Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Medication eror adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan

yang seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih dalam

pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan . Dalam Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014 tentang standar

pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan bahwa medication error

adalah kejadian yang merugikan pasien, yang diakibatkan pemakaian

obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat

dicegah. (depkes RI, 2014)

Medication error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari

yang dapat menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak

tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam

pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. (NCCMRRP, 2016)

Jadi medication error adalah suatu kejadian yang tidak hanya merugikan

pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang

dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan

pengobatan pasien.

Medical error merupakan kejadian yang menyebabkan atau

berakibat pada pelayanan kesehatan yang tidak tepat atau


membahayakan pasien yang sebenarnya dapat dihindari. Konsep

medication safety mulai menjadi perhatian dunia sejak November 1999

setelah Institute of Medication (IOM) melaporkan adanya kejadian yang

tidak diharapkan (KTD) pada pasien rawat inap di Amerika sebanyak

44.000 bahkan 98.000 orang meninggal karena medical error (kesalahan

dalam pelayanan medis) dan 7.000 kasus karena medication error (ME).

Terjadi atau tidaknya suatu kesalahan dalam pelayanan pengobatan

terhadap pasien telah menjadi indikator penting dalam keselamatan

pasien. Medication error merupakan jenis medical error yang paling

sering dan banyak terjadi . (kohn et al,. 1999)

Kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam tiap proses

pengobatan, baik dalam proses peresepan (prescribing), pembacaan resep

(transcribing), penyiapan hingga penyerahan obat (dispensing), maupun

dalam proses penggunaan obat (administering). Kesalahan dalam

peresepan (prescribing) dan pemberian obat (dispensing) merupakan dua

hal yang sering terjadi dalam kesalahan pengobatan.(Depkes RI, 2014)

Medication error dapat terjadi di dalam tiap proses pengobatan, salah

satunya pada fase prescribing. Sampai saat ini medication error tetap

menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang banyak menimbulkan

berbagai dampak bagi pasien mulai dari resiko ringan bahkan resiko

yang paling parah yaitu menyebabkan suatu kematian.

Laporan peta nasional indisen keselamatan pasien pada tahun

2007 menyatakan bahwa tingkat medication error di Indonesia cukup


tinggi (Depkes RI, 2008). Study yang dilakukan oleh fakultas kedokteran

Universitas Gadjah mada pada tahun 2001-2003 menunjukan kejadian

medication error mencapai 5,07 %, yang mana 0,25 % dari jumlah itu

berakhir fatal hingga menyebabkan kematian (susilowati & Rahayu,

2008)

Medication error sering terjadi pada resep anak anak , kesalahan

pengobatan pada anak anak dapat memperparah penyakitnya dan

merusak organ tubuh anak anak, mengingat sistem enzim yang terlibat

dalam metabolisme obat pada anak anak belum terbentuk atau sudah ads

namun dalam jumlah yang sedikit. Sehingga metabolismenya belum

optimal. Selain itu, ginjal anak anak belum berkembang dengan baik,

sehingga kemampuan mengeliminasi obat belum dapat bekerja dengan

optimal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah

gambaran medication error pada fase prescribing di poli anak

anak ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kejadian medication error di poli

anak yang terjadi pada fase prescribing dalam pelayanan obat di RSUD

Cilegon
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian medication eror berdasarkan jenis

kelamin di RSUD cilegon

2. Mengetahui angka kejadian medication error berdasarkan usia di

RSUD cilegon

3. Mengetahui angka kejadian medication error berdasarkan jenis

penyakit di RSDUD cilegon

4. Mengetahui angka kejadian medication error berdasarkan

karakteristik obat di RSUD cilegon

5. Mengetahui angka kejadian medication error berdasarkan jumlah

obat dalam satu resep di RSUD cilegon

6. Mengetahui angka kejadian medication error berdasarkan aspek

prescribing error di RSUD cilegon


BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Variabel dependen

1. Medication Error

Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan

obat pada pasien, mulai dari industri, dalam peresepan, pembacaan

resep, peracikan penyerahan dan monitoring pasien. Didalam

setiap mata rantai ada beberapa tindakan

a. Pengertian medication error

Medication error adalah setiap kejadian yang

sebenarnya dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau

membawa kepada penggunaan obat yang tidak layak atau

membahayakan pasien, ketika obat berada diluar kontrol.

