsylvania Sriwijaya. 2017; 4(49), 178–184.
and National data. Journal of Community 15. Maalangen, T., Citraningtyas, G., &
Hospital Internal Medicine Perspectives. Wiyono, W. I. (2019). Identifikasi
2016; 6(4). Medication Error pada Resep Pasien Poli
7. Gates, P. J., Baysari, M. T., Mumford, V., Interna di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Raban, M. Z., & Westbrook, J. I. Bhayangkara Tk. III Manado. Pharmacon.
Standardising the Classification of Harm 2019; 8(2), 434.
Associated with Medication Errors: The 16. Timbongol, C., Astuty, W., dan Sudewi, S.
Harm Associated with Medication Error Identifikasi Keselahan Pengobatan
Classification (HAMEC). 2019; 42(8), (Medication Error) pada Tahap
931–939. Peresepan (Prescribing) di Poli Interna
8. Marasabessy, H., Lerebulan, E. F., Urip, J., Rsud Bitung. PHARMACON Jurnal Ilmiah
Km, S., & Ii, K. Evaluasi Medication Error Farmasi-UNSRAT. 2016; 5(3), 1–6.
pada Resep Dokter Spesialis Anak Di Kota 17. Oktarlina, R. Z., & Wafiyatunisa, Z.
Sorong. Public Health Faculty. 2021; 4(4), Kejadian Medication Error pada Fase
296–306. Prescribing di Poliklinik Pasein Rawat
9. Assiri, G. A., Shebl, N. A., Mahmoud, M. Jalan Rumah Sakit Daerah Mayjend HM
A., Aloudah, N., Grant, E., Aljadhey, H., & Ryacudu Kota Bumi. Jurnal Kedokteran
Sheikh, A. What is the epidemiology of Universitas Lampung. 2017; 1(3), 540–
medication errors, error-related adverse 545.
events and risk factors for errors in adults 18. Di, A. X., & Badung, K. Pengkajian resep,
managed in community care contexts? A Implementasi, Apoteker, Apotek. 2020;
systematic review of the international 10(1), 38–45.
literature. BMJ Open. 2018; 8(5). 19. Edi Widayat. Perlindungan Hukum Pasien
10. Permenkes. Peraturan menteri terhadap Pemberian Obat yang Tidak
kesehatan republik Indonesia no. 72 Rasional dalam Upaya Keselamatan
tentang standar pelayanan kefarmasian Pasien. Jurnal Spektrum Hukum. 2017;
di puskesmas. Jakarta : Kementerian 14, 250–264.
Kesehatan; 2016. 20. Cahyono. Membangun Budaya
11. Amalia, D. T., & Sukohar, A. Rational Drug Keselamatan Pasien Dalam Praktek
Prescription Writing. Jurnal Kedokteran Kedokteran. Cetakan kelima. Yogyakarta
Universitas Lampung. 2014. 4(7), 22–30. : Penerbit Kanisius. 2012.
12. Lloyd, M. Comparison of pharmacy
technicians’ and doctors’ medication
transcribing errors at hospital discharge.