(Windarti,2008)

Medicatior error merupakan suatu kesalahan

pengobatan sebagai kegagalan dalam proses pengobatan

yang memiliki potensi membahayakan bagi pasien dalam

proses perawatan. (Aronson,2009).

Berdasarkan keputusan mentri kesehatan

NO.1027/MENKES/SK/IX/2004 medication error adalah

kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat


selama dalam penanganan tenaga kesehatan , yang

sebetulnya dapat dicegah. Kesalahan pengobatan biasa

terjadi dirumah sakit dan kesalahan dapat terjadi pada setia

tahap. Dari peresepan (dokter), melalui dispensing

(apoteker atau staf dispensing), untuk administrasi (staf

keperawatan atau pasien sendiri) (muhtar,2003).

2. Penggolongan medication error

Berdasarkan tahap kejadiannya, medication error dibagi

menjadi prescribing error (kesalahan dalam peresepan),

dispensing error (kesalahan dalam penyebaran/distribusi),

administrasi error (kesalahan pemberian obat), dan patient

complaince error (kesalahan kepatuhan penggunaan obat)

3. Faktor faktor penyebab medication error

Penelitian ini di Amerika yang memperhitungkan

kematian akibat kesalahan obat, kebanyakan terjadi pada

saat fase prescribing atau peresepan yang diakibatkan dari

kurangnya dalam pengetahuan, komunikasi yang buruk,

dan kurangnya mempertimbangkan informasi penting

pasien.

Menurut kepmenkes 2004 faktor faktor lain yang

berkontribusi pada medication error antara lain :


1. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi)

Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan sumber utama

terjadinya kesalahan, institusi pelayanan kesehatan harus

menghilangkan hambatan komunikasi antar petugas kesehatan

dan membuat SOP bagaimana resep/ permintaan obat dan

informasi obat lainya dikomunikasikan. Komunikasi baik antar

apoteker maupun dengan petugas kesehatan lainnya perlu

dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau

ketidak lengkapan informasi dengan berbicara perlahan dan

jelas. Perlu dibuat daftar singkatan dan penulisan dosis yang

beresiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.

2. Kondisi lingkungan.

Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi

lingkungan , area dispensing harus didesain degan tepat dan

sesuai dengan alur kerja. Untuk menurunkan kesalahan dengan

pencahayaan yang cukup dan temperatur yang nyaman. Selain itu

area kerja harus bersih dan teratur untuk mencegah terjadinya

kesalahan. Obat untuk pasien perlu disiapkan dalam nampan

terpisah.

3. Gangguan / interupsi pada saat bekerja

Gangguan interupsi harus seminimum mungkin dengan

mengurangi interupsi baik langsung maupun melalui telephon.


4. Beban kerja

Rasio antara beban kerja dengan SDM yang cukup penting untuk

mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat

menurunkan kesalahan.

5. Edukasi staf

Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat

dalam menurunkan insiden/ kesalahan, tetapi mereka dapat

memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam sistem

menurunkan insiden/ kesalahan.(muchid,2008)

4. Upaya pencegahan medication error

Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya

menurukan medication error yang jika dipaparkan menurut

urutan dampak efektifitas terbesar depkes RI (2008) adalah:

1. pemilihan

pada tahap pemilihan perbekalan farmasi , resiko error

dapat diturunkan dengan pengendalian jumlah item

obat dan penggunaan obat- obatan sesuai formularium

2. pengadaan

pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang

aman, efektif, dan sesuai peraturan yang berlaku

(legalitas) dan diperoleh dan didistribusi resmi.


3. penyimpanan

hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan

untuk menurunkan kesalahan pengambilan obat dan

menjamin mutu obat:

a. simpan obat dengan nama, tampilan, dan

ucapan mirip secara terpisah.

b. Obat obatan dengan peringatan khusus yang

dapat menimbulkan cedera jika terjadi

kesalahan pengambilan, disimpan ditempat

khusus.

4. skrining resep.

Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan

terjadinya medication error melalui kaloborasi

dengan dokter dan pasien.

a. identifikasi pasien minimal dengan dua identitas

misalnya nama dan nomer rekam medik/ nomer

resep

b. apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat

melakukan interpretasi resep dokter. Untuk

mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan

resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.


c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai

petunjuk penting dalam pengambilan keputusan

pemberian obat seperti :

1. data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin)

dan data klinis (alergi, diagnosis dan hamil/

menyusui)

2. hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil

laboratorium, tanda tanda vital dan parameter

lainnya).

B. Variabel independent

1. Medication Error Pada Prescribing

Kesalahan meresepkan dan kesalahan resep merupakan masalah


utama di antara kesalahan pengobatan. Prescribing terjadi baik di rumah
sakit umum maupun di rumah sakit khusus, meskipun kesalahan jarang
terjadi hingga fatal namun dapat mempengaruhi keselamatan pasien dan
kualitas kesehatan (Giampaolo, 2009).
Penggunaan singkatan istilah dan satuan ukuran sering terdapat dalam
resep dan order obat. Beberapa istilah diambil dari bahasa latin karena
sejarah penggunaanya dalam obat-obatan dan farmasi, sementara istilah lain
berkembang melalui penyingkatan penulisan oleh pembuat resep.
Sayangnya, kesalahan pengobatan dapat terjadi akibat kesalahan pemakaian,
kesalahan penafsiran, penulisan singkatan yang tidak terbaca, sebab
penggunaan singkatan khusus atau buatan. Kesalahan pengobatan dapat
dihindari melalui penggunaan kosakata yang terkendali, pengurangan
pemakaian singkatan, berhati-hati dalam menulis angka desimal, dan
penulisan angka nol diawal dan di akhir secara tepat (Ansel, 2006).
Kesalahan resep mencakup segala hal yang terkait dengan tindakan
menulis resep, sedangkan kesalahan peresepan meliputi peresepan
irrasional, peresepan obat yang berlebih, peresepan obat yang kurang, dan
peresepan yang tidak efektif, yang timbul dari penilaian medis atau
keputusan mengenai perawatan atau pengobatan dan pemantauan yang
keliru (Giampaolo, 2009).
2. Penyebab terjadinya medication error fase prescribing
Penyebab prescribing error adalah faktor lingkungan kerja, faktor
petugas kesalahan dan faktor pasien (Bayang et al , 2013). Masalah
prescribing error yang terjadi berupa tulisan resep yang tidak terbaca,
penggunaan singkatan yang tidak lazim, dan masalah kelengkapan resep.
Masalah kelengkapan resep yang sering terjadi adalah tidak adanya nama
dokter penulis resep dan tidak ada aturan pakai. Masalah lain yang
menjadi penyebab medecation error fase prescribing adalah penulisan
dosis yang tidak sesuai, dan kesalahan teraeputik yaitu adanya duplikasi
terapi dimana dua obat diresepkan dalam satu resep.
Medication error dapat terjadi pada berbagai keadaan, menurut
american hospital association (AHA,1999) Sebagai berikut :
1. Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada
informasi tentang riwayat alergi dan penggunaan obat
sebelumnya.
2. Tidak diberikan obat yang layak, misalnya cara minum atau
menggunakan obat, frekuensi dan lam pemberian hingga
peringatan jika timbul efek samping.
3. Kesalahan komunikasi dalam peresepan , misalnya
interpretasi apoteker yang keliru dalam membaca resep
dokter, kesalahamn membaca desimal, pembacaan unit dosis
hingga singkatan peresepan yang tidak jelas.
4. Pelebelan kemasan yang tidak jelas sehinngga beresiko dibaca
keliru oleh pasien.

Inscriptio :
Kerangka teori - Nama dokter
- Alamat instansi
- Sip dokter
- Tanggal penulisan resep

Invocatio
- Tanda R/

Prescriptio :
- Nama obat Medication
Fase prescribing - Bentuk sediaan error pada
(kelengkapan - Dosis obat fase
resep) prescribng di
- Jumlah obat
poli anak

Signatura
- Cara / aturan pakai
- Regimen dosis
pemberian

Subscriptio :
- Tanda tangan dokter

Pro :
- Nama pasien
- Umur pasien
- Alamat pasien
- Jenis kelamin
Kerangka konsep

Prosedur
1. Pengelolaan obat
2. Pelayanan resep (SOP)

Lingkungan kerja
1. Lingkungan fisik
2. Kemampuan staf
3. Kesibukan
4. Gangguan dan enterupsi
saat bekerja
Medication error

Petugas kesehatan
1. Beban kerja
2. Komunikasi
3. Pendidikan dan
pelatihan
4. pengalaman

Pihak pasien
1. Karakter
2. pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai